View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia terdapat potensi yang merupakan karunia dari Tuhan.
Potensi atau kemampuan tersebut mula-mula masih tersembunyi, dan baru dapat
muncul apabila dibantu oleh suatu lingkungan yang mendukungnya untuk
berkembang. Manusia juga memiliki sejumlah kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi antara manusia
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Maka
dari itu Lingkungan juga dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya sebuah
pendidikan, itulah yang disebut lingkungan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan?
2. Aspek apa saja yang ada dalam lingkungan pendidikan ?
3. Bagaimana peran aspek lingkungan pendidikan terhadap anak?
4. Nilai apa saja yang terkandung dalam masing – masing aspek
lingkungan pendidikan?
C. Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui apa itu lingkungan pendidikan
2. Agar pembaca mengetahui pentingnya lingkungan dalam proses
pendidikan
3. Agar pembaca memahami perkembangan dan keperluan seorang anak.
D. Manfaat
Agar para pembaca dapat memahami fungsi dan peranan masing-masing
lingkungan pendidikan serta dapat mengaplikasikan peranan tersebut
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Lingkungan Pendidikan
Pengertian lingkungan (environtment) dalam Webster’s New Collegiate
Dictionary diterangkan sebagai “the aggregate of all the external conditions and
influences affecting the life and development of an organism. (Kumpulan segala
kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu
organism)”. Untuk pengertian lingkungan pendidikan maka yang dimaksud yaitu
segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan.
Di dalam diri manusia terdapat potensi yang merupakan karunia dari
Tuhan. Potensi atau kemampuan tersebut mula-mula masih tersembunyi, dan baru
dapat muncul apabila dibantu oleh lingkungan pendidikan. Misalnya untuk makan
maka seorang anak perlu disuapi, dan untuk kemampuan berbicara perlu dilatih,
maka lingkungan pendidikan perlu memberikan motivasi-motivasi atau dorongan
agar anak mau belajar.
Fungsi lingkungan pendidikan yaitu sebagai pelindung, pembantu atau
penolong, penuntun, dan pendorong bagi peserta didik, agar potensi yang ada
pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan benar. Secara umum
fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya( fisik, sosial, dan budaya ), utamanya
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan
pendidikan yang optimal safitri (2011).
Keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah jenis lingkungan pendidikan
yang berbeda-beda tetapi perlu ada upaya untuk kerja sama. Masing-masing jenis
lingkungan pendidikan akan dikupas seperti dibawah ini:
a. Keluarga
Apabila Tuhan menghendaki kelahiran atau kehadiran anak dalam
keluarga maka sekaligus pula orang tua mengemban tugas untuk mengasuh dan
mendidiknya. Kewajiban ini didasari oleh rasa kasih sayang yang berarti ada
2
tanggung jawab moral. Orang tua secara sadar wajib membimbing anaknya
hingga mencapai kedewasaan dan dikemudian hari mampu mandiri.
Dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap anak diuraikan olehNoor
Syam (1980: 17) antara lain:
1) Dorongan atau motivasi cinta kasih yang menumbuhkan sikap rela
mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
2) Dorongan atau motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi
kedudukan orang tua terhadap keturunannya, meliputi nilai religious
yang dijiwai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menjaga martabat dan
kehormatan keluarga.
3) Tanggung jawab sosial berdasarkan kesadaran bahwa keluarga sebagai
anggota masyarakat, bangsa, dan negara, bukan kemanusiaan.
Mengenai tanggung jawab moral dapat dikutip penemuan seorang ahli
dalam psikologi anak, Jerome Kagan (1981): “the Child’s snse of value and
morality begins to take shape in the months just before seconde birthday” (The
International Encyclopedia of Education). Menurutnya kesadaran anak terhadap
nilai dan moral mulai tampak sejak sebelum ulang tahun yang kedua. Maka makin
jelaslah bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama-tama
memberikan pengaruh bayi atau peserta didik. Kecuali itu, keluarga merupakan
kekuatan utama dalam perkembangan anak. Pengaruh lingkungan pendidikan
yang pertama dan utama ini diperoleh anak sampai kira-kira 4-5 tahun, sementara
itu, anak mulai dipersiapkan untuk memasuki lingkungan pendidikan diluar
rumah.
a. 1. Pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga
J. J. Rousseau (1712-1778), sebagai salah seorang pelopor ilmu jiwa anak
mengutarakan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu. Ia menganjurkan agar
pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangannya.
Dasar pendidikan menurut Rousseau ialah alam anak-anak yang belum rusak,
anak-anak harus dididik sesuai alamnya. Kata-kata Rousseau yang penting dan
selalu menjadi pedoman bagi kaum pendidik adalah anak itu bukan lah orang
3
dewasa dalam bentuk kecil. Pikiran, perasaan, keinginan, dan kemampuan anak
itu berbeda dengan kemampuan orang dewasa.
a. 2. Kedudukan orang dewasa dalam keluarga
Pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang
didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-anak yang diterimanya dari
kodrat. Orang tua adalah pendidik sejati. Oleh karena itu kasih sayang orang tua
terhadap anak-anaknya hendaknya kasih sayang yang sejati pula. Namun harus
diingat bahwa pendidikan berdasarkan kasih sayang saja kadang-kadang
mendatangkan bahaya. Kasih sayang harus dijaga jangan sampai berubah menjadi
memanjakan. Kasih sayang harus dilengkapi dengan pandangan yang sehat
tentang sikap kita terhadap anak.
