208
ADJEKTIVA BERSINONIM DALAM BAHASA ACEH Skripsi diajukan untuk melengkapi ugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Anggi Ariska PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013

adjektiva bersinonim dalam bahasa Aceh

Embed Size (px)

Citation preview

ADJEKTIVA BERSINONIM DALAM BAHASA ACEH

Skripsi

diajukan untuk melengkapi ugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Anggi Ariska

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH

2013

“Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan. Sesungguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Lukman: 27) “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar manusia dengan pena Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-’Alaq: 1-5) Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat “. (QS. Al-Mujadilah: 11) Alhamdulillahirrabil’alamin Sebuah penantian telah berakhir Satu asa telah kuraih sebuah senyuman telah teukir Namun… Itu bukanlah akhir dari perjuangan Melainkan awal sebuah keberhasilan Kupersembahkan karya kecil ini dengan ketulusan hati, bersama keridhaan-Mu ya Allah, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi saat kulemah tak berdaya, kepada kedua insan mulia yang telah menghembuskan nafasku ke dunia. Ayahanda tercinta yang tetap berjuang meski didera rasa sakit, yang tetap mengayomi meski diri telah lemah, yang tetap tersenyum meski terkadang kulakukan sebuah kekhilafan. Ibunda tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk putri tercinta dalam setiap sujudnya, yang selalu mencurahkan rasa cinta saat kubutuhkan, yang senantiasa setia mendengar keluh kesahku. Untuk kedua adikku, Wahyu dan Suci (Cici) yang juga melengkapi tawa kecilku, yang mengusir kepenatan dengan candaan dan keusilan, yang kadangkala juga sering menjengkelkanku.

Akan tetapi, justru itulah yang selalu kurindukan saat kita berjauhan. Tetaplah menjadi saudara-saudara terbaikku, dan kita ukir senyum kebanggaan pada wajah dua malaikat kita, ayah dan ibu. Teristimewa untuk para punggawa ilmu yang telah mendidikku menjadi seseorang, dimulai sejak kududuk di bangku dasar hingga perguruan tinggi. Kepada guru-guru dan para dosen hebat yang pernah kukenal yang tak pernah lelah mengajari, mengayomi, menasihati, dan mendidik hingga terkadang mengomeliku… Aku pasti akan merindukan semua hal tersebut. Untuk tulusnya persahabatan yang telah terjalin, dua sahabatku yang kukenal ketika menempuh studi di Teknik Arisitektur, Sri Mellina dan Elisa. Terima kasih untuk waktu, tawa, candaan , dan tulusnya persahabatan selama enam tahun perkenalan kita. Untuk sahabatku di PBSI, Nyakshe, Rina, Ijal, Husnul, serta kakak dan adik letingku yang tak mungkin semuanya kusebutkan satu per satu. Dan... buat yang tiba-tiba datang dalam hidupku dan langsung menghiasi hari-hariku, kekasih terpilih, Syukri Efendi, yang juga terus memberikanku semangat untuk meraih gelar sarjanaku, yang tak pernah berhenti menjitak kepalaku jika aku mulai putus asa. Terima kasihku untuk perhatian, pengertian, kesabaran, dan pokoknya semua especially for you, sekarang dan selamanya. Amiin... Tuhan hanya memberikan yang terbaik, meski kadang tak sesuai keinginan. Tapi percayalah, Tuhan punya rencana yang jauh lebih indah Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya. Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.

Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Anggi Ariska, S.Pd.

v

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. atas semua

nikmat yang dikaruniakan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kemudian, salawat dan salam penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah saw.

beserta para sahabat beliau yang memperjuangkan nikmat Islam sehingga kita dapat

menikmati cahaya dunia dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi berjudul “Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh” ini merupakan

tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah

Kuala. Skripsi ini berisi pembahasan adjektiva bersinonim dalam bahasa Aceh dan

hubungan kesinoniman pasangan adjektiva bersinonim berdasarkan analisis

komponen makna dan teknik substitusi. Penelitian skripsi ini dikhususkan pada

kajian semantik bahasa Aceh (sinonim) yang hingga saat ini masih belum banyak

mendapat sorotan sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi salah satu gerbang yang menjembatani penelitian lain yang

berhubungan dengan bidang semantik bahasa Aceh.

Penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat dorongan dan bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada Azwardi, S.Pd., M.Hum. sebagai pembimbing I dan Muhammad Iqbal,

S.Pd., S.H., M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikirannya dalam membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

vi

dengan baik. Kemudian, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ketua

Program Studi PBSI beserta seluruh dosen yang selama ini telah memberikan bekal

ilmu kepada penulis. Selanjutnya, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan

kepada orang-orang tercinta, ayahanda, Zulkifli, dan ibunda, Nilawati, serta kedua

saudaraku atas doa, motivasi, dan dukungan dalam segala hal.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada para

pembaca, khususnya kepada mereka yang berminat melakukan penelitian semantik

bahasa Aceh. Selain itu, demi kesempurnaan skripsi ini penulis mengharapkan saran

dan kritik dari pembaca.

Banda Aceh, April 2013

Penulis

vii

ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh” ini

mengangkat masalah bagaimanakah adjektiva yang bersinonim dalam bahasa Aceh dan bagaimanakah hubungan kesinoniman adjektiva bersinonim tersebut berdasarkan analisis komponen makna dan teknik substitusi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan adjektiva yang bersinonim dalam bahasa Aceh dan mendeskripsikan hubungan kesinoniman adjektiva bersinonim tersebut berdasarkan analisis komponen makna dan teknik substitusi. Sumber data ini adalah Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001) yang memuat leksem-leksem yang memiliki pasangan sinonim. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penyediaan data dilakukan dengan teknik sadap dan introspeksi. Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis komponen makna dan teknik substitusi. Metode dan teknik penyajian data yang digunakan disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi data. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada 124 medan makna adjektiva yang bersinonim dan adanya hubungan kesinoniman di antara pasangan adjektiva tersebut yang dibuktikan dengan analisis komponen makna dan teknik substitusi. Selain itu, dari hasil penelitian menunjukkan adanya keunikan leksem dalam bahasa Aceh dibandingkan bahasa Indonesia.

viii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR LAMBANG .......................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 7 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8 BAB II LANDASAN TEORETIS .......................................................................... 9

2.1 Adjektiva ............................................................................................................. 9 2.1.1 Pengertian Adjektiva ...................................................................................... 9 2.1.2 Ciri-Ciri Adjektiva ........................................................................................ 10 2.1.3 Pembagian Adjektiva .................................................................................... 12 2.1.4 Gradasi Adjektiva ......................................................................................... 15

2.2 Sinonim .............................................................................................................. 18 2.2.1 Pengertian Sinonim ....................................................................................... 18 2.2.2 Batasan Sinonim ........................................................................................... 19 2.2.3 Faktor Munculnya Sinonim ........................................................................... 20 2.2.4 Cara Menentukan Sinonim ............................................................................ 21

2.3 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi ........................................... 23 2.3.1 Pengertian Medan Makna dan Komponen Makna ......................................... 23 2.3.2 Langkah-Langkah Menganalisis Komponen Makna ...................................... 26 2.3.3 Manfaat Analisis Komponen ......................................................................... 28 2.3.4 Teknik Substitusi .......................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 30 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 30 3.2 Sumber Data .................................................................................................... 30

ix

3.3 Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 31 3.4 Metode dan Teknik Penyediaan Data ............................................................... 32 3.5 Metode dan Teknik Analisis Data .................................................................... 33 3.6 Metode dan Teknik Penyajian Data .................................................................. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 35 4.1 Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh ....................................................... 35 4.1.1 Korpus Data Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh ............................... 35 4.1.2 Pengelompokan Pasangan Sinonim Berdasarkan Tipe Adjektiva ................... 41 4.2 Hubungan Kesinoniman Adjektiva Bersinonim Berdasarkan Analisis

Komponen Makna dan Teknik Substitusi ......................................................... 65 4.2.1 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Bau Tidak Sedap’ ........................................................................................ 66 4.2.1.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Bau Tidak Sedap’ ............. 66 4.2.1.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bau Tidak Sedap’ ........................................ 70 4.2.2 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kuat’ 76 4.2.2.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kuat’ ................................ 76 4.2.2.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kuat’ ........................................................... 77 4.2.3 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Kecantikan Fisik’ ......................................................................................... 81 4.2.3.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’ ............. 81 4.2.3.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’ ........................................ 85 4.2.4 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’.. 88 4.2.4.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Tuli’ ................................. 88 4.2.4.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’ ............................................................ 90 4.2.5 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Kecil’........................................................................................................... 92 4.2.5.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kecil’ ............................... 92 4.2.5.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecil’ .......................................................... 93 4.2.6 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Hamil’ ........................................................................................................ 96 4.2.6.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Hamil’ .............................. 96 4.2.6.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Hamil’ ......................................................... 97 4.2.7 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Sangat Masak’ ........................................................................................... 100 4.2.7.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’ ................ 100 4.2.7.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’ ........................................... 101

x

4.2.8 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Mengkal’ ................................................................................................... 103 4.2.8.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Mengkal’ ........................ 103 4.2.8.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Mengkal’ ................................................... 104 4.2.9 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Malu’ ......................................................................................................... 107 4.2.9.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Malu’ ............................. 107 4.2.1.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Malu’ ......................................................... 108 4.2.10 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Bulat’ ...................................................................................................... 110 4.2.10.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Bulat’ ........................... 110 4.2.10.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bulat’ ...................................................... 111 4.2.11 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Hitam’ .................................................................................................... 113 4.2.11.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Hitam’…………… ....... 113 4.2.11.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Hitam’ ..................................................... 114

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 117 5.1 Simpulan ........................................................................................................ 117 5.2 Saran .............................................................................................................. 118 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 119 LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Korpus Data Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh .................... 35

Tabel 4.2 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Sikap, Tabiat, atau Perilaku

Batin Manusia .................................................................................... 41

Tabel 4.3 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Keadaan Bentuk ............................ 46

Tabel 4.4 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Ukuran .......................................... 48

Tabel 4.5 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Waktu dan Usia ............................. 51

Tabel 4.6 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Warna............................................ 52

Tabel 4.7 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Jarak .............................................. 52

Tabel 4.8 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Kuasa Tenaga ................................ 53

Tabel 4.9 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Kesan atau Penilaian Indera ........... 54

Tabel 4.10 Tipe Adjektiva Pemeri Sifat yang Memerikan Kualitas dan

Intensitas yang Bercorak Fisik atau Mental ......................................... 57

Tabel 4.11 Tipe Adjektiva Tidak Bertaraf .......................................................... 63

Tabel 4.12 Analisis Komponen Makna ‘Bau Tidak Sedap’ ................................ 68

Tabel 4.13 Analisis Komponen Makna ‘Kuat’ ................................................... 77

Tabel 4.14 Analisis Komponen Makna ‘Kecantikan Fisik’ ................................ 83

Tabel 4.15 Analisis Komponen Makna ‘Tuli’ .................................................... 89

Tabel 4.16 Analisis Komponen Makna ‘Kecil’ .................................................. 92

Tabel 4.17 Analisis Komponen Makna ‘Hamil’ ................................................. 96

Tabel 4.18 Analisis Komponen Makna ‘Sangat Masak’ ..................................... 100

Tabel 4.19 Analisis Komponen Makna ‘Mengkal’ ............................................. 104

Tabel 4.20 Analisis Komponen Makna ‘Malu’ .................................................. 107

Tabel 4.21 Analisis Komponen Makna ‘Bulat’ .................................................. 111

Tabel 4.22 Analisis Komponen Makna ‘Hitam’ ................................................. 114

Instrumen Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh ....................................... 121

xii

DAFTAR LAMBANG (+) menyatakan keberlakuan kandungan komponen makna sebuah leksem

(-) menyatakan ketidakberlakuan kandungan komponen makna sebuah leksem

(±) menyatakan keberlakuan atau ketidakberlakuan komponen makna sebuah leksem

(*) tidak berterima dalam konteks

xiii

DAFTAR SINGKATAN

(Ar) = Arab

BA = bahasa Aceh

dlm = dalam

dng = dengan

dsb. = dan sebagainya

hik = hikayat

KBAI = kamus bahasa Aceh-Indonesia

ki = kiasan

krn = karena

sbg = sebagai

spt = seperti

thd = terhadap

ttg = tentang

ump = umpama

utk = untuk

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Instrumen Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh .......................................... 121

Adjektiva ............................................................................................................. 166

Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing ................................................ 190

Biodata Penulis .................................................................................................... 191

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aceh merupakan provinsi yang memiliki keragaman bahasa daerah. Wildan

(2002:1) menyebutkan bahwa ada sembilan bahasa daerah yang terdapat di Aceh.

