View
7
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN
DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI
(Studi Living Hadits)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Ahmad Syawqi Kamal
NIM: 1113034000101
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015.
1. Konsonan
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ث
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis di bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
ii
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ` ء
Y ye ي
2. Vokal Tunggal
Vokal dalam bahasa Arab, sepertivokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ي
Au a dan u و
iii
3. Vokal panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ā a dengan garis di ا
atas
Ī i dengan daris di atas ي
Ū u dengan garis di و
atas
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/,
baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-
syamsiyyah bukan asy-syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.
5. Tasydīd
Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara
berturut-turut, seperti الس نت = al-sunnah.
6. Ta marbūṯah
Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka
huruf tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو ه ريرة =
Abū Hurairah.
7. Huruf Kapital
iv
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh
kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti
.al-Bukhāri = البخاري
v
ABSTRAK
Ahmad Syawqi Kamal
Zikir wajagan di Pondok Pesantren Darusyyifa al-fithroh (study
Living Hadist)
Living hadis merupakan sebuah tulisan, bacaan, dan praktek yang
dilakukan oleh komunitas masyarakat tertentu sebagai upaya untuk
mengaplikasikan hadis Nabi. Sebagaimana living hadits dapat dilihat
berbagai variant, diantaranya tradisi tulis, tradisi lisan dan tradisi praktik..
Tradisi wajagan ini merupakan sebuah respon sosial masyarakat Pondok
Pesantren Darussyifa al-Fithroh terhadap teks hadist yang kemudian
menjadi sebuah praktik yang hidup.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Living Hadis
yang menggunakan metode pendekatan sosiologi dan antropologi karena
yang menjadi objek kajiannya adalah masyarakat, kemudian untuk lebih
mendukung penelitian ini maka menulis menggunakan metode
pengumpulan data yaitu dengan metode interview, observasi dan
dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan secara
alami dan dianalisis.
Dzikir wajagan ini berawal dari hubungan baik antara pimpinan
pondok dengan Syaikh Maulana Muhammad Hisyam Kabbani yang
merupakan pimpinan tarekat Naqsabandiyyah akan tetapi pelaksanaan
dzikir wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini dilaksanakan
dengan tujuan menghidupkan sunnah. Dimana hadis-hadis yang hidup
dalam pelaksanaan wajagan ini diantaranya hadis tentang keistimewaan
hari jumat, hadis tentang keutamaan majelis dzikir, dan hadis tentang
pelaksanaan dzikir dengan suara lantang.
.
Kata Kunci: Living Hadis, Zikir, Pondok Pesantren
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat , kasih sayang, serta karunia-Nya, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu Allah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita termasuk umatnya yang
mendapatkan syafaat di hari kiamat.
Alhamdulillahi Rabbi al-‘alamin, berkat usaha dan doa skripsi
yang berjudul TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN
DARUSSYIFA AL-FITHRAH SUKABUMI (Studi Living Hadist) ini
dapat peneliti selesaikan. Peneliti menyadari banyaknya kontribusi berupa
bantuan, dukungan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak baik
secara moril maupun materil. Dengan demikian peneliti mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, MA. Sebagai Rector Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. Sebagai Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Bapak Dr. Eva Nugraha M.Ag. sebagai Ketua
Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, dan Bapak Fahrizal Mahdi,
vii
Lc. MIRKH sebagai sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir.
3. Ibu Ala’I Najib, MA. Sebagai Pembimbing yang selalu
bersedia mendedikasikan waktu, energy dan pikiran, selama
proses penelitian skripsi ini berlangsung. terima kasih karena
membuat peneliti merasa selalu ingin lebih baik dalam
menyusun skripsi ini.
4. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ushulddin yang telah
memberikan berbagai ilmu, pengalaman serta bimbingan
kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Pimpinan serta jajaran staf Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dalam meminjam
literature untuk penulisan skripsi.
6. KH. E Supriatna Mubarok, Msc. MM, Ibu Hj Lani Melani,
selaku Pimpinan dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren
Darussyifa al-Fithrah Sukabumi, berserta staf dan jajarannya
yang sudah berkenan untuk diwawancarai sebagai narasumber
selama penulisan skripsi berlangsung.
7. Santriawan dan santriawati yang sudah berkenan untuk
diwawancarai dan bersedia membantu peneliti dalam
viii
memperoleh data penelitian, sehingga proses pengumpulan
data dapat berjalan dengan lancar.
8. Teruntuk Ayahanda (KH. M. Rusydi Ali) dan Ibunda (Hj. Nur
Amalia) yang selalu memberi dukungan moral dan materil
kepada peneliti dari awal sampai akhir perkuliahan. Kata
terima kasih rasanya terlalu sederhana untuk semua keringat
dan air mata beliau. Semoga allah senantiasa membalas semua
ikhtiar, keasbaran, kasih sayang dan cinta yagn diberikan
selama ini.
9. Kepada keluarga besar dan teman-teman, terima kasih karena
selalu memberi semangat selama masa-masa perkuliahan.
10. Terima kasih kepada keluarga besar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
2013 yang sama-sama berjuang dan selalu memberikan
dukungan.
11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dlaam masa
perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat peneliti. Semoga diberikan
pahala yang berlimpah dan dicatat sebagai amal baik oleh
Allah SWT. Aaminn.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum bisa dikatakan
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan
ix
diterima dengan baik oleh peneliti. Semoga skripsi ini berguna untuk
siapapun yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 02 Desember 2019
Ahmad Syawqi Kama
x
DAFTAR ISI
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................ i
ABSTRAK .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 6
C. Kegunaan Penelitisn ..................................................... 6
D. Metodologi Penelitian .................................................. 7
E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 15
F. Sistematika Penlulisan .................................................. 19
BAB II TRADISI DZIKIR WAJAGAN DALAM KAJIAN HADITS
A. Pengertian Dzikir .......................................................... 21
B. Keutamaan dan Manfaat Dzikir .................................... 24
C. Sekilas Tentang Living Hadits ..................................... 27
D. Dzikir Wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh
Sukabumi ...................................................................... 30
xi
1. Latar Belakang Dzikir Wajagan ............................. 30
2. Hadits-Hadits Yang Hidup Pada Pelaksanaan Dzikir Wajagan
................................................................................ 32
BAB III SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN
DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh 41
B. Profil Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ............ 43
BAB IV ANALISIS HASIL PRAKTEK DZIKIR WAJAGAN DI
PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI
A. Pemahaman Penduduk Pondok Pesantren Terhadap Keutamaan
Wajagan ........................................................................ 56
B. Dampak Wajagan Terhadap Penduduk Pondok Pesantren
Darussyifa al-Fithroh .................................................... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 70
B. Saran ............................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
DZIKIR WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-
FITHROH SUKABUMI
A. Latar Belakang
Sumber pedoman umat Islam yang diamalkan ajarannya setelah al-
Qur’an adalah hadits, umat Islam meneladani setiap perbuatan dan
perkataan Rasulullah untuk digugu dan ditiru melalui hadits. Sebagaimana
termaktub dalam Q.S al-Ahzab [33]:21
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S al-
Ahzab [33]:21)
Sebagai uswatun hasanah, Rasul menjadi panutan dalam segala
aspek. Hadits yang merupakan bentuk dari perkataan dan perbuatan
Rasullah saw pada masa itu pasti berkaitan atau di latarbelakangi dengan
2
problem yang terjadi pada masa itu. Jadi hal ini memiliki keterkaitan
dengan problem sosio-historis dan kultural pada waktu itu.1
Dalam tatanan kehidupan, tidak hanya pada masa nya akan tetapi
sampai akhir zaman Nabi menjadi figur utama yang menjadi panutan umat
Islam, sehingga pada masa sekarang dengan kondisi yang berbeda,
semakin kuat keinginan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari begitupun semakin banyak pula persoalan-
persoalan yang kompleks ditemukan pada masa sekarang
Umat Islam menjadi mayoritas penduduk di Indonesia, tidak
dipungkuri banyak kita temukan komunitas-komunitas muslim yang di
dalamnya banyak diterapkan sebuah kebiasaan. Aktivitas dan bahkan
menjadi sebuah tradisi yang diamalkan berlandaskan hadits Nabi saw. Hal
ini menjadi bukti adanya hadits yang hidup di masyarakat baik itu dalam
konteks hukum, sosial, politik dan budaya yang diistilahkan menjadi living
hadits. 2
Dengan demikian, living hadits dapat diartikan menjadi sebuah
tulisan, bacaan, dan praktek yang dilakukan oleh komunitas masyarakat
tertentu sebagai upaya dan usaha untuk mengaplikasikan hadits-hadits
1 Abdul Mustaqim, Paradigma Interaksi Dan Interkoneksi Dalam Memahami
Hadits, (Yogyakarta : Sukses Offset, 2008), 5. 2 M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits,
(Yogyakarta : TERAS, 2007), 106.
3
Nabi. Sebagaimana yang kita semua ketahui living hadits dapat dilihat
dalam berbagai variasi, yaitu : tradisi tulis, tradisi lisan dan tradisi praktik.
Tradisi praktek dalam living hadits cenderung banyak dilakukan
oleh umat Islam. sebagai contohnya tradisi qunut dalam shalat maghrib, di
Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Hadits tentang hukum
qunut shalat maghrib sebenarnya tidak banyak diketahui oleh santriawati
di asrama putri an-Najah, namun hal tersebut tidak bertentangan dengan
ajaran Islam karena dalam hal ini ada hadits Nabi yang menjadi
landasannya. Maka dari itu, qunut shalat magrib terus dilakukan dan
menjadi tradisi di asrama putri an-Najah. Hal ini menjadi contoh adanya
living hadits.3
Melihat fenomena yang terdapat di Indonesia, banyak sekali tradisi
praktik yang masuk dalam kategori living hadits, seperti tradisi pembacaan
shalawat, dzikir akbar, tahlil, dan tradisi pengajian mingguan yang banyak
kita temui di setiap sudut kota maupun pedesaan di Indonesia. Dari
berbagai bentuk praktek keagaaman yang ada dzikir merupakan praktek
keagamaan yang paling banyak di jumpai di masyarakat.
3 Siti Qurrotul Aini, “Tradisi Qunut dalam Shalat Maghrib di pondok pesantren
wahid Hasyim Yogyakarta (Studi living Hadits)”. Jurnal Living Hadits, Vol.1, no.2
(Oktober 2016): 2528-756.
4
Dzikir merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dalam
melakukan ibadah dan memiliki posisi penting dalam proses mendekatkan
diri kepada Allah dengan cara melafadzkan asma Allah memuji
keagungan-Nya dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Selain itu
dzikir juga merupakan esensi dari shalat-shalat yang kita lakukan dan
dzikir adalah suatu kewajiban yang tercantum dalam al-Qur’an:
4
“Wahai orang-orang yang beriman!Ingatlah kepada Allah,
dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya”. (Q.S Al-Ahzab: 41)
Dalam hadits Nabi disebutkan bahwa kelompok-kelompok orang
yang berdzikir adalah taman-taman surga.
ن رسىل الله صلم ىعن انس بن مالك رضي االله عنه أ
ا مزرت
ال إذ
م ق
الله عليه وسل
ز
ق الذكال حل
ة ق
ىا وما رياض الجن
ال
عىا ق
ارت
ة ف
بزياض الجن
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu „anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-
taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat
bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-
halaqah (kelompok-kelompok) dzikir”.5(HR Tirmidzi)
4 QS al-Ahzab: 41
5 Muhamammad bin Isa al-Tirmizi, Sunan al-Tirmizi, Jilid 4 (Beirut : Daar al
Fikr. 1983), 357.
5
Berpijak pada hadits ini untuk mengamalkan ajaran Rasulullah,
masyarakat mempraktekannya dengan membentuk majlis-majlis dzikir
salah satunya di Pondok Pesantren Daarusyyifa al-Fithroh pada kamis
malam dilakukan sebuah ritual dzikir yang dihadiri oleh seluruh santri dan
masyarakat sekitarnya.
Tradisi wajagan ini merupakan sebuah respon sosial masyarakat
Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh terhadap teks hadits yang
kemudian menjadi sebuah praktik yang hidup di pesantren Darussyifa ini,
sehingga penulis melihat praktik wajagan ini sebagai salah satu living
hadits yang terjadi.
Dalam pelaksanaan wajagan ada beberapa sunnah-sunnah yang
terdapat di dalamnya seperti shalat Awwabin, shalat Li hifdzi al-Iman,
shalat Birru al-Walidain, shalat Tasbih, shalat Hajat, shalat Taubat dan
shalat Witir, setelah pelaksaana shalat-shalat sunnah dilanjutkan dengan
pembacaan dzikir.
