View
22
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
PT. Chevron Pacific Indonesia (PT.CPI) merupakan produsen minyak
terkemuka di Indonesia. Salah satu tim yang ada di PT.CPI ini adalah Departemen
Maintenance Support Service (MSS), yang merupakan pusat perbaikan dan fabrikasi
untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Kegiatan di MSS
masih bersifat manual (Manual Material Handling), sehingga berpotensi
menimbulkan risiko bagi pekerja. Risiko dapat berupa kelelahan dan timbulnya
keluhan berupa nyeri otot yang dikenal dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs).
B. Tujuan
Penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengetahui pengaruh sarana, sikap,
postur dan posisi kerja pekerja MMH yang berisiko menimbulkan MSDs dengan
menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire
Body Assessment (REBA) serta mengetahui tingkat kelelahan pekerja secara objektif
dan subjektif. Secara objektif dilihat dari perubahan denyut nadi, tekanan darah, dan
temperatur tubuh sebelum bekerja (07.00 WIB) dan sesudah bekerja (16.00 WIB),
sedangkan secara subjektif dilihat dari Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja
(KAUPK2). Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan metode statistik
faktor yang paling dominan mempengaruhi tekanan darah sistolik dan denyut nadi
adalah risiko ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja. Semakin besar risiko ergonomi
maka akan semakin mudah mengalami kelelahan. Faktor yang dominan untuk
temperatur tubuh adalah suhu lingkungan. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik
faktor yang dominan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Kata kunci : manual
material handling, RULA, REBA, musculoskeletal disorders, kelelahan
BAB II
METODOLOGI
PT.CPI merupakan produsen minyak terkemuka di Indonesia. Salah satu tim
dari PT.CPI ini adalah Departemen MSS, yang merupakan pusat perbaikan dan
fabrikasi untuk berbagai peralatan produksi dan konstruksi milik PT. CPI. Dalam
kegiatannya, MSS memanfaatkan tenaga fisik manusia sebagai modal utama
pekerjaannya. Dalam hal ini kerja otot atau kerja fisik merupakan pusat kegiatan, otot
merupakan salah satu organ terpenting yang menjadi sebab gerakan tubuh, otot
bekerja dengan jalan kontraksi dan relaksasi. Kontraksi kuat dari otot yang
berlangsung lama menyebabkan keadaan yang dikenal dengan kelelahan otot yang
merupakan penyebab terjadinya kelelahan kerja.
Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja akibat aktivitas fisiologis selama
bekerja dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran denyut jantung, konsumsi
oksigen (Molen et al., 2007), dan tekanan darah (Hsu et al., 2008; Abdelhamid &
Everett, 2002).
Selain menyebabkan kelelahan, MMH berpotensi menimbulkan risiko
terhadap bahaya fisik dalam hal keluhan nyeri pinggung, punggung, bahu, dll atau
dikenal musculoskeletal disorders (Ayoub & Dampsey, 1999). Masalah tersebut lazim
dialami para pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus
menerus. Pekerjaan dengan beban yang berat dan perancangan alat yang tidak
ergonomis pada pekerja pabrik mengakibatkan pengerahan tenaga yang berlebihan
dan postur yang salah seperti memutar dan membungkuk menyebabkan risiko
terjadinya MSDs dan kelelahan dini (Sarmauly, 2009).
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi pengaruh sarana
kerja, sikap kerja, postur kerja dan posisi kerja MMH dengan menggunakan metode
RULA dan REBA, mengetahui keluhan MSDs tiap bagian tubuh pekerja, mengukur
dan menganalisis faktor lingkungan serta mengukur dan menganalisis tingkat
kelelahan fisiologis pekerja sebelum dan sesudah bekerja dengan mengetahui
perubahan tekanan darah diastolik, tekanan darah sistolik, denyut nadi dan temperatur
tubuh.
Penelitian dilaksanakan di empat shop yaitu shop Tubing Pump Repair (TP),
shop Motor Generator Repair and Services (MGR), shop Machining Services (MS),
dan shop Valve & Miscellaneous Equipment Repair and Service (Valve) di
Departemen Maintenance Support
Service (MMS) PT. Chevron Pacific Indonesia yang bertempat di Duri, Riau.
Jumlah sampel yang diambil adalah 69 orang termasuk didalamnya 11 orang
kontrol. Kontrol berasal dari bagian administrasi yang ada di tiap-tiap shop.
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi data primer dan sekunder. Data
primer yang dilakukan meliputi pengukuran iklim lingkungan kerja, pengukuran
kelelahan secara subjektif dan objektif, mengetahui keluhan MSDs, dan mengevaluasi
faktor risiko ergonomi. Data sekunder yang diperlukan adalah profil perusahaan,
layout pekerjaan dan proses kerja di Departemen MSS PT.CPI.
