View
233
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PROBLEMATIKA BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KANTOR URUSAN AGAMA
(KUA) KECAMATAN CIPUTAT PADA TAHUN 2015
SKRIPSI
diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan gelar
Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh :
ALAN AMANI
NIM : 1110053100022
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H./2016 M.
PROBLEMATIKA BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KANTOR URUSAN AGAMA
(KUA) KECAMATAN CIPUTAT PADA TAHUN 2015
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar
Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh
Alan Amani
1110053100022
Di bawah bimbingan
Drs. Ade Marfudin MM
KONSENTRASI HAJI DAN UMRAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Problematika Bimbingan
Manasik Haji di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Pada Tahun 2015”
merupakan karya dari penulis, dan apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran dalam hal
plagiasi maka penulis siap menerima hukuman sesuai undang-undang yang berlaku.
Jakarta, 07 Oktober 2016
Yang Membuat pernyataan
Alan Amani
i
ABSTRAK
Alan Amani
PROBLEMATIKA BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KANTOR
URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT PADA
TAHUN 2015.
DOSEN PEMBIMBING : Drs. ADE MARFUDIN MM
Problematika merupakan sesuatu hal yang belum bisa dipecahkan
sehingga menimbulkan sebuah akibat atau masalah. Melalui masalah akan
diketahui berjalan dengan lancar atau tidaknya sebuah program, dan juga
akan menemukan kekurangan dengan program yang sudah dijalankan. Hal
ini juga yang ada pada KUA dalam menjalankan program bimbingan
manasik haji, mengetahui sebuah problematika dalam pelaksanaannya
merupakan keharusan, agar ke depannya lagi pihak KUA bisa
memberikan pelayanan yang lebih bagus dan optimal kepada peserta
manasik haji.
Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah apa
saja problematika yang ada di bimbingan manasik haji. Dan juga apa saja
faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan manasik
haji yang ada di KUA Kecamatan Ciputat.
Problematika yang dihadapi oleh KUA Ciputat adalah, pertama,
kurangnya waktu dalam pelaksanaan manasik haji yaitu hanya empat kali
pertemuan. Kedua, kurangnya sarana prasarana dalam pelaksanaan praktik
manasik haji yang hanya dilaksanakan di halaman KUA. Ketiga, metode
penyampaian materi yang hanya ceramah dan sesi Tanya jawab.
Kata Kunci : Problematika, Bimbingan Manasik Haji.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala rasa puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas pertolongan dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam terus penulis
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan para pengikutnya.
Walaupun ada hambatan dan rintangan yang penulis alami dari
masa kuliah sampai penyelesaian skripsi ini, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Problematika Program
Bimbingan Manasik Haji di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Ciputat Pada Tahun 2015” .
Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya, karena
tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak, sulit rasanya bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya, izinkanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Misgiat Fauzi dan Ibunda
Asna Saadah yang telah berjuang dan berkorban untuk buah hatinya.
Kakakku Zahro Abdani Fauzi dan kedua Adikku Atqiya Muslihati dan
iii
Awad El-Hakam terima kasih atas semangat dan doanya, semoga
kesehatan dan kesuksesan menyertai jalan hidup kalian.
2. Dr. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Suparto, M.Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Raudhonah, MA selaku
Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku
Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah dan Ibu Kalsum Minangsih, M Ag selaku Dosen Penasehat
Akademik.
4. Bapak Drs. Ade Marfudin M.M selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan semua pengetahuan dan ilmunya
kepada penulis.
6. Kepada seluruh staf dan pegawai perpustakaan, baik perpustakaan
utama ataupun perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah menyediakan buku-buku rujukan dalam
penulisan Skripsi ini.
7. Drs. H. Al Amin selaku Kepala KUA Kecamatan Ciputat beserta staf-
stafnya yang telah bersedia menjadi sumber informasi untuk penelitian
ini.
iv
8. Bapak Khaerudin selaku ketua panitia penyelenggara bimbingan
manasik haji KUA Ciputat tahun 2015 yang telah berkenan untuk
menjadi narasumber wawancara dalam penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan Manajemen Haji dan Umrah (MHU)
2010.
Terimakasih atas kebersamaan dan keharmonisan kalian selama ini,
dan semoga kalian selalu dalam limpahan Rahmat-Nya.
10. Badi’ Nurfiana, terimakasih atas kesediaannya untuk selalu
mendampingi penulis dalam keadaan dan kondisi apapun, semoga
tuhan selalu memberikan kekuatan, kesehatan dan kesuksesan.
11. Penghuni kos Jati 32b Rizki, Dani, Aris, dan Jaenal. Serta pendahulu
kos Jati mas Zaky, bro Ded, bung Adi. Terimakasih atas saran dan
juga supportnya.
Semoga tuhan membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan ini dengan limpahan rahmat serta nikmat
yang tiada terkira. Dan semoga penulisan skripsi ini memberikan
manfaat yang positif kepada semuanya.
Jakarta, 26 Agustus 2016
Alan Amani
v
DAFTAR ISI
Abstrak ............................................................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 7
1. Metode Penelitian..................................................................... 7
2. Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 7
3. Jenis Penelitian ......................................................................... 8
4. Waktu Penelitian ...................................................................... 8
5. Lokasi Penelitian ...................................................................... 8
6. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 8
7. Sumber dan teknik Analisa Data .............................................. 9
8. Pedoman Penulisan Skripsi ...................................................... 9
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Problematika ........................................................................................ 12
1. Pengertian Problematika .......................................................... 12
2. Faktor-Faktor Problematika ..................................................... 12
3. Langkah-Langkah Memecahkan Problematika........................ 13
B. Bimbingan Manasik Haji ..................................................................... 14
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji ....................................... 14
2. Fungsi dan Tujuan Manasik Haji ............................................. 20
a. Fungsi Bimbingan Manasik Haji ................................. 20
b. Tujuan Bimbingan Manasik Haji ................................. 20
c. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji ............. 21
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
KECAMATAN CIPUTAT
A. Sejarah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat ................ 26
B. Visi, Misi dan Tujuan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Ciputat .................................................................................................. 27
C. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Ciputat .................................................................................................. 29
D. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Ciputat .................................................................................................. 30
vi
BAB 1V ANALISIS PROBLEMATIKA BIBMBINGAN MANASIK HAJI
DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN
CIPUTAT PADA TAHUN 2015
A. Langkah-Langkah Memecahkan Problematika.................................... 35
B. Analisa Pencapaian Hasil Pada Bimbingan Manasik Haji ................... 48
C. Upaya-Upaya Perbaikan....................................................................... 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 50
B. Saran-Saran .......................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perintah haji membawa pesan spiritualitas sosial yang
diharapkan membawa perubahan sosial di lingkungan sekitar ke arah
lebih baik. Biaya mahal serta banyaknya hambatan dan kesulitan dalam
menunaikan ibadah haji tidak mengurangi animo masyarakat muslim
Indonesia untuk melaksanakannya. Karena dengan menunaikan ibadah
haji seorang muslim dianggap telah menyempurnakan agamanya. Selain
itu, gelar haji secara sosiologis dalam masyarakat muslim Indonesia
juga merupakan status sosial. Para pelakunya tidak hanya dipandang
telah memiliki kemampuan ekonomi, bahkan tidak jarang dipandang
sebagai orang „alim.
Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat Islam se-dunia.
Inilah keistimewaan haji sebagai ibadah yang tidak dimiliki oleh agama
lain. Haji akan mempererat persaudaraan dan kesatuan umat serta
mewujudkan ukhuwah islamiyah yang mengikat seluruh umat Islam di
dunia. Ibadah haji mengajarkan sifat tawadhu’ karena setiap yang
melakukan haji harus meninggalkan segala atribut dunia; jabatan, status
sosial, perbedaan ras, bahasa dan budaya. Semua berkumpul di tempat
2
yang sama untuk melaksanakan ibadah yang sama. Tidak ada yang
membedakan mereka kecuali tingkat ketaqwaannya kepada Allah.
Banyak motif umat Islam Indonesia melaksanakan ibadah haji.
Diantaranya untuk meningkatkan amal kebaikan, menjadi teladan kepada
masyarakat, memperoleh status sosial, dan meningkatkan pamor politik. Disatu
sisi, ibadah haji memiliki makna dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Namun
di sisi lain haji adalah fenomena spiritual maha dahsyat yang dapat mengubah
pandangan spiritual seseorang. Di atas semua itu, haji merupakan ritual puncak
islam yang menjadi sarana membangun kedekatan antara mahluk dengan Sang
Khalik.
Perkembangan haji di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan adanya daftar tunggu (waiting list)
yang semakin hari semakin bertambah. Untuk itu fenomena itu harus diiringi
dengan sistem manajemen yang bagus agar tidak mengecewakan para jamaah haji
Indonesia. Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia sudah menjadi tanggung
jawab pemerintah yang tanggung jawabnya diserahkan kepada Kementrian
Agama Republik Indonesia, berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2008
pasal 6 menyebutkan bahwa pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,
pelayanan, perlindungan dengan menyediakan pelayanan administrasi, bimbingan
ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal
lainnya yang diperlukan oleh calon jamaah haji1
1 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Haji Dari Masa ke Masa, (Jakarta:
Direktorat Jendral Haji dan Umrah, 2012)
3
Karena itu, ibadah haji merupakan kegiatan penting yang memerlukan
adanya penanganan khusus mengurusi masalah kegiatan haji yang meliputi
keseluruhan aspek di atas agar kegiatan ibadah haji tersebut berjalan dengan
semestinya dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh jamaah.
