View
12
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PEREMPUAN SHALIHAH DAN THALIHAH DALAM
AL-QUR’AN (KAJIAN TERHADAP KISAH IMRO’AH NUH,
LUTH, FIR’AUN, DAN MARYAM)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Muhammad Ibinuh Siregar
1113034000028
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
iv
ABSTRAK
Muhammad Ibinuh Siregar
Perempuan Shalihah dan Thalihah Dalam al-Qur’an (Kajian
Terhadap Kisah Imro’ah Nuh, Luth, Fir’aun dan Maryam)
Skripsi ini membahas tentang perempuan shalihah dan thalihah dalam
al-Qur‟an. Karena perempuan shalihah adalah tempat lahirnya seorang
anak. Maka al-Qur‟an mendeskripsikan bahwa perempuan itu ada yang
shalihah dan ada yang thalihah. Meskipun perempuan itu berada di
samping suami yang shalih, tetapi dia tidak bisa menjamin bahwa dirinya
akan menjadi perempuan yang shalihah, malah dia menjadi perempuan
yang thalihah. Sebaliknya meskipun perempuan itu berada di samping
suami yang kafir, tetapi dia menjadi perempuan yang shalihah. Penelitian
ini ingin mengetahui lebih mendalam terkait perempuan shalihah dan
thalihah dalam al-Qur‟an.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan menggunakan
metode analisis deskriftif dengan pendekatan tematik. Pendekatan tematik
adalah metode untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan
tema-tema yang terdapat dalam suatu fenomena. Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber penelitiannya ada dua yaitu, primer dan sekunder. Sumber
data primer datanya dari al-Qur‟an Kitabullah, kitab-kitab tafsir yang
dianggap mewakili dan penulis dapat menjangkaunya. Sedangkan sumber
data sekunder datanya dari buku-buku, jurnal artikel dan sumber media
lainnya yang ada kaitannya dengan pembahasan ini.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perempuan shalihah dan thalihah
dalam al-Qur‟an mempunyi ciri dan karakter tersendiri. Dimana
perempuan shalihah ialah dia yang memelihara kehormatan dirinya,
mempunyai pengetahuan yang luas, istiqomah dalam kebaikan
(mempunyai prinsip yang kuat), selalu berdo‟a (memohon pertolongan
dan perlindungan) kepada Allah. Dan juga memikirkan masa depan.
Sementara perempuan thalihah ialah dia yang tidak mematuhi perintah
suami, berprasangka buruk kepada suami, mengadu domba, membuka
rahasia suami, dan menyakiti hati suami.
Kata kunci: Perempuan shalihah, Thalihah, al-Qur‟an dan Tafsir
v
KATA PENGANTAR
يمبسم الله الرحمن الرح
Puji dan syukur ke hadirat Allah Subhānahu wa Ta‟āla, yang telah
memberikan petunjuk, taufik, ilmu, dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini. Salawat teriring salam, semoga
senantiasa terlimpah curahkan kepada kekasih tercinta, teladan termulia,
insan sempurna, Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wa al-Salām, yang
telah menebarkan cahaya iman dan Islam ke Muka Bumi ini, serta menjadi
rahmat bagi seluruh alam semesta. Tak lupa, salawat dan salam semoga
tersampaikan juga kepada keluarga beliau yang suci, sahabat-sahabatnya
yang terpilih, serta para-tabi‟in yang istimewa, dan kepada seluruh
umatnya. Semoga kita dapat mengikuti jejak-jejak hidupnya yang mulia,
dan mendapatkan syafaat yang agung darinya, kelak di hari kiamat. Amin
Ya Allah Ya Rabbal ālamīn.
Terselesaikannya skripsi yang berjudul Perempuan Shalihah dan
Thalihah Dalam al-Qur’an (Kajian Kisah Imro’ah Nuh, Luth,
Fir’aun dan Maryam) ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak yang ikut andil, baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik secara moril maupun materiil. Maka sepatutnya penulis
mengucapkan syukur, terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha. MAg, selaku ketua program studi Ilmu
Al- Qur‟an dan Tafsir, serta Bapak Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku
sekretaris program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
vi
4. Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yakni Ibu Dr. Faizah Ali
Sybromalisi, M.A yang senantiasa membimbing, memberi arahan dan
masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Dosen Penasehat Akademik, yakni Ibu Dr. Atiyatul Ulya, M.Ag
yang telah memberikan masukan dan motivasi kepada penulis selama
penulis belajar di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh dosen di Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Seluruh staf jurusan dan fakultas yang turut membantu mengurusi
terkait adminstrasi penulis.
8. Orang tua penulis, yakni Bapak Dirman Siregar dan Ibu Siti Rain
Sarumpaet yang selalu memberikan dukungan, semangat, memberi
nasehat, dan selalu mendoakan penulis, sehingga penulis dapat menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
9. Keempat adik kandung penulis, Kartini Siregar, Gunawan Siregar,
Rusman Siregar, dan Maulid Siregar yang selalu memberi semangat agar
kakak segera menyelesaikan skripsi guna mendapatkan gelar sarjana.
10. Penulis sampaikan terima kasih kepada sahabat dan teman
seperjuangan, terkhusus kepada Nasrullah, M. Lutfi Tanjung, Salman Al-
Farisi, Abdurrahman Faris Rasyid, Didi Maldini, serta keluarga besar
Tafsir Hadis angkatan 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
namanya.
11. Penulis sampaikan terimakasih kepada bapak Ir. Najib Syaiful dan
abang Hasan Ashari Hasibuan yang selalu memberikan nasehatnya supaya
skripsi ini cepat selesai, dan tidak lupa untuk sahabat seperjuangan di
vii
perantauan Ikhwan Siddiq Nasution yang sudah bersedia memberikan
motornya untuk dipinjam sebagai transportasi penulis dalam penelitian.
Tidak ada kata yang pantas selain ucapan terima kasih yang begitu
mendalam dan seuntai doa senantiasa penulis haturkan kepada mereka
agar senantiasa segala kebaikannya dibalas oleh Allah SWT dengan
balasan yang setimpal. Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini
senantiasa dapat memberikan wawasan mengenai Qur‟an dan bermanfaat
bagi semuanya, khususnya bagi penulis sendiri. Ᾱmīn ya rābb.
Jakarta, 08 Juli 2020
Hormat Saya,
Penulis
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor:
0543 b/u/1987.
1. Padana Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ت
ṡ es dengan titik atas ث
J Je ج
ḥ ha dengan titik bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Ż zet dengan titik atas ذ
R Er ر
Z Zet ز
ix
S Es س
Sy es dan ye ش
ṣ es dengan titik bawah ص
ḍ de dengan titik bawah ض
ṭ te dengan titik bawah ط
ẓ zet dengan titik bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan „ ع
Gh ge dan ha غ
F Ef ؼ
Q Qi ؽ
K Ka ؾ
L El ؿ
M Em ػم
N En ن
W We و
x
H Ha ه
Apostrof ‟ ء
Y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk
vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــ
I Kasrah ـــ
U Dammah ـــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ـــ ي
Au a dan u ـــ و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ᾱ a dengan topi di atas ىا
xi
Ī i dengan topi di atas ى
Ū u dengan topi di atas ىى
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-
dīwān bukan ad-dîwān.
5. Syaddah (Tasydīd)
Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (ـــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah
itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.
Misalnya, kata ( ورةلضرا ) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah,
demikian seterusnya.
6. Ta Marbūtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah
tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
قةیرط 1 Tarīqah
xii
ةیلإسلامالجامعة ا 2 al-jāmī‟ah al-islāmiyyah
دلوجوة احدو 3 wahdat al-wujūd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain
untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al-
Ghazālī bukan Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring
(italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis
dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya,
demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun
akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-
Palimbani, tidak „Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak
Nūr al-Dīn al-Rānīrī.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (Fi„il), kata benda (Isim), maupun huruf
(Ḥarfu) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara
atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas
xiii
Kata Arab Alih Aksara
ذهب الأستاذ dzahaba al-ustādzu
ث بت الأجر tsabata al-ajru
الحركة العصريةal-ḥarakah al-„asriyyah
أشهد أن ل إله إل اللهasyhadu an lā ilāha illā Allāh
Maulānā Mālik al-Ṣāliḥ مولنا مالك الصالح
yu`atstsirukum Allāh ي ؤث ركم الله
حظورات
al-ḍarūrah tubīḥu al-maḥẓūrāt الضرورة تبيح الم
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-
Rahmān.
xiv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
F. Metodologi Penelitian ............................................................ 12
G. Sistematika Penelitian ............................................................ 14
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PEREMPUAN SHALIHAH
DAN THALIHAH ............................................................................ 16
A. Terminologi Perempuan ......................................................... 16
1. Terminologi ........................................................................ 16
2. Posisi Perempuan ............................................................... 23
a. Perempuan Dalam Ruang Domestik ............................. 23
b. Perempuan Dalam Ruang Publik .................................. 25
B. Terminologi Shalihah dan Thalihah ....................................... 26
1. Terminologi ....................................................................... 27
2. Kriteria Shaliihah dan Thalihah ......................................... 28
BAB III PEREMPUAN DAN TIPOLOGINYA DALAM AL-
QUR’AN ............................................................................................ 33
A. Perempuan Yang Disebutkan Dalam al-Qur‟an ..................... 33
1. Hawa ................................................................................. 34
xv
2. Istri Nuh ............................................................................. 35
3. Siti Hajar ............................................................................ 36
4. Istri Luth ............................................................................. 37
5. Imro‟ah Aziz (Siti Zulaikha) .............................................. 38
6. Istri Fir‟aun ........................................................................ 39
7. Ibu Nabi Musa .................................................................... 40
8. Balqis ................................................................................. 42
9. Maryam .............................................................................. 43
10. Istri Abi Lahab .................................................................. 44
11. Zainab binti Zahsy ............................................................ 44
12. Aisyah .............................................................................. 45
B. Tipologi Perempuan Dalam al-Qur‟an ................................... 46
1. Tipe Perempuan Shalihah .................................................. 47
2. Tipe Perempuan Pejuang ................................................... 48
3. Tipe Perempuan Penghasut/Jahat....................................... 48
4. Tipe Perempuan Penggoda................................................. 48
BAB IV PEREMPUAN SHALIHAH DAN THALIHAH DALAM QS.
AT-TAHRIM 10-12 .......................................................................... 51
A. Seputar Surah at-Tahrim ......................................................... 51
1. Nama dan Jumlah Ayat ...................................................... 51
2. Munasabah ......................................................................... 52
a. Munasabah Surah .......................................................... 52
b. Munasabah Ayat ............................................................ 52
B. Penafsiran Ulama Terhadap Qs. at-Tahrim 10-12 .................. 55
1. Imro‟ah Nuh dan Luth ....................................................... 56
2. Imro‟ah Fir‟aun dan Maryam ............................................. 59
3. Urgensi Perempuan Shalihah Saat Ini .............................. 63
xvi
BAB V PENUTUP ............................................................................ 70
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ....................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kitab wahyu Ilahi yang terakhir diturunkan kepada
manusia1 Apabila ia dibaca mendapatkan nilai ibadah, dan setiap huruf
dan katanya merupakan pahala dari Allah SWT.2 al-Qur‟an juga
merupakan bacaan yang sempurna, di dalamnya mengandung cahaya,
keagungan dan kemuliaan kepada orang-orang yang setia membacanya.3
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang banyak membuat manusia takjub,
salah satunya ialah ketika berbicara tentang perempuan. Al-qur‟an tidak
menggambarkannya secara fisikal, dan tidak ada satupun ayat yang
menceritakan tentang keindahan seorang perempuan, sehingga perempuan
cantik tidak menjadi tokoh dalam al-Qur‟an. Berkenaan dengan
pelaksanaan syariat yang berhubungan dengan perempuan dan laki-laki,
Al-Qur‟an menggunakan kata-kata halus seperti “bersentuhan dengan
perempuan (Qs. An-Nisa [4]: 43) bercampur dengan perempuan kamu
(Qs. Al-Baqarah [2]: 187) atau datangilah ladang kamu sekehendak kamu
(Qs Al-Baqarah [2]: 233).”
Perempuan diperlakukan secara lembut oleh Allah. Sehingga saat
berbicara tentang perempuan, yang dibicarakan adalah hak-haknya
sedangkan ketika berbicara laki-laki maka yang dibicarakan itu adalah
kewajiban-kewajibannya. Sebagai contoh kata An-nisa yang disebutkan 57
kali dalam Al-Qur‟an, dalam hubungannya dengan ketentuan-ketentuan
hukum pernikahan, hukum waris, hukum yang menyangkut hubungan
1
Syamsuddin Arif, “al-Qur‟an dan Serangan Orientalis”. Jurnal Kajian Islam,
Vol. 1, No.1 (Januari 2005): 104.
2 Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, terj. Umar Mujtahid (Jakarta:
Ummul Qura, 2016), 34.
3 M. Quroisy Shihab, Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai
Persoalan Ummat (Bandung: Mizan, 1994), 3.
2
suami-istri, hak perempuan untuk memperoleh hasil kerjanya, hukum
ibadah, etika berbusana, etika pergaulan diantara perempuan dan etika
perempuan diantara perempuan dan laki-laki.
Perempuan adalah sebagai respon sosial atas keadaan perempuan pada
masa jahiliyah yang sering diabaikan hak-haknya. Hal- hal yang unik pada
diri perempuan yakni tidak pernah nama Allah dititipkan kepada makhluk
lain kecuali kepada perempuan. Nama tersebut adalah ar Rahim yang
menjadi nama dari salah satu anatomi yang hanya dimiliki oleh
perempuan.4
Perempuan adalah kaum yang sangat dihormati dalam konsepsi Islam.
Sebab, di telapak kaki perempuan ada terletak surga. Kaum perempuan
disebut juga dengan kaum Hawa. Karena nama ini terambil dari nama
ibunda manusia Siti Hawa (istri Nabi Adam a.s). Secara fisik (kodrati),
perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Mereka
mempunyai perasaan yang lemah lembut dan halus. Perempuan juga lebih
banyak menggunakan pertimbangan emosi dan perasaan dari pada akal
pikirannya. Perempuan adalah lambang kesejukan, kelembutan dan cinta
kasih.5
Dalam masyarakat Islam sendiri, perempuan menempati posisi penting
yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada Undang-Undang atau
aturan manusia sebelum Islam yang memberikan hak-hak kepada
perempuan, seperti yang diberikan Islam. Hal itu karena Islam datang
membawa prinsip persamaan di antara seluruh manusia. Tidak ada
4 Tedi Supriyadi, “Perempuan Dalam Timbangan Al-Quran Dan Sunnah:
Wacana Perempuan Dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Sosioreligi, Volume 16, No. 1
(Maret 2016): 15-16. 5
Maryam, “Perempuan Diruang Publik Menurut Pandangan al-Qur‟an (Kajian
Tahlili Terhadap QS an-Nisa 34)” (skripsi 1., Universitas Islam Negeri Alauddin
Makasar, 2013), 1.
3
perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, sebab Allah
menciptakannya dari asal yang sama.6 Sebagaimana firman Allah:
ك شؾوب وكبائل مخؾارف ن ذنص وٱهث وجؾوي ك م ن ذول مياس إ
ا ٱ أيه ن ٱنصمك ؼيس
ن إوإ إ
إ ٱثلىك ؽويم إلل لل
دبير “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. al-Hujrat [49]: 13)
Perempuan dengan segala posisi dan keadaannya selalu menjadi obyek
pembahasan menarik bagi banyak kalangan, dari yang bersifat ilmiah
hingga yang non ilmiah. Terbukti banyak sekali karya-karya yang secara
khusus diterbitkan dengan menjadikan perempuan sebagai obyek
bahasannya. Di dunia Timur-Tengah ada tokoh-tokoh seperti Dr. Yusuf
Qardhawi, Abbas Mahmud Al „Aqad, dan Syeikh Muhammad Ghazali
yang mempunyai perhatian khusus terhadap perempuan dengan beberapa
karyanya yang menyorot kehidupan perempuan baik secara kemanusiaan
maupun secara relijiusitas. Sedang di Indonesia sendiri sudah tidak
terhitung lagi banyaknya literatur-literatur yang menyorot secara khusus
kehidupan perempuan dengan segala problematikannya.
Agama Islam telah memberikan aturan-aturan terkait dengan diri
perempuan. Sehingga dalam al-Qur‟an ada surah khusus yang
membicarakan perempuan, yaitu QS an-Nisa (Perempuan). Dalam surah
tersebut banyak dibicarakan mengenai perempuan, salah satunya adalah
konsep perempuan shaliha. Hal ini menunjukkan bahwa al-Qur‟an
mengakui eksintensi dan kedudukan perempuan, untuk memperkuat jati
dirinya sebagai perempuan. Dengan adanya aturan-aturan tersebut
6 Subaeda, “Kedudukan Perempuan Dalam al-Qur‟an (Kajian Tahlili Terhadap
QS an-Nisa 124)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2019) , 2.
4
diharapkan para perempuan mengikutinya sehingga mencapai derajat
shaliha.
Realitas dalam kehidupan pada saat ini masih menunjukkan bahwa
tidak semua wanita dikatakan shalihah, oleh karena itu untuk menyebut
seorang wanita itu shalihah diperlukan beberapa kriteria.7 Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur‟an:
ف ت ح خ ت ك وح مص ب بما حفظ فأ وغ ن
إغ تر لل“wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (An Nisa‟[4]: 34)
Perempuan shalihah adalah perempuan yang baik-baik dan merupakan
sosok mulia yang menjadi salah satu pilar masa depan peradapan umat
manusia. Penyangga bagi kokohnya bangunan keluarga, masyarakat, dan
negara. Perempuan shalihah adalah dia yang berdaya guna tinggi atau
memiliki efektivitas yang tinggi. Perempuan shalihah sebagai individu,
karena jelas dia orang yang beriman dan bertakwa, dia pun dilimpahi oleh
Allah SWT dengan berkah dari segala penjuru langit dan bumi. Dia
berguna tidak hanya bagi diri, suami dan anak-anaknya, tetapi juga bagi
lingkungan, sesama, dan dakwah di jalan Allah SWT. Kontribusi dan
peran kaum perempuan kadang begitu mudah terlupa, tak jarang juga
justru salah kaprah dalam menempatkan posisi meraka atas nama
emansipasi.8
Adapun perempuan thalihah (tidak baik) ialah mereka yang durhaka
kepada Allah, Rasulullah, orangtua, pemimpin dan semua yang
bertentangan dengan syari‟at agama. Tidak mendidik anaknya dengan
baik, berusaha meninggalkan hak bersuami istri, sombong dan
7
Hoisiri, “Istri Idaman Sepanjang Masa (Istri Shaleha)”. (Desember 2018): 1-3.
8 Agus Sefuddin, “Pemikiran Sayyid Sulaiman An- Nadwi Tentang Aisyah R.A
Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung, 2018), 1.
5
mendurhakai pusat kepemimpinan, bahkan melanggar tuntutan fitrah
mereka, yang akibatnya membawa kehancuran kehidupan bersuami istri.9
Kalau penulis perhatikan banyak sekarang perempuan kurang
memahami atau bahkan tidak tau peran dan fungsinya baik ia sebagai
anak, istri, ibu dan anggota masyarakat. Mereka tidak menyadari bahwa
dari dalam diri mereka akan lahir generasi-generasi pembaharu masa
depan, akibat ketidak sadarannya sebagai pendidik pertama di rumah,
maka banyak sekarang anak-anak remaja melakukan tindak kriminalitas
seperti tawuran, pergaulan bebas, begal motor, narkotika dan lain-lain.
Telah terjadi dibeberapa kota besar seperti Jakarta. Di jakarta sering
terjadi tawuran, para pelaku tidak lain adalah anak-anak muda. Yang
paling memprihatinkan mereka sering mengenakan baju sekolah saat
tawuran itu terjadi. Para pelaku tawuran sudah mempersiapkan senjata
tajam dengan maksud untuk melukai musuhnya. Hal ini jelas dapat
membahayakan keselamatan orang lain dan membahayakan masyarakat
sekitar.10
Contoh yang sedang terjadi belakangan ini, yaitu maraknya pembegalan
motor dan perampokan yang terjadi di Depok dan Tangerang serta daerah
lainnya, kemudian diketahui pula bahwa identitas beberapa orang pelaku
pembegalan dan perampokan masih berusia remaja. Dari perbuata-
perbuatan negatif tersebut masyarakat mulai merasakan keresahan dan
ketidak tenangan dalam menjalani kehidupannya.11
Kejadian-kejadian di atas adalah tidak lepas dari peran orangtua
khsusnya perempuan atau ibu sebagai madarasah pertama untuk anak-
anaknya. Al-qur‟an dan as-Sunnah sudah jelas mengatakan peran
9 Hoisiri, “Istri Idaman Sepanjang Masa (Istri Shaleha), 4.
10
Rachmat dan Kawan-Kawan. Aku Cinta Jakarta: Pendidikan Lingkungan dan
Budaya Jakarta (Jakarta: Ganeca Exact, 2007), 81.
