View
1.577
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
Sejarah Dunia Umum Asia Afrika
Citation preview
Sejarah Dunia
Makalah Kelompok
Peradaban Asia dan Afrika Kuno
Disusun oleh:
Hana Hanifah 1006694403
Ika Annisaa Farista 1006664722
Departemen Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah adalah peristiwa yang penting dan memiliki dampak yang luas bagi masyarakat.
Salah satu peristiwa sejarah yang penting dalam sejarah manusia adalah peradaban kuno.
Peradaban kuno dimulai pada tahun 8000 SM yang ditandai dengan pembangunan pemukiman-
pemukiman petani di daerah-daerah yang memiliki tanah yang subur terutama yang terletak di
tepian sungai Mesir, Afrika, Asia, dan Eropa. Dengan hasil pertanian yang melimpah, daerah
tersebut tumbuh pesat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk sehingga memungkinkan
terbentuknya peradaban. Contoh dari peradaban besar tersebut antara lain Peradaban Sungai Tigris
dan Eufrat (Mesopotamia), Peradaban Sungai Nil di Mesir, Peradaban Sungai Indus (Pakistan-
India), dan Peradaban Sungai Kuning dan Yangtze (China).
Di dalam peradaban kuno tersebut, masyarakat sudah mengenal sistem kenegeraan
misalnya sistem politik kerajaan atau dinasti. Pada beberapa peradaban juga diperkenalkan sistem
stratifikasi sosial yang mengkelompokkan manusia ke dalam kasta tertentu. Di dalam sistem
ekonomi, masyarakat peradaban kuno sudah mengenal sistem barter yang sederhana. Pada
perkembangannya, peradaban kuno tersebut semakin maju seiring dengan penemuan teknologi
penggunaan logam seperti tembaga dan perunggu. Dalam peradaban kuno tersebut, banyak aspek
sosial kemasyarakatan yang menarik untuk dilihat lebih lanjut. Untuk itu dalam makalah ini,
penulis akan menguraikan lebih lanjut mengenai peradaban kuno besar khususnya yang terjadi di
Asia dan Afrika.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Peradaban Asia Kuno
1. Peradaban Mesopotamia1
Pada tahun 5000 SM, peradaban manusia pertama di dunia berkembang di daerah
Mesopotamia yang kini kita kenal sebagai wilayah Irak. Mesopotamia dalam bahasa Yunani
memiliki arti “daerah diantara sungai-sungai”. Mesopotamia terletak diantara dua sungai besar
yaitu Eufrat dan Tigris yang menjadikan lahannya sangat subur dan berbentuk melengkung
seperti bulan sabit sehingga Mesopotamia kerap dijuluki The Fertile Cresent Moon (Bulan Sabit
Subur). Penduduk yang mendiami wilayah Mesopotamia umumnya bermata pencaharian sebagai
petani karena selain memanfaatkan kesuburan lahannya, penduduk Mesopotamia sudah mengenal
sistem irigasi yang baik dan membuat bendungan. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain,
penduduk Mesopotamia melakukan barter dengan penduduk dari luar. Dengan hasil sumber daya
pertanian yang melimpah, Mesopotamia memiliki daya tarik yang besar untuk menarik penduduk
dari luar Mesopotamia untuk pindah. Perkembangan yang seperti inilah yang membuat peradaban
Mesopotamia menjadi salah satu peradaban manusia yang besar di Asia.
Daerah Mesopotamia pertama kali ditempati oleh Suku Ubaid. Suku Ubaid bermata
pencaharian sebagai petani dengan menanam biji-bijian di daerah yang subur dengan
memanfaatkan aliran sungai sebagai sumber irigasi. Tidak banyak literatur yang menjelaskan
secara pasti mengenai kepunahan Suku Ubaid. Hanya disebutkan bahwa setelah Suku Ubaid
punah, Suku Sumeria adalah suku yang berikutnya menempati Mesopotamia. Sama seperti Suku
Ubaid, Suku Sumeria juga menggantungkan kehidupannya kepada sektor pertanian dan
memperbaharui sistem irigasi dengan membuat waduk agar tetap dapat melakukan pengairan
meskipun di musim kemarau. Pertanian Suku Sumeria juga maju karena sudah mengenal sistem
membajak sawah dengan bantuan hewan dan pengangkutan hasil pertanoan dengan kereta atau
gerobak kuda. Pada masanya, Suku Sumeria sudah menggenal tulisan paku huruf paku yang
ditulis diatas papan tanah liat. Suku Sumeria adalah bangsa yang percaya kepada animism dan
menyembah banyak dewa seperti Enlil (Dewa bumi), Ea (Dewa air), Anu (Dewa langit), Sin
(Dewa bulan), Samas (Dewa matahari), Ereskiga (Dewa kematian), Ra (Dewa seni).2 Suku
Sumeria ini berkuasa pada tahun 3000 – 2340 SM dan mulai membangun negara kota di
sepanjang aliran sungai di Mesopotamia. Setiap negara kota tersebut dipimpin oleh seorang Raja
1 Rangkuman dari Tim Program Belajar Sambil Bermain Yayasan Gemah Ripah, Sekilas Sejarah Dunia, (Bali:
Penerbit Buku Arti, 2011), hal. 18-27 2 Ibid., hal. 24
yang saling berebut kekuasaan. Contoh negara kota tersebut antara lain Ur, Uruk, Nippur, Adab,
Lagas, dan Kish.