Pengukuran iklim kerja yang dilakukan meliputi pengukuran kebisingan,
pencahayaan, kelembaban dan suhu lingkungan menggunakan 4 in 1 Multi Function
Environment Meter.
Tingkat kelelahan pekerja, secara subjektif dapat diketahui dari Kuisioner Alat
Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) (Santoso, 2004). Sedangkan secara
objektif, pengukuran kelelahan didapat dengan cara mengukur temperatur tubuh,
tekanan darah, serta denyut nadi (Chang et al., 2009) sebelum bekerja (07.00 WIB)
dan sesudah bekerja (16.00 WIB).
Keluhan MSDs pekerja dapat dilakukan dengan wawancara, dimana
pertanyaannya disesuaikan dengan pertanyaan Nordic Body Map (diadaptasi dari
Dutch Musculoskeletal Questionnaire dan NCBI).
Evaluasi faktor risiko ergonomi dilakukan dengan mengggunakan metode
RULA dan REBA (Abbe et al., 2011). Kedua metode ini merupakan suatu tool yang
berbentuk survei untuk mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan risiko cedera
kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD) melalui analisis postur, gaya, dan
penggunaan otot.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran iklim lingkungan kerja dilakukan karena kondisi iklim kerja
sangat berpengaruh terhadap efisiensi dan kenyamanan bagi pekerja. Hasil
pengukuran di lapangan dapat disimpulkan bahwa shop Motor Generator Repair and
Service memiliki iklim kerja yang sesuai syarat Kepmenkes kecuali kelembaban, hal
ini dikarenakan beberapa titik memiliki ventilasi yang tidak baik. Pencahayaan di
shop Tubing Pump Repair dan Machining Services tidak memenuhi syarat
Kepmenkes, dikarenakan kedua shop ini hanya memanfaatkan cahaya matahari dalam
proses kerja, hal ini dibuktikan dengan tidak berfungsinya lampu yang ada di ruangan
tersebut. Sedangkan untuk shop Valve & Miscellaneous Equipment Repair and
Service memiliki pencahayaan dan suhu ruangan yang tidak sesuai dengan
Kepmenkes. Untuk NAB masing-masing iklim kerja mengacu pada KepMenKes No
1405/MENKES/SK/XI/2002.
Pengukuran kelelahan kerja dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran
secara subjektif dan objektif (Yassierli et al., 2007). Hasil pengukuran kelelahan
secara subjektif dapat dilihat pada Gambar 1. Grafik menunjukkan bahwa sekitar
34,48% pekerja lapangan (terpapar) tingkat kelelahannya adalah rendah dan 65,52%
mengalami tingkat kelelahan sedang. Jika dibandingkan dengan pekerja office (tidak
terpapar), sebagian besar yaitu 63,64% tingkat kelelahannya rendah, dan hanya
36,36% tingkat kelelahannya sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
perbedaan beban dan tingkat pekerjaan antara pekerja lapangan dan office.
Gambar 1. Tingkat kelelahan pekerja berdasarkan KAUPK2 di Departemen
MSS
Pengukuran kelelahan secara objektif dilakukan dengan pengukuran tekanan
darah, denyut jantung, dan temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja. Hasil
pemeriksaan kelelahan dapat dilihat pada Tabel 1.
D) No Parameter kelelahan Pekerja lapangan (n=58) Pekerja office (n=11)Sebe-lum Sesudah Sebelum Sesudah1 Tekanan
sistolik (mmHg)
127,48 ± 16,31 131,93 ± 15,44
127,72 ± 20,01 127,91 ± 19,64
2 Tekanan diastolik (mmHg)
74,26± 12,06
77,14± 11,77
79,54± 10,73
79,18± 11,74
3 Denyut nadi (detak/menit)
76,24± 9,08
81,40± 7,54
76,00± 9,08
75,27± 8,60
4 Temperatur tubuh (oC)
35,01± 1,05
35,44± 0,85
35,37± 0,79
35,69± 0,52
Tabel 1. Hasil pemeriksaan kelelahan fisiologis sebelum dan sesudah bekerja
pada pekerja lapangan dan pekerja office (Rerata ± SD)
Ketika manusia beraktivitas maka akan terjadi proses metabolisme dalam
tubuh untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan terbagi menjadi energi
mekanis yang digunakan untuk bergerak dan energi panas. Ketika manusia
beraktivitas akan terjadi perubahan fisiologis pada tubuh dan perubahan tersebut dapat
dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat kelelahan
seluruh tubuh. Perubahan fisiologis dapat diamati melalui indikator perubahan
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, dan temperatur tubuh.
