View
813
Download
10
Category
Preview:
Citation preview
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah kenyataan yang tak
terbantahkan dan memang sudah kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak
paham dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita, dan itu membuat
sering terjadinya salah paham yang berujung pada konflik. Manusia juga
diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga kita
berinteraksi secara makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Selain itu
sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas, sehingga
manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan
makhluk spiritual.
Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk
saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu
dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia
satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga fungsi-
fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi
dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi
sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya.
Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya kebutuhan akan fungsi
tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan
oleh berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan
masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
2
kebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang bisa diadaptasi oleh
masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan
individu, kelompok, dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi
utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab.
Sosiologi komunikasi mengungkapkan bahwa tindakan awal untuk
menyelaraskan fungsi-fungsi sosial yang ada di dalam manusia, adalah dengan
melakukan interaksi sosial, atau tindakan komunikasi antara satu pihak dengan
yang lainnya. Aktivitas interaksi manusia ini bisa berupa tindakan verbal, non-
verbal, atau bahkan bersifat simbolis. Kebutuhan manusia akan interaksi sosial
melahirkan budaya-budaya yang beragam nilai dan norma-normanya. Nilai dan
norma ini dibentuk oleh manusia agar tercipta keseimbangan sosial (social
equilibrium) antara hak dan kewajiban sehingga tercipta tatanan sosial (social
order) dalam proses kehidupan bermasyarakat.
Karena salah satu unsur terpenting dari kehidupan sosial manusia adalah
komunikasi, maka lahirlah kebutuhan ilmu untuk mengkaji kekhususan dalam
studi-studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi. Sosiologi komunikasi
membaca fenomena sosial melalui perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek
khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok masyarakat, budaya,
dan dunia terutama antar kalangan mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN
Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan riil tersebut,
maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara mendalam dan
mengungkap dinamika sosiologi komunikasi Pesantren Mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
3
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ?
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun
sosiologi komunikasi ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan mendasar dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana model sosiologi komunikasi antar
mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
2. Untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi
oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
dalam rangka membangun sosiologi komunikasi
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kehadiran penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti sendiri, seluruh
civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya (mahasiswa, tenaga pendidik,
tenaga kependidikan, dan para pimpinan lembaga), maupun masyarakat cendekia
yang berada di ranah luar institusi UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai model
sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan
Ampel Surabaya, khususnya mengenai pola, bentuk, media, faktor pendorong, dan
sekaligus faktor penghambat dan juga kendala-kendala apa saja yang dihadapi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
4
oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam
rangka membangun sosiologi komunikasi
E. DEFINISI KONSEP
Ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau
rangkaian kata. Suatu hal atau persoalan yang dirumuskan dalam merumuskan
kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.
Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu
yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia untuk
berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi
intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran,
suatu ide atau gambaran mental.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini memuat lima bab yang masing-masing mempunyai
relasi, diantaranya:
BAB I ; Berisi mengenai Pendahuluan yang disajikan pokok
permasalahan, dalam bab ini memuat diantaranya; latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi konsep, dan
sistematika pembahasan.
BAB II ; Tinjauan Pustaka, meliputi : pertama, tentang Sosiologi
Komunikasi yang mencakup :Pengertian Sosiologi Komunikasi, Ruang Lingkup
Sosiologi Komunikasi, dan Pola-pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi, Kedua
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
5
tentang Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok sebagai Bagian
dari Sosiologi Komunikasi, dan ketiga, Teori Sosiologi Komunikasi tentang
Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok.
BAB III ; Metode Penelitian yang mencakup tentang Pendekatan
Penelitian, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Instrumen Penelitian,
Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Data.
BAB IV ; Penyajian dan Analisis Data meliputi : Deskripsi Obyek
Penelitian, Hasil Penelitian, dan Telaah Teori tentang Hasil Penelitian.
BAB V ; Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran, dan pada bagian
akhir karya ilmiah: terdiri dari daftar pustaka.
Untuk lebih jelasnya Laporan penelitian ini dibagi atas beberapa bab.
1. Bagian Pertama (Pendahuluan)
Pada Bab I ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara
lain:
a. Latar Belakang Masalah
Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik
permasalahan yang bersangkutan.
b. Rumusan Masalah
Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam
penelitian yang bersangkutan.
c. Tujuan Penelitian
Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari
penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
6
d. Manfaat Penelitian
Sesuatu yang dapat diambil dari obyek yang diteliti oleh peneliti yang
dijadikan sebagai bahan laporan yang awalnya peneliti hanya
menghipotesis saja namun dengan melakukan penelitian maka peneliti
akan mengetahui apa yang selama ini hanya hipotesis menjadi kenyataan.
Untuk orang lain yaitu sesuatu yang dapat dipelajari dan diambil dari hasil
penelitian yang telah disusun rapi oleh peneliti yang kemudian dibaca oleh
pembaca dan dapat diperoleh kesimpulan yang bermanfaat daloam
kehidupannya.
e. Definisi Konsep
Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu
yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan
manusia untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang
umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau
peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.
f. Sistematika Pembahasan
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Karya
tulis ilmiah.
g. Metode Penelitian
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara
pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data.
1) Jenis-Jenis Metode Penelitian: Studi Pustaka: Semua bahan diperoleh
dari buku-buku dan/atau jurnal.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
7
2) Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian.
3) Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas.
2. Bagian Kedua (Tinjauan Pustaka)
Pada Bab II Tinjauan Pustaka ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang
meliputi antara lain :
a. Konsep atau terminologi yang diteliti
Penjelasan mengenai makna atau definisi masalah yang di teliti diserati
sumber kutipan.
b. Teori
Teori yang digunakan dalam sebuah penelitian
3. Bagian Ketiga (Metode penelitian)
Pada Bab Metode penelitian ini Menjelaskan cara pengambilan dan
pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada.
4. Bagian Keempat (Penyajian dan Analisis Data)
Pada Bab Penyajian dan Analisis Data ini terdiri dari beberapa sub pokok
bab yang meliputi antara lain :
a. Deskripsi Obyek Penelitian
Deksripsi penelitian di dapat dari teknik pengumpulan data, alurnya logis,
sistematis dan kronologi.
b. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil dari wawancara yang didapat dari
narasumber yang dilakukan secara langlung bertatap muka, kemudian
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
8
dirangkum dan dijadikan satu sehingga memperoleh suatu hasil penelitian
yang signifikan dan faktual.
c. Telaah Teori tentang Hasil Penelitian
Telaah teori tentang hasil penelitian memiliki beberapa tujuan penting
yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:1
1) Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep penting yang
digunakan, serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup didalamnya.
Meskipun penelitian kualitatif tidak pernah dimaksudkan untuk
mengungkap hipotesis sehingga peneliti memang tidak harus
berpegang pada definisi-definisi tertentu untuk konsep-konsep yang
digunakan, tetapi peneliti tetap membutuhkan penjelasan mengenai
konsep yang dihadirkan.
2) Memperoleh pijakan untuk dapat mengemukakan penjelasan-
penjelasan teoritik tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan
peneliti dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
3) Memperoleh acuan dalam upaya mengidentifikasi dan mengemukakan
justifikasi mengenai ruang-ruang lingkup dari gejala komunikasi yang
diteliti.
4) Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-posisi penelitian
yang sedang dilakukan di antara penelitian-penelitian lain yang sudah
ada sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan kritis
terhadap penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang digunakan.
1 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS, Yogyakarta, 2007), hlm. 81-83.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
9
5) Memperoleh ilustrasi penelitian sejenis baik dilihat dari segi metode
dan atau prosedur penelitian yang digunakan maupun temuan-temuan
yang dihasilkan peneliti lain.
6) Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil (temuan)
penelitian yang dilakukan diantara hasil-hasil (temuan) penelitian lain.
5. Bagian Kelima (Penutup)
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran.
a. Kesimpulan
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari
penelitian.
b. Saran
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian.
6. Daftar Pustaka
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam
penulisan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi
pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri
sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-Simon, Auguste
Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang
beraliran Perancis.
Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan
pemikiran Auguste Comte, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan
sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang
beraliran struktural fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl
Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori
kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah
yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya.
Apa yang disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran Kolektif”
oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx serta ”tindakan komunikatif” dan
”teori komunikasi” oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi
komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya gagasan-
gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
11
sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural fungsional maupun dalam
perspektif konflik.
Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori
kritis dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam
sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam teori sistem tindakan maupun
dalam skema Agil, serta kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional,
struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting
terhadap lahirnya teor-teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya.
Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang berhubungan dengan
sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi.
Sosiologi. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang kemudian
melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan
studi-studi interelasi yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai
ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi.
Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya
untuk berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah
menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja
halnya dengan orang memakai cincin. Memang cincin di pasangkan pada jari
tanggan. Akan tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari.
Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.2
2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
12
1. Pengertian Sosiologi Komunikasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi adalah kekhususan
sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau
komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para
individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soerjono
Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu
bagaimana seseorang berbicara kepada publik.
Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi
sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti
bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media,
bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan
bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek
media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung
masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu.
Komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis:
1) Komunikasi individu dengan individu (komunikasi antar pribadi)
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat
pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak
langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan tatap muka,
percakaan melalui telepon, surat-menyurat pribadi. Fokus pengamatannya
adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship), percakapan
(discourse), interaksi, dan karakteristik komunikator.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
13
2) Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi di
antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi
kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan teoretis
meliputi dinamika kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan
keputusan.
3) Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang
terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi
melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi
kelompok. Pembahasannya meliputi struktur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta
kebudayaan organisasi.
4) Komunikasi sosial
Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih
intensif, di mana komunikasi terjadi secara langsung antara komunikator
dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah atau
lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui
kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas.
Komunikasi sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian
stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang
diagungkan oleh suatu masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
14
masyarakat dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui komunikasi sosial,
masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus.
