View
227
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TAKE HOME EXAM
Ujian Akhir Triwulan R47
Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Dosen : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc
Waktu Penyerahan : 2 April 2012
Oleh :
Sheila Nuraisha Hanif
P056111381.47
PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
KATA PENGANTAR
Saat ini penerapan teknologi informasi dan komunikasi diperlukan dalam
dunia bisnis sebagai alat bantu dalam upaya memenangkan persaingan.
Pembangunan teknologi informasi perusahaan dilakukan secara bertahap sebelum
sebuah sistem holistik atau menyeluruh selesai dibangun, hal tersebut disesuaikan
dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki. Dalam penerapannya rencana
strategis teknologi informasi diselaraskan dengan rencana perusahaan. Agar setiap
penerapan teknologi informasi dapat memberikan nilai bagi perusahaan.
Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa
perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab berbagai permasalahan
yang ada dalam penerapan sistem informasi yang baik terkait dengan adanya
standardisasi ISO serta langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh oleh para
user dalam membangun sebuah sistem informasi yang bersinergi dengan baik
selain itu makalah ini juga akan membahas pentingnya sebuah konsep
maintenance dalam pembangunan sistem Informasi.
Akhir kata, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas
karunia-Nya lah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Arif Imam Suroso, selaku
dosen Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen serta semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembacanya.
Sheila Nuraisha Hanif
Bogor, 28 Maret 2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
2.1 Definisi dan Model Sistem Informasi Manajemen (SIM)............... 7
2.2 Sistem Informasi dalam dunia Bisnis.............................................. 8
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................... 11
3.1.1. Jawaban Pertanyaan no. 1............................................................ 11
3.1.2. Jawaban Pertanyaan no. 2............................................................ 15
3.1.3. Jawaban Pertanyaan no. 3............................................................ 19
3.1.4 Jawaban Pertanyaan no. 4............................................................ 21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 27
4.1 Kesimpulan...................................................................................... 27
4.2 Saran................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Sistem Informasi Manajemen 4
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas software 8
Gambar 3. 6 Karakteristik kualitas sotware ISO 9126 11
Gambar 4. Perbedaan strurctured dan unstructured maintenance 13
Gambar 5. Tahapan Pembangunan Sistem Informasi 26
Gambar 6. Systems Development Life Cycle (SDLC) 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Informasi merupakan sumber daya dan aset bagi perusahaan. Informasi
dapat dikelola selayaknya sumber daya yang lain dan terkait dengan hal ini,
informasi dapat dikelola untuk dua tujuan utama, yaitu kegiatan bisnis yang
semakin rumit dan komputer yang kini dilengkapi dengan teknologi yang semakin
canggih. Sumber daya yang diperoleh ini kemudian disusun dan dikelola agar siap
digunakan saat diperlukan. Kita dapat melihat dengan mudah bagaimana manajer
di suatu perusahaan mengelola sumber daya fisik, namun disamping itu, seorang
manajaer juga harus mampu untuk mengelola sumber daya konseptual yakni
dengan memastikan bahwa data mentah yang yang diperlukan terkumpul dan
kemudian diproses menjadi informasi yang berguna bagi perusahaan.
Selain itu, manajer juga harus memastikan sumber daya manusia yang ada
di dalam perusahaan mampu menerima informasi tersebut dalam bentuk yang
tepat dan pada saat yang tepat sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan
oleh perusahaan. Seluruh aktivitas ini, dari mulai memperoleh informasi,
menggunakannya seefektif mungkin hingga membuangnya ketika sudah tidak bisa
digunakan lagi dapat kita sebut sebagai Manajemen Informasi.
Sumber daya informasi perusahaan mencakup lebih dari sekedar informasi
karena sumber daya tersebut juga mencakup pula perangkat keras, fasilitas,
perangkat lunak, data, para spesialis informasi dan para pengguna informasi.
Kegiatan mengidentifikasi sumber daya informasi yang akan dibutuhkan oleh
perusahaan dimasa depan disebut perencanaan sumber daya informasi. Perusahaan
dapat menjadikan penggunaan sistem informasi yang sinergi ini sebagai
keunggulan kompetitif. Saat manajer memutuskan untuk menggunkaan informasi
sebagai keunggulan kompetitif ini, mereka harus menyadari elemen atau atribut
apa saja yang berperan sebagai seumber daya informasi.
Dari penentuan atribut-atribut penting dalam suatu sistem informasi yang
akan dijalankan, pera manajer dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya
hingga sistem berhasil dijalankan. Namun, tugas dari para pengguna sistem tidak
berhenti sampai disini, karen disamping perlu persiapan yang matang dalam
membangun sebuah sistem, diperlukan juga suatu proses maintability, atau
perawatan sistem agar segala masalah yang mungkin berpotensi untuk terjadi
dimasa yang akan datang dapat diminimalisir hingga pada akhirnya sistem
berkembang sesuai dengan siklusnya.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan utama permasalahan umum yang terjadi dalam pembangunan suatu
sistem informasi, khususnya pertanyaan yang di paparkan untuk Ujian Akhir
Triwulan 1 Mata Kuliah SIM (Sistem Informasi Manajemen ini) sehingga penulis
dan pembaca dapat mengetahui lebih dalam mengenai pembangunan sistem
informasi dari mulai atribut penyusunnya, proses maintability, hingga langkah-
langkah bijak yang harus dilakukan oleh seorang manajer dalam mengelola
sumber daya informasi dan sumber daya manusia yang ada disuatu perusahaan
sehingga aset-aset tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Model Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai
dengan kebutuhan yang serupa (McLeod dan Schell, 2001). Para pemekain
biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal yang memiliki subunit
dibawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya
mengenai apa yang telah terjadi dimasa lalu, apa yang terjadi saat ini, dan apa
yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Informasi yang tersedia dapat
berupa laporan periodik, laporan khusus, dan output dari simulasi matematika.
