View
122
Download
17
Category
Preview:
DESCRIPTION
prinsip pemberian anastesi
Citation preview
William Morton(Father of modern anesthesia)
Oleh:Dr. Nasman Puar SpAn
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang
Jenis-jenis anestesi
Anestesi
Anestesi Umum
Anestesi Lokal
Anestesi Regional
Peripheral nerve block
Epidural and Spinal Anesthesia
Anestesi Regional
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
Pembagian anestesi regional 1. Blok sentral (blok neuroaksial),
meliputi blok spinal, epidural dan kaudal
2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan, blok saraf, dan regional intravena
Obat analgetik lokal/regional Secara kimia, anestesi lokal digolongkan
sebagai berikut : Senyawa ester Adanya ikatan ester sangat menentukan
sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain
Senyawa amida Contohnya senyawa amida adalah
dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain
Komplikasi obat anestesi lokal Obat anestesi lokal, melewati dosis
tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat lokal atau sistemik
Komplikasi lokal
1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan antisepsis.
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.
Komplikasi sistemik
1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.
2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi.
3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.
Persiapan Anesthesia Regional Persiapan anestesi regional sama dengan
persiapan GA karena untuk mengantisipasi terjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah → kolaps kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum.
Keuntungan Anestesia Regional Alat minim dan teknik relatif sederhana,
sehingga biaya relatif lebih murah. Relatif aman untung pasien yg tidak
puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar.
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesia Regional Tidak semua penderita mau
dilakukan anestesi secara regional. Membutuhkan kerjasama pasien
yang kooperatif. Sulit diterapkan pada anak-anak. Tidak semua ahli bedah menyukai
anestesi regional. Terdapat kemungkinan kegagalan
pada teknik anestesi regional.
BLOK SENTRALSpinal dan Epidural Anestesi Neuroaksial blok (spinal dan epidural
anestesi) akan menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat anestesi lokal).
Anestesi Spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid.
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal, dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3.
Indikasi Anestesi Spinal
Bedah ekstremitas bawah. Bedah panggul Tindakan sekitar rektum-perineum Bedah obstetri ginekologi Bedah urologi Bedah abdomen bawah
Kontra Indikasi Anestesi Spinal Terdapat kontra indikasi absolut dan
kontra indikasi relatif dalam penggunaan anestesi spinal
Kontra indikasi absolut : Pasien menolak untuk dilakukan
anestesi spinal Terdapat infeksi pada tempat
suntikan Hipovolemia berat sampai syok
Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapiantikoagulan
Tekanan intrakranial yang meningkat Fasilitas untuk melakukan resusitasi
minim Kurang berpengalaman atau tanpa
konsultan anestesi
Kontra indikasi relatif : Menderita infeksi sistemik ( sepsis,
bakteremi ) Terdapat infeksi disekitar tempat
suntikan Kelainan neurologis Kelainan psikis Bedah lama Menderita penyakit jantung Hipovolemia Nyeri punggung kronis.
Persiapan anestesi spinal Persiapan anestesi spinal seperti
persiapan pada anestesi umum. Daerah disekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu harus pula dilakukan :
Informed consent Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium anjuran
Peralatan anestesi spinal Peralatan monitor, untuk memonitor
tekanan darah, nadi, oksimeter denyut dan EKG
Peralatan resusitasi /anestesia umum
Jarum spinal Jarum pinsil (whitecare) Jarum tajam (Quincke-Babcock)
Teknik analgesia spinal Posisi duduk atau posisi tidur lateral
decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa dipindahkan lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat
Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan buat pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba.
Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5, tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atau L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml.
Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, ruang epidural, duramater dan ruang subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.
Anestesi Epidural Blokade saraf dengan menempatkan obat di
ruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.
Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akarsaraf spinal yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.