5) Komunikasi massa
Komunikasi massa menurut Mc Quail adalah komunikasi yang
berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi
dilakukan dengan manggunakan media massa. Selanjutnya Mc Quail
mengatakan ciri-ciri utama komunikasi massa:
a) Sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah
profesional
b) Pesannya beragam dan dapat diperkirakan
c) Pesan diproses dan distandarisasikan
d) Pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan simbolik
e) Hubungan antara komunikan dan komunikator berlangsung satu arah
f) bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif
Dengan demikian, lingkup komunikasi massa menyangkut sumber
pemberitaan, pesan komunikasi, hubungan komunikan dan komunikator,
dan dampak pemberitaan terhadap masyarakat.
Jadi, Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
ilmu komunikasi dari sudut sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas
tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial,
interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan
kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam
masyarakat tersebut.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
15
Atau juga bisa diartikan, sebagai Suatu ilmu yang mempelajari atau
meneliti tentang struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial didalam masyarakat yang mempengaruhi proses penyampaian pesan baik
verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan guna untuk
menimbulkan feedback atau umpan balik yang sesuai dengan harapan.
Sosiologi komunikasi berpendapat bahwa tindakan awal dalam
penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali oleh
dan dengan melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu dengan
yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan
baik secara verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya sinergi
fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan
manusia satu dengan lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia
dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial
(sosial equilibirium) antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial
(social order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu yang
akan datang.
Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri.
Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur
terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam
sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk
mengkaji kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan Sosiologi
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
16
Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus
komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan
dunia.
2. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi
Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi adalah gejala,
pengaruh dan masalah sosial yang disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup
kajian sosiologi, yaitu pengaruh atau akibat-akibat sosial yang terjadi atau
ditimbulkan oleh komunikasi. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah
bagaimana masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau yang bagaimana
yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Dan dalam bahasan mata kuliah
sosiologi komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi komunikasi massa. Pada
dasarnya antara penelitian dibidang komunikasi dengan sosiologi komunikasi
tidak mempunyai hubungan yang langsung. Akan tetapi penelitian dibidang
komunikasi mempunyai kecenderungan untuk melakukan penelitian tentang:
a) Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat yang menjadi sasaran
komunikator, maksudnya bagaimana sesuatu peran itu disampaikan,
ataupun apakah yang akan menjadi pusat perhatian penelitian tersebut.
b) Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh mana pengaruh yang
dapat ditimbulkan oleh komunikasi massa.
c) Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya bagaimanakah
pengaruh sosialdari komunikasi massa. Dan inilah sebenarnya yang
menjadi salah satu bidang kajian sosiologi komunikasi massa.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
17
Dengan memperhatikan lingkup kajian sosiologi komunikasi tersebut,
maka kita dapat mengetahui bahwa komunikasi dengan media massa mempunyai
sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu, disamping itu berbagai aspek komunikasi lainnya
dapat pula menimbulkan akibat-akibat atau pengaruh sosial lainnya, misalnya,
sistem komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis, unsur-unsur
komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis. Gejala-gejala sosiologis
yang terbentuk dalam berbagai kemungkinan antar lain:
a) Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh terhadap
masyarakatnya, maksudnya, suatu sistem akan menentukan bagaimana
suatu kegiatan itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga mengandung
suatu pengertian bahwa sistem komunikasi massa akan mempengaruhi
masyarakatnya, misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai
pengaruh tertentu kepada masyarakatnya.
b) Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media komunikasi
tradisional yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
c) Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat dan luwes untuk
menpengaruhi masyarakat sehingga suatu sistem komunikasi massa dapat
menimbulkan pengaruh sosiologis yang kuat.
d) Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap dan pandangan yang
seragam terhadap gejala sosial tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat
mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu masalah sosial
tertentu yang ditimbulkan oleh media komunikasi massa.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
18
Menurut Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari 4 konsep yang
sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-empat konsep tersebut
yakni sosiologi, masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.3
a. Sosiologi
Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie, yaitu bercocok tanam
atau bertanam, kemudian berkembang menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti
teman, kawan. Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang berartiberteman,
bersama, berserikat. Kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai
kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan
pengertian itu bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat
yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat
berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, Sosiologi adalah ilmu
masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota
golongan atau masyarakatnya masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat,
kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang
disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya.
Berikut pengertian sosiologi menurut para ahli diantaranya adalah:
1) Van der Zanden Memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi
ilmiah tentang interaksi antar manusia.
2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
3 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi
di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 27.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
19
3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial.
4) Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang:
a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-
gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga
dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan
politik dan lain sebaginya);
b) hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan
gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya)
c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
5) Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya “Setangkai Bunga”, Sosiologi
mendefinisikan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, hubungan
antara masyarakat dan akibat dari hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya
adalah masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah individu,
kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan inilah yang biasa disebut dengan
istilah interaksi sosial.
Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek sosiologi tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempunyai fungsi:
1) Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya
tentang masyarakat.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
20
2) Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan
untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat.
3) Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada interaksi manusia.
b. Masyarakat
Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.
Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak
jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang.
Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya
melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan,
perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian
mewujudkan adanya system komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut.
Dalam sistem hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu
manusia dengan lainnya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
21
c. Komunikasi
Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris
disebut communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana
Anda telah pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata
communicatio berasal dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks
sama yang dimaksudkan ialah sama makna.4
Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat dalam
percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang
sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari
apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah
pada kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi
mengenai isi dari pesan tersebut.
Berikut adalah pengertian komunikasi menurut beberapa ahli. Beberapa
teori yang dikemukakan dalam buku Teori Komunikasi antara lain dari:
1) Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa
memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses
yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang
berlaku.
2) Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah
satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan
kebersamaan tidak akan terjadi.
4 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 53
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
22
3) Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau
memperkuat ego.
4) Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.
5) Onong Uchyana: Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses
penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini,
dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan,
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
6) Sean Mac Bride komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang
yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan
tertentu, baik melalui media maupun tidak, sarana atau tidak bersarana.
Lambang yang berisi pesan yang membawa pesan dan sarana yang
membawa pesan tersebut sebenarnya adalah dua muka dari satu kenyataan.
Lambang, gerak, angka, kata-kata, gambar semuanya adalah sarana
komunikasi, dan medianya adalah tangan, halaman cetak, radio atau
televisi, tidak hanya membawa pesan tetapi sekaligus sebagai lambang
komunikasi.5
Pada prinsipnya pernyataan ini benar, bahwa lambang gerak bahasa dan
lainya itu adalah sarana dan media komunikasi. Onong Uchjana Effendi dalam
5 Sean Macbride, Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai
Pustaka, hlm. 83
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
23
membahas komunikasi primer dan sekunder6 serta membenarkan lambang
tersebut juga media, yakni sebagai media primer.
Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu
komunikasi merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell yang menjelaskan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan berikut: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?
Bila diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran
Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa? Bila Anda menyimak baik-baik
formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting
dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu.
Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang
pemberi pesan.Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber
informasi, komunikator, atau pengirim pesan.
Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan. Dalam
hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan.Pesan ini lalu kita kenal
dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal
(menggunakan bahasa isyarat).
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran
atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan,
manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi.
Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi
6 Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya,
Bandung, 1986, hlm. 93
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
24
adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi
menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran
komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa)
yaitu media cetak dan elektronik.
To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan.Penerima pesan
ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver.Bila anda berinisiatif menelpon
sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan.
With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang
ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap lawan bicara.7
Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:
1) Komunikator (pemberi informasi).
2) Pesan.
3) Media (saluran).
4) Komunikan (penerima informasi/pesan).
5) Efek (pengaruh).
Kesimpulannya ialah komunikasi adalah proses pengiriman pesan baik
verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan untuk
mengahasilkan timbal balik.8
7 Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta; Rajawali Pers, 1998), hal.
56. 8 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), hal 17-19.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
25
d. Teknologi Komunikasi Dan Informasi
Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup ketiga dari sosiologi
komunikasi. Menurut Alter, teknologi informasi mencakup perangkat keras dan
perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data
seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi,
atau menampilkan data.9 Sedangkan menurut Martin mendefinisikan teknologi
informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan
perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi,
melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.10
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa
teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat keras dan lunak yang
dapat digunakan untuk memproses dan mengirimkan informasi.
Ruang lingkup sama dengan domain, atau bisa juga dikatakan sebagai
wilayah kerja. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ruang
lingkup / domain.
Menurut Bungin, domain atau ruang lingkup sosiologi adalah individu,
kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ruang lingkup ini juga
bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media
massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi
dan komunikasi.11 Ruang lingkup dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama
dengan ruang lingkup dari sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi
9 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi
di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 30. 10 Ibid. 11 Ibid. Hal. 37.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
26
komunikasi tidak mengambil utuh ruang lingkup dari sosiologi. Begitu pula
dengan komunikasi. Ruang lingkup sosiologi komunikasi juga tidak mengambil
ruang lingkup komunikasi secara keseluruhan. sosiologi komunikasi
menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi
maupun sosiologi. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi
komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri.
Sosiologi komunikasi merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang secara
khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses komunikasi dalam
masyarakat.
Setelah anda memahami konsep-konsep sosiologi dan komunikasi,
sekarang apa yang anda ketahui tentang sosiologi komunikasi. Secara sederhana,
anda dapat membuat definisi sederhana dengan menghubungkan kedua konsep
tersebut.
Namun untuk menyeragamkan pemahaman, tidak ada salahnya kalau anda
memperhatikan beberapa pengertian berikut ini. Stephen F. Steele dalam Anne
Arundel Community College and The Society for Applied Sociology (2002),
sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa Tahun, hal 4), bahwa sosiologi komunikasi
adalah studi yang mempelajari perilaku kolektif akibat media.
Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi komunikasi dalam dua
bagian yakni level makro dan mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery
berpendapat bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari sosiologi yang
mempelajari atau menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial,
sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam kelompok atau
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
27
masyarakat. Sementara dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan
sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang
menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang
bagaimana proses komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari
suatu masyarakat.
