View
239
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
STRUKTUR HISTOLOGI HATI, GINJAL DAN PANKREAS MENCIT
(Mus musculus) DENGAN PERLAKUAN EKSTRAK BATANG AKAR
KUNING (Fibraurea tinctoria L.) SELAMA ORGANOGENESIS
AYU SETYAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Struktur Histologi Hati,
Ginjal dan PankreasMencit (Mus musculus) dengan Perlakuan Ekstrak Batang
Akar Kuning (Fibraurea tinctoria L.) Selama Organogenesis adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Ayu Setyawati
NIM G352110031
RINGKASAN
AYU SETYAWATI. Struktur Histologi Hati, Ginjal dan Pankreas Mencit (Mus
musculus) dengan Perlakuan Ekstrak Batang Akar Kuning (Fibraurea tinctoria
L.) Selama Organogenesis. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan BAMBANG
KIRANADI.
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki keragaman tanaman yang
tinggi. Sekitar 1.040 spesies tanaman obat telah ditemukan di Indonesia.
Masyarakat Indonesia menggunakan tanaman obat dalam bentuk simplisia, yaitu
herbal kering tanpa pengolahan. Akar tanaman kuning (Fibraurea tinctoria L.,
Menispermaceae) tersebar luas di Kalimantan. Tanaman ini termasukdalam
tanaman obat langka di Indonesia. Tanaman ini telah digunakan untuk mengobati
sakit kepala, diare, diabetes, dan disentri. Di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur,
tanaman akar kuning digunakan untuk mengobati malaria dan sakit pinggang.
Sementara itu, kelompok etnis Kenyah di Malinau, Kalimantan Timur
menggunakan tanaman ini sebagai tonik untuk mengobati malaria, sakit perut, dan
juga untuk meningkatkan stamina. Spesies tanaman ini juga dikenal sebagai
antioksidan dan mengandung metabolit sekunder, yaitu berberin, alkaloid,
terpenoid, palmitin, dan fibleucin. Berberin adalah isoquinon alkaloid yang
memiliki aktivitas biokimia dan farmakologi yang luas, termasuk anti-diare dan
anti-kanker. Berberine juga dapat digunakan untuk mencegah penyakit metabolik,
gangguan jantung, anti-inflamasi, dan anti-proliferasi. Efek racun dari obat
sebagian besar terdeteksi dalam jaringan hati dan ginjal. Hati adalah organ
pertama yang berpotensi menderita keracunan sebelum organ lain. Ginjal
merupakan jalur utama ekskresi dan penyaringan darah. Oleh karena itu, ginjal
dan hati adalah organ yang sebagian besar dipengaruhi oleh senyawa beracun.
Dalam penelitian ini, dipelajari ekstrak batang tanaman akar kuning terhadap
struktur histologi hati, ginjal dan pankreasanak mencit selama organogenesis.
Empat dosis ekstrak, yaitu 0, 750, 1000, 1500, dan 2000 mg/kgbb/hari
diberikan secara oral pada induk mencit pada hari ke 9 kebuntingan sampai induk
melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak batang tanaman akar kuning
tidak mempengaruhi pertumbuhan anak mencit sampai umur 5 minggu. Bobot
lahir anak mencit saat lahir dan bobot badan umur 5 minggu (g) dari kelima
perlakuantidak berbeda pada semua perlakuan (p=0,570). Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan ekstrak batang akar kuning selama masa kebuntingan pada induk
secara oral kemungkinan tidak mempengaruhi plasenta, sehingga asupan nutrisi
dari induk ke anak tidak terganggu. Pemberian ekstrak batang akar kuning dosis
1500 dan 2000 mg/kgbb/haripada hari ke 9 kebuntingan menyebabkan perubahan
struktur histologihati dan ginjal anak mencit. Pada hati terjadi kerusakan hepatosit,
yaitu terjadi nekrosis (pyknosis, karyorrhesis, dan karyolisis) dan degenerasi
lemak. Dosis tersebut juga menyebabkan kerusakan pada strukrur ginjal,
yaitunekrosis (pyknosis, karyorrhesis, dan karyolisis), degenerasi lemak, dan
penebalan pada ruang kapsula Bowman.Kerusakan struktur histologi hati dan
ginjal anak mencit diduga terjadi pada saat embriogenesis. Ekstrak akar kuning
tidak berpengaruh pada struktur pankreas.
Kata kunci: degenerasi sel,Fibraurea tinctoria, nekrosis, hati, ginjal
SUMMARY
AYU SETYAWATI. Histological Structure of Liver, Kidney and Pancreas of
Mice (Mus musculus) Under the Treatment of Akar Kuning Stem Extract
(Fibraurea tinctoriaL.) During Organogenesis. Supervised by TRI ATMOWIDI
and BAMBANG KIRANADI.
Indonesia is a tropical country, which has high diversity of plants. Almost
1,040 species of medicinal plants have been found in Indonesian.Indonesian
people used medicinal plants in the form of simplisia i.e. dried herbal without any
processing. Akar kuning plant (Fibraurea tinctoria L., Menispermaceae) widely
distributedin Borneo. This plant is listed as rare medicinal plants in Indonesia. The
plant has been used to treat headaches, diarrhea, diabetes, and dysentery. In Kutai
Regency, East Kalimantan, people use “akar kuning” root to treat malaria and
lumbago. Meanwhile, Kenyah ethnic group in Malinau, East Kalimantan used
“akar kuning” plant as a tonic to treat malaria, stomachache, also to increase the
stamina. The plant species is also known as antioxidant and contain secondary
metabolites, i.e berberine, alkaloids, terpenoids, palmitin, and fibleucin. Berberine
is an isoquinon alkaloid and this compound have quite extensive biochemical and
pharmacological activities, including anti-diarrhea and anti-cancer. Berberine can
also be used to prevent metabolic disease, cardiac disorders, anti-inflammatory,
and anti-proliferation properties. The toxic effects of drugs are mostly detected in
the liver and kidney tissue. Liver is the first organ that potentially suffer poisoned
before the others due to the accumulation of drugs. Kidney is the main route of
toxic excretion and blood filtration. Therefore, kidney and liver are theorgan that
mostly affected by toxic compounds. In this research, we determined the effect of
“akar kuning” extract to histological structure of liver and kidney of mice during
organogenesis.
Four dosage at0, 750, 1000, 1500, and 2000 mg/kgbw/day were given orally
in the parent mice on day 9th
of pregnancy until birth. The results showed stem
extract of akar kuning did not affect the growth of juvenile up to 5-weeks of mice
age. Body weight juvenile birth and 5 weeks of mice in five treatments were not
different (p=0,570). This suggests that stem extrac of akar kuning treatment
during pregnancy does not affect of the placenta and intake of nutrients from
mother to child is not disturbed. The extract stem of “akar kuning”in dose 1500
and 2000 mg kg/day caused structural changes in liver structure and kidneys of
mice. Damage of liver was showed by necrosis (pyknosis, karyorrhesis, and
karyolisis), and fatty degeneration. Damage kidneys was showed by necrosis
(pyknosis, karyorrhesis, and karyolisis), fatty degeneration, and thickening
Bowman capsule. Damage ofliver and kidney probably occurred during
embryogenesis. Extract of “akar kuning”did not effect to the pancreas structure.
