View
221
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
ANALISIS TIEFEKTIV
ANGGARAK
SEBAGAI UKEUANGA
K
STIE
INGKAT EKONOMIS, EFISIEVITAS PELAKSANAAN REALAN BLUD PUSKESMAS SUKOKABUPATEN WONOSOBOUPAYA MENINGKATKAN KI
AN BLUD PUSKESMAS SUKOKABUPATEN WONOSOBO
TESIS
Diajukan oleh
MUKHAMAD FAHRUDIN
151302820
KepadaMAGISTER MANAJEMEN
WIDYA WIWAHA YOGYAKART2017
ENSI DANLISASI
HARJO
INERJAHARJO
TA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ANALISIS TIEFEKTIV
ANGGARAK
SEBAGAI UKEUANGA
K
STIE
INGKAT EKONOMIS, EFISIEVITAS PELAKSANAAN REALAN BLUD PUSKESMAS SUKOKABUPATEN WONOSOBOUPAYA MENINGKATKAN KI
AN BLUD PUSKESMAS SUKOKABUPATEN WONOSOBO
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratanMemperoleh derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan oleh
MUKHAMAD FAHRUDIN
151302820
KepadaMAGISTER MANAJEMEN
WIDYA WIWAHA YOGYAKART2017
ENSI DANLISASI
HARJO
INERJAHARJO
TA
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MUKHAMAD FAHRUDIN
NIM : 151302820
Program Studi : Manajemen Keuangan Daerah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis kami yang berjudul:
ANALISIS TINGKAT EKONOMIS, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS
PELAKSANAAN REALISASI ANGGARAN
BLUD PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA KEUANGAN
BLUD PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya dan bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau
pikiran saya, kecuali bagian-bagian yang dirujuk dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Yogyakarta, Oktober 2017
Yang Menyatakan
MUKHAMAD FAHRUDINNIM. 151302820
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
TESIS
ANALISIS TINGKAT EKONOMIS, EFISIENSI DAN EFEKTIVITASPELAKSANAAN REALISASI ANGGARAN
BLUD PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBOSEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA KEUANGAN
BLUD PUSKESMAS SUKOHARJO KABUPATEN WONOSOBO
Diajukan oleh:
MUKHAMAD FAHRUDINNIM: 151302820
Tesis ini telah di pertahankan dihadapan Dewan Penguji
Pada Tanggal :14 Oktober 2017
Dosen Penguji 1
Dra. Sulastiningsih, M.Si
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Halim, MBA. Ak
Dosen Penguji II/Pembimbing
Drs. Muda Setia Hamid, MM, Ak
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar magister
Yogyakarta, 17 Oktober 2017
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMENSTIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
Drs. John Suprihanto, MIM, Ph.D
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya serta kekuatan lahir dan batin sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Analisis Tingkat
Ekonomis, Efisiensi dan Efektivitas Pelaksanaan Realisasi Anggaran BLUD
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.
Dalam penyusunan tesis penulis tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis
ini, yaitu kepada:
1. Ketua STIE dan Direktur Program Magister Manajemen Widya Wiwaha
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada program pasca
sarjana magister manajemen
2. Drs. Muda Setia Hamid, MM. Ak selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pembimbingan, pengarahan dan motivasinya dalam
penyelesaian tesis ini.
3. drg. Rina Sesotyawaty S. MPH selaku Direktur BLUD Puskesmas
Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian serta berbagai fasilitas
kepada penulis selama menyelesaikan penelitian ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
kesempurnaan tesis ini. Akhirnya, meskipun belum sempurna, penulis berharap
agar tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya
bagi penulis pribadi.
Yogyakarta, Oktober 2017
Penulis
Mukhamad Fahrudin151302820
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
ABSTRACT
This study aims to determine (1) budget realization in BLUD PuskesmasSukoharjo has been implemented economically (2) budget realization in BLUDPuskesmas Sukoharjo has been implemented efficiently (3) budget realization inBLUD Puskesmas Sukoharjo has been implemented effectively.
Location of study in this research is at BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo which is located at Jalan Banjarsari Sukoharjo VillageSukoharjo Sub-district Wonosobo Regency 56363. Method of collecting datausing documentation. While the method of data analysis used is descriptivequantitative analysis method. Performance measurement using value for moneyanalysis.
The results of the research can be concluded as follows: (1) Budget realizationin BLUD Puskesmas Sukoharjo is less economical indicated by economic ratiocalculation result, for example in 2015 economic ratio of employee expense97,5%, goods and service expenditure 92,5 %, capital expenditure of 95.2%. In2016, the ratio of employee expenditure was 99.8%, goods and servicesexpenditure was 91.1%, capital expenditure was 87.4%. (2) The budgetrealization in BLUD Puskesmas Sukoharjo is less efficient as shown by efficiencyratio calculation, among others, in 2015 89.1% and in 2016 96.2%. (3) Thebudget realization in BLUD Puskesmas Sukoharjo is very effective which is shownby the calculation of effectiveness ratio in 2015 of 104.8% and in 2016 is 107.1%.However, when viewed per service, there is still a less effective effective andineffective effectiveness ratio, in 2015 general public services of 67.1%, hirthservice at 65.3%, and ANC BPJS service 12.3%. By 2016, bridal examinationservice is 84,4%, general delivery service is 85,6%, service of ANC BPJS is50,8%.
The financial performance of BLUD Puskesmas Sukoharjo is poor. Thecalculation results show 2 (two) of 3 (three) ratio shows poor result. The ratio isthe ratio of economics and the ratio of efficiency, while the ratio that shows goodresults is the ratio of effectiveness. Suggestions that can be given based on theseconcluses are BLUD Puskesmas Sukoharjo should be able to save the expensesincurred so that the performance in terms of economical can be improved. BLUDPuskesmas Sukoharjo is expected to produce certain outputs with certain inputsso that their efficiency can be improved. BLUD Puskesmas Sukoharjo is expectedto produce output in accordance with the target so that its effectiveness can beimproved.
Keywords: Value for Money, Financial Performance
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur karya ini akan ku persembahkan untuk:
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa moril dan materiil
2. Istri dan anakku yang menjadi motivasi dalam hidup
3. Sahabat-sahabatku serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung telah membatu penyelesaian tesis ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................
A. Latar Belakang ...................................................................
B. Rumusan masalah ...............................................................
C. Pertanyaan penelitian .........................................................
D. Tujuan penelitian ................................................................
E. Manfaat Penelitian ..............................................................
1
1
6
7
7
8
BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................
A. Anggaran ............................................................................
1. Pengertian Anggaran Publik .........................................
2. Tujuan dan Karakteristik Anggaran sektor Publik .......
3. Fungsi Anggaran Sektor Publik ...................................
4. Jenis-jenis Anggaran sektor Publik ..............................
5. Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik ......................
6. Good Governance ........................................................
B. Kinerja ................................................................................
1. Konsep Kinerja ............................................................
2. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja .............................
3. Aspek-aspek Pengukuran Kinerja Sektor Publik .........
9
9
9
11
12
14
14
15
20
20
22
22
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
4. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor .........
Publik
C. Value For Money ...............................................................
1. Konsep Value for Money ..............................................
2. Elemen-elemen Value for Money .................................
3. Indikator Kinerja dalam Value for Money ...................
4. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money ..........
D. Penelitian yang Relevan .....................................................
E. Kerangka Konseptual .........................................................
24
27
27
28
34
35
37
41
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................
A. Rancangan/Disain Penelitian ..............................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................
C. Objek Penelitian .................................................................
D. Metode Pengumpulan Data ................................................
E. Metode Analisis Data .........................................................
42
42
42
43
43
43
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..........................
A. Hasil Penelitian ..................................................................
1. Gambaran umum Penelitian .........................................
B. Pembahasan ........................................................................
1. Hasil Penelitian ............................................................
2. Pembahasan ..................................................................
46
46
46
55
55
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
A. Kesimpulan .........................................................................
B. Saran ...................................................................................
67
67
68
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
71
73
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk menurut Desa di Kecamatan Sukoharjo
Tahun 2016 ............................................................................... 49
Tabel 4.2 Daftar Ketenagaan BLUD Puskesmas Sukoharjo ....................
Tabel 4.3 Rasio Ekonomi BLUD Puskesmas Suoharjo
Kabupaten Wonosobo Tahun 2015 dan 2016 .........................
Tabel 4.4 Perbandingan Rasio Ekonomi Anggaran 2015-2016 ...............
Tabel 4.5 Rasio Efisiensi BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo tahun 2015 dan Tahun 2016 ................
Tabel 4.6 Rasio Efektivitas BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo Tahun 2015 ..........................................
Tabel 4.7 Rasio Efektivitas BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 ..........................................
52
56
56
57
59
60
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Value For Money Chain ...........................................................
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ...............................................................
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo ..............................................................
29
41
47
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Wikipedia Indonesia (2016: 1) Organisasi merupakan suatu
kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Globalisasi
memunculkan tantangan dan persaingan yang semakin ketat pada setiap
organisasi, baik itu organisasi swasta dan organisasi sektor publik. Organisasi
sektor publik juga dituntut untuk mampu bersaing dengan pihak swasta.
Organisasi sektor swasta memiliki tujuan untuk memaksimumkan laba,
sedangkan organisasi sektor publik memiliki tujuan untuk menyediakan
pelayanan publik. Setiap organisasi harus memiliki rencana-rencana yang
nantinya dijadikan pedoman untuk mencapai tujuannya. Rencana yang
disusun untuk mencapai tujuan dari masing-masing organisasi tersebut
dituangkan dalam rencana kerja yang disebut dengan anggaran.
Badan layanan umum daerah atau disingkat BLUD adalah satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) atau unit kerja pada satuan kerja perangkat daerah
di lingkungan pemerintah daerah di Indonesia yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Berbeda
dengan SKPD pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-
praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
Praktik bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi
berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu dan berkesinambungan. Standar pelayanan minimum
merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang
diberikan oleh BLU kepada masyarakat.