Apa kesimpulannya? Ingat, sosiologi komunikasi adalah cabang dari
sosiologi. Secara sederhana anda dapat mengatakan bahwa sosiologi komunikasi
adalah cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses pertukaran
pesan/informasi terjadi dalam konteks masyarakat.
3. Pola-Pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi
Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian ilmiah harus memiliki
pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi komunikasi.
Ada tiga pendekatan utama sosiologi komunikasi, yaitu:
a. Pendekatan struktural-fungsional.
Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan
fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan
masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan
ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur
pembangun di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada
kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan peran di
dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan fungsi tersebut dan lebih
mengabaikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika
tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
28
Maka kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang
bahwa masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja, tapi
cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya
dan hubungan di antara keduanya.
Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan
mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan
ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile
Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog sosial Inggris, namun yang
pertama yang mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori ini adalah
Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para
mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa tersebut, terutama di Amerika.
Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar:
1) Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yang dalam
fungsi-fungsi mereka masing-masing saling bergantung, sehingga
perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan
sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologis adalah
menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan
sampai sejauh mana pengaruh tersebut.
2) Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau
substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh
sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik,
agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
29
b. Pendekatan konflik.
Baik konflik nilai (the conflict of values) ataupun konflik kepentingan (the
conflict of interest).
Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik merupakan
pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-
fungsional sosial makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat
terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar
tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak
asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis.12
Namun para pengikut sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis
dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan praktek ideologis hanya
secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan
sturuktural-fungsional.
Sosiologi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok yaitu:
1) Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua
kegiatan kemasyarakatan.
2) Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang
sejarah. Menurut Marx, motif-motif ekonomi dalam masyarakat
mendominasi semua struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum,
seni, sastra, sains dan moralitas.
Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara
sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi
12 Josefh S, Sociologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora (Jakarta: Bina Aksara, 1984) . Hal
22.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
30
dikuasai oleh segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya
ditakdirkan untuk bekerja untuk mereka dan tetap bergantung pada kemurahan
hati segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat terbagi jadi dua
kelas:
1) Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum
Borjouis.
2) Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang dikenal dengan kaum
Proletar.
Pengeksploitasian terus menerus ini menurut Marx mengharuskan
terjadinya revolusi-revolusi.
Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan cara seperti ini, Marx
mengajukan teori sosialismenya yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya
dapat dimiliki oleh semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan
karena idealnya tidak akan adala lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik.
c. Pendekatan interaksionisme-simbolis.13
Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang menggunakan
interdisiplin, yakni interaksionisme yakni sebuah pendekatan yang mengkaji
hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini
digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua
interaksi dalam masyarakat hanya akan terlihat dengan jelas bila dihubungkan
dengan simbol-simbol yang berlaku di kalangan mereka.
13 Ilyas Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib
(Bandung: Mizan, 1996) h. 20-24.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
31
Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis merupakan sebuah
perspektif mikro dalam sosiologi yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan
analisanya sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali
prasangkan ideologis, walaupun meminjam banyak dari lingkungan Barat tempat
dibinanya pendekatan itu.
Sebagaimana dipesankan oleh namanya, interaksionisme-simbolis lebih
sering disebut sebagai pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi sosial
pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro ini, tidak seperti jenis lain
psikologi sosial, ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap
keseluruhan masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia
dipandang mempelajari situasi-situasi yang bisa serasi atau bisa pula
menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-trasnsaksi politis dan
ekonomis, situasi-situasi di dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan
dan pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan informal dan seterusnya.
Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian interaksi pada tingkat
keluarga, yang kemudian juga mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh
kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni interaksi masyarakat. Maka
interaksi di tingkat keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan mencoraki
interaksi di tingkat yang lebih tinggi.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
32
B. KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI
KOMUNIKASI
Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi.
Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya
dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu
berbeda budaya, kesalahan dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa
komunikasi tidak bisa dihindari.14 Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya
suasana yang tidak diharapkan bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus
munculnya konflik sosial.
Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan diri agar memiliki
kesan lebih baik semacam ini disebut “proses pengelolaan kesan” alias
“impression management”. Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan
pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar bisa menjalin komunikasi
yang lancar dengan orang lain.
Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam ini (komunikasi
antarpersonal) terlepas dari apa motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap
hari mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun dengan tanpa sadar
karena sudah terotomatisasi.
Oleh karena itu Islam pun memberi nasihat yang sangat tepat yakni,
“Sesungguhnya, Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula
kepada rupa kalian, tetapi memandang hati kalian.” (HR Muslim)
14 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1,
(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 47.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
33
Komunikasi antar personal adalah komunikasi antar perorangan dan
bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak
langsung (tanpa medium). Contohnya kegiatan percakapan surat menyurat
pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan,
percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.15 Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Somavar dan Porter, yang menyatakan bahwa “ to understands
intercultural interaction one must first understand human communication”.16
Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada,
hambatn-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut :
1. Bahasa: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa
merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam
berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang
terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam
komunikasi .
2. Budaya: Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam
komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar
satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses
komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal
yang dapat membuat perpecahan.
15 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005). Hal.
175 16 Larry Somavar and Richard E Porter, Communication Between Cultures, (Belmont: C.A.
Wadsworth. 1991). Hal. 10.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
34
3. Kebenaran yang semu: Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar
tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada
bumbu kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada
kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal.
4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam
sebuah komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang
sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini.
5. Tujuan yang tidak jelas: Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam
berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang
jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya misskomunikasi
yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar
personal yang lainya.
6. Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham
dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu
kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini
bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu apabila
kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi.
Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada
pemutusan hubungan.
7. Sisi historis/ pengalaman: Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-
sendiri bila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada
titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
35
bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang
berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi.
8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau
hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu
hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling
menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan misalnya
pemutusan hubungan.
9. Mendominasi pembicaraan: Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita
saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi
suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan
berjalan dengan lancar.
10. Pihak ketiga: Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak
ketiga yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang
dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini
dapat terjadi karena pihak ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi
dalam komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bias merusak sedikit
demi sedikit komunikasi atau hubungan yang sudah tercipta sebelumnya.
Dengan adanya, tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan
untuk mengenali satu dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin
harus terdapat pengertian serta kepercayaan antar persona, selain itu terdapat
beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar
tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau
pemutusan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
36
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak
berkomunikasi. We can’t not communicate. Pun halnya saat kita berkelompok.
Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah kelompok.
Salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya
suatu kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan
efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali
ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut.
Kegiatan tersebut adalah kegiatan “Diskusi Kelompok”.
Seperti halnya definisi-definisi lain, komunikasi kelompok pun selalu
diutarakan berbeda-beda untuk setiap pakarnya. Perbedaan pendapat ini wajar
sekali, mengingat para pakar yang mengemukakan pendapat mengenai
komunikasi kelompok pun berbeda latar belakangnya, mulai dari pengalaman,
sampai pendidikan yang berbeda satu sama lain. Latar belakang psikologi,
sosiokologi, dan komunikologi dapat membedakan pendapat para pakar karena
objek formal di setiap bidang kajiannya berbeda namun terdapat juga persamaan
pada objek materialnya, yaitu manusia.
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara
seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua
orang. Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi
diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok
juga melibatkan komunikasi antar personal. Bahasan teoritis meliputi dinamika
kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola
dan bentuk interaksi, serta pembuat keputusan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
37
Sedangkan Komunikasi Lintas Budaya merupakan salah satu bidang
kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola
komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan.
Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan
budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran
yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu.
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural) dan Antar Budaya
(inter-cultural) biasanya tidak begitu dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai
secara berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski dalam tulisan ini
nantinya akan memakai kedua istilah tersebut secara bergantian,namun ada
baiknya kita menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul dalam
literatur KAB.
Berbicara masalah komunikasi lintas budaya tidak dapat pisahkan dari
pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya
sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk
merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun Kim menyebut bahwa “ more than
one hundred defenition of the term have been sugeested”.17 Sementara
komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya,
atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum ada keseragaman. Tapi
yang jelas menurut William B. Hart II menyatakan bahwa studi komunikasi lintas
budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan
17 W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: An approach to intercultural
communication (Ed), (New York: McGraw Hill, 1992). Hal. 3
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
38
terhadap komunikasi.18 Bahkan Edward T Hall dengan tegas menyatakan bahwa
“culture is communication and is cultur”.19
Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita
berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain
apakah dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang berbeda
budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan,
karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.20 Dengan
demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh sejak
masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara berpikir,
berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering
kita alami sehari-hari, dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap
orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal
ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks
latar belakang kita sendiri dan karena bersifat subyektif.
Untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak menimbulkan
benturan persepsi antarbudaya diantara orang yang berbeda budaya, maka kita
dituntut secara obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya sendiri
dan orang lain dengan mempelajari berbagai karakteristik budaya, diantaranya
18 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003).
Hal. 8. 19 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1,
(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 48. 20 Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-Kontek Komunikasi, Buku
Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya. 1996). Hal. 237
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
39
yaitu: (1) komunikasi dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan
kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5) penghargaan dan
pengakuan; (6) nilai, dan norma; (7) rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan
belajar, dan; (9) kepercayaan dan sikap.21 Sementara itu menurut Deddy Mulyana
bahwa untuk menghindari kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi dengan
orang yang berbeda budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif, karena
hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan lewat komunikasi.22 Lebih
lanjut dijelaskan oleh Deddy Mulyana untuk menjadi komunikator yang efektif,
seseorang harus memahami proses komunikasi dan prinsip-prinsip dasar
komunikasi yang efektif.
