View
95
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
keperawatan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan sebuah profesi, salah satu karakteristiknya adalah
memiliki body of knowledge yang dapat membantu perawat dalam meningkatkan
praktiknya. Paradigma keperawatan, falsafah keperawatan, model konseptual dapat
dan teori keperawatan sebagai komponen dasar disiplin keperawatan diharapkan
mampu meningkatkan pengembangan body of knowledge keperawatan itu sendiri
melalui riset/metode ilmiah. Peningkatan keperawatan diharapkan dapat
mengembangkan/memperbaiki kualitas asuhan keperawatan secara optimal.
Pemahaman perawat tentang model konseptual dan teori keperawatan yang
berfokus pada konsep sentral (orang, lingkungan, kesehatan, keperawatan) disiplin
ilmu keperawatan merupakan hal mendasar yang harus ditingkatkan sebagai
seorang perawat. Hal tersebut diperlukan sebagai kerangka kerja bagi perawat
dalam menetapkan tujuan asuhan keperawatan sehingga praktik yang dilakukan
lebih efektif dan efisien. Teori juga memberikan otonomi profesional dengan cara
mengarahkan praktek, pendidikan, dan penelitian keperawatan terutama fungsi-
fungsi dari sebuah profesi.
Pada tahun 1980 Johnson, menguraikan suatu model konseptual untuk praktik
keperawatan sebagai suatu rangkaian konsep yang dibentuk secara sistematis,
berbasis ilmiah dan berhubungan secara lokal. Model konseptual ini digunakan
untuk memandu praktik keperawatan berdasarkan teori. Model keperawatan adalah
alat untuk menelaah situasi klien secara sistematis, model tersebut membantu para
perawat dalam mengorganisasi pemikiran, pengamatan, dan interprestasi mereka.
Model Johnson didasarkan pada interaksi dari sistem perilaku seseorang dan
tujuh subsistem dengan lingkungan yang bertujuan untuk mencapai equibilirium
(keseimbangan). Model ini menjadi salah satu dasar untuk mengarahkan pada
praktik keperawatan yang lebih efisien dan efektif. Model dan teori juga berfungsi
sebagai penghubung antara praktik, penelitian dan pendidikan keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah “Aplikasi Grand Theory Behavioral System
Model Menurut Johnson Theory” antara lain:
1. Mampu menjelaskan konsep grand theory behavioral system model
2. Mampu menjelaskan aplikasi grand theory behavioral system model in journal
nursing
3. Mampu menjelaskan hasil penelitian terkait dengan teori behavioral model
sistem didalam jurnal
4. Mampu menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari theory behavioral system
model
BAB II
ISI
A. TEORl KEPERAWATAN
Teori merupakan serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang
menunjukkan gambaran fenomena yang sistematik dan yang bertujuan
menyebutkan, menjelaskan, dan memprediksikan. Teori adalah serangkaian konsep
yang saling terkait yang menspesifikasi hubungan antar variabel. Dengan demikian,
teori keperawatan adalah serangkaian pemyataan tentang fenomena yang saling
terkait yang amat berguna untuk menyebutkan, menjelaskan, memprediksi, dan
mengendalikan (Walker &Avant, 1995, 2004 dalam Nurachmah, 2011). Teori
keperawatan, kerangka kerja bagi praktik perawat yang merupakan bagian dari
struktur displin keperawatan. Teori keperawatan lebih aplikatif dibandingkan
dengan model konseptual karena memberikan penjelasan yang spesifik terhadap
fenomena. Contoh : Neuman’s theory of client system stability; Orlando’s theory of
nursingprocess; Leininger’s theory of Culture care diversity and universality
(Tomay & Alligood, 2006).
B. MODEL KONSEPTUAL
Model konseptual tersusun dari ide-ide (konsep-konsep) abstrak dan umum,
danproposisi yang menspesifikasi hubungan diantara keduanya menunjukkan
ketertarikan di dalam menginterpretasikan fenomena (Aligood &Tomay,
2006;Peterson & Bredow, 2004). Model konseptual amat penting ”cornerstone”
bagiperkembangan disiplin keperawatan. Model konseptual lebih eksplisit
dibandingkandengan falsafah keperawatan namun masih abstrak dibandingkan
dengan penggunaan teori keperawatan. Model konseptual merupakan framework
yang menjelaskan penjabaran paradigma keperawatan. Model konseptual
memberikan pandangan yang lebih luas pada praktik keperawatan, memberikan
pedoman pengambilan keputusan melalui proses berfikir kritis dalam proses
keperawatan. Model konseptual keperawatan memperjelas fenomena ilmu
keperawatan secara spesifik yang melibatkan empat konsep (paradigma
keperawatan) yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua
adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan surnber awal masalah tetapi juga
merupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat
terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai
komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau
meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang. Contoh model konseptual
adalah Johnson’s behavioral system model, King’s conceptual system, Levine’s
conservation model, Neuman’s systems model, orem’s conceptual model, Rogers
science of unitary human beings dan Roy’s adaptation model (Aligood &
Tomay,2006:48).
C. Komponen paradigma keperawatan (The Behavioral System Model):
Model Dorothy Johnson adalah sisntesis dari teori dan konsep ilmu perilaku
dan biologi yang terintegrasi ke dalam kerangka kerja sistem. Teori mengenai stres
dan adaptasi menjadi titik fokus dalam model ini.
