View
241
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PROFIL GAS DARAH PADA ANJING PELACAK
NARKOBA DAN PELACAK UMUM
TSABITA NISAA KUNTADI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Gas Darah pada
Anjing Pelacak Narkoba dan Pelacak Umum adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2018
Tsabita Nisaa Kuntadi
NIM B04140121
ABSTRAK
TSABITA NISAA KUNTADI. Profil Gas Darah pada Anjing pelacak Narkoba
dan Pelacak Umum. Dibimbing oleh AGUS WIJAYA dan LENI MAYLINA.
Penggunaan anjing pelacak dalam kegiatan kepolisian perlu didukung
dengan pemeriksaan kesehatan yang baik agar tetap dalam kondisi prima, salah
satunya dengan pemeriksaan gas darah. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi dan interpretasi profil gas darah agar kemudian dapat
menjadi bahan evaluasi kesehatan anjing pelacak narkoba (caknar) dan pelacak
umum (cakum) di Direktorat Polisi Satwa Polri Kelapa Dua Depok. Penelitian ini
merupakan penelitian non-ekperimental menggunakan data sekunder analisis gas
darah dari tahun 2012-2017. Pengambilan sampel dilakukan oleh dokter hewan di
Klinik Veteriner Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri Kelapa Dua Depok
menggunakan 16 ekor anjing (6 ekor caknar dan 10 ekor cakum) (tanpa
membedakan jenis kelamin, umur, dan ras). Alat yang digunakan adalah Abbot i-
STAT® dan kit CG8+ Cartridge. Parameter analisa gas darah meliputi kadar pH,
tekanan karbondioksida (pCO2), total karbondioksida (TCO2), konsentrasi HCO3-,
tekanan oksigen (pO2) dan saturasi oksigen (SO2). Hasil penelitian menunjukkan
adanya kecenderungan normal tinggi pada pH serta normal rendah pada pCO2
yang menunjukkan alkalosis respiratorik pada anjing cakum dan caknar.
Kecenderungan kejadian alkalosis respiratorik tersebut lebih besar terjadi pada
anjing caknar. Nilai rata-rata pO2 dan SO2 berada di bawah nilai normal,
menunjukkan kondisi hipoksemia rendah pada anjing caknar dan hipoksemia berat
pada anjing cakum.
Kata kunci: profil gas darah, anjing pelacak narkoba, anjing pelacak umum
ABSTRACT
TSABITA NISAA KUNTADI. Blood Gas Profile of Drug Sniffer and General
Tracker Police Dog. Supervised by AGUS WIJAYA and LENI MAYLINA.
Utilizing sniffer dogs in police activities needs to be support by excellent
health checks in order to maintain the dogs in top condition, one of these checks is
blood gas analysis. The aim of this study is to provide information and
interpretation of blood gas profile as part of evalution material for health
conditions of the sniffer dogs (drug sniffer and general tracker dogs) from Animal
Police Directorate (Direktorat Polisi Satwa, Polri) in Kelapa Dua, Depok. This
study was a non-experimental study used secondary data of blood gas analysis
from 2012 to 2017. The sampling has been conducted by veterinarians at
Veterinary Clinic of Animal Police Directorate (Direktorat Polisi Satwa Baharkam
Polri) in Kelapa Dua Depok, from 16 dogs (6 drug sniffers and 10 general trackers
dogs), regardless of gender, age, and breed. The analysis used Abbot i-STAT®
and CG8+ Cartridge kits to measure pH level, carbon dioxide pressure (pCO2),
total CO2 (TCO2), HCO3- concentration, oxygen pressure (pO2) and oxygen
saturation (SO2). The results showed a high-normal pH level and low-normal for
pCO2, which indicates respiratory alkalosis in drug sniffer ang general tracker
dogs. The tendency was greater in drug sniffer dogs. The mean values of pO2 and
SO2 were below normal values, indicating low hypoxemia conditions in drug
sniffer dogs and severe hypoxemia in general tracker dogs. The tendency was
greater in general tracker dogs.