Menurut Mulyana bahwa untuk mencapai komunikasi yang efektif,
khususnya dengan orang yang berbeda budaya yang harus kita lakukan adalah: (1)
kita harus selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan perilaku orang lain,
karena penilaian kita tersebut seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian
berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh budaya kita atau dengan
kata lain, jangan biarkan stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain; (2) kita harus berempati dengan mitra
komunikasi kita, berusaha menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan
yang layak sesuai dengan budayanya; (3) kita dituntut untuk selalu tertarik kepada
orang lain sebagai individu yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu kategori
21 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1,
(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 52. 22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima, (Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2003). Hal. 34
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
40
rasial, suku, agama atau sosial tertentu; (4) kita harus menguasai setidaknya
bahasa verbal dan nonverbal dan sistem nilai yang mereka anut.23
Komunikasi antarbudaya itu dilakukan :
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan
antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui
simbol) yang sedang di pertentangkan.
2. Memalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan
antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan di buat
untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama
3. Sebagai pembimbing prilaku budaya yang tidak terprogram namun
bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap prilaku kita
4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan
diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara.
Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher juga mengemukakan bahwa
selain memandang kedudukan komunikator dan komunikan maka terhadap faktor
lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi antar budaya bukan
sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi tetapi pengaruh folkways
masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya masyarakat yang
melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia berkomunikasi antarbudaya. Dengan
demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi antar budaya
bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol dari
masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol
23 Deddy Mulyana, Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan Pengalaman Konyol,
Cetakan kedua, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Hal. 36.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
41
yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau
terlihat dalam pengalaman proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang
berbeda etniknya. 24 dan semua itu (komunikasi antarpersonal, komunikasi
kelompok, dan komunikasi lintas budaya) adalah bagian dari sosiologi
komunikasi.
C. TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI
ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI
LINTAS BUDAYA
1. Teori Perbandingan Sosial
Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita
dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki,
mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan
sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu
lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga
menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi
ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki
posisi yang sama dengan kita. Menurut Myers (1999) Prasangka terlahir ketika
orang menilai adanya perbedaan yang mencolok.
Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam
prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif
24 Deddy Mulyana, Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antar Budaya, Dalam:
Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya,
Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001). Hal. 45
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
42
setara prasangka yang ada kurang kuat. Ahli sosiolog Manger (1991),
menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi
sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak
seimbang diantara kelompokkelompok yang bertentangan.
Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan tujuan
disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan bawahan,
manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan
juga kerjaan yang menumpuk, karyawan yang tidak disiplin dan adanya
perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana
ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu
perbandingan sosial yang jelas akan menimbulkan suatu konflik.
2. Teori Percakapan Kelompok
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas
kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan
dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables),
dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari
anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-
harapan (expectation) yang bersifat individual.
Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada strukturstruktur
formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan
kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau
prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat
dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
43
struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan
(input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating
variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan
keterpaduan (group achievement).
Contoh kasus: ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu budaya batak
dan jawa yang membedakan antara bahasa dan konotasi dalam pengucapan kalau
jawa terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak yang terkenal dengan
suara keras dan lantang ini terkadang menjadi suatu problem karena pada dasar
nya orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan
menimbulkan konflik apabila ada suatu percakapan yang sebenarnya biasa saja
tapi kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan
seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini
dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.
3. Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang
dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan
mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok
dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan
pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward)
dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari
individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau
lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
44
individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan
apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena
berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep
ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Contoh Kasus: Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan.
Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala
kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang
dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi
dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak
ditampilkan. Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah
satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta
merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat
sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut
dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak
ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang
tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.Sebuah
ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah
ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan
pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama
lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama
yang baik.
Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu
berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
45
juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah
bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya.
Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi
perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan mengenai sosiologi
komunikasi yang membidik terhadap pola interaksi yang terjadi dalam sebuah
rumah susun berlantai lima yang terdiri dari berbagai etnis dan Negara yang
berbeda yang akrab disapa dengan nama PESMA (Pesantren Mahasiswa) kami
selaku peneliti memilih untuk menggunakan model kualitatif karena dirasa sangat
tepat dalam memahami proses dialektika sosiologi komunikasi yang terjadi antar
mahasanti yang bermukim ditempat tersebut.
Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang biasanya lebih
mementingkan pernyataan-pernyataan dari pada angka-angka baik dalam
pengumpulan maupun pengamatan data.25 Pertti Alasuutari mengidentifikasi ciri
utama penelitian kualitatif dengan membedakannya dari penelitian kuantitatif:
ketika kerja kuantitatif berusaha untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa
frekuensi keterkaitan sebab dan akibat, analisis kualitatif justru memakai jenis
penalaran yang mirip dengan pemecahan teka-teki.26 Dia menjelaskan ini sebagai
berikut: Setiap informasi atau petunjuk bisa berlaku untuk beberapa hal, tetapi
semakin banyak informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang mungkin.
Setiap petunjuk atau potongan informasi sama pentingnya, dalam penyelesaian
25 Allan Bryman, “Social Research Method 2nd ed.” (United States: Oxford University Press,
2004). Hal. 266. 26 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative method and cultural studies. (London: Sage.
1995). Hal. 7.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
47
teka-teki atau penelitian kualitatif setiap potongan informasi harus cocok dengan
gambar yang ditawarkan sebagai solusi. Setelah membaca ketiga definisi di atas,
ternyata pemaknaan terhadap penelitian kualitatif bisa relatif bervariasi. Ini
mungkin menunjukkan kepada kita bahwa penelitian kualitatif bukanlah perihal
sederhana. Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari
seperangkat kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian
jenis lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam
menunjukkan ini. Proposisi Alan Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang
penting, yaitu minimnya pemakaian angka dalam penelitian kualitatif. Sayangnya,
pemakaian kata-kata dalam pengumpulan data dan analisis bukanlah ciri yang
hanya ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat penting dalam hal
pengisian kuesioner kuantitatif; dan secara garis besar ada lebih banyak kata
daripada angka dalam bagian analisis pada laporan penelitian kuantitaif.
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu
adanya pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda
dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan
memaparkan tentang tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif.
Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini lebih bersifat eksploratif
karena bertujuan untuk menggali, menemukan, menggambarkan, dan sekaligus
menganalisa pola, bentuk, sosiologi komunikasi yang dilakukan oleh para
mahasantri pesma Uin Sunan Ampel Surabaya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
48
B. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di pesantren mahasiswa Ma’had Al-Jaamiah di
lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang terletak di Jl.
Jend. Ahmad Yani 117 Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan
beberapa pertimbangan terkait dengan permasalahan yang berkenaan fokus
penelitian.
C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
penulisan laporan.
1. Tahap Perencanaan
a. Pemilihan masalah, dengan kriteria:
1) Merupakan tajuk penting, menarik, diminati peneliti, bisa diteliti,
mampu ditangani
2) Belum diteliti
3) bisa diteliti: kendala waktu, biaya, sdm
4) data dapat diperoleh
5) bermanfaat
b. Latar Belakang masalah, perlu untuk:
1) Menempatkan masalah dalam perspektif tertentu
2) Menegaskan fokus perhatian dalam penelitian
3) Menjelaskan cakupan dimensi permasalahan
Tahap ini sangat penting karena:
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
49
1) merupakan informasi dasar yang menggambarkan hubungan penelitian
dengan penelitian lainnya
2) membangkitkan ketertarikan pembaca dan mendorong untuk membaca
lebih lanjut
3) menjelaskan pentingnya penelitian kualitatif dan kuantitatif
c. Perumusan masalah, berisi penjelasan mengenai
1) Faktor yang dilingkupi
2) Pertanyaan penelitian
Karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif antara lain:
1) Terdiri dari satu atau dua pertanyaan utama, dan tidak lebih dari lima
pertanyaan lebih spesifik
2) Hubungkan pertanyaan utama dengan strategi yang digunakan
3) Gunakan kata ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’
4) Fokus kepada satu fenomena/konsep
5) Kata eksploratif yang menjelaskan apa yang kira-kira akan dilakukan
6) Pertanyaan penelitian ini dapat berubah
7) Pertanyaan terbuka yang tidak merujuk ke literatur atau teori tertentu
8) Menyebut partisipan dan lokasi jika perlu
d. Tujuan dan manfaat penelitian, menyatakan:
1) hal yang ingin dicapai melalui penelitian
2) bersifat jelas, spesifik, tepat
3) jika lebih dari satu, disusun menurut tingkat kepentingannya
4) memperhatikan lingkup: lebih sempit lebih baik
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
50
5) manfaat menjelaskan kontribusi/implikasi terhadap teori atau
implementasi
Karakteristik tujuan dan maanfaat Penelitian Kualitatif ialah:
1) Berfokus kepada satu fenomena/konsep/gagasan
2) Kata kerja yang menjelaskan proses pemahaman: menjelaskan,
memahami, mengembangkan, menelaah makna dari, menemukan
3) Kata/frasa yang bersifat netral
4) Mengandung kata yang menjelaskan strategi yang digunakan dalam
proses penelitian
5) Mengutarakan para partisipan dalam studi
6) Mengutarakan lokasi di mana penelitian dilakukan secara detil
e. Telaah pustaka
1) Informasi/data dasar yang relevan
2) Berisi temuan yang telah dicapai
3) singkat, runtut, nalar
f. Kerangka teoritis/konseptual
1) formulasi hubungan logis antar variabel yang diteliti
2) sebagai landasan hipotesis
3) mengandung struktur logika tertentu
Tahap ini sangat penting karena dapat menjadi jiwa penelitian
g. Perumusan hipotesis
1) Diturunkan dari kerangka teoritis
2) Ungkapan teori yang hendak diuji
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
51
3) Jumlah tidak tertentu, berkait dengan tujuan
Tidak setiap penelitian perlu hipotesis seperti penelitian kualitatif
h. Metode penelitian mencakup prosedur dan alat yang digunakan:
Populasi, sampel, variabel, instrumen, statistik
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima tahap yakni;
a. Pengumpulan data, meliputi:
1) Prosedur pengumpulan
2) Sikap dan motivasi
3) Memperhatikan kesahihan (validitas) dan kehandalan
b. Pengolahan data meliputi: menyunting, mengkodekan, mentabulasi
c. Analisis data
1) menyederhanakan hasil olahan agar mudah dibaca & diinterpretasi
2) analisis non statistik untuk data kualitatif
3) analisis statistik untuk data kuantitatif
d. Penafsiran hasil analisis
e. Kesimpulan, berisi
1) Sintesis semua aspek yang dibahas
2) Membandingkan hasil dengan penelitian lain atau pengetahuan ilmiah
yang relevan
3) Pengkajian implikasi penelitian
4) Rekomendasi/saran
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
52
3. Tahap Penulisan Laporan
a. Kalangan pembaca
1) Masyarakat akademis, format: skripsi, tesis, disertasi
2) Sponsor penelitian, format khusus
3) Masyarakat umum, format: ikhtisar, ringkasa, artikel, brosur
b. Kerangka isi laporan
c. Format dan tata cara penulisan ilmiah
1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar.
