View
229
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI
BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA
SISWA TUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS
PEMBANGUNAN I NOGOSARI BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
GIMER SUYATNO
X.5211004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Gimer Suyatno. ”UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMIISI BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIAMELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA SISWATUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN INOGOSARI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret,Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami isibacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran membacacerdas pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan INogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar,dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan prosesdalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswatunagrahita kelas III semester II SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolalitahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan datamenggunakan observasi untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswadalam pembelajaran kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaranmembaca cerdas, dokumentasi untuk memperoleh data kemampuan memahami isibacaan awal, sedangkan tes digunakan untuk memperoleh data kemampuanmemahami isi bacaan siklus I dan II. Teknik analisis data digunakan analisisdeskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan kemampuan memahami isibacaan antarsiklus, yang dianalisis adalah kemampuan memahami isi bacaansiswa sebelum melalui pembelajaran membaca cerdas dan kemampuanmemahami isi bacaan siswa setelah melalui pembelajaran membaca cerdassebanyak dua siklus.
Hasil penelitian data awal nilai kemampuan memahami isi bacaan,diketahui nilai rerata sebesar 50,00. Seluruh siswa mendapat nilai kurang dari60,00 dan belum ada yang tuntas. Hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilaikemampuan memahami isi bacaan sebesar 60,00, ketuntasan secara klasikal telahmencapai 75,00%. Hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai kemampuanmemahami isi bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai100,00%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaranmembaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalampembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCDTunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Kata kunci: kemampuan memahami isi bacaan, pembelajaran membaca cerdas,siswa tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Gimer Suyatno. ”AN EFFORT TO INCREASE THE ABILITY TOCOMPREHEND THE CONTENT OF READING TEXT IN TEACHINGINDONESIAN THROUGH SMART READING TEACHING ON THEMENTALLY RETARDED CLASS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN INOGOSARI BOYOLALI IN THE SCHOOL YEAR 2011/2012”. Skripsi,Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas MaretUniversity, Jule, 2012.
The aim of this study is to increase the ability to comprehend the content ofreading text in teaching Indonesian through smart reading teaching on thementally retarded class III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolaliin the school year 2011/2012.
The approach used in this study is Class Action Research (CAR). It is astudy done by teacher in the class where he teaches by stressing on perfectness orincreasing practice and process in teaching Indonesian. The subject of this studyis all of elementary class III students semester II in SLB Tunas Pembangunan INogosari Boyolali in the school year 2011/2012 that consisting of 4 students.This study uses observation as the technique to collect the data. It observes theteacher’s activity and the students’ activity in studying the ability to comprehendthe content of reading text through smart reading teaching. Documentation is usedto get the data of the early ability to comprehend the content of reading text,while the test is used to get the data of the ability to comprehend the content ofreading text in the cycles I and II. To analyze the data this sudy uses descriptivecomparative analysis, that is by comparing the ability to comprehend the contentof reading text inter-cycles. The data being analyzed are the ability tocomprehend the content of reading text before applying smart reading teachingand the ability to comprehend the content of reading text after applying smartreading teaching, two cycles .
From the early data about the value of ability to comprehend the content ofreading text, the result of this study shows that the average value is 50.00. All ofthe students get value less than 60.00, so no one passes. The result of the test inthe cycle I shows that the average value to comprehend the content of reading textis 60.00, so the classical exhaustiveness has reached 75.00%. The result of the testin the cycle II shows that the average value to comprehend the content of readingtext is 67.50, all of the students get value 60.00 or more. (It’s better than before.)So the classical exhaustiveness has reached 100.00%.
Based on the result of this study, it can be concluded that smart readingteaching can increase the ability to comprehend the content of reading text inteaching Indonesian on the mentally retarded class III SLB ABCD TunasPembangunan I Nogosari Boyolali in the school year 2011/2012.
Key words: the ability to comprehend the content of reading text, smart readingteaching, mentally retarded.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah ... “ (Q.S. Ali Imron: 110).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan
kepada:
- Istri tercinta.
- Anak-anak tersayang.
- Rekan-rekan PLB FKIP UNS.
- Murid-murid yang kusayangi.
- Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala
bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., atas nama Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan
kelas.
3. Drs. Hermawan, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Sugimin, S.Pd., Kepala SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali yang
telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan
penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
tindakan kelas ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,
karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan.
Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan
menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 6
A. Kajian Pustaka ........................................................................... 6
1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita ................................... 6
2. Tinjauan tentang Kemampuan Memahami Isi Bacaan ....... 12
3. Tinjauan tentang Membaca Cerdas .................................... 15
B. Kerangka Berpikir...................................................................... 24
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 26
B. Subyek Penelitian ...................................................................... 27
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 27
D. Pengumpulan Data .................................................................... 27
E. Uji Validitas Data ..................................................................... 31
F. Analisis Data ............................................................................. 33
G. Indikator Kinerja Penelitian....................................................... 33
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 37
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................ 37
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ..................................... 38
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ............................... 49
D. Pembahaan ................................................................................ 52
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN...................................... 54
A. Simpulan .................................................................................... 54
B. Implikasi...................................................................................... 54
C. Saran ........................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 26
Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas III SLB Tunas Pembangunan INogosari Boyolali sebagai Subyek Penelitian................................. 27
Tabel 3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas IIISLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali padaKondisi Awal .................................................................................. 37
Tabel 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas IIISLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali padaSiklus I ............................................................................................ 42
Tabel 5. Kemampuan Memahami Isi bacaan Siswa Tunagrahita Kelas IIISLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali padaSiklus II ........................................................................................... 47
Tabel 6. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus MelaluiPembelajaran Membaca Cerdas ....................................................... 50
Tabel 7. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus .... 51
Tabel 8. Peningkatan Kemampuan memahami isi bacaan Setiap Siklus ..... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Kerangka Berpikir ........................................................................... 24
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ...................................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Kemampuan Mehamai Isi Bacaan pada Kondisi Awal ................ 38
Grafik 2. Kemampuan Mehamai Isi Bacaan pada Siklus I .......................... 42
Grafik 3. Kemampuan Mehamai Isi Bacaan pada Siklus II ......................... 48
Grafik 4. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan MelaluiPembelajaran Membaca Cerdas .................................................... 51
Grafik 5. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus ... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRANHalaman
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................... 58
Lampiran 2. Silabus ...................................................................................... 59
Lampiran 3. Kisi-kisi Soal Tes Bahasa Indonesia Kelas D III/C SLBABCD TP 1 Nogosari Boyolali ................................................ 60
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................. 61
Lampiran 5. Lembar Pengamatan Proses, Psikomotor, Perilaku Berkarak-ter, Keterampilan Sosial ........................................................... 68
Lampiran 6. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita KelasIII SLB Tunas Pembangunan I Nogosari (Nilai Awal) ............ 72
Lampiran 7. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita KelasIII SLB Tunas Pembangunan I Nogosari (Siklus I) ................. 73
Lampiran 8. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita KelasIII SLB Tunas Pembangunan I Nogosari (Siklus II) ................ 74
Lampiran 9. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ........................ 75
Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ...................... 76
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ...................... 77
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) ..................... 78
Lampiran 13. Foto-foto Kegiatan Penelitian ................................................. 79
Lampiran 14. Perijinan Penelitian................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut pandangan umum sekolah merupakan lembaga pendidikan yang
dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dan lebih terarah, baik di
lingkungan sekolah dan luar sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2003:vii) “sekolah
sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen
perubahan, bukan hanya harus peka penyesuaian diri, melainkan seharusnya pula
dapat mengantisipasikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam
kurun waktu tertentu.”
Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan di sekolah harus menyediakan
sarana belajar yang sesuai kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah disusun untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
pengembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pendidikan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai
dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam
rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulum pendidikan
dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang:
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan
menulis, matematika (termasuk menghitung), pengantar sains dan teknologi, ilmu
bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian,
pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, serta bahasa Inggris.