Menurut Christensen & Kenney (2009), teori dari Dorothy E Johnson
menegmukakan bahwa setiap orang dipandang sebagai suatu sistem perilaku yang
terdiri atas tujuh subsistem. Subsistem tersebut berinteraksi dan saling terkait. Setiap
orang berupaya mencapai keseimbangan dan kestabilan baik secara internal maupun
eksternal dan berfungsi secara efektif melalui penyesuaian dan beradaptasi terhadap
tekanan-tekanan dari lingkungan melalui pola atau respon yang telah dipelajari. Jika
tekanan ini terlalu besar dan orang tersebut tidak mampu beradaptasi atau mencapai
fungsi yang optimum, maka terjadi ketidakstabilan dalam suatu subsistem atau lebih,
sehingga mengurangi kapasitas dan efisiensi fungsi dan mengurangi energi.
Perawat membantu siapa saja yang terancam atau secara potensial terancam
oleh ketidakseimbangan sistem perilaku guna mempertahankan fungsi yang efisien
dan efektif. Para perawat mengatur tekanan eksternal untuk memulihkan sistem
perilaku (biopsikososial) pada tingkat yang optimum dengan memberdayakan
regulasi/pengendalian eksternal, mengubah unsur struktural dengan arah yang
diinginkan atau memenuhi kebutuhan fungsi dari subsistem.
Berikut dapat disajikan bagan Johnson Behavioral System Model:
Gambar 1. Johnson’s Behavioral system Model
Model johnson didasarkan pada interaksi dari sistem perilaku seseorang
dengan subsistem dengan lingkungan (Christensen & Kenney (2009) :
1. Sitem Perilaku
Dalam teori sistem, suatu sistem adalah keutuhan dengan bagian-bagian
yang saling bergantungan. Bagian-bagian tersebut mempunyai struktur dan suatu
proses atau pola perilaku. Sistem ditandai oleh organisasi, inteaksi, saling
ketergantungan dan interaksi dari bagian-bagiannya melalui interaksi baik di
dalam subsistem maupun dengan tekanan eksternal yang bekerja pada subsistem.
Sistem berupaya untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan melalui
penyesuaian dan adaptasi.
2. Subsistem
Model subsistem mempunyai tujuh sistem yang saling tergantung.
Gangguan yang terjadi pada satu subsistem dapat menggaggu subsistem lainnya,
masing-masing subsistem mempunyai fungsi yang unik atau tugas khusus yang
penting untuk suatu performa terintegrasi dari keseluruhan subsistem dan masing-
masing mempunyai struktur dan fungsi. Empat struktural yang mempengaruhi
subsistem;
a) Drive/goal (tujuan)
Adalah tujuan atau dorongan, didefinisikan sebagai tujuan dari perilaku dan
konsekuensi yang dicapai, secara umum tujuan masing-masing subsistem
adalah universal namun terdapat variasi individual.
b) Set
Set subsistem individu mencerminkan predisposisi tindakan yang akan
dilakukan oleh seseorang mengacu pada tujuan. Set membedakan rentang
perilaku yang dipilih terbentuk melalui pembelajaran, penguasaan dan
pengalaman.
c) Choice
Masing-masing subsistem mempunyai pilihan perilaku alternatif untuk
mencapai tujuan khusus. Tujuan dicapai melalui perilaku subsistem individu,
d) Behavior
Perilaku yang merupakan satu-satunya aspek yang dapat diamati dari setiap
subsistem. Perilaku ini diteliti untuk mengetahui efisiensinya dalam mencapai
tujuan.
Setiap subsistem juga diikuti oleh tiga fungsional requirements, yaitu:
a) Protection
Yaitu terlindung dari pengaruh berbahaya dengan sistem yang tidak dapat
diatasi
b) Nurturance
Yaitu terpelihara melalui input yang sesuai dari lingkungan
c) Stimulation
Yaitu menstimulasi untuk meningkatakan pertumbuhan dan mencegah
stagnasi
Masing-masing subsistem mempunyai suatu set respons atau kecendrungan
perilaku yang telah ditetapkan yang diarahkan kepada tujuan atau dorongan yang
umum. Respon-respon tersebut dibentuk melalui kematangan, pengalaman, dan
pembelajaran. Respons dipengaruhi oleh faktor-faktor biopsikososial. Seiring
waktu, respon dapat dimodifikasi, tetapi suatu pola respon berulang yang dapat
diamati terus berlanjut.
Masing-masing ketujuh subsistem mempunyai tujuan yang unik:
a) Ingestif
Mengambil dari lingkungan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mempertahankan integritas, mencapai kepuasan dan menginternalisasi
lingkungan.
b) Pencapaian
Menguasai atau mengendalikan diri atau lingkungan melalui pencarian.
Beberapa standar kesempurnaan seperti keterampilan fisik, sosial, atau
kreatif.
c) Agresif
Melindungi diri dan orang lain dari benda-benda, orang, ide-ide yang
memiliki potensi mengancam berfungsi sebagai mekanisme perlindungan
diri.
d) Eleminatif
Mengeluarkan produk sisa biologis dari sistem.
e) Seksual
Menetapkan dan memuaskan perasaan tertarik dan mengasihi orang lain.
f) Afliasi atau kelekatan
Berhubungan atau menjadi bagian dari sesuatu atau seseorang. Tujuannnya
adalah mencapai konklusi sosial, keakraban dan ikatan sosial yang kuat untuk
keamanan dan akhirnya untuk bertahan
g) Ketergantungan
Mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan guna mendapat bantuan
perhatian, kepatuhan dan keamanan bantuan dalam mencapai dukungan,
perhatian, kepercayaan dan sebagainya.
