Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengamatan
langsung saat pembelajaran IPA dan kegiatan wawancara dengan guru kelas
untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas
VB hambatan yang dihadapi dalam penyampaian materi IPA yaitu rendahnya
semangat belajar siswa. Hal tersebut ditandai ketika pembelajaran
berlangsung siswa terlihat lebih asyik bermain dan bercerita sendiri dengan
teman sebelahnya daripada memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, proses
pembelajaran IPA lebih sering menggunakan metode ceramah di mana
keterlibatan guru lebih dominan daripada keterlibatan siswa. Siswa lebih
banyak mendengarkan penjelasan materi dari guru dan kurang terlibat dalam
proses memperoleh pengetahuan IPA. Hal ini ditandai dengan pembelajaran
melalui kegiatan percobaan tidak pernah dilaksanakan. Padahal kegiatan
tersebut dapat menunjang siswa untuk terlibat dalam memperoleh
pengetahuan IPA secara mandiri.
Berdasarkan hasil diskusi antara guru kelas VB dan peneliti,
permasalahan proses pemerolehan pengetahuan IPA atau keterampilan proses
IPA siswa yang masih rendah perlu ditingkatkan. Siswa perlu difasilitasi
untuk memperoleh pengetahuan IPA melalui kegiatan dengan mengikuti
prosedur ilmiah seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasi,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Proses pemerolehan pengetahuan
48
IPA oleh siswa sekolah dasar memerlukan bimbingan dari guru, sehingga
upaya yang dilakukan yaitu dengan menerapkan metode guided discovery
dalam pembelajaran IPA.
B. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
proses IPA dalam pembelajaran melalui metode guided discovery. Materi
pokok yang digunakan adalah sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II
yang dimulai pada tanggal 21 Maret 2014 sampai 27 Maret 2014. Adapun
pemaparan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II sebagai berikut.
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Menetapkan materi pokok penelitian
Materi pokok pada penelitian ini yaitu sifat-sifat cahaya yang meliputi
cahaya dapat merambat lurus, menembus benda bening, dipantulkan,
dibiaskan dan diuraikan. Pemilihan materi disesuaikan dengan silabus
yang digunakan guru kelas VB SDN Margoyasan. Standar kompetensi
materi tersebut adalah menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan
membuat suatu model atau karya, sedangkan kompetensi dasar materi
tersebut adalah mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
49
2) Menetapkan jadwal penelitian
Peneliti bersama guru kelas menetapkan jadwal penelitian tindakan
kelas sesuai dengan jadwal pelajaran IPA kelas VB SDN Margoyasan
yang dilaksanakan setiap hari Rabu dan Kamis.
3) Menyusun RPP
RPP disusun oleh peneliti berkolaborasi dengan guru kelas sebelum
kegiatan penelitian tindakan kelas dilaksanakan. RPP berisi tentang
rencana kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan yaitu tentang sifat-
sifat cahaya. Penyusunan RPP disesuaikan dengan langkah-langkah guided
discovery yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses IPA
siswa. RPP yang telah disepakati digunakan sebagai pedoman
pembelajaran IPA di kelas VB (lampiran 2 halaman 114).
Guru bersama peneliti melakukan simulasi pembelajaran sebelum
tindakan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disepakati. Hal ini
bertujuan agar guru benar-benar paham tentang proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan tindakan.
4) Menyusun LKS
LKS yang disusun disesuaikan dengan materi pembelajaran IPA yaitu
sifat-sifat cahaya. LKS berisi kegiatan tentang menyelidiki arah
perambatan cahaya, menyelidiki sifat cahaya menembus benda bening,
menentukan sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung dan
cermin cekung, membuktikan pembiasan cahaya dan membuktikan bahwa
warna pelangi dapat menyusun warna putih (lampiran 2 halaman 124).
50
LKS disusun untuk memfasilitasi siswa agar aktif melakukan kegiatan
sehingga siswa mendapat pengalaman langsung.
5) Menyusun lembar observasi
Lembar observasi disusun oleh peneliti sebagai instrumen penelitian
yang berupa lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk
siswa. Lembar observasi guru digunakan untuk pedoman observasi
aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA melalui metode
guided discovery, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai
pedoman observasi keterampilan proses IPA dalam pembelajaran
(lampiran 5 halaman 149-152 dan lampiran 10 halaman 154).
Keterampilan proses IPA yang dimaksud penelitian ini adalah
keterampilan proses IPA dasar yang terdiri dari keterampilan mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.
b. Tindakan
Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Maret
2014 pukul 09.00-10.10 WIB yang dihadiri oleh 24 siswa dan pada hari
Kamis tanggal 20 Maret 2014 pukul 11.00-12.10 WIB yang dihadiri oleh
23 siswa. Pembelajaran IPA pada siklus I membahas tentang sifat-sifat
cahaya, yang terdiri dari lima kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa yaitu
menyelidiki arah perambatan cahaya, menyelidiki bahwa cahaya memiliki
sifat dapat menembus benda bening, menentukan sifat bayangan pada
cermin cembung dan cermin cekung, membuktikan adanya pembiasan
51
cahaya, menentukan sifat bayangan pada cermin cembung dan cermin
cekung, membuktikan adanya pembiasan cahaya, dan membuktikan
bahwa warna pelangi dapat menyusun warna putih. Berikut ini deskripsi
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
1) Pertemuan pertama siklus I
Pada pertemuan pertama siklus I kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa terdiri dari dua kegiatan yaitu menyelidiki arah perambatan cahaya
dan menyelidiki bahwa cahaya memiliki sifat dapat menembus benda
bening. Deskripsi pelaksanaan tindakan pertemuan pertama siklus I
melalui langkah-langkah metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a) Orientasi (Pendahuluan)
Langkah orientasi (pendahuluan) dilaksanakan pada kegiatan awal
pembelajaran dengan memotivasi siswa melalui kegiatan apersepsi yaitu
memberikan pertanyaan seperti, “Anak-anak mengapa kita bisa melihat
benda-benda di lingkungan sekitar kita?”. Siswa menjawab “Karena kita
memiliki mata, Bu”, ada pula yang menjawab “Karena ada cahaya Bu, jadi
bisa melihat”, dan ada juga siswa yang tidak menjawab. Jawaban-jawaban
siswa tersebut direspon oleh guru bahwa jawaban yang disampaikan siswa
tepat. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran setelah bertanya jawab
dengan siswa, bahwa siswa akan mempelajari tentang sifat-sifat cahaya.
Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan
siswa kemudian guru menanyakan apakah sudah jelas, siswa menjawab
sudah jelas.
52
b) Merumuskan masalah
Rumusan masalah disampaikan guru pada kegiatan awal
pembelajaran. Rumusan masalah yang diajukan dengan secara lisan
kemudian ditulis oleh guru di papan tulis. Rumusan masalah yang diajukan
adalah “Bagaimana arah perambatan cahaya?”, “Benda-benda apa saja
yang dapat ditembus cahaya?”. Rumusan masalah sesuai dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh siswa untuk menemukan bahwa cahaya
memiliki sifat merambat lurus dan dapat menembus benda bening.
c) Mengajukan hipotesis
Langkah mengajukan hipotesis seharusnya dilaksanakan setelah
menyampaikan rumusan masalah. Akan tetapi, setelah rumusan masalah
disampaikan, siswa tidak didorong untuk berhipotesis. Guru justru kembali
duduk di kursi dan hanya memberi tahu siswa untuk membentuk
kelompok, sebagian siswa memperhatikan perintah dan sebagian lainnya
masih bercakap-cakap dengan teman di sebelahnya (lampiran 18 gambar
1).
d) Mengumpulkan Data
Langkah mengumpulkan data dilaksanakan pada kegiatan inti
pembelajaran. Siswa membentuk kelompok menjadi lima kelompok.
Pembentukan kelompok dilaksanakan siswa dengan cara berhitung satu
sampai lima, kemudian siswa berkelompok sesuai kelompoknya masing-
masing dengan tempat duduk melingkar dan berhadap-hadapan. Setiap
kelompok memperoleh LKS, alat dan bahan yang digunakan untuk
53
melakukan kegiatan menyelidiki arah perambatan cahaya dan menyelidiki
bahwa cahaya memiliki sifat dapat menembus benda bening.
Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data sesuai petunjuk LKS
untuk menemukan bahwa cahaya dapat merambat lurus dan menembus
benda bening (lihat gambar 2 & 3). Melalui kegiatan ini observer dapat
mengamati keterampilan proses IPA yang muncul pada setiap siswa.
Gambar 2. Siswa Melakukan Kegiatan Pengumpulan
Data Cahaya Merambat Lurus
Gambar 3. Siswa Melakukan Kegiatan Pengumpulan
Data Cahaya Menembus Benda Bening
Guru mengontrol kegiatan siswa serta memberikan bimbingan dalam
mengumpulkan data (lampiran 18 gambar 2). Ketika pelaksanaan
pengumpulan data berlangsung beberapa kelompok masih kesulitan karena
tidak mencermati langkah-langkah kegiatan yang tertulis dalam LKS. Hal
ini disebabkan oleh sebagian anggota kelompok membuat keributan
54
dengan memainkan peralatan yang dibagikan oleh guru dan bercanda
dengan teman satu kelompoknya. Akibatnya, suasana kelas menjadi
kurang kondusif dan pengumpulan data ini menjadi banyak memakan
waktu.
e) Mengolah data
Langkah mengolah data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan
data. Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisis data yang
diperoleh dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS
(lampiran 18 gambar 3). Pada langkah mengolah data sebagian besar siswa
masih terlihat memainkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang ada di depan mereka, sehingga tidak fokus dengan pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS.
Ketika semua siswa sudah menganalisis data yang diperoleh,
kemudian siswa bersama guru membahas data secara klasikal untuk
menyamakan dan membahas konsep hasil kegiatan. Pelaksanaan diskusi
secara klasikal dimulai dengan meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada kesempatan ini tidak
ada kelompok yang berani mengajukan diri untuk presentasi, sehingga
guru langsung menunjuk dua kelompok untuk presentasi. Guru hanya
menunjuk dua kelompok untuk presentasi karena waktu yang masih
tersedia terbatas.
