View
32
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
TRADISI ZIARAH KUBUR: STUDI KASUS ZIARAH
MAKAM HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN AL-HABSYI
KWITANG, JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 – 2018
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora
(S.Hum)
Oleh :
Naufal Agil Wajdi
NIM: 11140220000056
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
TRADISI ZIARAH K■ lBUR:STUDI KASUS ZIARAH
ⅣIAKANIIHABIB ALI BN ABDIIRRAHMAN AL― HABSYI
KWITANG,JAKARTA PUSAT TAⅡ UN 2014-2018
SKコLIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Ⅱumaniora Untuk
ⅣIemenuhi Persyaratan VIlemperoleh Gelar Sariana
Ⅱumaniora(S・Ⅱum)
C)leh
Nau■ll Agilマ Vaidi
NIⅣI:11140220000056
Pcmbil■ bing
NIP:195410101988031001
PROGRAM STUDISEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAⅣI NEGRISYARIF HDAYATULLAH
JAKARTA
2019M/1440卜 1
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul Tradisi ziarahKubur: Studi Kasus ziarahMakam Ilabib Ali bin AbdurJakarta Pusat Tahun 2014-Z0lmunaqasyah Fakultas Adab dan
Jakarta,23 ⅣIei 2019
Panitia Sidang ⅣIunaqasyah
Anggota SekretarisM Anggota
NIP。 19690724 199703 1 001 NIP。 1 172005012007
Anggota,
Penguji I
Dro Abd.Wahid Hasvim.M.A2.
NIP.195608171986031006
Pen
Drs.M.Ma'ruf Misbah.M.ANIP。 195912221991031003
Pembimbing
NIP。 195410101988031001
/
/
SURAT PERNYATAAN
Sa1,a yang befianda tangan di bari'ah irri :
Nama Mahasisr,va :NAl-ll'-AL AGIL WAJDI
NIMProgram StLrdi
:11140220000056
: Sejarah Peradaban Islam
Dengan ini menvatakan bahr.r,a Skripsi ini adalah hasil kar1,a
saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan
analisis sa)'a sendiri sefia bukan rrerupakan replikasi
lnaupun sadulan dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbLrl<ti skripsi ini nrerupakan plagiat atau replikasi maka
skripsi dianggap gugur dan harLrs melakukan penelitian ulang
untuk menvLrsLrn skripsi barLr dan kelulusan serta gelarnya
dibatalkan.
Demil<ian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat .vang
timbr-rl dikerrrLrdian hari menjadi tanggung jarvab saya.
Jakarta,l5 Mei 2019
GIL WAJDINAUFAL
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan hidayah-Nya serta kelimpahan rahmat sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi. Banyaknya rintangan dan
hambatan yang penulis hadapi dalam merampungkan skripsi yang
berjudul: Tradisi Ziarah Kubur: Studi Kasus Ziarah Makam
Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Jakarta
Pusat Tahun 2014 - 2018. Namun, semua rintangan dan
hambatan itu bisa terlewati sedikit demi sedikit dan setahap demi
setahap dengan usaha dan kerja keras. Oleh sebab itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada
mereka semua, diantaranya:
1. Drs. Saiful Umam, M.A, Ph.D. selaku Dekan Faultas
Adab dan Humaniora.
2. Bapak Nurhasan, MA. selaku Ketua Program Studi
Sejarah dan Peradaban Islam yang telah membantu
penulis selama menjadi mahasiswa dalam beberapa hal
yang berhubungan dengan birokrasi universitas
sehingga segalanya menjadi mudah.
3. Ibu Sholikatus Sa‟diyah, M.Pd. selaku Sekretaris
Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam yang telah
banyak membantu penulis saat menjadi mahasiswa di
prodi Sejarah dan Peradaban Islam tercinta ini baik
yang berkenaan dengan surat menyurat maupun
ii
motivasi untuk terus berkembang menjadi pribadi yang
lebih baik.
4. Bapak Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M.Hum. selaku
dosen pembimbing yang memberikan banyak masukan
serta saran kepada penulis untuk terus mencari sumber
primer dalam penulisan sejarah, serta segala kemudahan
yang penulis dapatkan ketika menjadi mahasiswa
bimbingan beliau.
5. Bapak Dr. Fuad Jabali, M. A. selaku pembimbing
akademis penulis yang telah memberikan arahan dari
seminar proposal hingga selesainya skripsi yang
dikerjakan oleh penulis, terimakasih sedalam-dalamnya.
6. Kepada keluarga tecinta, Umi yang saya cinta Nurul
Nashihah, Abi yang saya sayangi Raden Ismail,
Mbahku Rosmiyati, kakak tersayang Nailatul Farah
Widad, dan adik tercintaku Nafil Ahmad As‟ad yang
selalu memberikan dukungan setiap hari baik moril
maupun materi tak terhingga dan didikan di rumah ini
menjadikan penulis menjadi pribadi yang memiliki
karakter.
7. Habib Ali bin Abdurrahman, selaku narasumber yang
bersedia meluangkan waktu di tengah-tengah
kesibukannya untuk penulis wawancarai.
8. Ustad Anto Djibril, selaku narasumber dan pemberi
pentunjuk untuk melakukan riset kesan kemari yang
iii
bersedia memberikan waktu di tengah-tengah
kesibukannya untuk penulis wawancarai.
9. Habib Ali bin Yahya alkisah, selaku narasumber yang
bersedia meluangkan waktu di tengah-tengah
kesibukannya untuk penulis wawancarai.
10. Kepada keluarga besar Bali dan Jember Papah Oka
Wijaya, Mamah Anna Moeshafi, Ayah Luthfi, Ibu
Syifa, Holi Nur Hasan, Bude Ba‟, Kakak-kakakku yang
tercinta Alvin, Vivi, Bella, Ifa, Dhia, Nuryz, Pipit,
Ennis, Shazie, dan Bowo, dan Adik-adikku Alit dan
Dinda, yang telah banyak membantu penulis dalam
memberikan tempat bernaung di sana dan mensupport
penulis menyelesaikan kuliah ini dari segi moril
maupun moral.
11. Untuk editor terkasih Febriana Afra Hanifah, yang telah
menemani penulis dalam melakukan pencarian sumber,
penelitian dan wawancara, berdiskusi, travelling, serta
memberi motivasi bagi penulis untuk segera
menyelesaikan penulisan skripsi.
12. Teman-teman Bangku Belakang Squad Andri Danang,
Pak Guru Ade, Ale, Irfan Cunguk, Tama Onye, Rude,
Galih, Taqi, Pucuk Furqon, Gendut Zulvi, Inay Syaddad
yang sehari-hari menjadi teman berbincang penulis dan
menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
13. Teman-teman Yongers Adam Mbek, Ubai, Dika, Fahri,
Joe, Ary, Raden Dimas, Rina, Rika, Novi, Ika, Ziah dan
teman-teman kostan Harun, Surya, Ni‟am, Rino yang
turut serta membantu penulis berdiskusi dan menemani
dalam menyelesaikan skripsi.
14. Untuk Bang Deden, yang telah memberikan jalan untuk
penulis melakukan riset ke dalam kalangan habaib.
15. Himpunanku, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora (KOFAH)
Cabang Ciputat, yang telah menjadi tempat penulis
belajar berorganisasi dan belajar banyak hal. Terima
kasih kepada senior-junior yang tidak bisa disebutkan
namanya satu-persatu. Namun penulis harus berterima
kasih kepada Abong, Ikin, Imam Ma‟sum dan teman-
teman seperjuangan di komisariat.
16. Teman-teman seperjuangan di SPI 2014, dan senior-
juniornya yang saking banyaknya sehingga tidak bisa
disebutkan satu-persatu, namun penulis merasa harus
berterima kasih kepada, Bang Beng-beng, Bang Johan,
Bang Daus, Bang Acin, Bang Fikri, Bang Naufan,
Mpok Lilis, Mpok Danti, Botles, Ncek, Djawir, Kule,
Nadil, Ryan, Irfan, Dyah, Uni Putri, Diki, Arman
sahabat penulis yang banyak membantu selama masa
perkuliahan ini.
v
17. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jursan (HMJ-SPI)
Sejarah dan Peradaban Islam, Senat Mahasiswa
Fakultas Adab dan Humaniora (SEMA-FAH) Dewan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora
(DEMA-FAH) tempat penulis meluangkan waktu untuk
berproses dan berorganisasi.
18. Yusuf Ambon, Yusuf KF, Oji, dan Zaki sahabatku dari
semasa SMP sampai SMA, terima kasih telah menjadi
tempat menuangkan segala cerita dan memberi motivasi
untuk penulisan skripsi ini.
19. Keluarga besar Al-Munthasir dan Antibells yang tidak
bisa disebutkan satu persatu sangking banyaknya
terimakasih telah memberikan wawasan luas bagi
penulis.
20. Historian Family Irgi, Vier, Galih, Gapil, Rizky, Ervan,
Mohan, Rusdi, Zibun, Malik, Offyando, Zahra, Ines,
Grey, Ulfa dan Faiqoh teman-teman yang berjuang
dalam seni dan musik di SPI, kalian terbaik.
21. Kepada Bang Farih, terima kasih telah membantu
proses penulis dalam menyelesaikan jenjang studi dari
awal masuk sampai penulisan tugas akhir.
22. Terakhir untuk IKPMN Universitas Yanu, Putro, Irfan,
Vivin, Muflih Pane, Rani yang telah berjuang
membangun ikatan kekeluargaan dan berkembang
bersama, terimakasih.
vi
Akhir kalam, penulis menyadari akan kekurangan dan
tiada yang sempurna dimuka bumi ini, tak terkecuali dengan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada
pembaca agar berkenan memberikan saran dan koreksi pada
skripsi ini agar dapat diperbaiki untuk penulis berikutnya.
Wasslamu’alaikum Wr.Wb.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang Tradisi Ziarah Kubur: Studi
Kasus makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang,
Jakarta Pusat 2014-2018. Tujuan dari penulisan tersebut adalah
untuk mengetahui tradisi ziarah yang bertahan di tengah hiruk
pikuk kehidupan modern serta pengaruh dari Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi sendiri dalam melakukan da‟wah
sehingga banyaknya animo masyarakat yang bukan santri atau
jama‟ah nya menziarahi makam. pentingnya kajian tradisi ziarah
bagi perkembangan ilmu sejarah, tradisi dan kebudaayaan
membuat tema ini menarik untuk dibahas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pendekatan Antropologis dan Sosiologis, serta ditulis
secara deskriptif analisis. Sumber data yang digunakan adalah
sumber data tertulis dan non tertulis yang dalam penulisan
melalui studi pustaka, studi lapangan, studi literature. Dalam
menganalisa tradisi ziarah kubur makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat penulis
menggunakan teori fungsionalisme struktural yang diperkenalkan
oleh Emil Durkheim dan Talcott Parsons .
Dalam penelitian ini penulis temukan yaitu tradisi ziarah kubur
makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang
dilakukan sudah turun temurun. Para peziarah makam melakukan
ritual-ritual keagamaan seperti membaca surah Yasin dan
pembacaan tahlil. Jasa Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi
adalah membuat sebuah majlis ta’lim di daerah Kwitang.
sepeninggalan Habib Ali, kegiatan yang berada di majlis ta’lim
kwitang dipindahkan ke makam seperti pembacaan Asma Ul-
Husna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tradisi ziarah kubur
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi merupakan daya tarik
tersendiri bagi ummat Islam untuk di ziarahi.
Kata Kunci: Tradisi, Ziarah, Islam, majlis ta’lim, Habib Ali
Kwitang, Peziarah.
viii
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................... i
ABSTRAK ......................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN ....................................... 1
A. Latar Belakang ..................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................. 6
C. Batasan Masalah ................................... 7
D. Rumusan Masalah ................................ 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......... 7
F. Metode Penelitian ................................. 8
G. Tinjauan Pustaka Terdahulu ............... 10
H. Sistematika Penulisan ........................... 11
BAB II : KAJIAN PUSTAKA .................................... 13
A. Landasan Teori ..................................... 13
B. Kajian Pustaka ...................................... 15
C. Kerangka Berpikir ................................ 16
BAB III : GAMBARAN UMUM KWITANG .............. 19
A. Sejarah Wilayah Kwitang .................... 19
B. Demografi Wilayah Kwitang ................. 21
C. Kondisi Sosial dan Agama Masyarakat
Kwitang .................................................. 24
BAB IV : ZIARAH KUBUR MENURUT BUDAYA DAN
TRADISI ISLAM ......................................... 29
A. Makna Ziarah Kubur ........................... 29
B. Ziarah Kubur Menurut Pandangan Islam . 30
C. Ziarah Kubur Menurut Tradisi dan Budaya .
.................................................................. 32
D. Tujuan Ziarah Kubur .......................... 36
x
BAB V :TRADISI ZIARAH KUBUR DI MAKAM
HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN AL-
HABSYI ........................................................... 39
A. Profil Habib Ali bin Abdrurrahman Al-
Habsyi .................................................... 39
B. Pelaksanaan Ziarah Kubur di Makam Habib
Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ........ 46
1. Administrasi ...................................... 48
2. Larangan di Makam Habib Ali Kwitang
............................................................... 50
3. Tatacara Ziarah ................................ 52
C. Hari-Hari Pelaksanaan Ziarah Kubur Habib
Ali Kwitang ............................................ 53
BAB VI : PENUTUP .................................................... 55
A. Kesimpulan ............................................ 55
B. Saran ...................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 57
LAMPIRAN ....................................................................... 61
xi
DAFTAR TABEL
1.1 Jumlah Penduduk Kwitang 2018 .............................. 23
1.2 Pendidikan di Kwitang 2014 ..................................... 25
1.3 Pemeluk Agama di Kwitang 2014 ............................. 28
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisi ziarah kubur masih dipertahankan masyarakat
Kwitang yang berada di tengah-tengah kegiatan perputaran
ekonomi di ibukota Jakarta. Muncul persoalan mengapa tradisi
ziarah kubur di daerah Kwitang masih tetap eksis bertahan?
