View
224
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI
KECAMATAN MAGETAN
TAHUN 2011
Skripsi
Oleh :
Galih Nurmandito
NIM : K5407022
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Galih Nurmandito
NIM : K5407022
Jurusan / Program Studi : P.IPS / Pendidikan Geografi
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ STUDI SENTRA INDUSTRI
KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI KECAMATAN MAGETAN
TAHUN 2011” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila pada
kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 27 April 2012
Yang membuat pernyataan,
Galih Nurmandito
K5407022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI
KECAMATAN MAGETAN
TAHUN 2011
Oleh :
Galih Nurmandito
NIM K5407022
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Bersujud dan memohonlah, Dia kan memberikan yang terbaik untukmu
melalui caraNYA
(penulis)
Tidak akan pernah ada sesuatu yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh
dan penuh pengorbanan itu sia-sia, semua pasti terbalaskan dengan adil
(penulis)
Semua cobaan dan halangan itu akan mendewasakan dan menjadikan kita
jauh lebih baik, layaknya pedang yang ditempa sehingga tajam kedua sisinya
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Yang tercinta Bapak dan Ibu yang telah
memberikan segalanya
2. Yang tersayang Adikku Rahadian dan Pungkas
3. Yang tersayang Tri Suraningsih
4. Teman-teman seperjuangan Geografi angkatan
2007
5. Teman-teman kost : Fuardhi, Taufik, Hendro,
Eko-Sandris, Hutma, Andik-Nita, Solehan.
6. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Galih Nurmandito. STUDI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI
DESA SELOSARI KECAMATAN MAGETAN TAHUN 2011. Skripsi,
Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret,
2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Proses spasial munculnya
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.
(2) Faktor produksi dan faktor spasial yang mendukung keberadaan sentra
industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011. (3)
dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subyek penelitian
adalah pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan. Populasi pengusaha
kerajinan kulit adalah 34 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Teknis analisis data yang
digunakan berupa tabel frekuensi untuk mengetahui besar prosentase data.
Hasil penelitian menunjukan : (1) Sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari tidak muncul begitu saja, namun memerlukan waktu dan proses yang
cukup lama. Tahun 1995 – 2000 telah ada 15 unit industri di Desa Selosari yang
menjadi inti atau pusat perkembangan sentra tersebut, tahun 2001 – 2005
mengalami perkembangan dan penambahan unit industri sebanyak 15 unit.
Sekarang sentra di Desa Selosari terus berkembang dan telah ada 34 unit industri
kerajinan kulit. (2) Dilihat dari faktor produksi yang mendukung keberadaan
industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011 adalah ketersediaan
bahan baku untuk kelancaran dalam usaha industri kerajinan kulit, pengambilan
bahan baku dekat dengan lokasi industri, tersedianya tenaga kerja yang cukup,
kemudahan dalam transportasi guna pemasaran hasil produksi ke pihak konsumen
dan jangkauan pemasaran sampai ke luar daerah Kecamatan Magetan. Faktor
yang sangat dominan mendukung keberadaan industri kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan adalah bahan baku dan pemasaran. Faktor spasial yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
paling mempengaruhi keberadaan sentra industry kerajinan kulit di Desa Selosari
adalah Pola Keruangan (Spatial Patern) dan struktur keruangan (Spatial
Structure). Dengan memiliki pola mengelompok dan struktur keruangan yang
memanjang searah jalan, maka akan memberi keuntungan dalam pemasaran dan
menarik perhatian masyarakat. (3) Dampak meningkatnya pendapatan sentra
industri kerajinan kulit di Desa Selosari adalah : (a) Pendapatan tenaga kerja per
bulan mayoritas Rp 300.000,00 – Rp 400.000,00. (b) tenaga kerja yang diserap
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari sebanyak 427 tenaga kerja yang
mayoritas berasal dari Kelurahan Magetan sebanyak 281 tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Galih Nurmandito. A STUDY INDUSTRIAL SENTRA CRAFTING
HUSK IN COUNTRYSIDE SELOSARI OF MAGETAN SUBDISTRICT IN
2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret
University, 2012.
This research aim to find out: ( 1) Process of industrial spasial
appearance sentra crafting husk in Countryside of Selosari of Subdistrict of
Magetan Year 2011. ( 2) Factors of production and factor spasial supporting
industrial existence sentra of crafting husk in Countryside of Selosari of
Subdistrict of Magetan Year 2011. ( 3) impact from the increasing of earnings in
industrial sentra crafting husk in Countryside of Selosari of Subdistrict of
Magetan Year 2011.
This study employed a descriptive qualitative method. The subject of
research was the leather handicraft entrepreneur in Magetan Subdistrict. The
population of research consisted of 34 leather handicraft entrepreneurs.
Techniques of collecting data used were observation, interview, questionnaire,
and documentation. Technique of collecting data used was frequency table to find
out the percentage data.
The result of research showed that: (1) Industrial Sentra crafting husk in
Countryside Selosari do not emerge off hand, but need the sufficient process and
time. Year 1995 - 2000 there have 15 industrial unit in Countryside Selosari
becoming nucleus core or center the the growth sentra, year 2001 - 2005
experiencing of growth and industrial unit addition as much 15 unit. Now sentra
in Countryside Selosari non-stoped to expand and there have 34 industrial unit of
crafting husk. (2) seen from factors of production supporting industrial existence
of crafting husk in Subdistrict of Magetan Year 2011 is availibility of raw
material for the fluency of in effort industry of crafting husk, intake raw material
close to industrial location, the available of labour which enough, amenity in
transportation utilize the marketing yield up the ghost to party of consumer and
marketing reach to outside area of Subdistrict Magetan. Very dominant Factor
support the industrial existence of crafting husk in Subdistrict Magetan is raw
material and marketing. most influencing factor Spasial of existence of sentra
industry crafting husk in Countryside Selosari is Spatial Patern and Spatial
Structure. By owning pattern of group and unidirectional long column structure
walke, hence will give the advantage in marketing and draw attention society. (3)
Affect the increasing of industrial earnings sentra crafting of husk in Countryside
Selosari : ( a) labour Earnings per month majority Rp 300.000,00 - Rp
400.000,00. ( b) absorbent labour of industrial sentra crafting husk in
Countryside Selosari as much 427 labour which majority come from Chief of
village Magetan as much 281 labour.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad dan hidayah-Nya,
karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu kelengkapan yang harus diselesaikan
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Geografi Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini
banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, berbagai hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan
ijin penelitian untuk menyusun skripsi.
3. Bapak Dr. Moh Gamal Rindarjono, M.Si, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ; sekaligus
sebagai Pembimbing I, dengan penuh kesabaran dan ketulusan dalam
memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dari awal sampai akhir.
4. Bapak Danang Endarto, S.T, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan, dari awal sampai selesai.
5. Bapak Camat Kecamatan Magetan yang telah memberikan ijin penelitian,
petugas bagian kependudukan, perindustrian dan perdagangan, serta
bagian pertanian atas peminjaman data-datanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Keluarga besar pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan yang
telah membantu dalam proses pengambilan data yang diperlukan demi
kelancaran penelitian ini.
7. Saudara-saudaraku Geografi khususnya angkatan 2007 yang begitu
kompak dan solid. Dan teman-teman geografi yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
8. Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu
Semoga semua bantuan, dorongan bimbingan dan segala kebaikan yang
telah diberikan akan mendapat imbalan dari Alla SWT. Akhirnya penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Surakarta, April 2012
Penulis,
Galih Nurmandito
K5407022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………… ii
HALAMAN PENGAJUAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. vii
ABSTRAK………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………... xi
DAFTAR ISI………………………………………………………………. xiii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xviii
DAFTAR PETA…………………………………………………………… xix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xx
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 6
1. Pengertian Industri……………………………………………. 6
2. Klasifikasi Industri…………………………………………….. 7
3. Lokasi Industri…………………………………………………. 11
4. Perkembangan Lokasi………………………………………….. 13
5. Industri Kecil…………………………………………………... 17
6. Sentra Industri Kecil…………………………………………… 21
7. Kerajinan Kulit………………………………………………… 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Sejarah Perkembangan Industri Kulit di Desaa Selosari………. 25
9. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Kerajinan Kulit…….. 34
10. Kerusakan Lingkungan………………………………………… 34
11. Dampak negatif industri kerajinan kulit……………………….. 35
12. Batasan operasional…………………………………………… 45
B. Penelitian Yang Relevan…………………………………………... 47
C. Kerangka Berpikir…………………………………………………. 50
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 51
B. Bentuk dan Strategi Penelitian…………………………………….. 51
C. Sumber Data……………………………………………………… 53
D. Pengumpulan Data…………………………………………………. 54
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 55
F. Validitas Data……………………………………………………… 56
G. Analisis Data……………………………………………………….. 56
H. Prosedur Penelitian………………………………………………… 59
I. Diagram Alir Penelitian……………………………………………. 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian……………………………………….. 61
1. Kondisi Fisik…………………………………………………… 61
2. Kondisi Penduduk……………………………………………… 63
B. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………. 73
1. Proses Spasial Munculnya Sentra Industri Kerajinan Kulit di
Desa Selosari Tahun 2011……………………………………...
73
2. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha dan Tenaga Kerja
Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011…………..
87
3. Faktor Produksi dan Faktor Spasial Yang Paling Mendukung
Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan
Magetan Tahun 2011…………………………………………..
95
4. Dampak Meningkatnya Pendapatan Sentra Industri Kerajinan
Kulit Di Desa Selosari Tahun 2011…………………………….
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………… 116
B. Implikasi…………………………………………………………… 117
C. Saran……………………………………………………………...... 117
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 118
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Waktu Penelitian…………………………………………………. 51
Tabel 2. Penggunaan lahan di Kecamatan Magetan Tahun 2011………….. 62
Tabel 3. Banyaknya penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2011………. 64
Tabel 4. Luas dan kepadatan penduduk Tahun 2011……………………… 65
Tabel 5. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin Tahun 2011… 66
Tabel 6. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Tahun 2011…... 69
Tabel 7. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin …………. 70
Tabel 8. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Tahun 2011….. 72
Tabel 9. Penggunaan lahan di Desa Selosari Tahun 2000…………………. 73
Tabel 10. Penggunaan lahan di Desa Selosari Tahun 2011………………. 74
Tabel 11. Munculnya Unit Industri di Desa Selosari……………………… 76
Tabel 12. Jarak antar unit industri Kerajinan Kulit………………………... 81
Tabel 13. Komposisi pengusaha menurut umur Tahun 2011……………… 87
Tabel 14. Komposisi tenaga kerja menurut umur Tahun 2011……………. 88
Tabel 15. Komposisi pengusaha menurut jenis kelamin Tahun 2011……... 88
Tabel 16. Komposisi tenaga kerja menurut jenis kelamin Tahun 2011…… 89
Tabel 17. Komposisi pengusaha menurut tingkat pendidikan Tahun 2011.. 90
Tabel 18. Komposisi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan Tahun 2011 91
Tabel 19. Status penikahan pengusaha Tahun 2011……………………….. 92
Tabel 20. Status pernikahan tenaga kerja Tahun 2011…………………….. 92
Tabel 21. Tanggungan keluarga pengusaha kerajinan kulit Tahun 2011….. 93
Tabel 22. Tanggungan keluarga tenaga kerja Tahun 2011 ………………... 94
Tabel 23. Lama Usaha Kerajinan Kulit Tahun 2011……………………… 95
Tabel 24. Komposisi pengusaha menurut modal Tahun 2011…………….. 96
Tabel 25. Komposisi pengusaha menurut jam kerja ………………………. 98
Tabel 26. Besar Biaya Tenaga Kerja Upahan Per Hari……………………. 99
Tabel 27. Alat angkut yang digunakan memasarkan produk……………… 101
Tabel 28. Kapasitas produksi industri kerajinan kulit……………………... 103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 29. Besarnya modal awal……………………………………………. 104
Tabel 30. Lokasi usaha industri kerajinan kulit……………………………. 105
Tabel 31. Fakktor produksi yang mempengaruhi eksistensi sentra industri
kerajinan kulit…………………………………………………...
106
Tabel 32. Pendapatan bersih pengusaha kerajinan kulit…………………… 111
Tabel 33. Besar Pendapatan Tenaga Kerja Per Bulan……………………... 113
Tabel 34. Asal Tenaga Kerja………………………………………………. 114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bahan kulit yang akan diproses………………………………... 27
Gambar 2. Penjemuran bahan kulit……………………………………… 27
Gambar 3. Proses penggambaran pola…………………………………….. 29
Gambar 4. Pemotongan pola………………………………………………. 30
Gambar 5. Proses penjahitan pola…………………………………………. 31
Gambar 6. Proses pengeleman…………………………………………… 31
Gambar 7. Mesin press…………………………………………………… 32
Gambar 8. Produk yang siap dipasarkan………………………………….. 33
Gambar 9. Gerai / toko produk kerajinan kulit…………………………… 33
Gambar 10. IPAL LIK magetan…………………………………………… 43
Gambar 11. Kerangka Berpikir……………………………………………. 50
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian………………………………………. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1. Penggunaan Lahan Desa Selosari Tahun 2000…………………….. 75
Peta 2. Penggunaan Lahan Desa Selosari Tahun 2011……………………... 77
Peta 3. Lokasi Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Koordinat Unit Industri Kerajinan Kulit……………………… 1
Lampiran 2. Lembar Kuesioner……………………………………………. 2
Lampiran 3. Lembar Hasil Kuesioner………………………………………. 7
Lampiran 4. Lembar Penyusunan Skripsi………………………………….. 15
Lampiran 5. Lembar Permohonan Ijin Penelitian…………………………... 16
Lampiran 6. Lembar Ijin Penelitian Dari KESBANGPOL dan LINMAS…. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting
dalam pembangunan wilayah. Hampir semua negara memandang bahwa
industrialisasi adalah suatu keharusan karena menjamin kelangsungan proses
pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan yang menghasilkan peningkatan pendapatan perkapita
setiap tahun. Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka
panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara
tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian
ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri (Tambunan, 2001: 15).
Untuk lebih memaksimalkan pembangunan di sektor industri, diharuskan
adanya kondisi ekonomi yang kondusif. Adanya keseimbangan dan kestabilan
antara industri besar, industri sedang dan industri kecil. Dalam perkembangannya,
industri besar dan industri menengah akan secara langsung dapat memicu
pertumbuhan dan perkembangan industri kecil.
Penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin tentang
transformasi struktur ekonomi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan
pendapatan perkapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula
mengandalkan sektor pertanian (atau sektor pertambangan) menuju ke sektor
industri, yang hal ini dapat dilihat indikasinya pada nilai tambah dari setiap sektor
di dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional
Bruto (PNB) atau pendapatan nasional (Tambunan, 2001: 15).
Pertumbuhan ekonomi cenderung terkonsentrasi pada daerah tertentu yang
di dorong oleh adanya keuntungan Aglomerasi (Aglomeration Economies) yang
timbul karena adanya konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut (Sjafrizal, 2008:
127).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perbedaan antara aglomerasi dengan sentra adalah sebuah aglomerasi merupakan
pengelompokan kegiatan ekonomi, baik direncana atau tidak. Seperti
bergerombolnya percetakan, warung-warung, industri (otomotif, tekstil,
elektronik, dll) karena ada keuntungan lokasi yang dimanfaatkan bersama.
Sedangkan sentra adalah pengembangan kegiatan ekonomi dan lebih menekankan
pada menguatkan kerjasama antar kegiatan ekonomi dari hulu sampai dengan hilir
serta fasilitas pendukungnya (pemasaran, aksesibilitas, jaringan komunikasi dan
listrik)
Sentra Industri Kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan mengalami
pengelompokan di daerah pinggiran kota Magetan. Hal ini timbul karena adanya
proses dan interaksi yang menguntungkan di dalam pengelompokan tersebut.
Dengan berbagai keuntungan yang timbul maka akan menjadi sebuah daya tarik
untuk aglomerasi kegiatan penduduk, guna mendapatkan taraf hidup yang lebih
baik.
Secara umum bahwa karakteristik industri kulit dan produk kulit di
Magetan (Magetan Dalam Angka 2011) sebagai berikut :
1. Padat Karya, bahwa industri kulit dan produk kulit memerlukan
tenaga kerja trampil dan ahli perkulitan.
2. Padat modal, artnya bahwa dalam pendiriannya industri kulit dan
produk kulit memerlukan modal yang cukup besar untuk
pembelian mesin-tenaga , tanah dan SDM yang ahli dalam
perkulitam.
3. Padat Teknologi, artinya bahwa dalam proses produksinya kulit
dan produk kulit memerlukan beberapa tahapan seperti dalam
proses penyamakan, proses pewarnaan, proses penghalusan, dan
proses dalam finising yang kesemuanya merupakan tahapan yang
menggunakan teknologi.
4. Industri kulit dan produk kulit termasuk industri yang tidak ramah
lingkungan, terutama dampak lingkungan yang disebabkan dalam
proses penyamakan menjadi kulit jadi. Dimana prosesnya
menggunakan bahan bahan kimia yang cukup berbahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Proses pengembangan dan pembangunan industri tidak dapat dilakukan
dengan menanamkan modal besar begitu saja, tetapi suatu industri tumbuh pada
suatu daerah disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya faktor lokasi. Selain
lokasi industri, tumbuh berkembangnya suatu industri dapat dipengaruhi oleh
faktor produksi.
Semakin berkembangnya sektor industri di Indonesia telah menyebabkan
terjadinya percepatan munculnya bangunan industri. Keberadaan bangunan
industri disamping memberikan dampak positif juga akan mempengaruhi potensi,
kondisi, dan mutu sumber daya alam dan lingkungan yang dalam kurun waktu
yang cukup lama dapat mengakibatkan potensi dan mutu lingkungan menurun bila
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya untuk industri tidak bijaksana, maka
kebijaksanaan yang harus diupayakan adalah dengan mempertahankan dan
meningkatkan perkembangan industri yang dapat memperhatikan potensi dan
mutu lingkungan sehingga upaya pengendalian dan pencegahan terhadap
kerusakan lingkungan dapat dilokalisir.
Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Kecamatan
Magetan cukup dominan mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi masyarakat
setempat. Karena sifatnya padat karya, industri kerajinan kulit mampu
mengurangi jumlah pengangguran dan memberi tambahan pendapatan.
Kemajuan industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan
tidak lepas dari faktor-faktor produksi, diantaranya adalah bahan baku, modal,
tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran. Penentuan lokasi industri juga sangat
penting untuk industri itu agar suatu daerah dapat dikembangkan sesuai dengan
potensinya.
Berdasarakan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil
judul penelitian Studi Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari
Kecamatan Magetan Tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses spasial munculnya sentra industri kerajinan kulit di
Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011?
2. Faktor spasial dan faktor produksi apa saja yang mendukung keberadaan
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun
2011?
3. Bagaimana dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan
kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui proses spasial munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011.
2. Mengetahui faktor produksi dan faktor spasial yang mendukung keberadaan
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun
2011.
3. Mengetahui dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri
kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
Merupakan manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan laporan hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, meliputi :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan
ilmu pengetahuan Geografi khususnya dalam aplikasi analisis Tetangga
Terdekat (nearest-neighbour statistic) dan dinamika Sentra Industri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pengusaha :
1) Sebagai gambaran tentang keadaan industri yang dijalankannya
sehingga menjadi pertimbangan dalam setiap mengambil keputusan
terkait usaha kerajinan kulit yang ditekuninya.
2) Sebagai informasi untuk memudahkan pengusaha kerajinan kulit agar
usaha yang ditekuninya selalu eksis dan dapat memasarkan hasil
produksinya dengan baik.
b. Bagi Pemerintah Kabupaten Magetan :
1) Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan kebijakan
terkait industri kerajinan kulit.
2) Sebagai pertimbangan dalam memaksimalkan perencanaan
pembangunan industri kecil di Desa Selosari Kecamatan Magetan.
c. Bagi Penulis :
1) Dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang ilmu
pengetahuan geografi khususnya materi persebaran dan pola industri.
2) Sebagai tolok ukur kemampuan penulis agar selalu termotivasi guna
mempelajari disiplin ilmu khususnya geografi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Industri
Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian
dari sistem perekonomian atau sistem mata pencaharian dan merupakan suatu
usaha manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari
sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Tahun 2011 mendefinisikan
industri pengolahan (termasuk jasa industri) adalah suatu kegiatan pengubahan
barang jadi/setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang
lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual. Perusahaan/usaha industri
adalah suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu
yang melakukan kegiatan untuk mengubah barang-barang (bahan baku)
dengan mesin atau kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau
mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih
tinggi nilainya, dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut dengan
konsumen akhir.
Sektor industri di anggap sebagai jalan yang terbaik untuk mengatasi
permasalahan ekonomi di Negara-negara berkembang. Peraturan dan
kebijakan yang di tempuh seringkali tidak mempertimbangkan keadaan dan
kondisi lingkungan yang ada. Dalam arti beberapa aspek kurang digunakan
sebagai bahan pertimbangan, seperti ketersediaan bahan mentah, kemajuan
teknologi, kualitas tenaga kerja, ketersediaan modal, keadaan sosial-ekonomi
dan sebagainya.
Industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan unsur perilaku
manusia. Unsur fisik yang mendukung proses produksi adalah komponen
tempat meliputi kondisinya, peralatan, bahan mentah/baku dan sumber energi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja,
keterampilan, tradisi, transportasi dan komunikasi, keadaan pasar dan politik.
Perpaduan antara unsur fisik dan manusia tersebut akan mengakibatkan
terjadinya aktivitas industri yang melibatkan berbagai faktor.
2. Klasifikasi Industri.
a. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut :
1) Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan
modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi
maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai
berikut :
a) Industri kimia organik, misalnya : industri bahan peledak dan
industri bahan kimia tekstil.
b) Industri kimia anorganik, misalnya : industri semen, industri asam
sulfat, dan industri kaca.
c) Industri agrokimia, misalnya : industri pupuk kimia dan industri
pestisida.
d) Industri selulosa dan karet, misalnya : industri kertas, industri pulp,
dan industri ban.
2) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah
logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan.
Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
a) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin
traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu,
buldozer, excavator, dan motor grader.
c) Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin
gergaji, dan mesin pres.
d) Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
e) Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan
generator.
f) Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
g) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor,
dan suku cadang kendaraan bermotor.
h) Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
i) Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja,
industri alumunium, dan industri tembaga.
j) Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi
kapal.
k) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi,
peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.
3) Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang
termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
a) Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.
b) Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es,
dan mesin jahit, televisi, dan radio.
c) Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik,
obat obatan, dan pipa.
d) Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi,
garam dan makanan kemasan.
e) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian,
kayu lapis, dan marmer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri
rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-alat rumah
tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
5) Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai
ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan
budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan
(misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan
museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan alam di
pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota
(misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah
pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).
b. Berdasarkan Lokasi Usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan
kegiatan industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat
dibedakan menjadi :
1) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
2) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry),
yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk,
terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang
pendidikannya.
3) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu
industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan. Misalnya:
industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping),
industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan
amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan
kilang minyak).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di
tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi
berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan
berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan
tebu.
5) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose
industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat
di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku,
tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana
saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri
transportasi.
c. Berdasarkan Proses Produksi
1) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan
bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu
lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.
2) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi
menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung
dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat
terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri mebel.
d. Berdasarkan Pembangunan Industri Kecil Dan Rumah Tangga
1) Industri Lokal
Adalah kelompok jenis industri yang menggantungkan
kelangsungan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas, sehingga
dalam pemasaran yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok
ini hanya menggunakan sarana transportasi yang sederhana seperti
gerobak, sepeda dan pikulan. Karena pemasaran hasil produksinya
ditangani diri sendiri maka pada kelompok ini jasa pedagang perantara
kurang menonjol.
1) Industri Sentra
Adalah kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha
mempunyai skala kecil, tetapi membentuk pengelompokan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kawasan produksinya yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang
menghasilkan barang sejenis. Ditinjau dari segi pemasarannya kategori
kedua ini pada umumnya menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga
peran pedagang perantara sangat menonjol.
Sedangkan sentra industri kecil adalah suatu pengelompokan
industri sejenis yang berdekatan satu sama lain dengan tujuan untuk
mempermudah dalam usaha pengembangan yang tidak dibatasi unit
administrasi.
2) Industri Mandiri
Adalah kelompok jenis industri yang masih mempunyai sifat-
sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadaptasi
teknologi produksi yang cukup canggih. Pemasarannya tidak
tergantung pada pedagang perantara saja.
3. Lokasi Industri
a. Teori Lokasi Industri Oleh Alfred Weber.
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri
dengan mempertimbangkan resiko biaya atau ongkos yang paling
minimum. Dengan asumsi sebagai berikut :
1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki : topografi, iklim
dan penduduknya relatif homogen.
2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu seperti upah
minimum regional (UMR)
4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.
5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
6) Terdapat persaingan antar kegiatan industri.
7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
b. Teori Lokasi Industri Optimal Oleh Losch.
Teori ini didasarkan pada permintaan (demand) sehingga dalam
teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah apabila dapat menguasai wilayah pemasaran yang luas sehingga
dapat dihasilkan pendapatan paling besar.
Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada
suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh
pusat (industry) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh
dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena
harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi.
Berdasarkan teori ini setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat
menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak
menghendaki pendirian pabrik-pabrik secara merata dan saling
bersambung sehingga berbentuk heksagonal, hal ini akan menyebabkan
harganya semakin turun/murah.
c. Theory Of Central Place (Teori Tempat Sentral) Oleh Walter
Christaller.
Teori ini dasarkan pada konsep range (jangkauan) dan Threshold
(ambang). Range adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk
mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan Threshold
adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang di perlukan untuk
menjaga keseimbangan suplai barang.
Teori ini akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah dataran
dimana tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang.
Contoh : sebuah daerah dataran yang luas yang dihuni oleh penduduk
secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat tentu
memerlukan berbagai barang dan jasa, seperti : sandang, pangan, papan,
pendidikan dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan barang dan jasa
tersebut hanya ada pada tempat tertentu saja. Sehingga ada jarak antara
tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak tempuh dari
tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut range.
Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup
dengan mengandalkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melainkan lokasi yang dapat dan mudah dijangkau oleh konsumen
(masyarakat) harus menjadi perhatian.
Untuk menerapkan teori ini diperlukan beberapa syarat diantaranya
adalah sebagai berikut :
1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah
relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh
lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur
angkutan.
2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen.
4. Perkembangan Lokasi.
Faktor-faktor penyebab Aglomerasi menurut Hadi Sabari Yunus
(1999) yaitu:
a. Fasilitas – Fasilitas Yang Khusus Tertentu (specialized facilities)
Kegiatan-kegiatan tertentu membutuhkan fasilitas-fasilitas tertentu,
sebagai contoh “daerah-daerah pengecer/retail districts” dalam
kegiatannya sangat membutuhkan aksesibilitas yang maksimal (Hadi
Sabari Yunus, 1999: 45).
Dalam suatu Aglomerasi akan dijumpai beberapa hal yang sangat
menonjol yang mencirikan jenis aglomerasi tersebut. Adanya fasilitas-
fasilitas tertentu yang befungsi sebagai pendukung adanya aglomerasi di
daerah tertentu. Seperti daerah industri padat karya akan sangat
menguntungkan apabila berada di sekitar permukiman yang padat
penduduk, sehingga akan mudah dalam mencari tenaga kerja dalam
jumlah yang banyak. Daerah konsentrasi industri tersebut sangat
membutuhkan aksesibilitas yang bagus, sehingga dapat ditemui pada
daerah-daerah aglomerasi industri saat ini memiliki tata ruang dan
aksesibilitas yang teratur.
b. Faktor Ekonomi Eksternal (external economies)
Seperti terjadi di kota-kota besar, adanya pengelompokan fungsi-
fungsi yang sejenis menimbulkan keuntungan tersendiri. Pengelompokan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
akan berarti peningkatan konsentrasi pelanggan-pelanggan potensial dan
memudahkan dalam membandingkan satu sama lain (Hadi Sabari Yunus,
1999: 46).
Aglomerasi industri adalah pengelompokan industri-industri yang
memiliki karakteristik yang sama. Dengan adanya pengelompokan akan
sangat menguntukan karena akan menjadi konsentrasi dari pelanggan.
Pelanggan akan lebih mudah dan mengetahui tempat untuk mencari dan
membeli barang dalam suatu wilayah. Keuntungan lainnya adalah
pelanggan dapat membandingkan baik kualitas dan harga yang
ditawarkan, karena di dalam suatu aglomerasi akan memiliki karakteristik
barang yang sama atau hampir sama. Dengan keadaan seperti ini
pelanggan dapat memilih dan membandingkan antara produk yang satu
dengan produk yang lain. Akan timbul persaingan harga dan persaingan
untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan agar menjadi lebih baik
secara kuantitas dan kualitas.
c. Faktor Saling Merugikan Antar Fungsi Yang Tidak Serupa
Antagonisme antara pengembangan pabrik-pabrik dan
pengembangan permukiman klas tinggi merupakan contoh yang sangat
nyata (Hadi Sabari Yunus, 1999: 46).
Suatu aglomerasi tidak muncul begitu saja, namun ada beberapa
proses yang cukup lama untuk membentuk suatu kawasan aglomerasi
tertentu. Tidak akan ada wilayah yang sejak awal terbentuk memiliki satu
fungsi yang sama. Suatu wilayah pastilah akan memiliki beberapa fungsi
di dalamnnya, seperti permukiman, lahan potensial, area pemakaman, dan
fungsi lainnya.
Hal inilah yang akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
membentuk suatu aglomerasi. Salah satu fungsi akan mendesak fungsi lain
untuk bergerak menjauh atau pindah dari fungsi yang lebih dominan.
Dalam suatu kawasan industri, mulanya akan ada fungsi lain di
dalamnya, seperti permukiman atau lahan potensial. Namun fungsi industri
yang lebih dominan akan memaksa fungsi lain untuk menjauh atau pindah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari kawasan tersebut. Dengan membeli lahan dari permukiman dan lahan
potensial yang ada, lahan tersebut akan digunakan sebagai bagian dari
industri yang ada. Proses seperti ini membutuhkan waktu yang cukup
lama. Fungsi yang lebih dominan akan menetap di kawasan tersebut dan
fungsi yang lain akan bergerak menjauh dan biasanya akan membentuk
suatu aglomerasi yang baru.
d. Faktor Ekonomi Fungsi Yang Berbeda
Sering sekali terjadi bahwa fungsi tertentu justru tidak menempati
lokasi yang sebenarnya ideal karena ketidakmampuan ekonomi (Hadi
Sabari Yunus, 1999: 46).
Suatu fungsi tertentu akan membutuhkan lahan atau lokasi yang
memiliki karakteristik tertentu pula. Sebuah permukiman membutuhkan
lokasi atau wilayah yang datar, memiliki kondisi lingkungan yang baik,
dan dapat mendukung kehidupan yang lebih baik. Namun lokasi atau
wilayah yang seperti ini pasti memiliki harga yang tinggi. Bagi yang
memiliki kemampuan ekonomi tinggi akan mampu menempati tempat
tersebut, dan bagi kelas menengah kebawah akan tersingkir dan
menempati wilayah lain yang lebih murah meskipun wilayah tersebut
tidak memberikan kenyamanan untuk tempat tinggal serta kondisi
lingkungan yang tidak bagus. Contohnya perumahan elit akan ditempati
oleh kaum ekonomi menengah keatas dengan berbagai fasilitas yang
mewah dan kondisi lingkungan yang bagus, namun karena
ketidakmampuan secara ekonomi, kaum menengah kebawah akan
menempati wilayah yang buruk, bahkan mereka yang tidak berpenghasilan
tetap akan menempati tempat seadanya, seperti pinggiran kota bahkan
bantaran sungai dapat menjadi area permukiman.
Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi ideal, maka
sangat dimungkinkan akan munculnya pengelompokan atau pemusatan
atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang disebut
dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya industri konveksi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
industri kerajinan dibangun di suatu tempat yang berdekatan dengan pesat
pemukiman penduduk..
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat
terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan
industri misalnya : bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan
dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah
merupakan pendukung sentra industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka penyebab terjadinya
sentra industri antara lain :
1) Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada
suatu lokasi.
2) Kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor
produksi tertentu.
3) Adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan
tata ruang dan fungsi wilayah.
4) Adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan
industri lainnya yang lengkap.
5) Adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan
suatu produk.
Sentra industri yang muncul di suatu kawasan, dapat diakibatkan
oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja dengan
perencanaan yang matang. Sentra industri yang terbentuk secara alamiah
apabila pemusatannya diakibatkan oleh secara kebetulan karena lokasi
tersebut memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam
proses perkembangan industri.
Model sentra industri yang berkembang akhir-akhir ini dapat
dikategorikan menguntungkan, diantaranya adalah :
1) Mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi
pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya.
2) Mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan
di sekitar pinggiran kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang
tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati.
4) Tidak mengganggu rencana tata ruang.
5) Dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah
mungkin.
Model sentra industri yang berkembang akhir-akhir ini dapat
dikategorikan merugikan, diantaranya adalah :
1) Terjadi kerusakan lingkungan karena beban lingkungan yang terlalu
tinggi.
2) Terjadi pengurasan sumberdaya alam tertentu akibat pemanfaatan oleh
semua industri yang ada di lokasi tersebut, misalnya : air tanah, air
bersih, dan kebutuhan udara bersih.
3) Penataan lingkungan yang kurang ideal bagi sebagian tenaga kerja
yang tinggal di daerah sekitarnya.
4) Muncul berbagai penyakit akibat limbah yang dibuang, misalnya ;
sesak napas, gatal, ISPA, dan penyakit lainnya.
Dalam sentra industri dikenal istilah kawasan industri atau sering
disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan
kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana, misalnya : lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat
pula fasilitas penunjang lain, misalnya : listrik, air, telepon, jalan, dan
tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan
pengelola kawasan industri.
5. Industri Kecil
a. Pengertian Industri Kecil
Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
definisi industri kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp
200.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Klasifikasi Industri Kecil
Industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia,
berdasarkan eksistensi dinamisnya dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Industri lokal, yaitu kelompok industri yang menggantungkan
kelangsungan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta relatif
tersebar dari segi lokasinya. Pada umumnya skala usaha kelompok ini
sangat mencerminkan suatu pola perusahaan yang sistematis.
Pemasaran yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini pada
umumnya menggunakan transportasi yang sangat sederhana dan jasa
pelayanan perantara bisa dikatakan kurang menonjol.
2) Industri sentra, yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha
mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau
kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan usaha yang sejenis. Dari
segi pemasarannya kelompok ini umumnya menjangkau pasar yang
lebih luas dan peran pedagang perantara/ pedagang pengumpul
menjadi cukup menonjol.
3) Industri mandiri, yaitu kelompok industri yang masih mempunyai
sifat-sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadaptasi
teknologi produksi yang cukup canggih. Pemasaran hasil produksi
tidak tergantung pada pedagang perantara dan tenaga kerja yang
diserap hanya sedikit. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik,
klasifikasi industri dibedakan menjadi (BPS, 1999: 250):
a) Industri rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja
antara 1-4 orang.
b) Industri kecil, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 5-
19 orang.
c) Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara
20-99 orang.
d) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
100 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Karakteristik Industri Kecil
Sebagai salah satu bentuk industri, maka industri kecil memiliki
beberapa karakteristik, diantaranya :
1) Mempunyai skala yang kecil, baik modal, tenaga kerja atau orientasi
pasarnya.
2) Banyak berlokasi di wilayah perdesaan dan kota-kota kecil atau daerah
pinggiran kota besar.
3) Status usaha milik pribadi atau keluarga.
4) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis
geografis) yang direkrut pola pemagangan (apprenticeship) atau
melalui pihak ketiga.
5) Pola kerja sering kali part time atau sebagai sampingan kegiatan
ekonomi lain.
6) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi,
pengelolaan usaha, dan admistrasinya sederhana.
7) Struktur permodalan sangat tergantung pada fixed assets, yang berarti
kekurangan modal kerja sangat tergantung pada modal sendiri atau
lingkungan.
8) Izin usaha sering kali tidak dimiliki dan persyaratan resmi tidak di
penuhi.
9) Strategi perusahaan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering
berubah.
Selain itu ada beberapa ciri lainnya yang sering digunakan sebagai
kelemahan industri kecil (Liedholm dalam Fatmawati, 2008: 26), yaitu:
1) Intensitas perubahan usaha sering terjadi sehingga sulit untuk
membangun spesialisasi atau profesionalisme usaha.
2) Ketidakstabilan mutu produk dan adanya sifat untuk cenderung
mencari keuntungan jangka pendek sehingga spekulatif, tiru meniru,
situasi persaingan mengarah pada persaingan tidak sehat.
3) Menajemen keuangan sering kali kurang baik, belum ada pembedaan
antara konsumsi rumah tangga dengan biaya produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Adanya keterkaitan kekerabatan yang tinggi sehingga akumulasi
modal tidak tercipta melainkan tersebar diantara sanak saudara.
5) Memiliki rasa kebersamaan yang menyebabkan persaingan menjadi
terbatas.
6) Kebanyakan merupakan usaha untuk mempertahankan hidup, bukan
usaha yang produktif.
Industri kecil yang berkembang di Indonesia sebagian besar
termasuk sektor informal, karena sektor industri kecil dilihat dari kapasitas
dan pola produksinya merupakan kegiatan dari kelompok masyarakat dan
tidak teratur, berkembang sesuai dengan pola ketenagakerjaan yang ada di
masyarakat.
Hal tidak dilihat dari ciri industri kecil yang berkembang di
Indonesia yaitu:
1) Tujuh puluh lima persen populasi industri kecil dan kerajinan rumah
tangga berlokasi di daerah perkotaan, sehingga jika dikaitkan dengan
kenyataan bahwa tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas
tanah garapan pertanian yang relatif makin berkurang, industri kecil
dapat dipakai sebagai alternatif untuk mencari jalan keluar bagi
berkurangnya lapangan kerja.
2) Beberapa jenis kegiatan industri kecil dan kerajinan rumah tangga
banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber di
lingkungaannya yang terdekat, disamping tingkat upah yang murah.
Keadaan tersebut dapat menekan biaya produksi serta memanfaatkan
sumber daya secara optimal
3) Harga jual yang relatif murah serta tingkat pendapatan kelompok
petani yang rendah, memungkinkan tetap adanya permintaan terhadap
komoditi yang tidak diproduksi secara maksimal, seperti barang-
barang yang fungsional, sehingga industri dapat bertahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Sentra Industri Kecil
a. Pengertian Sentra Industri Kecil
Sentra industri kecil adalah kelompok jenis industri yang dari segi
satuan usaha mempunyai skala kecil yang membentuk suatu
pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit
usaha yang menghasilkan barang sejenis dan ditinjau dari tempat
pemasaran, menjangkau pasar yang lebih luas (Saleh, 1989 dalam
Fatmawati 2008: 29).
Berdasarkan definisi terdapat 2 kata kunci yang perlu dipahami
yaitu tindakan bersama dan ekonomi eksternal, yaitu :
1) Tindakan bersama diwujudkan melalui hubungan antara industri agar
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengatasi persoalan
yang timbul di lapangan. Tindakan bersama dapat berwujud pelatihan
bersama, tukar menukar informasi, pemanfaatan fasilitas bersama,
seperti sarana transportasi maupun berbagai bentuk tindakan bersama
lainnya yang terjalin baik secara individu antar perusahaan maupun
secara kelompok dalam suatu wadah organisasi.
2) Keuntungan-keuntungan yang timbul dari keuntungan yang terjalin
akibat terkonsentrasinya beberapa unit industri kecil dalam satu lokasi
kemudian dipahami sebagai efisensi dari apa yang disebut dengan
ekonomi eksternal dalam sebuah sentra industri kecil.
b. Karakteristik Sentra Industri Kecil
Menurut Handayani dan Softhani, 2001 dalam Fatmawati (2008:
29) karakteristik pokok dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Tersedianya organisasi yang berjalan fungsional Organisasi meliputi
seluruh elemen dalam suatu proses produksi mulai dari bahan baku,
pemasaran, teknologi dan inovasi, informasi, keuangan, maupun
fasilitas pendukung lainnya. Selain organisasi yang terkait dengan
proses produksi, pemerintah juga memiliki peranan yang tidak kalah
penting terutama sesuai dengan fungsinya untuk mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kebijakan publik yang harus mampu mengakomodir kebutuhan
industri kecil.
2) Jaringan kerja yang kuat (Networking) Membangun sebuah jaringan
kerja, terutama di daerah pedesaan, membutuhkan proses yang panjang
dan didalamnya terkandung nilai-nilai sosial budaya yang harus dijaga
untuk memperkuat jaringan kerja yang terbentuk. Sedikitnya terdapat
tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengembangan jaringan
kerja, yaitu:
a) Diperlukan antisipasi untuk mengeliminir persaingan yang timbul.
Dengan adanya persaingan, akan sangat sulit untuk membentuk
suatu jaringan kerja yang kuat. Cara yang paling efektif dalam
mengantisipasinya adalah spesialisasi jenis produksi. Hal itu sudah
dibuktikan oleh banyak Negara terutama Italia, yang dianggap
sebagai pelopor berkembangnya fenomena flexibel specialization.
b) Selain spesialisasi, adanya standarisasi mutlak dibutuhkan. Dengan
adanya standarisasi, permainan harga yang umumnya dilakukan
pihak-pihak dengan kemampuan modal yang lebih memadai dapat
diminimalkan. Persoalan timbul pada sentra industri kecil yang
komoditinya mengandung nilai seni/ketrampilan tinggi. Komoditi
dengan karakteristik seperti itu tidak dapat distandartkan kualitas
produksinya. Pada beberapa kasus, hal tersebut cukup
menimbulkan persoalan, terutama untuk mempertahankan kondisi
persaingan yang sehat.
c) Memelihara rasa saling percaya. Rasa saling percaya adalah modal
dasar terbangunnya suatu jaringan kerja. Hal itu juga disebut
sebagai modal sosial yang perlu dikembangkan. Menumbuhkan
rasa saling percaya membutuhkan proses yang panjang, namun jika
sudah dapat terbentuk merupakan modal yang sangat besar bagi
upaya pengembangan usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Ketersediaan Pasar
Jaminan ketersediaan pasar dapat menjadi optimal apabila para
pelaku industri memiliki kesadaran untuk mengembangkan strategi
pemasaran (promosi secara kolektif). Menembus pasar terutama untuk
skala internasional lebih mudah jika dilakukan secara bersama (antara
lain dengan melibatkan pihak pemerintah), dibandingkan jika
dilakukan secara individual.
