View
148
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
Pkm-kc Uii Hidayu Inovasi Prototipe Derm
Citation preview
i
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM
Inovasi Prototipe “Dermalin” Sebagai Alat Sensor Kandungan Formalin Pada Bahan Makanan Mentah Secara Efektif dan Efisien
BIDANG KEGIATAN: PKM - KC
Diusulkan oleh: Hidayu Permata Hardi NIM. 10711187 Angkatan 2010 Retno Harti NIM. 10612005 Angkatan 2010 Asyahidatul Muchlisah Fitriana NIM. 11711016 Angkatan 2011
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JOGJAKARTA
2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
1. Judul Kegiatan : Inovasi Prototipe “Dermalin” Sebagai Alat Sensor
Kandungan Formalin Pada Bahan Makanan Mentah Secara Efektif dan Efisien
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-P ( ) PKM-M ( ) PKM-KC (Pilih salah satu) ( ) PKM-K ( ) PKM-T
3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Hidayu Permata Hardi b. NIM : 10711187 c. Jurusan : Pendidikan Dokter d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Islam Indonesia e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jalan Jembatan Merah No.103A, Jogjakarta Hp. 081392350000 f. Alamat e-mail : dayz_23dec@yahoo.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 ( dua ) orang
5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D. b. NIDN : 0504057101 c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Blok I/No.8 Perumahan Griya Unisia
Prumpung, Jogjakarta / Hp. 087839295822
6. Biaya Kegiatan Total : Rp 12.145.000,00 a. Dikti : Rp 12.145.000,00 b. Sumber lain (sebutkan……) : –
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan
Jogjakarta, 2 November 2012 Menyetujui, Wakil Dekan atau Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi/ Ketua Pelaksana Kegiatan Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa ( dr. Titik Kuntari, MPH ) ( Hidayu Permata Hardi ) NIP. 017110426 NIM. 10711187 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/ Dosen Pendamping Direktur Politeknik/ Ketua Sekolah Tinggi,
( Ir. Bachnas, M.Sc. ) ( Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D.) NIP. 825110101 NIDN. 0504057101
iii
DAFTAR ISI
Halaman Kulit Muka........................................................................................
Halaman Pengesahan........................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Daftar Gambar dan Daftar Tabel......................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................
B. PERUMUSAN MASALAH.......................................................................
C. TUJUAN.....................................................................................................
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN............................................................
E. KEGUNAAN..............................................................................................
F. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
G. METODE PELAKSANAAN.....................................................................
H. JADWAL KEGIATAN..............................................................................
I. RANCANGAN BIAYA.............................................................................
J. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
K. LAMPIRAN...............................................................................................
1. DESAIN PROTOTIPE DERMALIN...................................................
2. BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK....................
3. BIODATA DOSEN PENDAMPING...................................................
i
ii
iii
iv
1
3
3
3
4
4
6
10
10
12
13
13
14
15
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tahapan Rencana Penelitian Dan Indikator Kinerjanya 06
Gambar 2 Desain Uji Reagen Terhadap Formalin 07
Gambar 3 Desain Uji Reagen Terhadap Bahan Makanan Mentah Berformalin 08
Gambar 4 Pembuatan Inovasi Prototipe “Dermalin” 09
Gambar 5 “Dermalin” tampak atas 13
Gambar 6 “Dermalin” tampak samping 13
Gambar 7 “Dermalin” tampak depan 13
Gambar 8 “Dermalin” tampak belakang 13
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Kegiatan 10
Tabel 2 Rancangan Biaya 10
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Peradaban manusia di muka bumi dari dulu hingga sekarang telah mengalami
perubahan dinamika yang spektakuler. Perubahan tersebut tentu akan berdampak
secara signifikan terhadap pola hidup masyarakat, khususnya dalam hal pemenuhan
kebutuhan dasar, yaitu pangan. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan
masyarakat dalam bidang pangan semakin meningkat. Apabila dilihat dari
tujuannya, perilaku konsumtif paling tinggi ternyata dalam hal konsumsi bahan
makanan mentah (26,6%), kemudian barulah disusul oleh konsumsi makanan jadi
(17,04%). Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya perilaku
konsumtif masyarakat tersebut. Salah satunya adalah kebiasaan pola konsumtif
masyarakat yang cukup tinggi pada saat hari besar agama tertentu (Marpaung,
2006).