11 Nunung Unayah dan Sabarisman, “Fenomena Kenakalan Remaja dan
Kriminalitas”. Sosio Informa, Vol. 1, dan No.2 (Mei-Agustus 2015): 122.
6
perempuan yang pertama itu ialah mendidik dan mengajarkan anak. Tapi
karena sekarang banyak perempuan sudah melupakan tugas dan fungsinya
sebagai perempuan, makanya penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi
terkait perempuan shalihah dan thalihah, khususnya dalam konteks saat
ini.
Inilah mengapa penulis kiranya perlu mengkaji penilitian ini kedalam
bentuk penelitian ilmiah yang berjudul “Perempuan Shalihah Dan
Thalihah Dalam Al-Qur’an (Kajian Terhadap Kisah Imro’ah Nuh,
Luth, Fira’un, Dan Maryam )” bertujuan untuk mengkaji lebih
mendalam terkait perempuan shalihah dan thalihah dalam al-Qur‟an dan
urgensinya saat ini.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah sebagai berikut:
a. Perempuan shalihah dalam al-Qur‟an dan pendidikan nilai-nilai
akhlaknya dalam kehidupan modren.
b. Keteladanan perempuan-perempuan shalihah dalam al-Qur‟an.
c. Seberapa penting karakter perempuan shalihah dan thalihah dalam
al-Qur‟an juga menurut ulama tafsir.
2. Batasan Masalah
Dari pembahasan identifikasi masalah di atas, maka dapat dibatasi
pembahasan mengenai perempuan shalihah dan thalihah dalam al-Qur‟an.
Karena point a dan b sudah ada yang membahas dan penelitian terdahulu
lebih memfokuskan ke perempuan shalihah saja, untuk itu penelitian ini
memfokuskan kepada perempuan shalihah dan thalihah juga penafsiran
ulama. Karena keterbatasan waktu dalam penulisan skripsi ini, serta untuk
menghindari pembahasan yang berbelit-belit dan tidak mengarah kepada
7
maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, maka penulis hanya
menitikberatkan kepada perempuan shalihah dan thalihah dalam al-Qur‟an
(kajian terhadap kisah imro‟ah Nuh, Luth, Fir‟aun dan Maryam).
C. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Konsep Perempuan Shalihah dan Thalihah dalam al-
Qur‟an?
b. Bagaimana penafsiran Ulama Terhadap Kisah Imro‟ah Nuh, Luth,
Fir‟aun, dan Maryam Dalam Qs. at-Tahrim 10-12?
D. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya konsep perempuan
Shalihah dan Thalihah dalam al-Qur‟an!
2. Untuk mengetahui Bagaimana penafsiran Ulama Terhadap Kisah
Imro‟ah Fir‟aun dan Imro‟ah Luth !
E. Manfaat penelitian
Manfaat dalam penelitian ini secara garis besar dapat dibagi menjadi
dua, yaitu secara akademis dan sosial.
1. Manfaat secara teoritis, kajian ini diharapkan dapat menjadi suatu
bagian tambahan untuk mengetahui pandangan al-Qur‟an terkait
perempuan shalihah dan thalihah. Dan mengetahui penafsiran
ulama terhadap ciri-ciri dan karakter perempuan shalihah dan
thalihah dalam al-Qur‟an
2. Manfaat secara akademis, diharapkan dapat memberikan
sumbangan (kontribusi) pemikiran dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan dan wacana keislaman dengan melengkapi data-
data yang sudah ada sebelumnya.
3. Manfaat secara sosial, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
pemahaman khususnya kepada penulis, dan umumnya kepada
orang-orang Islam bahwa perempuan shalihah dan thalihah dalam
8
al-Qur‟an adalah gambaran untuk kaum muslimat untuk
memasukkan dirinya masuk kedalam golongan yang shalihah atau
thalihah.
4. Kajian ini diharapkan mampu menambah minat studi al-Qur‟an,
khususnya terkait dengan kajian tematik al-Qur‟an.
F. Tinjauan pustaka
Kajian mengenai perempuan shalihah dan thalihah dalam al-Qur‟an
bukanlah merupakan hal yang baru dalam penelitian. Sejauh penelusuran
yang dilakukan oleh penulis, banyak karya-karya yang telah dihasilkan
baik dalam bentuk buku, skripsi, jurnal, artikel dan lain-lain. Maka
literatur-literatur yang dijadikan tinjauan pustaka dalam peneltian ini
adalah, yaitu yang berhubungan dengan perempuan shalihah dan thalihah
dalam al-Qur‟an.
Sejauh penelisikan yang penulis lakukan, terdapat karya-karya
terdahulu yang relevan terhadap penelitian ini, diantaranya:
Maryam,12
skripsi ini membahas tentang perempuan di ruang publik
menurut pandangan al-Qur‟an. Skripsi ini menjelaskan bahwa perempuan
adalah makhluk ciptaan Allah yang mempunyai perasaan halus dan lemah
lembut yang menjadi istri dan menjadi Ibu yang melahirkan anak.
Perempuan juga mempunyai sosok kepribadian yang menarik dari
penampakan luar maupun dalam. Perempuan juga sangat berpengaruh
dalam kehidupan masyarakat, terutama kedudukannya sebagai hamba
Allah dan sebagai khalifah. Perempuan di sisi Allah mendapat kedudukan
dan hak untuk beramal yang sama dengan laki-laki, seorang perempuan
mempunyai tanggung jawab yang sama dengan laki-laki, yakni samasama
berkewajiban untuk mengabdikan diri kepada Allah swt. Perempuan juga
12 Maryam, “Perempuan Diruang Publik Menurut Pandangan al-Qur‟an (Kajian
Tahlili Terhadap QS an-Nisa 34)”, (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alaudin, 2013).
9
mempunyai peran dan fungsi dalam kehidupan masyarakat. Yakni
berperan sebagai seorang ibu, peranannya sangat mendapat perhatian
dalam agama Islam.
Saepuddin,13
skripsi ini menjelaskan tentang Keperibadian Aisyah R.A
yaitu: Fisik dan Pakaiannya dan Akhlak. Adapun Akhlaknya yaitu
(membantu kaum perempuan, taat kepada suami,bersifat wara‟ dan tidak
mau menerima hadiah, menghindari pujian dan sanjungan,baik dan murah
hati, banyak beribadah, membantu fakir dan miskin).
Raudhotul Jannah,14
skripsi ini menemukan bahwa ada beberapa
apresiasi al-Qur‟an terhadap perempuan, diantaranya adalah a). perlakuan
secara adil. Adil terhadap perempuan yatim (Qs. an-Nisa 3 dan 127), adil
terhadap para istri (Qs. an-Nisa 3 dan 129). b). Memperlakukan
perempuan dengan baik (Qs. an-Nisa 19). C). Memperlakukan perempuan
yang nusyuz dan syiqoq dengan baik (Qs. an-Nisa 34-35).
Subaeda,15
skripsi ini menjelaskan bahwa kedudukan perempuan yang
membedakannya antar laki-laki dan perempuan hanyalah amal saleh dan
iman sehingga setelah Islam datang maka kedudukan perempuan itu
sendiri di angkat bahkan disetarakan dengan laki-laki. Urgensi kedudukan
perempuan ialah Islam telah mengangkat derajat perempuan dengan
memberikan dan menyetarakan hak-haknya, memuliakannya bahkan bisa
lebih mulia dari laki-laki, serta mendapat penghormatan atas dirinya
dengan mengabadikannya dalam sebuah surah dalam al-Qur‟an yaitu yang
dinamai surah al-Nisa‟ yang berarti perempuan.
13 Agus Sefuddin, “Pemikiran Sayyid Sulaiman An- Nadwi Tentang Aisyah R.A
Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman” (Skripsi S1.,Universitas Negeri Raden Intan
Lampung, 2018).
14 Radhoutul Jannah, “Apresiasi al-Qur‟an Terhadap Perempuan Dalam surah
an-Nisa” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2015)
15 Subaeda, “Kedudukan Perempuan Dalam al-Qur‟an (Kajian Tahlili Terhadap
QS an-Nisa 124)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2019).
10
Indah Ahdiah,16
menulis jurnal tentang Perempuan dalam menjalankan
perannya dalam masyarakat tergantung pada budaya masyarakat dimana ia
tinggal. Dari sudut pandang peran antara laki-laki dan perempuan, keduanya
sama-sama melaksanakan peran dalam ranah domestik, publik, dan sosial, namun
dalam kenyataannya, peran domestik lebih banyak ditanggung oleh perempuan,
Ini memperlihatkan bahwa perjuangan perempuan untuk meningkatkan perannya
dalam masyarakat masih dominan berjuang oleh dan dari perempuan sendiri.
Tedi Supriyadi,17
menulis jurnal tentang perempuan dalam timbangan
al-Qur‟an. Bahwa Ajaran Islam tidak memperlakukan perempuan secara
diskriminatif. Gender tidak membedakan derajat. Dalam Al-Qur‟an nilai
ideal perempuan tidak diukur dari keindahan fisik, bahkan Al-Qur‟an
mengajarkan agar perempuan menutupi keindahan fisiknya. Nilai ideal
perempuan terletak pada keshalihan, kesucian, dan ketegaran dalam
mempertahankan keyakinan.
Hosiri,18
menulis artikel tentang istri shalehah sepanjang masa. Seorang
wanita tidaklah cukup hanya menjadi wanita wanita shalihah, akan tetapi
juga harus mampu menjadi istri idaman suami sepanjang masa yakni harus
dapat menjadi istri yang shalihah. Dan beberapa kriteria model istri
sehingga menjadi Istri shalehah yang akan menjadikan dunia penuh
dengan keindahan, karena memang seorang istri shalehah ibarat perhiasan
terindah dan merupakan istri idaman suami sepanjang masa.
Zulfahani Hasyim,19
menulis jurnal tentang persamaan hak antara
perempuan dan laki-laki dalam paham feminisme adalah sejalan dengan
16 Indah Ahdiah, “Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat”. ACADEMIA
Fisip UNTAD, vol. 5, No. 2 (Oktober 2013): 1091
17 Tedi Supriyadi, “Perempuan Dalam Timbangan Al-Quran Dan Sunnah:
Wacana Perempuan Dalam Perspektif Pendidikan Islam” Sosioreligi, Volume 16, No. 1
(Maret 2016): 20.
18 Hoisiri, “Istri Idaman Sepanjang Masa (Istri Shaleha): 14.
19
Zulfahani Hasyim, “Perempuan dan Feminisme dalam Persfektif Islam”,
MUAZAH Vol. 4, No. 1 (Juli 2012): 85.
11
konsep persamaan hak antara perempuan dan laki-laki dalam Islam.
Namun pada perkembangannya feminisme mengarah pada pembebasan
secara tidak beraturan bagi kehidupan kaum perempuan seperti
memperbolehkan lesbian dan pergaulan bebas. Hal inilah yang akhirnya
bertentangan dengan konsep persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki
dan perempuan dalam Islam.
Lutfhi Maulana,20
menulis jurnal tentang istilah teologi perempuan
dalam tafsir al-Qur‟an, adalah merupakan paham yang diyakini
masyarakat bahwa sikap stereotype terhadap perempuan merupakan
pemahaman teologis (agama) yang tidak bisa diganggu gugat, sehingga
sikap tersebut menjadi dibenarkan. Dalam pemahaman teologis yang
demikian, maka tidaklah relevan, karena Islam yang berperan raḥmatan lil
ālamīn justru memberikan posisi perempuan yang sangat istimewa,
bahkan al-Quran sendiri berbicara kisah luarbiasanya seorang perempuan,
sebagaimana kisah Bilqis dan Maryam. Sehingga pemahaman teologis
yang bersikap stereotype terhadap perempuan, bagi Hamka tidaklah
dibenarkan dalam ajaran Islam. Sebab justru Islamlah satu-satunya agama
yang menjunjung tinggi kaum perempuan.
Fajar Maghfiroh,21
skripsi ini menjelaskan bahwa nilai keteladanan
wanita shalihah ialah: 1. Wanita yang taat pada agama yang terdiri dari, a).
Rela berkorban di jalan Allah, b). Keteguhan iman dan keberanian dalam
menegakkan agama Allah, c). Sabar dalam menghadapi masalah, d).
Mengeluh hanya kepada Allah. 2. Wanita yang berakhlak mulia terdiri
dari, a). Memiliki sifat malu, b). Peduli dan menolong sesama, c).
Qana‟ah. 3. Wanita yang berbakti kepada orang tua yang terdiri dari, a).
20 Luthfi Maulana, “Teologi Perempuan dalam Tafsir al-Qur‟an (Persfektif
Pemikiran Hamka), Jurnal Musawa Vol. 15, No.2 (Juli 2016): 294.
21 Fajar Maghfiroh, “Nilai Keteladanan Wanita Shalihah Dalam Kitab Nisa‟
Haula Ar-Rasul Karya Muhammad Ibrahim Salim”, (Skripsi S1., Institute Agama Islam
Negeri Surakarta, 2017).
12
Merawat orang tua dengan kasih sayang, b). Menjaga nama baik orang
tua, c). Menjaga rahasia orang tua, d). Tidak mentaati orang tua dalam
kemaksiatan. 4. wanita yang taat pada suami yang terdiri dari, a).
Perhatian dan pengertian, b). Mendukung usaha suami dalam kebaikan, c).
Setia, d). mentaati perintah suami, e). meringankan beban suami. 5.
Wanita yang bertanggung jawab terhadap anak yang terdiri dari, a). Rela
berkorban demi anak, b). mencita-citakan anak untuk hal yang mulia, c).
memotivasi dan mendukung anak, d). tanggung jawab dan kasih sayang,
e). mengutamakan pembinaan akhlak anak sejak dini, F). Mendo‟akan
anak terdapat. 6. Wanita yang pandai dan cerdas.
Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan perbedaan. Diantaranya
adalah penelitian terdahulu fokus pada perempuan shalihah saja dan tidak
ada kajian terhadap perempuan thalihah. Dan hasil temuanpun berbeda
dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
perempuan shalihah adalah dia yang taat kepada Allah dan Rasulnya juga
kepada suaminya. Di sisi bisa menjaga kehormatan dirinya dan
keluarganya. Sementara penulis menemukan bahwasanya perempuan
shalihah tidak hanya taat kepada Allah, Rasulullah, suami, dan mampu
menjaga kehormatan diri dan keluarganya. Akan tetapi perempuan
shalihah juga harus mempunyai pengetahuan yang luas, istiqomah yang
kuat dalam ketaatan dan kebaikan tidak mudah terbawa oleh arus zaman.
G. Metodologi penelitian
1. Model Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang disebutkan, penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah riset
bersifat deskriftif dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian
13
kualitatif juga disebut interpretative research, naturalistic research,
phenomenologi research.22
Penelitian ini menghasilkan data deskriptif analisis yang berupa kata-
kata tertulis terhadap apa yang diteliti, atau dengan kata lain, data yang
dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif.
Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan pendekatan tematik. pendekatan tematik adalah metode
untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan tema-tema yang
terdapat dalam suatu fenomena. Menurut Arnold (2006) analisis tematik
adalah metode untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan pola-
pola atau tema dalam suatu data. Oleh karena itu metode ini dapat
mengatur dan menggambarkan data secara mendetail agar dapat
menafsirkan berbagai aspek tentang topik penelitian.
Menurut Poerwandari (2005) pendekatan tematik merupakan suatu
proses yang digunakan dalam mengolah informasi kualitatif yang secara
umum bertujuan untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan
lebih menitik beratkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena
yang dikaji dari pada merinci menjadi variabel-variabel yang saling
berkaitan dan dilaksanakan secara sistematis.23
Penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik tapi menggunakan
pengumpulan data analisis kemudian di interpretasikan.24
2. Sumber Penelitian
Studi ini merupakan penelitian yang bersifat kepustakaan (library
reseach). Penelitian kepustakaan ialah penelitian yang semua datanya
berasal dari bahan-bahan tertulis berupa buku, naskah, dokumen, foto dan
22
Rukiin, Metode Penelitian Kualitatif (Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar
Cendikia Indonesia, 2019), 6.
23 http://repository.uin-suska.ac.id/6672/4/BAB%20III.pdf
24
Albi Anggito dan Kawan-Kawan, Metode Penelitian Kualitati (Sukabumi: CV.
Jejak, 2018), 9.
14
lain-lain. Bahan-bahan tersebut harus berkenaan dengan al-Qur‟an dan
tafsirannya.25
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber penelitiannya ada dua yaitu,
primer dan sekunder. Sumber data primer datanya dari al-Qur‟an
Kitabullah, kitab-kitab tafsir yang dianggap mewakili dan penulis dapat
menjangkaunya. Sedangkan sumber data sekunder datanya dari buku-
buku, jurnal artikel dan sumber media lainnya yang ada kaitannya dengan
bahasan ini.
3. Analisis Data
Analisis data Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengumpulan data. Data dan informasi yang berhasil dikumpulkan secara
berkelanjutan ditafsirkan maknanya. Data dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif, yakni analisis yang dilakukan untuk memaparkan data-data
hasil kualitatif. Analisis ini tidak berkaitan dengan angka-angka akan
tetapi berkaitan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat yang dipisah-
pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.26
H. Sistematika penulisan
Agar lebih memudahkan dalam penulisan ini, maka perlu disusun
sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab Pertama, adalah pendahuluan yang akan mengulas perihal latar
belakang masalah yang menjadi pijakan awal penelitian ini. Di dalamnya
juga terdapat rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab kedua akan menjelaskan tentang kajian teori tentang perempuan
dan shalihah dan thalihah. Mulai dari terminologi perempuan, posisi
25
Nashiruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2016), 28. 26
Kuni Muyassarah,” Aspek Lokalitas Tafsir Taj al-Muslimin Min Kalami
Rabbil „Alamin Karya Misbah Mustofa” (skripsi S1., Universitas Islam Negeri Salatiga,
2019) , 12-14.
15
perempuan, baik dalam ruang domestik maupun ruang publik. Dan
terminologi perempuan shalihah dan thalihah begitu juga dengan kriteria
perempuan shalihah dan thalihah.
Bab ketiga, akan menjelaskan tentang perempuan dalam al-Quran.
Perempuan-perempuan yang disebutkan dalam al-Qur‟an. Mulai Hawa,
istri Nuh, istri Lut, Istri Aziz (Zulaikha), Hajar, ibu Nabi Musa, Ratu
Balqis, Maryam, Aisyah, Zainab binti Jahsin, dan istri Abi Lahab. Dan
tipe-tipe perempuan dalam al-Qur‟an. Mulai dari perempuan shalihah,
perempuanpejuang, perempuan jahat atau kejam, dan perempuan
penggoda.
Bab keempat, akan menjelaskan tentang seputar surah, nama dan
jumlah ayat surah at-Tahrim. Dan juga munasabah ayat, penafsiran ulama
terhadap kisah imro‟ah Nuh, Luth, Fir‟aun, dan Maryam dalam Qs. at-
Tahrim ayat 10-12, dan urgensi perempuan shalihah saat ini.
Bab kelima berisi penutup yang memuat kesimpulan dari hasil
peneltian dan saran-saran.
