View
170
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
EPIDEMIOLOGI
Definisi
Epidemiologi banyak disebutkan merupakan pengetahuan dasar atau pondasi ilmu
kesehatan masyarakat (Detels dalam Detels et al., ed., 2009) dan “the mother science of
public health” (Turnock, 2008). Epidemiologi masih terlalu sering dan sangat dianggap
berhubungan dengan perjuangan melawan epidemic/wabah (Carr et al, 2007). Padahal bila
melihat pada asal kata bahasa Yunani epi (pada atau tentang), demoss (masyarakat
/penduduk), dan logos (ilmu/mempelajari), maka epidemiologi memiliki pengertian yang
lebih luas lagi (Carr et al, 2007, Detelset al, 2009). Meskipun terdapat berbagai definisi
epidemiologi, sebagai ringkasan, epidemiologi didefinisikan oleh International
Epidemiological Association (McKenzie et al., 2011; Center for Disease Control and
Prevention, 2004; Murti, 1997) dan oleh John Last dalam Dictionary of Epidemiology
sebagai:
“Ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi dan determinan (faktor
yang menentukan) dari keadaan atau peristiwa terkait kesehatan
pada populasi tertentu, dan aplikasi dari ilmu tersebut untuk
mengendalikan masalah-masalah kesehatan.”
Definisi tersebut dibangun dengan dua buah asumsi dasar bahwa: Pertama, kejadian
penyakit di masyarakat tidak murni merupakan proses yang bersifat acak; Kedua, penyakit
tersebut dapat ditentukan oleh faktor penyebab dan faktor pencegahnya (Rothman dan
Greenland dalam Ahrens dan Pigeot, ed., 2005). Oleh karena itu, pencarian faktor penyebab
atau etiologi dalam perkembangan penyakit merupakan salah satu perhatian utama dari
epidemiologi. Jika definisi di atas diuraikan atau dipecah, akan diperoleh beberapa kata
kunci. Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing kata kunci tersebut. (Bonita, 2006).
1. Ilmu
Sebagai dasar dari ilmu kesehatan masyarakat, metode ilmiah digunakan dalam
epidemiologi melalui metode penelitian dan biostatistika. Hal ini kemudian digunakan untuk
menarik kesimpulan yang benar (valid) dan dapat diandalkan untuk jangka panjang (reliabel).
2. Distribusi
Dalam epidemiologi dipelajari tentang distribusi frekuensi dan pola dari
penyakit/masalah kesehatan berdasarkan orang, tempat, dan waktu. Hal ini dikenal dengan
epidemiologi deskriptif.
3. Determinan
Epidemiologi juga mempelajari determinan penyakit pada kelompok populasi
tertentu. Pendekatan ini sering dikenal dengan epidemiologi analitik. Pada epidemiologi
analitik, dipelajari hubung an sebab akibat antara paparan dengan terjadinya penyakit.
Penggunaan istilah determinan mencakup faktor risiko dan penyebab penyakit. Faktor risiko
dimaknai sebagai hal-hal yang meningkatkan peluang atau kemungkinan untuk terjadinya
penyakit atau masalah kesehatan, baik ada hubungan sebab akibat atau tidak. Dengan
demikian, pada epidemiologi analitik, tidak sekedar ditanyakan mengenai what, who, where,
dan when, melainkan bertanya mengenai how dan why. Faktor-faktor yang dapat
dipertimbangkan dalam determinan antara lain (Carr et al, 2007):
a. Memiliki pengaruh pada individu, misalnya faktor perilaku seperti merokok, diet, dan olah
raga; sikap, dan pengetahuan terhadap masalah kesehatan; latar belakang ekonomi,
pendidikan; respon terhadap stress.
b. Memiliki pengaruh terhadap lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi, contohnya tingkat
kriminal dan kekerasan, mutu tempat tinggal, akses pelayanan kesehatan, akses terhadap gizi,
tingkat kecelakaan, peluang kerja, tingkat polusi, dan lainlain.
c. Memiliki pengaruh terhadap lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi yang lebih luas,
misalnya kebijakan mengenai rokok dan alkohol, hokum kontrasepsi dan aborsi, kebijakan
ekonomi dan tenaga kerja, distribusi kekayaan, efek global warming, dan lain-lain.
4. Keadaan atau peristiwa terkait kesehatan (health related states atau health events)
Di masa lalu, penyakit menular memang banyak menjadi perhatian epidemiologi. Dan
saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa epidemiologi lebih terkait dengan
penyakit menular. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena pada prakteknya, kini epidemiologi
juga telah diterapkan pada kejadian kesehatan dalam arti yang lebih luas. Selain masalah
infeksi, obyek epidemiologi juga dapat berupa masalah-masalah lingkungan, penyakit
kronik, trauma (CDC, 2004), dan juga masalah perilaku, penyebab kematian, reaksi terhadap
regimen pencegahan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Rothman dan Greenland dalam
Ahrens dan Pigeot, ed., 2005).
5. Populasi
Kata populasi ini menunjukkan bahwa fokus dari epidemiologi bukan individu,
melainkan kelompok individu yang memiliki ciri yang sama, misalnya penduduk wilayah
geografis tertentu; kelompok tingkat ekonomi seperti masyarakat miskin; kelompok pekerja
seperti buruh pabrik, nelayan, petani; kelompok umur tertentu seperti anakanak, lansia, ibu-
ibu hamil; kelompok diagnosis sebagai contoh penderita epilepsi di RSUP Dr. Sarjito tahun
2011; dan bisa juga berdasarkan pelayanan khusus misalnya pasien-pasien dokter X, lansia
yang tinggal di rumah jompo, dan lain-lain. Di samping itu, penggunaan istilah populasi
dalam definisi epidemiologi menjelaskan bahwa epidemiologi memperhitungkan penyebab
penyakit pada level makro, yaitu populasi dan lingkungan. Hal ini berangkat dari asumsi
bahwa seorang individu hidup dalam lingkungannya, baik
lingkungan fisik, sosial, ekonomi, maupun kultural, karena timbulnya masalah kesehatan
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
6. Penerapan
Epidemiologi tidak hanya menjadi cara atau alat untuk menganalisis penyakit dan
determinannya. Seperti yang sudah dijelaskan ada bagian latar belakang di atas, epidemiologi
memiliki peran yang lebih aktif. Data-data epidemiologi akan digunakan oleh pengambil
keputusan/kebijakan untuk menentukan dan mengembangkan serta mengevaluasi intervensi
pengendalian dan pencegahan masalahmasalah kesehatan yang mereka hadapi. Hal ini
merupakan fungsi utama dari epidemiologi terapan.
