View
154
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
sirosis
Citation preview
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sirosis hati adalah penyakit hati kronik yang dicirikan oleh distorsi arsitektur
hati yang normal, penyakit ini ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun
pada hati diikuti oleh proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel
hepar, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hepar (Sutadi, 2003).
Di negara maju sirosis hepar merupkan penyebab kematian terbesar ketiga
pada pasien berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker).
Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke-tujuh penyebab kematian. Sekitar
25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini (Sutadi, 2003).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2000 sekitar 170 juta
orang menderita sirosis hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3 % dari seluruh populasi
manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis hepatis bertambah 3-4 juta
orang. Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di Indonesia secara pasti belum
diketahui. Prevalensi penyakit sirosis hepatis pada tahun 2003 di Indonesia berkisar
antara 1-2,4%. Dari rata-rata prevalensi 1,7%, diperkirakan lebih dari 7 juta penduduk
Indonesia menderita sirosis hepatis (Gayatri, 2006).
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah asites, terlihat pada 39,1% pasien
sirosis dan ensefalopati hati 21,7%. Penelitian lain juga mencatat asites sebagai
komplikasi yang sering muncul dan sebagai tanda pengembangan pada orang dengan
koinfeksi. Tetapi kanker sel hati (Hepatocelluler Carsinoma/HCC) hanya terjadi pada
13% (Sutadi, 2003).
2.1 TUJUAN
a. Mengetahui dan memahami faktor-faktor resiko serta etiologi yang diduga
dapat menyebabkan sirosis hepatis, sehingga dapat dilakukan intervensi yang
sesuai.
b. Mengetahui dan memahami mekanisme dan patofisiologi terjadinya sirosis
hepatis dan ascites, sehingga pendekatan diagnostik yang tepat dapat dicapai.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 1
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
c. Mengetahui dan memahami anatomi hepar dan diagnosis banding dari sirosis
hepar.
d. Mengetahui pemeriksaan penunjang mana yang diperlukan untuk menunjang
diagnostik pada sirosis hepar dan ascites terutama secara radiologi.
e. Mengetahui penatalaksanaan dari sirosis hepar dan ascites.
3.1 MANFAAT
Dengan penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media
belajar bagi mahasiswa klinik sehingga dapat mendiagnosis terutama secara
radiologis dan mengelola pasien dengan permasalahan seperti pada pasien ini secara
komprehensif.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 2
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 ANATOMI HEPAR
Hepar (hati) merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar
terletak dibawah diafragma, diperut kanan atas, meluas ke kiri melewati garis tengah
perut. Seluruh hepar ditutup lapisan fiber jaringan ikat yang disebut kapsula Glission,
kecuali suatu area di posterosuperior hepar dimana hepar menempel pada difragma
dan anterior dari vena cava inferior, dikenal sebagai bare area.
Hepar terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus kanan, lobus kiri dan lobus kaudatus.
Lobus kanan dan lobus kiri dipisahkan oleh vena hepatika medialis dan fissura lobaris
utama yang terbentang dari vena porta kanan dan leher kandung empedu.
Lobus kanan lobus terbesar terdiri segmen anterior dan posterior yang
dipisahkan oleh vena hepatika kanan. Suatu variasi normal berupa pembesaran lobus
kanan, sering dijumpai pada wanita, dapat mencapai krista iliaka, dikenal sebagai
lobus riedel.
Lobus kiri biasanya terletak di epigastrium dan hipokondriaka kiri, terdiri dari
segmen medialis (dahulu dikenal sebagai lobus kaudatus) dan segmen lateral. Kedua
segmen ini dipisahkan oleh vena hepatika kiri, ligamentum teres, ligamentum
falsiformis.
Lobus kaudatus merupakan lobus terkecil, terletak dipermukaan
posterosuperior dari lobus kanan dan diposteriornya dibatasi vena kava inferior.
Lobus kaudatus dipisahkan dari lobus kiri oleh ligamentum venosum. Area antara
hepar dan ginjal kanan dikenal sebagai Morison’s pouch (Sidharta, 2006).
Secara Mikroskopis
Hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yg disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan
masuk ke dalam parenkim hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus
biliaris. Massa dari hepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam
lempengan-lempengan/plate dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh
kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-
kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena lapisan endotel yang meliputinya
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 3
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
terediri dari sel-sel fagosit yg disebut sel Kupfer. Sel Kupfer lebih permeable
yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-kapiler yang lain.
Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat dengan
sinusoid.
Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-lobuli,
ditengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralis yg merupakan cabang dari vena-vena
hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara
lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD
yaitu traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, A.hepatika,
ductus biliaris. Cabang dari vena porta dan A.hepatika akan mengeluarkan isinya
langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Sistem bilier dimulai dari
canaliculi biliaris yang halus yg terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut
membentuk dinding sel. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke
dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg lebih besar, air keluar dari saluran
empedu menuju kandung empedu.