16
BAB II
PEREMPUAN SHALIHAH DAN THALIHAH
A. Terminologi Perempuan
1. Terminologi
Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti
“tuan”, “orang yang mahir/berkuasa”, ataupun “kepala”, “hulu” atau
“yang paling besar”. Kata perempuan juga berhubungan dengan kata
“ampu” yang berarti “memerintah” “Penyangga”, atau “penjaga
keselamatan”. Kata mengampu artinya menahan agar tidak jatuh atau agar
tidak runtuh. Kata perempuan juga berakar erat dari kata “empuan”, kata
ini mengalami pemendekan menjadi “puan” yang artinya sapaan hormat
pada perempuan sebagai pasangan katanya “tuan” sapaan hormat untuk
laki-laki.1
Perempuan dalam KBBI daring bermakna orang (manusia) yang
mempunyai Kelamin Perempuan, dapat menstruasi, hamil, melahirkan
anak, dan menyusui, dan bermakna wanita juga.2 Disisi lain istilah
perempuan dikenal dengan kata al-untha jamaknya al-inath berarti
perempuan atau wanita, lawan daripada laki-laki, Ia bermakna lembut dan
tidak keras. Ini karena perempuan mempunyai sifat yang lembut, dan berbeda
dengan laki-laki yang mempunyai sifat keras dan kasar.3
Kata perempuan dalam bahasa Al-Qur‟an tidak hanya satu term saja,
namun ada beberapa term terkait kata parempuan ini, diantaranya adalah
al-mar‟ah, wamra‟ah, an-nisa, khuntsa dan banat. Term tersebut ada yang
bermakna tunggal dan ada dalam bentuk jamak dengan akar kata yang
1 Sudarwati J Jupriono, “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik Leksikal,
Semantik Historis, Paragamatik), Vol. 5, No.1 (Juli 1997)
2 KBBI Daring
3 Moch Anuar Ramli, “Perang Terminologi: Antara Wanita dan Perempuan”. 1-
2
17
beda dan ada pula yang terkait dengan status, fungsi, dan sifat (karakter)
perempuan.
a. Al-Nisa dan Al-Niswah
Term an-Nisa adalah bentuk plural dari kata “nasa‟a”. Yang berarti
perempuan yang sudah matang dan dewasa. Lain halnya dengan kata “al-
Untsa”, yang berarti jenis kelamin perempuan secara umum.4
Setelah penulis menelusuri kata an-nisa dalam al-Qur‟an. Penulis
menemukan kata an-nisa terulang sebanyak 59 kali dengan berbagai
bentuk katanya.5 Maka dapat disimpulkan bahwa semua kata an-nisa
memiliki makna yang tidak berbeda dengan kata “amra-ah” sebagai
konsekuensi logis dari bentuk mufrad menjadi jamak (dari Imra-ah
mufrad menjadi al-nisa jama‟).6
Selain al-nisa yang disebut sebagai bentuk jama‟ dari kata imra-ah (al-
mar-ah), juga ada bentuk lain yaitu kata niswah. Kata niswah ini hanya
dua kali disebutkan dalam Qs. Yusuf: 30 dan 507 dengan makna yang
sama bahkan obyek yang sama dan dalam surah yang sama, sekalipun
dalam ayat yang berbeda. Makna yang terkandung dalam kata al-nisa dan
al-niswah merujuk kepada komunitas perempuan secara umum, sehingga
banyak menjelaskan kehidupan perempuan dalam bermasyarakat, baik
dalam hukum, sosial, rumah tangga, dan aspek yang lain.8
b. al–Mar’ah atau Wamra’ah
Term al-mar‟ah dan wamra‟ah berasal dari kata Mara‟a yang berarti
baik dan bermanfaat.9 Dari sejumlah kata imra-ah/amra-ah dalam Al-
4 Nasaruddin Umar. Islam Fungsional: Revitalisasi dan Reaktualisasi Nilai-
Nilai Keislaman (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014), 19.
5 Muhammad Fuad „Abdul Baqi, Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an (Mesir:
Daar al-Hadits, 1943), 699. 6
Noor Huda Noer, “Perempuan dalam Persfektif Filsafat al-Qur‟an 7
Muhammad Fuad „Abdul Baqi, Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an, 699. 8
Noor Huda Noer, “Perempuan dalam Persfektif Filsafat al-Qur‟an, 384. 9
Ibid, 381.
18
Qur‟an di sebutkan 26 kali10
dan umumnya bermakna isteri seperti firman
Allah:
بن مغ ۥ كهت من ٱ مصٱث
ل ٱ
ۥ إ ل وٱ ي فأنج
“Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” (QS. al-A‟raf [7]: 83]
Ayat ini menyatakan imra-ah yaitu isteri Nabi Luṭ yang termasuk
wanita durhaka sehingga ikut dibinasakan bersama dengan Nabi Luṭ yang
durhaka. Al-Qur‟an dalam menyebut perempuan/isteri yang durhaka/
berkhianat dengan isteri yang shalehah tidak ada perbedaan bentuk (secara
harfiah) karena masing-masing perempuan tersebut disebutkan dengan
suaminya secara gamblang. Firman Allah:
ب ت إض مصٱت موط كهخا ت مصٱت هوح وٱ
ن نفصوإ ٱ ل مثل ن وحي فزاهخاها ف لل ن من ؼبادن ص ل ؼبس
ا ؼنما من إغي ش ذوي لل ميار مػ ٱ
دذل ٱ
ا وكل ٱ
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luṭ sebagai perumpamaan bagi orang-orang
kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-
masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa)
Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama
orang-orang yang masuk (jahannam)." (QS. al-Tahrim [66]: 10)
Kalau ayat imro‟at di atas menyebutkan imra-ah (isteri/ perempuan)
yang durhaka dan pengkhianat walaupun dibawah bimbingan orang-orang
shaleh (Nabi Allah) maka berikut ini dikemukakan Allah yang sebaliknya.
ب مجية ونج إوض بن ل ؼيسك بذا ف ٱ
ذ كامت رب ٱ
مصٱت فصؼون إ
ن ءإموإ ٱ ل مثل ن ني من فصؼون لل
ومي مغ ملوم ٱ
ني من ٱ ۦ ونج ل وع
“Dan Allah membuat isteri Fir´aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir´aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zhalim.” (QS. al-Tahrim [66]: 11)
10 Muhammad Fuad „Abdul Baqi, Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an, 78.
19
Adapun kata imro‟at yang tidak bermakna isteri tetapi menunjuk pada
perempuan yang belum kawin (gadis).
ا ؼصش ؼغيمر ء وم مصٱة ثموكم وٱوثت من ك ش ن وجسته ٱ
إ
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia
dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar”. (Qs. an-Naml
[27]:23)
Dan tiga ayat lainnya menyebutkan imro‟at perempuan secara umum
tanpa membedakan yang sudah kawin (isteri atau janda) dan yang belum
kawin (gadis):11
بػ مم مصه ن كن من ور فوك ٱ
فا ن ور م كن م ن م
جك إ ة ۞ومك هصف ما حصك ٱزو ا حصنن من بؾس وص
ك ور م كن م ن ما حصنت إ بػ مم مصه
ن بؾس وصي با ٱو دن ومن ٱ ا حصنت م مثهمن مم
ن ٱ ن كن مك ور فو
فا
ل ٱو ورث ك رن كن رجل
ٱو دن وإ مصٱةر وصة ثوصون با
سس ٱ مسه
نما ٱ حس م ۥ ٱخ ٱو ٱدتر فوك و ول
ن كهوإ ٱن مثهور من بؾس وصة وص با ٱو دن غي فا
كء ف ٱ ل فم ش ن ث من ذ وصة م إ ماار لل
ؽويم حويمر إو لل
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak,
maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi
wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)
sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu
dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai) syari´at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun” (Qs. an-Nisa [4]: 12)
ك كذب ب وم نخبو ى فأ سم ٱجل مه ل
ذإ ثسإت بسن إ
ن ءإموإ إ ل
ا ٱ أيه مؾسل ول أب كثب ٱن
كثب بأ
محقه ٱ ي ؽو ل
مول ٱ كذب وم فو لل
ٱ م خق كذب كم ؽو إوم ش ۥ ول برس م رب ي لل ل
ن كن ٱ
ا فا
محقه سفيها ٱو ضؾف ٱ ؽو سدشسوإ شسن من رجامك
مؾسل وٱ
ۥ بأ مول ومه و فو خطػ ٱن مل ا ٱو ل س
رم كون رجوي فصجل ن م
مصٱتن فا
لدصى ول وٱ
حسىما ٱ
ص إ حسىما فذشن
سإء ٱن ثال إ مشه
ن حصضون من ٱ مم
11 Noor Huda Noer, “Perempuan dalam Persfektif Filsafat al-Qur‟an, 382.
20
ذإ ما دؼوإ ول جس سإء إ مشه
ٱجل أب ٱ ل
صغيإ ٱو نبيإ إ مك ٱكس ؼيس موإ ٱن حكذبو إۦ ذ وٱكوم لل
ة ثسصونا بك فوس ؽو صة حاض ٱن حكون ت ل ٱل حصتبوإ إ سة وٱدن ا وٱشسوإ نوش ك جاح ٱل حكذبو
ن وإ ول اار كثبر ول شسر ذإ ثباؾت
إ ه
لوإ ثفؾووإ فا ث
وٱ مك إۥ فسوق بك وؾو و إلل ء ؽويمر إلل بك ش لل
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi
itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika
mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada
dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”. (Qs. al-Baqarah [2]: 282)
ن وما موكت ميم مم ت ءإثت ٱجور م جم ٱ ٱحوويا ل ٱزو ن
ميبه إ
ا ٱ أيه م وبيات عم إا ٱفاء ؽو لل
خم وبيات اجصن مؾم وبيات ع ت م خم ٱ و مصٱة ذال وبيات ذ
ن ٱرإد وٱ
بت هفسا نويب إ ن و
ؤمة إ مه
ج م ف ٱزو ي كس ؽوميا ما فصضيا ؽويه ممؤم من دون ٱ ميبه ٱن سدكحا ذامصة ل
نم ٱ م وما موكت ٱم
ل وكن مك م حصجر إكون ؽو حي غفورإ ر الل“Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu yang telah
kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa
yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan
(demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak
perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara
laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut
hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi
kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua
orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan
kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki
supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (Qs. al-Ahdzab [33]: 50)
21
Ayat-ayat di atas menjelaskan tentang kata “imro‟at” yang ada di tiga
ayat tersebut, seperti penggalan makna ayat pertama tentang waris “Jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta”. Penggalan makna ayat kedua tentang mu‟amalah “Jika
tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya”. Penggalan makna ayat ketiga
tentang kekhususan nabi menikahi perempuan “dan perempuan mukmin
yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi mau mengawininya”.
Jadi kata”imro‟at” yang ada dalam ayat-ayat itu bermakna umum untuk
semua perempuan dan tidak ada pengkhususan makna baik ia untuk
perempuan yang sudah menikah ataupun yang masih gadis.
c. Al-untsa
Asal katanya terdiri dari ث ,ن ,إ, yang berarti: lembut, lembek, lemah,
lunak, dan halus. Kata al-Untsa (perempuan) merupakan lawan kata dari
adz-Dzakar (laki-laki) dari segala jenis binatang, tumbuh-tumbuhan dan
manusia. Jika kata al-Untsa dan adz-Dzakar digunakan untuk manusia,
binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Maka kata ar-rijal, an-nisa, al-mar‟a
hanya digunakan untuk manusia.12
Dalam al-Qur‟an kata al-Untsa
disebutkan 30 kali dari berbagai bentuknya.13
Dari jumlah tersebut semuanya bermakna perempuan, kecuali satu ayat
yang memiliki arti lain (patung), sembahan kaum jahiliyah (kaum
musyrik). Bila ditelusuri makna kata al-untsa pada sisi penggunaannya,
12
Zaitunah Subhan. Al-Qur‟an dan Perempuan: Menuju Kesetaraan Gender
Dalam Penafsiran (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), 20. 13
Muhammad Fuad „Abdul Baqi. Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an, 93.
22
maka secara esensial merujuk kepada makna perempuan secara biologis
sehingga kepada hewan betina pun disebut dengan untsa.
Al-untsa dalam al-Qur‟an disebutkan 30 kali, 16 kali diantaranya selalu
dengan kata al-zakara (jenis laki-laki) lawan dari al-untsa (perempuan),
sedang yang lainnya tidak disebut bersama dengan al-zakar, namun dari
segi maknanya masih tetap merujuk pada biologis (penyebutan jenis
kelamin yang ditonjolkan). Misalnya dalam al-Qur‟an:
ذإ بشو نغيمر وإ إ و ۥ مسود لهث عل وج
ٱحسه بأ
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.” (QS. al-Nahl [16]: 58
d. Al-Banat
Al-banat jamak dari kata bintun, berasal dari kata ب, ن, و . Kata banat
disebutkan dalam al-Qur‟an sebanyak 17 kali.14
Sementara dalam bentuk
mufrad (bintun) tidak temukan. Ini berarti Allah menggunakan kata banat
dalam arti yang namun, sekalipun dibatasi oleh beberapa aspek tertentu.
Ke-17 ungkapan kata banat dapat ditemukan dalam 12 ayat saja. Lima
ayat diantaranya selalu disebut secara berpasangan antara banat dan banu
(anak perempuan dan anak laki-laki).
Secara keseluruhan kata banat dalam al-Qur‟an mempunyai makna
yang sama yaitu anak perempuan hingga usia baligh (gadis/dewasa), dan
tidak termasuk yang sudah berstatus isteri/janda. Bila ditinjau dari aspek
kebahasaan maka kata banat (berasal dari ba, nun, dan wau adalah
serumpun dengan bana yang berasal dari huruf ba, nun, dan ya, kemudian
menjadi kata bina‟ yang artinya membangun atau membina.
Membangun atau membina sesuatu adalah berproses dari awal hingga
sempurna. Justru itu konotasi kata banat ditujukan pada anak perempuan
14
Muhammad Fuad „Abdul Baqi. Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an, 138-
139.
23
yang sangat butuh dan perlu dibina dan dibimbing dari kedua orang tua
(keluarga) guna mencapai kedewasaannya, terutama dalam menghadapi
perkawinan, yang pada gilirannya akan menjadi seorang ibu yang mampu
mengasuh dan mendidik putranya serta mengatur rumah tangga.
kata banat yang dimaksudkan adalah anak-anak perempuan hingga
mencapai usia dewasa (gadis) adalah merujuk pada penyebutan 17 kata
banat, ternyata 10 diantaranya terkait dengan masalah pernikahan. Hal
tersebut antara lain menyangkut anak-anak perempuan yang dihalalkan
(dibolehkan) untuk dinikahi, selanjutnya dalam ayat 23 surah al-nisa,
menyebutkan anak-anak perempuan yang dilarang (haram) untuk
dinikahi.15
2. Posisi perempuan
Setiap manusia berhak untuk mengekspresikan dirinya dimanapun ia
berada, begitulah dengan perempuan. Perempuan berhak ikut
berpartisipasi dalam mengayomi kehidupan berbangsa dan bernegara
dimanapun ia berada. Tetapi harus menjunjung tinggi nilai, norma,
budaya, hukum dan lain-lain.16
Perempuan dalam menjalankan perannya di tengah masyarakat, sebagai
contoh dalam perjuangan Indonesia mencapai kemerdekaan bisa dilihat
pada sosok Tjut Nyak Dien, Tjut Mutia, atau Martha Kristina Tiahahu, dan
dalam mengisi awal-awal kemerdekaan melalui pendidikan bagi
perempuan bisa dilihat pada sosok Nyai Ahmad Dahlan atau Rasuna Said.
Perjuangan Tjut Nyak Dien sendiri menimbulkan rasa takjub para pakar
sejarah asing, sehingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang
perempuan ini. Zentgraa(Zentgraaf adalah seorang wartawan yang juga
15
Noor Huda Noer, “Perempuan dalam Persfektif Filsafat al-Qur‟an. 381-385. 16
Indah Ahdiah, “Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat, 1088.
24
pensiunan bintara pernah bertugas di Aceh)17
mengatakan, para perempuanlah
yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan
terhadap Belanda. Aceh mengenal Grandes Dames (perempuan
perempuan besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai
sektor.18
a. Dalam Ruang Domestik
Dalam konteks sekarang, kiprah perempuan di dunia publik, tidak lagi
menjadi pemandangan yang langka. Di berbagai sektor, termasuk sektor
yang pada umumnya meskipun di dominasi oleh laki-laki. Kita masih
tetap menemukan keterlibatan para perempuan. Terbukanya lapangan dan
peluang kerja yang tidak lagi ketat dengan kriteria jender, kemajuan di
bidang pendidikan, kemiskinan yang dialami sebagian besar keluarga, dan
lain-lain, merupakan faktor-faktor yang sangat berperan meningkatkan
jumlah perempuan yang berkiprah di ranah publik. Menariknya,
kesuksesan perempuan dalam menjalankan tugasnya tidak kalah dengan
laki-laki. Tentu saja, ini menjadi bukti bahwa kesuksesan di ranah publik
tidak terkait dengan kriteria jender.19
Keluarga merupakan suatu unit organisasi yang di dalamnya mengatur
tentang peran dan fungsi setiap anggotanya. Layaknya organisasi yang
kompleks, sinergi, dan terintegrasi, terkadang setiap anggota keluarga
harus siap menggantikan peran anggota keluarga yang lain ketika anggota
keluarga yang lain berhalangan untuk menjalankan peran atau fungsinya.
Sehingga yang terjadi di sini adalah complementary, yaitu saling
melengkapi fungsi anggota keluarga. Bukan ketika anggota keluarga yang
17
Sulaiman Tripa, Aceh, Siapa Yang Mau Minta Maaf Padamu? (Banda Aceh:
Bandar Publishing, 2019), 72. 18
Indah Ahdiah, “Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat, 1089.
19
Salmah Intan, “Kedudukan Perempuan Dalam Domestik Dan Publik
Perspektif Jender (Suatu Analisis Berdasarkan Normatifisme Islam)”. Politik Profetik,
Vol. 3, No. 1 (2014): 5.
25
lain tidak mau menjalankan fungsi atau perannnya maka peran itu akan
diambil oleh anggota keluarga yang lain. Adanya complementary dalam
keluarga memiliki pengaruh untuk terjadinya keseimbangan dalam
keluarga, terkait dengan peran, kewajiban, hak, serta kesetaraan dalam
ketidaksimetrisan relasi dalam keluarga.
Peran domestik bukan hanya kewajiban atau keharusan bagi
perempuan, tetapi juga dapat dilakukan laki-laki. Bukan hendak melawan
tradisi, agama, ataupun budaya, namun dalam kondisi yang menunjukkan
adanya kesempatan ketika laki-laki dapat melakukan peran domestik,
mengapa tidak melakukannya. Apabila perempuan bekerja mulai dapat
diterima karena adanya kesempatan perempuan bekerja, laki-laki harus
siap melakukan pekerjaan domestik.20
Laki-laki yang menjadi sentral
kebijakan di ruang publik maupun ruang domestik ini tidak dilihat dari
pendidikan, jabatan, kelas sosial, namun berdasarkan tradisi masa lalu
yang sudah menempatkan laki-lakilah yang menjadi pemimpin dalam
keluarga.21
b. Dalam Ruang Publik
Menurut Habermas,22
ruang publik adalah seluruh wilayah kehidupan
sosial yang memungkinkan kita untuk membentuk opini publik, dimana
semua masyarakat boleh memasuki ruangan ini, baik perempuan maupun
laki-laki. Dalam ruangan ini yang dibicarakan adalah persoalan yang
20
Listyo Yuwanto, “Peran Domestik : Salah Satu Wujud Keseimbangan Dalam
Keluarga”. artikel 21
Nikodemus Niko, Perempuan Dayak Benawan: Kedudukan Perempuan Pada
Sektor Domestik dan Publik (Yogyakarta: CV. BUDI UTAMA, 2018), xiii. 22
Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas
dari filsafat kritisnya adalah bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap
hubungan hubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta
dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi.
Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis
merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata. (lihat Ajat Sudrajat,
“Jurgen Habermas: Teori Kritis Dengan Paradigma Komunikasi”. Ilmu Sejarah FISE
UNY: 1)
26
menyangkut kepentingan umum dan tanpa paksaan dan dalam ruangan ini
tercipta iklim demokratis. Kalau dilihat dalam konteks sekarang, sudah
sangat relevan bila ruang publik ada tempat untuk kaum perempuan,
karena hal-hal yang dikhawatirkan bagi perempuan, seperti pelecehan,
diskriminasi, dan sebagainya sudah sangat minim terjadi. Tampilnya
perempuan dengan kemampuan yang mumpuni dapat diterima di ruang
publik, karena kesempatan dalam memperoleh pendidikan sudah merata.23
Fakta-fakta sejarah mengungkapkan bahwa perempuan dari dulu sudah
berperan aktif di ruang publik. Banyak perempuan yang menjadi ulama,
cendikia dan intelektual, dengan beragam keahlian dan dengan kepasitas
intelektual yang relatif sama dengan bahkan sebagian mengungguli ulama
laki-laki. Fakta ini sekaligus menghapuskan persefsi yang beranggapan
bahwa perempuan mempunyai intelektualisme yang rendah dibandingkan
dengan laki-laki. Disinilah Islam hadir untuk membebaskan penindasan
dan kebodohan menuju perwujudan kehidupan yang berkeadilan dan
memajukan ilmu pengetahuan untuk semua manusia, baik laki-laki
maupun perempuan.