Keuntungan epidural dibandingkan spinal :
Bisa segmental Tidak terjadi headache post op Hypotensi lambat terjadi Efek motoris lebih kurang Dapat 1–2 hari dengan kateter post
op pain
Kerugian epidural dibandingkan spinal :
Teknik lebih sulit Jumlah obat anestesi lokal lebih besar Reaksi sistemis Total spinal anestesi Obat 5–10x lebih banyak untuk level
analgesi yang sama
Anestesi Caudal Indikasi : operasi perineal Cara :
Cari cornu sacralis kanan-kiri Diantaranya adalah membran sacro
coccygeal hiatus sacralis
ANESTESI LOKAL
Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:
Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen
Batas keamanan harus lebar
Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa
Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama
Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan
Mekanisme kerja
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.
Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.
Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum alveolar concentration) dipengaruhi oleh:
Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf pH (asidosis menghambat blockade
saraf) Frekuensi stimulasi saraf
Awal bekerja bergantung beberapa factor, yaitu:
pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat
Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal kerja cepat
Konsentrasi obat anestetika lokal
Lama kerja dipengaruhi oleh: Ikatan dengan protein plasma karena
reseptor anestetika lokal adalah protein
Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi Dipengaruhi oleh banyaknya
pembuluh darah perifer di daerah pemberian
Efek samping terhadap sistem tubuh Sistem kardiovaskular
Depresi automatisasi miokard Depresi kontraktilitas miokard Dilatasi arteriolar Dosis besar dapat menyebabkan
disritmia/kolaps sirkulasi
Sistem pernafasan Relaksasi otot polos bronkus Henti nafas akibat paralisis saraf
frenikus Paralisis interkostal Depresi langsung pusat pengaturan
nafas
Sistem saraf pusat
Parestesia lidah Pusing Tinnitus Pandangan kabur Agitasi Depresi pernafasan Tidak sadar Konvulsi Koma
Imunologi Reaksi alergi
Sistem musculoskeletal Miotoksik (bupivakain > lidokain >
prokain)
keadaan kehilangan kesadaran, disertai hilangnya sensasi rasa sakit diseluruh tubuh dan relaksasi otot pada derajat tertentu karena pemberian obat anestesi.
Masalah-masalah anestesi umum
1. Lambung terisi penuh 2. gangguan kardivaskular, seperti :
hipotensi 3. Kegagalan pernafasan 4. Tamponade kardiak 5. CNS (Central Nervous System)
pasien harus sudah dalam keadaan stabil hemodinamikanya.
Pencegahan Aspirasi mencegah terjadinya aspirasi dari isi lambung dapat dilakukan cara :
o Posisi head down selama trakea tidak diintubasi
o Tube nasogastrik diisap bersih lalu dilepas sebelum diinduksi
o Siapkan suction yang kuat, bekerja baik dan kateter besar.
Induksi head up crash intubation (40°) untuk tenaga yang sudah trampil intubasitrauma maksilofasial yang sukar jalan nafasnya dan berdarah terus-menerus jangan memakai cara ini
Bila fasikulasi selesai cepat relaksasi rahang, cepat intubasi, pasang cuff, kembali head down, nafas buatan.
Selama intubasi dan cuff belum terpasang, jangan berikan nafas buatan kecuali intubasi gagal
robah head down dan beri nafas buatan untuk mengatasi hipoksia
Intubasi head down merupakan pilihan lainnya jika cara head up tidak dapat dilakukan.
penderita tidur miring dulu, baru ditelentang waktu akan laringoskopi
Pada trauma maksilofasial atau kesulitan jalan nafas pertimbangkan intubasi sadar
Diberi spray lidokain 2% pada lidah dan faring, tetapi jangan kena plika vocalis.
Diazepam 0,1 - 0,2 mg/kg iv dapat diberikan untuk mengurangi stres penderita dan memudahkan intubasi.