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo merupakan pelaksana teknis
Dinas Kesehatan yang bertugas melaksanakan dan mengkoordinasikan
kesehatan di wilayah kerja puskesmas, sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Wonosobo Nomor - tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo. Sebagai upaya meningkatkan
efisiensi dan efektifitas serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat
sehingga masyarakat lebih maju dan sejahtera dan untuk mewujudkan good
goverment dan clean goverment, maka puskesmas berubah dari UPTD
menjadi unit pelayanan fungsional di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten
Wonosobo.
Pada tahun 2015, Puskesmas menerapkan PPK BLUD berdasarkan Surat
Keputusan Bupati Nomor 06 Tahun 2014 tentang Penetapan Puskesmas
sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Hal tersebut juga ditujukan
guna merespon kebijakan pemerintah pusat tentang Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN), bahwa sejak 1 Januari 2014 BPJS Kesehatan melaksanakan
Jaminan kesehatan Nasional (JKN). Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional
tersebut akan bertumpu kepada fasilitas kesehatan primer maupun sekunder.
Agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu, terjangkau dan profesional,
STIEW
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
maka Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo harus dikelola secara
professional. Prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi, optimalisasi, benefit,
dan cost harus menjadi indikator dalam pelaksanaannya. Agar dalam
pengelolaan Puskesmas dapat fleksibel dan responsif diperlukan suatu bentuk
tata kelola keuangan yang fleksibel pula dalam ini pemerintah telah
mengeluarkan peraturan pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang
penyelenggaraan Keuangan Badan Layanan Umum dan PERMENDAGRI
No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah.
Salah satu hal terpenting dalam menjalankan sebuah organisasi adalah
anggaran. Menurut Mahsun (2013: 145), Anggaran adalah perencanaan
keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu
satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran ini merupakan
perencanaan jangka pendek organisasi yang menerjemahkan berbagai
program ke dalam rencana keuangan tahunan yang lebih kongkret. Anggaran
pada BLUD Puskesmas Sukoharjo terdiri atas anggaran pendapatan BLUD
Puskesmas Sukoharjo dan Anggaran Belanja Langsung BLUD Puskesmas
Sukoharjo. Proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan
pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam hal ini, organisasi publik
harus menerapkan prinsip-prinsip diantaranya, akuntabilitas, transparansi dan
pertanggungjawaban publik agar menghasilkan pengelolaan keuangn yang
benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
setempat sehingga nantinya kinerja keuangan organisasi publik tersebut akan
melahirkan kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelakasaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi, (Mahsun,
2013: 25). Kinerja keuangan puskesmas dapat dicapai melalui aspek
ekonomis, efisiensi, dan efektifitas. Aspek ekonomis menekankan realisasi
pengeluaran lebih kecil dari anggarannya. Aspek efisiensi menenkankan
output yang dihasilkan lebih besar dari input, dan aspek efektivitas
menekankan realisasi pendapatan lebih besar dari anggarannya. Sebuah
kinerja pada sektor publik dapat dijelaskan sebagai suatu kajian tentang
kemampuan suatu organisasi publik dalam pencapaian tujuan. Tujuan yang
telah dicapai nantinya akan dinilai sebagai bahan penilaian kinerja. Penilaian
kinerja dapat dipakai untuk mengukur kegiatan-kegiatan organisasi dalam
pencapaian tujuan dan juga sebgai bahan perbaikan di masa depan. Kinerja
keuangan Puskesmas Sukoharjo merupakan salah satu bagian dari tanggung
jawab keuangan negara.
Kinerja pada BLUD Puskesmas Sukoharjo juga dapat dilihat dari
keakuntabilitasan dalam membuat laporan pertanggungjawaban. Salah satu
laporan pertanggungjawaban BLUD Puskesmas Sukoharjo kabupaten
Wonosobo yang bersifat finansial yaitu laporan keuangan masih kurang baik.
Hal tersebut karena perbedaan persepsi mengenai format pelaporan antara
puskesmas satu dengan yang lainnya. Hal ini berimbas pada hasil laporan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
keuangan yang tidak sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) maupun
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Selain permasalahan di atas, penilaian
kinerja oleh Badan Pengawas Keuangan terhadap PPK – BLUD Puskesmas di
Kabupaten Wonosobo belum menyeluruh. Metode penilaian yang dilakukan
menggunakan sampel. Penilaian kinerja keuangan tahun anggaran 2015 dan
tahun anggaran 2016 BLUD Puskesmas Kejajar Kabupaten Wonosobo yang
ditunjuk menjadi sampel penilaian kinerja keuangan oleh Badan Pengawas
Keuangan. Hal ini menyebabkan belum diukurnya kinerja keuangan BLUD
Puskesmas lain di Kabupaten Wonosobo begitu pula dengan BLUD
Puskesmas Sukoharjo. Dampak dari kebijakan tersebut membuat BLUD
Puskesmas Sukoharjo tidak melakukan pengukuran kinerja keuangan sehngga
menyebabkan pengelolaan anggaran belum sesuai yang seharusnya.
Tuntutan akan kualitas profesionalisme sektor publik dapat dinilai dengan
konsep value for money (nilai daripada uang) dalam menjalankan
aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi
sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. (Mardiasmo, 2009:4).
Value for money dalam konteks otonomi daerah merupakan jembatan
untuk menghantarkan pemerintah daerah mencapai good governance. Untuk
mendukung dilakukannya pengelolaan dana publik (publik money) yang
mendasarkan konsep value for money, maka diperlukan sistem pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah yang baik. Hal tersebut dapat tercapai
apabila pemerintah daerah memiliki sistem akuntansi yang baik. Menurut
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
Peraturan Badan Pemeriksa keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2017 tentang Standar Pemeriksaan keuangan Negara Pasal 1 ayat 6
menyebutkan tanggung jawab keuangan negara adalah kewajiban pemerintah
untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan,
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Memperhatikan makna
dari peraturan tersebut, konsep value for money merupakan salah satu elemen
penilaian kinerja keuangan karena dalam konsep value for money
diperhitungkan rasio ekonomi, rasio efisiensi dan rasio efektifitas yang
merupakan bagian dari peraturan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Lembaga Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) diterapkan pada
Puskesmas di Kabupaten Wonosobo mulai tahun 2015. Hal ini bertujuan
untuk tercapainya tata kelola good governance. Dalam kegiatannya, BLUD
harus menyusun anggaran baik pendapatan maupun belanja. Penilaian kinerja
BLUD ditekankan pada penilaian laporan pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan pada setiap bulan, triwulan dan semester. Permasalahan yang
ada adalah belum dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kinerja
keuangan BLUD Puskesmas di Kabupaten Wonosobo. Penilaian kinerja
keuangan BLUD Puskesmas pada tahun 2015 dan tahun 2016 dilaksanakan
dengan melakukan sampling dan BLUD Puskesmas Kejajar yang ditunjuk
menjadi sampel penilaian sedangkan BLUD Puskesmas Sukoharjo Belum
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
dilaksanakan penilaian kinerja keuangan sehingga kinerja keuangan BLUD
Puskesmas Sukoharjo belum Optimal.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas maka untuk mengetahui
kinerja keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo, dalam studi kasus ini, penulis
ingin melakukan analisis tingkat ekonomis, efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan realisasi anggaran BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo menggunakan pendekatan Value For Money sebagai upaya
peningkatan kinerja keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo telah
dilaksanakan secara ekonomis?
2. Apakah realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo telah
dilaksanakan secara efisien?
3. Apakah realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo telah
dilaksanakan secara efektif?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo
telah dilaksanakan secara ekonomis
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
2. Untuk mengetahui realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo
telah dilaksanakan secara efisien
3. Untuk mengetahui realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo
telah dilaksanakan secara efektif
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan
manfaat:
1. Manfaat teoritis dalam penelitian dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang keuangan
daerah serta mencoba menerapkan konsep value for money yang mana
hasilnya diharapkan dapat memberikan masukan tentang tata kelola
atau pengelolaan keuangan yang baik.
2. Temuan ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat secara
praktis yaitu memberikan manfaat dan masukan bagi individu di BLUD
Puskesmas Sukoharjo di masing-masing bagian mengenai pengelolaan
keuangan sehingga nantinya penelitian ini dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam menyusun Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja di BLUD Puskesmas Sukoharjo serta digunakan sebagai
dasar penyusunan strategi peningkatan kinerja keuangan BLUD
Puskesmas Sukoharjo.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
BAB IILANDASAN TEORI
A. Anggaran
1. Pengertian Anggaran Publik
Anggaran memiliki peran penting dalam organisasi sektor publik,
terutama organisasi pemerintahan. Terdapat beberapa definisi
anggaran, yaitu sebagai berikut:
a. Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan
yang pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan
dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran ini merupakan
perencanaan jangka pendek organisasi yang menerjemahkan
berbagai program ke dalam rencana keuangan tahunan dan
lebih kongkret. (Mahsun, 2013: 145).
b. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja
yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran
adalah proses metode untuk mempersiapkan suatu anggaran
(Mardiasmo, 2009: 61).
c. Anggaran pada hakekatnya dapat didefinisikan sebagai
bentuk laporan yang disusun secara sistemastis yang
berisikan tentang rencana-rencana kegiatan yang dinilai
dengan keuangan periode waktu tertentu di masa yang akan
datang. (Ngadirin, 2011: 1)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
d. Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam
bentuk finansial, meliputi usulan pengeluaran yang
diperkirakan untuk suatu periode waktu, serta usulan cara-
cara memenuhi pengeluaran tersebut. (Sugijanto dkk, 1995:
22)
e. Anggaran sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan
dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu
atau beberapa periode mendatang. (Bastian, 2006: 163)
f. Anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik
berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan dalam
ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu
tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk
pengendalian dan penilaian kinerja. (Halim, 2016: 48)
Berdasarkan definisi di atas, terdapat persamaan dan perbedaan
yang mendasar dari masing-masing definisi tersebut. Persamaannya
ialah sama-sama menyatakan bahwa anggaran adalah untuk periode
waktu tertentu dimasa mendatang. Perbedaan mendasar dari definisi
tersebut adalah lingkup dari isi anggaran.