Para ulama perempuan tersebut telah mengambil perannya masing-
masing sesuai dengan keahliannya. Ada yang menjadi tokoh agama, tokoh
ilmu pengetahuan, tokoh politik dan tokoh dengan moralitas yang terpuji.
Aktifitas mereka tidak hanya dalam ruang domestik (rumah) melainkan
juga dalam ruang publik dalam arti yang lebih luas. Mereka bekerjasama
dengan ulama laki-laki membangun peradaban Islam. Dari mereka
kemudian lahirlah para ulama dan aktifis perempuan di banyak negara
muslim. Tidak sedikit para ulama perempuan tampil kembali ke ruang
publik sejarah. Pengetahuan mereka dalam bidang ilmu-ilmu agama
23
Nafriandi, “Perempuan di Ruang Publik dalam Persfektif Hadits”. Kajian
Gender, Vol. 6, No. 1 (2016): 59-60.
27
(Islam) sangat mendalam dan luas. Beberapa diantaranya adalah Huda
Sya'rawi, Aisyah Taymuriyah, Batsinah, Nabawiyah Musa, Zainab al-
Ghazali, Aisyah Abdurrahman bint Syathi, Asma Barlas, Aminah Wadud,
Asma al-Murabith dan lain-lain.24
B. Terminologi Shalihah Dan Thalihah
Kata shalihaا dalam al-Qur‟an disebutkan sebanyak 36 kali dalam
berbagai bentuknya, dan tersebar di beberapa surah, Diantaranya Qs. al-
Baqarah 62, Qs. al-Maidah 69, Qs. al-„araf 73, 75, 189-190, Qs. at-Taubah
102, Qs. Hud 61 dan 66, Qs. an-Nahl 97, Qs. al-Kahfi 82, 88, 110, Qs.
Maryam 60, Qs. Taha 82, Qs. al-Mu‟min 51 dan 100, Qs. al-Furqon 70-
71, Qs. an-Naml 19 dan 45, Qs. al-Qashash 67 dan 80, Qs. ar-Rum 44, Qs.
as-Sajadah 12, Qs. al-Ahdzab 31, Qs. Saba 11 dan 37, Qs. Fathir 37, Qs.
Ghafir 40, Qs. Fusshilat 33 dan 46, Qs. al-Jatsiyah 15, Qs. al-Ahqaf 15,
Qs. at-Thaghabun 9, Qs. at-Thalaq 11.25
1. Terminologi
Kata shalihah dalam ayat-ayat tersebut rata-rata bermakna kebajikan
(beramal baik). Sementara dalam kamus al-Ma‟ani versi digital kata
shalihah bermakna wanita yang baik. Kalau dilihat dari asal katanya yaitu
,yang bermakna menjadi baik, benar, berbudi luhur, tidak memihak صوح صوح,
cocok, pantas, menyesuaikan, mencocokkan, membenahi, diperbaiki,
bermanfaat.26
Bisa dikatakan kalau wanita shalihah ialah wanita yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka
24
Pria Ulandari, “Perempuan Di Sektor Publik Dalam Perspektif Islam
(Pandangan Progresif Rahmah El-Yunusiyah Dalam Kepemimpinan Sebagai Ulama Dan
Pelopor Pendidikan Muslimah Indonesia)”. Agenda, Vol. 1, No. 1 (Desember 2017): 2-3. 25
Muhammad Fuad „Abdul Baqi, Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an, 410-
411. 26
Kamus Ma‟ani Versi Digital Android
28
aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya
agar tidak menjadi fitnah (godaan) bagi orang lain.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak
akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan
adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder
dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa
pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan,
kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikitpun, kecantikan jiwanya akan
tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.27
Sementara kata thalihah penulis tidak menemukan di dalam al-Qur‟an
begitu juga di dalam Mu‟jam Mufahras li Alfadzil Qur‟an, akan tetapi kata
thalihah di temukan didalam kamus al-Ma‟ani versi digital android.
Didalam kamus al-Ma‟ani kata thalihah bermakna tidak baik, jahat, keji,
ganas dan buruk.28
2. Kriteria Shalihah dan Thalihah
a. Kriteria Shalihah
Salah satu cita-cita perempuan muslimah adalah menjadi perempuan
shalihah. Ukuran keshalihan tidak bisa diukur dari lisan manusia, akan
tetapi keshalihan bisa dinilai berdasarkan agama. Perempuan muslimah
juga bisa melihat apakah perempuan shalihah itu sudah melekat pada
dirinya atau belum. Inilah ciri-ciri perempuan shalihah menurut
penelisikan penulis.
1. Taat kepada Allah dan Rasulnya
Ketaatannya dibuktikan dengan menjalakan perintah Allah dan
Rasulnya serta menjauhi larangannya. Ketaatannya tidak selektif sesuai
dengan keinginannya. Akan tetapi dia menjalankannya sesuai dengan
27
Chadijah Abdul Latif Purba, “Wanita Shaliha”,
http://sayyidulayyaam.blogspot.com/2005/11/wanita-shalihah. html 28
Kamus al-Ma‟ani Versi Digital Android
29
takdir dan ketentuan Allah dan Rasulnya. Dan ia menjadikan al-Qur‟an
dan Hadits sebagai pedoman hidupnya.29
Sebagai mana Allah jelaskan
dalam al-Qur‟an:
ب بما حفظ وغ نفغ تر ت ح خ ت ك وح مص
إفأ لل
“wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (Qs. an-Nisa [4]:
34)
Meskipun ayat itu diperuntukkan untuk perempuan yang sudah
menikah, ayat itu bisa juga contoh oleh perempuan yang belum menikah.
Yaitu dengan menjaga dan memelihara diri dari hal-hal yang dilarang
agama.
2. Taat Kepada Kedua Orangtua
Sebagaimana di jelaskan dalam al-Qur‟an:
ي إ ل
هم ٱل ثؾبسوإ إ ما ٱف وكض رب ها فل ثلل م مكب ٱحسها ٱو كل
ا بوغن ؼيسك ٱ م
يا إ حس
ن إ و
م وبأ
ما كول نصيما ول حنصها وكل م
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Qs. al-Isra [17]: 23)
Ayat itu tidak hanya saja di peruntukkan untuk perempuan shalihah,
akan tetapi untuk semua anak, agar menaati kedua orangtua, selama
orangtua tersebut tidak melanggar perintah-perintah Allah dan Rasulnya,
tenunya juga berbuat baik padanya. Karena perempuan shalihah ialah dia
yang baik karakternya, baik prilakunya dan baik juga intelektualnya.30
29
Inayati Ashiriyah, Ibadah Ringan Berpahala Besar Untuk Wanita (Bandung:
Ruang Kata, 2012), 54-55. 30
Achmad Zacky El-Syafa, Menjadi Wanita Yang Dicintai Allah (Jakarta:
Pustaka Media, 2014), 35.
30
3. Taat Kepada Pemimpin
Perempuan shalihah adalah merupakan warga negara yang baik. Dia
juga harus wajib mendengarkan dan mentaati semua perintah
pemimpinnya selama pemimpin itu tidak bertentangan dengan perintah
Allah dan Rasulnya. Karena taat kepada Allah merupakan bagian daripada
ketaatan kepada Allah dan Rasulnya.31
Sebagaimana firman Allah dalam
Qs. an-Nisa: 59
ل ا ٱ أيه وٱيؾوإ إن ءإموإ ٱيؾوإ لل
32 إ لمص مك
سول وٱول ٱ مص
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu.”
Ayat tersebut sebenarnya untuk semua orang-orang beriman,
khususnya untuk perempuan shalihah.
4. Taat Kepada Suami
Perempuan shalihah selain taat kepada Allah, Rasulullah, orangtua, dan
pemimpin, istri shalihah harus taat juga kepada suami. Selama suaminya
berada dalam ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Taat kepada suami
adalah merupakan jalan menuju surganya Allah SWT. sebagaimana sabda
nabi SAW.
“jika seorang istri mengerjakan shalat 5 (lima) waktu, puasa pada bulan Ramadhan,
menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya:
“Masuklah kesurga.” (HR. Ahmad)
Imam ar-Razi juga mengatakan: “Ketahuilah bahwa tidak dikatakan ia
perempuan shalihah apabila ia tidak taat kepada suaminya.”32
31
Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Kepemimpinan Dalam Pendidikan
Islam Dalam Persfektif Hadits: Telaah Historis dan Filosofis (Jakarta: Kencana, 2019),
50-51.
32
kata (Athi‟u) yang bersanding dengan lafadz Allah dan Rasul merupakan
perintah yang mutlak untuk di ta‟ati karena kebenarannya sudah pasti. Sementara untuk
“ulil amri” kata (athi‟u) tidak disandingkan karena ulil amri perintahnya belum tentu
benar. 32
Iis Nur‟aeni Afgandi, Ternyata Wanita Lebih Mudah Masuk Surga (Jakarta:
Ruang Kata, 2017), 59-60.
31
5. Mampu Memelihara Diri dan Keluarga
Perempuan shalihah baik ia sebagai anak, istri, dan ibu wajib menjaga
nama baik keluarga dan kehormatannya. Sebagaimana dalam Qs. an-Nisa:
34. Meskipun ayat ini ditujukan kepada perempuan yang sudah bersuami,
akan tetapi perempuan shalihah sebagai anak wajib menjaga nama baik
keluarga dan kehormatan keluarga.
6. Menjadi Pribadi Shalihah Baik di Domestik Maupun di Publik
Perempuan shalihah akan menampilkan apa adanya sesuai dengan
syari‟at. Ia menutup seluruh auratnya dengan sikap terbaiknya. Apapun
aktifitasnya ia selalu mempromosikan Tuhannya suri tauladannya dan
agamanya. Ia membuat orang-orang sekitarnya merasa aman tenteram
nyaman dan senang. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Akan
kuberitahukan kepadamu tentang sebaik-sebaik pembendaharaan laki-laki, yaitu dialah
istri shalihah jika pandang akan menyenangkan, jika diperintah akan mentaatinya, dan
jika ia pergi akan menjaga dirinya dengan baik.” (HR. Abu Daud)
Meskipun hadits itu untuk perempuan yang bersuami, hadits itu juga
berlaku untuk perempuan shalihah yang lajang, dimana ia menjadi
perempuan yang mampu menjaga diri, baik kepada semua orang,
sekelilingnya selalu merasa tenang sehingga kehadirannya selalu
dinantikan.33
b. Kriteria Thalihah
Perempuan thalihah ialah dia yang selalu melanggar rambu-rambu
larangan syari‟at islam. Baik itu tidak baik untuk dirinya maupun untuk
orang lain. Tapi ada beberapa karakter perempuan yang di benci Allah
1. Perempuan Ananah
Perempuan Ananah Adalah perempuan yang banyak mengeluh. Baik ia
sebagai anak, istri, ibu dan anggota masyarakat. Apa yang diberikan atau
33
Inayati Ashiriyah, Ibadah Ringan Berpahala Besar Untuk Wanita, 56-57.
32
dilakukan orangtua, suami, dan pemimpinya semuanya tidak membuatnya
bahagia dan tidak berpuas hati.
2. Perempuan Mananah
Perempuan Mananah adalah perempuan yang suka tidak menghormati
usaha dan jasa orangtua, suami, dan pemimpinnya. perempuan ini juga
beranggapan bahwa dialah yang banyak berkorban untuk membangun
keluarganya. Dia suka mengungkit-ungkit kebaikan yang dilakukannya
untuk keluarganya. Biasanya perempuan ini perempuan karier (bekerja)
atau berkedudukan tinggi dan bergaji besar.
3. Perempuan Hananah
Perempuan Hananah adalah perempuan yang tidak bersyukur dan
kufur nikmat terhadap apa yang sudah diberikan Allah kepadanya. Baik
itu masalah rejeki, jodoh, dan lain-lain. Perempuan seperti ini juga suka
merendahkan orang lain.
4. Perempuan Hadaqah
Perempuan Hadaqah adalah Perempuan yang suka memaksa terhadap
sesuatu. Perempuan seperti ini juga suka mengikuti hawa nafsunya.
Perempuan ini juga suka membuat pusing keluarga. Dia terlalu agresif
apabila menginginkan sesuatu. Dan dia juga suka membanding-
bandingkan dirinya dengan orang lain.
5. Perempuan Basaqah
Perempuan Basaqah adalah perempuan yang suka berhias diri secara
berlebihan. Kalau dia yang sudah bersuami, dia berhias bukan untuk
suaminya akan tetapi untuk orang lain. Uangnya semua dihabiskan untuk
membeli make-up, pakaian, dan perhiasan secara berlebihan. Perempuan
seperti ini sangat suka dipuji-puji.
6. Permpuan Syadaqah
33
Perempuan Syadaqah adalah perempuan yang suka berbicara
berlebihan dan suka membuat gaduh orang-orang sekitar. Dan juga dia
perempuan seperti ini sangat suka menggibah.34
34
https://muslimah.web.id/6-sifat-yang-harus-dihindari-wanita diakses pada
Senin 06 Juli 2020.
33
BAB III
PEREMPUAN DAN TIPOLOGINYA DALAM AL-QUR’AN
A. Perempuan Yang Disebutkan Dalam Al-Qur’an
Al-Qur‟an berbicara tentang perempuan dalam berbagai surah dan
menyangkut berbagai sisi kehidupan. Menyangkut perempuan sebagai
hamba Tuhan, sebagai seorang istri, ataupun seorang ibu. Lebih dari
sepuluh surah dalam al-Qur‟an membicarakan panjang lebar tentang
perempuan, diantaranya ada yang disebut dengan surah an-Nisa al-Kubro
dan an-Nisa ash-Shugra. Untuk yang pertama kita mengenalnya dengan
surah an-Nisa dan yang terakhir dengan surah at-Thalaq. Surah-surah lain
yang membicarakan tentang perempuan adalah al-Baqarah, al-Maidah, an-
Nur, al-Ahdzab, al-Mujadilah, al-Mumtahanah, dan at-Tahrim.1
Allah SWT di dalam al-Qur‟an banyak sekali menceritakan kisah-
kisah, mulai dari kisah para Nabi dan umat terdahulu sebagai pelajaran
dan ibrah untuk kaum Muslimin.2 dalam kondisi tertentu, al-Qur‟an
seringkali menampilkan sosok perempuan di balik layar atau otidak
intelektual dari kisah-kisah yang berada dalam al-Qur‟an. Sebut saja
misalnya, kisah permohonan doa Nabi Sulaiman buat kedua orang tuanya.
(al-Naml: 20). Dalam konteks ini, Nabi Sulaiman tidak melupakan peran
sosok ibunya yang bernama Thashba‟ putri Ya‟am, sekalipun masih
tertutupi oleh kebesaran nama ayahnya, Nabi Daud a.s. Menyadari realita
demikian, meski peran ibunya tertutupi oleh peran ayahnya dalam wujud
pewarisan tahta kerajaan, namun sebagai putera yang baik, Nabi Sulaiman
a.s. tidaklah mau melupakan “sejarah berharga” baktinya, sehingga
1 M.Faishol, Hermeneutika Gender: Perempuan Dalam Tafsir Bahr al-Muhith
(Malang: UIN Malik Press, 2012), 45. 2
Annisa Nurul Hasanah, Perempuan-Perempuan Yang Disebutkan Dalam al-
Qur‟an (artikel Perempuan Dalam al-Qur‟am).
34
mengantarkan beliau mencapai puncak kejayaan. Semua itu merupakan
perjuangan panjang yang sangat patut mendapat apresiasi dan disebutnya
dihadapan Allah SWT.3 Di antara kisah-kisah tersebut, Allah Swt
menyebutkan perempuan-perempuan dalam al-Qur‟an, diantaranya adalah:
1. Hawa
Sebagaiamana Adam adalah bapak seluruh ummat manusia, begitu juga
dengan Hawa adalah ibu seluruh ummat manusia. Mereka berdua adalah
menusia pertama yang diciptakan Allah SWT, kemudian diturunkan ke
bumi. Mula-mula Allah tempatkan Adam di surga dengan penuh
kenikmatan dan kemudahan, tapi hidupnya sebatang kara. Tiada teman
yang menemani dan menghiburnya. Lalu Allah SWT melengkapinya
dengan menciptakan Hawa, seorang wanita yang ditakdirkan untuk
menjadi istrinya.4 sebagaimana firman Allah SWT:
ٱ ش ر شئذما ول ثلصب مجية وكل منا رغسإ ح
سكن ٱهت وزوجم ٱ
ـادم ٱ جصة فذكون من وكويا مش
ومي مغ ب .ٱ
وكويا ٱ ا كن ف ما مم ن ؼنا فأدصج ط مش
ما ٱ لرض فأزم
ومك ف ٱ طوإ بؾاك مبؾض ؽسور
ل حي ػ إ خلصر ومذ مس
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai,
dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan
dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan." (Qs. al-Baqarah [2]: 35-36)
Di dalam al-Qur‟an, Allah SWT tidak secara jelas menyebutkan nama
Hawa tetapi menyebutnya jauzatuhu atau istrinya (Nabi Adam a.s.).
Adapun nama Hawa disebutkan di dalam hadis-hadis Nabi saw. Di
antaranya adalah riwayat dari Abi Hurairah, sebagai berikut.
3
Fathurrosyid, “Ratu Balqis Dalam Narasi Semiotika al-Qur‟an”. PALASTREN
Vol. 6, No. 2 (Desember 2013): 247. 4
Maryam Kinanthi Nareswari, Wanita-Wanita Yang Diabadikan Dalam al-
Qur‟an (Yogyakarta: Mutiara Media, 2012), 13.
35
ه وسلم قال:لىلا رة عن رسىل الله صلى الله عل هر. عن أب هر اء لم تخن أنثى زوجها الد حى
)رواه مسلم(
"Dari Abu Hurairah r.a dari Rasulullah SAW beliau bersabda: Sekiranya bukan
karena (kesalahan) Hawa, niscaya seorang wanita tidak akan mengkhianati suaminya
selama-lamanya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)5
Para ulama berbeda pendapat berkenaan surga yang ditempati nabi
Adam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa surga tersebut berada di
bumi, dan ada juga yang berpendapat bahwa surga tesebut berada di
langit. Namun mayoritas ulama mengatakan bahwa surga tersebut berada
di langit.6
2. Istri Nabi Nuh
Dalam al-Qur‟an kisah Nabi Nuh banyak disebutkan dalam beberapa
surah. Diantaranya ialah surah al-„Araf, Yunus, Hud, al-Anbiya, al-
Mukminun, asy-Syuara, al-„Ankabut, ash-Shaffat dan al-Qamar. Dari
sekian banyak surah tersebut tidak diceritakan tentang istri Nabi Nuh, istri
Nabi Nuh hanya diceritakan di dalam al-Qur‟an, sebagaimana firman
Allah SWT:
ب ن ن إض ل مثل ن وحي فزاهخاها ف لل ن من ؼبادن ص ت ؼبس مصٱت موط كهخا ت مصٱت هوح وٱ
ل فصوإ ٱ
ا ؼنما من إغي ش ذوي لل ميار مػ ٱ
دذل ٱ
ا وكل ٱ
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang
kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-
masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa)
Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama
orang-orang yang masuk (jahannam)." (Qs. at-Tahrim [66]: 10)
Ketika Allah mengutus Nabi Nuh dengan membawa risalah kenabian,
tidak banyak yang mau beriman, termasuk istri dan anaknya. Istrinya
5
Jalaluddin as-Suyuti, Syarah Muslim al-Hajjaj, Juz 3 Kitab Rido‟ (Beirut: Dar
al-Kutub al „ilmiah), 251. 6
Maryam Kinanthi Nareswari, Wanita-Wanita Yang Diabadikan Dalam al-
Qur‟an, 14
36
melahirkan empat orang anak. yaitu Ham, Syam, Yafis dan Yam. Istrinya
sendiri menuduhnya gila dan bergabung bersama orang-orang yang tidak
beriman untuk menyudutkan Nabi Nuh. Kedurhakaan mereka kepada Nabi
Nuh membuat Allah murka sehingga menurun bencana bancir bandang.