Gambar 1. Anatomi Hepar (Anterior)
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 4
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Gambar 2. Anatomi Hepar (Posterior)
Vaskularisasi Hepar
Vaskularisasi hepar berasal dari arter hepatica 20-30% dan vena porta 70-80%
darah, kedua pembuluh darah ini bersama dengan saluran empedu utama membentuk triad
portal dan di bungkus kapsula Glisson. Darah meninggalkan hepar melalui vena hepatika
kanan, medial dan kiri (Sidharta, 2006).
Gambar 3. Vaskularisasi Hepar
PERITONEUM
Adalah suatu membran tipis yang terdiri dari dua lapis :
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 5
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
– Lapisan parietal, melapisi rongga bdomen
– Lapisan visceral, melapisi organ-organ, kecuali bagian posterior hepar, tidak
dilapisi peritoneum dikenal sebagai bare area.
Rongga peritoneum adalah ruang antara kedua lapisan peritoneum yang
mengandung sedikit cairan serous untuk mencegah gesekan. Rongga peritoneum
dibagi menjadi kantong lebih besar (greater sac) atau kantong lebih kecil (lesser sac).
Rongga ini berpotensi sebagai tempat pengumpulan cairan seperti :
– Regio subehaptik (Morison’s Pouch)
– Area subfrenikus kanan dan kiri
– Cul de sac
– Paracolic gutter
– Lesser sac
Organ intraperitoneum adalah : hepar, kantung empedu, limpa, gaster, usus dan
ovarium.
Organ retroperitoneum : aorta, vena cava inferior, pankreas, kelenjar suprarenalis,
ginjal, kelenjar getah benih, dan uterus.
Gambar 4. Organ Intra dan Ektraperitoneal
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 6
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
2.2 FISIOLOGI HEPAR
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber
energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada
beberapa fungsi hati yaitu :
1. Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling
berkaitan satu sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus
halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun
di dalam hati kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa.
Proses pemecahan glikogen menjadi glukosa disebut glikogenolisis. Karena proses-
prosesini, hati merupakansumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hati mengu
bah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuk lah pentosa.
Pembentukan pentose mempunyai beberapa tujuan: Menghasilkan energi, biosintesis
dari nukleotida, nucleicacid dan ATP, dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon
(3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).
2. Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan
katabolisisasam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon – Keton Bodies
2. Senyawa 2 karbon – Active Acetate (dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresikolester
ol. Dimana serum Cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.
3. Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses
deaminasi,hati juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan prose
stransaminasi, hati memproduksi asam amino dari bahan bahan non nitrogen.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 7
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Hati merupakan satu-satunya organ yg membentuk plasma albumin dan ∂ -
globulin danorgan utama bagi produksi urea. Urea merupakan end product
metabolisme protein.∂ -globulin selain dibentuk di dalam hati, juga dibentuk di limpa
dan sumsum tulang β– globulin hanya dibentuk di dalam hati.
Albumin mengandung ± 584 asam amino dengan BM sekitar 66.000.
4. Fungsi hati sehubungan dengan pembentukan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis proteinprotein yang berkaitan den
gan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX,
X. Benda asing menusuk kena pembuluh darah – yang beraksi adalah faktor ekstrinsi,
bilaada hubungan dengan katup jantung – yang beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin
harusisomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan
Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
5. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, dan K
6. Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada proses
oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan
seperti zatracun dan obat-obatan.
7. Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan
melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi ∂ - globulin
sebagai immune livers mechanism.
8. Fungsi Hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal ±
1500 cc/menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica
± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati.
Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan
hormonal, aliran ini berubahcepat pada waktu berolahraga, terpapar terik matahari,
dan syok. Hepar merupakanorgan penting untuk mempertahankan aliran darah
2.3 SIROSIS HEPATIS
Definisi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 8
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Istilah sirosis hepar diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal
dari kata Khirros yang berarti orange (orange yellow) karena perubahan warna
pada nodul-nodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hepatis dapat dikatakan
sebagai berikut yaitu seuatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur
hati yang normal akibat nodul regenerasi yang dikelilingi jaringan fibrosis.
Insidens
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika
dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata
terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 –
49 tahun.
Etiologi dan faktor resiko
1. Alkohol
Adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutama di
duniabarat.Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keteraturan
dari konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi
dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh persen dari individu-individu
yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces minuman
keras (hard liquor ) atau yang sama dengan nya untuk 15 tahun atau lebih
akan mengembangkan sirosis.
Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati; dari hati
berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak
yang lebih serius dengan peradangan ( steatohepatitis atau alcoholic
hepatitis), ke sirosis. Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) merujuk
pada suatu spektrum yang lebar dari penyakit hati
yang, seperti penyakit hati alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup d
aristeatosis sederhana (simple steatosis), ke nonalcoholic Steatohepatitis
(NASH), kesirosis.
Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD mempunyai bersama-sama
akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan karena
NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-
jumlah alcohol yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 9
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah serupa dengan apa yang dapat
terlihat pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang berlebihan.
NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisiyang disebut resistensi insulin,
yang pada gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan
diabetes mellitus tipe 2. Kegemukan adalah penyebab yang paling penting
dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes tipe 2. NAFLD
adalah penyakit hati yang paling umum di Amerika dan adalah
bertanggung jawab untuk 24% dari semua penyakit hati.
2. Sirosis Kriptogenik
Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh penyebab-
penyebab yang tidak teridentifikasi) adalah suatu sebab yang umum untuk
pencangkokan hati. Diistilahkan sirosis kriptogenik (cryptogenic cirrhosis)
karena bertahun-tahun para dokter tidak mampu untuk menerangkan
mengapa sebagian dari pasien-pasien
mengembangkan sirosis. Dipercaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan
oleh NASH (nonalcoholic steatohepatitis) yang disebabkan oleh
kegemukan, diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang tetap bertahan
lama. Lemak dalam hati dari pasien-pasien dengan NASH diperkirakan
menghilang dengan timbulnya sirosis,dan sulit untuk para dokter
membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu
waktu yang lama. Satu petunjuk yang
penting bahwa NASH menjurus pada sirosis kriptogenik adalah penemuan
dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada hati-hati yang baru dari
pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati untuk sirosis
kriptogenik.
Akhirnya, suatu studi dari Perancis menyarankan bahwa pasien-pasien
dengan NASH mempunyai suatu risiko mengembangkan sirosis yang
serupa seperti pasien-pasien dengan infeksivirus hepatitis C yang tetap
bertahan lama. Bagaimanapun, kemajuan ke sirosis
dari NASH diperkirakan lambat dan diagnosis dari sirosis secara khas
dibuat pada pasien-pasien pada umur kurang lebih 60 tahun.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 10
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
3. Hepatitis Virus yang Kronis
Adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau hepatitis C virus
menginfeksi hati bertahun-tahun. Kebanyak pasien dengan hepatitis virus
tidak berkembang menjadi hepatitis kronis atau sirosisi hepatis. Misalnya
pada pasien yang terinfeksi hepatitis A sembuh secara spontan dalam
waktu berminggu-minggu tanpa mengembangkan infeksi kronis.
Sebaliknya pasien yang terinfeksi virus hepatitis B atau C dapat
berkembang menjadi hepatitis yang kronis yang selanjutnya menyebabkan
kerusakan hati progresif dan mengarah pada sirosis hepar atau karsinoma
haepar.
4. Kelainan-kelainan Genetik yang diturunkan atau diwariskan
5. Primary Biliary Cirrhosis (PBC)
Adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari
sistim imun yang ditemukan sebagian besar pada wanita-wanita. Kelainan
imunitas pada PBC menyebabkan peradangan dan perusakkan yang kronis
dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati. Pembuluh-pembuluh
empedu adalah jalan-jalan dalam
hati yang dilalui empedu menuju ke usus. Empedu adalah suatu cairan yan
gdihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur yang diperlukan untu
k pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus, dan juga campuran-
campuran lainyang adalah produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin.
(Bilirubin dihasilkan dengan mengurai/memecah hemoglobin dari sel-
sel darah merah yang tua).Bersama dengan kantong empedu, pembuluh-
pembuluh empedu membuat
saluranempedu. Pada PBC, kerusakkan dari pembuluhpembuluh kecil emp
edumenghalangi aliran yang normal dari empedu kedalam usus. Ketika
peradanganterus menerus menghancurkan lebih banyak pembuluh-
pembuluh empedu, ia jugamenyebar untuk menghancurkan sel-sel hati
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 11
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
yang berdekatan. Ketika penghancuran dari hepatocytes menerus,
jaringan parut (fibrosis) terbentuk dan menyebar keseluruh area kerusakka
n.Efek-efek yang digabungkan dari peradangan yang progresif, luka parut,
dan efek-efek keracunan dari akumulasi produk-produk sisamemuncak
pada sirosis
6. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC)
Adalah suatu penyakit yang tidak umum yang sering kali ditemukan pada
pasien dengan peradangan usus besar. Pada PCS pembuluh empedu diluar
hepar mengalami peradangan, penyempitan dan obstruksi. Hambatan pada
aliran empedu mengakibatkan infeksi pada saluran empedu dan jaundice
dan akhirnya dapat menyebabkan sirosis.