Setelah nafas spontan kembali, reversal diberikan untuk menghilangkan sisa relaksan, siap suction yang kuat
Kecuali pada kraniotomi maka semua ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar/cukup sadar untuk menjaga jalan nafasnya dari aspirasi
penyakit-penyakit khusus sebagai penyulit dari masalah bedahnya sering dijumpai seperti :
Penyakit jantung koroner Penyakit jantung dekompensasi Diabetes mellitus Asma bronkiale
Teknik Anestesi Umum Parenteral
Obat anestesi masuk ke dalam darah dengan cara suntikan IV atau IM. Untuk selanjutnya dibawa darah ke otak dan menimbulkan keadaan narkose.
InhalasiObat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.
Perrectal Obat anestesi diserap lewat mukosa rectum
kedalam darah dan selanjutnya sampai ke otak. Dipergunakan untuk tindakan diagnostic
(katerisasi jantung, roentgen foto, pemeriksaan mata, telinga, oesophagoscopi, penyinaran dsb) terutama pada bayi-bayi dan anak kecil. Juga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak-anak. Syaratnya adalah:
rectum betul-betul kosong tak ada infeksi di dalam rectum Lama narkose 20-30 menit.
Obat-obat anastesia intravena
adalah obat anastesia yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot.
Dalam praktek anastesia, obat-obat anastesia intravena adalah :
Obat-obat anastesia yang sampai saat ini ada dan sudah ada di pasaran indonesia serta umum digunakan dalam praktik anastesia :
Thiopentone Diazepam Dihidrobenzperidol Fentanil Ketamin hidrokhlorida Midazolam Di- iso propil fenol atau propofol
Thiopentone
Berupa bubuk yang berwarna putih kekuningan, bersifat higroskopos, rasanya pahit, berbau seperti bawang putih dan sediaannya selalu dicampur sodium karbonat anhidrous, sehingga mudah larut dalam air
Efek farmakologi
Terhadap sistem saraf pusatobat ini sangat cepat berdifusi ke jaringan otak dan efeknya akan segera tampak dalam 30 detik
Derajat depresinya sangat bergantung dari dosis yang diberikan. Makin tinggi dosis yang diberika , depresinya makin berat.
Terhadap sistem respirasimenimbulkan depresi pusat nafas menyebabkan pasien henti nafas
Terhadap sistem kardiovaskularpenurunan tekanan darah yang sangat bergantung dari konsentrasi obat dalam plasma
Terhadap otot rangka dan uterusPada dosis lazim tidak ada pengaruhnya terhadap tonus otot rangka dan uterus yang hamil
Terhadap metabolismeMenurunkan laju metabolisme sel sehingga konsumsi O2 akan berkurang sesuai dengan dalamnya anastesia
Reaksi thiopenton dalam tubuh
Pada pemberian intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, selanjutnya diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang kaya dengan vaskularisasi
secara perlahan akan mengalami difusi kedalam jaringan lain seperti : hati, otot, jaringan lemak
Setelah terjadi penurunan dosis obat dalam plasma konsentrasi dalam otak juga akan turun.
Dalam darah diikat oleh protein plasma.
Pemecahannya terutama di hati dan ekskresinya melalui urin dan feses dalam bentuk hasil metabolit.
Tidak boleh diberikan pada pasien yang menderita Penyakit paru obstruksi menahun Dekompensasi kordis Syok yang berat Insufisiensi adrenokortikal Status asmatikus
Dosis dan cara pemakaian
Untuk induksi, dibuat dalam larutan akuades atau NaCL 0.9% dengan konsentrasi 2,5% atau 5,0%.
Dosis untuk induksi adalah 4-5 mg/KgBB, diberikan intravena pelan-pelan.
Ketamin hidrokhlorida
Ketamin hidrokhlorida adalah golongan fenil sikloheksilamin merupakan “rapid acting non barbiturat general anastesia “
Merupakan larutan tidak berwarna, bersifat agak asam dan sensitif terhadap udara dan cahaya
Efek farmakologi
Terhadap susunan saraf pusatmenyebabkan mimpi buruk dan halusinasi, sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan intrakranial.