Output informasi digunakan oleh manajer maupun non manajer dalam perusahaan
saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Dalam model suatu sistem informasi manajemen, database yang ada
merupakan suatu tempat semua data-data yang berkaitan dengan perusahaan
terkumpul. Data maupun informasi dimasukkan dari lingkungan. Sisi database
akan digunakan oleh perangkat lunak yang menghasilkan laporan periodik dan
laporan khusus, serta model matematik yang mensimulasikan beragam aspek
organisasi perusahaan.
Computer Based Information System (CBIS) atau Sistem Informasi
Berbasis Komputer merupakan Sistem pengolah data menjadi informasi yang
dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Computer based
information sytem (CBIS) telah menjadi suatu pilihan terbaik dalam pengolahan
data, khususnya untuk bidang bisnis. CBIS mengacu pada evolusi sistem berbsis
komputer yang memperlihatkan perkembangan teknologi SIM. Meskipun sistem
informasi berbasis komputer menggunakan teknologi komputer untuk memproses
data menjadi informasi yang memiliki arti, ada perbedaan yang cukup tajam
antara komputer dan program komputer di satu sisi dengan sistem informasi di sisi
lainnya. Komputer dan perangkat lunak komputer yang tersedia merupakan
fondasi teknis, alat, dan material dari sistem informasi modern. Komputer dapat
dipakai sebagai alat untuk menyimpan dan memproses informasi. Program
komputer atau perangkat lunak komputer merupakan seperangkat instruksi operasi
yang mengarahkan dan mengendalikan pemrosesan informasi. Sistem yang
melakukan tugas pengolahan data adalah sistem pengolahan data. Perubahan yang
terjadi dari konsep sistem pengolahan data ke Sistem Informasi Manajemen dapat
disebut sebagai contoh dari perubahan kepentingan. Berikut merupakan gambar
dari model Sistem Informasi Manajemen :
Gambar 1. Model Sistem Informasi Manajemen
2.2. Sistem Informasi dalam dunia Bisnis
Sistem informasi mendukung kegiatan bisnis dalam performa operasional,
manajerial dan strategis. Secara konseptual diklasifikasikan menjadi dua : sistem
informasi operasional dan manajerial, dimana keduanya mendukung kesuksesan
strategis organisasi.
1. Sistem Informasi Operasional (SIO), memproses data yang dihasilkan oleh
dan digunakan dalam operasi bisnis. Menghasilkan produk informasi yang
digunakan untuk internal dan eksternal.
a. Transaction Processing System (TPS), merupakan tipe awal sistem
informasi. TPS merekam dan memproses data yang dihasilkan dari
transaksi bisnis seperti perubahan data penjualan, pembelian, dan
persediaan. Perubahan data dalam basis data, seperti perubahan data
pelanggan, dan menghasilkan berbagai dokumen juga laporan, seperti
tagihan belanja dan laporan pajak.
b. Process Control System (PCS), melakukan rutin keputusan yang
mengawasi proses fisikal/operasional, seperti pemesanan ulang otomatis
dan keputusan pengawasan produksi.
c. Office Automation System (OAS), merubah metode perkantoran manual
dan menggunakan media komunikasi kertas menjadi terkomputerisasi.
Dengan OAS, pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, pemindahan data
dan informasi dalam bentuk komunikasi perkantoran elektronik.
2. Sistem Informasi Manajemen (SIM), yaitu ketika suatu sistem informasi
dirancang untuk menyediakan informasi yang akurat, memiliki rentang waktu
dan relevan untuk mendukung efektivitas pengambilan keputusan
manajemen. Tipe utama dari sistem informasi manajemen memiliki tujuan-
tujuan berikut :
a. Information Reporting Systems (IRS), menyediakan informasi mengenai
produk yang mendukung kebutuhan pengambilan keputusan bagi
pengguna akhir manajerial. Produk informasi berupa tampilan dan laporan
yang dapat diatur berdasarkan : permintaan, periode, bergantung pada
jadwal yang ditentukan, atau kapanpun diinginkan.
b. Decision Support Systems (DSS) merupakan sistem yang interaktif dan
berbasis komputer yang menggunakan model keputusan dan spesialisasi
basis data untuk membantu proses pengambilan keputusan manajerial.