Keywords: cell degeneration, Fibraurea tinctoria, necrosis, liver, kidney
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
1
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biosains Hewan
STRUKTUR HISTOLOGI HATI, GINJAL DAN PANKREAS MENCIT
(Mus musculus) DENGAN PERLAKUAN EKSTRAK BATANG AKAR
KUNING (Fibraurea tinctoria L.) SELAMA ORGANOGENESIS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
AYU SETYAWATI
1
Judul Tesis : Struktur Histologi Hati, Ginjal dan Pankreas Mencit (Mus
musculus) dengan Perlakuan Ekstrak Batang Akar Kuning
(Fibraurea tinctoria L.) Selama Organogenesis
Nama : Ayu Setyawati
NIM : G352110031
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Tri Atmowidi, MSi
Ketua
Dr Bambang Kiranadi, MSc
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Biosains Hewan
Dr RR Dyah Perwitasari, MSc
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 28 Oktober 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Struktur Histologi Hati, Ginjaldan Pankreas
Mencit (Mus musculus) dengan Perlakuan Ekstrak Batang Akar Kuning
(Fibraurea tinctoria L.) Selama Organogenesis. Penelitian ini berlangsung dari
bulan Oktober 2012 hingga Juli 2013.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Tri Atmowidi, MSi
dan Bapak Dr.Bambang Kiranadi, M.Scselaku pembimbing yang telah banyak
memberikan nasihat, saran serta bimbingan. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Drh. I Ketut Mudite Adnyane, M.Si, Ph.D, PAVet,
selaku penguji luar komisi pada ujian Tesis atas saran dan masukan untuk Tesis
ini.
Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada bapak dan ibu pengajar
Biosains Hewan (BSH) atas semua ilmu, pengalaman, bimbingan, dan nasihat
selama ini. Ucapan terimakasih untuk teman-teman Biosains Hewan angkatan
2011 atas kebersamaan, keceriaan, kekompakan dan semangat yang telah
diberikan. Serta untuk seluruh teman-teman di Zoo Corner atas dukungan dan
persahabatan selama ini. Tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada suami tercinta Suwanda dan putra pertama Alvano Arifqi serta kedua
orangtua dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, semangat, dan
dukungannya selama ini.
Semoga karyailmiah ini dapat bermanfaatbagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Januari 2015
Ayu Setyawati
1
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2 Tanaman Akar Kuning (Fibraurea tinctoria L.) 2
Struktur Hati, Ginjal, Pankreas dan Toksisitas 2
METODE 4 Lokasi dan Waktu Penelitian 4
Determinasi Tanaman 4
Pembuatan Ekstrak 4 Pemeliharaan dan Pengamatan Perkawinan Hewan Uji 5
Pemberian Ekstrak pada Mencit 5
Pengukuran Bobot Anak Mencit 5
Pembuatan Preparat Histologi 6
Pengamatan Histologi 6
Analisis Data 6
HASIL 6 Bobot Tubuh Anak Mencit Saat Lahir dan Setelah Lima Minggu 6
Struktur Histologi Hati, Ginjal dan Pankreas Anak Mencit 7
PEMBAHASAN 11
SIMPULAN 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 16
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata bobot lahir dan bobot badan anak mencit usia 5 minggu (g)
dari induk pada masing-masing perlakuan 7
DAFTAR GAMBAR
1 Tanaman akar kuning (a); batang tanaman akar kuning (b) 5
2 Rata-rata pertumbuhan bobot anak mencit setiap minggu pada dosis
perlakuan yang berbeda 7
3 Struktur histologi hati mencit 8
4 Struktur histologi ginjalmencit 9
5 Struktur histologi pankreas mencit 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan data bobot lahir anak mencit 16
2 Perhitungan data bobot anak mencit umur 5 minggu 17
3 Skema prosedur penggunaan hewan uji 18
4 Proses pembuatan ekstrak akar kuning 19
5 Proses preparasi jaringan hewan 20
6 Proses pewarnaan Hematoxilin-Eosin (HE) 21
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya hasil hutan sebagai bahan
obat dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia (Depkes RI 1983). Kondisi alam Indonesia sangat mendukung untuk
tumbuhnya keanekareagaman jenis tanaman obat. Hyne (1987) melaporkan
jumlah tumbuhan di Indonesia yang pernah digunakan sebagai obat-obatan oleh
masyarakat mencapai 1.040 spesies yang sebagian besar diantaranya terdapat di
hutan hujan tropis. Umumnya, obat tradisional digunakan untuk pencegahan,
pengobatan, dan menambah daya tahan. Penggunaan obat tradisional sekarang ini
umumnya dalam bentuk kapsul, serbuk, tablet maupun dalam bentuk cairan.
Tanaman merupakan sumber utama dalam pencarian obat baru. Oleh sebab itu,
pemanfaatan tanaman obat masih menjadi prioritas untuk diteliti mengingat bahan
obat-obatan dari tanaman mempunyai keuntungan tersendiri.
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan obat adalah akar kuning
(Fibraurea tinctoria L.). Tanaman akar kuning mudah ditemukan di hutan-hutan
Indonesia. Tumbuhan akar kuning tersebar di kawasan Malesiana, Borneo, Sabah,
dan Serawak, Sumatra, Jawa, Thailand, dan Fhiliphina,yang tumbuh di hutan
primer, hutan bambu, dan hutan sekunder (pada ketinggian 900-1200 m dpl)(Van
Steenis & De Wilde 1986).Tanaman ini termasuk dalam daftar nama tumbuhan
obatlangka di Indonesia (Rahayu 2005).Tanaman ini mempunyai banyak manfaat,
yaitu sebagai obat sakit kepala, diare,diabetes, dan disentri (Van Steenis & De
Wilde 1986). Di Kabupaten Kutai Kalimantan Timur, masyarakat memanfaatkan
akar tumbuhan ini untuk obat malaria dan sakit pinggang (Sangat et al.2000).Suku
Kenyah di Malinau, Kalimantan Timur menggunakan tanaman ini untuk menjaga
stamina, mengobati malaria dan mengatasi penyakit maag serta penyakit kulit
(Hajar 2009). Sementara itu, Suku Punan di Malinau menggunakan tanaman ini
sebagai racun (Rahayu 2005). Tanaman ini juga mempunyai aktivitas antioksidan
(Keawpradub et al. 2005) dan antiplasmodial (Pouplinet al. 2007).