Mata pelajaran bahasa Indonesia dan sastra adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa Indonesia. Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi, melalui
bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan
intelektual.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Ruang lingkup pengajaran bahasa Indonesia kelas III SLB tunagrahita
meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasikan
karya sastra, kemampuan menggunakan bahasa Indonesia. Penguasaan mata
pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni
faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Pengaruh diri luar
diri siswa salah satunya adalah metode pendekatan yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
khususnya di Sekolah Luar Biasa dimungkinkan dapat berhasil dengan baik dan
maksimal bila didukung oleh pembelajaran membaca cerdas.
Dalam berkomunikasi anak tunagrahita banyak mengalami kesulitan untuk mendapatkan
kosakata yang sesuai untuk mengungkapkan apa yang diinginkan. Hal ini dapat dimaklumi karena
mereka mengalami kekurangan dalam hal perbendaharaan kata yang disebabkan oleh IQ anak
tunagrahita 70 ke bawah. Menurut Japan League for Mentally Retarded adalah ”lambannya
fungsi intelektual, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku dan terjadi pada masa
perkembangannya, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun” (Geniofam, 2010: 10).
Agar tercipta kegiatan belajar mengajar yang ramah dan menyenangkan, dan dapat
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia anak
tunagrahita, maka guru dalam menyampaikan materi dapat melalui pembelajaran membaca cerdas.
“Mengingat karakteristik dan hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus (ABK), maka
ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus. Yakni pola pembelajaran yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka” (Satmoko Budi Santoso, 2010: 128).
Anak berkelainan mental atau tunagrahita, yaitu “anak yang diidentifikasi
memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendah atau di bawah rata-rata,
sehingga untuk mengerjakan tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau
layanan secara khusus, termasuk kebutuhan program pendidikan dan bimbingan“
(Mohammad Efendi, 2006: 9). Perkembangan anak tunagrahita salah satunya
adalah perkembangan kemampuan memahami isi bacaan dalam mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia diharapkan anak tunagrahita dapat mengikuti sesuai
dengan kurikulum yang telah ditetapkan di SDLB.
Layanan khusus yang diperlukan bagi anak-anak yang mengalami
hambatan mental adalah pendekatan di dalam pembelajarannya. Pendekatan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perlu didasari oleh berbagai teori belajar yang sesuai dengan karakteristik belajar
mereka. Kesesuaian dengan karakteristik belajar bagi anak tunagrahita juga
menentukan di dalam pengembangan kurikulum bagi anak tunagrahita sampai ke
tingkat operasional dalam pembelajaran; tahapan materi, penentuan strategi pada
masing-masing tingkat pembelajaran masih perlu modifikasi dalam penerapannya
di setiap bidang studi.
Pendekatan pembelajaran bagi anak hambatan mental yang mendasarkan
teori pembelajaran dimaksudkan untuk dasar filosifi dalam pengembangan
pembelajaran bagi anak tunagrahita. Untuk itu, ketepatan pendekatan
keterampilan pembelajaran sangat diperlukan oleh guru dalam melakukan inovasi
pembelajaran. Demikian juga pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi
memahami isi bacaan siswa kelas III tunagrahita, guru berusaha untuk
meningkatkan kemampuan siswa yang selama ini dirasakan masih rendah, karena
dari empat siswa hanya satu siswa yang mendapat nilai 60, sedangkan tiga siswa
mendapat nilai kurang dari 60 atau masih di bawah KKM.
Pembelajaran membaca cerdas sangat dimungkinkan bisa digunakan
sebagai upaya meningkatkan isi bacaan karena tidak hanya menekankan hafalan
dan pengetahuan siap. Pembelajaran membaca cerdas menekankan keaktifan
siswa dalam menemukan konsep, proses membaca cerdas dikembangkan melalui
konsep yang mudah dikuasai dan siswa dapat menemukan konsep baru
berdasarkan konsep yang telah dimiliki.
Proses memahami isi bacaan merupakan hal yang tidak mudah. Proses
memahami isi bacaan dalam praktiknya melibatkan proses kognitif yang meliputi
kemampuan mengingat, berpikir dan bernalar. Kemampuan kognitif dimaksudkan
adalah kemampuan menemukan dan memahami informasi yang tertuang dalam
bacaan secara tepat dan kritis. Seseorang dikatakan memahami isi bacaan jika ia
dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang
bersifat tersurat maupun tersirat. Rendahnya kemampuan memahami isi bacaan
mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan
judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Membaca Cerdas Pada
Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari
Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah seperti telah diuraikan di depan,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran membaca
cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali
tahun pelajaran 2011/2012 ?.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui
pembelajaran membaca cerdas pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas
Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu tentang pembelajaran membaca cerdas dalam
memahami isi bacaan pembelajaran Bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa
tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas
Pembangunan I Nogosari Boyolali dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan
pembelajaran Bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita
a. Pengertian Anak Tunagrahita
Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang
mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Smith,
et.all., (2002: 43) mengemukakan bahwa:
People who are mentally retarded overtime have been rejerred to asdumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent,and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded werecommonly used historically to label this population. Although the wordfaal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot wasdirected toward individuals who were severely retarded, these termswere frequently used interchangeably.
Terjemahannya sebagai berikut:
(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental denganistilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat(defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal),tidak mampu (incompetent), dan dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot,imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompokmenyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orangsakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat,keduanya sering digunakan secara bergantian.
Menurut Munzayanah (2000: 13), “Anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya,
sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam
masyarakat”.
“Anak tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di
bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku
yang muncul dalam masa perkembangan” (Satmoko Budi Santoso, 2010: 130).
Menurut Bratanata yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 88) bahwa:
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atautunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikianrendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugasperkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,termasuk dalam program pendidikannya.
Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas,
maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah
mereka yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan
kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal
diperlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka
mereka mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering
ketinggalan dari teman-temannya yang normal.
b. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau
pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat
berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang
mengemukakannya.
Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan
IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut:
“Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitaskecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49.Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slowlearners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anaknormal. IQ nya 78 – 89.”
Pendapat lain dikemukakan oleh Satmoko Budi Santoso (2010: 130)
yang mengklasifikasikan anak tunagrahita yaitu: “Klasifikasi tunagrahita
berdasarkan pada tingkatan IQ (intelligen quotient). Tunagrahita ringan (IQ =
51-70), tunagrahita sedang (IQ = 36-50), tunagrahita berat (IQ = 20-35), dan
tunagrhaita sangat berat (IQ di bawah 20).”
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak
tunagrahita adalah IQ nya antara 0-19, kecerdasannya maksimal sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
anak normal yang berusia 2-3 tahun, IQ antara 20-49. Debil yaitu kapasitas
kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 7-10 tahun, IQ
antara 50-69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama
dengan anak normal. IQ antara 78-89 tak lebih dari kecerdasan anak normal
usia 16 tahun. Tarap perbatasan atau lambat belajar mempunyai IQ = 51-70
untuk tunagrahita ringan, IQ = 36-50 untuk tunagrahita sedang, IQ = 20-35
untuk tunagrahita berat, dan IQ di bawah 20 untuk tunagrahita sangat berat.
Berdasarkan klasifikasi tersebut penulis akan meneliti siswa
penyandang tunagrahita, yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ
antara 36-70, anak yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa,
tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu
didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2)
menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3)
keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.
Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat
dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
c. Faktor Penyebab Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari
dalam maupun faktor dari luar diri anak. Adapun faktor penyebab tunagrahita
menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya
ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa
sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan
lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan
psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor
yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi
pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui
jenjang sebagai berikut:
1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma;2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur;3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi;4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio;5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran;6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin;7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.
Anak tunagrahita dapat disebabkan antara lain:
Ketunagrahitaan can be caused by heredity and not hereditary. Geneticdamage in off spring, such as damage to cell chromosomes, genes, andone or both parents suffer from disorder or simply as a bearer ofproperties. Factors outside the cell lineage, because of factorsincluding malnutrition, accidents (head trauma), and metabolicdisorders. (http://pustakaut.ac.id/puslataionline.php?menu=bmpshort).(Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh keturunan dan bukanketurunan. Genetik kerusakan pada keturunannya, seprti kerusakankromosom sel, gen, dan salah satu atau kedua orangtua menderitakelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor-faktor di luarketurunan, karena faktor termasuk kekurangan gizi, kecelakaan (traumakepala), dan gangguan metabolisme.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak
tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan
psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran
tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan pada waktu
kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan
metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan
oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan,
dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu
berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat.
d. Karakteristik Anak Tunagrahita.