7. Hepatitis autoimun
Adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistim
imunyang ditemukan lebih umum pada wanita-wanita. Aktivitas imun
yang abnormal pada hepatitis autoimun menyebabkan peradangan dan
penghancuran sel-sel hati(hepatocytes) yang progresif, menjurus akhirnya
pada sirosis.
8. Bayi-bayi dapat dilahirkan tanpa pembuluh empedu (atresia biliaris) yang
akhirnya menegmbangkan sirosis. Bayi-bayi lain dilahirkan dengan
kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol glukosa dan yang
menjurus pada akumulasi glukosa dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang
jarang, ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan
sirosisi dan luka parut pada paru (kekurangan alpha 1 antitripsin).
9. Lain-lain
Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-
reaksi yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama
pada racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis). Pada
bagian-bagian tertentu dari dunia(terutama Afrika bagian utara), infeksi
hati dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling
umum dari penyakit hati dan sirosis.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 12
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Patofisiologi
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis
Hepatis, yaitu :
1. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam
serum. Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati
terganggu fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan
kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid osmotic juga berkurang.
Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan
tanda kritis untuk timbulnya asites.
2. Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises
esophagus, maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan
koloid osmotic menurun pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila
kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya akan menghilang
walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi). Hipertensi portal
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal
pun menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga
aldosteron juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur
keseimbangan elektrolit terutama natrium . dengan peningkatan aldosteron
maka terjadi terjadi retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan
retensi cairan.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 13
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Gambar 5. Patofisiologi Sirosis Hepar
Klasifikasi
A. Berdasarkan morfologi, Sherlock membagi sirosis hepar atas 3 jenis, yaitu:
1. Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa
parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil yang merata. Sirosis
mikronodular besar nodul mencapai 3 mm. Dapat berubah menjadi
makronodul sehingga dijumpai tipe campuran.
2. Makronodular
Sirosisi makronodul ditandai dengan terbentuknya septa dengan
ketebalan bervariasi, mengandung nodul yang besarnya bervariasi,
terdapat nodul besar didalamnya, daerah luas dengan parenkim yang
masih baik atau terjadi regenerasi parenkim.
3. Campuran
Memperlihatkan gambaran mikro dan makronodul.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 14
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
B. Secara fungsional sirosis hepar terbagi menjadi :
1. Sirosis hati kompensata. Sering disebut sebagai Laten sirosis hati. Pada
stadium kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata.
Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis hati dekompensata. Dikenal dengan Active Sirosis hati, pada
stadium ini gejala-gejala sudah jelas, misalnya : asites, edema dan
ikterus.
C. Klasifikasi sirosis hati menurut Child-Pugh
Skor/ parameter 1 2 3
Bilirubin (mg %) < 2,0 2-<3 >3,0
Albumin (mg %) >3.5 2,8-<3,5 <2,8
Protrombin time (quick
%)
>70 40-<70 <40
Asites 0 Min-sedang
(+)-(++)
(+++)
Hepatic encepalopathy Tidak ada Stadium 1
dan 2
Satdium 3
dan 4
Grade
(CHILD)
Nilai Prognosis
A 5-6 10-15 %
B 7-9 30%
C 10-15 >60%
Manifestasi klinis
Gejala yang timbul tergantung pada tingkat berat sirosis hati yang
terjadi. SirosisHati dibagi dalam tiga tingkatan yakni Sirosis Hati yang paling
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 15
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
rendah Child A, Child B, hingga pada sirosis hati
yang paling berat yakni Child C.
Gejala yang biasa dialami penderita sirosis dari yang paling ringan yakni
lemah tidak nafsu makan, hingga yang
paling berat yakni bengkak pada perut, tungkai, dan penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan fisik pada tubuh penderita terdapat palmar eritem, spider
nevi.
Gambar 6. Palmar eritem Gambar 7. Spider Navi
Beberarapa tanda dan gejala sirosis hepatis yang paling umum adalah :
1. Kulit yang menguning (ikterik) yang disebabkan oleh akumulasi bilirubin
dalam darah
2. Asites, edem pada tungkai
3. Kelelahan
4. Kelemahan
5. Kehilangan nafsu makan
6. Gatal
7. Mudah memar (terjadi akibat penurunan produksi faktor pembekuan darah
oleh sel hepar)
Pada keadaan sirosis hati lanjut, terjadi pemecahan protein otot. Asam
amino rantai panjang (AARC) yang trdiri dari alin, leusin, dan isoleusin
digunakan sebagai sumber energi dan untuk metabolisme amino.
