View
228
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
UJI TOKSISITAS BIOINSEKTISIDA EKSTRAK METANOL BUAH BINTARO
(Cerbera odollam L.)TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)
PADA PAKAN DAUN TOMAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh :
Silvia Gokok
NIM : 131434058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI TOKSISITAS BIOINSEKTISIDA EKSTRAK METANOL BUAH BINTARO
(Cerbera odollam L.)TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera
litura) PADA PAKAN DAUN TOMAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Disusun oleh :
Silvia Gokok
NIM : 131434058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Persembahan
Yeremia 17 : 7
“ Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh
harapannya pada TUHAN”
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yang Maha Esa
Kedua orang tua saya: Bapak Andreas dan Ibu Elizabeth
Dosen Pembimbing
Kakak dan Adik saya
Sahabat dan Teman-teman yang selalu mendukung
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karuni-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Uji Toksisitas Ekstrak Metanol Buah Bintaro (Cerbera odollam L.) terhadap
Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada Pakan Daun Tomat”. Skripsi ini
disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya, khususnya kepada :
1. Orang tua saya Bapak Andreas dan Ibu Elizabeth atas segala pengorbanan,
doa serta dukungan yang telah diberikan.
2. Kakak dan Adik saya Sisilia dan Rafael yang telah memberikan semangat dan
doa
3. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
4. Ibu Puspita Ratna Susilawati, M.Sc. selaku dosen Pembimbing
5. Bapak Ibu Dosen serta seluruh staf pada Program Pendidikan BIologi Sanata
Dharma Yogyakarta
6. Emi, April, Desi, Ajeng, Sonya, Alola, Yuna, Maria, Nisa, Pak Slamet yang
telah membantu dan menemani selama penelitian serta memberikan dukungan
doa
7. Teman-teman mahasiswa pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
angkatan 2013 atas kerja sama dan bantuanya, serta semua pihak yang tidak
dapat disebutka satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari pembaca di terima terbuka demi perbaikan skripsi ini sehingga
menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
UJI TOKSISITAS BIOINSEKTISIDA EKSTRAK METANOL BUAH
BINTARO (Cerbera odollam L.)TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK
(Spodoptera litura) PADA PAKAN DAUN TOMAT
Silvia Gokok
131434058
Abstrak
Buah bintaro merupakan salah satu tumbuhan tahunan yang banyak
digunakan sebagai penghias kota, penghijauan, pestisida nabati dan bahan baku
kerajinan tangan. Bintaro termasuk ke dalam familiApocynaceae yang memiliki ciri
akan mengeluarkan getah jika dilukai. Bintaro merupakan tumbuhan berbahaya
karena mengandung cerberinterutama pada bagian buah yang termasuk dalam
golongan alkaloid dan flavonoid yang bersifat toksik. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pengaplikasian bioinsektisida ekstrak methanol buah bintaro
terhadap mortalitas S. litura dan mencari nilai LC50-96 jambioinsektisidaekstrak
metanol buah bintaro terhadap S. litura.
Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk mendapatkan ekstrak
buah bintaro dengan menngunakan metanol sebagai pelarutnya dengan perbandingan
1:2, dan metode pencelupan daun sebagai cara pengaplikasian ekstrak buah bintaro.
Konsentrasi ekstrak buah bintaro yang digunakan adalah 0%, 1%, 1,5%, 2% dan
2,5%, dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Parameter yang diamati yaitu siklus
hidup dan mortalitas S. litura. Data dianalisis menggunakan uji regresi linier untuk
mencari nilai LC50-96 jam.
Hasil penelitian, yang diperoleh yaitu ekstrak metanol buah bntaro
memberikan efek terhadap mortalitas Spodoptera litura. Semakin tinggi konsentrasi
yang digunakan maka semakin tinggi pula mortalitas Spodoptera litura. Nilai LC50-96
jam bioinsektisida ekstrak methanol buah bintaro terhadap mortalitas ulat grayak yaitu
1,31%.
Kata kunci : toksisitas, bionsektisida, ekstrak metanol, buah bintaro, ulat grayak
(Spodoptera litura), LC50-96 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
BIOINSECTICIDE TOXICITY TEST OF BINTARO FRUIT (Cerbera
odollam)METHANOL EXTRACT TOWARD GRAYAK CATERPILLAR
(Spodoptera litura) MORTALITY ON TOMATO LEAF FEED
Silvia Gokok
131434058
Abstract
Bintaro fruit is one of the annual plants are widely used as a plant decorative
city, greening, vegetable pesticide and raw materials handicraft. Bintaro including to
the Apocynaceae family which has the characteristic of issue sap if injured. Bintaro is
a hazardous plant becausecontains cerberin especiallyon the fruit that belongs to the
toxic alkaloid and flavonoid group. The purpose of this study were to analysis the
bioinsecticide toxicity of bintaro fruit methanol extract toward S. litura mortality and
to find the LC50-96 jam value of bintaro fruit methanol extract toward S. litura.
Research use the maceration method to obtain bintaro fruit extract by using
methanol as a solvent with ratio of 1 : 2, and leaf immersion method as a way to
apply bintaro fruit extract. The concentration of bintaro fruit extract used were 0%,
1%, 1,5%, 2% and 2,5%, with three times repetition. Parameters observed were life
cycle andmortality of Spodoptera litura. Data were analyzed using literature
regression test to find LC50-96 jam value.
The result of this research was found that bintaro fruit methanol extract
showed the effect toward S. litura mortality. The higher the concentration of the
extract could improve the S. litura mortality. The LC50-96 jam value of methanol extract
on Spodoptera litura mortality was 1,31%.
Keywords: toxicity, bioinsecticide, methanol extract, bintaro fruit, grayak caterpillar
(Spodoptera litura), LC50-96 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv
PERYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................................. v
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 8
A. Bintaro ....................................................................................................................... 8
1. Morfologi Tumbuhan .......................................................................................... 8
2. Kandungan Zat Kimia ......................................................................................... 11
3. Bagian Tanaman yang Dimanfaatkan ................................................................. 14
B. Pestisida .................................................................................................................... 15
C. Ulat Grayak ............................................................................................................... 18
1. Sistematika Ulat Grayak .................................................................................... 18
2. Ulat Grayak ........................................................................................................ 18
3. Tanaman Inang ................................................................................................... 20
4. Gejala Serangga ................................................................................................. 21
5. Pengendalian Hama ............................................................................................ 22
D. LC50 ...................................................................................................................................................................................... 23
E. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................................. 25
F. Kerangka Berpikir ..................................................................................................... 28
G. Hipotesis .................................................................................................................... 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB III : METODE PENELITIAN ..................................................................................... 30
A. Jenis Penelitian .......................................................................................................... 30
B. Batasan Penelitian ..................................................................................................... 30
C. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................................... 31
1. Bahan Penelitian.................................................................................................. 31
2. Alat Penelitian ..................................................................................................... 32
D. Cara Kerja Penelitian ................................................................................................ 32
1. Perbanyakan dan Pemeliharaan Larva S. litura .................................................. 32
2. Pembuatan Ekstrak Buah Bintaro ....................................................................... 34
3. Uji Fitokimia Senyawa Alkaloid dan Flavonoid ................................................ 35
4. Aplikasi Ekstrak Buah Bintaro pada Ulat Grayak .............................................. 37
E. Parameter Pengamatan .............................................................................................. 39
F. Metode Analisis Data ................................................................................................ 39
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 41
A. Uji Fitokimia Senyawa Alkaloid dan Flavonoid pada Ekstrak Metanol Buah
Bintaro ....................................................................................................................... 41
B. Siklus Hidup Ulat Grayak ......................................................................................... 43
C. Mortalitas Ulat Grayak .............................................................................................. 46
D. Hambatan, Kendala dan Keterbatasan Penelitian ..................................................... 59
BAB V : APLIKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN .......... 61
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 63
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 63
B. Saran .......................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Mortalitas rayap kayu kering pada perlakuan ekstrak bintaro ............................ 14
Tabel 2.2 : Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................................ 25
Tabel 4.1 : Kandungan alkaloid dan flavonoid dalam ekstrak methanol buah bintaro ......... 41
Tabel 4.2: Jumlah mortalitas ulat S. litura dengan pemberian ekstrak buah bintaro ............ 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Pohon Bintaro ................................................................................................. 8
Gambar 2.2 : Buah Bintaro ................................................................................................... 9
Gambar 2.4 :
A. Daging Buah Bintaro ................................................................................................ 10
B. Biji Buah Bintaro .................................................................................................... 10
Gambar 2.3 : Daun Bintaro ................................................................................................... 11
Gambar 2.5: Ulat Grayak ...................................................................................................... 18
Gambar 2.6 : Diagram Kerangka Berpikir ............................................................................ 29
Gambar 3.1 :
A. Ulat grayak diambil di persawahan tanaman tomat .................................................. 32
B. Toples Pemeliharaan Ulat Grayak ............................................................................ 32
Gambar 3.2 : Larva Instar 3 Ulat Grayak .............................................................................. 33
Gambar 3.3:
A. Buah Bintaro yang digunakan ................................................................................... 35
B. Buah Bintaro dalam Bentuk Simplisia ...................................................................... 35
C. Ekstrak Buah Bintaro ................................................................................................ 35
Gambar 3.4:
A. Ekstrak Buah Bintaro yang telag dilarutkan ............................................................. 38
B. Daun Tomat Sebagai Pakan Ulat Grayak.................................................................. 38
Gambar 4.1 : Siklus Hidup Ulat Grayak ............................................................................... 43
Gambar 4.2 : Siklus Hidup Larva Instar satu sampai lima ................................................... 45
Gambar 4.3 : Analisis LC50 Ekstrak Buah Bintaro terhadap Ulat Grayak .......................... 51
Gambar 4.4 : Larva Ulat Grayak yang telah mati ................................................................ 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus Mata Pelajaran Biologi ........................................................................ 69
Lampiran 2: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...................................................... 77
Lampiran 3: Media Gambar Pembelajaran ........................................................................... 88
Lampiran 4: Lembar Kerja Siswa Cabang Ilmu Biologi dan Manfaatnya............................ 89
Lampiran 5: Lembar Kerja Siswa Metode Ilmiah................................................................. 90
Lampiran 6: Jurnal Ilmiah ..................................................................................................... 93
Lampiran 7: Kisi-kisi Soal Ruang Lingkup Biologi ............................................................. 95
Lampiran 8: Soal Evaluasi Cabang Ilmu Biologi dan Manfaatnya....................................... 96
Lampiran 9: Panduan Skoring Soal Evaluasi Cabang Ilmu Biologi dan Manfaatnya ......... 104
Lampiran 10: Kunci Jawaban Soal Evaluasi Cabang Ilmu Biologi dan Manfaatnya ........... 105
Lampiran 11: Soal Evaluasi Metode Ilmiah ......................................................................... 106
Lampiran 12: Panduan Skoring SoalEvaluasi Metode Ilmiah .............................................. 107
Lampiran 13: Rubrik Penilaian SoalEvaluasi Metode Ilmiah ............................................... 108
Lampiran 14: Kunci Jawaban Soal Evaluasi Metode Ilmiah ................................................ 109
Lampiran 15: Lembar dan Rubrik Penilaian Presentasi Kelompok ...................................... 111
Lampiran 16: Lembar dan Rubrik Penilaian Portofolio ........................................................ 114
Lampiran 17: Mortalitas Ulat Grayak selama 4 hari ............................................................. 118
Lampiran 18 : Data Pakan selama 4 hari .............................................................................. 118
Lampiran 19 : Hasil Uji Senyawa Alkaloid dan Flavonoid ................................................. 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan hama dapat menjadi sebuah masalah dalam melakukan usaha
untuk meningkatkan kualitas produk pangan (Leatemi, dkk. 2011). Salah satu
hama yang cukup berbahaya dan sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu
tanaman adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat grayak merupakan hama
yang merugikan karena dapat memakan semua bagian daun dengan waktu yang
cepat. Ulat grayak bersifat polifag (makan semua bagian daun) yang dapat
menyerang semua bagian daun pada tanaman berdaun lunak seperti tanaman
tomat, cabai, kubis, brokoli dan hanya meninggalkan tulang daun pada
tanaman tersebut. Ulat grayak sering mengakibatkan penurunan produktivitas
bahkan hingga kegagalan panen suatu tanaman karena menyebabkan daun
menjadi terpotong-potong, robek dan berlubang. Serangan ulat grayak ini
pernah terjadi di daerah Bantul yang menyerang ratusan hektar tanaman cabai.
Ulat grayak menyerang semua tanaman cabai, hingga menyebabkan sekitar
30-40% daun yang terdapat di tubuh tanaman cabai berlubang dan mulai
mengering. Hal ini membuat para petani khawatir karena jumlah panenan cabai
mengalami penurunan yang signifikan dan yang paling penting petani
mengalami kerugian materi yang besar (Linangkung, 2015).
Ulat grayak merupakan hama yang tidak mudah untuk diketahui atau
diidentifikasi keberadaannya pada suatu tanaman. Hal ini karena ulat grayak
tersebut hanya aktif di malam hari dan tidak tampak bila pada siang hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Umumnya ulat grayak ini akan bersembunyi di tempat-tempat yang teduh
seperti di bawah batang dekat leher akar. Pada malam hari, ulat grayak baru
akan bekerja menyerang dan memakan daun pada tanaman inangnya. Biasanya
keberadaan ulat grayak dalam menyerang suatu tanaman adalah bergerombol
atau dalam jumlah banyak (Marwoto dan Suharsono, 2008).
Salah satu cara pengendalian ulat grayak yang sudah umum dilakukan
adalah dengan menggunakan insektisida yang berasal dari senyawa kimia
sintesis. Menurut Sulistiyono (2004), pengunaan insektisida yang dilakukan
oleh petani hortikultural pada umumnya tidak lagi mengindahkan aturan dosis
atau konsentrasi yang dianjurkan. Penggunaan insektisida sintentik telah
menimbulkan dampak ekologis yang sangat serius. Dampak ekologis yang
ditimbulkan antara lain adalah timbulnya resurgensi hama, ledakan hama
sekunder, matinya musuh alami dan timbulnya resistensi hama utama. Salah
satu kerusakan ekologis terjadi di Lembang, Jawa Barat, yaitu kondisi tanah
telah tercemar dan rusak karena penggunaan insektisida sintentik yang cukup
sering dan dalam waktu lama. Hal ini menyebabkan tanah di daerah Lembang
mengandung residu organoklorin yang cukup tinggi, sehingga dapat
menurunkan populasi hewan tanah, menyebabkan tanah menjadi tidak subur
dan rusak. Selain itu insektisida sintentik akan mencemari hasil panen yang
bila dikonsumsi oleh manusia dalam jangka waktu lama dan terus-menurus
maka akan menyebabkan karsinogenik hingga yang paling parah dapat
menyebabkan kematian (Rimantho, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Pemilihan insektisida yang digunakan harus lebih diperhatikan lagi.
Apabila masih tetap memerlukan insektisida sebagai pengendali hama maka
dapat dipilih insektisida yang berasal dari bahan-bahan yang ramah
lingkungan. Bioinsektisida merupakan salah satu solusi ramah lingkungan
dalam rangka menekan dampak negatif akibat penggunaan insektisida sintentik
yang berlebihan. Saat ini bioinsektisida telah banyak dikembangkan di
masyarakat khususnya para petani. Namun belum banyak petani yang
menjadikan bioinsektisida sebagai pengendali hama penyakit untuk tujuan
mempertahankan produksi. Penggunaan bioinsektisida lebih aman bila
dibandingkan dengan penggunaan insektisida sintentik, karena insektisida
kimia akan berpengaruh terhadap tanaman maupun kesuburan tanah pada lahan
tersebut (Kartimi, 2015).
Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui berpotensi sebagai insektisida
nabati karena mengandung senyawa bioaktif antara lain saponin, tanin,
alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Beberapa tumbuhan diketahui dapat
memberikan efek mortalitas terhadap serangga, sehingga tumbuhan tersebut
dapat digunakan sebagai alternatif insektisida nabati. Penggunaan insektisida
nabati dapat dijadikan alternatif pengendalian hama yang relatif lebih murah
dan aman terhadap lingkungan (Balfas dan Willis, 2009). Di Indonesia terdapat
50 famili tumbuhan yang dianggap sebagai sumber potensial insektisida alami
antara lain Meliaceae, Annonaceae, Apocynaceae, Asteraceaea, Piperaceae
dan Rutaceae. Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut
juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mitisida maupun rodentisida (Setiawati dkk, 2008). Salah satu contoh
bioinsektisida adalah ekstrak tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) yang
merupakan familia dari Meliaceae yang dapat digunakan sebagai insektisida
nabati. Biji mahoni mengandung senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, steroid,
terpenoid dan senyawa sweitenin (Sianturi, 2001). Senyawa sweitenin yang
terdapat pada biji mahoni termasuk dalam senyawa limonoid yang bersifat
sebagai antifeedant dan penghambat pertumbuhan (Dadang dan Ohsawa,
2000).
Bintaro (Cebera odollam) merupakan salah satu jenis tumbuhan
tergolong familia Apocynaceae yang diyakini bisa dimanfaatkan sebagai
insektisida nabati. Senyawa kimia yang terdapat di dalam ekstrak bintaro
adalah senyawa metabolit sekunder seperti saponin, polifenol dan alkaloid
yang bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar atau semipolar,
seperti pelarut metanol (Utami, 2010). Masing-masing senyawa metabolit
sekunder mempunyai daya kerja yang berbeda sebagai insektisida dengan
berbagai mekanisme. Bintaro dapat dimanfaatkan sebagai alternatif insektisida
nabati untuk mengurangi kerugian produk pertanian akibat serangan hama
terutama pada tanaman pangan (Ningrum, 2012). Penelitian menggunakan
larva ulat grayak instar dua dan daun bintaro sebagai ekstrak kasar, dimaserasi
menggunakan metanol selama 24 jam. Kemudian analisis yang digunakan
adalah analisis statistik dengan Anova yang dilakukan uji lanjutan dengan Uji
Duncan Multiple Range Test (Sa’diyah, 2013). Menurut Tarmadi, dkk (2007),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bintaro dapat memberikan efek signifikan terhadap mortalitas rayap tanah
(Coptotermes sp.) dengan konsentrasi ekstrak sebesar 10%.