Undang-undang nomor 7 tahun 1996, menyatakan bahwa kualitas pangan yang
dikonsumsi haruslah memenuhi beberapa kriteria, yakni aman, bergizi, bermutu,
dan dapat terjangkau oleh masyarakat. Definisi aman yang dimaksud dalam
peraturan tersebut mencakup bebas dari bahan pencemaran yang bersifat
mengganggu, merugikan, atau membahayakan kesehatan. Pemberian bahan
tambahan makanan yang sering digunakan berupa pewarna, penyedap, pemanis,
pengawet, dan sebagainya tentulah harus memenuhi kriteria tersebut (Chanahar dan
Suhanda, 2006).
Namun pada bulan Juni tahun 2006, masyarakat dikagetkan dengan temuan dari
BPOM tentang adanya kandungan formalin pada bahan makanan mentah, seperti
tahu, mi basah, bakso, ikan, dan daging segar (Spillane dan James, 2010). Hal ini
dikarenakan, bahan makanan tesebut adalah beberapa contoh bahan makanan yang
bersifat mudah rusak (perishable) jika berada dalam suhu ruang biasa (Sudibyo dan
Susanti, 2011). Masalah lingkungan, khususnya iklim tropis di Indonesia juga
menjadi salah satu faktor penyebab cepat membusuknya bahan makanan tersebut.
Masalah ini tentu mengakibatkan banyak produsen ataupun pedagang yang takut
mengalami kerugian jika bahan makanannya tidak habis terjual. Untuk
meminimalisir kejadian tersebut, maka penambahan bahan pengawet makanan akan
memperbaiki kualitas dari bahan makanan itu. Hal inilah yang menyebabkan pada
2
akhirnya, banyak bermunculan pemberitaan mengenai penambahan formalin pada
bahan makanan.
Berbagai latar belakang dan alasan yang dialami para pedagang dianggap
sebagai pemicu kecurangan, antara lain adalah keadaan ekonomi pedagang yang
rendah dan tingkat pengetahuan pedagang yang masih rendah. Disisi lain, kualitas
bahan makanan yang dihasilkan oleh produsen yang melakukan kecurangan
seringkali memang tampak lebih baik daripada bahan makanan alami (Sari, 2008).
Hasil pengujian di laboratorium oleh BPOM menyatakan bahwa bahan makanan
yang memakai formalin sudah beredar luas di sejumlah pasar dan supermarket di
daerah Jakarta, Bogor, Banten, dan Bekasi. Pada Desember 2006, investigasi
BPOM di Jabotabek menyatakan bahwa beberapa sampel bahan makanan yang
diambil menunjukkan hasil positif terhadap formalin. Hasil positif yang diperoleh,
antara lain terdapat pada mi basah sebanyak 65%, tahu sebesar 46,3%, dan ikan
sebanyak 64,7% (Chanahar dan Suhanda, 2006).
BPOM pada akhirnya melarang penggunaan formalin pada bahan makanan
karena formalin adalah bahan karsinogenik yang bisa menyebabkan keracunan.
Pada skala normal, iritasi ringan pada mata diperkirakan terjadi terhadap paparan
tingkat 1 ppm dan iritasi nasal ringan bisa terjadi akibat paparan tingkat 2 ppm
formaldehid. Salah satu faktor penting yang memodulasi tingkat iritasi dan gejala
yang paling mungkin adalah persepsi intensitas bau (Arts et al., 2006).
Formaldehid yang terhirup akan mengakibatkan atom karbon bergabung menjadi
suatu makromolekul secara cepat di tubuh. Oksidasi untuk membuat bentuk
terkatalis dalam jaringan nasal bisa mendahului proses penggabungan tersebut dan
merupakan jalur utama detoksikasi (Heck dan Casanova, 2004). Selain itu, efek
jangka panjang penggunaan formalin akan menimbulkan dampak yang serius
terhadap konsumen, misalnya kerusakan hati, ginjal, saraf, pankreas, jantung, dan
kanker (Chanahar dan Suhanda, 2006).
