View
148
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Gelinas dan Dull (2008:p13), ”Sistem informasi adalah sistem buatan
manusia yang umumnya terdiri dari serangkaian komponen berbasis komputer dan
komponen manual dibuat untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data serta
memberikan informasi output kepada pengguna”. Sedangkan menurut O’Brien
(2005:p6), “Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur dari orang-orang,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi”. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan
serangkaian komponen yang terdiri dari orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak,
jaringan komunikasi, dan sumber daya yang dapat diproses menjadi suatu informasi
yang akan diberikan kepada user atau suatu organisasi.
2.1.2 Pengertian Akuntansi
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005:p8), ”Akuntansi dapat diartikan sebagai
sebuah sistem informasi yang menghasilkan pelaporan-pelaporan kepada pihak yang
berkepentingan tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan kondisi dari suatu bisnis”.
Sedangkan menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2007:p4-5), ”Akuntansi adalah
suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para penggguna yang
berkepentingan”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
akuntansi adalah sistem informasi yang mengumpulkan dan mencatat data ekonomi dari
aktivitas bisnis perusahaan dan kemudian memprosesnya menjadi sebuah laporan yang
berguna di dalam pembuatan keputusan untuk berbagai pihak pemakai, baik dari dalam
maupun dari luar perusahaan.
2.1.3 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.3.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Sarosa (2009:p13), ”Sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem
yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, serta memproses data sehingga
menghasilkan informasi yang berguna di dalam membuat suatu keputusan”. Sedangkan
menurut Rama dan Jones (2006:p5), ”Sistem informasi akuntansi merupakan subsistem
dari SIM (sistem informasi manajemen) yang menyediakan informasi akuntansi dan
keuangan, serta informasi lain yang diperoleh dari transaksi akuntansi yang rutin”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi yang dapat
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, serta memproses data sehingga dapat
menyediakan informasi akuntansi dan keuangan yang berguna untuk pengambilan suatu
keputusan.
2.1.3.2 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, dan Wong-On-Wing (2000:p8), ”Tujuan
sistem informasi akuntansi diantaranya sebagai berikut:
10
1. Mendukung operasional sehari-hari
Di dalam kegiatan operasional sehari-hari, perusahaan melakukan sejumlah aktivitas
bisnis yang biasa disebut transaksi.
2. Mendukung pengambilan keputusan bagi pihak pengambil keputusan internal
Manajer perusahaan merupakan pihak pembuat keputusan utama yang akan
menggunakan hasil dari pemrosesan transaksi. Untuk itu, tujuan sistem informasi
akuntansi yaitu memberikan informasi bagi pihak pengambilan keputusan.
3. Memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan pekerjaan
Perusahaan harus memenuhi kewajibannya yaitu memberi informasi kepada pihak
pengguna eksternal seperti investor, kreditur, penagih pajak dan lainnya.”
Menurut Rama dan Jones (2006:p6), ”Kegunaan dari sistem informasi akuntansi
antara lain, sebagai berikut:
1. Menghasilkan laporan-laporan eksternal
Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-
laporan khusus yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan informasi yang
dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan seperti investor, kreditur, penagih pajak
dan lainnya.
2. Mendukung aktivitas rutin
Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk mendukung aktivitas rutin
di dalam perusahaan untuk siklus operasi perusahaan seperti penerimaan pesanan,
pengiriman barang, penagihan piutang, hingga penerimaan kas.
3. Mendukung pengambilan keputusan
11
Informasi pun dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang bersifat
non-rutin pada semua tingkat organisasi, seperti informasi mengenai produk yang
paling laku terjual dan informasi mengenai pelanggan yang melakukan pembelian
terbanyak. Informasi tersebut penting untuk perencanaan produk baru, untuk
memutuskan produk yang mana yang harus selalu tersedia serta cara untuk
memasarkan produk kepada pelanggan.
4. Perencanaan dan pengendalian
Sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Informasi mengenai anggaran dan biaya standar akan disimpan menggunakan sistem
informasi agar dapat dirancang laporan untuk membandingkan antara anggaran yang
telah ditetapkan dengan jumlah yang sesungguhnya.