Menurut Fawcett (2005) beberapa area kekhususan keperawatan
mengembangkan model konseptual yang sesuai dengan area praktiknya. Johnson
menjelaskan 2 unit komponen mayor dalam model konseptualnya yaitu: manusia
sebagai sistem behavioral dan keperawatan. Tujuh subsistem yang harus dipenuhi
manusia guna mencapai/mempertahankan integritas individu sebagai sistem perilaku
dan mengatur interaksinya dengan lingkungan. Subsistem itu antara lain:
a) Attachment or affiliative: memberikan rasa aman dalam menjalin hubungan
sosial, kedekatan dan mememelihara ikatannya.
b) Dependency: membantu merespon stimulus seperti pengakuan, perhatian,
maupun bantuan fisik.
c) Ingestive: menentukan selera makan individu, dimana dipengaruhi oleh faktor
sosial dan psikologis.
d) Eliminative: menentukan dimana, bagaimana, dan kapan individu akan
melakukan eliminasi.
e) Sexual: menciptakan kepuasan yang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan
identitas peran tidak hanya terbatas kepuasan dengan pasangannya saja.
f) Aggressive: melindungi diri dan komunitasnya.
g) Achievement: sebagai kontrol diri atau lingkungan (adanya kemampuan
intelektual, fisik, kreatif, mekanik, sosial dan care taking ). Struktur masing-
masing subsistem tersebut melibatkan 4 elemen yaitu: 1) tujuan, sebagai
motivasi perilaku; 2) set, predisposisi individu memenuhi fungsi dari
subsistem; 3) choice, alternative tindakan yang dipilih individu guna
memenuhi fungsi subsistem; 4) action, perilaku individu pada berbagai
situasi yang dapat diamati secara langsung.
3. Sistem
Berdasarkan definisi sistem oleh Rapoport’s 1968, Johnson mengatakan;
sebuah sistem adalah keseluruhan yang berfungsi sebagai keseluruhan tampil
secara menyeluruh dari bagiannya yang interdependen. Dia menerima pernyataan
Chin yaitu adanya organisasi, interaksi, interdependen dan integrasi dari bagian-
bagian dan elemen. Sebagai tambahan seseorang berjuang/berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui penyesuaian dan
adaptasi terhadap tekanan-tekanan (Aligood & Tomay,2006).
4. Behavior
Johnson mendefinisikan perilaku sebagai dari ilmu perilaku dan ilmu
biologi sebagai hasil dari struktur dan proses intraorganisme yang diatur dan
dibuat untuk menghadapi perubahan di dalam stimulasi sensori. Johnson berfokus
pada perilaku yang diakibatkan oleh kehadiran lingkungan sosial yang seutuhnya
yang ditunjukkan untuk mendapatkan adaptasi (Aligood & Tomay,2006).
5. Equilibrium
Johnson mengatakan bahwa keseimbangan adalah kunci dari konsep pada
tujuan keperawatan. Itu berdampak pada bagian biologi dan psycologi dimana
adanya keseimbangan setiap satu dengan yang lainnya dan dengan sosialnya
(Aligood & Tomay,2006).
6. Tension
Konsep ketegangan didefinisikan sebagai keadaan sedang keregangan atau
ketegangan dan dapat dipandang sebagai produk akhir dari suatu gangguan dalam
keseimbangan. Ketegangan dapat konstruktif dalam perubahan adaptif atau
destruktif dalam penggunaan energi yang tidak efisien, menghambat adaptasi dan
menyebabkan kerusakan struktural potensial. ketegangan adalah isyarat untuk
gangguan dalam keseimbangan (Aligood & Tomay,2006).
7. Stressor
Stimulasi internal dan eksternal dari ketegangan dan hasil dari tingkat
ketidakstabilan yang sering disebut stresor. Stimulasi mungkin sesuatu yang
positif ingin dihadirkan dari mereka, sedangkan negatif sesuatu yang tidak
diinginkan atau dihindarkan. Rangsangan dapat berupa endogen maupun eksogen
berasal dari (dan) mungkin memainkan satu atau lebih lagi pada sistem terkait
terbuka (open-linked system) (Aligood & Tomay,2006).
Selain itu komponen paradigma keperawatan yang dikemukakan johnson ada
empat elemen, yaitu:
Manusia
Johnson (1980) memandang manusia sebagai sistem perilaku yang memiliki pola,
dilakukan berulang-ulang dan bertujuan dalam menghadapi interaksinya dengan
lingkungan. Pengalaman individu sebelumnya, pembelajaran, stimulus fisik dan
sosial berpengaruh terhadap perilaku. Integritas individu terancam jika terdapat
stressor yang kuat atau pertahanan diri yang lemah sehingga menganggu
keseimbangan sistem perilakunya.
Keperawatan
Keperawatan adalah tindakan eksternal untuk mempertahankan guna mencapai
integrasi perilaku klien mencapai tingkat yang optimal, diartikan sebagai mekanisme
kontrol ketika terjadinya ketidakseimbangan perilaku atau ketika pasien sedang stress
(Brown, 2006 & Loveland, Cherry, Wilkerson 1983). Sebagai Seni dan ilmu,
keperawatan menyediakan bantuan eksternal selama terjadi ketidakseimbanga sistem
perilaku (Aligood & Tomay,2006).