Di sisi lain, selama berbelanja konsumen jarang memperhatikan bahan makanan
yang akan dibeli. Bahkan seringkali konsumen tidak bisa membedakan antara
bahan makanan yang mengandung formalin dengan yang tidak. Padahal efek yang
mungkin timbul bagi konsumen setelah mengonsumsi bahan makanan berformalin,
biasanya baru muncul beberapa tahun kemudian (Chanahar dan Suhanda, 2006).
3
Terbatasnya kemampuan konsumen untuk bisa mengidentifikasi kandungan zat
terlarang tersebut, tentu menimbulkan kekhawatiran pada konsumen selama
membeli bahan makanan mentah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk menciptakan inovasi
prototipe pendeteksi formalin. Inovasi kami adalah suatu alat yang disebut
“Dermalin” (singkatan dari detektor formalin) yang mampu mendeteksi kandungan
formalin pada bahan makanan mentah secara efektif, efisien, dan tentunya dengan
biaya yang murah, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat menggunakan alat
tersebut.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang Dermalin ?
2. Bagaimana cara membuat Dermalin ?
3. Bagaimana cara menguji Dermalin ?
C. TUJUAN
Berdasarkan rincian masalah yang akan diteliti, maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara merancang Dermalin.
2. Untuk mengetahui cara membuat Dermalin.
3. Untuk mengetahui cara menguji Dermalin.
D. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dengan adanya Program Kreativitas Mahasiswa Karsa
Cipta (PKMKC) yang hendak dilaksanakan ini adalah :
1. Prototipe dermalin yang dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan formalin
pada bahan makanan mentah secara efektif dan efisien.
2. Publikasi ilmiah
3. Draft paten
4
E. KEGUNAAN
Kegunaan dari prototipe ini adalah untuk membantu masyarakat dalam memilih
bahan makanan mentah yang tidak mengandung formalin dengan alat yang efektif
dan efisien, dan tentunya dengan biaya yang murah, sehingga seluruh lapisan
masyarakat dapat menggunakan alat tersebut.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Formalin Di Masyarakat
Formaldehid (HCHO) merupakan golongan aldehid yang paling sederhana.
Formaldehid gas dalam bentuk larutan, 37-40 % bisa berupa formalin atau
morbisid. Dari kedua zat tersebut, formalin adalah yang paling sering beredar di
kalangan masyarakat. Formalin mudah didapat dan manfaat yang diinginkan
bisa langsung terlihat dengan kadar pemakaian sedikit saja (Saparinto dan
Hidayati, 2006, Patnaik dan Pradyot, 2007).
Zat ini bersifat mutagen, tertogen, dan karsinogen bagi manusia. Mutasi
yang diinduksi oleh formalin ternyata berdampak pada limfoblast melalui cara
penghilangan sejumlah besar DNA. Sifat karsinogenik pada uji coba hewan
menunjukan bukti biologis yang mendukung kemungkinan terjadinya induksi
leukemia terhadap formaldehid, antara lain karena ditemukannya abnormalitas
sitogenik pada limfosit yang bersirkulasi. Selain itu, induksi kimia juga terjadi
pada tikus yang diberi air minum dengan konsentrasi formaldehid sebesar
1,5 g/L (tetapi tidak pada studi tikus yang diberi air minum dengan konsentrasi
formaldehid 1,9 g/L atau 5 g/L). Bukti lain yang mungkin mendukung, adalah
ditemukannya aberasi kromosom di sumsum tulang tikus yang dipajankan
formaldehid pada konsentrasi sangat rendah (0,4 sampai 1,2 ppm), serta adanya
peningkatan fraksi atau pecahan protein-terkait DNA (diasumsikan sebagai
DNA-protein cross linked) dalam limfosit yang bersirkulasi pada manusia yang
terpajan formaldehid (konsentrasi 1-3 ppm) (Heck dan Casanova, 2004).