Raja yang pertama kali berhasil membangun kekaisaran di Mesopotamia adalah Raja
Sargon dari kota Agade yang berhasil mengalahkan negara kota lain di Mesopotamia dan suku
lain di daerah utara Mesopotamia sampai ke Laut Tengah. Kekaisaran ini tidak berlangsung lama
karena banyaknya kota yang melepaskan diri dan akhirnya Mesopotamia diambil alih oleh
Kekaisaran Babylon, Assyria, dan terakhir Babylon baru. Babilonia adalah kekaisaran yang pada
tahun 1792 – 1750 SM dipimpin oleh Raja Hammurabi. Dibawah kekuasaannya, Babilonia
mengembangkan undang-undang. Undang-undang tersebut dipercaya merupakan pemberian
Dewa Marduk dan dipahat di atas tugu setinggi 8 kaki. Undang-undang Hammurabi ini berisikan
peraturan hukuman yang ketat seperti hukuman mati dan mutilasi untuk pelanggaran kecil.
Setelah kematian Raja Hammurabi, daerah Mesopotamia dikuasasi oleh Kekaisaran Assyria yang
dibangun di tepi Sungai Tigris dengan ibu kota Assyria. Suku Assyria adalah bagian dari rumpun
Suku Semit.3 Kekaisaran Assyria sangat maju dalam dalam bidang militer dan pendidikan. Raja
yang terkenal dari Assyria adalah Raja Assurbanipal yang meninggalkan banyak tulisan
mengenai agama, sastra, ilmu pengobatan, matematika, kamus, dan sejarah dalam bentuk 22.000
buah lempengan tanah liat. Sepeninggalnya Raja Assurbanipal, daerah Mesopotamia dikuasai
kembali oleh Kekaisaran Babilonia Baru di bawah pemerintahan Raja Nebukadnezar II. Raja
Nebukadnezar II dari suku Khaldea membangun kembali kota Babilon dan menaklukan Yesuda
dan Yerusalem. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Menara Babel dan Taman Gantung.
Kematian Raja Nebukadnezar II, membuat kejayaan Babylon melemah sehingga dikuasai oleh
Kerajaan Persia yang kemudian dihancurkan oleh Alexander The Great dari Makedonia, Yunani.
Peninggalan lain dari peradaban Mesopotamia adalah bangunan Ziggurat yang berbentuk seperti
piramida dan digunakan sebagai tempat upacara. Ziggurat adalah peninggalan budaya suku
Sumeria, Ashur, Mari, dan Babilon.
2. Peradaban Lembah Sungai Indus
Lembah Sungai Indus yang kini kita kenal sebagai wilayah Pakistan dan India merupakan
merupakan peradaban yang maju di sektor pertanian dan peternakan. Pada peradaban ini juga
lahir dua agama besar di dunia yaitu Hindu dan Budha. Peradaban di Lembah Sungai Indus
dimulai dari pembangunan kota-kota disepanjang Lembah Sungai Indus. Salah satu kota yang
terkenal adalah Kota Harappa dan Mohenjo-Daro. Kedua kota tersebut dibangun dengan
arsitektur yang baik dengan sistem sanitasi yang juga maju. Peradaban Harappa ini juga sudah
3 N. Daldjoeni, Geografi Kesejarahan I: Peradaban Dunia, (Bandung: Penerbitan Alumni, 1995), hal. 76
mengenal budaya seni yang tinggi yang terlihat dari peninggalan peralatan dan hiasan tembikar
dan arca dewa-dewi. Pada tahun 1800 SM, peradaban Sungai Indus runtuh tanpa diketahui
penyebab yang jelas. Namun para ahli sejarah meyakini bencana alam atau gempa bumi adalah
penyebab kemusnahan kota.
Setelah Peradaban Harappa runtuh, Lembah Sungai Indus mulai dikuasai oleh Bangsa
Arya yang percaya bahwa mereka adalah bangsa yang terhormat dan murni. Bangsa Arya
menempati wilayah yang luas mulai dari Sungai Gangga dan Brahmaputra sampai ke delta Laut
Benggala. Dengan wilayah yang memiliki tanah yang subur, Bangsa Arya mengembangkan
pertaniannya dengan membuat saluran irigasi dan waduk.
Bangsa Arya menyembah dewa-dewi seperti Varuna (dewa lautan/langit), Ratri (roh
malam hari), Agni (Dewa Api), Parjanya (Dewa hujan), Mitra (Dewa Matahari), dan Indra
(Dewa peredam kekacauan dan merupakan penguasa panteon).4 Ajaran untuk menyembah dewa-
dewi ini tercantum di dalam Rig Weda yang terdiri dari kumpulan puisi kuno dalam bahasa
Sansekerta. Pada masa Rig Weda selanjutnya, pendeta bukan hanya pemimpin ibadah tetapi juga
menjadi kasta tertinggi dalam masyarakat India yang bersifat turun temurun. Kasta kedua adalah
ksatria atau kelas pemimpin kemudian diikuti kasta Vaisha atau kelas petani dan pedagang dan
terakhir kasta Sudra atau kelas budak. Keempat kasta tersebut disebut catur warna dan menjadi
awal perkembangan agama Hindu. Agama Hindu menyebar di India pada tahun 1000 – 550 SM
dengan unsur kasta yang paling dominan.
Ajaran agama Hindu yang dinilai membebani masyarakat biasa dan hak mutlak kaum
brahamana yang sangat diskriminatif memunculkan pemberontakan akan ajaran para brahmana.