Istri, anak dan kaumnya yang durhaka Allah binasakan semuanya bersama
orang-orang yang binasa.7
3. Siti Hajar
Setelah Nabi ibrahim bersama Hajar dan Ismail melakukan perjalanan
yang cukup lama, hingga tibalah di Makkah, kota suci tempat didirikannya
Ka‟bah tempat peribadatan ummat Islam diseluruh dunia. Kota Mekkah
adalah kota yang penuh dengan sejarah panjang. Dimulai dari nabi
ibrahim mendapatkan perintah dari Allah untuk meninggalkan anak dan
istrinya.8 Kisah ini diabadikan Allah:
يهسن ل رب س ب إ ن ذإ
وكال إ
“Dan Ibrahim berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan
Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Qs. ash-Shaffat [37]: 99)
Pada saat itu Mekkah masih sepi, tidak ada orang lewat, sumber
makanan dan minumanpun tidak ada. Beliau meninggalkan Siti Hajar dan
anaknya Ismail dengan sebuah tas yang berisi kurma dan tempat air
minum untuk persediaan minum istri dan anaknya. Ketika istri dan
anaknya sudah tidak kelihatan lagi, Nabi Ibrahim lalu menghadap Kiblat
dan berdoa: moemnt inipun Allah abadikan dalam al-Qur‟an:
ٱسكت ن إ يا ب جؾل ٱف ر
ووة فأ مص
ليوإ ٱ يا م م رب ممحص
ت بوإد غي ذي زرع ؼيس بذم ٱ مياس من ذر
ن ٱ سة م
م شكصون ت مؾو مص مث ن ٱ رزكم م
م وٱ هيه
توي إ
7
Musthafa Murad, 70 Kisah Teladan Berdasarkan al-Qur‟an dan Hadist-Hadits
Pilihan (Bandung: Mizan, 2003), 40-41. 8
Rani Yulianty, Kisah Kota-Kota Dalam al-Qur‟an (Jakarta: Cerdas Interaktif,
2018), 27.
37
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (Qs. Ibrahim [14]: 37)
Nabi Ibrahim meningalkan istrinya Siti Hajar dan anaknya Ismail
cukup lama, sehingga persediaan makanan dan minuman habis. Ketika
persediaan air minum mereka habis, Siti Hajar dan anaknya merasa
kehausan, hingga ismail berguling-guling diatas pasir menandakan
kehausan. Siti Hajar tidak tega melihat anaknya seperti itu, hingga Siti
Hajar meninggalkan anaknya disekitar Ka‟bah dan pergi mencari makanan
dan minuman . Pencariannya dimulai mendaki bukit Shafa dan dilanjutkan
ke bukit Marwah sampai bolak balik tujuh kali, tapi tidak ada hasil.
Hingga Siti Hajar mendengar suara air yang muncul dari bawah kaki
anaknya Ismail. Dan air itu sekarang dikenal dengan nama Air Zam-zam.9
4. Istri Nabi Luth
Kisah Luth dijelaskan di beberapa surah dalam al-Qur‟an. Diantaranya
adalah surah al-„Araf, Hud, at-Tahrim dan juga disurah yang lain. Ayat-
ayat itu menjelaskan tentang penentangan istri Nabi Luth terhadap dakwah
dan risalah yang di bawa oleh Nabi Luth, sehingga membuat istrinya di
adzab Allah SWT bersama kaumnya yang durhaka.
Allah mengutus Nabi Luth kepada kaumnya untuk menyeru kepada
kebaikan dan meninggalkan segala perbuatan keji dan mungkar. Namun
kaumnya menolak ajakan ini bahkan menentang Nabi Luth dan ingin
mengusirnya dari lingkungan mereka. Sebagaimana firman Allah:
ممرصجي ووط مخكوىن من ٱ م ثذ كاموإ مئ م
“Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar
kamu termasuk orang-orang yang diusir.” (Qs. asy-Syu‟ara [26]: 167)
9
Husna Ahmad, Islam and Water, terj. Adinda Arifiah (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2015), 14-15.
38
Karena penentangan dan kedzhaliman mereka sudah memuncak, dan
tidak bisa diharapakan lagi mereka akan beriman, Allah memerintahkan
malaikat untuk menyelamatkan Nabi Luth bersama orang-orang beriman
dan tidak untuk istrinya, karena istrinya bersama kaumnya yang durhaka
mendapatkan adzab yang pedih dari Allah, yaitu Allah jungkirbalikkan
kampung mereka bersama dengan diri mereka sendiri.10
5. Imro‟at Aziz (Zulaikha)
Kisah Nabi Yusuf dalam al-Qur‟an memiliki keunikan, karena tidak
seperti kisah-kisah lain yang kisahnya disebut dibeberapa surah.
Sementara kisah Yusuf hanya ada disurah Yusuf. Begitu juga dengan
Zulaikha dia diceritakan dalam surah Yusuf.11
Sebagaimana firman Allah:
ب وكام لبو لت ٱ ۦ وغو فس و ف بتا ؼن ه ت م
ٱ ودث كال مؾاذ ور ت ل ٱحسن مثوإي إت ۥ رب ه
إ لل
ومون مغ ۥ ل فوح ٱ ه
إ
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata:
"Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku
telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada
akan beruntung.” (Qs. Yusuf [12]: 23)
Ayat ini menjelaskan tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf tentang
bujukan dan rayuan dari istri majikannya yaitu Zulaikha. Suatu malam
ketika al-Aziz majikannya mau ketemu sang raja. Zulaikha langsung
beraksi dan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia mencoba masuk ke
kamar Nabi Yusuf dengan memakai pakaian bagusnya dan perhiasannya.
Tiba-tiba Nabi Yusuf kaget dengan kedatangan Zulaikha, hingga akhirnya
datang al-Aziz dan Zulaikha mengakui semua perbuatannya, dia merasa
10
Musthafa Murad, 70 Kisah Teladan Berdasarkan al-Qur‟an dan Hadist-
Hadits Pilihan, 42-48.
11
Abdul Rahem, Yusuf Zulaikha (Yogyakarta: Diva Press, 2018), 5.
39
salah karena sudah mencoba menggoda Nabi Yusuf. Akhirnya Zulaikha
bertaubat kepada Allah atas kesalahannya.12
6. Istri Fir‟aun
Dalam surah at-Tahrim ayat 11 istri Fir‟aun memohon 3 permohonan.
Diantaranya dibuatkan rumah di surga, selamat dari kejahatan Fir‟aun dan
diselamatkan dari orang-orang yang zhalim. Mutiara tetaplah mutiara
dimanapun ia berada. Begitulah dengan akidah yang dimiliki Asiah.
Meskipun dilingkungan yang kejam, akidahnya tetap kuat.
Nabi Musa selain diasuh oleh ibunya, juga diasuh oleh Asiah di istana
Fir‟aun. Ini merupakan harapan dari Asiah agar terhindar dari kekejaman
Fir‟aun dan orang-orang yang zhalim, seandainya tidak selamat dari
kejahatan Fir‟aun Asiah tidak mungkin bisa membantu mengasuh,
mendidik, dan membesarkan Nabi Musa. karena saat itu istana Fir‟aun
mengeluarkan maklumat apabila anak laki-laki lahir maka akan langsung
dibunuh. Maklumat itu membuat ibu Nabi Musa ketakukan sehingga Allah
memberikan petunjuk kepada Ibu Musa untuk dihanyutkan ke sungai Nil.
اف ول ميم ول ت ف ٱ فأمل ذإ دفت ؽو
فا ٱن ٱرضؾ ٱم موس ل
يا إ وٱوح م وجاؽوو م
إ و ن رإده
زن إ ت
ممصسوي من ٱ
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul” (Qs. al-Qashash [28]:
7)
Ketika Fir‟aun dan para pembesarnya menemukan peti yang berisikan
bayi laki-laki (Musa kecil). Fir‟aun ingin langsung membunuhnya, tapi
karena ada pencegahan dari istrinya Asiah, keinginan tersebut akhirnya
tidak terjadi. Kejadian ini Allah gambarkan dalam
12
Maryam Kinanthi Nareswari, Wanita-Wanita Yang Diabadikan Dalam al-
Qur‟an, 57-59.
40
إ ۥ و ٱن يفؾيا ٱو هخزش ؼس ل ثلذوو ت ؽي ل ول مصٱت فصؼون كص وه ل شؾصون وكامت ٱ
“Dan berkatalah isteri Fir´aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu.
Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita
ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari.” (Qs. al-Qashash [28]: 9)
Allah Maha Mengetahui dan Mengijabah doa-doa hambanya. Tujuan
Asiah untuk menyelamatkan Musa tidak lain hanyalah mengharapkan
ridho dan surga Allah SWT.13
7. Ibu Nabi Musa
Keluarga ibu Musa menghuni sebuah rumah sederhana ditepi sungai
Nil tidak jauh dari istana Fir‟aun. Suatu ketika ibu Musa hamil dan sedang
mengandung Musa a.s, tiba-tiba ada berita dari istana Fira‟un yang
membuat ibu Musa merasa sedih. Karena berita tersebut menyangkut anak
yang sedang di kandungnya. Siapa yang sedang mengandung anak laki-
laki akan dibunuh oleh tentara Fir‟aun. Berita inilah yang membuat ibu
Musa khawatir akan keselamatan anaknya.
Suatu ketika tibalah saatnya untuk melahirkan. Ibu Musa sangat takut
ketahuan oleh tentara Fir‟aun, karena akan melahirkan bayi laki-laki.
Sehingga perasaan cemas dan takut itu berusaha dihilangkannya. Hingga
ahirnya timbullah keteguhan ibu Musa, dan firman Allah:
اف ول ميم ول ت ف ٱ فأمل ذإ دفت ؽو
فا ٱن ٱرضؾ ٱم موس ل
يا إ وٱوح ن رإ
زن إ ت م وجاؽوو م
إ و ده
ممصسوي من ٱ
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” (al-Qashash [28]: 7)
Alangkah senang dan bahagianya hati ibu Musa menerima wahyu itu,
sehingga hatinya tenang dan tenteram.
13
Lilies Nihwan Samurane, Petunjuk Ke Surga Menurut al-Qur‟an (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2017), 113-114.
41
Setelah itu ibu Musa mengambil peti kecil yang terbuat dari pohon
kurma. Khawatir ketahuan sama tentaranya fir‟aun ibu musa langsung
menghayutkan peti kecil itu hingga terbawa arus. Sehingga al-Qur‟an
menyebutkan sikap ibu Musa ketika sudah menghayutkan anaknya ke
sungai Nil.
بطيا ؽل كوبا مخكون من ۦ مول ٱن ر ن كدت مخبسي ب إ صغا ي وٱصبح فؤإد ٱم موس ف ممؤم
ٱ
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan
rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk
orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).” (Qs. al-Qashash [28]: 10)
Ketika sudah terbawa arus Allah punya kehendak lain, membawa peti
kecil yang isinya Nabi Musa ke tepi sungai dekat istana Fir‟aun. Saat itu
para dayang-dayang istana sedang berada di tepi sungai, dan sebuah peti
kecil yang isinya Nabi Musa mengahmpiri mereka. Dan seketika itu
terjadilah perdebatan antara dayang-dayang dengan pengawal istana,
sehingga Asiyahpun muncul dan melihat isi peti kecil itu ternyata bayi
laki-laki dan dibawalah peti kecil itu ke dalam istana yang sebelumnya
sudah membuat istri fir‟aun jatuh cinta pada Musa kecil. Pada akhirnya
Fir‟aun setuju untuk merawat Musa kecil.
Musa dikelilingi oleh wanita-wanita yang ingin menyusukannya,
namun musa kecil tidak mau dengan wanita-wanita tersebut, sehingga
membuat Asiyah khawatir akan keselamatan Musa kecil. Maka dicarikan
wanita yang Musa kecil mau menyusukannya, sehingga ketemulah sama
ibunya Musa kecil. Ibu Musa sangat bahagia sekali karena mengenal bayi
yang disusukannya adalah anaknya Musa a.s. Kisah ibu Musa menjadi
ibrah bagi kaum mukminin selama-selamanya.14
14
Jabir asy-Syal, Qishashu an-Nisa fil Qur‟an, terj. Aziz Salim Basyarahil
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 131-138.
42
8. Ratu Balqis
Kisah Balqis Allah abadikan dalam al-Qur‟an:
ل نخ بر نصيم ٱملي إ ن
مموؤإ إ
ا ٱ أيه .كامت ه
ن وإ م ۥ من سو ه
كامت .ؽل وٱثون مسومي ٱل ثؾووإ .إ
مموؤإ ٱفذون ف ٱمصي ما نيت كايؾة ٱمصإ حت ا ٱ أيه ة وٱوموإ بأس شسس .جشسون ن ٱوموإ كو كاموإ ن
هغصي م فأ م
لمص إ
ل .ماذإ ثأمصن وٱ ونش وا ٱذل ة ٱ ا وجؾووإ ٱؼز ذإ دذووإ كصة ٱفسسو
ممووك إ
ن ٱ
كامت إ
ممصسوون .ون فؾو ة فاعصة ب صجػ ٱ م بس هيه
ن مصسل إ
وإ
“Berkata ia (Balqis): "Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan
kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan
sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan
datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata dia (Balqis):
"Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah
memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)". Mereka
menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki
keberanian yang sangat (dalam peperangan),dan keputusan berada ditanganmu: maka
pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". Dia berkata: "Sesungguhnya
raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan
menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan
mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan
(membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh
utusan-utusan itu." (Qs. an-Naml [27]: 29-35)
Ketika balqis menerima surat sakti di tempat tidurnya, dikatakan surat
sakti karena tidak ada yang mengetahui siapa pengantar surat itu, termasuk
dirinya sendiri. Surat tersebut sangat mudah dipahami oleh Balqis, dalam
konteks ini al-Qur‟an tidak memberikan petunjuk bahwa bahasa apa yang
digunakan oleh Nabi sulaiman sehingga Balqis mudah memahami isi surat
tersebut. Mungkin bahasa yang di gunakan oleh Nabi Sulaiman adalah
Ibrani sehingga Balqis bisa memahami isi surat itu. Namun, apapun
kemungkinannya isi surat itu tersebut adalah sebagai berikut:
“Dari hamba Allah swt, Sulaiman bin Daud Kepada Balqis,
penguasa negeri Saba‟
Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang
Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk
43
Sesudah itu,.... Janganlah kalian bersikap sombong terhadapku dan
datanglah menyerahkan diri kepadaku”15
Setetelah Balqis Menerima surat itu, iapun langsung mengumpulkan
pejabatnya dan berkata: surat ini adalah surat mulia dari orang mulia sang
penguasa yang bernama Sulaiman. Adapun isi surat tersebut berisikan 3
poin penting: pertama, memperkenalkan kepada Balqis tentang esensi
Allah SWT beserta sifat-sifatnya ditandai dimulainya surat itu dengan
bimillahirrahmanirrahi. Kedua, melarang Ratu Balqis supaya tidak
berprilaku sombong. Ketiga, mengajak Ratu Balqis utntuk mengikuti
sisitem teologi monoteisme agar selamat dari prilkau syirik, karena
sebelumnya Ratu Balqis dan pengikutnya menyembah matahari.16
9. Maryam
Namanya adalah Maryam binti Imran binti Saahim yang merupakan
keturanan Nabi Daud a.s. Nama bapaknya adalah Imran bin Saahim bin
Amuur bin Miisyaan, nasabnya sampai kepada Nabi Sulaiman bin Daud
a.s. Ibunya adalah Hannah binti Faquuz yang merupakan ketua ulama saat
itu. Maryam adalah satu-satunya nama perempuan yang disebutkan dengan
jelas oleh Allah Swt. di dalam Al-Qur‟an. Bahkan namanya juga menjadi
salah satu dari nama surah di dalam Al-Qur‟an.
Allah SWT menjadikan kisah perawan Maryam dan anaknya Isa a.s
sebagai suatu mukjizat yang besar yang menunjukkan kesempurnaan
kemampuan Allah SWT. Dia telah menjaga kehormatannya dari hubungan
yang halal dan haram. Tidak pernah ada seorang manusia pun
menyentuhnya. Sehingga hal ini merupakan bukti bagi kesuciannya.
Sebagaimana firman Allah:
م ذ كامت ٱ
ن وإ
مصيم إ ئكة ومي إ مو مؾ
صطفىم ؽل وساء ٱ
صطفىم ويصك وٱ
ٱ لل
15
Fathurrosyid, Ratu Balqis Dalam Narasi Semiotika al-Qur‟an, 255-256. 16
Fathurrosyid, Ratu Balqis Dalam Narasi Semiotika al-Qur’an, 257-258.
44
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah
telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di
dunia (yang semasa dengan kamu)”. (Qs. al-Imran [3]: 42)
Ayat itu merupakan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang
menuduh Maryam melakukan zina dengan Yusuf seorang tukang kayu
yang merupakan anak pamannya. Kelahiran Nabi Isa a.s dari seorang
perempuan yang perawan, merupakan kejadian yang luar biasa, dan jauh
dari nalar manusia. Kejadian ini unik, hebat dan tidak pernah terjadi
sebelumnya dalam sejarah manusia. Ini merupakan bukti kekuasaan dan
kemapuan Allah SWT yang tidak ada tandingannya.17
10. Istri Abi Lahab
Istri Abi Lahab bersama suaminya adalah orang-orang yang selalu
menghadang atau menghalangi dakwah Nabi Muhammad SAW. istri Abi
Lahab menghasut kaum perempuan begitu juga dengan suaminya
menghasut kaum laki-laki supaya tidak terpengaruh dengan ajaran yang
dibawa oleh Nabi SAW. tiada hari tanpa hasutan yang mereka sampaikan
kepada orang-orang baik itu yang muda ataupun tua. Penghasutan mereka
ini Allah abadikan dalam al-Qur‟an: Sebagaimana dalam:
سس ن م مرا حبل محطب ف جس
ۥ حال ٱ مصٱث
ب وٱ صل نرإ ذإت م س
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya,
pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (Qs. al-
Lahab [111]: 3-5)
11. Zainab Binti Jahsy
Allah SWT memberi petunjuk kepada Nabi bahwa Zainab binti Zahsy
akan menjadi salah satu istrinya. Namun, Rasulullah malu untuk
mengungkapkannya kepada Zaid. Rasulullah khawatir terjadi hinaan dan
cibiran dari orang-orang karena menikahi istri sahabatnya sendiri. Saat itu
17
Adil Mustofa Abdul Halim, al- Abaa wal Abnaa Fil Qur‟an, terj. Abdul
hayyie al-Fatthani dan Fitriah Wardie (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), 145-147.
45
rumah tanga Zaid dan Zainab lagi tidak baik dan sering kali terjadi
perselisihan, hingga Rasulullah pernah memberikan nasehat kepada Zaid
untuk mempertahankan rumah tangganya dan tetap bertakwa kepada Allah
SWT. sebagaimana firman-Nya:
ي ٱهؾم وإ إذ ثلول نل وٱهؾمت ؽو ؽو ق ٱمس لل ث
م زوجم وٱ إم ؽو في ف هفسم ما لل إ وت مبس لل
مياس و ي إوتش ٱ ممؤم
كا مك ل كون ؽل ٱ ج نا ويصإ زو ا كض زسر م فوم ى ش ٱحقه ٱن ت حصجر لل
ذإ كاوإ من ف م إ ائ ج ٱدؼ مفؾول إن ويصإ وكن ٱمص ٱزو لل
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan
nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus
isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam
hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang
Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia
supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-
anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya
daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (Qs. al-Ahzab [33]:
37)
Seandainya Rasulullah menyembunyika sesuatu, tentu (ayat) inilah
yang disembunyikan. Ketika masa idah Zainab berakhir setelah bercerai
dari Zaid. Rasulullah memerintahkan Zaid untuk meminangkan Zainab
untuknya. Zainab berkata bahwa ia tidak akan melakukan apa pun
sebelum meminta izin kepada Allah. Zainab pun pergi ke tempat
shalatnya, lalu ayat Al Quran turun. Rasulullah pun datang kemudian
masuk menemui Zainab tanpa izin karena Allah telah menikahkan
keduanya dari atas langit.18
12. Aisyah
Aisyah ummil mukminin (ibunya bagi orang-orang yang beriman)
adalah perempuan yang memiliki kecerdasan yang luar biasa, belia
mampu menembus pemisah antara laki-laki dan perempuan. Dia dalah
sosok perempuan muslimah yang kuat dalam mengahdapi cobaan dari
18
https://umma.id/article/share/id/1002/310915 diakses Selasa 07 Juli 2020
46
Allah SWT. ketika Aisyah diterpa berita bohong dan tuduhan melakukan
perzinahan dengan Safwan bin Mu‟aththal as-Sulamy. Tuduhan tersebut
adalah tuduhan yang dilayangkan oelh orang-orang munafik kepada
Aisyah untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Rasulullah.