Hipotesis yang ada menyatakan bahwa hubungan leukemia dengan pajanan
formaldehid bisa terjadi melalui efek formaldehid secara langsung di sumsum
tulang, yang diawali dengan rusaknya sel hematopoietik atau sel progenitor yang
5
baru matur. Kemungkinan sel progenitor tersebut akan bersirkulasi di darah dan
berperan sebagai sel leukemik (Zhang et al., 2009).
Sebagai senyawa oksigen reakstif (SOR) dan sumber radikal bebas eksogen,
kadar formalin perlu diperhitungkan dalam tubuh. Menurut IPCS (International
Programme on Chemical Safety), batas ambang formalin dalam tubuh adalah
1 mg per liter (dalam bentuk larutan) atau 1,5-14 mg/hari (Heryani et al., 2011).
WHO menyatakan bahwa jumlah formalin sebesar 6 gram akan membahayakan
tubuh (Santosa et al., 2011).
2. Peneliti Sebelumnya
Membahas tentang “dermalin” pada dasarnya adalah membahas tentang
suatu alat untuk mendeteksi kandungan formalin pada bahan makanan mentah.
Di luar negeri, detektor formalin memang sudah ada. Namun, alat tersebut
membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sehingga tidak semua lapisan
masyarakat dapat menggunakannya. Satu alat pendeteksi formalin biasanya
dijual dengan harga mencapai satu juta rupiah. Angka yang cukup fantastis bagi
masyarakat menengah ke bawah (Putra, 2012).
Salah satu teknik yang telah ada sebelumnya, yaitu dengan menggunakan
chip mikrofluid PDMS (polydimethylsiloxane) yang dipanaskan. Kandungan
formaldehid pada delapan sampel makanan yang berbeda dapat dideteksi hanya
dalam waktu satu menit (Weng et al., 2009).
Selain itu, terdapat juga metode spektrofotometrik untuk mendeteksi
formaldehid menggunakan asam kromotrofik. Dimana pemakaian asam sulfat
yang berbahaya dan korosif digantikan dengan campuran H3PO4 dan H2O2.
Reaksi (antara formaldehid dan asam kromatrofik dalam medium asam phosphor
terkonsentrasi) bisa meningkat dengan iradiasi campuran tersebut dengan energi
mikrowave selama 35 detik (1100 W) (Gigante et al., 2004).
Di sisi lain, saat ini telah dibuat detektor terhadap gas formaldehid (HCHO).
Proses deteksi ini menggunakan reaksi Sawicki dengan Fluoral-P, sebuah reagen
yang ada pada nanoporous film yang menunjukkan reaksi selektif terhadap
formaldehid (Descamps et al., 2012).
Melihat mekanisme yang digunakan untuk membuat alat yang ada
sebelumnya cukup rumit, sehingga menghabiskan dana yang cukup mahal.
6
Maka penelitian ini dimaksudkan untuk menciptakan suatu inovasi alat
pendeteksi formalin dengan mekanisme kerja yang sederhana dan biaya yang
murah. Sehingga seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia
dapat menggunakan “Dermalin” sebagai alat untuk memilih bahan makanan
mentah yang bebas dari formalin. Di samping itu, beberapa alat pendeteksi
formalin yang sudah ada sebelumnya masih diragukan sensitivitasnya dalam hal
mendeteksi formalin. Hal ini dikarenakan tidak adanya bukti uji sensitivitas alat
tersebut dengan cara yang telah terstandarisasi.
G. METODE PELAKSANAAN
Penelitian yang diajukan ini didesain untuk masa 5 bulan. Berdasarkan desain uji
laboratorium terhadap formalin yang akan dikembangkan, maka dapat dijabarkan
menjadi aktivitas penelitian dan indikator kinerjanya. Uraian secara rinci kegiatan
penelitian dideskripsikan sebagai berikut :
Gambar 1. Tahapan Rencana Penelitian Dan Indikator Kinerjanya
Perancangan dan pembuatan reagen untuk mendeteksi
formalin
Perancangan dan pembuatan inovasi prototipe pendeteksi
formalin
Pengujian “Dermalin” terhadap bahan makanan berformalin
Prototipe yang efektif, efisien, dan tidak mempengaruhi dari kerja reagen tersebut
“Dermalin” dengan kemampuan untuk menentukan bahan makanan yang
berformalin
KEGIATAN PENELITIAN
Reagen yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap formalin dan sudah dibuktikan
dengan cara yang terstandarisasi
INDIKATOR KINERJA PENELITIAN
Luaran : inovasi prototipe dermalin, draft publikasi ilmiah, draft paten
7
Tahap penelitian dimulai dengan penyiapan seluruh komponen yang akan
digunakan untuk penelitian. Untuk mencapai tujuan, maka tahap-tahap penelitian
terbagi menjadi dua tahap, yaitu memilih reagen dan membuat inovasi alat.