Siswa yang ditunjuk untuk presentasi di depan kelas terlihat masih
malu, hal ini terlihat siswa tersebut menutup wajahnya dengan LKS yang
55
dibaca selain itu suaranya tidak terdengar ke seluruh ruangan kelas.
Sebagian besar siswa tidak memperhatikan presentasi. Guru lebih fokus
pada siswa yang melakukan presentasi sehingga guru belum menegur
siswa yang tidak memperhatikan saat presentasi berlangsung (lampiran 18
gambar 4).
Siswa lainnya diminta untuk menanggapi atau menambahkan hasil
diskusi mereka yang berbeda hasil diskusi perwakilan kelompok yang
telah presentasi. Akan tetapi, tidak ada siswa bersedia yang memberikan
tangapan. Hal ini disebabkan oleh guru belum mendorong siswa untuk
memberikan tanggapan, guru hanya sekedar menanyakan ada yang ingin
memberikan tanggapan atau tidak, kalau tidak ada maka dilanjutkan pada
presentasi oleh kelompok selanjutnya.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal
yang belum dipahami setelah pembahasan bersama. Siswa tidak
memanfaatkan kesempatan ini, sehingga guru langsung memberikan
penekanan pada hal-hal yang penting dari pembahasan materi yang telah
dipelajari.
f) Penutup
Langkah penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran di mana
siswa menyimpulkan materi dari kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
bimbingan guru. Guru menutup pelajaran IPA kemudian siswa diminta
untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya yaitu IPS.
56
2) Pertemuan kedua siklus I
Pada pertemuan kedua siklus I kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa
terdiri dari tiga kegiatan yaitu menentukan sifat bayangan pada cermin
cembung dan cermin cekung, membuktikan adanya pembiasan cahaya, dan
membuktikan bahwa warna pelangi dapat menyusun warna putih.
Deskripsi pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus I melalui langkah-
langkah metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a) Orientasi (Pendahuluan)
Langkah orientasi (pendahuluan) dilaksanakan guru pada kegiatan
awal pembelajaran dengan memotivasi siswa melalui kegiatan apersepsi
yaitu memberikan pertanyaan kepada siswa, “Anak-anak kemarin kita
telah mempelajari sifat-sifat cahaya apa saja?”. Siswa menjawab
pertanyaan guru secara serentak, “Cahaya dapat merambat lurus dan dapat
menembus benda bening, Bu”. Jawaban siswa tersebut direspon guru
bahwa jawaban yang disampaikan tepat. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran bahwa siswa akan melanjutkan materi pada pertemuan
sebelumnya yaitu sifat-sifat cahaya serta menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan siswa (lampiran 18 gambar 5).
b) Merumuskan masalah
Rumusan masalah disampaikan secara lisan kemudian ditulis di papan
tulis. Rumusan masalah yang diajukan guru adalah “Bagaimanakah sifat
bayangan pada cermin cembung dan cermin cekung?, Apa yang terjadi
jika cahaya melewati dua benda yang kerapatannya yang berbeda?, dan
57
Apakah warna putih merupakan perpaduan dari berbagai warna?”.
Rumusan masalah yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan siswa untuk menemukan bahwa cahaya memiliki sifat dapat
dipantulkan, dibiaskan dan diuraikan.
c) Mengajukan hipotesis
Langkah mengajukan hipotesis seharusnya dilaksanakan setelah
rumusan masalah yang diajukan. Akan tetapi, siswa tidak didorong untuk
berhipotesis dari rumusan masalah yang disampaikan (lampiran 18 gambar
6).
d) Mengumpulkan data
Langkah mengumpulkan data dilaksanakan pada kegiatan inti
pembelajaran. Siswa menempatkan diri sesuai dengan kelompok yang
telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya (lampiran 18 gambar 7).
Setiap kelompok memperoleh LKS, alat dan bahan yang digunakan untuk
melakukan kegiatan menentukan sifat bayangan pada cermin cembung dan
cermin cekung, membuktikan adanya pembiasan cahaya, dan
membuktikan bahwa warna pelangi dapat menyusun warna putih.
Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data sesuai petunjuk LKS
untuk menemukan bahwa cahaya dapat dipantulkan, dibiaskan dan
diuraikan (lihat gambar 4, 5 & 6). Guru memberikan bimbingan ketika
siswa mengumpulkan data dengan cara menghampiri setiap kelompok.
Ketika siswa mengalami permasalahan dalam mengumpulkan data guru
memberikan penjelasan seperlunya untuk mengarahkan siswa menemukan
58
sendiri konsep bahwa cahaya memiliki sifat dapat dipantulkan, dibiaskan
dan diuraikan.
Gambar 4. Siswa Melakukan Kegiatan
Pengumpulan Data Pemantulan Cahaya
Gambar 5. Siswa Melakukan Kegiatan
Pengumpulan Data Pembiasan Cahaya
Gambar 6. Siswa Melakukan Kegiatan Pengumpulan Data
Warna Pelangi Dapat Menyusun Warna Putih
59
Sama halnya dengan pertemuan pertama, pada pertemuan kedua siklus
I ketika pelaksanaan pengumpulan data berlangsung beberapa siswa masih
membuat keributan dengan memainkan peralatan yang dibagikan oleh
guru dan bercanda dengan teman satu kelompoknya. Melihat kondisi
tersebut guru pun menegur siswa yang membuat keributan.
5) Mengolah data
Langkah mengolah data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan
data di mana siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisis data
yang diperoleh dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di
LKS (lampiran 18 gambar 9). Ketika semua siswa sudah menganalisis data
yang diperoleh, kemudian siswa bersama guru membahas data secara
klasikal untuk menyamakan dan membahas konsep hasil kegiatan.
Pelaksanaan diskusi secara klasikal dimulai dengan meminta perwakilan
dari tiga kelompok yang belum presentasi pada pertemuan sebelumnya.
Presentasi dilaksanakan bergantian. Siswa lainnya diminta membahas hasil
diskusi yang telah disampaikan oleh kelompok yang telah presentasi
dengan menanggapi atau menambahkan dari hasil diskusi mereka yang
berbeda. Akan tetapi, tidak ada siswa yang berani menanggapi hasil
diskusi kelompok yang telah presentasi, sehingga dilanjutkan presentasi
oleh kelompok selanjutnya sampai selasai (lampiran 18 gambar 10).
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami. Siswa tidak memanfaatkan kesempatan ini
60
untuk bertanya, sehingga guru langsung memberikan penekanan pada hal-
hal yang penting pembahasan materi yang telah dipelajari.
6) Penutup
Langkah penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. Siswa
menyimpulkan materi dari kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
bimbingan guru. Guru menutup pelajaran IPA dengan memberikan pesan
moral kepada siswa supaya rajin belajar kemudian berdoa bersama dan
diakhiri dengan salam. Guru juga mengingatkan siswa bahwa setelah
pembelajaran masih ada kegiatan ekstrakurikuler TPA.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas guru
dalam pelaksanaan pembelajaran melalui metode guided discovery dan
keterampilan proses IPA siswa selama proses pembelajaran IPA
berlangsung. Pelaksanaan observasi berpedoman dengan lembar observasi
yang telah disusun. Peneliti dibantu oleh empat observer untuk mengamati
keterampilan proses IPA siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.
Data yang diperoleh dari kegiatan observasi adalah sebagai berikut.
1) Hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran melalui
metode guided discovery siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I baik
pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, belum semua aktivitas
dalam langkah-langkah metode guided discovery dilaksanakan. Berikut ini
61
deskripsi hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
melalui metode guided discovery pada siklus I.
a) Pertemuan pertama siklus I
Hasil pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus I
terdapat 1 aktivitas yang tidak dilaksanakan yaitu aktivitas mendorong
siswa mengajukan hipotesis. Hasil pengamatan aktivitas guru tersebut
dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 165-166. Uraian hasil pengamatan
aktivitas guru pada petemuan pertama siklus I adalah sebagai berikut.
Pada langkah pendahuluan guru memotivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran melalui kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan yang diberikan guru adalah “Mengapa kita bisa melihat benda-
benda di lingkungan sekitar kita?”, kemudian dilanjutkan dengan
menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai yaitu siswa akan
mempelajari sifat-sifat cahaya. Guru juga menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan yaitu dengan menjelaskan siswa akan
melakukan kegiatan secara kelompok, setiap kelompok akan dibagikan
LKS, siswa diminta untuk berdiskusi secara kelompok dalam
mengumpulkan data dan mengolah data, perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok kemudian membahas data
secara klasikal dan siswa diminta untuk menarik kesimpulan.
Aktivitas guru yang diamati pada langkah selanjutnya adalah
merumuskan masalah. Rumusan masalah yang disampaikan adalah
Bagaimana arah perambatan cahaya?, Benda-benda apa saja yang dapat
62
ditembus cahaya?. Cara guru menyampaiakan rumusan masalah yaitu
disampaikan secara lisan kemudian menuliskannya di papan tulis. Setelah
rumusan masalah disampaikan, siswa belum didorong untuk berhipotesis,
guru justru melakukan aktivitas lain yaitu kembali duduk di kursi guru dan
membagi siswa menjadi lima kelompok.
Pada langkah mengumpulkan data guru memberikan kesempatan
siswa melakukan kegiatan percobaan sesuai petunjuk LKS untuk
menemukan sendiri bahwa cahaya memiliki sifat dapat merambat lurus
dan menembus benda bening. Selain itu, guru juga memberikan bimbingan
ketika siswa mengumpulkan data dengan cara menghampiri setiap
kelompok.
Aktivitas guru yang diamati selanjutnya adalah membimbing siswa
dalam mengolah data. Guru membimbing siswa yang telah selesai
mengumpulkan data untuk menganalisis data yang diperoleh dengan
berdiskusi bersama teman satu kelompoknya. Siswa dibimbing untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. Ketika ada siswa yang
mengalami kesulitan, guru memberikan bimbingan dan arahan kepada
yang siswa bersangkutan. Guru juga membimbing siswa untuk melakukan
diskusi secara klasikal membahas hasil kegiatan kelompok. Diskusi secara
klasikal dilakukan dengan meminta perwailan kelompok untuk presentasi
sedangkan siswa lainnya dibimbing untuk menanggapi atau menambahkan
dari hasil diskusi kelompok mereka yang berbeda.