Komplikasi
1. Edema dan Asites
2. Spontaneus Bacterialis Peritonitis (SBP)
3. Pecahnya varises oesophagus
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 16
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
4. Hepatic encephalopati
5. Hepatorenal syndrome
6. Hepatopulmonary syndrome
7. Hypersplenisme
8. Hepatocelluler carsinoma (HCC)
Diagnosis
Kriteria Diagnostik sirosis hepar menurut Haryono- Subandini, dignosis
sirosisi hepar ditegakkan apabila terdapat 5 atau lebih dari manifestasi berikut:
Hepatoseluller
- Sklera ikterik
- Spider navi (talangiektasis)
- Ginecomastia
- Atropi testis
- Palmar eritema
Hipertensi porta
- Varises oesofagus
- Splenomegali
- Kolateral dinding perut
- Ascites
- Hemoroid (Guntur, 2006)
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi Abdomen :
Teknik pemeriksaan :
Tidak memerlukan persiapan khusus. Penderita diperiksa dalam posisi
tidur terlentang dan miring ke kiri 45 sampai 90 derajat terhadap tempat
tidur pemeriksaan. Napas dalam diikuti menahan napas, dapat membantu
dan mempermudah pemeriksaan.
Yang dinilai :
- Ukuran : pengukuran besar hepar dilakukan dengan mengukur hepar
dibeberapa tempat antara lain :
o Linea aksilaris anterior tidak melebihi 15 cm, tebal tidak
melebihi 9 cm.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 17
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
o Linea medialis tidak melebihi 10 cm, tebal tidak melebihi 5 cm.
- Parenkim hepar : heterogen, kasar
- Permukaan : tidak rata
- Tepi : tumpul
- Vaskularisasi : sukar diikuti, terlihat berkelok-kelok dengan kaliber
kecil.
- Dapat terlihat area hiperekoik dan hipoekoik tidak merata pada
parenkim hepar sebagai akibat adanya fibrosis (Sidharta, 2006).
b. Scan/ biopsy hati : mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis dan kerusakan
jaringan hati.
c. Kolesistografi/ kolangiografi : memperlihatkan penyakit duktus biliaris
yang mungkin sebagai faktor predisposisi
d. Esofagoskopi : dapat melihat adannya varises esofagus
e. Portografi transhepatic percutaneus : memperlihatkan sirkulasi sistem
porta
f. Pemeriksaan laboratorium : bilirubin serum, AST (SGOT), ALT (SGPT),
LDH, alkalin fosfatase, albumin serum, globulin, darah lengkap, masa
protrombin, fibrinogen, BUN, amonia serum, glukosa serum, urobilinogen
urin, urobilinogen fekal.
Penatalaksanaan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 18
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Pengobatan sirosis hepar pada prinsipnya berupa :
1. Simptomatis
2. Supportif, yaiut :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang siembang : protein 1gr/kgBB/hari, vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi. Pada sirosisi hepar akibat infeksi
virus hepatitis C atau B dapat diberikan IFN (interferon). Strategi
terapi berupa :
- Terapi kombinasi IFN dengan ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit (3
kali seminggu) dan RIB 1000-2000 mg perhari diberikan dalam jangka
waktu 24-48 minggu.
- Terapi induksi interferon yaitu interferon diberikan dengan dosisi yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit (3 kali seminggu) selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
- Terapi dasar interferon setiap hari : dasar pemberian IFN dengan dosis
3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai virus /HCV RNA negatif
diserum dan jaringan hati.
2.4 ASITES
Definisi
Adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum.
Asites dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Pada dasarnya penimbunan
cairan dirongga peritoneum dapat terjadi melalui 2 mekanisme dasar yakni
transudasi dan eksudasi. Asites yang berhubungan dengan sirosis hepatis dan
hipertensi porta adalah salah satu contoh penimbunan cairan di rongga
peritonem yang terjadi melalui proses transudasi (Hirlan 2007).
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 19
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Patofisiologi
Gambar 9. Skema patofisiologi Asites
Diagnosis
Asites lanjut amat mudah dikenali. Pada pemeriksaan akan nampak
perut membuncit seperti perut katak, umbilikus seolah bergerak ke arah kaudal
mendekati simpisis os pubis. Sering dijumpai hernia umbulikalis akibat
tekanan intraabdomen yang meningkta. Pada perkusi pekak samping
meningkat dan terjadi shifting dullnes. Asites yang masih sedikit belum
menunjukkan tanda-tanda fisis yang nyata. Diperlukan cara pemeriksaan
khusus misalnya denga pudle sign untuk menentukan asites. Pemeriksaan
penunjang yang dapat memberikan informasi untuk mendeteksi asites adalah
unltrasosnografi. Untuk menegakkkan diagnosis asites, ultrasonografi
mempunyai ketelitian yang tinggi (Hirlan 2007).