Anggaran publik merupakan dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan organisasi yang meliputi informasi mengenai
penerimaan, pengeluaran, dan aktivitas. (Ulum, 2008: 98).
Menurut Francisca (2010: 21), anggaran publik merupakan suatu
rencana finansial yang menyatakan:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
a. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran
biaya)
b. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
mendanai rencana tersebut (pendapatan)
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik
meliputi (Mardiasmo, 2009: 61):
a. Aspek perencanaan
b. Aspek pengendalian
c. Aspek akuntabilitas publik
2. Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik
Menurut Halim (2016: 50), anggaran bagi sektor publik adalah
alat untuk mencapai tujuan dalam rangka memberikan pelayanan
kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan definisi dan tujuan dari anggaran sektor publik tersebut,
maka anggaran sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan
b. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau
beberapa tahun, jangka pendek, menengah atau panjang.
c. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan.
d. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang
yang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
e. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi
tertentu.
3. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Fungsi anggaran sektor publik antara lain (Mardiasmo, 2009: 63):
a. Sebagai alat perencanaan (Planning Tool)
Anggaran dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan
berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
b. Sebagai alat pengendalian (Control Tool)
Anggaran digunakan untuk menghindari adanya overspending,
underspending dan salah sasaran dalam pengalokasian anggaran
pada bidang lain yang bukan merupakan prrioritas. Anggaran
memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran
pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.
c. Sebagai alat kebijakan fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi
d. Sebagai alat politik (Political Tool)
Anggaran digunakan untuk menentukan prioritas-prioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Anggaran
merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu.
e. Sebagai alat koordinasi dan komunikasi (Coordination and
Communication Tool)
Anggaran merupakan alat koordinasi antar bagian dalam
pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan
mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja
dalam pencapaian tujuan organisasi.
f. . Sebagai alat penilaian kinerja (Performance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari eksekutid kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif dinilai
berdasarkan capaian anggaran dan efisiensi pelaksanaan
anggaran.
g. Sebagai alat motivasi (Motivation Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi
manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan
efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
h. Sebagai alat untuk menciptakan ruang publik (Publik Sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh pemerintah.
Masyarakat dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus
terlibat dalam proses penganggaran publik.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
4. Jenis-jenis Anggaran Sekotr Publik
Jenis anggaran publik ialah (Mardiasmo, 2009: 66):
a. Anggaran Operasional
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan
sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan
b. Anggaran Modal
Anggaran modal menunjukkan rancana jangka panjang dan
pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peraltan,
kendaraan, perabot dan sebagainya.
5. Prinsip-prinsip Anggaran Publik
Prinsip-prinsip anggaran publik adalah (Mardiasmo, 2009: 67):
a. Otoritas oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapatkan otoritas dari legislatif
terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan
anggaran tersebut
b. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
c. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun
dalam dana umum.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
d. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetuji oleh dewan legislatif harus termanfaatkan
secara ekonomis, efisien, dan efektif.
e. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat
tahunan maupun multi tahunan.
f. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong
pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculnya underestimate pendapatan dan overestimate
pengeluaran.
g. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan
tidak membingungkan
h. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
6. Good Governance
a. Pengertian Good Governance
Pengerian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola
urusan-urusan publik. Menurut World Bank sebagaimana dikutip
dalam Mardiasmo (2009: 17) mendefinisikan governance
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
sebagai “the way state power is used in managing economic and
social resource for development of society”. Sementara itu,
United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan
governance sebagai “the exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nation’s affair at all
levels”. Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara
pemerintahan mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk
kepentingan pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih
menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif
dalam pengelolaan negara. Political governance mengacu pada
proses pembuatan kebijakan (policy/strategy formulation).
Economic governance mengacu pada proses pembuatan
keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah
pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas
hidup. Administrative governance mengacu pada sistem
implementasi kebijakan.
Mengacu pada program Owrld Bank dan UNDP, orientasi
pembangunan sektor publik adalah menciptakan good
governance. Pengertian good governance sering diartikan
sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu, Waorld Bank
mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid, bertanggung jawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework
bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
b. Karakteristik Good Governance
UNDP memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good
governance, meliputi:
1) Participation
Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga
perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi
tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan
berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2) Rule of law
Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang
bulu
3) Transparency
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh
informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan
publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang
membutuhkan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
4) Resposiveness
Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder.
5) Consenses orientation
Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
6) Equity
Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
7) Efficiency and Effectivenes
Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
8) Accountability
Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
9) Stategic vision
Pemerintah dan masyarakat harus memiliki visi jauh kedepan
Dari kesembilan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat
tiga hal yang dapat diperankan oleh akuntansi sektor publik yaitu
penciptaan transparansi, akuntabilita publik, dan value for money
(economic, efficiency Idan effectiveness). Untuk mewujudkan
good public ada corporate governance dalam rangka menciptakan
kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian reformasi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
sektor publik (public sector reform). Dimensi reformasi sektor
publik tersebut tidak saja sekedar perubahan format lembaga,
akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan
untuk mendukung berjalannya lembaga-lembaga publik tersebut
secara ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel.
Demi mewujudkan good governance diperlukan reformasi
kelembagaan (Institutional reform) dan reformasi manajemen
publik (public management reform). Reformasi kelembagaan
menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di daerah
baik struktur maupun infrastrukturnya. Selain informasi
kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik, untuk
mendukung terciptanya good governance, maka diperlukan
serangkaian reformasi lanjutan terutama yang terkait dengan
sistem pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yaitu:
a) Reformasi Sistem Penganggaran (budgeting reform)
b) Reformasi Sistem Akuntansi (accounting reform)
c) Reformasi Sistem Penarikan (audit reform)
d) Reformasi Sistem Manajemen Keuangan (financial
management reform)
Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar
pengelolaan uang rakyat (public money) dilakukan secara
transparan dengan mendasarkan konsep value for money sehingga
tercipta akuntabilitas publik (public accountability). Sebagai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
contoh laporan keuangan tersebut harus disajikan anggarannya
dalam media massa.
B. Kinerja
1. Konsep Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2013: 25).
Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat
keberhasilan individu maupun kelompok individu.
Dessler (1992, dalam Samsudin, 2006: 159)mengatakan bahwa
kinerja sama halnya dengan prestasi kerja. Dimana prestasi kerja
adalah perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan
standar kerja yang ditetapkan, jadi dalam hal ini kinerja lebih
memfokuskan pada hasil kerjanya. Sedangkan menurut Cooper
(1995 dalam Samsudin, 2006: 159) prestasi kerja adalah tingkat
pelaksanaan tugas yang dicapai oleh seseorang, unit atau divisi
dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan.
Permendagri No. 13 Tahun 2006 (Bab I, Pasal 1: 37)
menyebutkan pengertian kinerja sebagai berikut, kinerja adalah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas
dan kualitas yang terukur.
Pengukuran kinerja (performance measurment) adalah suatu
proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa;
kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan
kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelangan terpuaskan);
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. (Robertson, 2002 dalam
Mahsun, 2013: 25). Sementara menurut Lohman (2003, dalam
Mahsun, 2013: 25) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas
penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari
tujuan strategis organisasi. Whittaker (2000, dalam Mahsun, 2013:
25) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat
manajemen yang digunakan meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan akuntabilitas. Jadi pengukuran kinerja adalah suatu
metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai
pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan
strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta
menignkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
Dapat disimpulkan, kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai
oleh karyawan menurut ukuran atau standar yang telah ditentukan
dan diberlakukan untuk pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Elemen Pokok Pengukuran Kinerja
Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan elemen
pokok suatu pengukuran kinerja antara lain:
a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi
b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran
organisasi
d. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi,
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas)
(Mahsun, 2013: 26)
3. Aspek-aspek Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Oleh karena sifat dan karakteristiknya yang unik, maka organisasi
sektor publik memerlukan ukuran penilaian kinerja yang lebih luas,
tidak hanya tingkat laba, tidak hanya efisiensi dan juga tidak hanya
ukuran finansial. Menurut Muhamad Mahsun (2013: 31),
pengukuran kinerja organisasi sektor publik meliputi aspek-aspek
antara lain:
a. Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
b. Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari
segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan
kegiatan tersebut.
c. Kelompok keularan (output) adalah sesuatu yang diharapkan
langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud
(tangible) maupun tidak berwujud (intangible).
d. Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah yang mempunyai efek langsung.
e. Kelompok manfaat (benefit); adalah sesuatu yang terkait dengan
tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan
f. Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan
baik positif maupun negatif.
Berdasarkan aspek-aspek kinerja yang harus diukur pada sektor
publik tersebut dapat ditelusuri sampai sejauh mana cakupan
pengukuran kinerja sektor publik ini. Menurut BPKP (2000 dalam
Mahsun, 2013: 33) cakupan pengukuran kinerja sektor publik harus
mencakup item-item sebagai berikut:
a. Kebijakan (policy) untuk membantu pembuatan maupun
pengimplementasian kebijakan
b. Perencanaan dan penganggaran planning and budgeting):
untuk membantu perencanaan dan penganggaran atas jasa yang
diberikan dan untuk memonitor perubahan terhadap rencana.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
c. Kualitas (quality): untuk memajukan standarisasi atas jasa
yang diberikan maupun kefektifan organisasi
d. Kehematan (economy): untuk me-review pendistribusian dan
keefektifan penggunaan sumber daya
e. Keadilan (equity): untuk menyakini adanya distribusi yang adil
dan dilayani semua masyarakat.
f. Pertanggungjawaban (accountability): untuk meningkatkan
pengendalian dan mempengaruhi pembuatan keputusan.
4. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009: 122), tujuan sistem pengukuran
kinerja adalah
a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down
dan bottom up).
b. ntuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara
berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian
strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
Sedangkan menurut Mahmudi (2007: 14), tujuan dilakukannya
pengukuran kinerja pada organisasi adalah:
a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
b. Menyediakan sarana pembelajaran bagi pegawai
c. Memperbaiki kinerja untuk periode berikutnya
d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward dan punishment.
e. Memotivasi pegawai
f. Menciptakan akuntabilitas publik
Pengukuran kinerja sangat bermanfaat untuk membantu
manajerial keorganisasian (Mahsun, 2013: 33). Berikut manfaat
pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi
publik (BPKP, 2000 dalam Mahsun, 2013: 33):
a. Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang
digunakan untuk pencapaian kinerja.
b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan
tindakan untuk memperbaiki kinerja
d. Memberikann penghargaan dan hukuman yang obyektif atas
prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem
pengukuran kinerja yang telah disepakati.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam
upaya memperbaiki kinerja organisasi
f. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
obyektif
i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan
j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2009: 122), manfaat pengukuran
kinerja adalah:
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja dan membandingkannya
dengan target serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki
kinerja.
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward
and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur
sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
objektif.
Berdasarkan tujuan dan manfaat di atas, pengukuran kinerja sektor
publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, adalah sebagai berikut
(Mardiasmo, 2009: 121)
a. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah, maksudnya adalah untuk untuk
membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit
kerja. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.
b. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
daya dan pembuatan keputusan
c. Ukuran kinerja sektor publlik dimaksudkan untuk mewujudkan
akuntabilitas publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
C. Value for Money
1. Konsep value for money
Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi,
pemborosan, sumber kebocoran dana, dan institusi yang selalu
merugi.tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas. (Mardiasmo, 2009:4). Menurut Abdul
Halim (2016: 128), konsep value for money merupakan konsep
untuk mengukur ekonomi, efektivitas, dan efisiensi kinerja program,
kegiatan dan organisasi.
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada
organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari
sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus
mempertimbangkan input, output, dan outcome. Bahkan, untuk
beberapa hal perlu ditambahkan pengukuran distribusi dan cakupan
layanan (equity dan service coverage). Permasalahn yang sering
dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja
adalah sulitnya mengukur output, karena output yang dihasilkan
tidak selalu berupa output yang berwujud, akan tetapi lebih banyak
berupa intangible output.
Penilaian kinerja berdasarkan value for money dibangun atas tiga
komponen utama (Mahmudi, 2007:93) yaitu sebagai berikut:
a. Komponen misi, visi, tujuan, sasaran dan target
b. Komponen input, proses, output, dan outcome
c. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
2. Elemen-elemen value for money
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama. Secara skematis,
value for money dapat dilihat pada gambar 1 dengan penjelasan
sebagai berikut:
Gambar 2.1. Value for Money Chain
(Mardiasmo, 2009:5)
a. Ekonomi
Ekonomi merupakan pemerolehan input dengan kualitas
tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan
perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam
satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana
organisasi-organnisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
Ekonomi Efisiensi Efektivitas
NilaiInput(Rp)
Input Output Outcome
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep biaya untuk
memperoleh unit input. Ekonomi adalah praktik pembelian
barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada harga
terbaik yang dimungkinkan (spending less) atau harga yang
mendekati pasar. Ukuran ekonomi berupa anggaran yang
dialokasikan. Pengertian ekonomi (hemat atau tepat guna) sering
disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan secara hati-
hati atau cermat (prudency) dan tidak ada pemborosan.
Pemanfaatan sumber daya di bawah anggaran menunjukkan
adanya penghematan, sedangkan melebihi anggaran
menunjukkan adanya pemborosan. Oleh karena itu, organisasi
harus memastikan bahwa seluruh sumber daya input tidak
terjadi pemborosan. (Mardiasmo, 2009: 131)
Mahmudi (2007: 81) mengartikan ekonomi sebagai
perbandingan antara input sekunder (bahan baku, personel, dan
infrastruktur) dengan input primer (kas).
Menurut Mardiasmo (2009: 133), pengukuran ekonomi
berhubungan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1) Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah
dianggarkan oleh organisasi?
2) Apakah biaya organisasi lebih besar dari biaya organisasi
lain yang sejenis yang dapat diperbandingkan?
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
3) Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya
keuntungannya secara optimal?
b. Efisiensi
Efisiensi merupakan pencapaian output yang maksimum
dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah
untuk mencapai output tertentu. Pengertian efisiensi
berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran
efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of
output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien
apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai
dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-
rendahnya (spending well). Konsep efisiensi merupakan konsep
yang bersifat relatif atau tidak absolut. (Mardiasmo, 2009: 132)
Ukuran efisiensi mengukur seberapa baik organisasi
mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk
menghasilkan output (Mahmudi, 2007: 81). Menurut Abdul
Halim (2006: 129), dalam pengukuran kinerja value for money,
efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (a) efisiensi alokasi
(efisiensi 1) dan (b) efisiensi teknis atau manajerial (efisiensi 2)
c. Efektivitas
Efektivitas merupakan tingkat pencapaian hasil program
dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
merupakan perbandingan outcome dengan output. Pengertian
efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian
tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus
dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses
kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending
wisely). Karena output yang dihasilkan oleh organisasi sektor
publik lebih banyak bersifat output tidak berwujud (intangible)
yang tidak mudah untuk dikuantifikasikan, maka pengukuran
efektivitas sering mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut
adalah karena pencapaian hasil (outcome) tidak bisa diketahui
dalam jangka pendek akan tetapi jangka panjang setalah
program berakhir sehingga ukuran efektivitas biasanya dapat
dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan
(judgement). (Mardiasmo, 2009: 132)
Sedangkan menurut Abdul Halim (2016: 130), efektivitas
adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,
maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.
Pengukuran efektivitas mengukur hasil akhir dari suatu
pelayanan dikaitkan dengan ouputnya (cost outcome).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money,
namun beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum
cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan
pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu pada
adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama untuk
mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan
ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata
(equality). Artinya, penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya
terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan
secara merata. (Mardiasmo, 2009: 4)
Tingkat input, output, dan outcome harus diketahui terlebih
dahulu agar dapat mengukur ekonomi, efisien dan efektivitas pada
penilaian kinerja berdasarkan value for money. Tahap pertama
organisasi harus membuat indikator input, output dan outcome.
Kemudian tahap berikutnya adalah pengukuran input, output, dan
outcome. Indikator kinerja harus dikaitkan dengan pencapaian
kinerja, tujuan, visi dan misi organisasi. Konsep dasar input, output
dan outcome, yaitu sebagai berikut: (Mardiasmo, 2009: 5)
1) Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk
pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh
input diantaranya seperti dokter rumah sakit, tanah untuk jalan
baru, guru di sekolah dan sebagainya. Input dapat dinyatakan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah
guru, dan sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai
uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji guru dan
sebagainya. Masalah yang terjadi dalam input adalah pada
metode penentuan harga.
2) Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program,
aktivitas, dan kebijakan. Ukuran Output menunjukkan hasil
implementasi program atau aktivitas. Mengukur output lebih
sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial seperti
pendidikan, keamanan atau kesehatan.
3) Outcome
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas
tertentu. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives)
atau target yang dikehendaki.
3. Indikator Kinerja dalam Value for Money
Istilah ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan istilah
indikator kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja
secara langsung sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya merupakan
indikasi-indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah,
maka perlu diketahui indikator-indikator sebagai dasar penilaian
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
kinerja. Mekanisme untuk menentukan kinerja tersebut memerlukan
hal-hal berikut: (Mardiasmo, 2009: 128)
1) Sistem perencanaan dan pengendalian
2) Spesifikasi teknis dan standarisasi
3) Kompetensi teknis dan profesionalisme
4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
5) Mekanisme sumber daya manusia
Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran value
for money organisasi adalah bagaimana membandingkan input
dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang
memuaskan jika output yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan
harga pasar. Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengan cara
membandingkan input finansial (biaya) dengan output
(nonfinansial), misalnya biaya unit (unit cost statistic). unit cost
statistic tersebut dapat digunakan sebagai benang merah untuk
mengukur kinerja. Unti-unit kerja pemerintah dapat menghasilkan
sejumlah unit cost statistic yang spesifik untuk unit kerjanya.
4. Langkah-langkah Pengukuran Value for Money
Langkah-langkah pengukuran value for money diantaranya:
(Mardiasmo, 2009: 133)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
1) Pengukuran ekonomi
Pada pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran
yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya
mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi
merupakan ukuran relatif. Pertanyaan sehubungan dengan
pengukuran ekonomi adalah:
a) Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah
dianggarakan oleh organisasi?
b) Apakah biaya organisasi telah menggunakan sumber daya
finansialnya secara optimal?
c) Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya
finansialnya secara optimal?
2) Pengukuran efisiensi
Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input.
Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi
tingkat efisiensi suatu organisasi.
3) Pengukuran efektivitas
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan
efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa
efektivitas tidak menyatakan tentang besarnya biaya yang telah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jadi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
melebihi apa yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat
apakah suatu program atau tujuan yang telah ditetapkan.
4) Pengukuran outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan
terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya dari pada
output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur
dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur
kualitas output dan dampak yang dihasilkan (Smicth, 1996 dalam
Mardiasmo, 2009: 134). Pengukuran outcome memiliki dua
peran, yaitu peran retrospektif dan peran prospektif.