Semakin tinggi aktivitas maka akan semakin meningkat fisiologis tubuh.
Meningkatnya fisiologis tubuh ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, denyut
jantung, dan temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja. Gambar 2 menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran kelelahan fisiologis sebelum
dan sesudah bekerja. Di shop valve terjadi penurunan tekanan darah sebelum dan
sesudah bekerja, hal ini dikarenakan temperatur lingkungan di shop tersebut tinggi
atau diatas syarat yang ditetapkan Kepmenkes. Penurunan tekanan darah disebabkan
terjadinya vasodilatasi pada permukaan pembuluh darah pada saat temperatur
lingkungan tinggi, sehingga volume darah akan lebih banyak berkumpul di pembuluh
darah yang mengalami dilatasi dengan tujuan melepaskan panas berlebih di tubuh,
akibatnya darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit atau berkurang sehingga
menyebabkan tekanan darah menjadi turun dan jantung bekerja lebih keras untuk
menseimbangkan suplai darah di organ-organ lainnya (Morioka et al., 2006).
Gambar 2. Rata-rata hasil pengukuran kelelahan fisiologis sebelum dan
sesudah bekerja di masing-masing shop.
Bagian tubuh yang mengalami keluhan MSDs pada pekerja lapangan maupun
office ditunjukkan pada Gambar 3. Dari gambar dapat dilihat bahwa leher dan
punggung bagian atas, pinggang dan punggung bagian bawah, serta jari dan
pergelangan tangan kanan merupakan keluhan terbanyak yang dirasakan pekerja
lapangan. Sedangkan pekerja office banyak mengalami keluhan di bagian pinggang
dan punggung bagian bawah serta leher dan punggung bagian atas.
C. Denyut nadi D. Temperatur tubuh
Gambar 3.Jumlah pekerja yang mengalami keluhan MSDs untuk tiap bagian
tubuh. (1. Jari dan pergelangan tangan kanan 2. Jari dan pergelangan tangan kiri 3.
Bahu kanan 4. Bahu kiri 5. Siku kanan 6. Siku kiri 7. Leher dan punggung bagian atas
8. Pinggang dan punggung bagian bawah 9. Paha, lutut, pergelangan kaki)
Evaluasi faktor risiko ergonomi dilakukan dengan menggunakan metode
RULA dan REBA, fungsinya untuk mengetahui tingkat pajanan bahaya ergonomi
pada masing-masing shop. Kedua metode ini merupakan metode evaluasi untuk
mengidentifikasi pekerjaan yang dapat menyebabkan cedera otot rangka
(muskuloskeletal) melalui analisis postur, gaya, dan penggunaan otot. Hasil dari
analisis akan mengindikasikan derajat kecenderungan pekerja mengalami cedera.
Masing-masing pekerja dianalisis dengan tiga posisi yang berbeda, kemudian dirata-
ratakan. Hasil analisa menggunakan metode RULA dapat disimpulkan bahwa, shop
yang mempunyai tingkat risiko ergonomi paling tinggi adalah shop Valve (rata-rata
Grand Score 4,07), kemudian shop MGR (rata-rata Grand Score 3,74), TP (rata-rata
Grand Score 3,53), dan MS (rata-rata Grand Score 3,4). Begitu juga dengan metode
REBA, shop yang mempunyai tingkat risiko paling tinggi adalah shop Valve (rata-
rata Grand Score 4,27), kemudian shop MGR (rata-rata Grand Score 3,86), MS (rata-
rata Grand Score 3,74), dan TP (rata-rata Grand Score 3,67).
Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel terhadap
kelelahan pekerja, digunakan analisa statistik multivariat regresi logistik. Persamaan
yang diperoleh dari regresi logistik dapat dilihat pada Persamaan (1) hingga
Persamaan (4) di bawah ini.