Dari berbagai aspek di atas, ada satu aspek yang dirasa sangat penting bagi
para calon jamaah haji yaitu dalam aspek bimbingan haji. Bimbingan ibadah haji
ini sendiri merupakan faktor penting yang mempengaruhi mabrur tidaknya
jamaah haji itu sendiri.
Pembinaan Haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan
dan pembimbingan bagi jamaah Haji. Penyuluhan memberikan penjelasan
mengenai prosedur. Sedangkan pembinaan membahas mengenai bimbingan
penyelenggaraan ibadah haji. Bimbingan ini meliputi pedoman pembinaan,
tuntunan manasik haji dan panduan perjalanan ibadah haji.
Menurut peraturan Menteri nomor 14 tahun 2012 bahwa Pemerintah wajib
memberikan bimbingan kepada jamaah haji sejak sebelum keberangkatan, selama
dalam perjalanan, selama di Arab Saudi sampai dengan kepulangan di Indonesia.2
Bimbingan yang diterima oleh jamaah haji bisa secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung maksudnya adalah bimbingan yang diberikan dalam
bentuk tatap muka di tingkat Kecamatan dan di tingkat Kabupaten/Kota.
Bimbingan secara tidak langsung adalah bimbingan yang diberikan lewat media.
2 www.kemenag.go.id>id2= kepmenag , 07 maret 2016, 13:15
4
Salah satu permasalahan yang sering ditemui adalah masalah bimbingan
manasik haji. Bimbingan tersebut belum dapat mengantarkan jamaah haji secara
maksimal dalam kemandirian sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang
penyelenggaraan haji. Hal ini dikarenakan waktu pembimbingan yang sangat
terbatas.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk dalam penyelenggaraan
program pembinaan manasik haji yang ada di Indonesia, dalam hal ini pihak
pemerintah selaku pelaksana program bimbingan ibadah manasik haji terus
berupaya untuk berbenah demi yang terbaik untuk para jamaah.
Bimbingan manasik haji merupakan penentu dalam proses ibadah jamaah
pada waktu melaksanakan proses ibadah haji. Oleh sebab itu penting adanya
pihak penyelenggara manasik ibadah haji di masing-masing kecamatan benar-
benar menyiapkan materi dan pembimbing berpengalaman di bidang manasik
haji.
Dari pendahuluan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Problematika Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Ciputat Pada Tahun 2015” dengan menggunakan
pendekatan Kualitatif Deskriptif.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari
masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berfungsi untuk
5
menentukan faktor mana saja yang akan termasuk dalam ruang lingkup
penelitian. Penelitian ini dibatasi oleh Problematika Bimbingan Manasik Haji
di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat. Pembatasan ini
dilakukan agar terhindar dari perluasan pembahasan yang tidak ada kaitannya
dengan masalah yang akan diteliti.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah sebuah masalah yang akan dicari
jawabannya dalam penelitian, perumusan masalah dalam peneliutian ini
adalah:
a. Apa saja problematika bimbingan manasik haji yang ada di KUA Ciputat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui apa saja problematika yang dihadapi oleh KUA
Kecamatan Ciputat dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis :
1. Dapat menambah khazanah penelitian dan objek penelitian bagi
mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah serta pengembangan ilmu
yang di dapat selama berada di bangku kuliah.
6
2. Penelitian ini diharapakan akan menjadi sumbangan keilmuan dan
pengetahuan mengenai manajemen baik bagi penulis atau pun
pembaca.
b. Manfaat Praktis
1. Dalam penelitian yang penulis lakukan berharap bisa memberikan
masukan bagi Kantor Urusan Agama (KUA) Ciputat dalam
melaksanakan program bimbingan manasik haji.
2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru dalam masalah
ini, selain itu juga bisa menjadi perbandingan antara teori yang
didapatkan pada saat di bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di
lapangan.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari adanya penjiplakan atau plagiat maka penulis
mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebagai bahan acuan
dalam pembuatan skripsi ini. Selain itu penulis juga melakukan tinjauan
kepustakaan yang berkaitan dengan topik pembahasan. Adapun tinjauan pustaka
dalam penelitian ini adalah :
1. Sri Rezeki, “Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Pada Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Tahun 2012”.
Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Karya ilmiah tersebut
berisi tentang Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan
7
Cipayung. perbedaan dengan skripsi di atas terletak di evaluasi dan
problematika. sedangkan persamaannya terletak di subjeknya..
2. Muhammad „Antar Musallam, “ Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan
Manasik Haji pada Calon Jamaah Haji Kantor Kementerian Agama
Jakarta Selatan pada tahun 2014”, karya ilmiah ini berisi tentang evaluasi
penyelenggaraan pelatihan manasik haji yang dilakukan oleh kantor
Kementerian Agama Jakarta Selatan pada tahun 2014. Perbedaan dengan judul
di atas terletak pada subjek, dan persamaannya terletak pada bimbingan
manasiknya.
3. Nurfadhilah, “Evaluasi Program Bimbingan Manasik Haji Di Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun
2014”, skripsi ini berisi tentang evaluasi program bimbingan manasik haji yang
ada di KUA Jagakarsa pada tahun 2014.dengan skripsi di atas memiliki
persamaan dari segi subjeknya, sedangkan perbedaan ada pada teori
pembahasan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Secara bahasa Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan
“Hodos” (jalan, cara).3 Sedangkan secara Istilah Metode adalah cara atau jalan
3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), cet. Ke-1 hal. 61
8
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Jadi metode penelitian adalah
cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai sebuah tujuan dari penelitian.4
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip
oleh Basrowi dan Suwandi menyatakan bahwa metode dengan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Ciputat
b. Objek penelitian ini adalah problematika bimbingan manasik haji di KUA
Ciputat pada tahun 2015
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah jenis penelitian deskriptif
yang mengacu pada data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, buku
dan angka-angka. Dapat berupa studi pustaka dan riset lapangan.
4. Waktu Penelitian
Dalam penelitian yang akan penulis lakukan membatasi pada bulan Maret-
April 2016
4 M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), cet. Ke-2, h.6
5 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 4
9
5. Lokasi penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kantor Urusan
Agama (KUA) Ciputat Jalan Haji Usman, No. 2, Ciputat, Tangerang Selatan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan
sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan dengan
tujuan penelitian6. Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan cara meminta
informasi atau menggali informasi baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada responden (orang yang diwawancara atau yang dimintai
informasi) dari pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Ciputat dan beberapa
pihak yang terkait.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen
seperti data-data, arsip-arsip, gambar-gambar ataupun bentuk lainnya.
Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti meminta data kepada
lembaga yang diteliti yakni Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat.
6 Sutrisno Hadi, Metode Research III, (yogjakarta: Yayasan penerbitan fakultas psikologi UGM,
1984), h. 193
10
7. Sumber dan Teknik Analisis Data
Dalam kaidah metodologi penelitian, menurut cara perolehannya sumber
data dibagi menjadi dua, yakni data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian perorangan,
kelompok atau organisasi. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia melaui publikasi dan
informasi yang dikeluarkan berbagai organisasi atau perusahaan.7
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu penulis
mencoba memaparkan semua data informasi yang diperoleh, kemudian
menganalisa data serta menggambarkan objek peneitian dengan apa yang ada
sesuai dengan kenyataan. Adapun yang dijadikan subjek penelitian adalah
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat..
8. Pedoman Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi kali ini berpedoman pada buku pedoman karya
imiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang diterbitkan oleh Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada karya ilmiah skripsi ini terdiri dari lima (5)
BAB yang memiliki sub-sub bab. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
jalannya penuisan. Penyusunannya sebagai berikut :
7 Rosyadi Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 29-30
11
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Membahas tentang pengertian problematika, Faktor-Faktor
timbulnya Problematika, langkah-langkah penyelesaian
problem, Pengertian bimbingan manasik haji, fungsi
bimbingan manasik haji, dan tujuan bimbingan manasik
haji.
BAB III :GAMBARAN TENTANG KUA CIPUTAT DAN
PROGRAM BIMBINGAN MANASIK HAJI
Membahas tentang gambaran umum Kantor Urusan
Agama (KUA) Ciputat, yang terdiri dari visi KUA, misi
KUA, tujuan KUA, fungsi KUA, struktur organisasi KUA,
dan tugas pokok KUA
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN
12
Yaitu membahas tentang hasil penelitian tentang
Problematika bimbingan manasik haji pada KUA
Kecamatan Ciputat Tangerang Selatan
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Problematika
1. Pengertian Problematika
Secara bahasa kata problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu “problematic”
yang mempunyai makna persoalan atau masalah. Sedangkan secara istilah
problematika mempunyai arti sesuatu hal yang belum dapat dipecahkan yang
menimbulkan permasalahan.1
Sedangkaan menurut Syukir dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Strategi
Dakwah Islami” problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan
kenyataan.2
2. Faktor-Faktor Problematika
Menurut Slamet dalam bukunya yang berjudul “Prinsip-Prinsip Metodologi
Dakwah”, faktor yang mempengaruhi adanya suatu problematika atau masalah itu ada
dua macam, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yang dimaksud adalah sesuatu masalah yang timbul dari dalam
program tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor ekstern adalah sesuatu
masalah yang timbul dari luar program.3
Dari kedua faktor di atas akan diketahui akar dari problem atau masalah yang
dihadapi sehingga bisa mengambil sebuah kebijakan atau keputusan untuk
menghadapinya.