Pendidikan berdasarkan kasih sayang yang ditunjukkan dengan
kekhawatiran orang tua akan lebih berbahaya bagi pertumbuhan anak. Banyak
orang tua yang merasa khawatir kalau anaknya terpengaruh oleh keadaan di
sekelilingnya yang penuh dengan kesukaran dan bahaya serta hal-hal yang kotor.
Mereka menahan anaknya supaya di rumah saja, tidak boleh bermain atau bergaul
dengan anak-anak lain.
Adapula orang tua yang membiasakan anaknya sejak kecil tidur bersama
mereka. Ini juga disebabkan karena kekhawatiran orang tua yang dapat
mengakibatkan kurang baik bagi anak itu. Anak-anak harus selekasnya diberi
kamar dan tempat tidur sendiri.
Banyak orang tua karena khawatir terhadap anaknya lalu menggunakan
larangan sebagai satu-satu nya alat pendidikan. Sehingga akibatnya dari cara
mendidik yang demikian, anak mempunyai rasa harga diri kurang, tak berani
berbuat dan bertindak atas inisiatif sendiri, selalu minta pertolongan kepada orang
lain, sukar bergaul dengan teman-temannya, dan lain-lain.
Adapula kasih sayang orang tua yang salah yaitu mengharapkan
kesenangan dan kepuasan bagi dirinya sendiri dari anak-anaknya. Banyak di
antara orang tua yang mengharapkan anak-anaknya menjadi orang yang berkuasa
dan ternama dalam masyarakat yang sebenarnya untuk kebanggaan mereka saja.
4
Akibatnya tidak jarang orang tua memaksa anaknya untuk memilih jabatan
tertentu sesuai dengan kehendaknya. Akibatnya banyak anak yang gagal dalam
mencapai cita-citanya, yang mengakibatkan kekecewaan pula bagi orang tuanya.
Dalam hal demikian, tidak jarang orang tua yang mempersalahkan anaknya.
Sedangkan kalau diteliti, sesungguhnya kesalahan terletak pada orang tua itu
sendiri, yang memaksa anaknya memilih sekolah atau jabatan yang tidak sesuai
bakat dan kemampuannya.
Memang wajib bagi kita sebagai orang tua menuntut anak-anak agar sejak
kecil belajar bertanggung jawab atas beberapa hal tertentu, seperti dari kecil anak
dibiasakan menyimpan mainan atau peralatan sekolahnya sendiri, melakukan
pekerjaan di rumah dan di sekolah secara teratur, menyapu kamar, menyiram
tanam-tanaman, mencuci piring setelah makan, dan lain-lain. Hal itu perlu sekali
bagi anak-anak yang nantinya akan menjadi orang yang dapat berdiri sendiri dan
bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Tanpa belajar bertanggung jawab
sedari kecil, kelak anak itu idak dapat bertanggung jawab atas segala
perbuatannya.
Tetapi hendaknya tuntutan orang tua itu jangan terlalu berat bagi anak.
Dalam hal ini oprang tua perlu mengingat dan menyesuaikan terhadap
perkembangan anak-anak.
a. 3. Peranan anggota keluarga terhadap pendidikan anak-anak.
a) Peranan ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan penting
terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan , ibulah yang selalu
disampingnya. Ibulah yang member makan dan minum, memlihara, dan selalu
bercampur gaul dengan anak-anaknya. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih
cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga yang lain.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar
yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu hendaklah
seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang
mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
5
Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur
rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaru
besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga,
dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah
sebagai:
1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang
2. Pengasuh dan pemelihara
3. Tempat mencurahkan isi hati
4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga
5. Pembimbing hubungan pribadi
6. Pendidik dalam segi-segi emosional
b) Peranan ayah
Disamping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula.
Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya. Kegiatan
seorang ayah terhadap pekerjaanya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada
anak-anaknya, lebih-lebih anak yang telah agak besar.
Meskipun demikian di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-
kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena
sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul
mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang tidak mau
berurusan dengan pendidikan anak-anaknya.
Ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai seorang ayah, dapat
dikemukakan peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebib dominan
adalah sebagai:
1. Sumber kekuasaan di dalam keluarga
2. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
3. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga
4. Pelindung terhadap ancaman dari luar
5. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan
6
6. Pendidik dalam segi-segi yang rasional.
c) Peranan nenek
Selain oleh ibu dan ayahnya, banyak pula anak-anak yang menerima
pendidikan dari neneknya. Umumnya nenek itu merupakan sumber kasih sayang
yang mencurahakan kasih sayangnya secara berlebihan terhadap cucunya. Mereka
tidak mengharapkan sesuatu dari cucunya itu, mereka semata-mata member
belaka. Maka dari itu mereka memanjakan cucunya secara berlebihan.