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik. Menurut Geniofam
(2010: 25-26), anak tunagrahita bisa diketahui jelas secara fisik, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Penampilan fisik tidak seimbang, mislanya kepala terlalu kecil/besar;2) Tidak dapat mengurus diri sndiri sesuai usia;3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat;4) Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong);5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali);6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan
ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut:
1) Kondisi kecerdasan fungsionala) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber
informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakantanggungjawab bersama secara tim multidisipliner.
b) Skala skor IQ kurang dari 75.2) Adaptasi tingkah laku
a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasiperformance individu dibandingkan dengan kelompok usiasebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budayayang sama.
b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilanadaptif.
3) Periode perkembangana) Sampai usia 21 atau di bawahnya.b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu
tahun.4) Performance dalam bidang pendidikan
a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks aruslingkungan.
b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti(matematika, bahasa, membaca, seni, dan science).
c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satustandart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampelstandardisasi nasional.
d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut olehdata di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individuperformance dan performance kelompok usia sebaya dari latarbelakang budaya yang sama.
e) Asesmen dari akademik performance harus juga inkludterdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum.
Dalam jurnal internasional, Oliver & Williams (2005: 6) menjelaskan
bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Generally tunagrahita child characreristics in term of academic,social/emotional, physical/health. In addition it is also necessary toreview ketunagrahitaan heavy and light, so it needs to be discussedkarakteristik tunagrahita lightweight, tunagrahita medium, and heavyand very heavy tunagrahita.(Secara umum karakteristik anak tunagrahita ditinjau dari segiakademik, sisial/emosional, fisik/kesehatan. Di samping perlu puladitinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan, sehingga perlu dibahaskarakteristik tunagrahita ringan, tunagrahita sedand, tunagrahita beratdan sangat berat).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak
tunagrahita adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka
tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian,
mengalami kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, mereka masih
dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus,
mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar
rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin
memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada
umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur
12 tahun.
e. Dampak Tunagrahita bagi Siswa
Ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan
sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tunagrahita sangat lemah
dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan
kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif.
Perkembangan kognitif anak tunagrahita sering mengalami kegagalan dalam
melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalam taraf
perkembangan yang paling sederhana pun, anak tuna grhaita seringkali tidak
mampu menyelesaikan dengan baik.
Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya.
Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan
sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Mohammad Efendi (2006: 98),
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukarberpikir.
2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.3) Kemampuan sosialisasinya terbatas.4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertnggi bidang baca, tulis,
hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.
Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tunagrahita menyebabkan
mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas
sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku
yang kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tunagrahita perlu
dilakukan modifikasi perilaku melalui terapi perilaku.
Dalam memberikan terapi perilaku pada anak tunagrahita, seorang
terapis harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
pendidikan humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi,
ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi
anak. Tanpa dilengkapi persyaratan tersebut, penerapan teknik motifikasi
perilaku pada anak tunagrahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Memahami Isi Bacaan
a. Pengertian Kemampuan Memahami Bacaan
Kemampuan memahami bacaan memiliki beberapa pengertian menurut
pandangan beberapa pendapat. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat yang berkaitan dengan kemampuan membaca permulaan.
Menurut Bormouth yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007: 22),
“kemampuan adalah seperangkat keterampilan yang digeneralisasi, yang
memungkinan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh
dari kegiatan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Jhonson yang dikutip Cece
Wijaya dan Rusyan A. Tabrahi (2002: 8) menjelaskan bahwa “kemampuan
merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Menurut Gordon (2006:42) “memahami isi bacaan adalah proses
kompleks yang melibatkan pemanfaatan berbagai kemampuan yang berhasil
maupun yang gagal.” Setelah membaca, seharusnya siswa mampu mengingat
informasi dalam bacaan tersebut. Apa dan seberapa banyak yang siswa ingat
tergantung pada banyak faktor.
Menurut Robin yang dikutip Samsu Somadayo (2011: 3) memahami
bacaan adalah “proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua
kemampuan utama, yaitu: penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir
tentang konsep verbal”. Pendapat ini memandang bahwa memahami bacaan,
secara simultan terjadi konsentrasi dua arah dalam pikiran pembaca dalam
melakukan aktivitas membaca, pembaca secara aktif merespon dengan
mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang dibaca. Untuk itu pembaca
dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam
tulisan..
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis simpulkan bahwa
kemampuan memahami isi bacaan adalah perilaku rasional yang dimiliki oleh
seseorang untuk menemukan dan menguasai makna melalui kerjasama
kemampuan mengingat, memikirkan, menafsirkan, memahami informasi
tertulis yang berupa teks, wacana, dan bacaan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memahami Isi Bacaan
Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi proses pemahaman bacaan
baik kuantitas maupun kualitas pemahaman terhadap materi bacaan menurut
Gordon (2006:43-44) meliputi “kecepatan membaca, tujuan membaca, sifat
materi bacaan, tata letak materi bacaan, dan lingkungan tempat membaca.”
Kecepatan membaca, jika melampaui batas-batas tertentu, bisa
memberikan efek merugikan terhadap pemahaman. Batas-batas tersebut sangat
bervariasi, tergantung orang dan waktunya. Jika seseorang berniat membaca
dengan kecepatan dua kali lipat kecepatan terbaik, mungkin mengira sebagai
pemahaman akan berkurang. Perkiraan itu ada benarnya, jika mencoba
meningkatkan kecepatan membaca secara bertahap, pemahaman tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berkurang. Kalaupun berkurang, hal ini bersifat semantara dan tidak akan
terjadi lagi jika sudah terbiasa membaca lebih cepat.
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningaktkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berarti.
Burne (dalam Darmiyati Zuchdi, 2007:24) mengklasifikasikan faktor-
faktor yang mempengaruhi memahami bacaan yakni “(1) faktor yang berkaitan
dengan pembaca (reader-related factor); (2) faktor-faktor yang berkaitan
dengan penulis atau pengarang (authur-related factor); (3) faktor-faktor yang
berkaitan dengan teks bacaan (text-related factor).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
c. Strategi Memahami Isi Bacaan
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca
menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca
memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan
tersebut. Klein (dalam Farida Rahim, 2007: 36) mengategorikan model-model
strategi membaca ke dalam tiga jenis, yaitu bawah-atas (bottom-up), atas-
bawah (top-down), dan model membaca campuran (eclectic).
Dari ketiga jenis strategi membaca tersebut menurut Farida Rahim
(2007: 36) dapat dijelaskan sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Strategi Bawah-Atas (Bottom-Up)
Dalam strategi batas-atas pembaca memulai proses pemahaman teks
dari tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca
model ini mulai dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan
terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami
isi teks. Pemahaman ini dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari
teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi.
2) Strategi Atas-Bawah (Up-Buttom)
Dalam strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi
bawah-atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman
teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan
prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok
dalam teks.
3) Campuran (Electic)
Dalam strategi pemahaman bacaan tidak harus memakai salah satu
strategi saja, siswa dapat mengambil dan memilih yang terbaik dari semua
strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teori dan model
pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa
digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
Berdasarlam kajian teori tentang kemampuan memahami bacaan di atas,
dalam penelitian ini indikator aspek kemampuan memahami bacaan yang
dijadikan alat ukur meliputi: kemampuan siswa memahami makna kata dalam
wacana, makna frase dalam wacana, kalimat dalam wacana, ide pokok/topik
wacana, jenis paragraf, pola paragraf, letak kalimat utama pada wacana, dan
memahami tema, latar, pesan/amanat wacana.
3. Tinjauan Tentang Membaca Cerdas
a. Pengertian Membaca Cerdas
Membaca memiliki beberapa pengertian yang bervariasi dipandang dari
sudut pandag yang berbeda. Menurut Gilet dan Temple yang dikutip Syafi’ie
(1999: 6), ”membaca adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian gerakan mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan
kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata untuk memperoleh
pemahaan terhadap bacaan.”
