View
236
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
ini merupakan salah satu makalah yang menyajikan mengenai gambaran penyakit alzheimer dilihat dari pandangan kedokteran dan islam secara singkat dijelaskan ayat ayat alquran atau hadits yang menunjang mengenai penyakit alzheimer ini
Citation preview
BAB III
PEMERIKSAAN KOGNITIF TEST YOUR MEMORY (TYM) SEBAGAI
DETEKSI DINI PENYAKIT ALZHEIMER DITINJAU
DARI AGAMA ISLAM
1.1 Kesehatan Jiwa Menurut Syari’at Islam
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari lima kemashlahatan yang ingin
dituju dan diciptakan dalam syariat Islam. Mashlahah, secara bahasa
merupakan lawan dari mafsadah, berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang
mengandung manfaat. Imam al-Ghazali mengemukakan definisi mashlahah
adalah mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka
memelihara tujuan-tujuan syarak. Lima kemashlahatan tersebut dikenal sebagai
Mawashid Al- Syari’ah. Imam al-Syathibi menyebutkan lima kemashlahatan
tersebut meliputi :
1. Memelihara agama (hifzh ad-Din)
2. Memelihara jiwa (hifzh al-Nafs)
3. Memelihara keturunan/kehormatan (hifzh an-Nasb)
4. Memelihara akal (hifzh al-‘Aql)
5. Memelihara harta (hifzh al-Mal) (Zuhroni, 2010).
Para ulama cenderung mendahulukan pemeliharaan agama sebagai
prioritas utama, berikutnya adalah menjaga jiwa, sebab dengan adanya
kehidupan maka akan diperoleh kemashlahatan agama dengan melakukan
ibadah, ibadah hanya bisa dilakukan jika jiwa seseorang dalam keadaan baik.
Urutan ketiga dan keempat adalah menjaga keturunan yang diikuti dengan
15
menjaga akal, sebab tanpa akal yang baik orang sama dengan binatang, berarti
tidak termasuk mukallaf (muslim yang dikenai kewajiban agama atau dibebani
melakukan apa yang telah ditetapkan syāri). Urutan yang terakhir adalah
menjaga harta. (Zuhroni, 2010). Keberadaan lima kemashlahatan di atas sesuai
dengan firman Allah SWT :
Artinya : “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (Q.S. Al-An’Am (6): 151-152).
16
Di dalam Al-Quran ada beberapa istilah yang dapat dikategorikan
sebagai potensi kejiwaan manusia seperti istilah nafsu, qalbu (qalb), akal (aql),
dan roh (Kholid, 2011). Roh diartikan sebagai semangat atau ciri khas sesuatu yang
hidup. Dapat diartikan sebagai faktor adanya kehidupan dan dapat diartikan sebagai
kesadaran segala apa yang telah, sedang dan akan diperbuat (Tajudin, 2012). Roh
seperti yang tercantum dalam firman Allah SWT:
Artinya : “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud “ (Q.S Al-Hijr (15):29).
Akal berasal dari bahasa Arab, yaitu kata jadian ‘Aqala Ya’qilu-Aqlan,
yang secara etimologi berarti mengikat, menahan, mengerti, dan membedakan.
Dari pengertian ini kemudian dihubungkan bahwa akal adalah merupakan daya
yang terdapat dalam diri manusia yang dapat menahan atau mengikat
pemiliknya dari perbuatan buruk dan jahat (Kosasih, 2010)
Selain akal yang merupakan bagian penting dari jiwa ialah qalbu. Qalbu
berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah, atau berbalik.
Menurut kondisinya, qalbu pada manusia terbagi menjadi 3 yaitu: (1) qalbu
yang selamat, yaitu qalbu yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang
bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap shubhat, ketidakjelasan
yang menyeleweng dari kebenaran; (2) qalbu yang mati, adalah qalbu yang
tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepadanya, enggan
menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan
17
diridhai-Nya; (3) qalbu yang sakit, adalah qalbu yang hidup namun
mengandung penyakit. Ia akan cenderung mengikuti unsur yang kuat, apakah
pada keimanannya atau cenderung kepada syahwat (Kania, 2012).