Menurut asumsi penulis, bahwa tradisi ini tidak lepas dari sosok
peran Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi dalam mensyiarkan
agama Islam di daerah Jakarta bahkan hingga luar negri, sehingga
masyarakat banyak yang masih menjaga dan mengambil hikmah
dari perjalanan hidupnya.1 Pada umumnya tempat ziarah dijaga
oleh para juru kunci atau biasa disebut kuncen. Merekalah yang
biasanya membersihkan makam, menjaga keamanan makam, dan
memberikan izin terhadap para peziarah atau pengunjung yang
ingin memasuki tempat ziarah.2
Pengangkatan juru kunci sendiri diangkat oleh instansi
yang mengurus makam tersebut atau diangkat oleh para sesepuh
desa, ulama setempat atau pamong desa. Biasanya juru kunci
1 Survei penulis pada tanggal 10-14 Desember 2018 di Kwitang,
Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat. Dalam praktek tradisi ziarah tersebut
masih dipegang teguh oleh masyarakat Kwitang, dan para peziarah yang
datang ke makam Habib Ali bin Abdurrahman dari berbagai kalangan dari
mulai rakyat biasa hingga petinggi negri, dari berbagai wilayah baik dari
Jakarta hingga dari luar negri seperti Malaysia, Brunnei, Singapur dan
sebagainya.
2 Claude Guillot, dan henri Chambert-Loir mengungkapkan, juru
kunci dalam bahasa jawanya kuncen atau yang berbahasa indonesianya juru
kunci. Kuncen sendiri mengacu pada gelar kunci yang kini terlupakan asalnya.
Guillot, Cluade, dan Henri Chambert-Loir, Ziarah dan Wali di Dunia Islam,
(Depok: Komunitas Bambu. 2007), 237.
2
adalah profesi penjaga turun temurun dari keluarga, seperti
halnya ayah yang menurunkan profesi ke anaknya. Tidak semua
kuncen makam dijaga oleh keturunan kuncen makam
sebelumnya, dan pekerjaan kuncen makam sendiri biasanya
dijalankan oleh para lelaki, tidak menuntut kemungkinan adanya
perempuan yang menjadi juru kunci atau kuncen. Di tahun 1990
M Yayasan Pangeran Sumedang mengelola makam dengan 12
orang kuncen yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 4 orang
perempuan untuk mengawasi dan membersihkan 12 makam di
tempat ziarah tersebut.3 Makam-makam tersebut terawat tidak
lapuk di makan usia selalu dijaga oleh para kuncen, oleh karena
itu maka dibentuklah kuncen makam dari beberapa orang wanita
dan pria yang direkrut oleh para pengurus yayasan. Di Jakarta
sendiri tempat yang sering diziarahi oleh masyarakat sekitar,
diantaranya adalah makam Ulama, makam Pahlawan, serta
makam Keluarga.
Menurut Claude Guillot dan Henri Chambert-Loir,
terdapat tipologi para wali yang kiranya akan diziarahi: yaitu
tokoh-tokoh historia dan tokoh-tokoh rekaan. Tokoh-tokoh
Historia sendiri adalah tokoh-tokoh yang rekam jejak penyebaran
agamanya jelas seperti Wali Songo. Untuk tokoh-tokoh rekaan
adalah tokoh-tokoh yang diragukan identitas historis atau yang
diketahui hasil mengada-ada. Tokoh-tokoh yang diragukan itu
seperti halnya makam-makam yang disebut petilasan. Bukti dari
adanya makam petilasan adalah makam yang didalamnya tidak
3 Claude Guillot, dan Henri Chambert-Loir, Ziarah dan Wali di Dunia
Islam, (Depok: Komunitas Bambu, 2007), . 238.
3
berisi jenazah namun didirikan untuk mengenang orang yang
memang nyata tetapi tidak dikuburkan di daerah tersebut.4
Jadi ziarah kubur itu menarik daya minat masyarakat
untuk tetap terhubung orang yang masih hidup dengan yang
sudah meninggal. Dimakam Habib Ali Kwitang sendiri para
peziarah berdatangan sebelum majlis ta’lim dimulai pada hari
Minggu jam 8 pagi. Para peziarah ada yang sudah datang sejak
shubuh bahkan di saat majlis sudah dimulai masih ada yang
berziarah.5 Karena yang berdatangan tidak hanya yang ingin
mengikuti majlis ta’lim saja akan tetapi juga yang memang di
khususkan untuk berziarah di hari Minggu. Para peziarah ini
selain melakukan ziarah juga mengikuti kajian-kajian agama
yang berada di majlis ta’lim Kwitang yang didirikan oleh Habib
Ali Al-Habsyi. Para ulama setempat mengibaratakan sambil
menyelam minum air, setelah berziarah melanjutkan penambahan
ilmu agama. Orang-orang yang beziarah ke makam Habib Ali
Kwitang antara lain adalah keluarga, sahabat, santri atau murid
Habib Ali Kwitang, jama‟ah majlis ta’lim, serta para politisi.
Politisi sendiri yang berziarah ke makam Habib Ali Kwitang
adalah orang-orang yang memiliki hubungan kekeluargaan atau
sekedar berdo‟a dan bermunajat kepada Allah SWT. Presiden
Soekarno dan Presiden Abdurrahman Wahid memiliki kedekatan
dengan almarhum. Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan juga
memiliki hubungan dengan keluarga Habib Ali Kwitang. Mereka
4 Claude Guillot, dan Henri Chambert-Loir, Ziarah dan Wali di Dunia
Islam, (Depok: Komunitas Bambu. 2007), 237.
5 Hasil penelitian penulis pada acara ta‟lim setiap hari Minggu di
makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang.
4
itu adalah sebagian dari para politisi yang dekat dengan Habib Ali
Kwitang beserta keluarga dan sering berziarah ke makam Habib
Ali Kwitang.
Tempat ziarah Habib Ali Kwitang disebut-sebut oleh
masyarakat sekitar dengan sebutan kramat. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia kramat di artikan sebagai bentuk tidak baku dari
kata keramat, dan kata keramat sendiri mengindikasikan sebagai
tempat suci dan bertuah.6 Jadi asal kata Keramat Kwitang berasal
dari Habib Ali sebelum meninggal mendatangi setiap muridnya di
seluruh Indonesia bahkan di luar negri untuk datang ke
pemakamannya , maka dari itu asal kata keramat dipakai oleh
para santrinya.7 Menurut Syahdan di dalam Jurnal Studi Agama
dan Masyarakat menyebutkan bahwa “suatu tempat yang
memiliki cerita legenda yang luar biasa akan menjadi daya tarik
bagi setiap orang untuk datang baik untuk berwisata, berziarah,
atau berobat”.8 Hal ini mengindikasikan bahwa makam Habib Ali
Kwitang memiliki sebuah kisah yang sangat menarik untuk
ditelaah baik dalam kehidupan semasa masih hidup dan setelah
meninggal. Di samping itu selain makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-habsyi terdapat tiga makam yaitu Habib
Muhammad bin Ali Al-Habsyi (putranya), Syarifah Ni‟mah
(menantunya) dan yang terakhir adalah Habib Abdurrahman bin
Muhammad Al-Habsyi (cicitnya).
6 Hamzah Samsuri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern,
(Surabaya: Greisida Press, 2005), 345.
7 Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
8 Syahdan, “ Ziarah Perspektif Kajian Budaya”, Jurnal Studi Agama
dan Masyarakat 13, no 1, 2017: 78.
5
Habib Ali Kwitang sendiri adalah salah satu keturunan
ulama Arab yang berasal dari Hadramaut. Kehidupannya sangat
dicintai oleh masyarakat Betawi dan berbagai etnis lainnya.
Habib Ali Kwitang adalah tokoh ulama yang disegani pada
zamannya, Ia termasuk seorang tokoh pejuang Ulama Habaib
bersama dengan Ulama Betawi membasmi kolonialisme di
Jakarta, serta membantu Presiden Soekarno untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia di Jakarta.9 Beliau
adalah seorang guru di berbagai wilayah nusantara hingga ke luar
negri. Kwitang sendiri adalah salah satu pusat berkumpulnya
ummat Islam yang berada di Jakarta Pusat, selain dari Luar
Batang, Jakarta Utara, Condet, Jakarta Timur, serta Tanjung
Priok, Jakarta Utara. Kwitang sendiri bertahan dengan adanya
majlis ta’lim tempat mencari ilmu bagi masyarakat. Tahun 1950-
an oleh Habib Muhammad, diperkenalkan majlis ta’lim tersebut
sebagai Islamic Center ke kalangan luar atau tamu dari Arab
seperi pangeran Arab Saudi yang berkunjung ke Kwitang.
President Soeharto meresmikan sebagai Islamic Center di
Kwitang pada tahun 1970-an.10
Kajian skripsi ini membahas tentang tradisi ziarah yang
masih dipertahankan masyarakat Kwitang yang berada di tengah-
tengah kegiatan perputaran ekonomi di DKI Jakarta. Salah
9 Habib Ali bin Abdurrahman membantu President pertama Indonesia
yaitu Soekano dalam mempersiapkan kemerdekaan, sebelum menyatakan
kemerdekaan Soekarno menginap dan dikarantina oleh habib Ali bin
Abdurrahman yang khawatir akan keselamatan Soekarno yang dikerjar-kejar
oleh penjajah. Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
10
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
6
satunya yaitu tradisi ziarah Habib Ali bin Abdurrahman Al-
Habsyi. Penulis ingin lebih khusus membahas tentang makam
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang dengan
memfokuskan ke tradisi ziarah yang masih melekat hingga saat
ini. Peran Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi dalam
membangun jaringan dan memperluas da‟wah sehingga dia
sangat dikagumi dan sangat disayang oleh masyarakat dan lebih
khusus ummat Muslim. Oleh karena itu banyak Ulama berguru
untuk mendapatkan ilmu Habib Ali Kwitang. Amalan Habib Ali
Kwitang yang tidak pernah terputus adalah ilmu-ilmu yang
diajarkan para muridnya ke masyarakat. Sehingga sampai detik
ini ilmu-ilmu yang diajarkan Habib Ali Kwitang kepada para
muridnya tidak pernah terputus, dan para muridnya
menganjurkan untuk melakukan ziarah ke makam Habib Ali
Kwitang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis buat bahwa
ziarah kubur juga mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda di
setiap daerah. Setiap tahunnya banyak tradisi yang dilakukan
dalam ziarah kubur, studi kasus yang dilakukan dalam tradisi
ziarah kubur: studi kasus makam Habib Ali bin Abdurrahaman
Al-Habsyi adalah kasus dimana banyaknya animo masyarakat
yang berziarah dimakam tersebut, dan mengetahui bagaimana
budaya ziarah di daerah Kwitang bertahan sampai saat ini
7
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak melebar perlu
diadakan pembatasan masalah. Penulis membatasi masalah pada
tradisi ziarah kubur, makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-
Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat.
D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah penelitian ini dibuat dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Mengapa banyak peziarah datang ke makam Habib Ali
bin Abdurrahman Al-Habsyi?
2. Bagaimana fenomena ziarah makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi menurut pandangan Islam?
3. Bagaimana tradisi ziarah kubur makam Habib Ali bin
Abdurrahaman Al-Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat, tahun
2014-2018?.
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan penulis jawab dalam
uraian-uraian dan analisis yang didasarkan pada sumber-sumber
yang penulis gunakan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan Pertama, mengetahui perilaku
peziarah dalam menziarahi makam Habib Ali bin Abdurrahman
Al-habsyi Kwitang yang masih bertahan sampai saat ini. Kedua,
mengetahui tradisi ziarah makam Habib Ali bin Abdurrahman
Kwitang serta mengetahui respon dari para peziarah mengenai
ziarah makam Habib Ali Kwitang.
8
Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penulis sendiri diharapkan penulisan ini menjadi
salah satu pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah.
2. Bagi pembaca semoga penulisan karya ilmiah ini menjadi
sebuah rujukan untuk penulisan-penulisan selanjutnya.
3. Bagi kampus Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga dengan karya penulisan ilmiah ini dapat
memberikan informasi yang lebih bermanfaat untuk ilmu
pengetahuan baik untuk penulis maupun untuk kampus
sendiri.
4. Bagi pemerintah daerah, karya ilmiah ini mampu
memberikan informasi sebagai bahan evaluasi Tradisi
Ziarah Kubur di daerah Kwitang, Jakarta Pusat.
F. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan di dalam penulisan ini
adalah metode sejarah dan bersifat deskriptif naratif dengan
pendekatan tradisu dan agama dengan ilmu bantu sosiologi dan
antropologi. Metode sejarah adalah proses menguji dan
menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau
yang sudah di teliti secara seksama.11
Adapun dalam melakukan
penelitian ini penulis menggunakan metode historis yang
meliputi empat tahapan,12
yaitu:
11
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Pres, 1975), 32. 12
Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos,
1999), 54.
9
Heuristik, adalah kegiatan untuk mencari data atau
pengumpulan bahan-bahan atau sumber sejarah. Adapun dalam
pengumpulan data-data dan sumber yang akan digunakan dalam
membuat skripsi ini penulis mencari buku-buku di perpustakaan
yang berhubungan dengan judul. Sumber yang digunakan tidak
hanya berasal dari buku melainkan juga berupa surat kabar,
majalah serta artikel-artikel tradisi ziarah kubur: studi kasus
makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang yang
diperoleh dari internet dan dari dokumen pribadi. Sumber-sumber
tertulis tersebut ditemukan di Perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Islamic Center Kwitang,
Perpustakaan daerah Jakarta, Perpustakaaan Nasional RI,
Perpustakaan Lipi, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
dan perpustakaan daerah Jakarta Selatan. Selain buku-buku dari
perpustakaan penulis juga mengunduh buku dan jurnal dari
Internet. Penulis juga menggunakan metode wawancara.