Kesehatan
Suatu kondisi yang sulit dipahami, dinamis yang dipengaruhi faktor
biologis,psikologis, dan sosial. Kesehatan digambarkan sebagai organisasi, interaksi,
saling ketergantungan dan integrasi berbagai subsistem dari sistem perilaku. Individu
akan berusaha mencapai kesimbangan sistem yang menentukan fungsi perilakunya.
Ketidakseimbangan struktur atau fungsi subsistem akan mengakibatkan individu
jatuh kerentang sakit. Ketika pengeluaran energi minimum guna mempertahankan
keseimbangan sistem perilaku ini, sejumlah energi yang lebihbesar akan
mempengaruhi kebutuhan proses biologis dan pemulihan/penyembuhan. ,contoh:
pada masa penyembuhan untuk menjamin kelangsungan hidup serta mencapai
kepuasan individu (Aligood & Tomay,2006).
Lingkungan
Lingkungan terdiri dari seluruh faktor, bukan bagian dari sistem perilaku individu
tetapi mempengaruhi sistem. Perawat dapat memanipulasi beberapa aspek dari
lingkungan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi klien. Individu
selalu berinteraksi dengan lingkungan. Sistem perilaku berusaha memelihara
keseimbangan dalam merespon pengaruh lingkungan dengan mengatur dan
beradaptasi terhadap lingkungan (Aligood & Tomay,2006)
D. APLIKASI TEORI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
Dalam pandangan johnson, tujuan keperawatan adalah mempertahankan,
memulihkan atau mencapai keseimbangan stabilitas dalam sistem perilaku klien. Jika
sistem seseorang tidak dapat beradaptasi atau menyesuaikan dengan tekanan
lingkungan eksternal, maka perawat bertindak sebagai kekuatan pengatur eksternal
untuk memodifikasi atau mengubah struktur atau membantu kebutuhan fungsi guna
memulihkan kestabilan (Christensen & Kenney (2009).
Menurut Aligood & Tomay (2006) The Behavioral model system diarahkan
untuk praktek, edukasi dan penelitian. Tujuan dari teori ini untuk digunakan sebagai
perlindungan, pemeliharaan dan stimulasi untuk kesimbangan pasien dan menerima
fungsi yang optimal.
Johnson tidak memandang teorinya dengan menggunakan proses keperawatan
(nursing proses). Assesment, disorder, dan treatment dan evaluasi adalah konsep
dalam variasi keramgka kerja Johnson. Ketika terjadi kerusakan perilaku dimana
tidak terorganisir, tidak menentu dan disfungsi, maka perubahan tersebut merupakan
dari lingkungan baik internal maupun eksternal sebagai yang bertanggungjawab
terhadap malfungsi tersebut. Ketika individu mengalami stress maka akan terjadi
ketidakseimbangan (equilibrium) dan memcu tegangan (tension).
Johnson mengemukakan bahwa awal pengkajian proses keperawatan pada
saat isyarat ketegangan (tension) muncul pada saat observasi dan adanya sinyal
ketidakseimbangan (disequilibrium). Sumber data pengkajian dapat berupa dari
anamnese, testing and observasi struktural. Akurasi data selama proses keperawatan
tidak dikontrol oleh perawata namun dari pasien (system). Pengamatan hanya pada
bagian struktur subsistem perilaku. Perawat harus mendapatkan informasi untuk
menetapkan tujuan, set, dan pilihan yang terdapat pada susbsistem.
Perawat memberikan sementara pengenaan mekanisme pengaturan dan
kontrol eksternal, seperti menghambat respon perilaku tidak efektif dan membantu
pasien memperoleh respon yang baru. Johnson menyarankan teknik yang dilakukan
adalah mengajarkan (theaching), role model dan konseling. Jika masalah tidak dapat
diatasi, aksi perawat dalam upaya mencegah adalah sesuai dengan metodologi.
Pemeliharaan, proteksi dan stimulasi adalah pencegahan perawatan yang penting
dalam promosi kesehatan dalam mengatasi penyakit. Hasil dari intervensi
keperawatan adalah kesimbangan sistem perilaku.
1. Proses keperawatan menurut Dorothy E Johnson
a. Assesment
Pengkajian dilakukan menggunakan tujuh subsistem perilaku yang spesifik yang
dikembangkan dari behavioral model system.
1) Attachment or affiliative
2) Dependency:
3) Ingestive
4) Eliminative
5) Sexual
6) Aggressive
7) Achievement
b. Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat terkait dengan perbedaan dalam subsistem atau anatar
subsistem
c. Planning
Perencanaan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan harus dimulai pada tingkat
subsistem dengan hasil akhir fungsi perilaku yang efektif diseluruh sistem
d. Implementation
Yang dilakukan oleh perawat untuk klien untuk memanipulasi subsistem pada
pencapaian keseimbangan
e. Evaluation
Evaluasi hasil penelitian ini sudah mungkin ditetapkan jika hasil keseimbangan
dibuat selama tahap perencanaan sebelum pelaksanaan.
Berikut asumsi tentang teori Johnson yang dikemukakan oleh Meleis (2012) :
1. Perilaku merupakan jumlah total dari faktor fisik, biologi, dan sosial.
2. Bukti perilaku individu pada pada suatu titik waktu tertentu adalah hasil dari
keseluruhan setelah akibat dari faktor-faktor ini dari waktu ke waktu dan pada
titik waktu
3. Ketika keteraturan dan constancies terganggu. Integritas orang itu terancam dan
fungsi diputuskan oleh order tersebut.