Qalbu sebenarnya dapat berfungsi untuk mengendalikan keputusan-
keputusan akal agar berjalan di atas nilai-nilai moral seperti kebaikan. Qalbu
secara psikologis memiliki daya-daya emosi (al-infi’aliy) yang menimbulkan
daya “rasa“ (al-syu’ur). Fungsi qalbu selain berdaya emosi juga berdaya
kognisi. Hal itu menunjukkan bahwa qalbu memiliki dua daya, yaitu daya
kognisi dan daya emosi. Daya emosi qalbu lebih banyak ditangkap daripada
daya kognisinya, sehingga para ahli sering menganggap qalbu sebagai aspek
nafsani yang berdaya emosi (Kania, 2012).
Adapun nafsu (dalam bahasa Arab al-hawa, dalam bahasa Indonesia
sering disebut hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia
untuk mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan
dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan buruk.
Oleh karena itu, nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak bebas. Untuk
mengendalikan nafsu, manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-
dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang menggerakkan manusia
ke arah tujuan yang jelas dan baik. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada
pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-
muthmainnah atau jiwa yang tenang (Kosasih, 2012). Firman Allah SWT :
18
Artinya “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (Q.S Al-Fajr (89): 27-30).
Dengan demikian keutuhan jiwa manusia adalah manusia yang mampu
menjaga, mengelola, dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara
harmonis, dimana konsep ini menggambarkan manusia yang menuruti hukum-
hukum Allah secara keseluruhan dan dilandasi dengan berserah diri, tunduk,
dan ikhlas kepada Allah untuk menjadi muslim yang kaffah dengan jiwa yang
sehat (Kosasih, 2012). Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang
dapat mengatasi segala gangguan, seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut
mati, dan berbagai ketakutan yang lain. Kegelisahan jiwa menyebabkan
jantung berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak, merasa cemas dan
tertekan. Menurut Islam hal yang dapat dilakukan untuk mengobati kegelisahan
jiwa ialah dengan ‘dzikir Allah’ (Zuhroni, et al, 2003).
Menurut Elzaky dalam bukunya yang berjudul Mukjizat kesehatan ibadah,
bahwa shalat memiliki peran yang sangat penting bagi terciptanya ketenangan
19
serta hilangnya kegelisahan dan stres. Penyebabnya yang paling utama ialah
karena orang yang melaksanakan shalat akan memiliki kepercayaan diri bahwa
ia mampu menghadapai berbagai persoalan hidup karena semuanya merupakan
kehendak Allah SWT. Gerakan sujud dapat menyembuhkan nyeri leher, sakit
kepala, radang sendi, kelelahan, dan gangguan saraf ( Elzaky, 2011).
Selain shalat, ibadah dalam Islam yang sudah terbukti memiliki pengaruh
terhadap masalah kejiwaan dan tingkat stres seseorang ialah zakat. Perasaan
senang dan rida dapat muncul pada diri seseorang setelah mengeluarkan zakat
atau sedekah. Di sisi lain, menunaikan zakat dan memberikannya kepada para
mustahik akan menghilangkan amarah, dendam, kebencian, dan kedengkian
dari hati kaum fakir dan miskin (Elzaky, 2011). Secara sosial ekonomi ibadah
zakat diharapkan dapat mengurangi tingkat stres kaum miskin yang terlalu
berat memikirkan beban ekonomi. Berbagai praktik keagamaan, disamping
bernilai ubudiah, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan
fisik dan psikis (Zuhroni, et al, 2003).
3.2 Larangan Merusak Akal Menurut Syariat Islam
Islam sangat menekankan pemeliharaan akal. Akal diposisikan sebagai
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan insani. Manusia dimuliakan dari
makhluk lain karena eksistensi akalnya (Zuhroni, 2010). Begitu pentingnya
akal dalam Islam dapat terlihat dari firman Allah SWT :
20
Artinya : “Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir” (Q.S. Yunus (10):24).
Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, segala bentuk
kekuasaan Allah ditunjukkan kepada para hamba yang mempergunakan
akalnya. Akal itu merupakan rahmat Allah yang luar biasa kepada manusia,
sehingga manusia memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk
lainnya. Oleh sebab itu akal juga yang membedakan manusia dari hewan.
Kalaupun ada hewan yang cerdas, maka secerdas-cerdasnya hewan itu
bukanlah merupakan produk akalnya akan tetapi itu merupakan kecerdasan
instingnya. Akan tetapi manakala manusia yang tidak memanfaatkan akal
pikirannya dengan baik maka nilai manusia itu tidak akan lebih baik dari
hewan yang cerdas tadi. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam berbagai
surat dalam al-Qur’an agar manusia benar-benar memanfaatkan akal fikirannya
dalam mengkaji agama Allah (May, 2010).
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S.Ali-Imran: (3): 190-191).
21
Dari makna ayat tersebut di atas, jelas sekali betapa Allah menganjurkan
kepada manusia memberdayakan fungsi akalnya untuk mengingat kebesaran-
Nya. Allah menyuruh kepada manusia untuk memperhatikan, merenungkan,
mengkaji dan meneliti betapa canggihnya fenomena alam hasil ciptaan-Nya.
Dengan pemberdayaan fungsi akal pikiran itu , maka rasa kagum kepada Allah
akan tercipta, dan dengan kekaguman itu juga maka keimanan itu akan menjadi
kokoh (May, 2010).
Syariat Islam sangat menekankan memelihara akal dengan mengharamkan
berbagai tindakan yang dapat merusak potensi akal, seperti larangan
mengonsumsi khamar dan narkoba, memberikan sanksi berat bagi pelakunya.
Akal diberikan kebebasan untuk memahami, memikirkan, dan menggunakan
dalil atau bukti logis dan menolak taqlid buta dan dianjurkan menjaga
kecerdasan akal, baik secara fisik maupun psikis. Islam sangat
mengistimewakan akal, dianjurkan untuk memikirkan berbagai objek di alam
semesta. Diharamkan mengikuti sesuatu yang hanya didasarkan pada
dongengan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Zuhroni,
2010). Sesuai dengan firman Allah SWT :
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al-Isra’ (17): 36).
22
Berbagai upaya medis yang termasuk dalam upaya menjaga akal, antara lain,
berupaya menyembuhkan stres fisik untuk menjaga kesehatan mental,
menghindari penyalahgunaan alkohol, obat, dan zat adiktif lainnya yang
mengakibatkan penurunan daya intelektualitas. Dilihat dari segi
kepentingannya, memelihara akal dapat dibedakan menjadi tiga peringkat :
1. Memelihara akal peringkat dlarúriyyah (primer), seperti diharamkannya
minum-minuman keras. Jika ketentuan ini dilanggar, akan berakibat
terancamnya eksistensi akal dan diancam siksa di akhirat. Bahkan, dalam
batasan hukum islam dikenai sanksi cambuk.
2. Memelihara akal peringkat hajjiyah (sekunder), seperti dianjurkannya
menuntut ilmu pengetahuan, belajar keterampilan tertentu dalam kaitannya
dengan olah otak, jika tidak dilakukan tidak akan merusak akal tetapi akan
mempersulit diri seseorang dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu
pengetahuan. Sesuai dengan riwayat daripada Abu Hurairah, radhiallahu
`anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
Artinya : “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, nescaya dimudahkan oleh Allah baginya jalan menuju ke Syurga” (HR Muslim).
3. Memelihara akal peringkat tahsiniyyah (tersier), seperti menghindarkan
diri dari menghayal, berandai-andai, melamun kosong atau mendengarkan
sesuatu yang tidak berguna, yang secara etika tidak akan mengancam
23
eksistensi akal secara langsung, hanya akan menjadikan kehidupannya
kurang bernilai. (Zuhroni, 2010).
Seperti pada firman Allah yang tercantum dalam surat Yunus : 100, agar
manusia harus mempergunakan akal pikiran secara jernih dengan tetap
berpegang teguh kepada Allah dan Rasul-Nya agar terhindar dari murka Allah
SWT (May, 2010).