DSS menyediakan model analisis, pembacaan data dan kemampuan
presentasi informasi yang memungkinkan para manajer untuk
menghasilkan informasi yang mereka butuhkan dalam bentuk yang tidak
terstruktur.
c. Executive Information Systems (EIS), merupakan sistem informasi
manajemen yang dibuat untuk kebutuhan informasi strategis bagi para top
manajer. Informasi berasal dari berbagai sumber, termasuk surat-surat,
memo, laporan berkala, hasil rapat, telepon dan aktivitas sosial.
Beberapa kategori utama dari sistem informasi, menyediakan klasifikasi yang
lebih luas dan unik, dan dapat mendukung aplikasi operasional, manajemen dan
strategis, seperti :
1. Expert System (ES), merupakan sistem informasi berbasis pengetahuan
yang menggunakan pengetahuan mengenai area yang spesifik (khusus)
untuk memberikan saran-saran ahli yang mendukung pengambil keputusan
operasional dan manajerial. Digunakan dalam berbagai bidang seperti ;
pengobatan, ilmu fisika, dan bisnis.
2. End User Computing systems (EUS), merupakan sistem informasi berbasis
komputer yang mendukung aplikasi operasional dan manajerial bagi
pengguna kahir, seperti ; word processing, email dan pengambilan data
dari database.
3. Business Function Information systems, yaitu aplikasi operasional dan
manajerial yang mendukung fungsi bisnis dasar, seperti fungsi akunting,
keuangan, pemasaran, dan personalia.
4. Strategic Information Systems, merupakan sistem informasi yang
mendukung layanan dan produk yang kompetitif untuk mencapai tujuan
strategis.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jawaban Pertanyaan
3.1.1. Pertanyaan :
Jelaskan atribut atribut dari software yang berkualitas? Apa yang perlu
dilakukan dalam pembangunan sistem informasi agar software penunjang sistem
informasi yang dibangun tersebut memenuhi standar kualitas yang telah
ditetapkan oleh ISO?
Jawaban :
Perangkat lunak (Software) memiliki dua jenis dasar, yakni sistem dan
aplikasi. Software pada sistem diperlukan untuk menggunakan komputer itu
sendiri, sedangkan software aplikasi digunakan dalam memroses data pemakai.
Setiap pengembang software pasti setuju jika dikatakan bahwa kualitas software
merupakan salah satu tujuan yang penting.
(Software development process) adalah suatu struktur yang diterapkan
pada pengembangan suatu produk perangkat lunak yang bertujuan untuk
mengembangkan sistem dan memberikan panduan yang bertujuan untuk
mensukseskan proyek pengembangan sistem melalui tahap demi tahap.
Kualitas software dapat didefinisikan sebagai :“penyesuaian kebutuhan
fungsional dan performa yang ditetapkan secara eksplisit, standar pengembangan
yang terdokumentasi secara eksplisit, dan karakteristik implisit yang diharapkan
dari seluruh software yang dikembangkan secara professional.”
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas software dapat dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Faktor-faktor yang dapat diukur secara langsung (contoh : error )
2. Faktor-faktor yang dapat diukur secara tidak langsung (contoh : usability).
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas software
Berdasarkan gambar diatas, McCall menyediakan beberapa dekripsi yaitu :
1. Correctness (kebenaran), tingkat pemenuhan program terhadap kebutuhan
yang dispesifikasikan dan memenuhi tujuan/misi pengguna.
2. Reliability (Keandalan), tingkat kemampuan program yang diharapkan dapat
menampilkan fungsi yang dimaksud dengan presisi yang ditetapkan.
3. Efficiency (efisiensi), jumlah sumberdaya yang diproses dan kode yang
diperlukan oleh program untuk melaksanakan fungsinya.
4. Integrity (Integritas), tingkat kemampuan pengawasan akses terhadap data
atau software oleh orang-orang tertentu.
5. Usability, usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan,
menyiapkan masukan dan mengartikan keluaran program.
6. Maintainability, usaha yang diperlukan untuk menetapkan dan memperbaiki
kesalahan dalam program.
7. Flexibility, usaha yang diperlukan untuk memodifikasi program operasional.
8. Testability, usaha yang diperlukan untuk menguji program untuk memastikan
bahwa program melaksanakan berfungsi seperti yang telah ditetapkan.
9. Portability, usaha yang diperlukan untuk memindahkan program dari
hardware/lingkungan sistem software tertentu ke yang lainnya.
10. Reusability, tingkat kemampuan program/bagian dari program yang dapat
dipakai ulang dalam aplikasi lainnya, berkaitan dengan paket dan lingkup dari
fungsi yang dilakukan oleh program.
11. Interoperability, usaha yang diperlukan untuk menggabungkan satu sistem
dengan sistem lainnya.Disamping itu, Hewlett-Packard juga telah membuat sejumlah faktor-
faktor kualitas yang disingkat”FURPS”, yaitu Functionality, Usability, Reliability,
Performance, Supportability. Dimana atribut-atribut untuk setiap faktor seperti
tersebut dibawah ini :
1. Functionality, diperkirakan dengan mengevaluasi sejumlah feature dan
kemampuan program, fungsi-fungsi umum yang disediakan, dan keamanan
terhadap keseluruhan sistem.