Dua tokoh yang menonjol adalah Nataputta Vardhanamana atau Mahawira dan Siddharta
Gautama atau Sang Budha. Mahawira adalah seorang pangeran suku Jnatrika yang tidak percaya
dengan ajaran para brahmana dan menyebarkan ajaran 5 sila yaitu ahimsa (tidak melakukan
kekerasan terhadap semua makhluk hidup), satya (kebenaran), asetya (menahan diri dari
perbuatan mencuri), brachmacharya (penolakan atas kenikmatan seksual), aparigraha
(melepaskan diri dari semua benda material).5 Ajaran Mahawira ini kemudian dikenal sebagai
aliran Jain. Agama lain yang anti-kasta dan anti-brahmana adalah agama Budha yang disebarkan
oleh Siddharta Gautama. Sang Budha mendapatkan wahyunya setelah melakukan meditasi dan
tapabrata di bawah pohon Bodi. Budha mengajarkan bahwa manusia harus membebaskan diri
dari nafsu agar dapat membebaskan diri dari eksistensi yang menjerumuskan kepada penderitaan
dan kematian.
4 Ibid., hal. 41
5 Ibid., hal. 43
Pada tahun 500 SM sampai 550 SM muncul beberapa kerjaan besar di India Utara salah
satunya Kekaisaran Maurya. Kekaisaran ini dibangun oleh Chandragupta yang memegang ajaran
Hindu Arya yang percaya bahwa berdasarkan ajaran Kautilya penguasa harus menciptakan
ketentraman dengan memastikan bahwa sistem kasta berjalan dengan benar. Pada akhir
kekuasaannya, Chandragupta menjadi pengikut ajaran Jain. Kekuasaan Kekaisaran Maurya
kemudian dipegang oleh Bindusara yang terus memperluas wilayah kekuasaan Maurya. Namun
puncak kejayaan kekaisaran Maurya terjadi pada masa kepemimpinan Ashoka. Raja Ashoka
awalnya adalah pemimpin otoriter yang kemudian sadar akan kekejamannya setelah memeluk
agama Budha. Raja Ashoka kemudian memfokuskan hidupnya untuk mengejar dharma atau jalan
kebenaran. Selanjutnya, Raja Ashoka menyebarkan agama Budha dengan damai dan penuh
toleransi terhadap agama besar lainnya di India yaitu Hindu. Raja Ashoka mengirimkan anak-
anaknya untuk menyebarkan agama Budha ke Asia Tenggara, Asia Tengah, dan Yunani.
Kebesaran Kerajaan Maurya akhirnya meredup setelah lima puluh tahun kematian Raja Ashoka.
Namun pengaruh kebudayaan India sangat terlihat pada peradaban di Asia Tenggara seperti di
Indonesia dan Kamboja.
3. Sungai Kuning dan Yangtze
Peradaban di Sungai Kuning dimulai sekitar tahun 8000 SM karena tanahnya yang subur
sehingga memungkinkan sektor pertanian tumbuh dengan pesat sedangkan peradaban di Sungai
Yangtze dimulai pada tahun 3000 SM. Kemampuan masyarakat dalam pengaturan air yang
mengakibatkan terjadinya surplus pangan menyebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk yang
cepat sehingga memungkin terjadinya peradaban China. Selain itu, masyarakat China juga mulai
melakukan pekerjaan lain seperti membuat barang kerajinan berupa perhiasan dan ukiran batu
giok.
Peradaban China dimulai dengan sistem dinasti dimana pemilihan raja ditentukan
berdasarkan kebijaksanaan bukan berdasarkan keturunan. Berdasarkan catatan sejarah, China
memiliki tiga raja bijak yaitu Yao, Shun, dan Yu. Yu adalah seorang adipati yang berhasil
membangun sistem irigasi yang baik sehingga hasil pertanian melimpah dan jumlah penduduk
meningkat drastis yang mengakbitkan terjadinya migrasi ke Pulau Taiwan, Asia Tenggara, dan
seluruh kepualauan Pasifik. Penobatan Raja secara turun temurun dilakukan sejak Yu dan
berdirilah dinasti pertama di China yaitu Dinasti Xia yang berkuasa selama 400 tahun mulai dari
2200-1766 SM.6 Pusat pemerintahan Dinasti Xia terletak di Erlitou atau sekarang di Provinsi
Henan. Pada masa ini perunggu sudah digunakan untuk peralatan rumah tangga dan perhiasan.
6 Ibid., hal. 50
Dinasti di China memiliki perjalanan sejarah yang panjang dengan siklus yang hampir
sama yaitu kekuasaan raja yang turun temurun yang melahirkan kediktatoran sehingga
mendapatkan pemberontakan dari rakyat yang kemudian membentuk dinasti baru, dan kembali
pola tersebut terjadi kembali. Setelah kejatuhan Dinasti Xia, akhirnya Dinasti Shang yang
mengambil alih. Dinasti Shang menggunakan sistem pemerintahan feudal yang sanagt otoriter
sehingga terjadi kembali pemberontakan yang mengakibatkan Dinasti Zhou yang berkuasa.