Key words: blood gas profile, drug sniffer dog, general tracker dog
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
PROFIL GAS DARAH PADA ANJING PELACAK
NARKOBA DAN PELACAK UMUM
TSABITA NISAA KUNTADI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Profil Gas Darah pada Anjing Pelacak Narkoba dan Pelacak Umum
Nama : Tsabita Nisaa Kuntadi
NIM : B04140121
Disetujui oleh
Drh Agus Wijaya, MSc, PhD
Pembimbing I
Drh Leni Maylina, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Profil Gas Darah
pada Anjing Pelacak Narkoba dan Pelacak Umum ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Drh Agus Wijaya, MSc, PhD sebagai
dosen pembimbing sekaligus dosen pembimbing akademik dan juga kepada Drh
Leni Maylina, MSi sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingan, dorongan,
kritik, dan saran yang telah diberikan selama penulisan skripsi.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua Abi Andi
Iman Kuntadi dan Ummi Sally Indria Mutiara, serta adik (Tazkya Nayla Kuntadi)
atas segala dukungan semangat dan do’a yang telah diberikan. Terima kasih
penulis juga ucapkan kepada teman seperjuangan sepenelitian (Amalia, Gerry,
Bagas, dan Andreas), sahabat dekat (Nahar, Fakhri, Tomi, Rafi, Yogo, Gembul,
Diah, dan Vinda) dan teman-teman seangkatan Acinonyx 51 yang sama-sama
berjuang dalam menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sebagai evaluasi bagi penulis. Penulis sangat berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2018
Tsabita Nisaa Kuntadi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Anjing Pelacak 2
Analisa Gas Darah 3
METODE PENELITIAN 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Alat dan Bahan 4
Prosedur Penelitian 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
RIWAYAT HIDUP 15
DAFTAR TABEL
1 Rataan hasil analisis gas darah pada anjing caknar dan cakum 5
DAFTAR GAMBAR
1 Nilai pH darah pada anjing caknar dan cakum 5
2 Nilai tekanan karbondioksida (pCO2) (mmHg) pada anjing
caknar dan cakum 6
3 Nilai total karbondiosida (TCO2) (mEq/L) pada anjing
caknar dan cakum 7
4 Konsentrasi bikarbonat (HCO3-) (mEq/L) pada pada anjing
caknar dan cakum 8
5 Nilai tekanan oksigen pO2 (mmHg) pada anjing
caknar dan cakum 9
6 Nilai saturasi oksigen (sO2) (%)pada anjing caknar dan cakum 10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anjing telah digunakan oleh polisi di seluruh dunia dalam pekerjaan
kepolisian, termasuk di Indonesia karena memiliki pendengaran, penglihatan,
insting, kecerdasan, dan kesetiaan yang tinggi (Grandjean 2006). Kelebihan
tersebut dimanfaatkan dalam pengendalian masyarakat, Search and Rescue
(SAR), pelacak umum, pendeteksi penyebab kebakaran, melacak zat terlarang
narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) dan bahan peledak (Sianipar et al.
2004). Sehubungan dengan hal ini pihak kepolisian RI (POLRI) mendirikan
Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri yang khusus memfasilitasi pelatihan
anjing pelacak.
Keterlibatan anjing dalam kehidupan manusia tersebut perlu didukung
dengan pemeriksaan kesehatan hewan yang baik (Evans 2013). Pemeriksaan
kesehatan tersebut merupakan kegiatan rutin di bawah pengawasan dokter hewan,
bertujuan memonitor kesehatan anjing pelacak agar tetap dalam kondisi prima.
Pemeriksaan parameter darah yang dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis
kesehatan hewan salah satunya adalah pemeriksaan gas darah.
Pemeriksaan gas darah sudah secara luas digunakan sebagai pegangan
dalam tatalaksana pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas
darah dipakai untuk menilai respirasi, metabolisme, dan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan gas darah dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang
yang dilakukan, sehingga dipakai sebagai salah satu kriteria untuk menilai
pengobatan. Selain itu, pemeriksaan gas darah dapat membantu menegakkan
diagnosis dan membantu mengetahui beratnya suatu penyakit (Taslim dan Sofyan
2008).
Pemeriksaan gas darah penting dilakukan untuk kesehatan anjing karena
tingginya penggunaan indera penciuman pada anjing pelacak yang dapat
membahayakan dan mengganggu fisiologis tubuh. Parameter dalam pemeriksaan
gas darah meliputi nilai pH darah, tekanan karbondioksida (pCO2), konsentrasi
bikarbonat (HCO3-), total karbondioksida (TCO2), tekanan oksigen (pO2), dan
saturasi oksigen (SO2). Sampai saat ini belum banyak ditemukan data penelitian
mengenai profil gas darah anjing pelacak narkoba (caknar) dan pelacak umum
(cakum). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil gas darah caknar dan
cakum di Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri Kelapa Dua Depok, sehingga
diharapkan mampu memberikan informasi dan interpretasi profil gas darah pada
anjing caknar dan cakum. Informasi tersebut kemudian dapat menjadi bahan
evaluasi kesehatan anjing pelacak.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menjabarkan profil gas darah (blood gas analysis)
pada anjing caknar dan cakum dengan parameter nilai pH darah, tekanan
2
karbondioksida (pCO2), total karbondioksida (TCO2), konsentrasi bikarbonat
(HCO3-), tekanan oksigen (pO2), dan saturasi oksigen (sO2).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan interpretasi
profil gas darah pada anjing caknar dan cakum. Informasi tersebut kemudian
dapat menjadi bahan evaluasi kesehatan anjing pelacak.
TINJAUAN PUSTAKA
Anjing Pelacak
Beberapa keistimewaan anjing adalah insting, penglihatan, penciuman dan
pendengarannya yang baik. Anjing memiliki indera penciuman seribu sampai
dengan seratus ribu kali lipat penciuman manusia dengan jumlah sel penciuman
mencapai 220 000 000 sel (Houpt 1998). Berdasarkan hal tersebut, indera
penciuman anjing dapat membedakan bau berdasarkan karakteristik partikel yang
menyebar di udara serta partikel bau di tanah yang masih dapat dideteksi setelah
beberapa lama (Sunaryo 2013). Kemampuan penciuman yang sangat tajam pada
anjing dapat dimanfaatkan untuk melacak dan sangat membantu polisi dalam
memecahkan permasalahan kriminal.
