View
165
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
kmb
Citation preview
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI GERAK/RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN STROKE
Pengampu
DWI NOVITASARI S.Kep.,Ns.,M.Sc
Oleh :
HERU PRASETYO (01.01.09a.040)
STASE KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2012
Mata Ajar : Stase Keperawatan Gerontik
Pokok Bahasan : Stroke (Cerebro Vaskuler Accident ) CVA
Sub Pokok Bahasan : Latihan gerak pada penderita Stroke (ROM)
Hari/Tanggal : Jumat , 19 April 2013
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB
Penyuluh : Heru Prasetyo
Tempat : STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang latihan gerak
Pada penderita stroke,diharapkan Pasien dan Keluarga mampu
mengetahui, bertambah pengetahuan dan mampu mengaplikasikan latihan
gerak tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manfaat terapi latihan dapat mengurangi timbulnya
spastisitas yang berlebihan.
b. Mengetahui manfaat breathing exercise dapat mencegah terjadinya
penumpukan cairan muskus akibat tirah baring lama/immobilisasi.
c. Mengetahui manfaat latihan koordinasi dan keseimbangan dapat
memperbaiki koordinasi dan keseimbangan.
d. Mengetahui manfaat latihan fungsional dapat mengembalikan
kemampuan aktivitas fungsional.
B. Sasaran dan Target
Sasaran ditujukan pada pasien dan keluarga dengan stroke.
C. Strategi Pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dilakukan pada
Hari : Jumat , 19 April 2013
Pukul : 08.00 – 08.30 WIB
D. Metode
1. Ceramah.
2. Diskusi/ tanya jawab.
3. demonstrasi
E. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
F. Setting Tempat
Keterangan:
A : Penyampai Materi
B : Pasien
K : Keluarga
A
KB
KK
G. Susunan Acara
Tahap
KegiatanWaktu
Aktivitas
Mahasiswa
Aktivitas
Pendengar
Alat/
MediaMetode
Fase
Orientasi
5 menit Pembukaan
(salam)
Menjelaskan TIU,
TIK materi
pembelajaran.
Menjawab salam,
mendengarkan dan
memperhatikan
- Ceramah
Fase kerja 20 menit Menjelaskan
tentang latihan
gerak
Mendemonstrasik
an latihan gerak.
Mendengarkan
Memperhatikan
Menjawab
pertanyaan
Bertanya
Lembar
balik
Ceramah
Diskusi
Terminasi 10 menit Memberikan
kesempatan
bertanya kepada
peserta tentang
materi yang
kurang jelas
Memberikan
jawaban terhadap
pertanyaan
peserta.
Mengevaluasi
materi dengan
memberikan post
test lisan.
Menanyakan
perasaan klien
setelah mengikuti
Mendengarkan
Memperhatikan
Bertanya
Menjawab
pertanyaan
Lembar
balik
Ceramah,
Tanya
Jawab
Tahap
KegiatanWaktu
Aktivitas
Mahasiswa
Aktivitas
Pendengar
Alat/
MediaMetode
pendidikan
kesehatan.
Menganjurkan
klien dan kelurga
secara aktif
melakukan
kegiatan rutin
dirumah.
Prosedur : Post Tes
Jenis : Lisan
MATERI
TERAPI GERAK (FISIOTERAPI)
1. Pengertian
Teknologi fisioterapi yang dipilih oleh terapis adalah terapi latihan.
Terapi latihan yang akan diberikan nanti bertujuan untuk mencegah
komplikasi, memelihara mobilitas persendian dan menormalkan tonus postural,
menanamkan pola gerak yang benar dan melatih kemampuan transver dan
ambulasi.Pelaksanaan Fisioterapi Terapi dilaksanakan dengan melihat kondisi
pasien terlebih dahulu melalui anamnesis dan berbagai macam pemeriksaan
yang tealah ada. Berdasarkan promblematik fisioterapi maka tujuan jangka
pendek adalah latihan memperbaiki postur dengan cara menghambat,
mengontrol tonus otot (spastisitas) secara postural serta meningkatkan
keseimbangan dan koordinasi. Dan tujuan jangka panjang adalah untuk
meningkatkan kemampuan fungsional agar dalam aktifitas kesehariannya
mampu melakukan aktifitas tanpa ketergantungan penuh kepada orang lain
atau secara mandiri. Pemberian latihan pasien stroke akibat trombosit dan
emboli, jika tidak ada komplikasi lain dapat dimulai setelah 2-3 hari setelah
serangan dan bilamana terjadi perdarahan subarachnoid dimulai setelah 2
minggu. Pada trombosis atau emboli yang ada infark miokard tanpa komplikasi
yang lain dimulai setelah minggu ke 3 dan apabila tidak terdapat aritmia mulai
hari ke 10 (Sodik, 2002). Dilakukan secara rutin dengan waktu latihan antara
45 menit yang terbagi dalam tiga sesi. Dan tiap sesi diberikan istirahat 5 menit.