Verifikasi, adalah kritik sumber, usaha untuk
mendapatkan sumber-sumber yang relevan dangan cerita sejarah
yang ingin disusun sesuai dengan judul. Setelah mencari sumber-
sumber dari perpustakan yang telah disebutkan, penulis akan
melakukan verifikasi terhadap sumber-sumber yang telah penulis
temukan seperti buku-buku, majalah, dan koran mengenai tradisi
ziarah kubur: studi kasus makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-
Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat.
Interpretasi atau penafsiran sejarah yang juga disebut
dengan analisis sejarah, yaitu mencoba menguraikan sebab dan
akibat kejadian tersebut. Karena itu, data-data yang sudah
10
terkumpul dilakukan metode kritik sumber-sumber yang sudah
saya dapatkan mengenai tradisi ziarah kubur: studi kasus makam
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat
seperti buku, dan hasil wawancara.
Historiografi, adalah sejarah penulisan sejarah, tahap ini
adalah tahap yang terakhir dalam menulis skripsi ini. Setelah
melakukan tahap heuristik, verifikasi dan interpretasi, selanjutnya
historiografi dengan menulis dalam suatu urutan yang sistematik
yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi. Dalam
penulisan ini penulis berusaha menyusun cerita sejarah menurut
urutan peristiwa, berdasarkan kronologi waktu dan tema-tema
tertentu yang menjadi isi inti dari skripsi atau klimaks dari skripsi
ini.
G. Tinjauan Pustaka Terdahulu
Penulis hanya menemukan beberapa sumber rujukan
untuk perihal Tradisi Ziarah Kubur:
Pertama, “Ziarah Perspektif Kajian Budaya” di dalam
jurnal Studi Agama dan Masyarakat volume 13, Nomor 1, Juni
2017. Pembahasan di dalamnya tentang perspektif ziarah kubur
dalam kajian budaya. Pembahasannya menitik beratkan kepada
ziarah dalam kebudayaan masyarakat Indonesia.
Kedua, dalam artikel yang berjudul “Ziarah Kubur Pada
Makam Keramat/ Kuno Jakarta: Pendekatan Serjarah” jurnal
Islam and Humanities (Islam and Malay Local Wisdom). Sumber
rujukan yang kedua ini lebih universal dalam pembahasannya
yang menitik beratkan pada pendekatan kajian sejarah.
11
Pembahasan ziarah yang menitik beratkan pada sejarah yang
mengambil beberapa sampling makam yang banyak diziarahi di
sekitaran Jakarta.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penelitian maka penulis akan
membagi penulisan ini dalam enam bab, adapun bagian-bagian
dari bab tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : Berisikan pendahuluan yaitu: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, tinjaun kajian terdahulu, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian pustaka yang membahas landasan teori,
kajian pustaka, dan kerangka berfikir.
BAB III : Pembahasan mengenai gambaran umum daerah
Kwitang, Jakarta Pusat, dan kondisi sosial dan agama
masyarakat Kwitang.
BAB IV : Pembahasan dari deskripsi tradisi ziarah kubur
adalah makna ziarah kubur, ziarah kubur menurut
pandangan Islam, ziarah kubur menurut tradisi dan
budaya, dan tujuan ziarah kubur.
BAB V : Dibahas dalam bab ini dari tradisi ziarah kubur
di makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi adalah
profil Habib Ali bin Abdrurrahman Al-Habsyi,
pelaksanaan ziarah kubur di makam Habib Ali bin Al-
12
Habsyi, dan hari-hari pelaksanaan ziarah kubur Habib Ali
Kwitang .
BAB VI : Di bab akhir ini terdapat pembahasan mengenai
kesimpulan dan saran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Setiap penulisan akan dibutuhkan teori sebagai landasan
berpikir supaya penulis mampu melakukan penulisan secara
maksimal dengan segala daya dan upaya dalam penelitiannya
dengan sebuah teori. Juga dengan sebuah teori maka akan
mempermudah penulis dalam melakukan upaya pengkajian
terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau.1
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori sosial
yaitu fungsionalisme struktural yang merupakan suatu konsep
kunci dalam teori sosial dan memiliki peranan penting yang
memelihara keutuhan struktur, memelihara yang berarti menjaga
keseimbangan suatu struktur. Teori ini bukan hanya
menggambarkan (deskriptif) melainkan juga menjelaskan
(eksplanatori) Kebenaran suatu adat kebiasaan atau pranata
tertentu menurut para fungsionalis adalah karena kontribusinya
bagi keseimbangan sosial.2 Teori fungsionalisme struktural
adalah suatu teori sosial murni di dalam ilmu sosiologi, yang
mengajarkan secara teknis masyarakat dapat dipahami dengan
pandangan bahwa masyarakat pada hakikatnya tersusun kepada
1
Dudung Abdurrahaman, Metode Penelitian Sejara, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2007), 25.
2 Keseimbangan dalam analogi yang terkenal diartikan sebagai
keseimbangan antara dunia alam mulai dari mekanika sampai biologi dan
dunia masyarakat. Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, (Jakarta: Obor,
2011), 156.
14
bagian-bagian secara struktural dimana di dalam masyarakat ini
terdapat berbagai sistim-sistim dan faktor-faktor, yang satu sama
lain mempunyai peran dan fungsinya masing-masing, saling
berfungsi dan saling mendukung dengan tujuan agar masyarakat
ini terus bereksistensi, dimana tidak ada satu bagianpun dalam
masyarakat yang dapat dimengerti tanpa mengikutsertakan bagian
yang lain, dan jika salah satu bagian dari masyarakat yang
berubah, akan terjadi gesekan-gesekan dan goyangan-goyangan
ke bagian yang lain dari masyarakat ini.
Tokoh yang memperkenalkan teori fungsionalisme adalah
Emil Durkheim seorang ahli dalam bidang sosiologi yang
mempengaruhi pemikiran seorang Talcott Parsons yang
mengenalkan teori fungsionalisme struktural. Daya tarik teori
fungsionalisme Struktural bagi penulis adalah fungsionalisme
struktural mampu mengimbangi tendensi tradisional yang terlalu
banyak menjelaskan hal-hal masa lampau yang menyangkut
kehendak (intensions) individu. Teori fungsionalisme struktural
mempunyai empat imperetatif fungsional bagi sistem yaitu
“AGIL”. “AGIL” adalah sebuah gugusan aktivitas yang di
arahkan untuk memenuhi satu atau beberapa sistem, “AGIL”
sendiri singkatan dari A (adaptasi), G ( goal attainment), I
(integrasi), L (latensi). “AGIL” memeiliki pola hal yaitu:3
Adaptasi: sistem harus mengatasi kebutuhan situasional
yang datang dari luar, ia harus beradaptasi dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan
kebutuhan-kebutuhannya.
3 George Ritzer, dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi,
(Bantul:Kreasi Wacana,2014), 257-258.
15
Pencapaian tujuan: sistem harus mendefinisikan dan
mencapai tujuan-tujuan utamanya.
Intergrasi: sistem harus mengatur hubungan bangian-
bagian yang menjadi komponennya. Itu pun harus
mengatur hubungan antar ketiga impretatif fungsional
tersebut (A,G,L)
Sistem harus melengkapi, memelihara, dan
memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya
yang menciptakan dan mempertahankan motivasi
tersebut.
B. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka sangat diperlukan dalam suatu
penelitian, untuk mengetahui sejauh mana penelitian yang relevan
dengan topik telah dilakukan, di samping untuk memperkaya
data.
Berikut ini beberapa tinjauan pustaka yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan topik tersebut dan juga
untuk menguatkan dan menginspirasi dalam penulisan yang
berjudul “Tradisi Ziarah Kubur: Studi Kasus Makam Habib
Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, Jakarta Pusat
1968-2018”. Dalam membuat penulisan ini buku tentang “Ziarah
& Wali” yang ditulis oleh Henri Chambert-Loir dan Claude
Guillot, mereka adalah peneliti yang membahas lebih terperinci
tentang ziarah kubur di berbagai belahan dunia. Dan salah satu
buku yang menginspirasi saya untuk menulis skripsi tentang
ziarah kubur karena sedikit peneliti yang membahas persoalan ini
dan sedikitnya sumber yang membahas secara gamblang tradisi
ziarah di dunia. Yang kedua “Tiga Serangkai Ulama Tanah
Betawi‟ yang ditulis oleh Abdul Qadir. Pembahasan rinci tentang
16
tokoh ulama Habib Ali bin Abdurrahman yang saya ambil, salah
satu ulama yang menjadi sumber rujukan para ulama di jakarta
dan sekitarnya. Selanjutnya buku “Menziarahi Para Wali”
mengenai ziarah yang dahulu dilakukan dan diajarkan nabi yang
ditulis oleh Husein Rahim. “Barakah Ziarah Etnografi Kuburan di
Bumi Parahyangan”, buku ini ditulis oleh Abdurrahman Misou,
Bambang Prawiro, dkk. Riset yang mereka lakukan tentang
etnografi kuburan di bumi Parahyangan. Selanjutnya “17 Habaib
Berpengaruh di Indonesia”, buku ini ditulis oleh Abdul Qodir
Umar Mauladdawilah. Buku 17 Habaib ini lebih mengulas
biografi para Habaib Berpengaruh di Indonesia.
C. Kerangka Berpikir
Tradisi ziarah kubur yang bertahan adalah hasil dari
sebuah proses yang cukup lama, mepertahankan tradisi ziarah
kubur di setiap daerah dengan cara yang berbeda-beda. Ziarah
kubur sendiri adalah sebuah tatacara untuk menghormati orang
yang sudah meninggal. Seperti halnya tradisi nyekar oleh
masyakarat Betawi, ngunjung oleh masyarakat Indramayu adalah
penyebutan lain dari tradisi ziarah kubur namun esensinya sama
dengan apa yang sudah ada dari tradisi ziarah kubur yang sudah
ada sejak dahulu. Dalam agama Islam, tradisi ziarah kubur ini
adalah sebuah fenomena yang menarik bagi para peziarah,
dikarenakan proses pelaksanaannya dari setiap daerah berbeda-
beda sehingga menarik untuk di telaah lebih jauh.
Teori yang tepat untuk menjelaskan permasalahan dalam
skripsi, penulis menggunakan teori fungsionalisme berdasarkan
17
pengaruh pemikiran Emile Durkheim dan Talcott Parsons. Teori
fungsionalisme ini menjelaskan suatu konsep kunci dalam teori
sosial dan memliki peranan penting yang memelihara keutuhan
sebuah tatanan masyakarakat. Pendekatan tradisi dan agama,
adalah pendekatan yang penulis gunakan, karena awal dari ziarah
kubur adalah sebuah tradisi dan ritual keagamaan dari zaman
nenek moyang yang sudah dijaga secara turun temurun.
18
SKEMA KERANGKA BERFIKIR
Tradisi Ziarah Kubur
Bagaimana Tradisi Ziarah Kubur Makam
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi
Kwitang, Jakarta Pusat Tahun 2014-2018.
Masalah
Ziarah sudah ada
sejak zaman dahulu ziarah kubur diperbolehkan
agama Islam dengan ketentuan
sesuai dengan syariat agama.
Tiga Serangkai Tanah Jawa
karya Abdul Qodir Umar
Mauladdawilah.
17 Habaib Berpengaruh di
Indonesia karya Abdul Qodir
Umar Mauladdawilah.
Pendekatan Teori
Sumber Primer
Literature
Review
Metode
Temuan
Ziarah dan Wali di Dunia Islam
karya Henri Chambert- Loir dan
Claude Guillot.
Sumur yang Tak Pernah kering
karya Abdurrahman bin
Muhammad.
Historis
Tradisi ziarah makam Habib Ali Kwitang
memiliki tradisi yang hanya ada di saat
haul Habib Ali Kwitang yaitu ghasidah
tradisi mengarak para Ulama.
Fungsionalisme oleh Emil
Durkheim dan Tolcott Parsons
Tradisi Agama
Metodologi
19
BAB III
GAMBARAN UMUM KWITANG
A. Sejarah Wilayah Kwitang
Nama-nama tempat di Jakarta yang sudah ada sejak masa
prakolonial ditemukan dalam dua naskah lontar kuno yaitu:
Bujangga Manik dan Carita Parahyangan.1 Pada masa kolonial
nama tempat atau kawasan daerah Jakarta pada masa itu dinamai
dengan bahasa Belanda akan tetapi nama-nama kawasan atau
jalan yang sudah dinamai oleh masyarakat sekitar akan
dipertahankan tidak diubah dan nama kawasan atau jalan yang
belum dinamai baru diberikan dengan bahasa Belanda. Daerah
Kwitang sendiri sudah ada sejak dahulu, Kwitang termasuk dari
daerah Senen yang masa itu adalah sebuah kecamatan. Nama
Senen muncul dari sebutan pasar yang didirikan oleh Justinus
Vinck yaitu tuan tanah Belanda. Pasar senen sediri berdekatan
dengan Gunung Sahari yang dahulu bernama Grote Zuiderweg.
Pasar Senen dahulu dikenal oleh masyarkat sekitar dengan
sebutan Vinckpasser (Pasar Vinck) dikarenakan pasar tersebut
didirikan oleh tuan tanah. Pasar Senen hanya dibuka pada hari
senin maka dari itu masyarakat pribumi menamainya dengan
sebutan Pasar Senen.2 Pada tahun 1766 M Pasar Senen dibuka
pada hari-hari lainnya karena animo masyarakat yang berbelanja
disana meningkat.