Living Hadits dalam bentuk tradisi wajagan yang dilakukan di
Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi ini penting untuk
diteliti, karena model praktik wajagan seperti ini layak untuk diamalkan
oleh masyarakat pada umumnya, atas dasar latar belakang itulah penulis
akan menelusurinya melalui penelitian lapangan dalam skripsi yang
6
berjudul: DZIKIR WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN
DARUSSYIFA AL-FITHROH (Studi Living Hadits)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat penulis sajikan
rumusan masalah yang penting untuk dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Apa itu tradisi Wajagan dan bagaimana latar belakang munculnya
di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithrah?
2. Bagaimana proses pelaksanaan Wajagan Pondok Pesantren
Darussyifa al-Fithrah serta apa sebab dan tujuan wajagan dijadikan
tradisi yang dilaksanakan terus-menerus?
3. Nilai-nilai hadis Nabi apa saja yang hidup dalam tradisi tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penyusun mempunyai
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menjelaskan pelaksanaan Wajagan dan bagaimana latar belakang
munculnya di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi.
7
2. Menjelaskan proses pelaksanaan dan motif masyarakat Pondok
Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi menjadikan tradisi yang
dilaksanakan terus-menerus.
3. Mendiskripsikan hadits-hadits yang hidup dalam tradisi wajagan di
Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh.
D. Kegunaan Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah menelusuri hadis-hadis
yang terdapat pada tradisi wajagan, secara garis besar kegunaan
penelitian adalah dari aspek akademik penelitian ini diharapkan
dapat menambah bahan pustaka diskursus living hadis, sehingga
diharapkan bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada
kajian sosio cultural masyarakat Indonesia dalam melaksanakan
ajaran Nabi.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. dengan
teknis analisis deskriptif. .Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah penelitian lapangan dan pustaka.
Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dalam proses
8
penelitiannya menggunakan sumber data dari suatu lokasi
tertentu.6
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif, yaitu dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan
atau menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi.7Penelitian
dilakukan hanya utuk menerapkan suatu fakta melalui sajian-sajian
data tanpa menguji hipotesis. Data yang dikumpulkan adalah
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk memberi gambarran penyajian laporan tersebut. data tersebut
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapngan, foto,
video, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya.8 Pada penulisan laporan demikian , peneliti menganalisis
data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk
aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut setiap
bagian ditelaah satu demi satu.Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan
kondisi yang selama ini terjadi.
6 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:
Prestasi Public Publisher, 2012), 56. 7 Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Sinar Baru, 19840), 64. 8 Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1997), 11.
9
2. Teknik Pengumpulan Data
Langkah yang paling utama dalam penitian adalah teknik
pengumpulan data. Karena dengan teknik pengumpulan data ini
penulis mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.tanpa adanya teknik pengumpulan data maka data yang
dibutuhkan tidak akan terkumpul dan tidak akan memenuhi standar
yang ditetapkan.9Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata
dan gambar bukan merupakan angka-angka.10
Data kualitatif berpaku pada data kualitas objek
penelitian.Yaitu ukuran data berupa non angka, tetapi merupakan
satuan kualitas (misalnya istimewa, baik, buruk, tinggi, rendah,
sedang), atau juga berbagai rangkaian informasi yang verbal dan
non verbal yang disampaikan informan kepada peneliti untuk
menjelaskan perilaku ataupun peristiwa yang sedang menjadi titik
fokus penelitian.11
Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah
data tentang tradisi wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-
9 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. cet. 16 (Bandung: ALFABETA, 2013), 308 10
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 11. 11
Suharsimi Arikubto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:
Rineka Cipta 2002), 111.
10
Fithroh Sukabumi. Teknik pengumpulan data yang penulis
gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:
a. Observasi
Yang dimaksud dengan merode observasi adalah
pengamatan dengan sistem fenomena-fenomena yang terjadi.12
Untuk mengadakan suatu pengamatan terhadap pelaksanaan
wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi ini
penulis menggunakan metode observasi.
Adapun jenis penelitian observasi ini yang digunakan
adalah observasi partisipan, yaitu penulis berpartisipasi langsung
dalam setiap kegiatan yang berhubungan dalam penelitian ini,
dalam hal ini adalah dzikir wajagan.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai
variable berupa catatan, buku panduan, serta buku-buku yang
berkaitan.13
Metode ini dipergunakann dalam rangka melakukan
pencatatan dokumen.Dalam penelitian ini menggunakan metode
12
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyaraka (Jakarta: PT
Gramedia, 1990), 173. 13
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, 131.
11
dokumentasi karena pada dasarnya metode dokumentasi adalah
sebuah metode yang sifatnya stabil, dapat digunakan sebagai
bentuk pengujian.14
c. Interview (Wawancara)
Yang dimaksud dengan interview (wawancara) adalah
metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (face to
face) pada responden untuk mendapatkan informasi.15
Wawancara
adalah suatu kegiatan yang mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
kepada seorang narasumber dengan tujuan tertentu. Percakapam ini
dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.16
Dalam metode ini penulis mendatangi lansung pimpinan
dan santri-santri di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh
Sukabumiuntuk menanyakan langsung hal-hal yang berkaitan
dengan objek yang akan diteliti.
14
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras 2009), 66. 15
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, Metode Penelitian Survey. (Jakarta:
LP3ES. 1989), 192. 16
Ny Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. (Jakarta. Bina
Aksara. 1989), 129.
12
Metode ini dipergunakan dalam rangka untuk mendapatkan
keterangan bagaimana pendapat mereka terhadap hal yang
berhubungan dengan wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh Sukabumi.
Adapun yang akan diwawancarai adalah Bapak Pimpinan
Pondok Pesantren, Ibu Ketua Yayasan, Asatidz dan Asatidzah serta
para santri dan masyarakat sekitar (jama’ah) yang kiranya ikut
andil dalam acara tersebut. metode ini penulis gunakan sebagai
metode primer karena objek kajian adalah kajian lapangan.
3. Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis membaginya dalam dua
bentuk yaitu primer dan sekunder. Data primer lebih penulis
tekankan pada data lapangan dan data sekunder adalah sebagai
tambahan referensi kitab hadits yang memuat hadits keutamaan
dzikir dan buku-buku yang berkaitan dengan dzikir dan amalan-
amalan sunnah lainnya.
Analisis data dalam hal ini adalah proses memilah dan
memilih dari catatan lapangan, hasil wawancara, gambar, foto dan
dokumen lainnya mana yang penting dan akan dipelajari untuk
13
membuat kesimpulan yang mudah difahami yang berupa biografi,
laporan, artikel dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, terdapat langkah-langkah dalam
teknik analisis data diantaranya:
1. Reduksi data
Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan,
sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan
gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.17
2. Display data (penyajian data)
Penyajian data disini berbentuk kata-kata, table, kalimat
naratif, grafik dan matrik yang bertujuan agar peneliti
menguasai data-data yang telah dikumpulkan yang menjadi
dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.18
3. Verifikasi dan simpulan
17
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:
Unesa University Press, 2007), 32. 18
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif . 33.
14
Sebelum peneliti mendapatkan simpulan akhir yang jelas,
peneliti harus membuat simpulan-simpulan sementara yang
kemudian harus dicek kembali (verifikasi), karena
simpulan-simpulan sementara tersebut bisa jadi masih
tentative dan masih perlu disempurnakan. Peneliti akan
mendapatkan kesimpulan yang lebih jelas dan benar setelah
data-data yang masuk terus menerus dianalisis dan
diverifikasi tentang kebenarannya.
Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang
menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang
berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.Simpulan akhir
yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitiam dan
temuan penelitian yang sudah dilaksanakan pembahasan.19
4. Pendekatan
Adapun pendekatan yang dipakai penulis dalam
pengumpulan data ini adalah pendekatan social cultural yaitu cara
mendekati masalah yang diteliti dengan menggunakan teori
sosiologi. Yang dilakukan oleh para tokoh terkemuka seperti
halnya adalah Emile Durkheim tentang teori pendekatan terhadap
19
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif , 34.
15
masyarakat melalui agama, sehingga dengan cara inilah dapat
diketahui sejauh mana interaksi norma-norma agama dilakukan di
Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi., melalui
wajagan. Sehingga dengan cara ini dapat diketahui sejauh mana
interaksi antara norma-norma adat dan agama dalam masyarakat
dapat diketahui dengan jelas.
F. Tinjauan Pustaka
Living hadits merupakan sebuah ilmu yang dikatakan baru
unttuk kalangan ilmuan khususnya di Indonesia, meskipun bal ini
sudah ada sejak dahulu. Sehingga bahan-bahan yang digunakan
untuk pembahasan living hadits ini sangat minim untuk dijadikan
sebuah referensi, akan tetapi penulis akan memcantumkan
beberapa contoh tentang kajian living hadits dengan melihat
beberapa aspek teori yang dipakai, sebagai berikut:
Skripsi tentang Tradisi Shalat Kajat Dibulan Suro Pada
Masyarakat Dukuh Teluk Kragilan Gantiwarno.Yang ditulis oleh
Muhammad Hanafi Jurusan Tafsir Hadits di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.dalam skripsi ini membahas tentang shalat Kajat pada
bulan Suro pada masyarakat Teluk Kragilan. Dalam penyambutan
tahun baru Masehi dan Hijriah, banyak memiliki perbedaan yang
16
cukup signifikan.Diantaranya dalam masyarakat yang menyambut
tahun baru masehi dengan perayaan tiupan terompet tepat pada
pukul 00.00 WIB. Sedangkan berbeda dengan bulan hijriyyah,
masyarakat justru banyak yang melakukan instrospeksi diri yang
lebih khusus adalah masyarakat Jawa, yang melakukan ritual;-
ritual khusus dengan sebutan Muharro/Asy-SyuroI.20
Pada bulan suro mereka melakukan shalat kajat sebagai
ajang untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta sebagai upaya
untuk mendalami silaturahmi antar warga jama’ah, sikap
solidaritas untuk menyatuan umat sehingga terwujudnya cita-cita
kerukunan umat.
Tradisi Qunut dalam Shalat Maghrib di Pondok Pesantren
Wahid Hasyim Yogyakarta (studi Living Hadits), yang ditulis oleh
Siti Qurrotul Aini, IAIN Jember Jawa Timur. Dalam jurnal living
hadits vol 1 nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756. Dalam
tulisan ini menjelaskan bagaimana fenomena living hadits dalam
tradisi Qunut pada shalat magrib, tradisi ini telah lama di praktekan
di asrama putri an-Najah dan al-Hikmah pondok Pesantren Wahid
Hasyim, namun hal tersebut tidaklah bertentangan dengan ajaran
20 Muhammad Hanafi. Tradisi Shalat Kajat di Bulan Suro pada Masyarakat
Dukuh Teluk Kragilan Gantiwarno Klaten. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2013., 1
17
Islam, yang dalam hal ini didasarkan oleh hadits Nabi Saw, itu
artinya apa yang mereka praktikkan tersebut merupakan bagian
dari living hadits.21
Living Hadis dalam Tradisi Malam Kamis Majelis
Shalawat Diba‟ bil-mustofa ditulis oelah Adrika Fithrotul Aini.
Penelitian ini mengkaji tentang tradisi shalawat diba’ Majelis bil
Musthofa Yogyakarta. fokus kajian dalam penelitian ini adalah
mengetahui pemaknaan shalawat dalam komunitas tersebut.
penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu tentang fenomena
living hadis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
menyimpulkan bahwa tradisi yang berkembang di dalam
kehidupan masyarakt Krapyak merupakan fenomena living hadis.
Selain itu, ada beberapa landasan hadis yang dijadikan prinsip
dalam kegiatan tersebut, yakni praktek ibadah spiritual yang tidak
bisa hilang dalam kehidupan masyarakat.22
Living Hadis dalam Fenomena Tradisi Kupatan Di Desa
Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Ditulis oleh
Wildan Rijal Amin dalam tesisnya. Fokus kajian dalam penelitian
21
Siti Qurrotul Aini. Tradisi Qunut dalam shalat Maghrib di Pondok Pesantren
Wahid Hasyim Yogyakarta. Jurnal Living Hadis, Vol 1. No 2 Oktober 2016., 1 22
Adrika Fithrotul Aini, Living Hadis dalam tradisi malam kamis Majelis
shalaeat diba’ bil Musthofa, Ar-Raniry: International Journal of Islam Studies Vol. 2,
No.1 Juni 2014., 1
18
ini adalah mengetahui sebab dan tujuan masyarakat Durenan
melestarikan adat tersebut. hasil dari penelitian ini adalah yang
dimaksud tradisi kupatan Durenan adalah sebuah tradisi yang
diawali dengan puasa syawal selama enam hari, upacara pelepasan,
silaturahmi ke rumah kyai dan diakhiri dengan menghidangkan
ketupat di tiap-tiap rumah. Unsur tradisi kupatan ini diyakini
berasal dari Hadis Nabi.23
Praktek Salat Tasbih Berjamaah di Pondok Pesantren al-
Munawwir Gringsing Batang, ditulis oleh Ayu Mulyani dalam
skripsinya. Penelitian ini memfokuskan pada faktor yang telah
melatarbelakangi adanya pelaksanaan praktek shalat tasbih secara
berjamaah dan bagaimana makna/manfaat Praktek pelaksanaan
shalat Tasbih di di Pondok Pesantren Al-Munawwir Gringsing
Batang. Penelitian inia merupakan penelitian kualitatif lapangan.