Menurut Samsu Somadayo (2011: 4), ”membaca adalah suatu kegiatan
interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di
dalam bahan tulis.” Menurut Farida Rahim (2007: 3), bahwa ”definisi
membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca
adalah strategtis, dan (3) membaca merupakan interaktif.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah kegiatan interaktif, serangkaian proses dan strategis gerakan
mata untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di
dalam bahan tulis untuk memperoleh pemahaan terhadap bacaan.
Sedangkan membaca cerdas yang dimaksudkan dalam penelitin ini
adalah ”membaca yang berpartisipasif aktif dalam proses membaca,
mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan membaca dari teks yang
dibaca” (Samsu Somadayo, 2011: 3).
c. Manfaat Membaca
Membaca memberikan banyak manfaat. Beberapa pendapat
memberikan pandangan yang bervariasi tentang manfaat membaca. Berikut
dikemukakan manfaat membaca:
Menurut Farida Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan
kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada
masa-masa mendatang.” Adapun manfaat membaca adalah:
1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangatberguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakanbatin, meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalamteks yang dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapatmenghemat energi, karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempatdan waktu karena tidak menggangu orang di sekelilingnya. (FaridaRahim, 2007:2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-
hari baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran
diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru
untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-
siswanya. Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis
bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan guru dan siswa
tentu perlu dibaca.
Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan
kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang
meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang
ada di dunia.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki
banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan
membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat menularkan ilmu
yang telah kita peroleh kepada orang lain.
d. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca
dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa
yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang,
memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh
informasi dan memahami makna bacaan. Menurut Suwaryono Wiryodijoyo
(1999:1) tujuan membaca sebagai berikut:
(1) Membaca untuk kesenangan, materi bacaan berupa roman, novel,komik; (2) Membaca untuk penerapan praktis, materi bacaan berupabuku petunjuk praktis, buku resep makanan, modul ketrampilan; (3)Membaca untuk mencari informasi khusus, materi bacaan berupaensiklopedia, kamus, buku petunjuk telepon; (4) Membaca untukmendapatkan gambaran umum, materi bacaan berupa buku teori, bukuteks, esay; (5) Membaca untuk mengevaluasi secara umum, materibacannya berupa roman, novel, maupun puisi.
Dalam hubungannya dengan tujuan membaca, Djago Tarigan (2005:37)
mengemukakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tujuan utama membaca adalah memperoleh kesuksesan, pemahaman penuhterhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisme, nada-nada tambahan yang bersifatemosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang jugasarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Burn yang dikutip Farida Rahim (2007:11), tujuan
membaca mencakup:
1) kesenangan;2) menyempurnakan membaca nyaring;3) menggunakan strategi tertentu;4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik;5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya;6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis;7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi;8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain danmempelajari tentang struktur teks;
9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Membaca semakin penting bagi siswa tunagrahita. Setiap aspek
kehidupan baik di sekolah maupun di rumah. Tujuan membaca pada siswa
tunagrahita agar anak tidak ketinggalan terhadap mata pelajaran yang diterima
di sekolah, sehingga setiap kelas dapat diikuti anak tunagrahita sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan dalam KTSP SLB.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
membaca adalah memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks
bacaan sampai hal yang paling mendetail, tujuan tersebut belum dapat
sepenuhnya dicapai anak-anak tunagrahita, terutama pada saat awal
pembelajaran membaca sehingga diperlukan inovasi pembelajaran dari guru
yang tepat.
e. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca.
Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam
membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat
rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering
kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan minat baca, walaupun
sedikit, kehadirannya sangat berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktoryang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik(kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baikpembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembacasalah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnsondan Pearson dalam Darmiyati Zuhdi, 2007:23-24).”
Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di
atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani
permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.
Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut
Yap yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007:25), diutarakan sebagai berikut:
Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktorkuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membacaseseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakanuntuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membacasetiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinyaatau semakin mudah memahami bacaan.
Suyatmi (1997: 11) menjelaskan beberapa faktor penunjang kegiatan
membaca, antara lain:
1) Faktor intern meliputi: kompetensi bahasa, minat, motivasi,konsentrasi, ketekunan, kesehatan jasmani dan rohani, kemampuanmenetralkan titik kelemahan, memiliki latar belakang pengetahuanyang sesuai dan penguasaan kosa kata yang memadai sertakemampuan memahami maksud bacaan secara cepat dan cermat.
2) Faktor ekstern/dari luar meliputi: (a) Pengadaan buku-buku bacaanyang baik sesuai dengan kebutuhan, menarik, dan menimbulkankeasyikan dan harga yang terjangkau masyarakat luas, (b) Unsur-unsur dalam bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca atau faktorketerbacaan, (c) Kondisi dan situasi lingkungan yang merangsangkegemaran membaca, termasuk didalamnya pengadaan tempatbelajar, sussana keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, teman guru,dan tokoh masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
instrinsik maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik
berupa kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah,
kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang
rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa
stimulus dari luar.
f. Strategi Membaca Cerdas
Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca
menggunakan stretegi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktor-
faktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks.
Menurut Darmiyati Zuchdi (2007: 61-62), bahwa ada beberapa strategi
membaca yang dapat digunakan antara lain: 1) metode abjad, 2) metode bunyi,
3) metode kupas rangkai suku kata, 4) metode kata lembaga, 5) metode global,
dan 6) metode Struktural Analitik Sistetik (SAS). Berikut akan dijelaskan
beberapa metode dalam pembelajaran membaca permulaan:
1) Metode Abjad dan Metode Bunyi
Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan
kata lepas.
Misalnya :
a) Metode abjad (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjad
“a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya).
Contoh: bo – bo
bobo
b) Metode bunyi (dalam mengucapkan huruf-huufnya sesuai dengan
bunyinyaa, beh, ceh, deh, dan seterusnya).
Contoh: bo – bo
beh – o – bo beh – o – bo
bobo
Perbedaan antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada
pengucapan huruf.
2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai
dan merangkaikan.
a) Metode Kupas Rangkai Suku Kata
Penerapannya guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa
(2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf
(3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata.
Misalnya : ma – ta
m – a – t – a
ma – ta
b) Metode Kata Lembaga
Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Membaca kata yang sudah dikenal siswa
(2) Menguraikan kata menjadi suku kata
(3) Menguraikan suku kata menjadi huruf
(4) Menggabungkan huruf menjadi suku kata
(5) Menggabungkan suku kata menjadi kata
Misalnya:
bola
bo – la
b – o – l – a
bo – la
bola
3) Metode Global
Dalam penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Mengkaji salah satu kata
b) Menguraikan huruf menjadi suku kata
c) Menguraikan suku kata menjadi huruf
d) Menggabungkan huruf menjadi suku kata
e) Merangkai suku kata menjadi kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
f) Merangkai kata menjadi kalimat
Misalnya : andi bermain catur
bermain
ber – ma – in
b – e – r – m – a – i – n
ber – ma – in
bermain
andi bermain catur
4) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Menurut Momo dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 63-66)
dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni: a) tanpa
buku, dan b) menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku, pembelajarannya
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a) Merekam bahasa siswa
Bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan, direkam untuk
digunakan sebagai bahan bacaan.
b) Menampilkan gambar sambil bercerita
Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai
dengan gambar tersebut.
Misalnya : ini budi
budi duduk di kursi
budi sedang belajar menulis
Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan
cerita.
c) Membaca Gambar
Misalnya: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang
memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat, “ini ibu ani”.
d) Membaca gambar dengan kartu kalimat
Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, guru
menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan
pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
kartu kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media
tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah.
e) Membaca kalimat secara Struktural (S)
Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, gambar
dikurangi sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar.
Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat
(tulisan).
Misalnya : ini bola
ini bola budi
ini bola amir
f) Proses Analitik (A)
Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat
menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.
Misalnya : ini bola
ini – bola
i – ni – bo – la
i – n – i – b – o – l – a
g) Proses Sintetik (S)
Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkai
lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat
seperti semula.