2. Usability, diperkirakan dengan mempertimbangkan faktor manusia,
keseluruhan estetika, konsistensi, dan dokumentasi.
3. Reliability, dievaluasi dengan mengukur frekuensi dan penanganan kesalahan,
keakuratan hasil output, jangka waktu antar kesalahan (Mean Time Between
Failure), kemampuan untuk recover dari kesalahan dan kemampuan prediksi
program.
4. Performance, diukur dengan mengevaluasi kecepatan pemrosesan, waktu
respon, konsumsi sumberdaya, keluaran dan efisiensi.
5. Supportablity, kombinasi kemampuan untuk memperpanjang program,
kemampuan adaptasi dan kemampuan layanan (ketiga atribut ini
merepresentasikan –maintainability) sebagai tambahan untuk kemampuan
ujicoba, kesesuaian, kemampuan penyusunan (kemampuan untuk mengorganisir
dan mengatur elemen-elemen penyusunan software), kemudahan dengan apa
sistem dapat diinstalasi dan kemudahan dengan apa masalah-masalah dapat
dilokasikan.
Dapat kita lihat bahwa atribut-atribut yang telah disebutkan diatas, baik
oleh McCall maupun perusahaan Hewlett-Packard merupakan atribut-atribut
penting yang menentukan kualitas software dalam penggunaanya baik untuk
sistem maupun aplikasi. Kualitas suatu produk software dapat dinilai melalui
ukuran-ukuran dan metode-metode tertentu, serta melalui pengujian-pengujian
software. Salah satu tolak ukur kualitas perangkat lunak adalah ISO 9126, yang
dibuat oleh International Organization for Standardization (ISO) dan International
Electrotechnical Commission (IEC). ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk
perangkat lunak, model, karakteristik mutu, dan metrik terkait digunakan untuk
mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah produk software. Dalam
menentukan kualitas dari Software, ISO 9126 menetapkan 6 karakteristik kualitas
yaitu :
1. Functionality: Kemampuan menutupi fungsi produk perangkat lunak yang
menyediakan kepuasan kebutuhan user.
2. Reliability: Kemampuan perangkat lunak untuk perawatan dengan level
performansi.
3. Usability: Kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan perangkat
lunak.
4. Efficiency: Kemampuan yang berhubungan dengan sumber daya fisik
yang digunakan ketika perangkat lunak dijalankan.
5. Maintainanility: Kemampuan yang dibutuhkan untuk membuat perubahan
perangkat lunak.
6. Portability: Kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan perangkat
lunak yang dikirim ke lingkungan berbeda.
Gambar 3. 6 Karakteristik kualitas sotware ISO 9126
Jika ISO 9126 mendefinisikan kualitas produk suatu software, maka
pengukuran kualitas software dari segi proses dapat definisikan oleh ISO 9001.
ISO 9001 adalah standar jaminan kualitas yang berlaku untuk rekayasa perangkat
lunak, Standar tersebut, berisi 20 syarat yang harus ada untuk mencapai sistem
jaminan kualitas yang efektif, yaitu :
1) Tanggung jawab manajamen 12) Kontrol pemeriksaan, pengukuran,
2) Sistem kualitas 13) Pemeriksaan dan status pengujian
3) Kajian kontrak 14) Kontrol ketisaksesuaian produk
4) Kontrol desain 15) Tindakan preventif dan korektif
5) Kontrol data dan dokumen 16) Pelatihan
6) Pembelian 17) Pelayanan
7) Kontrol terhadap produk 18) Teknik statistik
8) Penelusuran produk 19) Audit kualitas internal
9) Kontrol proses 20) Kontrol terhadap catatan kualitas
10) Pemeriksaan dan pengujian
11) Penanganan, penyimpanan, pengepakan, preservasi, dan penyampaian
Sehingga, langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah
memenuhi kriteria-kriteria yang ada pada kedua jenis ISO ini, baik ISO 9126 atau
ISO 9001 dalam pengembangan Manejemen pada sistem informasinya sehingga
produk software yang dicanangkan dapat diketegorikan sebagai software yang
berkualitas baik.
3.1.2. Pertanyaan : Mengapa kita perlu memperhatikan faktor “maintainaibility”
dari suatu software? Jelaskan urgensinya!
Jawab :
Maintainability merupakan kemampuan suatu software untuk dapat
dirubah atau dikembangkan sesuai keinginan dari para pemakai software tersebut.
Dalam pengembangan software, Maintainability termasuk dalam Product adalah
kemampuan software dalam menjalani suatu perubahan. Setelah sebuah software
berhasil dikembangkan dan diimplementasikan dalam sebuah sistem yang
terintegrasi, akan terdapat berbagai hal yang perlu diperbaiki berdasarkan hasil uji
coba maupun evaluasi software yang terkait dengan manajemen dan kebutuhan
perusahaan. Sebuah software yang dirancang dan dikembangkan dengan baik,
akan dengan mudah dapat direvisi jika diperlukan. Seberapa jauh software
tersebut dapat diperbaiki dan disesuaikan merupakan faktor penting yang harus
diperhatikan. Dengan adanya kemampuan Maintainability dari suatu software
akan mempermudah usaha yang diperlukan untuk menemukan dan memperbaiki
kesalahan (error) dalam software dan pemeliharaan sistem (system maintenance).