Sebelumnya bintaro telah diteliti sebagai bioinsektisida untuk menangani
beberapa hama. Dari penelitian Utami (2003) dengan menggunakan daun
bintaro sebagai bioinsektisida terhadap S. litura dengan menggunakan
konsentrasi tanaman bintaro sebanyak 0,04%, 0,08%, 0,16%, 0,32% dan
0,64%. Dengan metode maserasi menggunakan metanol selama 24 jam dan
pengujian senyawa secara kualitatif dengan metode tetes. Namun pada
penelitian ini konsentrasi yang digunakan berbeda, waktu maserasi yang
dilakukan pun berbeda serta pengujian senyawa yang terkandung di dalam
ekstrak buah bintaro pun dilakukan berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan tanaman bintaro sebagai ekstrak
bioinsektisida dari semua bagian buah karena buah bisa didapatkan dengan
mudah dan memiliki kandungan toksik paling tinggi (Utami, 2010). Bila pada
penelitian sebelumnya tanaman bintaro yang sering digunakan adalah bagian
daun muda, namun pada penelitian ini digunakan buah karena memiliki nilai
mortalitas yang cukup tinggi pada hama (Utami, 2010). Kemudian pada
penelitian sebelumnya analisis dengan uji Anova yang dilakukan uji lanjutan
dengan Uji Duncan Multiple Range Test, sehingga belum ada penelitian yang
berkaitan dengan penggunaan buah bintaro terhadap mortalitas ulat grayak
dengan melihat LC50.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk menguji potensi bioinsektisida yang berasal dari ekstrak buah bintaro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
terhadap larva S. litura dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana yang
bertujuan untuk nilai mencari LC50 pada mortalitas S. litura, kemudian
melakukan pengujian senyawa yang terkandung dalam ekstrak buah bintaro
secara kuantitatif dan kualitatif sehingga didapatkan informasi senyawa yang
bersifat toksik bagi ulat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh pengaplikasian bioinsektisida ekstrak metanol buah
bintaro (Cebera odollam) terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera
litura) ?
2. Berapakah nilai LC50-96jam bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro
(Cebera odollam) terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan utama dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pengaplikasian bioinsektisida ekstrak metanol
buah bintaro (Cebera odollam) terhadap mortalitas ulat grayak
(Spodoptera litura).
2. Mengetahui nilai LC50-96jam bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro
(Cebera odollam) terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
D. Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat bioinsektisida
buah bintaro yang dapat dijadikan sebagai pengendalian hama ulat grayak.
Bagi Masyarakat
1. Memberi informasi bahwa pemanfaatan bioinsektisida buah bintaro dapat
dijadikan sebagai bioinsektisida yang ramah lingkungan dan dapat
digunakan untuk mengurangi populasi hama ulat grayak.
2. Memberikan informasi ilmiah tentang alternatif pemanfaatan buah
bintaro dalam bentuk bioinsektisida sebagai alternatif insektisida
pembunuh ulat grayak.
Bagi Pendidikan
Memberikan informasi untuk dijadikan sebagai referensi pembelajaran
Biologi SMA kelas X yaitu pada materi Ruang Lingkup Biologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bintaro (Cerbera odollam)
Bintaro adalah tumbuhan bernama latin Cerbera odollam, merupakan
bagian dari ekositem hutan mangrove. Tanaman bintaro banyak terdapat di
sekitar wilayah pesisir pantai. Bintaro termasuk dalam familia Apocynaceae
yakni berkerabat dengan kamboja, cirinya jika dilukai pasti banyak
mengeluarkan getah. Nama lainnya adalah Pong-pong tree atau Indian
suicide tree termasuk tumbuhan berbahaya karena mengandung racun.
Bintaro dikenal sebagai salah satu tanaman tahunan yang banyak digunakan
untuk penghijauan, penghias kota, tanaman pot, pestisida nabati, dan
sekaligus sebagai bahan baku kerajinan bunga kering (Kartimi, 2015).
1. Morfologi Tumbuhan
Klasifikasi tanaman bintaro sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Apocynales
Familia : Apocynacea
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera odollam L.
(Tjitrosoepomo, 2007)
Sumber : Kompasiana
Gambar 2.1 Pohon Bintaro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tumbuhan bintaro mempunyai ciri-ciri ketinggian mencapai 4-6
meter dengan batang tegak berkayu banyak percabangan, bentuk bulat
dan berbintil-bintil hitam, kulit batangnya tebal dan berkerak. Daun
bintaro merupakan daun tunggal dengan duduk daun tersebar, bangun
bulat telur terbalik sampai lanset, permukaan licin, pertulangan daun
menyirip, dengan panjang 15-20 cm, lebar 3-5 cm. Daun bintaro
biasanya berjejalan di ujung cabang, dan bunganya berwarna putih,
berbau harum, dan terletak di ujung batang. Bunga tanaman ini
berbentuk terompet, terdapat pada ujung pedikel samosa dengan lima
petal yang sama dan korola berbentuk tabung. Bunga bintaro
merupakan bunga majemuk berkelamin dua (hermaprodit), dengan
panjang tangkai putik 2-2,5 cm, kepala sari bagian bunga berwarna
cokelat, sedangkan kepala putiknya hijau keputih-putihan. Buah bintaro
merupakan buah drupa (berbiji) dengan serat lignoselulosa yang
menyerupai buah kelapa dan berbentuk bulat, berwarna hijau pucat saat
masih muda dan berwarna merah saat sudah masak (Gambar 2.2).
Sumber : Tani Sejahtera
Gambar 2.2 Buah Bintaro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Biji bintaro berbentuk pipih, panjang, berakar tunggang, dan
berwarna cokelat. Seluruh bagian tanaman bintaro mengandung getah
berwarna putih seperti susu (Steenis, 2005).
Sumber : Wikipedia
Gambar 2.4 Daging buah bintaro (A) dan biji bintaro (B)
Seluruh bagian dari pohon bintaro memiliki kegunaan dan masih
terus dikembangkan hingga saat ini berbagai manfaatnya.
Berikut adalah beberapa dari manfaat pohon bintaro:
a. Akar
Salah satu manfaat dari bagian akar adalah untuk melancarkan
buang air besar atau sebagai obat pencahar.
b. Batang
Selain akar, kulit batang pohon bintaro bermanfaat juga sebagai
obat pencahar. Kulit batang ini juga mengandung zat kimia yaitu
flavonoid dan steroid.
c. Daun
Ekstrak metanol daun bintaro memiliki kandungan kimia yang
dapat berguna sebagai antikanker payudara dan ovarium berupa
17βH–neriifolin. Selain itu, bermanfaat juga sebagai obat
pencahar.
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kandungan lain yang terdapat dalam daun ini yaitu saponin,
steroid, dan flavonoid.
Sumber : Kompasiana
d. Daging buah dan biji
Biji bintaro termasuk bagian yang paling beracun dibandingkan
bagian yang lainnya. Zat kimia yang terkadung, yaitu steroid,
triterpenoid, saponin, dan alkaloid yang terdiri dari cerberin
(0,6%), sererosida dan nerifolin. Senyawa alkaloid ini memiliki
karakter toksin, repellent, dan antifeedant pada serangga. Biji
bintaro mengandung minyak. Minyak bintaro digunakan sebagai
obat kudis dan membunuh kutu kepala. Minyak bintaro
berpotensi sebagai bahan baku biodiesel dan merupakan salah
satu alternatif energi pada masa depan.
2. Kandungan Zat Kimia
Berdasarkan penelitian, tanaman ini memiliki berbagai efek
seperti antifungi, insektisida, antioksidan dan antitumor. C. odollam
mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, seperti saponin,
polifenol, terpenoid dan alkaloid. Senyawa ini bersifat polar karena
Gambar 2.3 Daun Bintaro
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mengandung nitrogen dan senyawa golongan fenol sehingga larut
dalam pelarut polar atau semipolar (Sa’diyah dkk, 2013).
Pada buah bintaro terdapat senyawa enolide, cerberin, dan
neriifolin yang memiliki potensi kardioksitas. Cerberin merupakan
senyawa monoasetil neriifolin, selain itu cerberin termasuk ke dalam
golongan alkaloid atau glikosida yang berperan terhadap kematian
larva. Senyawa cerberin dapat menyebabkan toksisitas pada larva
(Lepidoptera, Coleoptera, Diptera) sehingga menggangu pertumbuhan
dan perkembangan larva. Cerberin termasuk ke dalam golongan
alkaloid yang dapat berperan terhadap kematian larva. Cerberin
merupakan senyawa monoasetil neriifolin. Cerberin dapat
mempengaruhi detak jantung larva dan menganggu saluran ion kalsium
di miokard (Utami, 2010).
Pada analisis fitokimia ditemukan beberapa zat yang berada pada
buah bintaro yaitu saponin, steroid dan senyawa fenol (flavonoid dan
tanin). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak buah bintaro memiliki sifat
antibakteri, sitotoksik dan sebagai depresan sistem saraf pusat karena
adanya zat alkaloid dan saponin (Ahmed et al, 2008).
Senyawa saponin yang terdapat pada buah bintaro bersifat toksik
pada serangga, dapat menghambat aktivitas makan serangga (Utami,
2010). Aktivitas makan dapat dihambat karena saponin menyebabkan
penurunan enzim pencernaan serta menghambat absorbsi makanan
(Haditomo, 2010). Saponin dapat menyebabkan degradasi kutikula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bahkan dapat menghilangkannya sehingga cairan tubuh larva banyak
yang keluar dan masuk melalui saluran pernafasan sehingga tubuh larva
akan rusak (Kuddus, 2011). Saponin juga menggangu pertumbuhan
larva dengan cara menghambat pengelupasan eksoskeleton larva
sehingga tidak dapat berkembang ke fase selanjutnya (Chaieb, 2010).
Selain itu saponin dapat mengikat sterol yang berperan sebagai
prekusor bagi hormon ekdison. Hormon ekdison adalah hormon yang
memicu pergantian kulit. Selain merangsang pergantian kulit hormon
ekdison juga mendorong perkembangan karakteristik perubahan ulat
menjadi kupu-kupu, sehingga apabila terdapat gangguan pada hormon
ini, maka serangga akan terganggu proses perkembangannya. Pada
akhirnya akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan larva.
Steroid yang terkandung dalam buah bintaro dapat menghambat
proses pergantian kulit pada larva sehingga menggangu
perkembangannya. Hal ini dikarenakan steroid mempunyai struktur
yang mirip dengan hormon ekdison yang berperan dalan pergantian
kulit pada serangga (Yunita, dkk. 2009).
Senyawa fenol (tanin dan flavonoid) yang terkandung di dalam
buah bintaro dapat menghambat proses pencernaan makanan karena
menganggu penyerapan dengan mengikat protein di saluran cerna
sehingga pertumbuhan dan perkembangan terganggu karena kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
nutrisi yang dibutuhkan terutama protein. Hal ini terjadi karena tanin
dapat menurunkan aktifivas enzim digestif seperti protease dan amilase.
3. Bagian Tanaman yang Dimanfaatkan
Seluruh bagian dari tanaman bintaro beracun dan dapat digunakan
sebagai insektisida. Salah satu potensi tanaman bintaro adalah anti
rayap. Secara umum ekstrak biji buah bintaro dan daging buah bintaro
memberikan efek signifikan terhadap mortalitas rayap Coptotermes sp.
Biji yang terdapat pada dinding buah (perikarpium) yang berserat
sangat bersifat racun. Biji mengandung cerberin yang merupakan
glikosida bebas N yang bekerja sebagai racun jantung yang sangat kuat.
Berikut merupakan tabel penelitian terhadap bagian tanaman bintaro
yang digunakan untuk mengendalikan hama (Tarmadi, dkk. 2007).
Tabel 2.1. Mortalitas rayap kayu kering pada perlakuan ekstrak biji, daging
buah, daun dan ranting bintaro selama 1 hari pengamatan
Konsentrasi
(%)
Mortalitas rayap kayu kering (%)
Biji Daging buah Daun Ranting
0 0,00 0,00 0,00 0,00
1 36,67 24,44 28,89 27,78
5 53,33 44,44 43,34 48,89
10 70,00 61,11 47,77 55,56
15 84,44 78,89 75,55 74,44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
B. Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama, insekta, jamur,
maupun gulma, sehingga pestisida dikelompokkan menjadi: insektisida
(pembunuh insekta), fungisida (pembunuh jamur) dan herbisida (pembunuh
tanaman lain/gulma). Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan
memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Dewasa
ini bermacam-macam jenis pestisida telah diproduksi dengan usaha
mengurangi efek samping yang dapat menyebabkan toksisitas pada
manusia. Bila dihubungkan dengan pelestarian lingkungan maka
penggunaan pestisida perlu diwaspadai karena akan membahayakan
kesehatan bagi manusia maupun mahluk hidup lainnya (Djunaedy, 2009).
Menurut Djojosumarto (2008), pengolonggan pestisida berdasarkan
sifat dan cara kerja racun yaitu:
Racun Kontak
Pestisida ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga melalui
kutikula, lalu disebarkan ke seluruh bagian tubuh serangga tempat
pestisida aktif bekerja, seperti pada saluran pernapasan atau saluran
pencernaan. Pada bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro terdapat
senyawa saponin dan alkaloid yang berperan sebagai racun kontak
dalam membunuh ulat grayak.
Racun Pernapasan
Pestisida ini bekerja masuk melalui saluran pernapasan serangga. Pada
bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro terdapat senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
flavonoid yang berperan sebagai racun pernapasan dalam membunuh
ulat grayak.
Racun Lambung
Pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan oleh
serangga sasaran dan masuk ke dalam organ pencernaan. Pada
bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro terdapat senyawa tanin
yang berperan sebagai racun pernapasan dalam membunuh ulat
grayak.
Racun Sistemik
Pestisida yang bekerja setelah disemprotkan pada tanaman, kemudian
diserap oleh bagian tubuh tanaman melalui akar atau daun, sehingga
dapat membunuh hama yang terdapat pada jaringan tanaman seperti
jamur maupun bakteri. Pada penggunaan pestisida sistemik, serangga
akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah
disemprot.
Racun Metabolisme
Pestisida yang bekerja membunuh serangga dengan cara mengganggu
proses metabolisme. Pada bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro
terdapat senyawa flavonoid yang berperan sebagai racun pernapasan
dalam membunuh ulat grayak.
Racun Protoplasma
Pestisida yang bekerja menganggu fungsi sel karena protoplasma sel
dirusak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Pestisida tidak hanya menggunakan bahan kimia, sekarang sudah
banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai pengendali serangan hama
dan penyakit pada tanaman. Namun di samping itu terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan dari bahan alami yang digunakan, antara lain:
Kelebihan-kelebihan dari penggunaan pestisida alami adalah sebagai
berikut:
a. Toksisitas yang lebih rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman
bagi manusia yang menggunakan
b. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta
relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya
mudah hilang
c. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak
meracuni (non toksik)
d. Pengurai dan penguapan pestisida yang relatif cepat oleh sinar
matahari
e. Memiliki fitotoksitas rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak
tanaman (Asmaliyah dan Musyafa, 2010)
Kerugian dari penggunaan pestisida alami adalah sebagai berikut:
a. Daya kerja yang relatif lambat sehingga pengaplikasian pada
tanaman harus lebih sering
b. Pestisida yang dibuat tidak tahan bila disimpan dan digunakan dalam
waktu yang lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Produksi belum dapat dilakukan dalam jumlah yang besar
d. Pembuatan dapat dilakukan saat bahan tersedia, sehingga dirasa
masih kurang praktis dalam proses pembuatan atau produksi
(Nurhidayati, dkk. 2008)
Pestisida alami merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman
baik dari daun, biji atau akar yang memiliki senyawa atau metabolit
sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu
(Djunaedy, 2009).
C. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
1. Sistematika Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Menurut Nugroho (2013) ulat grayak dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Familia : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura F.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Ulat grayak (S. litura) berkembang biak dengan cara bertelur dan
mengalami metamorfosis sempurna. Metamorfosis terjadi melalui
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 2.5 Ulat Grayak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
empat tahapan, mulai dari telur, larva, pupa dan terakhir imago berupa
ngengat. Ngengat betina meletakkan telur di permukaan daun secara
berkelompok, satu kelompok dapat berisi 25-500 butir telur. Telur
ngenat berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun.
Telur tertutup oleh bulu seperti beludru berwarna kekuning-kuningan
dan akan menetas menjadi larva (ulat) setelah 2-4 hari (Sudarmo,
1991).
Stadium larva terdiri atas lima instar, larva instar pertama ditandai
dengan tubuh berwarna kuning dengan bulu-bulu halus, kepala hitam
dengan lebar 0,2-0,3 mm. Larva instar kedua tubuhnya berwarna hijau
dengan panjang 3,75-10 mm, tidak terlihat adanya bulu, muncul garis
hitam pada ruas pertama abdomen dan pada toraks terdapat garis putih
memanjang. Larva instar tiga memiliki garis zig-zag berwarna putih
pada bagian abdomen dan bulatan hitam di sepanjang tubuhnya. Larva
instar tiga ini mempunyai panjang tubuh 8-15 mm dengan lebar kepala
0,5-0,6 mm, berlangsung selama 4 hari. Instar empat mempunyai warna
tubuh yang bervariasi yaitu hijau, keputihan, hijau kekuningan dan
hijau keunguan. Sementara panjang tubuhnya adalah 13-20 mm dan
berlangsung selama 4 hari, sedangkan pada instar terakhir
pertumbuhannya sudah sempurna, berwarna hijau gelap dengan garis
punggung berwarna gelap memanjang, dan ulat sudah hidup berpencar.
Ulat yang telah memasuki instar lima memiliki panjang 50 mm. Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
keseluruhan stadium larva terjadi selama 20-26 hari, kemudian akan
bermetamorfosis menjadi pupa (Sudarmo, 1991).
Pupa serangga ini berwarna kemerah-merahan dengan panjang
kurang lebih 16 mm. Biasanya pupa berada di dalam tanah atau pasir.
Lama stadium pupa adalah 8-11 hari (Sudarmo, 1991). Fase pupa
berada di dalam tanah sedalam 7-8 cm dari permukaan, dengan ruangan
pupa panjangnya mencapai 22,5 cm dan lebarnya 9 cm (Baehaki, 1993).
Setelah fase pupa sempurna, memasuki fase terakhir yaitu imago.