Dinasti Zhou memiliki daerah kekuasaan yang luas namun ini menyebabkan terjadinya banyak
perang karena semua wilayah ingin menjadi pemimpin. Pada tahun 286 SM, Cheng berhasil
meredakan peperangan dan mengakhiri Dinasti Zhou. Pada masa Dinasti Cheng diberlakukan
sistem wajib militer , pembangunan jalan, kanal, dan saluruan irigasi di seluruh China. Bangunan
bersejarah lainnya adalah Tembok Besar China yang dibangun dibawah pemerintahan Shi
Huangdi untuk membuat batas wilayah kekuasaannya. Setelah kematian Shi Huangdi, terjadi
perang sipil yang berkepanjangan. Perang sipil berhasil ditumpaskan oleh Liu Pangyang kembali
menyatukan China dan menjadi kaisar dari dinasti pertama yang terlama menguasai China yang
sudah bersatu (selama 400 tahun). Dinasti tersebut diberi nama Dinasti Han. Pada masa dinasti
Han, perdagangan dan perekonomian berkembang dengan pesat dengan pembangunan rute jalur
Sutera. Berkat jalur ini juga, Budha masuk ke China. Dinasti Han juga memperluas daerah
kekuasaannya sampai ke wilayah yang saat ini kita kenal sebagai Semenanjung Korea. Kejayaan
Dinasti Han ini hanya bertahan sampai 220 SM karena banyaknya permasalahan domestik yang
menyebabkan Chian terpisah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Peninggalan dari Peradaban China
yang besar selain Tembok Besar China adalah seni filsafat seperti Konfusianisme, pemikiran Sun
Tzu, dan aliran Tao.
2.2 Peradaban Afrika Kuno
1. Aspek Geografis Afrika
Afrika merupakan benua terbesar setelah Asia, dengan tinggi daratan rata-rata 660 meter dari
permukaan laut. Dengan wilayah luas dan tebing curam yang mengelilingi pesisirnya, Afrika
hanya mempunyai sedikit pelabuhan dan pulau natural, sehingga mempersulit komunikasi dalam
kontinen tersebut. Kondisi fisik Afrika dikatakan bervariasi karena mempunyai gunung, tanah
rawa, hutan tropis dan gurun pasar. Dengan iklim rata-rata yang cukup panas, daerah di sekitar
equator mempunyai curah hujan yang cukup banyak, sehingga terdapat banyak hutan hujan.
Semakin jauh dari garis equator, kondisi geografis Afrika berubah menjadi savana, daratan
curam, semi-dessert, dan gurun pasir. Di daerah utara, semi-dessert dikenal dengan nama Sahel,
dan gurun pasirnya yaitu Sahara, merupakan gurun pasir terbesar di dunia dan menjadi salah satu
faktor yang menghambat kontak antara kehidupan di Mediterranean dan daerah sub-sahara
Afrika. Di daerah selatan, gurun pasir Kalahari memisahkan daerah daratan tinggi dan pesisir
selatan dengan wilayah Afrika tengah.7 Karakteristik wilayah ini dipengaruhi oleh letak Afrika
yang dilewati oleh garis equator.
Faktor alamiah lain yang penting dalam penjelasan sejarah Afrika adalah kondisi
tanahnya yang dipengaruhi oleh iklim tropis, yang artinya mineral dan nutrisi di dalamnya
mudah dikikis sehingga produktivitasnya cepat menurun. Kebanyakan wilayah di Afrika
mengalami kelangkaan air. Hama dan serangga seperti nyamuk dan berbagai jenis belalang
menghambat perkembangan pertanian dan pastoralism di Afrika, terutama karena keberadaan
nyamuk tsetse yang menghambat penyebaran sapi dan kuda di hutan-hutan Afrika. Meskipun
begitu, berbagai jenis binatang lain yang hidup di wilayah ini membuat cara bertahan hidup
dengan memburu dan memancing lebih memungkinkan. Afrika juga mempunyai komoditas
mineral yang menjadi komoditas utama perdagangan sejak awal peradaban, seperti garam, besi,
tembaga dan emas.8
7 Albert M. Craig, William A. Graham, et.all. “Africa: Early History to 1000 C.E.” dalam The Heritage of World
Civilization, (USA: Pearson Prentice Hall Publishers, 2009), halaman 120. 8 Ibid., halaman 121.
Gambar 1. Peta Geografis Afrika Kuno
Sumber: The Heritage of World Civilization, (Pearson, 2009).
2. Masyarakat Afrika Kuno
Menurut penelitian paleontologi, nenek moyang manusia berevolusi di wilayah Great
Rift Valley di Afrika Timur, kira-kira 1,5 – 1,8 juta tahun yang lalu. Wilayah ini juga
diperkirakan menjadi tempat awal kemunculan spesies Homo sapiens (sapiens), yang merupakan
spesies manusia modern, kira-kira pada tahun 100000 SM.9 Di katakan bahwa dari daerah inilah
spesies manusia modern kemudian berpindah dan mengisi seluruh di dunia.
Wilayah Afrika sudah melakukan kontak dengan wilayah lain, terutama melalui
perdagangan, sejak awal jaman kuno. Penelitian arkeologi menemukan adanya perpindahan
manusia – yang berarti juga perpindahan bahasa, kebudayaan dan teknologi, dari seluruh bagian
Afrika di jaman kuno. Jaringan perdagangan antara Afrika dengan wilayah lain, seperti wilayah
selatan Arab, India dan Indonesia, banyak dilakukan melalui samudera Indian dan daratan Mesir.
Kontak dari jaringan perdagangan ini menyebabkan perpaduan budaya, yang terutama dapat
ditunjukkan dari percampuran bahasa di Afrika Utara dan wilayah Mediterranean.10
Sekitar
1.000 – 3.000 bahasa dan dialek dapat ditemukan di Afrika, yang secara umum dapat
dikelompokkan dalam empat keluarga bahasa indigenous (Afro-Asiatic, Nilo-Saharan, Niger-
Kongo and Khoisan) dan dua bahasa baru (Austonesian di Madagaskar dan Indo-European yang
dibawa dari Eropa Barat).11
3. Kondisi Sahara dan Sudan
Sejak milenum kedua sebelum masehi, wilayah luas Sahara telah memisahkan bagian
Afrika Utara dan Mesir dari wilayah Sudan, Afrika tengah dan Afrika barat. Namun ternyata
hingga 2500 SM, Sahara merupakan wilayah subur dengan danau, sungai dan iklim yang tidak
ekstrem. Pada periode yang dikenal dengan sebutan Wet Holocene (7500 – 2500 SM) ini,
wilayah Sahara ditinggali oleh komunitas riparian yang hidup di pinggiran sungai dan danau.