5. Mengimplementasikan pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang
digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau penggelapan dan
untuk memelihara akurasi data keuangan. Hal tersebut dapat tercapai dan berhasil
dengan membangun pengendalian ke dalam sebuah sistem informasi akuntansi yang
terkomputerisasi.”
2.1.3.3 Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006:p6), dapat disimpulkan bahwa ”Sistem
informasi akuntansi memiliki enam komponen, yaitu:
1. Orang
Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan menjalankan berbagai fungsi.
12
2. Prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi
Prosedur dan instruksi baik manual maupun terotomatisasi yang terlibat di dalam
kegiatan pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai kegiatan
organisasi.
3. Data
Data mengenai organisasi dan proses bisnis dari organisasi.
4. Software
Software yang digunakan untuk mengolah data organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi
Infrastruktur teknologi informasi termasuk komputer, peripheral devices, dan
perangkat jaringan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses,
menyimpan dan mentransmisikan data serta informasi.
6. Pengendalian internal dan langkah pengamanan
Pengendalian yang dilakukan untuk menjaga keamanan data di dalam sistem
informasi akuntansi.”
2.1.3.4 Siklus Pemrosesan Transaksi Pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006:p29), ”Siklus pemrosesan transaksi pada
sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan dalam
melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, hingga penjualan barang atau jasa.
Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi menjadi lima subsistem, antara lain:
1. Revenue cycle (siklus pendapatan), terjadi dari transaksi penjualan hingga
penerimaan kas.
13
2. Expenditure cycle (siklus pengeluaran), terdiri dari transaksi pembelian dan
pengeluaran kas.
3. Human Resource/Payroll cycle (siklus sumber daya manusia), terdiri dari peristiwa
yang berhubungan dengan perekrutan tenaga kerja dan pembayaran gaji untuk
tenaga kerja.
4. Production cycle (siklus produksi), terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan
pengubahan bahan mentah menjadi produk/jasa yang siap untuk dipasarkan.
5. Financing cycle (siklus keuangan perusahaan), terdiri dari peristiwa yang
berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.”
2.1.4 Sistem Informasi Akuntansi Penjualan, Piutang Dagang dan Penerimaan
Kas
2.1.4.1 Pengertian Penjualan
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005p232), ”Penjualan merupakan jumlah
yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang yang dijual, baik secara tunai maupun
secara kredit”. Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007:p909), dapat
disimpulkan bahwa yang termasuk transaksi penjualan adalah “(1) penjualan produk dan
(2) penyediaan jasa”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penjualan adalah pemindahan manfaat dan hak kepemilikan barang atau jasa dari pihak
penjual kepada pihak pembeli, baik penjualan kredit maupun penjualan tunai.
2.1.4.2 Pengertian Piutang Dagang
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2007:p318), ”Piutang adalah klaim
yang diberikan terhadap pelanggan dan yang lainnya untuk mendapatkan uang, barang
14
atau pun jasa”. Sedangkan menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2007:p512),
”Piutang adalah jumlah yang dapat ditagih dalam bentuk tunai dari seseorang atau
perusahaan lain”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
piutang dagang adalah klaim yang diberikan kepada pelanggan yang timbul sebagai
akibat dari pertukaran manfaat ekonomis dan diharapkan dapat berubah menjadi kas di
dalam jangka waktu yang singkat.
2.1.4.3 Pengertian Penerimaan Kas
Menurut Romney dan Steinbart (2006:p371), ”Aktivitas terakhir di dalam siklus
pendapatan berhubungan dengan penerimaan kas. Kasir akan melaporkan penerimaan,
menangani remittance pelanggan dan akan menyetorkan uang ke bank”. Sedangkan
menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005:p284), ”Kas termasuk uang koin, uang kertas,
cek, money order dan deposito yang tersedia untuk langsung digunakan baik yang ada di
bank maupun di institusi keuangan lainnya”.
Dari uraian tersebut, penerimaan kas digunakan sebagai sumber dana bagi suatu
perusahaan untuk membiayai kegiatan perusahaan. Penerimaan kas dapat dibagi menjadi
dua bentuk, yaitu penerimaan kas dalam bentuk tunai dan penerimaan kas dalam bentuk
cek, giro, serta transfer melalui bank.