Stadium imago dikenal dengan sebutan ngengat, berwarna cokelat
lembayung gelap. Sayap depannya berwarna cokelat atau keperak-
perakan, sedangkan sayap belakangnya berwarna keputih-putihan
dengan noda hitam. Ngengat jantan berukuran 17 mm, sedangkan
ngengat betina berukuran 15,7 mm, ngengat betina dapat menghasilkan
telur sebanyak 2000-3000 butir, dengan masa peletakan telur 2-6 hari.
Total perkembangan S. litura sejak dari telur sampai dewasa berkisar
antara 30-61 hari (Sudarmo, 1991).
3. Tanaman Inang
Tanaman inang adalah tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan
serangga baik yang berhubungan dengan perilaku maupun dengan
kebutuhan gizi serangga. Hubungan antara tanaman inang dan serangga
merupakan serangkaian proses interaksi antara lain mekanisme
pemilihan tanaman inang. Pemanfaatan tanaman tersebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sumber makanan serta tempat berlindung dan tempat bertelur. Serangga
berkembang biak lebih cepat pada tanaman inang yang sesuai dan
sebaliknya perkembangan serangga menjadi lebih lambat pada tanaman
inang yang kurang sesuai. Perbedaan tingkat kesesuaian dapat terjadi
baik pada tanaman yang sama maupun pada tanaman yang berbeda
spesiesnya. Tanaman yang biasa dijadikan inang oleh hama ini
diantaranya tanaman cabai, tomat, kubis, kentang, padi, tembakau dan
tanaman pertanian lainnya. Tidak kurang dari 120 spesies tanaman dari
jenis tanaman pangan, sayuran, perkebunan, tanaman hias, bahkan
tanaman pelindung diserang oleh hama ini. Rami, teh, kapas, jarak, lada
dan tembakau adalah di antara komoditas perkebunan yang termasuk
inangnya (Sudarmo, 2005).
4. Gejala Serangan
Fase hidup yang paling merugikan dari S. litura adalah fase larva
dalam bentuk ulat. Ulat memakan daun pada waktu malam hari
sedangkan pada siang hari bersembunyi. Fase larva awal, ulat akan
makan secara berkelompok pada malam hari dengan meninggalkan
sisa-sisa epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja, sehingga dari
kejauhan terlihat berwarna putih transparan (Balitbang, 2006). Pada
serangan parah, tanaman akan gundul kehabisan daun. Jika populasinya
sangat tinggi, larva pada stadium akhir dapat menghabisi seluruh daun
tanaman hanya dalam waktu semalam (Kurnianti, 2013). Serangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau dan menyebabkan
defoliasi yang sangat berat (Marwoto dan Suharsono, 2008).
Saat menetas dari telur, ulat hidup dengan bergerombol di sekitar
tempat menetas sampai dengan instar ke-2, pada fase ini ulat memakan
hingga menyebabkan daun transparan. Pada instar ke-3 ulat menyebar
ke bagian tanaman lainnya atau ketanaman sekitarnya (Sudarmo, 1991).
Selain pada daun, ulat dewasa makan polong muda dan tulang daun
muda, sedangkan pada daun tua, tulang-tulangnya akan tersisa. Selain
menyerang kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang,
tembakau, kacang hijau, tomat, bayam dan kubis (Balitbang, 2006).
5. Pengendalian Hama
Prinsip pengendalian hama tanaman adalah menekan jumlah
populasi hama yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi
yang tidak merugikan. Komponen pengendalian hama yang dapat
diterapkan untuk mencapai sasaran tersebut antara lain pengendalian
hayati, pengendalian secara fisik dan mekanik, pengendalian secara
kultur teknis dan pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian yang opimal dapat dilakukan dengan membersihkan
sekitar tanaman dari gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi
ulat grayak. Kemudian dapat dilakukan pengendalian hama dengan
membuat perangkap untuk kupu-kupu jantan dengan sex pheromone.
Dengan cara ini dapat mengurangi kupu-kupu jantan, yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menekan produksi telur, juga kupu-kupu betina akan berkurang, cara
pengendalian ini akan efektif apabila diterapkan sejak awal.
Setelah memasuki tahap larva, ulat grayak dapat dikendalikan
secara mekanis, hayati maupun kimia. Pengendalian ulat grayak secara
mekanis adalah dengan mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak
yang tertangkap. Secara hayati dilakukan dengan aplikasi agensia hayati
berbahan aktif. Secara kimia pengendalian ulat grayak dilakukan
dengan menyemprotkan insektisida secara berseling. Pengendalian
secara kultur teknis adalah pengendalian serangga hama dengan
memodifikasi kegiatan pertanian agar lingkungan pertanian menjadi
tidak menguntungkan bagi perkembangan hama. Usaha-usaha tersebut
mencakup sanitasi, pengolahan tanah, pergiliran tanaman, pemupukan
berimbang, penggunaan mulsa, penggunaan tanaman perangkap.
D. LC50
LC50 merupakan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak
50% dari organisme uji yang dapat dilihat dan diketahui melalu grafik dan
perhitungan. Pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 72 jam,
LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji. Uji toksisitas diklasifikasi
sebagai berikut: klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek,
jangka menengah dan uji hayati jangka panjang. Klasifikasi menurut metode
penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu uji hayati statika,
pergantian larutan, mengalir. Klasifikasi menurut maksud dan tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penelitian adalah pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis
senyawa kimia, penentuan toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan
organisme uji (Rossiana, 2006). Untuk mengetahui kandungan kimia dalam
daun bintaro terhadap siklus hidup ulat grayak, sehingga perlu dilakukan
suatu uji toksisitas kandungan kimia terhadap ulat grayak dalam bentuk
Lethal Concentration (LC50). Jadi uji toksisitas ini digunakan untuk
mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang
dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis hewan uji (Pratiwi
dkk, 2012).
Menurut Sumantri (1996), semakin tinggi LC50 yang dihasilkan, maka
semakin rendahnya toksisitas dan semakin rendah LC50 mencerminkan
tingginya tingkat toksisitas. Tingkat toksisitas tersebut dapat diartikan
sebagai potensi aktivitasnya sebagai antikanker, karena semakin rendah
harga LC50 maka senyawa tersebut semakin toksik dan semakin berpotensi
sebagai antikanker. Menurut Meyer dalam Kurniawan, dkk (2016), suatu
ekstrak dianggap sangat toksik apabila memiliki nilai LC50 di bawah 30
ppm, dianggap toksik pada LC50 30-1000 ppm dan dianggap tidak toksik
bila nilai LC50 di atas 1000 ppm.
Daya racun atau toksisitas pestisida terhadap tubuh dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, seperti toksisitas terhadap
susunan saraf. Insektisida organoklorin merangsang sistem saraf dan
menyebabkan parestesia, peka terhadap perangsangan, dan kejang-kejang.
Insektisida organofosfat dan karbamat dapat menghambat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
asetilkolinesterase sehingga menyebabkan tremor, inkordinasi, dan kejang-
kejang (Nugroho,1995).
Penelitian terhadap ekstrak metanol daun kesum (Polygonum minus)
menunjukkan harga LC50 sebesar 137,465 µg/mL atau ppm. Berdasarkan
nilai LC50 yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa ekstrak metanol daun
kesum pada percobaan ini memiliki potensi toksisitas akut menurut metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) yaitu pada perlakuan dengan hewan
coba larva Artemia salina (Kurniawan, dkk. 2016).
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang hampir serupa
dengan penelitian yang dilakukan. Di bawah ini ada beberapa penelitian
yang relevan yaitu:
Tabel 2.2. Hasil penelitian yang relevan
No Referensi Penelitian Hasil Penelitian
1 Hasnah, dkk.
(2012)
Penelitian ekstrak rimpang
jeringau terhadap
mortalitas ulat grayak dan
siklus hidup ulat grayak
- Aplikasi ekstrak rimpang
jeringau berpengaruh terhadap
mortalitas larva, pupa yang
terbentuk, imago yang muncul,
dan lama hidup imago ulat
grayak
- Pada konsentrasi 2% ekstrak
rimpang jeringau dapat
mematikan 50% larva S. litura.
- Konsentrasi 3% merupakan
konsentrasi yang sudah efektif
untuk mengendalikan hama ulat
grayak
2 Lestari, dkk.
(2016)
Pengaruh pemberian
ekstrak daun sirsak
terhadap kesintasan ngenat
- Pemberian ekstrak daun sirsak
berpengaruhi terhadap
kesintasan ngengat ulat grayak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
No Referensi Penelitian Hasil Penelitian
ulat grayak pada parameter morfologi,
mortalitas, biomassa dan
fertilitas
- Konsentrasi ekstrak daun sirsak
yang berpengaruh optimal untuk
menurunkan kesintasan ngengat
ulat grayak pada konsentrasi 8%
- Konsentrasi ekstrak daun sirsak
8%, memberikan pengaruh
terhadap mortalitas ngengat
sebesar 35,00±6,42% pada
konsentrasi 8% ekstrak daun
sirsak mempengaruhi biomassa
ngengat sebesar 0,059±0,005g
3 Prayuda (2014) Efikasi ekstrak biji bintaro
sebagai larvasida pada
larva Aedes aegypti
- Hasil analisis probit didapatkan
hasil LC50 pada konsentrasi
0,99%
- Jumlah mortalitas larva tertinggi
pada konsentrasi 1,25% dengan
rerata 15 ekor (60%)
- Konsentrasi ekstrak biji bintaro
berpengaruh terhadap mortalitas
larva Aedes aegypti instar III
selama 48 jam diperoleh LC50
1,3339% dan LC99 2,424%
4 Agus dan
Widianto (2004)
Uji efektifitas berbagai
konsentrasi pestisida
nabati bintaro terhadap
hama ulat grayak pada
tanaman kedelai
- Dari berbagai bagian tanaman
bintaro yang digunakan, daun
tua yang mengakibatkan
mortalitas tertinggi 40%
- Perlakuan ekstrak daun tua
bintaro (100g/l) dapat
menurunkan aktivitas makan
hama hingga 43%
Pada penelitian Hasnah (2012), ekstrak yang digunakan adalah
rimpang jeringau dengan hewan uji S. litura. Metode ekstrasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
digunakan dengan maserasi menggunakan pelarut metanol selama 3 hari.
Kemudian hewan uji yang digunakan adalah S. litura instar 2.
Pengaplikasian ekstrak dilakukan dengan teknik pencelupan daun,
sedangkan pada penelitian Lestari, dkk. (2016) ekstrak yang digunakan
adalah ekstrak daun sirsak dan usia hewan uji yang digunakan adalah larva
instar 2.
Pada kedua penelitian tersebut, terdapat persamaan yaitu hewan uji
yang digunakan adalah S. litura. Kemudian untuk mendapatkan ekstrak
dilakukan metode maserasi dengan pelarut metanol. Metode pengaplikasian
yang digunakan dengan cara pencelupan pakan untuk hewan uji.
Pada penelitian Prayuda (2014) menggunakan ekstrak biji bintaro dan
hewan uji Aedes aegypti. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi
dengan menggunakan etanol 96%. Pada penelitian ini dicari nilai LC50,
sedangkan pada penelitian Agus dan Widianto (2004), menggunakan
berbagai bagian tanaman bintaro yang dijadikan pestisida dan menentukan
bagian yang paling berkhasiat untuk pestisida. Dari kedua penelitian di atas,
terdapat persamaan yaitu ekstrak yang digunakan adalah bintaro namun
dengan bagian yang berbeda. Pada penelitian ini bagian buah keseluruhan
yang digunakan, serta metode ekstraksi yang digunakan adalah metode
maserasi dengan menggunakan pelarut metanol 96% selama 96 jam.
Penelitian ini mencari nilai LC50 dengan menggunakan perhitungan regresi
linier sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
F. Kerangka Berpikir
Ulat grayak merupakan salah satu hama yang dapat menimbulkan
kerugian yang cukup tinggi pada tanaman. Serangan ulat grayak yang cepat
dan bergerombol membuat para petani kewalahan dalam menghadapi hama
tersebut. Dalam satu malam saja ulat grayak dapat menghabiskan daun dan
hanya menyisakan tulang daun pada tanaman. Keberadaan ulat grayak yang
sulit diketahui merupakan salah satu kendala untuk membasmi hama ini.
Untuk itu perlu adanya penanganan segera yang dapat menekan
pertumbuhan ulat grayak baik secara mekanis, hayati maupun kimia.
Penangan kimia dengan menggunakan pestisida alami yaitu ekstrak daun
bintaro. Pada buah bintaro terdapat senyawa kimia yang dapat
mempengaruhi daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi dan pada
akhirnya menyebabkan kematian pada hama. Selain itu daun bintaro dipilih
karena keberadaanya mudah untuk ditemukan dan tidak memerlukan biaya
untuk mendapatkannya, sehingga hal tersebut dapat dijadikan salah satu
alternatif petani untuk menangani keberdaan ulat grayak yang menganggu
tanaman. Tanaman pertanian pun akan terhindar dari ulat grayak dan
menghasilkan hasil panen dengan kualitas baik. Maka untuk mengetahui
kebenaran dilakukan uji pengaruh terhadap ekstrak buah bintaro sebagai
bioinsektisida terhadap mortalitas hama ulat grayak dengan menggunakan
konsentrasi yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6 Diagram Kerangka Berpikir
G. Hipotesis
1. Pengaplikasian bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro
memberikan pengaruh terhadap mortalitas ulat grayak
2. Nilai LC50-96jam ekstrak buah bintaro terhadap mortalitas ulat grayak
adalah 2%
Buah Bintaro
Alkaloid Flavonoid
Ekstrak Buah
Bintaro S. litura
Pengendalian
hama
Bioinsektisida
Mortalitas LC50
Hama tanaman cabai,
kubis, padi, jagung,
tomat, tembakau, kapas,
bawang merah dan
kentang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 konsentrasi 0%,
l%, l,5%, 2% dan 2,5%. Setiap konsentrasi diulang sebanyak 3 kali
sehingga didapatkan 15 unit perlakuan.
Penelitian eksperimen yang dilakukan selalu berkaitan dengan
variabel. Variabel merupakan faktor yang ikut menentukan perubahan,
dalam penelitian ini terdapat 3 variabel yang meliputi variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah konsentrasi ekstrak buah bintaro. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah siklus hidup dan mortalitas S. litura. Variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah jenis pakan dan jumlah pakan yang diberikan pada S.
litura.
B. Batasan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh penggunaan ekstrak buah bintaro
terhadap mortalitas ulat grayak memiliki beberapa batasan yaitu :
1. Buah bintaro (C. odollam) yang digunakan adalah buah muda
berwarna hijau yang meliputi daging buah dan biji
2. Ekstrasi buah bintaro (C. odollam) dilakukan dengan metode maserasi
dengan pelarut metanol 96%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Bioinsektisida dari ekstrak buah bintaro (C. odollam) yang digunakan
dalam penelitian ini akan diberikan dalam konsetrasi yang berbeda,
yaitu:
a. Konsentrasi 0% = 0% ekstrak buah bintaro dalam 20 ml air
b. Konsentrasi 1% = 1% ekstrak buah bintaro dalam 20 ml air
c. Konsetrasi 1,5% = 1,5% ekstrak buah bintaro dalam 20 ml air
d. Konsentrasi 2% = 2% ekstrak buah bintaro dalam 20 ml air
e. Konsentrasi 2,5% = 2,5% ekstrak buah bintaro dalam 20 ml air
4. Aktivitas toksis ekstrak buah bintaro (C. odollam) terhadap mortalitas
ulat grayak dinyatakan dengan LC50-96 jam
5. S. litura yang digunakan larva instar 3.
6. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu:
a. Siklus hidup S. litura
b. Mortalitas S. litura
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Bahan Penelitian
Buah bintaro (C. odollam), larva S. litura, madu, daun tomat,
pelarut metanol 96%, akuades, kertas saring, kain kasa, kertas label,
kapas, tisu, karet gelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Alat Penelitian
Oven listrik, neraca analitik Acis C-5000, neraca analitik Acis
AD-600i, lemari es, blender, corong gelas, labu ukur 100 ml, gelas
ukur 100 ml, gelas beker 500 ml, erlenmeyer 1000 ml, batang
pengaduk, kotak pemeliharaan serangga, kotak kaca/kardus, kipas
angin, spatula, pinset, pipet tetes, toples, mangkuk kaca, gunting,
kuas dan spidol.
D. Cara Kerja Penelitian
A. Perbanyakan dan Pemeliharaan larva S. litura
Perbanyakan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan
larva S. litura dari persawahan tanaman tomat, Klaten kemudian
dilakukan pemeliharaan. Toples yang telah diisi pakan disiapkan yang
telah diisi pakan (daun tomat), kemudian larva S. litura diletakkan di
atas pakan lalu toples ditutup dengan penutup toples atau kain kasa.
Pemeliharaan serangga uji dilakukan dengan mengganti pakan setiap
hari dan kotoran dibersihkan dengan menggunakan kuas. Berikut
merupakan gambar toples pemeliharaan ulat grayak dan lapangan
tempat pengambilan ulat grayak:
A B
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 3.1 Ulat grayak diambil di persawahan tanaman
tomat, Klaten (A), toples pemeliharaan ulat
grayak (B)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Setiap hari dilakukan pengamatan perkembangan S. litura. Saat
S. litura telah menjadi pupa, pupa diletakkan dalam wadah toples lain
yang lebih besar dan beralaskan kertas saring. Setelah ± 11 hari pupa
yang telah menjadi imago (ngengat) diberi pakan madu 10% yang
diserapkan pada kapas. Pakan madu 10% dibuat dengan cara
menyiapkan 2 ml akuades, lalu disiapkan 10% madu dari 2 ml
akuadest yaitu 0,2 mg. Madu 0,2 mg dilarutkan dalam 2 ml akuades,
dan siap digunakan sebagai pakan imago. Apabila imago sudah
menghasilkan telur, maka telur segera dipindahkan ke toples lain.
Langkah pertama, kertas saring diletakkan pada bagian bawah toples,
kemudian telur diletakkan di bagian atas kertas saring dan toples
ditutup dengan kain kasa. Perkembangan larva diikuti setiap hari dan
sebagian larva yang siap ganti kulit menjadi instar kedua diletakkan
dalam toples terpisah dari larva-larva lain. Larva instar ketiga
digunakan untuk pengujian (Asmaliyah dan Musyafa. 2010).