Dalam satu keluarga yang diam satu keluarga dengan nenek, sering kali
terjadi pertengkaran dan perselisihan antara orang tua anak dan nenek mengenai
cara mendidik anak-anaknya. Pandangan orang tua anak tentang mendidik
anaknya sering bertentangan dengan pandangan nenek yang merasa bahwa si
nenek itu sudah lebih banyak makan haram daripada orang tua anak itu.
Dari pengalaman, orang dapat mengetahui untuk kepentingan pendidikan
anak-anaknya, lebih baik jika keluarga itu tinggal terpisah dari nenek. Kunjungan
nenek yang sewaktu-waktu dan bermalam sekali-kali di rumah orang tua anak
telah cukup untuk menyenangkan hati anak.
d) Peranan pembantu rumah tangga (pramuwisma)
Keuarga yang berkecukupan sosial ekonominya sering memiliki seorang
atau lebih pembantu rumah tangga atau pramuwisma. Tugas pramuwisma
disamping mengerjakan tugas rumah tangga seperti memasak, mencuci,
menyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyirami tanaman hias, sering
pula diserahi tugas untuk mengasuh atau memelihara anak-anak. Bahkan, adapula
pramuwisma yang diserahi tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-
anak yang masih kecil (babysitter) karena kedua orang tua anak-anak itu sibuk
bekerja di luar rumah. Dalam hal yang demikian pramuwisma dapat dikatakan
anggota keluarga yang turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam
keluarga.
Pada umumnya pramuwisma (yang bukan babysitter), tidak memiliki
pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik
7
anak-anak, apalagi pramuwisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga.
Oleh karena itu, bagi para orang tua, meskipun sibuk, tidak baik jika menyerahkan
sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada pramuwisma. Peranan pramuwisma
sebagai pembantu rumah tangga seyogianya hanyalah sebagai pembantu pula
dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Sedangkan yang
tetap berperan dan menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah
dan ibu.
Dari peranan anggota keluarga di atas jika dilihat dari segi bentuk
pendidikan yang diwujudkan dalam pergaulan yang bersifat pedagogis dengan
anak-anaknya, maka pola tindakan itu dapat dikategorikan kepada :
1. Pola tindakan yang bersifat otoriter
2. Pola tindakan yang bersifat demokratis
3. Pola tindakan dengan memberikan kebebasan pada anak
(laisses fair).
Pola tindakan yang bersifat otoriter berati orang tua/ keluarga menentukan
segala sesuatu tentang anak. Mereka menuntut kepatuhan dan ketaatan dari anak-
anaknya terhadap segala sesuatu yang diinginkannya. Mereka dengan kekerasan
mengarahkan dan menuntut sesuatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh anak
mereka. Anak-anak dalam perbuatannya, patuh dan takut. Wibawa orang tua
bukan datang datang dengan wajar, tetapi sesuatu yang dipaksakan.
Reaksi anak-anak dalam keluarga dalam keluarga terhadap pendidikan
yang bersifat otoriter dari orang tuanya sangat dipengaruhi oleh keadaan anak itu
sendiri. Bentuk reaksi itu adalah :
1. Menurut secara pasif
2. Perlawanan secara pasif
3. Perlawanan secara aktif
Menurut secara pasif berarti anak-anak dalam proses pendidikan pada
keluarga, betul-betul menerima apa yang dikehendaki oleh orang tua terhadap
dirinya. Anak-anak secara sadar menyarah akan semua bentuk dan tindakan yang
diinginkan oleh orang tua atas dirinya. Umpamanya : jangan main bola dengan
anak tetangga, karena dia adalah orang kaya. Anak-anak menerima kenyataan itu,
8
walaupun sebelumnya dia sudah main bola dan bersahabat karib dan tidak pernah
melarang anak lain ikut bermain bersamanya.
Perlawanan secara pasif, hanya kelihatan sekali-sekali, dalam bentuk yang
tidak ekstrim. Pada hakikinya anak-anak menerima dan patuh pada orang tuanya
selagi mereka massih berpapasan, tetapi da dalam hatinya selalu ada suatu rasa
tidak enak dan kecewa/frustasi, atau menantang, sedangkan perlawanan secara
aktif adalah anak terang-terangan menantang pendapat orang tuanya. Mereka
menantang, melawan atau bersikap kurang sopan, keras kepala, dan tidak mau
menurut perintah.
Pola tindakan yang bersifat demokratis berarti bahwa unsur demokrasi
antara anak dan orang tua dalam keluarga sangat dijunjung tinggi. Unsur tersebut
mencakup :
1. Rasa hormat sesama pribadi dan hakekat manusia. Ini berarti setiap pribadi
diakui harkat dan martabatnya sebagai manusia, dengan segala persamaan
dan perbedaannya. Disamping itu tidak memandang jenis kelamin, bangsa
atau warna kulit maupun keturunan. Anak dengan segala keterbatasan dan
kelebihannya harus dilibatkan dan diikutsertakan dalam proses pendidikan.