4. Seseorang adalah sistem perilaku yang ditandai dengan perilaku diarahkan,
teratur, dapat diprediksi dan tujuandiarahkan untuk selalu berusaha menuju
keseimbangan
5. Ada berbagai tingkat keseimbangan dan stabilisasi. kadarnya berbeda pada waktu
yang berbeda.
6. Keseimbangan adalah penting untuk fungsi yang efektif dan efisien dari individu
(pengeluaran energi minimal, kepuasan maksimal, dan kelangsungan hidup)
7. Keseimbangan dikembangkan dan dipelihara dalam subsistem atau sistem secara
keseluruhan untuk mempertahankan adaptasi dan lingkungan
8. Perubahan struktur atau fungsi dari subsistem perilaku yang berkaitan dengan
dorongan yang tidak puas, kurangnya persyaratan fungsional, atau perubahan
kondisi lingkungan.
2. Contoh kasus menggunakan teori Behavioral sytem model
Seorang 67 tahun datang ke rumah sakit untuk melakukan tes diagnostik
setelah mengalami nyeri abdomen parah dan terdapat sedikit darah dalam tinja nya.
ia sadar dan berorientasi. ia memiliki riwayat diabetes tipe II dan hipertensi.
Glukosa darah pada level 187 mg/dl dan tekanan darah 188/100 mmHg. Tinggi
badan 5’10’’ dan berat badan 145 pounds. Dia sedang mendapatkan obet
antihipertensi, anticoagulan, antiinflamatory, dan antidiabetik.
Dia juga mempunyai riwayat penyakit dengan acut cerebral vascular accident
(CVA), 6 minggu yang lalu dengan hasil parsial paralisis dan kekakuan ditangan
kanan dan kaki, aphasia, dan mengacau bicaranya. Dia telah mendapatkan rawatan
rehabilitasi (rawat inap) selama 4 minggu dan mampu berjalan jarak pendek
dengan menggunakan tongkat, dan mendapatkan bantuan tingkat menengah, dia
lemah dan mudah lelah meskipun dia dapat menggerakkan lengan kananwalau
sedikit mengalami nyeri ketika digerakkan. Dia meengkonsumsi acetaminophen
(Extra Strength Tylenol) untuk lengan kanannya pada saat sebelum tidur. ia juga
terus menunjukkan aphasia ekspresif tingkat menengah. Dia cemas tentang
kelanjutan terapi dan menunjukkan kekhawatiran karena melewatkan janji dengan
dokter ortopedi yang bertujuan untuk mengevaluasi lengan kanannya. Dia
melaporkan bahwa makan tidak terasa lagi dilidah dan tidak ada nafsu makan.
Dengan motivasi dari keluarganya dia makan dengan porsi sedukit setiap dia makan
dan minum minuman tanpa masalah.
Pasien adalah alumni universitas yang telah pensiun. Dia telah menikah
selama 45 tahun dan memiliki dua anak yang tinggal bersama dikota yang sama.
Dia merupakan ketua komunitas sosial dan gereja. Keluarga dan temannya sering
mengunjunginya di rumah sakit. Dia senang dan mencoba untuk berbicara saat
teman mengunjunginya. Ketika dia tidak dikunjung dia duduk dengan tenang di
ruangan yang gelap atau tidur, dia sediah setiap keluarga memeluk dia sebelum
pergi meninggalkannya. Dia mengucapkan terima kasih untuk setiap kunjungan dan
meminta maaf setiap kali ia "mendapat emosional".
Behavioral Assesment
Menggunakan model system Johnson, berikut pengkajian perilaku yang
teridentifikasi:
Achievement : pasien telah banyak mencapai tujuan perkembangan
dewasa. Dia belajar kembali bagaimana melakukan
aktivitas sehari-hari (ADL)
Attachment-affiliative : pasien telah menikah dan mempunyai dua anak yang
selalu mensuport dan juga tinggal dikota yang sama. Dia
juga banyak mempunyai teman dan kontak sosial yang
sering mengunjunginya.
Aggressive-protective : pasien khawatir terhadap perjalanan istrinya menuju ke
rumah sakit ketika malam hari, dan juga
mengkhawatirkan pola makan dengan baik ketika
istrinya tinggal bersamanya di rumah sakit
Dependency : dia telah stroke baru-baru ini, yang mengakibatkan
penurunan penggunaan fungsi lengan kanan dan kaki,
yang berdampak pada mobilitas dan menyelesaikan ADL
pada tingkat ketergantungan pada orang lain. potensial
untuk jatuh, ketidakmampuan untuk merasakan
lengannya atau kaki jika terluka, dan kelemahan yang
menjadi perhatian untuk keselamatannya. istrinya telah
mengambil tanggung jawab maintenence keuangan dan
rumah.
Ingestive : karena stroke, pasien telah mengalami penurunan nafsu
makan. ia telah kehilangan 20 pound dalam 6 minggu.
studi menunjukkan tidak ada kesulitan menelan. ia
mampu makan sendiri dengan tangan kirinya, namun
membutuhkan assitences untuk memotong makanannya.
Eliminative : pasien dapat buang air kecil tanpa kesulitan untuk kemih
dan lebih suka berjalan ke kamar mandi. ia menjadi
mudah sembelit karena cairan menurun dan asupan
makanan menurun.
Sexual : ada perubahan hubungan sexual pada pasien dengan
istrinya dikarenakan nyeri, dan keterbatasan pada sisi
kanannya dan kelelahan.