Sembilan bahasa daerah tersebut adalah bahasa Aceh, bahasa Gayo, bahasa Jamèe,

bahasa Kluet, bahasa Alas, bahasa Tamiang, bahasa Simeulu, bahasa Haloban, dan

bahasa Singkil. Di antara semua bahasa tersebut, bahasa Aceh (BA) merupakan

bahasa daerah sekaligus bahasa ibu yang paling banyak pemakainya. Pemakai bahasa

ini tersebar di seluruh wilayah Aceh, terutama di Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda

Aceh, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh

Utara, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Jaya, dan Kota Sabang.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, BA memiliki lima fungsi, yaitu

(1) sebagai lambang kebanggan daerah, (2) lambang identitas daerah (3) alat

perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat, (4) sarana pendukung budaya

daerah dan bahasa Indonesia, dan (5) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia

(Wildan, 2002:2). Melalui fungsi dan kedudukan terhormat tersebut, hingga saat ini

BA masih digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dalam berbagai situasi

komunikasi masyarakat baik situasi formal maupun nonformal.

BA sebagaimana bahasa lainnya juga memiliki aspek tataran tersendiri dalam

bidang linguistik. Aspek tataran tersebut adalah aspek fonologi, morfologi, sintaksis,

dan semantik. Fonologi berkaitan dengan bunyi bahasa seperti penggunaan tanda

2

diakritik, morfologi berkaitan dengan kata dan pembentukannya, sintaksis berkaitan

dengan kalimat serta pola pembentukannya, dan semantik berkaitan dengan aspek

makna. Khusus untuk penelitian ini, kajian hanya difokuskan pada aspek semantik.

Chaer (2002:2) menjelaskan pengetian semantik sebagai berikut.

Semantik adalah studi kebahasaan yang mempelajari makna sebuah kata. Secara teoretis, semantik adalah tataran dalam bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dan hal-hal yang ditandainya. Tanda-tanda linguistik itu terdiri atas (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama. Kedua komponen tersebut merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang disebut referen. Hal ini berarti setiap kata memiliki makna sebagai komponen dari kata itu.

Sebagai alat komunikasi, kegiatan berbahasa menjadi kegiatan yang penting

dalam menjelaskan hubungan antara sesuatu yang dibicarakan dengan apa yang

dimaksudkan. Hal ini disebabkan kegiatan berbahasa sebenarnya adalah kegiatan

mengekspresikan lambang-lambang bahasa agar makna yang ada pada suatu

lambang dapat disampaikan kepada lawan bicara dalam komunikasi lisan atau

kepada pembaca dalam komunikasi tulis. Oleh karena itu, Zurriyati (2009:5)

mengemukakan pengetahuan tentang adanya hubungan makna antara lambang dan

makna sangat diperlukan dalam komunikasi.

Dalam semantik, istilah untuk menyebut satuan-satuan bahasa yang

bermakna disebut leksem (Chaer, 2002:7). Sebagai satuan semantik, leksem dapat

berupa sebuah kata atau gabungan kata. Hal ini dijelaskan secara khusus dalam

semantik leksikal. Semantik leksikal berkaitan dengan makna leksikon itu sendiri,

bukan makna struktur gramatikal. Berkaitan dengan itu, Pateda (2001:74)

menjelaskan bahwa semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih

3

memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Semantik

leksikal memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata sebagai satuan mandiri.

Ha ini juga diperkuat oleh Chaer (2007a:68) yang menjelaskan bahwa kajian makna

leksikal adalah makna butir leksikal yang secara inheren ada di dalam leksikal

tersebut. Makna leksikal ini mencakup masalah kesamaan makna, kebalikan makna,

ketercakupan makna, dan keberlainan makna.

Kata yang dihasilkan dalam setiap bahasa akan memiliki makna dan akan

menjadi kesepakatan umum dalam mengidentifikasi referen yang dimaksud. Chaer

(2006:382) menuliskan secara umum kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu

(1) kata-kata yang mengandung makna, konsep atau pengertian; (2) kata-kata yang tidak mengandung makna, tetapi hanya memiliki fungsi gramatikal. Jenis kata yang pertama jumlahnya relatif banyak; mempunyai kemungkinan untuk bertambah terus sesuai dengan perkembangan kebudayaan dan masyarakat, termasuk verba, nomina, dan adjektiva. Berbeda dengan jenis kata yang pertama, jenis kata yang kedua relatif terbatas; tidak atau kecil kemungkinan untuk bertambah lagi, seperti konjungsi, preposisi, artikula, dan adverbial. Saussure dalam Chaer (2007b:118) menegaskan bahwa setiap kata tentu

memiliki makna sebagai komponen dari kata itu. Makna yang dimiliki oleh setiap

kata itu terdiri atas sejumlah komponen makna. Chaer (2002:114) mendefinisikan

“komponen makna atau komponen semantik mengajarkan bahwa setiap kata atau

unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk

makna kata atau makna unsur leksikal”.

Semua kata tentu mengandung makna sehingga adalah sebuah kekhasan dan

keunikan jika ada lebih dari satu kata yang digunakan untuk menyebutkan satu

referen yang sama. Bukan hal yang mustahil jika setiap hari akan muncul kosakata

baru sesuai dengan hakikat bahasa yang akan terus berkembang, baik itu melalui

4

penyesuaian ejaan maupun terjemahan konsep. Sebagai contoh, leksem ayu dan

indah dalam bahasa Indonesia yang diartikan ‘bagus untuk penampilan fisik’, atau

leksem kh’ieng dan kh’ob dalam BA yang diartikan ‘berbau busuk’. Leksem-leksem

tersebut sebenarnya tidak bermakna sama karena leksem-leksem tersebut tidak dapat

dipertukarkan secara bebas. Leksem ayu mengandung komponen makna di antaranya

adalah subjeknya manusia, nilai rasa netral, dan merupakan kata khusus (untuk

wajah perempuan). Leksem indah mengandung komponen makna subjeknya adalah

benda/manusia, nilai rasa netral, dan merupakan kata umum. Perhatikan contoh

berikut!

(1) Wanita itu berparas ayu.

(2) Wanita itu berparas indah.

Kedua kalimat tersebut masih dapat diterima dalam konteks. Namun, bila kita

bandingkan dengan kalimat berikut.

(3) Tulisan tanganmu *ayu.

(4) Tulisan tanganmu indah.

Terlihat jelas bahwa kata ayu dalam kalimat (3) tidak dapat berterima. Hal ini

membuktikan meskipun dianggap sama, kedua kata yang dianggap memiliki makna

yang sama itu tidak selamanya bisa saling disubstitusikan.

Begitu juga dengan leksem kh’ieng dan kh’ob. Leksem kh’ieng mengandung

komponen makna merupakan kata umum, referennya merujuk untuk semua benda,

dan nilai rasa netral. Leksem kh’ob mengandung komponen makna kata khusus,

objeknya merujuk pada benda-benda khusus, dan memiliki nilai rasa kasar.

Perbedaannya dapat dilihat dalam contoh berikut.

5

(5) That kh’ieng ureueng nyan. ‘Orang itu bau sekali’.

(6) That kh’ieng eungkôt nyoe. ‘Ikan ini bau sekali’.

Bandingkan dengan contoh berikut!

(7) Kh’ob that bèe droeneuh! ‘Anda bau sekali’!

(8) Èk nyoe bèe *kh’ob . ‘Tahi ini berbau *busuk’.

Leksem pada (5), (6), dan (7) merupakan contoh penggunaan leksem yang masih

dapat diterima dalam konteks. Akan tetapi, leksem pada (8) terlihat rancu dan kurang

cocok direferenkan dengan subjeknya karena lesem kh’ob biasanya digunakan untuk

menyatkan bau pada telur, daging, atau bangkai yang telah busuk.

Secara sederhana, dapat dikatakan contoh leksem itu bermakna sama. Akan

tetapi, dalam teori semantik, kedua leksem itu tidaklah identik sama. Dengan kata

lain, terdapat perbedaan makna pada kata-kata tersebut. Gejala kesamaan leksem ini

dinamakan dengan sinonim. Chaer (2006:388) menjelaskan bahwa sinonim

merupakan dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Dikatakan

“kurang lebih sama” artinya tidak akan ada dua buah kata berlainan yang maknanya

persis sama. Pernyataan ini diperkuat oleh Verhaar dalam Pateda (2001:223) yang

mengemukakan bahwa sinonim adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat pula

berupa frasa atau kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan

lain.

Kesinoniman itu dianggap sama karena sesunguhnya yang sama bukanlah

makna, melainkan hanya informasinya saja. Informasi dan makna sering dikacaukan

oleh penutur bahasa. Informasi tidak sama dengan makna. Makna menyangkut

keseluruhan masalah dalam-ujaran (intralingual), sedangkan informasi itu hanya

6

menyangkut luar-ujaran (ekstralingual) (Chaer, 2006:384-385). Anggapan bahwa

makna dan informasi itu sama dikarenakan terdapatnya hubungan medan makna

dalam setiap pasangan kata yang bersinonim. Sebagai contoh kata tarie dan lagak

dalam BA yang bermakna ‘cantik atau indah’. Infomasi pada kedua kata tersebut

adalah kecantikan fisik yang dimiliki seseorang. Komponen makna dalam kata

tersebut bercirikan pada subjeknya adalah manusia–bisa ditujukan untuk perempuan

dan laki-laki–dan merupakan kata umum.

Sinonim kata tersebut hampir terjadi dalam semua kelas kata mandiri dalam

bahasa. Objek penelitian ini, BA, juga memiliki kesinoniman tersebut. Kesinoniman

tersebut tidak hanya terjadi pada leksem dasarnya saja, tetapi juga terjadi pada

leksem yang berupa leksem reduplikasi yang menyatakan referen berupa onomatope.

Bagi peneliti, ini merupakan sebuah keunikan yang jarang terdapat dalam bahasa

lain. Kesinoniman hanya difokuskan pada pasangan adjektiva dasar yang

bersinonim. Penelitian mengkaji sinonim secara leksikal, tidak pada frasa atau

kalimat secara gramatikal.