2) bentuk dan susunan kalimat
3) penggunaan istilah
4) tata tulis baku: sembir, jenis dan ukuran huruf, format
5) daftar pustaka sesuai ketentuan
D. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pengertian dan penjelasan instrumen penelitian
Instrumen penelitian Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang
menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan
peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap
variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar
dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir
instrumennya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
53
Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun
instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1) Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub
penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan
menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator
variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada
dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau
menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan.
2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dan
subvariabel atau juga indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa
diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.
3) Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau
layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas
yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan.
Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel.
Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi
pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah
kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau
diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas
sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
54
4) Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan
sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam
kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai
item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang
betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
5) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi atau bahasannya.27
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut
Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi
sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data.28
2. Pengujian Instrumen penelitian
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai
berikut:
a. Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan
atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya
misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang
dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran
27 Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001).
Hal. 166
2 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :PT.Asdi
Mahasatia,2006). Hal. 150-160.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
55
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil
penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti.
b. Reliable, reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument
dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid
dan reliable.29
3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya
Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari
sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan
data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas
tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam
pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan.
Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan
kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan
penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data
terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah
untuk dimasuki unsur minat peneliti.
29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
56
Ada 2 sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau
objek penelitian. Ada tiga cara pengumpul data primer: Observasi,
wawancara dan dokumentasi.
b. Data Sekunder
Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang
dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya.
E. METODE PENGUMPULAN DATA
Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan
cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil
akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”.30
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “metode penelitian adalah
berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya”.31 Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan
dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Anas Sudijono ada beberapa kelebihan
30 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 42 31 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal.
136.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
57
pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh
secara mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih
luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih
bermakna.32
Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur kepada
subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Teknik wawancara
digunakan untuk mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi orang tua siswa,
berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat partisipasi orang tua siswa dan faktor
yang mempengaruhi partisipasi orang tua siswa dalam pembelajaran.
2. Metode Dokumentasi
Suharsimi Arikunto mengungkapkan metode dokumentasi adalah mencari
data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya.33 Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama
berupa arsip-arsip dan termasuk juga bukumengenai pendapat, dalil yang
berhubungan dengan masalah penyelidikan.34
32 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan. (Jakarta.: PT Grafindo Persada. 1996). Hal. 82. 33 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal.
206. 34 Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2005). Hal. 133.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
58
F. ANALISIS DATA
Setumpuk data rekaman wawancara dalam file-file audio atau transkrip,
beratus lembar catatan observasi lapangan dan segunung dokumen yang terserak
di meja berminggu-minggu biasanya menjadi “pemandangan” menggiriskan yang
kalau tidak diantisipasi akan membuat si peneliti malas memulai mengerjakannya.
Biasanya ini juga diperparah dengan kelelahan dan frustasi berkepanjangan
setelah berminggu bolak-balik ke lapangan mencari data, menemui orang,
memasuki lembaga dan sebagainya. Padahal tahap yang semestinya harus
dikerjakan ini adalah tahapan maha penting tak kalah pentingnya dengan tahapan
perencanaan dan tahap penuaian data di lapangan. Yup, tahap yang harus
dilakukan ini namanya analisis data.
Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara
keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu
pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Data tersebut
memang ada banyak sekali dan setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu
sudah dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan
dengan cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka menyusunnya ke
dalam satuan-satuan. Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan
pada langkah-langkah selanjutnya.
Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding dan tahap terakhir
dari analisis data penelitian yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atas
keabsahan data. Apabila tahapan tersebut telah selesai maka sekarang mulailah ke
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
59
tahap penafsiran data untuk menjadikannya teori substansi dengan menggunakan
metode-metode tertentu.
1. Konsep dasar analisis data penelitian
Patton menjelaskan mengenai analisis data itu merupakan suatu proses
untuk mengatur urutan data, kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori,
pola maupun ke dalam satuan uraian dasar. Sementara Menurut Taylor, analisis
data didefinisikan sebagai proses yang melakukan perincian usaha secara formal
yang berguna untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema seperti apa yang
telah disarankan serta sebagai bentuk usaha untuk memberikan kontribusi dan
tema pada hipotesis. Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih tertuju pada
pengorganisasian data sementara untuk definisi yang kedua menekankan pada
tujuan dan maksud dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka definisi
tersebut bisa di sintetiskan bahwa analisis data merupakan proses
mengorganisasikan dan juga mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan
satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis
kerjanya seperti yang telah didasarkan oleh data.
Berdasarkan uraian tersebut maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa urutan
untuk melakukan analisis data dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan
mengorganisasikan data dari semua data yang telah terkumpul yang terdiri atas
komentar peneliti, foto, gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan
sebagainya. Kemudian pekerjaan dari seorang analisis data di sini yaitu :
a. Mengatur
b. Mengurutkan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
60
c. Mengelompokkan
d. Memberi Kode
e. Mengategorikan
Dengan dilakukan pengorganisasian serta pengelolaan data tersebut
memiliki tujuan untuk menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya
akan diangkat untuk menjadi sebuah teori substantif.
Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di dalam suatu proses. Jadi
pelaksanaan analisis mulai dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan
dan dilakukan secara intensif yaitu ketika sudah meninggalkan lapangan.
Melakukan analisis membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta pengerahan
tenaga dan juga pikiran peneliti. Dengan demikian selain menganalisis data para
peneliti juga harus mendalami kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori
dan menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan.
2. Karakteristik Analisis Data Kualitatif
Sebenarnya, dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu seluruh
proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan. Segera setelah kita
memeroleh data, sesedikit apapun data itu, ketika masih segar ingatan kita akan
detail dan konteksnya maka sebaiknya langsung kita simpan dan organisasikan
dengan benar, dengan sistematis. Kita bisa membuat catatan atau mendeskripsikan
temuan itu, misalnya mentranskripkan rekaman wawancara sambil membuat
catatan refleksi teoritis dan metodologis. Dan itu bisa dilakukan secara simultan
ketika masih “berada dalam proses pencarian data lapangan”.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
61
Mungkin bagi sebagian orang melakukan analisis data kualitatif itu sudah
bukan hal yang sulit, tapi bagi peneliti pemula seperti kami (mahasiswa),
melakukan analisis data itu bukan pekerjaan yang sepele. Lebih celaka lagi, ada
yang malah tidak tahu “bagaimana menganalisisnya”. Memang, dalam penelitian
kualitiatif analisis data itu “seakan” hanya menceritakan data kita lalu
mengomentari sedikit-sedikit tentu saja dengan menyinggung teori ini dan teori
itu, selesai! Padahal tidak seperti itu semestinya.
Data kualitatif itu bentuknya teks, kata-kata tertulis, frase dan simbol-
simbol yang menggambarkan atau merepresentasikan orang, tindakan dan
peristiwa sosial yang ada dalam kehidupan ini. Kecuali untuk kepentingan content
analysis, analisis data kualitatif jarang yang menggunakan analisis statistik. Ini
tidak berarti kalau analisis data kualitatif semata hanya mengandalkan spekulasi
dan impresi yang semaunya. Analisis data kualitatif bisa juga dilakukan dengan
sistematis dan logika yang rigit, yang tentu nuansanya berbeda dengan gaya
analisis kuantitatif yang mengandalkan statistik. Di masa sekarang, peneliti
kualitatif lebih bersifat eksplisit terbuka untuk ‘diuji’ orang lain. Analisis data
kualitatif sekarang sudah semakin bersifat ekspisit dan sistematis langkah demi
langkah.
Berbeda dengan analisis data kuantitatif yang sudah lebih dahulu
menentukan perangkat teknik analisis yang spesifik, terstandarisasi, dengan
bertumpu pada matematika terapan, analisis data kualitatif relatif tidak memiliki
standar yang baku. Riset kualitatif bersifat induktif, peneliti kualitatif jarang yang
“sudah menentukan” analisis data yang spesifik ketika mereka memulai
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
62
penelitian. Mengutip Schatznab dan Strauss,“Qualitative analysts do not often
enjoy the operational advantages of their own analytic processes; consequently,
they cannot refine and order their raw data by operations built initially into the
design of research”.35
Seperti yang telah saya singgung di muka, bahwa dalam analisis data
kualitatif peneliti tidak harus menunggu proses pengumpulan data itu selesai
dilakukan. Analisis data kualitatif bisa dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data di lapangan. Peneliti kualitatif akan mencari pola-pola dan
keterkaitan (data) dan dia bisa memulai melakukan analisis itu semenjak data itu
diperoleh. Hasil dari analisis data awal ini yang akan membimbing peneliti ke
pengumpulan data berikutnya.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan menghasilkan konsep dan teori
baru dengan memadukan bukti-bukti empirik dengan konsep-konsep abstraknya.
Alih-alih menguji hipotesis, analisis kualitatif mencoba menggambarkan atau
menunjukkan bahwa di dalam bukti temuan lapangan itu sesuatu teori,
generalisasi dan interpretasi bisa diterima akal.