63
Aktivitas guru yang diamati pada langkah penutup yaitu membimbing
siswa dalam menarik kesimpulan. Guru meminta siswa untuk menarik
kesimpulan pelajaran tentang sifat-sifat cahaya yang telah dipelajari yaitu
cahaya dapat merambat lurus dan menembus benda bening.
b) Pertemuan kedua siklus I
Sama halnya dengan pertemuan pertama siklus I, pada pertemuan
kedua siklus I ada satu aktivitas yang tidak dilaksanakan guru, yaitu pada
aktivitas guru mendorong siswa untuk mengajukan hipotesis. Hasil
pengamatan aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat di
lampiran 15 halaman 167-168. Uraian hasil pengamatan aktivitas guru
pada pertemuan kedua siklus I adalah sebagai berikut.
Pada langkah pendahuluan pertemuan kedua siklus I guru sudah
memotivasi siswa melalui kegiatan apersepsi dengan mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan guru adalah sifat-sifat cahaya apa
saja yang telah dipelajari?. Guru menyampaikan tujuan belajar setelah
bertanya jawab dengan siswa. Tujuan belajar yang disampaikan adalah
siswa akan melanjutkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya tentang sifat-sifat cahaya. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan siswa yaitu siswa akan melakukan
kegiatan secara kelompok, setiap kelompok akan dibagikan LKS, siswa
diminta untuk berdiskusi secara kelompok dalam mengumpulkan data dan
mengolah data, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi
64
kelompok, kemudian membahas data secara klasikal dan siswa diminta
untuk menarik kesimpulan.
Aktivitas guru yang diamati selanjutnya adalah merumuskan masalah.
Rumusan masalah yang disampaikan adalah Bagaimanakah sifat bayangan
pada cermin cembung dan cermin cekung?, Apa yang terjadi jika cahaya
melewati dua benda yang kerapatannya yang berbeda?, dan Apakah warna
putih merupakan perpaduan dari berbagai warna?. Cara guru
menyampaikan rumusan masalah yaitu disampaikan secara lisan kemudian
menuliskannya di papan tulis. Guru seharusnya mendorong siswa untuk
berhipotesis setelah rumusan masalah disampaikan, akan tetapi aktivitas
ini tidak tampak ketika pembelajaran berlangsung, yang dilakukan guru
adalah meminta siswa untuk berkelompok seperti pada pertemuan pertama
siklus I.
Pada langkah mengumpulkan data guru memberikan kesempatan
kepada siswa melakukan kegiatan percobaan sesuai petunjuk LKS untuk
menemukan sendiri bahwa cahaya memiliki sifat dapat dipantulkan,
dibiaskan dan diuraikan. Guru memberikan bimbingan ketika siswa
mengumpulkan data dengan cara menghampiri setiap kelompok.
Aktivitas guru yang diamati selanjutnya adalah membimbing siswa
dalam mengolah data. Guru membimbing siswa yang telah selesai
mengumpulkan data untuk menganalisis data yang diperoleh dengan
berdiskusi bersama teman satu kelompoknya. Siswa berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS. Guru memberikan
65
bimbingan dan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru juga
membimbing siswa melakukan diskusi secara klasikal dengan meminta
perwakilan dari tiga kelompok yang belum presentasi pada pertemuan
sebelumnya. Siswa lainnya diminta menanggapi atau menambahkan dari
hasil diskusi mereka yang berbeda.
Aktivitas guru yang diamati pada langkah penutup yaitu membimbing
siswa dalam menarik kesimpulan. Guru meminta siswa untuk menarik
kesimpulan pelajaran tentang sifat-sifat cahaya yang telah dipelajari yaitu
cahaya dapat dipantulkan, dibiaskan dan diuraikan.
2) Hasil observasi keterampilan proses IPA
Pembelajaran IPA dari dua pertemuan pada siklus I meliputi lima
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan panduan LKS. Melalui
kegiatan ini siswa dilatih untuk menguasai keterampilan proses IPA dasar.
Berikut ini uraian keterampilan proses IPA dasar yang dilatihkan pada
setiap kegiatan.
a) Kegiatan I merupakan kegiatan menyelidiki arah perambatan cahaya
untuk membuktikan bahwa cahaya memiliki sifat dapat merambat lurus.
Keterampilan proses IPA dasar yang harus dikuasai siswa dalam
kegiatan I meliputi enam aspek keterampilan proses IPA dasar.
b) Kegiatan II merupakan kegiatan menyelidiki cahaya dapat menembus
benda bening untuk membuktikan bahwa cahaya memiliki sifat dapat
menembus benda bening. Keterampilan proses IPA dasar yang harus
66
dikuasai siswa dalam kegiatan II meliputi keterampilan mengamati,
mengklasifikasi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
c) Kegiatan III merupakan kegiatan menentukan sifat bayangan pada
cermin cembung dan cermin cekung untuk membuktikan bahwa cahaya
memiliki sifat dapat dipantulkan. Keterampilan proses IPA dasar yang
harus dikuasai siswa dalam kegiatan III meliputi enam aspek
keterampilan proses IPA dasar.
d) Kegiatan IV merupakan kegiatan membuktikan adanya pembiasan
cahaya (pembelokkan cahaya) untuk membuktikan bahwa cahaya
memiliki sifat dapat dibiaskan. Keterampilan proses IPA dasar yang
harus dikuasai siswa dalam kegiatan IV meliputi keterampilan
mengamati, mengklasifikasi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan
e) Kegiatan V merupakan kegiatan membuktikan bahwa warna-warna
pelangi dapat menyusun warna putih untuk membuktikan bahwa cahaya
memiliki sifat dapat diuraikan. Keterampilan proses IPA dasar yang
harus dikuasai siswa dalam kegiatan V meliputi keterampilan
mengamati, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
Peneliti dibantu oleh empat observer ketika pelaksanaan observasi
keterampilan proses IPA berlangsung. Masing-masing observer menilai
keterampilan proses IPA dasar sesuai dengan lembar observasi yang telah
dibuat oleh peneliti. Setiap siswa diberi nomor dada sesuai dengan nomor
absen sebelum pembelajaran IPA dilaksanakan. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah observer saat melakukan pengamatan.
67
Data hasil observasi keterampilan proses IPA siswa kelas VB SDN
Margoyasan pada siklus I dapat dilihat di lampiran 13 halaman 163.
Berdasarkan data hasil observasi keterampilan proses IPA dari lima
kegiatan pada siklus I diperoleh hasil persentase setiap aspek keterampilan
proses IPA. Persentase setiap aspek keterampilan proses IPA dari lima
kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa kelas VB pada siklus I disajikan
dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 5. Rekapitulasi Persentase Keterampilan Proses IPA Siklus I
Kegiatan Keterampilan Proses IPA
1 2 3 4 5 6
I 69,7% 74,24% 53,03% 57,58% 56,06% 72,73%
II 56,06% 81,82% 69,7% 72,73%
III 69,7% 78,79% 59,09% 43,94% 84,45% 65,15%
IV 74,24% 90,91% 60,61% 51,52%
V 63,64% 57,58% 72,73% 65,15%
Rata-rata
(%) 66,67% 81,44% 56,57% 50,76% 68,79% 65,45%
Rata-rata
(%) 64,95%
Keterangan:
1 = Keterampilan Mengamati
2 = Keterampilan Mengklasifikasi
3 = Keterampilan Mengukur
4 = Keterampilan Memprediksi
5 = Keterampilan Menyimpulkan
6 = Keterampilan Mengkomunikasikan
Berdasarkan hasil rekapitulasi persentase keterampilan proses IPA di
atas, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase keterampilan proses IPA
sebesar 64,95%. Sementara itu, ketercapaian pada masing-masing aspek
dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
68
Gambar 7. Diagram Batang Hasil Observasi Keterampilan Proses IPA
Siswa pada Siklus I
Berdasarkan diagram batang di atas, dapat dipaparkan ketercapaian
pada setiap aspek keterampilan proses IPA dasar sebagai berikut.
a) Keterampilan mengamati mencapai rata-rata persentase sebesar
66,67%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keterampilan mengamati
yang dikuasai siswa belum maksimal. Sebagian besar siswa dalam
melakukan pengamatan dengan cara yang kurang tepat. Selain itu, ada
beberapa siswa yang tidak melakukan pengamatan.
b) Keterampilan mengklasifikasi mencapai rata-rata persentase sebesar
81,44%, hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah menguasai aspek
keterampilan mengklasifikasi. Faktor pendukung ketercapaian tersebut
yaitu alat dan bahan yang digunakan untuk mengumpulkan data sudah
tersedia dengan lengkap dan petunjuk untuk melakukan klasifikasi juga
sudah jelas.
c) Keterampilan mengukur mencapai rata-rata persentase sebesar 56,57%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
66.67%
81.44%
56.57%50.76%
68.79% 65.45%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
Per
sen
tase
Keterampilan Proses IPA
Siklus I
69
melakukan pengukuran belum maksimal. Sebagian besar siswa dalam
membaca skala nilai pada alat ukur kurang teliti dan ada beberapa siswa
yang tidak melakukan pengukuran.
d) Keterampilan memprediksi mencapai rata-rata persentase sebesar
50,76%. Hasil tersebut disebabkan oleh sebagian besar siswa dalam
melakukan prediksi masih kurang tepat dan kurang jelas. Selain itu,
beberapa siswa belum melakukan prediksi ketika melakukan hal yang
berbeda dari kegiatan yang telah dilakukan.
e) Keterampilan menyimpulkan mencapai rata-rata persentase sebesar
sebesar 68,79%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh ketika
melakukan percobaan belum maksimal. Hal ini ditandai dengan kurang
jelasnya kesimpulan yang dipaparkan oleh siswa.
f) Keterampilan mengkomunikasikan mencapai rata-rata persentase
sebesar 65,45%. Hasil tersebut diperoleh karena pada siklus I siswa
tidak antusias untuk menyampaikan hasil pekerjaannya dan menanggapi
hasil pekerjaan kelompok lain, sehingga harus ditunjuk terlebih dahulu
oleh guru. Selain itu, sebagian besar siswa belum dapat memberikan
jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan dalam LKS.