Penelitian mengenai BA sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian itu

adalah Rizqi (2006) mengenai Kata Tugas Bahasa Aceh, Sugiarto (2003) tentang

Frasa dalam Bahasa Aceh, Santoso, dkk (2006) tentang Negasi dalam Bahasa Aceh,

Sulaiman, dkk (1986) tentang Morfologi Nomina Bahasa Aceh, Armia dan Azwardi

(2005) tentang Pronomina Persona Bahasa Aceh, dan Djunaidi, dkk (2003) tentang

Fonologi Bahasa Aceh. Untuk kajian semantik sendiri sudah pernah dilakukan

penelitian oleh Zurriyati (2009) tentang Verba Bersinonim dalam Bahasa Aceh.

7

Penelitian ini penting diteliti mengingat banyak penutur BA yang salah

menginterpretasi referen yang dimaksud sehingga terkadang sering menyamakan

maksud yang diinginkan. Selain itu, terbatasnya kosakata yang diketahui penutur

bahasa juga cenderung membuat penutur bahasa menyebutkan kata-kata yang

bersinonim untuk referen yang sama, padahal makna dan informasi yang dikandung

bisa saja berbeda. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat membantu penutur

BA mengetahui perbedaan dan hubungan kesinoniman tersebut dan mengetahui

makna leksikal yang sebenarnya sehingga dapat menggunakan leksem yang tepat

sesuai situasi dan kondisi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah adjektiva bersinonim dalam bahasa Aceh?

(2) Bagaimanakah hubungan kesinoniman adjektiva bersinonim tersebut berdasarkan

analisis komponen makna dan teknik substitusi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) mendeskripsikan adjektiva bersinonim dalam bahasa Aceh;

(2) mendeskripsikan hubungan kesinoniman adjektiva bersinonim tersebut

berdasarkan analisis komponen makna dan teknik substitusi.

8

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan karena memiliki banyak manfaat terutama

dalam bidang kebahasaan berupa manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat

praktis yang didapatkan dari penelitian adalah secara khusus dapat memberi

gambaran konkret kepada masyarakat tentang adjektiva bersinonim dalam BA;

memperkaya keberagaman kosakata bersinonim BA agar lebih diketahui oleh

masyarakat; dapat dimanfaatkan oleh para bahasawan yang memerlukan informasi

berkenaan adjektiva yang bersinonim dalam BA; bagi peneliti sendiri, ini dapat

menambah wawasan mengenai adjektiva bersinonim dalam BA. Adapun manfaat

teoretis yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai salah satu sumber

penunjang bagi penelitian BA selanjutnya, khususnya semantik BA; dapat

memberikan informasi yang lebih detail mengenai adjektiva bersinonim BA

sehingga dapat bermanfaat dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa,

khususnya BA.

9

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1 Adjektiva 2.1.1 Pengertian Adjektiva

Adjektiva, seperti halnya verba dan nomina, merupakan kelompok kelas kata

terbuka yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu sesuai

dengan perkembangan sosial budaya dalam suatu masyarakat. Secara umum

adjektiva diartikan sebagai kata sifat. Namun, beberapa ahli bahasa memberikan

definisi yang lebih konkret dan lengkap berkaitan dengan kelas kata tersebut. Finoza

(2002:64) menerangkan bahwa adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat,

keadaan, watak, tabiat seseorang, binatang, atau suatu benda. Selanjutnya, Alwi

(2003:171) menjelaskan bahwa adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan

yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

Lebih detail, Chaer (2002:161) mengemukakan pengertian adjektiva secara semantik

adalah leksem yang menerangkan keadaan suatu nomina atau menyifati nomina itu

dan secara secara sintaktik adalah leksem yang dapat diawali kata ingkar tidak, dapat

diawali kata pembanding paling, dan dapat direduplikasikan serta diberi imbuhan se-

nya.

Berkaitan dengan pengertian adjektiva, Kridalaksana (2007:59) menuliskan

sebagai berikut.

Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk (1) bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, dan (4) mempunyai ciri-cri morfologis, seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), -i (dalam

10

alami), dan (5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an, seperti adil—keadilan.

Selain itu, secara lebih spesifik, Muslich (2008:110) telah merangkum definisi

adjektiva dari beberapa ahli bahasa sebagai berikut.

(1) Versi tradisional yang dikemukakan oleh Alisyahbana (1954) bahwa adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat atau hal keadaan sebuah benda/sesuatu. Misalnya baru, tebal, tinggi, rendah, baik, buruk, mahal, dan sebagainya; (2) Versi Keraf, adjektiva adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk “se- + reduplikasi + -nya”, serta dapat diperluas dengan: paling, lebih, sekali. Misalnya sekuat-kuatnya dan paling sempurna; (3) Versi Ramlan, adjektiva adalah semua kata yang tidak dapat menduduki tempat objek dan yang dinegatifkan dengan kata tidak. Kata golongan ini dapat juga dinegatifkan dengan kata bukan apabila dipertentangkan dengan keadaan lain; (4) Versi Samsuri: 1) adjektiva dasar: (1) “sederhana” misalnya cabul, cepat, gembur; (2) “rumit”, misalnya terharu, terbata-bata, tertegun. 2) adjektiva turunan (1)” ber- + nomina”, misalnya berjasa, berharga, berbahaya; (2) “ter- + verba” misalnya tergencet, terbuka, terlarang; (3) {meN- + -kan}, misalnya membosankan, mencemaskan, dan menakutkan.

Dalam bahasa Aceh, Wildan (2002:43) mengemukakan bahwa adjektiva adalah

semua kata yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda seperti beutoi ‘betul’,

göt ‘bagus’, jeumot ‘rajin’, putéh ‘putih’ dan meuh’ai ‘mahal’. Jadi, berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat dirangkum pengertian bahwa adjektiva adalah kelas

kata yang menerangkan sifat atau keadaan dari suatu objek.

2.1.2 Ciri-Ciri Adjektiva

Subkelas adjektiva bahasa Indonesia memiliki beberapa ciri tipologi yang

mendekatkan bahasa tersebut dengan sebagian bahasa analitis Asia Tenggara dan

Asia Timur, serta membedakannya dengan bahasa-bahasa sintetis Indo-Eropa

(Alieva, 1991:199). Ciri-ciri tersebut adalah

11

(1) berdasarkan tempat dalam sistem kata, adjektiva termasuk dalam kelas predikatif

sebagai subkelas atau sebagai kelas dalam superkelas, sedangkan dalam bahasa

sintetik adjektiva mempunyai kategori gramatikal nominal;

(2) berdasarkan volume semantik, kata-kata asli kategori adjektiva menyatakan ciri-

ciri kualitas;

(3) berdasarkan distribusi, adjektiva berangkaian dengan kata sangkal tidak, dengan

kata relatif yang, dengan penegas kualitas dan tingkat kualitas dan perbandingan,

dan jarang dengan penegas waktu dan modalitas.

Berkaitan dengan ciri-ciri spesifik adjektiva, Parera (1994:10) menjelaskan

ciri-ciri adjektiva sebagai berikut.

Calon kelas kata sifat bahasa Inggris pada umumnya dapat dicirikan dengan leksem very dan most, dapat bersufiks dengan -er, -est, -st untuk menyatakan tingkat perbandingan dan dengan bentuk sufiks seperti –ish, sedangkan untuk bahasa Indonesia sendiri, dapat dicirikan dengan kata amat/sangat, paling, dan lebih. Selain itu, secara morfologis dapat berproses dengan bentuk se- + R + -nya.

Sama halnya dengan Parera, menurut Chaer (2002:168), ciri-ciri adjektiva itu dapat

diketahui dari pendamping adjektiva yang antara lain menyatakan (1) pengingkaran

yang menggunakan kata tidak dan bukan; (2) kualitas yang menggunakan leksem

sangat, agak, cukup, paling, sekali, maha, dan serba.

Chaer (2008:80) menyebutkan ciri utama adjektiva adalah (1) tidak dapat

didampingi oleh adverbia frekuensi sering, jarang, dan kadang-kadang; (2) tidak

dapat didamping oleh adverbia jumlah; (3) dapat didampingi oleh semua adverbia

derajat agak, cukup, lebih, sangat, sedikit, jauh, dan paling; (4) dapat didampingi

oleh adverbial kepastian pasti, tentu, mungkin, dan barangkali; (5) tidak dapat diberi

adverbia kala hendak dan mau.

12

Pendapat Chaer tersebut juga diperkuat oleh Muslich (2008:122) dan Finoza

(2002:64) yang memaparkan ciri-ciri adjektiva sebagai berikut: (1) bisa diberi

keterangan pembanding lebih, kurang, paling; (2) dapat diberi keterangan penguat

sangat, sekali, benar, terlalu; (3) dapat diingkari dengan tidak; (4) dapat diulang

dengan {se-nya}, (5) pada kata tertentu berakhir dengan –er, -(w)i-, iah, -if, -al, dan

–ikan. Dalam bahasa Aceh, ciri-ciri kata sifat itu juga sama dengan bahasa Indonesia

seperti yang diterangkan oleh Wildan (2002:43) sebagai berikut.

(1) Dapat didahului oleh kata leubèh ‘lebih’, misalnya:

Beutôi ‘ betul’ leubèh beutôi ‘lebih betul’.

(2) Dapat didahului oleh kata paléng ‘paling’.

(3) Dapat didahului atau diakhiri oleh kata that ‘sangat’

Fungsi adjektiva di dalam kalimat adalah memberikan keterangan lebih

khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina. Keterangan atau atribut

tersebut dapat berupa deskripsi mengenai kualitas atau keanggotaan. Selain itu

adjektiva dapat berfungsi predikatif ataupun adverbial. Fungsi predikatif dan

adverbial itu dapat mengacu ke suatu keadaan (Arifin dan Junaiyah, 2009:106).

2.1.3 Pembagian Adjektiva

Beberapa ahli bahasa telah membagi adjektiva ke dalam bentuk-bentuk yang

berbeda. Pembagian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

13

(1) Harimurti Kridalaksana

Kridalaksana (2007:59) membagi adjektiva dasar berdasarkan ciri-ciri

sebagai berikut: (1) yang dapat diuji dengan kata sangat dan lebih; (2) yang

tidak dapat di uji dengan kata sangat dan lebih.

(2) Abdul Chaer

Chaer (2002:162) secara semantik membagi adjektiva ke dalam delapan tipe.

Tipe-tipe adjektiva tersebut adalah sebagai berikut.

1) Tipe I adalah leksem yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin

manusia (termasuk yang dipersonifikasikan) seperti ramah, galak, baik,

berani, takut, dll.

2) Tipe II adalah leksem adjektiva yang menyatakan keadaaan bentuk seperti

bundar, bulat, lengkung, lurus, dan miring.

3) Tipe III adalah leksem adjektiva yang menyatakan ukuran seperti panjang,

pendek, tinggi, lebar, luas, ringan, dll.

4) Tipe IV adalah leksem yang menyatakan waktu dan usia seperti lama, baru,

dan tua.

5) Tipe V adalah leksem yang menyatakan warna seperti merah, kuning, dll.

6) Tipe VI adalah leksem yang menyatakan jarak seperti jauh, dekat, dan

sedang.

7) Tipe VII adaah leksem yang menyatakan kuasa tenaga seperti kuat, lemah,

segar, letih, dan lesu.

8) Tipe VIII adalah leksem yang menyatakan kesan atau penilaian indera seperti

sedap, manis, pahit, cantik, harum, kasar, licin, bau, dll.

14

(3) Hasan Alwi

Alwi (2003:172) membagi adjektiva sebagai berikut.