Disamping berkhasiat, obat juga mempunyai efek toksik dalam jaringan,
terutama di hati dan ginjal. Hati merupakan organ yang berpotensi menderita
keracunan lebih dahulu sebelum organ lain (Robbin & Kumar 1995). Ginjal
merupakan organ utama dalamekskresi toksik. Ginjal berperan dalam penyaringan
darah, mengkonsentrasi toksik pada filtrat, dan membawa toksik melalui sel
tubulus. Oleh sebab itu, ginjal merupakan organ sangat terpengaruh oleh senyawa
toksik (Lu 1995).Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang manfaat akar
kuning (Fibraurea tinctoria L.) dan keamanannya untuk organ hati dan ginjal.
Dalam penelitian ini diamati struktur hati dan ginjal pada mencit selama
organogenesis yang diberi ekstrak batang akar kuning. Selain itu, dalam penelitian
ini juga diamati struktur histologi pankreas.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur histologi hati, ginjal dan
pankreas mencit (Mus musculus) selama organogenesis yang diperlakukan dengan
ekstrak batang akar kuning(Fibraurea tinctoria L.).
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
penggunaanbatang akar kuning(Fibraurea tinctoria L.) dan keamanannya bagi
kesehatan, terutama pengaruhnya terhadap organ hati, ginjal dan pankreas selama
organogenesis.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Akar Kuning (Fibraurea tinctoria L.)
Tanaman akar kuningmerupakan tumbuhan liana berkayu dengan panjang
dapat mencapai 40 meter, diameter batang hingga 5 cm, memiliki getah putih,
ujung batang memiliki tendril (menjulur),tangkai daun panjang 4-13 cm. Pada saat
kondisi kering, tangkaidaun akan menghitam dan bagian pangkalnya
membengkak, daun berbentuk elips oval, hingga oblong–elips, pangkal terkadang
subpeltatus namun biasanya membulat, ujung daun meruncing, ukuran daun 11-21
x 5-14 cm, permukaan atasnya berwarna abu-abu dan licin, pertulangan daun tidak
jelas, daun tipis menjangat (coreaceus)(Van Steenis & De Wilde, 1986).
Genus yang termasuk akar kuning, selainFibraurea,yaitu Arcangelesia,
Anamirta dan Coscinium. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai obat disentri,
diabetes, dan sakit kepala. Selain itu, tanaman ini juga digunakan sebagai pewarna.
Bagian yg digunakan adalah batang (Van Steenis & De Wilde 1986).
Tanaman akar kuning dilaporkan mengandung senyawa metabolit sekunder, yaitu
berberine, alkaloid, terpenoid, palmitin, dan fibleucin (Van Steenis & De Wilde
1986). Shamma (1972) melaporkan Menispermaceae dikenal sebagai sumber
penting dari isukuinon alkaloid, yang merupakan salah satu produk alami yang
menunjukkan aktivitas farmakologi yang menarik. Beberine merupakan senyawa
isokuinon alkaloid yang banyak terkandung pada tanaman akar kuning. Senyawa
ini memiliki aktivitas biokimia dan farmakologi yang cukup luas, termasuk
antidiare dan antikanker (Tushar et al. 2008). Arrigo & Sibel (2009) melaporkan
berberin dapat digunakan untuk mencegah penyakitmetabolik, yang berhubungan
dengan gangguankardiadan memiliki sifatantiinflamasidanantiproliferasi.
Struktur Histologi Hati, Ginjal, Pankreas dan Toksisitas
Hati berperan dalam mendetoktifikasi produk buangan metabolisme, tempat
dirusaknya sel darah merah tua, sintesis dan sekresi lipoprotein plasma, sintesis
3
glikogen, glukoneogenesis, menyimpan glikogen, beberapa vitamin dan lipid
(Burkittet al. 1995). Lobulus hati berbentuk prisma bersudut enam dan
panjangnya sekitar 2 mm dan diameter sekitar 1 mm. Lobulus dibatasi oleh
jaringan ikat interlobular dan pada potongan melintang tampak secara kasar
bersudut enam (heksagonal) tetapi dengan ukuran bervariasi (Geneser 1994).
Potongan melintang lobulus hati tampak lempengan sel-sel parenkim hati
(hepatosit). Hepatosit berbentuk polyhedral,inti besar dan bundar, dan membran
inti rata, umumnya berjumlah satu, sekitar 25% berinti dua. Pada umumnya lama
hidup hepatosit normalnya 30% dari umur hewan tersebut (Kelly 1993). Harada et
al. (1999) membagi kelainan hati berdasarkan kelainan kongenital, lesio
degeneratif, inflamasi dan ganguan sirkulasi, hiperplasia dan neoplasia, kelainan
non-neoplasma dan penyakit akibat keracunan.
Selain hati, ginjal juga merupakan gudang penyimpanan racun. Ginjal
berfungsi mengatur volume dan komposisi cairan tubuh (Henrikson 1998),
menyingkirkan buangan metabolisme normal, dan mengekresikan xenobiotik dan
metabolitnya. Urin merupakan jalur utama eksresi sebagian besar toksikan. Lu
(1995), melaporkan ginjal adalah sasaran utama dari efek toksik. Fungsi lain dari
ginjal yaitu mengatur volume air dalam tubuh, mengatur keseimbangan osmotik
dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam plasma, mengatur
keseimbangan asam dan basa cairan tubuh (Syaifuddin 2006).
Pankreas termasuk kelenjar eksokrin dan endokrin. Berbeda dengan hati,
fungsi kelenjar eksokrin dan endokrinpankreas berada dalam sel yang sama.
Kelenjar eksokrin mensintesis dan sekresienzim ke duodenum yang penting untuk
pencernaan di usus. Kelenjar endokrin mensintesis dan sekresi hormon insulin dan
glukagon ke dalam darah. Hormon ini mengatur glukosa, lipid, dan metabolisme
protein dalam tubuh. Kelenjar eksokrinditemukan di seluruh pankreas. Massa sel
yang berbeda yang disebut pulau Langerhans tersebar dan merupakan kelenjar
endokrin (Ross & Pawlina 2011).
Toksisitas merupakan kemampuan suatu racun atau molekul untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh. Efek toksik terjadi
karena interaksi yang bolak-balik (reversible) antara zat asing dengan substrat
biologi. Efek tersebut umumnya hilang bila zat tersebut dieliminasi dari plasma
(Ariens 1994). Toksisitas senyawa pada jaringandapatmenyebabkan degenerasi
sel,disertai dengan pembentukan vakuola, penimbunan lemak, dan nekrosis. Kerja
senyawa toksik tidak mengubah fungsi sel, tetapi merusak struktur sel. Efek
toksik sering terlihat dalam organ hati dan ginjal, segera setelah senyawa toksik
mencapai konsentrasi yang tinggi (Ariens 1994).
Degenerasi sel dibedakan atas pembengkakan sel, degenerasi perlemakan
dan degenerasi hyalin. Pembengkakan sel (degenerasi hydropic)ditandai dengan
membengkaknya sel epitel, sehingga lumen menyempit dan batas sel menjadi
tidak jelas, sitoplasma tampak buram, dan tampak granular.Sel membengkak
karena adanya retensi air dan ion natrium (Sudionoet al. 2001).Degenerasilemak
merupakan proses perubahan perlemakan yang terjadi didalam sitoplasma sel.