Temuan penggalian di Khartoum, Sudan membuktikan hipotesis ini. Kemudian barulah sekitar
2500 SM, perubahan iklim mengubah Sahara menjadi daerah kering dan membuat komunitas
riparian berpindah dari wilayah ini.12
Wilayah Sahara berubah menjadi wilayah yang tidak dapat
ditempati, yang memisahkan sebagian besar Afrika dari wilayah Mediterranean dan wilayah
Timur yang dianggap menjadi pusat peradaban awal.
9 Ibid., halaman 122.
10 Ibid.
11 Ibid., halaman 123.
12 Ibid., halaman 125.
4. Kebudayaan Peradaban Afrika Kuno
a. Kebudayaan Neolithic Sudan13
Sejak awal millennium sebelum mahesi, komunitas agrikultural dari kebudayaan
Neolithic dan awal Iron Age menandai wilayah tengah dan barat Afrika, hingga mencapai
wilayah Sudan. Penemuan ini menunjukkan adanya transisi dari budaya berburu dan memancing
menjadi beternak dan bercocok tanam. Perubahan iklim di Sahara menyebabkan perpindahan
masyarakat tersebut ke arah Selatan. Perpindahan ini dibuktikan dengan ditemukannya pottery di
daerah Mali, yang mempunyai karakter sama dengan tradisi pottery di wilayah Sahara.
Masyarakat yang berpindah ini membawa bahasa dan teknik-teknik pertanian, terutama untuk
jenis biji-bijian dan padi, dan juga tenik beternak binatang. Dibantu dengan pengetahuan
mengenai pengolahan besi, mereka juga mempengaruhi evolusi di bidang agrikultural.
Perkembangan di bidang pertanian ini menyebabkan pertumbuhan populasi di wilayah subur
Sudan, terutama di dekat sungai Niger dan sungai Senegal, serta danau Chad. Pusat-pusat
kebudayaan di wilayah sub-Sahara kemudian mulai berkembang. Teknik pertanian dan
peternakan ini kemudian menyebar ke wilayah Timur Afrika.
b. Iron Age dan Kebudayaan Nok
Kebudayaan iron-smelting mulai dikenal secara luas di daratan Afrika sejak abad ke-7
sebelum masehi hingga abad ke-4 masehi. Perkembangan ini menunjukkan bahwa kebudayaan
iron-smelting ini diciptakan sendiri di dalam wilayah Afrika dari wilayah Timur, melalui Mesir,
hingga menyebar ke wilayah selatan, tengah dan barat. Situs-situs Iron Age ditemukan di
wilayah utara Nigeria, tepatnya di daerah daratan tinggi Jos. Penemuan penggalian argkeologi di
wilayah tersebut menunjukkan bukti dari awal Iron Age, yang diberikan istilah kebudayaan Nok.
Penggalian ini menemukan perkakas batu, alat-alat besi dan pahatan-pahatan terra-cotta, yang
dianggap berasal dari 900 – 200 SM.
Perkembangan Kerajaan dalam Peradaban Kuno Afrika14
Selain bentuk-bentuk kebudayaan tersebut, di wilayah Afrika juga terdapat
perkembangan peradaban manusia, yang disebut dengan peradaban Nilotic (di daerah utara
Afrika), mulai dari Kerajaan Kush hingga Dinasti Aksumite, yang terus berkembang hingga
13
Ibid. 14
Rangkuman dari Albert M. Craig, William A. Graham, et.all. “Africa: Early History to 1000 C.E.” dalam The
Heritage of World Civilization, (USA: Pearson Prentice Hall Publishers, 2009), halaman 126 – 130.
masuk periode masehi. Pada umumnya, terdapat empat perkembangan peradaban Nilotic di
Afrika, yang dibagi berdasarkan masa kekuasaan dinasti atau kerajaan.
Peradaban Nilotic pertama yang berkembang adalah periode kekuasaan Kerajaan Kush,
yang pusatnya berada di sebelah atas lembah sungai Nil, di bawah daratan Nubian. Kerajaan ini
sendiri mulai muncul dan menjadi kerajaan yang independen pada awal millennium kedua
sebelum masehi, setelah sebelumnya di daerah Kush tersebut Kerajaan Lama Pharaohs menjajah
Nubia sejak millennium keempat sebelum masehi. Kerajaan Kush yang independen ini
mempunyai ibu kota di Kerma, dan mempunyai komoditas perdagangan utama berupa material
bangunan, gading, budak, tentara bayaran dan emas. Dalam periode 1700 – 1500 SM, kerajaan
ini mengalami kemakmuran dan kesejahteraan yang didapat dari keuntungan perdagangan.
Kejayaan Kerajaan Kush hanya bertahan hingga invasi Hyksos dan dimulainya pemerintahan
kerajaan baru dibawah Mesir.
Peradaban yang kedua ditandai dengan kekuasaan Dinasti Napatan. Dinasti ini dianggap
sebagai kelanjutan dari Dinasti Khush, namun bedanya masyarakat pada dinasti baru ini lebih
mengidentifikasikan diri mereka sebagai masyarakat Mesir. Peradaban masyarakatnya banyak
mengadopsi kebudayaan, protokol dan gelar-gelar yang digunakan di Mesir. Berpusat di
Napatan, Dinasti ini mempunyai kekuasaan hingga Meroe. Napatan Empire bertahan dari abad
ke-10 hingga abad ke-4 SM. Pada abad ke-8 SM, wilayah ini ditaklukan Mesir yang
kekuasaannya bertahan hingga satu abad. Akhirnya kekuasaan Mesir dapat dikalahkan oleh
Assyria pada tahun 650 SM.
