View
347
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
Pengaruh Dukungan Orang Tua dalam
Menumbuhkembangkan Kecerdasan dan Kreativitas pada
Anak
Oleh : Ivon Nur Azmi13110182/ A
Dukungan orang tua terhadap kecerdasanpada anak
Seorang Psikolog dari Harvard University, Howard Gardner
mengungkapkan teorinya tentang multiple intelligence (kecerdasan ganda)
yang dimiliki oleh setiap anak, anak memiliki delapan jenis kecerdasan yang
tersusun menjadi satu dengan cara yang unik dan kombinasi yang berlainan,
yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial,
kecerdasan kinestetik-jasmani. kecerdasan musical, kecerdasan naturalis,
kecerdasan antarpribadi, kecerdasan intra pribadi.
1. Kecerdasan Linguistik : kemampuan menggunakan kata- kata secara efektif, umumnya berkaitan
dengan kemampuan bicara. Orangtua dapat memotivasinya dengan menyediakan banyak buku,
sering mengajak mereka berbicara, main tebak kata, bercerita sampai menuangkan ide-ide atau
perasaan mereka dalam sebuah tulisan.
2. Kecerdasan logis matematis : ketrampilan mengolah angka dan/atau kemahiran menggunakan
logika/akal sehat. Orangtua sebaiknya lebih sabar dalam ’melayani’ berbagai pertanyaan mereka
dan menyiapkan jawaban yang logis, mengadakan banyak buku tentang pengetahuan,
ensiklopedi, menyediakan alat bermain strategi, mengajarkan metode sempoa aritmatik,dll.
3. Kecerdasan spasial : kemampuan memvisualisasikan gambar yang ada di dalam kepala.
Orangtua perlu memberi kesempatan yang luas pada anak untuk mengasah kemampuan
gambar/lukis, alat permainan yang sesuai, dan menggunakan media seperti film, CD, peta, dll
sebagai sarana belajar.
4. Kecerdasan kinestetik-jasmani : kecerdasan yang melibatkan fisik/ tubuh anak,baik motorik
halus maupun motorik kasar. Orang tua perlu mendorong/memfasilitasi anak-anak dengan
kecerdasan ini melalui kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan fisik/ gerak seperti bermain
bola, berenang, bela diri, dst.
5. Kecerdasan musical : kecerdasan yang melibatkan kepekaan terhadap irama atau melodi musik,
menyanyikan sebuah lagu, memainkan alat. Orangtua hendaknya cukup memberi kesempatan pada
anak untuk bernyanyi bersama, belajar dengan ketukan/irama, dll.
6. Kecerdasan naturalis : Kecerdasan yang melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam
di sekitar kita, seperti burung, bunga, pohon, dan flora fauna yang lain. Cara mengajar mereka
adalah dengan membawanya ke alam terbuka, berpetualang, melakukan penelitian, mengamati
makhluk hidup, mengunjungi kebun binatang, dll.
7. Kecerdasan antarpribadi (interpersonal): kecerdasan dalam hal memahami
dan berempati serta bekerjasama dengan orang lain. Cara belajar yang tepat bagi
mereka memang dengan berkelompok, mengajari teman- temannya, mengunjungi
atau bersilaturahmi, dll.
8. Kecerdasan intra pribadi : kecerdasan memahami diri sendiri, mampu
menempatkan diri, mengetahui kelemahan dan kekuatan diri dan pandai
mengelola emosi/perasaan. sendiri. Orangtua perlu memberi kepercayaan kepada
anak dengan mendukung kemandirian mereka dalam berpikir dan merencanakan,
termasuk menghargai privasi mereka.
Sebagai catatan, istilah kecerdasan intrapribadi dan kecerdasan antar
pribadi dapat disebut dengan kecerdasan emosional.
Ada satu jenis kecerdasan yang belum diungkap oleh Gardner namun
dapat dijumpai pada anak-anak kita yaitu kecerdasan spiritual, menurut
Danah Zohar dan Ian Marshall (2000) adalah kecerdasan untuk memahami
kebermaknaan hidup. Dalam hal ini orangtua sepatutnya memberi
kesempatan, dukungan dan apresiasi pada anak-anak yang sesuai dengan
kemampuan dan kemauannya (tanpa paksaan dan tekanan). Seperti,
mengajak sholat di Masjid, berdoa bersama untuk memohon sesuatu pada
Allah SWT, mengikutkan di TPA, melatih berpuasa di bulan ramadhan, dll.