Anjing pelacak memiliki keterampilan dalam melacak keberadaan
narkotika, bahan peledak, tersangka, orang tersesat, melumpuhkan target
pengejaran, mengendalikan massa, melindungi petugas dari serangan, serta patroli
rutin. Penggunaan anjing pelacak juga dianggap sangat efektif dalam menemukan
barang bukti dalam berbagai tindak pidana (POLRI 2007). Anjing tersebut harus
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi dengan temperamen yang dapat diatur,
dan dapat menyerang tetapi tidak agresif. Selain itu, anjing juga harus terlihat
impresif dengan kekuatan yang dapat dikontrol. Anjing yang dipilih oleh
kepolisian telah melalui tes penyaringan pendengaran, fisik dan temperamen
sebelum dilakukan pelatihan (Mugford 1994). Setiap anjing pelacak dilatih untuk
mendeteksi suatu substansi tertentu, sehingga efisien dalam pekerjaannya. Anjing
caknar dan cakum dapat mendeteksi kehadiran suatu substansi dan memberikan
petunjuk, seperti di area bandara yang ramai, ketika substansi tersebut ditutup
dengan rapat, atau dibungkus didalam tas yang penuh dengan pakaian (Sianipar et
al. 2004).
Anjing pelacak narkoba adalah anjing yang digunakan untuk mendeteksi zat
terlarang seperti obat-obatan. Beagle telah banyak digunakan untuk melacak
bagasi di bandara untuk barang yang tidak diizinkan. Pelacak narkoba banyak menggunakan anjing ras kecil untuk mempermudah pergerakan (Nawaherman
2015). Jenis anjing pelacak narkoba adalah Golden Retreiver, Labrador, Nabrador,
dan Beagle (POLRI 1996).
Anjing pelacak umum sering digunakan dalam pencarian tersangka,
penangkapan, pengejaran, pencarian barang bukti dan pencarian mayat. Hidung
3
anjing yang sangat sensitif sehingga ada beberapa anjing mampu mendeteksi
benda yang berada di bawah air mengalir. Masa efektif anjing di bidang ini
tergolong cukup lama sehingga bisa mencapai 6-7 tahun (Nawaherman 2015).
Jenis anjing pelacak umum diantaranya German Shepherd (herder), Doberman
Pinscher, Rottweiler, dan Belgian Malinois (POLRI 1996).
Dalam rangka meningkatkan kepekaan indera penciuman anjing pelacak
maka dilakukan berbagai pelatihan, salah satunya dengan pemaparan zat sesuai
kebutuhan anjing. Tingginya penggunaan indera penciuman pada anjing pelacak
tersebut dapat berdampak pada fisiologis tubuh anjing terutama fungsi
kardiovaskulernya. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan bagi dokter hewan
dalam melakukan teknik pemeriksaan yang tepat bagi fungsi kardiovaskuler
anjing pelacak. Salah satunya adalah dengan analisa gas darah.
Analisa Gas Darah
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penata laksanaan
penting bagi pasien. Tujuan tindakan analisa gas darah adalah menilai tingkat
keseimbangan asam dan basa, mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan
kardiovaskuler, serta menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh (Battaglia 2001).
Hal tersebut dapat dilihat melalui indikator analisa gas darah yaitu pengukuran pH
darah, mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah
yang ditunjukkan oleh tekanan oksigen arteri (pO2), mengetahui kapasitas paru-
paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang ditunjukkan oleh tekanan
karbondioksida arteri (pCO2), mengetahui jumlah total karbondioksida di dalam
tubuh yang ditunjukkan oleh total karbondioksida (TCO2), konsentrasi bikarbonat
(HCO3-), dan saturasi oksigen (SO2) (McCann 2004; Severinghaus 1998).
Pemeriksaan analisis gas darah dibutuhkan jika ada indikasi seperti masalah
dalam respirasi yang mengarah pada hipoksia dan terganggunya ventilasi, peri-
post cardiopulmonary arrest, kondisi medis yang menyebabkan gangguan
metabolik, mengevaluasi keefektifan dari suatu terapi, memonitor kondisi klinis,
serta menentukan treatment yang akan dilakukan dalam fase peri-operative
operasi besar (William 2008). Informasi dari nilai tersebut juga digunakan pada
pasien dengan kondisi akut, obstruksi paru kronik, edema pulmonum, akut
respiratori distress sindrom (ARDS), infark miokard, pneumonia, syok, post
pembedahan coronary arterial baypass, resusitasi cardiac arrest, dan severe
respiratory distress (Brunner dan Suddarth 2002). Melakukan analisis gas darah
menjadi sangat penting terkait manfaat seperti membangun diagnosis, guidance
dalam penentuan treatment, monitoring pada pasien dengan manajemen
ventilator, manajemen asam dan basa, serta evaluasi keadaan kritis (Ismail et al.
2010; Sood et al. 2010).