TUJUAN EPIDEMIOLOGI
1. Mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi
Epidemiologi mempelajari kelompok mana (person), di mana (place), dan kapan
(time) dari populasi yang terkena penyakit. Epidemiologi mendeskripsikan siapa yang
merupakan kasus, dimana mereka berada, berapa umur mereka, karakteristik umum apa yang
dimiliki oleh kelompok tersebut, serta dugaan awal mengapa kasus-kasus muncul demikian
banyak di suatu area tertentu tetapi tidak demikian di area lain. Epidemiologi
mendeskripsikan pola kolektif penyakit yang terbentuk oleh kumpulan kasus-kasus tersebut,
mendeteksi kecenderungan (trends) insidensi penyakit, merunut perubahan karakter penyakit,
mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi, dan menaksir besarnya beban penyakit.
Epidemiologi deskriptif memberikan dua kegunaan. Pertama, pengetahuan tentang distribusi
penyakit pada populasi berguna untuk membuat perencanaan kesehatan dan evaluasi program
kesehatan. Kedua, hasil studi epidemiologi deskriptif berguna untuk merumuskan hipotesis
tentang hubungan paparan-penyakit, yang akan diuji lebih lanjut dengan studi epidemiologi
analitik (Hennekens dan Buring, 1987).
2. Mengetahui riwayat alamiah penyakit (natural history of disease)
Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi tentang perkembangan alami (natural)
penyakit yang terjadi sepanjang waktu pada individu. Riwayat alamiah penyakit mencakup
semua fenomena yang terkait penyakit, meliputi tahap rentan (susceptible), tahap subklinis,
tahap klinis, dan tahap kesembuhan/ kecacatan/ kematian. Pada tahap rentan individu belum
terpapar oleh agen kausal (etiologi) penyakit. Pada tahap rentan perlu dilakukan upaya
pencegahan primer, yaitu melakukan promosi kesehatan (pendidikan kesehatan, dan
sebagainya) dan proteksi spesifik (imunisasi, dan sebagainya). Tujuan pencegahan primer
adalah untuk mengurangi kejadian penyakit baru.
Riwayat alamiah penyakit merupakan sebuah elemen penting epidemiologi deskriptif.
Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama pentingnya dengan pengetahuan tentang
kausa penyakit dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyakit (Bophal, 2002).
3. Menentukan determinan penyakit
Epidemiologi analitik bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor, baik fisik, biologis,
sosial, kultural, dan perilaku, yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit, disebut
determinan penyakit. Determinan penyakit meliputi faktor risiko dan kausa (etiologi)
penyakit. Hasil studi epidemiologi analitik memberikan basis rasional untuk melakukan
program pencegahan. Jika faktor etiologi (kausa) penyakit dan cara mengurangi atau
mengeliminasi faktor-faktor itu diketahui, maka dapat dibuat program pencegahan dan
pengendalian penyakit dan kematian karena penyakit tersebut.
4. Memprediksi kejadian penyakit pada populasi
Pengetahuan tentang risiko penyakit atau prognosis akibat penyakit pada populasi
dalam suatu periode waktu dapat digunakan untuk memprediksi jumlah dan distribusi
penyakit atau kema-tian pada populasi maupun memprediksi risiko terjadinya penyakit atau
kematian pada individu (epidemiologi klinik) dalam suatu periode waktu di masa mendatang.
5. Mengevaluasi efektivitas intervensi preventif maupun terapetik
Epidemiologi analitik berguna untuk mengevaluasi efektivitas manfaat, kerugian
(efek yang tidak diinginkan), dan biaya dari intervensi preventif maupun terapetik.
6. Menentukan prognosis dan faktor prognostik penyakit
Epidemiologi analitik tidak hanya mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya akibat-akibat
penyakit. Epidemiologi analitik mempelajari prognosis dan faktor-faktor prognostik, yaitu
faktor faktor yang mempengaruhi probabilitas terjadinya akibat-akibat penyakit, mencakup
relaps, rekurensi, komplikasi, kematian (kelangsungan hidup), maupun kesembuhan.
Pengetahuan tentang faktor prognostik berguna untuk melakukan pencegahan tersier penyakit
pada populasi, yaitu menghindari atau mengurangi paparan faktor-faktor prognostik yang
meningkatkan risiko terjadinya aneka akibat penyakit yang merugikan.
7. Memberikan dasar ilmiah pembuatan kebijakan publik dan regulasi tentang masalah
kesehatan masyarakat
Epidemiologi merupakan instrumen untuk mengontrol distribusi penyakit pada
populasi. Riset epidemiologi memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
ilmiah pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan tentang cara mencegah kejadian
baru penyakit, memba-smi kasus yang timbul, mencegah kematian dini, memperpanjang
hidup, dan memperbaiki status kesehatan populasi.
KONSEP PENTING DAN RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
1. Ruang Lingkup Epidemiologi
Epidemiologi menyelidiki peristiwa terkait kesehatan dengan cara-cara yang cukup
ketat layaknya seorang detektif. Oleh karena itu, di luar negeri, dokter yang telah memiliki
sertifikat kursus epidemiologi juga mendapat julukan epidemiology investigator atau
epidemiology intelligence. Untuk mempelajari peristiwa terkait kesehatan tadi, epidemiologi
menggunakan pendekatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan 5W (Bailey) yang
diringkas dalam tabel berikut:
Pertanyaan Maksud pertanyaan
What (Apa) Penyakit dan definisi kasus
Who (Siapa) Orang
When (Kapan) Waktu
Where (Dimana) Tempat
Why (Mengapa) Penyebab
a. Apa
Pertanyaan “apa” ini terkait dengan definisi kasus penyakit/kejadian yang sedang
diamati. Definisi kasus ini adalah kriteria terstandar yang digunakan untuk mengidentifikasi
sebuah penyakit atau kejadian (Bailey et al., 2005). Perlu disadari pula bahwa seseorang
mungkin dapat mengalami lebih dari satu episode penyakit atau peristiwa dalam waktu yang
sama. Hal yang juga penting mengenai definisi kasus ditunjukkan dalam kotak berikut yang
dikutip secara utuh dari Bonita et al. (2006).
b. Siapa
Salah satu tahap dasar dari investigasi epidemiologi adalah menghitung jumlah orang
pada kejadian kesehatan tersebut. Namun demikian, sekedar penghitungan jumlah kasus saja
seringkali tidak cukup untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kita
menggunakan perhitungan risiko atau rate yang membandingkan kasus dengan populasi.
Pembahasan mengenai rate akan dijelaskan pada bagian “Pengukuran Kesehatan dan
Penyakit”. Selain masalah jumlah, pertanyaan “siapa” juga terkait dengan karakteristik dari
orang-orang tersebut. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki beberapa perbedaan ciri
baik yang melekat (misalnya jenis kelamin, ras, usia), yang didapat (contohnya gizi,
kekebalan), maupun berbeda dalam kondisi sosial ekonomi (misalnya pekerjaan, pendidikan,
tempat tinggal). Oleh karena, itu epidemiologi menjelaskan deskripsi dari variabel-variabel
“orang” tersebut.
c. Kapan
Seiring dengan berjalannya waktu kejadian penyakit dapat mengalami perubahan-
perubahan. Pembuatan gambaran kejadian penyakit dari waktu ke waktu akan membantu
dalam melihat tren dan mengevaluasi program atau kebijakan tertentu dengan mengetahui
apakah telah terjadi kenaikan atau penurunan kasus (Bailey et al., 2005). Beberapa penyakit,
misalnya, diketahui juga memiliki pola musiman, seperti penyakit influenza. Penyakit demam
berdarah dengue juga mengalami peningkatan pada musim hujan.
d. Dimana
Deskripsi mengenai tempat dari kejadian kesehatan tersebut merupakan hal yang juga
penting untuk menunjukkan adanya perbedaan geografis ataupun untuk melihat seberapa luas
perkembangan penyakit (Bailey et al., 2005).
e. Mengapa
Pertanyaan mengapa ini lebih terkait dengan penyebab dan faktor risiko penyakit.
Epidemiologi menghitung hubungan antara determinan- determinan dengan penyakit atau
kejadian terkait kesehatan. Metode-metode dan cara pengukuran risiko ini akan dibahas di
bagian-bagian berikutnya.
2. Model Penyebab Penyakit (Model Trias Epidemiologi dan Model Sufficient Cause
dan Component Cause)
Trias epidemiologi adalah model yang mencerminkan hubungan sebab akibat dalam
penyakit. Berikut ini gambaran dari trias epidemiologi tersebut:
DAFTAR PUSTAKA:
1. Nurbeti, Maftuhah.Konsep Dan Penerapan Epidemiologi (Dalam: Ilmu
Kesehatan Masyarakat Untuk Kompetensi Dokter Umum). FK UII. Yogyakarta, 2012.
2. Murti, Bishna. Pengantar Epidemiologi. FK Universitas Sebelas Maret Bagian
IKM. Solo.
BAB II
STATISTIK KESEHATAN
Konsep dasar
Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mengumpulkan, mengolah,
menganalisis data dan menyimpulkanya serta melakukan inferensi (ke populasi) bila hanya
sebagian data yang diperoleh (sampel). Biostatistik adalah cabang statistik dalam bidang ilmu
biologi dan medis.
Bahan baku statistik adalah data, sebagian menyederhanakan sebagai angka. Angka
adalah hasil dari pengukuran dan perhitungan. Data terdiri atas kumpulan angka. Setiap
angka tersebut dinamakan datum.
Data yang dibutuhkan untuk analisis statistik adalah data yang dapat digunakan untuk
menjawab pertanyaan (penelitian). Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber
seperti:
1. Catatan rutin, seperti catatan follow-up dokter, rekam medis, laporan keuangan, dan
sebagainya.
2. Survey, data yang tidak dapat diperoleh dari catatan rutin, harus dicari dengan survey.
Contoh untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Puskesmas, kita dapat
mengetahuinya dengan cara mengadakan survey terhadap pasien puskesmas.
3. Eksperimen yaitu data yang diperoleh setelah melakukan uji coba.
4. Sumber eksternal, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain, jurnal yang
dipublikasikan, textbook dan sebagainya.
Variabel adalah karakteristik yang diobservasi, yang berbeda pada tiap orang, tempat
atau sesuatu. Variabel diskrit tidak memiliki desimal. Contoh variabel diskrit adalah jumlah
jari tangan. Variabel kontinu mempunyai desimal, contohnya adalah tinggi badan anak
sekolah. Variabel kuantitatif adalah yang dapat dihitung, variabel kualitatif adalah yang tidak
dapat dihitung (seperti gender : laki-laki, perempuan). Variabel kualitatif biasanya merupakan
skala nominal.
Pengukuran dan Skala Pengukuran
Pengukuran bertujuan untuk memberikan ukuran angka pada sebuah objek. Terdapat
beberapa skala pengukuran, yaitu :
a) Skala nominal merupakan skala terendah, pengelompokan
individu/objek/respon/benda berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu dan
dikategorikan secara mutually eksklusive (tidak dapat beririsan). Contohnya pria-
wanita, anak-dewasa, menikah-belum menikah, islam-kristen-hindu, setuju-tidak setuju
dan lain sebagainya.
b) Skala ordinal memiliki ciri khas nominal dan kelompok tersebut disusun ranking
(order) dengan aturan tertentu. Contoh dibawah rata-rata, rata-rata, diatas rata-rata.
c) Skala interval tidak hanya dapat merangking, namun jarak diantara dua pengukuran
diketahui. Skala interval memiliki starting point dan terminating point . Contoh 1-5,6-
10,11-15, dan seterusnya.
d) Skala ratio merupakan skala pengukuran tertinggi (memiliki karakteristik nominal,
ordinal dan interval) ditambah tujuannya sendiri dan memiliki starting point yang tetap
seperti nol. Dapat digunakan dalam perhitungan matematis. Contoh, usia 40 tahun
adalah 2 kali lebih tua dari usia 20 tahun.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan hasil perhitungan sampel data yang dapat
menggambarkan kondisi data tersebut. Cara paling umum untuk statistik deskriptif adalah
tabel distribusi frekuensi, histogram, polygon frekuensi dan steam-leaf displays. Terdapat
ukuran central tendensi (mean, median, modus) dan ukuran dispersi/penyebaran (range,
varian, standar deviasi).
Mean adalah rata-rata dari hasil pengukuran, median adalah hasil pengukuran yang
berada di tengah (bila diurutkan dari kecil ke besar), dan modus adalah hasil pengukuran
yang paling sering muncul. Range adalah selisih hasil pengukuran terbesar dan terkecil.
Varian adalah jumlah kuadrat dari selisih hasil pengukuran dengan mean dibagi jumlah
sampel dikurangi 1, menunjukkan besarnya penyebaran relatif dengan nilai mean-nya.
Standar deviasi adalah akar dari varian, yang berguna untuk mengukur variasi dalam sebuah
set data.
Distribusi Normal
Sampel yang diambil dengan teknik yang baik akan merepresentasikan keadaan
populasi yang sesungguhnya. Hal ini mengurangi sampling error. Hasil perhitungan sampel
tersebut selalu membentuk distribusi kurva normal (Gaussian distribution), yaitu suatu
bentuk kurva distriusi frekuensi yang menyerupai bell (bell shape). Ciri-ciri distribusi normal
adalah :
1. Bentuknya simetris (seperti bayangan di cermin), dengan mean ditengahnya
2. Mean, median dan modus sama
3. Area under curve(AUC) kanan dan kiri mean seimbang (50%)
4. Wilayah AUC + 1 SD= 68%, + 2 SD=95%, + 3 SD= 99,7%.
5. Standar deviasi yang lebar akan membuat kurva normal menjadi lebih flat.
Dengan melihat hubungan nilai mean, median dan modus maka dapat menentukan
bentuk distribusi data, yaitu :
- Bila mean, median, modus sama maka distribusi data adalah normal
- Bila mean > median > modus maka distribusio data miring ke kanan
- Bila mean < median < modus maka distribusio data miring ke kiri
Menyajikan data
1. Tabel
Metode yang paling umum untuk mempresentasikan data adalah tabel. Tabel berguna
untuk menyajikan data yang besar dalam bagian yang kecil. Jenis tabel berdasar pada jumlah
variabelnya terdiri atas tabel univariat yang sering dikenal dengan tabel frekuensi, tabel
bivariat biasanya dalam bentuk cross tabulation, dan tabel mutivariat. Komponen tabel
adalah sebagai berikut :
a. Judul harus informatif,menggambarkan isinya. Penulisan variabel terikat terlebih
dahulu baru varuabel bebasnya. Penomoran tabel pada tulisan desertasi dimulai
dengan nomer bab-nya.
b. Stub/bagian vertical (Y-axis) memuat sub kategori dari variabel(terikat) yang
informasinya dijelaskan pada kolom-kolom di sebelah kanan.
c. Caption/ judul kolom, pada tabel univariat, judul kolom biasanya jumlah/persentase
responden. Jika bivariat, judul kolom memuat sub kategori variabel (X-axis).
d. Badan memuat data
e. Suplemen/footnotes, terletak di bawah tabel, merupakan keterangan tambahan
seperti sumber (bila menggunakan tabel dari sumber tenrtentu), keterangan umum,
keteragan bagian spesifik tabel, keterangan level of probability.
2. Grafik
Merupakan cara penyajian data yang lebih mudah difahami (informative dan
komunikatif) dan lebih menarik (attractive). Untuk data kategorikal dapat menggunakan
histogram, diagram batang dan pie chart. Untuk data kontinu, selain dapat menggunakan
histogram, diagram batang dan pie chart, juga dapat menggunakan diagram garis. Selain jenis
data, jumlah variabel juga menentukan grafik apa yang paling baik digunakan. Berikut ini
jenis-jenis grafik beserta kegunaannya:
a. Histogram
Adalah penyajian data kontinu interval, tinggi masing-masing kotak histogram
menunjukkan frekuensi/persentasenya. Sebelum membuat histogram, data terlebih dahulu
dikelompokkan dengan interval tertentu.
b. Diagram batang
Identik dengan histogram, namun antar batang terdapat spasi yang menunjukkan
bukan data kontinu (bisa kategorikal, baik nominal atau ordinal).
c. Frekuensi polygon
Frekuensi polygon didapatkan dengan cara menghubungkan nilai tengah masing-
masing histogram.
d. Diagram Stem-leaf
Merupakan cara lain untuk menyajikan data distribusi frekuensi. Masih nyaman bila
jumlah data tidak terlalu banyak (dapat mencapai digit 100 sampai 1000).
e. Pie Chart
Lingkaran pie yang mempunyai 360 derajat merupakan 100 persen data. Pembagian
derajat bergantung pada frekuensi/persentase masing-masing sub kategorik. Idealnya pie
chart digunakan untuk kategori yang tidak terlalu banyak. Pada data kontinu dapat
digunakan, hanya sebelumnya perlu dikelompokkan terlebih dahulu.
f. Diagram garis / kurva trend
Berguna untuk menyajikan data kontinu (skala interval atau ratio). Data long term,
dapat dilihat kecenderungan/trend sesuatu kejadian.
g. Diagram hambur(scattergram)
Tidak dapat digunakan pada variabel yang kategorik. Hanya pada data continue
(interval/ratio) dan memiliki dasar hipotesis kedua variabel berhubungan. Semakin teratur
letak hamburnya akan mendekati garis tertentu , maka kedua variabel memiliki hubungan
yang linear.
h. Blox plot
Adalah salah satu penyajian data distribusi frekuensi berdasarkan ukuran kuartil.
Batas bawah box adalah kuartil1 (Q1), batas atas box adlah kuartil 3 (Q3), garis tengah
box adalah median (Q2). Garis paling bawah adalah hasil pengukuran terendah, garis
paling tinggi adalah hasil pengukuran tertinggi.
Statistik Inferensi
Statistik inferensi adalah prosedur pengambilan simpulan dari sebuah populasi
berdasarkan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk dapat melakukan inferensi,
diperlukan uji statistik yang akan menguji hipotesis penelitian. Berikut ini adalah tabel yang
merangkum uji statistik yang digunakan berdasarkan jumlah dan sifat variabel bebas dan
variabel terikatnya. Metode statistik untuk menarik kesimpulan tentang parameter populasi
menggunakan statistik sampel:
1.Uji hipotesis – menguji signifikansi statistik tentang beda/ hubungan/ pengaruh variabel
Apakah pemberian probiotik mempercepat episode diare pada balita dengan signfikan
secara statistik?
Apakah penggunaan telepon seluler > 10 tahun berhubungan dengan peningikatan
risiko neuroma otak dengan signifikan secara statistik?
2.Estimasi (penaksiran) – menaksir besarnya beda/ kekuatan hubungan/ pengaruh variabel
•Berapa hari lebih pendek episode diare pada balita yang diberi probiotik?
•Berapa besar peningkatan risiko neuroma otak pada pengguna telepon seluler >10 tahun?
•Pada usia 35 tahun, berapa probabilitas perokok untuk bisa melangsungkan hidup sampai
usia 70 tahun?
Statistik parametrik
prosedur pengujian hipotesis dan estimasi dengan menggunakan parameter mean dan
asumsi normalitas distribusi frekuensi. Contoh: Uji t, F (Anova)
Statistika non-parametrik
Prosedur pengujian hipotesis dan estimasi tanpa menggunakan parameter mean
maupun asumsi normalitas distribusi frekuensi (distribution-free statistics), seperti: Uji Chi
Kuadrat, Mann-Whitney, Wilcoxon, Kruskal-Wallis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jamil, Nur Aisyah. Statistik Kesehatan. FK UII Bagian IKM. Yogyakarta, 2007
2. Murti, Bishma. Pengantar Biostatistik. FK Universitas Sebelas Maret. Solo,
BAB III
ADMINISTRASI KESEHATAN
Administrasi kesehatan
Administrasi berasal dari kata administrare (Latin: ad = pada, ministrare = melayani
atau menyelenggarakan). Jadi, jika dilihat dari asal katanya administrasi berarti memberikan
pelayanan kepada. Administrasi adalah proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
(Sondang. P Siagian). Unsur yang membentuk administrasi, yaitu : dua orang atau lebih,
tujuan yang hendak dicapai, tugas-tugas yang harus dilaksanakan, serta peralatan untuk
menyelesaikan tugas (Siagian, 1990).
Administrasi kesehatan adalah suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian terhadap
sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan, perawatan kedokteran, serta lingkungan yang sehat dengan jalan
menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada
perseorangan, keluarga, ataupun masyarakat.
Hubungan administrasi dan administrasi kesehatan yaitu masing-masing memiliki
langkah-langkah atau upaya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Administrasi kesehatan tidak lain adalah administrasi sendiri yang diterapkan
pada upaya kesehatan demi terciptanya suatu keadaan sehat. Sebagaimana dalam administrasi
kesehatan berupaya menyediakan atau menyelenggarakan upaya kesehatan sedemikian rupa
sehingga dengan input yang kecil (sumber, tata cara dan kesanggupan) dapat menghasilkan
output yang sebesar-besarnya yaitu terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan akan kesehatan dan
memberikan dampak yang positif bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Menurut George R. Tery administrasi kesehatanadalah Upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan mempergunakan orang lain. Menuut Social Science Encylopedia
Suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat dilaksanakan dan diawasi.
Unsur Pokok Administrasi Kesehatan
Jika diperhatikan batasan administrasi kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas,
segera terlihat bahwa dalam batasan tersebut dikemukakan setidak-tidaknya 5 unsur pokok
yang peranannya amat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan
administrasi kesehatan. Kelima unsur pokok yang dimaksud ialah masukan (input), proses
(process), keluaran (output), sasaran (target), serta dampak (impac). (Azwar Azrul,1993).
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input), dalam administrasi adalah segala sesuatu
yang dibutuhkanuntuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Masukan ini dikenal pula
dapat melaksanakan pekerjaan administrasi (tools of administration). Masukan dan/atau
perangkat administrasi tersebut banyak macamnya.
Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :
a) Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat
Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat memebedakan masukan
dan/atau perangkat administrasi atas tiga macam, yaitu :
1. Sumber
Yang dimaksud dengan sumber (resources) adalah segala sesuatu untuk menghasilkan
barang atau jasa. Sumber ini secara umum dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :
Sumber Tenaga, Sumber Modal, Sumber Alamiah.