Maintainability dari suatu software dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Kecerobohan/ kekurang hati-hatian dalam desain, coding, dang testing akan
memberikan dampak negative yang jelas untuk kemampuan pemeliharaan
software yang dihasilkan.
Dibawah ini terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan
lingkungan pengembangan software, diantaranya :
1. Ketersediaan staff software yang berpotensi/pilihan
2. Struktur system yang mudah dipahami
3. Kemudahan penanganan system
4. Menggunakan bahasa pemograman standar
5. Menggunakan system operasi standar
6. Struktur dokumentasi yang terstandarisasi
7. Ketersediaan kasus uji
8. Tersedianya fasilitas debugging
9. Ketersediaan computer yang tepat untuk melakukan pemeliharaan
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi maintainability adalah
rencana untuk maintainability. Jika software dilihat sebagai elemen sistem yang
akan diubah sewaktu-waktu, maka software yang berkemampuan untuk dipelihara
akan dibuat. Namun sayangnya, ada beberapa software yang tidak dilengkapi
dengan kemampuan maintainability ini, berikut merupakan perbandingan antara
sortware yang dilengkapi dengan kemampuan maintainability dengan yang tidak
memiliki kemampuan tersebut.
Gambar 4. Perbedaan strurctured dan unstructured maintenance
Alur kejadian yang dapat terjadi sebagai hasil dari permintaan maintenace
diilustrasikan pada gambar diatas. Jika elemen yang tersedia dari konfigurasi
software adalah source code, maka aktivitas maintenance dimulai dengan evaluasi
secara teliti pada kode sumber. Karakteristik bagian seperti struktur program,
struktur data global, interface sistem, dan batasan desain/performa menjadi sulit
untuk diketahui dengan pasti dan salah penafsiran. Terjadi percabangan dari
perubahan-perubahan yang mengakibatkan kode sumber sulit ditafsirkan.
Regression test tidak mungkin dilaksanakan karena tidak tersedianya record
testing. Maka saat ini, yang dilakukan adalah unstructured maintenance, dan
membayar sejumlah harga yang menyertakan software yang belum dikembangkan
dengan metodologi yang baik.
Jika terdapat konfigurasi software lengkap, tugas maintenance dimulai
dengan evaluasi desain dokumentasi. Struktural penting, performa, dan
karakteristik interface ditentukan. Pengaruh dari kebutuhan modifikasi
diperkirakan dan pendekatan direncanakan. Desain dimodifikasi dan direview,
source code baru dibangun, regression test dilaksanakan dengan menggunakan
informasi yang terdapat dalam test specification, dan software di-release kembali.
Urutan kegiatan ini mengacu kepada structured maintenance dan terjadi sebagai
hasil dari metodology pengembangan software aplikasi yang terdahulu. Walaupun
keberadaan konfigurasi software tidak memberikan jaminan maintenance yang
bebas masalah, tetapi setidaknya dapat mengurangi usaha yang sia-sia dan
meningkatkan kualitas perubahan ataupun perbaikan secara keseluruhan, inilah
yang menjadi urgensi dari adanya kemampuan maintainability
Selain itu, adanya kemampuan maintainability ini juga memberikam
berbagai keuntungan bagi perusahaan yang menjalankan sistem dengan
menggunakan software, yakni antara lain adalah :
1) Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)
Maintenance dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi kegagalan atau
error serta permasalahan yang muncul saat atau setelah sistem dioperasikan.
Sebagai contoh, maintenace dapat digunakan untuk mengungkapkan kesalahan
pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses pengembangan yang tidak
terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan yang telah terjadi dapat
segera diperbaiki.
2) Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)
Kajian pasca implementasi sistem merupakan salah satu aktivitas
maintenance yang meliputi tinjauan sistem yang dilaksanakan secara periodik
setelah tahapan implementsi dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor sistem secara terus-menerus
terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan terhadap sistem. Sebagai
contoh, saat user menemukan errors pada saat sistem digunakan, maka user dapat
memberi umpan balik atau feedback kepada spesialis informasi guna
meningkatkan kinerja sistem. Hal ini yang menjadikan system maintenance perlu
dilakukan secara berkala, karena system maintenance akan senantiasa memastikan
sistem baru yang di implementasikan berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan penggunaanya melalui mekanisme umpan balik.
3) Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)
Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi,
system maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah
dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis.
Sehingga, system maintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update)
melalui modifikasi-modifikasi sistem yang dilakukan.
Sehingga dapat kita lihat bahwa begitu banyak keunggulan dari adanya
kemampuan maintainability suatu software, karena selain terhindar dari resiko
kerusakan atau permasalahan sistem, software yang dijalankan pun tetap terawat
dan ter-update secara berkala.
3.1.3. Pertanyaan : Apa-apa saja yang perlu diperhatikan bila organisasi
mengambil kebijakan outsourcing dalam pengembangan sistem informasinya?
Jelaskan!