Namun apabila pasien terlihat lelah, ada perubahan wajah dan ada peningkatan
menonjol tiap latihan pada vital sign, maka dengan segera harus dihentikan.
2. PELAKSANAAN TERAPI DENGAN TERAPI LATIHAN ANTARA
LAIN :
A. Breathing Exercise
Breathing exercise adalah salah satu bentuk latihan pernafasan
yang ditujukan untuk mencegah penurunan fungsional system respirasi.
Deep breathing exercise bertujuan untuk meningkatkan volume paru,
meningkatkan dan redistribusi ventilasi, mempertahankan alveolus agar
tetap mengembang,meningkatkan oksigenasi, membantu membersihkan
sekresi mukosa, mobilisasi sangkar thorak, dan meningkatkan kekuatan
dan daya tahan serta efisiensi dari otot-otot pernafasan (Levenson,1992).
Pelaksanaannya yaitu posisi pasien half lying dengan kepala berada diatas
bantal. Terapis berada disamping pasien dan memberi aba-aba kepada
pasien.Pasien diminta untuk menarik nafas sedalam mungkin melalui
hidung dimulai dari akhir ekspirasi kemudian mengeluarkannya secara
rileks melalui mulut. Setiap latihan dapat dilakukan 8 hitungan, 2x
pengulangan
Gambar 4.1 Breathing exercise (Kisner,1996)
B. Pengaturan posisi tidur
Tujuannya mengontrol timbulnya spastisitas dan mencegah pola sinergis.
1) Posisi tidur telentang
Posisi tidur telentang pada pasien stroke akut adalah protraksi
gelang bahu,abduksi,eksternal rotasi bahu,ekstensi siku,lengan bawah
supinasi,pergelangan tangan ekstensi,jari jari abduksi dan ekstensi,.Untuk
posisi tungkai protraksi,semifleksi dan internal rotasi sendi panggul,pada
lutut sedikit semi fleksi.Kepala pada posisi netral atau lateral fleksi ke sisi
yang sehat.Posisi tersebut diatas kurang menguntungkan karena
memudahkan terjadinya retraksi sendi bahu dan sendi panggul,oleh karena
itu maka pada bahu dan kengan diletakkan banntal sehingga bahu sedikit
ke sorong ke depan (Protraksi).Bantal juga diletakkn dibawah sendi
panggul untuk mencegah panngul jatuh ke belakang dan tungkai memutar
keluar (soehardi,1992).
Gambar 4.2 posisi tidur telentang (johnsone,1987)
2) Pengaturan posisi tidur miring ke sisi sehat
Posisi tidur miring pada pasien stroke adalah pasien harus miring
penuh,bahu yang lumpuh harus mengahap protraksi dengan diganjal bantal
sampai lengan bawah hingga lengannya harus lurus.pada tungkai sedikit
semi fleksi dengan kaki yang lumpuh berada didepan kaki yang sehat
diantara kedua tungkai tepatnya diantara kedua paha diganjal dengan
bantal (soehardi,1992).