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 3.2 Larva Instar 3 Ulat Graya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
B. Pembuatan ekstrak buah Bintaro
Untuk pembuatan ekstrak buah bintaro terlebih dahulu
dilakukan pengambilan buah tanaman bintaro sebanyak 3 kg dari
lapangan. Kemudian buah dicuci bersih menggunakan akuades dan
diletakkan di wadah lalu dikeringkan selama 72 jam menggunakan
oven dengan suhu 60°C atau di bawah sinar matahari sampai buah
bintaro kering. Setelah kering, buah dipotong-potong kecil ± 5 cm dan
dihaluskan dengan menggunakan blender selama 5 menit sampai
berbentuk serbuk. Serbuk halus kemudian dimaserasi dengan
menggunakan pelarut organik yaitu metanol 96% (polar), dengan
perbandingan 1:2 selama 72 jam, setiap 24 jam pelarut metanol 96%
diganti dengan yang baru. Setelah dilakukan perendaman, rendaman
disaring dengan menggunakan corong gelas yang dilapisi kertas saring.
Filtrat diletakkan di wadah mangkuk kaca. Kemudian siapkan kotak
kaca/kardus, kipas angin dan penutup (kasa). Selanjutnya mangkuk
kaca yang berisi filtrat diletakkan di dalam kaca/kardus. Kipas angin
diletakkan di dekat kaca/kardus yang berfungsi untuk mempercepat
penguapan pelarut metanol. Pengeringan dilakukan hingga ekstrak
berbentuk seperti pasta. Ekstrak yang dihasilkan kemudian disimpan
dalam lemari es (≤ 4°C) hingga saat digunakan (Ningrum, 2012).
Berikut merupakan gambar buah bintaro yang digunakan, buah bintaro
dalam bentuk serbuk (simplisia) dan ekstrak buah bintaro:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
C. Uji fitokimia senyawa alkaloid dan flavonoid pada ekstrak
metanol buah bintaro
Uji fitokimia senyawa alkaloid dan flavonoid dilakukan di
laboratorium Chemix Pratama, Bantul dengan menggunakan metode
gravimetri. Analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif dengan
proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung
berdasarkan rumus sanyawa dan berat atom-atom serta unsur-unsur
yang menyusunnya. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang
dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti: metode
pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis atau berbagai
A B
C
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 3.3 Buah Bintaro yang digunakan (A), buah bintaro
dalam bentuk simplisia (B), ekstrak buah bintaro (C)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
macam metode lainnya. Pada prakteknya, dua metode pertama yang
penting yaitu metode pengendapan dan metode penguapan. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat
digunakan. Adapun beberapa tahap dalam analisis gravimetri adalah
sebagai berikut:
A. Memilih pelarut sampel
Pelarut yang dipilih harus sesuai sifatnya dengan sampel
yang akan di larutkan. Misalnya : HCl, H2SO4 dan HNO3
digunakan untuk melarutkan sampel dari logam-logam.
B. Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit dari
larutan yuang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit
semakin kecil dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna.
Misalnya : Ca+2
+ H2C2O4 CaC2O4 (endapan putih)
C. Pengeringan endapan
Pengeringan dilakukan dengan panas yang disesuaikan
dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna.
D. Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang
jelas. Biasanya reagen R ditambahkan berlebih untuk menekan
kelarutan endapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
A. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas
analit yang tak terendapkan secara analitis tidak dapat terdeteksi
(biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan
utama dalam suatu makro)
B. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tidak akan
diperoleh hasil yang galat.
(Day dan Underwood, 2002)
D. Aplikasi ekstrak buah bintaro pada ulat grayak
Pengujian dilakukan dengan metode pencelupan daun (leaf
dipping methods). Larva S. litura yang telah mencapai instar ketiga
dan dalam keadaan sehat disiapkan, lalu diletakkan dalam wadah
toples plastik kemudian dilaparkan (aklimatisasi) selama 1-2 jam
terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Kemudian daun tomat
yang akan diberi perlakuan disiapkan, lalu direndam dalam ekstrak.
Daun tomat yang digunakan adalah daun tomat yang tidak
terkontaminasi pestisida dan diambil dari persawahan tanaman tomat
di Klaten, usia daun tomat yang digunakan random atau tidak ada
batasan. Pada pengujian digunakan 5 konsentrasi ekstrak yaitu 0%,
1%, 1,5%, 2%, 2,5%. Tahap pertama daun tomat direndam pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
masing-masing konsentrasi larutan ekstrak selama 3 menit dan
dikeringanginkan pada suhu ruang. Daun tomat yang dikenai perlakuan
diletakkan dalam toples kecil. Untuk setiap toples, diletakkan 10 g
daun tomat dan sepuluh larva S. litura instar 3, dengan pengulangan
sebanyak tiga kali untuk tiap konsentrasi. Setiap larva diberi makan
dengan daun tomat yang telah direndam pada ekstrak buah bintaro.
Setiap 24 jam daun tomat diganti dengan yang baru dengan perlakuan
dan cara yang sama. Kotoran dalam toples-toples dibersihkan setiap
hari dengan menggunakan kuas. Pengamatan dilakukan terhadap
jumlah larva S. litura yang mati dan siklus hidup. Pengamatan
dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya selama 4 x 24 jam (96
jam) hingga memasuki stadium larva selanjutnya (Fadlilah, 2012).
Berikut merupakan gambar ekstrak buah bintaro dalam 20 ml air dan
pakan ulat grayak:
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 3.4 Ekstrak buah bintaro yang telah dilarutkan dalam 20
ml air (A) daun tomat sebagai pakan ulat grayak (B)
A
B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
E. Parameter Pengamatan
Pengambilan data dilakukan setiap 24 jam setelah pengaplikasian
ekstrak buah bintaro pada pakan. Pengamatan dilakukan selama 4 x 24 jam
(96 jam) sampai larva memasuki stadium larva selanjutnya. Pengamatan
meliputi jumlah larva yang mati pada tiap konsentrasi, mengamati
aktivitas ulat setelah pemberian ekstrak buah bintaro. Data yang diambil
adalah jumlah kematian ulat grayak. Mortalitas ulat grayak dinyatakan
dalam bentuk persentase. Perhitungan presentase mortalitas ulat grayak
pada masing-masing pengulangan di setiap perlakuan menggunakan rumus
sebagai berikut (Hidayati, dkk. 2013):
P × 100%
Keterangan:
P = Persentase mortalitas ulat grayak
a = Jumlah total ulat grayak yang mati setiap perlakuan
b = Jumlah total ulat grayak di setiap perlakuan
F. Metode Analisis Data
Cara menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan Regresi
Linier Sederhana yang bertujuan untuk mendapatkan nilai LC50 dari
penggunaan ekstrak daun bintaro, terhadap mortalitas S. litura. Analisis
regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antar satu variabel
independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dependen untuk memprediksi nilai dari variabel dependen. Rumus regresi
linier sederhana sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Variabel dependen (persentase mortalitas S.litura)
X = Variabel independen (konsentrasi ekstrak buah bintaro)
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Koefisien regresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Fitokimia Senyawa Alkaloid dan Flavonoid pada Ekstrak Metanol
Buah Bintaro
Ekstrak buah bintaro dipilih karena berdasarkan penelitian sebelumnya
mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid dan flavonoid. Pada
penelitian ini, senyawa alkaloid dan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak
buah bintaro dihitung secara kuantitatif. Berikut merupakan hasil uji
kandungan alkaloid dan flavonoid pada ekstrak buah bintaro.
Tabel 4.1 Kandungan alkaloid dan flavonoid dalam ekstrak metanol buah
bintaro
Senyawa
Metabolit Sekunder
Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
Alkaloid 0.0360% 0.0343% 0.0351%
Flavonoid 0.2626% 0.2636% 0.2631%
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak buah
bintaro mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Utami (2010) bahwa buah bintaro
memiliki metabolit sekunder yaitu alkaloid dan flavonoid yang memiliki efek
toksik yang kuat terhadap S.litura. Selain itu pada penelitian Yudha (2013)
menyatakan bahwa bintaro mengandung alkaloid dan flavonoid. Pada
penelitian Utami (2010) dan Yudha (2013) analisis fitokimia dilakukan secara
kualitatif, sehingga belum diperoleh informasi tentang kadar senyawa secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kuantitatif. Menurut Robinson (1991), melakukan analisis fitokimia bertujuan
untuk menentukan senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan bila diuji secara
biologis. Senyawa alkaloid dan flavonoid pada ekstrak metanol buah bintaro
memiliki kadar yang rendah bila dibandingan dengan tanaman beluntas dan
alang-alang yang digunakan juga sebagai bioinsektisida. Pada tanaman
beluntas kadar alkaloid dan flavonoid yaitu 3,18% dan 1,09% (Muta’ali dan
Kristanti, 2015), sedangkan pada daun beluntas senyawa alkaloid dan
flavonoid yaitu sebesar 1,07% dan 4,8% (Septiana, 2014). Pada penelitian
Syah (2016), kadar flavonoid dalam ekstrak daun belimbing wuluh yaitu
1,76%, hal ini menunjukkan bahwa kadar flavonoid dalam ekstrak buah
bintaro lebih rendah. Perbedaan kadar senyawa dalam sebuah ekstrak dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah metode ekstraksi
yang digunakan.
Pada penelitian Syah (2016) metode yang digunakan adalah maserasi
dengan pelarut metanol, namun yang berbeda adalah perbandingan pelarut
metanol yang digunakan. Bila pada ekstraksi daun belimbing wuluh
menggunakan perbandingan 1:5, sedangkan pada ekstraksi buah bintaro
menggunakan perbandingan 1:2. Hal ini merupakan salah satu alasan kadar
senyawa flavonoid pada ekstrak buah bintaro lebih rendah, karena semakin
rendah perbandingan pelarut yang digunakan, maka senyawa yang terlarut
dalam senyawa akan lebih rendah begitu sebaliknya. Perbandingan yang
digunakan akan mempengaruhi kondisi pelarut. Apabila perbandingan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
digunakan banyak maka pelarut tidak akan mengalami kejenuhan dengan
waktu cepat, sebaliknya apabila jumlah perbandingan yang digunakan sedikit
maka pelarut akan mengalami kejenuhan dalam waktu singkat dan senyawa
yang telarut.
B. Siklus Hidup Ulat Grayak (S. litura)
Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan setiap hari meliputi siklus
hidup ulat grayak yang berlangsung selama 25-41 hari, dimulai dari telur
hingga menjadi ngengat.
Gambar siklus hidup ulat grayak dari telur hingga ngengat dapat dilihat
pada gambar 4.1
A
B
C
D
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 4.1 Siklus hidup ulat grayak secara umum: telur
(A), larva (B), pupa (C), ngenat (D)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pengamatan siklus hidup ulat grayak dimulai saat ngengat
menghasilkan telur, telur terletak bergerombol dan tertutup struktur halus
menyerupai helaian bulu berwarna kekuning-kuningan, lalu akan menetas
menjadi larva setelah 2-4 hari. Selanjutnya memasuki stadium larva yang
terdiri dari lima instar, larva instar pertama ditandai dengan badan berwarna
hijau muda dengan bulu-bulu halus di permukaan badan dan memiliki kepala
berwarna hitam. Pada larva instar satu memiliki panjang badan ± 0,8 - 1,2
cm, stadium larva instar satu berlangsung selama 2-4 hari. Pada tahap ini
larva akan hidup secara berkelompok atau bergerombol. Selanjutnya larva
akan memasuki stadium instar dua, pada stadium ini larva akan mengalami
pertumbuhan yang ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh menjadi 2,1 –
2,6 cm. Selain itu larva akan bertambah besar dan terdapat garis hitam pada
ruas abdomen pertama, meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih dan
pada toraks terdapat empat buah titik. Pada stadium ini larva akan sangat aktif
terutama pada malam hari, stadium ini berlangsung selama 2-5 hari.
Tahap selanjutnya larva akan memasuki stadium instar tiga, pada instar
tiga akan terdapat beberapa bulatan hitam yang tersebar di sekitar tubuhnya,
terdapat garis kuning yang terletak horizontal pada tubuh yang di kanan
kirinya terdapat garis putih (Gambar 4.2 C). Larva mengalami pertumbuhan
yang ditandai dengan bertambahnya ukuran tubuh larva menjadi 2,7 – 3,1 cm.
Pada stadium ini, larva instar akan digunakan sebagai penelitian. Instar tiga
berlangsung selama 2-4 hari. Selanjutnya larva memasuki stadium instar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
empat, larva terus mengalami pertumbuhan dan tubuh bertambah panjang dan
besar. Larva instar empat memiliki panjang tubuh 4 – 4,5 cm, stadium ini
berlangsung selama 2-5 hari. Pada bagian tubuh akan semakin banyak
ditemukan bulatan hitam yang tersebar di tubuh larva (Gambar 4.2 D). Pada
instar lima morfologi larva sama dengan larva instar empat, tidak terdapat
perbedaan yang menonjol. Namun pada instar lima, larva akan mengalami
pemendekan tubuh dan akan mengurangi aktivitasnya atau lebih pasif, hal ini
menunjukkan bahwa larva akan memasuki stadium pupa. Larva instar lima
berlangsung selama 3-6 hari yang selanjutnya akan menjadi pupa.
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 4.2 Siklus hidup larva instar satu sampai instar lima: Instar 1 (A),
Instar 2 (B), Instar 3 (C), Instar 4 (D), Instar 5 (E)
Pada instar lima, larva perlahan-lahan akan membungkus dirinya hingga
menjadi pupa yang berwarna kemerah-merahan, stadium pupa berlangsung selama 9-
10 hari. Setelah stadium pupa berakhir, maka akan terbentuk ngengat. Ngengat akan
A B
E
C
D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
melepaskan diri dari kokon dan terbang pada malam hari. Ngengat memiliki sayap
depan berwarna cokelat keperak-perakan dan terdapat noda hitam pada sayap
belakang. Ngengat jantan akan memiliki panjang tubuh yang lebih panjang bila
dibandingkan dengan ngengat betina. Ngengat akan aktif pada malam hari,
sementara pada siang hari ngengat akan diam di tempat gelap dan bersembunyi.
Setelah berumur 3-5 hari ngengat akan menjadi ngengat dewasa dan menghasilkan
telur. Menurut Sudarmo (2005) seekor ngengat betina dewasa dapat menghasilkan
telur sebanyak 1000-3000 butir, telur akan diletakkan secara berkelompok di atas
pakan atau pada kertas. Ngengat dewasa akan hidup selama 10-12 hari, setelah itu
ngengat akan mati, sehingga secara garis besar siklus hidup ulat grayak dari larva
hingga ngengat menghasilkan telur terjadi selama ± 25-41 hari. Penelitian
menggunakan larva instar tiga keturunan pertama (F1).
C. Mortalitas Ulat Grayak (S. litura)
Pengaplikasian ekstrak buah bintaro pada larva instar III, memberikan
pengaruh terhadap pola makan S.litura. Pengaruhnya yaitu perlahan-lahan
S.litura mengalami penurunan nafsu makan dan dalam beberapa waktu akan
menyebabkan kematian karena kelaparan. Dari hal tersebut dijadikan tolak
ukur bahwa pengaplikasian ektrak buah bintaro memberikan efek terhadap
aktivitas makan S.litura. Jumlah mortalitas S. litura pada tiap konsentrasi
ekstrak buah bintaro yang berbeda dapat dilihat pada tabel 4.2 :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 4.2 Jumlah mortalitas ulat Spodoptera litura dengan pemberian ekstrak
buah bintaro selama 4 hari
Konsentrasi Mortalitas (individu) Mortalitas (%)
0 % 0 0%
1 % 4.75 47,5%
1.5 % 5.75 57,5%
2 % 7 70%
2.5 % 9 90%
Pada tabel 4.2 menunjukkan pengaruh ekstrak buah bintaro tehadap
rata-rata mortalitas ulat S. litura yang dilakukan selama 4 hari. Pada
konsentrasi 0% tidak terdapat mortalitas pada S. litura, karena pada pakan
tidak diberikan ekstrak buah bintaro, sehingga tidak terdapat kandungan
metabolit sekunder yang akan menyebabkan mortalitas pada S. litura.
Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari
tanaman dan secara umum memiliki kemampuan untuk melindungi tanaman
dari penganggu. Pada penelitian ini konsentrasi 0% merupakan konstanta
untuk menentukan nilai Y pada persamaan regresi linier (Y=a+bX).
Pemberian ekstrak buah bintaro memberikan efek terhadap mortalitas S.
litura, selain itu pemberian ekstrak buah bintaro berpengaruh terhadap
aktivitas S. litura. Pemberian ekstrak buah bintaro pada konsentrasi 1%,
1,5%, 2%, 2,5%, memberikan efek yang berbeda terhadap kematian S. litura.
Pemberian dengan berbagai konsentrasi, bertujuan untuk menentukan nilai
LC50 pada penelitian ini. Pada konsentrasi 1%, pemberian ekstrak buah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
bintaro menyebabkan mortalitas sebanyak 47,5% pada S. litura. Pada
konsentrasi 1% tingkat kematian masih rendah, karena senyawa toksik yang
terdapat pada ekstrak buah bintaro belum mampu untuk mematikan S. litura.
Hal ini karena pada konsentrasi rendah, beberapa senyawa akan memiliki
cara kerja yang berbeda. Seperti senyawa alkaloid pada ekstrak buah bintaro
yang dalam jumlah kecil hanya akan bekerja sebagai penolak makan
(antifeedan), yang tidak akan mematikan S. litura dalam waktu cepat. Pada
konsentrasi ini S. litura tidak akan langsung mati melainkan akan mengalami
penurunan nafsu makan dan dalam beberapa waktu S. litura akan mengalami
kematian karena kelaparan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah
senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak, maka waktu yang dibutuhkan
untuk membunuh S. litura akan semakin lama.