Jawaban :
Outsourcing dapat didefinisikan sebagai penyerahan tugas atau pekerjaan
yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan ataupun pengerjaan
proyek kepada pihak ketiga atau perusahaan ketiga diluar perusahaan dengan
menetapkan jangka waktu tertentu dan standar biaya tertentu. Outsourcing dalam
bidang TI atau pengadaan sarana dan jasa TI oleh pihak ketiga merupakan
kebijakan strategis perusahaan yang diharapkan berpengaruh terhadap proses
bisnis dan bentuk dukungan TI yang akan diperoleh. Sistem informasi outsourcing
berarti bahwa sumberdaya fisik dan/atau sumberdaya manusia yang berhubungan
dengan teknologi informasi sebuah perusahaan disediakan dan/atau dikelola oleh
penyedia khusus eksternal.
Menurut O’Brien (2007), beberapa pertimbangan perusahaan untuk
memilih strategi outsourcing sebagai alternatif dalam mengembangkan Sistem
Informasi Sumberdaya Informasi diantaranya:
1. Biaya pengembangan sistem sangat tinggi.
2. Resiko tidak kembalinya investasi yang dilkukan sangat tinggi.
3. Ketidakpastian untuk mendapatkan sistem yang tepat sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
4. Faktor waktu/kecepatan.
5. Proses pembelajaran pelaksana sistem informasi membutuhkan jangka
waktu yang cukup lama.
6. Tidak adanya jaminan loyalitas pekerja setelah bekerja cukup lama dan
terampil
Praktek Outsourcing tidak selalu menguntungkan bagi pihak perusahaan,
hal ini tergantung dari kesepakatan dan hasil pekerjaan dilapang yang dapat
membuktikan. Ada beberapa keunggulan dan keuntungan menggunakan
outsourcing, dan juga kelemahan menggunakan outsourcing.
Keunggulan atau keuntungan menggunakan outsourcing antara lain (Jogiyanto,
2003).
1. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika
perusahaan tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak
ketiga dalam bentuk outsourcing yang lebih murah dikarenakan
outsourcer menerima jasa dari perusahaan lainnya sehingga biaya tetap
outsourcer dapat dibagi beberapa perusahaan.
2. Mengurangi waktu proses, karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk
bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan.
3. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan
dikerjakan sendiri secara internal, karena outsourcer memang spesialisasi
dan ahli dibidang tersebut.
4. Perusahaan tidak mempunyai pengetahuan tentang sistem teknologi ini
dan pihak outsourcer mempunyainya.
5. Perusahaan merasa tidak perlu dan tidak ingin melakukan transfer
teknologi dan transfer pengetahuan yang dimiliki outsourcer.
6. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan
investasi.
7. Mengurangi resiko kegagalan investasi yang mahal.
8. Penggunaan sumber daya sistem informasi belum optimal. Jika ini terjadi,
perusahaan hanya menggunakan sumber daya sistem yang optimal pada
saat-saat tertentu saja, sehingga sumber daya sistem informasi menjadi
tidak dimanfaatkan pada waktu yang lainnya.
Disamping kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh outsourcing, beberapa
kelemahan juga perlu diperhatikan yakni diantaranya adalah :
1. Jika aplikasi yang di outsource adalah aplikasi yang strategic maka dapat
ditiru oleh pesaingnya yang juga dapat menjadi klien dari outsourcer yang
sama.
2. Perusahaan akan kehilangan kendali terhadap aplikasi yang di outsource-
kan. Jika aplikasinya adalah aplikasi kritikal yang harus ditangani jika
terjadi gangguan, perusahaan akan menanggung resiko keterlambatan
penanganan jika aplikasi ini di outsource-kan karena kendali ada di
outsourcer yang harus dihubungi terlebih dahulu.
3. Jika kekuatan menawar ada outsourcer, perusahaan akan kehilangan
banyak kendali di dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik
diantaranya
4. Perusahaan akan kehilangan keahlian dari belajar membangun dan
mengopersikan aplikasi tersebut.
5. Pelanggaran kontrak, yang banyak terjadi ketika vendor menjanjikan
banyak hal yang kelihatan wah sebelum kontrak ditanda tangani, namun
tidak dapat direalisasikan ketika kontrak sudah berjalan.
6. Kontrak jangka panjang, dimana vendor menawarkan kontrak dalam
jangka waktu yang relative panjang, dengan biaya yang mahal dan penalti
pemutusan kontrak yang menyebabkan perusahaan tidak memiliki pilihan
selain menjalankan kontrak sampai selesai.
Dari beberapa keunggulan dan kelemahan praktek Outsourcing yang telah
diuraikan, dapat kita lihat bahwa untuk pelayanan yang tepat, dengan kondisi
yang tepat, outsourcing dapat menjadi keputusan yang bijaksana. Namun
sebaliknya, jika outsourcing tidak dilakukan secara hati-hati, perusahaan akan
mendapatkan CBIS yang sama sekali tidak memadai.
3.1.4. Pertanyaan : Kalau anda dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem
informasi terintegrasi bagi perusahaan di tempat anda bekerja langkah apa saja
yang akan anda lakukan? Jelaskan!