Firman Allah
مص مك ٱ ك و ذير م ك بل إ م ش بو س ل ت ك م
رفم ؼصبة
ل ن جاءو بأ ل
ن ٱ
إ
ل ندسب من ٱ
ا ٱ نم م ث ي م
ۥ ؽشإب ؼغيمر ۥ منم ل نب ي ثول ل وٱ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan
kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia
adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa
yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang
terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (Qs. an-Nur
[24]: 11)
Allah yang memberikan cobaan itu kepada Aisyah dan Allah pula yang
memberikan penyelesaiannya. Untuk itu setiap muslim dan muslimah
wajib mencontoh Aisyah bagaimana beliau sabar dan tabahnya dalam
menghadapi cobaan.19
B. Tipologi Perempuan Dalam Al-Qur’an
Apabila yang membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah
amalnya, maka bagaimana tipe perempuan dalam Al-Qur‟an berdasarkan
amalnya? setidaknya terdapat beberapa tipe perempuan didalam Al-
Qur‟an berdasarkan amalnya yakni perempuan shalihah, perempuan
pejuang, perempuan penentang, dan perempuan penggoda. Untuk hal-hal
yang baik biasanya Al-Qur‟an langsung menyebut namanya, karena
menggambarkan sosok ideal, apabila berbicara amal buruk Al-Qur‟an
tidak langsung menyebut namanya.
19
Maryam Kinanthi Nareswari, Wanita-Wanita Yang Diabadikan Dalam al-
Qur‟an, 100-101.
47
1. Tipe Perempuan Shalihah
Jika mendengar kata shalihah, yang terlintas di pikiran seseorang ialah
dia perempuan yang menutup auratnya karena Allah. Ternyata Islam
mampu menjaga, bahkan mengangkat harkat dan martabat perempuan. Di
dalam sangat jelas diungkapkan perempuan shalihah dalam kacamata
Islam.20
Gambaran tentang wanita shalihah yang disebutkan oleh Al-Qur‟an
adalah Siti Maryam Binti Imran, bahkan namanya diabadikan menjadi
nama surat di dalam Al- Qur‟an. Maryam ialah tipe wanita shalihah, ibu
dari tokoh terkemuka di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur‟an disebutkan,
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-
orang yang didekatkan (kepada Allah)” (Qs. Ali Imran: 45).
Maryam senantiasa menjaga kesucian dirinya (Qs At-Tahrim 12),
mengisi waktunya dengan pengabdian yang tulus kepada Allah, yang
akhirnya karena kasalihahannya ia mendapatkan amanah untuk menjaga
dan membersakan kekasih Allah yakni Isa putera Maryam (Qs. Maryam
16-34). Oleh sebab itu kehormatannya terletak dalam kesucian bukan,
dalam kecantikannya. Dari kisah Maryam, perempuan yang senantiasa
menjaga kesuciannya, berkhidmat sepenuh hati kepada Tuhannya, dan
menjaga amanah dengan penuh cinta akan senantiasa melahirkan generasi-
generasi yang unggul.21
20
Ya‟cub Chamidi dan Farid Fiddaroin al-Mahdi, Menjadi Wanita Shaliha dan
Mempesona (Surabaya: CV. Pustaka Media, 2019), 12. 21
Tedi Supriyadi, “Perempuan Dalam Timbangan Al-Quran Dan Sunnah, 16
48
2. Tipe Perempuan Pejuang
Tipe perempuan pejuan ini diberikan kepada Asiyah binti Muzahim.
Dari sekian banyak perempuan yang disebutkan dalam al-Qur‟an
Asiyahlah perempuan pejuang yang diabadikan dalam al-Qur‟an. Asiyah
adalah sosok yang memiliki kepribadian yan kuat, ia memperjuangkan
keimanannya di samping kekuasaan suaminya yang kufur. Bahkan ia tidak
takut terhadap ancaman dan siksaan demi menjaga kehormatan dan
keimanannya. Asiyah binti Muzahim adalah istri dari pemimpin atau raja
yang zhalim bernama Fir‟aun. Asiyah hidup di tengah kekufuran dan
kedurhakaan suaminya, meskipun selalu berada di samping suaminya, hal
itu tidak membuat imannya melemah sedikitpun. Aqidahnya pun terjaga
begitu juga dengan jati dirinya sebagai muslimah. Asiyah bukanlah tipikal
perempuan penggila harta dunia, dia hanya menginginkan istana megah di
surganya Allah SWT.22
do‟anya diabadikan dalam al-Qur‟an sebgaimana
firmannya: ملوم ٱ
ني من ٱ ۦ ونج ل ني من فصؼون وع مجية ونج
بن ل ؼيسك بذا ف ٱ
ذ كامت رب ٱ
ومي إ مغ
“Ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu
dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir´aun dan perbuatannya, dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.” (Qs. at-Tahrim [66]: 11)
3. Tipe Perempuan Penghasut/Jahat
Istrinya Abu Lahab, yaitu Ummu Jamil, nama aslinya Adalah Auraa'
binti Harb bin Umayyah. Ummu jamil adalah saudari perempuan Abu
Sufyan, ia dari keluarga kaya dan tokoh besar. Ia disebut dengan Ummu
Jamil karena memiliki paras yang cantik. Tapi julukan ini tidak sesuai
dengan perilakunya. Ia dan suaminya (Abu Lahab) sama-sama memusuhi
Nabi Saw.
22
https://www.dream.co.id/your-story/lima-tipe-perempuan-dalam-al-quran-yang-wajib-diketahui-1510228.html diakses Rabu 08 Juli 2020
49
Ummu jamil juga suka mengadu domba dan memfitnah supaya orang-
orang Makkah membenci Nabi. Karena hal ini, ia dijuluki pembawa kayu
bakar. Karena ia suka “membakar” emosi, mengadu domba, dan
menimbulkan kebencian orang-orang Makkah pada Islam. Seringkali pada
malam hari Ia memanggul kayu yang berduri untuk diletakkan di jalan-
jalan yang biasa dilalui Nabi Saw, Sehingga bila Nabi lewat pada malam
hari atau subuh, Nabi akan menginjak kayu yang berduri itu sehingga Nabi
terluka. Ummu jamil senang kalau Nabi terluka karena menginjak kayu
berduri.
Saat membawa kayu, ia mengikatnya dan melilitkan sebagian talinya
pada lehernya. Inilah kebiasaan yang dilakukannya saat membawa kayu
berduri untuk mencelakai Nabi Saw. Perilaku buruk inilah yang akhirnya
membawanya menemui ajalnya. Ummu jamil meninggal karena tercekik
tali yang digunakannya untuk membawa kayu.
Hal-hal di atas diterangkan oleh Allah dalam surat Al lahab. Salah satu
surat pendek dalam Al Quran. Surat ini menunjukkan mukjizat Al Quran,
karena dengan tepat memprediksi hal-hal yang belum terjadi saat surat ini
diturunkan. Telah dinyatakan bahwa Abu lahab dan istrinya termasuk
seorang yang celaka. Maka memang sampai akhir hayatnya, mereka tidak
pernah beriman kepada Allah dan Rasulullah, meskipun Rasul selalu
mengajak mereka untuk beriman.23
4. Tipe Perempuan Penggoda
Al-Qur‟an sama sekali tidak menyebut nama perempuan yang
menggoda Yusuf a.s. demi menjaga nama baiknya. Al-Qur‟an hanya
menyebut kalimat”allati hua fi baitiha” (perempuan yang Yusuf berada di
rumahnya). Bahkan al-Qur‟an tidak menyebut frasa “istri al-Aziz”, atau
23
Sunar Ahuang dan Nurjannah, “Kisah Abu Lahab dan Sebab Turunnya QS.
al-Lahab 1-5”, vol. 4, No. 2 (2018): 7-8.
50
menyebut langsung nama perempuan tersebut, seperti yang dilakukan
beberapa kitab tafsir yang menukil pendapat kalangan Ahli Kitab yang
menyatakan bahwa nama perempuan itu adalah Zulaikha. Namun, rupanya
keangungan al-Qur‟an membuatnya menghindari penyebutan nama
perempuan yang kemudian hari bertobat serta mengakui dosanya itu.
Apalahi Allah Sang Maha Pemalu Lagi Maha Mulia.24
Peristiwa tersebut Allah Abadikan dalam al-Qur‟an:
ب وكام لبو لت ٱ ۦ وغو فس و ف بتا ؼن ه ت م
ٱ ودث كال مؾاذ ور ت ل ٱحسن مثوإي إت ۥ رب ه
إ لل
ومون مغ ۥ ل فوح ٱ ه
مفح .إ
وء وٱ مسه
ٱ ل ميصف ؼي ۦ نش ن رب ءإ بص ۦ وه با مول ٱن ر شاء وملس هت ب
ممزوصي ۥ من ؼبادن ٱ ه
.إ
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk
menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata:
"Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku
telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim
tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar
Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (Qs. Yusuf [12]: 23-24)
Dari kisah di atas memberikan satu gambaran perempuan yang
ditunjukan oleh Al-Qur‟an tentang kepandaian perempuan untuk
melakukan makar atau tipuan, dalam Al-Qur‟an disebutkan, “Yusuf
berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku
tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan
mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” ( Qs. Yusuf
[12]: 33).25
24 Yusuf Rasyad. Kaidun Nisa, terj. Fuad Syaifuddin Nur (Jakarta: Al-Kautsar,
2012), 16.
25
Tedi Supriyadi, “Perempuan Dalam Timbangan Al-Quran Dan Sunnah, 17.
51
BAB IV
PEREMPUAN SHALIHAH DAN THALIHAH DALAM QS. AT-
TAHRIM 10-12
A. Seputar Surah at-Tahrim
1. Nama Dan Jumlah Ayat
Surat at-Tahrim yang berarti "mengharamkan" diturunkan di kota
Madinah dan termasuk golongan surat Madaniyah yaitu surat yang turun
setelah hijrahnya beliau saw dari kota Mekah ke kota Madinah.1 Surat ini
terdiri dari 12 ayat diturunkan sesudah surah al-Hujurat dan merupakan
surah ke 66 di dalam Al-Quran. Dinamakan At-Tahrim karena mengambil
kata pada ayat pertama surat ini.2
Surat-surat madaniyah memiliki beberapa karekteristik yang
membedakannya dengan surat-surat Makkiyah. Karekteristik tersebut
adalah memiliki susunan kata yang panjang dan penyampaian hukum
sepintas tanpa banyak argumen dan mengandung hukum-hukum ibadah
dan muamalat (kemasyarakatan).3
Jika dilihat dari konteks kalimat maka ayat-ayat Madaniyah
kebanyakan mempergunakan konteks kalimat yang lunak karena
kebanyakan obyek yang didakwahi menerima dan taat (orang-orang
beriman). Demikian pula halnya dalam surat at-Tahrim: 6 Allah
menggunakan kalimat “Wahai orang-orang yang beriman”. Dimana
panggilan ini adalah panggilan yang sangat memuliakan.
1 1
Herianto,”Kewajiban Mendasar Kepala Keluar (Kajian Terhadap Surah at-
Tahrim)”. ULUMUL SYAR‟I Vol. 7, No.2 (Desember 2018): 67. 2 2
Bustami A. Ghani dan Kawan-Kawan, Tafsir UII: Al-Qur‟an dan Tafsirnya
Jilid X Juz 28, 29, 30 (Yogyakarta: PT. Dhana Bakti Wakaf, 1990), 217. 3 3
Muhammad Chirzin, Permata al-Qur‟an (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
2014), 5.
52
Dari sisi materi pembahasan kebanyakan ayat-ayat Madaniyah
berisikan perincian masalah ibadah dan muamalah, karena obyek yang
didakwahi sudah memiliki Tauhid dan aqidah (pemahaman dan
keyakinan) yang benar sehingga mereka membutuhkan perincian ibadah
dan muamalah. Dalam ayat ini pun isinya adalah bagaimana orientasi
seorang beriman dalam kehidupan berkeluarga, walaupun di sisi lain ayat
ini juga dimensinya adalah aqidah, karena berbicara tentang kehidupan
setelah dunia.
Secara umum surat at-Tahrim berbicara tentang problem keluarga.
Dinamakan at-Tahrim (pengharaman) karena beliau pernah
mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah SWT untuk keridaan istri-
istrinya. Oleh karena itu Allah swt menurunkan ayat ini sebagai teguran
dan penjelasan terhadap sikap beliau terhadap peristiwa itu.4
Adapun pokok-pokok isi kandungan dalam surat at-Tahrim ialah
berbicara tentang keimanan, yaitu kesempatan untuk bertaubat yang hanya
bisa di lakukan di dunia saja. Surah at-Tahrim juga berbicara masalah
hukum-hukum, yaitu larangan mengharamkan apa yang di halalkan Allah
SWT, kewajiban membebaskan diri dari dari sumpah yang diucapkan,
kewajiban membebaskan diri dan keluarga dari api neraka, dan memerangi
orang-orang kafir dan munafik berlaku keras untuk mereka di waktu
perang.5
2. Munasabah Ayat
a. Pengertian Munasabah
Kata munasabah secara etimologis berarti kedekatan (al-Muqharabah)
dan kemiripan atau keserupaan.ia juga berearti hubungan atau persesuaian.
Adapun menurut terminologis munasabah adalah ilmu al-Qur‟an yang
4
Herianto,”Kewajiban Mendasar Kepala Keluar (Kajian Terhadap Surah at-
Tahrim, 68. 5
Bustami A. Ghani dan Kawan-Kawan, Al-Qur‟an dan Tafsirnya, 217.
53
digunakan untuk mengetahui hubungan antar ayat dengan ayat atau surat
dalam al-Qur‟an secara keselurahan dan latar belakang penempatan tartib
ayat dan suratnya. sementara menurut ulama, munasabah dapat di
defenisikan sebagai berikut:
b. Menurut Manna‟ al-Qaththan
Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan dalam
satu ayat atau beberapa ayat atau antar surat di dalam al-Qur‟an.6
c. Menurut az-Zarkasyi
Munasabah adalah suatu hal yang dapat di pahami, tatkala dihadapkan
dengan akal, pasti akal akan menerima.
d. Menurut Ibnu al-Arabi
Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat al-Qur‟an sehingga seolah-
olah merupakan suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan
keteraturan redaksi.
Jadi, munasabah dalam konteks ulum al-Qur‟an adalah ilmu yang
menjelaskan korelasi makna antar ayat atau antar surat, baik korelasi itu
bersifat umum ataupun khusus, rasional, persepsi atau imajinatif. Atau
korelasi yang berupa sebab akibat, perbandingan dan perlawanan.
Adapun macam-macam munasabah, antara lain:
1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya
2. Munasabah antara nama surat dengan kandungannya
3. Munasabah antara bagian satu surat
4. Munasabah antara ayat yang berdampingan
5. Munasabah antara fashilah dengan isi ayat
6. Munasabah antara satu kelompok ayat di sampingnya
6
Kiyai Abdullah Afifi dan Kiyai Masaji Antoro, Kumpulan Tanya Jawab
Keagamaan (Yogyakarta: Pustaka Sunni Salafiyah, 2015), 366.
54
7. Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat
berikutnya
Sebagaimana asbabun nuzul, munasabah ayat sanget berperan dalam
memahami al-Qur‟an. Muhammad Darras berkata: “sekalipun
permasalahan yang diungkapkan surat-surat itu banyak, semuanya
merupakan satu kesatuan pembicaraan yang awal dan akhirnya saling
berkaitan. Maka bagi orang yang ingin memahami sistematika surat,
semestinya dia harus memperhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga
memperhatikan segala permasalahannya”.7
a. Munasabah Surat at-Tahrim dengan Surat at-Thalaq dan al-Mulk
Di dalam surat at-Thalaq disebutkan bagaimana seharusnya bergaul
dan bertindak terhadap isteri, sedang dalam surat at-Tahrim diterangkan
beberapa hal yang terjadi antara Nabi Muhammad SAW dengan para
isterinya dan bagaimana tindakan Nabi menghadapi hal itu supaya dapat
pelajaran bagi umatnya dalam pergaulan keluarga. Surat at-Thalaq dan
Surat at-Tahrim sama-sama dimulai dengan seruan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW tentang hal-hal yang berhubungan kehidupan keluarga.8
Di dalam surat at-Tahrim diterangkan bahwa Allah mengetahui segala
rahasia, sedangkan pada surat al-Mulk ditegaskan lagi bahwa Allah
mengetahui segala rahasia, karena Allah menguasai seluruh alam.9
b. Munasabah Ayat 10 Dengan Ayat 9, 10 dengan 11 dan 11 dengan
12 Surat at-Tahrim
7 Ali as- Ashahbuni, Kamus al-Qur‟an: Qur‟anic Explorer ( Jakarta: Shahih,
2016), 11-12.
8 Bustami A. Ghani dan Kawan-Kawan, Tafsir UII: Al-Qur‟an dan Tafsirnya,
216.
9 Bustami A. Ghani dan Kawan-Kawan, Tafsir UII: Al-Qur‟an dan Tafsirnya,
233
55
Setelah Allah memberikan Himbauan untuk taubatan nasuha, beriman
kepada Allah, ikhlas dan jihad untuk memerangi musuh-musuh Allah
kemudian Allah menjadikan dua perumpamaan yang sangat bagus untuk
orang-orang kafir begitu juga kepada orang-orang yang beriman. Untuk
menejelaskan perumpamaan itu kepada orang-orang kafir, bahwasanya
mereka akan dihukum karena perbuatan mereka kepada orang-orang
mukmin, dan hukuman itu tidak memandang kekeluargaan, saudara, isteri,
status dan nasab jikalau mereka melakukan kekufuran.
Meskipun keduanya (isteri Nabi Nuh dan Isteri Nabi Luth) berada di
samping para Nabi, mereka tetap dihukum karena melakukan kekufuran
kepada Allah SWT dan mereka juga kufur kepada Nabi Allah. Berbeda
dengan dua perumpumaan perempuan yaitu Asiah dan Siti Maryam. Allah
menjadikan perumpamaan mereka kepada orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang kafir, meskipun mereka berada di samping orang-orang
yang kufur dan ingkar kepada Allah, mereka tidak dihukum karena
mereka tidak melakukan perbuatan yang ingkar dan kekufuran. Hukuman
Allah akan berlaku kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya dan
tidak pandang bulu siapapun itu. Semua sama disisi Allah yang
membedakan hanyalah ketakwaan dan ketaatan kepada-Nya.10
B. Penafsiran Ulama Terhadap Imro’ah Nuh, Luth, Fir’aun dan
Maryam
ب مصٱت موط كهخا إض مصٱت هوح وٱ
ن نفصوإ ٱ ل مثل ن وحي فزاهخاها ف لل ن من ؼبادن ص ت ؼبس ل ت
ا ؼنما من إغي ش ذوي لل ميار مػ ٱ
دذل ٱ
ا وكل ٱ
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang
kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara
hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-
masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa)
Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama
orang-orang yang masuk (jahannam)." (Qs. at-Tahrim [66]: 10)
10
Wahbah al-Zuhaily. Tafsir Munir (Maktabah Syamilah) Qs. at-Tahrim.
56
1. Imroa‟ah Nuh dan Luth
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya Jami‟ li Ahkami al-Qur‟an
menafsirkan ayat itu dengan menyatakan bahwa berkhianat yang
dimaksud ialah dengan melakukan kekafiran. Kekafiran tersebut dimaknai
dengan isteri Nabi Nuh mengatakan kepada orang-orang bahwa Nabi Nuh
adalah orang gila. Sementara isteri Luth memberitahukan tentang tamu-
tamu (yang sebenarnya adalah malaikat) kepada orang-orang.
Sesungguhnya pengkhianatan yang dilakukan oleh keduanya adalah dalam
bidang agama dan keduanya adalah orang yang musyrik. Dan pendapat
yang lain juga mengatakan bahwa pengkhianatan yang dilakukan
keduanya adalah mengadu domda. Jika Allah mewahyukan sesuatu
kepada Nuh dan Luth, maka kedua istri itu menyebarkannya kepada
orang-orang yang musyrik.