Bioinsektisida nabati pada umumnya memiliki cara kerja yang berbeda,
di antaranya terdapat beberapa senyawa yang bersifat sebagai repellen dan
antifeedan yang tidak akan langsung mematikan ulat. Senyawa ini akan
membunuh ulat secara perlahan-lahan, racun yang masuk ke tubuh ulat akan
terakumulasi dan dalam jangka waktu lama akan membunuh ulat. Di sisi lain
terdapat senyawa yang bersifat mematikan secara langsung karena menyerang
organ vital seperti syaraf, saluran pencernaan dan saluran pernafasan
(Thamrin dkk. 2007). Beberapa senyawa yang terdapat dalam ekstrak buah
bintaro adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Adanya
senyawa alkaloid dan flavonoid pada ekstrak buah bintaro dapat dilihat pada
tabel 4.1 yang juga menunjukkan informasi kuantitatif senyawa di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
ekstrak metanol buah bintaro. Senyawa tersebut memiliki cara kerja yang
berbeda, alkaloid bekerja sebagai racun kontak. Namun dalam jumlah sedikit
alkaloid hanya bersifat sebagai antifeedan yang membunuh S. litura secara
perlahan-lahan karena menurunnya nafsu makan dan baru akan menyebabkan
kematian dalam beberapa waktu karena kelaparan. Tetapi dalam jumlah besar
alkaloid bekerja sebagai racun kontak dan racun pencernaan yang akan
langsung membunuh S.litura, karena menyerang organ vital seperti sistem
syaraf dan mempengaruhi aktivitas jantung.
Senyawa flavonoid memiliki cara kerja sebagai racun pernapasan dan
racun metabolisme yang dapat langsung menyebabkan kematian pada S.
litura dalam waktu singkat. Penetrasi senyawa alkaloid dan flavonoid ke
dalam tubuh ulat, melalui kutikula yang tersusun dari lipoprotein terkonjugasi
(protein dan lemak terpisah) yaitu bahan lipid yang tersebar tetapi tidak
membentuk lapisan sehingga lapisan ini mudah ditembus. Senyawa alkaloid
dan flavonoid akan masuk ke dalam jaringan di bawah integumen menuju
organ sasaran. Senyawa saponin memiliki cara kerja sebagai racun
protoplasma karena bekerja merusak sel protoplasma pada S. litura. Senyawa
tanin memiliki cara kerja sebagai racun pencernaan, sedangkan senyawa
steroid memiliki cara kerja yang mempengaruhi hormon ekdison. Menurut
Pangnakorn et al (2012), bahwa setiap senyawa toksik yang masuk ke dalam
tubuh ulat akan terakumulasi dan perlahan-lahan merusak sistem tubuh
fisiologi serta menghambat pertumbuhan ulat dan berakhir dengan kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pada konsentrasi 1,5% ekstrak buah bintaro sudah menunjukkan efek
kematian sebesar 57,5% yang berarti pada konsentrasi ini senyawa yang
terkandung sudah mulai bekerja dengan efektif. Begitu pula dengan
konsentrasi 2% dan 2,5%. Pada konsentrasi 2,5 % terdapat perbedaan dengan
konsentrasi dibawahnya, pada konsentrasi ini terdapat mortalitas tertinggi
yaitu kematian pada 9 larva S. litura. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
2,5% dapat menyebabkan kematian S. litura di atas 50% atau sebesar 90%.
Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka tingkat mortalitas S. litura
semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
berbanding lurus dengan peningkatan mortalitas, sehingga daya bunuh
semakin tinggi (Purba, 2007).
Berdasarkan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa konsentrasi 0% tidak
mengakibatkan mortalitas, karena tidak ada penambahan ekstrak buah
bintaro, sedangkan pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2% dan 2,5% memberikan
efek terhadap mortalitas S. litura. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin
tinggi pula mortalitas S. litura. Pada konsentrasi 1% mortalitas belum
mencapai 50%, hal ini karena senyawa aktif yang terkandung di dalamnya
masih rendah sehingga belum bekerja dengan efektif atau bekerja dengan
lamban, sehingga mortalitas baru mencapai 47,5%. Kemudian pada
konsentrasi 1,5% mortalitas telah melewati 50% atau sebesar 57,5%, pada
konsentrasi ini senyawa aktif sudah mulai bekerja dengan efektif. Hal ini
dapat dilihat dari persentase mortalitas yang sudah melebihi 50%. Begitu pula
dengan konsentrasi 2% dan 2,5% yang menunjukkan mortalitas semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
meningkat. Pada konsentrasi 2% mortalitas sebanyak 70% dan 2,5%
mortalitas sebanyak 90%. Berdasarkan konsentrasi di atas ekstrak buah
bintaro yang memberikan efek mematikan S. litura sebesar 50% (LC50) yang
terletak diantara konsentrasi 1% dan 1,5%, sehingga dapat dikatakan bahwa
pengaplikasian ekstrak buah bintaro memberikan efek terhadap mortalitas S.
litura. Penentuan nilai LC50 diperoleh dengan melihat persentase kematian
yang mencapai 50% pada konsentrasi tertentu. Nilai LC50 baik apabila terletak
di antara konsentrasi yang digunakan.
Gambar 4.3 Analisis LC50 ekstrak buah bintaro terhadap S. litura selama 4
hari
Dari gambar 4.3 didapatkan persamaan garis lurus y = 3,4527x +
0,4662. Gambar 4.3 menunjukkan konsentrasi terhadap nilai probit yang
didapat dari persentase mortalitas S. litura. Analisis regresi linier pada
gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
maka semakin besar nilai persentase mortalitas S. litura. Berdasarkan
persamaan regresi linier didapatkan nilai R2 yaitu 0,9764, R
2 merupakan
koefisien determinasi, untuk mengukur kebaikan suai (goodness of fit) dari
persamaan regresi. Nilai R2
terletak antara 0-1 dan kecocokan model
dikatakan lebih baik jika R2
semakin mendekati 1. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai R2
yang didapatkan baik,
karena hasilnya mendekati nilai 1.
Perhitungan LC50 menggunakan Microsoft Office Excel didapatkan hasil
sebagai berikut:
y = 3,4527x + 0,4662
5 = 3,4527x + 0,4662
5 – 0,4662 = 3,4527x
x = 1,31 %
Sehingga ekstrak buah bintaro memiliki LC50 sebesar 1,31%.
Menentukan konsentrasi ekstrak buah bintaro yang dapat membunuh
50% S. litura, maka dilakukan pengujian statistik dengan analisis probit.
Hasil analisis probit nilai LC50 didapatkan pada konsentrasi 1,31%. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak buah bintaro dengan konsentrasi sebesar 1,31%
berpotensi sebagai bioinsektisida nabati karena dapat membunuh 50%
populasi ulat uji. Suatu senyawa dinyatakan mempunyai potensi toksisitas
akut apabila mempunyai nilai LC50 kurang dari 1000 ppm. LC50 merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kosentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50% pada hewan percobaan.
Menurut Sumantri (1996), semakin tinggi LC50 yang dihasilkan, maka
semakin rendahnya toksisitas dan semakin rendah LC50 mencerminkan
tingginya tingkat toksisitas. Tingkat toksisitas tersebut dapat diartikan sebagai
potensi aktivitasnya sebagai insektisida, karena semakin rendah nilai LC50
maka senyawa tersebut semakin berpotensi sebagai insektisida. Suatu ekstrak
dianggap toksik apabila memiliki nilai LC50 di bawah 30 ppm, dikatakan
toksik pada LC50 30-1000 ppm dan dianggap kurang toksik bila nilai LC50 di
atas 1000 ppm. Penelitian pada ekstrak metanol buah bintaro menunjukkan
nilai LC50 sebesar 1,31% atau 1300 ppm.
Berdasarkan nilai LC50 yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ekstrak
metanol buah bintaro pada percobaan ini masih kurang toksik karena nilai
yang diperoleh melebihi 1000 ppm. Ekstrak metanol buah bintaro dinyatakan
masih kurang toksik, hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain karena waktu perendaman daun yang masih cukup singkat. Perendaman
daun yang relatif singkat yaitu 3 menit, membuat senyawa toksik pada larutan
ekstrak metanol buah bintaro tidak terserap dengan maksimal ke dalam daun.
Penyerapan larutan ekstrak ke dalam daun terjadi dengan mekanisme transpor
pasif, yaitu perpindahan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi ke daun
yang memiliki konsentrasi rendah. Pada transpor pasif tidak membutuhkan
energi karena sel tidak mengeluarkan energi untuk memindahkan molekul.
Hal ini karena molekul terdorong sendiri dan masuk melalui membran sel.
Larutan ekstrak metanol buah bintaro masuk melalui pori-pori saat daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
direndam. Dari segi keseimbangan lingkungan, pengaplikasian ekstrak buah
bintaro tidak memiliki nilai toksisitas yang akut atau tinggi, sehingga tidak
akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Disisi lain ekstrak buah bintaro
yang digunakan adalah bioinsektisida nabati yang mudah terurai di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan
hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.
Senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak buah bintaro
merupakan faktor utama terhadap mortalitas S. litura. Berbagai senyawa
kimia yang ada, beberapa di antaranya adalah alkaloid, flavonoid dan saponin
yang terdapat pada ekstrak buah bintaro. Senyawa yang terdapat di dalam
ekstrak buah bintaro sudah diuji keberadaanya, sehingga senyawa kimia yang
menyebabkan mortalitas pada S. litura adalah alkaloid, flavonoid (tabel 4.1)
dan saponin. Kandungan senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin merupakan
senyawa yang mempunyai daya kerja mematikan terhadap S. litura.
Kandungan alkaloid yang masuk ke dalam tubuh S. litura berupa garam
melalui pakan atau yang terserap oleh tubuh, akan mendegradasi membran sel
untuk masuk ke dalam dan merusak sel serta menganggu kerja sistem syaraf
dengan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase. Senyawa alkaloid
berperan sebagai racun kontak yang dapat masuk melalui kutikula, yang
kemudian masuk ke jaringan di bawah integumen menuju organ sasaran.
Pada tahap ini, S.litura perlahan-lahan akan berkurang aktivitasnya. Hal ini
karena senyawa alkaloid yang terakumulasi mulai bekerja menuju organ vital
sasaran yaitu sistem syaraf dan akan menganggu aktivitas jantung. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
aktivitas jantung pada sistem sirkulasi S. litura terganggu, yaitu dengan
menghambat saluran ion kalsium di otot jantung sehingga menyebabkan
kematian pada S. litura (Utami, 2010). Senyawa alkaloid pada konsentrasi
rendah tidak langsung menyebabkan kematian, melainkan akan
mempengaruhi pola makan. Mengakibatkan aktivitas makan menurun
sehingga S. litura tidak memiliki energi lagi dan akhirnya mengalami
kematian karena kelaparan. Senyawa alkaloid pada konsentrasi tinggi akan
langung bekerja sebagai racun kontak yang masuk ke dalam tubuh S. litura
dan langsung mempengaruhi organ vital seperti sistem syaraf dan aktivitas
jantung yang menyebabkan kematian langsung setelah memakan pakan yang
telah diaplikasikan dengan ekstrak metanol buah bintaro.
Pada beberapa perlakuan, senyawa alkaloid ini langsung bereaksi
dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan matinya S. litura tepat 12 jam
dengan rata-rata sebanyak ± 1,4 larva setelah pemberian ekstrak buah bintaro.
Selain itu senyawa alkaloid yang terdapat pada ekstrak buah bintaro berperan
sebagai antifeedan atau penghambat nafsu makan S. litura, sehingga
menyebabkan anoreksia (penurunan nafsu makan) pada S. litura, sehingga
akan menjadi lemah dan mobilitas berkurang, dan akhirnya S. litura mati
karena kelaparan. Hal ini ditunjukkan dari pola makan S. litura yang semakin
hari mengalami penurunan, pada hari pertama S. litura masih aktif dan
menghabiskan makanan, namun mulai terlihat penurunan nafsu makan pada
hari kedua pemberian ekstrak buah bintaro. Kemudian memasuki hari ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bahkan pada beberapa perlakuan, S. litura sudah tidak makan dan mulai
lemas atau tidak beraktivitas lagi dan perlahan-lahan mengalami kematian.
Kandungan flavonoid yang terdapat dalam ekstra buah bintaro
merupakan salah satu penyebab mortalitas pada S. litura. Flavonoid bekerja
sebagai inhibitor menyerang bagian saraf organ vital seperti sistem
pernapasannya. Cara kerja flavonoid yaitu masuk ke dalam tubuh S. litura
melalui sistem pernapasan yang kemudian akan menimbulkan kerusakan pada
syaraf sistem pernapasan dan mengakibatkan S. litura tidak bisa bernafas dan
mati. Inhibitor adalah zat yang menganggu metabolisme energi dengan
menghambat sistem pengangkutan elektron (Agnetha, 2008).
Senyawa lain yang dapat mengakibatkan kematian adalah saponin.
Senyawa ini bekerja mirip dengan detergen yaitu merusak membran sel, yang
dapat meningkatkan permeabilitas tubuh ulat, sehingga banyak toksin yang
dapat masuk ke dalam tubuh ulat. Kutikula pada tubuh larva dapat rusak
akibat efek dari saponin yang menyebabkan hilangnya cairan tubuh S. litura
(Yunita, dkk. 2009). Saponin sebagai inhibitor dari enzim asetilkolinesterase
yang dapat menyebabkan kejang otot dan paralisis. Hal ini disebabkan karena
terjadinya penumpukan asetilkolin yang menyebabkan kerusakan pada sistem
penghantar impuls ke otot. Perubahan-perubahan ini dapat menyebabkan
kematian pada S. litura.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sumber : Dok. Pribadi
Gambar 4.4. Larva S. litura yang telah mati karena pemberian ekstrak
buah bintaro
Kematian S.litura yang berbeda disebabkan karena beberapa faktor.
Pada gambar 4.4 A S. litura mati dengan kondisi tubuh lemas dan bagian kaki
menghadap ke atas, sedangkan pada gambar 4.4 B S. litura mati dengan
tubuh lemas, lembek dan mengeluarkan cairan cokelat kental yang disertai
dengan bau yang menyenggat. Senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan
saponin yang masuk ke dalam tubuh S. litura merupakan faktor utama yang
menyebabkan kematian pada S. litura. Berdasarkan hasil screening fitokimia
ekstrak buah bintaro memiliki kandungan metabolit sekunder antara lain yaitu
0,03% alkaloid dan 0,26% flavonoid. Senyawa zat toksik yang terkadung
dalam ekstrak buah bintaro masuk melalui dinding tubuh larva dan melalui
mulut karena larva biasanya mengambil makanan dari tempat hidupnya.
Dinding tubuh serangga merupakan bagian tubuh yang dapat menyerap zat
toksik dalam jumlah besar (Yunita, dkk. 2009).
Kematian S. litura dengan tubuh lemas dan kaki menghadap ke atas
disebabkan karena masuknya senyawa tanin dan flavonoid ke dalam tubuh
A B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
melalui sistem pencernaan atau kulit ulat. Senyawa tanin akan mengikat
protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan S. litura untuk
pertumbuhan sehingga proses pencernaan larva menjadi terganggu akibat
tanin (Yunita, dkk. 2009). Selain itu karena senyawa flavonoid akan
menyerang organ saraf pada sistem pernapasan dan sistem pencernaan,
sehingga timbul suatu pelemahan saraf yang perlahan akan menyebabkan
kematian. Pada gambar 4.4 A S. litura mati dengan tubuh lembek dan
mengeluarkan cairan kental disertai dengan bau yang menyengat. Kematian
S. litura disebabkan karena tubuh ulat dirusak oleh senyawa saponin yang
berperan sebagai racun kontak. Racun kontak bekerja merusak dinding sel
tubuh S. litura, sehingga senyawa toksik (alkaloid, flavonoid, saponin dan
tanin) dapat masuk dengan mudah ke dalam tubuh. Senyawa alkaloid akan
langsung menyerang sistem pencernaan, kemudian flavonoid menyerang
sistem syaraf pada sistem pencernaan sehingga sistem pencernaan mengalami
kontraksi hebat dan menyebabkan rusaknya organ pencernaan. Cairan cokelat
yang berupa racun atau senyawa toksik dan kotoran pada tubuh ulat keluar
melalui kulit yang sebelumnya sudah dirusak oleh senyawa saponin. Selain
itu senyawa alkaloid yang masuk akan langsung menyerang aktivitas jantung
S. litura dan akan menyebabkan S. litura mati seketika.
Pemberian konsentrasi ektrak buah bintaro yang semakin besar maka
akan menyebakan S. litura lebih cepat mengalami kematian. Semakin tinggi
kadar senyawa kimia, maka akan semakin kuat dan cepat dalam membunuh
S. litura, seperti pada gambar 4.4 B. Berbagai senyawa toksik yang masuk ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dalam tubuh S. litura akan mempengaruhi berbagai organ dalam tubuh.
Senyawa tersebut akan menggangu kerja sistem pernapasan, sistem
pencernaan, sistem sirkulasi serta metabolisme dalam tubuh S. litura.
Senyawa yang bersifat racun yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
biotranformasi menghasilkan senyawa yang larut dalam air dan lebih polar,
sehingga semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka akan semakin
tinggi pula tingkat mortalitas yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.2. Pada konsentrasi tertinggi yaitu 2,5% mortalitas mencapai 90%,
sedangkan konsentrasi dibawahnya yaitu 1%,1,5%, 2% berurutan adalah
47,5%, 57,5% dan 70%. Proses metabolisme membutuhkan energi, semakin
banyak racun yang masuk kedalam tubuh S. litura menyebabkan energi yang
dibutuhkan untuk menetralisir racun semakin besar. Banyaknya energi yang
digunakan untuk menetralisir senyawa racun tersebut menyebabkan
penghambatan terhadap metabolisme yang lain sehingga akan kekurangan
energi dan akhirnya mati.
D. Hambatan, Kendala dan Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat hambatan yang ditemukan di antaranya:
1. Pada saat mengembangbiakkan ulat grayak untuk mendapatkan keturunan
pertama. Saat tahap pengembangbiakan ulat grayak, terdapat beberapa ulat
yang mati dan beberapa kali gagal untuk mendapatkan ulat keturunan
pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Pada saat membuat ekstrak metanol buah bintaro, tahap ekstraksi
membutuhkan waktu yang lama karena masih menggunakan alat
konvensional.
3. Pada tahap pengeringan, pelarut menguap dalam waktu yang lama dan
hasil ekstrak yang dihasilkan tidak berbentuk pasta, melainkan berbentuk
cairan kental.
4. Waktu pengamatan yang digunakan terlalu singkat yaitu hanya 4 hari,
sehingga tidak dapat melihat siklus hidup larva pada tahap selanjutnya.