Artinya : “Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah, Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” (Q.S Yunus (10): 100).
3.3 Pandangan Islam Terhadap Pemeriksaan Kognitif Test Your Memory
(TYM).
Pemeriksaan TYM merupakan pemeriksaan kognitif yang terdiri atas 10
jenis tugas yang harus dikerjakan pada selembar kertas yang dilakukan oleh
seorang pasien dibawah pengawasan supervisi. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mendeteksi penyakit Alzheimer secara tepat dan akurat (A.J,Larner,
2012). Ada beberapa kaidah yang dapat digunakan untuk menetapkan hukum-
hukum yang terkait masalah penggunaan tes kognitif ini dilihat dari perspektif
Islam, diantaranya ialah prinsip manfaat dan kehalalan sesuatu (Zuhroni,2010).
Prinsip manfaat dalam kaidah Islam yang berbunyi “(Hukum) asal atas
sesuatu yang membahayakan adalah dilarang dan yang bermanfaat boleh
(ibadah)”. Seperti yang telah dibahas pada Bab II, penyakit Alzheimer ini dapat
24
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif atau intelektual seseorang, dimana
dapat berakibat terhadap gangguan bicara, motorik, dan memori. Pemeriksaan
kognitif TYM bermanfaat untuk mendeteksi penyakit Alzheimer pada stadium-
stadium awal sehingga penanganan medis pun dapat segera diberikan untuk
mencegah dampak yang lebih berat dari penyakit ini. Segala sesuatu yang
memberikan manfaat adalah diperbolehkan di dalam islam. dan semua ciptaan
Allah SWT yang terbentang di dunia ini seperti air, pepohonan, barang
tambang, tanah, bebatuan, makanan, minuman, pakaian, berbagai sarana
prasarana hidup adalah halal untuk dimanfaatkan (Zuhroni, 2010). Sesuai
Firman Allah SWT :
Artinya : “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah (2):29).
Selain prinsip manfaat di atas, terdapat prinsip yang juga dapat
digunakan sebagai dalil dalam menjalankan pemeriksaan ini yaitu prinsip
kehalalan sesuatu, dimana asal segala sesuatu yang datang dari Allah SWT
adalah halal dan mubah. Tidak ada yang haram kecuali apa yang disebutkan
oleh nash yang shahih (Qardhawi, 2000).
25
Artinya: “Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan yang haram ialah apa yang diharamkan Allah di dalam kitab-Nya; sedang apa yang didiamkan oleh-Nya berarti dimaafkan untukmu” (HR. At Tirmidzi).
Pemeriksaan TYM tidak mengandung unsur haram karena pemeriksaan
ini hanya terdiri atas dua buah lembar kertas yang terdiri atas gambar dan
tulisan yang mencakup penilaian fungsi kognitif seseorang. Pemeriksaan
kognitif pada Alzheimer ini juga bermanfaat sebagai bentuk pencegahan
terhadap mudharat. Penjagaan diri pada waktu sehat, lebih baik dari pada
pengobatan pada waktu sakit. Allah SWT melarang manusia membiarkan
dirinya binasa. Sunnah nabi pada riwayat para sahabat menunjukan berbagai
upaya untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit (Taufiq, 2012). Sesuai
dengan firman Allah SWT :
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah(5) 105).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijadikan sebuah landasan
berpikir bahwa pemeriksaan kognitif Test Your Memory (TYM) pada penderita
Alzheimer adalah boleh dilakukan. Pentingnya pemeriksaan kognitif TYM ini
dikarenakan merupakan suatu tindakan pencegahan dari mudharat yang
mendatangkan manfaat. Mudharat ialah sesuatu yang membahayakan atau
26
merugikan, dimana penyakit Alzheimer ini dapat mengakibatkan gangguan
fungsi tubuh khususnya fungsi intelektual yang mencakup fungsi memori,
bicara, dan motorik, yang dapat mengakibatkan penderitanya tidak dapat
menjalankan ibadah sesuai dengan syariat agama Islam. Selain itu pemeriksaan
TYM juga tidak melanggar ketentuan agama karena tidak mengandung unsur
yang haram.
27
Recommended