Misalnya : i – n – i – b – o – l – a
i – ni – bo – la
ini – bola
ini bola
Secara utuh proses SAS tersebut sebagai berikut :
ini bola
ini – bola
i – ni – bo – la
i – n – i – b – o – l – a
i – ni – bo – la
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ini – bola
ini bola
Berdasarkan metode di atas, tidak ada satu metode yang paling baik.
Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di dalam
pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode sesuai
dengan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa.
B. Kerangka Berpikir
Siswa yang memiliki kemampuan memahami isi bacaan baik secara
kuantitas maupun kualitas akan cepat mengetahui ide, gagasan, maksud yang
terkandung dalam bacaan. Maka diduga kemampuan memahami isi bacaan
memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar bahasa Indonesia. Semakin
baik kemampuan memahami isi bacaan, dimungkinkan semakin tinggi pula
prestasi belajar bahasa Indonesia.
Dalam memahami isi bacaan, pembelajaran membaca cerdas siswa sangat
diperlukan, karena dengan membaca cerdas siswa akan lebih memahami isi
bacaan tersebut sehingga kemampian memahami isi bacaan meningkat. Jadi
penerapan pembelajaran membaca cerdas sangat tepat karena pembelajaran
membaca cerdas merupakan upaya dari guru dengan cara memberi stimulus,
pengarahan, dan mengaktifkan indera siswa agar siswa mau belajar sehingga
dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada.
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya
penelitian tindakan kelas ini agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Bagan 1. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikrian di atas, hipotesis tindakan penelitian
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Pembelajaran membaca cerdas dapat
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I
Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Kondisi awal
Guru dalam pembelajaran bahasaIndonesia belum menggunakanpembelajaran membaca cerdas
Kemampuanmemahami isi bacaan
rendah
Guru dalam pembelajaran bahasaIndonesia menggunakan pembelajaran
membaca cerdas
Kemampuanmemahami isi bacaan
meningkatKondisi Akhir
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas III Tunagrahita
SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada pembelajaran mata
pelajaran Bahasa Indonesia pada semester II tahun pelajaran 2011/2012, dengan
alasan bahwa hasil belajar memahami isi bacaan siswa kelas III masih rendah.
2. Jadwal Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dirancang selama empat bulan dengan rincian
kegiatan sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
KegiatanBulan ke .....
1 2 3 41. Persiapan
a. Studi eksploratifb. Perumusan masalahc. Konsultasi proposal PTKd. Penyusunan instrumen
2. Tahap Pelaksanaana. Perencanaan tindakanb. Implementasi tindakan
3. Analisisa. Klasifikasi datab. Analisis datac. Interpretrasi datad. Perumusan hasil penelitian
4. Tahap Penyusunan Laporana. Penyusunan laporan PTKb. Ujian
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
B. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini subyek penelitian adalah siswa tunagrahita
kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Kabupaten Boyolali
berjumlah 4 siswa terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 1 perempuan.
Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan INogosari sebagai Subyek Penelitian.
No. Kode Siswa Jenis Kelamin
1
2
3
4
AS
MK
AD
NF
L
L
L
P
C. Data dan Sumber Data
Data diperoleh dari dokumentasi, tes, dan observasi. Sumber data
penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD
Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali sebagai subjek penelitian. Data yang
berupa nilai kemampuan memahami isi membaca dalam bentuk angka diperoleh
dengan menggunakan tes setelah dalam proses pembelajaran menerapkan
pembelajaran membaca cerdas.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini
merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian
dapat tercapai. Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga
perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik
dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang
objektif. Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam
penelitian sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan digunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode dokumentasi, tes, dan
observasi.
1. Dokumentasi
a. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda,
dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “dokumentasi adalah cara pengumpulan
data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-
buku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.”
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukum-
hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
b. Dokumentasi yang digunakan
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan awal memahami isi bacaan yang diambil
dari nilai ulangan siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan
I Nogosari yang berupa nilai.
2. Tes
a) Pengertian Tes
Data kemampuan memahami isi bacaan diperlukan tes, agar peneliti
dapat pengetahui kemampuan memahami bacaan yang diperoleh siswa pada
siklus I dan siklus II setelah dalam pembelajaran melalui pembelajaran
membaca cerdas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas
yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah
suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab
oleh siswa baik secara individu atau kelompok.
b) Macam-macam Tes
Tes terdiri dari bermacam-macam. Macam-macam tes antara lain
sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan,
4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat (Suharsimi Arikunto,
2006:139).
c) Tes yang Digunakan
Materi tes kemampuan memahami isi bacaan meliputi: kemampuan
siswa dalam menyebutkan beberapa kata sesuai dengan soal tes yang diberikan
guru yang diperoleh dari bahan bacaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Kemampuan memahami isi bacaan membaca siswa diukur melalui tes.
Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal isian
yang menitikberatkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap
siklus.
3. Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu
dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari
beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:
“Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran.”
Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah
kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomena-
fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk
memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
b. Macam-macam Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah
perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses,
menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: a)
observasi terbuka, b) observasi terfokus, c) observasi terstruktur, dan d)
observasi sistematik.
1) Observasi Terbuka
Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya
menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati.
2) Observasi Terfokus
Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran.
Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi.
3) Observasi Terstruktur
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai,
sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat
yang disediakan.
4) Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya
dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal
dan nonverbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. Observasi yang Digunakan
Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat
hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang disediakan pada
lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas. Alasan
digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer
melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang
diteliti.
E. Uji Validitas Data
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69).
Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data
dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi
untuk mengetahui kemampuan memahami isi membaca dan faktor penyebabnya.
Untuk itu peneliti membandingkan data dari hasil penelitian. Triangulasi data
dilakukan dengan cara :
1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil
metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan
dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan
memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan.
2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai
sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh
data (setting).
Berdasarkan dengan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan langkah-
langkah yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang terpercaya melalui:
1. Pengamatan secara terus menerus. Kegiatan ini dimaksudkan bahwa peneliti
berusaha untuk selalu mengamati melalui pembelajaran membaca cerdas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita
sedang kelas III semester II di SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari
tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, peneliti dapat memperhatikan
segala kegiatan yang terjadi dengan lebih cermat, aktual, terinci dan
mendalam. Di samping itu, peneliti mengumpulkan hal-hal yang bermakna
untuk lebih memahami gejala yang terjadi. Pengamatan secara terus-menerus
ini dilakukan selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten, juga dilakukan
sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data yang diperoleh.
2. Trianggulasi data. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data yang diperoleh melalui pengamatan, untuk mencari
atau memperoleh standar kepercayaan data yang diperoleh dengan jalan
melakukan pengecekan data, cek ulang dan cek silang pada dua atau lebih
informasi. Setelah mengadakan pengamatan, peneliti mengadakan penelitian
kembali, mencocokkan data yang diberikan oleh informan satu dengan
informan yang lainnya. Peneliti meminta kembali penjelasan, atau informasi
baru dari informan yang sama dan pertanyaan yang sama tetapi dengan waktu
dan situasi yang berbeda.
Adapun validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan content
validity yaitu validitas isi.
Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakupkeseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertianmencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu haruskomprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluardari batasan tujuan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2001: 175).
Pengujian validitasi isi tidak melalui analisis statistik tetapi
menggunakan analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah
validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah item-item dalam tes
telah ditulis sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain
ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya. Uji validitas
dalam penelitian disusun kisi-kisi soal.
F. Analisis Data
Analisis hasil pembelajaran meliputi hasil penelitian dari tes yang
diperoleh pada penelitian tindakan kelas. Data berupa hasil tes kemampuan
memahami isi membaca berupa skor tingkat kemampuan siswa dalam memahami
isi membaca. Data berupa hasil tes klasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara diskriptif komparatif, yang dianalisis adalah hasil nilai
tes siswa pra siklus dibandingkan dengan siklus I dan II setelah menerapkan
pembelajaran membaca cerdas sehingga hasilnya dapat mencapai batas
keberhasilan yang ditetapkan.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan
memahami isi bacaan siswa mendapat nilai 60 atau lebih sebagai batas tuntas
pembelajaran memahami isi membaca. Penetapan indikator pencapaian ini
disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai
dan ketuntasan belajar tergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu
betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP ).
