View
271
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
KOSMETIK
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetik menjadi suatu kebutuhan penting dalam kehidupan sehari-hari
dan digunakan terus menerus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk dan kebutuhan pasar. Kosmetik memberikan perlindungan tubuh
bagian luar dan membuat seseorang tambah percya diri. Tujuan penggunaan
kosmetik adalah membuat masyarakat menjadi lebih cantik, menambah
kepercayaan diri dan menambah ketenangan, melindungi kulit dan rambut dari
kerusakan sinar UV, polusi udara dan faktor-faktor lingkungan lain
(Mitsui,1997).
Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor HK.03.1.23.12.10.11983 tahun 2010 Kosmetika adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(Anonim, 2010).
Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat menjadi lebih modern
dan semakin berkembang, sehingga penggunaan kosmetik juga semakin
berkembang. Kosmetik bukan hanya digunakan pada wajah tetapi juga pada
rambut. Salah satu sediaan perawatan rambut yaitu sampo, sampo merupakan
sediaan kosmetik yang digunakan sebagai pembersih rambut dan kulit kepala
dari segala kotoran diantaranya minyak, debu, sel-sel yang sudah mati dan
sebagainya (Tranggono dan Latifah, 2007).
Pencemaran mikroba terjadi salah satunya adalah pencemaran jamur.
Pencemaran jamur ini menjadi indikasi yang penting karena kosmetik
digunakan terus menerus dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain
itu, Indonesia yang memiliki iklim tropis dengan kelembaban yang tinggi
sehingga memungkinkan jamur ataupun mikroorganisme lain dapat tumbuh
dan berkembang biak. Adanya mikroba tersebut dalam kosmetik tidak
dikehendaki, karena dapat menyebabkan terjadi perubahan-perubahan
karakter, atau terjadi perubahan komposisi bahan yang digunakan. Selain itu
juga dari jenis mikroba patogen dapat menyebabkan penyakit infeksi pada
konsumen. Apabila ditinjau dari pengaruhnya terhadap sediaan stabilitas
kosmetik, maka kontaminasi mikroorganisme dapat menurunkan kualitas
sediaan kosmetik tersebut atau terjadi perubahan rasa, warna, bau spesifik,
bercak-bercak miselium, kekeruhan warna, perubahan pH, dan lain-lain.
Walaupun telah mencoba untuk berhati-hati dalam memilih kosmetik yang
akan dipakai, namun pemicu tumbuhnya jamur khususnya kapang dan khamir
tidak hanya disebabkan oleh bahan pembuat kosmetik yang tidak sesuai,
namun dapat juga dikarenakan oleh kosmetik yang kita gunakan telah lama
terbuka atau jarang digunakan sehingga kita tidak sadar bahwa kosmetik yang
kita gunakan lagi telah ditumbuhi mikroorganisme, sehingga dapat
menyebabkan perubahan-perubahan dalam karakter aktifitas dan jika
mikroorganisme tersebut patogen dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang
dapat membahayakan konsumen.
Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang persyaratan cemaran
mikroba dan logam berat dalam kosmetika angka kapang dan khamir untuk
sediaan kosmetik selain anak dibawah 3 (tiga) tahun, area sekitar mata dan
membran mukosa tidak lebih dari 103 koloni/g atau koloni/mL (Anonim,
2011).
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kapang
kapang dan khamir pada sediaan kosmetik shampoo yang ada di kota
Bengkulu selama satu bulan pemakaian karena kebanyakan orang
menggunakan shampoo, terutama bagi wanita untuk menjaga kelembapan
kulit dan seringkali kita membeli lotion dalam kemasan besar sehingga dapat
dipakai dalam waktu yang cukup lama bisa jadi ini salah satu penyebab
tumbuhnya kapang dan khamir pada shampoo yang kita gunakan sehari-hari.