Mereka juga ikut berpartisipasi dan menetukan dalam pendidikannya.
2. Keyakinan bahwa semua inndividu mempunyai kemampuan untuk berikir
kritis. Dalam hal ini orang tua menghargai kemampuan anaknya dalam
menentukan pendapat. Penghargaan tersebut akan mendorong anak untuk
terus berpartisipasi, dan memberikan argumentasi tentang sesuatu baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini akan memungkinkan
pendidikan anak sesuai dengan keadaan anak dan tuntutan lingkungannya.
3. Kerelaan berbakti untuk kesejahteraan bersama
Kebebasan individu dalam masyarakat demokratis dibatasi oleh
kepentingan orang lain. Orang lain juga berpikir demikian. Dengan dasar
kerelaan berbakti untuk kepentingan bersama akan terbinalah sifat-sifat
saling hormat-menghormati, harga-menghargai serta mau bekerja sama di
antara keluarga dan masyarakat.
9
Pendidikan dalam lingkunan keluarga yang bersifat demokratis atau
demokratis akan selau membukakan warna baru dalam perkembangan anak untuk
masa datang. Keadaan dan kemampuan anak ikut menentukan jenis dan macam
pendidikan yang diperlukannya. Di samping itu lingkungan keluarga dalam hal ini
adlah orang tua dapat membicarakannya bersama-sama, dalam situasii kasih
sayang dan penuh keakraban.
Pola tindakan dengan memberikan kebebasan pada anak, adalah bentuk
pendidikan dalam keluarga sebagai lawan dari otoriter. Bentuk pendidikan ini
sangat banyak memberikan kebebasan pada anak. Ia akan berkembang menurut
kemampuannya sendiri, dengan cara sendiri. Orang tua dalam hal ini
menyerahkan secara keseluruhan pada pribadi anak, dan tidak memberikan
bimbingan yang tegas tentang arah pendidikan anak-anaknya.
a. 4. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap pendidikan anak-anak
Dari kecil anak dipelihara dan dibesarkan dalam keluarga. Segala sesuatu
yang ada dalam keluarga, baik berupa benda-benda dan orang-orang serta
peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh
dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Bagaimana cara mendidik yang
berlaku dalam keluarga itu, demikian lah cara anak itu mereaksi terhadap
lingkungannya.
Jika di dalam lingkungan keluarga, misalnya anak itu sering ditertawakan
dan diejek jika tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan
selalu berhati-hati, tidak akan mencoba melakukan yang baru atau yang sukar. Ia
akan menjadi orang yang akan selalu diliputi oleh keragu-raguan.
Jika dalam lingkungan keluarganya ia selalu dianggap dan dikatakan
bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu,
kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang yang merasa kecil, tidak berdaya,
tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Ia akan berkembang menjadi orang yang
bersifat mas bodoh, tidak atau kurang mempunyai perasaan harga diri.
Sebaliknya jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau
lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih
10
sayang kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak yang tenang dan mudah
menyesuaikan diri terhadap orang tua dan anggota-anggota keluarga lainnya, serta
terhadap teman-temannya. Wataknya akan berkembang dengan tidak mengalami
kesulitan-kesulitan yang besar.
Dalam kenyataan masih banyak kita dapati kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh anggota keluarga dalam mendidik anak-anaknya. Akibat umum
yang timbul karena kesalahan-kesalahan pendidikan dalam lingkungan keluarga
dapat kita sebut mempertebal perasaan harga diri kurang pada anak-anak.
Mengingat buruknya akibat tersebut, maka perlu diberikan beberapa
petunjuk untuk memberantas atau mengurangi perasaan harga diri kurang.
a. Jangan sering melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak
berdiri sendiri.
b. Jangan memalukan atau mengejek anak-anak dimuka orang lain.
c. Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih.
d. Jangan memanjakan anak.
a. 5. Petunjuk-petunjuk penting bagi pendidikan dalam lingkungan
keluarga
Untuk mendapat hasil yang lebi baik dari pendidikan anak-anak dalam
lingkungan keluarga, selain petunjuk-petunjuk yang telah diuraikan diatas, perlu
pula diberikan petunjuk tentang aturan pendidikan dalam lingkungan keluarga
yang berdasarkan ilmu pendidikan.
Adapun beberapa petunjuk yang penting dan perlu diperhatikan oleh para
pendidik ialah
a. Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga
Hal ini terutama bergantung pada bapak dan ibu sebagai pengatur rumah
tangga. Dasar dari pendidikan keluarga ialah perasaan cinta-mencintai. Kita
hendaknya selalu berusaha agar di dalam lingkungan keluarga selalu terdapat
tolong-menolong, kasih sayang antar anggota-anggota keluarga, dan harus diliputi
suasana kegembiraan dan ketentraman.
11
Perlu diingat disini bahwa kesenangan dan ketentraman keluarga itu tidak
hanya bergantung pada banyak sedikitnya harta bendayang dimiliki oleh keluarga
itu. Di dalam suatu keluarga yang baik akan selalu terdapat kejujuran, kesetiaan,
keteguhan hati, kesabaran, kerajinan, kerapian dan kebersihan diantara anggota-
anggota keluarganya.
b. Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan
tugas kewajiban masing-masing.