Environmental Assesment
Penilaian terhadap faktor lingkungan internal dan eksternal menunjukkan
bahwa beberapa menciptakan ketegangan dan mengancam keseimbangan dan
stabilitas dari sistem perilaku. hospitalisasi dan tes diagnostik menambahkan stres
tambahan terhadap stabilitas biologis dan psikologis yang sudah lemah dari sistem
perilaku. stroke menghasilkan beberapa gangguan fisik dan kognitif yang
mempengaruhi kemandirian, perawatan diri, belajar, maturasi, dan sosialisasi.
Perawatan di rumah sakit saat ini dapat menunda atau mengurangi prognosis dari
proses rehabilitasi fisik dan berbicara pasien. ia akan memerlukan bantuan untuk
bergerak dengan aman di lingkungan rumah sakit.
Pasien dan istrinya aktif di gereja mereka dan berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan sosial. Pasien mengajar di sekolah pada kelas hari Minggu. Penyakit yang
diderita baru-baru ini, selama perawatan di rumah sakit dan adanya kelelahan telah
menurun kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Meskipun ia telah beradaptasi dengan kelemahan sisi kanan dan penurunan fungsi
motorik dengan melakukan ADL nya dengan tangan kirinya dan berjalan dengan
tongkat, ia masih membutuhkan bantuan. Pasien dan istrinya tinggal di lingkungan
suburan. anggota keluarga memasang jalan/arah untuk memudahkan akses ke
rumah. Istrinya menyatakan bahwa tetangga mengawasi rumah ketika dia pergi dan
mengawasi sekembalinya untuk memastikan bahwa dia dalam keadaan aman.
Struktural Komponen
Drive or goal : pasien tampaknya termotivasi untuk menyelesaikan tes
diagnostik dan kembali ke rumah. ia adalah pasien yang telah
menjalani pada program rehabilitasi. Sepertinya sama
pentingnya baginya untuk mengurangi stres pada istrinya.
Istrinya memberikan dorongan positif dan dukungan untuknya.
ia melihat bahwa istrinya perlu bantuan dalam pengambilan
keputusan.
Set : terbukti bahwa pasien terbiasa mengambil keputusan sendiri dan
dia sebagai pemimpin. Itu juga terbukti bahwa ia terbiasa
bertukar pikiran dengan istrinya untuk memastikan bahwa
istrinya juga merasa nyaman dengan keputusan yang dibuat.
Choice : walaupun ia tidak lagi sakit dan sudah tidak mengalami ada
perdarahan sejak perawatan di rumah sakitnya, pasien
menyetujui untuk tes diagnostik. Oleh karena itu, sekarang dia
lebih fokus pada pencapaian tujuan rehabilitasi. Dia memulai
kegiatan dan mencari bantuan dari keluarganya dalam berjalan
ke kamar mandi, berjalan di koridor, dan menyelesaikan ADL
nya.
Actions : pasien bersosialisasi kepada pengunjung dan keluarga dengan
aktif dan berpartisipasi dalam pembicaraan. Dia meminta
bantuan yang diperlukan untuk kebutuhan fisik dan kognitif. Ia
meminta doa dari keluarga dan teman-teman untuk bimbingan
rohani dalam mengelola penyakitnya.
Functional requirements
Pasien membutuhkan bantuan dari luar untuk semua kebutuhan fungsinya
termasuk perlindungan, pemeliharaan, dan stimulasi. ketidakmampuannya untuk
merasakan sisi kanan dan gangguan mobilitas nya meningkatkan potensial nya
untuk cedera. alat pelindung seperti hand bar dan kursi mandi dapat digunakan.
Pasien membutuhkan bantuan dengan menyiapkan makanan, tetapi telah
beradaptasi dengan menggunakan tangan kirinya untuk makan dan minum.
sosialisasi dan ekspektasi kinerja di fasilitas rehabilitasi pasien selama rawatan
adalah metode penting memberikan stimulasi bagi pasien. Stimulasi juga
disediakan oleh teman-teman dan keluarga yang mengunjungi pasien. Stimulasi
sosial terus sangat penting untuk pasien ini, karena ia memiliki kesulitan berupa
pemahaman lain dari rangsangan seperti radio, televisi, dan membaca.
Nursing
Tindakan keperawatan adalah kekuatan regulasi eksternal yang harus
melindungi, merangsang, dan memelihara untuk menjaga organisasi dan integrasi
dari sistem perilaku pasien. Tindakan keperawatan untuk pasien ini harus fokus
pada penyediaan penjelasan dari tes diagnostik yang akan dilakukan dan
mengidentifikasi makanan favorit dan dorongan untuk makan porsi kecil tetapi
sering dengan cairan yang cukup untuk mencegah konstipasi yang akan dibutuhkan.
Perawat harus mengadvokasi fisik pasien pada masa rawat inap dan terapi wicara
untuk merangsang kemampuan fungsional dan memperkuat pencapaian perilaku
pasien dan untuk mengurangi ketergantungan kebutuhan/bantuan. Akan sama
pentingnya untuk mendorong pasien untuk ikut sosialisasi dengan teman dan
keluarganya. Pasien dan istrinya akan membutuhkan dukungan dan bimbingan
untuk mengidentifikasi metode beradaptasi dengan mengelola ketidakseimbangan
sistem dan ketidakstabilan dengan mengidentifikasi tindakan yang akan
meningkatkan perilaku untuk menciptakan keseimbangan dan stabilitas sistem.