2. Tata Cara
Yang dimaksud tentang cara (procedures) adalah berbagai kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran yang dimiliki dan yang diterapkan. (Azwar Azrul,1993)
3. Kesanggupan
Yang dimaksud dengan kesanggupan (capity) adalah kaedaan fisik, mental dan
biologis tenaga pelaksana. Sacara umum bahwa kesanggupan tenaga pelaksana dari
Negara yang telah maju lebih tinggi dari pada Negara yang lebih maju lebih tinggi
dari pada tenaga pelaksana dari tenaga pelaksana dari Negara yang masih terbelakang.
Mudah dipahami karena memanglah keadaan kesehatan serta keadaan gizi
masyarakat dinegara yang telah maju, jauh lebih baik dari pada Negara yang masih
terbelakang.( Azwar Azrul,1993)
Koontz dan Donnels membedakan masukan dan/atau perangkat administrasi atas
empat macam, yakni manusia (man), modal (capital), manajerial (managerial) dan
teknologi (technology).( Azwar Azrul,1993)
Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat ialah yang disebut sebagai 4M,
yakni manusia,(man), uang(money), sarana (material), dan metode (methodh) untuk
organisasi yang tidak mencari keuntungan serta 6M, yakni manusia (man), uang
(money), sarana (material), metode (metodh), pasar (market) serta mesin (machianery)
untuk organisasi yang mencari keuntungan.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses (process) dalam administrasi adalah langkah-langkah
yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini dikenal dengan nama fungsi
administrasi (function of administration). Pada umumnya proses dan ataupun fungsi
administrasi ini merupakan tanggung jawab pimpinan.( Azwar Azrul,1993)
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka pembagian fungsi
administrasi makin banyak pula. Berbagai pembagian tersebut, meskipun bervariasi, namun
jika dikaji secara mendalam pada dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti.
( Azwar Azrul,1993)
Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai fungsi administrasi
ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :
·Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran belanja.
·Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan staf.
·Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan.
·Penilaian (evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan. (Azwar Azwar,1993)
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu pekerjaan
administrasi. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama
pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini pelayanan kesehatan tersebut banyak
macamnya, secara umum dapat dibedakan atas 2 macam.
1) Pelayanan kedokteran (medical sevices)
2) Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services).
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa keluaran yang
dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk administrasi kesehatan sasaran
yang dimaksudkan disini dibedakan atas 4 macam, yakni perseorangan, keluarga , kelompok
dan masyarakat. Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat
sasaran tidak langsung (indirect group target). ( Azwar Azrul,1993)
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh keluaran, untuk
administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah makin meningkatnya derjat
kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan
tuntutan perseorangan, keluarga dan kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan,
pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan
ini adalh sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer).
a) Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan ‘perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat objektif, maka
munculnya kebutuhan kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan nyata yang
ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu penyakit sebagaimana
dikemukakan oleh Gordon dan LE Richt 1950 sangat ditentukann oleh faktor utama, yakni:
pejamu (host), penyebab penyakit (agent) serta lingkungan (environment), maka dalam upaya
menemukan kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah ditujukan kepada ketiga faktor tersebut.
(Azwar Azrul,1993)
b) Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande) pada dasarnya
bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan kasehatan tersebut hanya bersifat
fakultatif, dengan perkataan ini terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau tidaknya
kehendak untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena tuntutan kesehatan bersifat subjektif,
maka munculnya tuntutan kesehatan tersebut dipengariuhi oleh faktor-faltor bersifat sujektif
pula.( Azwar Azrul,1993)
Ruang Lingkup Administrasi Kesehatan
Jika dikaji secara mendalam batasan administrasi kesehatan sebagaiman yang telah
dirumuskan oleh Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun 1974,
segera terlihat bahwa ruang lingkup administrasi kesehatan mencakup bidang yang amat luas
yang jika disederhanakan dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1. Kegiatan Administrasi
Telah disebutkan bahwa melaksanakan semua fungsi administrasi sama artinya dengan
melaksanakan semua fungsi administrasi dengan pengertian seperti ini menjadi jelas bahwa
kegiatan utama yang dilakukan pada aministrasi itu sendiri mulai dari fungsi perncanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan fungsi pengawasan (Terry).
Karena kegiatan utama administrasi adalah melaksanakan semua fungsi administrasi maka
jelas pula bahwa melaksanakan pekerjaan tata usaha. Pekerjaan administrasi bukan sekedar
mengetik, mengagenda dan ataupun menyimpan arsip surat menyurat (office work) yang
merupakan pekerjaan pokok seorang usaha.( Azwar Azrul,1993)
2. Objek dan Subjek Administrasi
Telah disebutkan bahwa objek dan subjek administrasi kesehatan adalah sistem kesehatan
yang berarti dapat menyelenggarakan administrasi kesehatan perlu dipahami dahulu apa yang
dimaksud dengan sistem kesehatan. Pengertian tentang sistem kesehatan banyak macamnya,
menjabarkan batasan sebagaiman yang dirumuskan oleh WHO (1984), yang dimaksud
dengan sistem kesehatan tidak lain adalah suatu kumpulan dari berbagai faktor yang
kompleks dan saling berhubungan yang terdapat pada suatu Negara dan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, serta
masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.
Sistem kesehatan itu sendiri mencakup hal yang amat luas sekali. Jika
disederhanankan dapat dibedakan atas dua subsistem, pertama subsistem pelayanan
kesehatan, kedua subsistem pembiayaan kesehatan. Untuk dapat terselenggaranya upaya
kesehatan yang baik, kedua subsistem ini perlu ditata dengan sebaik-baiknya.( Azwar
Azrul,1993)
Ruang lingkup administrasi kebijakan kesehatan secara umum meliputi :
1. Kebijakan kesehatan (health policy)
Kebijakan kesehatan membahas tentang penggarisan kebijaksanaan pengambilan keputusan,
kepemimpinan, public relation, penggerakan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
program – program kesehatan.