Gambar 4.3 Posisi tidur miring ke sehat (Johnstone,1987)
3) Pengaturan posisi tidur miring ke sisi lumpuh
Posisi miring dimana bahu yang lumpuh tidak boleh tertindih.dan
harus terdorong agak kedepan, tunghkai yang sehat semifleksi pada hip
dan lutut terletak didepan tungkai yang lumpuh,tungkai yang lumpuh
ekstensi pada hip dan semi fleksi pada lututnya ( Soehardi,1992)
Gambar 4.4 posisi tidur miring ke sisi lumpuh
C. Mobilisasi Dini Gerak Aktif Dan Pasif (ROM)
1. Latihan gerak pasif
a) Latihan pada anggota gerak atas secara pasif
Posisi pasien selama diberikan latihan pasif adalah tidur
telentang.sedangkan terapis berada pada samping bed pasien dekat
dengan sisi yang sakit, pengulangan gerakan pada saat latihan
adalah perhitungan 8 kali hitungan 2 kali pengulangan, berikut ini
gerakan yang diberikan terapis:
1) Gerakan pada pergelangan tangan dan jari
Yaitu 1 tangan terapis memegang pergelangan tangan dan 1
tangan yang lain memegang jari-jari tangan pasien kemudian
(menggengam dan membuka ) kemudian pergelangan tangan
diarahakn fleksi ekstensi.
Gambar 4.5 Gerakan pergelangan tangan dan jari
2) Gerakan pada siku
Yaitu 1 tangan terapis memangang siku dan 1 tangan
memegang tangan yang lupuh,fleksi ekstensi dan arah supinasi
dan pronasi.
Gambar 4.6 latihan gerak siku
3) Gerakan latihan pasif pada bahu
Yaitu 1 tangan terapis memegangi pergelangan tangan pasien
dan siku pasien sebagai stabilitas, kearah fleksi ekstensi dan
arah abduksi adduksi.
Gambar 4.7 sendi bahu
b) Latihan pada anggota gerak bawah.
1) Latihan gerak pada pergelangan kaki.
Posisi pasien tetap tidur terlentang dan terapis berada disamping
pasien dekat dengan sisi yang lumpuh. Latihan dimulai dari kaki,
terapis memegang jari jari pasien kemudian secara bersamaan
digerakkan kearah fleksi dan ekstensi jari jari kaki (Gb. 4.8 a),
dilanjutkan dengan gerakan inversi dan eversi (Gb.4.8 b) serta gerak
plantar fleksi dan dorsal fleksi pergelangan kaki (Gb. 4.8 c).
Gambar 4.8 Latihan gerak pasif pada pergelangan kaki (Kisner,
1996)
a. Latihan gerak pasif pada sendi lutut dan sendi panggul.
Gerakan ini dilakukan secara bersamaan, satu tangan terapis
memegang tumit pasien yang lumpuh sedangkan tangan yang
satunya memegang dibawah lutut, kemudian terapis
menggerakkan tungkai kearah fleksi dan ekstensi panggul disertai
dengan fleksi dan ekstensi pada sendi lutut (Gb. 4.9) kemudian
menggerakkan abduksi dan adduksi sendi panggul (Gb. 4.10),
kemudian digerakkan kearah sirkumduksi (Gb. 4.11)
Gambar 4.9 Latihan gerak fleksi dan ekstensi pasif pada panggul dan
lutut (Kisner, 1996)
Gambar 4.10
Latihan gerak abduksi dan adduksi pada sendi panggul (Kisner, 1996)
Gambar 4.11 Latihan gerak sirkumduksi pada sendi panggul (Kisner,
1996)
2. Latihan gerak aktif aktremitas atas dan bawah
a. Latihan I
b. Latihan II
c. Latihan III
d. Latihan IV
e. Latihan V
f. Latihan VI
g. Latihan VII
h. Latihan VIII
i. Latihan IX
4) Peningkatan kemampuan fungsional dengan latihan fungsional
a. Latihan Bridging
Latihan aktif bridging dilakukan dengan posisi pasien terlentang
dengan lutut ditekuk posisi terapis menyesuaikan posisi pasien
pelaksanaannya posisi
permulaan tidur, kedua lutut ditekuk kedua lengan lurus di samping tubuh,
angkat pangul keatas,terapis dapat membantu menarik lutut kemudian
dilakukan penekanan pada lutut.letihan ini dilakukan dengan pengulangan
1 x 8 hitungan.
Gambar 4.12 Bridging pose
b. Latihan gerak rotasi trunk
Posisi pasien tidur telentang dengan kaki ditekuk sedangkan terapis
berada pada sisi lesi pasien.1 tangan pasien berada pada lutut dan 1 tangan
berada pada bahu pasien,terapis menggerakakn lutut pasien ke samping
kiri dan kanan.Dilakukan 8 kali hitungan 2 kali pengulangan.
