View
289
Download
17
Category
Preview:
DESCRIPTION
Skenario
Citation preview
Skenario 2
Seorang anak perempuan, umur 20 tahun masuk rumah sakitbdengan keluhan utama
benjolan pada paha kanan bawah. Benjolan ini muncul sejak 4 tahun yang lalu, awalnya
hanya sebesar kelereng, tapi makin lama makin membesar. Benjolan teraba keras dan
tidak nyeri.
A. Kata Kunci
· Perempuan, 20 tahun
· Benjolan pada paha kanan bawah
· Benjolan muncul sejak 4 tahun yg lalu
· Awalnya hanya sebesar kelereng, tapi makin lama makin besar
· Benjolan teraba keras dan tidak nyeri
B. Pertanyaan
1. Jelaskan struktur anatomi dan histology regio femoris ?
2. Apa penyebab terjadinya benjolan ?
3. Bagaimana cara membedakan benjolan bersifat jinak atau ganas ?
4. Apa DD dari kasus tersebut?
5. Bagaimana definisi, epidemiologi, etiologi, gejala klinik, penanganan, dan
prognosis dari diagnosis banding ?
C. Pembahasan
1. Struktur anatomi dan hitologi region femoris
o CINGULUM EXTREMITAS INFERIOR (CEI, Gelang Panggul)
- OS COXAE (Os ilium, ischium, pubis)
o FEMUR (paha) → OS FEMUR
q Otot-otot Femoris
o Kelompok Anterior
- M. PSOAS MAJOR
- M. PSOAS MINOR
- M. ILIACUS
- M. PECTINEUS
- M. OBTURATOR EXTERNUS
- M. SARTORIUS
- M. RECTUS FEMORIS
- M. VASTUS LATERALIS
- M. VASTUS MEDIALIS
o M. VASTUS INTERMEDIUS
o Kelompok Medial
- M. GRACILIS
- M. ADDUCTOR LONGUS
- M. ADDUCTOR BREVIS
- M. ADDUCTOR MAGNUS
o Kelompok Posterior
- M. BICEPS FEMORIS
- M. SEMITENDINOSUS
- M. SEMIMEMBRANOSUS
A.FEMORALIS
• Lanjutan a.iliaca externa
• Dari tepi bawah lig.inguinale (pd fossa iliopectinea) ke canalis adductorius, ke
fossa poplitea sebagai A.POPLITEA
• A.epigastrica superficialis
• A.circumflexa ilium superficialis
• A.pudenda externa superficialis
• A.pudenda externa profunda
• A.profunda femoris
• Rami musculares
• A.genus suprema
N.GENITOFEMORALIS
• Tembus m.psoas major, ikut a.iliaca ext.
• Cabang:
• 1.N.LUMBOINGUINALIS (r.femoralis)
• lewat lacuna vasorum,ke fossa iliopectinea,innervasi sensibel/cut. Daerah
trig.femorale
• 2.N.SPERMATICUS EXTERNUS(r.genitalia)
• masuk canalis inguinalis,innervasi sensibel/cut. Pd scrotum/labium majus +
motoris (tunica dartos + m.cremaster)
Histologi
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras dalam tubuh dan hanya di bawah tulang
rawan dalam kemampuan untuk menahan stress. Tulang adalah jaringan yang tersusun
oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut
sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite,
sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
.
STRUKTUR MAKROSKOPIK
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
· Substantia spongiosa (berongga)
· Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya merupakan
tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang berongga yang
dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling berhubungan
dan juga dengan rongga sumsum tulang.
JENIS JARINGAN TULANG
Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :
· Tulang muda/tulang primer
· Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai
serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun
secara teratur.
Jaringan Tulang Primer.
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang,
maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat
sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder
Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone.
Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada
osteoid. Woven bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat
seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan
susunan tulang baru akibat keadaan patologis. Selain tidak teraturnya serabut-serabut
kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan
garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit
kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder
(lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang
dewasa yang sehat itu hanya terdapat lamella saja.
Jaringan Tulang Sekunder
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar
bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun
dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang
tersusun dalam lamellae(lapisan) setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan
melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam
Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan
pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau
osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang
di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar
secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam
lamellae di dekatnya arahnya menyilang.
Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan
bahan perekat.
Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut :
· Tersusun konsentris membentuk osteon.
· Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis.
· Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae
circumferentialis externa.
· Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae
circumferentialis interna.
PERIOSTEUM
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa
yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar
akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya
samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan
osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan
osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat
melekat pada jaringan tulang karena : pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam
tulang. Terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
Terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga
sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang
termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari
jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.
KOMPONEN JARINGAN TULANG
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas
unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang
sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4
macam sel :
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak
ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris
pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian
basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang
menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif
mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat
pula adanya lisosom.
Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat
bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-
cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit
bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat
diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya
aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang
berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan. Osteosit
yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi
atau osteoklas.
Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm
dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh
Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel
osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan
keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan
Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya
microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran
ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan
beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada
proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri
dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar
(b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari
pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga
berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.
Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan
osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang
osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini
pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel
osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik.
Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam
dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan
mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya
pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan
tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi
khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat
diamati pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini
dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan
berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi
khondroblas. Selain itu, terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel
osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada
permukaan dalam dari jaringan tulang.
MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari
± 70% garam anorganik dan 30% matriks organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar
proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam
pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih
setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan
pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga
dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih
kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam
hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan
terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam
pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai
jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat)
dan beberapa protein. Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian
besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –
kristal tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat,
karbonat, magnesium, natrium, dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan
dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.
2. Benjolan dapat di bagi menjadi dua penyebab, yaitu:
a. Neoplasma
Teori terjadinya neoplasma
a) Teori Mutasi Genetik
Neoplasia timbul bila genom abnormal (telah berubah) mengenai gen yang mengatur
pertumbuhan sel (gen proto-onkogen/onkogen seluler).
Tidak terkontrolnya pertumbuhan sel akibat bertambahnya produksi faktor
pertumbuhan/reseptor, menurunnya produksi faktor penghambat, adanya faktor yang
fungsinya abnormal.
b) Teori Virogen Onkogen
c) Teori Epigenetik
d) Teori Kegagalan Imun (immune surveillance)
Akibat kegagalan sel T sitiotoksik, Ab dan komplemen, antibody dependent cell-
mediated cytotoxicity, natural killer cells membunuh sel neoplastik
b. Non neoplasma
· Trauma mekanik, yang dapat merusak dinding epitel pembuluh darah yang akan
meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan cairan masuk ke ekstraselular
hingga teraba massa abnormal di permukaan kulit.
· Infeksi, ini disebabkan oleh proses radang yang berlangsung didaerah invasive
bakteri berkumpul makrofag dan sitokin-sitokin sebagai proses pertahanan tubuh yang
dapat menimbulkan benjolan di permukaan kulit.
3. Cara membedakan benjolan bersifat jinak atau ganas
a) Pertumbuhannya.
Tumor ganas tumbuhnya relative lebih cepat karena memang lebih aktif dan agresif,
akibatnya jika di permukaan tubuh akan tampak tumor membesar dengan cepat dan
seringkali di puncaknya disertai dengan luka atau pembusukan yang tidak kunjung
sembuh. Luka menahun ini diakibatkan suplai nutrisi kepada sel-sel tumor tidak mampu
mengimbangi lagi sel-sel tumor yang jumlah sangat cepat berlipat ganda, Akibatnya sel-
sel yang berada diujung tidak mendapat nutrisi dan mati. Jadi hati-hati jika memiliki luka
yang kotor dan tidak kunjung sembuh dengan pengobatan bahkan bertambah
luas.Sedangkan tumor jinak pertumbuhanllebih lambat, mungkin berhenti tumbuh atau
menciut,gambaran mitotic jarang dan normal.
b) Perluasannya.
Tumor jinak tumbuh secara ekspansif atau mendesak, tetapi tidak merusak struktur
jaringan sekitarnya yang normal. Hal ini dikarenakan tumor jinak memiliki kapsul yang
membatasi antara bagian sel-sel tumor yang abnormal dengan sel-sel normal.
Sebaliknya pada tumor ganas yang memang tak berkapsul, tumor ini tumbuhnya
infiltratif atau menyusup sembari merusak jaringan disekitarnya.
Pertumbuhan semacam ini pertama kali ditemukan oleh Hippocrates – bapak ilmu
kedokteran – dan beliau menamakan sebagai cancer (bahasa latin dari kepiting) karena
menurutnya proses infiltratif seperti demikian menyerupai bentuk capit kepiting. Akibat
proses infiltratif tersebut, maka jaringan disekitar tumor ganas seringkali rusak, dan jika
jaringan yang diinfiltrasi itu berupa pembuluh darah maka tumor jenis ini dapat
menimbulkan gejala perdarahan. Contohnya, pada kanker paru salah satu gejalanya
adalah batuk darah.
c) Metastasis.
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor untuk
lepas dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan berkembang lebih lanjut
pada jaringan tubuh lain yang letaknya jauh dari jaringan tumor induk. Misalnya kanker
payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan
proses pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun
proses terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya
terjadi pada tumor ganas. Tumor jinak tidak pernah bermetastasis. Oleh karena
metastasis inilah maka tumor ganas pada kaki misalnya dapat berakibat fatal terhadap
penderitanya.
d) Gambaran selular.
Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang seringkali
tidak menyerupai jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa memberi
gambaran yang sama sekali tidak menyerupai sel apapun dalam tubuh manusia (tidak
berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak umumnya diferensiasinya baik, artinya
gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal asalnya namun aktvitas
pembelahannya saja yang lebih aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin anaplastik
/ berdiferensiasi semakin buruk suatu tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.
e) Kekambuhan.
Tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi. Tumor
ganas memiliki kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses pembedahannya sulit
untuk benar-benar tuntas dikarenakan memang jaringan abnormal ini tidak berkapsul
sehingga sulit untuk dibedakan dan dipisahkan dari jaringan normal sekitarnya yang
sudah diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap lanjut umumnya penyebaran sudah lebih
luas bahkan sudah bermetasasis jauh sehingga operasi adalah tidak mungkin
menyembuhkan lagi karena sel-sel ganas sudah ada hampir di setiap bagian tubuh.
Kecepatan transformasi / pembentukan sel neoplastik dipengaruhi beberapa faktor :
1. Adanya promoter yang terus bekerja (proses epigenetik)
2. Adanya mutagen/karsinogen yg terus memacu timbulnya mutasi baru (proses
genetik)
3. Adanya jejas/nekrosis yg memacu proliferasi sel utk regenerasi, dimana sel abnormal
ikut terpacu pula
4. Adanya seleksi alam yg memberi peluang sel abnormal berkembang biak/
bertumbuh.
Teori asal sel neoplasma
· Teori Monoclonal origin
Berasal dari satu sel yang terus membelah
· Teori Field origin
Agen karsinogen bekerja pada sejumlah besar sel yg menyebabkan sekelompok sel
berpotensi menjadi sel neoplastik
Non-neoplasma
4. Diagnosis banding
Osteokondroma
a.) Definisi
Tumor merupakan massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak
ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dantetap tumbuh dengan cara
yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti.Ada
beberapa tipe neoplasma yang dapat timbul pada jaringan tulang. Insiden neoplasma
tulang lebih jarang bila dibandingkan dengan neoplasma jaringan lunak. Neoplasma
dapat dikatakan ganas apabila memiliko kemampuanuntuk mengadakan sebaran ke
tempat atau organ lain. Neoplasma tulang primer merupakan neoplasma yang berasal
dari sel yang membentuk jatingan tulangsendiri, dikatakan sekunder apabila merupakan
anak sebar dari organ lain.
Klasifikasi keganasan didasarkan :
1.Luas penyebaran menurut TNM yaitu penyebaran setempat dan metastasis
2.Derajat keganasan secara histologik berdasar derajat deferensiasi sel,aktivitas
mitosis
3.Kecepatan perkembangan gambaran klinik
4.Jaringan tulang berasal dari mesoderm yang dapat berdeferensiasi menjadi:
Osteoblast, Osteoclast, Chondroblast, Fibroblast / kolagenoblast,Meiloblast
Klasifikasi tumor didasarkan atas asal sel, sehingga dibagi menjadi kelompok.
Neoplasma tulang sejatia.Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)Jinak : - Osteoid
OsteomaGanas: - Osteosarkoma- Osteoblastoma- Parosteal Osteosarkoma-
Osteomab. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)Jinak :-
KondroblastomaGanas : - Kondrosarkoma- Kondromiksoid Fibroma- Enkondroma-
Osteokondroma.Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)Jinak : - Non Ossifying
FibromaGanas : - Fibrosarkomad. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)Myeloma sel
plasma, Tumor Ewing, Sarkoma sel reticulum, PenyakitHodkinOsteochondroma adalah
tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas
sebagai eksostosis yang muncul darimetafisis, penonjolan tulang ini ditutupi(diliputi)
oleh cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen
tulang rawan (chondrosit).Osteokhondroma merupakan tumor jinak tersering kedua
(32,5%) dari seluruhtumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang
pertumbuhannyaaktif dan pada dewasa muda
Osteokondroma berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan chondroma yang
berarti tumor jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor yangterdiri dari tulang rawan
hialin matur, sehingga osteokondroma dapat didefinisikan sebagai tumor jinak pada
tulang yang terdiri dari penonjolan tulang dewasa yang dilapisi tulang rawan yang
menonjol dari kontur lateral tulang endokondral. Osteokondroma dapat disebut juga
sebagai kondrosteoma atau osteokartilagenous eksotosis. Osteokondroma merupakan
tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama
ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Sebagian
besar dari penderita tumor ini biasanya tanpa gejala (asimptomatik) , gangguan yang
sering muncul biasanya menyebabkan gejala mekanik tergantung lokasi dan ukuran
dari tumor tersebut.Gambar 1. Perkembangan dari osteokondroma, dimulai dari
kartilago epifisial sebagai lesi jinak, osteochondromas tidak memiliki kecenderungan
untuk metastasis. Dalam kurang dari 1% dari osteochondromas soliter, degenerasi
ganasdari tutup tulang rawan ke chondrosarcoma sekunder telah dijelaskan dan
biasanya digembar-gemborkan oleh onset baru pertumbuhan awal, lesi baru rasa sakit,
atau pertumbuhan yang cepat dari lesi.
b.) Etiologi
Osteochondromas tulang kemungkinan besar disebabkan oleh salah satucacat bawaan
atau trauma perichondrium yang yang menghasilkan herniasi dari fragmen lempeng
epifisis pertumbuhan melalui manset tulang periosteal. Meskipun etiologi pasti dari
pertumbuhan ini tidak diketahui, sebagian perifer fisis diduga mengalami herniasi dari
lempeng pertumbuhannya. Herniasi ini mungkin idiopatik atau mungkin hasil dari
trauma atau defisiensi dari cincin perichondrial. Apapun penyebabnya, hasilnya adalah
perpanjangan yang abnormal dari tulang rawan metaplastic yang merespon faktor-
faktor yang merangsang lempeng pertumbuhan dan dengan demikian menghasilkan
pertumbuhan yang exostosis. Pulau-pulau tulang rawan mengatur ke dalam struktur
yang mirip denganepiphysis Karena ini metaplastic cartilage dirangsang, terjadi
pembentukan tulangenchondral , dan terjadi pengembangan tangkai tulang. Histologi
tulang rawanmencerminkan, zona klasik didefinisikan diamati dalam pertumbuhan dari
lempeng yaitu yaitu, zona proliferasi, columniation, hipertrofi, kalsifikasi, dan
pengerasan. Teori ini diperkirakan untuk menjelaskan temuan klasik
dariosteochondroma terkait dengan pertumbuhan lempeng dan berkembang jauh
darifisis untuk tetap menjagar kelangsung medulernya. Karyotyping genetik telah
menyarankan bahwa kelainan genetik direproduksi berhubungan dengan pertumbuhan
jinak dan bahwa mereka benar-benar dapatmewakili proses neoplastik sejati, bukan
yang reaktif. Penelitian ini masih padatahap awal, dan membutuhkan penyelidikan lebih
lanjut.
c.) Epidemiologi
Frekuensi
Frekuensi aktual osteochondromas tidak diketahui karena banyak yang tidak
didiagnosis. Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun, Rasio laki-
laki dan perempuan adalah 3:1. Osteochondromas dapat terjadi dalam setiap
tulangyang mengalami pembentukan tulang enchondral, tetapi mereka yang
palingumum di sekitar lutut.
Lokasi
Osteokondroma biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang panjang,dan tulang
yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimaltibia(20%), dan
humerus(2%). Osteokondroma juga dapat mengenai tulang tangandan kaki (10%) serta
tulang pipih seperti pelvis(5%) dan scapula(4%) walaupun jarang. Osteokondroma
terdiri dari 2 tipe yaitu tipe bertangkai (pedunculated) dantipe tidak bertangkai(sesile).
Tulang panjang yang terkena biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis adalah tipe
sesile. Tumor bersifat soliter dengandasar lebar atau kecil seperti tankai dan bila
multiple dikenal sebagai diafisialaklasia (eksostosis herediter multiple) yang bersifat
herediter dan diturunkansecara dominan gen mutan.
d.) Patofisiologi
Ditemukan adanya tulang rawan hialin didaerah sekitar tumor danterdapat eksostosis
yang berbentuk didalamnya. Lesi yang besar dapat berbentuk gambaran bunga kol
dengan degenerasi dan kalsifkasi ditengahnya.Tumor terjadi karena pertumbuhan
abnormal dari sel-sel tulang (osteosit)dan sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis.
Pertumbuhan abnormal iniawalnya hanya akan menimbulkan gambaran pembesaran
tulang dengan korteks dan spongiosa yang masih utuh. Jika tumor semakin membesar
makan akantampak sebagai benjolan menyerupai bunga kol dengan komponen
osteositsebagai batangnya dan komponen kondrosit sebagai bunganya.Tumor akan
tumbuh dari metafisis,tetapi adanya pertumbuhan tulang yangsemakin memanjang
maka makin lama tumor akan mengarah ke diafisis tulang.Pertumbuhan ini membawa
ke bentuk klasik “coat hanger” variasi dariosteokondroma yang mengarah menjauhi
sendi terdekat.
e.) Stadium (Staging) osteokondroma
Osteochondromas adalah lesi jinak dan dapat dikelompokkan berdasarkan staging
berdasarkan muskuloskeletal Tumor Society (MSTS) untuk lesi jinak,sebagai berikut:
Tahap I - lesi aktif atau statis
Tahap II - lesi aktif tumbuh
Tahap III - lesi aktif yang berkembang bahwa secara lokal destruktif / agresif.
Rata-rata Osteochondromas berada pada stadium I atau II. Namun,deformitas
sekunder yang signifikan untuk efek massa dapat terjadi di daerahseperti sendi
radioulnar sendi dan tibiofibular. Meskipun klasifikasi ini tidak sempurna, lesi tersebut
dapat dianggap lesi tahap III ,
f.) Gambaran klinis
Tumor ini tidak memberikan gejala sehingga sering ditemukan secarakebetulan, namun
terabanya benjolan yang tumbuh dengan sangat lama danmembesar. Bila tumor ini
menekan jaringan saraf atau pembuluh darah akanmenimbulkan rasa sakit. Dapat juga
rasa sakit ditimbulkan oleh fraktur patologis pada tangkai tumor,terutama pada bagian
tangkai tipis. Kadang bursa dapattumbuh diatas tumor (bursa exotica) dan bila
mengalami inflamasi pasien dapatmengeluh bengkak dan sakit. Apabila timbul rasa
sakit tanpa adanyafraktur,bursitis, atau penekanan pada saraf dan tumor terus tumbuh
setelahlempeng epifisis menutup maka harus dicurigai adanya keganasan.
Osteokondroma dapat menyebabkan timbulnya pseudoaneurisma terutama pada
a.poplitea dan a.femoralis disebabkan karena fraktur pada tangkai tumor didaerah distal
femur atau proximal tibia. Osteokondroma yang besar pada kolumnavertebralis dapat
menyebabkan angulasi kyfosis dan menimbulkan gejalaspondylolitesis. Pada herediter
multipel exositosis keluhan dapat berupa massayang multipel dan tidak nyeri dekat
persendian. Umumnya bilateral dan simetris.Gejala nyeri terjadi bila terdapat
penekanan pada bursa atau jaringan lunak sekitarnya.
Nyeri biasanya disebabkan oleh efek, langsung mekanik, massaosteochondroma pada
jaringan lunak di atasnya. Hal ini dapat mengakibatkankantung terkait atau bursitis atas
exostosis tersebut. Iritasi tendon sekitarnya, otot,atau saraf dapat mengakibatkan rasa
sakit . Nyeri juga dapat hasil dari fraktur tangkai dari osteochondroma dari trauma
langsung.. Tutup tulang tangkaimungkin infark atau mengalami nekrosis iskemik
Gambar 4 Gambaran Klinis OsteokondromaGejala yang paling umum dari
osteochondroma adalah benjolan tidak nyeri didekat sendi. Lutut dan bahu lebih sering
terlibat.Suatu osteochondroma dapat terletak di bawah tendon. Ketika itu, patah
jaringandi atas tumor dapat menyebabkan aktivitas yang berhubungan dengan
nyeri.Suatu osteochondroma dapat terletak dekat saraf atau pembuluh darah, seperti di
belakang lutut. Ketika itu, mungkin ada mati rasa dan kesemutan pada ekstremitasitu.
Suatu tumor yang menekan pada pembuluh darah dapat menyebabkan perubahan
periodik dalam aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya pulsasi atau
perubahan dalam warna ekstremitas.Perubahan dalam aliran darah yang dihasilkan
dari suatu osteochondroma jarang terjad.Benjolan yang keras dapat ditemukan pada
daerah sekitar lesi.
g.) Diagnosis/Pemeriksaan radiologis
Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) / narrow basedan tidak
bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe pedunculated, pada foto polostampak
penonjolan tulang yang menjauhi sendi dengan korteks dan spongiosamasih normal.
Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengankomponen osteosit
sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai bunganya.Densitas penonjolan
tulang inhomogen (opaq pada tangkai dan lusen pada bunga).
Terkadang tampak adanya kalsifikasi berupa bercak opaq akibat komponenkondral
yang mengalami kalsifikasi.Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas
sebagaieksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil
disbandingdengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena sebagian besar
tumor ini diliputi oleh tulang rawan. Tumor dapat bersifat tunggal atau
multipletergantung dari jenisnya. Untuk pemeriksaan raduikigis dapat
menggunakan:foto polos radiografi polos adalah pemeriksaan penunjang dalam
pencitraan untuk osteochondroma. Radiograf dengan kualitas yang baik harus
diperoleh dalam 2 pesawat tegak lurus dengan ciri lesi sepenuhnya. Fitur radiografi
klasik termasuk orientasi lesi jauh dari fisis dan kontinuitas meduler. Foto AP dari
osteochondroma pedunkulata femur distal.
CT SCAN
Pada tulang tertentu, seperti panggul dan tulang belikat, CT scanmerupakan tambahan
yang berguna untuk melokalisasi lesi. Lokalisasi CT dapat berguna ketika
merencanakan reseksi. Pada dasar tengkorak, tulang belakang, tulang rusuk atau
kepala dapatmenyebabkan defisit saraf kranial, radikulopati, stenosis tulang belakang,
caudaequina syndrome, dan myelomalacia.
h.) Prognosis
Untuk osteochondromas soliter, hasil dan prognosis setelah operasi sangat baik,
dengan kontrol lokal yang sangat baik dan tingkat kekambuhan lokal kurangdari 2%.
Demikian, prognosis biasanya salah satu dari pemulihan lengkap . Hasilyang lebih
buruk biasanya berkaitan dengan morbiditas yang terkait denganeksposur yang
dibutuhkan untuk menghapus lesi atau berhubungan dengandeformitas tulang
sekunder, tetapi yang terakhir biasanya diamati dalam bentuk turun-temurun beberapa
penyakit
Osteoma
a). Definisi
Osteoma adalah lesi jinak ditulang yang pada banyak kasus lebih menncerminkan
penyimpangan perkembangan atau pertumbuhan reaktif bukan neoplasma sejati .
b). Insidens
Tumor jinak yang paling sering ditemukan (39,3%). Terutama pada usia 20 – 40 tahun
c). Lokasi
–
Terutama pada tulang – tulang tengkorak seperti maksila, mandibula, palatum dan
sinus paranasalis. Dapat pula pada tulang panjang seperti tibia, femur,
falang
d). Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya penyakit ini tidak diketahui tetapi dicurigai
disebabkan oleh faktor trauma dan iritasi kronis.
e).Gambaran klinis
- Bermanifestasi sebagai pertumbuhan eksofitik lokal yang biasanya tunggal, keras,
dan melekat pada permukaan tulang, benjolan tumbuh dengan lambat dan tidak nyeri
- Osteoma berbentuk bulat dengan batas yang tegas, tanpa adanya destruksi tulang.
Kelainan ini terbanyak ditemukan di tulang tengkorak seperti maxilla, mandibulla,
pallatum, sinus paranasalis, dan dapat pula pada tulang-tulang panjang , seperti tibia,
femur, phalanges yang biasanya bersifat multiple.
- Terutama ditemukan pada usia 20-40 tahun, lebih banyak ditemukan pada wanita
dibanding pria dengan rasio perbandingan 3:1
- Tidak ada nyeri pada tumor
f).Penegakkan diagnosis
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
Diagnosis definitive ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi dari
jaringan yang dicurigai. Gambaran histopatologis.
· Compact osteoma : jaringan tulang yang padat dan relatif sedikit osteosit.
· Cancellous : dimana trabecula tulang lebih lebar dengan cortex lamella tulang.
g). Pemeriksaan radiologis
· Massa berbentuk bulat dengan batas tegas tanpa destruksi tulang
· Pada proyeksi tangensial tampak berbentuk kubah
h).Terapi
· Bila berukuran kecil dan tidak menimbulkan keluhan tidak diperlukan tindakan
khus
Recommended