1 Rachmat Ruchiat, Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, (Jakarta:
Mansup Jakarta, 2012), 19.
2 Rachmat Ruchiat, Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, (Jakarta:
Mansup Jakarta, 2012), 141.
20
Kwitang disebut sebagai kawasan yang populer dengan
perdagangan buku bekas. Kwitang sendiri berada di sebelah timur
Pasar Senen atau zaman dahulu disebut dengan Vinckpasser yang
didiami oleh orang Cina. Asal- usul Kwitang berasal dari tuan
tanah yang bernama Kwee Tang Kiam atau Kwee Tiam Kiam.3
Daerah timur inilah dari kecamatan senen yang disebut dengan
Kwitang sampai saat ini.
Orang-orang Betawi menyebut kampung si Kwitang,
karena hampir setiap tanah disekitar daerah rumah Kwee Tang
adalah miliknya bisa disebut sebagai tuan tanah atau cukong.
Tanah milik Kwee Tang Kiam mulai berkurang dan di jual
kekalangan komunitas Arab akibat ulah anak semata wayangnya
yang gemar berjudi. Kemudian komunitas Arab mendirikan
masjid yang diberi nama masjid Ar-Riyadh atau biasa disebut
sebagai masjid Kwitang diresmikan pada tahun 1963 oleh
Presiden Soekarno. Kwitang juga terkenal dengan para
pendekarnya, yaitu para jawara silat Betawi yang bertempur
untuk membela tanah kelahirannya dari para penjajah Belanda.4
3 Dia adalah seorang pengembara dari Tiongkok yang mengembara ke
Batavia atau kota Jakarta pada abad ke – 17. Dia adalah pedagang obat
sekaligus ahli bela diri kuntao semacam silat dari negri Tiongkok. Kehebatan
ilmu silat Kwee Tang Kiam di akui masyarakat, dia mengajarkan jurus-jurus
yang memadukan unsur tenaga, kekuatan fisik dan kecepatan. Hal ini sangat
berbeda dengan silat Betawi yang lebih menonjolkan ilmu silat kebatinan.
Akulturasi silat betawi dengan kuntao menyebabkan Kwitang dikenal sebagai
gudangnya jagoan pencak silat. Djulianto Susantio, “Asal-Usul Nama
Kampung Kwitang”. https://nasional.kompas.com.Kwitang. Dikutip pada
pukul 01.30 hari kamis tanggal 15Desember 2019.
4 Sampai pada tahun 1960 Kwitang disebut sebagai gundangnya para
jawara, salah satu jawara tersebut ialah H. Djaelani atau lebih dikenal Mad
Djaelani yang mendirikan pedepokan silat di Kwitang dengan nama Mustika
21
B. Demografi Wilayah Kwitang
Secara topografi Kwitang termasuk dataran rendah sekitar
4 meter di atas permukaan laut. Kepadatan penduduk di Kwitang
mencapai 358 orang perkm2. Sisi barat dengan selatan Kwitang
dilalui oleh jalur sungai Ciliwung, sisi timur dan utara dibatasi
dengan pertokoan. Di Kwitang terdapat situs budaya makam yang
dijadikan tempat wisata oleh masyarkat sekitar dalam artian
adalah wisata rohani.5 Kwitang adalah wilayah kaum urban dari
zaman dahulu, disebut wilayah kaum urban dikarenakan
penduduk lamanya sudah banyak tersingkir dari wilayah tersebut
digantikan oleh orang-orang pendatang dari Jawa, luar Jawa atau
pendatang dari negri lain seperti Tiongkok, Arab, Pakishtan dan
lain-lain.
Dari SK gub. DKI Jakarta no. 171 tahun 2010 tentang
penataan, penetapan batas dan luas wilayah kelurahan di Prov.
DKI Jakarta, keputusan gubernur provinsi DKI Jakarta Kelurahan
Kwitang dibagi menjadi 9 rukun warga (rw) dan 81 rukun
tetangga (rt) dengan batas wilayah utara berbatasan dengan
kelurahan Senen, wilayah timur berbatasan dengan kelurahan
Kramat, wilayah selatan berbatasan dengan kelurahan Kenari,
wilayah barat berbatasan dengan kali ciliwung dan kelurahan
Kebon Sirih.
Kwitang. Zaenudin HM, 212 Asal-Usul Djakarta Tempoe Doeloe, (Jakarta:
Ufuk, 2012), 321-322.
5 Profil Kelurahan Kwitang Provinsi DKI Jakarta Kecamatan Senen
Kelurahan Kwitang 2014.
22
Keterangan: Peta wilayah Kwitang, Profil Wilayah Kwitang
(Profil Kelurahan Kwitang: Provinsi DKI Jakarta Kecamatan
Senen Kelurahan Kwitang 2014).
23
Letak koordinat Kwitang sendiri berada di garis
bujur 6°11′S 106°50′E dan luas wilayahnya 44,7 Ha.6
Berdasarkan survey penduduk di Kwitang tahun 2018 terdapat
18.670 jiwa atau 6.039 keluarga yang menetap dan berdasarkan
survey Badan Pusat Statistik dari tahun 2014 sampai pada tahun
2017 penduduk di Kwitang mengalami fase penurunan dan
peningkatan tahun 2014 jumlah penduduk di Kwitang
berdasarkan Badan Pusat Statistik yaitu 18. 374 jiwa7, pada tahun
2015 jumlah penduduk di Kwitang 18.519 jiwa8, tahun 2016
jumlah penduduk di Kwitang 19.220 jiwa9, dan pada 2017 jumlah
penduduk di Kwitang 18.594 jiwa10
. Terjadi penurunan angka
penduduk di tahun 2017 dan di tahun 2018 dikarenakan
kepadatan daerah Kwitang yang menyebabkan para penduduk
setempat pindah ke daerah lain. Berikut tabel data jumlah
penduduk.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kwitang 2018
No Jumlah
Penduduk
Dewasa
Jumlah
Penduduk
Belum Dewasa
Jumlah
Kepala
Keluarga
Jumlah
wajib
KTP
L P L P L P
1 9.539 9.271 9.378 9.292 4.640 1.399 14.147
6 Data Laporan Bulanan Kelurahan Kwitang 29 Desember 2018.
7 Kecamatan Senen Dalam Angka 2015, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2015), 40.
8 Kecamatan Senen Dalam Angka 2016, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2016), 40.
9 Kecamatan Senen Dalam Angka 2017, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2017), 42.
10
Kecamatan Senen Dalam Angka 2018, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2018), 47.
24
Total 18.630 18.670 6.039 14.147
Wilayah Kwitang dikenal oleh masyarakat dengan daerah
penjual buku-buku bekas, dikarenakan disana terdapat satu pasar
khusus menjual buku bekas dan baru dan terdapat toko buku
besar yang terkenal dengan nama toko buku Gunung Agung.
C. Kondisi Sosial dan Agama Masyarakat Kwitang
Penduduk Kwitang tidaklah murni dari kalangan orang-
orang Betawi akan tetapi sudah banyak perubahan sejak
urbanisasi berlangsung sampai saat ini. Daerah Kwitang
merupakan salah satu tempat strategis bagi pelaku bisnis dan
pekerja kantoran maka banyak warga dari luar daerah Jakarta
menetap disana dan terjadilah kepadatan penduduk. Kondisi
wilayah Kwitang yang padat penduduk menjadikan problema
bagi masyakaratnya yang berdampak bagi ekonomi, wilayah
Kwitang bisa disebut sebagai wilayah ekonomi kelas menengah
ke bawah. Menurut data survei kependudukan tingkat kelurahan,
tingkat pengangguran di wilayah Kwitang tergolong tinggi
hingga mencapai angka 4.987.11
Rata-rata pekerjaan masyarakat
laki-laki Kwitang adalah pengusaha kecil menengah mencapai
423 orang dan karyawan perusahaan swasta mencapai 3.075
orang, sedangkan yang perempuan rata-rata pekerjaanya adalah
pembantu rumah tangga atau PRT mencapai 301 orang dan
karyawan perusahaan swasta mencapai 1.965 orang.
11 Profil Kelurahan Kwitang Provinsi DKI Jakarta Kecamatan Senen
Kelurahan Kwitang 2014.
25
Antusias pendidikan di wilayah Kwitang sangatlah rendah
survei dari data pendudukan hampir 45% masyarakat nya hanya
mengenyam sekolah dasar (SD), selebihnya tamatan sekolah
menengah atas (SMP) dan tamatan sekolah menengah atas
(SMA), sedikit sekali yang sampai ke jenjang perkuliahan.
Berikut adalah tabel survei pendidikan masyarakat kwitang.12
Tabel 1.2 Pendidikan di Kwitang 2014
Tingkatan pendidikan Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 48 orang 54 orang
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play
Group
308
orang
423 orang
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah
sekolah
4 orang 3 orang
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 1.416
orang
1.732
orang
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 4 orang 3 orang
Usia 18-56 tahun yang pernah SD
tetapi tidak tamat
49 orang 63 orang
Tamat SD/ sederajat 1.084
orang
1.332
orang
Jumlah usia 12-56 tidak tamat SMP 82 orang
103 orang
Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat
SMA
126
orang
140 orang
12 Data Laporan Bulanan Kelurahan Kwitang 29 Desember 2018.
26
Tamat SMP/sederajat 318
orang
397 orang
Tamat SMA/sederajat 401
orang
498 orang
Tamat D-1/sedejarat 42 orang 58 orang
Tamat D-2/sederajat 48 orang 28 orang
Tamat D-3/sederajat 173
orang
152 orang
Tamat S-1/sederajat 138
orang
121 orang
Tamat S-2/sederajat 19 orang 14 orang
Tamat S-3/sederajat 8 orang 4 orang
Rendahnya pendidikan membuat lapangan perkerjaan
yang ada tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan pihak
pekerja di Kwitang, yang menyebabkan pengangguran dan
sedikitnya sosialisasi pengembangan minat bakat untuk
masyarakat Kwitang sendiri. Rendahnya kesadaran masyarakat
Kwitang yang menyebabkan tidak berkembangnya
perekonomian di daerah Kwitang.13
Masuknya agama Islam di Kwitang, berasal dari bukti
adanya komunitas keturunan Arab yang membeli tanah dari tuan
tanah di Kwitang dan komunitas Arab ini mendirikan masjid
sebagai tempat peribadatan orang-orang Arab tersebut dan warga
13 Profil Kelurahan Kwitang Provinsi DKI Jakarta Kecamatan Senen
Kelurahan Kwitang 2014.
27
sekitar yang menganut agama Islam.14
Para keturunan Arab ini
adalah seorang pedagang atau saudagar dan penda‟wah yang
ulung sehingga Kwitang menjadi salah satu tempat bergurunya
para santri dan masyarakat yang haus akan ajaran Islam dan
mengasah ilmu mereka sehingga menetap di Kwitang.
Salah satu ulama yang menetap di Kwitang adalah Habib
Abdurrahman yang tidak lain adalah ayah dari Habib Ali
Kwitang. Ia hijrah dari Semarang ke Jakarta dan menetap di
Kwitang.15
Ia berda‟wah dengan ilmu yang mendalam dan
tuturnya santun dalam menyampaikan ajaran agama sehingga
masyarakat Kwitang pada saat itu tertarik untuk mendengarkan
da‟wah nya, sehingga masyarakat yang belum masuk Islam
tergugah hatinya untuk mengikuti ajaran ia dan masuk Islam.
Kondisi sosial keagamaan masyarakat Kwitang sendiri
cukup baik, disana terdapat 4 agama yang dianut oleh masyarakat
Kwitang dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Mayoritas
masyarakat yang beragama Islam berjumlah 13.811 orang, agama
yang dianut penduduk terbanyak kedua adalah Kristen dengan
1.581 orang, agama yang dianut penduduk terbanyak ketiga
adalah Budha dengan 518 orang, dan agama yang dianut
penduduk terbanyak keempat adalah Hindu dengan 94 orang.
Kehidupan antar umat beragama di Kwitang adalah
contoh kehidupan ummat beragama yang rukun, tidak ada konflik
yang menimbulkan perpecahan antar pemeluk agama sehingga
14 Zaenudin HM, 212 Asal-Usul Djakarta Tempoe Doeloe (Jakarta:
Ufuk, 2012), 322.
15
Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, Tiga Serangkai Ulama Tanah
Betawi (Jakarta: Pustaka Basmah, 2009), 20.
28
tercipta keharhomisan dalam rukun bertetangga. Berikut adalah
tabel pemeluk agama.16
1.3 Pemeluk Agama di Kwitang 2014
Agama Laki-laki Perempuan
Islam 6405 orang 7406 orang
Kristen 396 orang 477 orang
Katholik 334 orang 374 orang
Hindu 58 orang 36 orang
Budha 221 orang 297 orang
Khonghucu - -
Kepercayaan
kepada Tuhan yang
maha esa
- -
Aliran kepercayaan
terhadap Tuhan
yang lain nya
- -
Jumlah 7414 orang 8590 orang
16 Profil Kelurahan Kwitang Provinsi DKI Jakarta Kecamatan Senen
Kelurahan Kwitang 2014.
29
BAB IV
ZIARAH KUBUR MENURUT BUDAYA DAN TRADISI
ISLAM
A. Makna Ziarah Kubur
Ziarah kubur ialah berkunjung ke makam/pesarean orang
Islam yang sudah wafat, baik orang biasa, orang shaleh, ulama,
wali, maupun nabi.1 Ziarah menurut etimologi berasal dari bahasa
Arab yaitu zaaru, yazuuru, ziyarotan.2 Kata ziarah yang diartikan
masuk atau mengunjungi yaitu sebuah kunjungan ummat Muslim
terhadap tempat-tempat tertentu yang memiliki nilai historis
keagamaan.3
Rasullullah saw bersada, “Barangsiapa berziarah ke
makam kedua orang tuanya atau salah satu darinya pada setiap
hari Jum’at maka, Allah akan mengampuni dosanya dan ia
termasuk orang berbakti kepada orang tua.”4
Ziarah kubur adalah ibadah yang termasuk mulia di sisi
Allah SWT dengan dilandasi prinsip wasath yaitu tidak ifrath dan
1 Abu Muqaffa Hasani, Sejarah Wali Pitu Bali (Kediri: Mitra
Gayatri), 61.