Dikenal adanya :
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 20
Sirosis hati
Vasodilatasi arteriola splanknicus
Hipertensi Porta
Volume efektif darah arteri menurun
Tekanan intrakapiler dan koefisiensi filtrasi meningkat
Terbentuk ASITES
Pembentukan cairan limfe lebih besar dari pada aliran balik
Aktifasi ADH, sistem simpatis, RAAS
Retensi air dan garam
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
– Cairan transudat, kumpulan cairan disekeliling usus, dijumpai pada
kegagalan hepar/ sirosisi hepatis, gagal ginjal dengan syndroma
nefrotik, dekom kordis, hipoproteinemia.
– Cairan eksudat, kumpulan cairan dengan septa atau eko internal, dapat
dijumpai pada penyakit unfeksi, perdarahan, malignansi peritoneum,
atau metastase peritoneum (Sidharta, 2006)
Penatalaksanaan
Pengobatan asites transudat sebaiknya dilakukan secara komprehensif,
meliputi :
1. Tirah baring
Tirah baring dapat memperbaiki efektifitas diuretika, pada
pasien asites transudat tang berhubungan dengan hipertensi porta.
Perbaikan efek diuretik tersebut berhubungan dengan perbaikan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus akibat tirah baring. Tirah baring akan
mengakibatkan aktifitas simpatis dan sistem renin-angiotensin aldosteron
menurun. Yang dimaksud tirah baribng disini bukan istirahat total di
tempat tidur sepanjang hari, tetapi tidur terlentangkaki sedikit diangkat
selama beberapa jam setelah minm obat diuretika.
2. Diet
Diet rendah garam ringan sampai sedang dapat membantu
diuresisi. Konsumsi garam (NaCl) perhari sebaiknya dibatasi hingga 40-60
meq/hari. Hiponatremi ringan bukan merupakan kontraindikasi untuk
memberikan diet rendah garam, mengingat hiponatremi pada pasien asites
transudat bersifat relatif.
3. Diuretika
Diuretika yang dianjurkan adalah diuretika yang bekerja
sebagai antialdosteron, misalnya spironolakton. Diuretika ini merupakan
diuretika hemat kalium, bekerja di tubulas distal dan menahan reabsorbsi
Na. Dosis yang dianjurkan adalah antara 100-600 mg/hari.
Diuretik loop sering dibutuhkan sebagaiterapi kombinasi.
Namun pada sirosis hepar karena mekanisme utama reabsorbsi air dan
natrium adalah hiperaldosteronisme, diuretik loop menjadi kurang efektif.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 21
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
4. Terapi parasentesis
Parasentesisi sebenarnya merupakan cara pengobatan asites yang
tergolong kuna namun memiliki banyak kegunaa. Untuk setiap liter cairan
asites yang dikeluarkan sebaiknya diikuti dengan substitusi albumin
parenteral sebanyak 6-8 gram. Setelah parasentesis sebaiknya terapi
konvensional tetap diberikan. Parasentesis sebaiknya tidak dilakukan pada
pasien dengan sirosis dengan Child-Plug C, kecuali asites tersebut
refrakter.
5. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
Asites sebagai komplikasi penyakit-penyakit yang dapat diobati,
dengan menyembuhkan penyakit yang mendasari akan dapat
menghilangkan asites (Hirlan 2007).
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 22
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 ANAMNESIS
3.1.1 Identitas
Nama : Tn. Mardi
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Lamper Mijen 04/06 Semarang Selatan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Bangunan
No. CM : 170964
Tanggal Masuk : 17 Agustus 2013
Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan dengan pasien dan anaknya pada
tanggal 20 Agustus 2013 pukul 14.00 WIB di Bangsal Yudhistira Bed 1.2.
3.1.2 Keluhan Utama : Muntah darah
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang :
± 8 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri perut sebalah
kanan atas yang kadang sampai menjalar ke ulu hati. Nyeri dirasakan hilang
timbul sepanjang harinya. Nyeri perut tidak berkurang dengan makan. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah. Muntahan berupa makanan yang dimakan oleh
pasien.
± 6 bulan sebelum masuk rumah sakit keluhan tersebut semakin memberat.
Pasien mengeluh nafsu makan semakin berkurang dan tubuhnya semakin
bertambah kurus namun perut semakin membesar.
± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh perut bertambah
besar pada seluruh bagian perut. Pasien merasakan perut begah dan terasa penuh.
Jika diraba perut terasa tegang, namun keluhan perut membesar ini tidak sampai
membuat pasien sesak atau kesulitan bernafas. Apabila diisi dengan makanan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 23
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
atau minuman dalam jumlah sedikit cepat merasa kenyang. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada perutnya. Nyeri dirasakan didaerah ulu hati dan
terkadang menjalar sampai ke perut bagian kanan.
± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan bahwa BAK
berwarna seperti teh dengan frekuensi 4-5 kali per hari. Rasa nyeri ketika BAK
disangkal oleh pasien.
± 2 hari sebelum masuk rumah sakit nyeri perut semakin bertambah berat.