Al-Qurthubi juga berkata bahwa Ibnu Abbas pernah meriwayatkan
bahwasanya: “Tidak ada isteri nabi yang pernah melakukan
pembangkangan, ini merupakan ijma‟ dari kalangan mufassir”. Sementara
terkait siksa yang diterima oleh kedua isteri nabi itu, meskipun Nuh dan
Luth adalah orang yang mulia di sisi Allah. Keduanya tidak dapat menolak
hukuman Allah atas isteri-isteri mereka, hal ini merupakan peringatan
bahwa adzab tidak hanya dapat ditolak dengan ketaatan dan bukan dengan
washilah kekerabatan. Menurut al-Qurthubi dalam satu riwayat yaitu dari
Yahya bin Salam ia berkata: “istri Nuh dan istri Luth adalah perumpamaan
yang Allah buat untuk Aisyah dan Hafshah terkait penentangan mereka
ketika bekerja sama untuk menyusahkan Rasulullah.11
Jalaluddin as-Suyuthi menambahkan dalam tafsrinya Jalalain selain
informasi di atas ternyata keduanya juga kufur. Isteri Nabi Nuh yang
11
Imam al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, terj. Dudi Rosadi dan
Kawan-Kawan (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), 764-766.
57
dikenal dengan nama Wahilah. Sedangkan isteri Nabi Luth yang dikenal
dengan nama Wa‟ilah memberikan petunjuk kepada kaumnya tentang
tamu-tamu suaminya, yaitu ketika tamu-tamu itu tinggal dirumahnya,
maka ia akan memberikan tanda kepada mereka (kaumnya) dengan tanda
api di waktu malam, dan kalau siang hari dengan memakai asap sebagai
tandanya.12
Syakih Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di dalam tafsirnya Tafsir al-
Karim ar-Rahman fi Tafsir al Kalam al-Mannan mengatakan bahwa
dalam ayat itu terdapat isyarat dan peringatan untuk para istri-istri
Rasulullah SAW dari kemaksiatan, dan bahwa hubungan mereka dengan
Rasulullah tidak akan berguna bagi mereka jika mereka menyakiti
Rasulullah. Sementara as-Sa‟di menambahkan bahwa pengkhianatan
tersebut berupa keagamaan, dimana istri-istri mereka tidak mau mengikuti
agama yang di bawa oleh suami mereka masing-masing.13
Dan Abu Bakar al-Jazari juga menambahkan bahwasanya kedua isteri
nabi itu tidak mau mengikuti agama suami mereka dan menolak risalah
yang dibawa oleh suami-suami mereka, sehingga mereka menjadi kafir
kepada Allah SWT. dan mereka jugalah yang membuka rahasia-rahasia
orang-orang yang beriman dan suaminya kepada orang-orang kafir,
sehingga membuat orang-orang kafir sakit hati dan berusaha mengejek
dan menghina nabi Allah bersama orang-orang yang beriman.14
Sementara ash-Shabuni dalam tafsirnya Shofwatut Tafasir
mengomentari ayat itu dengan mangatakan bahwa selain informasi-
12 Jalaludiin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, Terj. Bahrun
Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), 1121.
13
Abdurrahman bin as-Sa‟di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al Kalam al-
Mannan, terj. Muhammad Iqbal dan Kawan-Kawan (Jakarta: Darul Haq, 2013), 298. 14
Abu Bakar Jabir al-Jazari, Tafsir al-Qur‟an al-Aisar, Terj. Fityan Amaliy
(Jakarta: Darussunnah, 2014), 531.
58
informasi di atas, ash-Shabuni menambahkan terkait istri-istri nabi
tersebut bahwasanya mereka tidak mau beriman dengan risalah yang
dibawa oleh suaminya. Meskipun suami mereka seorang nabi, mereka
tetap menolak risalah tersebut.”15
Penafsir kontemporer yaitu M.Quroish Syihab dalam tafsirnya al-
Misbah menambahkan informasi bahwasanya istri-istri nabi tersebut
berkhianat dalam kehidupan rumah tangga seperti berselingkuh tetapi
dalam penerimaan ajaran agama. Quroisy Shihab juga mengatakan dalam
tafsirnya bahwa Ibn „Asyur menduga khianat istri Nabi Nuh as. itu, terjadi
setelah banjir dan taufan yang menenggelamkan semua umatnya yang
durhaka. Ini karena menurutnya dalam Perjanjian Lama, disebutkan istri
Nabi Nuh as. ikut bersama beliau dalam perahu yang menyelamatkan
umatnya. Atau boleh jadi juga Nabi Nuh kawin lagi sesudah banjir besar.
Sementara Isteri Nabi Luth beserta kaumnya Allah jungkirbalikkan
negerinya akibat kedurhakaan mereka.
Quroisy Shihab juga menambahkan bahwa ayat di atas menyifati Nabi
Nuh dan Nabi Luth dengan sifat kesalehan (Shalihain) bukan sifat
kenabian, walaupun sifat kenabian lebih tinggi dari kesalehan dan telah
mencakupnya. Ini sebagai pelajaran kepada setiap pasangan untuk selalu
berbuat baik kepada pasangannya selama dia telah memiliki sifat
kesalehan itu. Seandainya disebut sifat kenabian, maka contoh ini bisa saja
dinilai tidak berlaku lagi, karena kenabian telah terhenti dengan
berpulangnya Nabi Muhammad saw.
Menurut Quroisy Shihab kata “ad-Dakhilin” dalam ayat itu berbentuk
jamak yang menghimpun maskulin bukan feminin. Pemilihan kata
tersebut mengisyaratkan bahwa pelanggaran mereka sama dengan 15
Muhammad Ali ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan,
Terj. KH. Yasin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011), 411.
59
pelanggaran pria sehingga siksanya sama dengan siksa mereka. Ini sangat
nyata pada istri Nabi Luth yang membantu pria kaumnya untuk melakukan
sodomi itu, yang tidak dilakukan kecuali oleh kaum pria yang durhaka.16
2. Imro‟ah Fir‟aun dan Maryam
ب مجية ونج إوض بن ل ؼيسك بذا ف ٱ
ذ كامت رب ٱ
مصٱت فصؼون إ
ن ءإموإ ٱ ل مثل ن ني من فصؼون لل
ومي مغ ملوم ٱ
ني من ٱ ۦ ونج ل ت ٱحصت فصج .وع م
ن ٱ ص
بت ع كت ومصيم ٱ وحا وصس من ره ا ففريا ف
خي مل ۦ وكهت من ٱ ا ونخب ت رب م .بك
“Dan Allah membuat isteri Fir´aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir´aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zhalim. Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara
kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan)
Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah
termasuk orang-orang yang taat.” (Qs. at-Tahrim [66]: 11-12) Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya Jami‟ li Ahkami al-Qur‟an
menafsirkan bahwa ayat itu adalah perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman. Namanya Asiyah binti Muzahim. Menurut pendapat yang lain
kata al-Qurthubi, Asiyah adalah bibi Musa dari pihak ayahnya yang
beriman kepadanya. Istri Fir‟aun dan Maryam adalah perumpamaan untuk
orang-orang beriman khsususnya untuk Aisyah dan Hafshah agar mereka
berpegang teguh pada ketaatan dan konsisten dalam agama Islam.
Menurut pendapat lain kata al-Qurthubi, ayat ini merupakan dorongan
bagi orang-orang yang beriman agar mereka bersabar dalam kesulitan, dan
jangan mudah putus asa sebagaimana ketika Asiyah disiksa oleh Fir‟aun
saat itu Asiyah beriman kepada Musa. Siksaan yang diterima Asiyah ialah
dijemur dibawah panas terik matahari dan diletakkan batu di atas
perutnya, dan saat itu malaikat menaunginya dengan sayap-sayapnya
hingga kemudian Allah memperlihatkan kepada Asiyah rumahnya di
16 M.Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 332-334.
60
surga. dan Allah membuat Maryam binti Imran dengan kesabarannya
dalam menghadapi siksaan dari orang-orang Yahudi yang merupakan
sebagai perumpamaan teladan. Maryam adalah termasuk orang-orang
yang taat. Menurut satu pendapat kata al-Qurthubi termasuk orang-orang
yang shalat di antara Maghrib dan Isya.17
Jalaluddin as-Suyuti menambahkan selain informasi di atas, beliau
berkata dalam tafsirnya bahwasanya Ibnu Kaisan berkata: “Allah telah
menyelamatkan Asiyah dengan penyelamatan terbaik, lalu mengangkatnya
ke surga dalam keadaan hidup, dan dia sedang makan dan minum di sana.
Dan Maryam memelihara dan menjaga kehormatannya (kemaluannya)
yang kemudian Jibril meniupkan roh ke rahimnya. Jibril meniupkan ke
dalam kerah bajunya roh ciptaan Allah berdasarkan perintah Allah, hingga
tiupan itu masuk ke dalam kemaluannya, setelah itu Maryam mengandung
Isa.18
Selain informasi tersebut, Syakih Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di
menambahkan bahwasanya Asiyah binti Muzahim adalah sosok yang
beriman kepada Allah SWT, tunduk pada Rabbnya dan memohon
permintaan yang tinggi, yaitu masuk surga dan berada di dekat Rabb Yang
Maha Mulia serta memohon agar diselamatkan dari fitnah Fir‟aun serta
perbuatan-perbuatan busuk orang-orang yang zhalim, dan Allah pun
mengabulkan permintaannya. Asiyah hidup dalam keimanan yang
sempurna dan selamat dari berbagai fitnah.
Maryam binti Imran dalam ayat tersebut, As-Sa‟di menambahkan
bahwa memelihara kehormatannya maksunya adalah menjaganya dari
kekejian demi kesempurnaan agamanya, dan penjagaan diri untuk
kesuciannya. Terkait informasi ruh yang ditiupkan ke dalam rahimnya as-
17 Imam al-Qurthubi, Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, 766-768.
18
Jalaludiin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain, 1122.
61
Sa‟di menambahkan bahwa dari situlah lahir nabi yang mulia rosul yang
mulia dan pemimpin besar yaitu Isa a.s. dan Maryam memiliki sifat
berilmu dan berpengetahuan, hal ini ditandai karena Maryam
membenarkan kalimat Allah SWT yang mencakup segala firman-
firmannya.19
Al-Jazari menyebutkan selain informasi-informasi itu, beliau
menambahkan ketika Asiyah ketahuan beriman kepada Musa oleh Fir‟aun,
maka Asiyah langsung ditangkap, tangan dan kakinya diikat kemudian
dilempari dengan batu-batu besar, sementara Asiyah menatap ke langit
karena rindu Rabbnya dan seketika dia melihat rumahnya di surga, hingga
akhirnya rohnya terbang ke langit menemui Rabbnya. Dan Maryam putri
Imran memelihara kehormatannya dari laki-laki pendosa, yang pada saat
itu perzinahan merajalela di kalangan Bani Israil. Kondisi yang sama
dengan fenomena sekarang pada bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa
lainnya.
Setiap wanita sulit untuk menyelamatkan dirinya dari perzinahan. Akan
tetapi, fenomena itu tidak mempengaruhi Maryam, karena ia adalah
seorang wanita yang bisa menjaga kehormatannya, suci, dan bahkan Allah
telah memuliakannya. Kemuliaan Allah tersebut diberikan kepada seorang
wanita yang menjaga kemaluannya karena takut dan selalu mendekatkan
diri kepada tuhan-Nya. Walaupun perzinahan dan pelacuran tersebar di
sekelilingnya, tetapi ia tetap suci sebagaimana tidak berpengaruhnya
kekufuran Fir‟aun terhadap Asiyah yang suci.20
Sementara ash-Shabuni dalam tafsirnya Shofwatut Tafasir
menambahkan selain komentar-komentar di atas yaitu ketika Asiyah
disiksa dia berdo‟a kepada Allah: “Ya Tuhanku bangunlah untukku
19 Abdurrahman bin as-Sa‟di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al Kalam al-
Mannan, 299-300.
20
Abu Bakar Jabir al-Jazari, Tafsir al-Qur‟an al-Aisar, 532-533.
62
sebuah rumah di sisimu dalam surga yang penuh dengan kenikmatan”.
Sebagian ulama mengatakan: “Betapa indah do‟a Asiyah ini, dimana dia
lebih memilih untuk dekat dengan Allah sebelum masuk surga”. Ayat ini
menunjukkan bahwa Asiyah beriman kepada hari kebangkitan.
Dan Maryam putri Imran adalah gambaran tentang keimanan. Dia
menjaga kehormatannya dari melakukan dosa zina. Dia adalah wanita
yang suci dan mulia, dan tidak seperti yang ditudingkan oleh orang-orang
Yahudi yang mengatakan bahwa Maryam telah melahirkan anak zina yaitu
Isa a.s. ash-Shabuni mengatakan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Katsir
pernah berkata: “Allah mengutus jibril dalam bentuk manusia, lalu
mendatangi Maryam dan Allah menyuruh Jibril untuk meniup kerah baju
zirah Maryam dengan mulut, lalu tiupan itu turun dan masuk ke dalam
dirinya hingga farjinya. Tiupan itulah yang membuat Maryam
mengandung Isa A.S. Maryam adalah wanita yng beriman kepada Allah
dan kitab-kitabnya.21
Quroisy Shihab menambahkan selain informasi-informasi di atas. Istri
Fir‟aun yang dimaksud di sini bukanlah istri Fir'aun yang memungut Nabi
Musa as. dari sungai Nil. Fir‟aun yang dimaksud di sini adalah anak
Penguasa (Fir‟aun) yang memungut Nabi Musa as. dan pakar menduga
keras bahwa dia bernama Maniftah. Sementara pakar tafsir menduga
bahwa Asiyah adalah seorang Bani Isra‟il yang dikawini Fir‟aun. Bahkan
ada yang berpendapat bahwa Asiyah adalah saudara ibu Nabi Musa as.
Menurut Quroisy Shihab, Sayyid Quthub pernah menulis bahwa dalam
riwayat-riwayat dinyatakan bahwa istri Fir‟aun itu adalah seorang
mukminah yang hidup di istana Fir‟aun. Boleh jadi dia adalah wanita dari
Asia yang merupakan salah seorang dari sisa-sisa penganut agama samawi
21
Muhammad Ali ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan,
412-413.
63
sebelum Nabi Musa as. Menganut agama yang berbeda dengan agama
orang-orang Mesir kuno ketika itu. Kita tidak mengetahui apakah sang ibu
itu yang dimaksud di sini dengan istri Fir‟aun ataukah dia adalah istri
Fir‟aun Musa yang memang bukan ibu dari Ikhnatun itu.
Permohonan Asiyah agar dibangunkan rumah di surga, boleh jadi
karena sebelum disiksa fir'aun dan mengusirnya dari istana, dan tidak
memberinya penghormatan untuk dimakamkan secara wajar. Seperti
diketahui keluarga Fir‟aun yang mati, dimakamkan dalam satu bangunan
yang berbentuk piramid. Maryam adalah wanita yang taat beribadah
kepada Allah dan Rasulnya. Namanya disebutkan 34 kali dalam al-Qur‟an
dan terbagi ke dalam 11 surah. Dan ini menandakan bahwa sesuatu yang
terjadi pada maryam tidak terjadi wanita yang lain.22
C. Urgensi Pentingnya Perempuan Shalihah Saat Ini
Perempuan shalihah ialah dia yang taat pada Allah dan Rasulnya.
Ketaatannya dibuktikan dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan
mengikuti sunnah-sunnah Rasulnya, sekaligus meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya. Sungguh mulialah
wanita shalihah itu, setiap untaian kata dan perbuatannya bernilai bagaikan
untaian intan yang bermutu tinggi. Ia juga selalu menjaga akhlaknya,
terutama sifat malu. Karena ahlak mulia tersebut mencerminkan
kekokohan iman dan kemampuannya untuk menjaga diri (iffah).23
Perempuan Shalihah juga harus berilmu dan berpengetahuan, karena
ilmu pengetahuan sangat penting untuk bekalnya ke depan, baik ia sebagai
anak, istri, ibu dan anggota masyarakat. Pendidikan dan ilmu pengetahuan
yang dibersamai dengan akhlak dan tauhid yang baik, merupakan hal yang
22 M.Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur‟an, 335-336.
23
Majalah Islam ar-Risalah, Cermin Wanita Shalihah
64
terpenting dalam menjalani kehidupan, khususnya bagi seorang ibu karena
dari rahimnya lahir seorang anak-anak yang baik dan tentu ibunya harus
baik terlebih dahulu, supaya anak-anaknya nanti menjadi pemimpin-
pemimpin masa depan.
Perempuan shalihah juga tidak akan lupa tugas, fungsi dan tanggung
jawabnya baik ia sebagai anak, istri, ibu dan anggota masyarakat.
Perempuan shalihah selalu berusaha menjadi tauladan yang baik, baik
dalam keluarganya maupun di masyarakatnya. Perempuan shalihah juga
dituntut untuk terus belajar dan berupaya untuk memahami persoalan apa
yang ada di lingkungan sekitar. Dia juga harus membekali diri dengan
nilai-nilai ajaran Islam dan diaplikasikan dalam seluruh kehidupannya.
Juga perempuan shalihah merupakan sekolah pertama untuk membangun
perabadan masyarakatnya. Dan Perempuan shalihah pada umumnya lahir
dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik dan dalam rumah yang
mulia. Anak-anak yang lahir dari rahim perempuan shalihah dalam
tubuhnya akan mengalir sifat-sifat kemuliaan sehingga menjadi pribadi
yang berakhlak baik.24
Sebuah pepatah Arab mengatakan: “Al-Mar‟ah
„imad al bilad, idza shaluhat shaluha al-bilad, wa idza fasadat fasada al-
bilad” (perempuan adalah pilar negara, apabila perempuannya baik maka
negara itu akan baik, dan apabila perempuannya rusak, maka hancurlah
negara itu).25
Perempuan shalihah saat ini harus belajar dari perempuan-perempuan
shalihah dulu, seperti Rahma El-Yunusiyah. Beliau adalah seorang
perempuan yang aktif dan kritis pada masanya. Dia di lahirkan dalam
24 Meriavina Vivi Atmawati, “Menyingkap Nilai-Nilai Shalihah Melalui Figur
Ummu Salamah dan Kontribusinya Dengan Pendidikan Akhlak” (Skripsi S1., Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo, 2016), 8-10.
25
Rohmatun Lukluk Isnaini, “Ulama Perempuan dan Dedikasinya Dalam Dunia
Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran Rahma el-Yunusiyah)”. Jurnal Pendidikan Agama
Islam, Vol. 4, No.1 (Mei 2016): 3.
65
keluarga yang agamis. Kakek, ayah dan kakaknya adalah seorang ulama.
Semasa kecilnya dia belajar sama ayahnya, dan ketika ayahnya meninggal
dia belajar sama saudaranya, hingga dia juga mencari guru untuk belajar.
Akhirnya dia belajar sama Abdul Malik Karim Abdullah atau yang dikenal
dengan Buya Hamka. Atas pendidikan dalam keluarganyalah dia menjadi
sangat aktif dan kritis hingga dia memperjuangkan pendidikan kaum
perempuan pada saat itu. Dan pada akhirnya dia mendirikan Madrasah
Diniyah untuk tempat belajar orang-orang disekitarnya. Di sisi lain
ternyata beliau tidak lupa sebagai peran dan fungsinya sebagai perempuan.
Dia juga ahli memasak, menenun dan menjahit. Bahkan mengajarkannya
kepada orang-orang hingga akhirnya dia menjadi panutan.26
Hajjah Rangkayo (H.R) Rasuna Said lahir di Maninjau Agam Sumatera
Barat. Beliau adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Dia juga merupakan
pejuang hak kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dia adalah sosok
perempuan yang cerdas dan berkeinginan tinggi. Sejak kecil sudah
mengenyam pendidikan islam di pesantren. Dia cuma satu-satunya
perempuan yang menjadi santriwati pada saat itu. sejak saat itulah Rasuna
Said memperhatikan dan memperjuangkan hak-hak kaum perempuan,
khususnya dalam bidang pendidikan.
Beliau juga seorang guru, dia selalu mengajar kepada perempuan
supaya menjadi perempuan yang berkemajuan. Selain aktif di dunia
pendidikan, beliau juga aktif di dunia politik dengan tujuan untuk
membela hak-hak kaum perempuan. Dia juga menjadi sekretaris di
Sarekat Rakyat dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslimin
Indonesia (PERMI).27
Selain itu, beliau juga adalah seorang jurnalis
26 Rohmatun Lukluk Isnaini, “Ulama Perempuan dan Dedikasinya Dalam Dunia
Pendidikan Islam, 6-8.
27
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/75/hr-rasuna-said-memajukan-perempuan-
melalui-pendidikan diakses pada Rabu 1 Juli 2020
66
sekaligus pimpinan redaksi di sebuah majalah yang bernama “Menara
Poetri”. Selain seorang jurnalis, Rasuna Said adalah seorang parlemen dan
organisator. Dia adalah salah satu pemimpin PERWARI (Persatuan
Wanita Republik Indonesia).28
Nyai Ahmad Dahlan atau yang dikenal dengan nama Siti Walidah.