Peradaban selanjutnya yang berkembang di Afrika berada ketika periode kekuasaan
Dinasti Meroitic. Setelah Napatan Dinasti dikalahkan oleh pasukan Mesir pada tahun 591 SM,
Meroe menjadi ibu kota politik dan kebudayaan kerajaan. Disini mulai berkembang industri besi
dan penyebaran ilmu pengetahuan dengan jaringan yang sangat luas, mulai dari daratan Afrika
hingga mempengaruhi daerah kebudayaan Hellenistik. Dengan jaringan luas tersebut, dinasti ini
mengalami kemakmuran dari pengembangan berbagai monumen, pottery dan perhiasan. Namun
sayangnya dinasti ini dikalahkan dan dipecah oleh masyarakat Nuba pada abad ke-4 SM.
Akibatnya, dominasi perdagangan dinasti ini diambil alih oleh masyarakat Aksum di daratan
tinggi Abyssinial.
Yang penting dalam peradaban Dinasti Meroitic ini adalah perkembangan sistem politik,
yang mempunyai pola berbeda dengan Mesir. Di Meroitic Empire, raja diatur oleh customary
law, dan mulai dikenal sistem royal election. Pengaruh kepercayaan atau agama sudah mulai
kuat, yang terlihat dari penempatan pendeta atau priests yang dianggap sebagai perwujudan
hidup dari Tuhan, dan kebiasaan penyembahan Amor Adedemak (kepala singa) yang
dipengaruhi kebudayaan Mesir. Di peradaban ini juga diadopsi sistem keturunan maternal,
dimana peran ratu sangat penting. Pentingnya peran ratu ini diperlihatkan melalui
diberlakukannya sistem kandake yang menempatkan kekuasaan dasar monarki kepada ratu.
Sistem pemerintahan dilakukan dengan pembagian delegasi kekuasaan kepada para pangeran
atau prince di tingkat propinsi dengan otonomi yang terbatas karena keterbatasan kemampuan
komunikasi pada masa itu, dan adanya administrasi pusat.
Peradaban keempat yang berkembang dari masa sebelum masehi hingga awal masehi
adalah Dinasti Aksumite yang terdapat di daratan tinggi. Peradaban ini mempunyai industri
perdagangan komersial negara yang kuat, sehingga menyaingi dan melemahkan posisi Kushite
pada tahun 330 sebelum masehi. Kerajaan ini bertahan hingga mendapat pengaruh dari
penyebaran Kristen pada awal masehi dan membentuk Christianize Aksum yang baru, yang
terletak di bagian utama Ethiopia dan Abyssinian. Budaya dalam peradaban ini merupakan
perpaduan antara budaya Afrika dan Arab, yang merupakan akibat dari infiltrasi Arab pada
tahun 500 sebelum masehi. Kerajaan ini terus berkembang hingga masuk dalam periode masehi
hingga ke arah barat dan selatan Afrika. Namun sebenarnya, kerajaan ini sudah menjalin
hubungan perdagangan yang kuat di hampir seluruh wilayah Afrika sejak sebelum masehi.
Peradaban Mesir Kuno15
Peradaban Mesir Kuni berada di sekitar Sungai Nil, dari hulu hingga ke deltanya di Laut
Tengah. Peradaban Kuno di Mesir menjadi peradaban kuno terlama di dunia, karena bertahan
hingga lebih dari 3.000 tahun (3.300 SM – 30 SM) dengan pola yang sama. Wilayah peradaban
ini mempunyai banyak air terjun curam dan delta lebar yang terbentuk dari cabang-cabang
Sungai Nil. Peradaban Mesir Kuno memanfaatkan kesuburan tanah di sekitar Sungai Nil ini
untuk bercocok tanam, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangan perekonomian
yang berdasarkan hasil pertanian. Dengan kemakmuran hasil pertanian inilah mereka
mengembangkan kebudayaan dalam peradabannya. Selain untuk pertanian, Sungai Nil juga
dimanfaatkan untuk transportasi barang atau manusia. Selain karena tanah subur, Peradaban
Mesir Kuno juga dapat bertahan lama karena mempunyai pelindung alami yang berupa gurun di
sebelah barat dan timur, laut di sebelah utara dan air terjun di sebelah selatan, sehingga
mempersulit invasi dari luar. Orang-orang Mesir sendiri pada saat itu menyebut wilayah mereka
sebagai Kemet (Daratan Hitam) yang mengacu pada lahan gelap subur setelah banjir dari Sungai
Nil, dan juga Deshret (Daratan Merah) yang mengacu pada gurun yang panas di siang hari.
15
Rangkuman dari Tim Program Belajar Sambil Bermain Yayasan Gemah Ripah, Sekilas Sejarah Dunia, (Bali:
Penerbit Buku Arti, 2011), halaman 29 – 37.