1.2 Batasan Masalah
a. Uji angka kapang dan khamir pada 3 sediaan kosmetik shampoo (A, B, C)
yang ada di kota Bengkulu
b. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali selama 1 bulan yaitu pada hari
pertama, hari ke 15 dan hari ke 30
c. Metode yang digunakan ialah metode cawan sebar atau spread plate
d. Mikroorganisme yang digunakan ialah jenis jamur kapang dan khamir
1.3 Rumusan masalah
a. Apakah terdapat pertumbuhan kapang dan khamir pada sediaan kosmetik
shampoo?
b. Berapa angka kapang dan khamir pada sampel shampoo yang digunakan
selama 30 hari?
1.4 Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui adanya pertumbuhan kapang dan khamir pada shampoo
b. Untuk mengetahui jumlah angka kapang dan khamir pada satu bulan
pemakaian
1.5 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.5.1 Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
pengembangan studi dibidang pengetahun kefarmasian.
1.5.2 Bagi Peneliti Lanjutan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai referensi bagi
peneliti yang ingin meneliti kapang dan khamir terutama pada sedian
kosmetik shampoo.
1.5.3 Bagi Institusi / Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi bagi masyarakat agar lebih cermat dan lebih peduli lagi
terhadap sediaan kosmetik yang digunakan agar terhindar dari
tumbuhnya kapang dan khamir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Kosmetik
Kosmetik berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti
keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI no. 445/MenKes/Permenkes/1998 Kosmetik adalah
sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi
dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki
bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan
suatu penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Menurut badan pengawasan obat dan makanan (BPOM) dalam peraturan
perundang-undangan di bidang kosmetik pasal 1 No:HK.00.05.4.1745,
kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(Anonim, 2010).
a.Peraturan-peraturan mengenai kosmetik, yaitu :
1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 tahun 2014 tentang perubahan atas peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 tahun 2011 tentang persyaratan cemaran
mikroba dan logam berat dalam kosmetika.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.4.02894
tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika.
3. Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.4.1745
tentang Kosmetik.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76
tentang produksi dan peredaran kosmetik dan alat kesehatan
5. Penggolongan kosmetik berdasarkan keputusan Deputi Bidang
Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Nomor: Po.01.04.42.4082 tentang pedoman tata cara pendaftaran dan
penilaian kosmetik
6. Peraturan Kepala Badan Pengawas obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor HK.03.1.23.12.10.12459 tahun 2010 tentang
persyaratan teknis kosmetika
7. Keputusan Direkturat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Nomor: HK.03.05/v/443.3.1/2011 tentang pedoman pelaksanaan
pelayanan izin produksi kosmetika
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 tentang metode
analisis kosmetika
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 63 tahun
2013 tentang izin produksi kosmetika
b. penggolongan kosmetik antara lain:
1.Menurut PerMenKes RI, kosmetik dibagi ke dalam 13 kelompok:
a) Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll
b) Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dll
c) Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye-shadow, dll
d) Preparat wangi-wangian,misalnya parfum,toilet water, dll.
e) Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dll.
f) Preparat pewarna rambut,misalnya cat rambut, dll.
g) Preparat make up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.
h) Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth
washes, dll
i) Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dll
j) Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll
k) Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab,
pelindung, dll (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatan
a) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara
modern (termasuk antaranya adalah cosmedics)
b) Kosmetik tradisional:
1) Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat
dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang
turun temurun.
2) Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan
pengawet agar tahan lama.
3) Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang
benar-benar tradisional dan diberi zat warna yang
menyerupai bahan tradisional (Tranggono&Latifah, 2007).