Jawaban :
Jika saya dipercaya untuk memimpin pembangunan sistem informasi yang
terintegrasi bagi perusahaan, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
menentukan metodologi dasar dalam pembangunan sistem. Pendekatan sistem
merupakan metodologi dasar dalam pemecahan masalah, yakni langkah apa saja
yang harus dilakukan dalam pembangunan sistem informasi yang baru.
Siklus hidup sistem (System Life Cycle) merupakan penerapan pendekatan
sistem untuk pengembangan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer.
Karena tugas-tugas yang dilakukan seakan mengikuti suatu pola yang teratur dan
dilakukan secara top-down, maka SLC sering disebut sebagai pendekatan air
terjun (waterfall approach) bagi pengembangan sistem.
SLC secara umum memiliki 5 tahapan utama dalampengembangannya, 4
tahapan yang pertama, yakni perencanaan, analisis, rancangan, dan penerapan
maerupakan tahapan yang sama-sama dinamakan siklus hidup pengembangan
sistem (system development life cycle – SLDC), sementara itu tahapan terakhir,
yakni tahapan penggunaan, yang berlangsung sampai sudah saatnya untuk
merancang sistem kembali dari awal.
Gambar 5. Tahapan Pembangunan Sistem Informasi
SDLC (Systems Development Life Cycle) dalam rekayasa sistem dan
rekayasa perangkat lunak adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta
model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem
tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi.
SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap: rencana (planning), analisa
(analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing)
dan pengelolaan (maintenance).
Gambar 6. Systems Development Life Cycle (SDLC)
Berikut merupakan langkah-langkah yang saya ambil ketika dipercaya
untuk memimpin pembangunan sistem informasi dari awal sistem dibangun :
1. Tahap Perencanaan
Langkah-langkah yang harus ditempuh selama tahap perencanaan antara lain
adalah :
1. Menyadari masalah.
2. Mendefinisikan masalah. Yakni mendefinisikan dimana letak permasalahan dan
apa penyebabnya.
3. Menentukan tujuan sistem secara umum.
4. Mengidentifikasi kendala-kendala sistem.
5. Membuat studi kelayakan. Studi kelayakan pada umumnya memiliki 6 dimensi,
yakni (teknis, pengembalian ekonomis, pemgembalian non ekonomis, hukum
etika, operasional, dan jadwal).
6. Mempersiapkan usulan penelitian sistem.
7. Menyetujui/menolak penelitian sistem. Keputusan ini ditetapkan berdasarkan 2
faktor, yakni : apakah sistem yang diusulkan mencapai tujuannya dan apakah
penelitian proyek yang diusulkan merupakan cara terbaik untuk melakukan
analisis sistem.
8. menetapkan mekanisme pengendalian. Menentukan apa yang harus dilakukan,
siapa yang akan melakukan, dan kapan dilakukan.
2. Tahap Analisis
Pada tahap ini, dilakukan penelitian aras sistem yang telah ada dengan
tujuan untuk merancang sistem yang baru atau sistem yang akan diperbaharui.
Selama tahap analisis ini, analis sistem akan terus bekerja sama dengan para
manajer dan komite pengarah SIM. Tahap ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Mengumumkan penelitian sistem. Yakni berkomunikasi dengan para pegawai
tentang pelaksanaan proyek pembangunan sistem secara menyeluruh.
2. Mengorganisasikan Tim Proyek.
3. Mendefinisikan kebutuhan informasi. Misalkan dilakukan wawancara,
pengamatan, atau pencarian catatan dan survei.
4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem.
5. Menyiapkan usulan rancangan.
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek. Yakni dengan mengevaluasi
usulan rancangan dan menentukan keputusan persetujuan.
3. Tahapan Rancangan
Dengan memahami sistem yang akan dirancang dan apa saja persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi tim proyek yang telah dibentuk dapat
membahasa rancangan sistem baru. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
tahapan ini antara lain adalah :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang terperinci.
2. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem.
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem.
4. Memilih konfigurasi yang terbaik.
5. Menyiapkan usulan penerapan.
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem.
4. Tahap Penerapan
Penerapan merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber
daya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Berikut
merupakan bagian-bagian dari tahapan penerapan :
1. Merencanakan penerapan.
2. Mengumumkan penerapan.
3. Mendapatkan sumber daya perangkat keras.
4.Mendapatkan sumber daya perangkat lunak.
5. Menyiapkan database. Database ini nanti akan bertanggung jawab untuk semua
kegiatan yang berhubungan dengan data yang dapat di kelola oleh DBA
(database administrator).
6. Menyiapkan fasilitas fisik. Misalkan ruang komputer yang akan menyimpan
mainframe atau komputer mini berskala besar yang dilengkapi dengan
pengaturan suhu, kelembapan, keamanan, pendeteksi api dan sebagainya.
7. Mendidik peserta dan pemakai (user)
8. Mnyiapkan usulan cutover, yang dapat berupa lisan ataupun memo.
9. Memberikan keputusan menyutujui atau menolak sistem baru. Jika para
manajer menyetujui, maka segera tetapkan tanggal cutover dan sebaliknya.