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mufti Anas (2009) dalam skripsinya yang
berjudul “Analisis Kinerja dan Pengelolaan Anggaran Pembiayaan Dinas
Kesehatan kota Surakarta dalam Program Pemeliharaan kesehatan
Masyarakat Surakarta (PKMS) Tahun 2008”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pengambilan sampel
menggunakan tekni pusposive sampling dan snowball sampling. Data
yang diperoleh diuju dengan menggunakan trianggulasi sumber dan
trianggulasi metode serta dianalisis dengan menggunakan teknis analisis
data model interaktif. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa secara
umum program PKMS berjalan dengan baik. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya masih ditemui berbagai kendala, antara lain adanya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
penduduk siluman yang dengan mudah mendapat KTP Surakarta karena
kurangnya pengawasan administratif. Kurang maksimalnya pelayanan
kesehatan karena sumber daya manusia terbatas dan pelaksanaan
program yang kurang efektif karena terkonsentrasi pada pelayanan
kesehatan kuratif dan rehabilitatif. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah tempat penelitian dilingkungan Dinas
Kesehatan. Perbedaannya adalah waktu dan lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Surakarta tahun 2009 sedangkan penelitian penulis
dilaksanakan di Wonosobo tahun 2016. Analisis kinerja yang di teliti
pada penelitian penulis merupakan analisis kinerja keuangan pada BLUD
Puskesmas Sukoharjo.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Francisca Erni Dwi Pamungkas (2010)
dalam skripsinya yang berjudul “Pengelolaan Anggaran dan Kinerja
Puskesmas Studi pada Puskesmas Danurejan I Yogyakarta”. Penelitian
ini menggunakan data time series pada periode 2007-2009. Teknik
pengukuran menggunakan teknik pengukuran value for money dan
analisis regresi untuk menjelaskan subsidi pemerintah dengan kinerja
Puskesmas Danurejan I Yogyakarta. Hasil analisis data menunjukkan: 1)
melalui analisis deskriptif, puskesmas sudah mengelola anggaran secara
baik dilihat dari tingkat ekonomis dan efektivitasnya, namun terdapat
ketidakefisienan karena subsidi pemerintah yang tidak sesuai dengan
keadaan puskesmas 2) melalui analisis regresi, puskesmas tidak mampu
mengoptimalkan pelayanannya karena persediaan obat serta alat dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
bahan kesehatan tidak signifikan tetapi puskesmas mampu
mengoptimalkan layanan melalui persediaan alat dan bahan gigi serta
laboratorium yang signifikan. Persamaan penelitian ini dan penelitian
penulis adalah penggunaan teknik pengukuran value for money untuk
menilai kinerja keuangan. Perbedaanya adalah waktu dan lokasi
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Danurejan 1
Yogyakarta sedangkan penelitian penulis dilaksanakan di BLUD
Puskesmas Sukoharjo Wonosobo dengan tujuan untuk mengetahui
perbedaan pengelolaan keuangan sebelum dan sesudah diterapkannya
PPK BLUD.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Demi Aulia Arfan (2014) dalam
skripsinya yang berjudul “Analisis Value for Money dalam Pengukuran
Kinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Periode tahun
2011 – 2012”. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kinerja Dinas
Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta dari tiga program yang dianalisis
yaitu Peningkatan Kesejahteraan Petani, Peningkatan Ketahanan Pangan,
dan Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian menunjukkan
bahwa, (1) dari elemen ekonomi dapat diketahui periode tahun 2011 dan
2012 Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta telah mampu
menyelenggarakan seluruh program secara ekonomis dengan
penghematan pada tahun 2011 masing-masing Rp141.626.730,00,
Rp.67.823.730,00 dan Rp.54.412.810,00, dan pada tahun 2012 masing-
masing Rp.26.809.810,00, Rp.38.848.800,00, Rp.15.386.400,00; 2) dari
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
elemen efisiensi dapat diketahui periode tahun 2011 dan 2012 Dinas
Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyelenggarakan seluruh
program secara efisien dengan rasio efisiensi pada tahun 2011 masing-
masing 121,1%, 103,44% dan 110,56%, dan pada tahun 2012 yaitu
110,98%, 106,03% dan 102,88%; (3) dari elemen efektivitas dapat
diketahui periode tahun 2011 Dinas Pertanian Daerah Istimewa
Yogyakarta hanya mampu menyelenggarakan dua program secara efektif
dengan rasio efektivitas sebesar 100% dan satu program kurang efektif
yaitu pada program Peningkatan Kesejahteraan Petani dengan rasio
efektivitas 99,29%, sedangkan periode tahun 2012 Dinas Pertanian
Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyelenggarakan ketiga program
secara efektif dengan rasio efektivitas pada setiap program mencapai
100%. Persamaan penelitian ini dan penelitian penulis adalah
penggunaan teknik pengukuran value for money untuk menilai kinerja
keuangan. Perbedaanya adalah waktu dan lokasi penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan di Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan
penelitian penulis dilaksanakan di BLUD Puskesmas Sukoharjo
Wonosobo.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
E. Kerangka Konseptual
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
KINERJA
KEUANGAN
Rasio
Ekonomi
Rasio
Efisiensi
Rasio
Efektivitas
AnggaranPengeluaran
RealisasiPengeluaran
RealisasiPendapatan
AnggaranPendapatan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Rancangan/ Disain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif yaitu semua informasi diwujudkan dalam angka dan dianalisis
berdasarkan analisis rasio ekonomi, rasio efisiensi dan rasio efektivitas.
Selain itu, penelitian ini bersifat expost facto. Penelitian expost facto
adalah penelitian yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian
dilaksanakan (Suharsimi Arikunto, 2010: 17).
Analisis yang digunakan adalah secara deskriptif kuantitatif yaitu
analisis yang didasarkan pada perhitungan untuk mengetahui tingkat
rasio. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja melalui konsep
value for money yang dikembangkan dalam keuangan (Mardiasmo,
2009: 4).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan subjek dari sebuah penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di lingkunan
Pemerintah Kabupaten Wonosobo Dinas Kesehatan khususnya pada
BLUD Puskesmas Sukoharjo yang terletak di jalan Banjar Sari Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober
2016 sampai dengan Desember 2016.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
C. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah objek penelitian atau yang menjadi titk
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013:100). Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.
Sedangkan objek kajian dalam penelitian ini adalah rasio ekonomi, rasio
efisiensi dan rasio efektivitas pada pelaksanaan realisasi anggaran BLUD
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo tahun anggaran 2015 dan
tahun 2016.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah dokumentasi. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya. (Arikunto, 2013: 201). Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan khusunya
laporan realisasi anggaran BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo.
E. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif kuantitatif
yaitu analisis yang didasarkan pada perhitungan untuk mengetahui
tingkat rasio. Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja melalui
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
konsep value for money yang dikembangkan dalam keuangan (Mahsun:
2013) adalah sebagai berikut:
a. Rasio Ekonomi
Mengukur tingkat kehematan dari pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan organisasi sektor publik. Pengukuran tingkat ekonomi
memerlukan data-data anggaran pengeluaran dan realisasinya.
Rasio ekonomi menggambarkan keterkaitan konsep biaya untuk
memperoleh unit input. Dimana rasio ekonomi merupakan
perbandingan antara pengeluaran instansi dengan anggaran yang
ditetapkan. Apabila kinerja keuangan diatas 100% dapat dikatakan
tidak ekonomis, 90% - 100% adalah kurang ekonomis, 80% - 90%
adalah cukup ekonomis, 60% - 80% adalah ekonomis dan dibawah
dari 60% adalah sangat ekonomis (Medi, 1966 dalam Budiarto,
2007: 25). Berikut formula untuk mengukur tingkat ekonomi:
Rasio Ekonomi =Pengeluaran Instansi
X 100%Anggaran Di Tetapkan
b. Rasio Efisiensi
Mengukur tingkat input dari organisasi sektor publik terhadap
tingkat outputnya sektor publik. Pengukuran tingkat efisiensi
memerlukan data-data realisasi biaya untuk memperoleh pendapatan
dan data pendapatan.
Rasio efisiensi menggambarkan pencapaian output yang
maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input terendah
untuk mencapai output tertentu. Apabila kinerja keuangan diatas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
100% dapat dikatakan tidak efisien, 90%-100% adalah kurang
efisien, 80%-90% adalah cukup efisien, 60% - 80% adalah efisien
dan dibawh dari 60% adalah sangat efisien (Medi, 1966 dalam
Budiarto, 2007: 26). Berikut formula untuk mengukur tingkat
efisiensi:
Rasio Efisiensi =Pengeluaran dalam rangka memperoleh
pendapatan X 100%Realisasi Pendapatan
c. Rasio Efektivitas
Mengukur tingkat output dari organisasi sektor publik terhadap
target-target pendapatan sektor publik. Pengukuran tingkat
efektivitas memerlukan data-data realisasi pendapatan dan anggaran
atau target pendapatan.
Rasio efektivitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil dari
program dengan target yang ditetapkan. Nilai efektifitas diukur
dengan kriteria penilaian kinerja keuangan (Medi, 1996 dalam
Budiarto, 2007: 27). Apabila persentase kinerja keuangan di atas
100% dapat dikatakan sangat efektif, 90% - 100 % adalah efektif,
80% - 90% adalah cukup efektif, 60% - 80% adalah kurang efektif
dan kurang dari 60% adalah tidak efektif. Berikut formula untuk
mengukur tingkat efektivitas:
Rasio Efektivitas =Realisasi Pendapatan
X 100%Target Pendapatan yangDitetapkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
a. Dasar Hukum Pendirian Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten yang bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan
masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Di dalam Permenkes No. 75 Tahun 2014 disebutkan bahwa
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan, dalam kondisi
tertentu, pada 1 kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 puskesmas,
yang mana kondisi tertentu yang dimaksud ditetapkan berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesbilitas. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan pada Permenkes No. 75 Tahun 2014,
antara lain : persyaratan lokasi, persyaratan bangunan, prasarana,
ketersediaan peralatan kesehatan dan ketenagaan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
b. Kondisi Wilayah Kerja BLUD Puskesmas Sukoharjo
1) Keadaan Geografis
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan SukoharjoKabupaten Wonosobo
Secara geografis Kecamatan Sukoharjo terletak antara 70 20’
08 ” sampai 70 24’ 56” Lintang Selatan (LS), dan 1090 45’ 11 ”
sampai 1090 51’ 40 ” Bujur Timur (BT). Kecamatan Sukoharjo
berjarak 17 km dari Kabupaten Wonosobo dan 143 km Ibu Kota
Provinsi Jawa Tengah (Semarang). Merupakan kecamatan baru
pemecahan dari kecamatan Leksono dan telah berumur 16 tahun
pada tanggal 24 Juli 2016.