1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, : Bulan Bintang, 2002), hal. 276
2 Syukir, Dasar-dasar strategi dakwah Islami, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983), hal. 65
3 Slamet, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Jakarta : Usaha Nasional, 1994), hal. 78
13
3. Langkah-langkah Memecahkan Problematika
Dalam menghadapi masalah yang timbul di dalam suatu organisasi atau lembaga
perlu kejelian dalam menentukan jalan keluar atau keputusan, agar nantinya
keputusan itu benar-benar menjadi sebuah jalan keluar yang bermanfaat buat sebuah
organisasi atau lembaga tersebut. Dalam hal ini kita bisa menggunakan analisis situasi
yang melewati empat langkah, yaitu :
a. Identifikasi masalah
b. Mengklarifikasi masalah
c. Mencari akar masalah
d. Menetapkan solusi.4
1. Identifikasi masalah
untuk membantu lebih jelas dalam melihat masalah apa yang sedang
dihadapi, kita perlu mengidentifikasi setiap komponen yang ada dalam
masalah tersebut. Dengan mengidentifikasi masalah lebih awal, maka akan
membantu kita untuk mengenali masalah tersebut lebih dini, sehingga
penanganan masalah pun bisa lebih baik, karena tidak dikejar waktu dan tidak
tidak menunggu adanya krisis.5
2. Mencari akar masalah
Tidak semua masalah memiliki tingkat kepentingan yang sama, meskipun
setiap masalah yang terkumpul layak mendapatkan prioritas, namun kita juga
harus bisa menentukan masalah mana yang harus dibenahi terlebih dahulu dan
merupakan akar dari masalah-masalah yang timbul.
4 Gomulya Berny, Problem Solving and Decicion Making For Improvement, (Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2013), cet. ke-4 hal.56 5Gomulya Berny, Problem Solving and Decicion Making For Improvement,), cet. ke-4 hal.57
14
Ada tiga hal dalam penentuan akar masalah, yaitu waktu, dampak dan
tren. Masalah yang semakin mendesak maka akan memerlukan waktu yang
cepat dalam penanganannya. Masalah dengan dampak yang sangat tinggi juga
akan menjadi prioritas dalam penyelesaiannya. Dan juga jika tren masalah
menunjukkan semakin besar dan meningkat, maka semakin menjadi prioritas.6
3. Menetapkan Solusi
Setelah berhasil melakukan tiga tahapan sebelumnya, hal terakhir yang
perlu dilakukan adalah mencari solusi dari masalah-masalah yang telah terjadi
dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang telah atau sedang dijalankan.7
B. Bimbingan Manasik Haji
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji
Dilihat dari susunannya bimbingan manasik haji terdiri dari tiga kata, yaitu
bimbingan, manasik dan haji. Secara bahasa kata bimbingan berasal dari bahasa
Inggris yaitu “guidance” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing,
menuntun, ataupun membantu.8
Sedangkan secara istilah ada beberapa pakar yang mendefinisikan kata tersebut,
antara lain :
a. Menurut Crow & Crow, dalam pandangan pakar ini mendefinisikan bimbingan
sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang
memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang
individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya
6Gomulya Berny, Problem Solving and Decicion Making For Improvement, cet. ke-4 hal.61
7Gomulya Berny, Problem Solving and Decicion Making For Improvement, cet. ke-4 hal.62
8 Hallen, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : Quantum Teaching, 2005), cet ke-3, hal.2
15
sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan
memikul bebannya sendiri 9
b. Menurut Rachman Natawijaya, menurutnya bimbingan diartikan sebagai sebuah
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut memahami dirinya, sehingga ia
sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan
dan keadaan keluarga serta masyarakat.10
c. DR. Moh. Surya, Beliau mengemukakan bahwa bimbingan adalah adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,
penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.11
d. Dewa Kethut Sukardi, Berpendapat bahwa bimbingan adalah sebuah proses
bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi-
potensi (bakat, minat, dan kemampuan) yang dimiliki. Mengatasi persoalan-
persoalan sehingga mereka dapat menetukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain.
Dari ke empat definisi di atas bisa disimpulkan bahwa bimbingan adalah sebuah
proses yang berkesinambungan untuk membantu individu atau kelompok yang
memerlukan agar dalam perkembangannya dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh individu atau kelompok tersebut.
9Hallen, Bimbingan dan Konseling, cet ke-3, hal.4
10 http://catatanbk.blogspot.co.id , senin, 07 Maret 2016, 19:55
11 Hallen, Bimbingan dan Konseling, cet ke-3, hal. 5
16
Sedangkan untuk manasik sendiri mempunyai arti tata cara dalam pelaksanaan
ibadah haji. Kata manasik sendiri merupakan bentuk jamak dari “mansak” yang
mempunyai sebuah makna syiar dan perbuatan ibadah haji.12
Sedangkan dalam
kamus, istilah haji dan umrah, manasik merupakan hal-hal peribadatan yang berkaitan
dengan ibadah haji : melaksanakan Ihram dari miqat yang telah ditentukan, Thawaf,
Sa’i, Wuquf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, melempar Jumrah, dan lain
sebagainya.13
Dari dua pendapat di atas dapat diartikan bahwasannya manasik adalah sebuah
tata cara dalam pelaksanaan ibadah haji yang sah dan sesuai aturan. Manasik
merupakan salah satu komponen yang penting dalam hal penyelenggaraan haji dan
merupakan hak yang diperoleh jamaah yang akan berangkat ke tanah suci. Dengan
adanya manasik, para jamaah akan lebih mudah dalam menjalankan ibadah haji dari
awal pemberangkatan sampai kembali ke tanah air.
Setelah memperoleh dua kata bimbingan dan manasik, kata yang ketiga adalah
haji. Secara bahasa makna dari Haji adalah al-qashd ila mu’azhzham, yang berarti
pergi menuju sesuatu yang diagungkan. Akan tetapi makna di atas disanggah oleh
beberapa ulama dengan merujuk kepada sang penyair terkenal Al-Mukhayyal As-
Sa’di dengan syair yang berbunyi :
Aku saksikan banyak sekali datang dari Auf
yang berhaji, mengunjungi baju celup warna merah
12
Dede Imadudin, Mengenal Haji, (Jakarta : PT Mitra Aksara Panaitan, 2011) hal. 18 13
DR. Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta : Mitra Abadi Press, 2008), hal. 362
17
yang beraroma za’faran14
Syair di atas menggambarkan kondisi orang-orang yang bolak-balik ke tempat
yang didiami Az-Zabarqan bin Badr untuk melihatnya karena kekaguman mereka
kepada sorban Az-Zabarqan yang khas dengan aroma minyak za’faran. Jadi secara
tersirat orang yang berkunjung bukan untuk mengagungkannya.
Akan tetapi syair As-sa’di disanggah oleh Ibnu Manzhur yang merupakan
pengarang Kamus Lisan Al-‘Arab dan berpendapat: “Mereka bolak-balik ke sana
untuk melihatnya. Bisa jadi mereka bertujuan untuk mengagungkannya, sebab haji
menurut sebagian ahli bahasa berarti menuju tempat yang diagungkan.15
Sedangkan
secara istilah haji bisa diartikan mengunjungi Ka’bah dan sekitarnya di kota Mekkah
untuk mengerjakan ibadah Tawaf, Sa’i, Wukuf di Arafah dan sebagainya, semata-
mata demi melaksanakan perintah Allah dan meraih keridhaan-Nya.16
Sedangkan
menurut Ibnu Al-Humam adalah pergi menuju Baitul Haram untuk menunaikan
aktivitas tertentu pada waktu tertentu. Definisi yang hampir sama juga dikemukakan
oleh beberapa Ahli Fiqh, yaitu haji adalah pergi mengunjungi tempat-tempat tertentu
dengan perilaku tertentu pada waktu tertentu.17
Yang dimaksud dengan tempat-tempat tertentu adalah Ka’bah di Mekkah, Shafa
dan Marwa, Muzdalifah, dan Arafah. Sedangkan untuk perilaku tertentu adalah
Ihram, Thawaf, Sa’i, dan Wukuf di Padang Arafah. Dan untuk waktu-waktu teertentu
14
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2013), cet. Ke-3, hal. 481
15 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas Fiqh Ibadah, cet. Ke-3, hal. 481
16 Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqh Praktis, (Bandung : Penerbit Mizan, 1999), cet. Ke-1, hal. 377
17 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, cet. Ke-3, hal. 482
18
adalah bulan Syawal, Dzulqa’dah, dan 10 hari pertama Dzulhijjah. Ini lah yg
dimaksud dengan waktu tertentu di Haji.18
Sedangkan dalam buku Fiqih karya Udin
Wahyudin definisi haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk
melaksanakan ibadah haji dengan syarat dan ketentuan yang telah ditentukan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena sesorang yang pergi ke Mekkah dengan maksud
bekerja atau mencari ilmu belum tentu dia dapat berhaji.19
Dasar hukum berhaji
terdapat di Al-Quran surat Al-Hajj ayat 27
ٱبِ لنَّاسِ ٱ فِي َوأَذِّن ٧٢ ٖ َعِميق فَج ُكلِّ ِمه تِيهَ يَأ َضاِمر ُكلِّ َوَعلَى ِرَجاال تُوكَ يَأ َحجِّ ل
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh,
Dari beberapa definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa haji adalah
sebuah kesengajaan untuk mengunjungi Mekkah dan Madinah pada bulan syawal
sampai awal Dzulhijah yang diniatkan untuk beribadah dan mencari ridha Allah
semata. Untuk melaksanakan rukun Islam yang ke-lima ini jamaah harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu :
a. Islam
b. Berakal
c. Merdeka
d. Baligh
e. Sehat Jasmani dan Rohani
18
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas Fiqh Ibadah, cet. Ke-3, hal. 482 19
Udin Wahyyudin, Fiqih (Bandung : Grafindo Media Pratama, 2008), hal. 81
19
f. Mampu
Di atas merupakan syarat yang harus dipenuhi, apabila salah satu tidak terpenuhi
maka kewajiban untuk menunaikannya akan hilang.20
Dari pengertian bimbingan, manasik, dan haji kita dapat menarik kesimpulan
bahwa bimbingan manasik haji adalah sebuah proses untuk menuntun, mengarahkan,
menunjukkan, dan memberikan pedoman tentang tata cara dalam melaksanakan
ibadah haji mulai dari syarat, wajib, dan rukun haji dan bisa menjalankannya dengan
baik dan benar sesuai dengan syariat Islam.