Hasil skor keterampilan proses IPA yang diperoleh siswa kelas VB
pada siklus I disajikan dalam tabel sebagai berikut.
70
Tabel 6. Data Hasil Perolehan Skor Keterampilan Proses IPA
Siswa Kelas VB Siklus I
No. Siswa Jumlah
Skor
%
Skor
Kriteria
1 Ib 56 77,78% Tinggi
2 Ya 55 76,39% Tinggi
3 Wi 45 62,5% Sedang
4 Ad 48 66,67% Sedang
5 Dy 58 80,56% Tinggi
6 Fa 51 70,83% Sedang
7 Fi 54 75% Tinggi
8 Gi 37 51,39% Sedang
9 Ha 31 43,06% Rendah
10 Ni 54 75% Tinggi
11 Sa 59 81,94% Tinggi
12 Su 51 70,83% Sedang
13 Ti 35 48,61% Rendah
14 Ar 44 61,11% Sedang
15 De 58 80,56% Tinggi
16 He 48 66,67% Sedang
17 Kh 55 76,39% Tinggi
18 Ma 30 41,67% Rendah
19 Na 52 72,22% Sedang
20 Rd 39 54,17% Sedang
21 Yu 52 72,22% Sedang
22 Ri 45 62,5% Sedang
Berdasarkan tabel data hasil perolehan skor keterampilan proses IPA
siswa di atas, kemudian disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan,
yaitu tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Berikut ini disajikan tabel
kriteria keterampilan proses IPA siswa kelas VB pada siklus I.
Tabel 7. Kriteria Keterampilan Proses IPA Siswa Siklus I
Kriteria Rentang Jumlah Siswa Persentase
Tinggi 75% 100% 8 36,36%
Sedang 50% 74,99% 11 50%
Rendah 25% 49,99% 3 13,64%
Sangat Rendah 0% 24,99% 0 0%
Jumlah 22 100%
71
Berdasarkan tabel kriteria keterampilan proses IPA di atas, diperoleh
data bahwa siswa yang memiliki keterampilan proses IPA dengan kriteria
tinggi sebanyak 8 siswa (36,36%), kriteria sedang sebanyak 11 siswa
(50%), kriteria rendah sebanyak 3 siswa (13,64%), sedangkan untuk
kriteria sangat rendah sebanyak 0 siswa (0%). Hasil tersebut dapat
digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 8. Diagram Batang Kriteria Keterampilan Proses IPA
Siswa Siklus I
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Kegiatan refleksi ini
berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa pada saat
pembelajaran IPA berlangsung.
Hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran
melalui metode guided discovery menunjukan bahwa belum semua
aktivitas guru dalam langkah-langkah metode guided discovery
dilaksanakan oleh guru. Baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan
36.36%
50%
13.64%
0%0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Per
sen
tase
Kriteria Keterampilan Proses IPA
Siklus I
72
kedua siklus I, guru belum menunjukkan aktivitas mendorong siswa untuk
mengajukan jawaban sementara (hipotesis).
Hasil observasi keterampilan proses IPA pada siklus I menunjukkan
bahwa setiap aspek keterampilan proses IPA sudah mengalami
peningkatan dan rata-rata keterampilan proses IPA adalah sebesar 64,95%.
Meskipun demikian, siswa yang memiliki keterampilan proses IPA dengan
kriteria tinggi hanya 8 siswa (36,36%) dari 22 siswa, sehingga belum
mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah direncanakan. Belum
tercapainya target perbaikan keterampilan proses IPA pada siklus I
disebabkan oleh sebagian besar siswa tidak mencermati langkah-langkah
kegiatan yang tercantum dalam LKS sehingga siswa kesulitan ketika
melakukan kegiatan. Selain itu, sebagian besar siswa juga tidak fokus
melakukan kegiatan sebagaimana mestinya, mereka cenderung hanya ingin
memainkan peralatan yang ada di depan mereka serta bercanda dengan
teman di sebelahnya. Hal ini membuktikan guru belum maksimal dalam
memberikan bimbingan kepada siswa saat pembelajaran siklus I
berlangsung.
Oleh karena itu, peneliti bersama guru kelas menyusun rencana
perbaikan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I. Rencana
perbaikan siklus II diharapkan lebih meningkatkan keterampilan proses
IPA pada siswa kelas VB SDN Margoyasan dengan memberikan
bimbingan lebih maksimal kepada siswa. Hasil refleksi yang diperoleh
73
pada siklus I dan rencana perbaikan pada siklus II disajikan dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 8. Kekurangan Siklus I dan Rencana Perbaikan Siklus II No. Kekurangan Rencana Perbaikan Siklus II
1. Pembentukan kelompok yang
kurang efektif, di mana setiap
kelompok terdiri 4 sampai 5 siswa
setiap kelompok, sehingga tidak
semua anggota kelompok aktif
melakukan kegiatan kelompok dan
lebih asyik bercanda dengan teman
satu kelompoknya. Hal ini
menyebabkan keterampilan proses
pada beberapa siswa tidak muncul.
Pembentukan kelompok menjadi 8
kelompok di mana setiap kelompok
terdiri dari 2 sampai 3 siswa agar semua
anggota dalam kelompok aktif
melakukan kegiatan kelompok sehingga
keterampilan proses pada setiap siswa
muncul.
2. Pada tahap mengajukan hipotesis,
guru belum mendorong siswa
mengajukan hipotesis.
Guru mendorong siswa untuk
mengajukan hipotesis sesuai rumusan
masalah yang disampaikan.
3. Pada tahap mengumpulkan data,
siswa masih kesulitan karena tidak
mencermati langkah-langkah
kegiatan yang tercantum dalam
LKS.
Guru meminta siswa mencermati
langkah-langkah kegiatan dalam LKS.
Selain itu, guru juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan langkah-langkah kegiatan
dalam LKS yang kurang dipahami.
4. Pada tahap mengumpulkan data,
terlalu banyak memakan waktu
karena guru tidak memberi batasan
waktu kepada siswa saat
mengumpulkan data.
Guru memberikan batasan waktu (15
menit) kepada siswa pada tahap
mengumpulkan data sehingga siswa
lebih fokus mengumpulkan data.
5. Pada tahap mengolah data secara
kelompok terlalu banyak memakan
waktu karena guru tidak
memberikan batasan waktu.
Guru memberikan batasan waktu (10
menit) kepada siswa pada tahap
mengolah data secara kelompok agar
waktu untuk mengolah data secara
klasikal lebih maksimal.
6. Guru belum memberikan
penghargaan kepada siswa yang
telah berpartisipasi dalam
pembahasan data.
Guru memberikan penghargaan kepada
siswa yang telah berpartisipasi dalam
pembahasan data baik dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Contoh
bentuk pengahargaan verbal misalnya
“Pintar”, “Bagus”, dsb, sedangkan
penghargaan dalam bentuk nonverbal
misalnya dengan meminta siswa lain
untuk tepuk tangan. Selain itu, guru juga
menyediakan dua macam kartu. Kartu
hijau diberikan kepada siswa yang telah
berpartisipasi aktif dalam pembahasan
data dan kartu merah diberikan kepada
siswa yang kurang berpastisipasi aktif
dalam pembahasan data.
74
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Menetapkan materi pokok penelitian
Materi pokok pada siklus II yaitu pemanfaatan sifat-sifat cahaya
dalam karya sederhana. Pemilihan materi disesuaikan dengan silabus yang
digunakan guru kelas dan melanjutkan materi pada siklus I. Standar
kompetensi materi tersebut adalah menerapkan sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu model atau karya, sedangkan kompetensi dasar
materi tersebut adalah membuat suatu karya/model, misalnya periskop
atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
2) Menetapkan jadwal penelitian
Peneliti bersama guru kelas menetapkan jadwal penelitian tindakan
kelas siklus II yang dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis sesuai dengan
jadwal mata pelajaran IPA kelas VB SDN Margoyasan.
3) Menyusun RPP
RPP untuk siklus II disusun sebelum penelitian tindakan kelas
dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. RPP disusun oleh
peneliti bersama guru kelas VB SDN Margoyasan yang selanjutnya
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. RPP berisi tentang rencana
kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan yaitu pemanfaatan sifat-
sifat cahaya dalam karya sederhana. Penyusunan RPP disesuaikan dengan
langkah-langkah guided discovery yang digunakan untuk meningkatkan
keterampilan proses IPA (lampiran 3 halaman 134).
75
Guru bersama peneliti melakukan simulasi pembelajaran sebelum
tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disepakati.
Hal ini bertujuan agar guru lebih paham dengan proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan sehingga semua langkah dalam metode guided
discovery dilaksanakan ketika pembelajaran berlangsung.
4) Menyusun LKS
Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk menyusun LKS yang
disesuaikan dengan materi pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya
sederhana. LKS berisi tentang kegiatan menyelidiki cara kerja periskop
pada kapal selam melalui suatu karya/model periskop sederhana dan
kegiatan menyelidiki cara kerja lup melalui suatu karya/model lup
sederhana (lampiran 3 halaman 142).
5) Menyusun lembar observasi
Lembar observasi disusun oleh peneliti sebagai instrumen penelitian
yang berupa lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk
siswa. Lembar observasi guru digunakan untuk pedoman observasi
aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA melalui metode
guided discovery, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai
pedoman observasi keterampilan proses IPA (lampiran 7 halaman 154-155
dan lampiran 12 halaman 161-162). Keterampilan proses IPA yang
dilatihkan pada siklus II adalah keterampilan proses IPA dasar yang terdiri
dari keterampilan mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memprediksi,
menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
76
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dalam penelitian ini dilaksanakan pada
hari Rabu tanggal 26 Maret 2014 pukul 09.00-10.10 WIB yang dihadiri
oleh 23 siswa dan pada hari Kamis tanggal 27 Maret 2014 pukul 11.00-
12.10 WIB yang dihadiri oleh 24 siswa. Pembelajaran IPA pada siklus II
membahas tentang pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana
yang terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan menyelidiki cara kerja
periskop pada kapal selam melalui karya periskop sederhana dan
menyelidiki cara kerja lup melalui karya lup sederhana. Berikut ini uraian
pelaksanaan tindakan pada siklus II.