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah
didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan
pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16)
mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian
tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1. Perencanaan atau planning
Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario
pembelajaran membaca cerdas, observasi, dan evaluasi) yang dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran membaca cerdas
b. Menentukan pokok bahasan.
c. Mengembangkan skenario pembelajaran.
d. Menyiapkan sumber belajar.
e. Mengembangkan faktor evaluasi.
f. Mengembangkan faktor observasi.
2. Tindakan atau acting
Berisi uraian tahapan-tahapn tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti maupun siswa dalam pembelajaran. Menerapkan tindakan mengacu
pada skenario pembelajaran, meliputi:
1. Kegiatan Awal
a. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
b. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Eksplorasi
b. Elaborasi
c. Konfirmasi
3. Kegiatan Penutup
3. Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan
siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti, sebagai berikut:
a. Pengamatan aktivitas guru, meliputi:
1) Menyiapkan RPP
2) Menyediakan materi dan sumber belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3) Pengolahan waktu dan penguasaan materi
4) Menanggapi usulan siswa
5) Membuat kesimpulan
6) Melaksanakan evaluasi
b. Pengamatan aktivitas siswa, meliputi:
1) Memperhatikan penjelasan guru
2) Membeca suku kata dan kata
3) Bertanya pada guru
4) Membaca dengan lesan
5) Mengerjakan LKS
4. Refleksi atau reflecting
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil
observasi. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase
mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah
memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami
perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
sesuai target atau bahkan melebihnya.
Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang
komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua
komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah
berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sebuah modifikasi yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu
seharusnya.
Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan dalam
bagan 2 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan kemampuan
memahami isi bacaan anak tunagrahita sedang kelas III SLB ABCD Tunas
Pembangunan I Nogosari pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi
waktu 2 x 30 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan
kelas, mengabsen terlebih dan melaksanakan apersepsi guna menggali
pengetahuan awal siswa. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan
metode ceramah yang yang biasa digunakan guru. Pada akhir pembelajaran, guru
memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang berkaitan dengan
kemampuan memahami isi bacaan. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan
penguatan atau umpan balik dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran memahami isi bacaan sebelum
melalui membaca cerdas pada kondisi awal, berikut ini dapat disajikan
kemampuan memahami isi bacaan yang diperoleh siswa.
Tabel 3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLBABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Kondisi Awal.
No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)
1 AS 60 Sudah tuntas
2 MK 50 Belum tuntas
3 AD 40 Belum tuntas
4 NF 50 Belum tuntas
Jumlah 200
Nilai Rata-rata 50,00
Ketuntasan Klasikal 25 % Belum tuntas
*) Batas tuntas (KKM) = 60Sumber data: Lampiran 6 halaman 72.
Kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD
Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada kondisi awal dapat digambarkan
dalam bentuk grafik sebagai berikut:
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
010203040506070
AS MK AD NF
Kemampuan Awal
Grafik 1. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Kondisi Awal.
Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan sebanyak 3
siswa memperoleh nilai di bawah 60 dan hanya 1 siswa yang mendapat nilai 60,
nilai rata-rata 50,00 dan ketuntasan klasikal mencapai 25%. Data ini menunjukkan
bahwa pembelajaran memahami isi bacaan bagi anak tunagrahita kelas III SLB
ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali belum memenuhi batas tuntas
yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran
memahami isi bacaan dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan kemampuan memahami isi bacaan yang masih rendah, maka
guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar kemampuan memahami isi
bacaan dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru serta didukung oleh kepala
sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran
melalui pembelajaran membaca cerdas dengan tujuan meningkatkan aktivitas
belajar dan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa tunagrahita sedang, serta
aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan-
kegiatan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran
bahasa Indonesia siklus I ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi
waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup
ketentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kemampuan
awal, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan, sumber belajar, dan evaluasi. (Lampiran 4
halaman 61).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk
pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk
lingkaran) sehingga guru dapat melaksanakan inovasi pembelajaran melalui
pembelajaran membaca cerdas dengan baik; (2) Mempersiapkan bahan
bacaan sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran berisi daftar isian mencakup kegiatan
siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk
siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang
meliputi: memperhatikan penjelasan guru, membaca suku kata dan kata,
pertanyaan pada guru, untuk kerja di depan kelas, dan mengerjakan LKS.
Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru
mengajar, yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas,
menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan informasi
pendahuluan, pengolahan waktu dan penguasaan materi, menanggapi
usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
b. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Kegiatan Inti (40 menit)
a. Eksplorasi
(1) Dengan bantuan guru siswa menyebutkan benda di sekitar kelas.
(2) Siswa menyebutkan benda yang ada di sekitar kelas.
(3) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan bagian-bagian anggota
meja, kursi, gitar.
(4) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan kegunaan bagian-bagian
anggota meja, kursi, dan gitar.
b. Elaborasi
(1) Siswa menyebutkan benda di sekitar kelas.
(2) Siswa menyebutkan bagian-bagian anggota meja, kursi, gitar.
(3) Siswa menyebutkan kegunaan bagian anggota meja, kursi, dan gitar.
c. Konfirmasi
(1) Guru menanyakan kembali tentang benda yang ada di sekitar kelas.
(2) Guru menanyakan kepada siswa tentang bagian-bagian anggota
meja, kursi, maupun gitar.
(3) Guru menanyakan kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian
anggota meja, kursi, maupun gitar.
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru menyarankan siswa supaya belajar dengan rajin.
b. Guru mengajak semua siswa berdoa mengakhiri pelajaran.
Kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca
cerdas pada Siklus I disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLBABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Siklus I.
No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)
1 AS 70 Sudah tuntas
2 MK 60 Sudah tuntas
3 AD 50 Belum tuntas
4 NF 60 Sudah tuntas
Jumlah 240Nilai Rata-rata 60,00
Ketuntasan Klasikal 75 % Belum tuntas*) Batas tuntas (KKM) = 60Sumber data: Lampiran 7 halaman 73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kemampuan memahami isi bacaan pada siklus I dapat digambarkan
dalam bentuk grafik sebagai berikut:
0
20
40
60
80
AS MK AD NF
Nilai Siswa
Grafik 2. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siklus I.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat
pada saat guru memberikan penjelasan melalui pembelajaran membaca cerdas,
tidak semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang
memperhatikan pembelajaran dari guru, ada pandangan siswa yang diarahkan
ke luar kelas dan memikirkan yang lain, bahkan masih ada siswa yang kurang
paham terhadap pembelajaran membaca cerdas yang ditunjukkan guru tentang
teknik mempelajari kemampuan memahami isi bacaan. Hal ini terjadi karena
siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia
sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik.
Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada
diri siswa. Masih ada di antara mereka yang hanya sekedar membaca sepintas
materi bacaan pada saat guru memberikan pelajaran melalui pembelajaran
membaca cerdas, siswa tanpa banyak melakukan aktivitas membaca untuk
memahami isi bacaan. Mereka tidak memperhatikan apa yang disampaikan
guru dalam pembelajaran kemampuan memahami isi bacaan melalui
pembelajaran membaca cerdas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum
melakukannya dengan segera teknik pembelajaran membaca cerdas yang
praktis sehingga waktu kurang efektif. Siswa juga masih pasif dalam bertanya,
belum banyak memberikan komentar terhadap materi yang dibahas. Hal ini
disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan tanya jawab dalam diskusi
kelas. Siswa belum biasa mengeluarkan pendapat di hadapan teman-
temannya.
Hasil lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 9 hal. 75) masih
rendah, karena aktivitas guru mengajar materi memahami isi bacaan melalui
pembelajaran cerdas penguasaan guru baru mencapai 70,00%, sehingga pada
siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan aktivitas guru, yaitu dengan
melakukan perbaikan terhadap aktivitas yang masih kurang, yaitu dengan
melakukan pembenahan terhadap aktivitas yang masih rendah.
Hasil lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 11 halaman 77)
masih rendah, karena aktivitas belajar dalam memahami isi bacaan melalui
pembelajaran membaca cerdas penguasaan siswa baru mencapai 59,00%,
sehingga pada siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan aktivitas siswa,
dengan melakukan perbaikan terhadap aktivitas belajar siswa yang masih
kurang melalui pembelajaran membaca cerdas.