Dari Bimbingan Manasik Haji ini para jamaah akan mendapatkan pengetahuan
seputar ibadah Haji, amalan-amalan ketika di Mekkah dan Madinah serta
mendapatkan bimbingan kesehatan, sehingga para jamaah bisa mempersiapkan diri
untuk berangkat ke Tanah Suci.
2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji
a. Fungsi Bimbingan Manasik Haji
Menurut Latif Hasan dan Nijam Ahmad dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Haji”, fungsi dari bimbingan manasik haji adalah sebagai berikut :
1. Agar semua calon jamaah mampu memahami informasi tentang pelaksanaan
ibadah haji, tuntunan perjalanan, pedoman kesehatan dan mampu
mengamalkannya pada saat berada di Mekkah dan Madinah.
20
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas Fiqh Ibadah, cet. Ke-3, hal. 499
20
2. Agar jamaah haji mampu untuk mandiri dalam melaksanakan ritual ibadah
haji entah itu pada saat mandiri, regu atau rombongan
3. Agar jamaah haji mampu untuk mempersiapkan diri menjalankan ibadah haji
secara fisik, mental, kesehatan maupun petunjuk ibadah haji yang lainnya.21
b. Tujuan Bimbingan Manasik Haji
Kembali Latif Hasan dan Nijam ahmad menulis di dalam bukunya “Manajemen
Haji” tentang apa saja tujuan-tujuan dalam bimbingan manasik haji, diantaranya
adalah :
1. Agar jamaah merasa aman, dalam artian jamaah tidak lagi khawatir terhadap
dirinya dan harta bendanya selama melaksanakan prosesi ibadah haji.
2. Agar jamaah bisa menjadi tertib, dalam hal ini dimaksudkan jamaah dapat
melaksanakan dan memenuhi syarat, rukun, dan wajib haji sesuai dengan
tuntunan agama.
3. Agar hajinya bisa menjadi sah, dalam artian tidak adanya kekurangan dalam
menjalankan ibadah manasik haji.22
Sedangkan menurut pihak Kementrian Agama RI dalam buku yang berjudul
“Desain Pola Bimbingan Jamaah Haji” dijelaskan bahwasannya ada beberapa tujuan
dalam bimingan manasik Haji yaitu :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan manasik Haji dan dapat melaksanakan tata
cara ibadah Haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran agama Islam.
21
Latif Hasan dan Nijam Ahmad, “Manajemen Hajji” (Jakarta : Zikrul Hakim,2003), Cet ke-2, hal. 17 22
Latif Hasan dan Nijam Ahmad, “Manajemen Hajji”, Cet ke-2, hal. 17
21
2. Membentuk sosok calon jamaah Haji yang memiliki pengetahuan manasik
Haji dan tata cara pelaksanaannya dengan praktik, mengetahui hak dan
kewajiban, sehingga dapat menunaikan ibada Haji sesuai dengan ketentuan
ajaran agama Islam.23
c. Bentuk dan Metode Bimbingan Manasik Haji
Bentuk dan metode dalam bimbingan manasik haji adalah salah satu jalan untuk
mempermudah masuknya pengetahuan kepada jamaah calon haji. Dengan adanya
bentuk dari bimbingan manasik, para petugas akan lebih mudah mengatur jalannya
bimbingan.
Dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji, pihak Kementrian Agama akan
membentuk menjadi dua bagian, yaitu bimbingan kelompok yang di serahkan
wewenangnya kepada pihak Kantor Urusan Agama (KUA) dan bimbingan masal
yang wewenangnya diserahkan kepada Kementrian Agama Kabupaten/Kota.24
Sedangkan untuk metode yang digunakan dalam bimbingan ini ada tujuh metode.
1. Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam artian, situasi ini semua
peserta manasik dalam kelompok ini akan saling berinteraksi dengan sesama peserta
23
Departemen Agama RI Direktorat Jendaral penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,Tuntunan ManasikHaji dan Umrah (Jakarta,2007), hal. 26
24 Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Manasik Haji dan
Umrah (Jakarta, 2013), hal. 8
22
dan pemateri, bebas mengeluarkan hak pendapat, saling menanggapi, member saran,
dan lain sebagainya.25
Dalam bimbingan kelompok, jamaah mendapatkan tujuh kali bimbingan yang
dilaksanakan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. Adapun metode dalam
bimbingan kelomppok ini adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab dan
simulasi.26
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam jumlah yang relatif besar. Dengan metode ini guru bisa mendorong
timbulnya inspirasi bagi muridnya.27
Metode inilah yang sering dipakai oleh
sebagian besar penyelenggara bimbingan manasik haji yang ada di Indonesia.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah, sehingga didapatkan kesepakatan di
antara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan
pembelajaran yang bersifat interaktif.28
Sedangkan dalam buku yang berjudul “Pola Pembinaan Jamaah Haji”
menyebutkan bahwa metode diskusi terdiri dari dua macam, pertama diskusi
25
H. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), hal. 178 26
Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah, hal.7
27 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 2002), h. 21 28
Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, hal. 21
23
panel, yaitu diskusi yang dilakukan dalam kelompok besar, dipandu oleh
moderator dengan materi yang disajikan oleh panelis. Kedua diskusi
kelompok, yaitu diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok kecil yang
dipandu oleh seorang ketua yang ditunjuk dari peserta dan didampingi oleh
narasumber.29
Dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji, metode ini merupakan
metode yang efektif untuk melihat penguasaan materi oleh peserta manasik,
karena masing-masing peserta akan ketahuan mana yang aktif dan tidak.
c. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab adalah suatu metode yang cara penyampaian suatu pelajaran
melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau sebaliknya dari siswa
kepada guru agar diperoleh jawaban yang pasti. Dalam metode Tanya jawab
ini, guru dan siswa sama-sama aktif agar mereka tidak tergantung pada
keaktifan guru saja.30
Tujuan dari metode ini adalah untuk mengukur sejauh mana pemahaman
jamaah terhadap materi yang telah disampaikan oleh narasumber. Dan juga
untuk membangkitkan respon para calon jamaah terhadap materi yang telah
disampaikan.
d. Metode Simulasi
Metode Simulasi ini akan digunakan ketika situasi yang sebenarnya tidak
bisa dihadirkan. Maka diciptakanlah situasintiruan yang dapat mendekati
keadaan sebenarnya. Peserta berada pada situasi tiruan tersebut diharapkan
29
Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Pola Pembinaan Jamaah
Haji, (Jakarta, 2014), h. 68 30
Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, hal.17
24
dapat memahami situasi secara lebih baik, sehingga pada gilirannya nanti
apabila melaksanakan dalam situasi yang sebenarnya, calon haji dapat
melaksanakan kegiatan ibadahnya dengan baik sesuai materi yang ada di
bimbingan manasik haji.31
Ada beberapa alasan untuk penggunaan metode simulasi ini, antara lain :
1. Teknik ini berguna dalam meningkatkan motivasi peserta dalam
pembelajaran
2. Member kesempatan untuk mempelajari masalah dengan metode yang
sistematik
3. Menyajikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan tertentu dalam
konteks kenyataan yang sebenarnya atau yang disimulasikan
4. Melibatkan peserta manasik haji untuk membuat berbagai keputusan dan
melibatkan diri peserta manasik pada sederetan kegiatan
5. Peserta manasik haji mempunyai kesempatan untuk mengembangkan rasa
empati, rasa tanggung jawab dan keberanian, dan juga keberanian dalam
mengambil resiko.32
2. Bimbingan Massal
Bimbingan massal adalah bentuk bimbingan yang diselenggarakan di tingkat
kabupaten/kota, diselenggarakan oleh pihak Kementrian Agama Kabupaten/Kota,
hak yang didapat oleh peserta bimbingan manasik sebanyak tiga kali pertemuan.33
31
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji Umrah, Modul Pembelajaran Manasik
Haji (Jakarta, 2006), hal. 24 32
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji Umrah Modul Pembelajaran Manasik
Haji, hal.25 33
Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Tuntunan Manasik Haji dan Umrah hal. 8
25
Sedangkan metode yang ada dalam bimbingan massal ini hampir sama dengan
yang ada di bimbingan kelompok, yaitu metode ceramah, diskusi, dan Tanya
jawab. Dikarenakan bentuk bimbingan ini merupakan bentuk bimbingan umum
yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah tingkat kota/kabupaten.