3.Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit
a) Kosmetik perawatan kulit (Skin care cosmetics)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan
kulit. Termasuk didalamnya:
1) Kosmetik untuk melembabkan kulit (mousturizer)
2) Kosmetik pelindung kulit
3) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit
(peeling)
4) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser)
4.kosmetik dekoratif (kosmetik riasan)
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan
untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda –
noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik tidak menambah
kesehatan kulit. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan
psikologis seperti percaya diri (self confidence) dari pada kesehatan
kulit.(Tranggono dan Latifa, 2007)
c. Faktor yang mempengaruhi hasil pemakaian kosmetik terhadap kulit, baik
yang akan memberikan hasil positif yang menguntungkan kulit, atau hasil
negatif yang merugikan kulit. Keempat faktor itu adalah :
1.Faktor manusia
Kurangnya pengetahuan akan seluk beluk kulit dan seluk beluk
kosmetik yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pemakaian
kosmetik dan orang-orang tertentu berkulit sensitif sehingga kosmetik
yang bagi orang lain tidak berpengaruh apa-apa, baginya dapat
menimbulkan iritasi dll.(Tranggono dan Latifah, 2007)
2.Faktor kosmetik
a) Bahan baku tidak berkulitas tinggi, iritan, alergik, aknergik, toksik,
dan photosensiter
b) Formulasi tidak sesuai dengan jenis kulit dan keadaan lingkungan
c) Prosedur pembuatan tidak canggih dan higienis (Tranggono dan
Latifah, 2007)
3.Faktor lingkungan
Di Negara tropis seperti Indonesia, matahari yang bersinar terik praktis
sepanjang hari sepanjang tahun menyebabkan kulit lebih berkeringat
dan berminyak karena itu, jika kosmetik pelembab (moisturizer) yang
lengket berminyak untuk kulit orang Eropa yang kering di iklim dingin
digunakan oleh orang Asia, kosmetik ini dapat merangsang terjadinya
jerawat. (Tranggono dan Latifah, 2007)
4.Interaksi ketiga faktor tersebut
d. Jenis-jenis reaksi negaif pada kulit:
Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang tidak
aman, baik pada kulit maupun pada sistem tubuh, antara lain :
1. Iritasi: reaksi langsung yang timbul pada pemakaian pertama
kosmetikkarena satu atau lebih bahan yang di kandungnya bersifat
iritan.
2. Alergi: reaksi negatif pada kulit yang muncul setelah kosmetik dipakai
beberapakali, kadang-kadang bertahun-tahun kareba kosmetik tersebut
mengandung bahan yang bersifat alergi bagi seseorang mungkin tidak
bagi yang lain
3. Fotosensitisasi: reaksi negatif yang muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari, karena zat yang di kandung oleh
kosmetik bersifat potosensitizer
4. Jerawat: beberapa kosmetik pelembab kulit yang sangat berminyak dan
lengket pada kulit, seperti yang diperuntukan bagi kulit kering di iklim
dingin, dapat menimbulkan jerawat bila digunakan pada kulit yang
berminyak karena kosmteik tersebut cendrung menyumbat pori-pori
kulit bersama kotoran dan bakteri
5. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara lokal atau sistemik melalui
penghirupan lewat mulut dan hidung, atau lewat penyerapan kulit
karena zat tersebut bersifat toksik.
6. Penyumbata fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan
lengket yang ada didalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau
bedak terhadap pori-pori pada kulit atau pori-pori kecil pada bagian
tubuh lainya. (Tranggono dan Latifa, 2007)
2.1.2 Shampoo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit
kepala dari segala macam kotoran, baik yang brupa minyak, debu, sel – sel
yang sudah mati, anti ketombe dan sebagai nya (Tranggono dan Latifah,
2007).
Shampo banyak dikenal sebagai pembersih badan dipakai untuk
membersihkan dari kotoran yng melekat, keringat yang terlepas dengan
sabun, tetapi rambut akan tampak kusam, kasar dan kering sehingga sukar
ditata atau di sisir. Oleh karena itu dibutukan pembersih lain bagi rambut
yang tidak hanya membersihkan tetapi sekaligus membuat rambut menjadi
indah (wsitaatmadja, 1997).
Ketombe adalah gangguan yang dialami dengan mengelupasnya kulit
mati secara berlebihan di kulit kepala yang disertai dengan gejala
peradangan dan gatal-gatal. Gangguan ketombe ini sering dialami oleh
wanita yang tinggal di daerah tropis. Ketombe ini disebabkan oleh sekresi
kelenjar keringat yang berlebihan atau dikarenakan adanya
mikroorganisme yang berada di kulit kepala yang menyebabkan suatu
metabolit yang menginduksi timbulnya ketombe (Plewig and Jansen,
2008).