4
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitan
Penelitian ini merupakan penelitian non-ekperimental menggunakan data
sekunder analisis gas darah anjing caknar dan cakum dari tahun 2012-2017.
Pengambilan sampel dilaksanakan di Klinik Veteriner Direktorat Polisi Satwa
Baharkam Polri Kelapa Dua Depok.
Alat dan Bahan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah enam belas ekor anjing
(tanpa membedakan jenis kelamin, umur, dan ras). Anjing dibagi ke dalam dua
kelompok berdasarkan kegunaan yaitu enam ekor anjing caknar dan sepuluh ekor
anjing cakum. Alat yang digunakan adalah syringe 3 ml, kit CG8+ Cartridge, dan
Abbot i-STAT®.
Prosedur Penelitian
Prosedur pengambilan sampel darah dilakukan oleh dokter hewan di Klinik
Veteriner Direktorat Polisi Satwa Baharkam Polri Kelapa Dua Depok. Sampel
darah whole blood diambil dari vena Cephalica antebrachii sebanyak 0.5 ml
menggunakan syringe 3 ml tanpa menggunakan antikoagulan. Sampel darah 0.5
ml langsung ditempatkan pada CG8+ Cartridge® yang digunakan untuk analisis
gas darah. Analisis gas darah dilakukan dengan menggunakan Abbot i-STAT®
dan kit CG8+ Cartridge® yang meliputi pemeriksaan pH, tekanan karbondioksida
(pCO2), tekanan oksigen (pO2), konsentrasi HCO3-, total karbondioksida (TCO2),
dan saturasi oksigen (SO2).
Data yang diperoleh dari analisis gas darah tersebut kemudian diolah dengan
mencari nilai rata-rata dan standar deviasi menggunakan software SPSS 17.0 for
windows. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat grafik sebaran dan dijabarkan secara
deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil gas darah caknar dan cakum pada penelitian ini meliputi pemeriksaan
pH darah , tekanan karbondioksida (pCO2), konsentrasi bikarbonat (HCO3-), total
karbondioksida (TCO2), tekanan oksigen (pO2), dan saturasi oksigen (SO2). Profil
gas darah tersebut dapat memberi gambaran status keseimbangan asam dan basa,
kondisi pernafasan, dan metabolisme tubuh. Penelitian menggunakan data analisis
gas darah pada enam ekor anjing caknar dan sepuluh ekor anjing cakum. Tabel 1
memperlihatkan rataan hasil analisis gas darah pada anjing caknar dan cakum.
5
Tabel 1 Rataan hasil analisis gas darah pada anjing caknar dan cakum
Parameter Nilai Normal Hasil untuk Kategori
Pelacak Narkoba Pelacak Umum
pH 7.31 – 7.42*
7.41 ± 0.03
(7.38 – 7.44)
7.42 ± 0.02
(7.40 – 7.44)
pCO2 (mmHg) 29 – 42*
32.22 ± 3.38
(28.84 – 35.60
33.80 ± 3.23
(30.57 – 37.03)
TCO2 (mEq/L) 16 – 26**
21.50 ± 2.66
(18.84 – 24.16)
22.70 ± 1.64
(21.06 – 24.34)
HCO3- (mEq/L)
17 – 25*
20.60 ± 2.63
(17.97 – 23.23)
21.62 ± 1.48
(20.14 – 23.10)
pO2 (mmHg) 40 – 60**
40.50 ± 8.60
(31.90 – 49.10) 31.50 ± 4.74
(26.76 – 36.24)
SO2 (%) ≥ 90***
74.33 ± 12.14
(62.19 – 86.47)
60.90 ± 8.02
(52.88 – 68.92) Keterangan: pCO2: tekanan karbondioksida; pO2: tekanan oksigen; TCO2: total karbondioksida;
SO2: saturasi oksigen; *Morgan (2008); **Tilley dan Smith (2011); ***Stockham dan Scott
(2002).
Nilai pH, Tekanan Karbondioksida, Total Karbondioksida, dan Konsentrasi
HCO3-
Nilai pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tubuh dan
keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi
asam volatil dan campuran asam (seperti asam laktat dan asam keto) (Aditama
1987). Gambar 1 memperlihatkan nilai pH darah pada anjing caknar dan cakum.
cakum(7.40-7.44)caknar(7.38-7.44)
7.50
7.45
7.40
7.35
7.30
7.25
pH
7.42
7.31
Gambar 1 Nilai pH darah pada anjing caknar dan cakum. ─ (Nilai normal
menurut Morgan (2008)).
6
Gambar 1 menunjukkan nilai pH darah pada caknar dan cakum mengalami
kecenderungan nilai yang tinggi. Anjing caknar memiliki rentang nilai pH darah
lebih rendah yaitu 7.38-7.44 bila dibandingkan dengan anjing cakum yang
memiliki rentang nilai 7.40-7.44. Sebanyak 33% (dua dari enam ekor anjing
caknar) dan 40% (empat dari sepuluh ekor anjing cakum) memiliki nilai pH darah
di atas normal. Keadaan pH darah di atas normal dinamakan alkalosis, sedangkan
nilai pH di bawah normal disebut asidosis (Price dan Wilson 2006). Umumnya
nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam) dan menurun
dalam keadaan asidemia (peningkatan pembentukan asam) (Aditama 1987).