Tabel 5. Aktivitas Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD TunasPembangunan I Nogosari pada Siklus I.
No. Aktivitas SiswaS K O R
AS MK AD NF1 Mendengarkan penjelasan guru 4 3 2 3
2 Membaca kata dan suku kata 3 2 3 3
3 Bertanya pada guru 3 3 3 3
4 Unjuk kerja di depan kelas 4 2 3 3
5 Mengerjakan LKS 3 2 3 4
Jumlah Skor 17 12 14 16
Total Skor 17 + 12 + 14 + 16 = 59
Ketuntasan Kasikal 59 : 100 x 100% = 59 %
Sumber data: Lampiran 11 halaman 77.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Aktivitas siswa pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
13579
1113151719
AS MK AD NF
Aktivitas Siswa
Grafik 3. Aktivitas Siswa pada Siklus I.
Berdasarkan hasil observasi siklus I, diketahui siswa belum dapat
memanfatkan waktu dengan baik dalam memahami isi bacaan melalui
pembelajaran membaca cerdas. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran pada
siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya strategi membaca cerdas
yang efektif.
Kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dan jarangnya
tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru
disebabkan oleh kekurangpahaman siswa akan pentingnya pembelajaran
membaca cerdas, masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika akan
mengucapkan suku kata dan kata. Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam
bertanya kepada guru. Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga
penerapan pembelajaran membaca cerdas yang dilaksanakan guru bermanfaat
untuk menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan kemampuan
memahami isi bacaan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa siswa belum dapat
memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran
pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kurang semangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dan jarangnya tanya jawab
dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan siswa
kurang paham akan pentingnya pembelajaran membaca cerdas untuk
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan sehingga masih terdapat
siswa yang menghadapi kesulitan ketika akan menyampaikan isi bacaan. Oleh
sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa agar
lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan pembelajaran membaca cerdas
yang ditunjukkan guru.
Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa
perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan pembelajaran membaca
cerdas yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan
pemahaman terhadap peningkatan kemampuan memahami isi bacaan. Siswa
masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas untuk bertanya masih
sangat kurang.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan kemampuan
memahami isi bacaan pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa
terhadap pemanfaatan pembelajaran membaca cerdas. Pelaksanaannya dirancang
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-
kegiatan:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran
bahasa Indonesia siklus II ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi
waktu pertemuan 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan:
standar kometensi, kompetensi dasar, indikator, kemampuan awal, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah
kegiatan, sumber belajar, dan evaluasi. (Lampiran 4 halaman 61).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran
adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang
biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk
pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk
lingkaran) sehingga guru dapat melaksanakan inovasi pembelajaran melalui
pembelajaran membaca cerdas dengan baik; (2) Mempersiapkan bahan
bacaan sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Menyiapkan Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas
selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup
kegiatan siswa dan kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan
untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang
meliputi: memperhatikan penjelasan guru, membaca suku kata dan kata,
pertanyaan pada guru, untuk kerja di depan kelas, dan mengerjakan LKS.
Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru
mengajar, yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas,
menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan informasi
pendahuluan, pengolahan waktu dan penguasaan materi, menanggapi
usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Kegiatan Awal (10 menit)
a) Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
b) Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing.
c) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti (40 menit)
a) Eksplorasi
(1) Dengan bantuan guru siswa menyebutkan benda di sekitar kelas.
(2) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan bagian-bagian anggota
meja, kursi, gitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(3) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan kegunaan bagian-bagian
anggota meja, kursi, dan gitar.
b) Elaborasi
(1) Siswa menyebutkan benda di sekitar kelas.
(2) Siswa menyebutkan bagian-bagian anggota meja, kursi, maupun
gitar.
(3) Siswa menyebutkan kegunaan bagian-bagian anggota meja, kursi,
dan gitar.
c) Konfirmasi
(1) Guru menanyakan kembali tentang benda yang ada di sekitar kelas.
(2) Guru menanyakan kepada siswa tentang bagian-bagian anggota meja,
kursi, maupun gitar.
(3) Guru menanyakan kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian
anggota meja, kursi, maupun gitar.
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Guru menyarankan siswa supaya belajar dengan rajin.
b. Guru mengajak semua siswa berdoa mengakhiri pelajaran.
Hasil belajar kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran
membaca cerdas pada Siklus II disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 6. Kemampuan Memahami Isi bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLBABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Siklus II.
No. Urut Nama Subyek Nilai Keterangan*)
1 AS 70 Sudah tuntas
2 MK 70 Sudah tuntas
3 AD 60 Sudah tuntas
4 NF 70 Sudah tuntas
Jumlah 270
Nilai Rata-rata 67,50
Ketuntasan Klasikal 100 % Sudah tuntas
*) Batas tuntas (KKM) = 60Sumber data: Lampiran 8 halaman 74.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB
ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada siklus II dapat
digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
0
20
40
60
80
AS MK AD NF
Nilai Siswa
Grafik 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siklus I.
c. Pengamatan
Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan
bahwa siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Pada saat membaca
materi melalui pembelajaran membaca cerdas, seluruh siswa telah menyiapkan
diri. Mereka membaca suku kata dan kata dengan strategi membaca cerdas
yang dianjurkan guru yang terdapat dalam materi bacaan. Seluruh siswa sudah
mau bertanya kepada guru untuk menggali beberapa pengalaman yang diingat
dari pembelajaran membaca cerdas sehingga informasi yang didapatkan dari
pembelajaran membaca cerdas dapat diserap oleh siswa.
Pada saat membaca cerdas, siswa telah melakukannya dengan segera
sehingga waktu yang tersedia dapat diefektifkan dengan baik. Seluruh siswa
sudah aktif dalam bertanya jawab dan banyak memberikan komentar terhadap
materi pembelajaran membaca cerdas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah
mulai terbiasa melakukan tanya jawab saat guru memberikan penjelasan yang
terdapat dalam materi bacaan. Siswa sudah mulai terbiasa mengeluarkan
pendapat di hadapan teman-temannya dari hasil membaca cerdas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 12 hal.
78) sudah meningkat, aktivitas guru mengajar materi memahami isi bacaan
melalui pembelajaran cerdas penguasaan guru telah mencapai 90,00%, guru
telah melakukan perbaikan terhadap aktivitas yang masih kurang, yaitu dengan
melakukan pembenahan terhadap aktivitas yang masih rendah.
Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 14 hal.
80) sudah meningkat, aktivitas belajar dalam memahami isi bacaan melalui
pembelajaran membaca cerdas penguasaan siswa telah mencapai 82,00%,
siswa sangat antusias melaksanakan pembelajaran membaca cerdas, apa yang
disarankan guru dalam dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran.
Tabel 7. Aktivitas Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD TunasPembangunan I Nogosari pada Siklus II.
No. Aktivitas SiswaS K O R
AS MK AD NF1 Mendengarkan penjelasan guru 5 4 4 52 Membaca kata dan suku kata 4 4 4 43 Bertanya pada guru 4 4 5 44 Unjuk kerja di depan kelas 5 5 4 45 Mengerjakan LKS 4 5 4 4
Jumlah Skor 22 18 21 21Total Skor 22 + 18 + 21 + 21 = 82
Ketuntasan Kasikal 82 : 100 x 100% = 82 %
Sumber data: Lampiran 12 halaman 78.
Aktivitas siswa pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:
1012141618202224
AS MK AD NF
Aktivitas Siswa
Grafik 5. Aktivitas Siswa pada Siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Peran guru membangkitkan semangat siswa semakin meningkat. Guru
mulai mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik
untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan secara cermat dan
cepat melalui pembelajaran membaca cerdas. Selama mendampingi siswa
belajar, guru sudah dapat memberikan bimbingan agar siswa terbiasa dengan
pembelajaran dengan memanfaatkan pembelajaran membaca cerdas, yang
segala sesuatunya yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada guru.
Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa kemampuan
memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas lebih baik
daripada siklus I. Guru terus menerus menekankan pada siswa akan pentingnya
menghargai waktu dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan.