2.1.3 Mikroorganisme
Mikrobiologi merupakan ilmu tentang mikroorganisme yang
mencakup bermacam-macam kelompok organisme mikroskopik yang
terdapat sebagai sel tunggal maupun kelompok sel. Mikroorganisme
(disebut juga mikroba, mikrobia atau jasad renik) adalah jasad hidup yang
mempunyai ukuran sangat kecil, tanpa bantuan alat perbasaran seperti
mikroskop tidak dapat dilihat dan diamati bentuknya secara baik.
Mikroorganisme ini umumnya dapat hidup bebas di berbagai habitat secara
cosmopolitan, dan dapat hidup sebagai bagian dari organisme
multiseluler(sebagai parasit).
Menurut Knight dan Kotschevar (2000:289) pengertian
mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat
dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghindari berkembangnya
mikroorgaisme dalam lingkungan kerja, seorang karyawan harus tahu
bagaimana sebuah mikroorganisme itu hidup, tumbuh, dan berkembang
menjadi banyak dan bagaimana mikroorganisme ini bertransformasi.
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup
merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting didalam
pengendalian mikroba. (Hajoeningtijas, 2012)
Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba:
a. Suplai nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfot, zat
besi dan sejumlah kecil logam lainya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat memepengaruhi pertumbuhan mikroba
hingga pada akhirmya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak
bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan
sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat
tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip
dari pada menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhanya
terkendali. (Hajoeningtijas, 2012)
b. Suhu atau tempratur
Suhu merupakan salah satu faktor penting didalam pertumbuhan
mikrooganisme.
Suhu dapat mempengaruhi mikroba dalam dua cara yang berlawanan:
1. Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan
pertumbuhan dipercepat, sebaliknya apabila suhu turun maka
kecepatan metabolisme akan menurun dan pertumbuhan
diperlambat.
2. Apabila suhu naik dan turun secara drastis, tingkat pertumbuhan
akan terhenti, komponen sel menjadi tidak aktif dan rusak sehingga
sel-sel menjadi mati.
Berdasarkan hal diatas maka suhu berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu :
1. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada dibawahnya maka
pertumbuhanya terhenti
2. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling
cepat dan optimum ( disebut juga suhu inkubasi)
3. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka
pertumbuhan tidak terjadi. (Hajoeningtijas, 2012)
c. Keasaman atau kebasaan (PH)
Setiap organisme memiliki kisaran PH masing-masing dan memiliki Ph
optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh
pada kisaran ph 8,0 dan nilai ph diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya
bersifat merusak. (Hajoeningtijas, 2012)
d. Ketersediaan oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri didalam
kebutuhanya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan
menjadi :
1. Aerobik: hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas
2. Anaerob: hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas
3. Anaerob fakultatif: dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen
bebas
4. Mikroaefolik: dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
(Hajoeningtijas, 2012)
Macam-macam mikroorganisme:
1. Bakteri
Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Dalam
perkembangannya bakteri membutuhkan makanan, udara yang lembab,
dan pada temperatur yang tepat. Contoh : Salmonella, Eccerecia Coli,
Staphylococcus dan Diphtheria bacilus.
2. Virus
Organisme hidup yang paling kecil adalah virus. Ada beberapa virus yang
tidak bisa dilihat, walaupun sudah menggunakan mikroskop. Biasanya
virus ini menyebar lewat media air dan makanan. Sebagai contoh, virus
hepatitis. Sedangkan virus polio, menyebar lewat makanan atau susu.
3. Parasit
Sebagai contoh Endamoeba histolytica adalah parasit yang hidup di air,
minyak, buah atau sayuran dan makanan yang lain.
4. Jamur
Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori fungi. Biasanya
jamur ini tidak menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan
pada makanan. Sebagai contoh, jamur yang ditemukan pada permukaan
daging, bisa dibuang bagian daging tersebut tanpa harus membuang semua
daging.
5. Protozoa dan alga
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal
dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan.
Jadi,Protozoa adalah hewan pertama.Protozoa merupakan kelompok lain
protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas
perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah
mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan
protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan
merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami
kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies
Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya
cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa.
Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak
berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma.
Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas
antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena
ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan
dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat
bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir
karena tidak dapat membentuk badan buah.