Efek-efek tersebut dikurangi dengan pemberian diazepam atau obat lain yang mempunyai khasiat amnesia
Terhadap mataMenmulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan
Terhadap sistem kardiovaskularKetamin adalah obat anastesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Terhadap sistem respirasiPada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi bila menimbulkan respirasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma.
Terhadap pada otot Tonus otot bergaris meningkat, bahkan bisa terjadi rigiditas sampai kejang-kejang.
Terhadap reflek-reflek proteksiRefleks proteksi jalan nafas masih utuh, oleh karena itu hendaknya hati-hati melakukan isapan pada daerah jalan nafas atas
Terhadap metabolismeKetamin merangsang sekresi hormon-hormon katabolik seperti : katekolamin, kortisol, glukagon dan tiroksin sehingga laju katabolisme meningkat
Dosis dan cara pemberian
Untuk induksiDiberikan intravena dalam bentuk larutan 1 dengan dosis lazim 1-2mg/KgBB pelan-pelan.
Untuk pemeliharaan Pemberian secara intermiten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal
Propofol
Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol yang banyak dipakai sebagai obat anastesia intravena
Berupa cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam.
Efek farmakologi
Terhadap susunan saraf pusatPenurunan kesadaran segera terjadi setelah pemberian obat ini secara intravena
Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi respirasi yang beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada beberapa pasien, bisa disertai dengan henti nafas sesaat
Terhadap sistem kardiovaskularDepresi pada sistem kardiovaskular yang ditimbulkan sesuai dengan dosis yang diberikan.
dosis Induksi anastesia, dosisnya 2,0-
2,5mg/KgBB. pada lansia dan bayi dosis ini harus disesuaikan
ANESTESI INHALASI
anestesi umum yang dihasilkan oleh uap obat anestesi ( volatile) masuk dalam tubuh melalui pernafasan.
Perkembangan obat anestesi mengalami banyak perbaikan. Contoh obat anestesi inhalasi adalah: Ether, halothane, enflurane, Isoflurane, Sevoflurane, desflurane, N2o.
Syarat obat anestesi yang ideal
1. Berbau enak, tdk merangsang nafas, shg induksi cepat dan lancar.2. Mempunyai daya kelarutan gas rendah3. Stabil dalam penyimpanan, tdk terpengaruh pada bahan/sirkuit anestesi dan absorber.4. Tidak mudah terbakar/meledak
5. Harus mampu menghilangkan kesadaran, menghasilkan anelgesi dan relaksasi otot.
6. Harus cukup kuat dan bisa diberikan dengan kadar O2 tinggi
7. Harus tidak dimetabolisme tubuh, tidak toksis, tidak menimbulkan reaksi alergi.
8. Harus menghasilkan depresi minimal pada Kardiovaskular dan sistem respirasi, tidak saling mempengaruhi dengan obat lain yang sering digunakan dlm anestesi (mis.adrenalin).
HALOTAN
Adalah obat anestesi golongan hidrokarbon berhalogen yang tidak dapat terbakar atau meledak.
Efek farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat dapat menurunkan tahanan vaskuler otak dan meningkatkan aliran darah otak dengan jalan melebarkan pembuluh darah otak.
Terhadap sistem kardiovaskular Terjadi depresi otot jantung sesuai
kedalaman anestesi dan depresi langsung S-A node, relaksasi otot polos dan inhibisi baroreseptor
Terhadap sistem respirasiHalotan menyebabkan pernafasan yang cepat dan dangkal, karena depresi sentral ( medulla) dan perifer ( disfungsi otot interkostal).