E. HASIL PENELITIAN TERKAIT DENGAN TEORI BEHAVIORAL MODEL
SYSTEM DI DALAM JURNAL
Banyak penelitian terkait yang dikemukakan oleh Aligood & Tomay (2006)
diantaranya adalah Small (1980) menggunakan teori Johnson sebagai kerangka
konseptual ketika saat merawat anak tunanetra. dengan mengevaluasi dan
membandingkan citra tubuh dirasakan dan kesadaran sebagian anak normal dengan
dari anak-anak tunanetra, kecil menemukan bahwa kekurangan sensorik dari anak
yang mengalami gangguan penglihatan,mempengaruhi perkembangan normal dari
citra tubuh anak dan perhatian terhadap bagian tubuhnya. Dia menyimpulkan bahwa
ketika sistem manusia mengalami stres yang berlebihan, tujuan dari sistem tidak
dapat mainted.
Wilkie, Lovejoy, Dodd, dan Tesler (1988), pemeriksan kanker perilaku kontrol
nyeri menggunakan Model Sistem Perilaku Johnson. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang-orang menggunakan pengetahuan perilaku yang dikenal untuk
melindungi diri dari rasa nyeri intensitas tinggi. Hal ini mendukung asumsi bahwa
'agresif / pelindung subsistem perilaku dikembangkan dan dimodifikasi dari waktu ke
waktu untuk melindungi individu dari rasa nyeri dan mewakili pilihan beberapa
pasien nyeri sebagai kontrol.
Temuan ini didukung dalam studi terbaru yang meneliti makna yang berkaitan
dengan laporan pribadi dan self-manajemen pengambilan keputusan pasien kanker
dengan nyeri tulang metastasis. nyeri yang tersedia insentif untuk mencari perawatan
dari penyedia layanan kesehatan, sehingga itu adalah mekanisme perlindungan.
namun hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar pasien kanker tidak mengambil
obat penghilang rasa sakit sesering mungkin yang ditentukan dan lebih menyukai
metode nonpharmacological, seperti posisi atau pengalih perhatian, sebagai pilihan
kontrol nyeri mereka.
Mempercayai model memiliki potensi dalam perawatan pencegahan, Majesky,
Brester dan Nishio (1978) menggunakannya untuk membangun suatu alat untuk
mengukur indikator pasien dalam asuhan keperawatan. Holaday (1980), Rawis
(1980), dan Stamler (1971) telah melakukan penelitian menggunakan salah satu
subsytem. Derdiarian (1991) menguji hubungan antara subsistem aggresive dan
protektif dan subsytem lainnya. dia menemukan dukungan proposisi bahwa subsytem
interaktif, interdependen, dan terintegrasi, sehingga, konten Derdiarian mendukung
konsep dari Johnson bahwa perubahan subsytem yang dihasilkan dari penyakit tidak
dapat dipahami dengan baik tanpa memahami hubungan mereka (subsytem) dengan
perubahan dalam subsistem lainnya.
Perawat peneliti telah menunjukkan kegunaan teori johnson dalam praktek
klinis. sebagian besar penelitian ini telah dilakukan dengan individu dengan penyakit
jangka panjang atau penyakit kronis, seperti mereka dengan inkontinensia, kanker
nyeri kronis, acquired immunodeficiency syndrome dan penyakit psikiatrik.
F. Kekuatan Dan Kelemahan Dari Theory Behavioral System Model
Kesederhanaan
Teori johnson adalah teori yang relatif sederhana dalam kaitannya dengan jumlah
konsep. Seseorang digambarkan sebagai suatu sistem perilaku yang terdiri dari tujuh
subsistem. keperawatan merupakan sebuah kekuatan peraturan luar sistem. Namun
peraturan luar sistem teori berpotensi kompleks karena terdapat beberapa
kemungkinan keterkaitan antara dan di antara sistem prilaku, subsistem-subsistem
dan kekuatan yang mengenai mereka. pada akhirnya, bagaimanapun, hanya beberapa
dari hubungan potensial telah dikemukakan.
Keumuman
Teori Johnson adalah teori yang relatif terbatas bila diterapkan pada individu yang
sakit, tetapi belum digunakan sebanyak dengan individu sehat atau pada kelompok
masyarakat. Jhonson menganggap seseorang sebagai sistem perilaku yang terdiri dari
tujuh subsistem, kumpulan dari teori prilaku yang interaktif. Jhonson tidak jelas pada
situasi apa tidak sakit atau perawatan preventive. Dalam publikasi selanjutnya,
Jhonson menekankan peran perawat dalam perawatan kesehatan preventif individu
dan bagi masyarakat. Dia menyatakan "keperawatan bertanggung jawab khusus
untuk kesehatan berasal dari itu adalah misi sosial yang unik”. Keperawatan perlu
berkonsentrasi pada pengembangan keperawatan preventif untuk memenuhi
kewajiban sosial.
Presisi Empiris
presisi empiris dicapai dengan mengidentifikasi indikator empiris untuk teori ini,
karena model mengandung konsep abstact. presisi empiris meningkat ketika
subkonsep dan hubungan antara dan di antara mereka menjadi lebih jelas dan
indikator empiris diperkenalkan kepada ilmu pengetahuan. Unit-unit dan hubungan
diantara unit dalam teori jhonson yang secara terus menerus didefinisikan dan
digunakan. Namun, keseluruhan tulisan johnson ini, istilah-istilah seperti
keseimbangan, stabilitas, dan keseimbangan, penyesuaian dan adaptasi, gangguan,
ketidakseimbangan, dan gangguan perilaku selalu berubah-ubah tanpa mengacaukan
artinya. kejelasan dalam pengertian dalam subsystem meningkatkan presisi empris
sebuah model.