Hal ini terutama menurut kedudukan dan umurnya masing-masing. Tidak
mungkin seorang anak kecil akan sama hak maupun kewajibannya dengan anak
yang sudah besar. Orang tua harus berusaha agar anaknya sedikit demi sedikit
tahu akan kewaibannya sebagai anggota keluarga. Oleh karena itu anak-anak perlu
dibiasakan melakukan pekerjaan seperti menggunakan pakaian sendiri, mandi,
makan, tidur pada waktunya, mengasuh adik, membantu ibu dan ayah, pekerjaan
membereskan dan mengatur kebersihan rumah tangga.
Jika tiap-tiap anggota keluarga sudah tau dan menjalankan tugas dan
kewajibannya masing-masing menurut aturan yang berlaku dalam keluarga itu,
akan terwujud kesenangan serta ketentraman dalam keluarga itu.
c. Orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah
mengetahui tabiat dan watak anak-anak.
Hal ini mudah diusahakan karena orang tualah yang setiap hari bergaul
dan bermain dengan anak-anaknya. Dari pergaulan dan dari ikut serta bermain
dengan anak-anak, orang tua akan mengetahui bagaimana sifat-sifat dan tabiat
anak-anaknya masing-masing. Seorang pendidik akan dapat lebih berhasil
usahanya jika ia dapat mengetahui siapa dia.
Lagi pula, adanya pengetahuan orang tua tentang watak anak-anaknya dan
adanya saling mengetahui tabiatnya masing-masing akan dapat menghindarkan
perselisihan dan mendatangkan kerukunan dalam rumah tangga.
12
d. Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-
anak.
Orang tua tidak boleh sering mengejek anak-anaknya. Pujilah mereka,
anjurkan kepada mereka bahwa apa yang dapat dikerjakan orang lain, diapun
dapat mngerjakannya. Janganlah selalu melarang atau menegur jika memang itu
tidak perlu. Lebih bijaksana jika larangan-larangan itu diganti dengan suruhan.
Sebagai contoh, jangan mengatakan: “jangan bermain-main dengan pisau, nanti
teriris jarimu!”, lebih baik jika kita katakana: “tolonglah nak, simpan pisau itu
diatas meja, tentu kamu pandai menyimpannya, bukan?.
Demikian pula jangan menggunakan hukuman itu sebagai alat pendidikan
satu-satunya. Anak-anak yang sering dapat hukuman akhirnya akan kebal
terhadap hukuman itu, dan tidak akan menjadi anak yang patuh, bahkan
sebaliknya.
e. Biarkan anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan
keluarga.
Masih ada beberapa orang tua yang khawatir anak-anaknya akan mendapat
pengaruh buruk dari teman-temannya. Ini sunnguh keliru. Anak-anak adalah calon
manusia dewasa yang akan hidup dalam masyarakat yang bermacam-macam
corak ragamnya. Pergaulan dengan teman sebaya penting sekali bagi pertumbuhan
jiwa anak-anak, terutama pertumbuhan perasaan sosialnya dan pertumbuhan
wataknya.
Beberapa hal yang perlu menjadi fokus pendidikan anak dalam keluarga
menurut Nurdini (2012) :
1. Pendidikan Aqidah, pendidikan akidah ini merupakan pondasi
terbangunnya anak menjadi individu yang taat kepada Allah sebagai
Tuhannya. Pendidikan aqidah mencakup pengenalan anak terhadap
Allah sebagai satu-satunya Rabb yang diimani dan Rasulullah sebagai
teladan hidup yang utama.
13
2. Pendidikan Akhlak dan Adab, pendidikan akhlak dan adab ini
merupakan bekal dalam menghadapi pergaulan dan interaksi anak
dengan lingkungan. Beberapa poin penting pendidikan ini adalah cara
menjaga pergaulan dan berpakaian, untuk wanita diberikan dorongan
sejak dini untuk mengenakan jilbab sesuai syariah, kemudian
kebiasaan untuk menjaga lisan dari mulai berkata jujur hingga berkata
sopan. Hal yang penting lainnya adalah membiasakan anak untuk
menggunakan tangan kanan untuk makan dan memberi, serta menjaga
kebersihan.
3. Pendidikan Ibadah, hal ini adalah bentuk penyempurnaan ketaatan kita
kepada Allah. Mulai dari mengajari sholat, membaca al-Qur'an, dan
berdo'a hanya kepada Allah.