Ciri yang kemudian dari analisis kualitatif dilihat dari tingkat abstraksinya.
Analisis kualitatif tidak se-abstrak sebagaimana dalam analisis kuantitatif;
melainkan lebih dekat ke ‘raw data’. Data dalam kualitatif berwujud kata, yang
relatif “imprecise” , diffuse dan melekat pada konteks dan bisa mengandung lebih
dari satu makna. Mengutip pendapat Collins: “Words are not only more
35 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.
4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 418.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
63
fundamental intellectually; one may also say that they are necessarily superior to
mathematics in the social structure of the discipline. For words are a mode of
expression with greater open-endness, more capacity for conecting various
realms of argument and experience, and more capacity for reaching intelletual
audiences.36
3. Explanations and Qualitative Data
Penelitian kualitatif merumuskan sebuah penjelasan (explanations) atau
generalisasi yang lebih dekat ke data konkret dan konteksnya, namun dengan cara
yang lebih dari sekedar deskripsi sederhana. Peneliti biasanya menggunakan
(bahasa) “level yang lebih rendah,” tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’
dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti bisa memunculkan sebuah “new
theory” yang menyajikan gambaran realistik mengenai kehidupan sosial dan
mendorong pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang kausalistis.
Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran detail yang mendalam, sensitif dengan
konteksnya dan memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau
penggalan-penggalan kehidupan sosial. Penjelasan semacam ini bisa saja bersifat
kausal, namun bukan ini yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah
mengorganisasikan sejumlah besar detil spesifik ke dalam gambaran utuh, model
atau seperangkat konsep yang saling terkait.
36 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.
4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 419.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
64
4. Proses Analisis
Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena tidak selalu disadari
hubungan antara analisis data, pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu
diperhatikan bahwa data dicari untuk mendukung atau menguji suatu tafsiran atau
mentest “hipotesis yang timbul dalam pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara lain
disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar mengumpulkan data yang
menggambarkan apa adanya tanpa mengaitkannya dengan tujuan mencapai suatu
teori.
Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup panjang,harus melalui
beberapa langkah serta meminta pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan
merumuskan konsep, mengembangkan tipologi, memperhatikan konteks,
melakukan validasi dan sebagainya sampai akhirnya mengembangkan dan
“menguji teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas, imajinasi dengan menggunakan
analogi dan metafor.
Menurut Hammersley dan Atkinson proses analisis melalui langkah-lanhkah
sebagai berikut37:
a. Pertama, membaca dan memelajari data yang terkumpul sampai dikuasai
sepenuhnya sambil memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola
yang menarik atau menonjol atau justru membingungkan. Selidikilah
apakah terdapat hubungan antara data, adakah persamaan atau justru
pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan berbagai informan. Sambil
37 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.
4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 139
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
65
membaca, peneliti senantiasa mengajukan pertanyaan kepada data, tak
ubahnya seperti mengajukan pertanyaan kepada informan. Kedua,
berbagai konsep akan timbul dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-
istilah yang digunakan oleh informan. Selidiki makna istilah itu lebih
lanjut. Ketiga, mungkin juga peneliti dapat memanfaatkan istilah sehari-
hari dengan pengertian khusus yang dapat mencakup atau merangkum
sejumlah data. Peneliti dapat juga menggunakan istilah formal yang
terdapat dalam disiplin ilmu terentu untuk mengklasifikasikan berbagai
data. Ada kemungkinan istilah itu masih perlu diadaptasi pada situasi
khusus yang dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah baru untuk
menangkap karakteristik kategori data tertentu. Dengan demikian peneliti
dapat melihat adanya pola dalam data yang diberinya nama atau istilah
tertentu.
b. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara konsep-konsep dalam usaha
untuk mengembangkan suatu teori. Salah satu cara ialah “the constant
comparative method” yaitu mengidentifikasi suatu fokus, misalnya
“omongan orang”. Misalnya, peneliti memelajari bagaimana omongan ini
terjadi antara guru dalam berbagai lokasi dan kondisi, siapa bicara tentang
siapa kepada siapa tentang apa dengan cara yang bagaimana. Dengan
mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkannya peneliti dapat
menemukan berbagai jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan
suatu teori. Langkah-langkah “constant comparative method” ini menurut
Glaser ialah: Pertama, mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua,
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
66
temukan issue, peristiwa atau kegiatan yang berulang-ulang terjadi yang
dijadikan kategori. Ketiga, kumpulkan data yang memberikan banyak
contoh-contoh kategori yang dijadikan fokus itu untuk mengetahui
berbagai ragam dimensi kategori itu. Keempat, uraikan secara tertulis
mengenai kategori yang anda selidiki untuk mendeskripsikan dan
memahami semua aspek yang terdapat dalam data sambil terus mencari
hal-hal baru. Kelima. Olah data dan model yang tampil untuk menemukan
proses dan hubungan sosial pokok. Keenam, lakukan sampling,
pengkodean dan uraian tertulis dengan memusatkan analisis pada kategori
inti.38
Dalam “constant comparative method” kita membandingkan suatu konsep
atau kategori data tertentu dengan konsep atau kategori data lainnya. Untuk
melakukannya secara lebih sistematis sedapat mungkin kita mencoba
“memetakan” berbagai kategori itu dalam suatu bagan. Dengan demikian model
yang tampil akan lebih mantap, namun masih harus terus menerus diuji
berdasarkan data baru. Teori yang dibentuk senantiasa diperluas, disempurnakan,
ada kalanya harus diubah agar lebih sesuai. Makin banyak lokasi diselidiki makin
mantap teori itu, namun pada suatu saat tidak ada lagi yang dapat diungkapkan
situasi baru sehingga tibalah saat kejenuhan atau “ point of theoritical saturation”.
Pada taraf permulaan, peneliti tidak perlu membatasi diri pada satu teori.
Bahkan lebih baik bila ia membuka diri bagi berbagaikemungkinan perspektif dan
hipotesis. Ia harus menggunakan berbagai teori yang dapat dimanfaatkan untuk
38 Robert C. Bogdan and Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education , An
Introduction to Theory and Methods. (Boston: Allyn and Bacon. 1982). Hal. 68-70.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
67
meemahami data. Akan ternyata bahwa tidak semua data dapat dijelaskan menurut
satu teori tertentu. Teori dalam proses penelitian bukan untuk menjelaskan semua
data akan tetapi untuk memfokuskan analisis penelitian yang mendorong untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
Tujuan penelitian naturalistik sebenarnya ialah untuk menghasilkan model
yang dapat menunjukkan kausalitas. Akan tetapi membuktikan validitas kausalitas
dalam penelitian naturalistik sangat sukar karena tidak dapat menggunakan
eksperimen seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Namun dapat diikuti
langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Denzin yang bersifat induksi
analitis guna mentest teori39:
a. Memberi definisi yang masih kasar mengenai gejala yang diselidiki.
b. Merumuskan penjelasan hipotesis mengenai gejala ini.
c. Mengadakan penelitian suatu kasus dengan tujuan untuk melihat apakah
hipotesis itu sesuai.
d. Jika hipotesis itu tidak sesuai dengan fakta, maka perlu dirumuskan
kembali hipotesis atau gejala atau juga masalahnya.
e. Kepastian yang lebih besar akan diperoleh bila telah diselidiki sejumlah
kasus lain, akan tetapi bila ditemui kasus negatif, maka harus dirumuskan
kembali hipotesis atau masalahnya.
f. Prosedur penelitian kasus, perumusan kembali hipotesis, demikian pula
gejala atau masalah dapat dilanjutkan sampai tercapai hubungan yang
39 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches.
4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 140.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
68
universal, setelah tiap kasus negatif yang mengharuskan perumusan
kembali telah dapat tercakup.
Sulit ditentukan berapa banyak kasus yang harus diteliti sampai memadai
jumlahnya untuk mencapai kesimpulan yang universal. Tak dapat diketahui
apakah masih ada kasus negatif yang masih merupakan kekecualian yang belum
diliput. Adanya kasus-kasus demikian merupakan dorongan untuk senantiasa
memperhalus dan menyempurnakan teori yang diperoleh. Penelitian kualitatif tak
kunjung berakhir.
Ada beberapa macam teori yang dapat ditemukan atau dibentuk, yakni
yang bersifat makro dan mikro. Teori makro adalah teori yang berlaku bagi
sistem sosial dalam skala besar, misalnya mengenai struktur sosial secara
nasional. Sebaliknya teori “mikro” berlaku bagi organisasi sosial lokal yang
terbatas, misalnya kelas, keluarga suatu lembaga pendidikan, pabrik dan
sebagainya.
Teori dapat pula bersifat substantif dan formal. Teori yang bersifat
substantive biasanya mengenai hal-hal yang konkret, misalnya mengenai guru
sekolah, perawat di rumah sakit, dan sebagainya, sedangkan teori yang bersifat
formal menenai konsep atau kategori seperti disiplin, keadilan, kenakalan,
tanggung jawab dan sebagainya. Kedua golongan itu dapat dikombinasi, misalnya
makro-substantif, mikro-formal, dan sebagainya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
69
5. Teknik Analisis Data
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan diantaranya:
a. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis
secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar
penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
b. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di
luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman
wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai
acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti
kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding,
melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data
yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan
atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
70
hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan
tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan
tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat
menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada
subjek.
c. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada
tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kemabali
berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga
dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan
hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis
tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai
hubungan antara konsep-konsep dan factor-faktor yang ada.
d. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan
yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari
suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang telah didapat.
Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan
yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdpat hal-hal yang
menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini
akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
71
lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,
kesimpulan dan saran.
e. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu
hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan
yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang
dipakaiadalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil
penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek
dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari
subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis
mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat
gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya
dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya
mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
72
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya
ditinjau dari segi letak, Operasional dan fungsional.