Sumber primer dari penelitian ini adalah imam shalat yakni
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Gringsing Batang, dan
para santriawan/santriawati, serta warga sekitar pondok.24
23
Wildan Rijal Amin. Living Hadis dalam Fenomena Tradisi Kupatan Di Desa
Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Tesis UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2017., 1 24
Ayu Mulyani, Praktek Salat Tasbih Berjamaah di Pondok Pesantren al-
Munawwir Gringsing Batang. Skripsi UIN Walisongo Semarang. 2019., 1
19
G. Sistematika Penulisan
Terdapat lima bab yang penulis susun dalam penelitian ini da
nada beberapa sub di setiap bab, yang disesuaikan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. sitematika dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Dalam bab pertama (pendahuluan) berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, metodologi penelitian yang digunakan, dan sistematika
penelitian. Latar belakang merupakan rangkaian faktor yang menjadi
dasar adanya penelitian ini.
Bab kedua penulis akan memaparkan konsep living hadits dan
konsep wajagan dengan sub bab sekilas tentang living hadits, definisi
wajagan, sejarah tradisi wajagan di Pondok Pesantren Salafi Terpadu
Darusyyifa al-Fithroh Sukabumi dan praktek wajagan serta landasan
hadits-hadits yang dipakai dalam praktek wajagan tersebut.
Bab ketiga penulis membahas mengenai profil Pondok
Pesantren Salafi Terpadu Darusyyifa al-Fithroh Sukabumi dengan sub
babprofil, letak geografis dan sosio historis mengenai pondok
pesantren. Karena penelitian yang penulis lakukan ini merupakan
penelitian lapangan yang mana perlu dipaparkan atas profil dan latar
belakang pondok yang akan penulis teliti untuk mengenal dan
20
memahami keadaan Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darusyyifa al-
Fithroh Sukabumi.
Bab keempat, pemahaman civitas akademik Pondok Pesantren
Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi Tentang Wajagan dengan sub bab
pemahaman masyarakat pondok pesantren terhadap wajagan,
pemahaman penduduk pesantrenterhadap wajagan dan makna tradisi
wajagan bagi penduduk pondok pesantren baik makna keagamaan
maupun makna pendidikan. Hal ini sangat penting dipaparkan karena
akan menggambarkan bagaimana prakrek wajagan ini merupakan
ekspresi penduduk pondok pesantren Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi
dari hadits-hadits Nabi Muhammad saw.
Di dalam bab lima terdapat penutup dan saran. Di dalamnya
berisi kesimpulan akhir dari penelitian ini, serja jawaban-jawaban dari
rumusan masalah yang telah tercantum pada bab pertama, dilengkapi
dengan saran yang diperlukan dari penelitian ini.
21
BAB II
TRADISI DZIKIR WAJAGAN DALAM KAJIAN HADITS
A. Pengertian Dzikir
Secara kajian etimologis atau bahasa, kata dzikir merupakan
masdar dari kata kerja dzakara-yadzkuru-dzikran. Dalam kitab Lisan al-
Arab karya Ibnu Manzhur, ia memberikan pengertian dzakara yang
bermakna menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Dzikir
juga memiliki arti yaitu kehormatan atau kemuliaan (al-Syaraf), nama baik
(al-Sit), al-Kitab yang isinya menjelaskan agama (al-Din), Shalati dan doa
serta pujian (al-Tsana) atasnya.1
Kata dzikir ditemukan didalam al-Qur’an dalam berbagai
bentuknya di tenukan sebanyak 280 kali. Pada awalnya kata dzikir dipakai
oleh pakar ahli Bahasa Arab dalam arti mengingat. Sebagian pakar bahasa
juga berpendapat bahwa kata itu awal mulanya bermakna mengucapkan
suatu ucapan dengan lidah, sehingga makna ini berkembang menjadi
“mengingat”. Karena lidah sering kali menyebutkan apa yang diingat.
Maka dengan memperbanyak menyebut sesuatu dengan lidah, ia akan
1 Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab. Jilid IV (Beirut: Dar al-Sadir, 1990),
308-333.
22
mengantarkan hatinya menjadi lebih dekat dengan apa yang disebutkan
lidah.2
Dzikrullah tidak hanya berarti menyebut nama Allah atau
mengingat Alah, namun juga dapat mencakup keseluruhan dari sifat-sifat
Allah (Asma al-Husna) mengingat seluruh rahmat yang telah Allah
berikan, Surga dan Neraka, seluruh ciptaan-Nya, perintah dan larangan-
Nya dan segala yang berkaitan dengan keistimewaan Allah.3
Menurut istilah Tasawuf, dzikir secara bahasa artinya mengingat,
mengenang, mengerti, mengambil pelajaran, memperhatikan dan
mengenal. Sederhananya kita bisa ingat dimana saja dan kapan saja
bahkan dalam kondisi apapun kita mengingatnya. Tidak hanya diucapkan
dengan lisan (dzikir lisan), dzikir juga bisa diucapkan dengan hati (dzikir
khafiy), dan dapat pula diucapkan dengan anggota badan lainnya dengan
melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah. Adapun pengertian dzikir
yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah doa, dan
pujian kepada Allah yang dilakukan secara berulang-ulang, bahkan ada
yang berlagu.4
2 M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Dzikir Dan Doa. Cet.
3 (Jakarta: Lentera Hati 2008), 11. 3 M. Quraisy Shihab, wawasan al-Qur’an, 12.
4 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1280.
23
Makna dzikir dalam syari’at Islam mempunyai beberapa makna
menyebut dan mengungkapkan dzat Allah, sifat, hukum, dan perbuatan-
Nya, serta memperbanyak membaca kitab-Nya, senantiasa memuji-Nya,
bersyukur atas nikmat-Nya, memuliakan-Nya dan mengagungkan-Nya.5
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa dzikir merupakan suatu
amalan, karena dengan dzikir kita banyak menyebut nama-nama Allah
serta pujian kepada-Nya.6
7
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingat kepadamu.
Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”
(QS. Al-Baqarah [2]: 152)
Dzikir dalam bahasa Arab diistilahkan dengan dzikrullah, yang
berarti mengingat Allah Swt. Dalam arti khusus, dzikir adalah usaha
pendekatan rohani dalam mengingat Allah, yang dilakukan dengan cara
memperbanyak bacaan tauhid (tahlil) “La Ilaha Illallah” atau lafadz al-
Jalalah “Allah” dan nama yang terkandung dalam asma al-husna.
Mengingat Allah dalam konteks ini adalah menghadirkan Allah dalam
5 Syaikh Ali Jum’ah, Kupas tuntas Ibadah-Ibdah diperselisihka,
(Cikarang, Duha Khazanah, t.t), 63. 6 Cryil Glasse, Naqsabandiyyah dalam Ensiklopedi Islam Ringkas
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 1999), 449. 7 Q.S al-Baqarah [2] : 152
24
hati. Sehingga orang yang berdzikir akan terus menyadari keberadaan
Allah dan hal itu akan mempengaruhi kepribadiannya dalam segala hal.8
Bedasarkan pengertian di atas maka kesimpulan yang dapat di
ambil bahwa dzikir adalah perkataan atau ucapan yang diulang-ulangan
secara sengaja dan dilakukan untuk mengingat, menyebut serta
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
B. Keutamaan dan Manfaat Dzikir
Setiap perbuatan yang kita lakukan hendaknya mengikuti jalan
yang lurus. Mematuhi dan memelihara syari’at agama merupakan cara
untuk mengikuti jalan yang lurus. Amalan ringan yang mempunyai
banyak keutamaan adalah dzikir. Selain itu, dzikir dapat membawa
perubahan yang sangat besar bagi setiap yang menjalankan dan
membiasakan dzikir dalam setiap gerak langkah kehidupan.
Ketika seseorang lalai dan lebih mengutamakan hawa nafsu ia akan
cenderung sukar untuk menerima kebenaran, tidak bisa membedakan
mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak, ketika hal itu terjadi
begitu lama dan berkelanjutan hati-nya akan dipenuhi dengan karat dan
akan semakin sulit menerima kebaikan. Hal yang bisa mengatasinya
adalah dengan berdzikir, karena dzikir bisa membersihkan hati kita
8 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy. Pedoman Dzikir dan Do’a.
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), 36.
25
sehingga karat-karat yang telah mengendap akan menjadi bersih dan hati
akan lebih mudah menerima kebenaran dan senantiasa ketika hati bersih
maka prilaku dan sifat kita juga lebih terkontrol.
Dalam al-Qur’an dijelaskan pula:
9
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingat kepadamu.
Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”
(QS al-Baqarah 152)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa salah satu keutamaan
dzikir adalah kita senantiasa akan diingat oleh Allah dan apabila Allah
mengingat kita maka bahagialah hidup kita. Sementara itu di lain ayat juga
dijelaskan bahwa hati akan menjadi tenang hanya dengan mengingat
Allah, sebagaimana yang terdapat pada surah al-Rad :28
10
9 QS al-Baqarah [2] : 152
26
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya denga
mengingat Allah hati akan menjadi tenteram.” (QS al-Rad 28)
Sering kali kita merasakan adanya kegelisahan, kerisauan dan
ketakutan, itu semua karena hati kita tidak tenang dan sebagaimana ayat di
atas bahwa bahwa hati akan menjadi tenang hanya dengan mengingat
Allah, oleh sebab itu untuk menghilangkan semua perasaan itu tidak lain
hanya dengan berdzikir kepada Allah.
Selain ayat-ayat di atas ada juga hadits yang menjelaskan tentang
keutaman dzikir kepada Allah. Di antaranya:
ار د بن بش ث نا مم ث نا سفيان عن اب إسحاق عن حد ث نا عبد الرحن بن مهدي حد وحد
هما قال: قال رسول الله الغر أب مسلم عن أب ىري رة الله ىصل وعن سعيد رضي الله عن
هم الرحة لئكة وغشي ت
هم الم ت و ن زلت عليهم عليو وسلم ل ي قعد ق وم يذكرون الله إل حف
نة وذكرىم الله ف كي 11يمن عنده.الس
“Tidak satu kaum pun berdzikir kepada Allah melainkan para
malaikat akan mengitari mereka, rahmat akan melingkupi mereka,
kedamaian akan turun kepada mereka dan Allah akan menyebut-nyebut
mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Imam Al-
Tirmidzi)
Hadits ini kembali menegaskan bahwa setiap mereka yang
berdzikir kepada Allah, maka kedamaian akan turun dan Allah akan
10
QS al-Ra’d [13] : 28 11
Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dhahak al-Tirmidzi.
Sunan al-Tirmidzi Juz 4. (Beirut: Dar al-Fikr, 2004), 232.
27
sennatiasa menyebut-nyebut mereka di hadapa malaikat yang ada di sisi-
Nya.
C. Sekilas Tentang Living Hadist
Hadis bagi umat Islam merupakan suatu yang penting karena di
dalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang pada masa
Rasulullah Saw. Tradisi-tradisi yang hidup pada masa kenabian tersebut
mengacu kepada pribadi Rasulullah Saw sebagai utusan Allah Swt, yang
didalamnya terdapat syarat akan berbagai ajaran Islam karena
keberlanjutannya terus berjalan dan berkembang sampai sekarang seiring
dengan kebutuhan manusia. Adanya keberlanjutan tradisi itulah sehingga
umat manusia zaman sekarang bisa memahami, merekam dan
melaksanakan tuntutan ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Jika mengacu kepada tradisi Rasulullah Saw yang sekarang telah
dijadikan sebagai suatu yang terverbalkan (secara lisan tidak tertulis) oleh
ulama hadis, sehingga memunculkan istilah hadis untuk dapat
membedakan dengan istilah sunnah, maka di dalamnya syarat adanya
tatanan yang mapan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan
beragama. Figure Nabi Muhammad Saw yang dijadikan oleh sentral dan
diikuti oleh masyarakt sesudahnya, sampai disini istilah yang poopuleh di
28
kalangan masyarakat adalah istilah hadis. Tentu, dalam istilah tersebut
mengandung berbagai bentuk dan meniscayakan adanya epistimologi yang
beragam dalam kesejahteraannya. Namun apa yang terjadi dalam
persoalan kodifikasi dan keilmuan hadis tidak berhenti dalam
dimensiolohi tersebut. terkait erat dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakt yang semakin kompleks dan diiringi adanya keinginan untuk
melaksanakan ajaran Islam yang sesuai dengan yang diajarkan Nabi
Muhammad Saw, maka hadis menjadi suatu yang hidup di masyarakat.