Luas kecamatan Sukoharjo adalah 5.705,97 ha atau 6% dari
luas kabupaten Wonosobo, dengan komposisi tata guna lahan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
atas tanah sawah mencakup 1.052,383 ha (18%), tanah kering
seluas 4.376,16 ha (82%), hutan negara seluas 849,79 ha (15%),
perkebunan negara/swasta seluas 8,3 ha dan lainnya seluas
130,86 ha. Dengan tata guna lahan tersebut mayoritas lahan
ditanami salak dan albasia.
Kecamatan Sukoharjo beriklim tropis dengan dua musim
dalam satu tahunnya yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Rata-rata suhu udara di Kecamatan Sukoharjo pada
siang hari berkisar antara 25-26o C. Dengan curah hujan > 100
mm/bln selama 10 bulan, bulan lembab (curah hujan 60-100
mm/bln) selama 1 bulan dan bulan kering (curah hujan < 60
mm/bln) selama 1 bulan dengan kelembaban udara rata-rata
41,38%.
2) Keadaan Penduduk
a) Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kecamatan
Sukoharjo Tahun 2016, jumlah penduduk Kecamatan
Sukoharjo pada tahun 2016 adalah 34.409 jiwa, yang terdiri
dari 17.683 laki-laki dan 16.725 perempuan. Kepadatan
penduduk rata-rata 789 jiwa per Km2.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Desa diKecamatan Sukoharjo tahun 2016NO DESA L P JUMLAH1 Tlogo 2011 1888 3.8992 Pucungwetan 1175 1104 2.2793 P u l u s 470 473 9434 Kalibening 1248 1152 2.4005 Garunglor 1071 1051 2.1226 Kajeksan 828 788 1.6167 Kupangan 456 421 8778 Sukoharjo 2191 2032 4.2239 Mergosari 1113 1036 2.14910 Rogojati 1034 993 2.02711 Karanganyar 785 650 1.43512 Sempol 665 667 1.33213 Plodongan 873 804 1.67714 Suroyudan 1236 1157 2.39315 Gumiwang 630 618 1.24816 Jebeng Plampitan 953 894 1.84717 Gunung Tugel 945 997 1.942
JUMLAH 17.683 16.725 34.409
b) Sex Ratio Penduduk
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat
dilihat dari perkembangan rasio jenis kelamin, yaitu
perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk
perempuan. Beradasarkan data dari BPS Kecamatan
Sukoharjo tahun 2016, rata-rata rasio jenis kelamin
penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2016 sebesar
106,0396 hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk laki-
laki.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
c) Keadaan Sosial Ekonomi
Angka Beban Tanggungan
Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok
umur, maka angka beban tanggungan (depency ratio)
penduduk Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo
tahun 2016 sebesar 55,41, mengalami penurunan
dimana pada tahun 2015 sebesar 56,5. Artinya bahwa
setiap 100 penduduk usia produktif menanggung
sekitar 56 orang penduduk usia tidak produktif.
Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat berkaitan dengan
kemampuan menyerap dan menerima informasi
kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Angka melek huruf
penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2016 adalah
90,15 %.
d) Pembiayaan Kesehatan Bersumber Dari Pemerintah
Anggaran belanja yang dialokasikan untuk pembiayaan
kesehatan di BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo tahun 2016 sebesar Rp. 1.567.698.940.- yang
terdiri dari Pendapatan BLUD Rp. 392.833.940.-, Dana
Kapitasi BPJS Rp. 874.865.000.-, dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) Rp. 300.000.000.-.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
c. Keadaan Sumber Daya BLUD Puskesmas Sukoharjo
1) Sarana Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Kecamatan Sukoharjo terdiri dari 2 unit
Puskesmas yaitu Puskesmas Sukoharjo I dan Puskesmas
Sukoharjo II. Untuk mendukung pelayanan kesehatan di
Puskesmas Sukoharjo terdapat 4 puskesmas pembantu dan 11
Poliklinik Kesehatan Desa (PKD).
Pada tahun 2016, Puskesmas Sukoharjo I mendapat bantuan
berupa bangunan untuk rawat inap. Namun pelaksanaan
pelayanan rawat inap dimulai pada tahun 2017 dikarenakan ijin
operasional rawat inap dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Wonosobo pada bulan April 2017.
2) Tenaga Kesehatan
Pelayanan kesehatan bagi 34.409 jiwa penduduk pada tahun
2016 di wilayah Kecamatan Sukoharjo, masing-masing unit
pelayanan didukung oleh tenaga kesehatan medis maupun non
medis meliputi:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
Tabel 4.2. Daftar Ketenagaan BLUD Puskesmas Sukoharjo
No ProfesiPuskesmasSukoharjo I
PuskesmasSukoharjo II
1 Dokter Umum 1 12 Dokter Gigi 1 03 Perawat 5 44 Perawat Gigi 1 15 Bidan 10 86 Gizi 1 07 Analis Laboratorium 1 08 Sanitarian 0 19 Asisten Farmasi 1 0
10 Administrasi 5 311 Cleaning Service 1 1
Untuk mendukung pelayanan rawat inap pada tahun 2017,
Puskesmas Sukoharjo I mengadakan rekrutmen tenaga BLUD
yang terdiri dari 1 orang Dokter Umum, 3 orang Perawat, 2
orang Bidan, 1 orang Cleaning Service.
d. Visi dan Misi BLUD Puskesmas Sukoharjo
1) Visi
Visi Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo adalah
menjadi institusi pengelola pelayanan kesehatan primer terbaik
di Indonesia.
Penetapan Visi tersebut tidak lepas dari peran Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Wonosobo sebagai sarana pelayanan
kesehatan primer. Untuk dapat mewujudkan masyarakat
Kabupaten Wonosobo yang sehat maka diperlukan sebuah
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
perencanaan yang matang agar hambatan dan kendala dapat
diatasi dengan baik.
Visi Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo yang telah
menjadi komitmen tersebut diharapkan mampu menumbuhkan
motivasi dan inspirasi untuk menjawab tantangan dalam
mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan. Di samping itu,
visi tersebut dapat menjadi pedoman untuk bertindak dan
mampu memberdayakan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) serta menjadi semakin konkrit pada saat
dijabarkan lebih lanjut menjadi misi, tujuan, sasaran, kebijakan,
program dan kegiatan.
2) Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo tersebut, maka ditetapkan 4 (empat) Misi
sebagai berikut :
a) Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
beserta lingkungannya.
Puskesmas selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal
di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang
dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan
dari yang bersangkutan.
b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo.
Puskesmas selalu berupaya setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
semakin berdaya di bidang kesehatan melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
c) Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
perorangan.
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.
d) Menyediakan Data Kesehatan.
Puskesmas menyediakan data kesehatan yang meliputi
data upaya kesehatan masyarakat, Pemberdayaan
Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
55
e. Maksud dan Tujuan Penerapan PPK-BLUD
Maksud dan tujuan penerapan PPK-BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo yaitu :
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2) Puskesmas menjadi lebih mandiri dalam pengelolaan keuangan
sehingga pelayanan lebih responsif.
3) Puskesmas menjadi lebih akuntabel dan efisien dalam
pengelolaan anggaran.
4) Puskesmas bisa meningkatkan kesejahteraan pegawai.
B. PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Hasil Perhitungan Rasio Ekonomi
Kegiatan operasional dikatakan ekonomis jika mampu
menghilangkan atau mengurangi munculnya biaya-biaya yang tidak
perlu. Semakin kecil nilai rasio ekonomis, maka semakin baik
kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo dalam
penggunaan dan anggaran belanja yang telah ditetapkan. Rasio
Ekonomi BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
56
Tabel 4.3 Rasio Ekonomi BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2015 dan 2016
TahunJenis
BelanjaAnggaran Realisasi
RasioEkonomi
2015BelanjaPegawai
70.509.260 68.730.107 97,5%
BelanjaBarang danJasa
967.409.740 894.484.783 92,5%
BelanjaModal
51.500.000 49.032.500 95,2%
Total Belanja 1.089.419.000 1.012.247.390 92,9%
2016BelanjaPegawai
138.487.320 138.247.320 99,8%
BelanjaBarang danJasa
1.059.817.120 964.989.898 91,1%
BelanjaModal
69.394.500 60.617.727 87,4%
Total Belanja 1.267.698.940 1.163.854.945 91,8%Rata-rata 589.279.485 544.025.584 93,5%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo 2015-2016
Rasio ekonomi pada tiap jenis belanja mengacu pada Tabel 4.3
dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Perbandingan Rasio Ekonomi Tahun Anggaran 2015-2016
No Jenis BelanjaRasio Ekonomi
Keterangan2015 2016
1 Belanja Pegawai 97,5% 99,8% Naik Sebesar 2,3%
2Belanja Barang danJasa
92,5% 91,1% Turun Sebesar 1,4%
3 Belanja Modal 95,2% 87,4% Turun sebesar 7,9%Total Belanja 92,9% 91,8% Turun sebesar 1,1%
Rasio ekonomi pada BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo dibagi menjadi 3 jenis belanja yaitu belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, belanja modal. Tabel 4.4 menunjukkan
bahwa tingkat ekonomis BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
57
Wonosobo tahun 2015 pada belanja pegawai sebesar 97,5%
sedangkan pada tahun 2016 naik menjadi 99,8%. Rasio ekonomis
belanja barang dan jasa menurun dari 92,5% di tahun 2015 menjadi
91,1% di tahun 2016. Rasio ekonomis belanja modal menurun dari
95,2% ditahun 2015 menjadi 87,4% ditahun 2016. Rasio ekonomis
total belanja menurun dari 92,9% di tahun 2015 menjadi 91,8% di
tahun 2016.
b. Hasil Perhitungan Rasio Efisiensi
Efisiensi merupakan output yang maksimum dengan input
tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output
tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output atau input yang
dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo
dikatakan edisien apabila rasio yang dihasilkan atau dicapai adalah
<1 atau tidak lebih dari 100%. Semakin kecil rasio efisiensi maka
semakin baik kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo. Rasio efisiensi BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Rasio Efisiensi BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2015 dan Tahun 2016
Tahun Realisasi Pengeluaran Realisasi PendapatanRasio
Efisiensi2015 1.012.247.390 1.136.044.866 89,1%2016 1.163.854.945 1.210.320.032 96,2%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2015 dan 2016
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
58
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat efisiensi BLUD
Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2015 adalah sebesar 89,1%.