Pembangunan pemukiman dan kota-kota kecil di daerah Mesir Utara dan Selatan mulai
terjadi pada tahun 3.500 SM. Awalnya perkembangan peradaban di tepi Sungai Nil ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu Mesir Bawah (Lower Egypt) di hilir Sungai Nil dekat Laut Tengah,
dan Mesir Atas (Upper Egypt) di dekat hulu Sungai Nil. Salah satu kota pertama yang cukup
terkenal di Mesir adalah Hierakonpolis, terletak di tepi barah Sungai Nil antara Luxor dan
Aswan. Di kota ini orang-orang Mesir Kuno sudah mengenal lembaran seperti kertas yang
terbuat dari daun papyrus, dimana mereka menggambar dan menulis dengan huruf hieroglif (dari
istilah Yunani hiero-glyphikos yang artinya ‘ukiran sakral’).
Masyarakat Mesir Kuno diperintah oleh raja yang disebut firaun (dalam bahasa Mesir
berarti rumah besar), yang dianggap sebagai anak Dewa Matahari yang disebut ‘Ra.’ Firaun ini
membentuk dinasti dan pemerintahan feudal dengan sistem stratifikasi sosial yang membagi
masyarakat menjadi kasta pendeta, militer, pejabat pemerintahan, seniman, petani dan budak.
Pada peradaban ini masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal sistem pajak dan kerja paksa untuk
membangun piramida serta irigasi. Berdasarkan perkembangan periode sejarahnya, peradaban
Mesir Kuno dapat dibagi dalam delapan periode sejarah utama.
a. Periode Penyatuan dan Dinasti Awal
Sebelum tahun 3.000 SM, kerajaan pertama muncul di Mesir Atas dengan rajanya yang
paling terkenal yaitu Narmer. Pada tahun 3.000 SM, Narmer menyatukan Mesir Atas dan
Mesir Bawah setelah mengalahkan Mesir Bawah. Ibu kota diletakkan di Memphis, yang
berada di antara dua bagian Mesir tersebut
b. Periode Kerajaan Tua (Old Kingdom)
Periode ini terjadi pada masa pemerintahan dinasti keempat pada tahun 2575 – 2465 SM.
Pada masa ini kekuatan kerajaan Mesir mulai meningkat dan meluas, hingga menjalin
hubungan, terutama perniakah politik, dengan Mesopotamia. Bukti dari kejayaannya
dinasi keempat ini adalah ditemukannya monument pemakaman di Saqqarah, yaitu
piramida pertama di Mesir. Memphis masih menjadi pusat administrasi Mesir pada
periode ini.
c. Periode Peralihan Pertama
Tahun 2134 – 2040 SM dikategorikan sebagai Periode Peralihan Pertama dimana
kekuasaan para firaun mulai menurun akibat berkurangnya aliran Sungai Nil yang terjadi
selama puluhan tahun dan terjadinya bencana lapar. Pada masa ini, Mesir terbagi menjadi
dua kerajaan kembali.
d. Periode Kerajaan Tengah (Middle Kingdom)
Pada periode ini, kira-kira pada tahun 2040 SM, Mentuhotep II kembali menyatukan
Kerajaan Mesir yang sebelumnya terbagi pada masa Peralihan Pertama, dan menjadikan
kota Thebes sebagai pusat kekuasaan. Ekspedisi-ekspedisi, baik penjajahan maupun
perdagangan, hingga ke Timur Tengah (Siria dan Palestina) dan ke wilayah selatan
(Nubia). Pada periode ini Perdaban Mesir Kuno dianggap sudah memulai jaman perunggu
karena ditemukannya peninggalan-peninggalan perunggu.
e. Periode Peralihan Kedua
Pada periode ini, sekitar tahun 1640 – 1532 SM, kekuasaan pusat dialihkan ke beberapa
raja lokal. Mesir sendiri dijajah oleh orang-orang Hykos dari Timur Tengah. Namun pada
akhir periode ini, Hykos berhasil dikalahkan oleh firaun Thebes, dan setelahnya Mesir
kembali menyatu.
f. Periode Kerajaan baru (New Kingdom)
Kerajaan baru dimulai tahun 1532 SM, ketika Ahmose I sebagai raja pertama dinasti ke-
18 menyelesaikan pengusiran Hykos dari Mesir. Pada periode ini banyak perluasaan
kerajaan dilakukan oleh Mesir hingga ke daerah selatan, yang sekarang merupakan
wilayah Sudan, ke wilayah timur dan Timur Tengah. Karena ketidakpuasan dengan
kekuasaan, peperangan dan perluasan wilayah banyak terjadi, dimana perampasan harta
dan perbudakan rakyat di wilayah lain menjadi hal yang biasa terjadi.
g. Periode Peralihan Ketiga
Pada periode ini, sekitar tahun 1070 – 712 SM, kekuatan kerajaan Mesir mulai menurun
secara drastis. Meskipun salah satu rajanya, yaitu Shoshenq 1, pernah melakukan
penyerbuan ke Israel, namun kondisi keamanan dan pemberontakan di Mesir sendiri
akhirnya menyebabkan pemisahan Mesir menjadi lima kerajaan.
h. Periode Akhir
Pada periode ini, Kerajaan Mesir sudah kehilangan pengaruhnya, dan berhasil dijajah oleh
bangsa lain, seperti Nubia, Assiria, Persia dan Yunani (Macedonia). Aleksander Agung,
Raja Mecedonia, menaklukan Mesir pada tahun 332 SM dan memasukannya dalam
kekuasaan Kerajaan Hellenistiknya. Setelah Aleksander meninggal pada tahun 323 SM,
Jendral Ptolemeus menjadi gubernur, dan kemudian menjadi raja pada tahun 305 SM,
yang menandakan dimulainya dinasti firaun Prolemeus. Penguasa Hellenistik memerintah
Mesir selama kurang lebih 300 tahun, hingga masa pemerintahan Cleopatra VII yang
menjadi pemimpin akhir dari dinasti Ptolemeus. Mesir runtuh karena dikalahkan oleh
kerajaan Romawi pada tahun 31 SM dalam perang di Actium (Yunani), yang dipimpin
oleh Cleopatra VII dan kekasihnya Marcus Antonius.