Istilah yang lazim dipakai untuk hal tersebut adalah living hadis.12
Definisi sunnah juga beragam ketika dikaitkan dengan spesialisasi
dan kajian keislaman tertentu. perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan
sudut pandang dalam memahami kedudukan Rasulullah Saw. menurut
ulama hadis yang menekankan pribadi dan perilaku Rasulullah sebagai
teladan manusia, sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan sifat-sifat
Nabi Saw.13
Kajian hadits pada dasarnya hanya bertumpu pada teks, baik matan
maupun sanad hadits yang mana harus mempunyai standar kualitas shahih,
hasan, dhaif ataupun maudhu’. Seiring berjalannya waktu melihat problem
12
Sahiron Syamsuddin. Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis. (Yogyakarta: TH-Press, 2007)., 105-106
13 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan
Pemalsunya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995)., 13
29
masyarakat yang semakin kompleks, kajian hadits tidak lagi hanya
bertumpu pada teks melainkan pada konteks / praktek masyarakat yang
kita sebut living haidts. Kajian living hadits ini tidak harus bertumpu pada
standar kualitas hadits shahih ataupun dha’if, yang penting bukan hadits
maudhu’ dan tidak menyalahi norma-norma. Karena pada dasarnya dalam
kajian living hadits, hadits sudah menjadi praktik yang hidup di
masyarakat.14
Living hadits adalah sebuah model kajian bahkan salah satu
gagasan yang dibentuk dalam disiplin ilmu hadits. Seperti halnya ilmu
ma’anil hadits, dalam metodelogi living hadits tentu memerlukan
perangkat-perangkat metodologis untuk mengkajinnya.Karena yang perlu
diteliti adalah praktik yang berkembang di masyarakat, maka penggunaan
teori-teori sosiologi dan antropologi dalam living hadits tidak dapat di
hindari. Karena living hadits hadir sebagai sebuah praktik yang lahir dari
dialektika individu dan masyarakat yang menjadi fokus kajian dalam
disipllin sosiologi dan antropologi.15
14
Saifuddin Zuhri Qudsy. “Living Hadits: Genealogi, Teori dan
Aplikasi”. Jurnal Living Hadits. Vol 1, no 1 (Mei 2016), 182. 15
Saifuddin Zuhri Qudsy. Living Hadits, 187.
30
D. Dzikir wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fithroh
Sukabumi
1. Pelaksanaan Dzikir Wajagan
Dzikir Wajagan merupakan latihan spiritual harian dan dzikir
bersama mingguan yang merupakan praktik yang penting dan tidak boleh
ditinggalkan oleh santri-wati di Pondok Pesantren Darusyifa al-Fithroh,
wajagan ini dilakukan oleh seluruh santri dan bahkan penduduk sekitar
pesantren pada malam jumat setelah shalat Maghrib.
Dzikir wajagan ini sebenarnya benama Dzikir Khatm Khawajagan
yang merupakan dzikir kalangan tarekat Naqsabandiyyah namun para
santri, alumni dan bahkan asatidz menyebutnya secara singkat dengan kata
dzikir wajagan.
Datangnya Dzikir Khatm Khawajagan di Ponpes Darusyifa al-
Fithroh ini berawal dari hubungan baik antara pimpinan pondok dengan
Syaikh Maulana Muhammad Hisyam Kabbani yang merupakan pimpinan
tarekat Naqsabandiyyah. Dari situlah kemudian berawalnya Dzikir Khatm
Khawajagan yang sampai saat ini terus dilaksanakan secara rutin setiap
malam jum’at di Ponpes Darussyifa.16
KH E Supriatna Mubarok M.Sc. M.M yang merupakan Pimpinan
Pondok Pesantren Darusyifa al-Fithroh mempunyai alasan mengapa dzikir
16
Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.
31
wajagan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini
adalah semata-mata untuk mengajarkan sunnah kepada para santri.
Sunnah-sunnah yang diajarkan diantaranya:
1. Membiasakan santri untuk memperbanyak amalan pada hari
Jumat.
2. Mengajarkan santri untuk terbiasa mengikuti majelis-majelis
dzikir.
3. Mengajarkan kepada santri macam-macam cara berdzikir.
4. Mengajarkan kepada santri keutamaan-keutamaan berdzikir.17
Adapun rangkaian pelaksanaan Dzikir Khatm Khawajagan
dilaksanakan setelah Shalat Maghrib, dan diawali dengan shalat-shalat
sunnah diantaranya Shalat Awwabin, Shalat Li hifdzi al-Iman, Shalat Birru
al-Walidain, Shalat Taubat, Shalat Tasbih, dan Shalat Hajjat. Shalat-shalat
sunnah ini berlangsung hingga tiba waktu shalat Isya, maka setelah shalat-
shalat sunnah di laksanakan, di lanjutkan dengan shalat Isya, shalat
Ba’diah Isya dan ditutup dengan Shalat Witir, setelah rangkaian shalat-
shalat tersebut baru lah dimulai pembacaan dzikir wajagan yang
17
Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.
32
berlangsung lebih kurang 60 menit. Adapaun bacaan dzikir wajagan dapat
dilihat pada lampiran 1.18
2. Hadits-Hadits Yang Hidup Pada Pelaksanaan Dzikir Wajagan
Sebagaimana alasan utama dilaksanakannya wajagan di Ponpes
Darusyifa al-Fithroh ini adalah untuk mengajarkan sunnah Nabi melalui
berdzikir, hadis-hadis yang hidup pada pelaksanaan dzikir wajagan ini
adalah sebagai berikut:
1. Dzikir wajagan yang dilaksanakan pada malam jumat atau kamis
malam ini berlandaskan pada keistimewaan hari jum’at. Dimana
seluruh masyarakat pondok sangat mengistimewakan hari jumat
dengan segala keagungan nya, seperti yang dijelaskan dalam sabda
Nabi berikut ini:
Teks haditst
رة ي عن الحزامي عن أب الزند عن العراج عن أ غي
ث نا الم بة بن سعيد حد ث نأ ق ت ي ب حدمس الله عليو وسلم قال ىالنب صل أن رضي الله عنو ىري رة ر ي وم طلعت عليو الش خي
اعة ال ها ول ت قوم الس ف ي وم ي وم الجمعة فيو خلق ادم وفيو ادخل الجنة وفيو اخرج من 19الجمعة.
18
H.M.Said H.R.,S.Ag (sebagai tenaga pengajar sekaligus alumni di
Pondok Pesantren Darusyifa al-Fithroh). Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi
Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat. 19
Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hujaj al-Qusairy An-Naisabury,
Shahih Muslim, Juz 2. (Beirut : Darul Kutub Ilmiyyah), 389.
33
"Diriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a., bahwasanya Nabi Saw
pernah bersabda: Hari yang terbaik yang ada matahari muncul
adalah hari Jumat. Pada hari Jumat adam diciptakan, pada hari itu
Adam dimasukkan kedalam surga, dan tidak terjadi kiamat kecuali
pada hari Jumat.” (H.R Imam Muslim)
Takhrij haditst
Hadits ini juga terdapat dalam Shahih Muslim, Kitab Jum’at,
bab 26; Abu Dawud dalam sunan Abi Dawud, kitab witir, bab 26; al-
Turmudzi dalam sunan al-Turmudzi, Kitab Jum’at, bab 1; dan al-
Nasa’i dalam sunan al-Nasa’i kitab Jum’at, bab 4.20
Dalam kitan nya, Imam an-Nasai menerangkan bahwa hadits
ini merupakan hadits yang shahih.21
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa hari jumat adalah hari yang
terbaik, dan pada hari jumat banyak hal-hal istimewa terjadi seperti
diciptakannya nabi Adam, nabi Adam dimasukkan kedalam syurga
dan pada hari jumat pula terjadi kiamat. Berdasarkan inilah pimpinan
pondok berupaya memaksimalkan amalan santri pada malam jumat
dengan melaksanakan dzikir wajagan bersama.
Dari hadits ini semua masyarakat di pondok pesantren
Daarussyifa ini meyakini hari jumat merupakan hari yang sakral.
Dengan itu seluruh kegiatan pesantren di fokuskan untuk dzikir
20
Lihat Wensink. Mu’jam al-Mufakhros Li aladzi al-Hadits al-Nabawi
Jilid 2 (Madinah, 1926), 256.
21
Abi Abdurrahmah Ahmad bin Syuaib bin Ali al-syahir al-Nasa’I.
Sunan al-Nasa’i. (Riyadh : aktabah al-Ma’arif ), 102.
34
wajagan yang dilaksanakan ba’da shalat magrib yang diawali dengan
shalat-shalat sunnah di antaranya Shalat Awwabin, Shalat Lihifdzil
Iman, Shalat Birrul Walidain, Shalat Tasbih, Shalat Taubat, Shalat
Lidaf’il Bala dan Shalat Hajat.
2. Dzikir Wajagan dilaksanakan bersama-sama dengan tujuan
pembelajaran kepada santri supaya terciptanya kedamaian dan
ketenteraman untuk mereka yang akan membuat mereka lebih
nyaman tinggal di Pondok Pesantren Darussyifa. Sebagaimana dalam
hadits dijelaskan:
Teks haditst
ث نا سفيان عن اب إسحاق ث نا عبد الرحن بن مهدي حد اروحد د بن بش ث نا مم حد
هما قا وعن سع سلم عن أب ىري رة عن الغر أب م : قال رسول الله ل يد رضي الله عن
هم الرحة ىصل لئكة وغشي ت
هم الم ت و الله عليو وسلم ل ي قعد ق وم يذكرون الله إل حف
نة وذكرىم الله فيمن عنده.ن زلت عليهم كي 22الس
“Dari Abu Hurairoh r.a dan dari Sa’id r.a berkata: tidaklah
berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah melainkan
para malaikat akan mengitari mereka, rahmat akan melingkupi
mereka, kedamaian akan turun kepada mereka dan Allah akan
menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-
Nya.” (H.R Imam Al-Tirmidzi)
Takhrij haditst
22
al-Tirmidzi, 232.
35
Hadits ini juga terdapat dalam kitab Shahih Muslim bab
Dzikir nomor 39, Sunan an-Nasai bab Muwaqit nomor 55, Ahmad
bin Hanbal Juz 2 halaman 3223
.
Melalui penelusuran dalam aplikasi hadits Lidwa, hadits ini
mmerupakan haditst yang shahih menurut ijma’ ulama.24
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa ketika kita berkumpul
sambil berdzikir kepada Allah maka malaikat akan mengitari kita
dengan rahmat dan kedamaian.
Menurut Riski Joko Sukmono dalam bukunyya Psikologi
Dzikir, Majelis Dzikir adalah aktivitas yang didalamnya dilakukan
dzikir secara bersama-sama.25
Majelis dzikir juga merupakan salah satu cara yang efektif
untuk menjaga lisan dari perbuatan ghibah, mengadu domba,
berbohong, serta perbuatan keji dan bathil lainnya.26
Jika manusia
biasa berdzikir kepada Allah SWT, maka dia akan selalu mengingat
perintah-perintah Allah SWT. membicarakan hal-hal yang baik dan
bermanfaat.
23
Lihat Wensink. Mu’jam al-Mufakhros, 179.
24
Penelusuran aplikasi Lidwa versi Android pada hari Selasa, 19
Februari 2019. 25
Riski Joko Sukmono. Psikologi Dzikir . (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), 1. 26
Abdul Razzaq Asy Shadr. Berdzikir Cara Nabi, Merengkuh Puncak
Pahala Dzikir Tahmid, Tasbih, Tahlil dan Hamdalah. (Jakarta: HIkmah, 2007),
28.
36
Banyak sekali manfaat yang diperoleh seseorang jika
mengikuti Majelis Dzikir, karena Majelis Dzikir merupakan tempat
paling bersih, mulia, bermanfaat dan tinggi derajatnya, merupakan
tempat yang paling bernilai agung menurut Allah SWT.
Maka dengan itu Pimpinan Pondok Pesantren Daarussyifa al-
Fithroh mengadakan majelis dzikir yaitu dzikir Wajagan dengan
tujuan selain mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga melihat dari
berbagai macam latar belakang ribuan santri yang ada, dengan
melakukan dzikir wajagan secara bersama-sama mereka merasa
lebih damai dan tentram sehingga santri menjadi betah dan lebih
focus belajar di Pondok Pesantren.
3. Menurut pelaksanaannya dzikir wajagan merupakan dzikir jahar.
Dzikir jahar adalah dzikir dengan suara yang keras (bersuara). Suara
keras ini ibaratkan sebuah kekuatan yang besar seperti hal nya
kekuatan yntu memecahkan batu. Batu hanya bisa di pecahkan
dengan kekuatan yang sangat besar. Begitu pula dengan hati
manusia yang dipenuhi dengan gangguan jiwa dan penyakit-
penyakit hati lainnya akan sulit dipecahkan jika tidak dengan
kekuatan yang luar biasa, kekuatan itu adalah dengan dzikir jahar.27
27
K.H. A Shohibul Wafa Tajul Arifin. Mifthus Shudur. (Tasikmalaya:
Yayasan Serba Bakti. 1969). 25.