4) Kewirausahaan
Kewirausahaan harus dimiliki oleh setiap pengusaha yang ada
di sentra industri kecil. Kewirausahaan terwujud melalui
pengembangan inovasi-inovasi produksi dan kemauan mengambil
resiko demi kepentingan pengembangan usaha. Karakteristik pokok
sentra industri kecil merupakan karakteristik yang nantinya harus ada
pada sentra industri kecil kerajinan kulit Kecamatan Magetan agar
dapat mendorong perkembangan industri kecil kerajinan kulit
Kecamatan Magetan.
7. Kerajinan Kulit
Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan. Kerajinan
terbuat dari berbagai macam bahan. Kerajinan kulit adalah hal yang berkaitan
dengan buatan tangan yang berasal dari bahan kulit
Pengembangan Industri Kecil Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan kegiatan ekonomi pada wilayah
tertentu untuk menghasilkan barang-barang kerajinan yang berasal dari kulit
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat khususnya para
pengusaha kerajinan kulit serta dapat menjadi sumber alternatif pendapatan
asli daerah di Kecamatan Magetan.
a. Faktor Produksi
Tidak ada industri yang sepenuhnya mampu untuk berdiri sendiri
atau dapat mencukupi segala kebutuhannya sendiri. Suatu industri
mempunyai keterkaitan dengan industri lain yang mungkin juga dengan
masyarakat umum. Keterkaitan semacam itu mungkin berhubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan masukan dan pengeluaran. Suatu industri cenderung berlokasi
pada tempat yang menyediakan akses yang paling optimum terhadap
faktor-faktor produksi. Faktor produksi menjadi pertimbangan penting
dalam berdirinya suatu industri dan akan menentukan keeksistensiannya.
Faktor-faktor produksi tersebut sangat mempermudah atau
mendukung keberadaan suatu industri . faktor tersebut meliputi :
1) Faktor Modal
Faktor utama dalam mendirikan suatu industri adalah modal.
Karena modal sangat diperlukan untuk pembelian bahan baku, alat
atau mesin produksi, dan ongkos tenaga kerja. Tanpa modal yang
cukup suatu industri tidak akan mampu berjalan sebagaimana
mestinya.
2) Transportasi
Salah satu faktor pendukung bagi persebaran dan keberadaan
suatu industri adalah fasilitas transportasi yang sangat
dipertimbangkan oleh para investor. Transportasi merupakan sarana
untuk memindahkan sesuatu, baik benda maupun manusia dari satu
tempat ke tepat lain, dengan atau tanpa alat bantu. Alat bantu tersebut
dapat berupa tenaga manusia, mesin ataupun tenaga binatang.
Dengan keberadaan prasarana transportasi yang memadai tentu
saja akan memudahkan, baik pengusaha maupun tenaga kerja. Sarana
transportasi sangatlah penting untuk memberikan layanan bagi para
tenaga kerja industri. Pengertian dari prasarana transportasi itu sendiri
adalah bangunan-bangunan yang diperlukan untuk memberikan
pelayanan atau jasanya bagi kebutuhan dasar penduduk yang terdiri
atas jalan, terminal, jembatan, pelabuhan, dan bandara. Manfaat
transportasi adalah sebagai arus keluar-masuk bahan baku, barang jadi
dan manusia.
3) Bahan Baku
Dengan tersedianya bahan baku pada suatu tempat, menjadi
tidak berguna jika masyarakat tidak mau dan mampu untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengolahnya. Ketesrediaan bahan baku yang memadai sering menjadi
suatu pertimbangan untuk pendirian suatu industri. Dengan demikian
suatu wilayah yang memiliki cukup bahan baku bisa dipastikan
merupakan wilayah terdapatnya industri.
4) Pemasaran
Pemasaran hasil produk hasil industri haruslah dikelola oleh
orang-orang yang tepat agar hasil produksi dapat terjual untuk
mendapatkan keuntungan yang diharapkan sebagai pemasukan untuk
pembiayaan kegiatan produksi berikutnya, memperluas pangsa pasar,
membayar karyawan, buruh dan lain-lain. Pemasaran meliputi
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan
pembeli.
5) Tenaga Kerja
Tersedianya tenaga kerja yang melimpah sering dijadikan
pertimbangan bagi pengusaha untuk mendirikan industri, terlebih
industri padat karya. Dengan melimpahnya tenaga kerja, asumsinya
tenaga kerja menjadi murah. Keberadaan tenaga kerja tentunya dapat
memperlancar jalanya suatu usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
perusahaan. Perkembangan industri sangat ditentukan oleh bebrapa
faktor salah satunya adalah tenaga kerja, keberadaan tenaga kerja
tentunya dapat memperlancar suatu industri yang dijalankan oleh
sesorang atau perusahaan.
8. Sejarah Perkembangan Industri Kulit di Desa Selosari Kecamatan
Magetan
Sebagian besar industri kulit yang ada di Kecamatan Magetan
merupakan industri rumah tangga dan industri kecil yang berkembang di
wilayah-wilayah tertentu, sehingga membentuk sentra-sentra industri. Industri
yang mempunyai ciri-ciri yang hampir sama, yaitu berkembang dengan modal
usaha yang kecil, tehnik produksi sederhana, belum mengutamakan faktor
kelestarian lingkungan belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sampai baku mutu yang berlaku, keselamatan dan kesehatan kerja belum
mendapatkan perhatian, kegiatan riset dan pengembangan usaha masih minim.
Dengan kondisi demikian, maka sebagian besar industri masih sangat
memerlukan adanya uluran tangan dari pemerintah untuk pengembangan
usaha, peningkatan teknik produksi untuk meningkatkan kualitas produk,
penggunaan teknik produksi yang ramah lingkungan dan usaha pengolahan
limbah guna melestarikan lingkungan.
a. Proses Penyamakan Kulit
Proses penyamakan kulit adalah proses pengawetan terhadap kulit
binatang dengan menggunakan berbagai bahan kimia pembantu proses.
Bahan baku yang digunakan adalah kulit binatang (sapi, kerbau, kambing,
dll) terutama hasil dari rumah potong hewan (RPH). Secara garis besar
proses penyamakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pra-Penyamakan
Proses yang ada pada pra - penyamakan adalah sebagai
berikut :
a) Pencelupan kulit dalam air selama satu malam untuk
menghilangkan darah, kotoran, larutan garam dan protein.
b) Menghilangkan bulu dengan perendaman dalam kapur dan sodium
sulfide
c) Pengolahan menggunakan larutan kapur kembali
d) Pencukuran dan penghilangan mekanis jaringan ekstra dari sisi
daging kulit, selanjutnya pemisahan menggunakan kapur 2/3 lapisan
atas dari bagian bawah.
e) Penghilangan kapur dengan menggunakan asam lemah (latic acid)
dan pemukulan/bating dengan menggunakan bahan kimia
pembantu untuk menghilangkan sisa-sisa bulu dan protein yang
hancur.
f) Pengawetan menggunakan larutan garam dan asam sulfur untuk
pengasaman sampai pH tertentu untuk mencegah pengendapan
garam-garam krom pada serat kulit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Bahan Kulit Yang Akan Diproses
Sumber : Dokumentasi Penulis
2) Penyamakan
Penyamakan dilakukan dengan menggunakan krom sulfat.
Proses ini untuk menstabilkan jaringan protein (collagen) dari kulit.
Gambar 2. Penjemuran Bahan Kulit
Sumber : Dokumentasi Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Pasca Penyamakan
Proses yang ada pada pasca penyamakan adalah sebagai
berikut :
a) Pressing untuk menghilangkan kelembaban kulit segar
b) Pencukuran
c) Pewarnaan dan pelembutan kulit yang sudah disamak
menggunakan minyak-minyak emulsi (fatliquoring), didahului
dengan sekali-sekali penyamakan sekunder menggunakan tannin
sintesis dan ekstrak penyamakan.
d) Pengeringan dan pencukuran akhir.
e) Pelapisan permukaan dan buffing (finishing)
b. Alat Produksi dan Proses Produksi Kerajinan Kulit
1) Alat Produksi
Didalam proses produksi kerajinan kulit dan untuk
memperlancar kegiatan produksi maka alat-alat produksi sangat
diperlukan, antara lain :
a) Pensil dan Penggaris
Pensil digunakan sebagai alat untuk menggambar dan
membuat pola produk kerajinan dan penggaris digunakan untuk
mengukur besar kecilnya pola disesuaikan dengan ukuran produk
yang akan di buat.
b) Gunting
Gunting digunakan untuk memotong bahan kulit menjadi
lembaran-lembaran kecil disesuaikan dengan pola yang digambar
pada bahan kulit tersebut.
c) Mesin Jahit
Mesin jahit digunakan untuk menjahit lembaran-lembaran
bahan kulit yang telah terlebih dahulu di gunting sesuai pola dan
ukuran masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Kuas dan Sikat
Kuas digunakan untuk mengolesi bahan kulit lainnya
dengan lem khusus guna direkatkan dengan hasil jahitan yang telah
berbentuk hasil kerajinan setengah jadi serta sikat digunakan untuk
membersihkan produk kulit sebelum ke tahap selanjutnya.
e) Mesin Press
Mesin press digunakan untuk mempatenkan bentuk dan
rekatan lem pada produk yang dibuat. Merupakan finishing dari
serangkaian proses pembuatan produk kerajinan.
2) Proses Produksi
Proses pembuatan kerajinan kulit yang umum dilakukan di
sentra industri kerajinan kulit di Kecamtan Magetan adalah sebagai
berikut :
a) Pembuatan Pola
Bahan baku kulit jadi yang diperoleh mulai digambar pola
dengan menggunakan pensil sesuai ukuran dan bentuk yang
diinginkan. Bahan inilah yang akan menjadi produk kerajinan kulit.
Gambar 3. Pembuatan/Penggambaran Pola
Sumber : Dokumentasi Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Pemotongan Pola
Pola-pola yang telah dibuat pada bahan kulit kemudian di
potong menjadi lembaran-lembaran yang lebih kecil guna
mempermudah proses penjahitan berikutnya.
Gambar 4. Pemotongan Pola
Sumber : Dokumentasi Penulis
c) Menjahit Pola Menjadi Bentuk Kerajinan
Bahan kulit yang telah berbentuk pola yang diinginkan
kemudian dijahit menggunakan mesin. Dalam proses ini
dibutuhkan skill yang cukup ahli karena apabila bahan mengalami
kesalahan dalam proses penjahitan maka tidak bisa digunakan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 5. Proses Penjahitan Pola
Sumber : Dokumentasi Penulis
d) Pengeleman
Pada proses ini produk kulit yang setelah di jahit atau
produk setengah jadi diberi alas dan direkatkan menggunakan lem
khusus guna menghasilkan produk yang awet dan bermutu.
Gambar 6. Proses Pengeleman
Sumber : Dokumentasi Penulis
e) Pressing dan Finishing
Setelah mengalami proses yang cukup panjang bahan kulit
yang telah berbentuk kemudian di press menggunakan mesin. Hal
ini selain sebagai finishing juga dimaksudkan untuk mempatenkan
hasil pengeleman dan jahitan agar menjadi lebih rapi dan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 7. Mesin Press
Sumber : Dokumentasi Penulis
3) Proses Pemasaran Produk Kerajinan Kulit
Produk hasil produksi para pengusaha yang telah jadi
kemudian di pasarkan melalui gerai/toko. Sebagian besar pengusaha
kerajinan kulit memasarkan produknya di dekat rumahnya dengan
mendirikan gerai/toko didepan atau disekitar rumah produksi. Hal ini
dilakukan pengusaha untuk mensiasati proses distribusi produk serta
meminimalisir kerusakan produk dalam proses distribusi ke toko/gerai
setiap pengusaha. Bahkan tidak sedikit juga pengusaha yang toko/gerai
miliknya merangkap menjadi rumah produksi kerajinan kulit. Menurut
para pengusaha ini sebagai salah satu strategi pemasaran yang bagus,
karena konsumen dapat langsung memesan produk kerajinan kulit
dengan ukuran dan model serta bahan yang akan digunakan untuk
produk yang diinginkannya sehingga konsumen merasa puas akan
produk kulit dengan kualitas bagus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 8. Produk Kerajinan Kulit Yang Siap Dipasarkan
Sumber : Dokumentasi Penulis
Menurut pengakuan para pengusaha bahwa konsumen tidak
keberatan dengan harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan
membeli produk yang langsung jadi yang penting konsumen merasa
puas dengan produk yang dibelinya. Kualitas yang bagus dan nyaman
untuk dipakai menjadi alasan utama.
Gambar 9. Gerai/Toko Produk Kerajinan Kulit
Sumber : Dokumentasi Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha dan Tenaga Kerja Sentra
Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari
a. Karakteristik Sosial
Karakteristik adalah sesuatu hal yang menjadikan suatu benda
memiliki sifat, ciri, dan kekhasan tertentu yang menyebabkan benda
tersebut berbeda dengan benda yang lain.
Karakteristik sosial salah satunya dipengaruhi oleh variabel
pendidikan. Dengan demikian pendidikan merupakan faktor penentu
dalam merubah sikap, pikiran, dan pandangan masyarakat di dalam
menghadapi perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat atau
lingkungannya. Perubahan tersebut bisa terjadi karena masuknya nilai-
nilai baru ke dalam masyarakat.
b. Karakteristik Ekonomi
Karakteristik ekonomi pengusaha dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu:
1) Pendapatan
Merupakan pembayaran yang berupa uang atau barang dari
suatu aktivitas yang telah dilakukannya, diterima dari pihak lain
maupun dari dirinya sendiri, selain diperoleh dari bekerja juga melalui
jasa produksi kepada konsumen berupa barang dagangan atau kepada
pihak lain.
2) Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
status ekonomi suatu keluarga, dimana dengan beban tanggungan
keluarga yang banyak mengakibatkan tingkat kebutuhan menjadi
meningkat pula, begitu juga sebaliknya.
10. Kerusakan Lingkungan
pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang
diusahakannya akan rusak dan tidak produktif atau menjadi baik dan produktif
secara lestari (Arsyad, 1989: 104).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah
didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia
atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi
berfungsi sesuai peruntukannya. Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat
tiga unsur dalam pencemaran, yaitu : Sumber perubahan oleh kegiatan
manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya
konsentrasi suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi
lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk
menurut pola pengelompokannya :
a. pengelompokan menurut bahan pencemar yang menghasilkan bentuk
pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya
b. pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk
pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan social
c. pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran
dalam bentuk primer dan sekunder
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada
dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan yang merugikan masyarakat banyak dan lingkungan
hidupnya.
11. Dampak Negatif Industri Kulit
Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa,
maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak
dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak
perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola
secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kehidupan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Gangguan Terhadap Kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia
mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air
limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa
saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta
schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu
sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti:
a) Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara
pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat
pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air
b) Vibrio Cholera
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran
melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang
mengandung vibrio cholera.
c) Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus
yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip
penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh
kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.
d) Salmonella Spp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri
banyak terdapat pada air hasil pengolahan.
e) Shigella Spp
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada
air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak
langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat
dan tanah.
f) Basillus Antraksis
Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah
dan sporanya tahan terhadap pengolahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g) Brusella Spp
Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta
menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba.
h) Mycobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat
pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
i) Leptospira
Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama
berasal dari tikus selokan .
j) Entamuba Histolitika
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan
penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista.
k) Schistosoma Spp
Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat
dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah.
l) Taenia Spp
Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang
sangat tahan terhadap cuaca.
m) Ascaris Spp. Enterobius Spp
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air
hasil pengolahan dan Lumpur serta sangat berbahaya terhadap
kesehatan manusia.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka
air limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab
iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya
yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh
sumber asal air limbah. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada
tahun 1953 adalah contoh yang nyata di mana para nelayan dan
keluarganya mengalami gejala penyempitan ruang pandang,
kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kematian. Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya
ikan oleh nelayan, sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa
sebagai akibat termakannya kandungan air raksa yang ada di dalam
teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya
pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbahnya. Selain
air raksa masih banyak lagi racun lainnya yang dapat membahayakan
kesehatan manusia antara lain:
a) Krom
Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbayaha
bila dibandingkan dengan krom yang bervalensi tiga. Apabila
terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan kanker pada kulit dan
saluran pencernaan.
b) Sianida
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam
jumlah yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan
merusak organ hati.
c) Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang
tersebut dapat terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak,
serta kerusakan pada ginjal.
2) Gangguan Terhadap Kehidupan Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air
limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang
terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan
kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu,
dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian
kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam
air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air
limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air.
Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan
sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi
terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit
untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimiayang dapat mengganggu
kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat
terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya tempertur
tinggi yang dikeluarkanoleh industri yang memerlukan proses
pendinginan. Panasnya air limbah dapat mematikan semua organisme
apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang
ke dalam saluran air limbah.
3) Gangguan Terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang
oleh perusahaan yang memproduksi bahan organik seperti tapioka,
maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan
organik dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari
pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang
sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami
proses pembusukan dari zat organik yang ada didalamnya. Sebagai
akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat
organik yang sangat menusuk hidung. Disamping bau yang
ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akanmemerlukan
tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat sekitarnya.
Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang
menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga
menyebabkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan
tumpukan ampas yang menggangu, maka warna air limbah yang kotor
akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidak kalah besarnya.
Keadaan yang demikian akan lebih parah lagi, apabila pengotoran ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut merupkan derah
tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau
berasal dari :
a) Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air
dan bau-bau lain yang melewati bangunan pengolahan.
b) Tempat pengumpulan buangan limbah industri.
c) Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.
d) Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap
pertama.
e) Proses pengolahan bahan organik.
f) Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur.
g) Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari
semestinya.
h) Proses pencampuran bahan kimia.
i) Pembakaran Lumpur.
j) Penimbunan Lumpur dan pengolahan Lumpur melalui proses
pengeringan.
Adapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan
beberapa macam cara antara lain :
a) Secara Fisik
Dengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar
dikurangi melalui pembakaran pada suhu yang bervariasi antara
650-7500oC. Untuk mengurangi kebutuhan suhu yang tinggi dapat
dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah
juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam hamparan
atau lapisan. Gas yang berkontak dengannya akan diserap sehingga
bau akan dapat dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan
melalui pasir dan tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair
adalah salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadinya pengolahan anaerob dapat dihindari sehingga gas yang
ditimbulkan karena proses tersebut dapat dihindari. Penggunaan
menara (tower) juga dapat dipergunakan untuk mengurangi
pencemaran yang disebabkan oleh adanya bau melalui proses
pengenceran di udara terbuka karena udara dari cerobong tidak
mencapai langsung kedaerah pemukiman, dengan demikian bau
yang ada dapat dicegah.
b) Secara Kimiawi
Untuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga
dilakukan dengan cara melewatkan gas pada cairan basa seperti
kalsium dan sodium hidroksida untuk menghilangkan bau. Apabila
kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya pengolahannya juga
menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu
penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada
pengolahan air limbah merupakan cara yang baik agar bau klorin
dan ozon dapat dihindari. Adapun bahan yang dipergunakan
sebagai bahan oksidator adalah hydrogen peroksida. Pengendapan
dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari sulfida
dengan gram metal khususnya besi.
c) Secara Biologis
Air limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes
(trickling filter) atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif
untuk menghilangkan komponen yang berbau. Penggunaan
menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap bau, adapun
jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai
tempat tumbuhnya bakteri.
4) Gangguan Terhadap Kerusakan Benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang
agresif, maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat
pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan aiar yang kotor liannya.
Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material.
Selain karbon dioksida gresif, maka tidak kalah pentingnya apabila air
limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah atau bersifat asam
maupun pH tinggi yangbersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun pH
yang tinggi mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang
dilaluinya. Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah
mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan
berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak
yang merupakan benda cair pada saat dibuang ke saluran air limbah akan
menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami
pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran air
limbah yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran air limbah.
Selain penyumbatan akan dapat juga terjadi kerusakan pada tempat
dimana lemak tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya bocor.
5) Penyamakan Kulit
Proses penyamakan banyak menggunakan air sebagai pelarut
maupun sebagai pembersih. Air bekas proses penyamakan akan terbuang
sebagai limbah cair. Kandungan pulutan dalam limbah cair tersebut antara
lain bahan kimia pembantu proses, lemak, protein dan bahan organik
lainnya dari kulit dan daging, dan padatan (kotoran dari lokasi kerja, bulu,
serpihan kulit dan daging).
Disamping menghasilkan limbah cair, usaha penyamakan juga
menghasilkan limbah padat. Limbah padat yang dihasilkan banyak
mengandung serpihan kulit dan daging, bulu, garam, kotoran dll. Limbah
cair dan padat pada usaha ini dihasilkan dari berbagai sumber (unit proses)
dan setiap sumber yang ada akan menghasilkan limbah dengan
karakteristik yang berlainan.
Limbah yang dihasilkan di Sentra Industri Kulit Magetan berasal dari
berbagai sumber dengan karakteristik yang berlainan, dengan demikian
langkah modifikasi proses dan teknik pemilahan/pengelompokan dan
pencampuran limbah dapat dilakukan untuk memodifikasi sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengolahan yang akan diterapkan agar dapat mencapai hasil yang optimal
dengan biaya pengolahan yang minimal. Limbah dari berbagai sumber
yang mempunyai karakteristik hampir sama dapat dikelompokan menjadi
satu untuk menentukan treatment awal, kemudian limbah dari sumber
lainnya dapat digabungkan untuk diolah bersama dalam satu IPAL
terpadu.
Gambar 10. IPAL LIK Kecamatan Magetan
Sumber : Dokumentasi Penulis
Untuk meminimalisasi jumlah limbah yang diolah dan disain
IPAL, pemilahan terhadap limbah yang tidak mengandung poutan sangat
diperlukan. Disamping itu perlu juga dihindari terjadinya pengenceran
limbah oleh air hujan selama di saluran menuju IPAL. Sistem pengolahan
air limbah (IPAL) industri kulit dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Langkah pertama dilakukan pengeompokan limbah dari sumber yang
mempunyai karakteristik berdekatan untuk pre-treatment terlebih
dahulu (terutama limbah yang mengandung krom). Limbah ini
disalurkan dalam satu saluran menuju sumur pengumpul limbah.
Diujung depan dari saluran limbah harus dipasang screen, yang
berfungsi untuk menahan limbah padat. Unit pre-treatment limbah di
setiap industri diperluka, hal ini untuk menjaga agar beban pengolahan
di IPAL terpadu tidak terlalu berat. Unit pre-treatment disetiap industri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada dasarnya untuk menghilangkan kandungan krom, padatan,
lemak/minyak dan untuk netralisasi limbah.
b) Dari sumur pengumpul, limbah dipompa menuju pat-pit untuk
pemisahan lemak dan minyak yang terkandung di dalam limbah.
Minyak yang terpisah dikeluarkan dari system. Limbah cair yang
mengandung krom dan telah bersih dari inya ditreatment menggunakan
fero sulfat untuk mengendapkan kandungan krom yang ada. Lumpur
yang kaya endapan krom ini dipisahkan dengan menggunakan
klarifier. Cairan dari klarifier dimasukan ke tangki equalisasi untuk
dicampur dengan limbah lain yang tidak mengandung krom.
Diharapkan setelah pre-treatment, kedua kelompok limbah ini akan
mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda, yaitu limbah yang
kaya akan bahan organik. Namun karena kondisi keasaman tidak
stabil, diperlukan unit netralisasi terlebih dahulu sebelum disalurkan ke
IPAL terpadu.
c) Setiap industrI diwajibkan mempunyai flow rate limbah yang akan
disalurkan ke IPAL terpadu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah limbah yang dihasilkan yang akan digunakan sebagai dasar
pembayaran tarif ke pengelola IPAL terpadu.
d) Limbah dari industri sebelum masuk ke IPAL terpadu dikontrol
karakteristiknya terlebih dahulu. Hal ini untuk menjaga agar limbah
yang masuk ke IPAL mempunyai karakteristik yang stabil. Jika
karakteristik limbah tersebut berfluktuasi terlampau besar akan
menjadikan beban kerja IPAL berat, bahkan dapat mematikan mikroba
yang bekerja di IPAL tersebut.
e) Setelah dilakukan control karakteristik, limbah masuk ke IPAL terpadu
f) Tahap pertama IPAL terpadu adalah tangki equalisasi. Tangki ini
berfungsi untuk menstabilkan karakteristik limbah yang akan diproses.
Disamping itu tangki ini juga berfungsi sebagai penampungan
sementara, yang mana limbah dari tangki equalisasi dipompa ke unit-
unit berikutnya agar aliran stabil. Hal ini untuk menjaga kestabilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
proses kimia, fisika dan biologis dan untuk memudahkan dalam sistem
kontrol.
g) Dari tangki equalisasi limbah diproses kimia (flokulasi-koagulasi)
untuk pembentukan flok-flok. Setelah pembentukan flok selesai maka
flok tersebut di endapkan secara fisika agar padatan dan suspended
solid yang ada dalam limbah terpisahkan secara sempurna. Padatan
yang terkumpul di bagian dasar tangki pengendap dipompa untuk
dipadatkan dan dikeringkan, sedangkan cairan bagian atasnya
dilakukan proses biologis untuk menurunkan kadar COD dan BOD
limbah.
h) Proses biologis yang dapat diterapkan adalah dengan proses lumpur
aktif yang sudah banyak diterapkan pada system-sistem pengolahan
limbah. Dimana sebagian lumpur yang telah dipisahkan direcycle
kembali ke tangki earasi untuk proses pengolahan limbah ini.
i) Setelah proses biologis lumpur aktif selesai, maka lumpur dipisahkan
secara fisika dengan menggunakan tangki pengendapan. Cairan yang
telah memenuhi baku mutu lingkungan dapat dibuang ke saluran
limbah yang terseda atau dapat juga ditambahkan satu unit alat filter
air untuk meningkatkan kualitasnya yang selanjutnya air tersebut dapat
digunakan sebagai air proses produksi lagi.
j) Lumpur aktif yang terpisahkan dapat digunakan sebagai media tanam
tumbuhan dengan dilakukan proses pengeringan terlebih dahulu.
12. Batasan Operasional
Untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah penafsiran terhadap
istilah-istilah dalam judul skripsi ini. Sehingga terjadi persepsi dan pemahaman
yang jelas. Oleh karena itu penulis menggunakan penegasan istilah agar ruang
lingkupnya tidak terlalu luas sehingga dapat dilakukan penegasan yang lebih mendalam
sebagai berikut :
a. Sentra Industri
Merupakan konsep pengembangan kegiatan ekonomi,
menguatkan kerjasama antar kegiatan ekonomi dari hulu sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan hilir, serta fasilitas pendukungnya (pemasaran, aksesibilitas,
SDM, dan sebagainya)
b. Kerajinan Kulit
Merupakan hal yang berkaitan dengan buatan tangan yang
berasal dari bahan kulit.
c. Karakteristik
Karakteristik merupakan satu kualitas atau suatu sifat yang
tetap, terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan sebagai ciri umum
untuk mengidentifikasi seorang pribadi, suatu obyek atau suatu
kejadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Fauzan Ahmadi (2002) dengan judul :
STUDI TENTANG INDUSTRI MEBEL DI KECAMATAN
GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2000. Dengan
tujuan penelitian : (1) untuk mengetahui faktor yang paling berperan dalam
pemilihan lokasi industri mebel dan faktor yang paling berperan dalam
perkembangan industri mebel di Kecamatan Gondangrejo. (2) untuk mengetahui
seberapa besar peranan industri mebel terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat di Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Alat
pengumpulan data kuesioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif,
penyederhanaan data dalam bentuk tabel sehingga mudah untuk dimengerti,
langkah selanjutnya menarik kesimpulan.
Hasil penelitian : (1) faktor sarana transportasi paling berperan dalam
pemilihan lokasi industri, serta faktor modal dan sarana transportasi paling
berperan dalam perkembangan industri mebel di Kecamatan Gondangrejo. (2)
industri mebel di Kecamatan Gondangrejo berperan penting dalam peningkatan
kesejahteraan penduduk khususnya yang tinggal di sekitar industri mebel,
peningkatan itu pada bidang pendapatan yaitu mengalami peningkatan sebesar
20%, tingkat pendidikan mengalami peningkatan sebesar 16,7%, tingkat
pendidikan anak mengalami peningkatan sebesar 5,1%, dan keadaan fisik rumah
mengalami peningkatan sebesar 3,4%.
Penelitian yang dilakukan oleh R Wisnu Murti (2002) dengan judul :
STUDI GEOGRAFI UNTUK INDUSTRI GENTENG DI DESA
KEDAWUNG KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN
TAHUN 1999. Dengan tujuan penelitian : Untuk mengetahui faktor-faktor
geografi yang mempengaruhi keberadaan industri genteng di Desa Kedawung
Kec. Pejagoan
Menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis deskripsi
wilayah dan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil penelitian : Faktor geografi yang mempengaruhi industri genteng di
Desa Kedawung Kec. Pejagoan meliputi faktor fisik yang berupa lokasi, tanah,
iklim dan air. Faktor sosial ekonomi berupa modal, tenaga kerja, transportasi dan
pasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Diah Palupi (2005) dengan judul :
STUDI TENTANG KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI
TANAMAN GARUT DI KECAMATAN GESI KABUPATEN SRAGEN
TAHUN 2004. Dengan tujuan penelitian : (1) untuk mengetahui karakteristik
sosial ekonomi petani tanaman garut di Kecamatan Gesi. (2) untuk mengetahui
kesejahteraan petani garut dilihat dari perbedaan karakteristik social ekonominya.
Menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis deskripsi
tentang karakteristik sosial dan tingkat kesejahteraan.
Hasil Penelitian : Pendidikan petani sebagian besar adalah antara SD-
SLTP, Jumlah tanggungan keluarga sebagian besar adalah 2-3 orang,
Karakteristik sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan adalah
tingkat pendidikan, sedang jenis pekerjaan dan jumlah tanggungan keluarga tidak
berpengaruh. Dilihat dari perbedaan karakteristik sosial ekonominya
kesejahteraan petani garut tergolong masih rendah walaupun demikian sudah
menunjukkan adanya peningkatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Galih Nurmandito (2011) dengan judul : STUDI
SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI KECAMATAN
MAGETAN TAHUN 2011. Dengan tujuan penelitian : (1) Proses spasial munculnya
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.
(2) Faktor produksi dan faktor spasial yang mendukung keberadaan sentra
industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011. (3)
dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subyek penelitian
adalah pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan. Populasi pengusaha
kerajinan kulit adalah 34 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Teknis analisis data yang
digunakan berupa tabel frekuensi untuk mengetahui besar prosentase data.
Hasil penelitian : (1) Karakteristik sosial ekonomi pengusaha kerajinan
kulit di Kecamatan Magetan adalah : (1) Sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari tidak muncul begitu saja, namun memerlukan waktu dan proses yang
cukup lama. Tahun 1995 – 2000 telah ada 15 unit industri di Desa Selosari yang
menjadi inti atau pusat perkembangan sentra tersebut, tahun 2001 – 2005
mengalami perkembangan dan penambahan unit industri sebanyak 15 unit.
Sekarang sentra di Desa Selosari terus berkembang dan telah ada 34 unit industri
kerajinan kulit. (2) Dilihat dari faktor produksi yang mendukung keberadaan
industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011 adalah ketersediaan
bahan baku untuk kelancaran dalam usaha industri kerajinan kulit, pengambilan
bahan baku dekat dengan lokasi industri, tersedianya tenaga kerja yang cukup,
kemudahan dalam transportasi guna pemasaran hasil produksi ke pihak konsumen
dan jangkauan pemasaran sampai ke luar daerah Kecamatan Magetan. Faktor
yang sangat dominan mendukung keberadaan industri kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan adalah bahan baku dan pemasaran. Faktor spasial yang
paling mempengaruhi keberadaan sentra industry kerajinan kulit di Desa Selosari
adalah Pola Keruangan (Spatial Patern) dan struktur keruangan (Spatial
Structure). Dengan memiliki pola mengelompok dan struktur keruangan yang
memanjang searah jalan, maka akan memberi keuntungan dalam pemasaran dan
menarik perhatian masyarakat. (3) Dampak meningkatnya pendapatan sentra
industri kerajinan kulit di Desa Selosari adalah : (a) Pendapatan tenaga kerja per
bulan mayoritas Rp 300.000,00 – Rp 400.000,00. (b) tenaga kerja yang diserap
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari sebanyak 427 tenaga kerja yang
mayoritas berasal dari Kelurahan Magetan sebanyak 281 tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berpikir
Gambar 11. Kerangka Berpikir
Sentra Indutri Kerajinan Kulit di Desa Selosari
Masalah : Terkonsentrasi hanya di desa selosari,
Penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja.
Potensi : Produk yang dihasilkan berkualitas,
Pemasaran cukup bagus, Industri padat karya, mengurangi pengangguran
Pengusaha dan Tenaga Kerja Kerajinan Kulit
Penelitian
Perkembangan Desa Selosari : Proses Munculnya Sentra
Industri, Analisis Tetangga Terdekat, Penggunaan Lahan, Penambahan Jumlah Unit Industri Kerajinan Kulit.
Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha dan
Tenaga Kerja Kerajinan Kulit
Faktor produksi yang
paling berpangaruh : Bahan baku, pemasaran,
modal, tenaga kerja,
aksesibilitas.
Aspek Spasial : Spatial
Patern, Spatial Structure,
Spatial Process, Spatial Organization, Spatial
Interaction, Spatial Tendecy,
Spatial Association.
Karakteristik Sosial
Ekonomi : umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, tanggungan
keluarga, pendapatan
Peta perkembangan sentra industri kerajinan kulit
di desa selosari tahun 2011
Hasil Penelitian : deskripsi karakteristik sosial ekonomi
pengusaha kerajinan kulit, deskripsi faktor spasial dan
faktor produksi yang paling berpengaruh, dampak meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan kulit
di desa selosari.
Dampak Meningkatnya
Pendapatan : Tenaga
Kerja Yang Diserap,
Kesejahteraan Tenaga
Kerja.
Pola dan Struktur Spasial Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari
Kecamatan Magetan Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa
Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Desa Selosari berada pada
ketinggian antara 314 sampai dengan 481 meter di atas permukaan laut. Letak
Kecamatan Magetan berada pada LS 70 37’ 15,1” BT 111
0 17’ 56,4” dan LS 7
0
40’ 13,8” BT 1110
21’ 57,6” .
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Agustus tahun 2011 sampai bulan
Maret 2012 dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1. Waktu Penelitian
No Jenis
Kegiatan
2011 2012
Bulan Bulan
Agustus-
Oktober
November Desember
- Januari
Februari Maret
1 Penyusunan
Proposal
2 Penyusunan
Instrumen
3 Pengumpulan
Data
4 Analisis Data
5 Penulisan
Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Merupakan langkah awal sebagai patokan dan garis besar guna
memudahkan penelitian yang akan dilakukan penulis dan memudahkan untuk
interpretasi dan analisis data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif,
dimana terdapat saling keterkaitan, ketergantungan serta saling mempengaruhi
antara peneliti dengan responden. Penelitian merupakan penelitian non
hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan
hipotesis. Menurut Bogdan Taylor dalam Lexy J. Moleong (1996:6)
menyatakan bahwa :
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian, sehingga dituntut menggunakan strategi yang sesuai. Hal ini
disesuaikan dengan karakteristik data yang bersifat kualitatif, maka strategi
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode penelitian yang digunakan lebih mengacu pada metode
deskriptif kualitatif, Menurut Tika, (1997: 6). Penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang mengarah pada pengungkapan masalah atau keadaan
sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun
kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis.
Untuk mengkaji permasalahan yang ada diperlukan suatu pendekatan
melalui pemilihan strategi penelitian yang tepat. Strategi yang digunakan
peneliti untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada,
meliputi kondisi atau korelasi yang ada, proses yang terjadi, sebab-akibat yang
timbul, dan kecenderungan yang telah berkembang.
Pendekatan spasial adalah suatu metode untuk mempelajari fenomena
geosfer dengan menggunakan ruang sebagai media untuk di analisis. (Hagget
1983, dalam Yunus 2005 : 214).
Data yang bersifat spasial dalam penelitian ini adalah kenampakan
penggunaan lahan di daerah penelitian adalah permukiman pengusaha
kerajinan kulit disamping untuk tempat tinggal juga sebagai tempat usaha
pemasaran produk kerajinan kulit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Sumber Data
Merupakan asal data yang akan diambil oleh peneliti sebagai bahan dasar
penelitian yang akan dilakukan. Meliputi :
1. Populasi
Sebagai langkah awal dalam penelitian adalah perlunya menentukan
populasi. Menurut Hadi Sabari Yunus (2010 :260) populasi adalah kumpulan
dari satuan-satuan elementer yang mempunyai karakteristik dasar yang sama
atau dianggap sama. Karakteristik dasar mana yang dicerminkan dalam bentuk
ukuran-ukuran tertentu.
Menurut Hadi (1981: 45) penyelidikan populasi adalah penyelidikan
seluruh subyek, individu atau peristiwa (kasus). Adapun yang dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah semua pengusaha kerajinan kulit di kec
Magetan. Menurut pengertian populasi diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa populasi adalah penyelidikan terhadap seluruh industri
(obyek) yang dimaksud paling tidak memiliki sifat yang sama.
2. Sampel
Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling/sampling
pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
pertimbangan perorangan/peneliti. Besarnya sampel penelitian berdasarkan
pendapat Arikunto (2002: 112) apabila subyek penelitian kurang dari 100
lebih baik diambil semua sehingga penelitian populasi selanjutnya jika subyek
lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pengumpulan Data
Merupakan proses pengambilan atau memilih data yang ada di lapangan
yang dilakukan oleh peneliti guna mempermudah dalam menganalisis dan
interpretasi data yang ada, meliputi :
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (intervievee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J Moleong : 2002: 24).
Dengan melakukan wawancara, data yang diperoleh akan lebih
lengkap dan mendalam karena bisa melakukan interaksi secara langsung
dengan responden, informasi lebih lengkap dan sesuai dengan fakta yang ada
di lapangan.
2. Observasi Lapangan
Merupakan suatu cara dalam pengumpulan data dengan pengamatan
langsung pada obyek yang akan diteliti. Hal-hal yang diteliti dalam penelitian
ini adalah keadaan daerah penelitian yang berhubungan dengan industri
kerajinan kulit.
3. Kuesioner
Merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Cholid Narbuko &
Abu Achmadi : 2003: 14).
Dengan menggunakan kuesioner, akan mendapatkan data yang cukup
lengkap dari responden. Berisikan kumpulan pertanyaan yang disusun secara
runtut agar lebih mudah dipahami dan diisi oleh responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Dokumentasi
Data yang diperoleh berupa foto atau gambar kegiatan dan keadaan
lingkungan para pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan. Meliputi
proses pembuatan sampai proses pemasaran yang dilakukan oleh para
pengusaha kerajinan kulit.
E. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan teknik yang akan digunakan oleh peneliti guna mempermudah
mengumpulkan atau memperoleh data di lapangan baik data lisan maupun tertulis,
meliputi :
1. Primer
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
(Lofland dan Lofland 1984: 47 dalam Lexy J. Moleong, 1996: 27).
Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dari hasil
wawancara terlebih dahulu (kueisoner), dan informasi yang dikumpulkan
antara lain : Lokasi daerah penelitian, karakteristik pengusaha kerajinan kulit
(nama, jenis kelamin, umur, status, jumlah tanggungan keluarga) proses
produksi kerajinan kulit, serta aglomerasi industri kerajinan kulit..
2. Sekunder
Data sekunder diperoleh dari kantor kelurahan atau instansi
pemerintah. Adapun data yang dikumpulkan menyangkut informasi tentang
daerah penelitian antara lain : letak geografis dan peta administrasi, data
monografi desa dari kantor kelurahan, jumlah penduduk menurut umur dan
jenis kelamin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dalam penelitian ini dipergunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu dan untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J.Moleong, 1996: 78).
Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
metode. Triangulasi metode yaitu dengan mengumpulkan data sejenis tetapi
dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
Dalam teknik ini yang ditekankan adalah penggunaan metode
pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasi
Pengumpulan data yang dilakukan adalah membandingkan sumber data
dari hasil wawancara, kuisioner, observasi dan dokumentasi. Dari ke empat teknik
tadi nantinya akan disimpulkan mengenai kondisi dari industri kerajinan kulit
yang mernyangkut aspek-aspek yang ada di dalamnya.
Setelah data terkumpul, maka data tersebut kemudian dianalisis secara
urut, dikelompok-kelompokan berdasarkan kategori-kategori yang telah
ditentukan. Dari data yang sudah terorganisasi maka dapat diperoleh uraian-uraian
yang nantinya menjadi bahan penulisan penelitian.
G. Analisis data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data-data
dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesisnya. Tujuan analisis data adalah menyederhanakan
data kedalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Analisis tabel frekuensi digunakan untuk mengetahui besarnya prosentase
karakteristik sosial-ekonomi pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan.
Karakteristik sosial-ekonomi dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha.
Hal ini disebabkan karena dari hari ke hari, waktu ke waktu karakteristik
pengusaha mengalami perubahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Cara menganalisis karakteristik sosial ekonomi pengusaha kerajinan kulit
di Kecamatan Magetan dengan mengelompokan data umur, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, lama usaha, dikelompokan dalam bentuk
tabel dan dicari prosentasenya kemudian dilakukan analisis dengan tabel
frekuensi.
2. Cara menganalisis faktor produksi yang berpengaruh pada keberadaan
industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan dengan mengumpulkan
data dari lapangan berupa modal usaha, jumlah tenaga kerja, bahan baku,
transportasi dan pemasaran lalu dikelompokan dalam bentuk tabel dan
dicari prosentasenya kemudian dilakukan analisis tabel frekuensi.
3. Cara menganalisis proses spasial dan faktor spasial yang ada di lapangan
dengan menggunakan analisis peta dan analisis hasil wawancara.
4. Cara menganalisis dampak meningkatnya pendapatan pengusaha kerajinan
kulit di Kecamatan Magetan dengan cara menghitung total pendapatan
dari penjualan produk kerajinan kulit kemudian dikurangi total biaya
produksi, maka diperoleh pendapatan bersih. Serta menghitung
pendapatan serta besarnya tenaga kerja yang diserap oleh sentra industri
kerajinan kulit di desa selosari. Pendapatan bersih yang telah diketahui
kemudian dikelompokan dalam bentuk tabel lemudian dicari besarnya
frekuensi dan prosentasenya kemudian dilakukan analisis tabel frekuensi.
Selain itu analisis data yang akan digunakan oleh peneliti adalah analisis
Tetangga Terdekat. Yaitu mengetahui keterikatan antara lokasi, pola, sebaran
industri kerajinan kulit di Desa Selosari. dengan memperhatikan hasil analisis,
dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi aglomerasi industri di
sentra kerajinan kulit. Pola, sebaran dan tingkat pertambahan kawasan industri
dapat diketahui dengan memperhatikan data survey dan data yang telah di
analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menghitung Parameter Tetangga Terdekat (nearest-neighbour statistic)
Menurut Prof.R.Bintarto dan Surastopo Hadisumarno ( Dalam Metode Analisa
Geografi : 1979 : 75 ) yaitu:
T = Indeks penyebaran Tetangga Terdekat.
Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik
tetangganya yang terdekat.
= ∑ J
∑N
J = Jumlah jarak keseluruhan.
N = Jumlah titik.
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik
mempunyai pola random.
= 1
2 p
P = Kepadatan titik tiap kilometer persegi, Yaitu jumlah titik (N)
dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A)
Rumus Sturges untuk menentukan Interval Kelas:
IK = Interval kelas
Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil
K = Banyaknya kelas
T = 𝑱𝒖
𝑱𝒉
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam
penelitian dari awal sampai akhir penelitian.
1. Pengajuan Judul
Pengajuan judul merupakan tangkah pertama sebelum dilanjutkan ke
penyusunan proposal penelitian. Pengajuan judul dilaksanakan pada akhir
bulan Januari 2011.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal merupakan kegiatan menyusun rencana
penelitian yang digunakan untuk permohonan melaksanakan penelitian serta
melengkapi perijinan untuk melaksanakan penelitian. Penyusunan proposal
dilaksanakan pada bulan Januari 2011 dan dilanjutkan dengan perijinan.
3. Penyusunan Instrumen penelitian
Pada tahap ini kegiatannya adalah menyusun alat penelitian seperti
daftar pertanyaan, angket yang digunakan sebagai pedoman untuk
mendapatkan informasi dari informan sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data
hasil wawancara, penyebaran angket, observasi dan dokumen-dokumen yang
ada. Serta data sekunder , di dapat dari kantor kelurahan dan instansi terkait.
5. Analisis Data
Pada tahap analisis data, seluruh data yang terkumpul mulai dikoreksi
dianalisis secara diskriptif kualitatif. yang dimaksud dengan proses analisis
merupakan suatu usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal
rumusan-rumusan masalah yang kita peroleh dalam penelitian Analisis data
juga dimaksudkan untuk mempermudah data yang ada, data-data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel, diagram, peta maupun gambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6. Penulisan Laporan Penekitian
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam kegiatan penelitian yang telah
dilakukan yaitu berupa kegiatan menyusun laporan hasil penelitian yang
diwujudkan dalam bentuk skripsi.
I. Diagram Alir Penelitian
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
Peta RBI Magetan
Lembar 1508-141
Skala 1 : 25000
Peta RBI Jogorogo
Lembar 1508-143
Skala 1 : 25000
Peta Penggunaan Lahan
Desa Selosari Tahun
2000
Citra Ikonos Google Earth
Desa Selosari Tahun 2011
Peta Penggunaan Lahan
Desa Selosari Tahun
2011
Data Koordinat Unit Industri
di Desa Selosari
Tahun 2011
Perkembangan Penggunaan Lahan
Desa Selosari Tahun 2011
Peta Lokasi Sentra Industri
Kerajinan Kulit di Desa Selosari
Tahun 2011
Digitasi
Overlay
Overlay
Digitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian
Deskripsi daerah penelitian menggambarkan keadaan daerah penelitian
ditinjau dari keadaan fisik dan keadaan non fisik. Setiap daerah memiliki deskripsi
yang berbeda-beda. Keadaan fisik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
letak dan batas, luas daerah penelitian, penggunaan lahan, iklim di daerah
penelitian. Pembahasan ini akan membantu melihat kondisi fisik di daerah
penelitian yang melatarbelakangi kegiatan penduduk, khususnya pada industri
kulit. Keadaan non fisik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah keadaan
penduduk yang meliputi jumlah, kepadatan dan penyebaran penduduk, komposisi
penduduk menurut mata pencaharian dan komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan.
a. Kondisi Fisik
Desa Selosari Terletak di Pinggiran Kecamatan Magetan dan berada
pada ketinggian antara 314 sampai dengan 481 meter di atas permukaan laut.
Letak Kecamatan Magetan berada pada LS 70 37’ 15,1” BT 111
0 17’ 56,4”
dan LS 7 0 40’ 13,8” BT 111
0 21’ 57,6” .
Secara administratif Kecamatan Magetan berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Panekan
b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukomoro
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Ngariboyo
d. Sebelah Barat : Kecamatan Panekan dan Kecamatan Sidorejo
Penggunaan lahan adalah penggunaan utama dari suatu lahan,
bagaimana lahan tersebut dimanfaatkan saat ini dan penggunaan lahan di
Kecamatan Magetan akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu secara
alami maupun pengaruh manusia. Dengan melihat bentuk penggunaan lahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suatu daerah maka dapat diketahui aktivitas manusia di daerah tersebut untuk
memenuhi hidupnya. Penggunaan lahan di Kecamatan Magetan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Sawah 1.289,00
2 Bukan Sawah (tegal,
pekarangan)
33,56
3 Lainnya (permukiman, jalan,
kuburan)
818,68
Jumlah 2.141,24
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui penggunaan lahan sebagai berikut
untuk usaha pertanian berupa sawah seluas 1.289,00 Ha, tegal/pekarangan
seluas 33,56 Ha.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian
masih ada sebagian penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebagai usaha
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk sektor industri atau
permukiman, jalan, kuburan menempati area seluas 818,68 Ha. Penjelasan
masing-masing lahan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Sawah
Lahan sawah di Kecamatan Magetan diusahakan pada daerah yang
landai hingga berombak, luas lahan ini adalah 1.289.00 Ha adalah jenis
sawah irigasi dan mampu panen 3 kali setahun. Sawah jenis ini terdapat di
seluruh daerah Kecamatan Magetan. Dengan lahan pertanian yang cukup
luas, menjadikan Kecamatan Magetan memiliki potensi yang besar
sebagai daerah produksi pangan selain sebagai pusat kegiatan ekonomi
dan jasa yang telah mulai berkembang di Kecamatan Magetan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tegal/ pekarangan
Lahan ini tersebar di seluruh Kecamatan Magetan dengan luas
33,56 Ha, lahan ini terdiri dari bermacam-macam bangunan seperti,
perumahan industri, perkantoran serta sekolahan dan bangunan industri di
sentra industri kulit di Kecamatan Magetan. Secara umum setiap rumah
atau tempat tinggal akan memiliki lahan pekarangan meskipun dengan
luasan yang terbatas, yang dimanfaatkan sebagai taman atau sebagai
sarana untuk memperindah tampilan rumah atau tempat tinggal. Dengan
perkembangan Kecamatan Magetan yang cukup cepat mengakibatkan
semakin berkurangnya lahan untuk pekarangan rumah. Permukiman yang
padat serta kebutuhan tempat tinggal yang tinggi mengakibatkan lahan
yang ada dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai permukiman.
3. Lain-lain
Lahan yang mempunyai luas 818,68 Ha, dimanfaatkan penduduk
untuk pemukiman, jalan dan kuburan. Kebutuhan lahan akan permukiman
sangatlah tinggi, berbeda dengan kebutuhan akan lahan kuburan yang
sangat rendah. Semakin berkurangnya lahan pertanian dan pekarangan dari
waktu ke waktu mengindikasikan bahwa Kecamatan Magetan telah
menjadi pusat kegiatan ekonomi dan jasa, serta mampu menarik setiap
pelaku kegiatan ekonomi dan jasa untuk bertempat tinggal di wilayah
terdekat. Sehingga dapat dipastikan kebutuhan lahan akan permukiman
akan terus meningkat seiring perkembangan kegiatan ekonomi dan jasa di
Kecamatan Magetan.
b. Kondisi Penduduk
a. Jumlah Penduduk
Merupakan jumlah keseluruhan penduduk dalam suatu wilayah yang
mencakup penduduk laki-laki maupun perempuan yang menetap dan
tercatat sebagai penduduk wilayah tersebut.
Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Kecamatan
Magetan bahwa jumlah penduduk se-Kecamatan Magetan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan/Desa
Akhir Tahun 2010
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk kecamatan magetan secara keseluruhan terbagi dalam 14
desa/kelurahan dan masing-masing memiliki jumlah penduduk yang
relatif sama. Untuk desa/kelurahan Selosari, Tambakrejo, dan
tawanganom memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak dibanding
desa/kelurahan yang lain. Sehingga untuk daerah ini akan sangat
mudah untuk mendapatkan tenaga kerja dan merupakan daerah
pemasaran yang baik. Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk
yang menetap dalam suatu luasan wilayah tertentu, biasanya satuan
yang digunakan adalah Km2. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan satuan 1 Km2
untuk mengetahui kepadatan penduduk di
Kecamatan Magetan Tahun 2011 Dengan kata lain kita dapat
mengetahui berapa banyaknya penduduk dalam wilayah seluas 1 Km2
di Kecamatan Magetan Tahun 2011.
Kelurahan/Desa Penduduk
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
Ringinagung 1.537 1.619 3.156
Candirejo 1.277 1.273 2.550
Selosari 2.890 3.155 6.045
Magetan 1.579 1.736 3.315
Buluketo 962 1.050 2.012
Mangkujayan 907 1.074 1.981
Tambakrejo 694 755 1.449
Tambran 1.005 1.062 2.067
Kebonagung 792 1.048 1.840
Kepolorejo 2.977 3.317 6.294
Tawanganom 3.046 3.285 6.331
Sukowinangun 2.273 2.479 4.752
Baron 1.411 1.431 2.842
Purwosari 1.419 1.709 3.128
Jumlah 22.769 24.993 47.762
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menururt Badan Pusat Statistik Kecamatan Magetan Tahun
2011 kepadatan penduduk di Kecamatan Magetan Tahun 2011 adalah
2.231 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk dalam suatu wilayah dapat
diketahui melalui perhitungan jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayah.
Tabel 4. Luas dan Kepadatan Penduduk Per Km2 Menurut Kelurahan/Desa Tahun
2011
Kelurahan/Desa Luas
(Km2)
Presentase
dari Luas
Kecamatan
(%)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk
Per Km2
Ringinagung 1,7236 8,05 3.156 1.831
Candirejo 1,3152 6,14 2.550 1.939
Selosari 1,7125 8,00 6.045 3.530
Magetan 0,8651 4,04 3.315 3.832
Buluketo 0,8423 3,93 2.012 2.389
Mangkujayan 1,1073 5,17 1.981 1.789
Tambakrejo 1,4112 6,59 1.449 1.027
Tambran 1,0130 4,73 2.067 2.040
Kebonagung 0,6867 3,21 1.840 2.679
Kepolorejo 1,1860 5,54 6.294 5.307
Tawanganom 2,7932 13,04 6.331 2.267
Sukowinangun 1,5408 7,20 4.752 3.084
Baron 2,2220 10,38 2.842 1.279
Purwosari 2,9935 13,98 3.128 1.045
Jumlah 21,4124 100,00 47.762 34.038
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa desa/kelurahan
Kepolorejo memiliki tingkat kepadatan yang paling tinggi dibandingkan
dengan desa/kelurahan lain di Kecamatan Magetan, yaitu 15,59% dari
keseluruhan wilayah Kecamatan Magetan. Hal ini disebabkan karena
Desa/Kelurahan Kepolorejo merupakan daerah permukiman yang cukup
padat di Kecamatan Magetan. Terdapat perumahan-perumahan rakyat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyaknya gang-gang sempit yang mengindikasikan bahwa terdapat
banyak tempat tinggal penduduk di dalamnya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan Magetan
diketahui bahwa jumlah Penduduk Kecamatan Magetan Tahun 2011
menurut umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Magetan
No Kelompok
Umur
(Tahun)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
1 0 – 4 1.540 1.565 3.105
2 5 – 9 1.475 1.501 2.976
3 10 – 14 1.576 1.577 3.153
4 15 – 19 1.727 1.708 3.435
5 20 – 24 1.979 1.953 3.932
6 25 – 29 2.311 2.144 4.455
7 30 – 34 1.518 1.533 3.051
8 35 – 39 1.487 1.701 3.188
9 40 – 44 1.466 1.773 3.239
10 45 – 49 1.598 1.911 3.509
11 50 – 54 1.544 1.802 3.346
12 55 – 59 1.406 1.506 2.912
13 60 – 64 1.033 1.198 2.231
14 65 – 69 806 974 1.780
15 70 – 74 611 930 1.541
16 75 – Keatas 692 1.217 1.909
Jumlah 22.769 24.993 47.762
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Berdasarkan data tersebut dapat dihitung angka ketergantungan
penduduk (dependent ratio) penduduk Se-Kecamatan Magetan Tahun
2011. Rasio beban tanggungan berarti perbandingan jumlah penduduk
dibawah usia 15 tahun dan diatas 65 tahun terhadap jumlah penduduk
yang berusia 15-64 tahun. Berdasarkan data komposisi penduduk menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
umur dapat diketahui rasio beban tanggungan. Berdasar tabel diatas dapat
diketahui bahwa proporsi penduduk usia 0-14 tahun berjumlah 9.234 dan
penduduk yang berusia diatas 65 tahun berjumlah 5.230. Kelompok
penduduk usia 0-14 tahun dan kelompok usia lebih dari 65 tahun adalah
kelompok usia non produktif, sedangkan kelompok penduduk usia 15-64
tahun berjumlah 33.298. sebagai penduduk usia produktif, dengan
mengetahui rasio beban tanggungan penduduk se-Kecamatan Magetan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐷𝑅 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 × 𝑘
= 𝑃(15 − 64)
𝑃 0 − 14 + 𝑃(65+ ) × 𝑘
= 33.298
9.234 + 5.230 × 100
= 230,21 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 230)
Dimana :
DR : Dependency Ratio (angka Ketergantungan)
P (15 – 64) : Penduduk usia 15 – 64 Tahun.
P (0 – 14) : Penduduk usia 0 – 14 Tahun.
P (65 +) : Penduduk usia di atas 65 Tahun.
𝑘 : Bilangan Konstanta besarnya 100
Berdasarkan perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa rasio beban
tanggungan yang ada di Kecamatan Magetan ada 230 jiwa, berarti tiap 100
orang penduduk Kecamatan Magetan yang produktif menanggung beban
ekonomi 230 jiwa yang tidak produktif. Angka tersebut menunjukan
bahwa beban tanggunan yang harus dibebankan kepada usia produktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terhadap usia tidak produktif dan kurang produktif , sehingga terasa
memberatkan penduduk.
Angka ketergantungan atau angka beban tanggungan penduduk
Kecamatan Magetan Tahun 2011 sebesar 230 jiwa ini dapat disimpulkan
bahwa di Kecamatan Magetan mempunyai angka ketergantungan yang
sangat tinggi dan proporsi penduduk usia non produktif yang lebih banyak
dibandingkan penduduk usia produktif.
b. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah suatu gambaran susunan penduduk
menurut karakteristik yang sama. Disini penulis hanya membahas tentang
komposisi penduduk menurut mata pencaharian dan komposisi penduduk
menurut tingkat pendididkan akan disajikan dalam bentuk tabel. Padahal
total penduduk di Kecamatan Magetan Tahun 2011 sebesar 47.762 jiwa
yang terdiri dari 22.769 jiwa penduduk laki-laki dan 24.993 jiwa penduduk
perempuan.
1) Komposisi penduduk menurut mata pencaharian.
Komposisi penduduk menurut mata penaharian sangat berguna
untuk memberikan gambaran mengenai jumlah penduduk yang
menggantungkan hidupnya pada berbagai macam lapangan pekerjaan
dan dapat memeberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu
daerah. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Kecamatan Magetan
Tahun 2011
No Mata Pencaharian Jiwa
1 Petani 4.811
2 Industri (anyaman, kulit, dan
lainnya)
3.992
3 Perdagangan 7.499
4 Jasa (konstruksi, pertambangan
dan penggalian, listrik, gas, air,
dan lembaga keuangan)
1.067
5 Angkutan dan Komunikasi 378
6 Pegawai Negeri 3.573
7 TNI dan POLRI 977
8 Pegawai Swasta 4.978
9 Lainnya 2.088
Jumlah 29.363
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk
Kecamatan Magetan sebagian besar hidup pada sektor Swasta, yaitu
sebesar 4.978 jiwa, sedangkan mata pencaharian terkecil adalah pada
sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 378 jiwa, sedangkan mata
pencaharian di bidang TNI dan POLRI sebesar 977 jiwa.
2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Pembahasan komposisi penduduk menurut umur dan jenis
kelamin sangat penting karena dapat memberikan gambaran tentang
golongan umur produktif dan umur non produktif. Komposisi
penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui
persebaran penduduk menurut kelompok umur dan beban tanggungan.
Dengan demikian komposisi penduduk dapat digunakan sebagai
petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijaksanaan
pemerintah dimasa mendatang yang berkaitan dengan pendidikan,
penyusunan kebijaksanaan penduduk yang berhubungan dengan
masalah keluarga berencana dan kebijaksanaan tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di
Kecamatan Magetan Tahun 2011 disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 7 . Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan
Magetan Tahun 2011
No Kelompok
Umur
(Tahun)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
1 0 – 4 1.540 1.565 3.105
2 5 – 9 1.475 1.501 2.976
3 10 – 14 1.576 1.577 3.153
4 15 – 19 1.727 1.708 3.435
5 20 – 24 1.979 1.953 3.932
6 25 – 29 2.311 2.144 4.455
7 30 – 34 1.518 1.533 3.051
8 35 – 39 1.487 1.701 3.188
9 40 – 44 1.466 1.773 3.239
10 45 – 49 1.598 1.911 3.509
11 50 – 54 1.544 1.802 3.346
12 55 – 59 1.406 1.506 2.912
13 60 – 64 1.033 1.198 2.231
14 65 – 69 806 974 1.780
15 70 – 74 611 930 1.541
16 75 - Keatas 692 1.217 1.909
Jumlah 22.769 24.993 47.762
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Bila dilihat dari tabel diatas, maka komposisi penduduk
menurut jenis kelamin di Kecamatan Magetan antara laki-laki dan
perempuan hanya berbeda 2.224 jiwa lebih banyak penduduk
perempuan.
Apabila dilihat dari komposisi menurut umur dan pada tabel
diatas dapat diketahui besarnya rasio jenis kelamin dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Ida Bagus Mantra (1985)
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑚𝑖𝑛 =a
b × 100
Keterangan :
a = Jumlah penduduk laki-laki
b = Jumlah penduduk perempuan
jadi rasio jenis kelamin =22.769
24.993× 100
= 91,1 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 91)
Dari rumus tersebut diatas dapat diketahui bahwa rasio
jenis kelamin penduduk di Kecamatan Magetan adalah 91. Rasio
jenis kelamin merupakan angka perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu
daerah. Penyajian data mengenai sex ratio dapat ditampilkan secara
umum atau juga dapat didasarkan kelompok umur tertentu.
Sehingga pada tahun 2011 setiap 100 penduduk perempuan di
Kecamatan Magetan terdapat 91 penduduk laki-laki.
3) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Melihat data komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan
dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan formal yang
telah dijalani oleh penduduk di suatu daerah. Tingkat pendidikan suatu
daerah dapat mencerminkan status sosial masyarakatnya. Dengan
pendidikan tingi dapat mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan
masyarakat. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di
Kecamatan Magetan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Magetan Tahun 2011
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah
(Jiwa)
1 Tidak sekolah 14.894
2 Tamat SD 8.217
3 Tamat SLTP 8.972
4 Tamat SLTA 10.271
5 Tamat PT/Akademi 5.270
Jumlah 47.624
Sumber : Kecamatan Magetan Dalam Angka 2011
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa pendidikan
penduduk Kecamatan Magetan cukup tinggi sebanyak 14.894 jiwa
Tidak sekolah, 8.217 jiwa tamat SD, 8.972 jiwa tamat SLTP, 10.271
jiwa tamat SLTA, dan 5.270 jiwa tamat PT/Akademi.
Tentang klasifikasi tingkat pendidikan dapat digolongkan
menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a. Rendah : jumlah penduduk yang tamat SD ke atas kurang
dari 30%
b. Sedang : jumlah penduduk yang tamat SD ke atas 30-60%
c. Tinggi : jumlah penduduk yang tamat SD ke atas lebih
dari 60%
Menurut kriteria tersebut, maka tingkat pendidikan penduduk
di Kecamatan Magetan tergolong dalam tingkat pendidikan Tinggi.
Hal ini dapat dilhat dari presentase tamatan SD lebih dari 60% dari
keseluruhan presentase penduduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Proses Spasial Munculnya Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa
Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.
Sentra adalah konsentrasi geografis antara perusahaan-perusahaan
yang saling terkait dan bekerjasama, diantaranya melibatkan pemasok barang,
penyedia jasa, industri yang terkait, serta sejumlah lembaga yang secara
khusus berfungsi sebagai penunjang dan atau pelengkap. Hubungan antar
industri dalam sentra dapat bersifat horizontal atau vertikal. Bersifat horisontal
melalui mekanisme produk jasa komplementer, penggunaan berbagai input
khusus, teknologi atau institusi. Sedangkan sifat vertikalnya dilakukan melalui
rantai pembelian dan penjualan.
a. Ketersediaan Ruang Lokasi Industri
Munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari
menunjukan adanya keuntungan yang diperoleh dan mendukung
keberadaan dari sentra industri di wilayah tersebut. Sentra industri
kerajinan kulit di Desa Selosari mengalami interaksi dan terdapat berbagai
kegiatan ekonomi di dalamnya yang memungkinkan sentra industri
mengalami perkembangan secara keruangan. Wilayah Desa Selosari 10
Tahun terakhir tidak mengalami pemekaran dan wilayahnya tetap, namun
penggunaan lahannya yang mempengaruhi perkembangan sentra industri
kerajinan kulit.
Tabel 9. Penggunaan Lahan di Desa Selosari Tahun 2000
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Sawah 11,75
2 Permukiman 3,5
3
4
Kebun / Perkebunan
Tegalan
0,03
0,02
Jumlah 15,3
Sumber : Analisis Peta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel diatas dapat diketahui penggunaan lahan sebagai berikut
untuk usaha pertanian berupa sawah seluas 11,75 Ha, tegalan seluas 0,02
Ha, permukiman seluas 3,5 Ha, dan kebun / perkebunan seluas 0,03 Ha
Tabel 10. Penggunaan Lahan di Desa Selosari Tahun 2011
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)
1 Sawah 9,59
2 Permukiman 5,71
Jumlah 15,29
Sumber : Analisis Peta
Dari tabel di atas dapat diketahui penggunaan lahan di Desa
Selosari selama 10 tahun telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Hanya ada 2 penggunaan lahan yaittu sawah dan
permukiman. pada penggunaan lahan permukiman mengalami
pertumbuhan yang cukup banyak menjadi seluas 5,71 Ha dan
penggunaan lahan sawah menurun menjadi seluas 9,59 Ha.
Menurunnya luas lahan sawah di Desa Selosari selama 10 tahun
terakhir dan meningkatnya luas lahan yang digunakan untuk
permukiman, menunjukan adanya kegiatan ekonomi dan jasa yang
menguntungkan di Desa Selosari sehingga mampu menarik individu
pelaku ekonomi untuk bertempat tinggal di wilayah terdekat. Pelaku
kegiatan ekonomi, jasa, dan industri di Desa Selosari cukup banyak,
guna mendukung perkembangan dari sentra industri kerajinan kulit
yang telah memberikan keuntungan dan sebagai tempat bekerja para
tenaga kerja, sebagian besar individu memilih untuk bertempat tinggal
di wilayah terdekat dengan tempatnya bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan kebutuhan akan permukiman, menimbulkan adanya
beberapa alih fungsi lahan yaitu hilangnya lahan perkebunan dan
tegalan dan meningkatnya penggunaan lahan sebagai permukiman.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa di daerah
penelitian telah terjadi perkembangan wilayah permukiman yang
cukup cepat. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang
terkonsentrasi di Desa Selosari. Dengan menjadi sentra industri
kerajinan kulit maka Desa Selosari juga akan menjadi pusat kegiatan
masyarakat dan pusat interaksi masyarakat di Desa Selosari, dengan
keadaan seperti ini akan menjadi faktor yang membuat orang-orang di
sekitarnya untuk datang dan bertempat tinggal
Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari tidak muncul
begitu saja, namun memerlukan waktu dan proses yang cukup lama.
Adanya industri kerajinan kulit yang menjadi pelopor atau yang berdiri
lebih awal sehingga memicu munculnya industri-industri sejenis di
sekitarnya sehingga dengan waktu dan proses yang lama akan
menciptakan sebuah sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari.
Tabel 11. Munculnya Unit Industri di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun
2011
No Munculnya Unit Industri
(Tahun)
Jumlah Unit Industri
1 1995 – 2000 15 Unit
2 2001 – 2005 15 Unit
3 2006 – 2011 4 Unit
Jumlah 34 Unit
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan memperhatikan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada
kurun waktu tahun 1995 – 2000 telah ada 15 unit industri kerajinan kulit di
Desa Selosari yang menjadi awal dari terbentuknya sebuah sentra industri
kerajinan kulit. Dengan memaksimalkan potensi keruangan yang ada,
meliputi aksesibilitas yang baik dan letak yang dekat dengan bahan baku.
Memungkinkan setiap unit yang ada mampu memasarkan produknya
dengan baik dan memperoleh keuntungan yang cukup dan menutup biaya
produksi. Pada kurun waktu 2001 – 2005 telah muncul 15 unit industri
kerajinan kulit yang baru, sebagian besar merupakan cabang dari unit-unit
industri yang lama. Hal ini menunjukan bahwa potensi kerajinan kulit di
Desa Selosari cukup bagus, unit industri yang ada telah mampu membuka
cabang baru.
Meningkatnya minat masyarakat sekitarnya untuk mendirikan
unit-unit kerajinan kulit yang baru. Karena potensi yang baik dan
keuntungan yang cukup bagus, sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari terus berkembang sampai sekarang, baik secara kuantitas dan
kualitas.
Selain itu, konsentrasi dan interaksi yang tinggi antar sesama
industri dalam sentra akan memperlancar proses penyebaran dan
pertukaran informasi, pertukaran pengalaman dan sebagainya. Di sejumlah
sentra bahkan bermunculan perkumpulan profesi, baik formal atau pun
informal yang akan mempercepat penyebaran pengetahuan. Ide-ide dan
praktek-praktek terbaik, yang segera menyebar dengan cepat dalam sentra.
Di samping itu, ada peningkatan parameter kinerja baru yang muncul
sehingga semakin menumbuhkan suasana berkompetisi diantara industri
dalam sentra tersebut. Kompetisi yang ketat antar industri dalam sentra
memaksa mereka untuk tidak berpuas diri dengan hasil yang telah
tercapai. Alasan inilah yang menjadikan sentra industri sering
menghasilkan inovasi-inovasi dibidangnya.
Tujuan utama beroperasinya sentra adalah kemitraan antar pelaku
bisnis, baik yang di dalam maupun di luar sentra. Kemitraan antar pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bisnis dalam sentrra membutuhkan instrumen yang jelas, proporsional dan
realistis dan hal tersebut harus dapat dibuktikan. Kemitraan di masa lalu
berkembang dengan semangat, namun tidak didasari konsepsi yang jelas
dan dapat ditangkap oleh pihak-pihak yang bermitra. Prinsip kemitraan
yaitu: saling melengkapi, saling memperkuat, saling membutuhkan, dan
saling menguntungkan, sesungguhnya merupakan dasar yang kokoh,
namun tidak semestinya hanya berhenti sebagai slogan. Pada tiap jenis
kemitraan. Harus dibuktikan dan ditawarkan langkah-langkah yang
menjanjikan semua pihak yang bermitra akan memperoleh manfaat dan
keuntungan. Apapun pola atau langkah yang ditawarkan, adalah perlu
untuk mempertimbangkan kelangsungan kemitraan dimaksud untuk
jangka waktu yang tidak terlalu pendek, sehingga konsepsi kemitraan
tersebut dimatangkan oleh berjalannya waktu dan akumulasi pengalaman
di antara pelaku usaha yang bermitra.
Keterkaitan antar sentra dalam satu sektor dan dengan sentra pada
sektor lain, akan mendorong kemitraan antara industri dengan perusahaan
besar dan kaitan interaktif yang relevan lainnya, sehingga membentuk
jaringan industri serta struktur yang mendukung peningkatan nilai tambah
melalui peningkatan produktivitas.
b. Industri Pemasok Bahan Baku
Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari memiliki
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap bahan baku berupa kulit.
Bahan baku ini di suplay oleh industri penyamakan kulit di Desa
Ringinagung yang berada tepat berbatasan dengan Desa Selosari. Lokasi
penyamakan yang dekat dengan sentra industry sangat menguntungkan
dalam distribusi bahan baku kulit serta aksesibilitas yang bagus, karena
melalui jalan arteri dan jalan local yang ada di Desa Selosari. Bahan kulit
yang diolah industry penyamakan ini juga terbatas, tergantung suplai kulit
mentah dari RPH (Rumah Pemotongan Hewan). Pada saat-saat tertentu
jumlah bahan baku akan melimpah dan mudah diperoleh seperti pada masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hari Raya Idul Adha, namun terkadang bahan kulit juga sangat sulit
diperoleh dan suplai kulit mentah sedikit, hal seperti ini terjadi ketika
harga daging dan hewan melonjak naik sehingga jumlah pemotongan
hewan berkurang dan bahan kulit mentah cenderung berkurang.
c. Lembaga Terkait
Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari didominasi oleh
industri kecil dan industri rumahan yang masih perlu bantuan dari
pemerintah, khususnya modal. Lembaga terkait yang paling dibutuhkan
adalah Lembaga Keuangan, baik Lembaga Keuangan dari pemerintah
berupa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau Koperasi yang mampu
memberikan bantuan modal dengan bunga rendah dan cicilan yang dapat
disesuaikan dengan kemampuan setiap pengusaha di sentra industri
kerajinan kulit di Desa Selosari. Beberapa industry kerajinan kulit di Desa
Selosari memiliki tanggungan untuk cicilan sewa dan cicilan modal
kepada lembaga keuangan terkait, kewajiban ini yang dirasa cukup
memberatkan dan mengurangi penghasilan pengusaha dan tenaga kerja.
Lembaga keuangan terkait diharap mampu memberikan kompensasi
dengan memperhatikan dan menentukan besarnya cicilan sewa dengan
kemampuan pengusaha kerajinan kulit, mempertimbangkan besarnya
pendapatan dan tanggungan modal yang dimiliki oleh pengusaha kerajinan
kulit di Desa Selosari.
d. Industri Pelengkap
Setiap industri yang ada di sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari masih memerlukan bantuan dari industri lain guna menghasilkan
produk olahan kulit yang berkualitas baik. Setiap unit industri kerajinan
kulit di Desa Selosari belum ada yang mampu menghasilkan bahan-bahan
pelengkap guna produksi kerajinan kulit yang dihasilkan. Beberapa bahan
pelengkap masih didatangkan dari industry lain di luar wilayah Desa
Selosari, untuk memproduksi sepatu kulit setiap unit industri masih
mendatangkan bahan alas karet sepatu atau sandal dari luar wilayah Desa
Selosari. Hal ini menunjukan bahwa sentra industri kerajinan kulit di Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selosari masih membutuhkan bantuan industry-industri lain di sekitarnya
untuk mendukung keberadaan dan eksistensi dari sentra industri tersebut.
e. Analisis Tetangga Terdekat (nearest-neighbour statistic)
Pada hakekatnya analisis tetangga terdekat adalah sesuai untuk
daerah dimana diantara satu pemukiman dengan pemukiman yang lain
tidak ada hambatan-hambatan alamiah yang belum dapat teratasi (Bintarto
Surastopo Hadisumarmo 1983: 75).
Untuk menghitung parameter analisis tetangga terdekat pertama-
tama harus dicari jarak antar titik yang saling berdekatan dengan
menggunakan garis lurus terhadap titik yang menjadi tetangga terdekatnya
Tabel 12. Jarak Antar Unit Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
Tahun 2011
No Jarak Antar Titik (Meter)
1 1 – 3 7,6
2 2 – 3 4,8
3 3 – 4 3,2
4 4 – 6 2,4
5 5 – 8 2,1
6 6 – 4 2.9
7 7 – 9 4,2
8 8 – 9 1,1
9 9 – 8 1,1
10 10 – 11 1,3
11 11 – 10 1,3
12 12 – 11 5,8
13 13 – 14 3,7
14 14 – 13 3,7
15 15 – 14 6,3
16 16 – 17 5,4
17 17 – 22 3,0
18 18 – 22 2,9
19 19 – 21 3,5
20 20 – 21 2,0
21 21 – 20 2,0
22 22 – 17 3,0
23 23 – 24 2,3
24 24 – 23 2,3
25 25 – 26 9,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 26 – 25 9,2
27 27 – 28 72,7
28 28 – 29 8,3
29 29 – 28 8,3
30 30 – 31 5,9
31 31 – 32 4,8
32 32 – 31 4,8
33 33 – 34 12,3
34 34 – 33 12,3
Jumlah 225,7
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Jarak antar unit industri kerajinan kulit di atas diperoleh melalui
interpretasi peta dengan media Sistem Informasi Geografis. Dengan
mengetahui jarak antar titik atau unit industri di Kecamatan magetan akan
digunakan untuk menganalisis tingkat keterkaitan antar satu unit industri
dengan satu unit industri yang menjadi tetangga terdekatnya, sehingga
dengan mengetahui jarak antar unit industri dapat diketahui pola
persebaran unit industri di kecamatan magetan.
Menghitung Parameter Tetangga Terdekat (nearest-neighbour
statistic) Menurut Prof. R. Bintarto dan Surastopo Hadisumarno ( Dalam
Metode Analisa Geografi : 1979 : 75 ) yaitu:
T = Indeks penyebaran Tetangga Terdekat.
T = 𝑱𝒖
𝑱𝒉
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik
tetangganya yang terdekat.
= ∑ J
∑N
J = Jumlah jarak keseluruhan.
N = Jumlah titik.
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik
mempunyai pola random.
= 1
2 p
P = Kepadatan titik tiap kilometer persegi, Yaitu jumlah titik (N)
dibagi dengan luas wilayah dalam kilometer persegi (A)
Parameter tetangga-terdekat T (nearest neighbor satistic T)
tersebut dapat ditunjukan pula dengan rangkaian kesatuan (continuum)
untuk mempermudah pembandingan antar pola titik.
T = 0 T = 1,0 T = 2,15
Mengelompok Random Seragam
Dengan memperhatikan gambar rangkaian kesatuan diatas dapat
mempermudah untuk mengetahui pola persebaran unit industr di
Kecamatan Magetan. Dengan membandingkan kenampakan lokasi sentra
industri pada peta dengan gambar angkaian kesatuan di atas sehingga
dapat dengan mudah mengetahui pola persebaran unit industri kerajinan
kulit di kecamatan Magetan.
Untuk keperluan analisis tetangga terdekat ini akan dipergunakan
peta administrasi Kecamatan Magetan dengan skala 1 : 30.000
Dari data tersebut di atas dapat diperoleh jarak rata-rata antar titik
(Ju) sebesar 6,6 Meter dan luas wilayah Kecamatan Magetan Tahun 2011
yaitu 21,41 Km2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ju = ∑ J
∑N =
225,7
34= 6,6 Meter = 0,0066 Km
Seperti yang telah diketahui bahwa luas wilayah Kecamatan
Magetan Tahun 2011 adalah 21,41 Km2 . oleh karena itu :
P = ∑ n
L =
34
21,41= 1,59 sehingga Jh =
1
2 x 1,26 =
1
2,52= 0,39
Setelah itu menghitung parameter tetangga-terdekat dengan
menggunakan formula seperti di atas yaitu :
T = 𝑱𝒖
𝑱𝒉
= 𝟎,𝟎𝟎𝟔𝟔
𝟎,𝟑𝟗 = 0,02
Dengan memperhatikan continuum tentang nilai nearest neighbor
statistic T dapat diambil kesimpulan bahwa pola persebaran Industri
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011 adalah mengelompok
atau mendekati mengelompok.
Jarak antara satu unit industri dengan industri yang lain relatif
dekat. Faktor yang mempengaruhi pola persebaran industri di daerah
penelitian adalah :
1) Ditemuinya beberapa tempat atau wilayah yang mengelompok
dalam satu Desa, karena berdekatan dengan daerah pengambilan
bahan baku pembuatan kerajinan kulit.
2) Adanya sentralisasi industri kerajinan kulit yaitu berada di Desa
Selosari, sehingga akan timbul kecenderungan untuk mendirikan
unit industri kerajinan kulit di daerah sentra industri kulit tersebut.
3) Lokasi sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari memiliki
pemasaran yang bagus karena sudah dikenal oleh masyarakat luas
dengan produk kulit yang bagus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Karakteristik Sosial – Ekonomi Pengusaha Dan Tenaga Kerja Sentra
Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011
a. Umur
Pengelompokan penduduk menurut umur merupakan ciri dasar
berbagai kelompok demografi. Sebab faktor usia secara tidak langsung
akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja seseorang sehingga dapat
digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk usia kerja.
Tabel 13. Komposisi Pengusaha Menurut Umur di Kecamatan Magetan Tahun
2011
No Kelompok
Umur
(Tahun)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
1 25 – 29 1 0 1
2 30 – 34 4 0 4
3 35 – 39 2 0 2
4 40 – 44 7 2 9
5 45 – 49 13 3 16
6 50 – 54 2 0 2
JUMLAH 29 5 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Bila dilihat pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa komposisi
pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan tahun 2011 menurut
umur adalah 45 – 49 tahun sebanyak 16 orang. Hal ini membuktikan
bahwa pengusaha yang berumur lebih banyak yang mendominasi menjadi
pengusaha kerajinan kulit. Pengusaha yang telah berumur juga lebih
berpengalaman dibandingkan dengan pengusaha yang masih muda
sehingga pengusaha yang lebih berumur masih mampu bersaing dengan
pengusaha yang lebih muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 14. Komposisi Tenaga Kerja Menurut Umur di Sentra Industri Kerajinan
Kulit Kecamatan Magetan Tahun 2011
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja di
sentra kerajinan kulit adalah berumur 26 – 30 tahun untuk tenaga kerja laki –
laki yaitu sebanyak 11 tenaga kerja, sedangkan untuk tenaga kerja perempuan
mayoritas berumur 15 – 20 tahun yaitu sebanyak 13 tenaga kerja.
b. Jenis Kelamin
Pengelompokan pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan
menurut Jenis Kelamin dapat diketahui melalui penelitian di lapangan.
Tabel 15. Komposisi Pengusaha Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Magetan
Tahun 2011
No Jenis Kelamin
(Jiwa)
Jumlah Pengusaha
(Jiwa)
1 Laki – Laki 29
2 Perempuan 5
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis kelamin
pengusaha kerajinan kulit mayoritas laki – laki sebesar 29 orang dan
perempuan 5 orang atau. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa
sebagian besar pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan adalah
No Kelompok Umur
(Tahun)
Laki-Laki
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Jumlah
(Jiwa)
1 15 – 20 1 13 14
2 21 – 25 7 11 18
3 26 – 30 11 - 11
4 31 – 35 7 - 7
Jumlah 26 24 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
laki – laki. Karena laki – laki berperan sebagai kepala rumah tangga yang
bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Serta adanya prioritas untuk setiap keturunan laki-laki setiap keluarga
untuk menjadi penerus usaha keluarga dan mempertahankan usaha yang
telah dirintis sebelumnya agar selalu eksis dan menjadi lebih baik.
Tabel 16. Komposisi Tenaga Kerja Menurut Jenis Kelamin di Sentra Industri
Kerajinan Kulit Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Jenis Kelamin
(Jiwa)
Jumlah Tenaga Kerja
(Jiwa)
1 Laki-Laki 26
2 Perempuan 24
Jumlah 50
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa mayoritas tenaga
kerja di sentra kerajinan kulit adalah laki – laki sebanyak 26 tenaga kerja
dan perempuang sebanyak 24 tenaga kerja.
c. Pendidikan
Secara keseluruhan penduduk di wilayah ini dapat dilihat dari
aspek tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan diartikan sebagai jenjang
pendidikan formal yang dilalui oleh masyarakat yang bersangkutan dan
dapat ditunjukkan dengan pengakuan lembaga pendidikan yang
bersangkutan yaitu berupa ijasah.
Tingkat pendidikan dapat dikelompokan ke dalam jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Lulusan
SD – SMP dikategorikan tingkat pendidikan dasar, lulusan SLTA dan
sederajat merupakan tingkat pendidikan menengah serta lulusan perguruan
tinggi atau akademi dikategorikan pendidikan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengusaha di sektor kerajinan kulit tidak dituntut berpendidikan
tinggi, karena di sektor ini tingkat kualitas pekerja tidak ditentukan tingkat
pendidikan tetapi lebih besar dipengaruhi oleh bakat dan kebiasaan dari
masing – masing pengusaha. Dari hasil penelitian terhadap 34 pengusaha
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan diperoleh data tingkat pendidikan
pengusaha sebagai berikut :
Tabel 17. Komposisi Pengusaha Kerajinan Kulit Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Pengusaha Kerajinan Kulit
Jumlah (Jiwa)
1 Tidak sekolah 0
2 SD 0
3 SLTP 1
4 SLTA atau sederajat 14
5 Sarjana / Akademi 19
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat pendidikan pengusaha
kerajinan kulit ternyata lulusan Perguruan Tinggi menduduki jumlah
paling tinggi yaitu 19 pengusaha. Sedangkan tingkat pendidikan SLTA
atau sederajat sebanyak 14 pengusaha. Ini artinya tingkat pendidikan
pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan tergolong tinggi. Karena
semua pengusaha kerajinan kulit telah menempuh tingkat pendidikan
menengah yaitu SLTA atau sederajat dan mayoritas telah menempuh gelar
sarjana atau lulusan Universitas. Dengan adanya pendidikan tinggi yang
telah ditempuh oleh mayoritas pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan maka dapat dipastikan persaingan yang timbul akan semakin
kompetitif baik secara strategi pemasaran maupun kualitas produk yang
dihasilkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 18. Komposisi Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Magetan Tahun 2011
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
1 Tidak Sekolah 0
2 SD 0
3 SLTP 7
4 SLTA atau sederajat 43
5 Sarjana / Akademi 0
Jumlah 50
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa mayoritas tenaga
kerja di sentra kerajinan kulit Kecamatan Magetan berpendidikan SLTA
atau sederajat sebanyak 43 tenaga kerja dan tenaga kerja yang
berpendidikan SLTP sebanyak 7 tenaga kerja.
d. Status Perkawinan
Status perkawinan merupakan gambaran untuk mengetahui
responden dengan maksud bisa menentukan apakah pengusaha sudah
berkeluarga atau belum berkeluarga. Dengan demikian dapat mencirikan
bahwa responden mempunyai beban tanggungan.
Tabel 19. Status Pernikahan Pengusaha Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
Tahun 2011
No Status Pernikahan Jumlah Pengusaha
(Jiwa)
1 Sudah 33
2 Belum 1
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut tabel di atas dapat diketahui bahwa status perkawinan
pengusaha kerajinan kulit yaitu 33 orang sudah menikah dan 1 orang
belum menikah. Sebagian besar pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan tahun 2011 berstatus sudah menikah.
Tabel 20. Status Perkawinan Tenaga Kerja Sentra Kerajinan Kulit di Kecamatan
Magetan Tahun 2011
No Status Pernikahan Jumlah (Jiwa)
1 Sudah 3
2 Belum 47
Jumlah 50
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasar tabel di atas diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja di
sentra kerajinan kulit Kecamatan Magetan belum menikah sebanyak 47
tenaga kerja sedang kan tenaga kerja yang sudah menikah sebanyak 3
tenaga kerja.
e. Tanggungan Keluarga
Beban tanggungan keluarga pengusaha yang dimaksud adalah
jumlah anggota keluarga yang belum mempunyai penghasilan sendiri
(masih sekolah/masih menganggur/ tidak produktif) atau masih menjadi
tanggungan keluarga. Rata – rata beban tanggungan keluarga pengusaha
kerajinan kulit yang ada di Kecamatan Magetan sebagian besar 3 orang
yang belum atau tidak produktif lagi. Golongan tidak produktif
diasumsikan mereka yang berusia antara 0 – 14 tahun dan diatas 65 tahun
Dari data yang diperoleh dari wawancara terhadap semua
responden, dapat dijelaskan bahwa kriteria 0 – 1 orang termasuk kategori
kecil, 2 – 3 orang kategori sedang dan 4 – 5 orang termasuk kategori besar.
Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 21. Tanggungan Keluarga Pengusaha Kerajinan Kulit di Kecamatan
Magetan Tahun 2011
No Jumlah Tanggungan
Keluarga
Jumlah Pengusaha
(Orang)
1 0 – 1 3
2 2 – 3 26
3 4 – 5 3
4 6 2
JUMLAH 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Dari tabel diatas diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga
sebesar 2 – 3 orang yaitu sebanyak 26 pengusaha dan yang terkecil
tanggungannya 6 orang sebanyak 2 pengusaha. Dari hasil penghitungan
diatas menunjukan bahwa mayoritas jumlah tanggungan keluarga di
Kecamatan Magetan termasuk kategori sedang. Bahwasanya banyak
sedikitnya tanggungan keluarga mempengaruhi pendapatan keluarga.
Semakin sedikit tanggungan keluarga berarti semakin sedikit pula biaya
yang harus dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Besar
kecilnya biaya yang dikeluarkan juga relatif bagi setiap pengusaha untuk
pengeluaran keluarganya serta banyaknya tanggungan keluarga yang
dimilikinya, karena tanggungan keluarga berupa anak dan tanggungan
keluarga berupa bapak atau ibu yang telah tidak produktif lagi itu berbeda
dari segi kebutuhan hidup dan kebutuhan secara personal sehari-hari.
Tabel 22. Tanggungan Keluarga Tenaga Kerja Sentra Industri Kerajinan Kulit di
Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Jumlah Tanggungan
Keluarga
Jumlah (Jiwa)
1 0 – 1 37
2 2 – 3 13
Jumlah 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasar tabel di atas diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja di
sentra kerajinan kulit Kecamatan Magetan memiliki tanggungan keluarga
0 – 1 orang yaitu sebanyak 37 tenaga kerja. Sedangkan 13 tenaga kerja
lainnya memiliki tanggungan keluarga sebanyak 2 – 3 orang.
f. Lama Usaha Kerajinan Kulit
Lama usaha bisa jadi mempengaruhi kemajuan suatu unit usaha.
Semakin awal suatu unit usaha berdiri maka semakin awal pula
kesempatannya untuk dikenal masyarakat umum. Secara logis, suatu unit
usaha yang lebih awal berdiri tentunya lebih dahulu dikenal oleh publik
dan mempunyai jangkauan pemasaran yang luas. Dengan demikian,
semakin tua unit usaha semakin besar peluangnya untuk berkembang.
Lama suatu usaha dalam menentukan kualitas dan kuantitas
produksinya karena semakin lama menekuni suatu usaha akan semakin
berpengalaman dalam pekerjaan yang ditekuninya. Lama usaha dari 34
pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 23. Lama Usaha Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Lama Usaha
(Tahun)
Jumlah Pengusaha
Orang
1 0 – 5 3
2 6 – 10 13
3 11 – 15 16
4 16 – 20 2
JUMLAH 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel diatas bahwa lama usaha pengusaha kerajinan
kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011 sebanyak 16 pengusaha dari
seluruh pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011
dengan lama usaha 11 – 15 tahun. Sedangkan terendah yaitu dengan lama
usaha 16 – 20 tahun dengan jumlah pengusaha 2 orang. Hal membuktikan
bahwa kebanyakan para pengusaha yang ada di Kecamatan Magetan sudah
berpengalaman dalam bidang usaha kerajinan kulit, karena terlihat pada
lama usaha industri kulit selama 11 – 15 tahun.
3. Faktor Produksi dan Faktor Spasial Yang Paling Mendukung
Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun
2011
a. Faktor Produksi Yang Mendukung Keberadaan Sentra Industri
Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011
1) Modal
Terdapat dua jenis modal, yaitu modal tetap dan modal uang.
Modal tetap meliputi segala peralatan dan bangunan yang digunakan
dalam proses produksi. Modal uang adalah sejumlah uang yang khusus
dialokasikan oleh pengusaha untuk menjalankan usahanya. Modal usaha
yang digunakan dalam industri kerajinan kulit berasal dari modal sendiri
dan modal pinjaman bank dan koperasi. Dalam penelitian ini penulis
hanya mengkaji modal awal dalam bentuk uang, dan modal tetap dalam
bentuk peralatan press kulit, gunting , serta alat cetak kulit.
Tabel 24. Komposisi Pengusaha Menurut Modal di Kecamatan Magetan Tahun
2011
No Modal Usaha Jumlah Pengusaha
(Orang)
1 < Rp 5.000.000,00 4
2 Rp 5.000.000,00 – < Rp 10.000.000,00 11
3 Rp 10.000.000,00 – < Rp 15.000.000,00 7
4 Rp 15.000.000,00 – < Rp 20.000.000,00 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 Rp 20.000.000,00 – < Rp 25.000.000,00 3
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa modal mayoritas
pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011
menggunakan modal RP 5.000.000,00 – < Rp 10.000.000,00 sebanyak 11
pengusaha dari keseluruhan pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan. Sedangkan pengusaha yang menggunakan modal Rp
20.000.000,00 – < Rp 25.000.000,00 hanya 3 pengusaha dari keseluruhan
pengusaha di Kecamatan Magetan.
2) Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua
pekerja yang ikut terlibat dalam kegiatan proses produksi sampai dengan
pemasaran. Dalam proses produksi tenaga kerja semakin banyak maka
produksi yang dihasilkan juga akan semakin banyak.
Tenaga kerja keluarga adalah anggota keluarga pengusaha yang
terlibat secara aktif dalam proses produksi industri kerajinan kulit tanpa
dibatasi usia, yang terdiri atas pengusaha sebagai tenaga kerja, suami/istri
pengusaha, anak tanpa mendapat upah. Pengertian keluarga disini adalah
keluarga inti yang hanya terdiri dari (suami, istri, dan anak) yang
mendiami tempat tinggal dan menggunakan dapur yang sama atau dapat
dikatakan pendapatan yang diperoleh kemudian digunakan bersama-sama
untuk membiayai keluarga.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan tenaga kerja dari luar
keluarga yang diupah adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan
dengan maksud memperoleh pendapatan dan selalu bekerja selama 1
bulan. Tetapi kadang-kadang kalau lagi sepi pengusaha kerajinan kulit
sering meliburkan tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Walaupun diterapkan aturan jam kerja tapi pada kenyataannya
aturan jam kerja tersebut seperti diakui oleh pengusaha bersifat fleksibel.
Sebagai contoh apabila ada anggota masyarakat mengadakan hajatan atau
meninggal maka proses produksi dapat diliburkan, atau ketika ada banyak
pesanan seseorang tenaga kerja upahan diijinkan masuk kerja pada hari
minggu untuk memenuhi pesanan konsumen. Pada kasus industri
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan tenaga kerja upahan yang bekerja di
tempat pengusaha umumnya bekerja enam hari dalam seminggu selama 6
jam perhari, dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh
pengusaha. Dari 34 pengusaha, hanya ada beberapa pengusaha yang
memberlakukan aturan jam kerja berbeda. Beberapa pengusaha tersebut
menerapkan jam, kerja antara pukul 08.00 – 15.00 WIB dengan waktu
istirahat 1 jam.
Tabel 25. Komposisi Pengusaha Kerajinan Kulit Menurut Jam Kerja di
Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Lama Jam Kerja Jumlah Pengusaha
(Orang)
1 <4 jam 0
2 4 – 6 jam 23
3 6 – 8 jam 11
4 >8 jam 0
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengusaha yang
memberlakukan jam kerja paling banyak selama 4 – 6 jam dalam satu hari
sebanyak 23 pengusaha, hal ini berarti proses produksi berjalan dengan
baik dan selama 9 jam tersebut dimanfaatkan seefisien mungkin untuk
menghasilkan produk sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang baik
pula. Dengan pemberlakuan jam kerja seperti ini maka industri kerajinan
kulit di kecamatan Magetan telah menerapkan system dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengorganisasian yang baik, maka akan ada keteraturan dan kestabilan di
setiap unit kerajinan kulit dan ini akan sangat membantu apabila ada
ketidakstabilan ekonomi dan arus perdagangan, unit industri ini akan
mampu bertahan dan berusaha terus eksis.
Banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada setiap unit usaha,
khususnya tenaga kerja upahan, tidak dapat begitu saja dijumlahkan untuk
mengetahui total penyerapan tenaga kerja upahan pada industri Kerajinan
kulit. Sebenarnya potensi tenaga kerja untuk industri kerajinan kulit sangat
besar, lebih besar daripada jumlah tenaga kerja yang pada waktu penelitian
bekerja pada unit-unit usaha yang ada.
Besar kecilnya nilai upah sudah disepakati oleh tenaga kerja
upahan dengan pengusaha kerajinan kulit. Besar upah untuk tenaga kerja
per hari bermacam-macam, hal ini disesuaikan dengan tugasnya. Sebagai
pembuat pola dan bentuk upahnya Rp 25.000,00 tenaga penjahit pola
menjadi sepatu Rp 40.000,00 dan tenaga untuk press dan pengeleman
sepatu Rp 30.000,00 serta tenaga untuk finishing Rp 15.000,00.
Tabel 26. Besar Biaya Tenaga Kerja Upahan Per Hari Unit Usaha Kerajinan Kulit
di Kecamatan Magetan Tahun 2011
Biaya Tenaga Kerja
(Per Hari)
Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah
Rp 15.000,00 3
Rp 25.000,00 11
Rp 30.000,00 8
Rp 40.000,00 3
Jumlah 25
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Menurut tabel diatas sebagian besar dari tenaga kerja industri
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan mendapat upah sebesar Rp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25.000,00 sebanyak 11 orang dari keseluruhan tenaga kerja pada satu unit
industri kerajinan kulit. Besar upah tenaga kerja tersebut sudah standar
bahkan sama dengan unit usaha lain. Jadi pada setiap unit industri tenaga
kerja pembuat pola adalah tenaga yang paling banyak diperlukan karena
pembuatan pola itu tidaklah mudah, membutuhkan ketelitian dan daya
kreatif yang tinggi.
3) Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor penting dalam pendirian suatu
industi. Bahan baku dalam industri kerajinan kulit adalah kulit yang akan
digunakan sebagai bahan utama pembuatan sepatu, tas, dan jaket. Industri
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan menggunakan bahan baku kulit
jadi, sehingga setiap unit industri langsung dapat mengolah bahan kulit
tersebut. Bahan kulit jadi yang dimaksud adalah bahan kulit sapi atau
kerbau yang telah mengalami proses penyamakan dan proses pembersihan
sehingga sudah siap olah.
Bahan baku tersebut diperoleh dari rumah-rumah pemotongan
hewan dan di distribusikan ke tempat pengolahan kulit. Pusat pengolahan
kulit ini berada di Kecamatan Ringinagung dan menjadi satu-satunya
penyuplai bahan kulit jadi untuk unit-unit kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan. Akan tetapi terdapat pengusaha yang mengaku merasa kesulitan
mendapatkan bahan baku kulit jadi, hal ini dapat terjadi ketika persediaan
kulit mulai habis dan suplai mengalami penurunan. Karena sistem yang
digunakan setiap unit industri kulit harus mengambil sendiri bahan yang
dibutuhkan. Sehingga timbul persaingan dalam memperoleh kulit semakin
cepat maka dapat memilih kulit dengan kualitas bagus dan jumlah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
banyak. Bagi unit industri yang memiliki jarak cukup jauh akan sedikit
kesulitan untuk mendapat bahan yang bagus dan jumlah yang diinginkan.
4) Transportasi
Transportasi merupakan fasilitas atau alat untuk mengurangi
terikatnya satu tempat tertentu, baik untuk kepentingan pasar, bahan bakar
maupun kebutuhan bahan baku sehingga jarak dan waktu dapat diatasi.
Dari hasil penelitian di lapangan, sebagian besar pengusaha industri
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan hanya memiliki kendaran bermotor
dan hanya sebagian kecil saja yang memiliki kendaraan roda 4. Dalam
proses pemasaran hasil produksi biasanya di antar dengan menggunakan
sepeda motor yang telah dilengkapi dengan keranjang yang cukup besar
sehingga dapat membawa hasil produksi dengan jumlah yang cukup
banyak.
Tabel 27. Alat Angkut Yang Digunakan Pengusaha Untuk Mengangkut Hasil
Produksi
No Angkutan Yang Digunakan Jumlah Pengusaha
(Jiwa)
1 Truck 0
2 Pick Up 5
3 Motor 29
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Pemakaian alat transportasi yang banyak digunakan oleh
pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan adalah sepeda motor
yaitu sebanyak 29 pengusaha dari keseluruhan pengusaha kerajinan kulit
di Kecamatan Magetan dan sisanya menggunakan transportasi berupa pick
up yaitu sebanyak 5 pengusaha dari keseluruhan pengusaha kerajinan kulit
di Kecamatan Magetan. Selain jumlah tenaga kerja dan modal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penggunaan alat transportasi juga dapat dijadikan indikator terhadap suatu
unit usaha apakah industri tersebut berskala besar atau kecil. Dan hasil
penelitian di lapangan bahwa mayoritas pengusaha kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan adalah berskala kecil atau industri rumah tangga.
Jalur yang dilalui pengusaha untuk memasarkan hasil produksinya
sudah beraspal halus secara keseluruhan. Hal ini dimungkinkan karena
Kecamtan Magetan merupakan pusat kegiatan dan pusat ekonomi dari
Kabupaten Magetan. Sehingga jalur transportasinya sudah bagus dan
keseluruhan sudah beraspal dengan baik.
5) Pemasaran
Pemasaran meliputi segala aktivitas yang dilakukan pengusaha
untuk menjual hasil produksinya. Dengan kata lain pemasaran adalah
segala tindakan yang dilakukan untuk menyampaikan produk yang
dihasilkan kepada konsumen, baik secara kangsung maupun tidak
langsung. Pemasaran langsung adalah pemasaran dimana terjadi transaksi
langsung antara produsen dan konsumen, sedangkan pemasaran tidak
langsung adalah pemsaran dimana transaksi antara produsen dan
konsumen terjadi melalui pihak ketiga (calo). kedua jenis pemasaran
tersebut dapat ditemukan pada industri kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan. Dilihat dari intensitasnya, pemasaran secara langsung lebih
sering dijumpai di lapangan.
Dalam pemasaran langsung, konsumen dapat membeli dengan
uang kontan produk-produk yang ditawarkan di tempat usaha atau dapat
dengan memesan terlebih dahulu sesuai dengan produk yang diinginkan.
Untuk pemasaran tidak langsung dapat ditemukan pada industri kerajinan
kulit di Kecamatan Magetan. Pertama adalah pemasaran tidak langsung
melalui pedagang perantara sebagai pihak kedua. Pedagang perantara
membeli produk dari produsen dalam skala besar, kemudian menjualnya
kepada konsumen secara eceran. Pemasaran ini lebih bersifat kerja sama
dimana pemilik toko mendapatkan bagian dari keuntungan penjualan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Daerah yang dijadikan sebagai tempat pemasaran produksi
kerajinan kulit selama Tahun 2011 yaitu wilayah Kabupaten Magetan itu
sendiri serta wilayah di sekitarnya meliputi Madiun, Maospati, Ngawi,
Surakarta, dan wilayah sekitarnya.
Pengiriman produk ke tempat pemasaran menggunakan alat
transportasi milik orang lain untuk produk ini ke tempat pemasaran di luar
daerah Magetan. Proses pemasaran barang produksi kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan menurut pengusha sudah lancar dan tak ada halangan
yang berarti karena didukung oleh aksesibilitas yang bagus, keadaan jalan
sudah beraspal dengan baik dan dekat dengan jalan lokal. Karakteristik
usaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan adalah :
1) Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi adalah kemampuan suatu industri dalam
menghasilkan barang pada waktu tertentu. Kapasitas produksi yang
dihasilkan industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan dalam
hitungan tahun bisa mencapai ribuan produk kulit meliputi sepatu, tas,
jaket, ikat pinggang, dompet dan sandal.
Tabel 28. Kapasitas Produksi Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
Tahun 2011
No Kapasitas Produksi
(Buah)
Jumlah
(Unit Usaha)
1 0 – 20 6
2 21 – 40 9
3 41 – 60 16
4 61 – 80 1
5 81 – 100 2
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan data tabel diatas maka kapasitas produksi terbesar
41 – 60 buah/hari. Besarnya kapasitas produksi per hari tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pesanan dan keadaan saat itu serta jumlah tenaga kerja yang
berproduksi.
