Upload
soedarman-husaeni
View
1.071
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FUNDAMENTAL
PT BETONJAYA MANUNGGAL Tbk
Sekilas mengenai PT Betonjaya Manunggal Tbk
PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON) didirikan pada tanggal 27 februari 1995. Perseroan
bergerak dalam bidang usaha memproduksi besi dan baja. Saat ini, BTON memasarkan produk-
produknya untuk pasar domestik, dimana pangsa pasar terbesar adalah di Jawa Timur (sekitar
70% dari total penjualan), disusul pasar DKI Jakarta sebesar 15%, sedangkan sisanya tersebar di
kawasan Jawa Barat, Bali, Kalimantan dan Sulawesi. Pada tanggal 29 Juni 2001, BTON
memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham (IPO).
Direktur
Nama Direktur Jabatan Tidak Terafiliasi
Gwie Gunadi Gunawan Direktur utama No
Ny. Jenny Tanuwijaya MBA Direktur No
Drs. Andy Soesanto MBA, MM Direktur Yes
Komisaris
Nama Komisaris Jabatan Komisaris Independen
Gwie Gunato Gunawan Wakil Komisaris Utama No
Drs. Bambang Hariyadi MEC, Ak Komisaris Yes
A. Analisis Ekonomi Makro
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB merupakan indikator ekonomi yang mencerminkan nilai pasar barang dan jasa yang
dihasilkan oleh ekonomi dalam suatu Negara. PDB merupakan indikator ekonomi yang
mencerminkan nilai pasar barang dan jasa yang dihaslkan oleh ekonomi dalam suatu Negara.
Karena itu, perubahan GDP tentu akan berdampak juga pada pergerakan harga saham.
Pertumbuhan GDP Indonesia dari tahun 2009-2012 dapat dilihat di tabel berikut:
2010 2011 2012
6.2% 6.5% 6.1%
Sumber : www.bi.go.id
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, GDP pada ekonomi Indonesia pada tahun 2010
adalah 6,2% dan meningkat menjadi 6,5% pada tahun 2011 dan turun menjadi 6.1 di tahun
2011. Hal ini merupakan indikasi yang baik bagi pertumbuhan pasar modal Indonesia.
2. Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate)
Suku bunga bisa dijadikan acuan kondisi ekonomi. Kenaikan suku bunga akan memicu
penurunan harga saham karena bnyak pelaku pasar yang menjual sahamnya dan lebih memilih
deposito di bank karna lebih aman dan menjanjikan. Sebaliknya penurunan tingkat suku bunga
akan membuat investor optimis untuk berinvestasi sehingga harga saham jadi naik. Data suku
bunga Bank Indonesia untuk tahun 2010-1012 adalah sebagai berikut:
BI Rate
(Berdasarkan hasil dari Rapat Dewan Gubernur)
Tanggal BI Rate
11 April 2013 5.75%
10 Jan 2013 5.75%
11 Des 2012 5.75%
12 Jan 2012 6.00%
8 Des 2011 6.00%
5 Jan 2011 6.50%
3 Des 2010 6.50%
6 Jan 2010 6.50%
Sumber : www.bi.go.id
Dari data di atas terlihat dari tahun 2010 suku bunga cendrung menurun, dari 6.50% di
tahun 2010 menjadi 5.75% di tahun 2012. Tingkat suku bunga ini bertahan hingga awal 2013.
Ini memberikan sinyal positif bagi investor untuk berinvestasi di saham.
3. Tingkat Inflasi
Hubungan inflasi dengan harga saham adalah berbanding terbalik. Artinya harga saham
akan naik jika inflasi turun dan sebaliknya, harga saham akan turun ketika tingkat inflasi tinggi.
Berikut disajikan data tingkat inflasi di Indonesia tiga tahun terakhir.
LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Bulan Tahun Tingkat Inflasi
Maret 2013 5.90 %
Januari 2013 4.57 %
Desember 2012 4.30 %
Januari 2012 3.65 %
Desember 2011 3.79 %
Januari 2011 7.02 %
Desember 2010 6.96 %
Januari 2010 3.72 %
Sumber : www.bi.go.id
Tingkat inflasi di Indonesia terakhir adalah 5.90%. Memang meningkat dari tahun
sebelumnya. Ini memberikan efek negatif pada pergerakan saham.