2.1.4.4 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, dan Wong-On-Wing (2000:p416), ”Tujuan
sistem informasi akuntansi penjualan, sebagai berikut:
1. Mencatat order penjualan secara akurat dan cepat.
2. Mengidentifikasi pelanggan yang layak untuk mendapatkan kredit.
15
3. Mengirimkan produk atau melakukan pelayanan pada waktu yang tepat.
4. Menagih piutang kepada pelanggan secara tepat waktu.
5. Mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara tepat dan akurat.
6. Memposting penjualan dan penerimaan kas ke account yang berhubungan ke dalam
buku besar piutang.
7. Mengamankan produk hingga saat pengiriman.
8. Mengamankan kas sampai deposit.”
2.1.4.5 Dokumen-Dokumen yang Digunakan dalam Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan, Piutang Dagang, dan Penerimaan Kas
Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, dan Wong-On-Wing (2000:p419),
”Dokumen-dokumen yang yang dibutuhkan di dalam sistem informasi akuntansi
penjualan, piutang dagang, dan penerimaan kas adalah sebagai berikut:
1. Costumer order
Berupa pesanan pembelian yang diterima dari pelanggan atau berupa formulir yang
dipersiapkan oleh karyawan penjualan dari perusahaan penjual.
2. Sales order
Berupa dokumen yang diterbitkan perusahaan berdasarkan pesanan pelanggan.
3. Picking list
Berupa salinan pesanan yang merupakan dokumen terpisah yang dikirmkan ke
bagian gudang dan untuk mengambil barang yang telah dipesan.
4. Packing slip
Berupa salinan dari picking list yang ditempelkan pada barang untuk persiapan
pengiriman.
16
5. Shipping notice
Dokumen yang digunakan sebagai bukti pengiriman barang.
6. Sales invoice
Berupa dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan untuk menyatakan berapa
jumlah penjualan.
7. Remitance advice
Berupa dokumen yang menunjukkan penerimaan kas dari pelanggan.
8. Deposit slip
Dokumen yang menyertai penyetoran kas ke bank.
9. Back order
Berupa dokumen yang dipersiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak
mencukupi pesanan dari pelanggan.
10. Credit memo
Berupa dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan untuk
pengembalian penjualan dan penyisihan penjualan.
11. Credit application
Berupa formulir yang dipersiapkan ketika pelanggan mengajukan kredit.
12. Sales person call report
Berupa dokumen yang digunakan untuk menggambarkan panggilan yang dibuat oleh
bagian penjualan kepada pelanggan yang potensial dan mengidentifikasi hasil dari
panggilan tersebut.
13. Delinquent notice
Berupa catatan yang dikirimkan kepada pelanggan yang telah melewati batas saldo
kredit.
17
14. Right of notice
Berupa dokumen yang dipersiapkan oleh manajer kredit ketika akun dinyatakan
tidak dapat tertagih.
15. Write off notice
Berupa dokumen yang dipersiapkan oleh manajer kredit ketika sebuah akun piutang
telah dipertimbangkan tidak dapat tertagih.
16. Bill of lading
Berupa dokumen pengiriman yang digunakan untuk suatu perusahaan pengiriman
yang akan mengirimkan produk.
17. Cash register receipt
Berupa dokumen yang digunakan oleh retailer untuk menggambarkan penerimaan
kas.”
2.1.4.6 Prosedur-Prosedur dalam Sistem Informasi Penjualan, Piutang Dagang,
dan Penerimaan Kas
Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, dan Wong-On-Wing (2000:p422-428),
”Prosedur-prosedur di dalam sistem informasi penjualan, piutang dagang, dan
penerimaan kas sebagai berikut:
a. Order Entry
Setiap pesanan dari pelanggan dimasukkan ke dalam sebuah formulir penjualan
berdasarkan formulir pesanan pembelian dari pelanggan atau pesanan melalui
telepon. Langkah awal yang dilakukan dalam memasukkan pesanan adalah
pengecekan apakah jumlah barang yang dipesan telah tersedia. Apabila jumlah
barang yang ada tidak mencukupi, maka akan dilakukan proses back order.