1) Pertemuan pertama siklus II
Pada pertemuan pertama siklus II kegiatan yang dilaksanakan siswa
yaitu menyelidiki cara kerja periskop pada kapal selam melalui karya
periskop sederhana. Deskripsi pelaksanaan tindakan pertemuan pertama
siklus II melalui langkah-langkah metode guided discovery adalah sebagai
berikut.
a) Orientasi (Pendahuluan)
Langkah orientasi (pendahuluan) dilaksanakan guru pada kegiatan
awal pembelajaran. Guru memotivasi siswa melalui kegiatan apersepsi
dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “nenek moyangku”, kemudian
mengaitkan nyanyian tersebut dengan kapal selam, yang berada di bawah
permukaan laut. Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak mengapa awak
kapal selam dapat melihat keadaan di atas permukaan air?”, beberapa
77
siswa menjawab “Di kapal selam ada periskopnya Bu”, sedangkan siswa
lainnya terlihat diam. Jawaban siswa tersebut direspon oleh guru. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa yaitu
akan mempelajari pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana
yaitu membuat periskop sederhana serta menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan siswa (lampiran 18 gambar 10).
b) Merumuskan masalah
Rumusan masalah yang diajukan dengan secara lisan kemudian ditulis
di papan tulis. Rumusan masalah yang diajukan adalah “Bagaimana cara
kerja periskop pada kapal selam?”. Rumusan masalah sesuai dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa untuk menemukan cara kerja
periskop pada kapal selam dengan membuat karya periskop sederhana.
c) Mengajukan hipotesis
Siswa didorong untuk menyampaikan jawaban sementara dari
rumusan masalah yang telah disampaikan dengan cara mengacungkan
tangan terlebih dahulu (lampiran 18 gambar 11). Guru menunjuk siswa
yang berani mengacungkan tangan untuk mengemukakan hipotesisnya.
Hipotesis yang disampaikan oleh siswa ditampung dan akan dibuktikan
kebenarannya melalui kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa.
Hipotesis yang disampaikan oleh siswa tersebut yaitu cermin dalam
periskop memantulkan cahaya yang ada di atas permukaan air. Guru
menanyakan apakah masih ada jawaban lain, tetapi tidak ada siswa yang
memberikan hipotesis lainnya.
78
d) Mengumpulkan data
Langkah mengumpulkan data dilaksanakan pada kegiatan inti
pembelajaran. Siswa dibimbing untuk membentuk kelompok menjadi
delapan kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan siswa dengan cara
berhitung satu sampai delapan, kemudian siswa menempatkan diri sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Ketika semua siswa sudah
menempatkan diri di kelompoknya masing-masing guru membagikan LKS
kepada setiap kelompok. Siswa harus mencermati langkah-langkah
kegiatan dalam LKS sebelum pengumpulan data dilaksanakan. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan langkah-
langkah kegiatan yang belum dipahami. Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami (lampiran 18
gambar 12).
Setelah semua kelompok benar-benar paham dengan langkah-langkah
kegiatan yang terdapat dalam LKS, guru membagikan alat dan bahan yang
dibutuhkan siswa untuk membuat periskop sederhana. Siswa diperingatkan
supaya benar-benar memanfaatkan alat dan bahan yang disediakan oleh
guru, memanfaatkan waktu yang tersedia dengan baik serta tidak bergurau
selama pengumpulan data.
Guru membimbing siswa melakukan kegiatan untuk mengumpulkan
data sesuai petunjuk LKS untuk menyelidiki cara kerja periskop pada
kapal selam melalui karya periskop sederhana dari bahan kardus pasta
gigi. Kesempatan siswa dalam mengumpulkan data dibatasi dalam waktu
79
15 menit. Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data sesuai petunjuk
LKS untuk menemukan bagaimana cara kerja periskop pada kapal selam
dengan membuat karya berupa periskop sederhana (lihat gambar 9 & 10).
Guru mengontrol kegiatan siswa dan memberikan bimbingan pada siswa
dengan memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
siswa selama pengumpulan data.
Gambar 9. Siswa Membuat Periskop Sederhana
Gambar 10. Siswa Melakukan Pengamatan
Menggunakan Periskop Sederhana
e) Mengolah data
Siswa berdiskusi kelompok untuk menganalisis data yang diperoleh
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS dengan
bimbingan guru (lampiran 18 gambar 13). Kesempatan siswa dalam
menganalisis data secara kelompok dibatasi 10 menit. Ketika semua siswa
80
sudah menganalisis data yang diperoleh secara kelompok, kemudian siswa
bersama guru membahas data secara klasikal. Pembahasan secara klasikal
dimulai dengan siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Sebelumnya, guru memberitahukan kepada siswa bahwa siswa yang aktif
memberikan tanggapan dan kelompok yang berhasil melakukan presentasi
dengan baik akan mendapatkan penghargaan. Hal ini membuat siswa
antusias mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya tanpa
harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru (lampiran 18 gambar 14).
Siswa bersama guru membahas hasil diskusi yang telah disampaikan
oleh kelompok yang telah presentasi. Caranya dengan menanggapi atau
menambahkan dari hasil diskusi mereka yang berbeda. Siswa sudah
menunjukkan keberaniannya untuk menanggapi hasil diskusi kelompok
yang telah presentasi (lampiran 18 gambar 15 dan 16).
Pemberian penghargaan dilakukan guru dengan cara mengucapkan
kata “Bagus” kepada siswa yang berhasil memberikan tanggapan. Selain
itu, siswa diberi penghargaan berupa kartu berbentuk bintang. Siswa
lainnya serentak bertepuk tangan setelah guru memberikan penghargaan
kepada siswa yang aktif memberikan tanggapan dan kepada kelompok
yang berhasil melakukan presentasi dengan baik (lampiran 18 gambar 17).
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami setelah pembahasan data secara klasikal
dilaksanakan. Siswa mengatakan merasa sudah jelas dengan pembahasan
81
data yang dilakukan sehingga guru langsung memberikan penekanan pada
hal-hal yang penting.
f) Penutup
Langkah penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. Siswa
menyimpulkan materi dari kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
bimbingan guru. Guru menutup pelajaran IPA kemudian siswa
melanjutkan pelajaran selanjutnya yaitu pelajaran IPS.
2) Pertemuan kedua siklus II
Pada pertemuan kedua siklus II kegiatan yang dilaksanakan siswa
yaitu menyelidiki cara kerja lup melalui karya lup sederhana. Deskripsi
pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus II melalui langkah-langkah
metode guided discovery adalah sebagai berikut.
a) Orientasi (Pendahuluan)
Langkah orientasi (pendahuluan) dilaksanakan guru pada kegiatan
awal pembelajaran. Guru memotivasi siswa melalui kegiatan apersepsi
dengan bertanya “Anak-anak kemarin kita telah membuat alat apa?, siswa
menjawab serentak “Periskop sederhana Bu”. Guru bertanya kembali
“Sifat cahaya apa yang dimanfaatkan oleh alat tersebut?”, siswa menjawab
serentak “Cahaya dapat dipantulkan”. Jawaban-jawaban siswa direspon
guru. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa yaitu akan melanjutkan materi pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam
karya sederhana dengan membuat lup sederhana serta menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan siswa.
82
b) Merumuskan masalah
Rumusan masalah disampaikan guru pada kegiatan awal pembelajaran
(lampiran 18 gambar 18). Rumusan masalah yang diajukan dengan secara
lisan dan menuliskannya di papan tulis. Rumusan masalah yang diajukan
adalah “Bagaimana cara kerja pada lup?”. Rumusan masalah sesuai
dengan kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk menemukan cara kerja
lup dengan membuat karya lup sederhana.
c) Mengajukan hipotesis
Siswa didorong untuk menyampaikan jawaban sementara dari
rumusan masalah yang telah disampaikan. Siswa mengacungkan tangan
terlebih dahulu sebelum menyampaikan hipotesisnya (lampiran 18 gambar
19). Hipotesis yang disampaikan siswa antara lain mendekatkan lup
dengan benda yang diamati, ada pula yang berhipotesis benda akan terlihat
lebih besar dari ukuran aslinya ketika diamati dengan lup, sedangkan siswa
lainnya memperhatikan siswa yang sedang menyampaikan hipotesis.
d) Mengumpulkan data
Langkah mengumpulkan data dilaksanakan pada kegiatan inti
pembelajaran. Siswa diminta untuk berkelompok seperti pada pertemuan
sebelumnya. Ketika semua siswa sudah menempatkan diri di kelompoknya
masing-masing guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Sama
halnya dengan pertemuan pertama siklus II terlebih dahulu siswa diminta
mencermati langkah-langkah kegiatan dalam LKS sebelum pengumpulan
data dilaksanakan.
83
Setelah semua kelompok benar-benar paham dengan langkah-langkah
kegiatan yang terdapat dalam LKS, guru membagikan alat dan bahan yang
dibutuhkan siswa untuk membuat lup sederhana. Siswa diperingatkan
supaya benar-benar memanfaatkan alat dan bahan yang disediakan oleh
guru, memanfaatkan waktu yang tersedia serta tidak bergurau selama
melakukan pengumpulan data.
Guru membimbing siswa melakukan kegiatan untuk mengumpulkan
data sesuai petunjuk LKS untuk menyelidiki cara kerja lup. Siswa diberi
kesempatan mengumpulkan data dalam waktu 15 menit. Siswa melakukan
kegiatan pengumpulan data sesuai petunjuk LKS untuk menemukan
bagaimana cara kerja lup dengan membuat karya berupa lup sederhana
(lihat gambar 11 & 12). Guru mengontrol kegiatan siswa dan memberikan
bimbingan pada siswa dengan memberikan penjelasan terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama pengumpulan data.