4. Pendidikan Skill, sebagai modal dasar kemampuan dan kecakapan
hidup. Hal ini termasuk di dalamnya mengajari membaca, menulis,
berhitung, bahasa, dan IT. Hal ini perlu dipandu dan disampaikan
rambu-rambu mengingat kemajuan yang sedemikian cepat sehingga
mereka tidak terhimpit dan terbuai oleh perkembangan yang ada.
b. Sekolah
Setelah anak masuk sekolah, lingkungan pendidikannya bertambah
disamping yang ada pada keluarga. Pendidikan di rumah tidak mencukupi bagi
syarat-syarat hidup, terutama bagi masyarakat yang telah maju. Sikun Pribadi
mengemukakan: “kita tidak dapat menggambarkan suatu masyarakat tanpa
sekolah” (1982: 72). Sekolah menerima tanggung jawab pendidikan berdasarkan
kepercayaan keluarga. Adapun tanggung jawab sekolah meliputi:
1. Ketentuan-ketentuan yang bersiat formal sesuai dengan undang-
undang pendidikan yang berlaku.
2. Ruang lingkup keilmuan berdasarkan tingkat pendidikan yang
dipercayakan oleh masyarakat dan negara.
14
3. Tingkat fungsional dan profesional pengelola dan pelaksana
pendidikan. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan dari orang
tua/ masyarakat kepada sekolah dan para guru.
Dalam lingkungan pendidikan sekolah, anak dipersiapkan untuk
memecahan berbagai masalah hidup, seperti mengurus kesehatannya, mencari
pekerjaan, bergaul dengan orang lain yang bukan anggota keluarga, mengurus
barang-barang yang menjadi miliknya, mempertahankan diri dari berbagai
ancaman, dan mengenal dirinya sendiri. Beberapa contoh persiapan tersebut
ditujukan kepada perkembangan seluruh kepribadiannya, terutama perbuatan etis
sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab (Sikun Pribadi, 1981: 73).
Keberadaan lingkungan sekolah sangat berperan dalam pendidikan karena
adanya beberapa faktor Zain (2012) yaitu:
1. Kenyamanan proses pendidikan di sekolah sangat bergantung terhadap
ketersediaan fasilitas proses pembelajaran.
2. Berlakunya peraturan di lingkungan sekolah sangat menentukan
ketaatan peserta didik dalam mematuhi aturan yang menghantarkan
peserta didik tersebut sebagai generasi yang taat aturan dan generasi
mulia untuk bekal bermasyarakat maupun berkeluarga.
3. Ketentraman, kenyamanan, ketenangan dan kecocokan lingkungan
sekolah sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.
4. Berlangsungnya proses komunikatif antar unsur pendidikan yakni
pendidik dan peserta didik serta sarana pendukung lainnya sehingga
tercipta komunikasi yang mampu membangun hubungan harmonis
sebagai wujud suasana dan lingkungan pendidikan yang ideal.
Selain memberikan pelajaran secara akademik, sekolah juga mempunyai
tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam seperti
melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan seperti
bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya mendayagunakan
sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
15
c. Masyarakat
Disamping kedua lingkungan pendidikan yang telah disebutkan diatas ,
ada lagi yang lebih luas yaitu masyarakat. Ciri-ciri khusus pada setiap masyarakat
antara lain dapat tercermin dalam:
1. Nilai sosial dan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
2. Pandangan hidup atau falsafah masyarakat yang bersangkutan
khususnya cita-cita dan tanggung jawabnya dalam bidang pendidikan.
3. Pengaruh atau keadaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala
bidang kehidupan masyarakat yang bersangkutan (Tim Pengembangan
MKDK IKIP Semarang, 1989: 273).
Manusia secara individual maupun dalam bentuk kelompok masyarakat
selalu ingin menularkan nilai-nilai moral pada generasi muda. Pendidikan mereka
tidak jauh dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dewasa. Misalnya dalam
pengelolaan rumah tangga, pembuatan banguan, dan lain-lain. Disamping itu
pendidikan tidak hanya menularkan nilai sosio budaya yang telah ada, tetapi juga
dibina untuk dapat mengikuti perkembangan masyarakat dalam hubungannya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang berpengaruh
besar terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita
bangsa, dan perkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat
tersebut. Pemerintah yang merupakan perwujudan masyarakat, bangsa, dan negara
perlu meningkatkan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang lebih maju
terhadap program pemerintah di lingkungan yang bersangkutan. Fungsi sekolah
agar dapat dikenal oleh masyarakat sehingga mereka merasa ikut memilikinya.
c. 1. Peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah
satu unsur pelaksana asas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang diberikan
di lingkungan keluarga dan sekolah sangat terbatas, di masyarakatlah orang akan
meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan
16
yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan
dapat berkembang dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum
jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi
pergaulan yang terjadi di dalam masayarakat. Waktu pergaulan terbatas,
hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan
isinya sangat kompleks dan beraneka ragam. Meskipun demikian, masyarakat
mempunyai peran yang besar dalam pendidikan nasional. Peran masyarakat itu
antara lain; menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan
nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan nonpemerintah (swasta), membantu
pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasana, menyediakan lapangan kerja,
membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Peran masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur-jalur;
1. Perguruan swasta;
2. Dunia usaha;
3. Kelompok profesi; dan
4. Lembaga swasta nasional lainnya.
1. Peranan perguruan swasta
Perguruan swasta mempunyai tanggung jawab dan peranan yang penting
dalam usaha ikut serta melaksanakan pendidikan nasional. Karena itu
pertumbuhan dan kemampuannya perlu dikembangkan berdasarkan pola
pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri khas perguruan
yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perguruan swasta yaitu usaha-usaha
dari masyarakat yang secara langsung mengelola dan menyelenggarakan
pendidikan formal.