Nilai tekanan karbondioksida (pCO2) merupakan besar tekanan yang
dihasilkan oleh karbondioksida yang terlarut dalam plasma. Nilai pCO2 dapat
digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam basa dalam
darah (Woodrow 2004). Nilai pCO2 juga dapat memberikan informasi mengenai
efisiensi paru-paru dalam mengeluarkan CO2 (Seymour dan Novakovski 2007).
Gambar 2 memperlihatkan nilai tekanan karbondioksida (pCO2) (mmHg) pada
anjing caknar dan cakum.
cakum(30.57-37.03)caknar(28.84-35.60)
42.5
40.0
37.5
35.0
32.5
30.0
27.5
25.0
pC
O2
(m
mH
g)
29
42
Gambar 2 Nilai tekanan karbondioksida (pCO2) (mmHg) pada anjing caknar dan
cakum. (─ Nilai normal menurut Morgan (2008)).
Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai pCO2 pada anjing caknar dan cakum
memiliki nilai normal cenderung rendah. Anjing cakum memiliki rentang nilai
lebih tinggi (30.57-37.03 mmHg) bila dibandingkan dengan anjing caknar (28.84-
35.60 mmHg). Umumnya penurunan nilai pCO2 dapat terjadi pada hiperventilasi
sedangkan peningkatan nilai menunjukkan hipoventilasi. Pada penurunan nilai
pCO2, konsentrasi ion H+ akan rendah dan pH darah meningkat. Hal tersebut
dapat terjadi pada keadaan hipoksia, anxiety/nervousness, dan emboli paru
(Woodrow 2004). Sedangkan, pada peningkatan nilai pCO2, konsentrasi ion H+
akan meningkat dan pH darah menjadi rendah. Hal tersebut dapat terjadi pada
pasien gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Peningkatan nilai
pCO2 akan merangsang pernapasan melalui kemoreseptor di medulla oblongata,
sedangkan penurunan pCO2 dapat menyebabkan penurunan atau hilangnya
7
rangsangan untuk bernapas (Guyton dan Hall 2006; Price dan Wilson 2006;
Woodrow 2004).
Nilai total karbondioksida (TCO2) menunjukkan jumlah total konsentrasi
karbon dioksida yang terlarut dalam darah arteri, vena, atau kapiler (mEq/L)
(Scott et al. 1999). Nilai TCO2 yang terdapat dalam plasma meliputi asam
karbonat, bikarbonat dan senyawa karbamino (Cole dan Schlunt 2004). Gambar 3
menunjukkan nilai total karbondiosida (TCO2) (mEq/L) pada anjing caknar dan
cakum.
cakum(21.06-24.34)caknar(18.84-24.16)
25.0
22.5
20.0
17.5
15.0
TC
O2
(m
Eq
/L)
26
16
Gambar 3 Nilai total karbondiosida (TCO2) (mEq/L) pada anjing caknar dan
cakum. (─ Nilai normal menurut Tilley dan Smith (2011)).
Gambar 3 menunjukkan anjing caknar dan cakum memiliki nilai TCO2
dalam rentang nilai normal menurut Tilley dan Smith (2011) yaitu 16-26 mEq/L.
Anjing cakum memiliki kecenderungan nilai yang lebih tinggi (21.06-24.34
mEq/L) daripada caknar (18.84-24.16 mEq/L). Terdapat satu anjing caknar yang
menunjukkan nilai TCO2 berada dalam pada batas maksimal garis normal. Hal
tersebut dapat terjadi pada keadaan kelebihan basa. Menurut Cole dan Schlunt
(2004), nilai TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan
keseimbangan asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa,
karena perbandingan bikarbonat dan asam bikarbonat adalah 20:1.
Konsentrasi bikarbonat (HCO3-) menggambarkan adanya gangguan
metabolisme. Nilai konsentrasi HCO3- yang rendah menggambarkan asidosis
metabolik, sedangkan nilai konsentrasi HCO3- yang tinggi menggambarkan
alkalosis metabolik (Retnosari et al. 2011). Gambar 4 menunjukkan konsentrasi
bikarbonat (HCO3-) (mEq/L) pada anjing caknar dan cakum.
8
cakum(20.14-23.10)caknar(17.97-23.23)
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
ko
nse
ntr
asi
HC
O3
- (m
Eq
/L)
17
25
Gambar 4 Konsentrasi bikarbonat (HCO3
-) (mEq/L) pada anjing caknar dan
cakum. ─ Nilai menurut Morgan (2008)).
Gambar 4 menunjukkan nilai konsentrasi HCO3- anjing caknar dan cakum
memiliki konsentrasi HCO3- dalam rentang nilai normal menurut Morgan (2008)
yaitu 17-25 mEq/L. Anjing cakum memiliki kecenderungan nilai yang lebih tinggi
(20.14-23.10 mEq/L) bila dibandingkan dengan anjing caknar (17.97-23.23
mEq/L). Hanya terdapat satu caknar yang menunjukkan nilai konsentrasi HCO3-
di atas kisaran normal, hal tersebut dapat terjadi apabila ginjal mengkompensasi
gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal (Retnosari et
al. 2011; Barthwal 2004).