Kemudian pada tahun 2016 tingkat efisiensi naik menjadi 96,2%.
Tingkat efisiensi ini dikatakan tidak bagus karena mengalami
kenaikan sebesar 7,1%.
c. Hasil perhitungan Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas menggambarkan tingkat pencapaian hasil dari
program dengan target yang ditetapkan. Suatu organisasi, program,
atau kegatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa
memenuhi tujuan yang diharapkan (spending wisely). Karena output
yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik lebih banyak bersifat
output tidak berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk
dikuantitaskan, sehingga ukuran efektivitas dinyatakan secara
kualitatif dalam bentuk pernyataan (judgement).
Pada BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo output
yang dihasilkan lebih banyak bersifat output tidak berwujud
(intangible) dan tidak dapat dikuantitaskan. Berikut perhitungan
rasio efektivitas untuk tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Tabel
4.6 dan Tabel 4.7 berikut ini:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
59
Tabel 4.6. Rasio Efektivitas BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2015
TahunJenis
PendapatanRealisasi
PendapatanTarget
PendapatanRasio
Efektivitas2015 Pendapatan
Total1.136.044.866 1.084.101.000 104,8%
PelayananRawat Jalan
101.450.000 99.150.000 102,3%
PelayananTindakanumum
40.313.500 28.250.000 142,7%
Pelayanankir Umum
5.030.000 7.500.000 67,1%
pelayanankir haji
490.000 750.000 65,3%
PelayananpemeriksaanCapeng
6.160.000 6.600.000 93,3%
Pelayananpersalinanumum
113.400.000 86.400.000 131,3%
PelayananKB Umum
9.308.000 5.512.000 168,9%
KapitasiBPJS
813.331.000 797.544.000 102,0%
PersalinanBPJS
37.915.000 36.000.000 105,3%
ANC BPJS 1.185.000 9.600.000 12,3%PNC BPJS 1.745.000 4.500.000 38,8%KB BPJS 3.480.000 2.295.000 151,6%Jasa Giro 2.237.366 - 100,0%
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2015.
Dari Tabel 4.6 di atas diketahui rasio efektivitas yang dihasilkan
BLUD Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2015 adalah sebesar
104,8%. Hasil ini merupakan hasil perhitungan total realisasi
pendapatan dibandingkan dengan target pendapatan. Sedangkan hasil
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
60
perhitungan rasio efektivitas per pelayanan sendiri hampir
seluruhnya mencapai angka diatas 90% kecuali untuk pelayanan kir
umum hanya mencapai 67,1%, pelayanan kir haji sebesar 65,3% dan
pelayanan ANC BPJS sebesar 12,3%.
Tabel 4.7 Rasio Efektivitas BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2016
TahunJenis
PendapatanRealisasi
PendapatanTarget
PendapatanRasio
Efektivitas2016 Pendapatan
Total1.210.320.032 1.130.000.000 107,1%
PelayananRawat Jalan
97.440.000 99.500.000 97,9%
PelayananTindakanumum
44.974.000 25.628.000 175,5%
Pelayanan kirUmum
4.430.000 4.300.000 103,0%
pelayanan kirhaji
840.000 880.000 95,5%
PelayananpemeriksaanCapeng
5.400.000 6.400.000 84,4%
Pelayananpersalinanumum
82.200.000 96.000.000 85,6%
PelayananKB Umum
13.380.000 10.676.000 125,3%
KapitasiBPJS
874.865.000 816.420.000 107,2%
PersalinanBPJS
56.995.000 48.000.000 118,7%
ANC BPJS 5.792.500 11.400.000 50,8%PNC BPJS 5.992.500 6.000.000 99,9%KB BPJS 6.335.000 4.796.000 132,1%LaboratoriumBPJS
7.365.000 0 100,0%
Jasa Giro 4.311.032 0 100,0%
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
61
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran BLUD Puskesmas SukoharjoKabupaten Wonosobo Tahun 2015.
Dari Tabel 4.7 di atas diketahui rasio efektivitas yang yang
dihasilkan BLUD Puskesmas Sukoharjo pada tahun 2016 tingkat
efektivitas mengalami kenaikan 107,1%. Tingkat efektivitas ini
mengalami kenaikan sebesar 2,3% dibanding 2015. Hasil
perhitungan rasio efektivitas per pelayanan pada tahun 2016
sebagian besar mencapai angka diatas 90%, kecuali pada pelayanan
pemeriksaan calon pengantin sebesar 84,4%, pelayanan persalinan
umum 85,6%, pelayanan ANC BPJS 50,8%.
2. Pembahasan
a. Analisis Rasio Ekonomi
Tabel 4.3 menunjukkan hasil perhitungan rasio ekonomi, dimana
rasio ekonomis dibagi menjadi 3 (tiga) jenis belanja. Tingkat rasio
ekonomis yang baik adalah terjadinya penurunan pada hasil
perhitungan. Penurunan tingkat rasio ekonomis menggambarkan
peningkatan kinerja, karena dengan adanya penurunan maka
kegiatan operasional yang telah dilaksanakan mampu
menghilangkan atau mengurangi munculnya biaya-biaya yang tidak
perlu.
Kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaen Wonosobo
dilihat dari segi rasio ekonomis dapat dikatakan baik. Hasil
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
62
penelitian pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari ketiga jenis
belanja yang direalisasikan dua diantaranya mengalami penurunan,
sedangkan yang mengalami kenaikan hanya 1 (satu) belanja. Rincian
dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1) Rasio ekonomis belanja pegawai pada tahun 2015 adalah
sebesar 97,5% dan pada tahun 2016 menjadi 99,8%. Hasil
97,5% dan 99,8% masuk dalam kategori kurang ekonomis.
Rasio ekonomis mengalami kenaikan sebesar 2,3%. Kenaikan
sebesar 2,3% menunjukkan kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo pada belanja pegawai kurang baik.
Naiknya rasio ekonomi berarti naik pula biaya-biaya yang
dikeluarkan, sehingga terjadi pemborosan.
2) Rasio ekonomis belanja barang dan jasa pada tahun 2015 adalah
sebesar 92,5% dan pada tahun 2016 turun menjadi 91,1%. Hasil
92,5% dan 91,1% masuk kategori kurang ekonomis. Rasio
ekonomis mengalami penurunan sebesar 1,4%. Penurunan
sebesar 1,4% menunjukkan kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo pada belanja barang dan jasa cukup baik.
Turunnya rasio ekonomis berarti ada penghematan terhadap
biaya-biaya yang dikeluarkan.
3) Rasio ekonomis belanja modal pada tahun 2015 adalah sebesar
95,2% dan pada tahun 2016 turun menjadi 87,4%. Hasil 95,2%
dan 87,4% masuk dalam kategori kurang ekonomis. Rasio
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
63
ekonomis mengalami penurunan sebesar 7,9%. Penurunan
sebesar 7,9% menunjukkan kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo
Kabupaten Wonosobo pada belanja pegawai cukup baik.
Turunnya rasio ekonomis berarti ada penghematan terhadap
biaya-biaya yang dikeluarkan.
b. Analisis Rasio Efisiensi
Hasil penelitian terhadap rasio efisiensi pada BLUD Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Wonosobo ditunjukkan oleh Tabel 4.5. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa rasio efisiensi mengalami kenaikan
sebesar 7,1% dimana di tahun 2015 rasio efisiensi menunjukkan
angka sebesar 89,1% dan pada tahun 2016 menunjukkan angka
sebesar 96,2%. Kenaikan yang terjadi menunjukkan bahwa kinerja
BLUD Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Wonosobo dilihat dari segi
rasio efisiensi adalah kurang baik. Angka 89,1% masuk dalam
kategori cukup efisien dan angka 96,2% masuk dalam kategori
kurang efisien.
c. Analisis Rasio Efektivitas
Hasil penelitian terhadap rasio efektivitas pada BLUD Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Wonosobo ditunjukkan pleh Tabel 4.6 dan
Tabel 4.7. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rasio efektivitas
mengalami kenaikan sebesar 2,3%, dimana pada tahun 2015 rasio
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
64
efektivitas menunjukkan angka sebesar 104,8% dan pada tahun 2016
menunjukkan angka sebesar 107,1%. Angka 104,8% dan 107,1%
masuk dalam kategori sangat efektif. Hal ini berarti efektivitas
BLUD Puskesmas Sukoharjo mengalami kenaikan dan kinerja
BLUD Puskesmas Sukoharjo dapat dikatakan sangat baik. Namun
demikian, apabila dilihat dari hasil perhitungan per pelayanan,
BLUD Puskesmas Sukoharjo memiliki pelayanan yang tingkat rasio
efektivitasnya masih kurang efektif pada tahun 2015, antara lain:
pelayanan kir umum sebesar 67,1%, pelayanan kir haji sebesar
65,3%, sedangkan pelayanan yang tingkat rasio efektivitasnya tidak
efektif pada tahun 2015 yaitu pelayanan ANC BPJS sebesar 12,3%.
Pada tahun 2016, pelayanan yang tingkat rasio efektivitasnya cukup
efektif antara lain, pelayanan pemeriksaan calon pengantin sebesar
84,4%, pelayanan persalinan umum sebesar 85,6%, dan pelayanan
dengan tingkat rasio efektivitasnya tidak efektif yaitu pelayanan
ANC BPJS sebesar 50,8%.