Perguruan swasta dapat menyelenggarakan semua jenis dan jenjang
pendiidikan, kecuali pendidikan kedinasan di lingkungan swasta berkewajiban
melaksanakan ketentuan-ketentuan pokok pendidikan nasional seperti peraturan
perundang0undangan, standarisasi dan akreditasi. Karena itu perguruan swasta
17
perlu dan harus dikelola oleh suatu lembaga yang berbentuk badan hukum,
sehingga hak dan kewajibannya, kelangsungan pertumbuhannya mempunyai
dukungan yang mantap.
2. Peranan Dunia Usaha
Sebagai bagian dari masyarakat, dunia usaha mempunyai kaitan yang erat
dengan unsur-unsur kehidupan masyarakat lainnya, termasuk di sini adalah
pendidikan. Hubungan dunia usaha dengan pendidikan dapat dilihat dari dua segi,
yaitu:
a. Dunia uaha sebagai konsumen pendidikan, dalam arti dunia usaha
memanfaatkan dan mengambil dari hasil pendidikan yang berupa lulusan; dan
b. Dunia usaha sebagai pengembang dan pelaksana dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan.
Peranan dunia usaha dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti misalnya:
a. Melaksanakan sistem magang;
b. Membentuk konsorsium pengadaan dana yang dapat dimanfaatkan untuk
usaha-usaha pendidikan;
c. Menyediakan fasilitas untuk kepentingan pendidikan dan latihan;
d. Mengadakan latihan prajabatan dan penataran;
e. Mengadakan program pendidikan kemasyarakatan seperti wajib program
pendidikan minimum untuk karyawannya; dan
f. Mengadakan kerja sama dengan sekolah-sekolah kejuruan dan lembaga
pendidikan lainnya.
Peranan dan partisipasi dunia usaha di dalam penyelenggaraan sistem
pendidilan nasional perlu diatur dan dikelola dengan peraturan perundang-
undangan oleh pemerintah agar peran sertanya lebih efektif dan efisien.
18
3. Peranan Kelompok Profesi
Keterampilan dan keahlian sangat diperlukan sehingga dengan sendirinya
kelompok profesi menjadi sangat penting dan menetukan. Kita sadari bahwa
pembinaan keterampilan dan keahlian ini adalah merupakan bidang gerap dalam
proses pendidikan. Karena itu peranan kelompok profesi menjadi penting pula
dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Peranan kelompok profesi dalam sistem pendidikan nasional antara lain
adalah:
a. Merencanakan dan menyelenggarakan latihan keteerampilan dan keahlian;
b. Menjamin dan menguji kualitas keterampilan dan keahlian tersebut; dan
c. Menyediakan tenaga-tenaga pendidikan untuk berbagai jenis pendidikan,
terutama pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan khusus.
4. Peranan Lembaga Swasta Lainnya
Kecuali peranan perguruan swasta, dunia usaha dan kelompok profesi, di
dalam masyarakat berkembang pula lembaga-lembaga swasta nasional yang
mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan,
keagamaan, penelitian, keterampilan dan keahlian.
Peranan lembaga swasta nasional itu terutama diharapkan dalam rangka
pelaksanaan pendidikan kemasyarakatan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan
yang mempunyai efek sosial.
Ketiga jenis lingkungan pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan
masyarakat, oleh Ki Hadjar Dewantara dinamakan Tripusat pendidikan. Dalam
pembagian tanggung jawab tampak bahwa masing-masing lingkungan pendidikan
tidak berdiri sendiri, melainkan ada keterkaitan atau hubungan timbal balik.
Dalam beberapa hal dapat pula terjalin kerja sama.
Berikut ini akan dibicarakan mengenai pengaruh timbal balik antara ketiga
lingkungan pendidikan terhadap perkembangan peserta didik. Pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga. Sekolah hanya membantu
kelanjutan pendidikan yang didapat anak dari rumah. Pengaruh timbal balik antara
19
lingkungan pendidikan keluarga dan sekolah terhadap peserta didik terwujud
antara lain dengan:
1. Kepercayaan orang tua kepada sekolah yang menggantikan tugasnya
selama anak di sekolah.
2. Orang tua memperhatikan sekolah anaknya dan menghargai
kemajuannya.
Apabila anak lengah atau lalai maka orang tua harus dapat mengendalikan
agar anak kembali ke jalan yang benar. Zahara Idris menemukan bahwa pekerjaan
guru di sekolah akan lebih efektif apabila ia mengetahui latar belakang dan
pengalaman anak didik di rumah tangganya. Dengan adanya kerja sama ini akan
banyak kelemahan dan kekurangan anak yang dapat diatasi (1984: 120). Maka
pada anak didik peru disadarkan bahwa sekolahnya selalu memperhatikan dan
mengawasinya.