(1) Adjektiva dari perilaku semantis. Adjektiva ini terdiri atas adjektiva bertaraf dan

tidak bertaraf.

a. Adjektiva bertaraf

a) Adjektiva pemeri sifat yang memerikan kualitas dan intensitas yang

bercorak fisik atau mental seperti leksem aman, bersih, cocok, ganas,

latah, panas, dan dingin.

b) Adjektiva ukuran yang mengacu ke kualitas yang dapat diukur

dengan ukuran yang sifatnya kuantitatif seperti berat, pendek, kecil,

besar, tebal, tipis, lapang, sempit, tinggi.

c) Adjektiva warna mengacu ke berbagai warna seperti leksem merah,

kuning, hijau, hitam, lembayung, dll.

d) Adjektiva waktu yang mengacu ke masa proses, perbuatan, atau

keadaaan berada atau berlagsung sebagai pewatas seperti leksem

lama, segera, jarang, sering, lambat, cepat, mendadak, dan singkat.

e) Adjektiva jarak mengacu ke ruang antara dua benda, tempat, atau

maujud sebagai pewatas nomina seperti leksem jauh, dekat, lebat,

suntuk, rapat, renggang, dan akrab.

f) Adjektiva sikap batin yang berkaitan dengan pengacuan suasana hati

atau perasaan seperti leksem bahagia, bangga, benci, berahi, berani,

sakit, risau, dan sayang.

g) Adjektiva cerapan yang berkaitan dengan pancaindera:

15

(a) penglihatan: gemerlap, suram, terang;

(b) pendengaran: bising, garau, jelas, merdu, nyaring, serak;

(c) penciuman: anyir, busuk, hancing, harum, semerbak, wangi;

(d) perabaan: basah, halus, kasar, kesat, lembab, lembut, licin, tajam

(e) pencitrasaan: asam, enak, kelat, lezat, lemak, manism pahit, sedap,

tawar.

b. Adjektiva tidak bertaraf menempatkan acuan yang diwatasinya di dalam

kelompok atau golongan tertentu. Kehadirannya tidak dapat bertaraf-taraf.

Misanya, abadi, buntu, gaib, ganda, genap, gasal, sah, tentu, tunggal,

termasuk di dalam kelompok ini adjektiva bentuk seperti bundar,

bengkok, bulat, lonjong, dan lurus.

(4) Wildan

Wildan (2002:44) menjelaskan berdasarkan bentuknya, kata sifat dalam

bahasa Aceh dibagi atas dua macam.

(1) Kata sifat dasar yang belum mendapat imbuhan, ulangan, atau majemukan.

(2) Kata sifat turunan adalah kata sifat yang diturunkan dari jenis kata lain. Jenis kata

yang dapat diturunkan menjadi kata sifat adalah kata benda dan kata kerja.

Penurunan itu dilakukan dengan menggunakan imbuhan meu-,… -eun-, dan teu.

2.1.4 Gradasi Adjektiva

Adjektiva merupakan kelas kata yang memiliki gradasi atau tingkatan yang

membedakannya dari kelas kata lain. Parera (1994:104) menjelaskan kategori

tingkatan tersebut sebagai berikut.

16

Gramatikal adjektiva tata tingkat dibedakan atas tingkat positif, komparatif (bandingan lebih), superlatif (paling, amat,), dan tingkat eksesif. Perealisasian kategori tata tingkat ini dinyatakan pula secara morfemis. Bahasa Inggris merealisasikan kategori ini sebagian dengan proses morfemis, misalnya dengan sufiks –er untuk komparataif dan sufiks –st untuk superlatif. Bahasa Indonesia belum mengenal realisasi kategori secara morfemis walaupun akhir-akhir ini proses itu mulai tampak. Misalnya sufiks –an untuk komparatif dan ke-an untuk superlatif. Bahasa Indonesia juga mengenal kategori gramatikal adjektiva superlatif dengan ter-.

Secara lebih spesifik, Alwi (2003:180) mengemukakan “pertarafan adjektiva dapat

menunjukkan berbagai tingkat kualitas atau intensitas dan berbagai bentuk tingkat

bandingan. Pembedaan tingkat kualitas atau intensitas dinyatakan dengan pewatas

seperti benar, sangat, terlalu, agak, dan makin. Pembedaan tingkat bandingan

dinyatakan dengan pewatas seperti lebih, kurang, dan paling”. Alwi membagi

gradasi adjektiva tersebut sebagai berikut.

(1) Tingkat kualitas

Tingkat kualitas secara relatif menunjukkan tingkat intensitas yang lebih tinggi

atau lebih rendah. Tingkat kualitas ini terbagi atas enam tingkat sebagai berikut.

1) Tingkat positif merincikan kualitas atau intensitas yang diterangkan oleh

adjektiva tanpa pewatas. Ketiadaan kualitas dinyatakan dengan pemakaian

tidak atau tak.

2) Tingkat intensif memerikan kadar kualitas atau intensitas dengan memakai

pewatas benar, betul, atau sungguh.

3) Tingkat elatif menggambarkan tingkat kualitas atau intensitas yang tinggi

yang dinyatakan dengan pewatas amat, sangat, atau sekali. Untuk

memberikan tekanan yang lebih dan pada tingkat elatif, kadang-kadang juga

17

digunakan kombinasi dari pewatas itu: amat sangat… atau (amat) sangat…

sekali.

4) Tingkat eksesif menekankan kadar kualiats atau intensitas yang terlebih,

atau yang melampaui batas kewajaran dan dinyatakan dengan pewatas

terlalu, terlampauI, dan kelewat.

5) Tingkat argumentatif menggambarkan naik atau bertambahnya tingkat

kualitas atau intensitas dinyatakan dengan pewatas makin…, makin …

makin…, atau semakin.

6) tingkat atenuatif memerikan penurunan kadar kualitas atau pelemahan

intensitas dinyatakan dengan pewatas agak atau sedikit.

(2) Tingkat bandingan

Pada tingkat bandingan ini, kualitas adjektiva terbagi atas tingkat yang

intensitasnya dapat setara dan tidak setara. Tingkat setara disebut tingkat

ekuatif; tingkat yang tidak setara dibagi dua: tingkat komparatif dan tingkat

superlatif.

1) Tingkat ekuatif menngacu pada kadar kualitas atau intensitas yang sama atau

hampir sama. Penanda yang digunakan adalah bentuk klitik se- yang

diletakkan di depan adjektiva. Tingkat ini juga dapat dinyatakan dengan

pemakaian sama + adjektiva + -nya diantara dua nomina atau sama +

adjektiva + -nya dibelakang dua nomina yang dibandingkan.

2) Tingkat komparatif mengacu pada kadar kualitas atau intensitas yang lebih

atau kurang. Pewatas yang dipakai adalah lebih … (daripada) …, kurang …

dari (pada), dan kalah … dengan/daripada.

18

3) Tingkat superlatif mengacu pada tingkat kualitas atau intensitas yang paling

tinggi di antara semua acuan adjektiva yang dibandingkan. Penanda yang

digunakan afiks ter- dan pewatas paling di muka adjektiva. Adjektiva

superlatif dapat diikuti frasa yang berpreposisi dari, di antara, dari antara

beserta nomina yang dibandingkan.

Selain pertarafan bentuk kualitas dan perbandingan tersebut, gradasi adjektiva

juga ditentukan oleh nilai rasa kata yang digunakan. Chaer (2007:151)

mengemukakan “nilai rasa berkaitan erat dengan norma-norma keagamaan,

kepercayaan, sosial, budaya, dan pandangan hidup yang berlaku dalam suau

masyarakat. Ada nilai rasa yang bisa digunakan secara bebas karena mengandung

nilai netral, ada kata yang sebaiknya tidak digunakan karena bernilai rasa negatif,

dan ada juga kata yang sangat baik digunakan karena mengandung nilai rasa positif”.

2.2 Sinonim 2.2.1 Pengertian Sinonim

Beberapa kata yang berbeda mempunyai arti yang sama. Dengan kata lain

beberapa kata mengacu pada satu unit semantik yang sama. Relasi ini dinamakan

sinonim (Alwasilah, 1993:164). Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa

Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Secara

harfiah sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama (Pateda,

2001:222). Umpamanya buruk dan jelek adalah dua kata yang bersinonim; bunga,

kembang, dan puspa adalah tiga kata yang bersinonim. Berkaitan dengan hal itu,

Kridalaksana dalam Aminuddin (2003:115) juga menjelaskan bahwa sinonim adalah

bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu

19

berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap

sinonim hanyalah kata-kata saja.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Djajasudarma (1993:36) yang

mengatakan sinonim digunakan untuk menyatakan sameness of meaning ‘kesamaan

arti’. Jika dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, maka perangkat kata itu

disebut sinonim. Lebih lanjut Chaer (2003:297 dan 2002:82) menerangkan sinonim

atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna

antara satu ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Relasi sinonim ini bersifat dua arah.

Maksudnya, kalau satu satuan ujaran A bersinonim dengan satuan ujaran B, satuan

ujaran B itu bersinonim dengan satuan ujaran A. Misalnya kata bunga bersinonim

dengan kata kembang, maka kata kembang juga besinonim dengan kata bunga.

2.2.2 Batasan Sinonim

Sistem leksikal (lexical system) dalam suatu bahasa dapat berbeda dengan

yang terdapat dalam bahasa lainnya. Inilah yang menyebabkan sistem leksikal atau

sistem makna kata sering dikategorikan sebagai suatu sistem yang unik (Ridwan,

2006:367). Begitu juga yang terjadi dalam sistem leksikal relasi sinonim. Zgusta dan

Ullman dalam Chaer (2002:83) berpendapat “Dua buah kata yang bersinonim itu

kesamaannya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja, kesamaannya tidak

mutlak. Hal ini disebabkan ada prinsip umum semantik yang mengatakan apabila

bentuk berbeda makna pun akan berbeda, walaupun perbedaannya hanya sedikit”.

Demikian juga kata-kata yang bersinonim; karena bentuknya berbeda, maknanya pun

akan berbeda/tidak persis sama. Lebih lanjut Verhaar dalam Chaer (2002:85)

20

menjelaskan bahwa yang sama dari kedua kata itu adalah informasinya, sedangkan

menurut teori analisis komponen makna yang sama adalah bagan atau unsur tertentu

saja.

Djajasudarma (1993:42) dan Pateda (2001:222) menjelaskan ada tiga batasan

untuk sinonim, yakni:

(1) kata-kata dengan referen ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan

mampus;

(2) kata-kata yang memiliki makna yang sama, misalnya memerintahkan dan kata

menyampaikan;

(3) kata yang dapat disulih dalam konteks yang sama, misalnya “Kami berusaha

dengan giat, Kami berupaya dengan giat”.

2.2.3 Faktor Munculnya Sinonim

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dua buah ujaran yang bersinonim

maknanya tidak akan pernah sama. Ketidaksamaan itu disebabkan oleh beberapa

faktor. Chaer (2003:298 dan 2002:85) menjelaskan enam faktor munculnya sinonim.

Keenam fakor itu adalah (1) faktor waktu; (2) faktor tempat atau wilayah; (3) faktor

keformalan; (4) faktor sosial; (5) faktor bidang kegiatan; (6) faktor nuansa makna.

Selain itu, Parera (2004:65) juga mengemukakan faktor lain munculnya sinonim.

Faktor- faktor itu adalah (1) sinonim muncul antara kata asli dan kata serapan; (2)

sinonim muncul antara bahasa umum dan dialek; (3) sinonim muncul untuk

membedakan kata umum dan kata ilmiah; (4) sinonim muncul antara bahasa

21

kekanak-kanakan dan bahasa orang dewasa; (5) sinonim untuk kerahasiaan; (6)

sinonim muncul karena kolokasi.