Keadaan ini dapat mengakibatkan atau merangsang terjadinya nekrosis, fibrosis,
dan pembentukan parut (Tambayong 2000).Lemak terdapat di dalam tubuh
terutama dalam bentuk lemak netral di dalam jaringan adipose. Lipoprotein ini
berisi protein, phospolipid, kolesterol dan ester-esternya serta trigliserida.
4
Degenerasi perlemakan bersifat reversible, kadang-kadang ditemukan dalam sel
yang berdekatan dengan sel yang mengalami nekrosis (Robbins& Cotran 2003).
Nekrosis merupakan kelompok sel yang cidera dan bersifat ireversible. Sel
yang nekrosis tidak teratur susunannya dan terjadi perubahan inti (Damjanov
2000). Perubahan-perubahan inti dapat berupapyknosis,yang ditandai
mengkerutnya inti sel, batas-batasnya tidak teratur, struktur retikuler menjadi
gelap. Hal ini diduga akibat butir-butir kromatin yang mengelompok dan terpulas
sangat kuat dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.Karyorrhesis merupakan
perubahan inti yang ditandai dengan fragmen-fragmen inti terpulas kuat dengan
pewarnaan. Hal ini terjadi akibat membran nukleus mengalami fragmentasi
sehingga inti terdispersi dalam sitoplasma.Karyolisis ditandai dengan nukleus
secara sempurna menghilang bersama-sama kromatinnya. Sel-sel yang mengalami
nekrosis akan terpulas dengan pewarna Eosin, sedangkan sel-sel mengalami
autolisis tampak transparan (Price & Wilson 2005).
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2012 sampai Agustus 2013.
Ekstraksi batang akar kuning dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Kayu,
Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman. Pembuatan preparat dilakukan di
Laboratorium HistopatologiFakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Perlakuan terhadap hewan coba dan pengamatan struktur histologi dilakukan di
Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Determinasi Tanaman
Tanaman akar kuning (Gambar 1a) yang diperoleh diambil dari hutan
sekunder muda di sekitar Samarinda, Kalimantan Timur. Usia tanaman berumur
sekitar 3-4 tahun. Penentuan dan identifikasi tanaman berdasarkan Van Steenis &
De Wilde (1986). Spesimen disimpan di Laboratorium Anatomi, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Samarinda,
Kalimantan Timur.
Pembuatan Ekstrak
Batang tanaman akar kuning (Gambar 1b) dipotong-potongdalam ukuran1
cm dan dikeringanginkan selama sekitar 1 minggu dalam suhu ruang. Setelah itu,
potongan batang (simplisia) ditimbang bobot keringsebanyak 1000 g.
Simplisiadimaserasi dengan etanol 95% sebanyak 8 L selama 3 hari dan setiap
hari diletakkan diatas shakerselama 10 menit.Proses maserasi diulang hingga hasil
ekstraksi berwarna bening dengan menggunakan pelarut yang baru, kemudian di
5
pekatkan dengan rotary evaporatorpada suhu 40 °C untuk didapatkan ekstrak
pekat. Ekstrak kemudian dimasukan ke dalam desikator selama satu
minggu.Ekstrak kemudian ditimbang dan didapat sebanyak 40,8 g,kemudian
dimasukkan ke dalam refigerator pada suhu 4 °C sebelum dilakukan untuk
penelitian lebih lanjut (Lampiran 4).
Pemeliharaan dan Pengamatan Perkawinan Hewan Uji
Aklimatisasi hewan dilakukan di kandang percobaan selama 1 minggu.
Mencit jantan dan betina (1:1) dimasukkan dalam satu kandang sampai mencit
betina mengalami kebuntingan (Smith & Mangkoewidjojo 1988). Kebuntingan
pada mencit betina ditandai adanya sumbat vagina dan hari tersebut dinyatakan
sebagai hari pertama kebuntingan (Arifin 2007). Setelah terjadi kebuntingan,
mencit betina ditempatkan pada kandang terpisah (Lampiran 3).
Pemberian Ekstrak pada Mencit
Ekstrak akar kuning ditimbang disesuaikan dengan berat badan induk
mencit, kemudian ditambahkan 1 ml aquades sesuai dengan dosis perlakuan.
Jarum sonde digunakan untuk memasukkan ekstrak ke dalam lambung induk
mencit. Dosis yang diberikan yaitu 0mg/kgbb/hari (kontrol), 750mg/kgbb/hari,
1000 mg/kgbb/hari, 1500 mg/kgbb/hari, dan 2000 mg/kgbb/hari (Angelina et al.
2008). Pemberian ekstrak batang akar kuning dilakukan secara oral sebanyak 1 ml
yang diberi pada perlakuan pada hari ke 9 masa kebuntingan sampai kelahiran
(Hogan 1994).
Pengukuran Bobot Anak Mencit
Bobot anak mencit baru lahir dan anak mencit umur 5 minggu dari setiap
induk yang diberikan ekstrak akar kuning diukur. Pengukuran juga dilakukan pada
bobot anak mencit setiap minggunya.
Gambar 1 Tanaman akar kuning (a); batang tanaman akar kuning (b)
6
Pembuatan Preparat Histologi
Anak mencit umur 5 minggu sebelum disectio dilakukan dislokasi leher.
Organ hati, ginjal, dan pankreas diambil dan dibuat preparat dengan metode
parafin. Organ tersebut dicuci dengan NaCl 0,9%, diikuti dengan fiksasi
menggunakan formalin 10% selama 3-7 hari. Pencucian (washing) dengan alkohol
70% dengan dehidrasi bertingkat dalam alkohol 70%, 80%, 95%, 100% masing-
masing 15 menit. Penjernihan (clearing) dengan xylol selama 30 menit. Infiltrasi
parafin di dalam oven dengan suhu 58-59 oC dalam xylol : parafin (1:1) dan
parafin murni 3 kali masing-masing selama 30 menit. Setelah penanaman
(embedding) dilanjutkan dengan penyayatan (sectio) parafin blok dan dipotong
dengan rotary microtome dan dilanjutkan penempelan (affixing). Pewarnaan
(staining) menggunakan Hematoxylin-Eosin (HE) (Kiernan, 1990) (Lampiran 5 &
6).
Pengamatan Histologi
Struktur histologi hati diamati yang meliputi struktur hepatosit, vena
sentralis, sinusoid, dan sel Kuppfer. Struktur histologi ginjal diamati meliputi
kapsula Bowman, tubulus proksimal, dan glomerolus. Pengamatan histologi juga
dilakukan pada pankreas. Pengamatan histologi organ dilakukan dengan
mikroskop binokuler dengan bantuan kamera optilab.
Analisis Data
Bobot tubuh anak mencit pada saat lahir dan pada umur 5 minggu dari
masing-masing induk yang diberi perlakuan ekstrak batang akar kuning diuji
denganANOVA (Analysis of Varian) lalu dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
Range Test dengan tingkat kepercayaan 95%. Struktur histologi hati, ginjal dan
pankreas anak mencit dideskripsikan dan dibandingkan antar perlakuan.