10. Masuk ke sistem baru.
5. Tahap Penggunaan
Tahap penggunaan ini terdiri dari 3 langkah, yakni sebagai berikut :
1. Menggunakan sistem baru. Para user menggunakan sistem untuk mencapai
tujuan yang telah diidentifikasi pada tahap perencanaan.
2. Audit sistem. Melakukan semacam studi yang disebut dengan penelaahan
setelah penerapan dan sebaiknya dilakukan oleh seseorang dari jasa informasi
atau auditor internal yang berpengalaman.
3. Memelihara sistem baru. Seperti yang telah disebutkan dalam pertanyaan
nomer 2, pemeliharaan sistem bertujuan untuk : memperbaiki kesalahan,
menjaga kemuthakhiran sistem, dan mengembangkan sistem.
4. Menyiapkan usulan rekayasa ulang. Ketika bagi para pemakai dan spesialis
informasi bahwa sistem tidak dapat lagi digunakan, maka sebagai seorang
perancang sistem, saya hendaknya mengusulkan kepada komite pengarah SIM
bahwa sistem memerlukan rekayasa ulang yang dapat dilakukan oleh BPR
(Business process reengineering).
Namun, jika perusahaan tenpat saya bekerja telah memiliki sistem
informasi, namun membutuhkan implementasi sistem baru atau pengembangan
sistem agar lalu lintas kegiatan perusahaan berjalan dengan semakin baik, maka
langkah yang saya lakukan adalah melakukan pengembangan sistem baru sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Tahapan pengembangan sistem baru melingkupi :
Akuisisi Hardware dan software, pengembangan software, uji coba program dan
prosedur, dan konversi data. Tahapan ini juga sebenarnya melingkupi proses
edukasi dan pelatihan bagi end user dan para spesialis yang akan terjun langsung
dalam pengoperasian sistem yang baru.
Demikianlah langkah-langkah yang akan saya tempuh ketika dipercaya
untuk memimpin pembangunan atau pengembangan sistem informasi, dimana
langkah ditiap tahapan harus dilakukan dengan sinergi dan komunikasi yang baik
sehingga semua pihak dapat merasakan manfaat dari pembangunan sistem
informasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari berbagai pertanyaan yang diajukan dalam penulisan makalah kali ini,
dapat disimpulkan bahwa ketika akan membangun sebuah sistem informasi yang
baru, maka software merupakan bagian krusial yang harus diperhatikan oleh
perusahaan. Perusahaan hendaknya memahami atribut-atribut yang menunjukan
kualitas dari software, misalkan dari segi penetapan kualitas oleh ISO. ISO ini
dapat dijadikan acuan bagi perusahaan untuk menghasilkan produk software yang
berkualitas. Maintainability merupakan atribut pernting dari suatu software,
urgensi dari kehadiran atribut ini antara lain adalah memperbaiki kesalahan,
menjaga kemuthakhiran sistem, dan mengembangkan sistem. Disamping itu, dari
beberapa keunggulan dan kelemahan praktek Outsourcing, dapat terlihat bahwa
untuk pelayanan yang tepat, dengan kondisi yang tepat, outsourcing dapat menjadi
keputusan yang bijaksana. Untuk dapat membangun sistem informasi yang
terintegrasi, ada beberapa tahapan penting yang harus dilakukan, yaitu tahapan
perencanaan, tahapan analisis, tahapan rancangan, tahapan penerapan, serta
tahapan penggunaan.
4.2. Saran
Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam makalah ini, penulis dapat
memberikan suatu saran, yakni, pembangunan sistem informasi yang berkualitas
dan bersinergi dengan baik membutuhkan beberpa faktor pendukung yang
penting, yaitu software, kekuatan atribut maintainability, sumber daya manusia
yang berkualitas, dan perancangan sistem informasi yang baik. Hendaknya
perusahaan memperhatikan lebih dalam mengenai faktor-faktor pendukung ini
yang tekadang luput dari perhatian perusahaan. Selain itu, faktor sumber daya
manusia juga tidak dapat dipisahkan secanggih apapun perancangan sistem
informasi, sehingga proses edukasi bagi paea user dan pengguna sangat penting
bagi keberlangsungan dan pengembangan sistem informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ayuliana, 2011. Software Quality Assurance. (Jaminan Kualitas Perangkat
Lunak). ayuliana_st.staff.gunadarma.ac.id/Pertemuan+03+-+
(Softwaware+Quality+ Assurance) Diakses pada tanggal 20 Maret 2012
Jogiyanto, 2003. Sistem Teknologi Informasi (Pendekatan Terintegrasi:
Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan). Penerbit
Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters. 1977. Factors in Software
Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce.
Mc Leod Jr, Raymond,et.al. 2004. Sistem Informasi Manajemen. PT
Indeks Jakarta.
O’Brien, J.A. & Marakas, G.M. (2007). Introduction to Information
Systems, 10th Ed., McGraw-Hill/Irwin. New York.
Sabat DK, 2011. Software Development Life Cycle (SDLC).
http://mydotnetcoolfaqs.blogspot.com/2011/04/software-development-life-cycle-
sdlc.html Diakses pada tanggal 20 Maret 2012
Recommended