Terhadap ginjalTerjadi penurunan aliran darah ginjal, filtrasi glomeruler dan produksi urin oleh karena turunnya tekanan darah arterial
Terhadap hati Pada konsentrasi 1,5vol% akan menurunkan aliran darah pada lobulus sentral hati.penurunan aliran darah pada pada lobus sentral ini menyebabkan nekrosis sel pada sentral hati,
Dosis : Untuk induksi : konsentrasi yang
diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama dengan N2O.
Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1.0-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1,0%.
kontraIndikasi
penggunaan halotan tidak dianjurkan pada pasien :
Menderita gangguan fungsi hati dan gangguan irama jantung
Operasi kraniotomi.
ENFLURANE
Merupakan obat anastesia inhalasi yang termasuk turunan eter.
Dikemas dalam bentuk cair, tidak berwarna, tidak iritatif, berbau agak harum, tidak eksplosif, lebih stabil dibandingkan dengan halotan
Efek farmakologi
Terhadap sistem saraf pusatPada dosis tinggi menimbulkan “twitching” ( tonik-klonik ) pada otot muka dan anggota gerak
tidak dianjurkan pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsi
Terhadap sistem kardiovaskular Secara kualitatif efeknya sama dengan halothane .walaupun enfluran meningkatkan kepekaan otot jantung terhadap katekolamin.
Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi respirasi sesuai dengan dosis yang diberikan.volume tidal berkurang tetapi frekuensi nafas hampir tidak berubah.
Terhadap ginjal Dapat menurunkan Darah ginjal,
menurunkan laju filtrasi ginjal dan akhirnya menurunkan diuresis.pemecahan enfluran menghasilkan metabolit flourida anorganik, tetapi konsentrasi dalam plasma tidak pernah mencapai konsentrasi yang nefrotoksik.
Terhadap otot rangkaMenurunkan tonus otot skelet melalui mekanisme depresi pusat motoris pada serebrum
Terhadap uterusMenimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap oksitosin tetap baik
Terhadap hatiTerjadi gangguan fungsi hati yang ringansekitar 2,0-8,0% dari dosis yang diberikan mengalami metabolisme di hati
Dosis : Untuk induksi, konsentrasi yang
diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama dengan N20
Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 1,0-2,5%, sedangkan nafas kendali 0,5-1,0%
ISOFLURANE
Daya kelarutannya paling kecil, shg kadar dalam alveolus mudah tercapai keseimbangannya, lebih bersifat iritasi dibanding dengan halothan
Efek farmakologi
Terhadap sistem saraf pusatMeningkatkan aliran darah otak ( ADO) dan TIK, tapi lebih kecil dibanding obat anestesi lain
Sistem kardiovaskulardepresinya lebih kecil daripada halothan dan enflurane
Terhadap sistemRespirasi: bersifat bronkodilator walau mengiritasi jalan nafas, jarang terlihat takipnea.
Terhadap MetabolismeMetabolisme utamanya dalam bentuk oksidasi , difluorometanol yang dipecah menjadi asam asetat, minimal dan tidak bersifat toksis terhadap ginjal dan hepar
SEVOFLURAN
Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidk berbau dan tidak iritatif sehingga baik untuk induksi inhalasi
Efek farmakologi
Terhadap sistem saraf pusatEfek depresinya hampir sama dengan isofluran. Aliran darah otak sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial.
Terhadap sistem kardiovaskularRelatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia selama anesthesi dengan sevofluran
Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi nafas yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan.
Terhadap otot rangkaEfeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan isofluran
Terhadap ginjalEfek terhadap aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus lebih ringan dibandingkan dengan isofluran
terhadap hatitidak toksik dan tidak menimbulkan gangguan fungsi hati.
BiotransformasiHampir seluruhnya dikeluarkan melalui udara ekspirasi, hanya sebagian kecil 2-3% Dimetabolisme dalam tubuh
Dosis : Untuk induksi, konsentrasi yang
diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0% bersama dengan N20
Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 2,0-3,0%, sedangkan nafas kendali 0,5-1,0%.
Terima Kasih
Recommended