2.1.4 Jamur(Fungi)
Fungi adalah organisme kemohetorotof yang memerlukan senyawa
organik untuk nutrinya ( sumber karbon dan energi). Bila sumber nutrisi
tersebut diperoleh dari bahan organik mati, maka fungi tersebut bersifat
saprofit. Beberapa fungi juga bersifat menguntungkan karena merupakan
bahan makanan, misalnya cendawan ( mushroom), dan beberapa fungi dapat
bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu yang membantu penyerapan air
dan mineral tanah oleh akar. Simbiosis ini dikenal dengan nama mikoriza.
Beberapa fungi dapat bersifat parasit dengan memperoleh senyawa organik
dari organisme hidup. Dalam hal ini, fungi bersifat merugikan karena
menimbulkan penyakit pada manusia, hewan maupun tanaman. (Sylvia,
2008)
Fungi adalah suatu mikroorganisme eukariotik yang mempunyai ciri
spesifik, antara lain : mempunyai inti sel, memproduksi spora, tidak
mempunyai klorofil, dapat berkembangbiak secara seksual maupun
aseksual, dan beberapa jenis mempunyai bagian-bagian tubuh berbentuk
filamen dengan dinding sel yang mengandung selulosa atau khitin atau
keduanya. (Fardiaz,1992)
Secara umum fungi dapat dibagi atas 2 kelompok berdasarkan atas tipe
selnya, yaitu :
a. Fungi yang bersifat uniseluler (khamir, ragi, dan yeast)
b. Fungi yang bersifat multiseluler (kapang atau jamur, dan cendawan)
Ilmu yang mempelajari fungi disebut Mikologi. Ilmu ini mempelajari
struktur sebagian dasar identifikasi fungi, mengeksplorasi daur hidup fungi
karena fungi diidentifikasi dari tahap seksual daur hidupnya, serta
mempelajari kebutuhan nutrisi fungi. Pada fungi ada dua istilah yaitu, kapang
(mold) yang merupakan fungsi berfilamen dan multiseluler, dan khamir
(yeast) yaitu bentuk fungi fungi yang berupa sel tunggal dengan pembelahan
sel melalui pertunasan. (Sylvia, 2008)
Identifikasi khamir serupa dengan identifikasi bakteri, yaitu dengan
melalui tes biokimia, sedangkan identifikasi kapang didasarkan pada
kenampakan fisik (morfologi), termasuk karakteristik koloni dan spora
reproduktif. (Sylvia, 2008)
2.1.5 Kapang dan Khamir
Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan
pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih,
tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari
jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun
dari filamen yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak =
hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak
= mycelia) (Pelczar,2005).
Kapang adalah multiseluler, terdiri dari berbagai sel yang bergabung
jadi satu. Di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa kapang terdiri dari
benang yang disebut hifa, kumpulan hifa ini dikenal sebagai miselium.
Kapang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya, dikenal
sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut
pertumbuhan iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat
melintang atau septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi.
Hifa tersebut memanjang di atas atau tembus melalui medium di mana
kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).
Pada kapang, yubuh kapang dibedakan menjadi dua bagian yaitu
miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan dari bebepara filamen
yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan
nutrisi disebut hifa vegetatif. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai
alat reproduksi disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha),
karena pemanjangan mencapai bagian atas permukaan media tempat fungi
ditumbuhkan. (Sylvia, 2008)
tiga macam morfologi hifa:
a. Aseptat (coenocytic hypha), yaitu hifa yang tidak memiliki dinding
sekat
b. Septat hifa ( hifa bersekat) dengan sel uni nukleat septa membagi hifa
menjadi ruang-ruang yang berisi 1 inti, dan pada tiap sekat terdapat
pori-pori yang memungkinkan perpindahan inti dan sitoplasma dari satu
ruang ke ruang lainya
c. Septa dengan ruang-ruang yang berisi lebih dari 1 inti (multinukleat)
Kapang atau jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk
benang multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai diferensiasi
dalam jaringannya namun ada beberapa yang terdiri atas satu sel. Banyak
jamur yang dapat dimanfaatkan dalam industri fermentasi, seperti
pembuatan asam-asam organik, antibiotika, alkohol dan sebagainya.