37
al-Ghazali mengatakan dalam bukunya “rahasia dan do’a”
dalam melakukan dzikir kepada Allah seseorang harus focus tertuju
hanya kepada Allah swt. maka dari itu sebelum melakukan dzikir ia
harus memalingkan pikiran dan perasaan yang meragukan atau was-
was terlebih dahulu. apabila berhasil melakukannya secara terus-
menerus. 28
Dzikir Wajagan dibacakan dengan suara yang keras
berlandaskan pada hadits Nabi Saw yang berbunyi:
Teks haditst
هم وت ب عن إبن عباس رضي الله عن لذكر حي ا : أن رفع الص
كت وبة , كان على عهد النب صل
الله عليو وسلم. ىي نصرف الناس من الم
عتو 29وقال ابن عباس كنت أعلم إذا انصرفوا بذلك إذا س“Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa
mengeraskan suara dalam berdzikir seusai orang melaksanakan
shalat wajib dengan berjamaah sudah menjadi kebiasaan pada
masa Nabi Saw. kata Abdullah bin Abbas Ketika saya mendengar
dzikir tersebut saya tahu bahwa orang-orang sudah selesai
melaksanakan shalat jamaah”(H.R Bukhori)
Takhrij Haditst
28
Al-Ghaza. Asrar al-dzikir wa dakwat. (terj): Muhammad al-Bagir,
(Bandung:karidua, 1996), 38. 29
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhori. Juz 1 (Beirut:
Maktabah al-Rusyd), 109.
38
Hadits ini juga terdapat dalam kitab Shahih Bukhori bab
Adzan nomor 155; Kitab Abu Dawud bab Shalat nomor 185; dan
Musnad Ahmad bin Hanbal Juz 1 halaman 276.30
Dalam penelurusan penulis melalui aplikasi hadits Lidwa,
hadits ini merupakan hadits yang shahih menurut ijma’ ulama.31
Imam Bukhori menyebutkan bahwa hadits ini merupakan
hadits marfu’, Imam Muslim dan jumhur ulama telah menyetujui
pendapat beliau dalam hal ini, dan ini merupakan dalil bolehnya
mengeraskan suara saat membaca dzikir setelah shalat. Imam An-
Nawawi berkata bahwa Imam Syafi’i memahami hadits ini dengan
mengeraskan ataupun membacanya dengan suara dzikir hanya
bertujuan untuk mengajarkan sifat dan cara berdzikir kepada orang-
orang.32
Sebagian ulama berpendapat ”dianjurkan mengeraskan suara
pada dzikir setelah shalat”.Ulama-ulama yang berpendapat dzikir
dengan cara mengeraskan suara diantaranya adalah Ibnu
Hazm.beliau berkata bahwa mengeraskan suara dengan bertakbir
pada dzikir sesudah shalat adalah suatu amalan yang baik.33
30
Wensink. Mu’jam al-Mufakhros, Jilid 3, 245.
31
Penelusuran melalui aplikasi Lidwa pada hari Selasa 19 Februari
2019 32
Ibnu Hajar al-Asqalani. Fathul Bari. juz 4. Terj. Gazirah Abdi Ummah
(Jakarta: Pustaka Azzam. 2002), 711. 33
Ibnu Hazm. Al-Muhalla Juz 4. (terj). (Jakarta: Pustaka Azzam), 260.
39
Demikian juga pendapat imam al-Thabari, beliau berkata hadits ini
sebagai isyarat bahwa benarnya perbuatan para imam yang bertakbir
setelah shalat.34
Habib Ali bin Hasan al-Aththas dalam kitabnya al-Qirthas
mengungkapkan bahwa memperjelas sesuatu adalah tanda syukur
dan menyembunyikannya adalah tanda kufur. Dan itulah yang
dimaksud dengan dzikrullah dengan mengeraskan suara dan
menyebarluaskannya.35
K.H E Supiatna Mubarok sebagai pimpinan pondok,
melakukan dzikir wajagan dengan suara yang keras berpegang pada
hadits di atas, selain itu juga dzikir dengan suara keras ini bertujuan
untuk pendidikan kepada santri, karna dzikir ini merpakan dzikir
yang cukup panjang maka para santri membutukan komando untuk
membacanya. Maka dengan dipimpin satu komando dan suara
dikeraskan santri dan masyarakat bisa mengikuti dzikir ini bersama-
sama.36
Hadits-hadits diatas merupakan landasan pokok yang
kemudian direalisasikan melalui pelaksanaan dzikir wajagan di
pondok pesantren Daarussyifa al-Fithroh. Maka dengan ini tradisi
34
Ibnu Hajar al-Asqalani. Fathul Bari. Terj. 713. 35
Habib Ali bin Hasan al-Aththas. Trej. Al-Qirthas, (Darul Ulum Press.
200), 190. 36
KH. E Supriatna Mubarok. Wawancara.
40
dzikir wajagan termasuk dalam salah satu fenomena living hadits di
Indonesia.
41
BAB III
SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-
FITHROH SUKABUMI
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa
Fithroh Sukabumi
Adanya keinginan memadukan sistem pendidikan yang meninjau
kecerdasan ruhani dengan pendidikan umum yang bertujuan
menciptakan peserta didik yang tidak hanya cakap dalam ilmu
pengetahuan akan tetapi juga cakap memiliki akhlak dan prilaku yang
shaleh adalah tujuan didirikannya Yayasan Pendidikan Sosial dan
Pendidikan Islam Darussyifa Al-Fithroh. Tidak hanya itu, dengan
adanya keterpaduan tersebut diharapkan adanya warna baru dalam
dunia pendidikan. Dimana fikir dan amal menyatu dengan dzikir yang
memiliki keseimbangan. Sehingga lulusan yang dilahirkan memiliki
potensi jasmani dan rohani yang seimbang dan juga ditopang dengan
kemampuan mengelola suatu kegiatan usaha1.
Untuk mempersiapkan dan mencetak SDM yang memiliki
kemampuan itu jelas dibutuhkan adanya lembaga pendidikan yang
memadukan pendidikan ilmu pengetahuan (IPTEK) dan pendidikan
1 KH E. Supriatna Mubarok Msc.MM (Pendiri Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh). Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 26 Agustus 2018, Jawa
Barat.
42
karakter, pendidikan yang mengembangkan, mencerdaskan dan
keterampilan pendidikan akhlak (IMTAK). Pendidikan yang
menjadikan agama sabagai basis bagi pembangunan nilai-nilai
kecerdasan, keterampilan, semangat penelitian dan pengembangan
akan pekerjaan dan pengabdian. Semua itu dapat diakomodir dengan
penyelenggaraan lembaga pendidikan yang memiliki pola keterpaduan
antara kepesantrenan dan sekolah.2
Konsep memadukan sitem kepesantrenan dengan lembanga
pendidikan bukan hanya menjadi tugas pemerintah, akan tetapi
mennjadi tugas semua orang. Untuk itu Dr. KH. E.S Mubarok, M.Sc,
MM dan Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd sebagai pendiri bersama tokoh
masyarakat, pemerintah setempat dan teman-teman yang memiliki
pemikiran dan tujuan yang sama berusaha untuk mendirikan sebuah
lembaga yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat
luas. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan melalui perjalanan
yang panjang, maka terhimpunlah kekuatan untuk mendirikan lembaga
pendidikan yang bernama Yayasan Sosial Dan Pendidikan Islam
Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi (Yaspida), yang salah satu di
dalamnya adalah PONDOK PESANTREN BERBASIS
TERPADU, yang diberi nama “Pondok Pesantren Terpadu Darussifa
2 “Yaspida Sukabumi” Diakses, 30 Agustus 2018,
https://yaspidasukabumi.com/sejarah
43
Al-Fithroh” yang didirikan pada hari Jumat tanggal 04 Juni 1999 di
kampung Renged RT 19/04 Desa Cipetir Kecamatan Kadudampit
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.3
B. Profil Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh
Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi berada di
bawah naungan Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Darussyifa Al-
fithroh Perguruan Yaspida Sukabumi.
Tabel 1. Profil Pondok Pesantren Darrussyifa al-Fithroh
Ketua Umum Yayasan Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd
Nomor Akte Notaris No. 1 Tgl. 25 Februari 2005
Diperbaharui Dengan No. AHU-
AH. 01.06-506 Tgl 06 April 2015
Alamat Yayasan Jl. Parungseah No. 43 KM.4 Desa
Cipetir Cisaat Kecamatan
Kadudampit. Cisaat, Sukabumi-
Jawa Barat
Status Swasta
Tahun Pendirian 04 – 06 – 1999
Telepon/ Faximile (0266) 6249758
3 KH E. Supriatna Mubarok, Wawancara
44
Website/ email www.yaspidasukabumi.com
yaspida_sukabumi@yahoo.com
Nama Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fithroh
Tipe Pondok Pesantren Salafiyah terpadu
No Statistik Pondok
Pesantren
510032020454
Pimpinan Pondok Pesantren Dr. KH. E. Supriatna Mubarok,
M.Sc. M.M.
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
1. Visi
Mencetak santri yang Intelek, Religius, Cerdas, Berakhlaqul
Karimah, Mandiri, Kompetitif, dan Disiplin dalam segala hal
menuju Insan Kamil Anfa‟ahum Linnas melalui pengkaderan
“Ulama ul‟amilin”4
2. Misi
Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapai visi. Adapun misi dari Pondok Pesantren Terpadu
Darussyifa Al-Fithroh ialah :
1) Menanamkan nilai-nilai ke-Islaman, Akhlaqul Karimah,
Aqidah Islamiyah dan kader-kader ulama serta
4 Sumber: Company Profile Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-
Fithroh
45
pemimpin umat yang muttafaquh fiddiin berpaham
Ahlusunnah Waljama‟ah.
2) Mengembangkan minat dan bakat santri melalui
kurikulum kepesantrenan berbasis keterpaduan,
kompetensi, kemasyarakatan dan aplikasi amaliyah
ubudiyah.
3) Mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi social dan
budaya serta karya seni Islami.
4) Memberikan pelayanan dan keteladanan atas dasar
nilai-nilai Islam yang inklusi dan humanis.
5) Mengembangkan manajemen pesantren berbasis
keterpaduan yang menjadi rujukan secara regional dan
nasional.
6) Mengembangkan kemitraan dengan institusi
pemerintah, lembaga usaha, lembaga kemasyarakatan
dan swadaya tanpa ikatan.
7) Menjalankan Pondok Pesantren sebagai tempat
mengabdi untuk umat menuju Mardhotillah, mencetak
santri yang intelek, kompetitif dan disiplin dalam segala
hal menuju Insan Kamil Anfa‟ahum Linnas melalui
pengkaderan “Ulamaul „Amiliin.
46
8) Mempersiapkan generasi Islam yang kompeten
(science, skill, social behaviour, sincere faith) untuk
berkiprah di dunia internasional.
9) Mengembangkan potensi sesuai dengan minat yang
dimiliki.
10) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, handal, teruji
dan siap pakai (Demand Driven).5
3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai Pondok Pesantren terpadu
Darussyifa Al-Fithroh Kabupaten Sukabumi adalah:
1) Mendidik santri supaya memiliki iman yang kuat,
kepercayaan yang mantap terhadap ajaran Islam secara
komprehensif.
2) Mendidik santri agar mampu berfikir rasional yang
dilandasi dengan dasar-dasar Aqidah Islamiyah.
3) Mendidik santri agar selalu menjunjung tinggi dan
mengaplikasikan konsep kehidupan secara realistis melalui
Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyyah, Ukhuwah
Ma‟hadiyyah dan Ukhuwah Wathoniyyah.
5 Company Profile Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh,
(Sukabumi: 2017), 71
47
4) Mendidik santri agar tercapainya kehidupan yang
Anfa‟ahum Linnas dengan predikat Ulama‟ul Amiliin.
5) Mendidik santri agar mampu menjalankan dan
mengamalkan Ubudiyah atas tuntunan Al-Quran, Sunnah,
Ijma‟ dan Qiyyas berdasarkan konsep Ahlusunnah
Waljama‟ah.
6) Membentuk kader pemimpin umat dan bangsa yang handal,
amanah, cerdas, inspiratory dalam tatanan kehidupan secara
nyata.
7) Mendidik santri agar memiliki kemantapan Aqidah
Ahlusunnah Wal Jama‟ah, kedalaman spiritual, keleluasaan
Ilmu dan keterampilan serta keluhuran budi pekerti.
8) Menjadikan Alumni Pondok Pesantren yang siap pakai di
tengah-tengah kehidupan masyarakat tanpa menjadikan
beban kepada masyarakat dimana alumni berada.
9) Menjadikan Alumni Pondok Pesantren sebagai pengabdi
umat menuju Anfa‟ahum Linnas.
10) Menjadikan alumni Pondok Pesantren yang
mengaplikasikan pemahaman ilmu agama sebagai landasan
dan cerminan untuk masa yang akan datang.
48
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa
Al-Fithroh
Tabel 2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh.
Pimpinan Pondok Pesantren Dr.KH.E.Supriatna Mubarok
MSc.,MM
Dewan Pertimbangan &
Kehormatan
Dr.Hj.Lani Melani,M.MPd
H. Margono, SH., MM
H. Nandang Irawan, M.Pd
H. Uce Gunawan, S.Ag. MM
Pembina Kepesantrenan H.M, Said H.R, S.Ag
Dewan Pengembangan
Kelembagaan
Nur Fitriani Fauziah, S.Pd
Dewan Keorganisasian H. N. Yuda Kurniawan, M.Pd.I
Ketua Dewan Komisi H. Ahmad Muchsin
Ka.Bag. Kepesantrenan H. Dedi Nurfarid
Ka.Bag. Kesekretariatan Rahmat Adikusumah,SE.,MSi
Ka.Bag. Keputrian Hj. Eli Susilawati, S.Ag.,M.Pd
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
49
5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa
Al-Fithroh
Tabel 3. Sarana dan Prasarana
FASILITAS
PESANTREN
1) Masjid
2) Majlis Utama
3) Ruang pengajian yang terpisa putra/ putri
4) 90 Kamar Asrama Putri
5) 107 Kamar Asrama Putra
6) 60 Kamar Mandi + WC Putera
7) 50 Kamar Mandi + WC Putri
8) Kantin Putera dan Puteri
9) Kolam Renang Umum Digunakan untuk
berenang Santri Putri
10) Pusat Pembelajaran Santri
11) Sarana Konsultasi Santri
12) Tempat Peristirahatan Orang Tua
13) Unit Usaha (Sapi Perah, Budidaya
Perikanan, Budidaya Pertanian dan
AMDK)
14) Klinik Kesehatan Santri
15) Kantor Pesantren Putra/ Putri
50
16) Perpustakaan
17) Warnet
18) Gedung Olahraga dan Seni Santri
19) Majlis Ta'lim
20) Majlis Dzikir, Sholawat dan Aurod
21) Koperasi pondok pesantren
22) Sarana Lahan pertania
23) Lembaga pendidikan keterampilan
FASILITAS
SEKOLAH
1) Gedung sekolah yang refresentatif
2) Ruang Kelas Milik Sendiri (Ruang KBM)
3) Ruang Praktek Listrik
4) Ruang Praktek Kendaraan Ringan/
Otomotif
5) Ruang Perpustakaan
6) Ruang Lab. Teknik Informatika
7) Lab. IPA
8) Ruang Lab. Farmasi
9) Sarana Perkantoran tiap Komponen
10) Kantin Sekolah
11) Ruang OSIS dan BP
12) Ruang Sekretariat PASGARRDA
51
13) Ruang Sekretariat PASPAMDA
14) Musik Room
15) Lapangan olahraga (bola voli, bulu
tangkis, tenis meja, sepak bola, basket, dll)
16) Lab administrasi perkantoran dan Lab
Bahasa
17) Lab. Farmasi
18) Perpustakaan
Tempat Ibadah
1) Masjid Nurul Fithroh
2) Majlis Nurul Fithroh
3) Mushola Wadil Quro
4) Mushola Hikmah Mubarok
Asrama Putra 1) Pondok Darul Rif‟at (kamar 1 – 8)
2) Pondok Hikmah Mubarok 1 (kamar 1-5)
3) Pondok Hikmah Mubarok 2 (kamar 1-4)
4) Pondok Hikmah Mubarok 3 (kamar 1-3)
5) Pondok Darul Amaliyah (kamar 1-16)
6) Pondok Darul Autam (kamar 1-8)
7) Pondok Darul Ilmi (kamar 1-24)
8) Pondok Wadil Quro (1-20)
Asrama Putri 1) Pondok Arofah (1 kamar)
52
2) Pondok Ashabul Ma‟had (kamar 1-7)
3) Pondok Madinah (kamar 1-10)
4) Pondok Zaleha 1 (kamar 1-8)
5) Pondok Zaleha 2 (kamar 1-4)
6) Pondok Tan‟im (kamar 1-8)
7) Pondok Mubarok SLA (kamar 1-23)
8) Pondok Makkah (kamar 1-10)
9) Pondok Badar 1 (kamar 1-8)
10) Pondok Badar 2 (kamar 1-5)
11) Pondok Hikmah (kamar 1-3)
12) Pondok Darul Autam (kamar 1-6)
13) Pondok Soenarto (kamar 1-12)
14) Pondok Marwah (kamar 1-2)
15) Pondok Sofwah (kamar 1-2)
16) Pondok Fauziah (kamar 1-2)
17) Pondok Mubarok SMP (kamar 1-6)
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
6. Data Santri Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh
Tabel 4. Data Santri Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh
Santri Putra
53
SD 54 Orang
SMP/ MTs 838 Orang
SMA/MA/SMK 1.092 Orang
Jumlah Total 1.984 Orang
Santri Putri
SD 46 Orang
SMP/ MTs 695 Orang
SMA/MA/SMK 899 Orang
Jumlah Total 1.640 Orang
Santri Ma’had Aliy
Putra 54 Orang
Putri 64 Orang
Jumlah Total 118 Orang
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
7. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 5. Data Guru secara Umum
Jenjang
Pendidikan
Jumlah Status Kepegawain
Doktor ( S-3) 2 Guru Tetap Yayasan (GTY)
54
Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan (GTY)
Sarjana ( S-1 ) 170
GTY = 39 Orang
GTT = 110 Orang
Sarjana Muda ( D-
III )
3
GTT = 3 Orang
Diploma II ( D-II ) 1 Guru Tetap Yayasan
SLTA 8
GTY = 1 Orang
GTT = 7 Orang
Jumlah 194
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
Tabel 6. Data Guru-Guru Kepesantrenan
Jenjang
Pendidikan
Jumlah Status Kepegawain
Doktor ( S-3) 2 Guru Tetap Yayasan
Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan
Sarjana ( S-1 ) 121 Guru Tetap Yayasan
Sarjana Muda ( D-
III )
Guru Tetap Yayasan
Diploma II ( D-II )
Guru Tetap Yayasan
55
Diploma I ( D-I )
Guru Tetap Yayasan
SLTA 15 Guru Tetap Yayasan
Jumlah 148
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
Tabel 7. Tenaga Kependidikan
No. Status Kepegawaian Jumlah
1 Karyawan 101
2 Pengabdian 31
Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh
56
BAB IV
ANALISIS HASIL PRAKTEK DZIKIR WAJAGAN DI PONDOK
PESANTREN DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI
A. Pemahaman Penduduk Pesantren Terhadap Keutamaan Wajagan
Wajagan dalam istilah yang dipahami oleh penduduk pondok
pesantren salafi terpadu Daarussyifa al-Fithroh Sukabumi secara
umum adalah suatu kegiatan rutinitas yang paling sakral yang
dilaksanakan setiap malam Jum’at. Dikatakan sakral karena
banyak keutamaan-keutamaan dari pelaksanaan wajagan ini. dan
pelaksanaan wajagan ini dilaksanakan pada malam jum’at dimana
hari jum’at ini merupakan hari yang istimewa dan disebut sebagai
sayyidul ayyam. Selain banyak keutamaan-keutaman dari dzikir
banyak pula keutamaan-keutamaan dari hari Jum’at.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi tentang
keutamaan dzikir, ketika kita berkumpul sambil berdzikir kepada
Allah Saw maka Malaikat akan mengitari kita dengan rahmat dan
kedamaian.
Segala gundah, gelisah dan resah seringkali kita rasakan ketika
menanggung beban hidup, jika hati lemah perasaan-perasaan itu
akan terus menyelimuti yang bisa menyebabkan ketidaktenangan.
Ketidaktenangan juga bisa dirasakan ketika kita berbuat dosa.
57
Dengan berdzikir rasa gundah, gelisah, resah bahkan
ketidaktenangan itu seketika akan berubah menjadi kedamaian.1
Allah adalah pemilik sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua
sifat nya berasal dari dua suku kata yang pertama, kata ar-rahmah
yang berarti kasih sayang, kasih sayang Allah terhadap manusia
begitu luas, oleh karena itu kasih sayang Allah harus kita gapai
dengan memperbanyak dzikir. Dengan berdzikir akan terbuka
kemudahan dalam memahami suatu hal, dan dengan berdzikir pula
kita terhindar dari segala macam penyakit hati, penyakit ruhani
maupun jasmani, terhindar dari rasa khouf atau takut, gelisah
gundah gulana serta merasa aman dari segala ancaman dan
gangguan. Bahkan dzikir bisa membuat kita mendapatkan
kedudukan yang mulia di sisi Allah dan memperoleh kemudahan
dalam melewati titian Shirath al-Mustaqim.2
Selain banyak keutamaan-keutamaan dzikir. Wajagan sendiri
bertambah keutamaan nya dengan keutamaan hari Jum’at. Dalam
hadits Nabi telah disebutkan tentang keutamaan hari Jumat
bahwasanya hari Jum’at adalah Sayyidul Ayyam. Yang berarti hari
Jum’at adalah pemimpinnya hari. Pemimpin hari dalam hal ini
1 Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi Di Era Teknologi Informasi.
(Semarang: Rasail, 2010), 96. 2 Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.
58
maksudnya adalah hari yang Allah Swt muliakan. Karena
didalamnya memiliki banyak keutamaan diantaranya
diciptakannya Nabi Adam As pada hari jum’at, Nabi Adam
dimasukkan ke syurga pada hari jum’at, terjadinya hari kiamat
pada hari jum’at dan hari jum’at merupakan waktu paling
mustajab. Memahami hadts tersebut secara makna dan redaksinya
mengandung pengertian bahwa manusia dianjurkan memuliakan
hari jum’at dengan memperbanyak amal ibadah.3
Wajagan bagi para santri adalah satu wadah pembelajaran
untuk membiasakan diri perbanyak dzikir kepada Allah Swt, selain
itu wajagan mampu membuat para santri betah dan nyaman tinggal
di pondok pesantren. Dari total 4.000 (empat ribu) santri, 99%
menganggap pondok sebagai rumah keduanya. Bahkan para
alumni dari berbagai angkatan banyak dari mereka menyempatkan
diri dari kesibukannya untuk mengikuti Wajagan di setiap malam
jum’at nya. Itulah mengapa dikatakan wajagan mampu membuat
setiap orang yang mengikutinya nyaman berada di pondok
pesantren Daarusyyifa al-Fithroh.4
3 Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi, 125.
4 Nandang Yuda Irawan (sebagai sekretaris yayasan Pondok Pesantren
Darussyifa al-Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 10
Juni 2018, Jawa Barat.
59
Selain membuat hati tentram, wajagan juga merupakan salah
satu upaya untuk memperbaiki akhlak santri. Melihat banyak nya,
berasal dari adat dan budaya yang berbeda-beda, selain dengan
peraturan-peraturan untuk mendisiplinkan akan tetapi dibutuhkan
sentuhan batin agar perubahan dan kebaikan mereka muncul dari
kesadaran mereka sendiri dengan begitu para staff pengajar sangat
terbantu dengan adanya rutinitas dzikir wajagan.5
B. Dampak Wajagan Terhadap Penduduk Pondok Pesantren Salafi
Terpadu Daarussyifa Al-Fithroh Sukabumi
1. Dampak wajagan terhadap ketenangan jiwa
Sebagai mana berzdikir akan membuat kita menjadi tenang.
Begitu pula dengan dzikir wajaga. Dzikir wajagan didalamnya
terdapat bacaan-bacaan dzikir secara berulang-ulang dengan tujuan
menghadirkan Allah dalam hati kita. Maka ketika Allah Swt sudah
hadir pada hari kita, kita akan menjadi tenang.
Dalam hidup ini kadang kita mengalami keresahan. keresahan
itu muncul akibat hal yang kita lakukan sendiri atau karena
pengaruh orang lain. Kita bisa mengatasinya dengan berdzikir di
samping berusaha mencari penyelesaian terhadap masalah tersebut.
5 Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.
60
solusi ini tidak diragukan lagi karena Allah telah menyampaikan
langsung dalam al-Qur’an. Rasulullah dan para Shahabat r.a telah
memberikan contoh yang baik dalam hal ini. dengan berdzikir kita
akan mendapatkan ketenangan hidup.