Gambar 11. Siswa Membuat Lup Sederhana
84
Gambar 12. Siswa Melakukan Pengamatan
Menggunakan Lup Sederhana
e) Mengolah data
Siswa diberi kesempatan melakukan diskusi kelompok untuk
menganalisis data yang diperoleh dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS dalam waktu 10 menit (lampiran 18 gambar
20). Ketika semua siswa sudah selesai menganalisis data yang diperoleh
secara kelompok, kemudian siswa bersama guru membahas data secara
klasikal. Pembahasan data secara klasikal dimulai dengan meminta siswa
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa antusias
mengajukan diri untuk mempresentasikan hasil diskusinya tanpa harus
ditunjuk terlebih dahulu (lampiran 18 gambar 21).
Siswa bersama guru membahas hasil diskusi yang telah disampaikan
oleh kelompok yang telah presentasi. Siswa lainnnya diminta untuk
menanggapi atau menambahkan dari hasil diskusi mereka yang berbeda.
Beberapa siswa sudah berani memberikan tanggapan terhadap hasil
pemaparan kelompok yang telah presentasi, bahkan setelah dipersilahkan
oleh guru siswa tersebut memberikan tanggapan sambil berdiri, sedangkan
siswa lainnya memperhatikan tanggapan yang disampaikan (lampiran 18
85
gambar 22). Siswa yang telah berpartisipasi dalam pembahasan data
mendapatkan penghargaan berupa kartu berbentuk bintang.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami setelah pembahasan data secara klasikal
dilaksanakan. Kesempatan ini tidak dimanfaatkan siswa karena siswa
mengatakan merasa sudah jelas dengan pembahasan data yang dilakukan
sehingga guru langsung memberikan penekanan pada hal-hal yang
penting.
f) Penutup
Langkah penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. Siswa
menyimpulkan materi dari kegiatan yang telah dilaksanakan dengan
bimbingan guru. Guru menutup pelajaran IPA dengan memberikan pesan
moral kepada siswa supaya rajin belajar kemudian berdoa bersama dan
diakhiri dengan salam.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati keterampilan proses IPA oleh
siswa dan aktivitas guru pelaksanaan pembelajaran melalui metode guided
discovery proses pembelajaran IPA berlangsung. Pelaksanaan pengamatan
berpedoman dengan lembar observasi yang telah disusun. Peneliti dibantu
oleh empat observer yang mengamati keterampilan proses IPA siswa
ketika proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh dari kegiatan
observasi adalah sebagai berikut.
86
1) Hasil observasi aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran melalui
metode guided discovery
Aktivitas guru yang diamati pada siklus II merupakan hasil refleksi
dari siklus I. Berdasarkan pengamatan aktivitas guru baik pada pertemuan
pertama maupun pertemuan kedua siklus II, diperoleh data bahwa semua
aktivitas dalam langkah metode guided discovery telah dilaksanakan.
a) Pertemuan pertama siklus II
Hasil pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus II
dapat dilihat di lampiran 16 halaman 169-170. Pada saat langkah
pendahuluan (orientasi) berlangsung guru sudah memotivasi siswa melalui
kegiatan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “nenek
moyangku” kemudian mengaitkan lagu tersebut kapal selam yang berada
di bawah permukaan air laut. Guru bertanya mengapa awak kapal selam
dapat melihat keadaan di atas permukaan air?. Guru juga menyampaikan
tujuan belajar yang akan dicapai bahwa siswa akan mempelajari
pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam sebuah karya sederhana. Guru juga
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan yaitu
siswa melakukan kegiatan secara berkelompok, setiap kelompok akan
dibagikan LKS, siswa berdiskusi secara kelompok dalam mengumpulkan
data dan mengolah data, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dan membahas data secara klasikal dan siswa menarik
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
87
Aktivitas guru yang diamati pada langkah selanjutnya yaitu
menyampaikan rumusan masalah. Rumusan masalah yang disampaikan
adalah bagaimana cara kerja periskop pada kapal selam?. Cara
penyampaiannya yaitu secara lisan kemudian ditulis di papan tulis.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut guru mendorong siswa untuk
berhipotesis. Cara guru mendorong siswa untuk menyampaikan hipotesis
yaitu dengan meminta siswa angkat tangan terlebih dahulu sebelum
menyampaikan hipotesis.
Aktivitas guru yang diamati pada langkah mengumpulkan data,
menunjukkan bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan langkah-langkah kegiatan yang belum dipahami dalam LKS
sebelum kegiatan pengumpulan data dilaksanakan. Guru pun memberikan
penjelasan kepada siswa. Setelah siswa paham guru memberikan
kesempatan siswa untuk mengumpulkan data sesuai petunjuk LKS dalam
waktu 15 menit.
Aktivitas guru yang diamati pada tahap mengolah data menunjukkan
bahwa guru sudah membimbing siswa untuk menganalisis data diperoleh
dengan berdiskusi bersama teman satu kelompok. Pengolahan data secara
kelompok dibatasi dalam waktu 10 menit. Ketika ada siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengolah data, guru segera memberikan
bimbingan dan arahan supaya siswa menemukan sendiri jawabannya. Guru
membimbing siswa untuk diskusi secara klasikal membahas hasil diskusi
kelompok setelah semua kelompok selesai menganalisis data secara
88
kelompok. Diskusi klasikal dimulai dengan meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Siswa lainnya diminta untuk
menanggapi atau menambahkan hasil diskusi kelompok yang telah
presentasi. Guru juga memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
berpartisipasi dalam pembahasan data dan berhasil mempresentasikan
hasil diskusi kelompok dengan baik. Penghargaan yang diberikan dalam
bentuk verbal yaitu dengan mengucapkan kata “Bagus”, penghargaan
dalam bentuk nonverbal yaitu dengan meminta siswa lainnya untuk
memberikan tepuk tangan. Selain itu, guru juga memberikan kartu
berbentuk bintang.
Aktivitas guru yang diamati pada tahap penutup menunjukkan bahwa
guru sudah membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi
pembelajaran yang telah dipelajari yaitu tentang pemanfaatan sifat-sifat
cahaya pada periskop.
b) Pertemuan kedua siklus II
Hasil pengamatan aktivitas guru pada pertemuan kedua siklus II dapat
dilihat di lampiran 16 halaman 171-172. Pada langkah pendahuluan
(orientasi) berlangsung guru sudah memotivasi siswa melalui kegiatan
apersepsi dengan menanyakan alat yang telah dibuat pada pertemuan
sebelumnya, dilanjutkan dengan pertanyaan sifat cahaya apa yang
dimanfaatkan. Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai
bahwa siswa akan melanjutkan materi pemanfaatan sifat-sifat cahaya.
89
Guru juga menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan.
Aktivitas guru yang diamati pada langkah selanjutnya yaitu
menyampaikan rumusan masalah. Rumusan masalah yang disampaikan
secara lisan kemudian ditulis di papan tulis. Rumusan masalah yan
disampaikan adalah bagaimana cara kerja pada lup?. Selanjutnya, guru
mendorong siswa untuk berhipotesis dengan cara meminta siswa angkat
tangan terlebih dahulu sebelum menyampaikan hipotesis.
Aktivitas guru yang diamati pada langkah mengumpulkan data,
menunjukkan bahwa guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan langkah-langkah kegiatan yang belum dipahami dalam
LKS sebelum kegiatan pengumpulan data dilaksanakan. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa dalam pengumpulan data selama 15 menit. Guru
juga memberikan bimbingan kepada siswa ketika siswa mengalami
kesulitan.
Aktivitas guru yang diamati pada langkah mengolah data
menunjukkan bahwa guru sudah membimbing siswa untuk menganalisis
data diperoleh dengan berdiskusi bersama teman satu kelompok dalam
waktu 10 menit. Guru segera memberikan bimbingan, ketika ada siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengolah data. Guru membimbing siswa
untuk diskusi secara klasikal membahas hasil diskusi kelompok setelah
semua kelompok selesai menganalisis data secara kelompok. Diskusi
klasikal dimulai dengan meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
90
diskusi kelompok. Siswa lainnya diminta untuk menanggapi atau
menambahkan hasil diskusi kelompok yang telah presentasi. Guru juga
memberikan penghargaan kepada siswa yang telah berpartisipasi dalam
pembahasan data dan berhasil mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dengan baik.
Aktivitas guru yang diamati pada tahap penutup menunjukkan bahwa
guru sudah membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari materi
pembelajaran yang telah dipelajari yaitu tentang pemanfaatan sifat-sifat
cahaya pada lup.
2) Hasil observasi keterampilan proses IPA
Pembelajaran IPA pada siklus II terdiri dari dua kegiatan yang
dilakukan oleh siswa dengan panduan LKS. Sama halnya dengan siklus I,
keterampilan proses IPA yang dilatihkan pada siklus II juga merupakan
keterampilan proses IPA dasar yang meliputi keterampilan mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan. Berikut ini uraian keterampilan proses IPA dasar
yang dilatihkan pada setiap kegiatan di siklus II.
a) Kegiatan I merupakan kegiatan menyelidiki cara kerja periskop pada
kapal selam melalui suatu karya/model periskop sederhana.
Keterampilan proses IPA dasar yang harus dikuasai siswa dalam
kegiatan I meliputi enam aspek keterampilan proses IPA dasar.
b) Kegiatan II merupakan kegiatan menyelidiki cara kerja lup melalui
suatu karya/model lup sederhana. Keterampilan proses IPA dasar yang
91
harus dikuasai siswa dalam kegiatan II meliputi keterampilan
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.
Peneliti dibantu oleh empat observer ketika pelaksanaan observasi
keterampilan proses IPA berlangsung. Masing-masing observer menilai
keterampilan proses IPA dasar sesuai dengan lembar observasi yang telah
dibuat oleh peneliti.
Data hasil observasi keterampilan proses IPA siswa kelas VB SDN
Margoyasan pada siklus II dapat dilihat di lampiran 14 halaman 164.