Pengaruh timbal balik antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut
terhadap perkembangan peserta didik dapat terwujud seperti berikut:
1. Masyarakat ikut mendorong dan membiayai sekolah, maka masyarakat
menuntut sekolah supaya berperan seperti berikut:
a. Konservatif, yaitu untuk meneruskan kebudayaan yang telah terseleksi
kepada generasi muda, agar mereka mempertahankan, memelihara, dan
menjamin kelangsungan hidup masyarakat.
b. Evaluative/ selektif.\
c. Inovatif
Disamping berperran konservatif, sekolah juga harus evaluative artinya
anak didik tidak menerima begitu saja kebudayaan lama, hendaknya mereka diberi
kesempatan menilai secara kritis, baik terhadap kebudayaan lama maupun
kebudayaan baru yang berasal dari negara maju. Sekolah juga harus inovatif
artinya harus mau mengadakan pembaharuan, terutama oleh guru sendiri dalam
mengajar.
2. Kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan nyata dari masyarakat atau
didasarkan pada proses-proses dan problem kehidupan dalam masyarakat.
Sikap dan nilai serta keterampilan yang perlu diberikan yakni:
20
a. Yang berguna dan berarti bagi kehidupan anak didik sebagai individu
dan anggota masyarakat.
b. Yang membimbing untuk dapat mencari nafkah sehingga sanggup
berdiri sendiri.
c. Menumbuhkan sikap untuk belajar dari kehidupan lingkungannya dan
bekerja untuk masyarakatnya.
3. Adanya kebutuhan belajar yang minimal
Sikap-sikap positif terhadap kerja sama dan sikap membantu antar
manusia harus tercermin secara konkret di dalam kehidupan sehari-hari yaitu
dalam keluarga, sekolah, masyarakat, tempat bekerja atau dengan kata lain pada
ketiga jenis lingkungan pendidikan tersebut. Dikutip dari Zahara Idris, 1987: 108).
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam diri manusia terdapat potensi atau kemampuan yang mula-mula
masih tersembunyi, dan baru dapat muncul apabila dibantu oleh lingkungan
pendidikan. Ada beberpa pendapat menurut para ahli tentang lingkungan
pendidikan menurut langeveld (1952) mengemukakan lingkungan pendidikan
meliputi lingkungan keluarga, sekolah, gereja.Sedangkan Ki Hajar Dewantara
berpendapat berlangsung pada tiga kegiatan yakni lingkungan keluarga,
lingkungan perguruan, lingkungan masyarakat. Fungsi lingkungan pendidikan
sendiri diposisikan sebagai pelindung, pembantu atau penolong, penuntun, dan
pendorong bagi peserta didik, agar potensi yang ada pada dirinya dapat tumbuh
dan berkembang secara baik dan benar. Semua tentang lingkungan pendidikan
juga harus didasari dengan agama sehingga pembentukan dan penguatan diri lebih
baik serta pembentukan karakter yang di inginkan tercapai.
B. Saran
Dalam lingkungan pendidikan yang menjadi dasar kita yakni lingkungan
keluarga, dan menyebut bahwa “the Child’s snse of value and morality begins to
take shape in the months just before seconde birthday”(kesadaran anak terhadap
nilai dan moral mulai tampak sejak sebelum ulang tahun yang kedua) Maka makin
jelaslah bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama-tama
memberikan pengaruh bayi atau peserta didik dan hal ini harus benar – benar
diperhatikan. Selain itu lingkungan pendidikan lain seperti sekolah dan
masyarakat juga akan mempengaruhi nilai – nilai dalam diri anak maka dari itu
pengutan diri harus dilakukan dari dasar serta aspek rohani harus di cukupi .
22
DAFTAR PUSTAKA
Kunaryo Hadikusumo. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang
Press
Purwanto, Ngalim. 2002. Ilmu pendidikan teoretis dan praktis. Bandung: pt
remaja rosdakarya.
Ihsan, fuad. 2010. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Safitri, Unik Mahanani. 2011. Tripusat Pendidikan. Tersedia di
http://edukasi.kompasiana.com.
Diunduh pada tanggal 27 Maret 2014
Nurdini, Tri. 2012. Pendidikan Anak dalam Keluarga. Tersedia di
http://artikelpendidikanlengkap.blogspot.com/2012/10/artikel-pendidikan-
pendidikan-anak.html.
Diunduh pada tanggal 27 Maret 2014
Elhasany, Zain. 2012. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat dalam Pendidikan. Tersedia di
http://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2012/12/pengaruh-timbal-balik-dalam-
pendidikan.html
Diunduh pada tanggal 27 Maret 2014
Pendidikan dan Masyarakat. Tersedia di
http://pakguruonline.pendidikan.net/
buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_152.html#top
23
Ferlazzo, Larry. 2011. Educational leadership. Tersedia di
http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/may11/vol68/num08/
Involvement-or-Engagement%C2%A2.aspx
Diunduh pada tanggal 27 Maret 2014
Howley, Aimee and Stan Maynard. Parent and Community Involvement in Rural Schools.
Tersedia di
http://www.education.com/reference/article/Ref_Parent_Community/
diunduh pada tanggal 27 Maret 2014
24
Recommended