View
1.153
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULER
DAN RENAL
PRAKTIKUM III
ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG
Oleh :
Golongan / kelompok: III / I
Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 28 Mei 2013
Nama Mahasiswa NIM Kontribusi
1. Sulistiyowati 105010568 100%
2. Indah Wahyu Utami 105010596 100%
3. Dwi Mindiarti 105010610 100%
4. Ika Desti Pratiwi 105010627 100%
5. Puji Hartati 115010675 100%
Dosen Pengampu Praktikum: Yance Anas, S.Farm., MSc., Apt
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2013
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI RENAL DAN KARDIOVASKULER
P3
ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG
I. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan kasus tentang aritmia dan gagal jantung,
serta dapat memberikan terapi pengobatan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
II. Dasar teori
1. Aritmia
Aritmia adalah gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan
orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang
melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan
atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi
bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut
bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat
(disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).
A. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan
irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir
semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.
Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid
terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)
juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia
jantung dan fibrilasi atrium.
i. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls
elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia
jantung.
j. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial
fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif
dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat
dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan
mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi
ventrikel (ventricular fibrillation).
B. Alogaritmia Aritmia
2. Gagal jantung
Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk mendefinisikan gagal
jantung. Gejala – gejala yang menjadi sorotan antara lain kompleks gejala seperti
haemodynamik, konsumsi oksigen atau kapasitas melakukan kegiatan fisik. Gagal jantung
merupakan gejala – gejala dimana pasien memenuhi ciri berikut: gejala – gejala gagal
jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan aktifitas, dan atau
kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan
tungkai.
Selain itu gagal jantung dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis dimana pasien
memiliki beberapa gambaran antara lain gejala khas gagal jantung (sesak napas saat aktifitas
fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan, pembengkakan pada tungkai) dan tanda khas
gagal jantung (takikardia, takipnea, pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular
venous pressure, edema perifer, hepatomegali) dan temuan objektif pada abnormalitas
struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, cardiac
murmur, abnormalitas pada elektrokardiogram, penigkatan konsentrasi natriuretic peptide).
A. PATOFISIOLOGI
Ketidakmampuan dan kegagalan jantung memompa darah secara langsung menciptakan
suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial underfilling. Selain
itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti sistem saraf simpatis, renin
– angiotensin – aldosterone system, arginine vasopressin dan endotelin – 1) menjadi
teraktivasi untuk mempertahankan euvolemia yang menyebabkan retensi cairan,
vasokonstriksi, atau keduanya. Pada pasien tanpa gagal jantung, respon ini untuk
mengakhiri volume cairan yang telah dipertahakan.
Aktivasi neurohormonal juga menstimulasi aktivasi sitokin proinflamasi dan mediator –
mediator apoptosis miosit. Elevasi neurohormonal dan imunomodulator yang diamati
pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan perburukan gejala gagal jantung dan
perburukan prognosis pasien (Gambar 1).4
Gambar 1. Dampak dari mediator secara patofisiologi pada hemodinamik pada pasien dengan gagal jantung. PCWP = pulmonary capillary wedge pressure; SNS = sympathetic nervous system; SVR = systemic vascular resistance.4
Gambar 2. Algoritma untuk stabilisasi awal pada acute decompensated heart failure di instalasi gawatdarurat.7
Gambar 3. Algoritma penatalaksanaan pada Acute decompensated heart failure. ADHF, acute decompensated heart failure; AJR, abdominal jugular reflex; BiPAP, bi-level positive airway pressure; BNP, B-type natriuretic peptide; CI, cardiac index; CPAP, continuous positive airway pressure; DOE, dyspnea on exertion; HJR, hepatojugular reflex; JVD, jugular venous distention; PCWP, pulmonary capillary wedge pressure; PND, paroxysmal nocturnal dyspnea; SBP, systolic blood pressure; SCr, serum creatinine; SOB, shortness of breath; SVR, systemic vascular resistance.7
III. Kasus
Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada,
dan kelihatan sangat pucat. Pada pemeriksaan didapatkan data:
RR : 40x/menit,
HR : 140x/menit, dan
TD : 130/90 mmHg
BB : 80 Kg
TB : 150 cm
Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
HDL 36 mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat
yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin.