Berdasarkan data hasil observasi keterampilan proses IPA dari dua
kegiatan pada siklus II diperoleh persentase setiap aspek keterampilan
proses IPA. Persentase setiap aspek keterampilan proses IPA dari dua
kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa kelas VB pada siklus II disajikan
dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 9. Rekapitulasi Persentase Keterampilan Proses IPA Siklus II
Kegiatan Keterampilan Proses IPA
1 2 3 4 5 6
I 71,21% 87,88% 71,21% 75,76% 75,76% 71,21%
II 80,3% 83,33% 78,79% 78,79% 81,82%
Rata-rata
(%) 75,76% 85,61% 75% 75,76% 77,27% 76,52%
Rata-rata
(%) 77,65%
Keterangan:
1 = Keterampilan Mengamati
2 = Keterampilan Mengklasifikasi
3 = Keterampilan Mengukur
4 = Keterampilan Memprediksi
5 = Keterampilan Menyimpulkan
6 = Keterampilan Mengkomunikasikan
92
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata persentase
keterampilan proses IPA sebesar 77,65%. Sementara itu, keteracapaian
pada setiap aspek keterampilan proses IPA dapat digambarkan dalam
diagram batang sebagai berikut.
Gambar 13. Diagram Batang Hasil Observasi Keterampilan Proses IPA
Siswa pada Siklus II
Berdasarkan diagram batang di atas, dapat dipaparkan ketercapaian
pada setiap aspek keterampilan proses IPA dasar sebagai berikut.
a) Keterampilan mengamati mencapai rata-rata persentase sebesar
75,76%. Keterampilan mengamati pada setiap siswa sudah muncul
meskipun pengamatan yang dilakukan oleh sebagian besar siswa masih
dengan cara yang kurang tepat tetapi kondisi ini lebih baik
dibandingkan dengan siklus I.
b) Keterampilan mengklasifikasi mencapai rata-rata persentase sebesar
85,61%. Sama halnya dengan siklus I, keterampilan mengklasifikasi
dikuasai oleh siswa dengan baik karena faktor pendukung seperti yang
dijelaskan pada siklus I yaitu alat dan bahan yang digunakan untuk
75.76%85.61%
75% 75.76% 77.27% 76.52%
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
Per
sen
tase
Keterampilan Proses IPA
Siklus II
93
mengumpulkan data sudah tersedia dengan lengkap dan petunjuk untuk
melakukan klasifikasi sudah jelas.
c) Keterampilan mengukur mencapai rata-rata persentase sebesar 75%.
Keterampilan mengukur pada setiap siswa sudah muncul meskipun
sebagian besar siswa dalam membaca skala nilai pada alat ukur kurang
teliti. Meskipun demikian, kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan
siklus I di mana ada beberapa siswa yang tidak melakukan pengukuran.
d) Keterampilan memprediksi mencapai rata-rata persentase sebesar
75,76%. Pada siklus II keterampilan memprediksi sudah muncul pada
setiap siswa. Siswa sudah berusaha untuk melakukan prediksi ketika
melakukan hal yang berbeda dari kegiatan yang telah dilakukan.
e) Keterampilan menyimpulkan mencapai rata-rata persentase sebesar
sebesar 77,27%. Keterampilan menarik kesimpulan dari kegiatan yang
dilakukan oleh siswa sudah muncul pada setiap siswa. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh ketika melakukan percobaan sudah
lebih baik dari kondisi siklus I.
f) Keterampilan mengkomunikasikan mencapai rata-rata persentase
sebesar 76,52%. Pada siklus II siswa antusias untuk menyampaikan
hasil pekerjaannya dan menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain
tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru. Faktor yang mendukung
hal tersebut yaitu adanya pemberian penghargaan oleh guru kepada
94
siswa yang telah berhasil menyampaikan hasil pekerjaannya ataupun
menanggapi hasil pekerjaan kelompok lain.
Hasil skor keterampilan proses IPA yang diperoleh siswa kelas VB
pada siklus II disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 10. Data Hasil Perolehan Skor Keterampilan Proses IPA
Siswa Kelas VB Siklus II
No.
Siswa Jumlah
Skor
%
Skor
Kriteria
1 Ib 28 84,85% Tinggi
2 Ya 27 81,82% Tinggi
3 Wi 25 75,76% Tinggi
4 Ad 25 75,76% Tinggi
5 Dy 30 90,91% Tinggi
6 Fa 25 75,76% Tinggi
7 Fi 26 78,79% Tinggi
8 Gi 25 75,76% Tinggi
9 Ha 22 66,67% Sedang
10 Ni 27 81,82% Tinggi
11 Sa 27 81,82% Tinggi
12 Su 25 75,76% Tinggi
13 Ti 24 72,73% Sedang
14 Ar 27 81,82% Tinggi
15 De 31 93,94% Tinggi
16 He 27 81,82% Tinggi
17 Kh 25 75,76% Tinggi
18 Ma 18 54,55% Sedang
19 Na 28 84,85% Tinggi
20 Rd 25 75,76% Tinggi
21 Yu 24 72,73% Sedang
22 Ri 24 72,73% Sedang
Berdasarkan tabel data hasil perolehan skor keterampilan proses IPA
siswa di atas, kemudian disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan,
yaitu tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Berikut ini disajikan tabel
kriteria keterampilan proses IPA siswa kelas VB pada siklus II.
95
Tabel 11. Kriteria Keterampilan Proses IPA Siswa Siklus II
Kriteria Rentang Jumlah Siswa Persentase
Tinggi 75% 100% 17 77,27%
Sedang 50% 74,99% 5 22,73%
Rendah 25% 49,99% 0 0%
Sangat Rendah 0% 24,99% 0 0%
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel kriteria keterampilan proses IPA siswa di kelas VB
di atas, diperoleh data bahwa siswa yang memiliki keterampilan proses
IPA dengan kriteria tinggi sebanyak 17 siswa (77,27%), kriteria sedang
sebanyak 5 siswa (22,73%) dari 22, sedangkan untuk kriteria rendah dan
sangat rendah masing-masing sebanyak 0 siswa (0%). Hasil tersebut dapat
digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 14. Diagram Batang Kriteria Keterampilan Proses IPA Siswa
Siklus II
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilaksanakan peneliti bersama guru kelas untuk
melakukan penilaian selama proses tindakan berlangsung. Berdasarkan
hasil diskusi peneliti dengan guru kelas VB dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran melalui metode guided discovery dalam proses
pembelajaran IPA pada siklus II terlaksana sesuai dengan langkah yang
77.27%
22.73%
0.00% 0%0.00%
10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Per
sen
tase
Kriteria Keterampilan Proses IPA
Siklus II
96
telah disusun sebelumnya. Hasil observasi aktivitas guru dalam
pelaksanaan pembelajaran melalui metode guided discovery pada siklus II
menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan semua aktivitas dalam
langkah-langkah metode guided discovery.
Hasil observasi keterampilan proses IPA pada siklus II menunjukkan
bahwa setiap aspek keterampilan proses IPA mengalami peningkatan dari
kondisi pada siklus I dan rata-rata persentase keterampilan proses IPA
mengalami peningkatan menjadi 77,65%. Selain itu, siswa yang memiliki
keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi juga mengalami
peningkatan, yaitu meningkat menjadi 17 siswa, sedangkan siswa yang
masih dalam kriteria sedang sebanyak 5 siswa. Jadi, siswa yang memiliki
keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi sebanyak 17 siswa
(77,27%) dari 22 siswa pada siklus II. Hasil tersebut diperoleh karena
adanya upaya perbaikan tindakan pada siklus II untuk memperbaiki hasil
yang diperoleh pada siklus I, di mana bimbingan yang diberikan oleh guru
kepada siswa lebih maksimal. Dengan demikian, tindakan dalam penelitian
ini dikatakan berhasil dan siklus dihentikan karena telah memenuhi kriteria
keberhasilan tindakan yang telah ditentukan.
3. Peningkatan Keterampilan Proses IPA Siswa dari Siklus I ke Siklus II
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan ketika pembelajaran
berlangsung menunjukkan bahwa keterampilan proses IPA pada siswa
kelas VB SDN Margoyasan mengalami peningkatan setelah menerapkan
metode guided discovery. Rata-rata persentase hasil observasi
97
keterampilan mengamati pada siklus I sebesar 66,67% dan pada siklus II
menjadi 75,76%, artinya terjadi peningkatan sebesar 9,09%. Rata-rata
persentase hasil observasi keterampilan mengklasifikasi pada siklus I
sebesar 81,44% dan pada siklus II menjadi 85,61%, artinya terjadi
peningkatan sebesar 4,17%. Rata-rata persentase hasil observasi
keterampilan mengukur pada siklus I sebesar 56,57% dan pada siklus II
menjadi 75%, artinya terjadi peningkatan sebesar 18,43%. Rata-rata
persentase hasil observasi keterampilan memprediksi pada siklus I sebesar
50,76% dan pada siklus II menjadi 75,76%, artinya terjadi peningkatan
sebesar 25%. Rata-rata persentase hasil observasi keterampilan
menyimpulkan pada siklus I sebesar 68,79% dan pada siklus II menjadi
77,27%, artinya terjadi peningkatan sebesar 8,48%. Rata-rata persentase
hasil observasi keterampilan mengkomunikasikan pada siklus I sebesar
65,45% dan pada siklus II menjadi 76,52%, artinya terjadi peningkatan
sebesar 11,07%. Hasil observasi peningkatan pada setiap aspek
keterampilan proses IPA tersebut dapat dilihat dalam diagram batang
sebagai berikut.
98
Gambar 15. Diagram Batang Peningkatan pada Setiap Aspek
Keterampilan Proses IPA dari Siklus I ke Siklus II
Rata-rata persentase dari keenam aspek keterampilan proses IPA pada
siklus I sebesar 64,95% dan pada siklus II meningkat menjadi 77,65%.
Peningkatan rata-rata keterampilan proses IPA tersebut dapat dilihat dalam
diagram batang sebagai berikut.
Gambar 16. Diagram Batang Peningkatan Rata-rata Keterampilan
Proses IPA Siswa dari Siklus I ke Siklus II
Hasil observasi keterampilan proses IPA juga menunjukkan bahwa
siswa yang memiliki keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi
mengalami peningkatan, yaitu pada siklus pertama sebanyak 8 siswa
66.67%
81.44%
56.57%50.76%
68.79% 65.45%
75.76%85.61%
75% 75.76% 77.27% 76.52%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Per
sen
tase
Keterampilan Proses IPA
Siklus I
Siklus II
64.95%
77.65%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Perse
nta
se
Siklus I
Siklus II
99
(36,36%) menjadi 17 siswa (77,27%) pada siklus kedua, kriteria sedang
berkurang dari 11 siswa (50%) menjadi 5 siswa (22,73%), kriteria sedang
berkurang dari 3 siswa (13,64%) menjadi 0 siswa (0%). Peningkatan hasil
observasi tersebut dapat dilihat dalam diagram batang sebagai berikut.