Pengamatan dalam waktu 4 hari masih terlalu singkat karena tidak dapat
melihat larva memasuki tahap yang selanjutnya yaitu tahap pupa dan
menjadi ngengat. Selain itu dengan waktu yang singkat tidak bisa
mengamati perbedaan larva yang telah menjadi ngengat setelah
pengaplikasian ekstrak metanol buah bintaro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
APLIKASI HASIL PENELITIAN TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
Penelitian tentang pemanfaatan buah bintaro sebagai bionsektisida nabati
terhadap hama ulat grayak (S.litura) dapat dijadikan sebagai wawasan atau
pengetahuan baru di dalam bidang pendidikan. Pemanfaatan buah bintaro sebagai
bahan bioinsektisida dapat menambah wawasan baru bagi siswa dalam menunjang
proses belajar mengajar di sekolah. Siswa dapat belajar untuk memanfaatkan
tanaman di lingkungan sekitar yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bioinsektisida. Di sisi lain siswa juga bisa belajar mengenai siklus hidup ulat
mulai dari telur sampai menjadi ngengat dan menghasilkan telur. Siswa dapat
belajar untuk menggolongkan ilmu apa saja yang mempelajari mengenai tanaman
meliputi pemanfaatan tanaman, senyawa yang terdapat pada tanaman dan
penyakit/hama pada tanaman, serta mempelajarai mengenai hewan yang meliputi
siklus hidup dan aktivitas hidupnya. Penelitian ini dapat dijadikan siswa untuk
membantu masyarakat yang masih minim wawasan mengenai berbagai tanaman
yang bisa dijadikan bioinsektisida, sehingga dapat menekan jumlah penggunaan
pestisida kimia.
Berbagai aspek dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X pada materi Ruang lingkup Biologi. Pada
materi ruang lingkup biologi, akan mempelajari tentang permasalah biologi di
lingkungan sekitar, cabang-cabang ilmu biologi yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar terutama pada cabang ilmu tanaman dan hewan. Pembelajaran
ini menggunakan kurikulum 2013, dengan Kompetensi Dasar (KD) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
digunakan adalah KD 3.1: Memahami tentang ruang lingkup biologi
(permasalahan pada berbagai objek biologi dan tingkat organisasi kehidupan),
metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari dan KD 4.1: Menyajikan data tentang objek dan
permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dengan metode
ilmiah dan memperhatikan aspek keselamatan kerja serta menyajikannya dalam
bentuk laporan tertulis.
Pembelajaran dirancang agar siswa bisa lebih aktif dalam melakukan
percobaan, selain itu untuk memacu kreativitas siswa untuk menghadapi
permasalah di lingkungan sekitar. Salah satu contoh permasalahan adalah
hama/penyakit pada tanaman, sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida
kimia yang dapat merusak lingkungan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
siswa akan memperoleh pengetahuan baru mengenai pemanfaatan tanaman
sebagai alternatif bahan bioinsektisida. Hasil yang diperoleh, disampaikan dalam
bentuk laporan penelitian yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan acuan atau
literatur siswa maupun masyarakat terkait pemanfaatan tanaman sebagai bahan
pembuatan bioinsektisida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disumpulkan bahwa:
1. Aktivitas bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro terhadap
mortalitas ulat grayak rendah. Semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin tinggi pula mortalitas ulat grayak.
2. Nilai LC50-96jam bioinsektisida ekstrak metanol buah bintaro
terhadap mortalitas ulat grayak yaitu 1,31%.
B. Saran
1. Pada penelitian ini pengembangbiakan ulat dilakukan di tempat
terbuka sehingga akan banyak faktor yang akan mempengaruhi
siklus hidup ulat grayak. Diharapkan pemeliharaan dapat dilakukan
di termpat tertutup atau laboratorium agar meminimalisir faktor
penggangu.
2. Pada penelitian ini masih menggunakan cara konvensional dalam
penguapan metanol. Diharapkan cara yang digunakan bisa lebih
modern agar waktu yang digunakan lebih efektif.
3. Pada penelitian waktu yang digunakan untuk pengamatan hanya 4
hari, sehingga tidak dapat melihat siklus hidup larva pada tahap
selanjutnya. Diharapkan waktu pengamatan bisa dilakukan lebih
dari 4 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
DAFTAR PUSTAKA
Agnetha, A. 2008. Efek Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L) Sebagai
Larvasida Nyamuk Aedes sp. Skripsi. Malang: Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.
Agus, Fahmuddin dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah
Pertanian Lahan Kering. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast
Asia. Bogor
Ahmed, F., Amin, R., Shahid, IZ., Sobhani, MME. 2008. Antibacterial, cytotoxic,
and neuropharmacological activities of Cerbera odollam seeds. Oriental
Pharmacy and Experimental Medicine. 4
Asmaliyah, Sumardi, dan Musyafa. 2010. Uji Toksisitas Daun Nicolaia
atropurpurea Val. Terhadap Serangga Hama Spodoptera litura Fabricus
(Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7 (5): 253-
263
Baehaki. 1993. Insektisida Pengendalian Hama Tanaman. Angkasa: Bandung
Balfas, R., dan M. Willis. 2009. Pengaruh Ektrak Tanaman Obat Terhadap
Mortalitas dan Kelangsungan Hidup Spodopteralitura F. (Lepidoptera:
Noctuidae). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 20 (2)
Balitbang. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara Pada Tanaman Kedelai.
Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor
Chaieb I. 2010. Saponin as Insecticide: a riview. Tunisian. J, Of Plant Protection.
5: 39-50
Dadang dan Ohsawa, K. 2000. Penghambatan Aktivitas Makan Larva Plutella
xylostella yang Diperlukan Ekstrak Biji Swietenia mahogani
(Meliaceaea). Bul HPT 12: 27-32.
Day, R. A & Underwood. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif Edisi V. Erlangga.
Jakarta.
Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius:
Yogyakarta
Djunaedy, A. 2009. Biopestisida sebagai Pengendali Organisme Penganggu
Tanaman yang Ramah Lingkungan. Jurnal EMBRIYO. 6 (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Fadlilah, Rakmah A.N. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana
camara) terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera
litura) Pada Kedelai. Tugas Akhir. Jurusan Biologi Institut Teknologi
Sepuluh November. Surabaya.
Haditomo, I. 2010. Efek Larvasida Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum
L) terhadap Aedes aegypti L. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Hasnah, Husni, A., Fardhisa. 2015. Pengaruh Ekstrak Rimpang Jeringau (Acorus
calamus L.) terhadap Mortalitas Ulat Grayak Spodoptera litura F. J.
Floratek 7:115-124. UNSYIAH.
Hidayati, Nurul N., Yuliani, dan Kuswanti, Nur. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun
Suren dan Daun Mahoni terhadap Mortalitas dan Aktivitas Makan Ulat
Daun (Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis. Jurnal LenteraBio. 2 (1)
Kartimi. 2015. Pemanfaatan Buah Bintaro Sebagai Biopestisida dalam
Penanggulangan Hama Tanaman Padi di Kawasan Pesisir Desa Bandengan
Kabupaten Cirebon. Prosiding Seminar Nasional 2015. Jurusan
Pendidikan Biologi. Institut Agama Islan Negeri (IAIN). Malang.
Kuddus, M. R, Rumi, F, dan Masud, M.M. 2011. Phytochemical Screening and a
Antioxidant Activity Studies of Cerbera odollam G. Journal of Pharma
and Biosciences. 2 (1): 413-418.
Kurnianti, N. 2013. Budidaya Bawang Merah dari Biji, diunduh dari
http://www.tanijogonegoro.com/2013/04/budidaya-bawang-merah, diakses
pada tanggal 5 Maret 2017.
Kurniawan, Hadi., Nera Umilia P., Inarah F. 2016. Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Metanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds) terhadap Larva Artemia
salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura.
Pontianak.
Laetemia, J. Audrey dan Ria Y. Rumthe. 2011. Studi Kerusakan Akibat Serangan
Hama Pada Tanaman Pangan di Kecamatan Bula. Jurnal Agroforestri. 6
(1).
Lestari, Ratih I., Evie Ratnasari., dan Tjipto Haryono. 2016. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Sirsak (Anonna muricata) terhadap Kesintasan Ngengat
Spodoptera litura. Lentera Bio. 5 (1) : 60-65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Linangkung, Erfanto. 2015. Ratusan Hektar Tanaman Cabai Diserang Hama,
Petani Meradang, diunduh dari https://daerah,sindonews.com, diakses pada
tanggal 15 November 2016.
Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen Teknologi Pengendalian
Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai. Jurnal
Litbang Pertanian. 27 (4)
Muta’ali, Roqib dan Kristanti Indah Purwani. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun
Beluntas (Pluchea indica) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva
Spodoptera litura F. Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2).
Ningrum, Rosiati. 2012. Studi Potensi Biofungisida Ekstrak Daun Bintaro
(Cerbera manghas) dalam Mengendalikan Jamur Patogen Phytophthora
Capsici Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens LONGA).
Propasal Tugas Akhir. Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya
Nugroho, H. S. 1995. Ramuan Obat Jamu Tradisional. Surabaya: Apollo
Nugroho. 2013. Pengenalan dan Pengendalian Hama Ulat Grayak Pada Tanaman
Kapas, diunduh dari http://ditjenbun.pertanian.go.id, diakses pada tanggal
3 Maret 2017.
Nurhidayati, Istirochah P, Anis S, Djuhari dan A. Basit. 2008. Pertanian Organik.
Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang. Malang
Pangnakorn U, kanlaya S, Kuntha C. 2012. Effect of Wood Vinegar for
Controlling on Housefly (Musca domestica L). World Academy of Science.
Engineering and Technology. 65: 390-393.
Pratiwi, Y., Sri, S., dan Winda, F. W. 2012. Uji Toksisitas Limbah Cair Laundry
Sebelum dan Sesudah Diolah dengan Tawas dan Karbon Aktif terhadap
Bioindikator (Cyprinus carpio L.). Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan.
Fakultas Sains Terapan, Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.
Yogyakarta
Prayuda, Y E. 2014. Efikasi Ekstrak Biji Bintaro (Cerbera manghas) sebagai
larvasida pada larva Aedes aegypti L. instar III/IV. Skripsi. FK UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Purba, S. 2007. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia)
terhadap Plutella xyostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) di Laboratorium
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Rimantho, Dino. 2007. Bahaya Pestisida terhadap Kesehatan Manusia, diunduh
dari https://www.bushido02.wordpress.co.id, pada tanggal 14 November
2016.
Rossiana, N. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair Tahu Sumedang terhadap
Reproduksi Daphnia carinata KING. Jurnal Biologi. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjajaran.
Bandung.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Terjemahan:
K. Padmawinata. ITB. Bandung.
Sa’diyah Nur Alindatus, Kristanti Indah Purwani, Lucky Wijayanti. 2013.
Pengaruh Ekstrak Daun Bintaro (Cerbera odollam) Terhadap
Perkembangan Ulat Grayak (Spodoptera litura). Jurnal Sains Dan Seni
POMITS 2 (2)
Sastrodiharjo, S. 1984. Pengantar Entomologi Terapan. ITB: Bandung
Septiana Andi, Indrawati, Rustin. 2014. Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin
Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less) pada Lahan Salin di Desa
Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya
Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara. Jurnal BioWallacea 1 (2).
Setiawati W, Rini M, Neni G dan Tati R. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati
dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Penggangu
Tumbuhan (OPT). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Sianturi AHM. 2001. Isolasi dan Fraksinasi Senyawa Bioaktif dari Biji Mahoni
(Swietenia mahagoni Jacq). Skripsi Program Sarjana. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam., ITB. Bogor.
Steenis, V. 2005 Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradya Paramita: Jakarta.
Sudarmo, H. 1991. Pengetahuan Serangga Hama Sayuran dan Palawija.
Kanisius: Jakarta
Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati. Kanisius: Jakarta.
Sulistiyono, L. 2004. Dilema Penggunaan Pestisida dalam Sistem Pertanian
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Makalah Pribadi. Pengantar ke
Falsafah Sains. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Sumantri, A. 1996. Pedoman Teknis Budidaya Sorgum Manis sebagai Bahan
Baku Industri Gula, Kerjasama Direktorat Jenderal Perkebuanan dengan
Pusat Penelitian Perkebunan Gula : Indonesia
Syah, Bintang Wahyu dan Kristanti Indah P. 2016. Pengaruh Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap Mortalitas dan
Perkembangan Larva Spodoptera litura. Jurnal Sains dan Seni ITS. 5 (2):
23-28
Tarmadi, D., AH. Prianto, I. Guswenrivo, T. Kartika, S. Yusuf. 2007. Pengaruh
Ekstrak Bintaro (Cerbera odollam Gaertn) dan Kecubung (Brugmansia
candida Pers) terhadap Rayap Tanah Captotermes sp. J. Trop. Wood Scie
& Tech. 5 (1)
Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis dan A. Budiman. 2007. Potensi Ekstrak Flora
Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati. Balai Penelitian Pertanian Lahan
Rawa. Laporan Hasil Penelitian Balitra Hlm 35-54
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM
Utami, P. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Diabetes Melitus, 2, 6, 7.
Agromedia Pustaka: Jakarta
Utami. 2010. Aktivitas Insektisida Bintaro (Carbera odollam gaeztn) Terhadap
Hama Euremaspp Pada Skala Laboratoriun. Jurbal Peneltian Hutan
Tanaman (VIII) 4 : 211-220
Yudha WH. 2013. Efektivitas Ekstrak Buah Bintaro (Cerbera odollam) Sebnagai
Larvasida Lalat Rumah (Musca domestica). Skripsi Program Sarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Yunita, E., Suprapti, N., dan Hidayat, J. 2009. Pengaruh Ekstrak Daun Teklan
(Eupatorium riparium) Terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva
Aedes aegypti. Bioma. 1 (11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 1
SILABUS MATA PELAJARAN BIOLOGI
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Semester : X / 1
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Kompetensi Inti :
KI. 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI. 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
KI. 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI. 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
1. Ruang Lingkup Biologi, Kerja Ilmiah dan Keselamatan Kerja, serta karir berbasis Biologi
1.1 Mengagumi
keteraturan dan
kompleksitas ciptaan
Tuhan tentang
keanekaragaman
hayati, ekosistem dan
Ruang lingkup
biologi:
Permasalahan
biologi pada
berbagai objek
Mengamati
Mengamati lingkungan
sekitar sekolah yang
berkaitan dengan objek
dan permasalahan dalam
Tugas
Membuat peta
konsep tentang
permasalahan
biologi dan
2 minggu x
4JP
Lingkungan
sekitar sekolah
Buku Pelajaran
Biologi kelas X
LKS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
lingkungan hidup. biologi, dan
tingkat organisasi
kehidupan
Cabang-cabang
ilmu dalam biologi
Manfaat
mempelajari
biologi bagi diri
sendiri dan
lingkungan
Kerja Ilmiah (sikap
dan metode ilmiah)
ruang lingkup biologi.
Menanya
Siswa mengajukan
pertanyaan mengenai
metode ilmiah yang akan
dilakukan kepada teman
atau guru.
Mengumpulkan data
(Eksperimen/Eksplorasi)
Mencari permasalahan
biologi pada objek yang
terdapat dalam
lingkungan sekitar
cabang-cabang
biologi, serta
aspek kerja ilmiah
dan keselamatan
kerja
Observasi
Sikap ilmiah saat
mengamati,
melaporkan secara
lisan dan saat
diskusi dengan
lembar
pengamatan
Artikel ilmiah
atau laporan
ilmiah tentang
bagaimana
ilmuwan bekerja
(dibahas tentang
cara kerja
ilmuwan, sikap
perilaku, dan
objek yang
diteliti)
2.1 Berperilaku ilmiah :
teliti, tekun, jujur
sesuai data dan fakta,
displin, tanggung
jawab, dan peduli
dalam observasi dan
eksperimen, berani
dan santun dalam
mengajukan
pertanyaan dan
beragumentasi, peduli
lingkungan, gotong
royong, bekerjasama,
cinta damai,
berpendapat secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif
dalam setiap tindakan
dan dalam melakukan
pengamatan dan
percobaabn di dalam
kelas / laboratorium
maupun di luar kelas /
laboratorium.
Keselamatan Kerja sekolah dan
menuliskannya dalam
bentuk laporan.
Melakukan studi literatur
tentang cabang-cabang
biologi, obyek biologi dan
permasalahan biologi
Diskusi tentang kerja
seorang peneliti biologi
dengan menggunakan
metode ilmiah dalam
mengamati bioproses dan
melakukan percobaan
dengan
menentukan
Portofolio
Kompetensi
membuat laporan
dari format, isi
laporan,
kesesuaian isi, dan
aspek komunikatif
dan berbahasa
Tes
Tertulis membuat
bagan/skema tentang
ruang lingkup
biologi, aspek kerja
ilmiah dan
3.1 Memahami tentang
ruang lingkup
biologio
(permasalahan pada
berbagai objek biologi
dan tingkat organisasi
kehidupan), metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
ilmiah dan prinsip
keselamatan kerja
berdasarkan
pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari.
permasalahan, membuat
hipotesis, merencanakan
percobaan dengan
menentukan variabel
percobaan, mengolah data
pengamatan dan
percobaan dan
menampilkannya dalam
tabel/grafik/skema,
mengkomunikasikannya
secara lisan dengan
berbagai media dan secara
tulisan dengan format
laporan ilmiah sederhana
Diskusi aspek-aspek
keselamatan kerja
keselamatan kerja
4.1 Menyajikan data
tentang objek dan
permasalahan biologi
pada berbagai tingkat
organisasi kehidupan
dengan metode ilmiah
dan memperhatikan
aspek keselamatan
kerja sera
menyajikannya dalam
bentuk laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
tertulis. laboratorium biologi dan
menyepakati komitmen
bersama untuk
melaksanakan secara
tanggung jawab aspek
keselamatan kerja di lab.
Mengamati contoh
laporan hasil penelitian
biologi dalam jurnal
ilmiah berbahasa
Indonesia atau Bahasa
Inggris tentang
komponen/format laporan
dan mengamati
komponennya dan
mengaitkannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
ruang lingkup biologi
sebagai mata pelajaran
kelompok ilmu alam
Mengasosiasikan
Mendiskusikan hasil-hasil
pengamtatan dan kegiatan
tentang ruang lingkup
biologi, cabang-cabang
biologi, pengembangan
karir dalam biologi, kerja
ilmiah dan keselamatan
kerja untuk
membentuk/memperbaiki
pemahaman tentang ruang
lingkup biologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
KOMPETENSI DASAR MATERI POKOK PEMBELAJARAN PENILAIAN ALOKASI
WAKTU
MEDIA, ALAT,
BAHAN
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan
secara lisan tentang ruang
lingkup biologi, kerja
ilmiah dan keselamatan
kerja, serta rencana
pengembangan karir masa
depan berbasis biologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas / Semester : X / 1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah : teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta, displin,
tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan beragumentasi, peduli
lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat
secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan
dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas /
laboratorium maupun di luar kelas / laboratorium.