Webster (1973) dalam Geoffrey (2003:67) juga menjelaskan perbedaan

antarmakna yang bersinonim sebagai berikut.

(1) Perbedaan makna sinonim diakibatkan oleh perbedaan implikasi. Sebagai contoh adalah kata remeh dan sepele yang merujuk kepada ‘hal atau sesuatu yag tidak penting’. Makna sepele mengarah kepada implikasi positif, sedangakan remeh bermplikasi negatif; (2) Perbedaan makna sinonim diakibatkan oleh perbedaan aplikasi. Sebagai contoh kata nikmat, lezat, dan enak. Kata nikmat dikenakan pada makanan, minuman, kehidupan, dan semua yang dapat memberikan kesenangan, perasaan puas, sedangkan enak dan lezat hanya dikenakan pada makanan dan minuman; (3) Perbedaan antara makna sinonim didasarkan pada kelebihluasan cakupan makna yang satu dari yang lain. Dalam bahasa Indonesia dikenal kata memahami dan mengerti. Perbedaan ini dapat diuji bahwa seseorang dapat mengerti perkataan orang lain, tetapi belum tentu dia memahami. Akan tetapi, seseorang yang memahami perkataan orang lain sudah tentu mengerti akan perkataan orang lain itu; (4) Perbedaan makna sinonim didasarkan pada asosiasi yang bersifat konotasi. Ciri perbedaan antara dua atau lebih kata yag bersinonim yang didasarkan pada asosiasi konotatif teletak pada ciri konotasi positif dan negatif. Makna kata rekam, merekam, rekaman dan sadap, menyadap, sadapan (pengambilan suara atau bunyi dengan bantuan pita adan alat elektronik) terletak pada konotasi positif dan negatif. Rekam, merekam, dan rekaman bersifat positif karena lebih netral, sedangkan sadap, menyadap, dan sadapan cenderung bersifat negatif; (5) Perbedaan sinonim berdasarkan sudut pandang. Pada masa tertentu di Indonesia makna kata bui, penjara dan lembaga pemasyarakatan dibedakan berdasarkan sudut pandang. Makna penjara dan bui dpandang dari sudut pandang hukuman, sedangkan lembaga pemasyarakatan dipandang dari sudut pandang tujuan “tujuan untuk merehabilitasi, memperbaiki sikap dan sifat terpidana agar dapat masuk ke masyarakat yang baik dan benar.

2.2.5 Cara Menentukan Sinonim

Beberapa ahli seperti Pateda, Parera, dan Djajasudarma memiliki teknik yang

sama dalam menentukan sinonim. Pateda (2001:86) menerangkan ada dua

pendekatan makna yang digunakan dalam menentukan kesinoniman. Kedua

22

pendekatan itu adalah pendekatan analitik dan pendekatan operasional. Pendekatan

analitik bertujuan mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen

utama (menggunakan analisis komponen makna), sedangkan pendekatan operasional

ingin mempelajari kata dalam penggunaannya (menggunakan teknik substitusi).

Mendukung pendapat Pateda, Parera (1994:110) menjelaskan satu teknik untuk

mengelompokkan ialah dengan analisis komponen. Analisis komponen adalah

pemecahan atas komponen-komponen makna kata sampai kepada komponen makna

yang berkontras atau bertentangan.

Lebih lanjut, Djajasudarma (1993:38) menjelaskan analisis komponen makna

juga diperlukan untuk menentukan kesinoniman, meskipun kata tersebut sudah

ditempatkan dalam konteks. Selain itu, secara lebih detail, Djajasudarma (1993:36)

mengatakan kesamaan makna itu dapat ditentukan dengan tiga cara.

(1) Substitusi (penyulihan) yang dapat terjadi bila kata dalam konteks tertentu dapat

disulih dengan kata yang lain dan makna konteks tidak berubah, maka kedua kata

itu sinonim.

(2) Pertentangan yang memungkinkan sebuah kata dapat dipertentangkan dengan

sejumlah kata lain. Misal kata berat bertentangan dengan ringan dan enteng

dalam bahasa Indonesia, maka ringan dan enteng adalah sinonim.

(3) Penentuan konotasi yang memungkinkan jika terdapat perangkat kata yang

memiliki makna kognitifnya sama, tetapi makna emotifnya berbeda, maka kata-

kata itu tergolong sinonim. Misalnya kamar kecil, kaskus, jamban, WC mengacu

pada acuan yag sama, tetapi konotasinya berbeda.

23

Pendapat Djajasudarma ini juga didukung oleh Muniah (2000:4) yang

menuliskan bahwa untuk mengetahui bahwa dua kata atau lebih merupakan sinonim

dapat digunakan cara (1) substitusi dan (2) menentukan antonin anggota pasangan

sinonim (opposites). Substitusi adalah teknik yang digunakan dengan cara

menggunakan kata-kata yang dianggap sinonim dalam konteks yang sama. Khusus

penelitian ini, akan digunakan teknik analisis komponen makna dan teknik

substitusi.

2.3 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi 2.3.1 Pengertian Medan Makna Komponen Makna Istilah teori medan makna atau theory of semantic field adalah teori yang

mengemukakan bahwa perbendaharaan kata dalam bahasa memiliki medan struktur,

baik secara leksikal maupun konseptual yang dapat dianalisis secara sinkronis,

diakronis, maupun secara paradigmatik (Aminudin, 2003:108). Teori medan makna

tersebut memiliki hubungan erat dengan kebenaran konseptualisasi, penyimpulan,

dan penghubungan. Lebih lanjut, Harimurti dalam Chaer (2002:110) menyatakan

bahwa medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang

menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta

tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya

berhubungan.

Kushartanti (2005:121) menjelaskan bahwa makna merupakan kesatuan

mental pengetahuan dan pengalaman yang terkait dengan lambang bahasa yang

mewakilinya. Makna terdiri atas komponen makna, misalnya makna kata wanita

terbentuk dari komponen makna manusia, dewasa, perempuan. Berkaitan dengan itu,

24

Aminuddin (2003:128) menjelaskan komponen adalah keseluruhan makna dari suatu

kata terdiri atas sejumlah elemen yang antara elemen yang satu dengan yang lain

memiliki ciri yang berbeda-beda. Komponen makna tidak dapat dipisahkan dari

pengetahuan dan pengalaman serta intuisi seseorang.

Moentaha (2006:153) mengungkapkan dalam literatur ilmu linguistik

kontemporer, “Analisis komponen (componentional analysist) disebut sebagai cara

menganalisis teks yang diarahkan pada pemisahan bagia-bagian integral makna kata,

yaitu komponen semantik atau sem (semantic component, seme) dan juga pada

penjelasan prinsip-prinsisp penggabungannya serta organisasi strukturalnya”.

Analisis ini memberi kemungkinan untuk lebih tepat dan lebih mendalam

menganalisis struktur makna kata, mengungkapkan hubungan antara beberapa

maknanya dan menentukan ciri-ciri yang dijadikan dasar kata-kata untuk bergabung

ke kelompok sinonim. Lebih lanjut, Nida dalam Pateda (1994:96) menyebutkan

suatu kata dapat dianalisis berdasarkan komponen maknanya yang berdasarkan atas:

(1) fungsi dari kata yang dianalisis; (2) bahan yang membentuk kata yang dianalisis;

(3) keadaan kata yang dianalisis; (4) Komponen-komponen yang ada pada kata itu.

Menurut Leech (2003:123), analisis makna kata adalah suatu proses

memilah-milahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri khusus minimalnya yaitu

kedalam komponen yang kontras dengan komponen lain. Misalnya kata-kata seperti

man, woman, girl, dalam bahasa Inggris. Kata-kata ini semua termasuk dalam bidang

semantik ‘ras manusia’. Makna kata-kata itu secara individual dapat dilukiskan

dengan gabungan ciri-ciri tersebut:

man : + HUMAN + ADULT + MALE

25

woman : +HUMAN + ADULT - MALE

boy : +HUMAN - ADULT + MALE

girl : +HUMAN - ADULT -MALE

Chaer (2002:114) menjelaskan komponen makna atau komponen semantik

(semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa

setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-

sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Misalnya kata ayah

mengandung komponen makna atau unsur makna: +insan, +jantan, dan +kawin; ibu

mengandung komponen makna: +insan, +dewasa, - jantan, dan +kawin. Bagannya

adalah sebagai berikut:

Komponen Makna Ayah Ibu

1. insan

2. dewasa

3. jantan

4. kawin

+

+

+

+

+

+

-

+

Ket: tanda (+) berarti mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda (–) berarti

tidak mempunyai komponen makna tersebut

Moentaha (2006:468) menjelaskan analisis komponen adalah suatu teknik

untuk menerangkan secara ekonomis hubungan-hubungan tertentu antara unsur-

unsur leksikal dan antara kalimat-kalimat yang mengandungnya. Komponen makna

dalam tiap pasangan sinonim perlu dikembangkan secara terbuka, yaitu dapat

ditambah atau diperluas menurut keperluan analisis sehingga relasi kesinoniman

antara anggota tiap pasangan sinonim menjadi jelas. Berdasakan analisis komponen

makna, akhirnya akan diketahui ciri makna pembeda di dalam kesinoniman.

26

2.3.2 Langkah-Langkah Menganalisis Komponen Makna

Poedjosoedarmo (2003:126) menyebutkan bahwa unit-unit kebahasaan

seperti fonem dan unit semantik sebetulnya terdiri dari features (fitur-fitur, raut-raut).

Yang dimaksud dengan features adalah kesatuan-kesatuan detail terkecil yan

membentuk unit itu. Raut-raut ini bisa dinamai dengan semantic features atau sense

features atau raut makna atau komponen makna atau komponen semantik.

Semua kelas kata memiliki raut sematik. Untuk jenis kata sifat, jumlah raut

semantik adalah paling sedikit sejumlah frasa sifatnya yang ada di dalam bahasa.

Misalnya, adjektiva harus mempunyai raut-raut semantik sebagai berikut: (1) yang

berhubungan dengan perbandingan; (2) yang berhubungan dengan isi atau komponen

sifat; (3) yang berhubungan dengan bercampurnya dua atau tiga sifat sekaligus; (4)

yang berhubungan dengan proses terjadinya sifat; (5) yang berhubungan dengan

proses terjadinya sesuatu sifat. Dalam penelitian ini, akan digunakan raut komponen

makna (1) bernyawa/tidak bernyawa (manusia, hewan, tumbuhan, dan benda); (2)

Nilai rasa (netral, halus, dan kasar), (3) ragam bahasa (kata umum kata khusus, dan

klasik); (4) gradasi (positif, komparatif, dan superlatif); (5) asosiasi konotasi

(konotasi positif dan konotasi negatif); (6) posisi/keadaan objek.

Parera (2004:159) menjelaskan untuk menemukan komposisi unsur-unsur

kandungan makna kata, kita perlu mengikuti prosedur sebagai berikut:

(1) Pilihlah seperangkat kata yang secara intituitif kita perkirakan berhubungan.

(2) Temukan analogi-analogi diantara kata-kata yang seperangkat itu.

27

(3) Cirikan komponen semantik atau komposisi semantik atas dasar analogi-analogi

tadi.

Pateda (2001:270) juga memaparkan langkah- langkah menganalisis

komponen makna dengan cara sebagai berikut.