Karat dalam hati seseorang akan menumpuk sesuai dengan
tingkat kelalaiannya jika seseorang lalai dari mengingat Allah pada
sebagian waktunnya. ketika hati berkarat, bentuk ucap dan sikap
yang ada di dalam dirinya tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Karena ia selalu memandang suatu kebatilan dalam bentuk
kebenaran dan memandang suatu kebenaran dalam bentuk
kebatilan. Oleh karena itu, hati akan tampak gelap dan didalamnya
tidak akan pernah tampak kebenaran ketika karat telah menutupi
hati kita. Apabila karat itu telah memenuhi hati, ia akan menjadi
hitam seluruhnya dan pandangannya menjadi rusak sehingga ia
tidak mampu menghindari kebatilan. sikap lalai yang mengikuti
hawa nafsu menjadi sumber dari siksaan hati yang paling berat.
Bambang adalah salah seorang alumni dan juga merupakan
bagian dari pengabdian di pondok pesantren ini mengatakan bahwa
dengan mengikuti wajagan hatinya terasa lebih tenang, nyaman
dan hanyut dalam kekhusyuan ibadah. Dan hal ini berdampak bagi
kehidupan sehari-harinya yang mana hidupnya lebih jelas dan lebih
61
teratur seakan Allah seallu memberikan jalan keluar di setiap
masalah yang dihadapinya serta membuat diri menjadi lebih
percaya diri dalam melakukan aktifitas.6
Begitu juga dengan Ustadz Fikri selaku ketua di bagian bidang
Tata Usaha dan administrasi kepesantrenan, beliau juga terlibat
dalam pelaksanaan dzikir wajagan sebagai pembimbing santri
kelas 1 Tsanawiyyah yang harus memantau anak didiknya selama
mengikuti prosese kegiatan dzikir wajagan, sebagai jabatannya di
bidang administrasi ke pesantrenan atau yang biasa kita sebut
sebagai TU atau (tata usaha) beliau juga sering di datangi oleh
beberapa santri-santriwan yang menceritakan keluh kesah ketika
mengalami keresahan dan ketidak betahan anak-anak santri baru
yang sangat cukup padat dengan beberapa rentetan jadwal belajar
di dalam kelas maupun mengaji kitab-kitab di luar kelas, terlebih
lagi dengan adanya rutinitas kegiatan dzikir wajagan yang di
lakukakan pada Kamis malam Jum’at yang cukup memakan waktu
yang cukup lama.
Para santri menceritakan tentang keluh kesah mereka ketika
meresakan keresahan dan ketidak betahannya di pondok wajagan
6 Bambang (sebagai pengabdian di Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018,
Jawa Barat.
62
hadir sebagai penawar obat rindu pada orang tua dan penyembuh
bagi batin anak-anak yang masih merasakan hati yang gelisah pada
ssat bombing dan ragu untuk melakukan aktivitas-aktivitas lainnya
justru santri menjadi lebih bersemangat dan bergairah dengan
mengikuti kegiatan dzikir wajagan mereka mengatakan hati
mereka terasa lebih tenang fikiran mereka lebih fresh dan tidak
resah tidak seperti sebelumnya sebelum mengikuti dzikir wajagan
tersebut.
Ustadz Fikri juga sangat merasakan dampak positif dari
wajagan ini terutama dalam segi kesehatan jasmani dan ruhani nya.
Ia menyadari bahwa sebelum beliau mengenal dzikir wajagan ini
beliau sering merasakan sakit, berulang kali berobat ke dokter tapi
sakitnya tak kunjung sembuh, namun setelah masuk pondok
pesantren Daarussyifa al-Fithroh dan mengenal wajagan, dia
berserah diri dan memanfaatkan momentum wajagan ini untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dan setelah itu dia menyadari
bahwa ketika ruhani sakit dan kita terlalu sibuk memikirkan
kesehatan jasmani yang sifatnya terlihat namun lupa dengan
adanya penyakit yang lebih sulit untuk disembuhkan yaitu penyakit
hati. Melalui dzikir wajagan inilah cara yang tepat untuk
memnyembuhkan segala penyakit hati, hati adalah organ tubuh
63
yang paling berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, jika
hatinya baik maka baiklah amal perbuatan dan hubungan kepada
Allah SWT.7
Sedangkan Pendiri sekaligus Penagasuh Pondok Pesantren
Daarussifa Al-Firoh SUKABUMI yaitu Kyai H. E. Supriatna
Mubarok, M.Sc. MM. mengatakan bahwa adanya kegiatan dzikir
wajagan ini bertujuan untuk membuat para santri dan para ustadz
di pondok pesantren ini merasa nyaman tinggal disini. Jika hati
mereka senantiasa tentram maka secara otomatis mereka juga akan
merasakan kenyamanan tinggal di pondok pesantren ini. selain itu
melihat dari latar belakang santri yang beragam dari suku dan adat
yang berbeda-beda mereka akan sulit dididik jika tanpa disentuh
keruhanian nya. Dengan banyak berdzikir hati kita akan menjadi
lembut maka akan mudah meresap hal-hal positif, minimalnya
mereka akan merasa betah berada disini.8
Ketenangan jiwa para santri yang membuat mereka lebih
nyaman tinggal di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini
terbukti ketika penulis menyambangi secara langsung orang tua
santri yang sedang menjenguk anaknya. Ibu Idah Faridah salah
7 Fikri (sebagai penngajar di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh)
Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat. 8 Bambang, Wawancara
64
satunya adalah orang tua dari santri putri yang bernama Rozwa
Zakiyyah (santri kelas 2 SMP). Ia bercerita bahwa anaknya adalah
anak yang cukup sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru,
sehingga pada saat awal masuk pondok dua tahun yang lalu ia
harus menerima keluhan anaknya yang setiap hari minta pindah
sekolah karena merasa tidak betah dengan berbagai alasan, tapi
lambat laun keluhan itu mulai berkurang dan malah berbalik,
Rozwa anaknya malah menginginkan untuk melanjutkan sekolah
SMA di Pondok Pesantren Darusyyifa. Ibu Idah sendiri merasa
bersyukur melihat perkembangan anaknya, sopan santunnya lebih
baik, prestasi di sekolah juga meningkat.9
2. Dampak wajagan terhadap keagamaan
Ikhtisar atau tujuan dari setiap ibadah yang dilakukan dalam
menyempurnakan nilai-nilai Islam adalah dzikir atau mangingat
Allah. Demikian hal ini ditegaskan oleh Sayyid Abdul Wahhab
Asy-Sya’rani, yang menyatakan jika zikrullah adalah kunci dari
segala Ibadah dan kompas hati sebagai penunjuk arah, zikir adalah
cara yang paling cepat dan tepat untuk membuka pintu ibadah-
ibadah lainnya. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya setiap
9 Idah Faridah (sebagai orang tua santri) Diwawancarai oleh Ahmad
Syawqi Kamal. Sukabumi, 30 Desember 2019, Jawa Barat.
65
ibadah yang diperintahkan Allah memiliki tujuan utama agar kita
sadar dan ingat kepada Allah, mengingat kebesaran-Nya,
keagungan dan kemuliaan-Nya, mengingat karunia serta nikmat
yang telah Dia berikan.10
Ketika jiwa sesorang sudah merasa nyaman dan damai maka
hal itu akan mempengaruhi setiap langkah dan aktifitas nya yang
hanya akan melakukan hal-hal yang positif.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa wajagan merupakan
suatu rangkaian Ibadah yang di dalamnya banyak mengandung
dzikir, shalawat dan bahkan shalat-shalat sunnah. Sandi Septian
merupakan salah satu santri dipondok pesantren Daarussyifa kelas
VI ( Delapan) ia mengakui bahwa sebelum menjadi santri di
Daarusyyifa ini tidak pernah dan bahkan tidak tau bahwa ada shalat
sunnah Awwabin, Li Hifdzil Iman, Tasbih, Shalat Daqa dan shalat-
shalat sunnah lainnya. Sementara saat ini dia melaksanakan shalat-
shalat sunnah tersebut setiap malam jum’at.11
Randy Rusdiansyah sebagai alumni asal Sumatera Selatan dia
merasa sangat bersyukur karena selama dia mengemban ilmu di
10
Samsul Munir Amin & Haryanto Al-Fandi, Energi Dzikir,(Jakarta:
Amzah, 2008), 60. 11
Sandi Septian (sebagai santri di Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018,
Jawa Barat.
66
Darussyifa dan terbiasa melakukan amalan-amalan sunnah setiap
malam juma’at nya, setelah menjadi alumni pun dia masih terus
mengamalkan shalat sunnah Tasbih setiap malam juma’at nya serta
lebih banyak memperbanyak dzikir. Jadi disisi lain tradisi wajagan
ini bukan hanya menjadi tradisi yang terjadi di lingkungan pondok
pesantren saja. Tapi banyak sebagian alumni yang terus
melaksanakan wajagan baik itu datang setiap jum’at ke pondok
pesantren atau mengamalkan sendiri dengan panduan buku aurod
khusus.12
Secara tidak langsung tradisi wajagan ini membuat kesadaran
dan kemandirian santri lebih tinggi terhadap amalan-amalan
sunnah lainnya.
3. Dampak wajagan terhadap pendidikan
Pada hakikatnya Allah adalah sumber pengetahuan adalah
yaitu dzat “al-Alim” yang maha mengetahui segala sesuatu. Karena
Allah sumber segala pengetahuan, maka dengan mengembangkan
aspek pikir dan dzikir yang mendapat ridha Allah pengetahuan
akan diperoleh. Aspek pikir dikembangkan dengan proses belajar
12
Randi Rusdiansyah (sebagai alumni di Pondok Pesantren Darussyifa
al-Fithroh), Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 10 Juni 2018,
Jawa Barat.
67
mengajar di samping itu membiasakan para santri berdzikir sebagai
pendekatan diri kepada Allah dan sebagai tadzkiyatun nafsi
(pembersihan jiwa). Sebab dengan taqarrub ilallah dan
tadzkiyatun nafsi ilmu pengetahuan akan diperoleh dengan mudah
dan mendapat ridha ilahi.13
Terciptanya ketenangan belajar menjadi faktor keberhasilan
belajar yang efektif dan efesien. Untuk menciptakan ketenangan
belajar ini diperlukan ketenangan jiwa dalam diri anak didiknya
sendiri). Ketenangan situasi dan kondisi belajar dapat diciptakan
oleh guru dengan mengelola situasi belajar yang kondusif terhadap
terciptanya proses belajar mengajar yang baik. Ketenangan jiwa
daripada santri merupakan hal yang lebih penting dalam hal ini,
karena ketika jiwa anak tenang dia akan mudah meresap pelajaran-
pelajaran yang diberikan oleh gurunya, sehinggga ketika terjalin
situasi seperti ini, akan terjadi ketenangan dalam belajar.
Sedangkan untuk menumbuhkan jiwa ketenangan dan kenyamanan
para santri yang memiliki banyak masalah-masalah dan ujian, salah
satu cara yang perlu dilakukan adalah dengan membiasakan dzikir
kepada Allah. Sebab dengan berdzikir kepada Allah jiwa seseorang
13
Wawancara Ustadz Dedi (sebagai kepala pesantren di Pondok
Pesantren Darussyifa al-Fithroh), Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.
68
akan menjadi tenang. Dengan dzikir kepada Allah pula akan
meningkatkan keyakinan bahwa Allah adalah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.14
Dijalankannya tradisi wajagan di pondok pesantren ini ada
tujuan khusus yang diharapkan KH. E Supriatna Mubarok
M.Sc.M.M selaku pemilik pondok pesantren. Dia sangat
mengharapkan dengan adanya wajagan ini bisa membentuk santri
yang berkarakter islami serta berwawasan luas. Darusyyifa al-
Fithroh ini merupakan pondok pesantren terpadu selain
membentuk santri yang berakhlak shaleh dan shalehah namun juga
mempunyain pendidikan yang setara dengan sekolah-sekolah
umum lainnya.
Dengan wajagan ini justru sangat membantu membentuk
karakter santri yang lebih disiplin. Melihat begitu banyak nya
santri sementara tenaga pengajar yang terbatas dan bahkan
peraturan yang tidak terlalu ketat, namun tidak begitu sulit untuk
mengatur bagitu banyaknya santri, karena dalam diri mereka sudah
tertanam kebaikan-kebaikan sehingga mudah untuk mereka
melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar.
14
Eli Susilawari (sebagai Kepala Sekolah di Pondok Pesantren
Darussyifa al-Fithroh), Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9
Juni 2018, Jawa Barat.