Selain karena dinamika kerajaannya, Peradaban Mesir Kuno juga menjadi menarik
karena kebudayaannya yang berupa piramida, mumi dan sistem kepercayaan. Piramida
merupakan bangunan terkenal pada masa Mesir Kuno, bahkan hingga sekarang. Piramida sudah
dibangun sekitar tahun 2700 SM pada periode Kerajaan Tua dan Kerajaan Tengah sebagai
simbol kerajaan yang megah. Pembangunan piramida mencapai puncaknya di bawah firaun
dinasti ketiga sampai dinasti keenam (2686 – 2345 SM). Piramida yang terdiri atas sususan batu
raksasa, berfungsi sebagai kuburan raja Mesir yang megah dan rumit. Di dalamnya terdapat
perhiasan serta patung dari emas, perak dan permata, karena pada masa itu Mesir sudah
mengenal pengolahan logam. Bentuk piramida yang melancip ke atas menyimbolkan sinar
matahari yang menyorot, sehingga firaun yang dikubur di dalamnya dipercaya dapat naik ke
surga.
Selain piramida, Mesir juga menjadi menarik karena kebudayaan mumi atau pengawetan
mayat. Ketika raja meninggal, segala organnya dikeluarkan, kecuali hati, setelah itu dijadikan
mumi dengan menggunakan bahan kimia alami. Setelah itu tubuhnya dibungkus oleh kain yang
berisi jimat sebagai benda kramat untuk menghindari segala periwtiwa buruk. Setelah
melakukan upacara yang dimpin oleh pendeta Mesir, mumi ditempatkan di peti mayat yang
biasanya berisi ukiran emas dan permata untuk memastikan bahwa badan raja yang utuh
berlanjut sebagai rumah untuk jiwanya. Kemudian mayat raja dimakamkan di kamar penguburan
tepat di pusat piramida. Setelah itu jalan lintasan masuk ke piramida disegel untuk
melindunginya dari perampok. Proses pengawetan ini membutuhkan waktu hingga 70 hari.
Pada peradaban kuno ini, Mesir juga telah mengenal kepercayaan yaitu adanya
kehidupan setelah mati. Mereka percaya bahwa istilah surga menunjukkan wilayah yang mirip
keadaan tepi sungai Nil, yang kemudian disebut Fields of Reeds atau ladang-ladang papyrus.
Dewa Osiris dikenal sebagai dewa yang menjaga pintu masuk surga dan hanya memberikan ijin
pada roh-roh yang sepanjang hidupnya berkelakuan baik. Sebelum masuk surga, roh-roh ini
harus melewati perjalanan dan siksaan di neraka. Untuk memastikan perjalanan ini dilewati
dengan baik, banyak upacara dan pengucapan mantra dalam prosesi penguburan. Selain
kepercayaan tentang kematian, masyarakat Mesir Kuno juga menyembah banyak dewa-dewi
(politeisme), yang kebanyakan merupakan manifestasi dari alam. Sistem kepercayaan seperti ini
dapat diketahui dari peninggalan batu-batu dan lukisan di dinding yang berisi huruf hieroglif.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, penulis menemukan beberapa karakter utama dari
peradaban Asia dan Afrika Kuno, yaitu:
1. Kemunculan peradaban di Asia dan Afrika kuno sangat dipengaruhi oleh kondisi
geografis, dimana biasanya peradaban berkembang pesat di daerah aliran sungai yang
mempunyai tanah subur dan perpindahan tempat tinggal yang dipengaruhi oleh
perubahan kondisi geografis.
2. Kegiatan perekonomian pada masa Asia dan Afrika kuno masih bergantung pada kondisi
geografis, seperti keadaan tanah dan keberadaan hewan-hewan tertentu, dan teknologi
pengolahan masih sederhana hingga penemuan teknologi pengolahan tanah liat, besi dan
logam.
3. Peradaban Asia dan Afrika kuno sama-sama sudah mengenal sistem pemerintahan
berdasarkan kekuasaan kerajaan atau dinasti.
4. Peradaban Afrika kuno dipengaruhi oleh perkembangan kekuasaan kerajaan atau dinasti,
yang mempunyai berbagai aktivitas kontak dengan wilayah lain seperti penjajahan,
peperangan atau pernikahan.
5. Peradaban Asia dan Afrika kuno sama-sama mempunyai sistem kepercayaan yang
terlihat dari tradisi penyembahan dewa yang merupakan perwujudan dari hal-hal alamiah
dan juga upacara pemakanan yang rumit.
6. Peradaban Afrika kuno tidak mengisolasi diri dan mengalami pencampuran kebudayaan
dari wilayah lain karena kontak-kontak perdagangan, pernikahan atau kontak sosial
lainnya. Hal ini juga terjadi pada peradaban Asia kuno kecuali peradaban di Sungai
Kuning dan Yang Tze yang mengisolasi diri dari dunia luar karena walaupun
peradabannya bermula di pinggir sungai selanjutnya peradabannya banyak begrantung
pada daratan China yang sangat luas sehingga sulit melakukan kontak dengan dunia luar.
7. Peradaban Asia kuno khususnya peradaban Mesopotamua dan Sungai Kuning dan
Yangtze sudah mengenal ilmu pengetahuan seperti sastra, ilmu pengobatan, dan filsafat
yang hingga kini masih dipelajari.
Recommended