3.1 Memahami tentang ruang lingkup biologio (permasalahan pada
berbagai objek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), metode
ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam
kehidupan sehari-hari.
4.1 Menyajikan data tentang objek dan permasalahan biologi pada
berbagai tingkat organisasi kehidupan dengan metode ilmiah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
memperhatikan aspek keselamatan kerja sera menyajikannya dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Indikator
1.1.1 Mengangumi ruang lingkup, objek dan permasalahan biologi di
lingkungan sekitar
2.1.1 Proaktif, toleransi, percaya diri dan dapat bekerja sama dalam
melakukan penelitian baik di dalam kelas maupun diluar kelas
3.1.1 Mengidentifikasi ruang lingkup biologi berdasarkan cabang-cabang
dan manfaat ilmu biologi
3.1.2 Menjelaskan langkah-langkah metode ilmiah dalam suatu
penelitian
4.1.2 Membuat peta konsep yang berkaitan dengan objek pada ruang
lingkup biologi yang terdapat pada lingkungan sekitar
4.1.3 Membuat rancangan penelitian tentang objek dan permasalahan
biologi berdasarkan metode ilmiah dalam bentuk tertulis
4.1.4 Melakukan penelitian sederhana terkait objek biologi dan
menyajikan dalam bentuk laporan tertulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
D. Tujuan
1.1.1.1 Siswa dapat menyadari ruang lingkup biologi, objek dan
permasalahan biologi yang ada di lingkungan sekitar
2.1.1.1 Melalui observasi lingkungan dan video / gambar siswa dapat
menjadi lebih proaktif, toleransi, percaya diri dan dapat bekerja
sama
3.1.1.1 Melalui studi pustaka siswa dapat mengidentifikasi tentang
cabang-cabang ilmu biologi dan manfaatnya
3.1.2.1 Setelah mengamati jurnal imiah siswa mampu menjelaskan
langkah-langkah metode ilmiah dalam suatu penelitian
4.1.1.1 Siswa dapat membuat peta konsep yang berkaitan dengan objek
pada ruang lingkup biologi yang terdapat pada lingkungan sekitar
4.1.1.2 Siswa dapat membuat rancangan penelitian tentang objek biologi
berdasarkan metode ilmiah secara tertulis
E. Materi Pembelajaran
Bab : Ruang Lingkup Biologi
Sub Bab :
Cabang dan Manfaat ilmu biologi
Metode Ilmiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
F. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
Pendekatan : Santifik
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran : Diskusi, ceramah, observasi, dan
eksperimen
G. Media Pembelajaran
1. Gambar mengenai mahluk hidup
2. Gambar mengenai bidang pertanian yang berkaitan dengan biologi
3. Slide Show
4. Lembar Kerja Siswa
H. Sumber Belajar
1. Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta:
Erlangga
2. Utami, dkk. 2010. Daya Racun Ekstrak Kasar Daun Bintaro (Cerbera
odollam) Terhadap Larva Spodoptera litura. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 15 (2): 96-100
3. Lingkungan sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
I. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Pendahuluan
(15 menit)
Salam
Apersepsi
Memotivasi siswa
Menyampaikan
tujuan yang ingin
dicapai
1. Guru mengecek kesiapan kelas dan siswa
kemudian lalu memberikan salam
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru menanyakan kepada siswa
- Mengapa kalian harus belajar ilmu
biologi ?
- Manfaat apa yang kalian dapatkan
setelah mempelajari ilmu biologi ?
4. Guru menampilkan gambar kehidupan
sehari-hari, kemudian menanyakan siswa
kegiatan apa yang dilakukan seseorang
dalam gambar tersebut ?
5. Guru menyampaikan tujuan dan materi
yang akan dipelajari
Inti
(50 menit)
Mengamati
1. Siswa mengamati beberapa gambar
mengenai objek biologi di lingkungan
sekitar, seperti kupu-kupu yang hinggap
pada tanaman, petani yang sedang
menyiram sawah, tumbuhan yang terkena
hama yang ditampilkan oleh guru.
Menanya
1. Guru memotivasi siswa untuk
memunculkan pertanyaan terkait dengan
objek biologi di lingkungan sekitar dalam
ilmu biologi.
Mencoba
1. Guru mengajak siswa untuk membentuk
kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5
anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
2. Siswa melakukan pengamatan yang
berkaitan dengan objek dan permasalahan
biologi di lingkungan sekitar sekolah
3. Siswa mendiskusikan mengenai objek
biologi yang dikaitkan dengan cabang-
cabang ilmu biologi, serta manfaat cabang
ilmu biologi bagi manusia dan lingkungan
sekitar
4. Siswa mendiskusikan mengenai
permasalahan dalam bidang biologi
dilingkungan sekitar dan mencari solusi
Menalar
1. Siswa dibimbing oleh guru untuk
mengolah berbagai informasi yang telah
didapatkan dari lingkungan sekitar.
2. Kemudian siswa secara berkelompok
berpikir dan menganalisis untuk mengisi
LKS
3. Siswa dapat mengambil kesimpulan
mengenai hubungan antara objek biologi
dengan cabang-cabang biologi serta
permasalahan biologi pada lingkungan
sekitar
Mengkomunikasi-
kan
1. Siswa diminta untuk menyampaikan hasil
diskusi didepan kelas untuk melatih
keaktifan dan rasa percaya diri siswa, serta
untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa mengenai materi yang telah
dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Konfirmasi
1. Guru melengkapi mengenai materi yang
belum disampaikan oleh siswa melalui
presentasi.
2. Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan membuat
kesimpulan.
Penutup
(15 menit)
Rangkuman
Evaluasi
Refleksi
Arahan
Salam
1. Siswa diminta untuk merangkum apa yang
telah didiskusikan dan dipelajari tadi, guru
hanya membimbing dan mengarahkan saja
2. Guru mengajukan pertanyaan tentang
cabang ilmu biologi dan manfaatnya: Apa
ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan?
Lalu apa manfaatnya?
3. Siswa diajak untuk merefleksikan apa saja
yang didapat setelah mempelajari materi
cabang biologi dan manfaatnya
4. Guru memberikan arahan kepada siswa
dan menutup pelajaran dengan salam
Pertemuan 2
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Pendahuluan
(15 menit)
Salam
Apersepsi,
1. Guru mengecek kesiapan kelas dan siswa
kemudian lalu memberikan salam
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru menanyakan kepada siswa “apakah
kalian sudah pernah membuat karya ilmiah
atau melakukan melakukan penelitian ?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Memotivasi siswa
Menyampaikan
tujuan yang ingin
dicapai
4. Guru menampilkan gambar mengenai
berbagai produk sains yang dihasilkan
dalam bidang biologi, kemudian
menanyakan siswa “menurut kalian apakah
metode ilmiah? bagaimana cara untuk
menyelesaikan masalah dan dapat
menghasilkan sebuah produk sains ?”
5. Guru menyampaikan tujuan dan materi
yang akan dipelajari
Inti
(50 menit) Mengamati
1. Siswa mengamati gambar mengenai
berbagai produk sains yang dihasilkan
dalam bidang biologi, kemudian
menanyakan siswa “bagaimana produk
tersebut dapat ditemukan dan dihasilkan?
langkah-langkah apa yang harus
dilakukan?”
Menanya
1. Guru memotivasi siswa untuk
memunculkan pertanyaan mengenai
bagaimana produk tersebut dapat
ditemukan dan dihasilkan? langkah-
langkah apa yang harus dilakukan?
Mencoba
1. Guru mengajak siswa untuk membentuk
kelompok diskusi yang terdiri dari 4-5
anggota
2. Guru memberikan LKS berupa Jurnal
penelitian dalam bidang pertanian yang
berkaitan dengan biologi
3. Siswa dibimbing untuk menganalisis jurnal
tentang komponen-komponen dalam karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
ilmiah dikaitkan dengan metode ilmiah.
4. Siswa diminta untuk mendiskusikan
mengenai rumusan permasalahan dan
mendesain/merancang eksperimen
sederhana untuk penelitian ilmiah yang
akan dilakukan dilapangan sesuai dengan
permasalahn yang dipilih secara mandiri.
Menalar
1. Siswa dibimbing oleh guru untuk
mengolah berbagai informasi yang telah
didapatkan dari lingkungan sekitar.
2. Kemudian siswa secara berkelompok
berpikir dan menganalisis untuk mengisi
LKS
3. Siswa dapat mengambil kesimpulan
mengenai hubungan antara objek biologi
dengan cabang-cabang biologi serta
permasalahan biologi pada lingkungan
sekitar
Mengkomunikasi-
kan
1. Siswa diminta untuk menyampaikan hasil
diskusi di depan kelas untuk melatih
keaktifan dan rasa percaya diri siswa, serta
untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa mengenai materi yang telah
dipelajari.
Konfirmasi
1. Guru melengkapi mengenai materi yang
belum disampaikan oleh siswa melalui
presentasi.
2. Guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
memberikan penguatan dan membuat
kesimpulan.
Penutup
(15 menit)
Rangkuman
Evaluasi
Refleksi
Arahan
Salam
1. Siswa diminta untuk merangkum apa yang
telah didiskusikan dan dipelajari tadi, guru
hanya membimbing dan mengarahkan saja
2. Guru mengajukan pertanyaan mengenai
bagaimana langkah-langkah menyusun
metode ilmiah biologi yang benar
3. Siswa diajak untuk merefleksikan apa saja
yang didapat setelah mempelajari materi
metode ilmiah
4. Guru memberikan arahan kepada siswa
dan menutup pelajaran dengan salam
J. Penilaian
1. Teknik Penilaian
Tes Tertulis
Non Tes (Pengamatan Sikap dan Portofolio)
2. Bentuk Instrumen
Pilihan Ganda
Uraian Singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 3
MEDIA PEMBELAJARAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 4
LEMBAR KERJA SISWA
Judul : Ruang Lingkup Biologi
(Cabang Ilmu Biologi dan Manfaatnya)
Nama Kelompok: 1.
2.
3.
4.
A. Tujuan
1. Siswa dapat menyadari ruang lingkup biologi, objek dan permasalahan
biologi yang ada di lingkungan sekitar
2. Melalui observasi lingkungan dan gambar siswa dapat menjadi lebih
proaktif
3. Melalui studi pustaka siswa dapat mengidentifikasi tentang cabang-cabang
ilmu biologi dan manfaatnya
B. Alat dan bahan
Lingkungan sekitar sekolah
Kertas karton
Alat tulis
Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
C. Cara kerja
1. Lakukanlah observasi/pengamatan diluar kelas untuk mengetahui
lingkungan sekitar (objek dan permasalahan).
2. Amatilah objek dan permasalahan yang terdapat di sekitar lingkungan
sekolah.
3. Catatlah hal-hal penting mengenai objek dan permasalahn yang
berhubungan dengan cabang ilmu biologi.
4. Siswa diminta berdiskusi untuk membuat peta konsep mengenai cabang
ilmu biologi.
5. Setelah semua selesai, siswa diminta mempresentasikan peta konsep yang
dibuat berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.
D. Soal
1. Sebutkan objek dan permasalahan biologi yang kalian temukan berkaitan
dengan cabang ilmu biologi !
2. Buatlah peta konsep mengenai cabang-cabang ilmu biologi berdasarkan
pengamatan objek dan permasalah yang telah ditemukan !
3. Apa manfaat cabang ilmu biologi tersebut bagi manusia dan lingkungan ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 5
LEMBAR KERJA SISWA
Judul : Ruang Lingkup Biologi
(Metode Ilmiah)
Nama Kelompok: 1.
2.
3.
4.
E. Tujuan
1. Setelah mengamati gambar siswa mampu menjelaskan langkah-langkah
metode ilmiah dalam suatu penelitian
2. Siswa dapat membuat rancangan penelitian tentang objek biologi
berdasarkan metode ilmiah
3. Setelah melakukan penelitian sederhana siswa dapat membuat laporan
tertulis
F. Alat dan bahan
1. Jurnal Ilmiah
2. Lingkungan sekitar sekolah
3. Alat tulis
Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
G. Cara kerja
1. Bacalah jurnal ilmiah yang tersedia mengenai pestisida nabati dan hama
pada tanaman.
2. Lakukanlah observasi/pengamatan di luar kelas untuk mengetahui
lingkungan sekitar mengenai penyakit dan hama pada tanaman.
3. Amatilah tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati
4. Siswa diminta berdiskusi untuk mencari permasalahan berdasarkan
observasi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan jurnal ilmiah yang
telah dibaca.
5. Selanjutnya, siswa diminta membuat rancangan penelitian sederhana terkait
hasil observasi dan jurnal ilmiah !
6. Tentukan Judul, Rumusan masalah, Tujuan, Hipotesis dan Metodologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 6
DAYA RACUN EKSTRAK KASAR DAUN BINTARO
(Cerbera odollam )TERHADAP LARVA Spodoptera litura
Spodoptera litura adalah salah satu jenis serangga polifag yang berpotensi
sebagai hama tanaman. Larvanya dikenal sebagai ulat grayak. Tanaman pertanian
yang dijadikan inang hama ini diantaranya adalah kedelai, talas, cabai, kubis dan
tembakau. Sedangkan tanaman kehutanan yang telah terbukti sebagai inangnya
adalah Acacia mangium (Kalshoven, 1981), A. crassicarpa (Asmaliyah dan
Utami, 2007), jarak (Deptan, 2010) dan ulin (Abdurachman dan Saridan, 2008).
Cara pengendalian ulat grayak yang paling umum dilakukan adalah
dengan menggunakan insektisida kimia. Reaksi alami terhadap penggunaan
insektisida sintetis diantaranya adalah menimbulkan resistensi hama, resurgensi
hama dan munculnya hama sekunder. Untung (1993) melaporkan bahwa
penggunaan insektisida secara tidak bijak bisa mengakibatkan timbulnya
pencemaran lingkungan dan terbunuhnya organisme bukan sasaran. Akibat
dampak negatif dari insektisida sintetis, maka diperlukan suatu insektisida
alternatif yang bersifat selektif terhadap serangga dan relatif aman bagi
lingkungan.
Insektisida alternatif yang banyak dikembangkan saat ini adalah
insektisida alami yang berasal dari tumbuhan yang biasa disebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
insektisida nabati. Salah satu jenis tanaman yang tergolong familia Apocynaceae
dan diyakini bisa dimanfaatkan sebagai insektisida nabati yaitu bintaro (Cerbera
odollam). Bintaro merupakan tanaman berbentuk pohon dengan tinggi kurang
lebih 20 m. Tanaman ini banyak tumbuh di pantai, khususnya di tanah berlumpur
atau berpasir. Daerah penyebaran tanaman ini meliputi Tanzania, Madagaskar,
India, Myanmar, Indo-China, Taiwan, Jepang bagian Selatan, Thailand, daerah
Melanesia hingga Australia (PROSEA, 2002). Batang bintaro tegak berkayu, bulat
dan berbintik-bintik hitam. Pepagan (kulit kayu) halus, berwarna abu-abu dan
berlentisel memanjang. Daunnya berbentuk spiral, melancet sungsang, pangkal
daun melanjut, daun kering berwarna hitam, agak berdaging, gundul, panjang,
lebar, tulang daun sekunder sebanyak 15-25 pasang, tegak lurus pada garai
(Kebler dan Sidiyasa, 2005). Kini jenis tanaman ini biasanya ditanam di
pekarangan, taman dan pinggir jalan tol sebagai tanaman peneduh.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa ekstrak kasar daun
bintaro (Cerbera odollam) memiliki aktivitas insektisida yang cukup kuat
terhadap larva Spodoptera litura dengan LC50 sebesar 0,6% terhadap instar dua
dan 0,28% terhadap instar dua dan tiga. Ekstrak daun bintaro memberikan respon
positif terhadap flavonoid, steroid, saponin, dan tanin.
(Sumber: Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Agustus 2010, hlm 96-100)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 7
Kisi-kisi soal Ruang Lingkup Biologi
Indikator
Soal
Ingatan C1 Pemahaman
C2
Penerapan
C3 Analisis C4 Sintesis C5
Membuat
C6
3.1.1 Mengidentifikasi
ruang lingkup
biologi
berdasarkan
cabang-cabang
dan manfaat
ilmu biologi
Pg 2, Pg 11 Pg 1, Pg 3, Pg
16
Pg 4, Pg 5,
Pg 17, Pg 20
Pg 18, Pg
19
4.1.1 Menjelaskan
langkah-langkah
metode ilmiah
dalam suatu
penelitian
Pg 6, Pg 12,
U 1
Pg 7, Pg 8 Pg 9, Pg 13 Pg 10, Pg
14, Pg 15
U 2 U 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 8
Soal Evaluasi Materi Cabang Ilmu Biologi dan Manfaatnya
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda
silang (X) pada huruf a b c d
1. Penelitian DNA merupakan pemecahan permasalahan biologi di tingkat..
a. Jaringan
b. Individu
c. Molekul
d. Organ
e. Sel
2. Organisme yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat
hidupnya akan. . . .
a. Bertahan hidup
b. Bermigrasi ke tempat lain
c. Memperbanyak keturunan
d. Bergantung pada organisme lain
e. Berkompetisi memperebutkan makanan
3. Sistem Koordinasi pada manusia merupakan objek biologi pada tingkat ..
a. Sel
b. Organ
c. Jaringan
d. Organisme
e. Sistem organ
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4. Lumut kerak dapat dijadikan alat ukur penentuan kualitas udara. Lumut
kerak itu digunakan sebagai . . . .
a. Biometer
b. Biodetektor
c. Bioindikator
d. Biooksidator
e. Biokatalisator
5. Operasi jantung dan pembuluh darah merupakan pemecahan
permasalahn biologi di tingkat . . . .
a. Sistem organ
b. Jaringan
c. Individu
d. Organ
e. Sel
6. Penelitian dalam bidang biologi harus dilakukan mengikuti suatu
prosedur yang disebut . . . .
a. Studi ilmiah
b. Karya ilmiah
c. Prinsip ilmiah
d. Metode ilmiah
e. Penelitian ilmiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
7. Sikap ilmuwan yang tidak diperlukan pada saat menganalisis data hasil
percobaan adalah . . . .
a. Tekun dan teliti
b. Berpikir rasional
c. Merekayasa data
d. Bersikap objektif
e. Berpikir kritis dan analitis
8. Rumusan masalah dalam penelitian biologi dibuat berdasarkan . . . .
a. Prakiraan
b. Analisis data
c. Hasil percobaan
d. Hasil pengamatan
e. Dugaan sementara
9. Seorang mahasiswa ingin menjadi ahli bedah, maka ia harus
memperdalam pengetahuan tentang . . . .
a. Etologi
b. Evolusi
c. Ekologi
d. Anatomi
e. Genetika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
10. Seorang siswa harus berpikir kritis. Misalkan seorang siswa mengamati
seekor lebah yang tengah hinggap di bunga. Sesuai dengan metode
ilmiah, langkah yang mula-mula dilakukan siswa tersebut adalah . . . .
a. Menganalisis data hasil pengamatan
b. Merumuskan hipotesis berdasarkan teori
c. Membuat pertanyaan untuk merumuskan masalah
d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan
e. Melakukan eksperimen untuk membuktikan hipotesis
11. Cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan organisme dengan
lingkungan dan sekitarnya adalah . . . .
a. Ekologi
b. Sitologi
c. Mikologi
d. Taksonomi
e. Endokrinologi
12. P : melakukan eksperimen
S : menarik kesimpulan
Q : merumuskan hipotesis
T : merumuskan masalah
R : mengumpulkan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Urutan langkah metode ilmiah yang benar adalah . . . .
a. P, Q, T, R, S
b. Q, P, R, T, S
c. R, T, Q, S, P
d. S, Q, R, P, T
e. T, R, Q, P, S
13. Berikut ini keterampilan proses dalam melakukan observasi, kecuali . . . .
a. Mencium aroma bunga
b. Mendengarkan suara berbagai jenis burung
c. Mengumpulkan data dari hasil laporan ilmiah
d. Membedakan bentuk-bentuk pertulangan daun
e. Melakukan pengukuran kecepatan angin menggunakan anemometer
Untuk soal nomor 14-15, perhatikan keterangan berikut.