Contohnya adalah Penicillium chrysogenum sebagai sumber antibiotika
penisilin. Namun di sisi lain, ada pula yang dapat menimbulkan penyakit
yang gawat pada manusia. (Sartini, 2007)
Berdasarkan bentuk kapang yang memiliki lebih dari satu sel berupa
benang benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium,
dan berkembang biak dengan spora. Khamir adalah mikroba bersel tunggal
berbentuk bulat lonjong dan memperbanyak diri dengan cara membentuk
tunas (askospora), tetapi tidak membentuk miselum. Khamir (yeast) adalah
fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen, berbentuk oval atau bulat,
tidak berflagela, dan berukuran lebih besar di banding sel bakteri dengan
panjang 5-50 μm, dan lebar 1-5 μm. (Sylvia,2008).
Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya
yang bersifat uniseluler. Reproduksi khamir terutama dengan cara
pertunasan. Sebagai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih
cepat jika dibandingkan dengan kapang karena mempunyai perbandingan
luas permukaan dengan volume yang lebih besar. Khamir pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat fisiologinya dan tidak atas perbedaan
morfologinya seperti pada kapang. Yeast dapat dibedakan atas dua
kelompok berdasarkan sifat metabolismenya yaitu bersifat fermentatif dan
oksidatif. Jenis fermentatif dapat melakukan fermentasi alkohol yaitu
memecah gula (glukosa) menjadi alkohol dan gas contohnya pada produk
roti. Sedangkan oksidatif (respirasi) maka akan menghasilkan CO2 dan H2O.
Keduanya bagi yeast adalah dipergunakan untuk energi walaupun energi
yang dihasilkan melalui respirasi lebih tinggi dari yang melalui fermentasi.
(Natsir, 2003).
.
2.1.6 Media pertumbuhan
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. (Gina, Sandi, 2013)
a. PDA
PDA digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan
kapang. Dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam
suatu sampel atau produk makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat
dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2%
glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi
kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Cara membuat PDA adalah
mensuspensikan 39 g media dalam 1 liter air yang telah didestilasi. campur
dan panaskan serta aduk. Didihkan selama 1 menit untuk melarutkan
media secara sempurna. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
Dinginkan hingga suhu 40-45°C dan tuang dalam cawan petri dengan pH
akhir 5,6+0,2. Potato dextrose agar (PDA) termasuk medium semi alamiah
karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan sintesis (dextrose
dan agar). PDA digunakan untuk menumbuhkan jamur
Nama medium : Potato Dextrose Agar (PDA)
2.2 KERANGKA KONSEP
Gambar 1 kerangka konsep penelitian
Uji angka kapang dan khamir selama 1 bulan
Aman Tidak Aman
pemakaian dengan pengujian pada hari 0,15, dan 30 hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat
Tempat dilakukan penelitian pengaruh lama pemakaian sediaan kosmetik
handbody lotion terhadap kapang dan khamir di laboratorium BPOM.
3.1.2 waktu
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada peniltian ini yaitu: erlemeyer, pipet volume, vortex
mixer, stomacker, waterbath, Laf
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu: kloramfenikol, MLB, PDA,
dan sampel handbody lotion (A,B,C)
Medium : potato dextrose agar (pda)
Komposisi :
Medium :
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Sterilisasi Alat
Alat yang akan digunakan dicuci dengan detergen lalu dibilas dengan air
suling sampai bersih kemudian dikeringkan, disterilkan dengan menggunakan
oven pada suhu 180oC selama 2 jam untuk alat-alat gelas. Alat-alat logam
disterilkan dengan cara dipijarkan menggunakan lampu spiritus. Sedangkan alat-
alat plastik atau yang tidak tahan dengan pemanasan tinggi disterilkan
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.
3.3.2 Pembuatan Medium
Bahan-bahan yang telah ditimbang dilarutkan ke dalam air suling dan
dipanaskan dalam penangas air sampai larut dan ditambahkan 50mg
kloramfenikol, kemudian diukur pHnya dan disterilkan dengan
menggunakan otoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
3.3.3 Uji angka kapang dan khamir
1. Hidupkan LAF terlebih dahulu
2. Nyalakan lampu spritus dan bersikan daerah sekitar menimbang
dengan menggunakan alkohol.