IV. Analisa SOAP
a. Subyektif
Nama : Ny. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : wanita
Keluhan : jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, kelihatan sangat
pucat
Riwayat penyakit : hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada
kompleks QRS
Riwayat pengobatan : amiodaron, rovastatin, dan aspirin
Riwayat keluarga : bapaknya meninggal karena stroke
2. Obyektif
No. Data pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan
1. RR 40x/menit 16-20x/menit cepat
2. HR 140x/menit 60-100x/menit cepat
3. TD 130/90 mmHg 120/80 mmHg prehipertensi
4. BB 80 Kg 35,56 Obesitas
5. TB 150 cm
6. HDL 36mg/dL ≥ 60 mg/dL rendah
7. Kolesterol total 300 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi
3. Assesment
Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium dan EKG Ny. R menderita serangan aritmia
supraventrikular disertai kadar kolesterol total yang tinggi (hiperlipidemia)
4. Plan
Tujuan terapi :
a. Penurunan kolesterol total untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler
b. Mengembalikan ritme irama jantung dan mencegah kejadian serangan berulang.
Sasaran terapi :
a. mengembalikan ritme jantung hingga 60-100x/menit
b. menurunkan kadar kolesterol total hingga < 200 mg/dL
V. Analisa pengobatan yang rasional
Terapi farmakologi
1. Tepat indikasi
No. Nama obat Indikasi Mekanisme
1. Adenosin Anti aritmia Mengaktifkan aliran ion kalium yang sensitive asetilkolin di atrium, sinus dan nodus AV, yang menghasilakan pemendekan lama aksi potensial, hiperpolarisasi, dan perlambatan automatisitas normal.
2. Rovastatin Antihiperlipidemik Inhibitor kompetitif enzim HMG KoA reductse yang merupakan suatu enzim yang mengontrol biosintesis
3. Aspirin Antiplatelet Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit. Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).
4. Isosorbide dinitrat
Profilaksis dan pengobatan angina
Vasodilatasi berdasar terbentuknya nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel dinding pembuluh
2. Tepat obat
No. Nama obat Alasan dipilih Keterangan
1. Adenosin Merupakan obat pilihan pertama karena durasi kerjanya yang pendek tidak akan memperlama kompromi hemodinamik pada penderita dengan kompleks QRS yang lebar
Tepat obat
2. Rovastatin Derivat sintetis yang khasiatnya terkuat dari semua statin dengan penurunan kadar kolesterol dan trigliserid
Tepat obat
3. Aspirin Mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada sirkulasi arteri
Tepat obat
4. Isosorbide dinitrat Baik untuk pasien dengan keadaan jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, penggunaan per oral untuk menanggulangi serangan angina akut secara efektif
Tepat obat
3. Tepat pasien
No. Nama obat Kontra indikasi Keterangan
1. Adenosin Blok AV derajat 2 atau 3 dan sindrom ganguan sinus (kecuali bila digunakan pada jantung); asma
Pasien tidak mengalami kontaindikasi
2. Rovastatin Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten kadar transaminase serum 3x dari batas atas nilai normal, hipersensivitas pada statin, wanita hamil, dan menyusui
Pasien tidak mengalami kontaindikasi
3. Aspirin Pasien yang sensitive dengan aspirin. Asma, tukak lambung, perdarahan subkutan, hemophilia, trombositopenia, pasien dengan terapi antikoagulan.
Pasien tidak mengalami kontaindikasi
4. Isosorbide dinitrat
Hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi, kardiopati, obstruktif, anemia berat, trauma kepala
Pasien tidak mengalami kontaindikasi
4. Tepat dosis
No. Nama obat Dosis yang direkomendasi Dosis anjuran
1. Adenosin 120 – 180 mg/ hari 3 x sehari 40 mg
2. Rovastatin 1 x sehari 10 mg Dosis pemeliharaan : 10 – 80 mg
1 x sehari 10 mg
3. Aspirin 150 – 300 mg sebagai dosis tunggal diberikan segera setelah kejadian iskemik dan kemudian diikuti dengan pemberian jangka panjang 75 mg sehari sekali untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya
1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk mencagah penyakit jantung selanjutnya
4. Isosorbide dinitrat Angina : 30 – 120 mg sehari dalam dosis terbagi
5 – 10 mcg/min secara IV
5. Waspada efek samping
No. Nama obat Efek samping Keterangan
1. Adenosin Muka merah, nyeri dada, bronkospasme, rasa tercekik, mual, kepala terasa ringan
Bila efek samping terjadi dosis dapat dikurangi
2. Rovastatin Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, nyeri abdomen, mialgia, astenia.
Bila efek samping terjadi dosis dapat dikurangi
3. Aspirin Mual, muntah, anoreksia, nyeri epigastrium, diare, luka erosif dan ulseratif. Penggunaan jangka panjang mungkin dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik. Perpanjangan waktu perdarahan. Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik,
Sebaiknya diminum sesudah makan untuk menghindari nyeri lambung
4. Isosorbide dinitrat - -
Terapi non farmakologi
1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil
2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.
3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.
4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.