Pada tahap pertama, yaitu memilih reagen dapat diuraikan berdasarkan gambar
sebagai berikut :
Gambar 2. Desain Uji Reagen Terhadap Formalin
Pemilihan reagen dilakukan dengan memperhatikan kemampuannya untuk
bereaksi dengan formalin (sensitivitas). Reagen-reagen tersebut akan di uji
laboratorium terlebih dahulu untuk menentukan reagen mana yang memiliki
sensitivitas tinggi terhadap formalin. Kemudian setelah itu, reagen-reagen tersebut
akan di uji laboratorium lagi, namun uji coba kali ini dilakukan terhadap bahan
makanan mentah yang mengandung formalin, seperti yang diringkas pada gambar
berikut :
HASIL
FORMALIN
DIAMATI
DIAMATI
DIAMATI
DIAMATI
DIAMATI
FEHLING’S A DAN B
CHROMOTOPHIC ACID
PENTANE-2,4-DIONE C5H8O2
NASHMENITS
1,8-DIHIDROKSI NAFTALENA-
3,6-DISULFONA
8
Gambar 3. Desain Uji Reagen Terhadap Bahan Makanan Mentah Berformalin
Setelah dilakukan uji laboratorium ke dua, kemudian dilakukan pengamatan
untuk melihat apakah ada perbedaan antara reagen sensitivitas tinggi pada uji
laboratorium pertama (terhadap formalin) dengan reagen sensitivitas tinggi pada uji
laboratorium ke dua (terhadap bahan makanan mentah yang mengandung
formalin). Reagen yang memiliki sensitivitas paling baik terhadap bahan makanan
mentah yang mengandung formalin, akan digunakan sebagai reagen pada
“dermalin”. Selain itu, tentunya reagen tersebut haruslah efektif dan efisien
sehingga dapat digunakan sebagai reagen untuk “dermalin”.
EFEKTIF DAN
EFISIEN
SENSITIVITAS
DIAMATI
DIAMATI
DIAMATI
DIAMATI
DIAMATI
FEHLING’S A DAN B
CHROMOTOPHIC ACID
PENTANE-2,4-DIONE C5H8O2
NASHMENITS
1,8-DIHIDROKSI NAFTALENA-
3,6-DISULFONA
DAGING MENTAH, TAHU, MIE BASAH FORMALIN
PENCAMPURAN
9
Pada tahap ke dua, yaitu membuat inovasi alat dapat diuraikan berdasarkan
desain sebagai berikut :
Gambar 4. Pembuatan Inovasi Prototipe “Dermalin”
Di tahap ini, reagen untuk “dermalin” akan dipadatkan untuk mendapatkan
bentuk yang diinginkan. Untuk membuat reagen “dermalin” menjadi bentuk padat,
maka reagen tersebut harus dioven dengan suhu yang telah ditentukan. Kemudian,
reagen dermalin yang telah dipadatkan, direkatkan pada kertas dove. Kertas yang
digunakan sebagai tempat meletakkan reagen “dermalin”, haruslah memenuhi
kriteria, yaitu kertas tersebut tidak boleh mengganggu interaksi antara reagen
dengan formalin dan kertas tersebut harus bisa disimpan disegala tempat agar
penggunaan “dermalin” menjadi efektif dan efisien.