Seorang siswa hendak meneliti pengaruh detergen terhadap kecepatan
gerak buka tutup operkulum ikan. Untuk itu dilakukan tiga perlakuan,
yaitu:
I. Ikan A dimasukkan dalam larutan 1 sendok detergen
II. Ikan B dimasukkan dalam larutan 2 sendok detergen
III. Ikan C dimasukkan dalam air tanpa detergen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
14. Rumusan masalah yang benar adalah . . . .
a. Bagaimana pengaruh detergen terhadap kehidupan perairan?
b. Mengapa detergen mempengaruhi kecepatan gerak operkulum ikan?
c. Apakah yang mempengaruhi kecepatan gerak buka tutup operkulum
ikan?
d. Bagaimana pengaruh detergen terhadap kecepatan gerak buka tutup
operkulum ikan?
e. Bagaimana kecepatan gerak buka tutup operkulum ikan pada
perairan yang tercemar detergen?
15. Hipotesis yang benar adalah . . . .
a. Detergen mempengaruhi kehidupan perairan
b. Detergen pada dosis tinggi dapat mematikan ikan
c. Detergen mempengaruhi kecepatan buka tutup operkulum ikan
d. Detergen mengandung senyawa kimia yang mempengaruhi
kehidupan ikan
e. Detergen mengandung “x” yang mempengaruhi kecepatan buka
tutup operkulum ikan
16. Cabang ilmu biologi yang didasarkan pada tingkat organisasi kehidupan
adalah . . . .
a. Morfologi, anatomi dan fisiologi
b. Sitologi, histologi dan organologi
c. Histologi, genetika dan biologi populasi
d. Organologi, embriologi dan mikrobiologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
e. Biologi molekuler, taksonomi dan patologi
17. Agar perkembangan biologi yang pesat terhindar dari penyalahgunaan
yang dapat menganggu keseimbangan sistem kehidupan maka setiap
ilmuwan harus memiliki sikap . . . .
a. Menganggap alam adalah laboratorium raksasa
b. Turut berperan serta di dalam pemanfaatan alam
c. Kritis terhadap segala perkembangan ilmiah baru
d. Peduli lingkungan serta meningkatkab iman dan takwa
e. Mencari sumber inovasi baru dalam eksplorasi sumber daya alam
18. Untuk menguji hubungan keturunan yang benar antara orang tua dengan
anaknya sering dilakukan tes DNA. Tes DNA merupakan penerapan
biologi dalam bidang ....
a. Sitologi
b. Histologi
c. Bioteknologi
d. Mikrobiologi
e. Biologi molekuler
19. Penyakit AIDS menyerang sistem pertahanan tubuh. Cabang biologi
yang tepat untuk mempelajari sebab dan akibat dari penyakit AIDS
adalah . . . .
a. Virologi dan sitologi
b. Virologi dan imunologi
c. Parasitologi dan hematologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
d. Mikrobiologi dan imunologi
e. Mikrobiologi dan hematologi
20. Dalam bidang sains sulit dilakukan kebohongan ilmiah karena
penelitiannya dilakukan dengan menggunakan . . . .
a. Cara berpikir yang logis
b. Objek berupa benda konkret
c. Dasar pemikiran peneliti terdahulu
d. Dasar fakta yang telah terbukti kebenarannya
e. Langkah-langkah sistemtis yang bersifat baku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 9
Panduan Skoring
Pilihan Ganda
1. Bila menjawab benar mendapatkan poin 3
2. Bila menjawab salah mendapatkan poin 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 10
Kunci Jawaban
Pilihan Ganda
1. C
2. B
3. A
4. C
5. A
6. D
7. C
8. D
9. D
10. C
11. A
12. E
13. C
14. D
15. C
16. B
17. D
18. E
19. B
20. E
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 11
Soal Evaluasi Materi Metode Ilmiah
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan benar !
1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah? Tuliskan urutan langkah-
langkahnya !
Untuk soal nomor 2-3, perhatikan pernyataan berikut:
Seorang petani mencoba membuat pestisida nabati dari tumbuh-
tumbuhan yang ada dilingkungan sekitar untuk menanggani hama ulat
grayak pada tanaman tomatnya. Petani menggunakan daun bintaro
sebagai pestida, petani menggunakan beberapa konsentrasi yang
berbeda (1%, 2%, 3% dan 4%) untuk mendapatkan hasil yang
maksimal untuk membunuh ulat grayak.
2. Dari pernyataan di atas tentukan:
a. Rumusan masalah
b. Hipotesis dari pernyataan di atas.
c. Variabel penelitian (kontrol, bebas dan terikat)
3. Dari pernyataan di atas tentukanlah:
a. Alat bahan apa saja yang diperlukan untuk membuat pestisida
nabati dari tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar
b. Cara kerja untuk membuat pestisida nabati dari tumbuhan yang ada
di lingkungan sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 12
Panduan Skoring
Uraian Singkat
1. Bila menjawab metode ilmiah dengan tepat mendapatkan poin 10
Bila menjawab metode ilmiah dengan salah atau tidak menjawab
mendapatkan poin 0
2. Bila menjawab rumusan masalah, hipotesis dan variabel dengan tepat
mendapatkan poin 30
Bila menjawab rumusan masalah dengan tepat mendapatkan poin 10
Bila menjawab hipotesis dengan tepat mendapatkan poin 10
Bila menjawab variabel dengan tepat mendapatkan poin 10
Bila menjawab rumusan masalah, hipotesis dan variabel salah atau tidak
menjawab mendapatkan poin 0
3. Bila menjawab alat, bahan dan cara kerja dengan tepat mendapatkan poin 60
Bila menjawab alat dengan tepat mendapatkan poin 15
Bila menjawab bahan dengan tepat mendapatkan poin 15
Bila menjawab cara kerja dengan tepat mendapatkan poin 30
Bila menjawab salah atau tidak menjawab mendapatkan poin 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Lampiran 13
Rubrik Penilaian Kognitif
Mata Pelajaran : Biologi
Nama Siswa :
Rubrik Penilaian
Nomor
Soal Skor Aspek yang dinilai
1
10 Dapat menyebutkan 7 langkah metode ilmiah dengan urut dan
tepat
8 Dapat menyebutkan 5 langkah metode ilmiah dengan urut dan
tepat
6 Dapat menyebutkan 7 langkah metode ilmiah secara acak
2 Dapat menyebutkan di bawah 5 langkah metode ilmiah secara
acak
2
30 Dapat menyebutkan rumusan masalah, hipotesis dan variabel
dengan tepat dan benar
20 Dapat menyebutkan rumusan masalah, hipotesis dan variabel
dengan tidak lengkap
10 Dapat menyebutkan kurang dari 3 antara rumusan masalah,
hipotesis dan variabel dengan tepat dan benar
5 Dapat menyebutkan 1 dari rumusan masalah, hipotesis dan
variabel dengan tepat dan benar
3
60 Dapat menyebutkan alat bahan dan cara kerja dengan lengkap,
urut dan tepat
40 Dapat menyebutkan alat, bahan dan cara kerja dengan kurang
lengkap dan urut
20 Dapat menyebutkan cara kerja dengan lengkap, urut dan tepat
10 Dapat menyebutkan antara alat, bahan atau cara kerja dengan
tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 14
Kunci Jawaban
Uraian
1. Metode ilmiah adalah metode pemecahan masalah yang merupakan
penggabungan antara teori dan data, rasionalisme dan empiris.
Urutan langkah-langkah metode ilmiah
a. Menemukan dan merumuskan masalah
b. Mengumpulkan keterangan/data
c. Membuat hipotesis
d. Melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis
e. Menganalisis data hasil eksperimen
f. Menarik kesimpulan
g. Menulis laporan lengkap
2. Rumusan masalah: Bagaimana pengaruh pestisida nabati dari
tumbuhan terhadap mortalitas ulat grayak ?
Hipotesis dari pernyataan diatas: Penggunaan pestisida nabati dari
tumbuhan memberikan pengaruh terhadap mortalitas ulat grayak
Variabel kontrol: Tanaman tomat
Variabel terikat: mortalitas ulat grayak
Variabel bebas : konsentrasi pestisida nabati
3. Alat dan bahan:
a. Tanaman, pelarut, air, timbangan, blender, wadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
b. Cara Kerja:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 15
Rubrik Penilaian Presentasi Kelompok
Mata Pelajaran : Biologi
Nama Siswa :
Pedoman Penskoran
No Nama Siswa Kemampuan
Presentasi
Kemampuan
Menjawab
Pertanyaan
Kerjasama
Kelompok
Total
Skor
Nilai
Akhir
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Nilai Akhir =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
No Aspek Skor Kriteria Skor
1 Kemampuan
Presentasi
4 - Dipresentasikan dengan suara lantang
- Dipresentasikan dengan runtut / sistematis
- Adanya kontak mata saat presentasi berlangsung
- Memanajemen waktu presentasi dengan baik
3 Terdapat 1 kriteria kemampuan presentasi dari skor 4
tidak terpenuhi
2 Terdapat 2 kriteria kemampuan presentasi dari skor 4
tidak terpenuhi
1 Terdapat lebih dari 2 kriteria kemampuan presentasi dari
skor 4 tidak terpenuhi
2
Kemampuan
Menjawab
Pertanyaan
4 - Kelompok dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan guru
- Kelompok dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan teman
- Kelompok dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
dan benar
- Kelompok dapat menjawab pertanyaan dengan
runtut / sistematis
3 Terdapat 1 kriteria kemampuan menjawab pertanyaan
dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Terdapat 2 kriteria kemampuan menjawab pertanyaan
dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Terdapat lebih dari 2 kriteria kemampuan menjawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
No Aspek Skor Kriteria Skor
pertanyaan dari skor 4 tidak terpenuhi
3 Kerjasama
Kelompok
4 - Tiap anggota kelompok turut aktif dalam presentasi
- Penjelasan yang diberikan tiap anggota saling
mendukung
- Tiap anggota kelompok mengerjakan bagiannya
dengan baik
- Tiap kelompok saling membantu
3 Terdapat 1 kriteria kerjasama kelompok dari skor 4
tidak terpenuhi
2 Terdapat 2 kriteria kerjasama kelompok dari skor 4
tidak terpenuhi
1 Terdapat lebih dari 2 kriteria kerjasama kelompok dari
skor 4 tidak terpenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 16
Rubrik Penilaian Portofolio
Mata Pelajaran : Biologi
Nama Siswa :
Pedoman Penskoran
No Nama
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
Total
Nila
Nilai
Akhir
Nilai Akhir =
No Kriteria Skor Kriteria
1 Judul 5 Judul yang digunakan sesuai dengan tema
2 Judul yang digunakan tidak sesuai dengan tema
2 Tujuan 5 Tujuan sesuai dengan permasalahan
2 Tujuan tidak sesuai dengan permasalahan
3 Landasan Teori 15
- Landasan teori mencakup berbagai aspek yang ada di
judul
- Landasan teori menggunakan sumber (buku/jurnal)
minimal 3 yang
- Landasan teori menggunakan penulisan yang benar dan
sumber yang jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
No Kriteria Skor Kriteria
10
- Landasan teori mencakup berbagai aspek yang ada di
judul
- Landasan teori menggunakan sumber (buku/jurnal)
kurang dari 3 yang
- Landasan teori menggunakan penulisan yang benar dan
sumber yang jelas
5
- Landasan teori tidak mencakup berbagai aspek yang ada
di judul
- Landasan teori menggunakan sumber (buku/jurnal)
kurang dari 3 yang
- Landasan teori menggunakan penulisan yang benar dan
sumber yang jelas
2
- Landasan teori tidak mencakup berbagai aspek yang ada
di judul
- Landasan teori tidak menggunakan sumber (buku/jurnal)
- Landasan teori tidak menggunakan penulisan yang benar
dan sumber yang jelas
4 Alat dan Bahan
15 Alat dan bahan yang ditulis lengkap, tepat dan sesuai
10 Alat dan bahan yang ditulis lengkap dan sesuai
5 Alat dan bahan yang ditulis tidak lengkap
2 Tidak menuliskan alat dan bahan
5 Cara Kerja
20
- Cara kerja dibuat dengan runtut/sistematis
- Cara kerja menggunakan diagram alir
- Cara kerja menggunakan kalimat pasif dengan tepat
15
- Cara kerja dibuat dengan runtut/sistematis
- Cara kerja menggunakan diagram alir
- Cara kerja tidak menggunakan kalimat pasif dengan tepat
10 - Cara kerja menggunakan diagram alir
- Cara kerja menggunakan kalimat pasif dengan tepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
No Kriteria Skor Kriteria
- Cara kerja tidak runtu/sistematis
5 Cara kerja yang ditulis tidak menggunakan diagram alir
2 Cara kerja yang ditulis tidak menggunakan digram alir dan
tidak runtut/sistematis
6 Hasil dan
Pembahasan
25
- Hasil disampaikan dengan menggunakan
gambar/tabel/grafik yang jelas dan menarik
- Hasil yang dibuat berkaitan dengan pembahasan
- Dibahas secara runtut, jelas, tidak bertele-tele
- Pembahasan mengaitkan antara hasil dengan teori yang
ada
20
- Hasil disampaikan dengan menggunakan
gambar/tabel/grafik yang jelas dan menarik
- Hasil yang dibuat berkaitan dengan pembahasan
- Dibahas secara runtut, tetapi tidak jelas dan bertele-tele
- Pembahasan mengaitkan antara hasil dengan teori yang
ada
15
- Hasil disampaikan dengan menggunakan
gambar/tabel/grafik, tetapi tidak jelas dan tidak menarik
- Hasil yang dibuat berkaitan dengan pembahasan
- Dibahas tidak secara runtut, jelas, tidak bertele-tele
- Pembahasan mengaitkan antara hasil dengan teori yang
ada
10
- Hasil disampaikan dengan menggunakan
gambar/tabel/grafik, tetapi tidak jelas dan tidak menarik
- Hasil yang dibuat tidak berkaitan dengan pembahasan
- Dibahas tidak secara runtut, jelas, tidak bertele-tele
- Pembahasan mengaitkan antara hasil dengan teori yang
ada
5 - Hasil disampaikan dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
No Kriteria Skor Kriteria
gambar/tabel/grafik tidak ada
- Hasil yang dibuat tidak berkaitan dengan pembahasan
- Dibahas tidak secara runtut, jelas, tidak bertele-tele
- Pembahasan tidak mengaitkan antara hasi3 dengan teori
yang ada
2 Hasil dan pembahasan yang ditulis tidak sesuai
7 Kesimpulan 10 Kesimpulan sesuai dengan tujuan
5 Kesimpulan tidak sesuai dengan tujuan
8 Referensi 5 Referensi yang digunakan minimal 3 sumber
2 Referensi yang digunakan kurang dari 3 sumber
Total Skor 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 17
Tabel Mortalitas Ulat Grayak Selama 4 Hari
Mortalitas
Hari/12 Jam A B C D E
Minggu am 10 10 10 10 10
Minggu pm 1,6 1,3 2 2 0
Senin am 1 0,3 1 2 0
Senin pm 1 1 1,6 1,3 0
Selasa am 1,3 1,3 2,3 2,3 0
Selasa pm 0 0,3 0,6 0,6 0
Rabu am 0,3 1,3 0 1 0
Rabu pm 2,3 2 0,6 0 0
Kamis am 1,3 1,3 1 1 0
Lampiran 18
Data Pakan Selam 4 Hari
Pakan
Hari/12 Jam A B C D E
Minggu am 10 10 10 10 10
Minggu pm 6,3 6,6 6 6,3 4,6
Sisa 0,6 0,7 0,5 0,3 0
Senin am 10 10 10 10 10
Senin pm 8,6 9 8,3 8 5,6
Sisa 8 7,3 5,6 5,6 0
Selasa am 10 10 10 10 10
Selasa pm 8,6 9 9 9 5,3
Sisa 8 7,3 8,3 9 0
Rabu am 10 10 10 10 10
Rabu pm 8,6 8,3 9,3 10 5,6
Sisa 7,6 7,3 8,3 9 0
Kamis am 10 10 10 0 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 20
Buah Bintaro muda berwarna hijau yang digunakan pada penelitian
Proses menghaluskan buah bintaro
Buah Bintaro di maserasi dengan pelarut methanol dengan perbandingan 1:2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Proses maserasi dengan metanol 96%, Proses penyaringan dan hasil filtrat yang
dihasilkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended