View
230
Download
10
Category
Preview:
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN MATERI CERAMAH TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN
TERKAIT PENGGUNAAN ANTIDIABETES ORAL DI PUSKESMAS BEJI KOTA DEPOK TAHUN 2012
SKRIPSI
PHIHANIAR INSANIPUTRI 0806398562
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK
JULI 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN MATERI CERAMAH TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN
TERKAIT PENGGUNAAN ANTIDIABETES ORAL DI PUSKESMAS BEJI KOTA DEPOK TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
PHIHANIAR INSANIPUTRI 0806398562
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK
JULI 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan kemudahan serta izin-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, dengan segala rasa syukur serta
kerendahan hati, saya mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi atas
dukungannya selama ini
2. Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D., Apt dan Dra. Azizahwati, M.S., Apt
selaku pembimbing atas waktu, kesabaran, tenaga, pikiran, nasihat, inspirasi
dan kepercayaan serta kesempatan yang Ibu berikan selama penelitian ini.
3. Dr. Rani Sauriasari., M.Sc., Ph.D dan Dra. Juheini Amin, M.Si selaku penguji
atas masukan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Kepala Puskesmas, seluruh karyawan serta keluarga besar puskesmas Beji
kota Depok atas izin, keramahan dan bantuannya selama penelitian ini.
5. Ayah, ndah, adik-adik serta keluarga besar atas doa dan dukungannya.
6. Teman-teman satu penelitian dan semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membnagun sangat diharapkan atas skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun pihak-
pihak lain yang berkaitan.
Penulis
2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Phihaniar Insaniputri
Program studi : Farmasi
Judul : Pengaruh Pemberian Ceramah dan Materi Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Terkait Penggunaan Antidiabetes Oral di Puskesmas Beji Kota Depok Tahun 2012
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam meminum antidiabetes oral masih sangat rendah. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi pasien. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dapat diberikan pendidikan kesehatan berupa ceramah dan pemberian materi ceramah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi adanya pengaruh ceramah dan pemberian materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien dan hubungan antara faktor sosiodemografi serta penggunaan antidiabetes oral terhadap kepatuhan. Penelitian ini dilakukan secara pra eksperimental dengan rancangan pretest-posttest two group. Seluruh pasien diabetes melitus di puskesmas Beji adalah sampel penelitian yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama (30 orang) diberi ceramah dan materi ceramah, kelompok kedua (30 orang) hanya diberi materi ceramah saja. Ceramah tentang kepatuhan diberikan oleh Apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien setelah diberi ceramah dan materi ceramah meningkat pada kedua kelompok. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan bahwa ceramah dan materi ceramah meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi dan penggunaan obat tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kepatuhan. Hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa pemberian ceramah (1,23±0,92) lebih baik dibandingkan pemberian materi ceramah(1,07±1,04) terhadap peningkatan kepatuhan. Kesimpulan yang diperoleh adalah ceramah dapat meningkatkan kepatuhan pasien lebih baik dari materi ceramah.
Kata Kunci : antidiabetes oral, ceramah, diabetes melitus tipe 2, kepatuhan pasien, materi ceramah, pendidikan kesehatan, puskesmas Beji
xiv + 96 halaman : 1 gambar, 13 tabel Daftar acuan : 44 (1986-2012)
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ABSTRACT
Name : Phihaniar Insaniputri
Program study : Pharmacy
Title : Influence of Lecture and Lecture Material in Improving Patient Compliance Related to The Use of Antidiabetic Oral in Beji Public Health Center Depok City in 2012
Patient with diabetes type 2 compliance in taking oral antidiabetes still very low. This can increase the risk of patients complications. To be able to increase compliance level of the patiences, health education in form of lecture and lecture material is ways to go. The purpose of this study was to evaluate the influence of lecture and lecture material to increased patient compliance and the relationship between sociodemographic factors and the use of oral antidiabetic towards patient compliance. The research was done with pre-experimental pretest-posttest design of two groups. All patients with diabetes mellitus in Beji health public center was sample of research that divided into two groups. The first group (30 people) were given lecture and lecture material, the second group (30 people) were given a lecture course material. Lecture on compliance given by a pharmacist. The results show that patient compliance after being given lecture and lecture material increased in both groups. Wilcoxon Signed Rank test results show that the lecture and lecture material increased patient compliance in taking medication. Kai squared test results show that sociodemographic factors and drug use had no significant effect on adherence. . Mann Whitney U test results show that giving a lecture (1.23 ± 0.92) is better than giving a lecture materials (1.07 ± 1.04) to increased patients compliance. The conclusion is lecture can improve patients compliance better than lecture material.
Keyword : Oral antidiabetic, lecture, Type 2 diabetes mellitus, patientS
compliance, lecture material, health education, Beji health center.
xiv + 96 pages : 1 picture, 13 tables Bibliography : 44 (1986-2012)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................ vi KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii ABSTRAK ........................................................................................................................ viii ABSTRACT ......................................................................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL............................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3 1.3. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 3 1.4. Tujuan Penelitian................................................................................................. 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 4 2.1. Diabetes Melitus .................................................................................................. 4
2.1.1. Definisi Diabetes Melitus .......................................................................... 4 2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus ..................................................................... 4 2.1.3. Gejala Diabetes Melitus ............................................................................ 5 2.1.4. Diagnosis Diabetes Melitus ....................................................................... 6 2.1.5. Komplikasi ................................................................................................ 7 2.1.6. Penatalaksanaan ........................................................................................ 9
2.1.6.1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi ........................................................ 9 2.1.6.2. Penatalaksanaan Farmakologi ............................................................ 10 2.1.6.3. Penatalaksanaan Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas .................... 15
2.2. Kepatuhan.......................................................................................................... 15 2.3. Pendidikan Kesehatan ....................................................................................... 17
2.3.1. Definisi .................................................................................................... 17 2.3.1. Metode Pendidikan Kesehatan ............................................................... 18 2.3.3. Media Pendidikan Kesehatan .................................................................. 19 2.3.4. Materi Cetak Untuk Pendidikan Kesehatan ............................................ 20 2.3.5. Pendidikan Kesehatan Pasien diabetes melitus ....................................... 21
2.4. Puskesmas ......................................................................................................... 22 2.4.1 Puskesmas Kota Depok ........................................................................... 23 2.4.2. Puskesmas Kecamatan Beji ..................................................................... 24
BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................................... 25
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................... 25 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................. 25 3.3. Kerangka Konsep .............................................................................................. 26
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.4. Definisi Operasional .......................................................................................... 26 3.5. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 28
3.5.1. Populasi ................................................................................................... 28 3.5.2. Sampel ..................................................................................................... 28
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................. 29 3.6.1. Kriteria Inklusi Pasien ............................................................................. 29 3.6.2. Kriteria Eksklusi Pasien .......................................................................... 29
3.7. Alur Penelitian................................................................................................... 29 3.7.1. Perizinan Penelitian ................................................................................. 29 3.7.2. Pengumpulan Data .................................................................................. 29 3.7.3. Pelaksanaan Intervensi ............................................................................ 30 3.8. Insrumen Penelitian ........................................................................................... 31 3.9. Etika Penelitian ................................................................................................. 32 3.10. Pengolahan Data ................................................................................................ 33
3.10.1. Seleksi Data ........................................................................................... 33 3.10.2. Coding ................................................................................................... 33 3.10.3. Input Data .............................................................................................. 33 3.10.4. Cleaning Data ........................................................................................ 33 3.10.5 Analisis Data .......................................................................................... 33 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 35
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................................... 35 4.2. Karakteristik Data Sosio-Demografi Pasien ..................................................... 35 4.3. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah
Pemberian Ceramah .......................................................................................... 37 4.4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah
Pemberian Materi Ceramah ............................................................................... 38 4.5. Hubungan Faktor Sosio-Demografi Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ......................................................................... 39 4.6. Hubungan Penggunaan Antidiabetes Oral Terhadap Tingkat
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2....................................................... 40 4.7. Pengaruh pemberian Ceramah Terhadap Peningkatan Kepatuhan
Pasien ................................................................................................................ 40 4.8. Pengaruh Pemberian Materi Ceramah Terhadap Peningkatan
Kepatuhan Pasien .............................................................................................. 42 4.9. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Pasien Antara Kelompok Ceramah
dan Kelompok Materi Ceramah ........................................................................ 43 4.10. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian .............................................................. 46
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 47
5.1. Kesimpulan........................................................................................................ 47 5.2. Saran .................................................................................................................. 47
DAFTAR ACUAN .............................................................................................................. 48
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 27
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan diagnosis ............... 8 Tabel 2.2. Target Penatalaksanaan Diabetes .............................................................. 10 Tabel 2.3. Karakteristik Insulin yang Ada di Pasaran Indonesia Berdasarkan
Waktu Kerja ............................................................................................... 16 Tabel 2.4. Keuntungan dan Kerugian Metode Pengukuran Kepatuhan Minum
Obat Pasien ................................................................................................ 56 Tabel 2.5. Keunggulan dan Keterbatasan Jenis-jenis Materi Pendidikan
Kesehatan .................................................................................................. 22 Tabel 4.1. Gambaran Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien ................................ 38 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Pasien yang Diberi
Ceramah Pada Saat Pre-test dan Post-test ................................................. 39 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Pasien yang Diberi Materi
Ceramah Pada Saat Pre-test dan Post-test ................................................. 40 Tabel 4.4. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pasien Pada Kelompok Ceramah ............................................................... 43 Tabel 4.5. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pasien Pada Kelompok Materi Ceramah ................................................... 44 Tabel 4.6 Hasil Uji Mann- Whitney U Tingkat Kepatuhan Pasien Pada
Kelompok Ceramah dan Materi Ceramah ................................................. 47
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Keuntungan dan kerugian metode pengukuran kepatuhan minum obat ................................................................................................ 54
Lampiran 2. Form kuesioner Morisky Scale .................................................................. 55 Lampiran 3. Form kesediaan pasien (Informed consent) ............................................... 56 Lampiran 4. Form data demografi pasien ...................................................................... 57 Lampiran 5. Flyer ceramah ............................................................................................ 58 Lampiran 6. Skema Alur Penelitian di Puskesmas Beji Kota Depok ............................ 59 Lampiran 7. Skema Alur Pasien Berobat di Puskesmas Beji ........................................ 60 Lampiran 8. Satuan Acara Penyuluhan Ceramah Kesehatan ......................................... 61 Lampiran 9. Materi Ceramah Kesehatan ....................................................................... 63 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Dari Departemen Farmasi Universitas
Indonesia .................................................................................................... 67 Lampiran 11. Surat Keterangan Dari Dinas Kesehatan Kota Depok ................................ 68 Lampiran 12. Surat Rekomendasi Dari Kantor Kesbangpol dan Linmas ......................... 69 Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan kota Depok ............................ 70 Lampiran 14. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Ceramah dan Kelompok
Materi Ceramah Dengan IBM SPSS 20.0 ................................................. 71 Lampiran 15. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Pada Kelompok Ceramah dan
Kelompok Materi Ceramah ....................................................................... 72 Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada
Kelompok Ceramah ................................................................................... 73 Lampiran 17. Distribusi Frekuuensi Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada
Kelompok Materi Ceramah ....................................................................... 75 Lampiran 18. Uji Hubungan Data Sosio-demografi Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pasien Pada Kelompok Ceramah Menggunakan Uji Kai Kuadrat ............ 77 Lampiran 19. Uji Hubungan Data Sosio-demografi Trrhadap Tingkat Kepatuhan
Pasien Pada Kelompokateri Ceramah Menggunakan Uji Kai Kuadrat ...................................................................................................... 80
Lampiran 20. Uji Hubungan Regimen Antidiabetes Oral Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Menggunakan Uji Kai Kuadrat ...................................................................................................... 83
Lampiran 21. Uji Pengaruh Pemberian Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank...................................... 85
Lampiran 22. Uji Pengaruh Pemberian Materi Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank ................... 87
Lampiran 23. Uji Kesetaraan Data Pasien Antara Kedua Kelompok Dengan Skala Rasio/Ordinal Menggunakan Uji Mann-Whitney U .................................. 89
Lampiran 24. Uji Kesetaraan Data Pasien Antara Kedua Kelompok Dengan Skala Nominal Menggunakan Uji Kai-Kuadrat .................................................. 90
Lampiran 25. Uji Perbandingan Pemberian Ceramah dan Materi Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Menggunakan Uji Mann-Whitney U .................................................................................................. 92
Lampiran 26. Rekapitulasi Pasien Kelompok Ceramah ................................................... 93 Lampiran 27. Rekapitulasi Pasien Kelompok Materi Ceramah ........................................ 95
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus tipe 2 merupakan kasus diabetes melitus yang paling
sering terjadi diseluruh dunia, mencapai 90% dari total kasus penderita
diabetes melitus (Handlesman, et al ,2011). Berdasarkan data dari
International Diabetes Federation didapat bahwa diabetes melitus tipe 2
mempengaruhi 200 miliar orang atau lebih dari 5% populasi dewasa di
dunia dan akan meningkat jumlahnya hingga 333 miliar (6,3%) dari
populasi dewasa pada tahun 2025 (Wang, Fu, Zhuo, Luo, Xu, 2010).
Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan, di Indonesia terdapat prevalensi diabetes melitus
tipe 2 sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil sebesar 1,7% terdapat di Propinsi
Papua dan prevalensi terbesar yaitu 11,1% terdapat di Propinsi Maluku
Utara dan Kalimantan Barat (PERKENI, 2011). Penelitian terakhir yang
dilakukan antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan
prevalensi untuk diabetes melitus tipe 2 sebesar 14,7% (Soegondo, 2006).
Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 yang tidak tepat dapat
berakibat fatal karena diabetes merupakan salah satu penyebab tertinggi
kebutaan, gagal ginjal, dan kematian kardiovaskular. Tujuan
penatalaksanaan diabetes adalah mengendalikan kadar glukosa darah pasien
sehingga dapat meminimalkan terjadinya komplikasi (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan penatalaksanaan terapi yaitu
kepatuhan pasien terhadap rekomendasi terapi. Pada suatu penelitian yang
dilakukan oleh Krapel K., et al (2004) terdapat 27- 49% kasus pasien
diabetes melitus tipe 2 yang tidak meminum obat sesuai rekomendasi
(Obreli-Neto, et al, 2011). Ketidakpatuhan pasien terhadap rekomendasi
terapi dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular yang menyebabkan kerusakan organ seperti ginjal, jantung,
otak dan mata. (Shams, Barakat, 2010).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Salah satu upaya yang dilakukan terkait penatalaksanaan diabetes
adalah pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
dengan berbagai metode dan media. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah ceramah. Metode konvesional ini dapat menyampaikan
beberapa topik bahasan sekaligus sehingga relatif lebih efisien dan
sederhana serta mampu menjangkau banyak responden dalam waktu
bersamaan (Suyono, 1996).
Media yang dapat untuk digunakan dalam memberikan pendidikan
kesehatan adalah media cetak karena praktis dan mudah dibawa
(Ghazali,2005) selain itu ada peningkatan kebutuhan pasien terhadap
informasi yang tertulis (Dowse, Ramela, Browne, 2011). Salah satu media
cetak yang dapat digunakan adalah materi ceramah yang berbentuk handout.
media ini dipilih karena efisien, ekonomis dan sederhana (Blanck, Marshall,
2011) dan dapat memfasilitasi komunikasi antara pasien dengan petugas
kesehatan (Donellan, 2001).
Untuk mencapai keberhasilan penatalaksanaan penyakit diabetes
melitus tipe 2 diperlukan peran serta tenaga kesehatan di tingkat pelayanan
kesehatan primer, yaitu Puskesmas (Soegondo,2006). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2008 didapatkan prevalensi pasien
dengan diabetes melitus untuk pasien rawat jalan di puskesmas-puskesmas
kota Depok sebesar 3,42% dari total populasi dewasa.
Penelitian terhadap kepatuhan penggunaan antidiabetes oral pada
pasien diabetes melitus tipe 2 di tingkat puskesmas kecamatan kota Depok
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengevaluasi pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap
peningkatan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas wilayah
kota Depok. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada
masyarakat di wilayah sekitar kota Depok dan dapat menilai kepatuhan
pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas wilayah kota Depok, yaitu
Puskesmas di Kecamatan Kota Depok.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok populasi diabetes
melitus tipe 2 di kota Depok mencapai 14,7% dari populasi dewasa. Jumlah
ini akan semakin meningkat dan menjadi komplikasi apabila
penatalaksanaan terapi pasien tidak tepat. Penatalaksanaan terapi
membutuhkan kepatuhan pasien. Namun, tingkat kepatuhan pasien diabetes
melitus terhadap rekomendasi terapi masih rendah. Hal ini dapat
meningkatkan meningkatkan risiko komplikasi. Untuk meningkatkan
kepatuhan pasien dapat diberikan pendidikan kesehatan berupa pemberian
ceramah dan materi ceramah sehingga diharapkan dapat mengurangi angka
mortalitas dan morbiditas pasien yang disebabkan komplikasi.
1.3. Hipotesis Penelitian
1. Pemberian ceramah dan materi ceramah meningkatkan kepatuhan pasien
dalam meminum antidiabetes oral.
2. Faktor sosio-demografi dan penggunaan antidiabetes oral berpengaruh
terhadap terhadap tingkat kepatuhan pasien.
3. Pemberian ceramah lebih baik dibandingkan pemberian materi ceramah
terhadap peningkatan kepatuhan pasien.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap
peningkatan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji
2. Menganalisa hubungan faktor sosio-demografi dan penggunaan
antidiabetes oral terhadap tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus
tipe 2 di puskesmas Beji
3. Membandingkan pemberian ceramah dengan materi ceramah terhadap
peningkatan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas
Beji.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1. Definisi diabetes melitus
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia karena adanya gangguan dari sekresi insulin, kerja insulin
ataupun keduanya. Hiperglikemia kronis dikaitkan dengan komplikasi
jangka panjang seperti kerusakan, disfungsi atau kegagalan dari organ-organ
tubuh terutama ginjal, mata, syaraf. Selain itu juga dihubungkan dengan
meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular (James, 2009)
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Pra- Diabetes
Pra-diabetes adalah kondisi dimana kadar glukosa darah pasien
lebih tinggi dari kadar normal namun tidak terlalu tinggi untuk dikatakan
diabetes. Jumlah pasien pra-diabetes di Indonesia diperkirakan lebih banyak
daripada pasien diabetes melitus tipe 2 namun belum terdapat data yang
pasti terkait jumlah pasien pra-diabetes.
Pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes melitus tipe 2,
serangan jantung dan stroke. Apabila kondisi ini tidak terkontrol dapat
meningkat menjadi diabetes melitus tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun
(Departemen Kesehatan RI,2005).
b. Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 merupakan kasus diabetes yang jarang
terjadi, diperkirakan prevalensi penderita diabetes melitus tipe 1 kurang dari
5-10% dari total penderita diabetes. Tipe ini biasanya muncul pada usia
anak-anak namun ada juga yang muncul pada usia dewasa. Penyebab
penyakit ini karena kerusakan sel β pulau langerhaens yang disebabkan oleh
reaksi otoimun sehingga menganggu sekresi insulin. Selain itu ada pula
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus
Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya (Departemen
Kesehatan RI, 2005)
c. Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 ini adalah jenis diabetes melitus yang paling
banyak ditemukan. Prevalensi kasus diabetes melitus tipe 2 mencapai 90-
95% populasi penderita diabetes. Penyebab diabetes melitus tipe 2 karena
sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal atau disebut juga resistensi insulin. Karena itu defisiensi fungsi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif
(Departemen Kesehatan RI, 2005).
d. Diabetes Melitus tipe lain
Terdapat beberapa tipe diabetes tipe lain seperti defek genetik
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik
lain (Departemen Kesehatan RI, 2005).
e. Diabetes Melitus gestasional
Diabetes melitus ini merupakan diabetes yang timbul pada masa
kehamilan, meliputi 2-5% dari total penderita diabetes. Umumnya diabetes
tipe ini terdeteksi pada trimester kedua, dan dapat pulih sendiri setelah
melahirkan namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandung.
Selain itu wanita yang pernah menderita diabetes melitus tipe ini akan
lebih besar risikonya untuk menderita diabetes lagi di masa yang akan
datang (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.1.3. Gejala diabetes melitus
Diabetes melitus seringkali muncul tanpa gejala, sehingga penyakit ini
sulit untuk dideteksi, namun ada beberapa gejala tipikal yang bisa dijadikan
sebagai penanda pasien menderita diabetes. Gejala tipikal yang sering
dirasakan pasien antara lain poliuria, polidipsia, dan polifagia. Muncul
keluhan seperti penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul pruritus dan berat
badan menurun. (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Gejala yang muncul pada diabetes melitus tipe 1 adalah poliuria,
polidipsia dan berat badan yang menurun namun nafsu makan meningkat,
hipotensi dan eksaserbasi ketoasidosis. Sedangkan gejala yang mucul pada
pasien diabetes melitus tipe 2 seringkali tidak diketahui, namun terdapat
gejala awal seperti poliuria dan polidipsia (McPhee & Papadakis , 2010).
2.1.4. Diagnosis diabetes melitus
Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya dengan adanya glukosuria.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah dengan pemeriksaan glukosa secara
enzimatik menggunakan darah plasma vena. Diagnosis awal ditegakkan
apabila terdapat gejala khas berupa poliuria, polidipsi, polifagi, dan
penurunan berat badan yang drastis. Gejala lain yang timbul yaitu lemas,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva
pada wanita (Gustaviani, 2006).
Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara :
pertama, jika pasien mengalami gejala khas maka dilakukan uji diagnostik.
Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan kadar glukosa
darah puasa ≥ 126 mg/dl dapat dijadikan patokan diagnosis diabetes
melitus. Pada pasien tanpa gejala khas perlu dilakukan pemeriksaan
penyaring, karena pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan kadar
glukosa darah puasa yang tinggi tidak cukup untuk menegakkan diagnosis
(PERKENI, 2011).
Kedua, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mengukur satu
kali lagi kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl dan kadar gl ukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl. Ketiga, pasien menderita diabetes melitus apabila
pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah
pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl. Tes toleransi glukosa oral dengan beban 75
g glukosa lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan kadar glukosa plasma
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
puasa, namun tes ini jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan
khusus (PERKENI, 2011).
Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan diagnosis
diabetes melitus (mg/dl) (Gustaviani,2006)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)
Plasma vena < 110 110-199 ≥ 200
Darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200
Kadar glukosa darah puasa(mg/dl)
Plasma vena < 110 110-125 ≥ 126
Darah kapiler < 90 90-109 ≥ 110
2.1.5. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan dapat menimbulkan
komplikasi akut dan kronis (Departemen Kesehatan RI ,2005)
1. Komplikasi akut
a. Hipoglikemia
Gejala klinis seperti pusing, lemas, gemetar, pandangan kabur,
keringat dingin, detak jantung meningkat, hilang kesadaran, hingga
kematian. Pada kondisi hipoglikemia, kadar glukosa darah plasma
mencapai < 50 mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu rendah dapat
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat asupan energi yang cukup
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik bahkan rusak. Hipoglikemia
lebih sering terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 1 dengan terapi
insulin dibandingkan dengan pasien diabetes melitus tipe 2.
Penyebab hipoglikemia adalah : (1) dosis insulin yang
berlebihan, (2) saat pemberian yang tidak tepat, (3) pemakaian glukosa
yang berlebihan karena olahraga yang terlalu berat, (4) faktor lain yang
dapat meningkatkan kepekaan pasien terhadap insulin seperti gangguan
fungsi adrenal atau hipofisis (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Tanda-tanda hipoglikemia :
1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan
menghitung sederhana.
3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung,
bibir, tangan dan perasaan berdebar-debar.
4. Stadium gangguan otak berat : koma dengan atau tanpa adanya
kejang.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia,
kelelahan yang parah, pandangan kabur, dan kadar glukosa darah yang
melonjak secara tiba-tiba. Penyebabnya antara lain stres, infeksi dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Kondisi hiperglikemia yang berlangsung
lama dapat berkembang menjadi Ketoasidosis diabetik (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
2. Komplikasi kronik.
a. Komplikasi makrovaskular
Terdapat tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umunya
didapati pada pasien diabetes melitus yaitu penyakit jantung koroner,
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Komplikasi ini sering ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2
yang menderita hipertensi, dislipidemia, dan kegemukan. Pencegahan
komplikasi sangat penting untuk dilakukan seperti pengendalian
tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Pasien diabetes
sebaiknya menjaga tekanan darah tidak lebih dari 130/80 mmHg, karena
itu pasien disarankan untuk mengatur gaya hidup seperti menjaga berat
badan, diet, olahraga teratur, tidak merokok dan mengurangi stress.
b. Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi ini umumnya terjadi pada pasien diabetes melitus
tipe 1. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan
neuropati ini terjadi karena kondisi hiperglikemia yang persisten dan
adanya pembentukan protein terglikasi yang menyebabkan dinding
pembuluh darah menjadi rapuh sehingga terjadi penyumbatan pada
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
pembuluh-pembuluh darah kecil. Pencegahan komplikasi mikrovaskuler
dapat dilakukan mengendalikan kadar glukosa darah menggunakan
insulin disertai monitoring kadar glukosa darah (Departemen Kesehatan
RI, 2005).
2.1.6. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam penatalaksanaan diabetes melitus adalah
secara non – farmakologis berupa perencanaan makan dan kegiatan fisik
(olahraga). Apabila sasaran pengendalian diabetes melitus belum tercapai
dapat dilanjutkan dengan penatalaksanaan secara farmakologis dengan
pemberian antidiabetes oral. Pada keadaan kegawatan (ketoasidosis,
diabetes melitus dengan infeksi, stress) dapat langsung diberikan insulin.
American Diabetes Association memberikan parameter yang dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus
dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Tabel 2.2. Target Penatalaksanaan Diabetes (Departemen Kesehatan RI,2005) Parameter Kadar yang diharapkan
Kadar Glukosa Darah Puasa 80- 120 mg/dl Kadar Glukosa Darah Saat Tidur 100- 140 mg/ dl Kadar insulin < 7mg/dl Kadar HbA1c < 7 % Kadar Kolesterol HDL > 45 mg/dl (pria) ; >55 mg/dl (wanita) Kadar Trigliserida < 200 mg/dl Tekanan Darah < 130/80 mmHg
2.1.6.1. Penatalaksanaan Non farmakologi
Penatalaksanaan non-farmakologi meliputi perubahan gaya hidup
dengan melakukan melakukan latihan jasmani dan mengatur pola makan
yang dikenal dengan terapi gizi medis.
a. Terapi Gizi Medis
Prinsip terapi ini adalah melakukan pengaturan pola makan yang
didasarkan atas status gizi pasien diabetes dan melakukan modifiksi diet.
Pada pasien diabetes melitus penting adanya keteraturan makan dalam hal
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
jadwal, jenis, jumlah makanan yang dikonsumsi terutama pada pasien yang
menggunakan insulin. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
karbohidrat (45-65%), lemak (20-25%), protein (10-20%), natrium (6-7
g/hari) dan serat (25 g/hari) (PERKENI,2011). Tujuan terapi gizi medis
adalah untuk mencapai dan mempertahankan :
1. Kadar glukosa darah mendekati normal
a. Glukosa darah puasa berkisar 90-130 mg/dl
b. Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl
c. Kadar HbA1c < 7%
2. Tekanan darah < 130/80 mmHg
3. Profil lipid
a. Kolesterol LDL < 100 mg/dl
b. Kolesterol HDL > 40 mg/dl
c. Trigliserida < 150 mg/dl
b. Latihan jasmani
Pada pasien diabetes melitus latihan jasmani dapat menurunkan berat
badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat mengendalikan
kadar glukosa darah (PERKENI,2011). Angka kematian pasien diabetes
yang melakukan latihan jasmani 50% lebih rendah dibanding yang tidak
melakukan latihan jasmani. Prinsip latihan jasmani secara umum terdiri dari
beberapa hal, seperti : (1) frekuensi : jumlah olahraga per minggu sebaiknya
dilakukan dengan teratur 3-5 kali, (2) intensitas : ringan-sedang, (3) durasi :
30-60 menit, (4) jenis : latihan aerobik untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda (Departemen
Kesehatan RI,2005).
2.1.6.2. Penatalaksanaan Farmakologi
A. Anti Diabetes Oral
Berdasarkan McPhee & Papadakis (2010) obat untuk pasien diabetes
melitus tipe 2 terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu :
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1. Golongan obat yang menstimulasi sekresi insulin dengan berikatan pada
reseptor sulfonilurea
Mekanisme kerja obat ini adalah dengan merangsang pengeluaran
insulin dari sel β pankreas. Golongan obat ini berikatan dengan reseptor di
permukaan sel β pankreas yang menutup kanal kalium dan menyebabkan
depolarisasi sel sehingga kalsium akan masuk dan kemudian merangsang
pengeluaran insulin.
a. Sulfonilurea
Sulfonilurea banyak digunakan dalam terapi hiperglikemia.
Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui ginjal dan
sebagian melalui empedu. Kontraindikasi obat terhadap pasien dengan
gagal ginjal dan penyakit hati. Terdapat dua generasi sulfonilurea,
yaitu generasi pertama terdiri dari tolbutamid, tolazamid,
asetoheksamid dan klorpropamid. Generasi kedua yaitu gliburid,
glipizid, gliklazid, glimepirid. Keduanya mempunyai cara kerja yang
sama, hanya berbeda pada masa kerja namun tetap mempunyai efek
hipoglikemi yang dapat berakibat fatal (Soegondo,2006).
1. Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid merupakan obat generasi pertama yang paling aman
digunakan karena jarang terjadi efek hipoglikemia. Obat ini paling
baik diberikan dalam dosis terbagi dengan durasi aksi 6-10 jam.
Tolazamid, asetoheksamid dan klorpropamid jarang digunakan
karena dapat menimbulkan efek hipoglikemi yang parah (McPhee
& Papadakis 2010).
2. Sulfonilurea generasi kedua
Obat generasi kedua memiliki potensi 100-200 kali dibandingkan
dengan generasi pertama. Dosis gliburid yang diberikan adalah 2,5
mg per hari, glipizid diberikan sebanyak 5 mg per hari hingga 15
mg per hari diberikan sebelum makan pada pagi hari. Dosis awal
gliklazid 40-80 mg perhari dan dosis maksimum 320 mg/hari.
Glimepirid diberikan sebagai terapi tunggal dengan dosis 1 mg
perhari.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
b. Analog meglitinid (repaglinid)
Dosis awal adalah 0,5 mg tiga kali sehari, diminum 15 menit
sebelum makan.
c. Derivat D-Fenilalanin (Nateglinid)
Dosis awal dan pemeliharaan adalah 120 mg tiga kali sehari
sebelum makan. Obat ini dimetabolisme di hati dan waktu paruhnya
1,5 jam.
2. Golongan obat yang mengubah kerja insulin
a. Metformin
Metformin bekerja dengan mereduksi glukoneogenesis di hati
dan mengaktivasi adenosin monofosfat dengan protein kinase
(AMPK). Peran AMPK sebagai sensor energi intraseluler dan
reglukosasi glukoneogenesis. Regimen dosis adalah 500 mg tablet tiga
kali sehari dibarengi dengan makanan atau 850-1000 mg tablet dua
kali sehari pada saat sarapan dan makan malam. Efek samping yang
ditimbulkan berkaitan dengan dosis berupa anoreksia, mual, muntah,
nyeri abdominal, diare (McPhee & Papadakis 2010).
b. Thiazolidindion
Obat ini berikatan dengan reseptor yang disebut Peroxisome
proliferator-activated receptor gamma (PPARγ) dan mempengaruhi
reglukosasi dari pelepasan adipoksin-resistin dan adinopektin dari
adiposit. Sekresi adinopektin distimulasi sehingga menambah
sensitivitas jaringan terhadap insulin dan menghambat sekresi resistin
yang dapat menurunkan resistensi insulin. Dua obat dari kelas ini
adalah rosiglitazon dan pioglitazon. Dosis rosiglitazon adalah 4-8 mg
per hari dan pioglitazon adalah 15-45 mg per hari. Efek samping dari
rosiglitazon dapat meningkatkan total kolesterol dalam tubuh dan
osteoblastogenesis. Poliglitazon dapat menurunkan kadar trigliserida
akan tetapi obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL
(McPhee & Papadakis 2010).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3. Golongan obat yang mempengaruhi absorbsi glukosa
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat enzim α
glukosidase di usus sehingga menghambat penyerapan polisakarida,
dekstrin dan disakarida.
a. Akarbose
Akarbose merupakan oligosakarida yang berasal dari
mikroba. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 50 mg diberikan
dua kali sehari. Dosis secara berkala ditingkatkan hingga 100 mg tiga
kali sehari. Apabila diberikan bersamaan dengan insulin atau
sulfonilurea akan menimbulkan efek hipoglikemia. Efek samping
yang sering ditemukan yaitu flatulen, malabsorbsi dan diare (McPhee
& Papadakis 2010).
b. Miglitol
Miglitol memiliki efek klinis serupa dengan akarbose. Dosis
awal adalah 25 mg dua kali sehari. Dosis pemeliharaan adalah 50 mg
tiga kali sehari (McPhee & Papadakis 2010).
4. Incretin
Incretin atau GLP-1 (Glucagon-like peptide 1) bekerja dengan
merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah, namun
tidak seperti sulfonilurea, incretin memiliki efek untuk merangsang insulin
yang cukup rendah sehingga risiko hipoglikemia lebih jarang terjadi.
a. Exenatida
Exenatida atau exedin 4 adalah agonis reseptor GLP-1 yang
diisolasi dari ludah Gila Monster. Obat ini diberikan secara injeksi
subkutan sebanyak dua kali sehari dengan dosis 5 µg atau 10 µg.
Exenatida diinjeksikan 60 menit sebelum makan pagi dan makan
malam. Dosis awal diberikan sebanyak 5µg dan dapat ditingkatkan
menjadi 10 µg dua kali sehari. Efek samping yang ditimbulkan yaitu
mual dan pankreatitis akut (McPhee & Papadakis 2010).
b. Sitagliptin
Dosis pemberian sitagliptin adalah 100 mg sehari satu kali,
namun dosis harus diturunkan menjadi 50 mg apabila pasien memiliki
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ganggguan ginjal dengan klirens kreatinin 30-50 ml/min atau
ditingkatkan menjadi 25 mg apabila klirens kreatinin pasien kurang
dari 30-50 ml/min. Efek samping sitagliptin yaitu terjadinya
nasofaringitis dan alergi (McPhee & Papadakis 2010).
5. Obat lain
Pramlintida adalah analog sintesis dari Islet amyloid polypetide (IAPP
atau amylin). Obat ini dapat digunakan untuk diabetes melitus tipe 1
maupun tipe 2. Obat ini diberikan secara injeksi sebelum makan. Untuk
pasien diabetes melitus tipe 1 dosis awal yang digunakan yaitu 15 µg dan
dosis pemeliharaan yaitu 30 µg atau 60 µg. Untuk pasien diabetes melitus
tipe 2 dosis awal mulai dari 60 µg yang kemudian ditingkakan menjadi 120
µg dalam 3 hingga 7 hari apabila tidak mengalami gejala mual (McPhee &
Papadakis 2010).
B. Terapi Insulin
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel β pulau langerhans
kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang apabila distimulasi
terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan pecah dan
menghasilkan insulin dan peptida penghubung yang kemudian masuk
kedalam aliran darah. Penggunaan insulin diindikasikan untuk pasien
diabetes tipe 1 dan tipe 2 dengan insulinopenia saat kondisi hiperglikemia
tidak dapat diatasi lagi dengan terapi diet atau dikombinasi dengan
antidiabetes oral. Insulin diindikasikan untuk pasien dengan diabetes
kehamilan apabila diet tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
Sediaan insulin tersedia dalam bentuk injeksi dalam vial (Departemen
Kesehatan RI, 2005).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.3. karakeristik Insulin yang ada di pasaran Indonesia berdasarkan waktu
kerja (Departemen Kesehatan RI,2005)
Sediaan Insulin Awal Kerja Puncak Kerja Lama Kerja
30-60 menit
5- 15 menit
Insulin prandial Insulin Kerja cepat Reglukosar Insulin analog, kerja sangat cepat Insulin Lispro
30-90 menit
30 -90 menit
3-5 jam
3-5 jam Insulin kerja menegah NPH Insulin kerja panjang Insulin Glargine
2-4 jam 2-4 jam
4-10 jam
10-16 jam
30-60 menit
Insulin Campuran 70% NPH / 30% Reglukosar 70% NPH / 30% analog rapid
Dual
10 -16 jam
2.1.6.3. Penatalaksanaan diabetes melitus di Puskesmas
Penderita diabetes melitus tipe 2 yang berobat di puskesmas diberikan
antidiabetes oral dimulai dengan dosis terkecil pada awal terapi dan setelah
dua minggu pengobatan dosis dapat ditingkatkan. Macam-macam
antidiabetes oral yang digunakan di puskesmas menurut Departemen
Kesehatan RI (2005) yaitu :
1. Klorpropamid : 0,1 g/hari dalam sekali pemberian
2. Glibenklamid : 5 mg/hari dalam sekali pemberian
3. Metformin : 0,5 g/hari dalam dua hingga tiga kali pemberian
2.2. Kepatuhan (Compliance)
Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang meminum
obat, menjalani diet dan atau merubah gaya hidup sesuai dengan penyedia
layanan kesehatan (WHO, 2003). Kepatuhan mengartikan kemauan pasien
secara sukarela untuk mengikuti rekomendasi terapi yang diberikan. Tingkat
kepatuhan yang tinggi lebih banyak terjadi pada pasien dengan penyakit
akut dibandingkan pada pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan
pengobatan jangka panjang (Osterberg & Blaschke, 2005).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien
terutama pada penyakit yang memiliki terapi jangka panjang seperti diabetes
melitus tipe 2. Menurut Lerman (2004) faktor hambatan terhadap kepatuhan
pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai berikut :
1. Faktor Psikososial
Faktor hambatan psikososial seperti stres, depresi, keengganan pasien
untuk mengubah pola hidup dan menjalankan terapi rekomendasi, terapi
yang kompleks serta kurangnya dukungan keluarga pasien dapat
menjadi penyebab dari rendahnya kepatuhan pasien terhadap terapi
diabetes melitus tipe 2.
2. Faktor Pendidikan
Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien
berkaitan erat dengan tingkat kepatuhan terapi pasien.
3. Faktor Sosioekonomi dan Budaya
Pendapatan pasien merupakan salah satu faktor yang dapat
menghambat kepatuhan pasien. Pengobatan yang mahal serta
penggunaan jangka panjang membuat pasien tidak dapat
mengakomodasi obat secara sempurna. Selain itu gaya hidup pasien
yang gemar makanan cepat saji dapat menjadi salah satu faktor
ketidakpatuhan terhadap rekomendasi terapi gizi.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kepatuhan yaitu dengan pengukuran langsung dan tidak langsung.
Metode pengukuran langsung yaitu observasi terapi secara langsung,
pengukuran kadar obat dalam darah, pengukuran penanda biologis dalam
darah. Metode tidak langsung yaitu kuesioner, menghitung pil, monitor obat
secara elektronik, pengukuran penanda fisiologis, buku harian pasien,
pengukuran kecepatan penebusan resep kembali, penilaian respon klinis
pasien. masing-masing dari metode ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan yang dapat dilihat pada Lampiran 1 (Osterberg & Blaschke,
2005).
Salah satu cara yang sederhana untuk mengukur kepatuhan adalah
dengan menggunakan kuesioner. Model kuesioner yang dapat digunakan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
untuk menilai kepatuhan pada terapi adalah kuesioner Morisky Scale.
Kuesioner ini telah tervalidasi dan dapat digunakan untuk mengukur
kepatuhan pengobatan pada penyakit dengan terapi jangka panjang seperti
diabetes melitus. Awalnya kuesioner Morisky scale yang divalidasi
berjumlah empat pertanyaan dan digunakan untuk mengukur kepatuhan
pasien hipertensi. Kelebihan dari kuesioner ini adalah menggunakan bahasa
yang sederhana dan perhitungan skor yang mudah. Kuesioner Morisky scale
empat pertanyaan tersebut diperbaharui dengan empat pertanyaan tambahan
yang menggambarkan lingkungan yang mempengaruhi perilaku kepatuhan
(Korb-Salvodelli, et al, 2012).
Kuesioner Morisky Scale delapan pertanyaan memiliki sifat
psikometrika yang lebih baik dibanding kuesioner Morisky Scale empat
pertanyaan. Kuesioner Morisky Scale delapan pertanyaan dirancang untuk
mengidentifikasi hambatan dan sikap pasien yang berhubungan dengan
kepatuhan terhadap rekomendasi obat (Korb-Salvodelli, et al, 2012).
Perhitungan pada kuesioner Morisky Scale delapan pertanyaan sebagai
berikut : perhitungan skor pasien > 2 dapat dikatakan pasien memiliki
kepatuhan rendah, jika nilai yang diperoleh 1 atau 2 disebut kepatuhan
sedang dan jika nilai adalah 0 maka disebut kepatuhan tinggi (Morisky,
Ang, Krousel-Wood, Ward, 2008).
2.3. Pendidikan Kesehatan
2.3.1. Definisi
Pendidikan kesehatan adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan menggunakan cara persuasi,
bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi dan kesadaran. Perilaku
merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan
kesehatan yaitu : (1) metode yang digunakan, (2) materi yang disampaikan,
(3) pelaksana pendidikan, (4) alat bantu atau peraga (Notoatmodjo, 2003).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2.3.2. Metode Pendidikan Kesehatan
1. Metode pendidikan perorangan
Metode ini digunakan untuk membina seseorang yang tertarik kepada
perubahan perilaku. Bentuk pendidikan perorangan dapat berupa
bimbingan, penyuluhan, konseling serta wawancara
2. Metode pendidikan kelompok
a. Kelompok Besar
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran yang berpendidikan
menengah keatas.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan tentang topik tertentu.
2) Curah pendapat
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
3) Bola salju (Snow balling)
Metode ini membagi kelompok berpasangan kemudian
dikumpulkan kembali untuk berdiskusi
4) Kelompok- kelompok kecil (Buzz group)
Metode ini membagi kelompok menjadi kelompok-kelompok
kecil yang diberi permasalahan untuk diskusi.
5) Memainkan peran (Role play)
Pada metode ini beberapa anggota kelompok dotunjuk untuk
memainkan peran dan memeragakan.
6) Permainan simulasi (Simulation game)
Metode ini merupakan metode gabungan antara role play
dengan diskusi kelompok. Pesan kesehatan disampaikan dalam
bentuk permainan.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3. Metode pendidikan massa
Metode pendidikan massa cocok untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan
massa bersifat umum, tidak membedakan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Contoh
metode pendidikan massa antara lain ceramah umum, diskusi atau
pidato kesehatan melalui media elektronik, tulisan di media cetak
berupa artikel kesehatan atau konsultasi, Billboard.
2.3.3. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan adalah media yang digunakan oleh
pemberi pendidikan dalam menyampaikan pendidikan. Media digunakan
berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan pada setiap individu ditangkap
melalui panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan untuk
menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas pengetahuan
yang diperoleh oleh seorang individu. Media pendidikan kesehatan
dimaksudkan untuk mengarahkan panca indera sebanyak mungkin sehingga
mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat tiga macam media yang
dapat digunakan dalam pendidkan kesehatan :
1. Media bantu lihat (visual aids). Media ini berguna dalam membantu
stimulasi indera penglihatan. Ada dua bentuk media lihat, yaitu :
a. Media yang diproyeksikan misalnya slide, film.
b. Media yang tidak diproyeksikan misalnya gambar, peta, bagan,
handout (materi yang dicetak), bola dunia, dan sebagainya
2. Media bantu dengar (audio aids). Media ini dapat membantu stimulasi
indera pendengar, misalnya : CD, piring hitam, radio dan lain
sebagainya.
3. Media bantu lihat dengar. Misalnya, televisi, VCD, dan lain sebagainya.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2.3.4. Materi Cetak Untuk Pendidikan Kesehatan
Materi cetak untuk pendidikan kesehatan banyak digunakan sebagai
media untuk pendidkan kesehatan. Sumber materi disesuaikan dengan
pendidikan yang diberikan. Materi cetak tidak efektif apabila diberikan
secara tunggal karena hanya memuat sebagian materi yang akan
disampaikan (Lang, 2006). Terdapat beberapa jenis materi yang dicetak
seperti leaflet, poster, dan handout. Setiap jenis materi memiliki keunggulan
dan keterbatasan masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tujuan pemberian materi cetak adalah untuk memfasilitasi
komunikasi antara pemberi materi dengan pasien sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pasien. Salah satu materi cetak
yang umum digunakan adalah handout. Materi cetak ini merupakan media
yang mudah dibuat dan ekonomis. Dalam penyajian materi cetak perlu
memperhatikan beberapa hal, diantaranya : kemampuan membaca pasien,
bahasa yang digunakan, desain, isi materi, sumber yang digunakan
(Clark,2011).
Menurut Lang (2006) materi cetak handout cukup efektif untuk
pendidikan kesehatan karena materi cetak handout yang baik dapat
meningkatkan kepatuhan melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman
pasien terkait penyakit yang diderita. Selain itu pesan yang disampaikan
secara verbal mudah untuk dilupakan sehingga dibutuhkan materi cetak
untuk menjaga ingatan pasien. Materi cetak akan lebih efektif apabila
diberikan sebagai bagian dari media penunjang dalam pendidikan kesehatan,
karena pemberian materi cetak saja tidak cukup untuk meningkatkan
pengetahuan dan perubahan sikap pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.2. Keunggulan dan keterbatasan jenis-jenis materi pendidikan
kesehatan (Ewles, Simnet, 1994) Jenis Materi Keunggulan Keterbatasan
Leaflet, Handout 1. Pasien dapat belajar mandiri
2. Informasi dapat dibagi dengan
orang lain
3. Informasi dapat diberikan
secara detail
4. Handout mudah dibuat,
diperbanyak
5. Handout dan leaflet
merupakan media pendidikan
yang sederhana
1. Materi yang diproduksi
secara massal kemungkinan
tidak cocok untuk setiap
orang
2. Leaflet dan Handout tidak
tahan lama dan mudah hilang
3. Handout perlu pengetikan
dan fasilitas penggandaan
yang baik
4.
Poster, display 1. Dapat meningkatkan
kesadaran terhadap kesehatan
dan meningkatkan
kepercayaan, sikap dan
perilaku
2. Dapat menyampaikan
informasi, mengarahkan pasien
melihat sumber lain
3. Mudah dibuat
1. Mudah rusak dan diacuhkan
2. Materi yang berkualitas
tinggi membutuhkan tenaga
ahli terkait peralatan cetak
3. Poster dapat dibeli dengan
biaya yang rlatif mahal
4. Butuh uji coba terhadap
sasaran
Videotape 1. Dapat memacu diskusi
mengenai sikap dan perilaku
2. Cocok untuk sasaran dalam
jumlah sedang dan kecil
3. Dapat digunakan untuk belajar
mandiri
4. Dapat direkam untuk
digunakan lagi
1. Alat dapat rusak
2. Layar yang kecil dapat
membatasi jumlah audiens
Transparansi OHP 1. Dapat digunakan untuk
membangun informasi dengan
menggunakan tekhnik overlay
2. Dapat digunakan untuk sasaran
dengan jumlah tidak terbats
3. Mudah digunakan
1. Perlu listrik
2. OHP mudah rusak
3. Lensa OHP dapat
menghalangi pandangan
peserta
2.3.5. Pendidikan Kesehatan Pasien diabetes melitus
Pendidikan kesehatan diabetes adalah pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes melitus tipe 2
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pasien
akan penyakitnya. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu pilar
penatalaksanaan diabetes yang memiliki peran penting untuk mendapatkan
hasil yang maksimal sehingga komplikasi kronik dapat dicegah. Pendidikan
kesehatan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 dapat dilakukan dengan tatap
muka dan didukung dengan penyediaan alat dan materi pendidikan yang
diperlukan serta penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien
diabetes melitus tipe 2 (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan baik secara
perseorangan maupun berkelompok. Penyediaan materi pendidikan yang
informatif dan menarik merupakan pendukung yang kuat karena akan
meningkatkan pengetahuan pasien. salah satu metode pendidikan kesehatan
yang dapat digunakan adalah ceramah. Metode ini tergolong metode yang
konvesional karena persiapannya mudah dan sederhana serta fleksibel.
Pasien dapat berpartisipasi dalam proses belajar dengan cara mendengarkan,
membuat catatan dan bertanya pada pemberi materi (Departemen Kesehatan
RI, 2005).
2.4. Puskesmas
Menurut Azrul Azwar (1996) Puskesmas adalah unit pelaksana
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Secara nasional
standar kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Visi utama Puskesmas
adalah pembangunan kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup empat
indikator yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Untuk mencapai
visi tersebut Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat yang ditunjang dengan pelayanan
kefarmasian klinik bermutu.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1. Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perseorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit. pelayanan kesehatan perseorangan antara
lain rawat jalan atau rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat, serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
3. Pelayanan Kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM,
sarana prasarana, sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, administrasi)
dan pelayanan farmasi klinis (penerimaan resep, peracikan obat,
penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan atau penyimpanan
resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, sarana prasarana dan
metode tatalaksana yag sesuai.
Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan primer yaitu pelayanan kesehatan yang terjangkau, murah,
mudah, praktis. Untuk pasien diabetes diutamakan pelayanan yang
mencegah terjadinya diabetes melitus tipe 2 pada pasien yang mempunyai
faktor risiko tinggi seperti kegemukan, hipertensi, umur > 40 tahun, adanya
faktor keturunan, dan ibu hamil, serta untuk mencegah komplikasi.
2.4.1. Puskesmas Kota Depok
Kota Depok memiliki 32 Puskesmas yang tersebar di sebelas
kecamatan. Setiap kecamatan memiliki satu Puskesmas kecamatan.
Puskesmas kecamatan merupakan Puskesmas terbesar di wilayah kecamatan
tersebut. Umumnya, Puskesmas kecamatan memiliki jumlah pasien yang
lebih banyak dibandingkan Puskesmas kelurahan. Jumlah Puskesmas
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
kecamatan di Kota Depok adalah sebelas sesuai dengan jumlah
kecamatannya. Puskesmas kecamatan kota Depok antara lain : Beji, DTP
Cimanggis, Tapos, Sawangan, Cilodong, Cipayung, DTP Sukmajaya,
Cinere, Pancoranmas, Limo, Bojong sari (Sari, 2011).
2.4.2. Puskesmas Kecamatan Beji
Puskesmas Kecamatan Beji terletak di wilayah Kelurahan Beji dan
Beji Timur dengan batas wilayah sebelah utara : kelurahan kukusan, batas
selatan : Kecamatan Pancoran Mas, batas barat : Kelurahan Tanah Baru,
batas timur : Kelurahan Kemiri Muka. Puskesmas Kecamatan Beji
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di kedua
puskesmas kelurahan. Dalam upaya menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja, puskesmas Beji melakukan upaya kesehatan
yang dikelopokkan menjadi dua, yaitu :
1. Upaya kesehatan wajib
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya kesehatan olahraga
c. Upaya kesehatan gigi dan mulut
d. Upaya kesehatan mata
e. Upaya kesehatan usia lanjut
3. Upaya kesehatan penunjang : laboratorium dan unit khusus klinik
penyalahgunaan dampak merokok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental
dengan rancangan pretest-postetst two group design. Penelitian ini
menggunakan dua kelompok pasien yang diberi intervensi berbeda, yaitu
kelompok yang diberi intervensi ceramah kesehatan dengan media berupa
materi ceramah kesehatan dan kelompok yang hanya diberi intervensi
media berupa materi ceramah kesehatan.
Pada kedua kelompok diberikan pretest untuk menilai kepatuhan
pasien sebelum dilakukan intervensi. Lalu kedua kelompok diberikan
intervensi berupa ceramah kesehatan dan intervensi media dengan materi
ceramah kesehatan. Setelah pemberian intervensi dilakukan post-test untuk
menilai tingkat kepatuhan pasien.
Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara bebas
terpimpin. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer berupa kuesioner kepatuhan Morisky Scale dan data sosio-
demografi. Data sekunder berupa resep yang mencantumkan antidiabetes
oral. Selanjutnya data diolah dengan program IBM SPSS 20.0.
3.2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Beji Kota Depok. Pemilihan
puskesmas berdasarkan data prevalensi kasus diabetes melitus tipe 2
tertinggi pada bulan Februari 2012 dari Dinas Kesehatan Kota Depok.
Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret-Mei 2012.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.3. Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.4. Definisi Operasional
1. Ceramah Kesehatan
Intervensi yang diberikan kepada satu kelompok pasien diabetes
melitus tipe 2 berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah
yang dilakukan sekali setelah pasien melakukan pretest (pengisian
kuesioner kepatuhan Morisky Scale). Ceramah dilaksanakan selama
60 menit.
2. Materi ceramah kesehatan
Intervensi berupa media visual yang diberikan kepada kedua
kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 yang berisi materi ceramah
kesehatan. Isi materi disesuaikan dengan satuan acara penyuluhan
serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
3. Faktor Sosio-demografi pasien
Faktor sosiodemografi pasien pada penelitian ini terdiri dari :
a. Jenis Kelamin
Kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan
biologis.
Skala : Nominal
Kategori:
1. Pria
2. Wanita
Intervensi Ceramah Kesehatan dan Materi Ceramah Kesehatan
Faktor Sosio-Demografi
Pasien, Regimen Antidiabetes Oral
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 terkait
penggunaan antidiabetes oral
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
b. Umur
Lama waktu hidup pasien sejak dilahirkan hingga penelitian
dilakukan.
Skala : Interval
Kategori:
1. Kelompok umur 30-45 tahun
2. Kelompok umur 46-60 tahun
3. Kelompok umur ≥ 60 tahun
c. Tingkat pendidikan
Pendidikan terakhir yang didapat oleh pasien DM tipe 2
Skala : Nominal
Kategori:
1. Tidak mendapat pendidikan formal
2. Tamat SD
3. Tamat SMP/SMA/Kejuruan
4. Tamat Perguruan Tinggi / Akademi
d. Tingkat pendapatan
Pendapatan pasien DM tipe 2 per bulannya.
Skala : Interval
Kategori:
1. < Rp 500.000,00
2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00
3. Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00
4. > Rp 1.500.001,00
e. Jenis Pekerjaan
Mata pencaharian atau kegiatan pasien DM tipe 2 saat ini.
Skala : Nominal
Kategori:
1. PNS/ Swasta
2. Wiraswasta
3. Lain-lain
4. Tidak bekerja/Pensiunan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
4. Penggunaan antidiabetes oral
Obat yang digunakan pasien untuk mengontrol kadar glukosa darah
dan diresepkan oleh dokter di puskesmas.
Skala : Nominal
Kategori :
1. Glibenklamid
2. Metformin
3. Glibenklamid dan metformin
5. Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2
Kesukarelaan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam menjalankan
rekomendasi terapi antidibetes oral yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan pengisian
kuesioner Morisky Scale. Pertanyaan dari no. 1 hingga 7 untuk “Ya”
bernilai 1 dan “Tidak” bernilai 0. Sedangkan pertanyaan pada no. 5
untuk jawaban “Ya” bernilai 0 dan “Tidak” bernilai 1. Pertanyaan
pada no. 8 untuk jawaban “A” bernilai 0 dan jawaban “B-E” bernilai 1
Skala : Ordinal
Kategori :
1. Penilaian kepatuhan pasien tinggi jika 0
2. Penilaian kepatuhan pasien sedang jika 1 atau 2
3. Penilaian kepatuhan pasien rendah jika > 2
3.5. Populasi dan sampel
3.5.1. Populasi
Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat jalan di
puskesmas Beji kota Depok dari bulan Maret-Mei 2012 dan telah diberikan
pretest.
3.5.2. Sampel
Pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat di puskesmas Beji kota
Depok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Sampel yang
memenuhi kriteria inklusi berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok yang diberi intervensi berupa ceramah kesehatan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
sebanyak 30 orang dan kelompok yang diberi intervensi media cetak berupa
materi ceramah yang berbentuk handout sebanyak 30 orang. Metode
pengambilan sampel dilakukan secara total sampling.
3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi
3.6.1. Kriteria inklusi pasien
1. Pasien laki-laki dan perempuan dengan riwayat penyakit diabetes
melitus tipe 2 yang berobat jalan di Puskesmas Beji Kota Depok dari
bulan Maret-Mei yang menggunakan antidiabetes oral minimal satu
bulan sebelumnya.
2. Pasien yang berusia ≥ 30 tahun.
3. Pasien dapat membaca
4. Pasien yang bersedia menjadi responden
5. Pasien yang mendapat intervensi berupa ceramah dan materi ceramah
3.6.2. Kriteria eksklusi pasien
1. Ibu hamil
2. Pasien yang tidak mengikuti salah satu test
3.7. Alur penelitian
3.7.1. Perizinan penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data ke puskesmas, peneliti
mengajukan permohonan izin terlebih dahulu ke lembaga-lembaga terkait,
dimulai dari Departemen farmasi, Dinas Kesehatan Kota Depok,
Kesbangpol Linmas (Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan
Masyarakat), Dinas Kesehatan Kota Depok dan kepala puskesmas Beji
(surat perizinan dapat dilihat pada Lampiran 10,11,12,13). Setelah
mendapatkan izin peneliti mulai melakukan sampling pasien.
3.7.2. Pengumpulan data
Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara
bebas terpimpin. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder
yang dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1. Pengambilan data berdasarkan kesediaan pasien menjadi responden
dengan mengisi informed consent.
2. Data primer diperoleh dengan metode wawancara bebas terpimpin
kepada pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat di Puskesmas Beji.
Data primer berupa data sosio-demografi pasien serta hasil pretest dan
post-test menggunakan instrumen kuesioner kepatuhan Morisky Scale
yang sudah tervalidasi dengan bentuk jawaban “ya” atau “ tidak”.
Pasien dibantu oleh peneliti dalam menjawab kuesioner melalui
wawancara bebas terpimpin. Pretest diberikan sebelum pelaksanaan
intervensi dan post-test dilakukan dua minggu setelah pelaksanaan
intervensi.
3. Data sekunder diperoleh dari data resep pasien yang masuk ke
instalasi farmasi di Puskesmas Beji Kota Depok serta rekam medik
pasien untuk mendapatkan data kadar glukosa darah sewaktu pasien
saat pretest dan saat post-test.
3.7.3. Pelaksanaan intervensi
Intervensi pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode ceramah dan metode materi ceramah yang dicetak. Pelaksanaan
intervensi dilakukan pada waktu yang berbeda dengan sampel yang berbeda.
1. Ceramah kesehatan dilaksanakan pada tanggal 25 April 2012 selama
60 menit (termasuk diskusi) di aula puskesmas Beji lantai 2. Materi
yang diberikan oleh pemateri menggunakan bahasa yang sederhana
sehingga dapat dimengerti oleh semua pasien. Materi ceramah terdiri
dari : Definisi dan patofisiologi penyakit diabetes melitus, klasifikasi
diabetes melitus, Penatalaksanaan diabetes melitus berupa
pengelolaan nutrisi dan diit, penggunaan serta regimen antidiabetes
oral, aktivitas jasmani, pemantauan kadar glukosa darah, pencegahan
komplikasi, manfaat kepatuhan, penggunaan sistem pelayanan
kesehatan (bagan alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6).
2. Materi ceramah kemudian dicetak lalu diberikan kepada pasien yang
menghadiri ceramah kesehatan dan kepada pasien diabetes melitus
tipe 2 di puskesmas Beji yang tidak bersedia menghadiri ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
kesehatan. Materi mulai diberikan kepada pasien pada tanggal 26
April 2012 (bagan alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6).
3.8. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan
kuesioner kepatuhan Morisky scale yang sudah divalidasi kemudian
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diuji pemahaman kepada
20 orang yang dipilih secara acak. Pertanyaan dalam kuesioner
berjumlah delapan buah dengan jawaban ya atau tidak (Dichotomous
choice). Pengukuran skor Morisky Scale untuk pertanyaan dari no. 1
hingga 7 untuk “Ya” bernilai 1 dan “Tidak” bernilai 0. Sedangkan
pertanyaan pada no. 5 untuk jawaban “Ya” bernilai 0 dan “Tidak”
bernilai 1.
Pertanyaan pada no. 8 untuk jawaban “A” bernilai 0 dan jawaban
“B-E” bernilai 1. Rincian jawaban sebagai berikut : “A” atau tidak
pernah jika pasien tidak sekalipun lupa meminum obat dalam satu
minggu, “B” atau sekali-sekali, jika satu kali dalam seminggu pasien
lupa meminum obat, “C” atau kadang-kadang, jika tiga/empat kali
dalam seminggu pasien lupa meminum obat, “D” atau biasanya, jika
lima/enam kali dalam seminggu pasien lupa meminum obat, dan “E”
atau setiap saat, jika dalam seminggu pasien lupa meminum obat sama
sekali (lihat Lampiran 2)
2. Data sosio-demografi Pasien
Pengambilan data primer juga dilakukan dengan data sosio-
demografi pasien yang terdiri dari nama, umur, alamat, nomor telepon,
pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, regimen
antidiabetes oral yang digunakan (lihat Lampiran 4)
3. Materi ceramah
Intervensi berupa media yang dicetak dan diberikan kepada pasien
yang berisi tentang : Definisi diabetes melitus, Etiologi penyakit
diabetes melitus, pencegahan komplikasi, Penatalaksanaan diabetes
melitus tipe 2 berupa pengelolaan nutrisi dan diit, penggunaan serta
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
regimen antidiabetes oral dan insulin, aktivitas jasmani, pemantauan
kadar glukosa darah, dan manfaat kepatuhan terhadap penggunaan
antidiabetes oral (lihat Lampiran 9)
Dalam pembuatan materi ceramah perlu memperhatikan cara
pembuatan yang baik sehingga akan lebih efektif. Cara pembuatan
materi ceramah yang baik menurut Ewles dan Simnet (1994) yaitu :
a. Menjaga tujuan materi. Isi materi harus singkat dan lugas,
hindari materi yang tidak sesuai dengan tema.
b. Penekanan terhadap isi yang penting dengan mengubah jenis
huruf atau warnanya.
c. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sederhana dan
menjelaskan istilah asing yang digunakan
d. Memperhatikan penggunaan warna, tata letak dan ukuran cetak
untuk meningkatkan kejelasan.
e. Hindari penggunaan huruf kapital
f. Gunakan ilustrasi gambar, grafik dan tabel untuk
mempermudah komunikasi.
4. Resep
Keterangan dokter tentang obat serta regimen yang diberikan
kepada pasien dan dapat ditebus dengan obat di apotek.
6. Flyer
Selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tentang judul
ceramah, tempat dan waktu ceramah, dan penyelenggara. Flyer didesain
semenarik mungkin dengan bahasa yang singkat dan mudah dimengerti.
Flyer digunakan untuk menginformasikan dan mengajak responden
untuk ikut berpartisipasi dalam ceramah.
3.9. Etika Penelitian
Sebelum pengumpulan data terlebih dahulu peneliti meminta
persetujuan pasien untuk menjadi responden melalui penandatanganan
lembar persetujuan (informed consent) yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.10. Pengolahan data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh diantaranya :
3.10.1. Seleksi data
Sebelum data dimasukkan ke dalam program Microsoft excel,
peneliti melakukan pemilahan kelengkapan data pasien serta data pasien
yang memenuhi kriteria inklusi
3.10.2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Peneliti melakukan coding
terhadap data yag dimasukkan untuk kemudian dianalisis dengan program
statistik SPSS 20.0. Data yang di –coding antara lain :
1. Jenis kelamin pasien
2. Umur pasien
3. Tingkat pendidikan
4. Jenis pekerjaan
5. Tingkat pendapatan
6. Regimen antidiabetes oral
7. Tingkat kepatuhan pasien
3.10.3. Input data
Data pasien yang sudah lengkap dan memenuhi kriteria inklusi
dimasukkan ke program Microsoft excel dengan format tabel yang memuat
nama, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, regimen antidiabetes oral, tingkat kepatuhan pasien pada saat
pretest dan posttest, glukosa darah pada saat pretest dan posttest.
3.10.4. Cleaning data
Setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan
apakah data bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis
3.10.5. Analisis data
Data dianalisis secara statistik deksriptif dan statistik inferensial
yang diolah menggunakan program IBM SPSS 20.0. Confidence interval
yang digunakan sebesar 95% dengan α = 0,05. Pengolahan data meliputi :
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
a. Analisis distribusi frekuensi data sosio-demografi pasien diabetes
melitus tipe 2.
b. Analisis normalitas distribusi sampel
c. Analisis hubungan antara data sosio-demografi dengan tingkat
kepatuhan pasien dengan uji kai kuadrat.
d. Analisis hubungan antara regimen dosis dengan tingkat kepatuhan
paien dengan uji Kai kuadrat.
e. Analisis pengaruh pemberian intervensi ceramah kesehatan dan materi
ceramah kesehatan terhadap tingkat kepatuhan pasien dengan uji
Wilcoxon Signed Rank
f. Analisis kesetaraan data sosio-demografi dan tingkat kepatuhan
kedua kelompok dengan uji kai kuadrat dan Mann Whitney U.
g. Analisis perbandingan ceramah kesehatan dan materi ceramah
kesehatan terhadap tingkat kepatuhan pasien dengan uji Mann
Whitney U.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi lokasi penelitian
Puskesmas Beji terletak di Kecamatan Beji dengan wilayah kerja
meliputi kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur. Puskesmas Beji
membawahi dua puskesmas kelurahan, yaitu puskesmas Kemiri Muka dan
puskesmas Tanah Baru. Puskesmas Beji memiliki 20 pegawai negeri sipil
yang terdiri dari 4 orang Dokter umum, 1 orang Dokter gigi, 1 orang
Apoteker, 4 orang Perawat, 4 orang Bidan, 1 orang Perawat gigi, 1 orang
tenaga gizi, 1 orang tenaga sanitasi, 1 orang teknisi medis, 1 orang bagian
administrasi dan lima orang sukarelawan.
Sarana pelayanan di puskesmas Beji terdiri dari poli umum, poli gigi,
poli KIA, poli MTBS, klinik sanitasi, apotek (loket obat) dan laboratorium.
jumlah total resep pasien di puskesmas Beji dari poli umum pada periode
Maret-Mei 2012 sebanyak 7780 resep. Rata-rata resep per hari sebanyak
152 resep. Jumlah antidiabetes oral yang diresepkan di puskesmas Beji
berjumlah 191 resep. Puskesmas Beji bekerjasama dengan PERSADIA
(Persatuan Diabetes Indonesia) dalam melakukan pelayanan untuk pasien
diabetes melitus, meliputi penyuluhan dan senam diabetes yang dilakukan
setiap Jum’at pagi di area puskesmas Beji.
4.2. Karakteristik data sosio-demografi pasien
Jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjadi responden pada
penelitian ini sebanyak 60 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok
dengan pemberian intervensi berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari
30 orang kelompok ceramah dan 30 orang kelompok materi ceramah.
Pembagian kelompok berdasarkan kesediaan pasien untuk diberikan
intervensi. Pasien yang tidak bersedia datang ke acara ceramah maka
dijadikan kelompok kedua yaitu kelompok materi ceramah.
Data sosio-demografi pasien, dianalisis secara deskriptif untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi sampel pada kedua kelompok intervensi. Data
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
sosio-demografi yang didapat diuji normalitas terlebih dahulu (hasil analisis
dapat dilihat pada Lampiran 14). Pada Tabel 4.1. dapat terlihat bahwa
sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji adalah
wanita. Pada kelompok ceramah terdapat 20 orang wanita (66,7%) dan 10
orang pria (33,3%), sedangkan pada kelompok metode materi ceramah
terdapat 18 orang wanita (60%) dan 12 orang pria (40%).
Sebagian besar pasien berumur antara 46-60 tahun. Pada kelompok
ceramah terdapat 16 orang (53,3%) yang berumur antara 46-60 tahun, dan
pada kelompok materi ceramah berjumlah 19 orang (63,3%). Kriteria
inklusi umur pasien pada penelitian ini adalah usia ≥ 30 tahun. Hal ini
dikarenakan diabetes melitus tipe 2 muncul pada usia sekitar 30 tahun
keatas (Handlesman, et al, 2011) sehingga pasien dengan usia < 30 tahun
tidak menjadi kriteria inklusi
Sebagian besar pasien diabetes melitus memiliki tingkat pendidikan
hingga jenjang SMP/SMA/Kejuruan pada masing-masing kelompok. Pada
kelompok metode ceramah sekitar 16 orang (53,3%) pasien memiliki
tingkat pendidikan hingga SMP/SMA/Kejuruan dan pada metode Materi
ceramah terdapat 17 orang (56,7%).
Sebagian besar pasien diabates melitus tipe 2 tidak bekerja atau sudah
pensiun. Terdapat 21 orang (70%) pasien yang tidak bekerja atau pensiunan
pada kelompok metode ceramah dengan materi ceramah dan 23 orang
(76,7%) pada kelompok metode materi ceramah
Sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki tingkat
pendapatan dibawah bawah Rp 500.000,00. Pada kelompok ceramah
terdapat 19 orang (63,3%) dan pada kelompok materi ceramah terdapat 25
orang (83,8%) dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,00.
Sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji
menggunakan antidiabetes oral kombinasi, yaitu glibenklamid dan
metformin. Pada kelompok ceramah terdapat 17 orang (56,75) dan pada
kelompok materi ceramah terdapat 16 orang (53,3%) pasien yang
menggunakan antidiabetes oral kombinasi (hasil analisis deskriptif pasien
dapat dilihat pada lampiran 16).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik pasien.
No Karakteristik Sosio-demografi Kelompok ceramah
Kelompok materi ceramah
n (%) n (%) 1 Jenis Kelamin
a. Pria b. Wanita
10 20
33,3 66,7
12 18
40 60
2 Usia a. 31-45 tahun b. 46-60 tahun c. > 61 tahun
3 16 11
10
53,3 36,7
1 19 10
3,3 63,3 33,3
3 Tingkat pendidikan a. Tidak mendapat pendidikan
formal b. Tamat SD c. Tamat SMP/SMA/Kejuruan d. Tamat PT/Akademi
3 8 16 3
10
26,7 53,3 10
3 8 17 2
10
26,7 56,7 6,7
4 Jenis pekerjaan a. PNS/Swasta b. Wiraswasta c. Lain-lain d. Tidak bekerja/pensiunan
1 4 4 21
3,3 13,3 13,3 70
0 5 2 23
0 16,7 6,7 76,7
5 Tingkat Pendapatan a. < Rp 500.000,00 b. Rp 500.001,00 – Rp1.000.000,00 c. Rp 1.000.001,00-Rp1.500.000,00 d. >Rp 1.500.001,00
19 3 1 7
63,3 10 3,3 23,3
25 5 0 0
83,8 16,7
0 0
6 Penggunaan Antidiabetes Oral a. Glibenklamid b. Metformin c. Glibenklamid dan Metformin
8 5 17
26,7 16,7 56,7
10 4 16
33,3 13,3 53,3
4.3. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah
Pemberian Ceramah
Data hasil pretest dan post-test dianalisa secara deskriptif untuk
melihat gambaran distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien pada
kelompok ceramah. Data distribusi tingkat kepatuhan pasien pada kelompok
ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien kelompok ceramah pada saat pretest dan posttest.
No Tingkat
Kepatuhan
Pretest Post-test
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Tinggi 9 30 24 80
2 Sedang 10 33,3 5 16,7
3 Rendah 11 36,7 1 3,3
Hasil analisa data tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah
memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepatuhan pasien pada
saat sebelum dilakukan ceramah (pretest ) dan pada saat setelah dilakukan
ceramah (posttest). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada hasil
pretest mayoritas tingkat kepatuhan pasien adalah rendah dengan jumlah 11
orang (36,7%). Setelah dilakukan intervensi berupa ceramah kesehatan
kepada 30 orang pasien pada hasil posttest menunjukkan adanya
peningkatan. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah menurun menjadi 1
orang (3,3%) dan pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi meningkat
menjadi 24 orang (80%).
4.4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah
Pemberian Materi Ceramah Kesehatan
Data hasil pretest dan post-test dianalisa secara deskriptif untuk
melihat gambaran distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien pada
kelompok ceramah. Data distribusi tingkat kepatuhan pasien pada kelompok
ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel. 4.3. Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien kelompok materi ceramah pada saat pretest dan posttest.
No Tingkat
Kepatuhan
Pretest Post-test
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Tinggi 8 26,7 17 56,7
2 Sedang 11 36,7 12 40
3 Rendah 11 36,7 1 3,3
Hasil analisis data pretest pada kelompok yang diberi materi ceramah
menunjukkan tingkat kepatuhan pasien sedang dan rendah adalah sama
dengan jumlah masing-masing 11 orang (36,7%) dan pada saat posstest,
mayoritas tingkat kepatuhan pasien adalah tinggi dengan jumlah 17 orang
(56,7%). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada perubahan tingkat
kepatuhan pasien dalam meminum antidiabetes oral pada saat pretest dan
pada saat posttest. Pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi meningkat
menjadi 17 orang (56,7%), sedangkan pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah menurun menjadi 1 orang (3,3%) setelah pemberian materi ceramah.
4.5. Hubungan Faktor Sosio-demografi Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pasien Diabetes Melitus tipe 2
Faktor sosio-demografi pasien pada peneltian ini terdiri dari jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan.
Pengujian pengaruh faktor sosio-demografi terhadap tingkat kepatuhan
pasien dilakukan dengan uji Kai Kuadrat. Masing- masing data sosio-
demografi yang terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatn dan regimen antidiabetes oral diuji
hubungannya dengan hasil post-test. Hasil uji Kai Kuadrat didapatkan nilai
p > 0,05 (hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 18,19). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi
pasien terhadap tingkat kepatuhan pasien. Hal ini serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Jin, Sklar, Sen Oh, Chuen Li (2008) yang
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi
terhadap kepatuhan pasien.
4.6. Hubungan Penggunaan Antidiabetes Oral Terhadap Tingkat
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Terapi antidiabetes oral yang digunakan di puskesmas beji diuji
pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan pasien. Analisis dilakukan dengan
uji Kai Kuadrat. Antidiabetes oral yang digunakan di puskesmas Beji
sebagian besar menggunakan kombinasi glibenklamid dan metformin.
Penggunaan antidiabetes oral pada saat pretest pada kedua kelompok diuji
pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan pada saat pretest didapatkan hasil p
> 0,05 (hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 20). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Penggunaan antidiabetes oral
terhadap tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest.
Penggunaan antidiabetes oral pada saat post-test diuji hubungan
terhadap tingkat kepatuhan pada saat post-test dan didapatkan nilai p > 0,05
(hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 20), jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara Penggunaan antidiabetes oral pada saat
post-test terhadap tingkat kepatuhan pasien pada saat post-test.
4.7. Pengaruh Pemberian Ceramah Terhadap Peningkatan Kepatuhan
Pasien
Analisis pengaruh pemberian ceramah terhadap tingkat kepatuhan
dilakukan dengan uji Wilcoxon Signed Rank karena data berupa data
ordinal dan tidak terdistribusi normal (Lihat lampiran 14). Hasil analisis
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan
pasien pada saat pretest dan saat postest. (lihat lampiran 21). Hal ini
dinyatakan oleh nilai p = 0,015 dari uji hipotesis dua sisi (two-tailed test)
yang lebih kecil dari nilai α (0,050)
Uji hipotesis satu sisi (one-tailed test) menunjukkan nilai ½ p yang
diperoleh adalah 0,0075. Nilai ini juga lebih kecil daripada nilai α (0,050),
hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien mengalami
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
peningkatan setelah diberikan ceramah.. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian ceramah menyebabkan terjadinya peningkatan yang
bermakna secara statistik terhadap tingkat kepatuhan pasien.
Tabel 4.4. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank terhadap tingkat kepatuhan
pasien kelompok ceramah
Ceramah P
Jumlah (n) Rerata Hasil pretest 30 1,93 ± 1,51
0,015 Hasil post-test 30 2,83 ± 0,69
Pada Tabel 4.4. terlihat adanya perubahan rerata pada hasil pre-
test dan post-test yaitu pada saat pretest 1,93 ± 1,51 dan pada saat post-test
meningkat menjadi 2,83 ± 0,69.
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 terhadap penggunaan
antidiabetes oral merupakan salah satu cara untuk mengontrol kadar
glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit dan penanganannya
menyebabkan pasien menjadi tidak patuh terhadap pengobatan (Shams,
Barakat, 2010).
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya adalah dengan ceramah kesehatan (Hiswani, 2002). Ceramah
merupakan salah satu metode pendidikan yang konvensional, sederhana
dan mudah (Harsono, Soesanto, Samsudi, 2009) selain itu ceramah bisa
mencakup banyak orang (lebih dari 15 orang) pada satu waktu
(Notoatmodjo, 2003). Karena itulah peneliti memilih ceramah sebagai
metode untuk menyampaikan informasi tentang diabetes melitus.
Ceramah dihadiri oleh pasien yang telah diberi pretest sebelumnya.
Jumlah pasien pada saat pretest sebanyak 75 orang, namun yang bersedia
hadir pada acara ceramah kesehatan hanya 30 orang. Pasien selain diberi
ceramah kesehatan juga diberikan materi ceramah yang telah dicetak
sebagai sarana penunjang. Pada penelitian ini dapat dilihat dari data bahwa
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ceramah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
kepatuhan pasien pada saat pretest dan saat post-test.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rashid dan Sapna pada tahun 2010. Pemberian ceramah kepada satu
kelompok pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien
terhadap topik yang diberikan. Selain itu, hal yang mungkin turut
memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pasien disamping
pemberian juga pemberian materi ceramah, karena keefektifan materi
ceramah yang dicetak tergantung pada metode intervensi yang digunakan,
yaitu intervensi tunggal atau kombinasi dengan intervensi lain (Paul,
Redman, Sanson-Fisher, 2003).