5. Mengelola stress
6. Menjaga berat badan
VI. Monitoring
Monitoring terhadap keadaan pasien, antara lain :
1. Monitoring terhadap tekanan darah
2. Monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Monitoring terhadap penggunaan obat :
1. Monitoring terhadap efek samping obat
2. Evaluasi keberhasilan terapi aritmia
3. Evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia.
VII. KIE
1. Diinformasikan kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi
untuk keberhasilan pengobatan.
2. Pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan.
3. Pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang digunakan.
4. Informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama denganterapi
non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.
VIII. Pembahasan
Aritmia merupakan penyakit hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada
detak jantung. Kondisi dimana disebabkannya ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan
aktivitas jantung. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls,
konduksi impuls atau keduanya. Mekanisme kerja obat antiaritmia yaitu penurunan frekuensi jantung
(efek kronotrop negatif) dan mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrop negatif). Dari kasus
diatas dilihat dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
Dilihat dari data Ny. R mengalami gangguan aritmia dan hiperlipidemik. Diketahui juga
terdapat abnormalitas pada kompleks QRS. Interval QRS adalah manifestasi waktu penghantaran
impuls didalam ventrikel dan besarnya antara 0,03 – 0,10 detik pada sadapan dada. Penambahan
waktu menjadi lebih besar dari nilai yang normal biasanya terjadi pada hipertrofi ventrikel dan
gangguan hantaran seperti adanya blok cabang berkas pada vebtrikel kiri atau kanan.
Berdasarkan algoritma terapi penanganan aritmia amiodaron tidak dipilih sebagai obat
pilihan pertama, maka dipilihlah golongan DCC (adenosine). dalam kasus ini Ny. R mengalami nyeri
dada sehingga pemilihan adenosine merupakan pilihan yang tepat. pemberian Isosorbide dinitrat
secara IV untuk mengatasi nyeri dada lebih cepat karena bersifat vasodilator koroner yang poten.
Isosorbide dinitrat diberikan secara IV hanya diberikan di rumah sakit sebagai tindakan pertama
mengurangi nyeri dada. Selanjutnya tidak diberikan pada tahap pemeliharaan karena pemberian
adenosine sudah cukup untuk mengatasi terjadinya nyeri dada.
Aspirin diindikasikan sebagai antiplatelet. Alasan dipilihnya aspirin adalah karena aspirin
dapat mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada
sirkulasi arteri, dapat juga untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya, dan untuk mencegah
terjadinya stroke dimana pasien mempunyai riwayat keturunan stroke. Aspirin diminum sesudah
makan untuk menghindari iritasi lambung.
Penatalaksanaan terapi Ny. R untuk mengatasi keluhannya :
Terapi non farmakologi:
1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil
2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.
3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.
4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.
5. Mengelola stress
6. Menjaga berat badan
Terapi farmakologi:
No. Nama obat Dosis anjuran
1. Adenosin 3 x sehari 40 mg
2. Rovastatin 1 x sehari 10 mg
3. Aspirin 1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk mencagah penyakit jantung selanjutnya
4. Isosorbide dinitrat
5 – 10 mcg/min secara IV
Monitoring terhadap keadaan pasien dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
Monitoring terhadap tekanan darah, monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Sedangkan monitoring terhadap penggunaan obat dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
monitoring terhadap efek samping obat, evaluasi keberhasilan terapi aritmia, evaluasi
keberhasilan terapi hiperlipidemia. Selain melakukan monitoring juga dilakukan KIE kepada
pasien maupun keluarganya, berupa: informasi kepada pasien untuk menjalankan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan, pasien diedukasi
tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan, pasien diberitahu tentang aturan pakai obat,
efek samping, dosis obat yang digunakan, informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan
terapi farmakologi bersama denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.
IX. Kesimpulan
1. Ny. R mengalami artmia dan hiperlipidemia
2. Terapi yang diberikan yaitu terapi farmakologi dengan pemberian isosorbide dinitrat secara
intravena ketika datang ke rumah sakit, adenosine, rovastatin dan aspirin
3. Terapi non farmakologi yaitu menjaga tekanan darah agar tetap stabil, penurunan asupan
kolesterol dalam makanan, olahraga yang teratur dengan ritme tetap, diet garam, 2.4 g Na atau
6 g NaCl/hari, mengelola stress, menjaga berat badan
X. Daftar pustaka
Chobaniam AV et al., 2003, Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection
and Treatment of High Blood Pressure
Dipiro,J.T., PharmD, FCCP, et al., Pharmacoterapy: a pathophysiologic Approach, Sixth Edision 2005,
The McGraw –Hill Companies Inc, Medikal Pulishing Division, United States of America
Sukandar,Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT.ISFI. Jakarta
http://www.artikelkedokteran.com/
Recommended