2. Hukum Kesehatan (health law)
Hukum kesehatan membahas tentang peraturan atau perundangan di bidang kesehatan
meliputi : undang – undang kesehatan, hospital by law, informed consent, dan sebagainya.
3. Ekonomi kesehatan (health economic)
Ekonomi kesehatan membahas tentang konsep pembiayaan kesehatan, asuransi kesehatan,
analisis biaya, dan sebagainya.
4. Manajemen tenaga kesehatan (health man power)
Manajemen tenaga kesehatan membahas tentang perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan,
motivasi tenaga kesehatan, kinerja tenaga kesehatan , dan sebagainya.
5. Administrasi rumah sakit (hospital administration)
Administrasi rumah sakit membahas tentang organisasi dan manajemen rumah sakit,
manajemen SDM rumah sakit, manajemen keuangan rumah sakit, manajemen logistic, dan
sebagainya.
Manfaat Administrasi Kesehatan
Jika diperhatikan batasan administrasi kesehatan sebagaimana yang telah dirumuskan
oleh Komisi Pendididkan Administrasi Kesehatan 1947 segera terlihat manfaat yang
diperoleh dari diterapkannya administrasi kesehatan secara umum dibedakan atas 3 macam,
yaitu:
1. Dapat dikelola sumber, tata cara, dan kesanggupan secara efektif dan efissien
Administrasi kesehatan jelas dapt menyajikan penhelolaan yang dimaksud karena memang
dalam melaksanakan pekerjaan administrasi kesehatan dikenal dengan adanya antara lain
fungsi perencanaan yang dapat mengatur pemanfaatan sumber, tata cara, dan kesanggupan
secara efektif dan efisien. Sesungguhnya masalah efektif dan efisien ini telah sejak lama
menjadi pusat perhatian para ahli administrasi. Setidaknya pada abad-18 ketika berlangsung
revolusi industri di Inggris upaya ini diwujudkan dengan memperkenalkan falsafah
administrasi baru dari job centered menjadi human centered serta dari orientasi efektivitas
menjadi orientasi efektivitas dan efisien hal yang sama juga diperoleh Frederick Winslow
Taylor (dikenal sebagai bapak gerakan administrasi ilmiah) serta Hendry Fayol (dikenal
sebagai bapak teori admnistrasi modern). Setelah Taylor melakukan penelitian berjudul Time
and Motion Study dan kemudian dipublikasikan dalam bukunya yang terkenal The Principle
Of Scientific Management, berhasil merumuskan pendapatnya bahwa efektivitas dan efisien
erat hubunganannya dengan penggunaan waktu dengan kegiatan yang tidak produktif
sedangkan Fayol membahas masalah efektivitas dan efisien ini melalui pengkajian terhadap
kemampuan pemimpin. Kajian tersebut kemudian dituliskan dalam bukunya yang terkenal
General and Industrial Management.( Azwar Azrul,1993)
2.Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan sesuai mengenal kebutuhan
dan tuntutan
Dalam melaksanakan administrasi kesehatan. Setiap upaya kesehatan yang
dilaksanakan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan tuntutan tersebut agar kebutuhan
dan tuntutan yang seperti ini dapat dipenuhi, tentu diperlukan keterampilan unutk
menentukan kebutuhan dan tuntutan itu sendiri. Disini menjadi penting peranana administrasi
kesehatan, karena dengan diterapkannya administrasi kesehatan tersebut akan dapat diketahui
dengan tepat berbagai kebutuhan dan tuntutan yang terdapat dalam masyarakat.( Azwar
Azrul,1993)
3.Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaik-baiknya karena upaya
kesehatan dapat mengatur pemanfaatan sumber, tata cara, dan kesanggupan yang dimiliki
dengan baik, serta dapat menetukan kebutuhan dan tuntutan dengan tepat, maka dapat
diharapkan tersedia dan terselenggaranya upaya kesehatan yang sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hubungan Administrasi, Administrasi Kesehatan, Organisasi, Dan Manajemen
(http://arinifitri07.blogspot.com/2013/01/hubungan-administrasi-kesehatan.html)
2. Hetty Ismainar. Konsep Administrasi Kesehatan Masyarakat
(
http://elearning.htp.ac.id/courses/PK210/document/P_2.1.KONSEPADMINISTRASI
KESEHATANMASYARAKAT.pdf?cidReq=PK210)
BAB IV
KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN PENDEKATAN KESEHATAN
A. Pengertian Komunikasi Penyuluhan
Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat
untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut, dapat diartikan bahwa
penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan penerangan atau pun penjelasan kepada mereka
yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.
Claar et al. Membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan
pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan
sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating)
dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.
Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang
dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan
merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan
berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga
merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka
pengetahuan, informasi informasi, dan kemampuan-kemampuan baru agar mereka dapat
membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.
Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal dalam
rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan.
Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti:
gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang memprakarsai perubahan
masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota
masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari
kegiatan penuluhan tersebut.
Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah
amat penting Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain,
yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:
1. Masalah yang dihadapi
2. Siapa yang akan disuluh
3. Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.
4. Pengembangan pesan
5. Metoda atau saluran yang digunakan
6. Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan
kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 7-11).
B. Falsafah Penyuluhan
Pengertian falsafah ialah sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan pemikiran
yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan
dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada pentingnya pengembangan individu
dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada 3 hal penting yang harus
diperhatikan sehubungan dengan falsafah penyuluhan tersebut.
1. Penyuluhan harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat.
2. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus mampu mendorong
kemandirian.
3. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat.
4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia sebagai
individu, kelompok, dan masyarakat umumnya.
C. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan:
Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:
1) Pendekatan Perorangan
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani,
hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena
memakan banyak waktu.
2) Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari
transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalama antar sasaran
penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih
menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi
kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para
anggotanya.
3) Pendekatan Massal
Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat
mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku.
Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif
saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.
Media Penyuluhan
Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai
perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga
pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media
atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur,
poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film)
dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).
Materi penyuluhan
Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan
penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat symbol
verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya
Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna
(gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan
(verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan
sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapai oleh sasaran penyuluhan.
Waktu dan Tempat Penyuluhan
Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi
masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan
dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan
sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18687/4/Chapter%20II.pdf
BAB V
KESEHATAN KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer.
Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang
artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan
kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama
mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain
mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan
tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu
terapan (applied science).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah
dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk)
terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi.
Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan
ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan
yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 )
1 Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya selalu
dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka (accident) atau nyaris
celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan
maupun sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara dan
pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007). Menurut Bennett
N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan keselamatan merupakan suatu
usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak Keselamatan dan kesehatan kerja
dewasa ini merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah
tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja.
Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’, dapat dipandang
mempunyai dua sisi pengertian.
Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program
yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun
kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya
dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 )
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139) menyatakan keselamatan
merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang
dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit
yang mungkin akan timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat Leon C
Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah keselamatan
mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan dan resiko kesehatan. Dalam kepegawaian,
kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman
atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan
merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan
aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan,
dan pendengaran.
Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik
dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Dari definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya
kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi
ini tercapai di tempat kerja maka diperlukan adanya keselamatan kerja.
Keselamatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Purnama, 2010). Keselamatan kerja adalah
faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat berjalan dengan lancar. Dengan situasi
yang aman dan selamat, para pekerja akan bekerja secara maksimal dan semangat.
Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan di tempat kerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,
peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja (Simanjuntak, 1994). Menurut Suma’mur pada
tahun 1993 keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara
cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001 Suma’mur memperbaharui pengertian
dari keselamatan kerja yaitu rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman
dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian di atas hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh
Mangkunegara (2002), bahwa secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu
dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan
guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan
dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan Alat Pelindung Diri
(APD), perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi. Slamet (2012) juga
mendefinisikan tentang keselamatan kerja. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai
keadaan terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan
kerja merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan lama bekerja, karena tidak yang
menginginkan terjadinya kecelakaan di dunia ini. Keselamatan kerja sangat bergantung pada
jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d)Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti
pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap
kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan.
Kesehatan Kerja
Selain faktor keselamatan , hal penting yang juga harus diperhatikan oleh manusia
pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor kesehatan. Kesehatan
berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak hanya berarti terbebasnya
seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat secara fisik, mental
dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan
pengertian sejahtera (well-being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
pendekatan praktis juga berupaya mempelajari faktorfaktor yang dapat menyebabkan
manusia menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau
pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi lebih sehat
(Mily, 2009). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwa
pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan
dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Pada tahun 1986, WHO, dalam
Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah
“sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep
positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Menurut
Undang- Undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang – Undang No 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan
semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh
sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi
siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan
lainnya bagi usia lanjut.
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB I pasal 2,
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial,
dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Selain pendapat
diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kesehatan yaitu Parkins (1938)
mendefinisikan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk
dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Hal yang sama
diutarakan oleh sedangkan Pepkin’s (1978) menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan
keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang dapat mengadakan
penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977)
menjelaskan bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda – tanda suatu penyakit dan kelainan.
Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatain karena pekerja adalah penggerak atau
aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan sehat agar tidak
mengganggu proses kerja seperti pernyataan ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah
suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental
dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan diantara pekerja yang disebabkan olehkondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas
fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya.
Suma’mur (1976) memberikan definisi kesehatan kerja sebagai : “Spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya, baik fisik atau mental maupun
sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
terhadap penyakit-penyakit umum”.
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun
sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan
dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan
sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI
No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan
jasmani, rohani, dan kemasyarakatan (Slamet, 2012).
Mia (2011) menyatakan bahwa kesehatan kerja disamping mempelajari faktorfaktor
pada pekerjaan yang dapat mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja
(occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan dengan pekerjaannya (work
related disease) juga berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk
pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan kesehatan (health promotion)
pada manusia pekerja tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB%20II_fero.pdf
BAB VI
AKREDITASI PUSKESMAS
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) merupakan Unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai sarana pelayanan kesehatan (perorangan dan
masyarakat) strata pertama, maka Puskemas merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas
Kesehatan yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan
kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam menjalankan sistem organisasi dan fungsinya, Puskesmas
melaksanakan Upaya Kesehatan sebagaimana yang terdapat di dalam Keputusan Menteri
Kesehatan R.I No. 128/MENKES/SK/II/2004. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bisa
menjawab permasalahan kesehatan dan kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya. Apa yang
dimaksud dengan Akreditasi adalah Suatu Penilaian Kinerja Puskesmas yg meliputi 7
kelompok kerja yaitu Pokja Pelayanan Medik, Pokja Administrasi dan Manajemen, Program
Promosi Kesehatan, Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit, Program Kesehatan
Lingkungan, Program Gizi, dan Program Kesehatan Keluarga.
Melalui pengertian diatas maka Akreditasi Puskesmasa bertujuan:
1. Memastikan sistem tercapai tujuannya/ sesuai dengan tujuan
2. Melakukan konfirmasi sistem dengan kebutuhan klien
3. Mengidentifikasi kesenjangan sistem
4. Mengidentifikasi kemungkinan masalah mutu
5. Identifikasi peluang untuk perbaikan mutu
6. Verifikasi tindakan korektif yang ada sudah efektif
7. Mendorong organisasi untuk tingkatkan kinerja
DaftarPustaka: http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=219:pertemuan-koordinasi-pusat-daerah-
penyelenggaraan-pelayanan-kesehatan-dasar-di-puskesmas
Recommended