Teori Gardner ini menegaskan bahwa kecerdasan yang ada pada anak bukan
hanya berkaitan dengan berpikir (kecerdasan logis dan mate-matis), tapi ada
berbagai kecerdasan lain. Melalui pengetahuan tentang delapan jenis kecerdasan
inilah para orang tua dapat lebih optimis dan bersungguh-sungguh dalam mengenali
dan mengoptimalkan potensi anak-anak mereka.
Pengertian Kreativitas
• Menurut Levitt dalam Suryana (2001:18) menyatakan bahwa “Kreativitas adalah berfikir
sesuatu yang baru, keinovasian dan melakukan sesuatu yang baru”.
• Nana Syaodik (2003:104) bahwa “Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk menemukan dan menciptakan suatu hal baru, cara-cara baru, model baru
yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat”.
Di samping kemampuan kecerdasan, anak (siswa) harus dikembangkan kemampuan
kreatifnya agar dapat lebih berhasil dalam mencapai tujuan kehidupan. Pendidikan yang
mendukung pengembangan kreativitas anak adalah jika kegiatan yang dilakukan orang tua
dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif dan kepribadian yang kreatif.
Beberapa cara agar anak-anak tumbuh dan berkembang
menjadi pribadi yang kreatif :
• Memenuhi Kebutuhan Psikis yang utama bagi anak-anak
• Menerima kekurangan Anak
• Memotivasi Kelebihan mereka dan memperkaya stimulasi
• Membangun suasana yang menyenangkan melalui bermain.
Para orang tua diharapkan membantu anak-anak agar tumbuh menjadi
generasi kreatif yang memiliki kemampuan untuk mengambil peran dalam upaya
perbaikan umat di masa yang akan datang.
Upaya orang tua untuk dapat mengembangkan kreativitas anaknya adalah sebagai berikut :
1. Jika seorang anak menunjukkan penemuannya, maka berilah pujian untuk
memberikan semangat bukan menertawakan agar anak tidak jera.
2. Latihlah anak untuk merencanakan aktivitas keluarga. Inisiatif anak harus
dihargai supaya ada rasa jati diri yang positif.
3. Berikan ruang khusus untuk bereksperimen dan dibuat kondusif agar bersikap
positif terhadap lingkungannya.
4. Membiasakan anak-anak menghadapi tantangan dan rangsangan supaya kreatif,
jangan terlalu menuntun dan tidak ada ketegasan.
5. Dilatih untuk berpikir kreatif, misalnya bagaimana caranya bila tersesat di pasar malam dan ke
mana harus minta pertolongan.
6. Anak yang sedang asyik dengan pekerjaannya jangan diganggu, karena konsentrasinya akan buyar
dan pekerjaannya tidak akan sempurna hasilnya atau gagal sama sekali.
7. Memberi motivasi supaya anak dapat mengikuti atau melaksanakan idenya sendiri. Seringkali ide
yang bagus dan baru hilang karena kehilangan kepercayaan diri sendiri atau tidak mampu
mengendalikan diri.
8. Anak jangan diajari setiap langkah, tetapi sediakan ruang dibenaknya untukmembuat supaya
imajinasinya berbunga-bunga guna memfungsikan otaknya dengan lebih baik.
9. Harus diingat, karena usaha yang kreatif, seringkali tempat anak bekerja menjadi berantakan,
misalnya karena dipakai untuk eksperimen yang membutuhkan tempat dan waktu. Anak tidak perlu
dimarahi, supaya tidak mengendorkan semangat (Mardiati Busana, 1995)
Pola pendidikan dalam keluarga dapat dikelompokkan menjadi 3 macam (Gerungan, 1991) yaitu:
1. Otoriter, orang tua biasanya bersikap dan berperilaku sangat keras pola ini akan membuat anak takut,
pasif dan kurang inisiatif.
2. Laizer-Faire, orang tua memberi kebebasan penuh kepada anak-anak tanpa ada pengarahan dan
pengendalian dari orang tua. Hal ini sering menimbulkan salah paham antar anggota keluarga, bahkan
sering terjadi suatu pertentangan, sehingga misi pendidikan dalam keluarga tidak tercapai.
3. Demokratis orang tua sering berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan dan larangan yang harus
dihindari. Hal ini akan menyebabkan anak-anak berani berinisiatif, tidak takut, lebih giat dan berani
berkreatif yang akhirnya terbentuk kepribadian yang kreatif.