HASIL
Bobot Tubuh Anak Mencit Saat Lahir dan Setelah Lima Minggu
Rata-rata bobottubuh anak mencit saat lahir berbeda secara signifikan
(p=0,00) pada dosis perlakuan 0. 750, 1000, 1500 dan 2000 mg/kgbb/hari. Pada
umur lima minggu, bobot anak mencit pada semua perlakuan tidak berbeda secara
signifikan (p=0,570) (Tabel 1) (Lampiran 1& 2).
7
Tabel 1. Rata-rata bobottubuh anak mencit saat lahir dan umurlima minggu (g)
dari induk pada masing-masing perlakuan ekstrak batang akar kuning
Dosis Perlakuan
(mg/kgbb/hari)
Jumlah individu
(n)
Berat badan (g)
Saat lahir 5 minggu
0 22 1.53±0.13b
23.03±1.53a
750 21 1.59±0.09c
22.81±1.30a
1000 18 1.62±0.11c
23.61±1.80a
1500 20 1.44±0.12a
22.87±1.51a
2000 21 1.40±0.12a
22.57±2.24a
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf supercript yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji ANOVA (Duncan Multiple Range Test)dengan
tingkat kepercayaan 95%
Pertumbuhan tubuh anak mencit setiap minggu pada semua perlakuan
menunjukkan peningkatan yang sama (Gambar 2).
Gambar 2 Rata-rata pertumbuhan bobot anak mencit setiap minggu pada dosis
perlakuan yang berbeda
Struktur Histologi Hati, Ginjal dan Pankreas Anak Mencit
Perlakuan dengan pemberian ekstrak akar kuning memberikan dampak
berbeda dari setiap perlakuan (Gambar 3). Pada dosis 0 mg/kgbb/hari (kontrol),
750 dan 1000 mg/kgbb/hari, sel-sel hati tampak normal, tersusun radier
mengelilingi vena sentralis, yang berhubungan dengan ruang perisinusoid, inti
ditengah sel,hepatosit bentuk bulat dan oval (Gambar 3a, 3b dan 3c).
0
5
10
15
20
25
M-0 M-1 M-2 M-3 M-4 M-5
Ber
at
Ba
da
n (
g)
Minggu
Kontrol
Dosis1
Dosis2
Dosis3
Dosis4
8
Pada pemberian dosis1500 mg/kgbb/hari, selmengalami nekrosis, terjadi
degenerasi lemak yang ditandai dengan adanya vakuola, batas antar sel tidak
jelas,inti mengalamipyknosis dan karyorhesis(Gambar 3d).Dosis 2000
mg/kgbb/hari menyebabkan hepatosit mengalami nekrosis, degenerasi lemak,
batas-batas antar sel tidak jelas, inti mengalami pyknosis, karyorhesis, dan
karyolisis (Gambar 3e).
Gambar 3Struktur histologi hatimencit dengan perlakuan ekstrak dari akar kuning:
0 mg/kgbb/hari (kontrol) (a), 750 mg/kgbb/ hari (b), 1000
mg/kgbb/hari (c), 1500 mg/kgbb/hari (d), dan 2000 mg/kgbb/hari (e).
Vena centralis (1), hepatosit (2); sinusoid (3); sel Kuppfer (4),
degenerasi lemak (5), karyorrhexis (6). Pewarnaan HE dan perbesaran
lensa mikroskop 40x (bar = 2,5 µm)
3
4
3
2
6 4
2
8
9
9
Pemberian ekstrak akar kuning memberikan dampak berbeda pada struktur
ginjal (Gambar 4). Pemberian dosis0 mg/kgbb/hari (kontrol), 750 dan 1000
mg/kgbb/hari, struktur ginjal masih dalam keadaan normal. Kapsula Bowman
dilapisi sel mesothelium pada bagian dalam (epitelium pars visceralis) dan pada
bagian luar dilapisi epitelium pars parietalis, epithelium kuboid tubulus proksimal
terlihat jelas dengan inti berbentuk bulat menempel pada membran basalis,dan
lumen tubulus terlihat bulat (Gambar 4a, 4b dan 4c).
Gambar 4Struktur histologiginjal mencit dengan perlakuan ekstrak dari akar
kuning: 0 mg/kgbb/hari (kontrol) (a), 750 mg/kgbb/ hari (b), 1000
mg/kgbb/hari (c), 1500 mg/kgbb/hari (d), dan 2000 mg/kgbb/hari (e).
Kapsula Bowman (1), glomerolus (2), tubulus distal (3), tubulus
proksimal (4), karyorrhexis (5). Pewarnaan HE dan perbesaran lensa
mikroskop 40x (bar = 2,5 µm)
e 3
10
Pemberian dosis 1500 mg/kg bb/hari menyebabkan inti mengalami pyknosis dan
karyorhesis,dan penebalan pada ruang kapsula Bowman(Gambar 4d).Dosis 2000
mg/kgbb/hari menyebabkan inti mengalami pyknosis dan karyorhesis, dan terjadi
penebalan pada ruang kapsula Bowman(Gambar 4e).
Pada dosis 0 (kontrol), 750, 1000, 1500 dan 2000 mg/kgbb/hari ekstrak akar
kuning tidak memberikan dampak kerusakan secara histologi pada sel-sel
pankreas (Gambar 5).
Gambar 5 Struktur histologipankreas mencit dengan perlakuan ekstrak dari akar
kuning: 0 mg/kgbb/hari (kontrol) (a), 750 mg/kgbb/ hari (b), 1000
mg/kgbb/hari (c), 1500 mg/kgbb/hari (d), dan 2000 mg/kgbb/hari (e).
Pulau Langerhans (1); sel acini (2), pembuluh darah (3). Pewarnaan
HE dan perbesaran lensa mikroskop 10x (bar = 50 µm)
11
PEMBAHASAN
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran dan bobot tubuh yang dapat
digunakan dalam menentukan tingkat kesehatan anak. Bobot tubuh anak
mencitumur lima minggu dari kelima perlakuanekstrak batang tanaman tidak
berbeda nyata (p=0,570)(Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
akar kuning selama masa kebuntingan pada induk secara oral kemungkinan tidak
mempengaruhi plasenta, sehingga asupan nutrisi dari induk ke anak tidak
terganggu. Plasenta berfungsi sebagai pertukaran oksigen, karbondioksida dan
zatmakanan dari embrio ke induk (Dockery et al. 2000). Pertumbuhan tubuh anak
mencit dari minggu pertama hingga ke lima dari semua perlakuan menunjukkan
peningkatan yang sama (Gambar 2). Hal ini disebabkan karena sampai umur tiga
minggu, anak mencit masih sangat bergantung pada air susu induknya. Pemberian
ekstrak akar kuning selama kebuntingan tidak mempengaruhi laktasi pada induk.