Gangguan asam basa yang dapat terjadi berdasarkan nilai pH darah, nilai
pCO2, dan konsentrasi HCO3-, yaitu gangguan metabolisme dan gangguan
respirasi. Gangguan metabolisme dapat berupa asidosis metabolik dan alkalosis
metabolik. Asidosis metabolik ditunjukkan dengan terjadinya penurunan pH yang
diikuti dengan penurunan ion bikarbonat (HCO3-) (Corwin 2009). Apabila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam (Schoolwerth et al. 2006). Sedangkan alkalosis metabolik
terjadinya peningkatan pH yang diikuti peningkatan HCO3- (Corwin 2009).
Gangguan respirasi dapat berupa asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik. Asidosis respiratorik ditunjukkan dengan terjadinya penurunan pH
yang diikuti peningkatan pCO2. Asidosis respiratorik dapat terjadi akibat depresi
pusat pernapasan, kelainan pada otot atau dinding dada, ketidakseimbangan
ventilasi perfusi, dan obstruksi jalan napas. Sedangkan alkalosis respiratorik
ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan pH yang diikuti penurunan pCO2
(Madjid et al. 2008).
Berdasarkan hasil penelitian melalui parameter nilai pH, nilai pCO2, nilai
TCO2 dan konsentrasi HCO3- anjing caknar dan cakum memiliki kecenderungan
kejadian alkalosis respiratorik, ditandai dengan nilai pH darah yang cenderung
normal tinggi, nilai pCO2 yang normal rendah, serta nilai TCO2 dan nilai HCO3-
yang normal. Gangguan alkalosis respiratorik dapat terjadi akibat hiperventilasi
9
alveolar sehingga terjadi penurunan nilai pCO2 (hipokapnea) dan menyebabkan
peningkatan nilai pH darah. Hiperventilasi alveolar timbul karena adanya stimulus
pada pusat pernapasan yang menyebabkan eliminasi CO2 yang berlebihan. Gejala
yang sering terjadi pada hiperventilasi adalah vasokonstriksi pembuluh darah otak
dan dapat menyebabkan hipoksia otak (Madjid et al. 2008). Kecenderungan
kejadian hipoksia otak akibat hiperventilasi alveolar pada alkalosis respiratorik
lebih tinggi pada anjing caknar, ditandai dengan nilai pH darah yang lebih
cenderung normal tinggi dan nilai pCO2 yang lebih normal rendah.
Nilai Tekanan Oksigen dan Saturasi Oksigen
Nilai tekanan oksigen (pO2) adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan
oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan
kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah (William 2008).
Gambar 5 menunjukkan nilai tekanan oksigen (pO2) (mmHg) pada anjing caknar
dan cakum.
cakum(26.76-36.24)caknar(31.90-49.10)
60
55
50
45
40
35
30
25
pO
2 (
mm
Hg
)
40
60
Gambar 5 Nilai tekanan oksigen pO2 (mmHg) pada anjing caknar dan cakum.
(─ Nilai normal menurut Tilley dan Smith (2011)).
Gambar 5 menunjukkan sebesar 50% (tiga dari enam caknar) dan 90%
(sembilan dari sepuluh cakum) memiliki nilai pO2 di bawah rentang normal
menurut Tilley dan Smith (2011) yaitu 40-60 mmHg. Hal tersebut menunjukan
ketidakmampuan paru-paru anjing menyediakan oksigen bagi darah. Baik anjing
caknar maupun cakum memiliki nilai rentang di bawah normal. Anjing caknar
memiliki rentang nilai pO2 lebih tinggi (31.90-49.10 mmHg) dibandingkan
dengan anjing cakum (26.76-36.24 mmHg). Penurunan nilai pO2 dapat terjadi
pada keadaan anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik, neoromuskular, dan
gangguan fungsi jantung (William 2008). Penurunan tekanan oksigen juga dapat
disebabkan oleh kegagalan paru dalam melakukan pertukaran gas sehingga
oksigen di dalam darah tidak tercukupi (VanDer et al. 2009).
10
Saturasi oksigen (SO2) merupakan jumlah oksigen yang diangkut
oleh hemoglobin, sebagai persentasi total oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Jumlah oksigen dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen terlarut dan jumlah
hemoglobin yang ikut dalam aliran darah (Ganong 2003). Saturasi oksigen
digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecakupan
oksigen pada jaringan (Schutz 2001). Gambar 6 menunjukkan nilai saturasi
oksigen (SO2) (%) pada anjing caknar dan cakum.
cakum(52..88-69.92)caknar(62.19-86.47)
90
85
80
75
70
65
60
55
SO
2 (
%)
90
Gambar 6 Nilai saturasi oksigen (sO2) (%) pada anjing caknar dan cakum.