(1) Memilih untuk sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang

umum dengan pengertian, makna yang dipilih masih berada dalam medan makna

tersebut. Misalnya untuk kata marah terdapat kata; memaki, mendongkol,

menggerutu, mengoceh.

(2) Mendaftarkan semua ciri spesifik yang dimiliki acuan.

(3) Meneliti kebermacaman makna seperti yang direfleksikan oleh acuan, lalu

menentukan sifat mana yang sesuai yang tentu saja tidak benar untuk semuanya.

(4) Mendaftarkan fitur pembeda makna pada setiap kata.

(5) Mengecek pada data seperti yang dikerjakan pada langkah pertama.

(6) Mendeskripsikan komponen diagnostiknya.

Merujuk pada pengertian bahwa analisis komponen adalah pemecahan atas

komponen-komponen makna kata sampai kepada komponen makna yang berkontras

atau bertentangan, maka dalam menandai keberadaan atau ketidaberadaan komponen

makna itu diperlukan notasi. Berkaitan dengan hal itu, Parera (2004:159) dan Chaer

(2003:323) menjelaskan dalam menganalisis komponen makan itu dapat digunakan

notasi (+) yang menyatakan keberlakuan kandungan komponen, notasi (–)

menyatakan kontas atau bertentangan dan (±) jika komponen tersebut dimiliki oleh

kedua butir leksikal.

28

2.3.3 Manfaat Analisis Komponen

Parera (2004:161) memaparkan bahwa manfaat formal analisis komponen

makna adalah (1) analisis komponen makna dapat memberi jawaban mengapa

beberapa kalimat benar, mengapa beberapa kalimat tidak benar, dan mengapa

beberapa kalimat bersifat anomali (2) dengan analisis komponen atau komposisi

makna kata, kita meramal hubungan antara makna yang dibedakan atas empat tipe,

yakni kesinoniman, keantoniman, keberbalikan, kehiponiman.

Lebih senjut, Chaer (2003:320) menjelaskan bahwa ada dua manfaat yang

diperoleh dari menganalisis komponen makna: (1) dapat digunakan untuk mencari

perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim; (2) untuk membuat prediksi makna-

makna gramatika afiksasi, reduplikasi dan komposisi dalam bahasa Indonesia. Selain

itu, Aminuddin (2003:128) juga menjelaskan manfaat analisis komponen adalah: (1)

untuk memahami fitur semantik suatu kata sehubungan dengan ciri referen,

pemberian abstraksi, maupun konseptualisasinya; (2) bermanfaat dalam usaha

memahami berbagai kemungkinan makna suatu kata dan ciri relasi kata-kata dalam

bacaan.

2.3.4 Teknik Substitusi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tekni substitusi adalah salah satu

teknik yang digunakan dalam menentukan hubungan kesinoniman. Definisi substitusi

akan dijelaskan oleh beberapa ahli bahasa berikut ini. Moentaha (2006:50)

mengemukakan “ substitusi adalah teknik yang realisasinya dilakukan melalui jalan

dari bentuk kata pertama ke bentuk kata kedua dengan melewati makna”.

29

Djajasudarma (1993:36) menjelaskan jika kata dalam konteks tertentu dapat disulih

dengan kata yang lain dan makna konteks tidak berubah, kedua kata itu sinonim.

Lebih lanjut, Bloomfield (1995:237) menjelaskan substitusi adalah bentuk bahasa

yang dalam keadaan konvensional tertentu menggantikan salah satu kelas bentuk

bahasa.

Hal yang sama juga diterangkan oleh Pateda (2001:86) yang menggunakan

tes substitusi untuk menentukan tepat tidaknya makna sebuah kata sebagai berikut.

Ia sakit karena karena mandi hujan.

Ia sakit sebab mandi hujan.

Contoh dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Alwasilah (164:1993)

1. My old man has kicked the bucked.

2. My father has died.

3. My dear father has passed away.

4. My beloved parent has joined the heavenly choir.

Semua kalimat di atas menerangkan gagasan yang sama yaitu kematian. Gagasan

sama tapi ungkapan berbeda. Kalimat (1) bernada slang, (2) biasa, perasaan si

pembicara tidak tampak (3) sederhana, tapi agak emosional, dan (4) padat arti,

muluk, dan puitis.

30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, dalam penelitian ini ditetapkan bahwa

pasangan sinonim yang dianalisis dibatasi pada pasangan sinonim yang termasuk

dalam kelas kata adjektiva. Penelitian ini akan mengklasifikasikan bentuk pasangan

adjektiva berupa kata dasar yang bersinonim dalam bahasa Aceh dan

mendeskripsikan hubungan kesinoniman pasangan adjektiva yang bersinonim

tersebut berdasarkan analisis komponen makna dan teknik substitusi. Selanjutnya,

pasangan sinonim adjektiva yang dianalisis dibatasi lagi hanya pada kata-kata yang

memiliki makna denotatifnya saja, bukan makna kiasan, dan bukan pula makna

dalam konteksnya.

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data tulisan. Semua pasangan adjektiva

dasar yang mempunyai hubungan kesinoniman dikumpulkan sebagai sumber data.

Sumber data tersebut berasal dari Kamus Bahasa Aceh-Indonesia ( Bakar, 1985 dan

2001). Selain itu penelitian ini juga melibatkan peneliti sebagai sumber data, karena

peneliti sendiri adalah penutur asli bahasa yang sedang diteliti.

31

3.3 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang

menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Metode ini mencatat secara teliti segala

gejala kebahasaan yang dapat dilihat dengan menyimak langsung data yang terdapat

dalam sumber data. Gejala kebahasaan yang disimak dalam sumber data tentu saja

adalah adjektiva yang memiliki pasangan sinonim dalam bahasa Aceh. Uraian

penelitian tersebut akan ditulis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk

kualitatif.

Metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian terhadap

suatu masalah yang tidak didesain menggunakan prosedur-prosedur statistik

(Subroto, 1992:5). Metode ini digunakan sebagai usaha menganalisis objek

penelitian dari fenomena-fenomena, peristiwa-perstiwa dan kaitannya dengan orang-

orang atau masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang

sebenarnya. Hal ini disebabkan gejala kebahasaan yang diteliti tersebut murni

merupakan gejala kebahasaan yang langsung bersumber pada data-data dalam

kondisi ilmiah sehingga penyajian data penelitian tidak akan digambarkan menurut

angka-angka, tetapi berupa deskripsi atau gambaran konkret dari fenomena

kebahasaan tersebut.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini bertujuan membuat deskripsi

dari data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, wacana, gambar-gambar/foto,

memorandum, dan video-tipe. Data-data itu akan dicatat dan diteliti secara cermat

(Subroto, 1992:7). Khusus penelitian ini, data yang digunakan berwujud kata-kata–

berupa adjektiva–yang memiliki kesinoniman. Data-data tersebutlah yang akan

32

dideskripsikan menggunakan teknik sesuai rumusan masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya.

3.4 Metode dan Teknik Penyediaan Data

Metode dan teknik penyediaan data yang digunakan adalah metode simak dan

metode introspeksi. Peneliti menggunakan metode simak ini dengan

mempertimbangkan wujud sumber data yang berupa data tulisan. Dalam hal ini,

peneliti akan menyimak penggunaan bahasa untuk memperoleh data tulisan yang

dimaksud (Mahsun, 2005:90). Penyimakan penggunaan bahasa tersebut akan

menggunakan teknik dasar yang disebut teknik sadap. Artinya, peneliti akan

mendapatkan data dengan menyadap penggunaan bahasa, dalam hal ini penggunaan

bahasa secara tertulis berupa data kamus (Mahsun, 2005:91).

Penyediaan data akan dilakukan dengan teknik dan prosedur berikut:

(1) mencari secara teliti objek data dalam sumber data yang telah ditentukan;

(2) menandai dan memilah referen yang diperlukan sesuai dengan masalah

penelitian;

(3) mencatat entri referen dalam bentuk korpus data.

Penelitian ini juga menggunakan metode instrospeksi. Peneliti menggunakan

metode ini sebagai pertimbangan bahwa peneliti sendiri adalah penutur bahasa asli

yang diteliti. Peneliti akan menggunakan intuisi kebahasaan peneliti dalam

menyediakan bahkan juga mengolah data penelitian. Hal ini tentu saja dibenarkan

dalam penelitian karena sesungguhnya pengetahuan peneliti terhadap bahasa yang

diteliti sebenarnya sangat berperan penting dalam penelitian itu sendiri. Peneliti

33

adalah instrumen kunci dalam penelitian. Oleh karena itu, metode introspeksi dipilih

oleh peneliti sebagai salah satu cara dalam menyediakan data dengan memanfaatkan

intuisi kebahasaan peneliti sendiri sebagai penutur asli bahasa yang diteliti (Mahsun,

2005:102).

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode

analisis komponen makna dan teknik substitusi. Kedua teknik ini adalah teknik yang

lazim digunakan dalam menganalisis hubungan kesinoniman setiap pasangan leksem

(Djajasudarma, 1993:38 dan Parera, 1994:110). Sebelum dianalisis, data yang telah

dikumpulkan perlu diseleksi dan diklasifikasikan sebagai berikut.

(1) Seleksi data dilakukan untuk memilih dan menjaring data sehingga akhirnya

diperoleh data yang benar-benar sahih dan akurat.

(2) Klasifikasi data dilakukan untuk memilah dan mengelompokkan data

berdasarkan masalah-masalah yang ingin dibicarakan. Entri adjektiva yang

telah dikumpulkan dalam bentuk korpus tadi akan dikelompokkan dan

dianalisis berdasarkan komponen maknanya dalam bentuk tabel. Komponen

makna setiap entri tadi akan ditentukan sesuai kebutuhan. Setelah itu, analisis

data akan dilanjutkan dengan teknik substitusi untuk mendeskripsikan

hubungan kesinoniman dan makna yang terdapat dalam referen tersebut.

34

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Data

Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel dan deskripsi.

Tabel akan digunakan untuk merinci data sesuai dengan komponen maknanya.

Dalam tabel akan digunakan lambang (+), (-), dan (±). lambang (+) digunakan jika

komponen makna tertentu terdapat pada makna leksem yang dianalisis, (-) jika

komponen makna tertentu tidak terdapat pada leksem tersebut dan (±) jika komponen

makna terdapat dan ada kemungkinan tidak terdapat pada makna leksem tersebut

(Chaer, 2003:318). Selain bentuk tabel, data juga akan disajikan dalam bentuk

deskripsi, yaitu pemerian dalam kalimat secara jelas dan terperinci. Deskripsi ini

akan menjelaskan analisis data yang dilakukan dengan teknik substitusi. Dalam

pemerian data ini akan digunakan lambang (*) jika leksem yang disulih tidak

berterima dalam konteks.