2 Yang diartikan kunjungan, yaitu dapat mengunjungi orang yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Walapun pada konteks ziarah ini ke
orang yang sudah tiada. Nur Indah Sari, Firdaus Wajdi, Sari Narulita,
“Peningkatan Spritual Melalui Wiasta Religi di Makam Keramat Kwitang”,
Jurnal Studi Qur’an: Membangun Tradisi Berfikir Qur’an 14, No.1, 2018, 50.
3 Kata ziarah selalu di hubungkan dengan kegiatan mengunjungi
perkuburan atau ziarah kubur, dengan cara mendo‟akan, mengingatkan diri
sendiri, dan mengambil pelajaran terhadap kematian. Achmad Mufid A.R,
Risalah Kematian: Merawat Jenazah Tahlil, Tawasul, Ta’ziyah, dan Ziarah
Kubur (Jogjakarta: Total Media, 2007), 82.
4 Achmad Mufid A.R, Risalah Kematian: Merawat Jenazah Tahlil,
Tawasul, Ta’ziyah, dan Ziarah Kubur (Jogjakarta: Total Media 2007), 82.
30
tidak pula tafrith.5 Dalam berziarah, para peziarah melakukan
ziarah dengan mengunjungi makam-makam yang memang bisa
diambil ibrah dari perjalanan hidupnya, yaitu:6
Mengunjungi makam para Nabi, para sahabat, ataupun
Tabi‟ Tabi‟in, mereka yang menyebarkan dan
memperkenalkan agama Islam hingga eksis sampai
saat ini.
Mengunjungi makam para Wali, Kiyai, Ustadz dan
Ustadzah yang mengajarkan ilmu agama, ilmu alam
dan ilmu ciptaan Tuhan yang memberikan ilmu
pengetahuan.
Mengunjungi makam keluarga, sahabat ataupun
kerabat dekat yang mempunyai hubungan kekeluargaan
yang erat dengan para peziarah kubur.
.
B. Ziarah Kubur Menurut Pandangan Islam
Pada hakikatnya semua yang bernyawa pasti akan
meninggal atau mati, manusia yang berziarah seharusnya untuk
mengingat kematian itu sendiri bukan untuk melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Menurut syariat agama
Islam ziarah kubur adalah mengambil pelajaran atau ibrah dan
mengingat akan adanya kematian.7
Rasul memperbolehkan ummat Islam berziarah kubur
untuk mendo‟akan para kaum Muslim yang sudah meninggal.
Ziarah kubur itu sangat baik di dalam ajaran Islam. Di dalam
kitab Fiqh Sunnah hukum ziarah kubur termasuk kategori sunnah
5 Wasath itu adalah totalitas terhadap syariat Allah SWT, ifrath
adalah sikap berlebih-lebihan dalam menjalankan syariat agama, dan tafrith
adalah sikap meremehkan dalam menjalankan syariat agama.
6 Ja‟far Subhani, Tawassul, Tabbaruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali
Apakah Termasuk Ajaran Islam? (Bandung: Pustaka Hidayah, 2010), 69.
7 Mutmainah Afra Rabbani, Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita
(Tangerang: Lembar Pustaka Indonesia, 2014), 10-11.
31
untuk kaum pria dan makruh untuk wanita, hukum-hukum
tersebut untuk dilakukan ummat Islam sebagaimana yang telah
ditentukan dan disepakti oleh para Ulama.8
Rasulullah saw, bersabda yang artinya “Aku dahulu
pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka sekarang
berziarahlah kamu sekalian. Sebab, dengan berziarah akan
mengingatkan kamu pada akhirat.” (H.r. Imam Ahmad) 9
Dari Ibn Buraidata, dari ayahnya Ia berkata:
Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Aku pernah melarang
kalian berziarah kubur, sekarang kalian boleh melakukannya.”
(H.r. Shahih Muslim).10
Pria dan wanita diperbolehkan ziarah kubur dengan syarat
tidak boleh duduk bersama dengan syarat jika bukan muhrim.
Antara laki-laki dan perempuan dibatasi dengan hijab, tidak boleh
meraung atau berteriak keras di kuburan, tidak boleh membuka
aurat, dan bukan berbuat kemungkaran yang dilakukan di
pemakaman.11
Fenomena ziarah kubur terdapat di berbagai daerah, setiap
daerah memiliki ciri khas yang unik bunga dan air kembang.12
Ziarah kubur sendiri memiliki kegiatan yang memiliki keutamaan
yaitu mengingat kematian itu sendiri. Islam membolehkan ziarah
kubur sebagai bentuk pelajaran dan mengingatkan akan adanya
alam lain selain kehidupan di muka bumi. Islam mensyaratkan
8 Mutmainah Afra Rabbani, Adab Berziarah Kubur Untuk Wanita,
Tangerang: Lembar Pustaka Indonesia, 2014), 45.
9 Achmad Mufid A.R, Risalah Kematian: Merawat Jenazah Tahlil,
Tawasul, Ta’ziyah, dan Ziarah Kubur (Jogjakarta: Total Media, 2007), 82.
10
Adib Bisri Mustofa, Terjemahan Shahi Muslim Jilid II (Semarang:
Asy Syifa, 1993), 150.
11
Zainal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), 64.
12 Hasil survei penulis dibeberapa tempat ziarah kubur sejak bulan
Maret hingga Desember di tahun 2018.
32
bila melakukan ziarah boleh meminta restu atau do‟a kepada
mayat, meminta pertolongan kepada mayat.13
C. Ziarah Kubur Menurut Tradisi dan Budaya
Tradisi dalam bahasa latin yaitu traditio yang berarti
diteruskan atau bisa juga diartikan kebiasaan. Di dalam kamus
bahasa Indonesia tradisi adalah segala sesuatu seperti adat,
kebiasaan.14
Tradisi adalah suatu yang dilakukan sejak lama oleh
leluhur atau kebiasaan kegiatan turun-temurun. Menurut
Koentjaraningrat yang dikutip oleh Jamaluddin di dalam
jurnalnya bahwa budaya adalah suatu cara hidup yang
dikembangkan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan
dasarnya untuk bertahan hidup, meneruskan keturunannya dan
mengatur pengalaman sosialnya.15
Tradisi ziarah adalah sebuah acara keagamaan yang sudah
ada turun-temurun bahkan sejak zaman Nabi. Masyarakat Betawi
setiap sebelum puasa atau sebelum lebaran Idul Fitri/Adha
mereka melaksanakan nyekar atau tabur bunga. Di daerah
Indramayu disebut sebagai tradisi ngunjung, di daerah Lampung
disebut sebagai tradisi ngejalang. Nyekar, tabur bunga, ngunjung,
ngejalang merupakan istilah dari tradisi ziarah kubur yang berasal
dari berbagai daerah. Tidak ada anjuran khusus dalam berziarah
13 Zainal Abidin, Alam Kubur dan Seluk Beluknya (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), 64.
14
Hamzah Samsuri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern,
(Surabaya: Greisida Press, 2005), 587.
15
Jamaluddin, Tradisi Ziarah Kubur Dalam Masyarakat Melayu
Kuantan. Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya Vol
11, No 2 Juli – Desember 2014.
33
untuk menyebarkan bunga di atas makam16
namun terdapat
akulturasi dari barat yang menaburkan bunga di atas kuburan
kerabat, hal ini merupakan percampuran budaya timur dan barat,
sehingga menciptakan kultur budaya yang dinamis. Ummat
beragama melakukan ritual atau tradisi atas dasar menghormati
leluhur pada zaman dahulu, seperti tradisi ziarah yang
dipertahankan sampai detik ini. Beberapa kelompok masyarakat
melakukan pembangunan sebuah siklus ekonomi di dalam tradisi
ziarah, seperti membuka warung makan, dan lain-lain .17
Tradisi ziarah ini tidak hanya berfungsi sebagai pengingat
akan kematian, tetapi juga menjadi sarana rekreasi untuk
mengajarkan nilai-nilai keagamaan kepada anak atau sekedar
wisata rohani. Masyarakat sendiri menjaga nilai-nilai tradisi yang
sudah ada sejak dahulu dan turun temurun, menghilangkan yang
buruk dan menjaga yang baik, dan mengakulturasikan budaya
tersebut dengan nilai-nilai keislaman.18
Ki Hajar Dewantara, menuturkan tentang kebudayaan
menjadi 3, yaitu:19
Yang pertama menurut perkataanya, maka kebudayaan
yang berarti “buah budi” manusia dan kerenanya baik
yang bersifat lahir, maupun batin, selalu mengundang
sifat-sifat keluhuran dan kehalusan atau keindahan, ethis,
16 Ustadz Sugleli, Imam Masjid Luar Batang, wawancara pribadi,
Jakarta, 1 Maret 2019.
17
Hasil penelitian penulis pada acara ta‟lim setiap hari Minggu di
makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang.
18
Nilai-nilai keIslaman disini adalah seperti ke tauhidan, pembacaan
ayat suci Al-Qur‟an, pembacaan dzikir dan lain sebagainya.
19
I. Djumhur, dan H. Danasuparta, Pengantar ke Antropologi Budaya
(Jakarta: fadil & Co, 1962), 11.
34
dan aesthetis, yang ada pada hidup manusia pada
umumnya.
Yang kedua menurut timbulnya atau terjadinya, maka
kebudayaan adalah hasil perjuangan manusia yakni
perjuangannya terhadap segala kekuatan alam yang
mengelilinginya dan segala pengaruh zaman atau
masyarakatnya yang kedua-duanya alam dan zaman
tersebut menyebabkan terus-menerus berganti-gantinya
segala bentuk dan isi kebudayaan di dalam hidup tiap-tiap
bangsa.
Yang ketiga di dalam artinya yang umum, yang terpakai
sehari-harinya, kebudayaan itu berarti sifat utuhnya
bangsa, teristimewa mengenai tingkatan atau derajat
kemanusiaannya, baik lahir maupun batin.
Menurut pakar budaya Belanda Enno Van Gelder, istilah
kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, dalam bahasa
Jerman disebut kultur, dalam bahasa Belanda cultuur. bahwa
etimologi kata ini berasal dari kata latin colore yang berarti
mengerjakan, memelihara. Kultuur dikatakan pada usaha yang
dilakukan pada barang atau daya intelek untuk memperbaiki atau
memulihkannya.20
Unsur kebudayaan menurut para ahli di bagi menjadi dua
yaitu unsur besar dan unsur kecil, dari unsur besar dan unsur kecil
tersebut merupakan bagian dari kebulatan yang bersifat kesatuan.
Perumusan tersebut oleh para ahli dibuat menjadi unsur-unsur
pokok seperti yang dijelaskan oleh Melville J. Herkovits yang
mengajukan empat unsur pokok kebudayaan, yaitu:21
20 Sidi Gazalba, Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu (Jakarta:
Pustaka Antara, 1968), 9.
21
Dengan lain perkaataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang
di dapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), 172-173.
35
Alat-alat tekhnologi.
Sistem ekonomi.
Keluarga.
Kekuasaan politik.
Setiap 4 unsur pokok tersebut dapat diurai menjadi unsur
besar dan usur kecil, seperti halnya unsur kecil yaitu pensil, buku,
penghapus yang di kategorikan sebagai alat-alat tekhnologi.
Untuk unsur besar bisa jadi majlis dewan perwakilan rakyat,
dewan perwakilan daerah ataupun unsur keluarga yang
dikategorikan menjadi kekuasaan politik ataupun keluarga.
Banyak tradisi dan budaya yang sudah lama ditinggalkan oleh
masyarakat Indonesia, dan ada juga tradisi dan budaya yang
dijaga, dilestarikan, dan dipopulerkan sampai saat ini. Salah satu
tradisi dan budaya yang dipertahankan adalah tradisi dan budaya
ziarah kubur. Tradisi dan budaya ziarah kubur di Indonesia
dilakukan oleh masyarakat Muslim yang sering berziarah di
kuburan saudara, ibu, ayah atau para tokoh-tokoh masyarakat
yang berpengaruh.
Tradisi dan budaya ziarah kubur adalah tradisi keagamaan
yang sudah turun temurun dijaga oleh masyarkat adat dan sering
terjadi di kehidupan masyarakat baik masyarakat traditional
maupun mayarakat modern. Menurut Parlindungan Siregar di
dalam jurnal Islam and Humanities yang berjudul tradisi ziarah
kubur pada makam keramat/kuno Jakarta, ia mengatakan bahwa
ziarah kubur merupakan tradisi keagamaan dan budaya
masyarakat yang mengakar maka yang urgent adalah proses
36
kesinambungan didalamnya, yakni kesinambungan budaya pra-
Islam sampai masa kedatangan Islam di Nusantara.22
D. Tujuan Ziarah Kubur
Dengan ziarah kubur, para peziarah dapat mengingat akan
kematian. Mereka melakukan kegiatan wisata ruhani dengan cara
berziarah. Pada umumnya yang melakukan ziarah adalah
kelompok majlis ta’lim, penghuni pesantren santri dan santriah,
Ustadz dan Ustadzah, keluarga besar dan ada yang melakukan
kegiatan ini secara individu atau berkelompok dalam melakukan
ziarah kubur.