(─ Nilai minimal menurut Stockham dan Scott (2002)).
Gambar 6 menunjukkan nilai SO2 seluruh caknar dan cakum berada di
bawah rentang normal menurut Stockham dan Scott (2002). Rentang nilai SO2
cakum cenderung lebih rendah (52.88-69.92 %) bila dibandingkan dengan caknar
(62.19-86.47 %). Perubahan saturasi oksigen dipengaruhi oleh tekanan oksigen.
Penurunan yang drastis pada tekanan oksigen menyebabkan oksigen yang terikat
dengan hemoglobin juga berkurang sehingga berdampak pada penurunan saturasi
oksigen (Tortora dan Derickson 2006).
Nilai pO2 dan SO2 yang rendah dapat dinyatakan dengan istilah hipoksemia
dan seringkali ada hubungannya dengan hipoksia atau oksigenasi jaringan yang
tidak memadai (Price dan Wilson 2006). Hipoksemia adalah suatu keadaan
dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah atau saturasi oksigen
dibawah nilai normal. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan (pO2 60-79 mmHg
dan SO2 >90%), sedang (pO2 40-60 mmHg dan SO2 75-89%), dan berat (pO2 <40
mmHg dan SO2 <75%), berdasarkan nilai tekanan oksigen dan saturasinya. Bila
tekanan oksigen menurun, kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan
oksigen darah meningkat (pO2) dan sebaliknya tekanan karbondioksida (pCO2)
menurun (Aditama 1987).
Berdasarkan kategori tersebut, anjing caknar termasuk kedalam hipoksemia
sedang dan anjing cakum termasuk hipoksemia berat. Rendahnya nilai pO2 dan
11
SO2 tersebut dapat disebabkan karena pulmonary oedem (diffusion defect),
pulmonary collapse, pulmonary fibrosis, serta lobar pneumonia (Segal 2010).
Namun, nilai pO2 yang rendah tidak langsung menandakan hipoksia jaringan dan
pO2 normal juga tidak pasti menandakan oksigenasi jaringan yang adekuat karena
penggunaan oksigen dipengaruhi oleh faktor lain seperti aliran darah regional,
afinitas hemoglobin terhadap oksigen, dan curah jantung (Retnosari et al. 2011).
Berdasarkan hasil penelitian, anjing cakum memiliki kecenderungan kejadian
pulmonary oedem (diffusion defect), pulmonary collapse, pulmonary fibrosis, atau
lobar pneumonia yang lebih tinggi daripada anjing caknar karena lebih rendahnya
nilai pO2 dan SO2.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anjing caknar dan cakum memiliki
kecenderungan kejadian alkalosis respiratorik ditandai dengan nilai pH yang
cenderung meningkat dan nilai pCO2 yang berada dalam rentang normal bawah.
Kecenderungan kejadian hipoksemia rendah terjadi pada anjing caknar dan
kecenderungan kejadian hipoksemia berat pada anjing cakum.
Saran
Perlu data tambahan dengan memperhatikan metode penunjang lain
(anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan lab) untuk meneguhkan status
kesehatan anjing. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk memonitor
kesehatan anjing pelacak narkoba dan pelacak umum di Direktorat Polisi Satwa
Baharkam Polri Kelapa Dua Depok agar tetap dalam kondisi prima.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. 1987. Interpretasi analisis gas darah. Cermin Dunia Kedokteran. 43:
51-54.
Barthwal MS. 2004. Analysis of Arterial Blood Gas - A Comprehensive
Approach. JAPI. Vol 52:573-77.
Battaglia AM. 2001. Small Animal Emergency and Critical Care: A Manual for
The Veterinary Technician. Philadelphia (US): WB Saunders Co.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta (ID):
Penerbit buku kedokteran EGC.
Cole JD, Schlunt M. 2004. Adult Perioperative Anesthesia the Requisites in
Anesthesiology. London (UK): Elsevier Mosby.
Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta (ID): Penerbit buku kedokteran
EGC.
12
Evans HE. 2013. Miller's Anatomy of the Dog. Pennsylvania (US): W.B. Saunders
Company. Ed ke-4.
Ganong FW. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Ed ke-20.
Grandjean D. 2006. The Royal Canin Dog Encyclopaedia. Aniwa (US): Aniwa
Publishing.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11.
Philadelphia (US): Elsevier Inc.
Houpt KA. 1998. Domestic Animal Behaviour for Veterinarians and Animal
Scientists. Ames (US): Iowa State University Press.
Ismail ZB, Jawasreh K, Al-Majali A. 2010. Effect of Xylazine-Ketamine-
Diazepam on Certain Clinical and Arterial Blood Gas Parameters in Sheep
and Goats. Comp Clin Pathol. 19: 11-14.
Madjid A et al. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa.
Jakarta (ID): FK UI.
McCann JAS. 2004. Nursing Procedures 4th Ed. Philadelphia (US): Lippincoltt.
Morgan RV. 2008. Handbook of Small Animal Practice. Ed ke-5. Vol 2. Hlm
1269-1271. Philadelphia (US): WB Saunders Company.