Semangat siswa meningkat dalam kegiatan memahami isi bacaan,
siswa paham akan pentingnya bertanya kepada guru yang berkaitan dengan
pembelajaran membaca cerdas sehingga kesulitan yang dihadapi ketika akan
membaca dapat teratasi. Pada pembelajaran berikutnya guru lebih menekankan
kepada siswa untuk lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan
memahami isi bacaan dengan memanfaatkan pembelajaran membaca cerdas.
Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan
keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang
belum jelas. Siswa perlu memiliki semangatnya sehingga dalam meningkatkan
kemampuan memahami isi bacaan untuk menyempurnakan pemahaman
terhadap materi belajar bahasa Indonesia. Siswa terus dibimbing guru dan
diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus bertanya kepada
guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap pembelajaran membaca
cerdas yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan memahami isi bacaan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa siswa telah memanfatkan
waktu dengan lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus menekankan
pada siswa akan pentingnya menghargai waktu dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan.
Semangat siswa meningkat melakukan kegiatan memahami isi bacaan,
siswa memberanikan bertanya pada guru dan paham akan pentingnya bertanya
kepada guru sehingga kesulitan yang dihadapi ketika akan membaca dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
teratasi. Pembelajaran berikutnya guru lebih menekankan kepada siswa untuk
mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan memahami isi bacaan
melalui pembelajaran membaca cerdas yang telah dipersiapkan guru.
Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan
keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang
belum jelas. Siswa perlu memiliki semangatnya sehingga dalam meningkatkan
kemampuan memahami isi bacaan untuk menyempurnakan pemahaman
terhadap materi belajar bahasa Indonesia. Siswa terus dibimbing guru dan
diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus bertanya kepada
guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap pembelajaran membaca
cerdas yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan memahami isi bacaan.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Data awal kemampuan memahami isi bacaan, diketahui nilai rata-rata
50,00 tiga siswa memperoleh nilai di bawah 60 dan hanya satu siswa yang
mendapat nilai 60. Berdasarkan data, sebagian besar siswa belum mencapai batas
tuntas. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.
Hasil tes pada siklus I, diketahui rata-rata kemampuan memahami isi
bacaan sebesar 60,00, sebanyak 3 siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas
belajarnya) dan tinggal 1 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih di
bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75,00%. Berdasarkan
data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar.
Hasil tes pada siklus II, diketahui rata-rata kemampuan memahami isi
bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas
belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100,00%. Berdasarkan
data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang
dilakukan pada pembelajaran memahami isi bacaan melalui pembelajaran
membaca cerdas, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa pada
setiap siklusnya.
Kemampuan memahami isi bacaan setiap siklus melalui pembelajarn
cerdas dapat ditunjukkan pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 8. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus Melalui PembelajaranMembaca Cerdas.
No. Nama Siswa Nilai Awal Siklus I Siklus II
1 AS 60 70 70
2 MK 50 60 70
3 AD 40 50 60
4 NF 50 60 70
JUMLAH 200 240 270
RATA-RATA 50,00 60,00 67,50
KETUNTASAN BELAJAR 25 % 75,00 % 100 %
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat
grafik perbandingan sebagai berikut:
30
40
50
60
70
80
AS MK AD NF
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 6. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan MelaluiPembelajaran Membaca Cerdas.
Tabel 9. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus
S i k l u s Nilai Rata-rata Peningkatan
Tes Awal 50,00 -
Siklus I 60,00 10,00
Siklus II 67,50 07,50
Peningkatan kemampuan memahami isi bacaan melalui penerapan
pembelajaran membaca cerdas digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
30
40
50
60
70
Kemampuan Mehahami Isi Bacaan
Nilai Awal Siklus I Siklus II
Grafik 7. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus.
Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan
memahami isi bacaan telah mencapai 67,50 dari 4 siswa seluruhnya mendapat
nilai 60,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% siswa mendapat
nilai 60,00 ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja secara klasikal telah
mencapai batas tuntas.
D. Pembahasan
Data awal nilai memahami isi bacaan, rata-rata kelas belum mencapai
batas tuntas. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I, secara klasikal telah mengalami meningkatan
tetapi secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar memahami isi bacaan.
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, secara klasikal telah mengalami meningkatan
dibanding siklus I dan telah mencapai ketuntasan belajar memahami isi bacaan.
Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang
dilakukan pada pembelajaran memahami isi bacaan melalui pembelajaran
membaca cerdas, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa. Dari
nilai rata-rata kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB
ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali secara klasikal dari setiap siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Hasil penelitian ini bila dihubungkan dengan kajian teori masih relevan,
karena pembelajaran membaca cerdas memiliki beberapa kelebihan, antara lain
sangat dimungkinkan bisa digunakan sebagai upaya meningkatkan isi bacaan
karena tidak hanya menekankan hafalan dan pengetahuan siap. Sebagaimana yang
dikemukakan Farida Rahim (2007:2), membaca memberikan beberapa manfaat,
antara lain: 1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang
sangat berguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakan batin,
meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalam teks yang
dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapat menghemat energi,
karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak
menggangu orang di sekelilingnya.
Keberhasilan siswa dalam memahami isi bacaan ditentukan oleh
kemampuan dan kesempatannya dalam membaca secara cerdas yaitu
menggunakan beberapa strategi membaca yang disesuaikan dengan materi isi
bacaan, karena membaca cerdas merupakan kunci siswa untuk mengetahui makna
yang terkandung di dalam bacaan. Membaca cerdas memiliki banyak manfaat,
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan membaca cerdas,
siswa akan memiliki banyak pengetahuan yang didapat dari apa yang dibaca.
Strategi pembelajaran membaca cerdas yang dapat digunakan antara lain:
metode abjad, metode bunyi, metode kupas rangkai suku kata, metode kata
lembaga, metode global, dan metode Struktural Analitik Sistetik (SAS). Dari
beberapa strategi membaca cerdas tersebut, guru dapat menerapkan salah satu
strategi yang sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita, dengan tujuan siswa
dapat memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks bacaan.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran membaca
cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas
Pembangunan I Nogosari tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh beberapa teori yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca
cerdas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan memahami
isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian data awal nilai memahami isi bacaan diketahui nilai rata-
rata sebesar 50,00. Sebanyak 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00 dan 1
siswa mendapat nilai 60,00, ketuntasan klasikal sebesar 25%. Hasil tes pada siklus
I, diketahui rata-rata nilai memahami isi bacaan sebesar 60,00, ketuntasan secara
klasikal telah mencapai 75,00%. Hasil tes pada siklus II, diketahui rata-rata nilai
memahami isi bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00
atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai
100,00%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD
Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Model pembelajaran ini digunakan oleh guru terutama dalam menghadapi
masalah atau mengatasi masalah peningkatan kemampuan memahami isi bacaan.
Dalam pembelajaran membaca cerdas bagi siswa tunagrahita ada kendala yaitu
karena terbatasnya yang ada pada anak tunagrahita dan bagi siswa yang sudah
lancar membaca akan mengalami kejenuhan. Oleh sebab itu guru hendaknya
kreatif dan aktif sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan simpati/rasa senang
kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca cerdas. Pada akhirnya
kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III menjadi optimal
sesuai dengan batas ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara
klasikal.
Hasil penelitian ternyata bahwa pembelajaran membaca cerdas dapat
meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Indonesia siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari
Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2011. Dengan demikian implikasi dari penelitian
tersebut dapat dirumuskan bahwa untuk meningkatkan siswa memahami isi
bacaan seorang guru bisa menggunakan alternatif pembelajaran membaca cerdas.
C. Saran
1. Untuk siswa
a. Untuk siswa yang sudah tuntas, tetapi nilainya hanya sebatas KKM perlu
ditingkatkan pembelajarannya melalui pembelajaran membaca cerdas,
tidak malu untuk bertanya dan meminta petunjuk guru.
b. Untuk siswa yang sudah optimal memahami isi bacaan perlu
dipertahankan dengan jalan meningkatkan frekuensi membaca cerdas.
2. Peneliti lain.
Hendaknya peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah
satu wacana untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan
memahami isi bacaan dan untuk penelitian dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
Recommended