4.8. Pengaruh Pemberian Materi Ceramah Terhadap Peningkatan
Kepatuhan Pasien
Analisis pengaruh pemberian materi ceramah terhadap tingkat
kepatuhan pasien dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank. Uji ini
dipilih karena data hasil pretest dan post-test tidak terdistribusi normal
sehingga digunakan analisis non-parametrik (lihat Lampiran 14).
Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada
tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest dan saat postest. (lihat lampiran
22) yang dinyatakan oleh nilai p = 0,000 dari uji hipotesis dua sisi (two-
tailed test) yang lebih kecil dari nilai α (0,050)
Untuk uji hipotesis satu sisi (one-tailed test) menunjukkan nilai ½ p
< 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien mengalami
peningkatan setelah diberikan materi ceramah., sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian materi ceramah menyebabkan terjadinya peningkatan
yang bermakna secara statistik terhadap tingkat kepatuhan pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.5. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank terhadap tingkat kepatuhan
pasien kelompok materi ceramah
Materi ceramah P
Jumlah (n) Rerata Hasil pretest 30 1,90 ± 1,47
0,000 Hasil post-test 30 2,53 ± 1.04
Pada Tabel 4.5. diatas terlihat peningkatan nilai rerata dari 1,90 ±
1,47 pada saat pretest menjadi 2,53 ± 1.04 pada saat post-test. Menurut Thomas
A.Lang (1999) tujuan pemberian materi ceramah yang berbentuk handout
adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien dan kualitas hidup pasien.
Penggunaan materi yang dicetak dapat memberikan hasil yang positif
terhadap tingkat kepatuhan pasien dan perubahan gaya hidup pasien
(Webber, Higgins, Baker, 2001). Selain itu, pemberian materi ceramah
merupakan salah satu bentuk pendidikan kesehatan yang mudah dan
ekonomis (Blanck, Marshall, 2011).
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian materi
ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien. Hasil penelitian ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dabritz dan Conrad (2010) kepada
sekelompok populasi terkait pengetahuan tentang T.gondii yang
menunjukkan bahwa pemberian handout kepada responden dapat
meningkatkan pengetahuan responden terhadap T.gondii.
Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan terhadap pasien
hipertensi didapatkan bahwa pemberian media cetak berupa handout dapat
meningkatkan pengetahuan pasien sehingga dapat berdampak terhadap
tingkat kepatuhan pasien (Milewa, Calnan, Almond, Hunter, 2000)
4.9. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Pasien Antara Kelompok Ceramah
dan Kelompok Materi Ceramah
Analisis perbandingan hasil post-test antara kelompok ceramah
dengan kelompok materi ceramah dilakukan dengan uji Mann Whitney U.
Uji ini dipilih karena data tidak terdistribusi normal (lihat lampiran 14)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
dan peneliti ingin membandingkan dua kelompok yang independent.
Sebelum dilakukan uji perbandingan antara kedua kelompok, peneliti
melakukan uji kesetaraan antara kelompok ceramah dengan kelompok
materi ceramah dengan menggunakan uji Kai kuadrat dan uji Mann
Whitney U.
Uji kesetaraan dilakukan untuk melihat kelayakan kedua kelompok
untuk diperbandingkan (matching kelompok). Uji kesetaraan dengan uji
Kai kuadrat dilakukan untuk menguji kesetaraan data jenis pekerjaan dan
jenis kelamin antara kelompok ceramah kesehatan dengan kelompok
materi ceramah kesehatan. Uji ini digunakan karena data jenis kelamin dan
jenis pekerjaan merupakan data nominal. Hasil analisis menunjukkan nilai
p > 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa data jenis pekerjaan setara
antara kedua kelompok (hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 24)
Uji kesetaraan dengan uji Mann Whitney U digunakan untuk
menganalisis data umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest, karena data-data tersebut
merupakan bentuk data kontinu. Hasil uji kesetaraan dengan Mann
Whitney U didapatkan nilai p > 0,05 kecuali data tingkat pendapatan (p =
0,036). Hal ini menunjukkan bahwa data umur, tingkat pendidikan dan
tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest adalah setara antara kedua
kelompok. Sedangkan untuk data tingkat pendapatan nilai p = 0,036 (p <
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data tingkat pendapatan tidak
setara antara kedua kelompok (hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran
23)
Berdasarkan hasil uji kesetaraan dapat disimpulkan bahwa data
jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan adalah setara
antara kedua kelompok sehingga dapat dibandingkan antara kedua
kelompok, namun dengan catatan bahwa ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil analisis yaitu tingkat pendapatan pasien pada kedua
kelompok.
Hasil analisis perbandingan tingkat kepatuhan pasien antara kedua
kelompok dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney U didapatkan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
nilai p = 0,069, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat kepatuhan pasien yang diberi pendidikan berupa
ceramah dengan pemberian materi ceramah. (hasil analisis dapat dilihat
pada Lampiran 25). Perbedaan nilai rerata dan median dapat dilihat pada
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil uji Mann Whitney U tingkat kepatuhan pasien pada
kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah
Jumlah (n) Rerata P
Tingkat kepatuhan pasien pada metode ceramah
30 1,23 ± 0,92 0,069
Tingkat kepatuhan pasien pada metode materi ceramah
30 1,07 ± 1,04
Pada Tabel 4.6. dapat terlihat perbedaan nilai rerata tingkat
kepatuhan pada kelompok ceramah yaitu 1,23 ± 0,92 dan pada kelompok
materi ceramah nilai rerata adalah 1,07 ± 1,04 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian ceramah lebih baik dari pemberian materi ceramah dalam
meningkatkan kepatuhan pasien, namun kemungkinan ada faktor lain yang
mempengaruhi peningkatan kepatuhan pasien pada kedua kelompok yaitu
faktor tingkat pendapatan.
Pada peneltian yang dilakukan oleh Mishra, Sabroe, Hansen dan
Kafie pada tahun 2005 menunjukkan bahwa ada kaitan antara tingkat
pendapatan terhadap tingkat kepatuhan. Pasien dengan tingkat pendapatan
rendah cenderung tidak patuh terhadap pengobatan. Hal ini disebabkan
karena biaya pengobatan untuk penyakit kronis, seperti diabetes melitus tipe
2, akan menjadi sangat besar karena merupakan pengobatan jangka panjang
(Jin, Sklar, Sen Oh, Chuen Li, 2008)
Pemberian ceramah memberikan hasil yang lebih baik terhadap
peningkatan kepatuhan, mungkin disebabkan karena adanya pemberian
handout materi ceramah disamping pemberian ceramah. Pada suatu
penelitian terkait pemberian materi cetak didapatkan hasil bahwa target
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
pendidkan kesehatan dapat tercapai ketika materi yang dicetak, dalam
penelitian ini adalah handout materi ceramah, diberikan bersamaan dalam
kelompok belajar (Webber, Higgins,Baker,2001).
4.10. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
Kelebihan penelitian mengenai pengaruh pemberian intervensi
berupa ceramah dan materi ceramah belum pernah dilakukan sebelumnya,
sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang ingin
melanjutkan penelitian ini dan juga bagi pihak Puskesmas agar dapat
meningkatkan kegiatan promosi kesehatan kepada pasien terutama pasien
dengan penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2. Kuesioner
kepatuhan yang digunakan telah tervalidasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana serta perhitungan skor yang mudah.
Penelitian ini juga memiliki kekurangan, yaitu sampel yang
digunakan pada penellitian ini hanya 30 orang pada masing-masing
kelompok intervensi, sehingga dikhawatirkan jumlah sampel tidak mewakili
keadaan sebenarnya. Selain itu, instrumen kuesioner kepatuhan Morrisky
scale tidak menggambarkan keadaan pasien secara keseluruhan, misal
tingkat pengetahuan, gaya hidup, asupan nutrisi dan latihan jasmani
sehingga peneliti hanya bisa mlihat tingkat kepatuhan pasien terkait
penggunaan antidiabetes oral.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa :
1. Ada pengaruh pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap tingkat
kepatuhan pasien dalam meminum antidiabetes oral.
2. Tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi dan penggunaan
antidiabetes oral dengan tingkat kepatuhan pasien.
3. Ada perbedaan tingkat kepatuhan pasien antara kelompok ceramah dan
materi ceramah, dimana ceramah lebih baik dalam meningkatkan
kepatuhan dibandingkan materi ceramah
5.2. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan kuesioner yang
menggambarkan kondisi pasien secara keseluruhan
2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel
yang lebih banyak.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Basuki., Endang S. (2009). Konseling Medik : Kunci Menuju Kepatuhan Pasien.
Majalah Kedokteran Indonesia, 59(2), 55-60.
Blanck., Alyson, Marshall., Caroline. (2011). Patient education materials from the
Layperson’s perspective. Journal for Nurses in Staff Development, 27(2), 8-
10.
Clark., Nancy B. (2011). Patient Education Materials. Florida : College of
Medicine Florid State University.
Dabritz., Haydee A, Conrad., Patricia A. (2010). Evaluation of an educational
handout on knowledge about toxoplasmosis. Scientica Medica, 20(1), 51-
58.
Delamater, Alan.M. (2006). Improving patient adherence. Clinical Diabetes,
24(2), 71-77.
De Sa Borges., Anna Paula, Guidoni., Camilo Molino, Ferreira., Ligia
Domingues, Freitas., Osvaldo, Pereira., Leonardo. (2010). The
Pharmaceutical Care of Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Pharm
World Sci, 32, 730-736.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Diabetes Melitus. Desember 24, 2011.
http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-teknis-
penemuan-dan-tatalaksana-Diabetes Melitus_2008.pdf.
Dinas Kesehatan Depok. (2008). Tabel profil kesehatan 2008. Februari 2, 2012.
http://dinkes.depok.go.id/berkas-unggah/tabel%20profil%202008.pdf.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan RI.
(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus. September
29, 2011.
http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1309243977_YANFAR.PC%20DIABET
ES MELITUS_1.pdf.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan RI (2006).
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Januari 18, 2012.
http://ebookbrowse.com/pedoman-pelayanan-farmasi-di-Puskesmas-pdf-
d107070248.
Donellan., Steven. (2001). How to use textbooks, handouts and visual aids.
Wilderness and Environmental Medicine, 12, 42-48.
Dowse., Ros, Ramela., Thato, Browne., Sara H. (2011). An ilustrated leaflet
containing antiretroviral information targeted for low-literate readers :
Development and evaluation. Patient Education and Counseling, 85, 508-
515.
Ewles., Linda, Simnet., Ina. (1994). Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis (Ova
Emilia, Doeljachman, Mubasyir Hasantasri, penerjemah) (Ed. ke-2).
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Forouhi, Nita Gandhi., Wareham, Nicholas J. (2010). Epidemiologi of diabetes.
Medicine, 38(11), 602-606.
Ghazali., Pariawan Lutfi. (2005). Pengembangan buklet sebagai media pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja tuna netra. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Indonesia¸1-12.
Gustaviani., Reno (2006). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Didalam
Sudoyo., Aru W, Setiyohadi., Bambang, Alwi., Idrus, Simadibrata K.,
Marcellus, Setiati., Siti (ed). (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed.
Ke-4). Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Handelsman, Yehuda, et al. (2011). American Association of Clinical
Endocrinologists Medical Guidelines For Clinical Practice For Developing a
Diabetes Mellitus Comprehensive Care Plan. Endocrine Practice,17, 1-53.
Harsono., Beni, Soesanto, Samsudi. (2009). Perbedaan hasil belajar antara metode
ceramah konvensional dengan ceramah berbantuan media animasi pada
pembelajaran kompetisi perakitan dan pemasangan sistem rem. Jurnal PTM,
9, (2), 71-80
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Isniati. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus
Dengan Keterkendalian Gula Darah di Poliklinik RS Perjan Dr.M.Djamil
Padang tahun 2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 73-77.
James, Jacqueline. (2009). Approach to the management of diabetes mellitus. (Ed.
Ke-7). Maret 1, 2012. http://www.aoa.org/documents/CPG-3.pdf.
Jazilah., Wijono., Paulus, Sudargo., Toto. (2003, September). Hubungan Tingkat
Pengetahuan, sikap, dan praktik (PSP) Penderita Diabetes Mellitus
Mengenai Pengelolaan Diabetes Mellitus dengan Kendali Kadar Glukosa
Darah. Sains Kesehatan, 16 (3), 413-422.
Jin., Jing, Sklar., Grant Edward, Sen Oh., Vermon Min, Chuen Li., Shu. (2008).
Factors affecting therapeutic compliance : a review from the patient’s
perspective. Ther Clin Risk Manag, 4(1), 269-286.
K., Rashid. A, Sapna. (2010). Teaching public health : seminar or lecture?. South-
East Asian Journal of Medical Education, 4 (1), 25-33.
Korb-Salvodelli., Virginie, et al. (2012). Validation of a French Version of the 8-
Item Morisky Medication Adherence Scale in Hypertensive Adults. The
Journal pf Clinical Hypertension, 1-6.
Lang., Thomas A. (2006). Developing Patient Education Handouts. Juni 7, 2012.
www.tomlangcommunications.com/Expanded_Patient_Ed_Chapter.pdf.
Lerman., Israel. (2005). Adherence to Treatment : The Key to Avoiding Long
Term Complications of Diabetes. Archives of Medical Research, 36, 300-
306.
McPhee., Stephen J, Papadakis., Maxine A. (2010). Medical Diagnosis &
Treatment. Amerika Serikat : The McGraw-Hill Companies.
Milewa., Timothy, Calnan., Michael, Almond., Stephen, Hunter., Alethea. (2000).
Patient education literature and help seeking behaviour : perspectives from
an evaluation in the United Kingdom. Social science and medicine.
51(2000) : 463-475
Morisky., DE, Green., LW, Levine. (1986). Concurrent and predictive validity of
a self-reported measure of medication adherence. Med Care. 24(1):67-74.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Morisky., Donald E, Ang., Alfonso, Krousel-Wood., Marie, Ward., Harry J.
(2008, Januari). Predictive Validity of a Medication Adherence Measure in
an Outpatient Setting. Le Jacq. 5 (10), 348-354.
Notoatmodjo., Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 56-72.
Notoatmodjo., Soekidjo, et al. (1989). Pengantar Pendidikan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 56-72.
Obreli-Neto., Paulo Roque., et al. (2011). Effect of a 36-month Pharmaceutical
Care Program on Pharmacotherapy Adherence in Elderly Diabetic and
Hypertensive Patients. Int J Clin Pharm, 33, 642-649
Osterberg., Lars, Blaschke., Terrence. (2005). Adherence to Medication. The New
England Journal of Medicine, 97, 353-487.
Paul., C.L, Redman., S., Sanson-Fisher., R.W. (2003). Print material content and
design : is it relevant to effectivensess. Health Education ResearchI, 18(2),
181-190.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Februari 2, 2012.
http://www.scribd.com/doc /73323977/Konsensus-DIABETES MELITUS-
Tipe-2-Indonesia-2011.
Rahmadiliyani, Nina., Muhlisin, Abi. (2008). Hubungan antara pengetahuan
tentang penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan
tindakan mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja puskesmas I Gatak
Sukoharjo. Berita Ilmu keperawatan, 1(2), 63-68
Shams., Mohamed, Barakat., Enase. (2010). Measuring the rate of therapeutic
adherence among outpatients with T2DM in Egypt. Saudi Phamaceutical
Journal, 18, 225-232
Sudoyo., Aru W, Setiyohadi., Bambang, Alwi., Idrus, Simadibrata K., Marcellus,
Setiati., Siti. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed. Ke-4). Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Suyono, Slamet. et al. (2005). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
Wang, Weibing, Fu, Chaowei, Zhuo, Haijing, Luo, Jianfeng, Xu, Biao. (2010).