Dalam kegiatan berziarah paling lama dilakukan dalam
kegiatan ini adalah sejam dan paling sebentar adalah setengah
jam.23
Kegiatan yang dilakukan dalam berziarah kubur antara lain
pembacaan surah Yasin dan tahlil. Zainal Abidin di dalam
bukunya Alam Kubur dan Seluk beluknya berpedapat bahwa
maksud dari ziarah kubur ada dua yaitu:24
Mengambil manfaat dengan mengingat kematian.
Si mayat yang diziarahi memperoleh manfaat dengan
ucapan do‟a salam oleh para peziarah dan permohonan
pengampunan.
22 Ziarah kubur melalui pintu ilmu sejarah maka kacamata yang
digunakan adalah kacamata yang berdimensi 4 c yaitu continuity, change,
connection, dan communion. Parlindungan Siregar, Islam and Humanities
(Islam and Malay Local Wisdom) (Palembang: Noer Fikri Offser bekerjasama
dengan fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negri Raden Fatah
Palembang, 2011), 373.
23
Hasil penelitian penulis pada acara ta‟lim setiap hari Minggu di
makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang.
24
Abidin, Zainal, Alam Kubur dan Seluk Beluknya (Jakarta: Rineka
Cipta, 1993), 64.
37
Habib Ali bin Yahya Alkisah mengatakan bahwa
mengunjungi makam orang tua yang sudah tiada di hari Jumat
adalah perbutaan yang disarankan dalam agama dan terdapat
penejelasan nya di dalam Hadist.25
Pendapat Ulama Imam
Jalaluddin As-Suyuti mengutip dari kitab Al-„Arba‟in ath-
Tha‟iyah menuturkan bahwa, “seorang mayat akan senang di
dalam kuburnya jika dikunjungi oleh orang yang dicintainya di
dunia”.26
25 Habib Ali bin Yahya, pembuat majalah Alkisah, wawancara
pribadi, Jakarta, 23 April 2019.
26
Jalaluddin As-Suyuthi, Ziarah ke Alam Barzakh (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2005), 268.
38
39
BAB V
TRADISI ZIARAH KUBUR DI MAKAM HABIB ALI BIN
ABDURRAHMAN AL-HABSYI
A. Profil Habib Ali bin Abdrurrahman Al-Habsyi
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi adalah salah satu
ulama kondang di zamannya. Pada tahun 1940 M hingga 1960 M
ia berda‟wah bersama 2 orang ulama yaitu Habib Ali bin Husein
al-Attas Bungur dan Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Habib
Ali bin Abdurrahman adalah seorang Ulama terkemuka dari
Jakarta yang bertempat tinggal di Kwitang, yang sekarang lebih
di kenal dengan Kramat Kwitang. Ia adalah anak dari Habib
Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad Al-Habsyi.1
Habib Ali dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil „Awal 1286
H atau hari Minggu bertepatan dengan 20 April 1869 M, dengan
ayah bernama Habib Abdurrahman Al-Habsyi dan ibu bernama
Nyai Salamah.2 Ia adalah keturunan dari Habib Muhammad bin
Husein bin Abdurrahman Al-Habsyi yang berasal dari Hadramaut
dan menetap di Pontianak, Kalimantan Barat. Habib Abdurahman
1 Nasab Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi adalah Ali bin
Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin
Husein bin Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad Al-Habsyi bin Ali bin Ahmad
bin Muhammad Assadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Al-
Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala‟
Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin „Ubaidillah bin Ahmad Al-
Muhanjir bin Isa bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-„Uradhi bin Ja‟far ash-
Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin
Abi Thalib suami Fatimmah Az-Zahra binti Rasulullah saw. Abdul Qodir
Umar Mauladdawilah, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia (Malang: Pustaka
Basma, 2013), 123-124.
2 Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, Tiga Serangkai Ulama Tanah
Betawi (Jakarta: Pustaka Basma, 2009), 20.
40
hijrah ke jakarta semenjak ayah nya wafat, dan menetap di daerah
Kwitang. Ayah Habib Ali Kwitang sendiri yaitu Habib
abdurrahman menikah dengan Nyai Salamah anak dari ulama
Betawi yang berdomisili di Jatinegara.3
Habib Abdurrahman memiliki satu anak yaitu Habib Ali
bin Abdurrahman Al-Habsyi. Habib Ali masih memiliki
hubungan keluarga dengan Raden Saleh, seorang pelukis dari
Indonesia yang terkenal di dunia International dari garis
keturunan ibunya. Makam ayah Habib Ali sendiri dimakamkan di
belakang Taman Ismail Marzuki, yang dahulu adalah tanah milik
Raden Saleh.4 Sebelum ayahnya meninggal, Habib Abdurrahman
berwasiat kepada istrinya agar Habib Ali Kwitang kecil di
berangkatkan ke Hadramaut untuk mengenyam pendidikan
agama disana. keberangkatan Habib Ali Kwitang dirasa
memberatkan hati ibunya, akan tetapi karena diwasiatkan oleh
sang suami ibu Habib Ali Kwitang memberangkatkan nya ke
Timur Tengah dengan menggadaikan emas satu-satunya untuk
bekal Habib Ali Kwitang di Timur Tengah.5
Seperti pada umumnya para ulama zaman dahulu, baik
Kiyai, Ustdaz ataupun Habaib, mengirim anak-anaknya keluar
Nusantara untuk mengenyam pendidikan agama di luar negri
seperti Mesir, Sudan, Hadramaut, Madinah, serta Makkah dan
lain-lain. Habib Ali Kwitang turut belajar di timur tengah, ia
3 Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, Tiga Serangkai Ulama Tanah
Betawi (Jakarta: Pustaka Basma, 2009), 20.
4 Abdurrahman bin Muhammad Al-Habsyi, dan Prasetyo Sudrajat,
Sumur Tak Pernah Kering: Dari Kwitang Menjadi Ulama Besar, 2-4.
5 Abdurrahman bin Muhammad Al-Habsyi, dan Prasetyo Sudrajat,
Sumur Tak Pernah Kering: Dari Kwitang Menjadi Ulama Besar, 2-4.
41
menempuh pendidikan di Hadramaut, Yaman Selatan kurang
lebih selama 11-12 tahun, dan di Makkah ia bermukim sambil
belajar selama kurang lebih 4 tahun.6 Setelah selesai dan dirasa
cukup, Habib Ali pulang dari sana ia masih tetap menimba ilmu
dengan ulama-ulama sepuh di daerah Jakarta dan sekitarnya. Ia
tidak pernah berhenti menimba ilmu dari para ulama tanah air.
Habib Ali Kwitang berguru kepada ulama tanah air
sepulang dari Timur Tengah antara lain, kepada:7
Mufti Betawi Al-Habib Usman bin Yahya.
Habib Abdullah bin Muhsin Al-Attas Keramat Empang
Bogor.
Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor Bondowoso.
K.H Abdul Hamid.
K.H. Mujtaba bin Ahmad.
Habib Muhammad bin Alwi Ash-Shulaibiyah Al-Aydrus.
Adapun guru-guru yang mengajarkan ia di Timur Tengah
antara lain, kepada:8
Habib Muhammad Al-Azad, Yaitu pengarang maulid Al-
Azad.
Habib Abdurrahman bin Alwi Al-Aydrus.
Al-Imam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi.
Al-Imam Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas.
Habib Hasan bin Ahmad Al-Aydrus.
Habib Zein bin Alwi Ba‟bud.
Syeikh Hasan bin Awadh Mukhaddam.
6 Ustadz Nurdin Abdurrahman, ketua Masjid Ar-Riyadh atau Masjid
Kwitang, wawancara pribadi, Jakarta, 14 Desember 2018.
7 Ustadz Nurdin Abdurrahman, ketua Masjid Ar-Riyadh atau Masjid
Kwitang, wawancara pribadi, Jakarta, 14 Desember 2018.
8 Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, Tiga Serangkai Ulama Tanah
Betawi (Jakarta: Pustaka Basma, 2009), 22-23.
42
Habib Ali adalah seorang ulama yang ulet.9 Selain
berda‟wah, ia juga seorang pedagang. Penuturan Ustadz Anto
Djibril mengisahkan tentang asal-usul pasar pagi di daerah
kawasan Tanah Abang. Menurut kisah yang di ceritakan nya,
suatu hari Habib Ali Kwitang berdagang seperti biasa di Tanah
Abang, ia menaiki kuda menuju ke pasar setelah sampai ia
berdagang hingga menjelang Dzuhur. Lalu Habib Ali menutup
tokonya untuk bersiap-siap menuju masjid menunaikan sholat
Dzuhur, para pedagang yang tahu bahwa ia adalah ulama
mengikuti apa yang ia lakukan menutup tokonya masing-masing.
Jadilah pasar di salah satu kawasan Tanah Abang disebut sebagai
pasar pagi yang dimana para pedagangnya hanya buka sampai
Dzuhur.10
Para pedagang mengikuti apa yang dilakukan Habib
Ali Kwitang yaitu menutup toko dan bersiap-siap menuju masjid,
dan para pedagang meminta Habib Ali Kwitang untuk
mengajarkan agama sambil menunggu tibanya sholat Dzuhur.
Setelah kegiatan da‟wah di masjid dengan para pedagang pasar
tanah abang dan usai sholat dzuhur, ia melanjutkan kegiatan
berdagang dan berda‟wah dari kampung ke kampung sampai
menginjak usia 70 tahun.11
Selain itu Habib Ali Kwitang juga berkontribusi dalam
pendirian Jamiat Kheir, Jamiat Kheir sendiri terletak di jalan K.H
9 Ulet disini diibaratkan sebagai ulama yang tekun diambil dari
filosofi binatang yaitu ulat yang mempunyai proses panjang untuk mejadi
seekor kupu-kupu.
10
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
11
Abdurrahman bin Muhammad Al-Habsyi, dan Prasetyo Sudrajat,
Sumur Tak Pernah Kering: Dari Kwitang Menjadi Ulama Besar, 13.
43
Mas Masyur 17, Tanah Abang. Organisasi ini sendiri adalah
organisasi yang awalnya untuk menampung semua aspirasi Al-
Alawiyyin, Al-Masyaikh, dan Al-Ajami. Lalu organisasi ini
mendirikan sebuah madrasah di bilangan daerah Jakarta. Habib
Ali Kwitang turut berkontribusi dalam organisasi ini dan menjadi
dewan komisaris.12
Habib Ali Kwitang mengikuti Sarekat Islam yang
dipimpin oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto (salah satu
pahlawan Indonesia) dan kontribusi besar Habib Ali Kwitang
adalah membantu masuknya organisasi Nahdhatul Ulama ke kota
Jakarta, karena ia mempunyai hubungan dengan K. H. Hasyim
Asy‟ari, sebagai guru dan murid. Ia menjembatani NU dengan
mengutus murid-muridnya seperti Kiyai Muhammad Naim, Kiyai
Abdurrozak Ma‟mun, Kiyai Sibrah Malisi, dan guru Mughni
untuk mengurus NU di Batavia.13
Habib Ali Kwitang mendirikan
sebuah majlis ta’lim yang bisa dikatakan majlis ta’lim pertama di
Jakarta yang menggunakan kata majlis ta’lim yang berdiri pada
tahun 1889 M yang diresmikan oleh Habib Usman bin Yahya.14
Karena mendirikn majlis ta’lim, sehingga ia dijadikan salah satu
pelopor perkembangan agama Islam di Jakarta. Sebelum ia
mendirikan majlis ta’lim terlebih dahulu ia mengirimkan surat
kepada guru-gurunya yang berada di Timur Tengah dan di
Indonesia untuk mendirikan sebuah majlis ilmu untuk
12 Ustadz Nurdin Abdurrahman, ketua Masjid Ar-Riyadh atau Masjid
Kwitang, wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Desember 2018.
13
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
14
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
44
mensyiarkan ajaran agama Islam dan setelah mendapatkan
balasan dari para guru nya, maka berdirilah majlis ta’lim tersebut.
Untuk surat-surat balasan dari sang guru, Habib Ali Kwitang
menyimpannya di imamah atau tutup kepala hingga dibawa
sampai ke liang lahat.15
Setelah mendapatkan restu gurunya Habib Ali membuat
majlis ta’lim pertama di masjid Ar-Riyadh yang awalnya
mengkaji kitab-kitab yang bermuatan tinggi atau pemabahasan
rumit, yang juga diajarkan Habib Ali Kwitang di masjid Tanah
Abang. Ketika sudah banyak yang mengikuti kajian tersebut
barulah dipindah ke rumah Habib Ali Kwitang yang tidak jauh
dari masjid Ar-Riyadh yang sekarang dihibahkan menjadi Islamic
Center hingga saat ini menjadi majlis ta’lim tertua di Jakarta
bahkan di Indonesia. Di karenakan banyaknya jama‟ah yang
mengikuti majlis ta’lim tempat majlis tersebut di pugar agar
dalam menampung jama‟ah yang semakin banyak mencapai
ribuan orang kapasitasnya memadai.16
Murid-murid Habib Ali
Kwitang sendiri terinspirasi membuat majlis di kediaman masing-
masing seperti K.H. Abdullah Syafi‟i memimpin majlis ta’lim
Asy- Syafi‟iyah Tebet Jakarta Selatan, tidak hanya majlis ta‟lim
tetapi juga mendirikan pondok pesantren. K.H. Thahir Rahili
memimpin majlis ta’lim Ath-Thahiriyah Kp. Melayu Jakarta
Timur dan Bukit Duri Jakarta Selatan, tidak hanya majlis ta’lim
ia juga mendirikan madrasah hingga perguruan tinggi. Habib
15 Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
16
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
45
Abdurrahman Assegaf mendirikan majlis ta’lim Assaqofiyyah
Bukit Duri Jakarta Selatan, Kiyai Haji Ahmad Marzuki bin
Mirshod Cipinang Muara salah satu murid Habib Ali Kwitang
yang diutus untuk membantu NU di Jakarta, mereka adalah
tonggak penggerak da‟wah yang diestafetkan setelah Habib Ali
Kwitang wafat.17
Untuk majlis ta’lim Kwitang sendiri
diamanahkan dan dilanjutkan oleh anaknya yaitu Habib
Muhammad bin Ali Al-Habsyi. Setelah mendirikan majlis ta’lim,
Habib Ali Kwitang juga mendirikan sebuah sekolah yang ia
berikan nama Madrasah Unwanul Falah yang diresmikan pada
tahun 1920 M. Madrasah ini adalah Madrasah modern saat itu
yang menerapkan sistem pembagian kelas, banyak para ulama-
ulama Betawi yang belajar dan berguru di madrasah ini maka
Habib Ali Kwitang disebut sebagai guru bagi para ulama
Betawi.18
Habib Ali Kwitang adalah salah satu ulama penggerak
pembacaan maulid, dan ia seorang ulama yang diijazahkan
langsung oleh sang penulis kitab maulid untuk menyebarkan
Maulid Simtud Dhurar karya Habib Ali bin Muhammad Al-
Habsyi dan Maulid Al-„Azad karya dari Habib Muhammad Al-
Azad, Yaitu pengarang maulid Al-Azad. Ia lah yang berjasa
mebawa maulidan di Indonesia, masyarakat dibeberapa daerah
lebih mengenal kitab Barzanji dan masyarakat dibeberapa daerah
juga sudah memiliki kitab maulid tersendiri.