Gambr.4.13 rotasi trunk pose
c. Latihan aktivitas miring kesisi sehat dan kesisi yang sakit dari posisi
terlentang.
Posisi pasien tidur terlentang, terapis berdiri disisi sehat. Pasien
diminta miring kesisi sehat dengan cara mengangkat tangan yang lumpuh
keatas kemudian dirotasikan kesisi sehat dibantu dengan tangan yang
sehat, lutut pasien ditekuk kemudian digulingkan kesisi sehat, kemudian
diminta memutar badannya kesisi sehat. Pada latihan aktivitas miring
kesisi sehat pada dasarnya sama dengan miring kesisi sakit cuma posisi
miringnya kearah sakit.
Gambar 4.14 Latihan miring sisi sehat dan sakit (johnstone, 1987)
d. Latihan aktivitas bangun ke duduk
Latihan aktivitas fungsional bangun ke duduk dilakukan dengan
posisi pasien terlentang keduduk, posisi terapis menyesuaikan posisi
pasien. Pelaksanaan :pasien dalam posisi terlentang, kedua lutut ditekuk
dan diganjal bantal, kedua lengan lurus ke atas dengan jari – jari tangan
dijalin satu sama. Kemudian setelah itu pasien diminta berguling kesisi
yang lumpuh dimana dimulai dengan ayunan lengan rotasi gelang bahu,
badan baru diikuti gerak panggul dan tungkai. Rotasi bahu dan panggul
merupakan refleks yang penting untuk mencegah pola spastic ekstensi.
Setelah pasien berguling di sisi yang lumpuh diminta bergerak ke bed
sebagai tumpuan berat badan.Kaki saling disilangkan dan diturunkan
kelantai. Saat bangun ke duduk tersebut sambil dibantu terapis. Dengan
pegangan pada lengan pasien yang sehat dan kaki yang sakit. Bantuan
terapis tersebut berupa gerakan menarik lengan pasien. Sesudah sampai
keposisi duduk, posisi tungkai harus selalu menapak penuh. Sesudah
sampai ke posisi duduk tersebut perlu diperhatikan ekspresi wajah pasien,
apakah menjadi pucat, keluar keringat dingin, keluhan rasa mual atau
muntah maupaun rasa pusing. Dicek pula terjadi peningkatan denyut nadi
melebihi 100 kali per menit atau turun melebihi 60 kali per menit dan
pernapasan menjadi cepat atau lambat, sebaiknya pasien dibaringkan
kembali dan diselimuti (Lihat gambar 4.15).
Gambar 4.15 bangun keduduk (johnstone, 1987)
e. Latihan aktivitas fungsional untuk keseimbangan duduk
Latihan aktivitas fungsional untuk keseimbangan duduk dilakukan
dengan posisi pasien duduk, posisi terapis menyesuaikan posisi pasien.
Setelah pasien sampai ke posisi duduk dengan posisi kedua kaki menapak
lantai dan kedua lengan diletakkan di sisi tubuh kemudian dilatih
keseimbangan dengan pegangan terapis pada kedua bahu pasien. Pada saat
itu pula dilanjutkan latihan keseimbangan dengan pegangan terapi pada
bawah leher, sedangkan posisi kedua tangan pasien diletakkan diatas
pangkuannya. Kemudian pasien digoyangkan ke kanan kiri dan depan
belakang untuk beberapa detik. Apabila pasien belum bias
mempertahankan keseimbangannya selama 30 detik maka latihan tersebut
perlu ditingkatkan lagi ( Lihat gambar 4.16).
Gambar 4.16 Latihan keseimbangan duduk (Johnstone, 1987)
f. latihan aktifitas duduk ke berdiri
Latihan dimulai dari posisi pasien duduk dnegan kaki pasien
menapak sempurna dilantai,terapis berdiri didepan pasien.kedua tangan
pasien memegang pinggag terapis memegang pada crista
iliaca.terapismemberikan fiksasi pada kedua lutut pasiendengan
menggunakan lutut terapis.kemudian terapis memberikan aba-aba
condongkan badan kedepan,angkat pantat ...yakk !! berdiri..!!
Gambar 4.17 duduk ke berdiri
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://jelajahfisio.blogspot.com/31-10-2012
Anonim.http://indonesianrehabequipment.com/31-10-2012
Anonim.http://www.kalbe.co.id/31-10-2012
Recommended