Teori konstruktive

Preview:

Citation preview

Teori KonstruktiveDisusun oleh :

Andiana Ayu Lestari

Bambang Setiawan

Dewi Atin Surya

Etia Sari

Iin Indra wati

Ika Wahyuni

Leli Nurfiah

Maghfirah

Mega Hidayah

Ismail Shaleh

Ahmad Darwis

Apakah itu Konstruktive?

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-

aturan lama dan merevisinya apabila

aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.

Dengan kata lain, keaktifan seseorang

sangat menentukan dalam

mengembangkan pengetahuannya.

Tokoh - Tokoh Jean Piaget adalah

psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme.

Toulmin yang mengatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman manusia adalah perkembangan konsep secara evolutif, dengan terus manusia berani mengubah ide-idenya.

Ausubel, ada dua macam proses belajar yakni belajar bermakna dan belajar menghafal.

Posner dkk lantas mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan teori perubahan konsep. Tahap pertama dalam perubahan konsep disebut asimilasi, kemudian tahap akomodasi.

PERUBAHAN DALAM PEMBELAJARAN

Lahirnya kurikulum berbasis kompetensi ( KBK ) telah mengubah paradigma baru dalam proses pembelajaran.

Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya.

Guru di sekolah bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran saat ini, banyak disebabkan oleh perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya, konsep pembelajaran saat ini pun berubah dari guru mengajar menjadi siswa belajar.

Pada proses belajar mengajar, guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun pengetahuannya (knowledge is constructed by human).

Mengapa?

Karena pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dalam ide-ide konstruktif, biarkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya.

Bagaimana penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas ?

Pertama, tetapkan topik yang akan dibahas.Temukan ide, opini dan perhatian siswa melalui wawancara, survei, atau interaktif pertanyaan siswa.

Kedua, respons terhadap interaksi, dengan pikiran siswa melalui pembentukan jembatan yang dilengkapi tahapan bagi siswa untuk mengkonstruksi ide baru

Ketiga, tarik pikiran siswa dengan mendorong kreativitas melalui aktivitas yang mampu mendorong siswa untuk belajar mengambil risiko.

Keempat, melakukan refleksi atau evaluasi diri..

Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik

Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan

Mengutamakan proses

Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial

Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman

(Pranata, 2004)

Teori konstruktif memiliki kelemahan

Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuansehingga menyebabkan miskonsepsi,

Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama

Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama

Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi gurudisamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak

BAGAIMANA CARANYA ?

Pendidikan Humanistik Berbasis Cinta

Manusia harus belajar bagaimana menyadari kemampuannya dengan fokus pada kesatuan pemikiran dan merubah tingkat kesadaran (Bastaman, 2007:28). Terdapat tiga dasar yang dibangun dalam aliran ini:

Memberikan peran pada jiwa manusia,

Relasi dengan orang lain merefleksikan kemanusiaan individu,

Mendorong potensi manusia.

Model pendidikan yang humanis mestinya berbasis pada cinta, dengan cinta anak didik akan merasa terlindungi dan nyaman serta diberikan penghargaan kelekatan antara pendidik dengan yang dididik kondisi ini akan memberikan dorongan positif untuk perkembangan psikologi anak.

Kesimpulan Teori konstruktivisme memberikan

penekanan pada individu yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman.

Menurut pandangan teori konstruktivis, pengajar bukan sekedar memberikan informasi ke pikiran anak, tetapi guru wajib mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung dan berpikir secara kritis.

Recommended