17 Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, 17 Habaib Berpengaruh di
Indonesia (Malang: Pustaka Basma, 2013), 148.
18
Abdurrahman bin Muhammad Al-Habsyi, dan Prasetyo Sudrajat,
Sumur Tak Pernah Kering: Dari Kwitang Menjadi Ulama Besar, 15.
46
Ketika Habib Ali wafat, ia menginginkan dikubur
ditempat dimana ia setiap sebelum masuk waktu Shubuh sehabis
sholat tahajjud, menimba air di sumur untuk orang-orang yang
berwudhu di masjid Ar-Riyadh Kwitang pada zaman dahulu.
Maka tempat itulah yang dijadikan lokasi tempat peristirahatan
terakhirnya.19
Ia tidak ingin jauh dari tempat perjuangan
berda‟wah semasa hidupnya. Ia wafat pada malam senin pukul
20.45 petang dan menempati tempat peristirahatan terakhir pada
tanggal 20 Rajab 1388 H bertepatan dengan 13 Oktober 1968 M,
dan dikuburkan setelah waktu Ashar. Banyak dari muridnya yang
berada di luar Jakarta dan masyarakat dari berbagai wilayah hadir
di saat mengetahuinya wafat. Satu-satunya media Indonesia yaitu
TVRI meliput pemakaman nya dan menjadikan berita nasional
pada saat itu, TVRI sendiri meliput sejak akan di kebumikannya
jenazah Habib Ali Kwitang.20
Ribuan jamaah hadir untuk
menghormatinya, termasuk para pemuka agama, negarawan dan
politikus datang silih berganti untuk memberi penghormatan
terakhir dan do‟a.
B. Pelaksanaan Ziarah Kubur di Makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi
Pelaksanaan ziarah kubur di makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang sendiri berlangsung setiap hari
dan 24 jam nonstop. Dengan 24 jam nonstop para peziarah tidak
19 Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
Jakarta, 11 Maret 2019.
20
Abdul Qodir Umar Mauladdawilah, 17 Habaib Berpengaruh di
Indonesia (Malang: Pustaka Basma, 2013), 150.
47
perlu khawatir akan ditutupnya makam Habib Ali Kwitang. Para
peziarah bisa datang kapan saja dan dengan durasi waktu yang
tidak ditentukan. Hal ini di benarkan oleh kuncen makam Habib
Ali Kwitang yaitu bang Husin, dimana para peziarah yang hadir
untuk berziarah berasal dari luar daerah dan sekitaran Jakarta
sendiri, Mereka hadir secara rombongan majlis ta’lim ataupun
rombongan dari pesantren yang sedang rihlah ruhiah atau bisa
disebut wisata rohani.21
Banyaknya animo peziarah disetiap hari Minggu membuat
makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ramai diziarahi,
salain itu juga peziarah datang di bulan-bulan Maulid atau di hari
besar Islam lain nya. Rata-rata yang berziarah di makam Habib
Ali bin Abdurrahman Al-habsyi mencapai 500 sampai dengan
1000 orang pada setiap hari Minggu22
tidak termasuk saat haul
atau acara-acara lain nya, yang bisa mencapai ribuan jama‟ah
yang hadir.23
Para peziarah yang melakukan ziarah ke makam
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi berasal dari berbagai
wilayah di Indonesia yaitu: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, adapun di bulan-bulan Maulid berasal dari luar daerah
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra dan Kalimantan
ada pula yang berasal dari manca negara seperti Malaysia,
Brunei, Singapore, Thailand, Arab Saudi, Yaman dan
21 Bang Husin, Kuncen Makam Habib Ali Kwitang, wawancara
pribadi, Jakarta, 26 Maret 2019.
22
Hasil penelitian penulis pada hari Minggu tanggal 14 Juli 2019.
Jumlah jama‟ah yang melakukan ziarah di makam Habib Ali Kwitang
berjumlah 560 orang angka ini masih bisa bertambah jika terdapat acara seperti
haul dan sebagainya.
23
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
48
sebagainya.24
Rata-rata di setiap minggunya para peziarah yang
hadir bisa dilihat dari kendaraan yang terparkir di parkiran yang
tersebar di beberapa titik, yaitu kendaraan yang rata-rata berplat
B dan A. Jama‟ah yang banyak setiap minggunya berasal dari
Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Depok. Lalu sebagaian dari
wilayah Banten seperti Serang dan Pandeglang. Kebayanyakan
para peziarah berguru pada murid-murid Habib Ali Kwitang yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Para peziarah yang berziarah di makam Habib Ali
Kwitang rata-rata adalah jama‟ah majlis ta’lim Kwitang sendiri
atau majlis ta’lim dari murid-murid Habib Ali Kwitang, selain itu
mereka yang berziarah ke makam Habib Ali Kwitang selain dari
pada jama‟ah dari murid Habib Kwitang adalah hasil
rekomendasi teman, keluarga atau hasil pencarian dari Internet.
Hal ini yang menyebabkan bahwa da‟wah atau pengaruh Habib
Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi sangatlah berpengaruh dan
sukses dalam mensyiarkan ajaran agama untuk masyarakat di
Indonesia khususnya di sekitar wilayah Jakarta.
1. Administrasi
Untuk Administrasi, para peziarah yang datang dari luar
daerah untuk bisa berziarah ke makam Habib Ali Kwitang harus
melewati prosedur meminta izin ke Habib Ali Abdurrahman,
serta menunggu di ruang majlis ta’lim, kemudian akan diantar
oleh Habib Ali Abdurrahman sendiri jika rombongan laki-laki,
24 Survei penulis pada tanggal 10-14 Desember 2018 di Kwitang,
Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat.
49
ataupun dengan Istri Habib Ali sendiri jika rombongan
perempuan atau jika keduanya berhalangan bersama staff Habib
Ali, jika terdapat pemimpin rombongan peziarah di persilahkan
memimpin ziarah sendiri.25
Setiap hari Minggu makam Habib Ali dipenuhi oleh para
peziarah sebelum datang ke ta’lim. Ini menunjukkan bahwa
antusias masyarakat sekitar Kwitang menghormati Habib Ali bin
Abdurrahman Kwitang sebagai tokoh agama atau ulama yang
dicintai hingga akhir hayatnya. Jika berziarah di tempat lain pasti
memiliki syarat-syarat untuk berziarah di tempat tersebut dalam
urusan administrasi, hal ini tidak berlaku di makam Habib Ali bin
Abdurrahman Kwitang. Disini orang-orang yang ingin ziarah
dipersilahkan, tidak dituntut untuk menyerahkan KTP hanya
memberikan laporan kepada kuncen ataupun menghubungi Habib
Ali Abdurrahman26
terlebih dahulu sebelum berziarah dan setelah
berziarah.27
Untuk sedekah tidak dikenakan tarif atau sebagainya,
tetapi hanya berapapun yang sesuai dengan keikhlasan para
peziarah untuk membantu kegiatan oprasional makam maupun
masjid seperti membersihkan makam, masjid, serta perawatan
oprasional makam atau masjid itu sendiri agar bersih terawat.
Prosedur ini sudah dilakukan semenjak Habib Muhammad
bin Ali Al-Habsyi menggantikan ayahnya dan secara tidak
langsung sudah menjadi kebiasaan hingga di zaman cicit nya
25 Bang Husin, Kuncen Makam Habib Ali Kwitang, wawancara
pribadi, Jakarta, 26 Maret 2019.
26
Cicit Habib Ali Kwitang dari Habib Abdurrahman bin Muhmmad
Al-Habsyi.
27
Bang Husin, kuncen makam Habib Ali Kwitang, Jakarta, 26 Maret
2019.
50
yaitu Habib Ali Abdurrahman Al-Habsyi. Jika bukan rombongan,
dipersilahkan langsung menuju makam tanpa perlu meminta izin
ke shohibul Makam.28
Untuk kuncen sendiri hanya memantau
jalannya para peziarah dan menegur apabila ada peziarah yang
melanggar peraturan makam. Untuk para peziarah yang dari luar
Jakarta seperti Kalimantan dan Sumatra hadir dengan rombongan
di bulan Maulid dan bulan Sya‟ban itu adalah bulan puncak
peziarah dari luar daerah Jakarta.
2. Larangan di Makam Habib Ali Kwitang
Pada dasarnya ziarah ke makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi tidak serumit meminta perizinan dan
berziarah di makam-makam lainnya seperti Wali Songo yang
harus melewati prosedur yang rumit jika rombongan, hanya saja
berziarah ke makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi
Kwitang tidaklah serumit jika kita berziarah ke makam-makam
lainnya di pulau Jawa. Jika berziarah ke makam Habib Ali
Kwitang harus meluruskan niat dan tidak boleh neko-neko dalam
berziarah serta taat akan aturan yang sudah ditetapkan. Sebelum
meninggal Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi berwasiat
kepada putranya Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi, point-
point wasiat tersebut adalah:29
1. Tidak memperbolehkan para peziarah membawa
minuman dan makanan ke dalam makam. Untuk minuman
dilarang dikarenakan takut terdapat syubhat yang
dilakukan untuk meminta penyembuhan dari makam
lewat air yang dibawa masuk.
28 Bang Husin, kuncen makam Habib Ali Kwitang, Jakarta, 26 Maret
2019.
29
Ustadz Nurdin Abdurrahman ketua Masjid Ar-Riyadh atau Masjid
Kwitang, Jakarta, 14 Desember 2018.
51
2. Tidak diperbolehkan menaruh kotak amal di dalamnya.
3. Jangan membakar kemenyan di dalam makam.
4. Dan untuk para peziarah tidak diperbolehkan niatnya
meminta ke pada ahli kubur selain meminta kepada Allah
SWT.
Akan tetapi wasiat ini setelah ia wafat tidak diindahkan
oleh para peziarah, menurut Ustadz Anto Djibril para peziarah
pada saat itu sudah terbiasa dengan budaya mengunjungi makam
para Wali Songo khususnya Sunan Gunung Jati yang masih tetap
mempercayai hal-hal mistik.30
Mengapa dengan ziarah Wali
Songo lebih khusus Sunan Gunung Jati, dikarenakan ziarah di
sana melakukan budaya yang sudah mendarah daging yaitu
melempar duit ke makam, membawa kemenyan dan sebagainya
ke makam. Sudah menjadi sebuah kebiasaan dan tidak dilarang.
Itu yang menyebabkan Habib Abdurrahman bin Muhmmad Al-
Habsyi marah dengan tidak di indahkannya wasiat Habib Ali Al-
Habsyi Kwitang kakek nya dimana para peziarah melemparkan
uang ke makam dan berdo‟a.
Ketika itu juga Habib Abdurrahman memasang ma‟lumat
yang berisikan wasiat dari kakek nya.31
Untuk wasiatnya, sudah
terpasang dan dapat dilihat di setiap dinding sebelum memasuki
makam dan di dalam sekitar dinding makam. Dalam membakar
kemenyan terdapat pengecualian yaitu keluarga atau keturunan
almarhum yang diperbolehkan membakar wangi-wangian ketika
berziarah ke makam almarhum, menurut penuturan Ustadz.
30 Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
31
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
52
Nurdin Abdurrahman selaku ketua dewan kemakmuran masjid
atau bisa disingkat DKM masjid Ar-Riyadh bahwa sanya orang
Arab itu tidak hanya di kuburan tapi dimanapun suka membakar
wangi-wangian dan suka memakai wewangian.32
Untuk larangan
yang tidak dibolehkan dalam berziarah ke makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi sama dengan wasiat yang diberikan oleh
nya hanya saja ada tambahan yaitu tidak diperkenankan peziarah
mengambil tanah makam, untuk terhindar dari hal yang tidak
diinginkan seperti azimat dan sebagainya.33
3. Tatacara Ziarah
Untuk tatacara berziarahnya yaitu pertama pengucapan
salam sesuai anjuran Rasul saw, setelah itu membaca suroh
Yaasin, membaca tahlil, dan do‟a untuk al-marhum.34
Ciri khas
setelah pembacaan yang disebutkan di atas adalah budaya
pembacaan ghasidah, ghasidah adalah ucapan sanjungan
bermunajat kepada Allah swt, bershalawat kepada Rasul.