Pesantren mahasiswa atau yang sering disebut sebagai (PESMA) ini
terletak dalam Universitas itu sendiri yang berada di sebelah utara dari Gedung
Rektorat dan sebelah Timur dari Gedung Pasca Sarjana, Pesma itu sendiri terdiri
dari 220 Manusia yang terbagi menjadi 212 Mahasantri dan 8 orang Pengurus atau
yang disebut sebagai DEMA(Dewan Mahasantri) Pesma terdiri dari 53 kamar
yang masing-masing bertempatkan 4 orang, dalam satu kamar sudah menjadi hal
yang biasa apabila terdiri dari orang-orang yang berbeda adat kebudayaan,
maupun suku-suku yang berbeda, sehingga memicu adanya penyelarasan
kebudayaan maupun adat atau yang sering kita sebut sebagai akulturasi budaya.
Pesma berdiri dibawah naungan kampus dan sekarang bekerjasama dengan
pihak pengurus Masjid Ulul Albab yang terletak didalam Uninversitas Islam
Negri Sunan Ampel sendiri sehingga para Mahasantri diwajibkan untuk
menghidupkan kegiatan-kegiatan islami dalam Masjid tersebut, seperti Pengajian
kitab kuning yang dilakukan secara rutin pada Malam Jum’at, serta sholat wajib
magrib dan isya’. Sumbangsih yang diberikan pesma terhadap Mahasantri sendiri
sangatlah besar terutama dalam pelajaran bahasa Arab maupun inggris
dikarenakan didalam pesma diajarkan setiap subuh bahasa Arab dan setiap malam
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
73
selasa, rabu, kamis bahasa inggris tergantung urutan kelas, dan juga kegiatan-
kegiatan yang diadakan di pesma ini sangat membantu para mahasantri untuk
lebih mudah berkomunikasi, bersosialisasi antar budaya maupun Negara, contoh :
PM (Pengajian Malam) adalah salah satu program yang berjalan dengan sangat
baik di pesma yang dilakukan setiap Malam selasa, rabu, kamis, dan dalam PM
sendiri kita dibagi menjadi beberapa kelas yang terkumpul dari berbagai etnis,
entah jawa, papua, Kalimantan, Jakarta, Sumatra dll. Dengan dikumpulkannya
mahasantri dalam kelas-kelas yang terdiri dari berbagai etnis tersebut inni akan
mengajarkan kepada mahasantri secara tidak langsung tentang cara berkomunikasi
dan bersosialisasi antar latar belakang etnis maupun kebudayaan yang berbeda.
B. HASIL PENELITIAN
Berikut hasil penelitian yang kami tuliskan berdasarkan data yang kami
peroleh antara lain:
1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri Pesantren Mahasiswa
Uin Sunan Ampel yakni jenis komunikasi verbal dan komunikasi non
verbal dimana komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan ucapan
atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang sering digunakan yakni baha
Indonesia dikarenakan dengan menggunakan bahasa Indonesia seluruh
mahasantri mampu mehami pesan yang disampaikan oleh seorang
komunikator dan komunikasi non verbal sendiri digunakan sering kali
ketika proses komunikasi verbal tak memadai tak mampu membuat
seorang komunikan mengerti akan pesan yang disampaikan oleh
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
74
komunikator sehingga letak fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu
sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan seorang komunikator
biasanya komunikasi non verbal yang digunakan oleh para mahasantri
ialah Gesture (gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-bagian
anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).
2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh para Mahasantri
karna meskipun mereka tidak saling memahami bahasa selain bahasa
daerah mereka akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa Indonesia
sehingga mempermudah mereka dalam berkomunikasi serta bersosialisaai
Namun bukannya tidak ada hambatan dalam proses komunikasi
dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi membuat lawan bicara
mereka bibngung akan maksud pesan yang disampaikan oleh sang
komunikator sehingga menuntut sang komunikator untuk mengulang-
ulang pembicaraan atau dengan menggunakan cara-cara mereka sendiri
untuk membuat seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka
sampaikan.
Dan juga berikut kami lampirkan sedikit catatan wawancara dari beberapa
mahasantri (santri pesantren mahasiswa) yang kami tulis mewakili seluruh catatan
wawancara yang kami peroleh dari puluhan mahasantri beserta segenap jajaran
pengurus mahasantri yang berasal dari berbagai etnis dan kebudayaan yang
berbeda serta ada yang berasal dari Negara berbeda pula:
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
75
Narasumber yang pertama:
Nama : Mirza Mustainu Hidayah
Umur : 19 tahun
Asal : Tarakan (Kalimantan Utara)
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana Pandangan Anda Mengenai PESMA ?
Menurut saya pesma sudah cukup baik Namun masih ada
kekurangannya dari segi kegiatannya.
a) Maksud kurang dari segi kegiatan itu bagaimana?
Ya kurang kegiatannya, terlalu sedikit kegiatan yang ada dan berjalan di
pesma ini.
b) Apa sajakah yang masih berjalan tersebut.?
Ya seperti kajian setelah subuh, Pengajian Malam serta kajian kitab
kuning setiap malam jum’at.
2. Apakah anda mengerti bahasa jawa?
Ya
a) Bagaimana anda bisa mengerti bahasa jawa sedangkan anda berasal dari
Kalimantan Utara?
Ya dikarenakan orang tua saya aslinya orang jawa semua akan tetapi
merantau ke Kalimantan utara sehingga saya lahir dan besar disana.
3. Apakah Ada kesusahan dalam bersosialisasi dengan Mahasantri yang lain,
mungkin yang berasal dari daerah yang berbeda dengan Anda?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
76
Ya saya rasa sih biasa-biasa saja tidak ada kesusahan yang begitu besar
karena saya sudah lumayan bisa bahasa jawa, namun jika dengan yang
berbeda Negara saya jarang sekali berkommunikasi karena saya agak
bingung memahaminya.
4. Menurut Anda Apakah Dengan adanya Pesma ini Membantu para
Mahasiswa-mahasiswa yang tidak bisa bahasa jawa atau kurang faham
dalam kultur kebudayaan di daerah jawa ini sendiri ?
Ya sedikit membantu
5. Bagaimana cara anda beradaptasi dengan mahasantri yang lain terutama
yang berasal dari jawa?
Ya pertama saya kenalan dulu kemudian saya sering menyapa apabila
bertemu, terus sering kumpul bareng-bareng karena dengan seringnya
kita bersama nanti dengan sendirinya akan tercipta kedekatan emotional
yang mana ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi agar terjalin
dengan baik.
6. Mengapa anda memilih pesma sebagai tempat anda bermukim?
Karena menurut pendapat orang tua saya tempat tinggal disekitar sini
(kost) itu kurang layak.
a) Kurang layak dari segi pergaulan atau vasilitas ?
Dari segi vasilitas, sehingga untuk sementara ini orang tua saya
menyuruh saya tinggal di pesma.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
77
Narasumber yang kedua :
Nama : Sukirman
Umur : 20
Asal : Kota baru (Kalimantan selatan)
Daftar Pertanyaan:
1. Sudah berapa lama anda berada di jawa ?
Kurang lebih 8 tahun, sejak kecil saya sudah di taruh oleh orang tua di
tanah jawa pada saat itu umur saya 12 tahun.
a) Apakah anda bisa berbahasa jawa ?
Ya, bukan hanya bisa melainkan sangat lancar.
b) Bagaimanakah cara anda belajar bahasa jawa ?
Awalnya saya banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam
mempelajarinya akan tetapi saya sering kumpul dengan mereka-mereka
orang jawa sehingga dengan sendirinya saya bisa menguasai bahasa
jawa.
2. Bagaimanakah pandangan Anda mengenai pesma ?
Menurut sya pesma ini dibilang bagus ya tidak terlalu bagus, dibilang
jelek ya tidak terlalu jelek jadi ditengah-tengah aja, tapi dalam segi
sestemnya menurut saya masih terbilang buruk.
a) Apakah itu sistem pendidikin kegiatan sehari-hari ataukah yanglain ?
Untuk sistem sehari-hari menurut saya sudah bagus akan tetapi
penghuni dari pesma itu sendiri yang belum terlalu menyadari peran
dirinya sendiri.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
78
3. Mengapa Anda memilih pesma sebagai tempat bermukim anda ?
Ya dikarenakan tempatnya yang strategis dekat dengan kampus
sehingga tidak susah untuk berangkat kuliah atau ketika ada kegiatan di
kampus sendiri.
a) Apakah ada faktor lain selain faktor jarak ?
Ya ada diantaranya dikarenakanVasilitasnya yang memadai dan
nyaman.
4. Apakah ada kesusahan atau halangan dalam menjalin komunikasi dengan
mahasantri lain ?
Tidak ada, soalnya saya sudah bisa menguasai bahasa jawa.
a) Itu apabila dengan orang jawa, Namun, Apabila dengan mahsantri yang
lain yang berbeda kultur serta adat apakah sama ?
Ya, bagi saya sama karena kitakan memiliki bahasa resmi, bahasa
nasional yakni Bahasa Indonesia jadi siapapun orangnya apabila masih
di Indonesia pasti masih bisa berkomunikasi.
b) Di Pesma inikan juga terdapat mahasantri yang bersal dari luar negri
seperti Malaysia, nah bagai manakah anda berkomunikasi dengannya
apabila mereka kurang faham dengan bahasa Indonesia ?
Berkomunikasikan bukan hanya melalui omongan atau verbal akan
tetapi juga bisa dengan menggunakan bahasa non verbal, jadi saya lebih
banyak menggunakan bahasa non verbal seperti gerak tubuh.
5. Apakah dengan adanya pesma ini membantu anda dalam penyesuaian diri
terhadap kebudayaan yang berlaku disini ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
79
Ya, sedikit banyak membantu karena setiap daerahkan pasti memiliki
kebudayaan serta adat yang berbeda jadi dengan adanya pesma ini saya
terbantu sehingga saya tidak terlalu susah dalam menyesuaikan diri
dengan mahasiswa-mahasiswa yang berada dikampus karena
sesungguhnya apabila kita sudah bisa menguasai cara bersosialisasi
yang baik dan penerapan yang baik di pesma ini maka kita juga akan
dapat melakukan hal yang sama apabila berada di kampus.