Nyeri dirasakan di ulu hati seperti ditusuk-tusuk dan terus menerus dirasakan
pasien sepanjang hari. Keluhan ini tidak membaik atau memburuk dengan
makanan. Keluhan nyeri juga disertai dengan mual yang dirasakan hilang timbul
namun dirasakan sepanjang hari dan muntah yang biasanya terjadi setelah makan.
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang dengan keluhan muntah
darah. Muntah darah terjadi ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Muntah
berwarna kecoklatan, timbul secara spontan dan tanpa didahului dengan mual.
Pasien muntah darah sebanyak 4 kali, dengan banyaknya ±1 gelas belimbing tiap
kali muntah. Pasien muntah walaupun dalam keadaan tidak makan maupun
minum.
Saat di rumah sakit pasien sudah tidak muntah darah, namun masih
merasakan nyeri pada ulu hati seperti ditusuk-tusuk. BAK berwarna seperti teh,
pasien belum BAB selama 4 hari. Keluhan demam sebelumnya (-), perdarahan
pada gusi (-), BAB hitam (-), rambut rontok (-), nafsu makan turun (+), badan
lemas (+).
3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini.
Riwayat Hipertensi disangkal.
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal.
Riwayat sakit kuning sebelumnya disangkal
Riwayat transfusi darah disangkal
Riwayat mengkomsumsi Jamu disangkal.
Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 24
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Riwayat penggunaan narkoba suntik disangkal
3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami sakit seperti
ini.
Riwayat Hipertensi dikeluarga disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Riwayat sakit kuning pada keluarga disangkal
3.1.6 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien punya kebiasaan merokok sejak remaja, menghabiskan 2 bungkus
rokok/hari. Pasien Tinggal dirumah dengan istri dan 2 anaknya. Pasien sebagai
kepala keluarga dengan mata pencaharian buruh bangunan. Kebutuhan sehari-hari
dipenuhi oleh pasien. Pasien berobat dengan bantuan dana dari pemerintah.
Kesan Sosial Ekonomi : Kurang
3.2 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 20 Agustus 2013 jam 14.00 WIB di Bangsal Yudhistira Bed 1.3.
Status Present
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 47 Tahun
Berat Badan : 53 kg
Panjang Badan : 162 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120 /70 mmHg
Nadi : 126 x / menit, irama regular, isi cukup, equalitas sama
pada keempat ekstremitas.
Suhu : 36.0 ºC (aksila)
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 25
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Frekuensi Nafas : 20 x / menit
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Komposmentis, status gizi baik, BMI = 20.3 (Normoweight)
Kepala : Mesocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Palpebra simetris, cekung (-/-), konjungtiva anemis (+/+),
sklera ikterik (+/+), pupil bulat isokor Ø 3mm, reflek cahaya
pupil (N).
Telinga : Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak.
Hidung : Simetris, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar (-/-)
Tenggorokan :
Faring
• Mukosa Bukal : Warna merah muda, hiperemis (-)
• Lidah : Dalam batas normal
• Uvula : Di tengah, dalam batas normal
Tonsil
• Ukuran : T 1- T1
• Warna : Hiperemis (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris, dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi dinding
dada (-), spider naevi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara nafas dasar : vesikuler
Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 26
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 2 cm kelateral linea mid
clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.
Perkusi :
Batas atas :ICS II linea parasternalis kiri
Pinggang :ICS III linea parasternalis kiri
Batas kiri :ICS VI 2 cm ke lateral linea midclavicularis kiri
Batas kanan :ICS VI linea sternalis kanan
Auskultasi :Reguler, Suara jantung murni, gallop (-), bising
Jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak cembung, venektasi (-), caput medusa (-)
Auskultasi : Peristaltic (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak sisi (+), pekak alih (+), shifting
dullnes (+)
Hepar : liver span dektra 10 cm, sinistra 4 cm
Lien : traube space redup
Palpasi : Tegang, nyeri tekan (+) , turgor normal, massa (-)
Hepar : sulit dinilai
Lien : teraba schuffner 2
Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan
Ekstremitas
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 27
Pemeriksaan Superio
r
Inferior
Akral dingin -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ (N) +/+ (N)
Reflek patologis -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Petekhie -/- -/-
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5/5 5/5
Turgor kulit Cukup Cukup
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Status Neurologik