Factors affecting costs and utilization of type 2 diabetes healthcare : a cross-
sectional survey among 15 hospitals in urban China. BMC Health Services
Research, 10 (244), 2-8
Webber., Darron, Higgins., Leslie, Baker., Vanessa. (2001). Enhancing recall of
information from a patient education booklet : a trial using cardiomyopathy
patients. Patient Education and Counseling. 44 : 263-270.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 1.
Tabel 2.4. Keuntungan dan kerugian metode pengukuran kepatuhan minum obat pasien.
Pengukuran Keuntungan Kekurangan Langsung 1. Observasi terapi
langsung Paling akurat Pasien dapat
menyembunyikan pil dalam mulut kemudian membuangnya
3. Pengukuran kadar obat atau metabolit dalam darah
Objektif Variasi metabolisme dapat memberikan penafsiran yang salah terhadap kepatuhan, mahal
4. Pengukuran penanda biologis dalam darah
Objektif, dalam uji klinik dapat juga digunakan untuk mengukur plasebo
Memerlukan pengujian kuantitatif yang mahal
Tidak Langsung 5. Kuesioner Sederhana, tidak mahal,
metode paling berguna dalam penentuan klinis
Rentan terhadap kesalahan dengan kenaikan waktu antara kunjungan
6. Menghitung pil Objektif, mudah dilakukan Data mudah diubah oleh pasien
7. Monitor obat secara elektronik
Tepat, hasil mudah diukur Mahal, perlu kunjungan kembali
8. Pengukuran penanda fisiologis
Mudah untuk dilakukan Sulit mengenali penyebab (misal : peningkatan metabolisme, turunnya absorbsi)
9. Buku harian pasien Membantu memperbaiki ingatan yang lemah
Mudah diubah oleh pasien
10. Jika pasien anak-anak, kuesioner ditujukan kepada orangtua atau yang merawatnya
Sederhana, objektif Rentan terhadap distorsi
11. Kecepatan menebus resep kembali
Objektif, mudah untuk memperoleh data
Resep yang diambil tidak sama dengan obat yang dikonsumsi
12. Penilaian respon klinis pasien
Sederhana, mudah untuk dilakukan
Faktor lain dapat berefek pada respon klinis
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2. Form Kuesioner Morisky Scale
Pertanyaan Jawaban
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i terkadang lupa untuk meminum obat? Ya Tidak
Selama dua minggu terakhir, adakah Bapak/Ibu/Saudara/i pada suatu hari tidak meminum obat? Ya Tidak
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah mengurangi atau menghentikan penggunaan obat tanpa memberitahu dokter karena merasakan kondisi lebih buruk?
Ya Tidak
Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, apakah Bapak/Ibu/Saudara/i terkadang lupa untuk membawa serta obat?
Ya Tidak
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i kemarin meminum semua obat? Ya Tidak Saat merasa keadaan membaik ,apakah Bapak/Ibu/Saudara/i terkadang memilih untuk berhenti meminum obat?
Ya Tidak
Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus meminum obat setiap hari. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah merasa terganggu dengan keadaan seperti itu?
Ya Tidak
Seberapa sering anda lupa meminum semua obat Bapak/Ibu/Saudara/i? A. Tidak pernah / sangat jarang ........................ B. Sekali-sekali................................................. C. Terkadang.............................,,...................... D. Biasanya...................................................... E. Setiap saat.....................................................
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 3. Form kesediaan pasien (Informed consent)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/ibu/saudara/i responden
di……..
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program S1 Farmasi Universitas Indonesia, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pengaruh pemberian intervensi terhadap kepatuhan terapi pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Kota Depok”. Tingkat kepatuhan pasien akan mempengaruhi keberhasilan dari terapi diabetes melitus tipe 2. Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat sukarela. Semua informasi dan keterangan yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian, saya ucapkan terimakasih.
Depok,..................... 2012
(........................................)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 4. Form Data demografi pasien
DATA DEMOGRAFI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
PUSKESMAS KECAMATAN ....................
KOTA DEPOK
PERIODE FEBRUARI-MEI 2012
Nama :
Alamat :
No.Telepon :
Umur : 30-45 th /45-60 th / > 60 th (pilih salah satu)
Pendidikan Terakhir :1. Tamat SD
2. Tamat SMP/SMA
3. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi
4. Tidak mendapat pendidikan formal
Pekerjaan : 1. Pegawai negeri/swasta
2. wiraswasta
3. Pedagang
4. Tidak bekerja/Pensiunan
Pendapatan perbulan : 1. < Rp 500.000,00
2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00
3. Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00
4. > Rp 1.500.001,00
Obat Antidiabetes yang digunakan :.................................................... (....x sehari)
..................................................... (....x sehari)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 5. Flyer Ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 6. Skema Alur Penelitian di Puskesmas Beji Kota Depok
Penentuan Judul Penelitian
Pasien dari poli umum kemudian menyerahkan
resep ke bagian loket obat
Peneliti melakukan sampling dengan melihat resep pasien
yang menggunakan antidiabetes oral
Mengurus perizinan penelitian ke lembaga-
lembaga terkait
Pasien yang menggunakan antidiabetes oral diminta
kesediaannya untuk diwawancara
Pelaksanaan intervensi ceramah pada tanggal 26
April 2012 di Aula puskesmas Beji
Pasien yang tidak bersedia hadir ke intervensi ceramah,
diberikan materi ceramah yang dicetak
Setelah dua minggu pelaksanaan intervensi
(ceramah/materi ceramah) dilakukan post-test
Penyebara materi ceramah dimulai pada tanggal 27
April 2012
Wawancara pasien dan pelaksanaan pretest serta mengundang pasien untuk
datang ke ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 7. Skema Alur Pasien Berobat di Puskesmas Beji
Pasien mendaftar ke loket
pendaftaran, kemudian
mengambil nomor
Pasien menunggu pemanggilan
nomor dari poli umum
Pasien menunggu resep diracik atau
disiapkan
Pasien yang sudah dipanggil
nomornya segera menuju ke poli
umum
Pasien dari Poli umum menuju
loket obat untuk menebus resep
Pasien dapat mengambil obat
yang sudah diracik atau disiapkan oleh
apoteker
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 8. Satuan acara penyuluhan ceramah kesehatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“HIDUP SEHAT BERSAMA DIABETES”
1. Pokok bahasan : Diabetes Melitus (DM) tipe 2
2. Sub pokok bahasan :
Pemahaman pasien tentang diabetes dan kepatuhan minum obat
a. Pendahuluan
b. Pengertian Diabetes Melitus
c. Macam dan Penyebab DM
d. Tanda dan gejala DM
e. Komplikasi DM
f. Penatalaksanaan DM tipe 2
g. Kepatuhan pasien minum antidiabetes oral
3. Sasaran : Pasien penderita diabetes melitus tipe 2
4. Waktu pelaksanaan :
Hari, tanggal : Rabu, 25 April 2012
Pukul : 09.00 – 10.00
Tempat : Aula Puskesmas Kecamatan Beji lantai 2
5. Metode penyuluhan : Ceramah & diskusi
6. Penyaji : Dra. Azizahwati, Apt
7. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Pasien mengetahui tentang penyakit diabetes melitus tipe 2, komplikasi
serta pengbatannya.
b. Tujuan Khusus
Pasien tahu dan paham akan pentingnya meminum antidiabetes oral secara
rutin sesuai anjuran dokter / tenaga kesehatan lainnya.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
8. Kegiatan penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Pengisi Acara Media dan
Perlap
Pembukaan 09.00 – 09.05
Membuka forum dengan salam dan ucapan terimakasih
atas kehadiran peserta. Penjelasan singkat tentang
acara, tujuan dan penyelenggara ceramah.
Memperkenalkan penceramah, Pembukaan acara ceramah
MC
Ceramah.
Mic, speaker, notulensi
Penyajian Ceramah
09.05 – 09.35
Penyampaian materi Penceramah
Dra.Azizahwati, Apt & MC
Ceramah.
Mic, speaker, laptop,
proyektor, kamera,
notulensi.
Diskusi 09.35 – 09.45
Tanya Jawab peserta Dra.Azizahwati, Apt
& MC
Diskusi.
Mic, speaker, kamera, notulensi
Doorprize 09.45 – 09.55
Pemberian hadiah kepada dua orang peserta yang bisa
menjawab pertanyaan. Peserta dipilih acak yang dibantu oleh
penceramah
MC, Dra.Azizahwati, Apt
Mic,speaker, dua buah doorprize, kamera, notulensi
Penutup 09.55 – 10.00
Pemberian kesimpulan, Menutup pertemuan forum
dengan membaca doa singkat dan ucapan terimakasih
kepada peserta dan pengisi acara ceramah.
MC Mic, speaker,
kamera, notulensi
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 9. Materi Ceramah Kesehata
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Dari Departemen Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 11. Surat Keterangan Dari Dinas Kesehatan Kota Depok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 12. Surat Rekomendasi Dari Kantor Kesbangpol dan Linmas
(Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Depok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 14. Hasil uji normalitas data pada kelompok ceramah dan kelompok
materi ceramah.
Tests of Normality
Kelompok Ceramah Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Jenis kelamin metode ceramah .597 30 .000
Umur Responden Pada Metode Ceramah .775 30 .000
Tingkat Pendidikan Responden pada Metode Ceramah .808 30 .000
Jenis pekerjaan responden pada metode ceramah .636 30 .000
Tingkat pendapatan responden pada metode ceramah .648 30 .000
Regimen ADO pada metode ceramah .703 30 .000
Hasil pretest responden pada metode ceramah .794 30 .000 Hasil post-test responden pada metode ceramah .452 30 .000 a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kelompok Materi Ceramah Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Jenis Kelamin Metode Handout .624 30 .000 Umur responden pada metode materi .700 30 .000 Tngkat pendidikan responden pada metode materi .780 30 .000 Jenis pekerjaan responden pada metode materi .542 30 .000 Tingkat pendapatan responden pada metode materi .452 30 .000 Regimen ADO pada metode materi ceramah .703 30 .000 Hasil pretest responden pada metode materi .800 30 .000 Hasil post-test responden pada metode materi .700 30 .000 a. Lilliefors Significance Correction
Analisis :
H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang teristribusi normal
H0 ditolak jika nilai p < 0,050
H0 tidak dapat ditolak jika nilai p > 0,050
Kesimpulan :
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua nilai p = 0,000 (p < 0,050)
sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan tidak
terdistribusi normal.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 15. Hasil uji homogenitas varians data pada kelompok ceramah dan
kelompok materi ceramah.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic Sig. Hasil pretest .045 .832 Hasil post-test 18.744 .000
Analisis :
H0 : nilai variansi pada kedua kelompok sama (homogen)
H1 : nilai variansi pada kedua kelompok tidak sama (tidak homogen)
H0 ditolak jika nilai p < 0,050
H0 tidak dapat ditolak jika nilai p > 0,050
Kesimpulan :
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil pretest pada kedua kelompok
memiliki nilai p > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
tersebut adalah tidak homogen. Untuk variabel hasil post-test memiliki nilai
p < 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut
homogen.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 16. Distribusi frekuensi pasien diabetes melitus tipe 2 pada kelompok
ceramah
Jenis kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid pria 10 33.3 33.3 33.3 wanita 20 66.7 66.7 100.0 Total 30 100.0 100.0
Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
30-45 tahun 3 10.0 10.0 10.0 46-60 tahun 16 53.3 53.3 63.3 >61 tahun 11 36.7 36.7 100.0 Total 30 100.0 100.0
Jenis pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PNS/Swasta 1 3.3 3.3 3.3 Wiraswasta 4 13.3 13.3 16.7 lain-lain 4 13.3 13.3 30.0 tidak bekerja/pensiunan
21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tingkat pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tamat SD 8 26.7 26.7 26.7 tamat SMP/SMA/Kejuruan
16 53.3 53.3 80.0
tamat PT/Akademi 3 10.0 10.0 90.0 tidak mendapat pendidikan formal
3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Tingkat pendapatan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
<Rp 500.000,00 19 63.3 63.3 63.3 Rp 500.001,00 - Rp 1.000.000,00
3 10.0 10.0 73.3
Rp 1.000.001,00 - Rp 1.500.000,00
1 3.3 3.3 76.7
> Rp 1.500.001,00 7 23.3 23.3 100.0 Total 30 100.0 100.0
Regimen ADO pada metode ceramah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
glibenklamid 8 26.7 26.7 26.7 metformin 5 16.7 16.7 43.3 glibenklamid dan metformin
17 56.7 56.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Hasil pre-test Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
rendah 11 36.7 36.7 36.7 sedang 10 33.3 33.3 70.0 tinggi 9 30.0 30.0 100.0 Total 30 100.0 100.0
Hasil post-test Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid sedang 5 16.7 16.7 16.7 tinggi 25 83.3 83.3 100.0 Total 30 100.0 100.0
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 17. Distribusi frekuensi data pasien diabetes melitus tipe 2 pada
kelompok materi ceramah
Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid pria 12 40.0 40.0 40.0 wanita 18 60.0 60.0 100.0 Total 30 100.0 100.0
Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
30-45 tahun 1 3.3 3.3 3.3 46-60 tahun 19 63.3 63.3 66.7 >61 tahun 10 33.3 33.3 100.0 Total 30 100.0 100.0
Tingkat Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tamat SD 8 26.7 26.7 26.7 tamat SMP/SMA/Kejuruan 17 56.7 56.7 83.3 tamat PT/Akademi 2 6.7 6.7 90.0 Tidak mendapat pendidikan formal
3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Jenis pekerjaan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
wiraswasta 5 16.7 16.7 16.7 lain-lain 2 6.7 6.7 23.3 tidak bekerja/pensiunan 23 76.7 76.7 100.0 Total 30 100.0 100.0
Tingkat pendapatan Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
<Rp 500.000,00 25 83.3 83.3 83.3 Rp 500.001,00 - Rp 1.000.000,00
5 16.7 16.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Regimen ADO pada metode materi ceramah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Glibenklamid 10 33.3 33.3 33.3 Metformin 4 13.3 13.3 46.7 glibenklamid dan metformin
16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Hasil pre-test Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Rendah 11 36.7 36.7 36.7 Sedang 11 36.7 36.7 73.3 Tinggi 8 26.7 26.7 100.0 Total 30 100.0 100.0
Hasil post-test Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Rendah 1 3.3 3.3 3.3 Sedang 12 40.0 40.0 43.3 Tinggi 17 56.7 56.7 100.0 Total 30 100.0 100.0
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 18. Uji hubungan faktor sosiodemografi terhadap tingkat kepatuhan
pasien pada kelompok ceramah menggunakan uji Kai kuadrat
Chi-Square Tests Uji hubungan jenis kelamin - posttest ceramah
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1.088a 2 .581 .755 Likelihood Ratio 1.432 2 .489 .755 Fisher's Exact Test .996 .755 Linear-by-Linear Association
1.050b 1 .306 .474 .283 .218
N of Valid Cases 30 a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33. b. The standardized statistic is 1.025.
Chi-Square Tests Uji hubungan umur dengan posttest metode ceramah
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 3.477a 4 .481 .384 Likelihood Ratio 4.233 4 .375 .384 Fisher's Exact Test 3.503 .519 Linear-by-Linear Association
.426b 1 .514 .585 .367 .190
N of Valid Cases 30 a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10. b. The standardized statistic is .653.
Chi-Square Tests Uji hubungan tingkat pendidikan terhadap posttest Metode ceramah
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 2.323a 6 .888 .966 Likelihood Ratio 3.090 6 .797 .966 Fisher's Exact Test 3.955 .943 Linear-by-Linear Association
.101b 1 .751 .838 .430 .143
N of Valid Cases 30 a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10. b. The standardized statistic is .317.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Analisis :
H0 : tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan
tingkat kepatuhan pasien
H1 : ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan tingkat
kepatuhan pasien
H0 ditolak jika nilai p < 0,05
H0 diterima jika nilai p > 0,05
Chi-Square Tests
uji hubungan jenis pekerjaan terhadap posttest metode ceramah
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 7.238a 6 .299 .367
Likelihood Ratio 7.374 6 .288 .237
Fisher's Exact Test 7.501 .492
Linear-by-Linear Association
.046b 1 .831 1.000 .544 .161
N of Valid Cases 30
a. 11 cells (91.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03.
b. The standardized statistic is .214.