26
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN
CIPUTAT
A. Sejarah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan bagian dari Kementerian Agama
tingkat Kabupaten/Kota. Kementerian Agama mempunyai tugas sebagai
penyelenggara tugas pemerintah dan pembangunan dalam bidang keagamaan.
Dan untuk melaksanakan tujuan dari Kementerian Agama dan Pemerintah dalam
bidang keagamaan, KUA hadir sebagai garda terdepan untuk melayani masyarakat di
kecamatan dalam hal pelayanan di bidang Agama. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Menteri Agama Nomor : 517 tahun 2001 tentang pencatatan struktur organisasi KUA
kecamatan yang menangani tugas dan fungsi pencatatan perkawinan, wakaf dan
kemasjidan, produk halal, keluarga sakinah, kependudukan, pembinaan haji, ibadah
sosial dan kemitraan umat.
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat berdiri sejak tahun 1952. Pada
awalnya KUA Kecamatan Ciputat berkantor di bangunan sisi Masjid Agung Al-Jihad,
namun akhirnya pada tahun 1974 menempati kantor baru yang beralamat di Jl. H.
Usman No.2 Ciputat atau di samping pasar Ciputat.
Sedangkan untuk bimbingan manasik haji, KUA Kecamatan Ciputat sudah lama
sekali mengadakan bimbingan manasik haji. Pada awalnya kegiatan bimbingan
manasik haji digabung dengan kecamatan Ciputat Timur, tetapi setelah terpisah
27
antara KUA Ciputat dan KUA Ciputat Timur mengadakan bimbingan manasik haji
sendiri-sendiri.
B. Visi, Misi dan Tujuan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat
1. Visi
Untuk melaksanakan program kerja yang sudah direncanakan, Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Ciputat mempunyai Visi yaitu “Terwujudnya
pelayanan prima dalam bidang urusan agama Islam”
2. Misi
Untuk melaksanakan Visi yang sudah di buat, maka memmerlukan sebuah
tindakan yang berupa misi, sedangkan Misi dari KUA Kecamatan Ciputat adalah,
a. Meningkatkan pelayanan nikah dan rujuk.
b. Meningkatkan profesionalisme personil KUA.
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana KUA.
d. Meningkatkan pembinaan keluarga Sakinah.
e. Meningkatkan pelayanan konsultasi BP-4.
f. Meningkatkan pembimnaan jaminan produk halal
g. Memberdayakan pelayanan Zakat dan Wakaf.
h. Memberdayakan kemitraan dan kerukunan umat beragama.
i. Meningkatkan pelayanan konsultasi dan bimbingan Haji.
j. Meningkatkan akurasi data kearsipan statistic dan dokumentasi.
k. Meningkatkan pendidikan keagamaan.1
1 Tim Penyusun Profil KUA Ciputat,Profil KUA Kec. Ciputat, (Tangerang Selatan, 2015), hal.2
28
3. Tujuan
a. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan koordinatif antar pegawai di
KUA Kec. Ciputat
b. Meningkatkan kualitaas pelayanan dan penyelenggaraan bimbingan manasik
haji
c. Meningkatkan kualitas dan skill individu tertentu dalam bidang pernikahan,
Zakat, Wakaf, Ibadah sosial, dan administrasi perkantoran modern serta
kemitraan.
d. Meningkatkan hubungan lintas sektoral yang harmonis dan dinamis dengan
instansi terkait, ormas-ormas dan lembaga-lembaga keagamaan yang ada di
Kecamatan Ciputat.
e. Meningkatkan sarana prasarana serta mengefektifkan fungsi pelayanan kepada
masyarakat menuju pelayanan prima yang lebih professional
f. Meningkatkan pelayanan kehidupan umat beragama serta menetapkan kualitas
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.2
2Tim Penyusun Profil KUA Ciputat, Profil KUA Ciputat, hal.3
29
C. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Ciputat3
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT
3 Tim Penyusun Profil KUA Ciputat, Profil KUA Ciputat ,hal.6
PENGAWAS RA, MI,
SD
H. SALBINI, S.Ag
PENYULUH AGAMA
ISLAM
Hj. SITI MASITHOH, S.Ag
K E P A L A
Drs. AL AMIN
JABATAN FUNGSIONAL
PENGHULU
1. Drs. H. KHAERUDIN
2. AHMAD BAIHAQI, S.Pd.I 3. AKHMAD KHATIB, S.HI
STATISTIK, DOKUMENTASI
DAN PENGELOLAAN SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN KUA
1. HERZUDDIN, SE
2. SRI WAHYU RAHAYU, SH
PELAYANAN BIMBINGAN
KELUARGA SAKINAH
1. Drs. H. KHAERUDIN 2. AHMAD BAIHAQI, S.Pd.I 3. AKHMAD KHATIB, S.HI
TATA USAHA DAN RUMAH
TANGGA KUA
1. ETY ROSMIYATI, S.Pd
2. NURILAH
PRAMU KANTOR
1. MULYADI ALEN 2. ADE DERMAWAN, S.HI
3. SITI MAEMANAH
PELAYANAN BIMBINGAN
KEMASJIDAN/ZAKAT WAKAF
1. Drs. H. KHAERUDIN
2. AHMAD BAIHAQI, S.Pd.I 3. AKHMAD KHATIB, S.HI
PELAYANAN BIMBINGAN
PEMBINAAN SYARI’AH/HAJI
1. Drs. H. KHAERUDIN
2. AKHMAD KHATIB, S.HI 3. ETY ROSMIYATI, S.Pd
PELAYANAN, PENGAWASAN,
PENCATATAN DAN
PELAPORAN NIKAH RUJUK
1. Drs. H. KHAERUDIN 2. AHMAD BAIHAQI, S.Pd.I
3. AKHMAD KHATIB, S.HI
30
D. Tugas pokok dan fungsi KUA Kec. Ciputat
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 517 Tahun 2001 tentang
Penataan organisasi Kantor Urusan agama Kecamatan, adapun tugas pokok Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat adalah melaksanakan sebagian tugas
Kementerian Agama Kantor Kota Tangerang Selatan di bidang urusan agama islam
dalam wilayah Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Dan Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat dipimpin oleh seorang kepala yang
mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana termaktub dalam Keputusan Menteri
Agama Nomor 477 Tahun 2004 Tentang Pencatatan nikah pasal 2 ayat 1 sebagai
berikut :
1. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.
2. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, dan
rumah tangga KUA
3. Mengatur pola kerja para penghulu yang berada dilingkungan wilayah
kerjanya.
4. Pelayanan dan bimbingan di bidang kepenghuluan (nikah dan rujuk).
Bimbingan dan pelayanan di bidang kepenghuluan pada saat ini masih
menjadi ruh dari setiap aktivitas yang ada di KUA, walau sebetulnya
masih banyak lagi tugas-tugas lain yang menanti untuk dikerjakan. Dalam
rangka memudahkan masyarakat yang ingin mendaftarkan diri untuk
dicatatkan peristiwa nikahnya, KUA Ciputat memberikan penyuluhan-
penyuluhan kapada masyarakat, khususnya pada pasangan usia subur
31
mengenai tata cara pencatatan nikah. Bahkan sebelum mereka masuk ke
KUA, di depan kantor mereka dapat melihat proses pencatatan nikah
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, sehingga mereka dapat
menjalaninya dengan mudah.
5. Peningkatan profesionalisme personil KUA.
Dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang
membutuhkan, dibutuhkan sumber daya manusia yang baik dan handal
untuk menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini. Oleh karenanya
KUA Kecamatan Ciputat senantiasa mengutus stafnya untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang mendukung penambahan wawasan keilmuan
pegawai yang ada. Terlebih lagi jika ada diantara pegawai yang
melanjutkan studinya kepada jenjang yang lebih tinggi, KUA tidak akan
menghalangi ataupun mempersulit proses pendidikannya.
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana KUA.
KUA Kecamatan Ciputat juga senantiasa melakukan peningkatan sarana
dan prasarana kantor dengan senantiasa membangun kondisi fisik kantor
agar terlihat nyaman dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya.
Seperti: televisi, perpustakaan, buku, majalah, koran, bacaan ringan, dan
bahkan komputer yang diharapkan agar para pegawai yang ada dapat
memanfaatkan teknologi informasi dengan maksimal. Sehingga selain
bekerja, mereka juga dapat menggali pengetahuan dari fasilitas yang ada
32
dan mereka merasa nyaman berada di kantor serta menjadikan kantor
sebagai rumah kedua.
7. Peningkatan pembinaan keluarga sakinah.
KUA Kecamatan Ciputat sebagai instansi yang bertemu langsung dengan
dinamika kehidupan bermasyarakat, merasa berkewajiban untuk
mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui gerakan keluarga
sakinah. Sebagai wujud dari kepedulian KUA Kecamatan Ciputat dalam
membina keluarga sakinah adalah bersama dengan penyuluh agama, MUI,
Remaja Masjid, majlis-majlis taklim dan dunia akademik serta kader
penggerak keluarga sakinah memberikan penyuluhan tentang ciri-ciri
keluarga sakinah, dan bagaimana upaya-upaya yang harus dilakukan oleh
pasutri untuk menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.
8. Peningkatan pembinaan jaminan produk halal.
Kementerian Agama bekerjasama dengan LP POM MUI berupaya keras
untuk dapat melindungi dan menghindarkan masyarakat muslim dari
makanan dan minuman yang diharamkan melalui labelisasi halal pada
setiap makanan dan minuman yang dipasarkan secara bebas tersebut. Lalu
dari hasil labelisasi tersebut, KUA Kecamatan Ciputat bekerjasama
dengan penyuluh agama, Dinas Kesehatan dan lembaga-lembaga terkait
senantiasa melakukan bimbingan dan penyuluhan terhadap produk halal.
33
9. Memberdayakan pelayanan zakat dan wakaf.
Peningkatan pembinaan zakat, infaq dan sodaqoh melalui program
sosialisasi sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, pengumpulan dan pemberdayaan secara
berkesinambungan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
Sedangkan menurut PMA No. 581 tahun 1999 peran KUA yaitu sebagai
sekretaris bazis kecamatan yang mewakili pemerintah dalam pengelolaan
bazis.
Pengelolaan zakat merupakan kegiatan penerimaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian
serta pendayagunaan zakat. karena zakat merupakan harta yang wajib
disisihkan bagi yang telah mencapai nishab sesuai dengan ketentuan
agama untuk diberikan kepada orang yang berhak menerima zakat.
10. Memberdayakan kemitraan dan kerukunan umat beragama.
KUA Kecamatan Ciputat bersama lembaga keagamaan yang ada di
ciuputat berusaha dengan sekeras tenaga agar terjalin ukhuwah dan
kerukunan yang erat antar intern umat beragama, antar umat beragama dan
antar umat beragama dengan pemerintah. bentuk dari usaha itu adalah
dengan selalu mengkonsolidasikan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada
di kelurahan-kelurahan melalui mui tingkat kelurahan, mulai dari
pendataan pengajian-pengajian atau majelis-majelis, baik itu untuk bapak-
bapak, ibu-ibu, remaja sampai kepada tpa untuk anak-anak.
34
Selain menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga keagamaan yang
berstatus muslim, KUA Kecamatan Ciputat juga berupaya dapat menjalin
kemitraan dengan lembaga keagamaan selain islam, hal ini juga
diperlukan dalam rangka menjaga keharmonisan kehidupan beragama
masyarakat Ciputat, sehingga timbul rasa aman dan nyaman untuk dapat
tinggal di Ciputat.
11. Meningkatkan pelayanan konsultasi dan bimbingan haji.
Dalam hal peningkatan pelayanan konsultasi dan bimbingan haji KUA
Kecamatan Ciputat menerima dan memfasilitasi masyarakat yang ingin
melaksanakan ibadah haji melalui kua. perlu diketahui bahwa pada tahun
2013 kecamatan ciputat memberangkatkan jama'ah haji sebanyak kurang
lebih 330 orang. Mereka antara lain dibimbing manasik haji, lalu juga
pengurusan syarat serta haknya sebagai jama'ah.
12. Peningkatkan pendidikan keagamaan.
Kegiatan di bidang pendidikan keagamaan merupakan kerja sama KUA
dengan Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Ciputat, pengawas, Penyuluh
Agama Islam, dan Muspika Kecamatan Ciputat dalam rangka
meningkatkan kerja sama pembinaan umat dan pengembangan
pendidikian keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.4
4 Tim Penyusun Profil KUA Ciputat,Profil KUA Kec. Ciputat, hal.8
35
BAB IV
ANALISA PROBLEMATIKA BIMBINGAN MANASIK HAJI PADA KANTOR
URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN CIPUTAT TAHUN 2015
A. Langkah-langkah memecahkan problematika
Dalam menganalisa sebuah problematika ada tiga langkah yang harus dilakukan
agar sebuah problem atau masalah bisa mendapatkan solusi yang bisa menjadi perbaikan
ke depannya. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Identifikasi masalah
2. Akar masalah
3. Solving atau solusi
1. Identifikasi masalah
Dari penelitian yang penulis lakukan tentang pelaksanaan bimbingan manasik haji
di KUA Kecamatan Ciputat terdapat 5 problem yang terjadi, yaitu
a. Problematika peserta
b. Problematika materi
c. Problematika sarana dan prasarana
d. Problematika proses
e. Problematika hasil
2. Akar masalah dan Solving (Solusi)
a. Problematika Peserta (calon jamaah)
Sesuai data yang diperoleh penulis, peserta bimbingan manasik haji yang
diselenggarakan oleh KUA Kecamatan Ciputat sebanyak 91 calon jamaah.
36
Dari jumlah tersebut pastilah bermacam-macam variasinya, mulai dari usia,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji variasi dari calon jamaah
bimbingan manasik Haji Kecamatan Ciputat, maka penulis akan menjabarkan
latar belakang peserta menurut jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.
1. Calon jamaah berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh penulis peserta/calon jamaah bimbingan
manasik haji yang terdaftar di KUA Kecamatan Ciputat sebanyak 91
peserta, dari jumlah tersebut teridentifikasi sebanyak 41 calon jamaah
berjenis kelamin laki-laki dan 50 berjenis kelamin perempuan. Dan jumlah
ini pun tidak jauh berbeda ketika mengikuti bimbingan manasik haji yang
dilaksanakan oleh KUA Kecamatan Ciputat.1
Diagram 1.1
peserta bimbingan manasik haji berdasarkan jenis kelamin
1Panitia Bimbingan Manasik Haji KUA Ciputat 2015, Laporan kegiatan Bimbingan manasik haji KUA
Ciputat tahun 2015, hal.5
0
10
20
30
40
50
60
laki-laki perempuan
37
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa peserta bimbingan manasik
haji yang berjenis kelamin perempuan lebih dominan dari pada peserta
yang berjenis kelamin laki-laki. Menurut sumber dari penulis hal ini
disebabkan karena peserta yang berjenis kelamin laki-laki sibuk bekerja
pada saat pelaksanaan bimbingan manasik haji.
2. Calon jamaah berdasarkan usia
Dari data yang diperoleh penulis bahwa pserta bimbingan manasik haji
yang mengikuti bimbingan manasik paling banyak dari kategori lansia
awal dan akhir yaitu orang yang berumur antara 45-65 tahun. Hal ini bisa
mempeerlambat aktifitas ketika di Makkah dan Madinah ataupun ketika
mengikuti bimbingan manasik haji.
Sedangkan waktu yang sangat ideal untuk melaksanakan ibadah haji itu
pada masa dewasa awal dan dewasa akhir, yaitu pada umur 26-45 tahun,
dikarenakan pada umur tersebut kondisi dan kekuatan badan calon jamaah
masih prima dan kuat. Menurut Kementerian Kesehatan RI bahwasannya
umur seseorang itu terbagi menjadi Sembilan golongan yaitu :
a. Masa Balita : 0-5 tahun
b. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun
c. Masa remaja awal : 12-16 tahun
d. Masa remaja akhir : 17-25 tahun
e. Masa dewasa awal : 26-35 tahun
f. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun
g. Masa lansia awal : 46-55 tahun
38
h. Masa lansia akhir : 56-65 tahun
i. Masa manula : 66-sampai seterusnya2
Untuk melihat gambaran calon jamaah haji dari KUA Kecamatan Ciputat,
berikut penulis sajikan diagram daftar calon jamaah haji berdasarkan usia
Diagram 1.2
peserta bimbingan manasik haji berdasarkan usia
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa calon jamaah haji dari KUA
Kecamatan Ciputat yang golongan remaja berjumlah 3 orang, dari golongan
dewasa berjumlah 27 orang. Sedangkan golongan lansia awal dan akhir sangat
mendominasi yaitu sebanyak 52 calon jamaah, dan untuk golongan manula
berjumlah 9 calon jamaah.3
Banyaknya calon jamaah dari golongan lansia awal dan akhir ini dikarenakan
cukupnya biaya berhaji pada saat umur sudah mendekati golongan lansia dan juga
2 http://ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html selasa, 03 Mei 2016,
pukul 13.30 3 Panitia Bimbingan Manasik Haji KUA Ciputat 2015, laporan kegiatan bimbingan manasik haji KUA
Ciputat tahun 2015, hal 7
3
27
52
9
Remaja Dewasa Lansia Manula
39
karena daftar tunggu haji yang panjang sehingga umur calon jamaah pun ikut
bertambah.
Dari permasalahan di atas dapat diambil solusi agar sosialisasi tentang
pendaftaran haji tidak hanya menyentuh kepada usia lansia awal dan akhir, akan
tetapi juga harus menyentuh kepada usia dewasa awal dan dewasa akhir,
mengingat daftfar tunggu haji yang sekian hari sekian lama.
3. Calon jamaah berdasarkan pendidikan
Di Negara Republik Indonesia ini ada empat kategori pendidikan yang berlaku
yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Dari data yang diperoleh penulis ditemukan bahwa calon
jamaah haji yang mengikuti bimbingan manasik memiliki latar belakang yang
beragam tentang pendidikan. Berikut penulis sajikan diagram jamaah haji
yang terdaftar di KUA Kecamatan Ciputat berdasarkan pendidikan :
Diagram 1.3
peserta bimbingan manasik haji berdasarkan pendidikan
14
35 42
Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pendidikan Tinggi
40
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa pendidikan dari calon jamaah haji
yang mengikuti bimbingan jamaah haji di KUA Kecamatan ciputat bervariasi,
yaitu yang berpendidikan sekolah dasar berjumlah 14 orang, yang berpendidikan
sekolah menengah ada 35 orang, dan untuk yang berpendidikan tinggi berjumlah
42. Dari angka latar belakang pendidikan calon jamaah haji di atas dapat
dikatakan bagus, sehingga tidak ada masalah dalam penerimaan materi.
b. Problematika materi bimbingan manasik haji
Materi dalam bimbingan manasik haji merupakan bagian penting yang
harus diperhatikan, karena dengan tersampaikannya materi manasik haji
secara utuh kepada peserta akan memudahkan pada waktu pelaksanaan haji
yang sebenarnya. Dari situlah awal mula kenapa pemateri harus benar-benar
berkompeten dalam menyammpaikan materi.
Untuk materi, semua KUA se-Indonesia sama, yaitu menggunakan buku
panduan ibaadah manasik haji yang dikeluarkan pihak Kementerian Agama
Pusat yang berisi tentang pengenalan budaya arab, yaitu berisi tentang kondisi
masyarakat Arab di sekitar kota Mekkah dan Madinah. Ada tentang akhlak
berhaji yang berisi tentang etika dan larangan-larangan yang harus kita jauhi
selama di Arab Saudi.4
1. Materi Bimbingan Manasik Haji Berdasarkan Metode
Untuk menyampaikan materi bisa tepat sasaran kepada peserta
bimbingan manasik haji membutuhkan metode yang cocok sesuai dengan
4 Wawancara dengan Bapak Khaerudin selaku Ketua Panitia Pelaksana Bimbingan Manasik Haji KUA
Ciputat Tahun 2015, pada hari senin, 07 Maret 2016, pukul 10.30
41
kebutuhan jamaah. Sedangkan metode penyampaian materi telah
ditentukan oleh pihak Kementerian Agama Pusat ada lima yaitu ceramah,
Tanya jawab, diskusi, simulasi dan praktek.
Untuk di KUA Ciputat sendiri dari tiga pertemuan awal hanya
menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, sedangkan dipertemuan
yang terakhir ditambahkan dengan metode praktek yang dilaksanakan di
halaman KUA Ciputat.
Tapi sering kali kejadian di lapangan, penyampaian materi manasik
haji hanya dikemas dengan metode ceramah dan Tanya jawab, ini juga
yang terjadi di bimbingan manasik haji Kecamatan Ciputat. Selama empat
kali pertemuan, tiga di aawal menggunakan metode yang sama yaitu
ceramah, Tanya jawab dan simulasi. Sedangkan di pertemuan akhir
ditambahi metode praktek. Hal ini seharusnya jadi pertimbangan agar
kedepan metode yg digunakan pemateri diperhatikan agar materi yg
disiapkan benar-benar sampai kepada jamaah.5
2. Materi Bimbingan Manasik Haji Berdasarkan Waktu
Utuk waktu pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA Kecamatan
Ciputat, dilaksanakan selama empat kali yaitu di hari sabtu dan minggu.
Dengan waktu satu materi adalah empat jam. Untuk di KUA Ciputat
sendiri pelaksanaan bimbingan manasik haji dimula pada hari Sabtu 25
5 Wawancara dengan Bapak Khaerudin selaku Ketua Panitia Pelaksana Bimbingan Manasik Haji KUA
Ciputat Tahun 2015, pada hari senin, 07 Maret 2016, pukul 10.30
42
Juli 2015 sampai pada hari Minggu 02 Agustus 2015. Bimbingan manasik
haji ini ini dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 12.00
Dengan durasi empat jam tersebut dirasa sudah sangat tepat, karena
apabila durasi lebih panjang lagi akan mempengaruhi masuknya materi
kepada para jamaah. Waktu tersebut sudah sangat efektif bagi
pengetahuan jamaah, sehingga tujuan dari bimbingan manasik haji sendiri
akan terpenuhi. Sebagai contoh para jamaah dapat mengetahui tata cara
sa’i, berpakaian ihram serta mampu melafalkan niat-niat wajib dan rukun
haji serta talbiyah.
Untuk solusi ke depannya agar pihak panitia pelaksana bimbingan
manasik haji di KUA memberikan pengarahan kepada pemateri agar
menggunakan metode yang lebih kreatif, karena dengan metode yang
kreatif akan memudahkan sampainya materi kepada peserta. Jangan hanya
menggunakan metode-metode klasik seperti ceramah dan Tanya jawab
saja.
c. Problematika sarana dan prasarana
Tugas dari Kantor Urusan Agama (KUA) adalah memberikan pelayanan
yang prima kepada peserta/calon jamaah manasik haji. Bimbingan ibadah
manasik haji yang diselenggarakan oleh KUA Ciputat bertempat di aula KUA
Ciputat. Untuk kondisi aula tersebut sudah cukup layak dengan daya tampug
seratus orang, ditambah lagi terdapat sarana pendukung seperti kursi, bangku,
infokus, dan juga miniature ka’bah.
43
Akan tetapi ada masalah ketika melakukan praktek yang berada di
halaman KUA, dengan jumlah peserta berjumlah 91 kurang layak jika
praktek dilakukan di halaman KUA. Dari keadaan yang seperti di atas ke
depannya untuk praktek sebisa mungkin agar dilaksanakan di tempat yang
luas, agar gambaran nyata ibadah haji bisa jadi pelajaran.
Dari permasalahan di bagian sarana prasarana ini, pihak KUA harus
mencari solusi yaitu menyediakan tempat praktik manasik haji yang layak
untuk dipakai, seperti mencari lapangan sebagai miniatur Ka’bah dan Padang
Arafah, agar gambaran ketika haji nanti tidak jauh berbeda.
d. Problematika proses bimbingan manasik haji
Di penelitian kali ini, penulis memfokuskan pada aktifitas bimbingan
manasik haji yang berupa interaksi langsung antara jamaah manasik haji
dengan pematerinya. Dalam hal ini akan mengacu kepada standar praktek,
kebijakan lembaga, tujuan proses dan kepuasan jamaah. Maka penulis akan
menjelaskan program bimbingan manasik haji di KUA Kecamatan Ciputat
yang mana telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama
Dalam pertemuan ini di awali dengan pembukaan yang dibuka oleh
kepala Kemenag Kota Tangsel yang juga membahas tentang kebijakan
umum pemerintah tentang perhajian. Dilanjutkan kepada materi kedua
dengan tema “Bimbingan perjalanan haji”, sedangkan pembahasan dalam
tema ini meliputi:
a. Persiapan sebelum ke asrama haji (asrama haji transit)
44
b. Kegiatan di asrama haji (Embarkasi/Debarkasi)
c. Kegiatan selama di pesawat
d. Kegiatan di bandara Arab Saudi (Madinah/Jeddah) pada saat
kedatangan dan pemulangan
e. Kegiatan dalam perjalanan menuju pemondokan
f. Kegiatan di pemondokan Makkah/Madinah
g. Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina
h. Kegiatan ziarah di Makkah dan Madinah
Dalam pertemuan kali metode yang digunakan dalam penyampaian materi
adalah ceramah dan Tanya jawab
2. Pertemuan kedua
Pada pertemuan ini materi yang disampaikan adalah “bimbingan
kesehatan haji”, yang bertujuan untuk meengetahui apa saja yang
dipersiapkan dalam hal kesehatan, dalam pertemuan ini membahas :
a. Pelayanan kesehatan terhadap jamaah haji di Tanah Air dan Arab
Saudi
b. Jenis obat-obatan yang boleh dibawa ke Tanah Suci
c. Penanganan dini terhadap jamaah haji
d. Asuransi bagi jamaah dan petugas haji
Di pertemuan yang pertama ini metode yang digunakan dalam
penyampaiannya menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab.
45
Dilanjut ke sesi yang kedua yaitu bertema “Bimbingan
pelaksanaan ibadah haji”, di tema ini membahas tentang pelaksanaan
ibadah haji yaitu :
a. Etika dan Akhlakul Karimah selama pelaksanaan ibadah haji
b. Pengertian Haji Ifrad, Tamattu dan Qiran
c. Macam-macam Dam
d. Pelaksanaan shalat Arba’in
e. Berpakaian dan shalat sunnat ihram
f. Niat dan membaca talbiyah
g. Tawaf
h. Sa’i
i. Tahallul
Pada pertemuan yang kedua ini metode yang digunakan adalah ceramah
dan tanya jawab.
3. Pertemuan ketiga
Di pertemuan yang ketiga ini materi yang disampaikan bertema
“bimbingan pelaksanaan haji/manasik haji”, dalam tema itu berisi
tentang :
a. Ihram/miqot
b. Wukuf di Arafah
c. Mabid di Muzdalifah
d. Mabid di Mina
e. Melontar Jamarot
46
f. Thawaf Ifadah
g. Tahallul awal dan tahallul tsani
h. Nafar awal dan nafar tsani
Untuk pertemuan yang ketiga ini metode yang digunakan sama dengan
pertemuan yang pertama dan kedua yaitu metode ceramah dan Tanya
jawab.