4. Kurs Mata Uang Asing
Untuk di Indonesia, penguatan nilai mata uang utama dunia (contoh: US Dollar, Euro,
Yen), terutama US Dollar, akan mendorong investor besar untuk mengalihkan investasinya ke
mata uang tersebut yang pada akhirnya mendorong penjualan saham sehingga harga saham
turun. Pelemahan nilai Rupiah secara umum juga mengurangi optimisme pelaku pasar
sehingga melemahkan gairah pasar saham. Berikut ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar
pada akhir tahun 2010, 2011, dan 2012 (Sumber: www.bi.go.id):
Kurs Jual Kurs Beli
28 Desember 2012 10.077,57 9.973,20
30 Desember 2011 9.250,61 9.154,74
31 Desember 2010 9.190,52 9.094,50
5. Siklus Bisnis
Siklus bisnis mencerminkan pergerakan aktivitas ekonomi secara menyeluruh yang
menyatukan banyak bagian aktivitas ekonomi yang terpisah. Harga saham yang tercermin
dalam composite index secara umum merupakan leading indicator ekonomi suatu negara.
Berikut kita lihat pergerakan data pada grafik composite index (IHSG) dari tahun 2010-2012
(www.idx.co.id).
Composite index th 2010
Composite index th 2011
Composite index th 2012
Pada tahun 2010 dan 2011 pergerakan IHSG cendrung neik atau menguat.
Berarti kondosi perekonomianpada saat itu cendrung membaik. Pada tahun 2012
pergerakannya cendrung mendatar, ini mengindikasikan perekonomian yang konstan. Investor
juga perlu hati-hati, bisa saja setelah pergerakan mendatar ini pertanda akan adanya
goncangan ekonomi, tap bisa juga sebaliknya, perekonomian sedang akan membaik.
6. Kinerja Realisasi Investasi Asing Indonesia
Realisasi investasi asing mencakup 21,2% dari seluruh investasi di Indonesia. Pada 2010,
realisasi investasi asing tumbuh sekitar 49,93% dengan nilai USD16 miliar, melonjak setelah
penurunan 27,28% di tahun sebelumnya.
Realisasi Investasi Asing Per Sektor (USD juta)
Sumber: http://www.ceicdata.com
Realisasi investasi asing di sektor primer relatif tetap rendah, kurang dari USD1 miliar
per tahun pada dasawarsa sebelumnya. Dengan adanya kenaikan investasi asing di proyek
pertambangan di 2010, realisasi investasi asing di sektor primer melonjak dan tercatat sebagai
rekor tertinggi dengan nilai investasi lebih dari USD3 miliar pada tahun tersebut. Investasi asing
di sektor tersier tetap berada pada posisi yang paling berpengaruh terhadap total realisasi
investasi asing dan terus berkembang secara signifikan sejak 2007.
Permintaan domestik masih tumbuh cukup kuat, meskipun terjadi moderasi di tengah
perbaikan di sisi eksternal. Kuatnya konsumsi swasta didukung oleh perbaikan daya beli
masyarakat dan kepercayaan konsumen. Sementara itu, ditengah investasi bangunan yang
tetap tumbuh kuat, investasi nonbangunan cenderung melambat. Dengan perekonomian
Indonesia yang semakin menunjukkan pertumbuhan, mendorong pembangunan proyek-proyek
infrastruktur yang terus berlangsungn ditahun 2013. Sudah pasti, proyek ini membutuhkan
pasokan baja. Belum lagi dari industry otomotif yang masih tetap positif di tahun ini, hal ini
dikarenakan industry otomitif membutuhkan pasokan baja yang lebih banyak seiring dengan
kenaikan pasar otomitf domestic. Kendala terbesar yang menghambat laju bisnis industry baja
nasional justru di pasar global. Soalnya selama tahun 2012, kondisi ekonomi global yang lesu
membuat permintaa baja menurun sementara produksinya tetap tinggi. Hal ini mengakibatkan,
harga baja dunia menjadi turun dan berimbas ke harga baja domestic.
B. Analisis Fundamental Sektor Industri
Industry logam termasuk ke dalam kelompok metal allied product yang merupakan
bagian dari basic industry and chemicals. Dimana trend pertumbuhannya terus mengalami
peningkatan dari tahun 2009-2012, sebagaimana ditunjukkan oleh grafik dibawah ini (sumber:
www.idx.com). Jika kita memperhatikan fase dari PT Betonjaya Manunggal Tbk, maka ia
termasuk kedalam perusahaan yang berada pada fase berkembang.
Basic industry and chemical tahun 2010
Basic industry and chemical tahun 2011
Basic industry and chemical tahun 2012
1. Pertumbuhan industri logam
Berdasarkan data dari badan pusat statistic pertumbuhan industry pengolahan non
migas secara keseluruhan mengalami pertumbuhan positif, salah satu industry yang mengalami
pertumbuhan tersebut adalah industry logam.