Beliau adalah seorang pembaharu Islam, dia mendapatkan pendidikannya
dari belajar al-Qur‟an dan Agama, dia tidak pernah sekolah umum. Beliau
menekankan betapa pentingnya kedudukan wanita sebagai ibu. Karena
pendidikan pertama yang diterima oleh anak adalah seorang ibu. Oleh
karena itu, para wanita dan ibu-ibu mempunyai tanggung jawab yang
sangat besar untuk memajukan masyarakatnya, melalui didikan dan
asuhan anak diri sendiri.29
Beliau juga tidak hanya aktif dalam dunia
pendidikan, keagamaan, dan sosial saja, akan tetapi beliau juga punya
peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.30
Selain contoh perempuan shalihah pada masa kemerdekaan, contoh
perempuan shalihah yang harus di contoh perempuan shalihah saat ini
ialah pada masa Rasulullah SAW. Dimana perempuan shalihah pada masa
Nabi sangat aktif, bebas, dinamis, kritis, bertanggungjawab, dan mandiri.
Namun tetap santun dan memiliki akhlakul karimah yang baik. Mereka
aktif dalam berbagai kehidupan, baik di ranah publik maupun domestik.
Mereka tidak lupa tugas kedudukan mereka sebagai seorang istri anak dan
ibu rumah tangga. Perempuan shalihah pada masa rasulullah di lukiskan
sebagai perempuan yang kritis, aktif, dinamis, dan peduli terhadap
28 Esti Nur Jannah dan Dyah Kumalasari, “Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said
Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia (1926-1965)”. Jurnal
Pendidikan Sejarah, (2017): 11-13.
29
J.B Soedarmanta, Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia
(Jakarta: Gramedia, 2006), 189-190.
30
Halimatussa‟diah Nasution Dan Kawan-Kawan, “Studi Analisis Pemikiran
Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan) Dalam Pendidikan Perempuan”. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Arab, Vol.5, No. 2 (2019):131.
67
masyarakatnya, serta terlibat dalam aktifitas publik, baik dalam kondisi
perang maupun damai.31
Istri Nabi Aisyah R.A ternyata selain sebagai seorang istri Nabi beliau
juga ternyata terlibat dalam menumbuhkan ekonomi keluarga, hal ini
ditandai dengan beliau bekerja sebagai penenun bulu-bulu domba dan
sangat piawai dalam berpolitik, serta ikut terlibat dalam peperangan usai
sepeninggalnya rasulullah SAW. Di sisi lain juga istri Nabi Muhammad
SAW yang lain, yaitu Khadijah R.A adalah seorang Wirausahawan yang
membantu dan menopang perjuangan Nabi Muhammad SAW pada awal
misi kerasulannya.32
Bahkan al-Qur‟an juga menjelaskan dengan terang benderang terkait
peran perempuan shalihah dalam kehidupan. Pertama, perempuan harus
memiliki kemandirian politik sebagaimana firman Allah:
ؾيم ت با ممؤم ذإ جاءك ٱ
ميبه إ
ا ٱ أيه ٱن ل شنن بؽ إل ش ا ول ركن ول زهي ول لذون لل
ن ول ؾصيم ف مؾصوف ۥ بي ٱسين وٱرجو ن فتي ن ول أثي ببد س ن فبا ٱوم خغفص م س ن وٱ إؾ لل
ن حيمر إإ غفورر ر لل
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk
mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan
mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat
dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan
mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan
mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Mumtahanah [60]: 12)
Seperti figur Ratu Bilqis pemimpin yang memiliki kerajaan super
power, sebagaimana firmannya:
ا ؼ ء وم مصٱة ثموكم وٱوثت من ك ش ن وجسته ٱ
صش ؼغيمر إ
“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia
dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.” (Qs. an-Naml
[27]: 23)
31 Siti Musdah Mulia, Muslimah Sejati Menempuh Jalan Islami Meraih Ridho
Ilaihi (Bandung: MARJA, 2011), 138.
32
Jamhari dan Ismatu Ropi, Citra Perempuan Dalam Pandangan Ormas
Keagamaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 8-9.
68
Kemandirian politik dapat juga diwujudkan dalam bentuk gerakan
oposisi terhadap kebobrokan dalam masyarakat dan keberanian
menyampaikan kebenaran. Dan al-Qur‟an secara tegas memperbolehkan
dan mengizinkan perempuan melakukannya, sebagaimana firman Allah:
اء بؾض أ ت بؾام ٱوم ممؤم ممؤمون وٱ
ووة وٱ مص
مميكص وليون ٱ
ممؾصوف ونون ؼن ٱ
مصون بأ
نوة وطؾون وؤ مز ۥ إثون ٱ ورسول م لل ح ئم سي ن إٱوم
إ ؼزز حكيمر إلل لل
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma´ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. at-Taubah [9]: 71)
Kedua, perempuan shalihah harus mempunyai kemandirian ekonomi,
sebagaimana Allah menyatakannya dalam al-Qur‟an:
م ٱج بة وميجزن ۥ حوة ي و مؤمنر فويح ن ذنص ٱو ٱهث و وحا م ل ص صه بأحسن ما كهوإ ؾموون من ع
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. an-Nahl [16]: 97)
Seperti figur perempuan pengelola peternakan dalam kisah Nabi Musa
di Madyan, sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur‟an:
مصٱثي ثشود م ٱ مياس سلون ووجس من دون
ن ٱ ة م ٱم ا ورد ماء مسن وجس ؽو كامخا إن ك ومم ال ما دطبكا
خر نبير مصؽاء وٱبون ش صسر ٱ ل وسلي حت
“Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di
belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).
Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu
menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-
pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang
telah lanjut umurnya." (Qs. al-Qashash [28]: 23)
Ketiga, perempuan shalihah harus mempunyai kemandirian individual
(prinsip yang kokoh). Misalnya menentukan pilihan pribadi yang diyakini
kebenarannya, sekalipun berhadapan dengan suami bagi yang sudah
69
menikah, ataupun menentang pendapat orang banyak.33
Sebagaimana
firman Allah:
ب و مصٱت فصؼ إض ن ءإموإ ٱ ل مثل ن ني من فصؼون لل مجية ونج
بن ل ؼيسك بذا ف ٱ
ذ كامت رب ٱ
ون إ
ومي مغ ملوم ٱ
ني من ٱ ۦ ونج ل كت .وع وحا وصس من ره ا ففريا ف ت ٱحصت فصج م
ن ٱ ص
بت ع ومصيم ٱ
خي مل ۦ وكهت من ٱ ا ونخب ت رب م بك
“Dan Allah membuat isteri Fir´aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir´aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zhalim. Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara
kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan)
Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah
termasuk orang-orang yang taat.” (Qs. at-Tahrim [66]: 11-12)
Perempuan shalihah saat ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Karena orang-orang besar dan pemimpin-
pemimpin besar, akan lahir dari perempuan yang shalihah berkat dari
didikan dan ajarannya. Sebagaiamana Muhammad Rasulullah SAW lahir
dari Siti Aminah perempuan yang Shalihah.
33 Siti Musdah Mulia, Muslimah Sejati Menempuh Jalan Islami Meraih Ridho
Ilaihi, 139.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tentang perempuan shalihah dan thalihah
dalam al-Qur‟an kajian terhadap kisah imro‟ah Nuh, Luth, Fir‟aun, dan
Maryam dalam Qs. at-Tahrim: 10-12. Penulis menyampaikan beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, diantaranya adalah:
Konsep perempuan shalihah dalam al-Qur‟an adalah dia yang
memelihara kehormatan dirinya, mempunyai pengetahuan yang luas,
istiqomah dalam kebaikan (mempunyai prinsip yang kuat), selalu berdo‟a
(memohon pertolongan dan perlindungan) kepada Allah. Dan juga
memikirkan masa depan. Sementara Perempuan thalihah adalah dia yang
menghianati suaminya.
Berkenaan dengan penafsiran ulama tentang perempuan shalihah dan
thalihah dalam al-Qur‟an, maka dapat dicirikan karakter-karakter
perempuan shalihah dan thalihah sebgaimana dalam ayat tersebut, yaitu
perempuan shalihah ialah dia yang istiqomah dan konsisiten dalam
kebaikan, tidak mudah putus asa, harus mempunyai sifat sabar dalam hal
apapun, selalu memohon perlindungan supaya selamat dari kejahatan, dan
memiliki sifat berilmu dan berpengetahuan. Sementara perempuan
thalihah adalah dia yang tidak mematuhi perintah suami, berprasangka
buruk kepada suami, mengadu domba, membuka rahasia suami, dan
menyakiti hati suami.
B. Saran
Penulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan, bahkan masih rentan
terjadinya kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan penulis untuk kemajuan dan
71
penyumpurnaan penulisan. Akhirnya segala kekurangan hanyalah milik
kami, dan segala kelebihan adalah milik Allah semata.
72
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Syamsuddin. “al-Qur‟an dan Serangan Orientalis”. Jurnal Kajian
Islam, Vol. 1, No.1 (Januari 2005).
Nur‟aeni, Iis dan Afgandi. Ternyata Wanita Lebih Mudah Masuk Surga
(Jakarta: Ruang Kata, 2017).
Ashiriyah, Inayati. Ibadah Ringan Berpahala Besar Untuk Wanita
(Bandung: Ruang Kata, 2012).
Ahmad, Husna. Islam and Water, terj. Adinda Arifiah (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2015).
Ahdiah, Indah. “Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat”, Jurnal
Academia Fisip UNTAD, Vol. 5, No. 2 (Oktober 2013).
Anggito, Albi. dkk. Metode Penelitian Kualitati (Sukabumi: CV. Jejak,
2018).
Afifi, Kiyai Abdullah dan Kiyai Masaji Antoro. Kumpulan Tanya Jawab
Keagamaan (Yogyakarta: Pustaka Sunni Salafiyah, 2015).
Baidan, Nashiruddin dan Erwati Aziz. Metodologi Khusus Penelitian
Tafsir (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2016).
Baqi, Muhammad Fuad „Abdul. Mu‟Jam Mufahras Li Alfadzil Qur‟an
(Mesir: Daar al-Hadits, 1943).
Chirzin, Muhammad. Permata al-Qur‟an (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
2014).
Chamidi, Ya‟cub dan Farid Fiddaroin al-MAhdi. Menjadi Wanita Shaliha
dan Mempesona (Surabaya: CV. Pustaka Media, 2019).
Fathurrosyid. “Ratu Balqis Dalam Narasi Semiotika al-Qur‟an”.
PALASTREN Vol. 6, No. 2 (Desember 2013).
Faishol, M. Hermeneutika Gender: Perempuan Dalam Tafsir Bahr al-
Muhith (Malang: UIN Malik Press, 2012).
Ghani, Bustami Abdul. dkk. Tafsir UII: Al-Qur‟an dan Tafsirnya Jilid X
Juz 28, 29, 30 (Yogyakarta: PT. Dhana Bakti Wakaf, 1990).
Hasyim, Zulfahani. “Perempuan dan Feminisme dalam Persfektif Islam”,
MUAZAH Vol. 4, No. 1 (Juli 2012).
Hoisiri. “Istri Idaman Sepanjang Masa (Istri Shaleha)”. (Desember 2018).
Herianto.”Kewajiban Mendasar Kepala Keluar (Kajian Terhadap Surah at-
Tahrim)”. ULUMUL SYAR‟I Vol. 7, No.2 (Desember 2018).
Hasibuan, Zainal Efendi dan Samsul Nizar. Kepemimpinan Dalam
Pendidikan Islam Dalam Persfektif Hadits: Telaah Historis dan
Filosofis (Jakarta: Kencana, 2019).
73
Hasanah, Annisa Nurul. Perempuan-Perempuan Yang Disebutkan Dalam
al-Qur‟an (artikel Peremppuan Dalam al-Qur‟am).
Intan, Salmah. “Kedudukan Perempuan Dalam Domestik Dan Publik
Perspektif Jender (Suatu Analisis Berdasarkan Normatifisme
Islam)”. Politik Profetik, Vol. 3, No. 1 (2014).
Isnaini, Rohmatun Lukluk. “Ulama Perempuan dan Dedikasinya Dalam
Dunia Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran Rahma el-Yunusiyah)”.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 4, No.1 (Mei 2016).
Jannah, Radhoutul. “Apresiasi al-Qur‟an Terhadap Perempuan Dalam
surah an-Nisa” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2015).
Jupriono, Sudarwati J. “Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik
Leksikal, Semantik Historis, Paragamatik), Vol. 5, No.1 (Juli 1997).
al-Jazari, Abu Bakar Jabir. Tafsir al-Qur‟an al-Aisar, Terj. Fityan Amaliy
(Jakarta: Darussunnah, 2014).
Jannah, Esti Nur dan Dyah Kumalasari. “Peran Hajjah Rangkayo Rasuna
Said Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia
(1926-1965)”. Jurnal Pendidikan Sejarah, (2017).
Muyassarah, Kuni. ” Aspek Lokalitas Tafsir Taj al-Muslimin Min Kalami
Rabbil „Alamin Karya Misbah Mustofa” (skripsi S1., Universitas
Islam Negeri Salatiga, 2019).
Murad, Musthafa. 70 Kisah Teladan Berdasarkan al-Qur‟an dan Hadist-
Hadits Pilihan (Bandung: Mizan, 2003).
Majalah Islam ar-Risalah. Cermin Wanita Shalihah.
Maryam. “Perempuan Diruang Publik Menurut Pandangan al-Qur‟an
(Kajian Tahlili Terhadap QS an-Nisa 34)” (skripsi 1., Universitas
Islam Negeri Alauddin Makasar, 2013).
Maulana, Luthfi. “Teologi Perempuan dalam Tafsir al-Qur‟an (Persfektif
Pemikiran Hamka), Jurnal Musawa Vol. 15, No.2 (Juli 2016).
Maghfiroh, Fajar. “Nilai Keteladanan Wanita Shalihah Dalam Kitab Nisa‟
Haula Ar-Rasul Karya Muhammad Ibrahim Salim”, (Skripsi S1.,
Institute Agama Islam Negeri Surakarta, 2017).
Mulia, Siti Musdah. Muslimah Sejati Menempuh Jalan Islami Meraih
Ridho Ilaihi (Bandung: MARJA, 2011).
Mustofa, Adil dan Ahmad Halim. al- Abaa wal Abnaa Fil Qur‟an, terj.
Abdul hayyie al-Fatthani dan Fitriah Wardie (Jakarta: Gema Insani
Press, 2007).
74
Niko, Nikodemus. Perempuan Dayak Benawan: Kedudukan Perempuan
Pada Sektor Domestik dan Publik (Yogyakarta: CV. BUDI
UTAMA, 2018).
Nafriandi. “Perempuan di Ruang Publik dalam Persfektif Hadits”. Kajian
Gender, Vol. 6, No. 1 (2016).
Nurjannah, Sunar Ahuang. “Kisah Abu Lahab dan Sebab Turunnya QS.
al-Lahab 1-5”, vol. 4, No. 2 (2018).
Noer, Noor Huda. “Perempuan dalam Persfektif Filsafat al-Qur‟an”, ar-
Risalah, Vol. 10, No 2 (Nopember 2020).
Nareswari, Maryam Kinanthi. Wanita-Wanita Yang Diabadikan Dalam al-
Qur‟an (Yogyakarta: Mutiara Media, 2012).
Nasution, Halimatussa‟diah. dkk. “Studi Analisis Pemikiran Siti Walidah
(Nyai Ahmad Dahlan) Dalam Pendidikan Perempuan”. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, Vol.5, No. 2 (2019).
al-Qaththan, Manna. Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, terj. Umar Mujtahid
(Jakarta: Ummul Qura, 2016).
al-Qurthubi, Imam. Al-Jami‟ li Ahkam al-Qur‟an, terj. Dudi Rosadi dan
Kawan-Kawan (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009).
Rahem, Abdul. Yusuf Zulaikha (Yogyakarta: Diva Press, 2018).
Rasyad, Yusuf. Kaidun Nisa, terj. Fuad Syaifuddin Nur (Jakarta: Al-
Kautsar, 2012).
Rukiin. Metode Penelitian Kualitatif (Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar
Cendikia Indonesia, 2019).
Ramli, Moch Anuar. “Perang Terminologi: Antara Wanita dan
Perempuan”.
Ropi, Ismatu dan Jamhari. Citra Perempuan Dalam Pandangan Ormas
Keagamaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Rachmat. dkk. Aku Cinta Jakarta: Pendidikan Lingkungan dan Budaya
Jakarta (Jakarta: Ganeca Exact, 2007).
as-Sa‟di, bin Abdurrahman. Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al Kalam
al-Mannan, terj. Muhammad Iqbal dan Kawan-Kawan (Jakarta:
Darul Haq, 2013).
Sefuddin, Agus. “Pemikiran Sayyid Sulaiman An- Nadwi Tentang Aisyah
R.A Potret Wanita Mulia Sepanjang Zaman” (Skripsi S1.,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018).
Shihab, M. Quroisy. Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Tematik Atas Pelbagai
Persoalan Ummat (Bandung: Mizan, 1994).
75
Supriyadi, Tedi. “Perempuan Dalam Timbangan Al-Quran Dan Sunnah:
Wacana Perempuan Dalam Perspektif Pendidikan Islam”
Sosioreligi, Volume 16, No. 1 (Maret 2016):
Subaeda. “Kedudukan Perempuan Dalam al-Qur‟an (Kajian Tahlili
Terhadap QS an-Nisa 124)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasar, 2019).
Syihab, M.Quraish. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Qur‟an (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Subhan, Zaitunah. Al-Qur‟an dan Perempuan: Menuju Kesetaraan
Gender Dalam Penafsiran (Jakarta: Prenada Media Group, 2015).
Soedarmanta, J.B. Jejak-Jejak Pahlawan Perekat Kesatuan Bangsa
Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2006).
Samurane, Lilies Nihwan. Petunjuk Ke Surga Menurut al-Qur‟an (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2017).
ash-Shabuni, Muhammad Ali. Shafwatut Tafasir, Tafsir Ayat-Ayat
Pilihan, Terj. KH. Yasin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011).
as- Shahbuni, Ali. Kamus al-Qur‟an: Qur‟anic Explorer ( Jakarta: Shahih,
2016).
asy-Syal, Jabir. Qishashu an-Nisa fil Qur‟an, terj. Aziz Salim Basyarahil
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998).
asy-Suyuti, Jalaluddin. Tafsir Jalalain, Terj. Bahrun Abu Bakar (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2009).
el-Syafa, Achmad Zacky. Menjadi Wanita Yang Dicintai Allah (Jakarta:
Pustaka Media, 2014).
Tripa, Sulaiman. Aceh, Siapa Yang Mau Minta Maaf Padamu? (Banda
Aceh: Bandar Publishing, 2019).
Umar, Nasaruddin. Islam Fungsional: Revitalisasi dan Reaktualisasi
Nilai-Nilai Keislaman (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014).
Ulandari, Pria. “Perempuan Di Sektor Publik Dalam Perspektif Islam
(Pandangan Progresif Rahmah El-Yunusiyah Dalam Kepemimpinan
Sebagai Ulama Dan Pelopor Pendidikan Muslimah Indonesia)”.
Agenda, Vol. 1, No. 1 (Desember 2017).
Unayah, Nunung dan Sabarisman. “Fenomena Kenakalan Remaja dan
Kriminalitas”. Sosio Informa, Vol. 1, dan No.2 (Mei-Agustus 2015).
Vivi, Meriavina Atmawati. “Menyingkap Nilai-Nilai Shalihah Melalui
Figur Ummu Salamah dan Kontribusinya Dengan Pendidikan
Akhlak” (Skripsi S1., Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Ponorogo, 2016).
76
Yuwanto, Listyo. “Peran Domestik: Salah Satu Wujud Keseimbangan
Dalam Keluarga”. Artikel.
Yulianty, Rani. Kisah Kota-Kota Dalam al-Qur‟an (Jakarta: Cerdas
Interaktif, 2018).
al-Zuhaily, Wahbah. Tafsir Munir (Maktabah Syamilah) Qs. at-Tahrim.
http://repository.uin-suska.ac.id/6672/4/BAB%20III.pdf
https://umma.id/article/share/id/1002/310915
https://www.dream.co.id/your-story/lima-tipe-perempuan-dalam-al-quran-
yang-wajib-diketahui-1510228.html
https://muslimah.web.id/6-sifat-yang-harus-dihindari-wanita
https://smartcity.jakarta.go.id/blog/75/hr-rasuna-said-memajukan-
perempuan-melalui-pendidikan
Recommended