18
Kemudian akan dilakukan pengecekan status kredit pelanggan dengan
membandingkan jumlah limit kredit dengan total piutang ditambah dengan total
pesanan penjualan. Apabila semua kebijakan kredit telah terpenuhi, maka akan
dibuat costumer order acknowledgement untuk pelanggan, picking list untuk bagian
gudang, dan salinan file cadangan.
b. Shipping
Apabila barang yang dipesan telah dipersiapkan oleh bagian gudang, maka proses
selanjutnya adalah proses pengiriman barang. Beberapa dokumen yang diperlukan di
dalam proses pengiriman, antara lain : packing slip, bill of lading, dan shipping
notice.
c. Billing
Setelah shipping notice diterima, pada saat itu, (1) sales invoice dicetak, (2)
pendebetan piutang pelanggan dengan jumlah yang ditagih, (3) catatan persediaan
dikurangi dengan jumlah barang yang telah dikirim, (4) sales order ditutup ke sales
history file, (5) record baru dibuat dalam sales invoice file, dan (6) jumlah penjualan
dan piutang diposting ke akun buku besar yang bersangkutan. Sales invoice akan
dikirimkan kepada pelanggan.
d. Preparing Analyses and Reports
Pada akhir hari, daftar tagihan dan ringkasan piutang akan dicetak. Daftar tagihan
adalah sebuah daftar transaksi penjualan yang terdiri dari data-data yang berkaitan
dengan tagihan penjualan yang disiapkan pada hari tersebut. Ringkasan piutang
menunjukkan perubahan pada akun pelanggan yang terjadi akibat transaksi pada hari
tersebut.
19
e. Handling Sales Returns and Allowances
Retur penjualan terjadi ketika pelanggan yang tidak puas mengirimkan kembali
seluruh atau sebagian barang yang telah dipesan. Untuk itu, memo kredit akan
disiapkan untuk mengurangi akun piutang pelanggan sebagai dampak dari retur
penjualan.
f. Processing Back Orders
Back order diperlukan ketika jumlah persediaan tidak mencukupi untuk memenuhi
semua pesanan. Back order melibatkan penyiapan form back order, menunjukkan
pelanggan yang memesan, nomor pemesanan, jumlah yang dibutuhkan, dan tanggal
permintaan. Form ini akan dikirimkan ke pemasok yang terpilih.”
2.1.4.7 Laporan-Laporan yang Digunakan Dalam Sistem Informasi Akuntansi
Penjualan, Piutang Dagang, dan Penerimaan Kas
Menurut Wilkinson, Cerullo, Raval, dan Wong-On-Wing (2000:p436-442),
”Laporan-laporan yang terkait dengan sistem informasi akuntansi, piutang dagang dan
penerimaan kas, sebagai berikut:
1. Operational listing and reports
Laporan atau daftar ini berupa kumpulan dari informasi transaksi
operasional/kegiatan sehari-hari perusahaan yang meliputi monthly statement, open
orders report, sales invoice register, shipping register, cash receipts journal, dan
credit memo register.
2. Inquiry display screens
Penyelidikan oleh karyawan klerikal yang lebih spesifik dan juga melibatkan data
yang relatif terbatas.
20
3. Scheduled managerial reports
Berupa berbagai macam laporan yang biasanya dipersiapkan secara periodik untuk
digunakan oleh manajer pemasaran, yang terdiri dari accounts receivable aging
schedule, reports on critical factors, sales analyses, dan cash flow statements.
4. Demand managerial report
Demand managerial reports adalah laporan khusus yang tidak dijadwalkan.
Informasinya juga digunakan terutama untuk pengambilan keputusan dan
pengendalian.”