2010 2011 2012
Pertumbuhan (milyar) 26.853,90 31.101,10 33.476.40
Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik)
Investasi di sektor industry logam diperkirakan masih berpeluang tumbuh, karena
adanya faktor pendorongnya adalah karena kebutuhan produk baja yang semakin meningkat,
seperti untuk proyek-proyek infrastruktur, pembangunan pabrik baru di kawasan-kawasan
industry, otomotif, dan termasuk pula perkembangan di bidang property. Apalagi tingkat
konsumsi atau pemakaian baja di Indonesia saat ini baru sekitar 50 kilogram per kapita, hal ini
masih sangat rendah bila di bandingkan dengan tingkat konsumsi baja di Malaysia yang
mencapai 200 kilogram per orang (Sumber: www.kompas.com senin 18 februari 2013).
Sehingga berdasarkan dari data-data di atas, pertumbuhan industry logam kedepannya sangat
menjanjikan.
2. Pengaruh pemerintah terhadap industry logam
Tingginya permintaan logam dalam negeri seiring dengan pertumbuhan industry
otomotif dan konstruksi. Akan tetapi tinggi tingginya permintaan ini tidak dimbangi oleh
ketersediaan logam itu sendiri, hal ini dikarenakan oleh regulasi impor bahan baku pemerintah.
Selama ini untuk memproduksi logam harus mengimpor bahan baku. Akan tetapi permasalahan
tersebut berusaha dipecahkan oleh pemerintah dengan melakukan program hilirisasi untuk
mengurangi ketergantungan industry logam terhadap bahan baku impor. Sementara itu,
kementerian perindustrian menyiapkan anggaran sebesar Rp 45,9 milliar dalam program
revititalisasi dan penumbuhan industry material dasar logam pada tahun 2013, dimana
anggaran tersebut akan digunakan untuk kegiatan penyusunan, penerapan, serta pengawasan
standar nasional Indonesia (SNI) dan rancangan standar nasional Indonesia (RSNI) produk
industry material dasar logam (Sumber: http://en.bisnis.com/)
C. Analisis fundamental perusahaan
1. Fundamental PT Betonjaya Manunggal
PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON), merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha memproduksi besi baja dengan ukuran diameter berkisar antara 6 mm-12 mm,
dengan total kapasitas terpasang 30.000 ton per tahun. Saat ini BTON memasarkan produk-
produknya untuk pasar domestic, dimana pangsa pasar terbesar adalah di Jawa Timur (sekitar
70% dari total penjualan). BTON terafiliasi dengan PT Gunawan Dianjaya Baja Tbk (GDST),
produsen pelat baja canai panas (hot rolled steel plate (HRC) terkemuka di ASEAN dan PT Jaya
Pari Steel Tbk (JPRS). Dengan mempertimbangkan daya serap pasar terhadap produk-produk
baja dan besi yang masih sangat tinggi, terdapatnya kebijakan pemerintah yang
menguntungkan industry baja nasional, maka kami percaya bahwa BTON memiliki prospek yang
baik di masa depan.
Sumber: www.idx.com
2. Analisis perusahaan
a. Rasio-rasio keuangan
Berikut ini data rasio-rasio keuangan PT Betonjaya Manunggal Tbk (Sumber:
www.idx.com)
a. Curent Ratio
Current Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancar yang dimiliki. Current ratio PT Betonjaya Manunggal Tbk untuk tahun
2010 adalah 359,72%, tahun 2011 adalah 313,76% dan tahun 2012 adalah 283,89%.
b. DAR (Debt to Asset Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang
dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari
keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Nilai DAR perusahaan pada tahun
2010 adalah 0,19, 2011 adalah 0,22, dan 2012 adalah 0,25. Nilai DAR semakin
membesar, berarti jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang semakin bertambah.
c. DER (Debt to Equity Ratio)
Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibanya. Nilai DER perusahaan pada tahun 2010 adalah 0,23.
Tahun 2011 adalah 0,29. Tahun 2012 adalah 0,34. Ini menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya semakin bertambah dari tahun 2010
sampai tahun 2012.
d. ROE (Return on Equity)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri
untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa
maupun saham preferen. Nilai ROE perusahaan pada tahun 2010 adalah 15.52, tahun
2011 adalah 26.58, dan tahun 2012 adalah 22.89. Disini dapat dilihat bahwa
kemampuan perusahaan memberikan keuntungan kepada pemegang saham
lumayan baik peningkatannya, kecuali untuk tahun 2012 yang mengalami penurunan.
Lampiran-lampiran (Sumber: www.idx.com)