Setelah prototipe “dermalin” selesai, barulah “dermalin” di uji cobakan untuk
mengetahui kemampuannya dalam menentukan bahan makanan berformalin atau
tidak. Cara kerja “dermalin”, yaitu alat tersebut disentuhkan dengan bahan
makanan mentah (misalnya, daging mentah) kemudian ditunggu beberapa menit,
lalu akan muncul hasilnya. Apabila “dermalin” berubah warna, maka makanan
tersebut mengandung formalin. Namun apabila “dermalin” tidak berubah warna,
maka bahan makanan tersebut tidak mengandung formalin.
REAGEN “DERMALIN”
BENTUK PADAT
INOVASI PROTOTIPE “DERMALIN”
DIREKATKAN PADA KERTAS DOVE
10
H. JADWAL KEGIATAN
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
No. Kegiatan
Bulan Ke
1
2 3 4 5
1.
Persiapan dan pengadaan bahan-bahan penelitian
2.
Perancangan dan pembuatan reagen “dermalin”
Uji laboratorium tahap pertama
Uji laboratorium tahap ke dua
3.
Analisa hasil dan pembahasan
4.
Perancangan dan pembuatan inovasi prototipe “dermalin”
5.
Uji coba prototipe dermalin dengan cara terstandarisasi
6.
Analisa hasil dan pembahasan
7.
Pembuatan laporan akhir dan draft publikasi
I. RANCANGAN BIAYA
Tabel 2. Rancangan Biaya
No. Uraian Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Harga Total (Rp)
1.
Bea penggunaan laboratorium 6 hari 80.000 480.000
2.
Reagen fehling’s A 1 liter 170.000 170.000
3.
Reagen fehling’s B 1 liter 470.000 470.000
4.
Reagen pentane-2,4-dione C5H8O2
1 liter 3.400.000 3.400.000
5.
Reagen chromotropic acid 50 gram 3.000.000 3.000.000
6. Reagen 1,8-dihidroksinaftalena-3,6- disulfona 50 gram 2.000.000 2.000.000
7.
Ammonium acetate 1 kg 800.000 800.000
8.
Acetic acid 1 liter 400.000 400.000
11
9.
Asetilaseton 100 ml 470.000 470.000
10.
Akuades 1 liter 10.000 10.000
11.
Formalin 1 liter 450.000 450.000
12.
Daging mentah 1 kg 65.000 65.000
13.
Tahu mentah 5 bungkus 5.000 25.000
14.
Mie basah 5 bungkus 7.000 35.000
15.
Kertas dove 50 lembar 1.200 60.000
16.
Pembuatan proposal 1 paket 25.000 25.000
17.
Pembuatan laporan 1 paket 25.000 25.000
18.
Kertas 2 rim 35.000 70.000
19.
Tinta (hitam dan warna) 2 buah 50.000 100.000
20.
Internet 15 jam 5.000 75.000
21.
CD blank 3 buah 5.000 15.000
TOTAL
12.145.000
Terbilang : Dua Belas Juta Seratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah
12
J. DAFTAR PUSTAKA
Arts JHE, Rennen MAJ, Heer CD. 2006. Inhaled formaldehyde: Evaluation of sensory irritation in relation to carcinogenicity. Regulatory Toxicology And Pharmacology 44(2): 144-160.
Chanahar P, Suhanda I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.
Descamps MN, Bordy T, Hue J, Mariano S, Nonglaton G, Schultz E, Thi TTH, Despond SV. 2012. Real-time detection of formaldehyde by a sensor. Sensors and Actuators B: Chemical 170: 104-108.
Gigante AC, Gotardo MA, Tognolli JO, Pezza L, Pezza HR. 2004. Spectrophotometric determination of formaldehyde with chromotropic acid in phosphoric acid medium assisted by microwave oven. Microchemical Journal 77(1): 47-51.
Heck HA, Casanova M. 2004. The implausibility of leukemia induction by formaldehyde: A critical review of the biological evidence on distant-site toxicity. Regulatory Toxicology And Pharmacology 40(2): 92-106.
Heryani LGSS, Kardena IM, Laksmi DNDI. 2011. Paparan formalin menghambat proses spermatogenesis pada mencit. Jurnal Veteriner 12(3): 214-220.