3. Timbang 10 gram sampel (setelah menimang kembali disterilkan
dengan alkohol)
4. Sampel yang telah ditimbang dimasukan kedalam stomacker dan
ditambahkan 90ml MLB lalu dimasukan di stomacker mixer agar
homogen (pengenceran 10-1)
5. Lakukan uji blanko lempeng PDA yang telah di tambahkan
kloramfenikol dan di tetesi 0,5ml MLB
6. Tandai cawan petri yang telah berisi media PDA dengan spidol
sebanyak 6 petri
7. Tandai tabung reaksi yang telah berisi MLB
8. Masukan larutan 10-1 kedalam tabung reaksi yang berisi MLB 1ml
(pengeceran 10-2) dan dalam cawan petri sebanyak 0,5ml
9. Sampel pengeceran 10-2 pada tabung reaksi dikocok ad homogen pada
vortex mixer
10. Dari pengenceran 10-2 di masukan kedalam tabung reaksi selanjutnya
sebanayk 1ml ( pengenceran 10-3) dan 0,5ml pada cawan petri
11. Sampel pengenceran 10-3 di kocok kembali dan masukan 0,5 ml pada
cawan petri
12. Bersikan kembali alat dan sterilkan kembali
13. Lempeng yang telah mengeras d inkubasi selama 5-7 hari
(pengamatan dilakukan pada hari 3, 5, dan ke 7)
3.3.4 Perhitungan
a.Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukan jumlah
koloni 15-150. Jumlah koloni dihitung dari masing-masing tingkat
pengenceran. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang dan khamir
per gram sampel dengan rumus (1) sebagai berikut:
Keterangan:
N = m / (V x d )
N : perkiraan jumlah kapang dan khamir dalam sampel
m : rata-rata hitungan yang diperoleh dari duplo
d : faktor pengencer dari suspensi awal
V : volume cuplikan
b. Bila tidak satupun koloni didalam cawan maka angka kapang dan
khamir dinyatakan sebagai ≦10 koloni/gram
c. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri atau keduanya
menunjukan jumlah kurang dari 15 koloni, maka perhitungan
mengikutu rumus (1)
d. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang
berurutan menunjukan jumlah koloni antara 15-150, maka dihitung
jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran, kemudian
AKK dalam tiap gram dihitung dengan rumus (2)nsebagai berikut:
x adalah rata-rata dari koloni yang dihitung dari dua pengenceran
yang berturut-turut, dan dihitung menggunakan rumus (3) sebagai
berikut:
keterangan:
∑ c = jumlah koloni terhitung pada semua cawan yang
diperoleh dari dua pengenceran berturut-turut
N= x / (V x d)
×= ∑ c
n 1+0,1n2
n1 = jumlah cawan untuk suspensi pengenceran yang lebih
rendah
n2 = jumlah cawan unutk suspensi pada pengecenran yang
lebih tinggi
3.4 Analisi Data
Analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tabel
dan deskriftif
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Pres
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia ediai IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan jilid 1.PT.Gramedia pustaka utama,
jakarta.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja grafindo persada.
Jakarta.
Gina, sandy. 2013. Penuntun pratikum mikrobiologi. Akfar al-fatah.
Bengkulu
Hajoeningtijas, O.D . 2012. Mikrobiologi pertanian. Graha ilmu. Yogyakarta
Pelczar, M.J dan E.C.S Chan. 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.
Jakarta
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Gadja
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta
Sylvia T.pratiwi. 2008. Mikrobilogi farmasi. Erlangga. Yogyakarta
Tranggono R.I. Latifah, F.2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta:Gramedia Pustaka Utamah Mada University Press.
Wibowo MS, 2012. Pertumbuhan dan kontrol bakteri. Jurnal-Pertumbuhan-
bakteri-c070205.PDF.
Winarno, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia: Jakarta
Recommended