Dari tiga pola tersebut yang tepat adalah pola demokratis karena dapat mengembangkan
kreativitas anak tanpa adanya pemaksaan terhadap anak dan mengutamakan keputusan bersama.
Prinsip dan Teknik Pengasuhan Anak
Dalam pengasuhan anak sebuah pendekatan yang terpercaya dan teruji berdasarkan
penelitian para ahli telah menghasilkan rumusan RPM3 sebagai sebuah pedoman bagi para
orang tua dalam memperkaya ilmu tentang pengasuhan anak (parenting). RPM3 terdiri dari:
• Responding (Menanggapi Anak secara Tepat)
• Preventing (Mencegah munculnya perilaku beresiko atau bermasalah)
• Monitoring (Mengawasi interaksi anak dengan lingkungan sosialnya)
• Mentoring (Mendukung dan menumbuhkan perilaku-perilaku yang dikehendaki)
• Modeling (Menjadikan diri kita sebagai contoh positif dan konsisten)
Hubungan keluarga yang sehat dan bahagia lebih dikenal sebagai
hasil dari pola asuh demokratis (Hurlock, 1999). Pola asuh yang
dikemukakan oleh Hersey & Blanchard memandang pola asuh sebagai
suatu bentuk dari kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi seseorang oleh orang lain, dalam hal ini peran
kepemimpinan orangtua adalah ketika mereka mencoba memberi
pengaruh yang kuat pada anaknya.
Hersey & Blanchard menyatakan bahwa pada dasarnya pola asuh terdiri atas duadimensi perilaku yaitu :
• Directive Behavior : Melibatkan komunikasi searah dimana orangtua
menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka
lakukan, dimana, kapan dan bagaimana melakukan suatu tugas.
• Supportive Behavior : Melibatkan komunikasi dua arah dimana orangtua
mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati,
memberikan teguran yang positif dan membantu mengarahkan perilaku
anak.
Kombinasi dari kedua dimensi tersebut menghasilkan empat bentuk pola asuh yaitu :
1. Telling : Perilaku orang tua yang directive- nya tinggi dan supportive
rendah karena dikarakteristikan dengan komunikasi satu arah antara orangtua
dengan anak. Dimana orangtua menentukan peran anak dan mengatakan apa,
bagaimana, kapan dan dimana anak harus melakukan berbagai tugas.
2. Selling : Perilaku orangtua yang directive dan supportive tinggi karena
sebagian besar arahan yang ada diberikan oleh orangtua. Orangtua juga
berusaha melalui komunikasi dua arah yang membolehkan anak untuk
mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan dan dorongan.
• Participating : Perilaku orangtua yang directivenya rendah dan supportive
tinggi karena orangtua dan anak saling berbagi dalam membuat keputusan
melalui komunikasi dua arah. Anak memiliki kemampuan dan pengetahuan
untuk berbagi ide tentang bagaimana suatu masalah itu dipecahkan dan
membuat kesepakatan dengan orangtua dengan apa yang harus dilakukan.
• Delegating : Perilaku orangtua yang directive dan supportive karena
meskipun orangtua tetap menetapkan apa yang harus dilakukan dalam
menghadapi suatu masalah, namun anak diperbolehkan untuk menjalankan
apa yang diingankannya dan memutuskan kapan, dimana dan bagaimana
mereka melakukan satu hal.
Kesimpulan
1. Dalam hal kecerdasan anak, orang tua diharapkan mengenali dan mampu mengembangkan potensi-
potensi yang ada pada anaknya.
2. Para orang tua diharapkan membantu anak-anak agar tumbuh menjadi generasi kreatif yang memiliki
kemampuan untuk mengambil peran dalam upaya perbaikan umat di masa yang akan datang.
3. Orangtua mengerti cara bertindak atau menerapkan pola asuh terhadap anak karena orang tua
memegang peranan penting dalam menanamkan dan membina dorongan berprestasi pada anak.
4. Dukungan orang tua sangat berpengaruh dalam mengenali kecerdasan anak dan mengembangkan
kreativitasnya karena pada dasarnya anak memiliki kecerdasan sejak ia dilahirkan dan membutuhkan
keluarga sebagai lingkungan pertama yang ia kenali untuk mendorong dan membenarkan apa yang ia
lakukan.
SEKIAN
Recommended