2.1.5 Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
Menurut Mardiasmo (2009:p269), ”Pajak pertambahan nilai merupakan
pengganti dari pajak penjualan. Alasan penggantian ini karena pajak penjualan dirasa
sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai
sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan Negara,
mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Pajak pertambahan nilai
merupakan:
1. Pajak tidak langsung, dan
2. Pajak atas konsumsi dalam negeri.”
2.1.6 Sistem Pengendalian Internal
2.1.6.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006:p103), ”Pengendalian internal adalah proses
yang dipengaruhi oleh jajaran direksi, manajemen, dan personel lainnya, dengan tujuan
untuk menyediakan jaminan kepastian sehubungan dengan pencapaian suatu tujuan di
21
dalam beberapa kategori yaitu keefektifan dan efisiensi, laporan keuangan yang bisa
diandalkan dan kesesuaian dengan hukum serta regulasi yang berlaku”. Sedangkan
menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2003:p373), ”Pengendalian internal adalah suatu
proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam
suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan
dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan.
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
c. Efektivitas dan efisiensi operasional.”
Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal
adalah sebuah proses yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bertujuan untuk
melindungi kekayaan organisasi, mengecek keandalan informasi dalam pelaporan, dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
2.1.6.2 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006:p105), ”Laporan COSO mengidentifikasikan
lima komponen pengendalian internal yang memiliki pengaruh terhadap kemampuan
organisasi untuk mencapai tujuan pengendalian internal, yaitu sebagai berikut:
1. Control environment
Mengarah kepada beberapa faktor yang disusun oleh organisasi untuk
mengendalikan kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut meliputi integritas,
nilai etika, dan filosofi manajemen serta cara operasi. Juga termasuk di dalamnya
cara pihak manajemen menentukan otoritas dan tanggung jawab, mengatur dan
22
mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunjuk dari board of
directors.
2. Risk Assessment
Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap risiko yang dapat menghambat
pencapaian tujuan dari pengendalian internal.
3. Control Activities
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk
menangani risiko yang mungkin dan risiko yang telah ada. Control activities
mencakup :
a. Performance reviews, kegiatan yang memiliki hubungan dengan analisis
terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan
anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode sebelumnya.
b. Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk mengotorisasi
transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan juga untuk menjaga aset
yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.
c. Application control, berkaitan dengan aplikasi sistem informasi akuntansi.
d. General control, berkaitan dengan pengawasan yang lebih luas yang
berhubungan dengan berbagai aplikasi.
4. Information and Communication
Sistem Informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (baik otomatis maupun
manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses dan melaporkan
kejadian atas proses-proses yang terjadi di dalam suatu organisasi.
23
5. Monitoring
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa
pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang diharapkan.”
2.1.7 Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek
Analisis dan perancangan berorientasi objek atau object oriented analysis and
design (OOAD) mencakup analisis dan desain sebuah sistem dengan pendekatan objek,
yaitu analisis berorientasi objek (OOA) dan desain berorientasi objek (OOD).
a. Analisis berorientasi objek (object oriented analysis)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p60), “Object oriented analysis
mendefinisikan semua tipe objek yang melakukan pekerjaan di dalam sistem dan
menampilkan apa saja interaksi pengguna yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
seluruh tugas tersebut”.
b. Desain berorientasi objek (object oriented design)
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p60), “Object oriented design
mendefinisikan semua tipe objek yang dibutuhkan untuk disampaikan kepada orang-
orang dan alat-alat didalam sistem serta menunjukkan bagaimana objek-objek
tersebut berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan definisi dari
setiap objek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan
tertentu”.
2.1.7.1 Activity Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p144), “Workflow adalah sequence
dari langkah-langkah pemrosesan yang menangani seluruh transaksi bisnis atau
24
permintaan dari pelanggan. Metodologi yang umumnya digunakan yaitu flowcharts dan
activity diagram. Activity diagram merupakan diagram alur kerja (workflow) sederhana
yang menggambarkan aktivitas dari user (atau sistem) yang berbeda-beda, orang yang
melakukan setiap aktivitas, dan aliran yang berurutan dari aktivitas tersebut”.
2.1.7.2 Event Table
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p167), “Event adalah sesuatu yang
terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dijelaskan dan patut untuk diingat.
Event terbagi dalam 3 tipe, yaitu:
1. External event
Event yang terjadi diluar dari sistem, biasanya dimulai oleh external agent, yaitu
orang atau unit organisasi yang menyediakan atau menerima data dari sistem, tetapi
belum tentu mereka adalah pengguna dari sistem.