Sistolik = -21,976 + 0,155 (usia) + 0,062 (merokok) + 0,006 (IMT) – 0,094
(lama kerja) + 0,159 (bising) + 1,352 (ergonomi)………..….…..(1)
Diastolik = -6,402 + 0,046 (usia) - 0,134 (olahraga) + 0,195 (IMT) ..…….(2)
Denyut = 78,581 + 0,099 (usia) + 0,152 (merokok) – 1,642 (olahraga) + 2,493
(suhu) + 9,045 (ergonomi)……………………...(3)
Temperatur = -72,715 + 3,430 (olahraga) + 1,036 (IMT) + 0,463 (bising) +
1,880 (suhu) + 1,671 (ergonomi)…………...………....(5)
Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa posisi tubuh saat bekerja
memberikan dampak terbesar pada perubahan tekanan sistolik, denyut nadi dan
temperatur tubuh. Hal ini dapat dilihat dari nilai Exp (B) sebesar 3,87 untuk
perubahan tekanan darah sistolik, yang artinya setiap pekerja yang bekerja dengan
posisi tubuh yang janggal mempunyai kemungkinan 3,87 kali untuk mengalami
kelelahan yaitu berupa perubahan tekanan darah sistolik dibandingkan pekerja yang
bekerja dengan posisi tubuh yang normal. Nilai Exp (B) untuk perubahan denyut nadi
adalah 8,48 yang artinya bahwa setiap pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang
janggal mempunyai kemungkinan 8,48 kali untuk mengalami kelelahan yaitu berupa
perubahan denyut nadi dibandingkan pekerja yang bekerja dengan posisi tubuh yang
normal.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya
adalah : Hasil analisis mengenai pengaruh sarana, sikap, postur dan posisi tubuh saat
bekerja menggunakan metode RULA, mengindikasikan bahwa risiko di shop MGR,
TP dan MS termasuk kategori sedang dan di shop Valve termasuk kategori berat.
Sedangkan dengan menggunakan metode REBA semua shop termasuk risiko sedang.
Bagian tubuh yang banyak mengalami keluhan MSDs adalah leher dan
punggung bagian atas, pinggang dan punggung bagian bawah, serta jari dan
pergelangan tangan kanan.
Hasil pengukuran kelelahan secara subjektif menunjukkan sekitar 34,48%
pekerja lapangan (terpapar) tingkat kelelahannya adalah rendah, dan 65,52%
mengalami tingkat kelelahan yang sedang. Jika dibandingkan dengan pekerja office
(tidak terpapar), sebagian besar yaitu 63,64% tingkat kelelahannya rendah, dan hanya
36,36% yang tingkat kelelahannya sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
perbedaan beban dan tingkat pekerjaan antara pekerja lapangan dan office.
Sedangkan pengukuran kelelahan secara objektif, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan fisiologis tubuh pekerja baik tekanan darah,
denyut nadi, dan temperatur tubuh sebelum dan sesudah bekerja.
Faktor yang paling mempengaruhi tekanan darah sistolik dan denyut nadi
adalah risiko ergonomi atau posisi tubuh saat bekerja. Semakin besar risiko ergonomi
maka akan semakin mudah mengalami kelelahan. Faktor yang dominan untuk
temperatur tubuh adalah suhu lingkungan. Sedangkan faktor yang dominan untuk
tekanan darah diastolik adalah IMT.
Daftar Pustaka
Abbe, O., Craig, M.H., Laura, H.I., Fereydoun, A. 2011. Modelling the
relationship between occupational stressors, psychosocial/physical symptoms and
injuries in the construction industry. International Journal of Industrial Ergonomics,
Vol 41. 106-117
Abdelhamid, T.S., Everett, J.E. 2002. Physiological Demands during
Construction Work. EBSCO. 427-437
Ayoub, M.M. and Dampsey, P.G. 1999. The Psychophysical Approach to
Material Handling Task Design. Journal of Ergonomic Vol. 42, No.1. 7–31
Chang, F.L., Sun, Y.M., Chuang, K.H., & Hsu, D.J. 2009. Work Fatigue and
Physiological Symptoms in Different Occupations of High Elevation Construction
Workers. Elsevier. 591-596
Hsu, D.J., Sun, Y.M., Chuang, K.H., Juang,Y.J.,& Chang, F.L. 2008. Effect of
Elevation Change on Work Fatigue and Physiological Symptoms for High-Rise
Building Construction Workers. Elsevier. 833-843
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri. Diakses tanggal 15 Januari 2012.
Molen, V.D., Sluitera, J.K., Frings-Dresena, M.H. 2007. Behavioural Change
Phases of Different Stakeholders Involved in the Implementation Process. Elsevier.
448-459
Morioka, I., Nobuyuki., Kazushisa. 2006. Hot Environment and Health
Problem of Outdoor Workers at a Construction Site. Industrial Health, Vol 44. 28-47
Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi
Pustaka Publisher. Jakarta
Sarmauly, S.R. 2009. Evaluasi Postur Tubuh di Tinjau Dari Segi Ergonomi di
Bagian Pengepakan Pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Skripsi Teknik
Industri. USU. Medan
Yassierli, N.M.A, Iridiastadi, H., Wojcik, L.A. 2007. The influence of age on
isometric endurance and fatigue is muscle dependent: A study of shoulder abduction
and torso extension. Ergonomics 50, 1, 26-45
Recommended