69
Tsani, siswa kelas IX (Sembilan) merasakan bahwa dengan
kekuatan dzikir dan do’a, dia merasa lebih mudah dalam menerima
ilmu pengetahuan, bahkan selalu di permudah setiap menghadapi
ujian sekolah. Hal ini di dikuatkan dengan pernyataan Bapak Yuda
Irawan selaku sekretaris yayasan, dia mengatakan bahwa setiap
tahun nya tidak ada satu pun santri yang tidak lulus dalam Ujian
Nasional (UN), itu semua kita rasakan karena keberkahan dari
wajagan.15
15
Tsani Nuraeni (sebagai santri di Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 10 Juni 2018,
Jawa Barat.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan oleh penulis di atas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan dari tradisi wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa
al-Fithroh ini sebagai berikut:
Dzikir wajagan ini sebenarnya bernama Dzikir Khatm
Khawajagan yang merupakan dzikir dari kalangan tarekat
Naqsabandiyyah namun para santri, alumni dan bahkan asatidz
menyebutnya dengan dzikir wajagan Datangnya Dzikir Khatm
Khawajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini
berawal dari hubungan baik antara pimpinan pondok dengan
Syaikh Maulana Muhammad Hisyam Kabbani yang merupakan
pimpinan tarekat Naqsabandiyyah. Dzikir ini dilaksanakan setiap
malam jum’at setelah shalat maghrib yang diawali dengan shalat-
shalat sunnah diantaranya shalat sunnah Awwabin, shalat Li hifdzi
al-Iman, shalat Birru al-Walidain, shalat Taubat, shalat Tasbih
dan shalat Hajat yang berlangsung hingga tiba waktu shalat Isya,
71
maka setelah shalat isya dan ditutup oleh shalat sunnah witir, di
mulailah dzikir wajagan.
Dalam pelaksanaan dzikir wajagan ini terdapat hadis-hadis
yang hidup diantaranya:
1. Hadis keistimewaan hari Jum’at
2. Hadis tentang keutamaan majelis dzikir
3. Hadis tentang pelaksanaan dzikir dengan suara
keras/lantang.
Dzikir wajagan ini sangat berdampak bagi perkembangan
pondok pesantren Darusyyifa al-Fithroh, karena dzikir wajagan ini
mampu membentuk karakter yang cerdas dan islami para santrinya
melalui sentuhan-setuhan dalam jiwanya. Dan yang terpenting
wajagan bisa meningkatkan akhlak para santrinya hal ini terbukti
dengan terbiasanya mereka melaksanakan ibadah-ibadah sunnah
seperti berdzikir dan melaksanakan shalat-shalat sunnah lainnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dan hasil
wawancara di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi,
maka yang menjadi saran pada penelitian ini adanya:
72
1. Pelaksanaan shalat-shalat sunnah sebelum dzikir wajagan
terus di laksanakan dan tidak di hilangkan satupun. Hal ini
merupakan ungkapan dari salah satu alumni yang
merasakan bahwa saat ini shalat tasbih jarang di
laksanakan dengan alasan terlalu lama, namun hal ini
sangat penting untuk membiasakan para santri
melaksanakan shalat sunnah tasbih.
2. Melihat bagitu banyaknya santri ditambah dengan sebagian
masyarakat dan alumni yang mengikuti dzikir wajagan ini.
penulis melihat masjid yang digunakan tempat dzikir
wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini
masih kurang menampung seluruh jama’ah walaupun
masjid itu sudah cukup besar, akan tetapi masih kurang
untuk memuat begitu banyakna jama’ah.
Perjalanan panjang yang dilakukan oleh penulis dalam
meniliti satu kajian ini tentunya sangat jauh dari kata yang
sempurna , hingga sangat memungkinkan untuk mendapati suatu
kesalahan dan ke khilafan baik dari segi penyajian maupun isi dari
pembahasan atau substansinya. Oleh karena itu penulis sangat
membuka kesempatan terhadap kritikan dan saran pandang yang
dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dikemudian
73
hari, yang bertujuan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Dan
yang terakhir, penulis sangat berharap agar tulisan ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak serta dapat menjadi rujukan dan
pelengkap kajian yang sudah ada, baik untuk kalangan akademis
pada khususnya maupun umat Islam secara umum.
93
DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, Ruddy. Pengantar Antropologi. Tangerang Selatan:
Universitas terbuka,2014.
Ahmad, Abi Abdurrahman. Sunan al-Nasa’i. Riyadh : aktabah al-
Ma’arif.
Aini, Siti Qurrotul. Tradisi Qunut dalam Shalat Maghrib di
pondok pesantren wahid Hasyim Yogyakarta (Studi
living Hadits). Jurnal Living Hadits, Vol 1, no 2.
Oktober 2016.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Bari. juz 4. Terj. Gazirah Abdi
Ummah. Jakarta: Pustaka Azzam. 2002.
Al-Ghaza. Asrar al-dzikir wa dakwat. (terj): Muhammad al-
Bagir, Bandung:karidua, 1996.
Ali, Habib. bin Hasan al-Aththas. Trej. Al-Qirthas, Darul Ulum
Press. 2000.
Al-Tirmizi, Muhamammad bin Isa, Sunan al-Tirmizi, Jilid 4.
Beirut : Daar al Fikr. 1983.
Amin, Samsul Munir & Haryanto Al-Fandi, Energi Dzikir.
Jakarta: Amzah, 2008
94
Arifin, A Shohibul Wafa Tajul. Mifthus Shudur. Tasikmalaya:
Yayasan Serba Bakti. 1969.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta 2002..
Arikunto, Ny. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek.
Jakarta. Bina Aksara. 1989.
Ash-Shidieqy, Tengku Muhammad Hasbi. Pedoman Dzikir dan
Do’a. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999..
Asy Shadr, Abdul Razzaq. Berdzikir Cara Nabi, Merengkuh
Puncak Pahala Dzikir Tahmid, Tasbih, Tahlil dan
Hamdalah. Jakarta: HIkmah, 2007.
Bambang Pengabdian di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh
Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.
Company Profile Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-
Fithroh, Sukabumi: 2017.
Dedi, Ustadz. Kepala Pesantren di Pondok Pesantren Darussyifa
al-Fithroh, Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi
Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.
95
Fikri. Pengajar di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh.
Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.
Glasse, Cryil. Naqsabandiyyah dalam Ensiklopedi Islam Ringkas
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 1999.
H.M.Said. Tenaga Pengajar Sekaligus Alumni Di Pondok
Pesantren Darusyifa Al-Fithroh. Diwawancarai oleh
Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa
Barat.
Hazm, Ibnu. Al-Muhalla Juz 4. (terj). Jakarta: Pustaka Azzam,
Irawan, Nandang Yuda. Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren
Darussyifa al-Fithroh. Diwawancarai oleh Ahmad
Syawqi Kamal. Sukabumi, 10 Juni 2018, Jawa Barat.
Jum’ah, Syaikh Ali. Kupas tuntas Ibadah-Ibdah diperselisihka,
Cikarang, Duha Khazanah, t.t.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT Gramedia, 1990.
Mandzur, Ibnu. Lisan al-Arab. Jilid IV. Beirut: Dar al-Sadir,
1990.
Mekanisme Operasional Pondok Pesantren. Sukabumi: 2017.
96
Moeleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1997.
Mubarok, Supriatna. Pendiri Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh. Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 26 Agustus 2018, Jawa Barat.
Muhammad, Abu Abdullah bin Ismail. Shahih Bukhori. Juz 1.
Beirut: Maktabah al-Rusyd.
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Prestasi Public Publisher, 2012.
Muslim, Imam Abi Husain bin Al-Hujaj al-Qusairy An-
Naisabury, Shahih Muslim, Juz 2. Beirut : Darul
Kutub Ilmiyyah.
Mustaqim, Abdul. Paradigm Interaksi Dan Interkoneksi Dalam
Memahami Hadits. Yogyakarta : Sukses Offset, 2008.
Nuraeni, Tsani. Santri Di Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 10 Juni 2018, Jawa Barat.
Penelusuran aplikasi Lidwa versi Android pada hari Selasa, 19
Februari 2019.
97
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Qudsy, Saifuddin Zuhri. “Living Hadits: Genealogi, Teori dan
Aplikasi”. Jurnal Living Hadits. Vol 1, no 1 (Mei
2016).
Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Surabaya: Unesa University Press, 2007.
Rohmana, Jajang A. “Pendekatan Antropologi dalam Studi
Living Hadits di Indonesia”. Jurnal holistic al-hadits,
Vol. 01, no 02. Juli-Desember 2015.
Rusdiansyah, Randi. Alumni di Pondok Pesantren Darussyifa al-
Fithroh, Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 10 Juni 2018, Jawa Barat.
Septian, Sandi. Santri Di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh.
Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.
Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.
Shihab, M. Quraisy. Wawasan Al-Qur’an Tentang Dzikir Dan
Doa. Cet. 3 .Jakarta: Lentera Hati 2008.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy, Metode Penelitian
Survey. Jakarta: LP3ES. 1989.
98
Soebahar, Erfan. Aktualisasi Hadits Nabi Di Era Teknologi
Informasi. Semarang: Rasail, 2010.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. cet. 16. Bandung: ALFABETA,
2013.
Sujana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru, 1984.
Sukmono, Riski Joko. Psikologi Dzikir. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Suryadilaga, M. Alfatih. Metodologi Penelitian Living Qur’an
dan Hadits. Yogyakarta : TERAS, 2007.
Susilawati, Eli. Kepala Sekolah di Pondok Pesantren Darussyifa
al-Fithroh, Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi
Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.
Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:
Teras 2009.
Wensink. Mu’jam al-Mufakhros Li aladzi al-Hadits al-Nabawi
Jilid 2. Madinah: 1926.
Yaspida Sukabumi. Diakses, 30 Agustus 2018,
https://yaspidasukabumi.com/sejarah
LAMPIRAN
A. TEKS DZIKIR WAJAGAN
B. PEDOMAN WAWANCARA
a. Pimpinan Pondok Pesantren
Nama:
1. Kapan Pondok Pesantren Darussyifa ini didirikan?
2. Kapan Wajagan mulai menjadi tradisi di Pondok
Pesantren Darussyifa ini?
3. Apa yang melatar belakangi adanya zikir wajagan ini?
4. Adalah al-Qur’an dan Hadist yang menjadi landasan zikir
wajagan?
5. Apa tujuan utama dilaksanakannya wajagan di Pondok
Pesantren Darussyifa?
6. Adakah dampak yang dirasakan setelah melaksanakan
zikir wajagan bagi diri sendiri?
7. Adakah dampak positif wajagan terhadap akhlak santri,
masyarakat sekitar dan sistem kepesantrenan di Pondok
Pesantren Darussyifa?
8. Seberapa penting zikir ini dilaksanakan di pondok
pesantren Darussyifa?
b. Guru & Staff
Nama:
1. Sudah berapa lama tinggal di Pondok Pesantren
Darussyifa?
2. Apa yang anda ketahui tentang wajagan?
3. Apakah selalu mengikuti wajagan setiap minggunya?
4. Apakah wajagan menjadi kegiatan wajib di Pondok
Pesantren Darussyifa?
5. Adakah hukuman bagi santri yang tidak mengikuti
wajagan?
6. Tahukah landasan hadis tentang zikir wajagan ini?
7. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti zikir wajagan?
8. Adakah dampak positif terhadap santri setelah mengikuti
wajagan?
9. Adakah dampak positif wajagan terhadap masyarakat
sekitar Pondok Pesantren Darussyifa?
10. Seberapa penting zikir ini dilaksanakan di pondok
pesantren Darussyifa?
c. Santri dan Alumni
Nama:
1. Sudah berapa lama tinggal di Pondok Pesantren
Darussyifa?
2. Apa yang anda ketahui tentang wajagan?
3. Apakah selalu mengikuti wajagan setiap minggunya?
4. Tahukah landasan hadis tentang zikir wajagan ini?
5. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti zikir wajagan?
6. Adakah dampak positif wajagan terhadap proses belajar?
7. Adakah dampak positif wajagan terhadap peningkatan
akhlak dan ibadah?
8. Seberapa penting zikir ini dilaksanakan di pondok
pesantren Darussyifa?
C. DATA RESPONDEN WAWANCARA
No Nama Status
1 Kh. E. Supriatna Mubarok Msc. Mm Pimpinan & Pemilik
2 Ibu Eli Susilawati Guru & Kepsek SMP
3 Ustadz Nandang Yuda Irawan Guru & Staff
4 Ustadz H.M.Said H.R.,S.Ag Guru
5 Margono S.H Guru
5 Ustadz Dedi Guru & Staff
6 Ustadz Fikri Guru
7 Bambang Staff & Alumni
8 Randi Rusdiansyah Alumni
9 Sandi Septian Santri
10 Fajar Maulana Santri
11 Mahdar Rosyadi Santri
12 Tsani Nuraeni Santri
13 Siti Fatimah Azzahra santri
14 Nurul Suci Fatimah Santri
D. DOKUMENTASI
1. Bangunan Pondok Pesantren
Gerbang utama
Asrama Putra
Asrama Puteri
Asrama Puteri 2
Kantor Pesantren
GORSS
Masjid
2. Kegiatan Wajagan
Recommended