Narasumber yang ketiga :
Nama : Andika bin Rasbi
Umur : 19
Asal : Malaysiya (serawak)
Daftar pertanyaan :
1. Bagaimana pendapat anda mengenai pesma ?
Cukup baik, nyaman, enak.
2. Apakah anda bisa berbahasa Indonesia dengan baik ?
Sedikit, tidak terlalu lancar.
a) Bagaimana dengan bahasa jawa ?
Bahasa jawa saya tidak mengerti.
3. Apakah ada halangan bagi anda dalam berkomunikasi dengan mahasantri
lain terutama yang berasal dari jawa ?
Menurut saya tidak halangan semuanya baik-baik saja.
a) Jadi bahasa menurut anda bukanlah suatu halangan dalam proses
sosialisasi serta komunikasi ?
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
80
Bukan karna bagi sya yakni mengenal dan menegur.
4. Mengapa anda memilh pesma sebagai tempat tinggal anda ?
Kamarnya besar, Tempatnya enak, bersih, terus kamar mandinya
banyak.
a) Bagaiman kisahnya sehinggan anda bisa masuk di pesma ini ?
Ya kita semua anak Malaysia diwajibkan untuk semester-semester awal
untuk tinggal disini, kita semua di uruskan oleh kaka-kaka kelas yang
bersal dari Malaysia juga.
5. Anda tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar apalagi bahasa jawa,
terus bagaimana cara anda beradaptasi dengan mahasantri lain ?
Sering menegur dan berbicara sebisanya saja.
C. TELAAH TEORI TENTANG HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, telaah tentang hasil penelitian merupakan
bagian yang sangat penting. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, tujuan pokok
melakukan telaah dalam penelitian ini bukan untuk mengemukakan teori yang
relevan yang kemudian dideduksikan pada gejala yang hendak diteliti untuk
kemudian peneliti membangun hipotesis dan mengupayakan operasionalisasi
konsep serta kemudian pengukuran-pengukuran, melainkan untuk melakukan
jelajahan literatur guna menemukan beberapa hal, misalnya gambaran bagaimana
penelitian dengan topik yang sama atau mirip telah dilakukan oleh peneliti lain,
penggunaan konsep-konsep tertentu oleh peneliti lain yang mungkin juga akan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
81
digunakan atau setidaknya dianggap relevan dan temuan-temuan empirik oleh
peneliti lain yang mungkin dapat dirujuk.
Sesuatu yang sangat menarik dalam penelitian kualitatif terkait dengan
telaah pustaka ini adalah, bahwa upaya telaah ini tetap dilakukan pada saat
peneliti mencoba mengupayakan analisis data dan hendak menarik simpulan. Di
sini, ada kemungkinan peneliti harus membuang sebagian data yang diyakini tidak
relevan (reduksi data), mengganti konsep yang telah dijelaskan sebelumnya
dengan konsep baru atau konsep lain yang lebih tepat, atau peneliti harus
membuang pandangan-pandangan teoritik dan atau temuan peneliti lain yang
belakangan diyakini tidak atau kurang relevan lagi untuk diganti dengan
pandangan teoritik lain yang sekiranya lebih dapat membantu upaya memahami
kecenderungan dari data yang ada.
Secara lebih terinci telaah tentang hasil penelitian memiliki beberapa
tujuan penting yang beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep penting yang digunakan,
serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup di dalamnya. Meskipun
penelitian kualiatif tidak pernah dimaksudkan untuk menguji hipotesis
sehingga peneliti memang tidak harus berpegang pada definisi-definisi
tertentu untuk konsep-konsep yang digunakan, tetapi peneliti tetap
membutuhkan penjelasan mengenai konsep yang dihadirkan.
2. Memeroleh pijakan untuk dapat mengemukakan penjelasan-penjelasan
teoritik tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan peneliti dalam
uyapa menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
82
3. Memeroleh acuan dalam upaya mengidentifikasikan dan mengemukakan
justifikasi mengenai ruanng-ruang lingkup dari gejala komunikasi yang
diteliti.
4. Memeroleh ilustrasi penelitian sejenis baik dilihat daris egi metode dan
atau prosedur penelitian yanag digunakan maupaun temuan-temuan yang
dihasilkan peneliti lain.
5. Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-posisi penelitian yang
sedang dilakukan di antara penelitian-penelitian lain yang sudah ada
sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan kritis terhadap
penelitian-penelitian lain yang sudah ada, baik berkenanan dengan
prosedur penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang digunakan.
6. Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil (temuan)
penelitian yang dilakukan di antara hasil-hasil (temuan ) penelitian lain.40
40 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LkiS. Yogyakarta. 2007). Hal 81-83.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
83
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari seluruh rangkaian penelitian yang telah dilakukan, diperoleh sebuah
kesimpulan bahwa:
1. Komunikasi yang digunakan oleh para mahasantri Pesantren Mahasiswa
Uin Sunan Ampel yakni jenis komunikasi verbal dan komunikasi non
verbal dimana komunikasi verbal sangat dekat kaitannya dengan ucapan
atau bahasa lisan, dan bahasa lisan yang sering digunakan yakni bahasa
Indonesia dikarenakan dengan menggunakan bahasa Indonesia seluruh
mahasantri mampu mehami pesan yang disampaikan oleh seorang
komunikator dan komunikasi non verbal sendiri digunakan sering kali
ketika proses komunikasi verbal tak memadai tak mampu membuat
seorang komunikan mengerti akan pesan yang disampaikan oleh
komunikator sehingga letak fungsi utama dari koomunikasi non verbal itu
sendiri untuk memperkuat maksut dari tujuan seorang komunikator
biasanya komunikasi non verbal yang digunakan oleh para mahasantri
ialah Gesture (gerak tubuh) yakni dengan menggerakkan bagian-bagian
anggota tubuh serta Proxemiks (kedekatan).
2. Tidak terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh para Mahasantri
karna meskipun mereka tidak saling memahami bahasa selain bahasa
daerah mereka akan tetapi mereka semua mengerti akan bahasa Indonesia
sehingga mempermudah mereka dalam berkomunikasi serta bersosialisaai
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
84
Namun bukannya tidak ada hambatan dalam proses komunikasi
dikarenakan terkadang cara mereka berkomunikasi membuat lawan bicara
mereka bibngung akan maksud pesan yang disampaikan oleh sang
komunikator sehingga menuntut sang komunikator untuk mengulang-
ulang pembicaraan atau dengan menggunakan cara-cara mereka sendiri
untuk membuat seorang komunikan mengerti akan pesan yang mereka
sampaikan.
B. KRITIK DAN SARAN
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa
memeberikan kekuatan lahir dan batin kepada tim peneliti, sehingga dapat
menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penulisan penelitian ini, kami selaku tim peneliti telah
mencurahkan segala kemampuan baik pikiran, tenaga, biaya dan waktu demi
kesempurnaan penelitian ini. Namun karena keterbatasan kemampuan, maka
tentunya masih banyak kekurangan dan kejanggalan yang terdapat dalam
penyusunan bahasa, tata tulisannya dan uraian dalam pembahasan.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan koreksi serta kritik yang
bersifat konstruktif dari semua pembaca demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufik serta hidah-
nya kepada kita semua.
Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca. Amin.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
85
DAFTAR PUSTAKA
Alasuutari, Pertti. Researching Culture: Qualitative method and cultural
studies. London: Sage. 1995
Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta;
Rajawali Pers, 1998.
Bogdan, Robert C.,Biklen, Sari Knopp. Qualitative Research for
Education , An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and
Bacon. 1982.
Bryman, Allan, “Social Research Method 2nd ed.” United States: Oxford
University Press, 2004.
Bungin, M. Burhan. Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan
Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media
Group, 2006.
Effendi, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan
Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986.
Hadari, Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 2005.
Ilyas Ba-Yunus dan Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan,
terj. Hamid Ba-Syaib. Bandung: Mizan, 1996.
Khotimah, Emma. Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal
Editor, Vol, 1 No. 1, Bandung: Unisba. 2000.
Liliweri, Alo. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2003.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
86
Macbride, Sean. Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu
Dunia”, Unesco-Balai Pustaka.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima,
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan
Pengalaman Konyol, Cetakan kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya.
2002.
Mulyana, Deddy. Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi
Antar Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya, Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya, Editor: Deddy
Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001.
Neuman, W Lawrence. Social Research Methods Qualitative and
Quantitative Approaches. 4th.ed. Boston: Allyn and Baccon. 2000.
Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LKIS, 2007.
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
S, Josefh. Sosiologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora . Jakarta:
Bina Aksara, 1984.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo,
2010.
Somavar, Larry and Porter, Richard E. Communication Between Cultures,
Belmont: C.A. Wadsworth. 1991.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
87
Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-Kontek
Komunikasi, Buku Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana,
Bandung: Rosdakarya. 1996.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta: PT Grafindo
Persada. 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.2009
Suharsimi, Arikunto. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit PT. Rineka
Cipta. 2002.
Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik,
Jakarta :PT.Asdi Mahasatia, 2006.
Teguh, Raj Muhammad. Methodologi penelitian ekonomi. Jakarta: Raja
Grafindo persada, 2001.
W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: An
approach to intercultural communication (Ed), New York: McGraw Hill,
1992.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
88
Lampiran
Gambar I: Simbol Nama Pesantren Mahasiswa
Gambar II: Gedung Pesantren Mahasiswa Tampak Dari Bawah
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
89
Gambar III: Pintu Masuk Gedung Pesantren Mahasiswa Putra
Gambar IV: Sosialisasi Santri
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
90
Gambar V: Kegiatan Mahasiswa (Ngaji Kitab Kuning)
Gambar VI: salahsatu mahasiswa asal Malaysia
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi
di Pesantren Mahasiswa
91
Gambar VII: Kegiatan Pembelajaran Malam
Recommended