2. Temporal event
Event yang terjadi akibat dari tercapainya suatu titik waktu tertentu. Temporal event
berbeda dengan external event karena sistem ini akan menghasilkan output yang
dibutuhkan tanpa harus diperintah. Dengan kata lain, external agent tidak membuat
permintaan, tetapi sistem akan menghasilkan informasi atau output yang dibutuhkan
ketika informasi tersebut dibutuhkan.
3. State event
Event yang akan terjadi ketika sesuatu terjadi di dalam sistem, sehingga memicu
adanya kebutuhan untuk pemrosesan.”
25
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p174), “Event table adalah sebuah
pedoman dari use case yang menjabarkan event di dalam baris dan potongan-potongan
kunci informasi mengenai tiap-tiap event di dalam kolom. Sebuah event table terdiri dari
baris dan kolom yang mewakili event dan detailnya. Informasi yang ditampilkan dalam
event table terdiri dari:
1. Event
Peristiwa yang menyebabkan sistem melakukan sesuatu.
2. Trigger
Sinyal yang memberitahu sistem bahwa suatu peristiwa telah terjadi, baik karena
adanya data yang harus diproses maupun karena suatu titik waktu tertentu.
3. Source
External agent yang memberikan data kedalam sistem.
4. Use Case
Apa yang dilakukan sistem ketika suatu peristiwa terjadi.
5. Response
Keluaran atau output yang dihasilkan oleh sistem.
6. Destination
External agent yang menerima data dari sistem.”
2.1.7.3 Use Case
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p175), “Use case adalah aktivitas
yang dilakukan oleh sistem dalam merespon event yang terjadi.“
26
2.1.7.4 Class Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p185), “Class diagram merupakan
diagram yang digunakan untuk menentukan problem domain classes. Pada class
diagram, kotak segi empat menggambarkan class dan garis yang menghubungkan antar
kotak segi empat (class) tersebut menunjukkan asosiasi antar class.”
Format yang digunakan untuk menentukan masing-masing atribut:
1. Attribute visibility
Visibility menunjukkan apakah object lain dapat mengakses attribute secara
langsung atau tidak. Tanda + (plus) mengindikasikan attribute dapat terlihat atau
public, dan tanda - (minus) menandakan bahwa attribute tidak dapat terlihat atau
private.
2. Attribute name
3. Type-expression
Dapat berupa character, string, integer, number, currency, atau date.
4. Initial value
5. Property
Ditempatkan dalam kurung kurawal. Contohnya: {key}.
Format yang digunakan dalam method list:
1. Method visibility
2. Method name
3. Type-expression: tipe dari return parameter dari method.
4. Method parameter list: argument yang masuk.
27
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p189), “Ada dua hirarki dalam
notasi class diagram, yaitu:
1. Generalization/specialization notation
Generalization/specialization didasarkan oleh pengelompokan hal-hal berdasarkan
persamaan dan perbedaan. Generalization adalah pengelompokan hal-hal dengan
jenis yang sama, contohnya ada banyak jenis kendaraan seperti mobil, motor,
sepeda, pesawat, dan sebagainya. Sedangkan specialization adalah pengelompokan
jenis-jenis hal yang berbeda, sebagai contoh jenis khusus dari mobil adalah mobil
sport, sedan, jeep, dan sebagainya. Generalization/specialization hierarchy
digunakan untuk mengurutkan hal-hal umum menjadi lebih khusus.
2. Whole-part hierarchy notation
Whole-part hierarchies menggambarkan hubungan keterkaitan antara sebuah objek
dengan komponennya. Ada dua jenis whole-part hierarchies, yaitu aggregation dan
composition. Aggregation digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan
antara agregat (keseluruhan) dan komponennya (bagian-bagian) dimana bagian-
bagain tersebut dapat berdiri sendiri secara terpisah, sedangkan composition
digunakan untuk menggambarkan hubungan keterikatan yang lebih kuat, dimana
tiap-tiap bagian tidak dapat berdiri sendiri secara terpisah.”
2.1.7.5 System Sequence Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p315), ”System sequence diagam
digunakan untuk mendokumentasikan masukan dan keluaran sistem untuk use case
tunggal atau scenario. Sebuah system sequence diagram menggambarkan interaksi
28
antara sistem dengan dunia luar yang direpresentsikan oleh actor. Sistem itu sendiri
diperlakukan sebagai object tunggal yang dinamakan dengan :System.”