Toksisitas senyawa pada jaringan dapat berupa degenerasi sel,disertai
dengan pembentukan vakuola, penimbunan lemak, dan nekrosis. Kerja toksik
tidak mengubah fungsi seltetapi merusak struktur sel. Efek toksik dapat diamati
pada hati dan ginjal, setelah senyawa tersebut mencapai konsentrasi tinggi (Ariens
1994).
Hati merupakan organ yang penting untuk mendetoksifikasi zat kimia yang
merugikan tubuh, sebagai regulasi metabolik dan hematologi, dan produksi
empedu (Martini 1992). Hatimempunyai fungsi yang sangat kompleks, meliputi
fungsi eksokrin, fungsi metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, fungsi
endokrin, fungsi detoksikasi substansi toksik dan hidrogen peroksida, esterifikasi
asam lemak jenuh menjadi trigliserida, penyimpanan glikogen, lemak, besi dan
vitamin, hematopoiesis selama embrio hingga dewasa dan fagositosis benda asing
(Harada et al. 1999).
Pada potongan melintang lobulus hati tampak lempenganhepatositberbentuk
polyhedral, dankapiler terdapatsinusoid. Pada sinusoid terdapat sel Kuppfer yang
berfungsi menghancurkan leukosit dansel darah merah yang rusak, bakteri dan
benda asing lain dalam pembuluhdarah vena dari traktus gastrointestinalis. Hati
mendapatkan suplai darah dari arteri hepatika yang berisi darah kaya oksigen dan
dari vena porta berisi darah deoksigenasi yang berisi nutrisi, obat-obatan, mikroba
dan terkadang bahan toksik yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinalis. Cabang
dari arteri hepatika maupun vena porta membawa darah ke sinusoid yang kaya
oksigen, nutrisi dan beberapa substansi toksik yang diterima oleh hepatosit.
Produk yang dihasilkan oleh hepatosit dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel lain
disekresikan kembali ke darah yang kemudian dialirkan ke vena sentralis dan
melewati vena hepatika (Tortora 2005).
Karakteristik hepatosit yang mengalami vakuolisasi adalah ukuran sel
membesar, nukleus umumnya satu ditengah, tampak lebar dan berwarna putih
(Fajariah et al. 2010).Nekrosis merupakan kelompok sel yang cidera bersifat
ireversible. Sel yang nekrosis tidak teratur susunannya dan terjadi perubahan inti
(Damjanov 2000). Hepatosityang mengalami pyknosis ditandai mengkerutnya inti
sel, batas sel tidak teratur, dan struktur retikuler menjadi gelap. Karyorrhesis
merupakan perubahan inti yang ditandai dengan fragmen-fragmen inti terpulas
kuat.Karyorrhesis terjadi akibat membran nukleus mengalami fragmentasi,
12
sehingga inti terdispersi ke sitoplasma. Karyolisismerupakan perubahan yang
ditandai dengan menghilangnya nukleus bersama dengan kromatinnya.
Hepatosityang mengalami nekrosis masih terwarnai dengan Eosin, sedangkan sel-
sel mengalami autolisis tampak transparan (Price & Wilson 2005).
Kerusakan hati karena zat toksik disebabkan oleh jenis zat kimia, dosis, dan
lama pemaparan. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang tinggi. Kerusakan
jaringan akibat zat-zat toksik memacu pembelahan sel untuk perbaikan jaringan
(Junqeira et al. 2007). Penelitian ini menunjukkan bahwa dosis 750 dan 1000
mg/kgbb/hari tidak menunjukkan kerusakan sel atau tidak terjadi nekrosis, sel
masih dalam keadaan normal. Dosis 1500 dan 2000 mg/kgbb/hariekstrak batang
akar kuning dapat merusak hepatosit anak mencit selama organogenesis.Senyawa
yang bersifat toksik pada hati ditandai dengan adanya nekrosis (pyknosis,
karyorrhesis, dan karyolisis)dandegenerasi lemak. Hal ini diduga terdapat
senyawa dari ekstrak batang akar kuning yang bersifat hepatotoksik.Penyebab
kerusakan hepatosit kemungkinan karena metabolisme atau hambatan
organogenesis (Gambar 3).
Ginjal merupakan organ yang tersusun dari beberapa juta nefron yang
melakukan ultrafiltrasi, reabsorbsi, dan ekskresi. Kerja ginjal dimulai saat dinding
kapiler glomerulus melakukan ultrafiltrasi untuk memisahkan plasma darah dari
sebagian besar air, ion-ion dan molekul-molekul dengan berat molekul rendah.
Ultrafiltrat dialirkan ke tubulus proksimal untuk direabsorbsi melalui brush
border dengan mengambil bahan-bahan yang diperlukan tubuh. Sisa bahan-bahan
buangan yang tidak diperlukan disalurkan ke saluran penampung dan
diekskresikan sebagai urin. Tubulus proksimal dengan inti yang sangat jelas
berbentuk bulat dan lumen tubulus berbentuk bulat (Soeksmanto, 2006).
Dari hasil pengamatan menunjukkanpada dosis 750 dan 1000 mg/kgbb/hari
sel-sel ginjal masih dalam keadaan normal, tidak terjadi nekrosis, sedangkan pada
dosis 1500 dan 2000 mg/kgbb/hari ekstrak batang akar kuning merusak sel-sel
pada ginjal, yang ditandai dengan adanya nekrosis (pyknosis, karyorrhesis, dan
karyolisis), dan degenerasi lemak. Hal ini diduga adanya senyawa dari ekstrak
batang akar kuningyang bersifat nefrotoksik.
Dosis 1500 dan 2000 mg/kgbb/hari menyebabkan penebalan pada ruang
kapsula Bowman dan glomerolus diduga mengalami edema. Edema glomerolus
kemungkinan disebabkan adanya kerusakan filter glomerolus akibat senyawa-
senyawa yang bersifat toksik(Spector & Spector 1993). Edema glomerolus
ditandai oleh adanya penimbunan protein pada mesangium sehinggga terjadi
perluasan ruang Bowman (Holk & Elstner 2005).Kerusakan sel hati dan ginjal
kemungkinan terjadi pada saat embriogenesis dan baru terlihat setelah dewasa
(Gambar 4).
Pada pankreas, ekstrak batang akar kuning tidak menunjukkan adanya
kerusakan sel atau nekrosis. Sel-sel pankreas masih menunjukkan dalam keadaan
normal. Tampak jelas terlihat Pulau Langerhans, sel-sel acini dan pembuluh darah.
Hal ini menunjukkan bahwa akar kuning terakumulasi dan didetosifikasi di hati
dan ginjal (Gambar 5).