35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh 4.1.1 Korpus Data Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh

Berdasarkan sumber data, peneliti telah mendata 124 medan makna leksem

adjektiva yang memiliki pasangan sinonim ke dalam korpus data. Leksem-leksem

tersebut dipisahkan berdasarkan komponen makna yang terkandung dalam setiap

adjektiva. Setelah itu, pasangan sinonim tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan tipe-

tipe adjektiva. Ke-124 medan makna tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Korpus Data Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

1. akhir (1) tulôt; (2) akhe; (3) bungsu; (4) seuleusoe; (5) tamam; (6) tamat

2. asam (1) asam; (2) masam 3. banci (1) dare; (2) kônsa; (3) ulaya 4. banyak (1) samuek; (2) meuseuè; (3) seurenga; (4) balak; (5) bôh-

bah; (6) damoh; (7) meukajun-kajun; (8) meukeuba-keuba; (9) le; (10) m’ue; (11) reughak

5. bau harum (1) meuhipaih-hipaih; (2) hireut; (3) hirôm; (4) hiru-biru; (5) mupaih; (6) seubôk; (7) seungam; (8) bangoe; (9) meudrô-drô

6. bau tak sedap (1) apak; (2) banga; (3) basi; (4) busôk; (5) ceungèh; (6) hangèk; (7) hanggôi; (8) meuh’ong; (9) hanyi; (10) kh’eb; (11) kh’ieng; (12) khie; (13) kh’ob; (14) khoih; (15) phong; (16) chueng; (17) reungie; (18) peungèt

7. bawah (1) yub; (2) barôh

36

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

8. bebas (1) labaih; (2) lheueh; (3) meureudéka; (4) bibeueh 9. belang (1) plang-plang; (2) piléh; (3) supak; (4) burék 10. bengkok

(1) awèk; (2) bungkôk; (3) ceukok; (4) meukiwieng; (5) kiwieng-kiwot; (6) meukudon; (7) rungkob; (8) rungkom; (9) leunték; (10) rungkok

11. berair/lembab (1) meuncong-ncong; (2) meulak-lak; (3) binyoe; (4) paseueng; (5) meukabiem; (6) juem

12. berani (1) beuhe; (2) brani; (3) ceubeueh; (4) geuh; (5) gagah; (6) jantan; (7) hô-hô

13. bercucuran (1) meureb-reb; (2) meureue-reue; (3) meureuen-reuen; (4) reujoh-reujah; (5) meuch’a-ch’a; (6) meudrab-drab; (7) meuheue-heue; (8) meudrô-drô; (9) meulak-lak

14. bersih (1) gléh; (2) khaih; (3) suci; (4) kuduih 15. besar (1) ranggong; (2) raya; (3) rayek; (4) agung; (5) akeuba 16. bingung (1) mameung; (2) meuragu; (3) teusangeu-sangeu; (4)

tutot; (5) teubinga-teubinga; (6) gameum; (7) gante; (8) itaite; (9) bingong

17. bodoh (1) budô; (2) dungèe; (3) ngeut; (4) ulok; (5) budueng; (6) moseutahé; (7) bang’ai; (8) beupak; (9) lok-lok

18. boros (1) mubadé; (2) rampuih; (3) rukheuek 19. bosan (1) leugeu; (2) beugeu; (3) glak; (4) lan; (5) pueh; (6)

suntôk 20. bulat (1) bulat; (2) bunta; (3) bunthok; (4) kumbob; (5) tu’ob 21. cepat (1) leugat; (2) pantai; (3) peuyeuri; (4) reujang; (5) sigra;

(6) draih; (7) bagaih; (8) deuru 22. dangkal (1) deue; (2) dè; (3) pusông 23. dekat (1) rapat; (2) toe; (3) akrab; (4) meusibimbaran; (5) c’èh;

(6) karib; (7) rab; (8) jap; (9) cuali 24. dingin (1) ceudèng; (2) leupie; (3) sidab 25. enak (1) mangat; (2) ladat; (3) simban 26. gatal (1) gatai; (2) leuho; (3) mèt-mot 27. gelap (1) padèe; (2) buta; (3) seupôt; (4) glap; (5) klam; (6)

glap gulita 28. gembung (1) leukeub; (2) pusông; (3) kumbéb; (4) seungkak; (5)

seungkôh; (6) beukob; (7) ceudeut; (8) ceudot; (9) keumbông; (10) keumong; (11) keutueb; (12) beungkak; (13) bluek; (14) licôh

29. gemetar (1) brudui; (2) meutat-tat; (3) mukot-kot; (4) meuyo-yo; (5) yo; (6) meukeuta

Lanjutan tabel…

37

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

30. gemuk (1) gulok; (2) lup’om; (3) subo; (4) teumbon; (5) tu’ob; (6) beugok

31. gila (1) seudèe; (2) dawai; (3) teudèe-dèe; (4) gila; (5) majeunun; (6) pungo; (7) rate

32. halus (1) lumat; (2) luti; (3) halôh 33. hamil (1) hamè; (2) tieuen; (3) brat; (4) bunténg; (5) mumè; (6)

ulu 34. hilang (1) leunyap; (2) leusap; (3) meub; (4) puli; (5) gayéb 35. hitam (1) sukla; (2) kléng; (3) galéng; (4) itam 36. jahat (1) bajeueng; (2) biheue; (3) bisoe; (4) boinana; (5) jheut;

(6) peunjurék; (7) risèe 37. jalang (1) bajeueng; (2) girang; (3) dakhat; (4) ganaih; (5)

gasang; (6) caih; (7) nakai; (8) chôk-cheuek; (9) jahé; (10) leuho

38. jauh (1) leusôh; (2) lanam; (3) meujarak; (4) jawôh; (5) jeuôh; (6) jinab

39. jera (1) inseueh; (2) jra 40. juling (1) juléng; (2) sarok 41. kalah (1) talô; (2) 1tiwaih 42. kantuk (1) leubui; (2) layôh; (3) seulio; (4) teungeut 43. kasar (1) gasa; (2) reuhiek; (3) reukieh; (4) reukeut; (5) guriek;

(6) bakai 44. kaya (1) makmu; (2) gani; (3) rampak 45. kebal (1) keubai; (2) nah’o 46. kecantikan fisik (1) maleh; (2) peureumoe; (3) rupaan; (4) sambinoe; (5)

samlakoe; (6) tari; (7) canték; (8) ceudaih; (9) meuch’ak; (10) dhiet; (11) gunjak; (12) jroh; (13) candén; (14) lagak; (15) bahie

47. kecil (1) cèk; (2) culib; (3) saghi; (4) ubit; (5) cut 48. kekal (1) baka; (2) keukai; (3) daém; (4) kadim 49. kental (1) ghuen; (2) likat; (3) likèk; (4) lindang; (5) kliet 50. kenyang (1) talak; (2) troe 51. keras (1) gong; (2) jagon; (3) krang; (4) kreueh; (5) ‘alumat; (6)

batat; (7) beuku; (8) kueuet; (9) bangkaran; (10) ceukang; (11) seunkom

52. kering (1) thô; (2) khueng; (3) keumarèe; (4) kréng; (5) leubot; (6) reueng; (7) roh; (8) ruek

53. keruh (1) krôh; (2) lidok; (3) ceukoe 54. kosong (1) dagéng; (2) gabuek; (3) soh; (4) roh

Lanjutan tabel…

38

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

55. kotor

(1) cèh-mèh; (2) ceuma; (3) jeurumeuih; (4) kulubana; (5) kuluténg; (6) lutôk; (7) keuta’in; (8) kulutok; (9) kuto; (10) leuta; (11) meukulup’ieh; (12) luteng; (13) seumak; (14) jeunabat; (15) hadaih

56. kuat (1) kukôh; (2) meureugoh; (3) pupôh; (4) seubeueh; (5) tangkoh; (6) teuga; (7) teugoh; (8) gagah; (9) kong; (10) kuat

57. kurus (1) pijuet; (2) bangkèh 58. laku/laris (1) lacab; (2) lagôt; (3) laréh 59. lama (1) tréb; (2) rana; (3) ambat 60. lapar (1) deuek; 1kla; (3) lapa 61. layu (1) layèe; (2) lô; (3) mala 62. lebat (1) leubat; (2) teutai; (3) tunjai; (4) dreueb; (5) jahôi; (6)

jai 63. lelah (1) leulah; (2) hèk; (3) leutéh; (4) reuah; (5) bhak 64. lemah (1) la’eh; (2) lasa; (3) lèk-pèk; (4) seubon; (5) leumon ;

(6) trok; (7) yeue-yeue; (8) leumoh 65. lembut (1) meunyèb-nyèb; (2) s’èb; (3) meucr’èt; (4) leunyè; (5)

leupon;(6) sapui; (7) basa 66. liar (1) jangai; (2) kleuet; (3) ladang; (4) ladong; (5) lahèe; (6)

gasang 67. luas (1) lamang; (2) luaih; (3) meuhajana; (4) lapang 68. lupa/lalai (1) tuwo (2) lale; (3); laloe (4) idan-idan; (5) seuhai 69. malas (1) malaih; (2) beuo; (3) meugeumpheue; (4) juon 70. malu (1) malèe; (2) kanjai; (3) sipu 71. mandul (1) ong; (2) eue; (3) male 72. manis (1) luwih; (2) mamèh; (3) leukiet 73. manja (1) ucè; (2) manja; (3) lu 74. marah (1) keumob; (2) murôk; (3) ngeurèn; (4) meusaluk; (5)

dheut; (6) amarah; (7) beungèh; (8) bingkèng; (9) gigéng; (10) birang; (11) bisèng; (12) bron; (13) ceuken; (14) ceungom; (15) côn; (16) cui; (17) cur’ien; (18) br’eun; (19) harok; (20) tunu; (21) ceu’o; (22) gr’am; (23) ‘eun; (24) bingét

75. mengkal (1) beungkai; (2) binyèt; (3) buriek; (4) pateuen; (5) nyèn; (6) jeureukat

76. miring (1) cake; (2) géng; (3) irang; (4) juréng; (5) layah; (6) reubah; (7) singèt; (8) sanggéng; (9) sijot; (10) landè; (11) sideu; (12) sirông; (13) sumpieng; (14) sundi; (15) suréng;

Lanjutan tabel…

39

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

(16) suyok; (17) undi; (18) baléng; (19) pilok; (20) sirông 77. miskin (1) damai; (2) dana; (3) kusong; (4) labeulala; (5) nadra;

(6) lutôk; (7) mopeuléh; (8) papa; (9) dak; (10) rungkeng; (11) gasien; (12) khèk

78. muda (1) seudang; (2) barô; (3) cut; (4) groh; (5) muda; (6) raeueng; (7) balia; (8) miet

79. mudah (1) mangat; (2) mudah 80. pahit (1) reuhang; (2) phét 81. panas (1) panaih; (2) paneuih; (3) peusam; (4) seumeunga; (5)

sia; (6) criet; (7) hogôb; (8) tutông; (9) seu-uem 82. pandai (1) lisék; (2) pinta; (3) bijak; (4) daki; (5) cathé; (6) pukta;

(7) ceuredék; (8) pandoe; (9) cako; (10) utoih; (11) mah’è; (12) peuseutari; (13) além; (14) malém; (15) carong; (16) ceudaih; (17) ahli

83. pandai berkata (1) pitah; (2) cangklak; (3) paseh; 84. panjang (1) buju; (2) carue; (3) jeunjang; (4) lampoe; (5) panyang;

(6) canggang; (7) capang; (8) leusôh 85. pedas (1) seu-uem; (2) peudaih; (3) tajam; (4) keu-eueng 86. pelit (1) bakhé; (2) kike; (3) kriet; (4) liet; (5) ceulici; (6)

keudeuk’èt; (7) meuidi-idi 87. pendek (1) ’èt; (2) guntoe; (3) kasèk; (4) padèk; (5) paneuk; (6)

pindèk; (7) reundah; (8) suoe; (9) deunak; (10) dugok; (11) singkat; (12) buké; (13) bukriek; (14) krèe; (15) pingko; (16) pr’ien

88. penuh (1) mumak-mak; (2) peunoh; (3) pipe; (4) sarat; (5) seudot; (6) seulesak; (7) seusak; (8) meudah-dah