Dilihat dari data di atas, terjadi kenaikan dan penurunan kinerja
keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo pada pelayanan yang
sebelumnya belum menghasilkan tingak efektivitas yang baik dilihat
dari rasio efektivitas per pelayanan. Hal tersebut antara lain, terjadi
kenaikan kinerja di pelayanan kir umum pada tahun 2015 sebesar
67,1% naik menjadi 103% pada tahun 2016, pelayanan kir haji pada
tahun 2015 sebesar 65,3% naik menjadi 95,5% pada tahun 2016,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
65
pelayanan ANC BPJS tahun 2015 sebesar 12,3% naik menjadi
50,8%. Terjadi penurunan kinerja di pelayanan pemeriksaan calon
pengantin pada tahun 2015 sebesar 93,3% turun menjadi 84,4% pada
tahun 2015, pelayanan persalinan umum pada tahun 2015 sebesar
131,3% turun menjadi 85,6% pada tahun 2016.
Hal yang perlu diperhatikan pada tingkat efektivitas dan kinerja
di atas terletak pada pelayanan ANC BPJS, pelayanan pemeriksaan
calon pengantin, pelayanan persalinan umum. Kenaikan kinerja yang
terjadi pada pelayanan ANC BPJS belum sepenuhnya baik
dikarenakan tingkat rasio efektivitasnya masih dalam kategori tidak
efektif. Selain itu, penurunan rasio efektivitas pada pelayanan
pemeriksaan calon pengantin dan pelayanan persalinan umum
menunjukkan menurunnya kinerja keuangan pada pelayanan
tersebut.
Kinerja BLUD Puskesmas Sukoharjo secara garis besar dikatakan
baik dari segi efektivitas bukan hanya ditunjukkan pada kenaikan
rasio efektivitas saja akan tetapi dapat dilihat dari bertambahnya
pelayanan yang telah dilaksaakan selama 1 (satu) tahun. Pada tahun
2015 pelayanan yang disediakan ada 12 pelayanan sedangkan pada
tahun 2016 ada 13 pelayanan yang telah dilaksanakan. Pada tahun
2016 BLUD Puskesmas Sukoharjo mampu menambahkan satu jenis
pelayanan yaitu pelayanan laboratorium BPJS dimana pelayanan
tersebut merupakan tambahan pelayanan yang disediakan untuk
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
66
pasien hipertensi dan prolanis diabetes melitus dalam pengambilan
sampel darah yang difasilitasi oleh BPJS. Berikut pelayanan yang
dilaksanakan di tahun 2016:
1) Pelayanan Umum yang terdiri dari:
a) Pelayanan rawat jalan
b) Pelayanan kir umum
c) Pelayanan kir haji
d) Pelayanan pemeriksaan calon pengantin
e) Pelayanan pertolongan persalinan normal
f) Pelayanan tindakan KB umum
g) Pelayanan Tindakan Umum
2) Pelayanan BPJS yang terdiri dari:
a) Kapitasi BPJS
b) Pelayanan pertolongan persalinan normal BPJS
c) Pelayanan ANC
d) Pelayanan PNC
e) Pelayanan Tindakan KB
f) Pelayanan Laboratorium
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
67
BAB VPENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah
diuraikan di atas, kinerja Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas
Sukoharjo Kabupaten Wonosobo dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo kurang ekonomis
Kinerja keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo dikatakan kurang
ekonomis ditunjukkan oleh hasil perhitungan rasio ekonomis antara lain,
pada tahun 2015 rasio ekonomis belanja pegawai sebesar 97,5%, belanja
barang dan jasa sebesar 92,5%, belanja modal sebesar 95,2%. Pada tahun
2016 rasio ekonomis belanja pegawai sebesar 99,8%, belanja barang dan
jasa sebesar 91,1%, belanja modal sebesar 87,4%. Dari hasil tersebut
sesuai kategori rasio ekonomis, keadaan BLUD Puskesmas Sukoharjo
dalam realisasi anggaran kurang ekonomis. Namun demikian, kinerja
keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo dapat dikatakan baik karena 2
(dua) dari 3 (tiga) belanja yaitu belanja barang dan jasa, belanja modal
mengalami penurunan tingkat rasio. Hal ini menunjukkan adanya
penghematan biaya-biaya yang diperlukan oleh BLUD Puskesmas
Sukoharjo.
2. Realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo kurang efisien
Kinerja keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo dikatakan kurang efisien
ditunjukkan oleh hasil perhitungan rasio efisien yaitu pada tahun 2015
sebesar 89,1% dan pada 2016 sebesar 96,2%. Bertambahnya rasio efisiensi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
68
menunjukkan kurang efisiensi dalam realisasi anggaran di BLUD
Puskesmas Sukoharjo.
3. Realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo sangat efektif
Kinerja keuangan BLUD Puskesmas Sukoharjo secara garis besar
dikatakan sangat efektif ditunjukkan oleh hasil perhitungan rasio
efektivitas yaitu pada tahun 2015 sebesar 104,8% dan pada tahun 2016
sebesar 107,1%. Hasil tersebut menunjukkan realisasi anggaran terhadap
target yang ditetapkan sudah sangat efektif dengan pencapaian di atas
100%. Namun demikian, jika dilihat per pelayanan, masih terdapat rasio
efektivitas yang kurang efektif bahkan tidak efektif, pada tahun 2015
pelayanan kir umum sebesar 67,1%, pelayanan kir haji sebesar 65,3%, dan
pelayanan ANC BPJS sebesar 12,3%. Pada tahun 2016, pelayanan
pemeriksaan calon pengantin sebesar 84,4%, pelayanan persalinan umum
sebesar 85,6%, pelayanan ANC BPJS sebesar 50,8%.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Manajemen BLUD Puskesmas Sukoharjo
a. Realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo kurang ekonomis
Realisasi anggaran kurang ekonomis terjadi pada belanja pegawai.
Manajemen agar mampu memperhitungkan jumlah kebutuhan tenaga
kerja dengan beban kerja dan standar ketenagaan sesuai peraturan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
69
yang berlaku agar mampu melakukan penghematan biaya-biaya sesuai
dengan yang dibutuhkan. Selain itu perlu dibuat skala prioritas
pengeluaran agar anggaran yang terserap sesuai dengan kebutuhan.
b. Realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo kurang efisien
Dilakukannya analisis sumber-sumber pendapatan puskesmas agar
bisa dianalisis pengeluaran demi menghasilkan pendapatan tersebut
sehingga pengeluaran yang tidak diperlukan untuk menghasilkan
pendapatan bisa diminimalisir. Diharapkan BLUD Puskesmas
Sukoharjo mampu meminimalkan pengeluaran namun mampu
memaksimalkan pendapatan.
c. Realisasi anggaran di BLUD Puskesmas Sukoharjo kurang efektif
Mempertahankan capaian efektivitas yang sudah baik dan
meningkatkan kinerja pada pelayanan kir umum, pelayanan kir haji,
pelayanan pemeriksaan calon pengantin, pelayanan persalinan umum.
Terutama pada pelayanan ANC BPJS yang belum mampu mencapai
tingkat efektivitas yang baik.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Apabila ada peneliti lain yang tertarik mengadakan penelitian yang
hampir sama, sebaiknya mengambil sampel yang lebih luas, agar
generalisasi dapat dilakukan dengan baik.
b. Selain rasio ekonomi, rasio efisiensi, dan rasio efektivitas yang
dijadikan patokan penilaian kinerja dalam penelitian ini, peneliti
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
70
menyarankan rasio lain sebagai pendukung ketiga rasio tersebut
seperti rasio kemandirian dan rasio keadilan.
c. Penelitian lanjutan dari penelitian ini untuk menganalisa strategi yang
diperlukan untuk meningkatan kinerja keuangan khususnya di BLUD
Puskesmas Sukoharjo dan BLUD Puskesmas di Kabupaten Wonosobo
pada umumnya.
d. Penambahan jangka waktu pengambilan data agar hasil analisis lebih
bervariatif.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bastian, Indra. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:Penerbit Erlangga
Budiarto, Bambang. 2007. Pengukuran Keberhasilan Pengelolaan KeuanganDaerah. Seminar Ekonomi Daerah. Surabaya.
Demi Aulia Arfan. (2014). “Analisis Value For Money dalam PengukuranKinerja Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Periode Tahun2011-2012”.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Francisca Erni.D.P. (2010) “Pengelolaan Anggaran dan Kinerja Puskesmas,Studi pada Puskesmas Danurejan I Yogyakarta”Skripsi”. FakultasEkonomi Universitas Sanata Dharma
Halim, Abdul. (2016). Akuntansi Sektor Pubik. Jakarta: Salemba Empat
Kepmenkes RI no, 128/Menkes/SK/II/2004. (2004). Kebijakan DasarPuskesmas. Jakarta
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset
Mahmudi. (2007). Manajemen Kinerja Sektor Publik, edisi revisi.Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mahsun, Muhamad. (2013). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:BPFE
Mufti Anas. (2009). “Analisis Kinerja dan Pengelolaan AnggaranPembiayaan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalam ProgramPemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS) Tahun 2008”Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Sebelas Maret
Peraturan Bupati Nomor 06 Tahun 2015 Tentang Pola Tata Kelola BadanLayanan Umum Daerah Puskesmas Sukoharjo
Peraturan Badan pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 tahun2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 06 tahun 2014 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonosobo
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
72
Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedomanteknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang penyelenggaraan KeuanganBadan Layanan Umum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahyn 2012 TentangPengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Rencana Strategis Bisnis BLUD Puskesmas Sukoharjo Tahun 2015-2019
Setiawan, Ngadirin. (2011). Penganggaran Bisnis (Teori dan Praktik).Yogyakarta: FISE UNY
Sugiyono (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Surat Keputusan Bupati Nomor - Tahun 2014 tentang Penetapan Puskesmassebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Ulum, Ihyaul. (2008). Akuntansi Sektor Publik. Malang: UMM Press.
Wikipedia Indonesia (2016). Organisasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi [diakses 01 Januari 2017]
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
Recommended