Mugford R. 1994. Dog Training the Mugford Way. Stanley Paul Publishing. New
York (US): Wiley Blackwell.
Nawaherman OA. 2015. Fungsi anjing pelacak sebagai alat bantu penyelidikan
dan penyidikan dalam mendapatkan barang bukti tindak pidana. [skripsi].
Bandar Lampung (ID): Fakultas Hukum Universitas Lampung.
[POLRI]. Kepolisian Republik Indonesia. 1996. Direktorat Samapta Polri Sub
Direktorat Satwa. Jakarta. [Internet]. [diakses 2018 Feb 21]. Tersedia pada:
http://www.sumsel.polri.go.id/satbaru/ditsamapta/index.php.
[POLRI]. Kepolisian Republik Indonesia. 2007. Direktorat Samapta Polri Sub
Direktorat Satwa. Jakarta. [Internet]. [diakses 2018 Feb 21]. Tersedia pada:
http://www.sumsel.polri.go.id/satbaru/ditsamapta/index.php.
Price SA, Wilson LMC. 2006. Pathophysiology: The Concept of Clinical Disease
Processes. Ed ke-6. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Retnosari A, Herawati F, Umar F. 2011. Pedoman interpretasi data klinik.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [Internet]. [diakses 2018 Mar
17]. Tersedia pada: http://www.researchgate.net/publication/303523819.
Schoolwerth AC, Kaneko TM, Sedlacek M, Block CA, Remillard BD. 2006.
Acid-base disturbances in the intensive care unit: metabolic acidosis. Semin
Dial. 19: 492-495.
Schutz SL. 2001. Oxygen Saturation Monitoring By Pulse Oxymetry in Procedure
Manual of Critical Care. Ed ke-4. Philadelphia (USA): WB Saunders
Company.
Scott MG, Heusel J, LeGrys VA, Andersen S. 1999. Electrolytes and Blood
Gases, in Tietz Textbook of Clinical Chemistry. Ed ke-6. Philadelphia (US):
WB. Saunders Company.
Segal. 2010. Interpretasi hasil analisa gas darah dan peranannya dalam penilaian
pasien-pasien kritis. [Internet]. [diakses 2018 Mar 17]. Tersedia pada:
http://www.scribd.com/doc/64651776/Analisis-Gas-Darah.
Severinghaus J. 1998. Blood Gas Analysis and Critical Care. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine 157 (4): 114-122.
13
Seymour C, Novakovski TD. 2007. Manual of Canine and Feline Anaesthesia
ang Analgesia. Ed ke-2. England (UK): British Small Animal Veterinary
Association.
Sianipar ND, Wiryanta, Bernard TW, Murdiana MD. 2004. Merawat dan Melatih
Anjing Penjaga. Depok (ID): Agromedia Pustaka.
Sood P, Paul G, Puri S. 2010. Interpretation of Arterial Blood Gas. Indian Journal
of Critical Care Medicine. Vol 14:57-64.
Stockham SL, Scott MA. 2002. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology.
Iowa (USA): A Blackwell Publishing Company.
Sunaryo EY. 2013. Pusat pemeliharaan, perawatan, dan pelatihan anjing
peliharaan di depok sleman. [thesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma
Jaya Yogyakarta.
Taslim, Sofyan. 2008. Diare akut. Bali (ID): Kapita Selekta Gastrerologi Anak,
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD.
Tilley LP, Smith JR. 2011. Blackwell’s Five-Minute Veterinary Consults Canine
and Feline. Ed ke-5. Philadelphia (US): Tilley Blackwell.
Tortora GJ, Derickson B. 2006. Principles of Anatomy and Phisiology. Ed ke-11.
New York (USA): Wiley Blackwell.
VanDer HM, Verhey J, VanNiew AGP, Groeneveld AB. 2009. Crystalloid or
colloid fluid loading and pulmonary permeability, edema, and injury in
septic and nonseptic critically ill patients with hypovolemia. Crit Care Med.
37:1275-81.
William M. 2008. Blood gas analysis annals of biochemical chemistry. [Internet].
[diakses 2018 Mar 17]. Tersedia pada:
http://acb.rsmjournals.com/content/47/3/283.full.
Woodrow P. 2004. Blood Gas Analysis. Nursing Standard. 18(21): 45-52.
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 7 Juni 1996 di Garut dari abi Andi dan ummi
Sally. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh
pendidikan TK di TK Dzahrahtul Mutmainnah, Sekolah Dasar di SDIT Nur
Fatahillah, Sekolah Menengah Pertama di SMPIT Insan Harapan, dan Sekolah
Menengah Atas di SMAI Nurul Fikri Boarding School. Pada tahun 2014 penulis
diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menempuh perkuliahan penulis aktif di organisasi Himpunan dan
Minat Profesi Ornithologi dan Unggas dari tahun 2016-2017 sebagai ketua divisi
infokom, BEM FKH IPB 2016-2017 sebagai anggota divisi kesenian, dan
mengikuti berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus, salah satunya
adalah anggota Klinik Nada dan pernah menjuarai IPB Art Contest 2016 sebagai
juara 3 vocal grup.
Recommended