Lontarak dan studi sejarah

Preview:

Citation preview

Taufik Abdullah dalam Mukhlis: Dinamika Bugis-Makassar (1986), p. 80.

“(…) sejarah sesungguhnyamenyangkut dinamikakehidupan manusia,

khususnya masyarakatmanusia di masa lalu.”

- Ada banyak topik studi sejarah

1. teori

2. kejadian

3. tokoh

4. kebudayaan

5. agama

6. kombinasi

Ada banyak teori sejarah yang

bertujuan untuk menjelaskan apa yang

terjadi di zaman dahulu dan alasannya

kenapa itu terjadi.

Tentu saja teori membutuhkan bahan

agar bisa diuji pada kejadian, tokoh,

kebudayaan, agama dan sebagainya.

Teori tanpa bahan adalah hampa,

bahan tanpa teori juga hampa.

Ada terlalu banyak kejadian. Kita harus

membedakan antara kejadian yang

bermakna dan kejadian yang tidak

bermakna.

Di kebanyakan studi sejarah titik beratnya

ada pada kejadian yang paling penting

ialah perang dan lain sebagainya.

Itu dapat dikatakan sejarah besar namun

sejarah kecil juga ada, seperti kehidupan

petani sehari-hari pada zaman tertentu.

Salah satu bidang kesejarahan adalan

sejarah tokoh dalam sejarah bangsa. Di

Indonesia ada misalnya studi tentang

Diponegoro, Tan Malaka, Soekarno,

Soeharto dan lain sebagainya.

Kebudayaan kini tentu saja ada akarnya

dalam sejarah kebudayaan masa lalu. Apa

yang dimaksud dengan kebudayaan

tergantung pada periset masing-masing.

Kebudayaan di sini lain daripada

kebudayaan yang diteliti oleh antropology.

Antropologi merisetkan kebudayaan

sebagai sistem yang bermakna namun di

sini kebudayaan yang lebih terkait dengan

peristiwa zaman dulu.

Banyak riset dilakukan tentang agama.

Di Indonesia tentu banyak riset dilakukan

tentang sejarah Islam di Nusantara.

Kebanyakan informasi tentang sejarah

Islam di Indonesia sampai sekarang

dicari dalam sumber luar. Naskah masih

terlalu sedikit digunakan untuk menggali

informasi tentang sejarah itu, termasuk

lontaraq.

Buku sejarah yang paling enak dibaca

dan paling berhasil untuk menjelaskan

situasi adalah kombinasi dari kelima

topik yang dijelaskan di atas.

Biasanya ada hanya sedikit bahan yang

berasal dari zaman sejarah yang dapat.

Bahan itu biasanya dapat dirujuk di

perpustakaan atau arsip atau di koleksi

pribadi orang yang menyimpan bahan

tersebut. Bahan itu bisa merupakan

surat, buku, buku harian, surat resmi

pemerintahan, foto, film, catatan, dan

lain sebagainya.

Kronik.

“Hampir semua kerajaan Bugis dengan

seluruh daerah bawahannya hingga ke

tingkat paling bawah memiliki kronik

sendiri.” Pelras, Manusia Bugis 2006: 33.

(…) berisi catatan rinci mengenai silsilah

keluarga bangsawan, wilayah kerajaan,

catatan harian” dll. Pelras 2006:34.

- Kronik setempat (a’toriolong)

- Daftar dan silsilah raja-raja

(pang’uriseng)

- Catatan harian resmi atau pribadi

(lontaraq bilang)

- Tokoh terkemuka masa lalu, naskah

perjanjian dan persekutuan (ulu ada)

- Hukum adat.

Epos misalnya I La Galigo

Walaupun epos tidak merupakan

naskah sejarah, apa yang ditulis di

dalamnya bisa sangat bermakna untuk

diteliti.

Pelras 2006: 58 “Jika lontara bolehdisalin – sebagian atauseluruhnya – maka penyalin (…) bebas menambah ataumengubah bahan yang disalinnya berdasarkanpengetahuan yang diperolehdari naskah atau tradisi lisanlainnya.”

Metodologi pertama yang perlu

diterapkan adalah filologi. Jenis filologi

yang perlu diterapka bergantung pada

ciri khas naskah yang kita hadapi.

Metodologi kedua adalah metodologi

dan pendekatan sejarah.

Metodologi ketiga adalah antropologi,

agama, dan lain sebagainya.

Recommended