Marpaung HM. 2006. Pola konsumsi masyarakat profil perilaku beli konsumen D.I. Yogyakarta. Fenomena 4(2): 199-216.
Patnaik, Pradyot. 2007. A Comprehensive Giude to the Hazardous Properties of Chemical Substances (3rd ed). USA : John Wiley & Sons Inc.
Putra YMP. 2012. Kini ada cara instan deteksi formalin. http://www. republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/10/17/mbzs81-kini-ada-cara-instan-deteksi- (diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 20.00 WIB)
Santosa TN, Saraswati TR, Tana S. 2011. Pengaruh pemberian diazepam, formalin, dan minuman beralkohol terhadap bobot intestinum, hepar, dan ren mencit Mus musculus L. Buletin Anatomi dan Fisiologi XIX 2: 42-54.
Saparinto C, Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius.
Sari RW. 2008. Dangerous Junk Food. Yogyakarta : Panembahan.
Spillane, James J. 2010. Ekonomi Farmasi. Jakarta : Grasindo.
Sudibyo A, Susanti I. 2011. Studi pemanfaatan air bittern sebagai suplemen dan pengawetan produk pangan. Jurnal Hasil Penelitian Industri 24(2): 67-82.
Weng X, Chon CH, Jiang H, Li D. 2009. Rapid detection of formaldehyde concentration in food on a polydimethylsiloxane (PDMS) microfluidic chip. Food Chemistry 114(3): 1079-1082.
Zhang L, Steinmaus C, Eastmond DA, Xin XK, Smith MT. 2009. Formaldehyde exposure and leukemia: A new meta-analysis and potential mechanisms. Mutation Research/Reviews in Mutation Research 681(2-3): 150-168.
13
K. LAMPIRAN
1. DESAIN PROTOTIPE DERMALIN
Gambar 5. “Dermalin” tampak atas
Gambar 6. “Dermalin” tampak samping
Gambar 7. “Dermalin” tampak depan Gambar 8. “Dermalin” tampak belakang
Keterangan :
1 = Reagen pada “dermalin” (akan berubah warna jika terpapar formalin)
2 = Kertas dove (sebagai pengangan/tempat perlekatan reagen)
1
2
14
2. BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK
i. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Hidayu Permata Hardi
b. Tempat, tanggal lahir : Solo, 23 Desember 1992
c. NIM : 10711187
d. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / Pendidikan Dokter
e. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
f. Telepon : 081392350000
g. Alamat e-mail : dayz_23dec@yahoo.com
Jogjakarta, 2 November 2012
Ketua Pelaksana
( Hidayu Permata Hardi )
NIM. 10711187
ii. Anggota Pelaksana II
a. Nama Lengkap : Retno Harti
b. Tempat, tanggal lahir : Purwodadi Dalam, 30 September 1992
c. NIM : 10612005
d. Fakultas / Program Studi : MIPA / Ilmu Kimia
e. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
f. Telepon : 085669753334
g. Alamat e-mail : retno_rei@yahoo.com
Jogjakarta, 2 November 2012
Anggota Pelaksana II
(Retno Harti)
NIM. 10612005
15
iii. Anggota Pelaksana III
a. Nama Lengkap : Asyahidatul Muchlisah Fitriana
b. Tempat, tanggal lahir : Madiun, 6 Maret 1994
c. NIM : 11711016
d. Fakultas / Program Studi : Kedokteran / Pendidikan Dokter
e. Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
f. Telepon : 085749844558
g. Alamat e-mail : amfitriana@gmail.com
Jogjakarta, 2 November 2012
Anggota Pelaksana III
(Asyahidatul Muchlisah Fitriana)
NIM. 11711016
3. BIODATA DOSEN PENDAMPING
Nama Lengkap dan Gelar : Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D.
Tempat, tanggal Lahir : Ngawi, 04 Mei 1971
NIDN : 0504057101
Golongan Pangkat : Pembina/IVA
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : Ketua Prodi Ilmu Kimia FMIPA UII
Fakultas / Program Studi : Ilmu Kimia FMIPA UII
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Indonesia
Jogjakarta, 2 November 2012
Dosen Pendamping
(Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D.)
NIDN. 0504057101
Recommended