2.1.7.6 Data Access Layer Diagram
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p322-323), “Prinsip pemisahan
tanggung jawab diberlakukan pada data access layer. Pada sistem yang besar atau rumit
sangat wajar untuk membuat kelas-kelas yang memiliki tanggung jawab yang erat untuk
menjalankan perintah database SQL, mendapatkan hasil dari query, dan menyediakan
informasi untuk domain layer.”
Perbedaan antara bahasa pemograman dan bahasa database sebagian didorong
tren ke multilayer design. Desain, pemrograman, dan pemeliharaan suatu sistem lebih
mudah jika kelas-kelas yang terpisah dibatasi untuk mengakses database dan mengambil
data yang ada di form yang kondusif untuk diproses didalam komputer.
2.1.7.7 Interface
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p441-442), ”Interface adalah
tempat dimana sistem informasi menangkap input dan menghasilkan output, serta
terjadinya input dan output antara system dan lingkungannya. Ada dua tipe dari interface
yaitu user interface dan system interface. User interface bagian dari sistem informasi
yang membutuhkan interaksi dari user untuk menghasilkan input dan output.”
Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:p454-457) ”Untuk meningkatkan
kegunaan dari sistem aplikasi penting untuk memiliki system interface yang dirancang
dengan baik. Shneiderman mendekripsikan panduan untuk desain interaksi yang baik
dalam "The Eight Golden Rules for Designing Interactive Interface", yaitu:
29
1. Strive for consistency (konsistensi)
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan
pada prompt, menu, serta layar bantuan.
2. Enable frequent users to use shortcuts (memungkinkan pengguna untuk
menggunakan shortcuts)
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan
interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan
fasilitas makro.
3. Offer information feedback ( memberikan umpan balik yang informatif)
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik.
Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan
umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting,
maka umpan balik sebaiknya lebih substansial. Misalnya muncul suatu suara ketika
salah menekan tombol pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya.
4. Design dialogs to yield closure (merancang dialog untuk menghasilkan suatu
penutupan)
Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian awal,
tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan memberikan indikasi bahwa
cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan
berikutnya.
5. Offer simple error handling (memberikan penanganan kesalahan yang sederhana)
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan
kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan
30
cepat dan memberikan mekanisme yang sedehana dan mudah dipahami untuk
penanganan kesalahan.
6. Permits easy reversal of actions (mudah kembali ke tindakan sebelumnya)
Hal ini dapat mengurangi kekhawatiran pengguna karena pengguna mengetahui
kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk
mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan.
7. Support internal focus of control (mendukung tempat pengendalian internal)
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan yang
dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem mengontrol pengguna.
Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi inisiator
daripada responden.
8. Reduce short-term memory load (mengurangi beban ingatan jangka pendek)
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau banyak
tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan
untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan.”
2.1.7.8 Desain Basis Data
Menurut Indrajani (2011:p51), “Desain basis data adalah proses membuat desain
yang akan mendukung operasional dan tujuan perusahaan. Tujuan desain basis data
adalah:
1. Menggambarkan relasi data antara data yang dibutuhkan oleh aplikasi dan user view.
2. Menyediakan model data yang mendukung seluruh transaksi yang diperlukan.
3. Memspesifikasikan desain dengan struktur yang sesuai dengan kebutuhan sistem.”
31
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam mendesain basis data, yaitu:
1. Top-down
Diawali dengan membuat data model. Pendekatan top-down dapat diilustrasikan
menggunakan entity relationship (ER) model yang high level, lalu
mengidentifikasikan entity, dan relationship antar entity organisasi. Pendekatan ini
sesuai bagi basis data yang kompleks.
2. Bottom-up
Dimulai dari level dasar attribute menganalisa hubungan antar attribute,
mengelompokkannya dalam suatu relasi yang menggambarkan tipe entity dan relasi
antara entity. Pendekatan ini sesuai bagi basis data dengan jumlah attribute yang
sedikit.