4. Pertemuan keempat
Dipertemuan yang keempat ini masih dengan tema yang sama dengan
tema di pertemuan yang ketiga, sedangkan pembahasan yang disampaikan
meliputi :
a. Praktik memakai ihram
b. Praktik niat dan shalat sunnat ihram
c. Praktik wukuf, mabid di Muzdalifah dan Mina
d. Praktik melempar Jamarat
e. Praktik thawaf ifadhah
f. Praktik sa’i
g. Praktik tahallul/ memotong rambut
h. Bersuci (wudlu/tayammum di pesawat)
i. Shalat di pesawat
Untuk pertemuan yang keempat ini metode yang digunakan sedikit
berbeda, yaitu selain ceramah dan Tanya jawab ada metode lain yaitu
memaraktikkan pembahasan yang disampaikan.6
6 Panitia Bimbingan Manasik Haji KUA Ciputat 2015, jadwal bimbingan manasik haji KUA Ciputat tahun
2015
47
Adapun rumusan tujuan yang telah dibuat oleh Kantor Urusan Agama
dan juga kantor Kementerian Agama tingkat kota adalah sebagai
berikut :
1. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam hal manasik haji
baik yang bersifat teori maupun praltik, sehingga ibaada haji dapat
terlaksana dengan baik dan benar berdasarkan syariat yang telah
dituntunkan Rasulullah SAW.
2. Meningkatkan pemahaman pelaksanaan haji dan kesadaran berhaji
secara mandiri
3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap pentingnya
kesehatan fisik dan mental dalam prosesi haji sejak keberangkatan
hingga pulang ke Tanah Air
4. Memahami hak dan kewajiban para jamaah haji, dengan harapan
seluruh jamaah dapat terlayani dan mendapat perlindungan hukum.
Dari rangkaian proses pelaksanaan bimbingan manasik haji di atas ada
satu masalah yaitu terlalu padatnya materi dalam satu kali bimbingan
manasik haji,dari masalah tersebut ada solusi yaitu meminta kembali
kepada pihak Kementerian Agama untuk mengembalikan pelaksanaan
bimbingan manasik haji ke tujuh kali pertemuan seperti tahun-tahun
sebelumnya.
e. Problematika Hasil Bimbingan Manasik Haji
Problematika hasil ini merupakan sebuah problematika yang diarahkan
kepaada keseluruhan dampak dari program bimbingan manasik haji terhadap
48
jamaah bimbingan manasik haji. Dalam menentukan problematika di atas ada
dua pertanyaan utama untuk mengupasnya yaitu :
1. Kapan suatu program bisa berhasil dan mencapai tujuan?
2. Bagaimana masyarakat akan berubah menuju kepada yang lebih baik
setelah mendapatkan program tersebut?
Sedangkan untuk kriteria dari keberhasilan meliputi :
a. Berorientasi pada program. Hal ini didasarkan atas keberhasilan suatu
program kepada sasrannya atau kepada populasi yang menadi obyek dari
suatu program.
b. Berorientasi kepada masyarakat. Yang dimaksud disini adalah
keberhasilan masyarakat atau obyek yang disebabkan oleh suatu program.
Contoh dalam hal ini adalah kemandirian jamaah setelah menjalankan dari
program yang diajarkan.
B. Analisa pencapaian hasil pada bimbingan manasik haji
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwasannya tujuan dari bimbingan manasik
haji yang diselenggarakan oleh KUA Kecamatan Ciputat adalah meningkatkan ilmu
pengetahuan dalam hal manasik hai, meningkatkan pemahaman pelaksanaan haji secara
mandiri, meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan fisik
dan mental dalam prosesi haji dan memahami hak serta kewajiban bagi jamaah haji.
Dari hasil temuan penulis bahwa tujuan yang telah ditetapkan di atas sudah terlaksana,
hal ini berdasarkan kemampuan para jamaah yang bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang
sudah diperoleh selama mengikuti bimbingan manasik haji, misal jamaah mampu
49
melafalkan bacaan talbiyah, mampu memakai pakaian ihram dan juga mampu
mengetahui obat-obat apa saja yang sepantasnya dibawa.
C. Upaya-upaya perbaikan
Dalam hal perbaikan pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat harus
memperhatikan pelayanan terbaik buat para jamaah bimbingan manasik haji. Dari
penelitian yang di lakukan penulis merekomendasikan beberapa perbaikan yang
semestinya diperhatikan, antara lain :
1. Sarana prasarana yang berupa tempat praktek yang memadai tidak hanya di halaman
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ciputat.
2. Dalam hal metode penyampaian materi tidak hanya ceramah, Tanya jawab saja, akan
tetapi bisa saja ditambah dengan metode diskusi bertujuan dari jamaah bisa ikut aktif
komunikatif.
3. Durasi waktu agar ditambahkan lagi ke tujuh kali pertemuan.
4. Sosialisasi kepada calon jamaah lebih aktif lagi, kalau perlu didatangi satu-persatu ke
rumah calon jamaah dan juga agar lebih menyasar lagi ke kalangan remaja dan
dewasa.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis serta pemaparan-
pemaparan dari hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan-
kesimpulan sebagai berikut :
1. Problematika yang terjadi di bimbingan manasik haji di KUA
Kecamatan ciputat meliputi empat hal, yaitu
a. peserta
peserta bimbingan manasik haji mempunyai karakteristik
yang beragam, mulai dari jenis kelamin, usia dan juga latar
belakang pendidikan peserta manasik haji. Dari segi jenis
kelamin, peserta manasik haji di KUA Ciuputat didominasi
oleh perempuan, hal ini juga terjadi ketika bimbingan
manasik haji.
Dari segi umur, calon jamaah didominasi oleh golongan
lansia awal dan akhir yang berjumlah 52 orang, dari golongan
dewasa berjumlah 27 orang, remaja berjumlah 3 orang dan
manula berjumlah 9 orang. Dari uraian golongan tersebut bisa
menjadi problem dikarenakan jumlah lansia dan manula bisa
dikatakan banyak dan hal ini akan menghambat dalam
penerimaan materi pada saat bimbingan manasik haji.
51
b. Pembimbing atau pemateri
Pembimbing bimbingan manasik haji sudah sesuai dengan
standar yang diajukan oleh pihak KUA Kecamatan Ciputat.
c. Materi
yang disampaikan kepada peserta manasik atau calon jamaah
haji sudah sesuai dengan yang dikeluarkan oleh pihak
Kementerian Agama Pusat, tetapi metode penyampaian
kurang bervariasi dan monoton.
d. Sarana dan praasarana
Sarana dan prasarana yang disediakan untuk bimbingan
manasik haji sudah cukup layak untuk menampung para
peserta manasik haji, akan tetapi sarana untuk praktek
manasik haji masih kurang layak.
52
B. Saran-saran
Dari data yang sudah dijelaskan di atas, dengan ini penulis
memberika beberapa saran yang mungkin bisa dijadikan sebagai
bahan evaluasi untuk mendatang
1. Memperkuat fungsi KUA mengenai pelayanan terhadap
masyarakat khususnya calon jamaah haji dalam hal sosialisasi
bimbingan manasik haji
2. Menghimbau kepada calon jamaah haji untuk tetap mengikuti
bimbingan manasik haji walaupun sudah mengikuti manasik haji
di KBIH, karena setiap calon jamaah haji mempunyai hak
bimbingan manasik haji.
3. Memberikan tempat praktek manasik haji yang lebih layak, tidak
hanya di halaman KUA saja.
4. Memaksimalkan peran KUA dalam bimbingan dan informasi haji
dengan cara merevisi tugas pokok dan fungsi KUA, yang
bertujuan juga nmenjadi barisan terdepan dalam pemberian
bimbingan haji dan pasca haji.
53
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Haji dari Masa ke
Masa, (Jakarta: Direktorat jendral penyelenggaraan Haji dan
Umroh, 2012)
J. Moloeng, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009)
Kementerian Agama, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun
2008 tentang penyelenggaraan ibadah Haji. Jakarta: Dirjen PHU,
2009.
Kementerian Agama, Peraturan Menterri Nomor 14 tahun 2012 tentang
Bimbingan Manasik Haji. Jakarta : Dirjen PHU, 2013.
Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008)
Rosyadi Ruslan, metode penelitian publik relations dan komunikasi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29-30
M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2003), cet. Ke-2
.
Sutrisno Hadi, Metode research III, (yogjakarta: Yayasan penerbitan
fakultas psikologi UGM, 1984)
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, : Bulan Bintang,
2002)
Syukir, Dasar-dasar strategi dakwah Islami, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983)
Berny Gomulya, Problem Solving and Decision Making For Improvement,
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), cet. ke-4
Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2006), ed.1.
Slamet, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Jakarta : Usaha Nasional,
1994)
Hallen, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : Quantum Teaching, 2005),
cet ke-3
Dede Imadudin, mengenal Haji, (Jakarta : PT Mitra Aksara Panaitan, 2011)
DR. Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta : Mitra
Abadi Press, 2008)
54
Abdul aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh
Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2013), cet. Ke-3.
Latif Hasan dan Nijam Ahmad, “Manajemen Hajji” (Jakarta : Zikrul
Hakim,2003), Cet ke-2.
Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah,
Tuntunan Manasik Haji dan Umrah (Jakarta, 2013)
H. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka
Cipta, 1999)
Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002)
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqh Praktis, (Bandung : Penerbit Mizan,
1999), cet. Ke-1.
Udin Wahyyudin, Fiqih (Bandung : Grafindo Media Pratama, 2008)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29235/3/Chapter%2011.pd
f , Senin, 07 Maret 2016, 14:45
http://catatanbk.blogspot.co.id , senin, 07 Maret 2016, 19:55
www.kemenag.go.id > id2=kepmenag, Senin, 07 Maret 2016, 20:30
http://ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html selasa, 03 Mei 2016, pukul 13.30
Recommended