GCS 15 , E4M6V5
3.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 17 Agustus 2013)
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin : 3,4 g/dL (↓)
Hematokrit : 13,50 % (↓)
Jumlah Leukosit : 7,3 /uL (N)
Jumlah Trombosit : 125 x10³/uL (↓)
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu : 198 mg/dL (↑)
Globulin : 2,8 g/dl (N)
Albumin : 2,8 mg/dl (↓)
Protein total : 5,6 mg/dl (↓)
Bilirubin direct : 0,51 mg/dl (N)
Bilirubin total : 1,10 mg/dl (↑)
Ureum : 50,9 mg/dL (↑)
Creatinin : 0,8 mg/dL (N)
Asam urat : 3,3 mg/dl (N)
Kolesterol Totral : 59 mg/dL (N)
Trigliserid : 54 mg/dL (N)
SGOT : 26 U/L (N)
SGPT : 19 U/L (N)
Natrium : 132,0 mmol/L(↓)
Kalium : 5,20 mmol/L (N)
Calsium : 1.15 mmol/L (N)
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 28
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 19 Agustus 2013
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin : 4,7 g/dL (↓)
Hematokrit : 16,30 % (↓)
Jumlah Leukosit : 4,0 /uL (N)
Jumlah Trombosit : 81 x10³/uL (↓↓)
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 20 Agustus 2013
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin : 4,2 g/dL (↓)
Hematokrit : 14,20 % (↓)
Jumlah Leukosit : 1,4 /uL (N)
Jumlah Trombosit : 43 x10³/uL (↓↓↓)
IMUNOLOGI
HbSAg : Positif
2. Pemeriksaan EKG (Tanggal 18 Agustus 2013)
Kesan : Normo Sinus Rithm
3. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi Abdomen (Tanggal 20 Agustus 2013)
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 29
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Interpretasi :
HEPAR ukuran mengecil, ekogenitas parenkim inhomogen, tepi tidak rata, tak
tampat nodul, V. Porta dan V. Hepatica tak melebar.
Duktus biliaris intra-ekstra hepatal tidak melebar.
VESIKA FELEA tak membesar, dinding menebal, tak tampak batu
LIEN ukuran membesar, parenkim homogen, V. Lienalis tak melebar, tak tampak
nodul.
PANKREAS ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak
melebar.
GINJAL KANAN ukuran dan bentuk normal, batas kortek dan medula jelas,
PCS tak melebar, tak tampak batu, tak tampak massa.
GINJAL KIRI ukuran dan bentuk normal, batas kortek dan medula jelas, PCS
tak melebar, tak tampak batu, tak tampak massa.
AORTA tak tampak melebar
tak tampak pembesaran noduli dan facies paraaorta.
VESIKA URINARIA dinding tak menebal, reguler, tak tampak batu/massa.
Tak tampak efusi pleura
Tampak cairan bebas intraabdominalis
Kesan :
Gambaran sirosis hepar (Late stage)
Penebalan dinding vesuka felea (curiga e.c ascites)
Splenomegali
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 30
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
Ascites
Tak tampak kelainan lainnya pada organ intraabdomen pada sonografi
abdomen di atas
3.4 DIAGNOSIS
Sirosis Hepatis e.c hepatitis B virus dengan komplikasi Ascites dan
Splenomegali
3.5 PENATALAKSANAAN
A. MEDIAKMENTOSA
• Infus RL 20 tpm
• Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr
• Inj. Ranitidin 3xI amp
• Inj. Ondancetron 2x Iamp
• Inj. Kalnex 3x500 mg
• Albumin 100 cc 20% (Premedikasi Furosemid)
• Paracetamol 3x500 mg p.o
• Omeprazol 2x I p.o
• Curcuma 3x I p.o
• Biocurol 2x I p.o
B. NON MEDIKAMENTOSA
• Tirah baring
• Minum obat teratur
• Terapi nutrisi : diet rendah protein (1 gr/kgBB/hari)
Program : Koreksi albumin apabila < 3,5 mg/dl diberikan Albumin 100 cc 20 %
dengan premedikasi furosemid.
3.6. PROGNOSIS
• Ad vitam : ad malam
• Ad functionam : ad malam
• Ad sanactionam : ad malam
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 31
Pemeriksaan Ultrasonografi Abdomen pada Pasien dengan Sirosis Hepatis dan Ascites
Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang
DAFTAR PUSTAKA
1. Griffith., Wong., Antonio., Kennedy., Woodhard. Diagnostic Imaging Ultrasound.
Salt Lake City. Utah. AMYRIS; 2007.
2. Guyton., Hall. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.2000
3. Hirlan. Asites. Ilmu Penyakit Dalam Jilid Edisi IV Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2007.
4. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi. Volume 2. Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
5. Rasad, S, 2011, Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Jakarta : Badan Penerbit FKUI
6. Sidharta H., Atlas Ultrasonografi Abdomen dan Beberapa Organ Penting. Edisi ke-3.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; Gaya Baru; 2006.
7. Sutadi. Sirosis Hati. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2007.
INTERNET
1. Anatomy of the Liver, Available at
http://biology.about.com/od/humananatomybiology/a/anatomybrain.htm accessed 16
May 2011
2. Informasi tentang Sirosis Hati dalam http://www.medicastore.com
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung SemarangPeriode 05 Agustus-31 Agustus 2013 Page 32