3. Inside – out
Mirip seperti pendekatan bottom-up, perbedaannya adalah pada tahap awal
mengidentifikasi major entity lalu menguraikannya menjadi entity relasi dan
attribute yang berhubungan dengan major entity.
4. Mixed
Menggunakan pendekatan bottom-up dan top-down.
2.1.7.9 Teori Normalisasi
Menurut Indrajani (2011:p57-58), “Normalisasi adalah suatu tekhnik dengan
pendekatan bottom up yang digunakan untuk membantu mengidentifikasikan hubungan,
dimulai dari menguji hubungan, yaitu functional dependencies antara atribut. Pengertian
lainya adalah suatu tekhnik yang menghasilkan sekumpulan hubungan dengan sifat-sifat
yang di inginkan dan memenuhi kebutuhan perusahaan.”
32
Tujuan normalisasi
Tujuan utama normalisasi adalah mengidentifikasikan kesesuaian hubungan yang
mendukung data untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Adapun karakteristik
hubungan tersebut mencakup :
1. Minimal jumlah atribut yang diperlukan untuk mendukung kebutuhan perusahaan.
2. Atribut dengan hubungan logika yang menjelaskan mengenai functional
dependencies.
3. Minimal duplikasi untuk tiap atribut.
Peranan normalisasi dalam perancangan basis data
Normalisasi adalah suatu teknik formal yang dapat digunakan dalam perancangan basis
data. Peranan normalisasi dalam hal ini adalah dalam penggunaaan pendekatan bottom
up dan teknik validasi. Teknik validasi digunakan untuk memeriksa apakah struktur
relasi yang dihasilkan oleh ER modeling itu baik atau tidak baik .
Terdapat enam bentuk normalisasi yang biasa di gunakan, yaitu:
1. First normal form (1NF) atau normalisasi tingkat 1.
2. Second normal form (2NF) atau normalisasi tingkat 2.
3. Third normal form (3NF) atau normalisasi tingkat 3.
4. Boyce-codd normal form (BCNF).
5. Four normal form (4NF).
6. Five normal form (5NF).
33
2.2 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 mengambarkan dan menjelaskan kerangka pikir mengenai penulisan
dari skripsi ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
34
Pembangunan aplikasi ini menggunakan fase dari pengembangan system dimana
terdapat 4 fase yaitu fase inisiasi, fase analisis, fase perancangan & pengembangan, dan
fase implementasi. Pada fase awal yaitu fase inisiasi, diawali dengan persiapan dalam
mengumpulkan data-data mengenai gambaran umum perusahaan seperti visi dan misi,
tugas dan wewenang, serta Standard Operating Procedures (SOP) yang berhubungan
dengan proses penjualan, piutang dagang, dan penerimaan kas.
Selanjutnya data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis
data diawali dengan menganalisis SOP yang ada yaitu SOP yang berkaitan dengan
proses penjualan, piutang dagang, dan penerimaan kas, kemudian dari tiap SOP tersebut
akan ditelusuri aktivitas di dalam sistem, untuk acuan use case pada fase perancangan.
Desain dilakukan dengan membuat usecase berdasarkan rancangan fitur yang
telah dibuat, kemudian melakukan deskripsi usecase diagram secara detail yaitu dengan
usecase description. Domain class diagram diperoleh dari pengembangan usecase
descrption yang memberikan penjelasan mengenai alur data pada aplikasi yang akan
dirancang. Kemudian dari domain class diagram tersebut akan dibuat first cut diagram
yang lebih menjelaskan mengenai alur data beserta tipe datanya. Data access sequence
diagram menjelaskan apa yang dilakukan actor pada objek-objek dan database yang
akan dirancang. Updated Class Diagram dan Package diagram dapat dibuat melalui
Data access sequence diagram. Rancangan interface merupakan hasil output dari
diagram-diagram yang telah dirancang. Development dilakukan dengan menggunakan
pemograman VB.net, database dengan Microsoft SQL.
Implementasi dirancang dengan membuat spesifikasi hardware dan software
diengan menyesuaikan dengan kondisi IT pada PT. Kimia Farma Trading &
35
Distribution. Rancangan implementasi (jadwal) dibuat dengan menggunakan Gantt
Chart.
36
Recommended