Gambar 17. Diagram Batang Peningkatan Keterampilan Proses IPA Siswa
dari Siklus I ke Siklus II
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses IPA
melalui metode guided discovery pada siswa kelas VB SDN Margoyasan.
Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
dilakukan observasi terhadap keterampilan proses IPA siswa dan aktivitas
guru selama proses pembelajaran menggunakan metode guided discovery.
Keterampilan proses IPA yang diamati saat proses pembelajaran dengan
penerapan metode guided discovery adalah keterampilan proses IPA dasar
yang terdiri dari keterampilan mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pelaksanaan metode
guided discovery dalam pembelajaran meliputi langkah-langkah orientasi
36.36%
50.00%
13.64%
0.00%
77.27%
22.73%
0% 0.00%0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
Per
sen
tase
Kriteria Keterampilan Proses IPA
Siklus I
Siklus II
100
(pendahuluan), merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan
data, mengolah data, dan penutup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan yang
dilakukan meningkatkan keterampilan proses IPA. Hasil peningkatan
keterampilan proses IPA terkait erat dengan pelaksanaan tindakan dengan
menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran.
Pembelajaran melalui metode guided discovery diawali dengan langkah
orientasi (pendahuluan) di mana guru memotivasi siswa. Pemberian motivasi
dalam bentuk pernyataan, pertanyaan maupun perintah sesuai dengan materi
yang akan dipelajari oleh siswa. Jacobsen, Eggen & Kauchak (2009: 210)
menjelaskan bahwa pemberian motivasi dalam guided discovery bertujuan
untuk menghidupkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Selain
pemberian motivasi, tujuan belajar dan langkah-langkah pembelajaran juga
disampaikan supaya siswa siap mengikuti pembelajaran.
Langkah selanjutnya menyampaikan rumusan masalah kepada siswa.
Siswa tidak menentukan sendiri masalah yang akan dipelajari karena dalam
guided discovery masalah disiapkan oleh guru. Dalam metode guided
discovery masalah ditentukan oleh guru kemudian siswa memecahkan
masalah tersebut melalui kegiatan penemuan (B. Suryosubroto, 2002:195).
Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan, siswa didorong untuk
mengajukan hipotesis sebelum melakukan kegiatan penemuan. Pada
pelaksanaan siklus I siswa belum didorong untuk mengajukan hipotesis. Oleh
karena itu, pada siklus II guru berupaya mendorong siswa untuk mengajukan
101
hipotesis dari rumusan masalah yang disampaikan guru. Hipotesis-hipotesis
yang disampaikan siswa ditampung untuk diuji dalam langkah
mengumpulkan data dan mengolah data di mana siswa melakukan proses
sains atau keterampilan proses IPA sesuai dengan prosedur kegiatan yang
terdapat dalam LKS. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryono (2006: 5),
pembelajaran yang melatihkan keterampilan proses IPA dilaksanakan secara
terintegrasi dengan penyajian materi pembelajaran dalam konteks pembuktian
konsep atau teori.
Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data, dalam langkah ini siswa
melakukan keterampilan proses IPA sesuai petunjuk LKS. Kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan siswa secara berkelompok yang
menghendaki adanya kerjasama antar siswa. Hal ini disesuaikan dengan
karakteristik siswa sekolah dasar kelas tinggi di mana minat siswa terhadap
kegiatan kelompok sebaya atau peer group mulai timbul untuk melakukan
kegiatan bersama (Rita Eka Izzaty, 2008:104).
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data kemudian dianalisis
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam LKS. Ketika
siswa mengalami kesulitan guru memberi bimbingan dan penjelasan
seperlunya yang mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep-
konsep materi yang mereka pelajari. Siswa melakukan diskusi secara klasikal
dengan bimbingan guru setelah menganalisis data secara kelompok. Hal ini
bertujuan supaya setiap kelompok saling mengevaluasi hasil kegiatan setiap
102
kelompok. Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi pembelajaran
oleh siswa dengan bimbingan guru.
Pembelajaran IPA pada siklus I menggunakan materi tentang sifat-sifat
cahaya yang terdiri lima kegiatan, meliputi kegiatan tentang menyelidiki arah
perambatan cahaya, menyelidiki sifat cahaya menembus benda bening,
menentukan sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung dan cermin
cekung, membuktikan pembiasan cahaya dan membuktikan bahwa warna
pelangi dapat menyusun warna putih. Pada siklus II melanjutkan materi pada
siklus I yaitu tentang pemanfaatan sifat-sifat cahaya dalam karya sederhana
yang terdiri dari dua kegiatan, meliputi menyelidiki cara kerja periskop pada
kapal selam melalui karya periskop sederhana dan kegiatan menyelidiki cara
kerja lup melalui karya lup sederhana. Kegiatan-kegiatan tersebut memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan pengetahuan melalui
keterampilan proses IPA dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Indrawati
(Trianto, 2010: 148), salah satu peranan keterampilan proses IPA dalam
pembelajaran yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
penemuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses IPA siswa
pada siklus I sudah mengalami peningkatan dari kondisi sebelum tindakan
dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata persentase keterampilan
proses IPA pada siklus I adalah sebesar 64,95%. Meskipun demikian, hasil
tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah
direncanakan karena hanya sebanyak 8 siswa (36,36%) dari 22 siswa yang
103
memiliki keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi. Kriteria
keberhasilan tindakan yang ditetapkan peneliti bersama guru kelas yaitu
minimal 75% dari seluruh siswa memiliki keterampilan proses IPA dengan
kriteria tinggi (75% 100%).
Faktor penyebab belum tercapainya kriteria keberhasilan tindakan pada
siklus I adalah tidak semua anggota kelompok berpartisipasi aktif melakukan
kegiatan kelompok. Siswa tidak fokus melakukan kegiatan sebagaimana
mestinya dan cenderung hanya ingin memainkan alat percobaan yang ada di
depan mereka serta bercanda dengan teman satu kelompok. Selain itu, selama
proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa kurang terdorong
untuk terlibat aktif mengikuti pembahasan data. Ketika pembahasan data
secara klasikal berlangsung siswa tidak antusias mengajukan diri untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga harus ditunjuk
terlebih dahulu oleh guru. Siswa juga belum antusias memberikan tanggapan
atau menambahkan dari hasil presentasi karena guru hanya sekedar
menanyakan apakah ada yang ingin memberikan tanggapan atau tidak, jika
tidak ada maka dilanjutkan presentasi oleh kelompok selanjutnya. Hal ini
menandakan bahwa guru belum maksimal dalam memberikan bimbingan
kepada siswa ketika pembelajaran berlangsung.
Keterampilan proses IPA siswa pada siklus II mengalami peningkatan
dari kondisi siklus I. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata persentase
keterampilan proses IPA pada siklus II meningkat menjadi 77,65%. Selain
itu, siswa yang memiliki keterampilan proses IPA dengan kriteria tinggi
104
mengalami peningkatan menjadi 17 siswa (77,27%) dari 22 siswa.
Keberhasilan yang diperoleh pada siklus II ini merupakan hasil perbaikan
dari siklus I, di mana bimbingan guru kepada siswa lebih maksimal sehingga
keterampilan proses IPA siswa dalam pembelajaran meningkat.
Pada siklus II pembentukan kelompok diubah menjadi 8 kelompok di
mana setiap kelompok terdiri dari 2 sampai 3 siswa. Pembentukan kelompok
pada siklus II ini lebih efektif dibandingkan pada siklus I karena semua
anggota kelompok aktif melakukan kegiatan dan pembagian tugas dalam
kelompok juga lebih merata. Dengan demikian, kerjasama siswa dalam
kelompok berjalan dengan baik dan setiap siswa menjadi lebih fokus dengan
kegiatan kelompok untuk menemukan pengetahuan yang dibangun oleh
mereka sendiri.
Siswa diberi kesempatan untuk mencermati langkah-langkah kegiatan
yang tercantum dalam LKS kemudian siswa dapat menanyakan hal-hal yang
belum dipahami kepada guru sebelum kegiatan pengumpulan data
dilaksanakan. Guru pun segera memberikan penjelasan singkat jika ada siswa
yang bertanya karena tugas guru dalam metode guided discovery adalah
sebagai sumber informasi jika siswa mengalami kesulitan (B. Suryosubroto,
2002: 195).
Pemberian batasan waktu kepada siswa dalam melakukan kegiatan
kelompok baik itu ketika mengumpulkan data maupun mengolah data. Hal ini
bertujuan supaya siswa lebih bertanggung jawab dengan kegiatan yang harus
mereka lakukan. Sejalan dengan pendapat Carin & Sund (1989: 104),
105
pembelajaran melalui metode guided discovery membuat siswa menjadi lebih
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Guru juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berpartisipasi
dalam pembahasan data. Hal ini membuat siswa terdorong untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan memberikan tanggapan ketika
pembahasan data berlangsung. Pemberian penghargaan kepada siswa ini
membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat B. Suryosubroto (2002: 200), melalui guided discovery dapat
membangkitkan gairah belajar siswa karena siswa merasakan jerih payahnya
dalam melakukan kegiatan penemuan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran IPA menggunakan
metode guided discovery dan keterampilan proses IPA siswa yang telah
diuraikan di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode
guided discovery telah diterapkan secara optimal dan mampu meningkatkan
keterampilan proses IPA. Keterampilan proses IPA siswa melalui metode
guided discovery dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata
keterampilan proses IPA pada siklus I sebesar 64,95% meningkat menjadi
77,65% pada siklus II. Selain itu, siswa yang memiliki keterampilan proses
IPA dengan kriteria tinggi mengalami peningkatan, yaitu dari 8 siswa
(36,36%) pada siklus I menjadi 17 siswa (77,27%) pada siklus II. Dengan
demikian, penelitian ini dikatakan berhasil dan siklus dalam penelitian ini
dihentikan.