Konsekuensi yang di dapat
Model Jhonson menunjukkan praktik keperawatan, pendidikan dan penelitian;
menghasilkan ide-ide baru tentang keperawatan, dan membedakan keperawatan dari
profesi kesehatan lainnya. Dengan berfokus pada perilaku dan bukan biologi, teori
keperawatan jelas membedakan dari kedokteran, meskipun konsep tersebut tumpang
tindih dengan orang-orang dari profesi psikososial. Model sistem perilaku jhonson
yang memiliki kerangka konsep bagi pendidikan keperawatan, praktek dan
penelitian. teori ini telah mengarahkan pertanyaan untuk penelitian keperawatan. Hal
ini telah dianalisis dan dinilai tidak sesuai sebagai dasar bagi pengembangan
kurikulum keperawatan. praktisi dan pasien telah menilai tindakan keperawatan yang
dihasilkan cukup memuaskan. Teori memiliki potensi untuk utilitas lanjutan dalam
keperawatan untuk mencapai tujuan-tujuan keperawatan yang bernilai.
G. APLIKASI TEORI DI DALAM JURNAL
Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini, widati dan Ah Yusuf pada tahun 2011
dengan judul upaya meningkatkan perilaku pasien dalam tata laksana diabetes
mellitus menggunakan pendekatan teori model behavioral system Dorothy E
Johnson. Di sini peneliti menggunakan sistem behavioral, dengan perawat sebagai
pengubah perilaku pasien, pasien yang mengalami stressor sehingga terganggu
keseimbangannya, teknik yang digunakan adalah dengan motivasi dan pengetahuan.
Menurut peneliti perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting
dalam merubah perilaku pasien sehingga terjadi kondisi keseimbangan (equilibrium)
dalam diri pasien. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan model
asuhan keperawatan Behavioral System Model dari Dorothy E. Johnson. Teori
Behavioral System Model memandang individu sebagai sistem perilaku yang selalu
ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal atau
eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari pengaruh
yang ditimbulkannya. Intervensi yang digunakan untuk merubah perilaku pasien
dalam Behavioral System Model yaitu regulasi eksternal, misalnya dengan cara
membatasi perilaku dan menghambat respon perilaku yang tidak efektif, merubah
elemen structure dengan tujuan untuk memotivasi pasien dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan dan konseling dan memenuhi kebutuhan subsistem dengan
cara nurture, protect dan stimulate. Pemberian motivasi dapat memperbaiki perilaku
pasien terhadap pengobatan karena dalam hal ini kita menanamkan kesadaran
individu untuk mentaati pengobatan didasari adanya keinginan yang timbul dari
dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan konsep yang diciptakan oleh Johnson bahwa
untuk merubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara memotivasi drive
menjadi action. Aplikasi teori ini untuk memperbaiki perilaku pasien diabetes
mellitus belum diteliti, oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian tentang
perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pasien dalam tatalaksana DM akibat
pemberian motivasi dan edukasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemahaman terhadap model konseptual bagi perawat sangat penting, karena dapat
menjadi kerangka kerja dalam pelaksanan asuhan keperawatan. Model konseptual
ini berfokus terhadap sistem yang meliputi manusia, keperawatan, lingkungan dan
kesehatan yang saling kerterkaitan satu dengan yang lainnya.
Johnson merupakan salah satu ahli dalam model konseptual keperawatan yang
berfokus pada perilaku sering dikenal Theory Behavioral System Model, model
konseptual ini digunakan untuk memandu praktik keperawatan berdasarkan teori.
Model Johnson didasarkan pada interaksi dari sistem perilaku seseorang dan tujuh
subsistem dengan lingkungan yang bertujuan untuk mencapai equibilirium
(keseimbangan). Model ini menjadi salah satu dasar untuk mengarahkan pada
praktik keperawatan yang lebih efisien dan efektif. Model dan teori juga berfungsi
sebagai penghubung antara praktik, penelitian dan pendidikan keperawatan.
3.2 Saran
1. Peningkatan penggunaan model koseptual/teori keperawatan dalam tatanan
praktik, pendidikan, dan riset.
2. Peningkatan komunikasi antara tatanan praktik, pendidikan, dan penelitian
dalam sharing pengetahuan dengan tujuan akhir terdapat peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha Raile & Tomey, Ann Mariner (2006). Nursing Theory and Their
Work 7th edition. USA: Mosby Elsevier
Christensen, Paula J & Kenney, Janet, W (2009). Proses Keperawatan, Aplikasi
Model Konseptual Edisi ke 4. Jakarta: EGC
Fawcett, J (2005). Contempory nursing knowladge : analysis and evaluation of
nursing models and theories 2th edition. Norwalk: appleton & Lange
Meleis, Afaf, I (2012). Theoritical Nursing Development and Progress 5th edition.
Pennsylvania: Wolters Kluwer
Nur Aini, dkk (2011). Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam Tatalaksana
Diabetes Mellitus dengan Pendekatan Teori Model Behavioral System
Dorothy E. Johnson. journal.lib.unair.ac.id/index.php/JN/article
Tugas makalah teori dan falsafah keperawatan
OLEH :
NEVI HASRATI NIZAMI
ENNY JURISA
NANDA FITRIA
MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNSYIAH
2012
Recommended