Tanaman akar kuning mempunyai kandungan alkaloid, yaitu berberin pada
bagian batang, akar dan daun (Wahyuningsih et al. 2008). Tanaman akar kuning
Arcangelisia flavadapat berfungsi sebagai hepatoprotektor.Pemberian ekstrak
metanol Coscinium fenestratum mempunyai efek anti-hepatotoksik pada tikus
13
yang di induksi dengan karbon tetraklorida. Berdasarkan penelitian ini Fibraurea
tinctoria juga berfungsi sebagai hepatoprotektor.Tiga spesies yaitu Arcangelisia
flava, Coscinium fenestratum dan Fibraurea tinctoria (Menispermaceae) dan
ketiganya oleh masyarakat lokal dikenal sebagai tanaman akar kuning(Fikriah
2012).Alkaloid dapat beracun bagi manusia dan mempunyai aktivitas fisiologis
yang dapat digunakan dalam pengobatan (Harbone 1987). Senyawa alkaloid
menyebabkan kalsium dalam membran sel kehilangan kemampuannya untuk
mengangkut bahan-bahan terlarut dalam sitoplasma.
SIMPULAN
Pemberian ekstrak batang akar kuning dosis 1500 dan 2000 mg/kgbb/hari
pada hari ke 9 kebuntingan menyebabkan perubahan struktur histologi hati dan
ginjal anak mencit. Kerusakan hepatosit berupa nekrosis (pyknosis, karyorrhesis,
dan karyolisis) dan degenerasi lemak. Pemberian dosis 1500 dan 2000
mg/kgbb/hari menyebabkan ginjal terjadi nekrosis (pyknosis, karyorrhesis, dan
karyolisis), degenerasi lemak, dan penebalan pada ruang kapsula Bowman.
Kerusakan struktur histologi hati dan ginjal mencit diduga terjadi pada saat
embriogenesis. Ekstrak akar kuning tidak mempengaruhi bobot lahir dan bobot
badan setelah 5 minggu anak mencit. Ekstrak batang akar kuning tidak
berpengaruh terhadap struktur pankreas.
DAFTAR PUSTAKA
Angelina,M,S. Hartati, D. Dewijanti, D.S. Banjarnahor dan L. Meilawati. 2008.
“Penentuan LD50 Daun Cincau (Cyclea barbata Miers.) pada Mencit (Mus
musculusL.)”. J.Makara Sains. Vol. 12:23-26.
Arifin H, Delvita V, Almadhy A. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap
Fetus Pada Mencit Diabetes. J. Sains dan Teknologi Farmasi. Fakultas
Farmasi.Universitas Andalas2:34-40.
Arrigo FC, Sibel E. 2009. Metabolic and cardiovascular effects of berberine: from
preclinical evidences to clinical trial results. Clinical Lipidology. Vol 4(5)
553-563.
Ariens, E.J. 1994. Toksikologi Umum.Gadjah Mada University : Yogyakarta.
Burkitt HG, Young B, Heath JW. 1995. Weather’s Functional Histology. A Text
and Colour Atlas. Jakarta: EGC.
Damjanov I. 2000. Buku Teks & Atlas Berwarna Histopatologi. Alih Bahasa:
dr.Brahm U. Pendit. Widya Medika. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, Ditjen POM. 1983. Pemanfaatan Tanaman Obat.
Jakarta.
Dockery P, Bermingham J, Jenkins D. 2000. Structure–function relations in the
human placenta. Biochemic Society Transactions. 28:202-208.
Fajariyah S, Utami ET, Arisandi Y. 2010. Efek pemberian estrogen sintesis
(Diethlstillbestrol) terhadap struktur hepar dan kadar SGOT dan SGPT pada
mencit (Mus musculus) betina strain Bal/C. J. Ilmu Dasar. 11(1):76-82.
14
Fikriah I. 2012. Aktivitas Hepatoprotektor Batang Fibraurea tinctoria Lour Secara
In Vivo. J. Trop. Pharm. Chem. Vol 1(4).
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Hajar I. 2009. Status Pengetahuan Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Pada
Masyarakat Di Hutan Lindung Sungai Wain Kalimantan Timur. [Tesis].
Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Harada T, Akiko E, Gary AB, Robert RM. 1999. Liver and Gallblader. Di dalam:
Maronpot RR, Gary AB, Beth WG, editor. Pathology of The Mouse. USA:
Cache River Press. p.119-171.
Harbone JB. 1987.Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata & L. Soediro. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Henrikson C. 1998. Urinary System. Di dalam: Dellmann HD, Eurell JA,
editor.Textbook of Veterinary Histology. Ed ke-5. Maryland: Lippincott
Williams dan Wilkins. p203-225.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh Badan
Litbang Kehutanan Jakarta. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hogan B, Bedinggton R, Costantini F, Lacy E. 1994.Manipulating the Mouse
Embryo. Second Edition. Cold Spring Harbor Laboratory Press. p.21-26.
Holk B, Elstner EF 2005. Plant Toxicology, Ed ke-4. Mercel Decker, New York.
Junqueira LC, Carnero J, Kelley RO 2007. Alih Bahasa Tambayong J. Histologi
Dasar. EGC:Jakarta. p.370-378.
Keawpradub N, Dej-adisai S, Yuenyongsawad S. 2005. Antioxidant and cytotoxic
activities of Thai medicinal plants named Khaminkhruea: Arcangelisia flava,
Coscinium blumeanum and Fibraurea tinctoria. J. Sci. Technol., 27:455-467.
Kelly WR. 1993. The Liver and Biliary System. Di dalam: Jubb KVF, Peter CK
dan Nigel P, editor. Pathology of Domestic Animals. Ed ke-4. Volume ke- 2.
London: Academic Press. p.319-406.
Kiernan JA. 1990. Histological & Histochemical Methods: Theory & Practice.
2nd Edition. London: Pergamon Press. p.96
Lu FC. 1995.Toksikologi dasar; Asas, Organ sasaran dan penilaian resiko. Ed
ke-2, Jakarta: UI Press.
Martini F. 1992. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Ed ke-2. USA: A
Simon and Schuster Company.
Pouplin JN, Tran H, Tran H, Phan TA, Dolecek C, Farrar J, Tran TH, Caron P,
Bodo B, Grellier. 2007. Antimalarial and cytotoxic activities of
ethnopharmacologically selected medicinal plants from South Vietnam.
Journal of Ethnopharmacology. 109:417–427.
Price SA, &Wilson LM. 2005. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Ed.6. Vol 1. Terjemahan. EGC: Jakarta. p.47-48
Rahayu YD. 2005. Kajian Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Malinau
Research Forest (MRF) CIFOR Kabupaten Malinau Kalimantan Timur Tesis.
Universitas Mulawarman. Kalimanatan Timur.
Robbin SL, Kumar VMD. 1995. Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Robbins K, Cotran. 2003. Buku Ajar Patologi Volume 2 Edisi ketujuh.
Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Ross MH, Pawlina W. 2011. Histology-A Text and Atlas with Correlated Cell and
Molecular Biology-6th Edition. Philadelphia. p.647
15
Sangat H. M., Zuhud E.A.M. Damayanti E.K. 2000. KamusPenyakit dan
Tumbuhan Obat di Indonesia (Etnofitomedika). Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta. Syukur C, Hernani. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Shamma M. 1972.The Isoquinoline Alkaloids. Academic Press. New York.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia. p.10-24
Spector WG, Spector TD. 2005. Pengantar Patologi Umum. Ed ke-3. Soetjipto,
Harsoyo, Hana A. Astuti, penerjemah; Terjemahan dari: An Introduction to
General Pathlogy, UI Pres. Soemirat, J. ToksikologiLingkungan. GadjahMada
Press.Yogyakarta.