Ghasidah yang dilakukan di makam Habib Ali Kwitang
merupakan syair-syair yang dibuat oleh Habib Sholeh Tanggul
ataupun dibuat oleh Habib Muhmmad Ba‟abut Lawang.35
Di
komplek makam Habib Ali Kwitang tidak hanya ia sendiri yang
dikuburkan tetapi terdapat tiga kuburan, yaitu: anak, menantu,
32 Ustadz Nurdin Abdurrahman, ketua Masjid Ar-Riyadh atau Masjid
Kwitang, Jakarta, 14 Desember 2018.
33
Ustadz Nurdin Abdurrahman , ketua Masjid Ar-Riyadh atau
masjid Kwitang, Jakarta, 14 Desember 2018.
34
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
35
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
53
dan cucunya. Area pemakaman ini tidak begitu luas seperti di
tempat-tempat ziarah lainnya.36
C. Hari-Hari Pelaksanaan Ziarah Kubur Habib Ali Kwitang
Di setiap tempat ziarah terdapat hari-hari yang ramai
dikunjungi dan momen-momen dimana para peziarah datang
untuk mengikuti kajian tradisi atau budaya yang dilakukan pada
tempat ziarah tersebut. Tidak hanya setiap hari Minggu pagi saja
yang ramai para peziarah ada waktu tertentu dan di saat acara
tertentu dimana yang berziarah ramai, yaitu:
1. Tradisi penghataman kitab Shahih Bukhari di majlis
Kwitang.
Tradisi ini adalah pengkhataman kitab Hadist Shahih
Bukhari sampai khatam, kegiatan ini sudah dilakukan oleh
Habib Ali Kwitang. kegiatan ini diresmikan oleh Habib
Ahmad bin Thalib Al-Attas saat berkunjung ke majlis
majlis Kwitang.37
setelah Habib Ali Kwitang wafat
pembukaan pengkhataman kitab Shahih Bukhari ini
dipindahkan ke makam sekalian ziarah kubur yang
dihadiri oleh para Ulama dan peziarah laki-laki, lalu
setelah itu sehari kemudian baru dilakukan pengkhataman
Shahih Bukhari selama 7 hari di majlis Kwitang.
2. Pembacaan Asma Ul-Husna setiap awal bulan.
Pembacaan Asma Ul-Husna setiap awal bulan yaitu di
Minggu pertama selalu diadakan majlis ta’lim Kwitang di
makam Habib Ali Kwitang, pembacaan Asma ulHusna
sendiri diadakan oleh Habib Ali Kwitang semasa ia hidup
dan selalu dibaca di majlis ta’lim ketika ia wafat tradisi ini
dipindahkan pembacaannya ke makam ia agar mengingat
perjuangan ia semasa hidup dan tidak hilang tradisi
pembacaan Asma ulHusna ini.
36 Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
37
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
54
3. Haul Habib Ali Kwitang.
Sebelum melaksanakan haul Habib Ali Kwitang, terdapat
tradisi pembacaan rauhah yaitu pembacaan kisah hidup
Habib Ali Kwitang dengan menggunakan bahasa Arab.
Pembacaan rauhah sendiri dilakukan setiap ashar sebelum
pelaksanaan haul sendiri yang dilaksanakan sehabis
maghrib, pelaksanaannya sendiri seMinggu setelah Nisfu
Sya’ban .38
4. Pembacaan Maulid.
Setiap tanggal 12 Rabi‟ul Awal diadakan pembacaan
Maulid nabi, pembacaan maulid ini selalu ramai dihadiri
oleh masyarakat sekitar Jakarta, pembacaan maulid
bertempat di makam Habib Ali Kwitang.
5. Bulan Puasa.
Setiap bulan puasa banyak para peziarah yang melakukan
ziarah ke makam Habib Ali Kwitang, tidak hanya untuk
ziarah tetapi ada yang melakukan pembacaan Al-Qur‟an
hingga khatam.39
Setiap malam ke 25, diadakan acara di
masjid Ar-Riyadh Kwitang yaitu Khatmil Qur’an selalu
ramai dihadiri oleh para jama‟ah yang tidak lupa untuk
berziarah juga di makam Habib Ali Kwitang.40
38 Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
39
Bang Husin, kuncen makam Habib Ali Kwitang, wawancara
pribadi, Jakarta, 26 Maret 2019.
40
Ustadz Nurdin Abdurrahman , ketua Masjid Ar-Riyadh atau
Masjid Kwitang, Jakarta, 14 Desember 2018.
55
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di bab akhir ini penulis akan memberikan kesimpulan
hasil dari penelitian di makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-
Habsyi. Fenomena ziarah kubur di Kwitang adalah daya tarik
tersendiri bagi umat Islam di daerah Jakarta, dikarenakan
peziarah tidak hanya melakukan ziarah kubur tetapi juga bisa
mengikuti kajian ta’lim di setiap hari Minggu di majlis ta’lim
Kwitang yang merupakan sebuah majlis tua yang terdapat di
Jakarta, Khususnya di Jakarta Pusat. Pada tahun 2014 sampai
2018, animo peziarahnya makin meningkat, terutama di setiap
hari Minggu, banyak umat Islam dari berbagai daerah hadir dan
di hari-hari biasa ada saja rombongan yang melakukan ziarah
kubur di makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi.
Makam Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi sudah di
ziarahi oleh peziarah dari seluruh Indonesia bahkan manca
negara. Buktinya setiap hari Minggu para peziarah yang berziarah
mencapai 500 sampai 600 orang. Animo peziarah akan jika
terdapat acara seperti haul, pembacaan maulid ataupun di bulan
puasa, para peziarah yang hadir di acara tersebut bisa mencapai
ribuan orang dan juga perekonomian masyarakat di sekitar juga
ikut terbantu, seperti adanya pasar tumpah di setiap hari
Minggunya. Banyaknya peziarah yang hadir di makam Habib Ali
bin Abdurrahman Al-Habsyi merupakan sebuah pengingat akan
adanya kematian dan mengingat jasa-jasa Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi.
56
Menurut padangan Islam ziarah kubur itu diperbolehkan
asalkan mengikuti apa yang sudah ada dalam syariat agama
Islam. Tradisi ziarah kubur di makam Habib Ali bin
Abdurrahman Al-Habsyi ini adalah salah satu pusat kegiatan
ummat Islam yang berjalan di setiap Minggunya. Banyak Ulama
yang hadir untuk ziarah dan hadir di dalam majlis ta’lim yang
didirikan oleh almarhum Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi
yang sekarang tongkat estafetnya di serahkan kepada cucunya
yaitu Habib Ali Abdurrahman.
B. Saran
Tempat ziarah agar diperluas sehingga para peziarah dapat
khusyuk dan nikmat dalam menjalani ziarah. Tempat khusus
perempuan agar bisa diperlebar sehingga di saat musim puncak
dari berziarah, mereka tidak desak-desakan.
57
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMEN PEMERINTAHAN:
Data Laporan Bulanan Kelurahan Kwitang. 29 Desember2018.
Kecamatan Senen Dalam Angka 2015, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2015).
Kecamatan Senen Dalam Angka 2016, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2016).
Kecamatan Senen Dalam Angka 2017, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2017).
Kecamatan Senen Dalam Angka 2018, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik: Kota Administrasi Jakarta Pusat 2018).
Profil Kelurahan Kwitang Provinsi DKI Jakarta Kecamatan
Senen Kelurahan Kwitang 2014.
MEDIA ONLINE:
Ucu, Karta Raharja. “Menelusuri Sejarah Masjid-Masjid Tua di
Jakarta”. https://republika.co.id/berita/selarung/suluh/18/0
5/18/p8x4vm282-menelusuri-sejarah-masjidmasjid-tua-di-
jakarta. Dikutip pada pukul 19:43 pada hari sabtu tanggal
23 Maret 2019.
JURNAL:
Jamaluddin. Tradisi Ziarah Melayu Dalam Masyarakat
Melayu Kuantan. Sosial Budaya: Media Komunikasi
Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya Vol 11, No 2 Juli –
Desember 2014.
Sari, Nur Indah, Firdaus Wajdi, Sari Narulita. Peningkatan
Spritual Melalui Wiasta Religi di Makam Keramat
Kwitang Jakarta. Jurnal Studi Qur’an: Membangun
Tradisi Berfikir Qur’an Vol. 14 No.1, Tahun 2018.
Syahdan. Ziarah Perspektif Kajian Budaya. Jurnal Studi
Agama dan Masyarakat Volume 13, nomor 1. Juni 2017.
Buku:
Abdullah, Taufik, dkk. Indonesia Dalam Arus Sejarah.
Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve, 2012.
Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta,
Logos, 1999.
Abdurrahaman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah.
Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2007
58
Abidin, Zainal. Alam Kubur dan Seluk Beluknya. Jakarta,
Rineka Cipta, 1993.
Afra Rabbani, Mutmainah. Adab Berziarah Kubur Untuk
Wanita. Tangerang, Lembar Pustaka Indonesia, 2014.
Al-Barkawi, Muhyiddin. Ziarah Kubur yang Ternoda.
Jakarta, Darul Haq, 2012.
Al-Habsyi, Abdurrahman bin Muhammad, Prasetyo Sudrajat.
Sumur Yang Tak Pernah Kering: Dari Kwitang Menjadi
Ulama Besar.
Ali AM, Abu Ibrohim Muhammad. Penjelasan Gamblang
Seputar Hukum Ziarah Wali Songo. Bekasi Barat,
Pustaka Al- Ummat, 2007.
As-Suyuthi, Jalaluddin. Ziarah ke Alam Barzakh. Bandung,
Pustaka Hidayah, 2005.
Bisri Mustofa, Adib. Terjemahan Shahib Muslim Jilid II.
Semarang, Asy Syifa, 1993.
Burke, Peter. Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta, Obor, 2011.
Djumhur, dan H. Danasuparta. Pengantar ke Antropologi
Budaya. Jakarta, fadil & Co, 1962.
Gazalba, Sidi. Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu.
Jakarta, Pustaka Antara, 1968.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta, UI Pres, 1975.
Guillot, Claude, dan Henri Chambert-Loir. Ziarah dan Wali
di Dunia Islam. Depok, Komunitas Bambu, 2007.
Hasani, Abu Muqaffa Sejarah Wali Pitu Bali. Kediri, Mitra
Gayatri.
HM, Zaenudin. 212 Asal-Usul Djakarta Tempoe Doeloe.
Jakarta, Ufuk, 2012.
Koentjaraningrat. Budaya Jawa. Jakarta, Balai Pustaka, 1984.
Mashad Dhurorudin. Muslim Bali Mencari Kembali
Harmoni yang Hilang. Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Mauladdawilah, Abdul Qodir Umar. 17 Habaib Berpengaruh
di Indonesia. Malang, Pustaka Basma, 2013.
Mauladdawilah, Abdul Qodir Umar. Tiga Serangkai Ulama
Tanah Betawi. Jakarta, Pustaka Basma, 2009.
Misno Bambang Prawiro, Abdurrahman, Dkk. Barakah
Ziarah: Etnografi Kuburan di Bumi Parahyangan.
Yogyakarta, Deepublish, 2015.
59
Mufid A.R, Achmad. Risalah Kematian: Merawat Jenazah
Tahlil, Tawasul, Ta‟ziyah, dan Ziarah Kubur. Jogjakarta,
Total Media, 2007.
Rahim, Husein. Menziarahi Para wali: Teks dan Ulasan
Ziarah Jami‟ah. Jakarta, Al-Huda, 2011.
Ruchiat, Rachmat. Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta.
Jakarta, Mansup Jakarta, 2012.
Samsuri, Hamzah. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Modern. Surabaya, Greisida Press, 2005.
Sireger, Parlindungan. Islam and Humanities (Islam and
Malay Local Wisdom). Palembang: Noer Fikri Offser
bekerjasama dengan fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang.
September, 2011.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta,
Rajawali Pers, 2005.
Subhani, Ja‟far. Tawassul, Tabbaruk, Ziarah Kubur,
Karamah Wali Apakah Termasuk Ajaran Islam?.
Bandung, Pustaka Hidayah, 2010.
Wawancara:
Bang Husin, Kuncen Makam Habib Ali Kwitang, wawancara
pribadi, Jakarta, 26 Maret 2019.
Habib Ali bin Yahya, pembuat majalah Alkisah, wawancara
pribadi, Jakarta, 23 April 2019.
Ustadz Anto Djibril, tangan kanan Habib Ali Abdurrahman,
wawancara pribadi, Jakarta, 11 Maret 2019.
Ustadz Nurdin Abdurrahman, ketua Masjid Ar-Riyadh atau
Masjid Kwitang, wawancara pribadi, Jakarta, 14
Desember 2018.
Ustadz Sugleli, Imam Masjid Luar Batang, wawancara pribadi,
Jakarta, 1 Maret 2019
60
.
61
LAMPIRAN
Bersama Ustad Anto Jibril seusai wawancara di majlis ta’lim
Kwitang.
Bersama Ustad Sugleli seusai wawancara di LBIQ Jakarta.
62
Wasiat Habib Ali Kwitang untuk para peziarah.
Nisan dan makam Habib Ali Kwitang.
63
(Tengah) Habib Ali Abdurrahman saat memimpin di acara
pembukaan khataman kitab Shahih Bukhari.
Dok. Ustadz anto Djibril
Para jama‟ah yang mengikuti kajian penghataman kitab Shahih
Bukhari.
64
Beberapa orang sedang melakukan ziarah di makam Habib Ali
Kwitang.
Masjid Ar-Riyadh adalah tempat dimana makam Habib Ali
Kwitang berada.
65
Kliping surat kabar yang didokumentasikan oleh Ustad Anto
Djibril.
66
Tertibnya jama‟ah saat mengikuti majlis ta’lim Kwitang
Rombongan ibu-ibu Majlis Ta’lim Pondok Pesantren Al-Falah
Citereup Bogor yang berziarah di makam Habib Ali Kwitang
Recommended