Chi-Square Tests uji hubungan tingkat pendapatan terhadap posttest metode ceramah
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 5.256a 6 .511 .477 Likelihood Ratio 5.477 6 .484 .508 Fisher's Exact Test 7.157 .447 Linear-by-Linear Association
2.920b 1 .088 .126 .080 .040
N of Valid Cases 30 a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03. b. The standardized statistic is 1.709.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Kesimpulan :
Hasil analisis dengan menggunakan nilai uji mutlak Fisher
menunjukkan nilai > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara antara faktor sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan
pasien pada kelompok ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 19. Uji hubungan data sosiodemografi terhadap tingkat kepatuhan
pasien pada kelompok materi ceramah menggunakan uji Kai
kuadrat
Chi-Square Tests
Uji hubungan umur terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 5.007a 4 .287 .162 Likelihood Ratio 5.539 4 .236 .184 Fisher's Exact Test 6.365 .184 Linear-by-Linear Association
1.196b 1 .274 .367 .216 .135
N of Valid Cases 30 a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03. b. The standardized statistic is 1.094.
Chi-Square Tests Uji hubungan jenis kelamin terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1.324a 2 .516 .683 Likelihood Ratio 1.671 2 .434 .683 Fisher's Exact Test 1.308 .683 Linear-by-Linear Association
.068b 1 .794 1.000 .521 .244
N of Valid Cases 30
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40. b. The standardized statistic is -.261.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan) Chi-Square Tests
uji hubungan tingkat pendidikan terhadap hasil posttest leelompok materi ceramah
Value Df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 2.624a 6 .854 .848 Likelihood Ratio 2.979 6 .811 .827 Fisher's Exact Test 4.751 .818 Linear-by-Linear Association
1.253b 1 .263 .358 .178 .078
N of Valid Cases 30 a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .07. b. The standardized statistic is 1.119.
Chi-Square Tests
uji hubungan jenis pekerjaan terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1.502a 4 .826 .759
Likelihood Ratio 1.785 4 .775 .759
Fisher's Exact Test 3.042 .853 Linear-by-Linear Association
1.204b 1 .273 .309 .191 .097
N of Valid Cases 30
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .07. b. The standardized statistic is 1.097.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan) Chi-Square Tests
uji hubungan tingkat
pendapatan terhadap hasil posttest kelompok materi
ceramah
Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1.376a 2 .502 .475 Likelihood Ratio 1.599 2 .449 .475 Fisher's Exact Test 1.570 .475 Linear-by-Linear Association
1.307b 1 .253 .401 .244 .200
N of Valid Cases 30 a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .17. b. The standardized statistic is -1.143.
Analisis :
H0 : tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan
tingkat kepatuhan pasien
H1 : ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan tingkat
kepatuhan pasien
H0 ditolak jika nilai p < 0,05
H0 diterima jika nilai p > 0,05
Kesimpulan :
Hasil analisis dengan menggunakan nilai uji mutlak Fisher
menunjukkan nilai > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara antara faktor sosio-demografi dengan perubahan tingkat
kepatuhan pasien pada kelompok materi ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 20. Uji hubungan penggunaan antidiabetes oral terhadap tingkat
kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 menggunakan uji Kai
Kuadrat
Analisis :
H0 : tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral
dengan perubahan tingkat kepatuhan pasien
H1 : ada hubungan antara regimen penggunaan antidiabetes oral
dengan perubahan tingkat kepatuhan pasien
H0 ditolak jika nilai p < 0,05
H0 diterima jika nilai p > 0,05
Chi-Square Tests Uji hubungan regimen ADO terhadap tingkat kepatuhan kelompok ceramah
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square .897a 4 .925 .943 Likelihood Ratio .954 4 .917 .943 Fisher's Exact Test 1.250 .943 Linear-by-Linear Association .010b 1 .918 1.000 .509 .099 N of Valid Cases 30 a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50. b. The standardized statistic is -,102.
Chi-Square Tests
Uji hubungan regimen ADO terhadap tingkat kepatuhan kelompok materi ceramah
Value Df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 2.331a 4 .675 .734
Likelihood Ratio 2.523 4 .641 .734
Fisher's Exact Test 2.793 .734
Linear-by-Linear Association .968b 1 .325 .386 .212 .086
N of Valid Cases 30
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,13. b. The standardized statistic is ,984.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Kesimpulan :
Hasil analisis dengan menggunakan nilai uji mutlak Fisher
menunjukkan nilai > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara regimen penggunaan antidiabetes oral dengan tingkat
kepatuhan pasien pada kelompok ceramah dan materi ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 21. Uji pengaruh pemberian ceramah terhadap tingkat kepatuhan
pasien menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank.
Test Statisticsa Posttest – pretest Z -2.426b Asymp. Sig. (2-tailed) .015 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Analisis :
Hipotesis dua sisi (two-tailed)
H 0 : hasil post-test = hasil pre-test
H1 : hasil post-test ≠ hasil pre-test
H0 ditolak jika nilai p < 0,050
H0 diterima jika nilai p > 0,050
Hipotesis satu sisi (one-tailed)
H 0 : hasil post-test ≤ hasil pre-test
H1 : hasil post-test > hasil pre-test
H0 ditolak jika nilai p < 0,050
H0 diterima jika nilai p > 0,050
Kesimpulan :
1. Hasil analisis pada tabel menunjukkan perbandingan kepatuhan pasien
sebelum dan sesudah diberi ceramah. Terdapat 17 orang yang
kepatuhannya meningkat dan 8 orang yang tidak ada perubahan.
Ranks Pengaruh pemberian ceramah terhadap kepatuhan N Mean Rank Sum of Ranks
Posttest ceramah- pretest ceramah
Negative Ranks 5a 11.20 56.00 Positive Ranks 17b 11.59 197.00 Ties 8c Total 30
a. posttest ceramah < pretest ceramah b. posttest ceramah > pretest ceramah c. posttest ceramah = pretest ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2. Pada tabel test statistic, nilai p dan ½ p < 0,050. Maka dapat disimpulkan
bahwa, terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian ceramah
terhadap peningkataan kepatuhan pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 22. Uji pengaruh pemberian materi ceramah terhadap tingkat
kepatuhan pasien menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed
Rank. Ranks
Pengaruh pemberian materi ceramah terhadap kepatuhan
N Mean Rank
Sum of Ranks
Posttest materi ceramah –pretest materi ceramah
Negative Ranks 0a .00 .00 Positive Ranks 15b 8.00 120.00 Ties 15c Total 30
a. posttest materi ceramah < pretest materi ceramah b. posttest materi ceramah > pretest materi ceramah c. posttest materi ceramah = pretest materi ceramah
Test Statisticsa
posttest - pretest Z -3.578b Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Analisis :
Hipotesis dua sisi (two-tailed)
H 0 : hasil post-test = hasil pre-test
H1 : hasil post-test ≠ hasil pre-test
H0 ditolak jika nilai p < 0,050
H0 diterima jika nilai p > 0,050
Hipotesis satu sisi (one-tailed)
H 0 : hasil post-test ≤ hasil pre-test
H1 : hasil post-test > hasil pre-test
H0 ditolak jika nilai p < 0,050
H0 diterima jika nilai p > 0,050
Kesimpulan :
1. Hasil analisis pada tabel menunjukkan perbandingan kepatuhan pasien
sebelum dan sesudah diberi ceramah. terdapat 15 orang yang
kepatuhannya meningkat dan 15 orang yang tidak ada perubahan.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2. Pada tabel test statistic, nilai p dan ½ p < 0,050. Maka dapat disimpulkan
bahwa, terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian materi ceramah
terhadap peningkataan kepatuhan pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 23. Uji kesetaraan data pasien antara kedua kelompok dengan skala
rasio/ordinal menggunakan uji statistik Mann Whitney U
Test Statisticsa
uji komparabilitas
umur kedua metode
uji komparabilitas tingkat pendidikan
kedua metode
uji komparabilitas tingkat pendapatan
kedua metode
Uji komparabilitas
tingkat kepatuhan pretest
Mann-Whitney U 444.500 440.500 340.000 440.500 Wilcoxon W 909.500 905.500 805.000 905.500 Z -.093 -.156 -2.096 -.149 Asymp. Sig. (2-tailed)
.926 .876 .036 .881
a. Grouping Variable: jenis metode
Analisis :
H0 : data kedua kelompok setara
H1 : data kedua kelompok tidak setara
H0 ditolak jika nilai p < 0,05
H0 diterima jika nilai p > 0,05
Kesimpulan :
Hasil analisis komparabilitas menunjukkan bahwa data umur,
tingkat pendidikan, tingkat kepatuhan mempunyai nilai p > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan data umur, tingkat pendidikan dan tingkat kepatuhan
dapat dibandingkan antara kedua kelompok. Sedangkan data tingkat
pendapatan memiliki nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendapatan tidak dapat dibandingkan antara kedua kelompok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 24. Uji kesetaraan data pasien antara kedua kelompok dengan skala
nominal menggunakan uji statistik Kai kuadrat
Chi-Square Tests
Jenis Kelamin Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square .287a 1 .592 .789 .395
Continuity Correctionb .072 1 .789
Likelihood Ratio .287 1 .592 .789 .395
Fisher's Exact Test .789 .395
Linear-by-Linear Association .282c 1 .595 .789 .395 .184
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is -.531.
Chi-Square Tests
Regimen ADO Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square .364a 2 .834 .879
Likelihood Ratio .364 2 .833 .879
Fisher's Exact Test .430 .879
Linear-by-Linear Association .187b 1 .665 .773 .387 .104
N of Valid Cases 60 a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
b. The standardized statistic is -.433.
Chi-Square Tests
Jenis Pekerjaan Value df Asymp. Sig.
(2-sided) Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Pearson Chi-Square 1.869a 3 .600 .757 Likelihood Ratio 2.268 3 .519 .757 Fisher's Exact Test 1.840 .757 Linear-by-Linear Association .228b 1 .633 .753 .377 .112 N of Valid Cases 60 a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50. b. The standardized statistic is .477.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Analisis :
H0 : data antara kedua kelompok setara
H1 : data antara kedua kelompok tidak setara
H0 ditolak jika nilai p < 0,05
H0 diterima jika nilai p > 0,05
Kesimpulan :
Hasil analisis kesetaraan menunjukkan bahwa data jenis pekerjaan
menunjukkan nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data jenis pekerjaan
setara antara kedua kelompok.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 25. Uji perbandingan pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap
tingkat kepatuhan pasien menggunakan uji Mann Whitney U
Analisis :
H0 : ada perbedaan bermakna antara tingkat kepatuhan kelompok
ceramah dan kelompok materi ceramah
H1 : tidak ada perbedaan bermakna antara tingkat kepatuhan
kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah
H0 ditolak jika nilai p < 0,05
H0 diterima jika nilai p > 0,05
Kesimpulan :
Hasil analisis menunjukkan nilai p (1-tailed) = 0,32 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat
kepatuhan kelompok ceramah dengan kelompok materi ceramah.
Test Statisticsa perbandingan metode ceramah
dengan metode handout
Mann-Whitney U 348.500 Wilcoxon W 813.500 Z -1.849 Asymp. Sig. (2-tailed) .064 Exact Sig. (2-tailed) .089 Exact Sig. (1-tailed) .044 Point Probability .016 a. Grouping Variable: jenis metode
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 26. Rekapitulasi Pasien Kelompok Ceramah
No Nama Klmn Umur Pnddkn Pkrjn Pndptn
1 Ade Sopiah 2 2 2 1 4
2 Aisyah 2 3 3 3 1 3 Armani 1 3 2 2 1 4 Asih 2 2 4 4 1 5 Atikah 2 2 1 3 4
6 Eli 2 3 2 4 4 7 Hanafiar 1 2 2 4 1 8 Hasanah 2 3 1 4 1 9 Husnan Latief 1 3 3 4 1
10 Ida 2 2 1 4 1 11 Idayanti 2 1 2 4 1 12 Inah 2 2 2 4 4 13 Kasan 1 2 1 4 1
14 Khosmisah 1 2 2 4 1 15 Maimunah 2 2 1 4 1 16 Mansur 1 2 2 3 2 17 Marip 1 3 4 4 1
18 Masnun 2 3 2 4 4 19 Mulyati 2 2 1 4 1 20 Parjan 1 2 2 4 1 21 Rachmat 1 3 3 4 1
22 Sabariyah 2 3 2 4 4 23 Said 1 2 2 4 4 24 Sainah 2 3 1 2 1 25 Sumiyati 2 3 2 2 2
26 Surni 2 2 2 4 1 27 Umiyani 2 2 2 4 3 28 Yenah 2 1 2 3 1 29 Yeni 2 2 1 4 1
30 Yuliana 2 1 4 2 2
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Keterangan :
Jenis Kelamin : 1. Pria
2. Wanita
Umur : 1. 31-45 tahun
2. 46-60 tahun
3. > 60 tahun
Pendidikan : 1. Tamat SD
2. Tamat SMP/SMS/Kejuruan
3. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi
4. Tidak mendapat pendidikan formal
Pekerjaan : 1. PNS/ Swasta
2. Wiraswasta
3. Lain-lain
4. Tidak bekerja/pensiunan
Pendapatan : 1. < Rp 500.000,00
2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00
3. Rp 1.000.001,00-Rp1.500.000,00
4. >Rp 1.500.001,00
Regimen ADO: 1. Glibenklamid
2. Metformin
3. Glibenklamid dan Metformin
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 27. Rekapitulasi Pasien Kelompok Materi Ceramah
No Nama Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
1 Abidin 1 3 2 4 1 2 Aisyah 2 2 1 3 2 3 Arni 2 2 2 2 2
4 Asuro 2 3 4 4 1 5 Ayansa 1 2 3 4 1 6 Didi Muhidi 1 2 2 4 1 7 Embot 2 3 4 4 1
8 Erawati 2 2 2 4 1 9 Halimi 1 2 2 4 1 10 Hamdani 1 3 1 4 1 11 Hasanudin 1 2 2 2 1
12 Karsiah 1 2 1 4 1 13 Mahati 2 2 2 4 1 14 Martini 2 2 3 4 1 15 Mulyaningsih 2 2 2 4 1
16 Musa 1 3 1 4 1 17 Naih 2 3 2 4 1 18 Namy 2 3 2 4 1 19 Nining 2 2 2 4 1
20 Nunung 2 2 1 4 1 21 Nurdin 1 3 2 2 2 22 Omih 2 2 1 4 1 23 Rosnah 2 2 2 4 1
24 Sapei 1 2 2 2 2 25 Sarudin 1 2 4 3 1 26 Suhati 2 2 2 4 1 27 Sukmawati 2 1 2 4 1
28 Tresnawati 2 3 1 4 1 29 Ujang 1 2 1 2 2 30 Yayah 2 3 2 4 1
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Keterangan :
Jenis Kelamin : 1. Pria
2. Wanita
Umur : 1. 31-45 tahun
2. 46-60 tahun
3. > 60 tahun
Pendidikan : 1. Tidak mendapat pendidikan formal
2. Tamat SD
3. Tamat SMP/SMS/Kejuruan
4. Tamat Perguruan Tinggi/AkademI
Pekerjaan : 1. PNS/ Swasta
2. Wiraswasta
3. Lain-lain
4. Tidak bekerja/pensiunan
Pendapatan : 1. < Rp 500.000,00
2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00
3. Rp 1.000.001,00-Rp1.500.000,00
4. >Rp 1.500.001,00
Regimen ADO: 1. Glibenklamid
2. Metformin
3. Glibenklamid dan Metformin
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Recommended