Kapasitas produksi industri kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan dipengaruhi oleh beberapa perubahan dinamika sosial yang
timbul di masyarakat. Terkadang produksi kerajinan kulit akan
mengalami permintaan pasar yang sangat tinggi ketika musim liburan
tiba, ketika banyak pelancong dari luar kota singgah ke Kecamatan
Magetan dan berminat membeli barang produksi khas magetan salah
satunya berupa produk kerajinan kulit serta pada saat pergantian tahun
ajaran baru bagi para murid-murid yang mengecam pendidikan formal.
Namun terkadang produksi kerajinan kulit juga mengalami masa sulit
ketika permintaan produk kerajinan menurun dan omset penjualan
mulai turun. Terkadang suplai bahan baku kulit juga berkurang dan
berpengaruh terhadap penurunan kuantitas produksi.
2) Kapasitas Usaha
Kapasitas usaha adalah kemampuan suatu usaha untuk
mendirikan industri kerajinan kulit. Hal ini ditinjau dari segi modal
dan lokasi usaha.
a) Segi Modal
Besarnya modal yang digunakan para pengusaha kerajinan
kulit di Kecamatan Magetan dapat menentukan besarnya
penghasilan. Modal pengusaha kerajinan kulit dari pembelian
bahan baku kulit jadi, biaya produksi, upah tenaga kerja, dan
proses pemasaran membutuhkan biaya yang relatif besar.
Tabel 29. Besarnya Modal Awal Pengusaha Industri Kerajinan Kulit di
Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Modal Usaha Jumlah Pengusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(Orang)
1 < Rp 5.000.000,00 4
2 Rp 5.000.000,00 – < Rp 10.000.000,00 11
3 Rp 10.000.000,00 – < Rp 15.000.000,00 7
4 Rp 15.000.000,00 – < Rp 20.000.000,00 9
5 Rp 20.000.000,00 – < Rp 25.000.000,00 3
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan menggunakan
modal awal sebesar Rp 5.000.000,00 – <Rp 10.000.000,00
sebanyak 11 orang dari keseluruhan pengusaha kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan dan besar modal awal < Rp 5.000.000 hanya 3
orang dari keseluruhan pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan. Hal ini menggambarkan bahwa besarnya modal sangat
mempengaruhi keberadaan industri kerajinan kulit. Semakin besar
modal yang digunakan maka dapat dipastikan bahwa industri
tersebut berpotensi mampu bersaing dengan industri yang lain yang
telah eksis lebih awal.
b) Lokasi Industri
Lokasi usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tempat dimana responden membuka usaha industri kerajinan kulit,
Lokasi yang dipilih oleh pengusaha itu sendiri. Data lokasi usaha
kerajinan kulit dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tabulasi.
Tabel 30. Lokasi Usaha Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan Tahun
2011
No Lokasi Usaha Jumlah
(Orang)
1 Di Sekitar Rumah 23
2 Di Daerah Lain 11
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar
pengusaha industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan yaitu 23
orang dari keseluruhan pengusaha kerajinan kulit memilih lokasi
industri di sekitar rumah dan 11 orang memilih di daerah lain.
Alasan sebagian besar pengusaha kerajinan kulit mendirikan usaha
di sekitar rumah adalah untuk mengurangi biaya transportasi, dapat
memproduksi kerajinan kulit sewaktu-waktu, mudah dijangkau dan
tidak dipungut pajak usaha.
3) Skala Usaha
Peninjauan usaha industri kerajinan kulit di Kecamtan
Magetan bila ditinjau dari segi jumlah tenaga kerja termasuk dalam
skala industri kecil, karena jumlah tenaga kerjanya <25 orang. Hal
ini dikarenakan dalam proses produksi sebagian besar pengusaha
industri kerajinan kulit memberlakukan anggota keluarganya
sebagai pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa faktor
produksi yang mendukung keberadaan industri kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan adalah bahan baku 50% dan modal 50%.
Karena faktor bahan baku dan pemasaran inilah sangat mendukung
keberadaan industri kerajinan kulit sampai sekarang, tanpa kedua
faktor tersebut maka industri kerajinan kulit akan mati.
Tabel 31. Faktor Produksi Yang mempengaruhi Keberadaan Sentra Industri
Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
No Faktor Produksi Jumlah Pengusaha
( Jiwa )
1 Modal 12
2 Bahan Baku 16
3 Pemasaran 31
4 Tenaga Kerja 4
5 Transportasi / Aksesibilitas 8
Sumber : Data Primer Tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas
pengusaha industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan menganggap
bahwa sistem pemasaran produk kulit yang paling mempengaruhi
keberadaan sentra industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan dan
faktor modal menempati urutan kedua yang mempengaruhi keberadaan
sentra industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan.
a. Faktor Spasial Yang Mendukung Keberadaan Sentra Industri
Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011
1) Pola Keruangan (Spatial Patern)
Pola keruangan yang muncul di sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari adalah pola mengelompok, terkonsentrasi di satu wilayah
sehingga membentuk suatu sentra yang mampu berkembang dengan
baik, karena telah memiliki pusat atau inti pertumbuhan. Karena
dengan membentuk pola yang mengelompok akan menguntungkan
pada segi pemasaran dan persaingan dalam membuat inovasi produk.
2) Struktur Keruangan (Spatial Patern)
Struktur keruangan yang ada di sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari adalah Struktur memanjang mengikuti dan searah dengan
jalan. Sehingga memudahkan masyarakat untuk menentukan pilihan
pada produk kulit yang diinginkannya.
3) Proses Keruangan (Spatial Process)
Proses keruangan adalah perkembangan yang terjadi secara terus
menerus dalam rentetan peristiwa atau suatu perubahan yang bersifat
konstan atau berlangsung terus menerus secara tetap menuju hasil
tertentu, terdapat rentetan kejadian dan mempunyai dimensi
kewaktuan.
Munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari
membutuhkan waktu yang cukup lama. Akan ada unit industri yang
berdiri lebih awal dan menjadi pelopor dan inti dari perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sentra tersebut. Sehingga dengan proses perkembangan yang bagus
sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari ini masih terus eksis.
4) Organisasi Keruangan (Spatial Organization)
Organisasi keruangan bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen
lingkungan mana yang berpengaruh terhadap terciptanya tatanan
spesifik dari elemen-elemen pembentuk ruang. Penekanan utamanya
pada keterkaitan antara kenampakan yang satu dengan yang lainnya
secara individual.
Organisasi keruangan yang ada di Desa Selosari adalah adanya
pengaruh dari kegiatan industri kerajinan kulit yang dirasakan oleh
lingkungan sekitarnya, beberapa masyarakat sekitar sentra industri
telah beralih profesi dan menekuni bidang kerajinan kulit karena dirasa
lebih menguntungkan dan dianggap lebih mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka.
5) Interaksi Keruangan (Spatial Interaction)
Interaksi keruangan menekankan pada keterkaitan elemen-elemen
lingkungan secara intra maupun inter elemen baik secara individu
maupun antar wilayah untuk dapat menjalin komunikasi wilayah.
Interaksi keruangan yang terjadi di sentra indutri kerajinan kulit di
Desa Selosari adalah interaksi antara masyarakat di dalam lingkungan
sentra industri dengan masyarakat di luar lingkungan industri dalam
tukar menukar ide-ide dalam inovasi desain produk kulit dan proses
pemasaran produk kerajinan kulit ke luar wilayah sentra industri.
Interaksi seperti ini akan terus berlangsung selama sentra industry ini
tetap ada dan eksis.
6) Tendensi/Trend Keruangan (Spatial Tendency)
Tendensi keruangan yang menekankan pada upaya mengetahui
kecenderungan perubahan suatu gejala. Hal ini dapat dilakukan
berdasarkan analisis lokasi dan waktu keruangan.
Kecenderungan Desa Selosari yang direncanakan menjadi sentra
industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan mulai dipenuhi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembangunan sarana dan fasilitas yang mendukung sentra industri
kerajinan kulit. Guna memaksimalkan potensi yang dimiliki sentra
industri kerajinan kulit. Perkembangan ini dimaksudkan untuk
sentralisasi sehingga mengurangi beban kota dalam menampung aliran
transportasi akibat penuhnya kendaraan yang akan menuju Desa
Selosari.
7) Asosiasi Keruangan (Spatial Asociation)
Asosiasi keruangan bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya
asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada suatu ruang,
apakah ada fungsional atas sebaran atau gejala yang ada dengan gejala
keruangan yang terjadi.
Asosiasi keruangan yang timbul di Desa Selosari adalah adanya
perkembangan sentra industri kerajinan kulit yang cukup pesat
memungkinkan adanya sentralisai dari unit industri dan akan timbul
akumulasi dari limbah sisa produksi yang mengganggu lingkungan,
berupa limbah sisa pemotongan bahan kulit dan sisa bahan kimia lain
yang menimbulkan bau yang cukup menyengat.
8) Komparasi Keruangan (Spatial Comparation)
Komparasi keruangan merupakan komparasi atau perbandingan antara
wilayah satu dengan wilayah yang lain, maka dalam hal ini sentra
industri kerajinan kulit di Desa Selosari akan dibandingkan dengan
wilayah atau desa lain di wilayah Kecamatan Magetan. Tujuannya
adalah upaya mengetahui keunggulan dan kelemahan yang ada pada
masing-masing wilayah dalam hal yang sama, sehingga dapat
diketahui upaya untuk menentukan kebijakan pengembangan wilayah
lebih lanjut.
Untuk membandingkan kemajuan daerah satu dengan daerah yang lain
dengan sendirinya akan membutuhkan elemen-elemen wilayah yang
lebih kompleks untuk dikemukakan. Sebagai contoh mengenai latar
belakang mengapa daerah tertentu mampu meningkatkan kesejahteraan
penduduknya dalam waktu relative singkat sedangkan daerah lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak, walaupun latar belakang fisiografinya tidak banyak berbeda.
Dengan mempelajari kelebihan-kelebihan dan kekurangan masing-
masing wilayah dalam tata kelola wilayah, maka akan dapat diketahui
kunci keberhasilan pembangunannnya dan hal ini dapat dimanfaatkan
oleh wilayah lain untuk memperbaiki kinerjanya.
9) Sinergisme Keruangan (Spatial Sinergism)
Dalam makna sinergisme yang utama adalah munculnya nilai
kegunaan/keuntungan dari proses bekerja samanya dua hal atau lebih
tersebut yang lebih banyak/ lebih baik dibandingkan apabila masing-
masing hal tersebut bekerja sendiri-sendiri.
Sinergisme keruangan adalah usaha untuk menemukan dan mengenali
wilayah-wilayah mana dan sector-sektor apa saja yang layak
melakukan kerja sama regional dalam rangka memperoleh kinerja
yang lebih baik. Karena dalam hal ini melibatkan beberapa wilayah,
maka harus dikaji mengenai potensi dan kelemahannya sehingga
kelemahan yang ada dapat ditutup oleh keunggulan di pihak lain.
Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari juga memiliki
sinergisme di dalamnya, yaitu saling bekerja samanya beberapa unit
industri dengan beberapa pedagang perantara guna meningkatnya
pendapatan dan kualaitas produk yang dihasilkan.
4. Dampak Meningkatnya Pendapatan Sentra Industri Kerajinan Kulit di
Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011
Pendapatan pokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendapatan yang diperoleh penduduk dari hasil penjualan barang hasil
produksi (sepatu, tas, jaket, ikat pinggang, dompet). Pekerjaan pokok dari
pengusaha kerajinan kulit adalah menghasilkan produk-produk kerajinan dari
bahan kulit. Satuan yang digunakan untuk mengetahui pendapatan adalah
dihitung secara bulanan, karena pendapatan yang diperoleh para pengusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kerajinan kulit dari hasil produksinya tidak pasti ada yang borongan dan ada
yang melayani secara eceran, sehingga perlu dibulatkan menjadi bulanan.
Pendapatan rata-rata pengusaha yang diperoleh dari industri kerajinan
kulit adalah seluruh penjualan produk kulit dikurangi biaya produksi. Biaya
produksi sendiri terdiri dari pembelian bahan baku, pembelian bahan
pelengkap, dan upah tenaga kerja.
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha dari
nilai produksi dikurangi dengan biaya produksi. Dasar perhitungang
pendapatan bersih dari usaha kerajinan kulit adalah sebagai berikut :
Pendapatan bersih pengusaha dapat dicari dari : total hasil penjualan produksi
dikurangi total biaya proses produksi (bahan baku, upah tenaga kerja, dan
bahan pelengkap lainnya)
Tabel 32. Pendapatan Bersih Pengusaha Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
Tahun 2011
Pendapatan
(Rp)
Jumlah Unit Usaha
(Orang)
Rp 1.000.000,00 – < Rp 5.000.000,00 16
Rp 5.000.000,00 – < Rp 10.000.000,00 14
Rp 10.000.000,00 – < Rp
15.000.000,00
2
Rp 15.000.000,00 – < Rp
20.000.000,00
2
Jumlah 34
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Menurut penuturan pengusaha kerajinan kulit selama menjalani usaha
ini pendapatannya meningkat karena bila dilihat dari segi keuntungan lumayan
besar. Sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
untuk biaya sekolah dan kuliah serta kebutuhan lainnya. Menurut tabel diatas
bahwa pendapatan bersih pengusaha kerajinan kulit paling banyak diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebesar Rp 1.000.000,00 – <Rp 5.000.000,00 sebanyak 16 orang dari
keseluruhan pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan..
𝐼𝑛𝑡 =𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎
5
= 20.000.000,00 − 1.000.000,00
5
= 3.800.000,00
Rata- rata pendapatan yang dinyatakan dalam rupiah/kapita/bulan
adalah Rp 3.800.000,00 kapita/bulan
Besar kecilnya pendapatan pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan
Magetan dipengaruhi oleh banyaknya relasi dan kualitas produk kulit yang
dihasilkan, karena kualitas produk kulit yang bagus mempengaruhi banyak
sedikitnya pembeli. Dengan besarnya pendapatan per kapita yang cukup
tinggi yaitu Rp 3.800.000.00 maka dapat disimpulkan bahwa pengusaha
kerajinan kulit berhasil memasarkan hasil produksinya ke berbagai kota
sehingga dapat mengembalikan modal dan mendapat keuntungan yang besar.
Tabel 33. Besar Pendapatan Tenaga Kerja Per Bulan di Sentra Industri Kerajinan
Kulit Kecamatan Magetan Tahun 2011
No Besarnya Pendapatan Jumlah Tenaga Kerja
(Jiwa)
1 Rp 200.000,00 - < Rp 300.000,00 11
2 Rp 300.000,00 - < Rp 400.000,00 17
3 Rp 400.000,00 - < Rp 500.000,00 13
4 Rp 500.000,00 - < Rp 600.000,00 9
Jumlah 50
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar tenaga
kerja di sentra kerajinan kulit Kecamatan Magetan berpenghasilan Rp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
300.000,00 - <Rp 400.000,00 sebanyak 17 tenaga kerja. Sedangkan yang
berpenghasilan Rp 500.000,00 - <Rp 600.000,00 hanya 9 tenaga kerja.
Direktorat Pengupahan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk penetapan UMRD
Kabupaten Magetan Tahun 2011 Rp 650.000,00 sesuai ketentuan dalam
UU No.13/2003, penetapan upah minimum diarahkan pada pencapaian
upah layak. Upah pencapaian dilakukan secara bertahap dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. kriteria hidup
layak adalah rumah permanen, tersedianya air bersih, jamban, kebutuhan
sandang, kebutuhan pangan tercukupi, kebutuhan pendidikan dan
kebutuhan rekreasi.
Kebijakan upah minimum adalah salah satu strategi pemerintah
menanggulangi kemiskinan, dengan menghitung kebutuhan dasar, seperti :
pangan, sandang, dan perumahan sekaligus sebagai jarring pengaman
social dengan menghitung kebutuhan pendidikan dasar dan jasa
transportasi. Menurut UU No.13/2003, upah minimum diarahkan pada
pencapaian hidup layak dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah standar kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh seseorang pekerja atau buruh lajang untuk dapat hidup
layak baik secara fisik maupun social, untuk satu bulan.
Dengan demikian seluruh tenaga kerja di sentra kerajinan kulit
Kecamatan Magetan mendapatkan penghasilan di bawah UMRD
Kabupaten Magetan Yaitu Rp 650.000.00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 34. Asal Tenaga Kerja Sentra Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan
Tahun 2011
No Asal Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja
(Orang)
1 Ringinagung 2
2 Candirejo 4
3 Selosari 36
4 Magetan 281
5 Bulukerto 9
6 Mangkujayan 1
7 Tambakrejo 2
8 Tambran 13
9 Kebonagung 11
10 Tawanganom 15
11 Kepolorejo 34
12 Sukowinangun 7
13 Baron 3
14 Purwosari 9
Jumlah 427
Sumber : Data Primer, Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas bahwasanya total tenaga kerja upahan
yang terlibat dalam industri ini adalah 427 orang. Tenaga kerja yang
terserap dalam industri kerajinan kulit tidak hanya berasal dari Kecamatan
Magetan saja tetapi juga berasal dari Kacamatan lain di sekitar Kecamatan
Magetan. Sebagian besar asal tenaga kerjanya berasal dari Kecamatan
Magetan sebanyak 281 orang dari keseluruhan, dan paling sedikit berasal
dari Kecamatan Mangkujayan sebanyak 1 orang dari keseluruhan tenaga
kerja. Sentra kerajinan kulit berada di Kecamatan Magetan namun industri
tersebut mampu menyerap begitu banyak tenaga kerja, hal ini disebabkan
karena sebagian besar proses dan tahap-tahap pembuatan produk kerajinan
kulit masih menggunakan tenaga manusia dan sebagian besar unit usaha
belum bisa mendatangkan mesin-mesin produksi yang lebih canggih.
Sebagian besar pengusaha juga berpendapat bahwa produk yang telah
dibuatnya saat ini atau yang dibuat dengan tangan memiliki kualitas dan
nilai yang lebih baik daripada buatan mesin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari tidak muncul begitu saja,
namun memerlukan waktu dan proses yang cukup lama. Tahun 1995 –
2000 telah ada 15 unit industri di Desa Selosari yang menjadi inti atau
pusat perkembangan sentra tersebut, tahun 2001 – 2005 mengalami
perkembangan dan penambahan unit industri sebanyak 15 unit. Sekarang
sentra di Desa Selosari terus berkembang dan telah ada 34 unit industri
kerajinan kulit.
2. Dilihat dari faktor produksi yang mendukung keberadaan industri
kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011 adalah ketersediaan
bahan baku untuk kelancaran dalam usaha industri kerajinan kulit,
pengambilan bahan baku dekat dengan lokasi industri, tersedianya tenaga
kerja yang cukup, kemudahan dalam transportasi guna pemasaran hasil
produksi ke pihak konsumen dan jangkauan pemasaran sampai ke luar
daerah Kecamatan Magetan. Faktor yang sangat dominan mendukung
keberadaan industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan adalah bahan
baku dan pemasaran. Faktor spasial yang paling mempengaruhi
keberadaan sentra industry kerajinan kulit di Desa Selosari adalah Pola
Keruangan (Spatial Patern) dan struktur keruangan (Spatial Structure).
Dengan memiliki pola mengelompok dan struktur keruangan yang
memanjang searah jalan, maka akan memberi keuntungan dalam
pemasaran dan menarik perhatian masyarakat.
3. Dampak meningkatnya pendapatan sentra industri kerajinan kulit di Desa
Selosari adalah : (a) Pendapatan tenaga kerja per bulan mayoritas Rp
300.000,00 – Rp 400.000,00. (b) tenaga kerja yang diserap sentra industri
kerajinan kulit di Desa Selosari sebanyak 427 tenaga kerja yang mayoritas
berasal dari Kelurahan Magetan sebanyak 281 tenaga kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian industri kerajinan kulit di
Kecamatan Magetan, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan mengetahui proses spasial yang terjadi maka dapat menjadi
pertimbangan untuk penetuan tata ruang pembangunan sentra industri
kerajinan kulit di Desa Selosari.
2. Untuk membantu pemerintah dalam memajukan industri kecil di pedesaan
dan memberikan kebijakan untuk menjadikan Kecamatan Magetan
menjadi Pusat Kerajinan Kulit yang lebih maju daripada sebelumnya.
3. Hasil penelitian dapat digunakan untuk perencanaan perkembangan
industri di daerah penelitian, supaya tingkat pendapatannya meningkat di
masa yang akan dating. Hal ini sangat diperlukan suatu usaha untuk
menumbuh kembangkan secara terus menerus secara berkesinambungan
dalam proses produksi kerajinan kulit.
C. Saran
Sebaiknya sisa-sisa hasil produksi kerajinan kulit tidak di buang di sungai
karena akan mencemari sungai dan menurunkan kualitas air sungai serta
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Selain itu peran aktif pemerintah untuk mendukung kegiatan ekonomi
masyarakat tersebut juga perlu ditingkatkan, misalnya membantu dari proses
pemasaran, memberikan tempat khusus bagi pengusaha untuk memasarkan
produk kerajinan kulit serta memberikan bantuan guna menjamin akan suplai dan
kualitas bahan baku yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Recommended