Soeksmanto, A. 2006. Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) Terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus).
Biodiversitas. Vol. 7(3).
Sudiono, Budi Kurniadhi, Andhy Hendrawan, Bing Djimantoro. 2001. Penuntun
Praktikum Patologi Anatomi. Jakarta:Buku KedokteranEGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Perawat. Ed ke-3.Jakarta:Buku
Kedokteran EGC.
Tambayong J. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran
EGC.
Tushar KV, George S, Remashree AB, Balachandran I. 2008. Coscinium
fenestratum (Gaertn.) Colebr. A review on This rare, Critically Endangered
and Highly Traded Medicinal Species. J. Plant Sci. 3:133-145.
Tortora GJ. 2005. Principles of human anatomy. Ed ke-10. USA: John wiley &
sons, Inc.
Van Steenis CGGJ, De Wilde WJ. 1986.Flora Malesiana. Vol-10. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) : Bogor.
Wahyuningsih, M, S. Wahyuono, D. Santosa, J. Setiadi, Soekotjo, S. Muslimah,
R. Rakhmawati, dan D. Sari. 2008. “Eksplorasi Tumbuhan dari Hutan
Kalimantan Tengah sebagai Sumber Senyawa Bioaktif”. Biodiversity. Vol.
9(3).p.169-172.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan data bobot lahir anak mencit dengan oneway
Anova
Descriptives
M0
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
0 15 1.5273 .13291 .03432 1.457 1.6009 1.28 1.70
1 15 1.5867 .09355 .02416 1.539 1.6385 1.40 1.72
2 15 1.6233 .10621 .02742 1.565 1.6822 1.43 1.75
3 15 1.4447 .12351 .03189 1.3763 1.5131 1.29 1.72
4 15 1.3987 .11507 .02971 1.3349 1.4624 1.21 1.65
Total 75 1.5161 .14042 .01621 1.488 1.5484 1.21 1.75
Test of Homogeneity of Variances
M0
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.595 4 70 .667
ANOVA
M0
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .532 4 .133 10.055 .000
Within Groups .927 70 .013
Total 1.459 74
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
M0
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 1
4 15 1.3987
3 15 1.4447 1.4447
0 15 1.5273 1.5273
1 15 1.5867 1.5867
2 15 1.6233
Sig. .277 .053 .162 .386
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.
17
Lampiran 2 Perhitungan data bobot tubuh anak mencit umur 5 minggu dengan
oneway Anova
Descriptives
Nilai
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
Lower
Bound
Upper
Bound
0 15 23.0260 1.58826 .41009 22.1465 23.9055 20.01 25.55
1 15 22.8147 1.34883 .34827 22.0677 23.5616 20.21 25.01
2 15 23.6147 1.86401 .48128 22.5824 24.6469 20.04 26.14
3 15 22.8740 1.56503 .40409 22.0073 23.7407 20.35 25.60
4 15 22.5673 2.31645 .59811 21.2845 23.8501 20.38 28.00
Total 75 22.9793 1.75550 .20271 22.5754 23.3832 20.01 28.00
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.660 4 70 .169
ANOVA
Nilai
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.207 4 2.302 .736 .570
Within Groups 218.844 70 3.126
Total 228.051 74
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Nilai
Duncan
Perlakuan
N Subset for alpha = .05
1 1
4 15 22.5673
1 15 22.8147
3 15 22.8740
0 15 23.0260
2 15 23.6147
Sig. .154
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 15.000.
18
Lampiran 3 Skema prosedur penggunaan hewan uji
Disiapkan 13 ekor jantan dan 13 ekor betina mencit
(Mus musculus) (3 ulangan)
Aklimatisasi hewan uji 1 minggu
Perkawinan hewan uji (monogami 1:1)
Dosis 0 (kontrol), 750, 1000, 1500, 2000 (mg/kgbb/hari)
Hingga kebuntingan mencit betina
0 (kontrol)
2000
1500
1000
750
Pemberian
ekstrak Akar
kuning pada
hari ke 9
hingga lahiran
(secara oral)
Pembuatan organ preparat Histologi
pada anak mencit usia 35 hari (dewasa)
19
Lampiran 4 Proses pembuatan ekstrak akar kuning
Batang akar kuning
Potong kecil-kecil ukuran 1 cm
Keringanginkan ± 1 minggu dalam suhu ruang
Simplisia
Maserasi (etanol 95% 3 hari)
diatas shaker 10 menit
Rotary evaporator
Ekstrak pekat
20
Lampiran 5 Proses preparasi jaringan hewan (Kiernan 1990)
Organ hewan percobaan
(hati, ginjaldan pankreas)
NaCl 0,9 %
Fiksasi (formalin 10% 3-7 hari)
Washing (alkohol 70%)
Dehidrasi (alkohol 70%, 80%, 95%, 100%) @ 15 menit
Clearing (xylol) 30 menit
Infiltrasi parafin (dalam oven suhu 58-59 oC)
Xylol : Parafin (1:1), Parafin murni 3 kali @ 30 menit
Embedding
Sectio blok parafin dengan Rotary Microtome
Affixing
21
Lampiran 6 Proses pewarnaan Hematoxilin-Eosin (HE)
Sediaan organ hewan diatas objek glass (Affixing)
(hati, ginjal dan pankreas)
Deparafinisasi Xylol III, II, I ( @ 2 – 3 menit )
Dehidrasi Alkohol absolut III, II, I alkohol 95%, 90%, 80%, 70%
(@ 2 – 3 menit )
Dicuci air mengalir (5 menit)
Aquadest (5 menit)
Pewarna Hematoxylin (8 menit)
Dicuci air mengalir (5 menit)
Aquadest (5 menit)
Pewarna Eosin (3 menit)
Aquadest (5 menit)
Dehidrasi Alkohol 70%, 80%, 90%, 95% Alkohol absolut I, II, III
Clearing Xylol I, II, III
Mounting
Diamati di mikroskop
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal
29 Januari 1985 dari pasangan Bapak Drs. Priyo Harsono, M.Si dan Ibu Turniati.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Samarinda pada tahun 2002. Penulis
menempuh pendidikan Sarjana di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Mulawarman (UNMUL) dan lulus pada
tahun 2007. Pada tahun 2007-2011 penulis bekerja di Laboratorium Anatomi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas
Mulawarman (UNMUL). Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studi Strata 2 (S2)
di Mayor Biosains Hewan, Departemen Biologi pada Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh Program Pascasarjana, penulis
mendapatkan beasiswa dari BU DIKTI.
Publikasi ilmiah penulis dengan judul “Stem Extract of Fibraurea tinctoria
Lour. Exhibits Liver and Kidney Damage on Mice During Organogenesis” sedang
diajukan di Jurnal Makara Sains, Universitas Indonesia.
Recommended