89. pincang (1) cingkhèk-cingkhé; (2) tunggang-tungge; (3) cakeue; (4) capiek; (5) ceungkhok-ceungkhé; (6) punggang-punggét; (7) meupunggét

90. pucat (1) pucat; (2) biliek 91. pusing (1) pitam; (2) puséng; (3) ayeue; (4) mumang; (5) pilu; (6)

hayut; (7) peunèng 92. putih (1) jagat; (2) jaliek; (3) pleuen; (4) putéh 93. rajin (1) gigéh; (2) jeumot; (3) seubat 94. rakus (1) lab-lab; (2) leuha; (3) teungab-ngab; (4) geureuda; (5)

haleumab; (6) jumoh; (7) lumbeh; (8) teumeu’an; (9) lubha 95. rapi (1) seurunoh; (2) cakab; (3) gie; (4) reumpan; (5) saneub 96. rapuh (1) krang; (2) leumpôk; (3) leup’ueb; (4) rampang; (5) brè;

(6) rapôih; (7) bra; (8) brue

Lanjutan tabel…

40

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

97. rasa tawar/hambar (1) tabeue; (2) tawa; (3) leubie; (4) cueueng 98. renggang/longgar (1) reunggang; (2) sirang; (3) guruek 99. retak (1) crah; (2) reutak; (3) seureupéh; (4) reungat 100. ringan (1) ambông; (2) ampông; (3) apông; (4) phui 101. runcing (1) tirut; (2) 1cincu; (3) mancong 102. sakit (1) seungkoe; (2) beragan; (3) c’eut; (4) ngob-ngob; (5)

pileue; (6) reukam; (7) ngilu; (8) keuboih; (9) reumon; (10) sakét; (11) ngab-ngab

103. samar-samar (1) sapu; (2) bayeuen; (3) rameung; (4) bring-bring; (5) sayop

104. sangat masak (1) riek; (2) reuntah; (3) leubaih; (4) leuiet 105. sedih (1) beusôt; (2) suroi; (3) rugha; (4) seudéh 106. sedikit (1) liem; (2) nit; (3) t’ieng; (4) bacut; (5) cr’èt-br’èt; (6) dit 107. senang

(1) gatu; (2) geuma; (3) seumèng; (4) seunang; (5) suka; (6) cateadeuria; (7) gura; (8) reuya; (9) seu-u; (10) deuria

108. sengau (1) ch’o; (2) rih’ot ; (3) paro 109. sesak (1) buem; (2) ue; (3) seunak; (4) huek; (5) meusak-sak 110. setia (1) seutia; (2) baét 111. sombong (1) teukabo; (2) ugoh; (3) akeumak; (4) bhông; (5) bob; (6)

jungkat; (7) mbông; (8) bako; (9) mutakabirin; (10) pungah; (11) ujob

112. sunyi (1) seungue; (2) meukhab; (3) leukhab; (4) seungap; (5) sunyoe; (6) iem

113. susah (1) payah; (2) sanien; (3) soh-sah; (4) alangan; (5) duka; (6) meuseuké; (7) sangsara

114. takut (1) ngeudéh; (2) kuyu; (3) meuh’eueb-h’eueb; (4) geusuen; (5) ngeuri; (6) ugah

115. tawa (1) khak-khak; (2) khak-khik; (3) khek-khek; (4) lingah; (5) geuso; (6) muhak-hak

116. terang (1) peungeuih;(2) sapha; (3) trang; (4) bandrang; (5) jeureuleng; (6) jeuereungèh; (7) deuih; (8) jeulaih

117. tidak bersemangat (1) bron; (2) cr’on-br’on; (3) krôt-kreuet; (4) seu-i 118. tidak bernyawa

lagi (1) mate; (2) phana; (3) punah; (4) mampuih; (5) mangkat; (6) cahid; (7) bug’èng; (8) kom

119. tinggi (1) leusôh; (2) leubu; (3) manyang; (4) ta’ala; (5) tinggi; (6) ampu; (7) cot; (8) lanam; (9) aliah

120. tipis (1) lipéh; (2) ranggaih 121. tonggos/monyong (1) caheueng; (2) munyông 122. tua (1) chik; (2) kute; (3) tuha; (4) meungkôk-ungkôk; (5)

Lanjutan tabel…

41

No. Medan Makna Pasangan Sinonim

useueng; (6) utok 123. tuli (1) tuloe; (2) beungkak; (3) klo; (4) peukak 124. tumpul (1) suoe; (2) loe; (3) majai; (4) malap; (5) ong; (6) tumpôi;

(7) bugam; (8) gabai

4.1.2 Pengelompokan Pasangan Sinonim Berdasarkan Tipe Adjektiva

Tabel 4.2 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Sikap, Tabiat, atau Perilaku Batin Manusia

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 12 berani (1) beuhe (2) brani (3) ceubeueh (4) geueh (5) gagah (6) jantan (7) hô-hô

(1) ‘berani’ ‘perkasa’ (2) ‘berani’ (3) ‘berani’ (4) ‘lebih berani’ (5) ‘berani’ ‘gagah’ (6) ‘jantan’ ‘berani’ (7) ‘tidak takut pada apapun’

2. 16 bingung (1) mameung

(2) meuragu (3) teusangeu-

sangeu (4) tutot (5) teubinga-

teubinga (6) gameum (7) gante

(8) itaite

(9) bingong

(1) ‘termangu-mangu’ ‘bingung’

(2) ‘bingung’ (3) ‘terbingung-bingung’

‘terheran-heran’ (4) ‘bingung’ (5) ‘bingung’

(6) ‘bingung’ (7) ‘termangu-mangu’

‘bingung’ (8) ‘tidak tahu apa yang

dilakukan’ (9) ‘bingung’

3. 18 boros (1) mubadé (2) rampuih

(1) ‘mubazir’ (2) ‘boros’

Lanjutan tabel…

42

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(3) rukheuek (3) ‘boros’ ‘royal’ 4. 31 gila (1) seudèe

(2) dawai (3) teudèe-dèe (4) gila (5) majeunun (6) pungo (4) rate

(1) ‘kurang waras’ ‘gila’ (2) ‘gila’ (3) ‘setengah gila’ (4) ‘gila’ (5) ‘gila’ (6) ‘gila’ (7) ‘tidak waras’

5. 36 jahat (1) bajeueng (2) biheue (3) bisoe (4) boinana (5) jheut (6) peunjurék (8) risèe

(1) ‘jahat’ (2) ‘jahat’ ‘nakal’ (3) ‘jahat’ (4) ‘jahat’ (dalam hikayat) (5) ‘jahat’ ‘buruk’ (6) ‘jahat’ ‘bangsat’ ‘keji’ (7) ‘jahat’

6. 37 jalang (1) bajeueng (2) girang (3) dakhat (4) ganaih (5) gasang (6) caih (7) nakai (8) chôk-cheuek (9) jahé (10) leuho

(1) ‘sundal’ (2) ‘girang kepada laki-laki

atau kepada wanita’ (3) ‘jalang’ ‘cabul’ (4) ‘jalang’ (5) ‘liar’ ‘gansang’ (6) ‘ingin diperhatikan’ (7) ‘nakal’ ‘jalang’ (8) ‘cabul’ (9) ‘jahil’ ‘cabul’ (10) ‘sangat gatal’

7. 50 kenyang (1) talak (2) troe

(1) ‘lebih dari kenyang’ (2) ‘kenyang’

8. 68 lupa/lalai (1) akeumak (2) tuwo (3) lale (4) laloe (5) idan-idan (6) seuhai

(1) ‘kelupaan’ (2) ‘lupa’ (3) ‘lalai’ ‘lengah’ ‘alpa’ (4) ‘asyik’ ‘lalai’ (5) ‘pikun’ (6) ‘lalai’

9. 69 malas (1) malaih (2) beuo (3) meugeumpheue (4) juon

(1) ‘malas’ (2) ‘malas’ ‘enggan berbuat

sesuatu’ (3) ‘bermalas-malasan’ (4) ‘malas’

Lanjutan tabel…

43

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

10. 70 malu (1) malèe (2) kanjai (3) sipu

(1) ‘malu’ (2) ‘sangat memalukan’ (3) ‘sipu’ ‘malu’

11. 73 manja (1) ucè (2) manja (3) lu

(1) ‘manja’ (2) ‘manja’ (dalam hikayat) (3) ‘manja’

12. 74 marah (1) keumob (2) murôk (3) ngeurèn (4) meusaluk (5) dheut (6) amarah (7) beungèh (8) bingkèng (9) gigéng (10) birang (11) bisèng (12) bron (13) ceuken (14) ceungom (15) côn (16) cui (17) cur’ien (18) br’eun (19) harok (20) tunu (21) ceu’o (22) gr’am (23) ‘eun (24) bingét

(1) ‘mulut menganga karena merajuk’

(2) ‘lekas marah’ (3) ‘marah’ ‘murka’ (4) ‘merajuk’ (5) ‘marah’ (6) ‘marah’ ‘geram’ ‘jengkel’ (7) ‘marah’ ‘geram’ ‘murka’ (8) ‘mudah marah’ ‘mudah

tersinggung’ (9) ‘marah’ (10) ‘berang’ (dalam hikayat) (11) ‘mudah merajuk’ (12) ‘amarah’ (13) ‘pemarah’ ‘bermuka

masam’ (14) ‘merajuk’ (15) ‘muram’ ‘marah’

‘bermuka masam’ (16) ‘muram’ ‘marah’ (17) ‘pemarah’ (18) ‘perasaan tidak senang’

‘mendongkol’ (19) ‘marah’ (20) ‘jengkel’ (21) ‘merajuk’ (22) ‘murka’ ‘sakit hati’ (23) ‘jengkel’ (24) ‘sakit hati’

13. 83 pandai berkata

(1) pitah (2) cangklak (3) paseh

(1) ‘petah’ ‘pandai berkata’ (2) ‘petah’ ‘pandai berkata’ (3) ‘petah’ ‘pandai berkata’

14. 86 pelit (1) bakhé (1) ‘bakhil’ ‘pelit’ ‘kikir’

Lanjutan tabel…

44

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(2) kike

(3) kriet (4) liet (5) ceulici (6) keudeuk’èt (7) meuidi-idi

(2) ‘kikir’ ‘pelit’ (dalam hikayat)

(3) ‘pelit’ ‘kikir’ (4) ‘pelit’ (5) ‘kikir’ (6) ‘kikir’ (7) ‘mementingkan miliknya

sendiri’ 15. 91 pusing (1) pitam

(2) puséng (3) ayeue (4) mumang (5) pilu (6) hayut

(7) peunèng

(1) ‘pitam’ ‘pusing’ ‘pingsan’ (2) ‘pusing’ (3) ‘pusing’ ‘pening’ (4) ‘pusing’ ‘pening’ (5) ‘pusing’ (6) ‘pening’ ‘pitam jika

berada di atas ketinggian tanah’

(7) ‘pening’ 16. 93 rajin (1) gigéh

(2) jeumot (3) seubat

(1) ‘rajin’ (2) ‘rajin’ (3) ‘giat’

17. 94 rakus (1) lab-lab (2) leuha (3) teungab-ngab (4) geureuda (5) haleumab (6) jumoh

(7) lumbeh (8) teumeu’an (9) lubha

(1) ‘rakus’ ‘gelojoh’ (2) ‘rakus’ ‘gelojoh’ (3) ‘rakus’ ‘tamak’ (4) ‘rakus’ (5) ‘rakus’ (6) ‘rakus kepada milik orang

lain’ (7) ‘loba’ ‘tamak’ (8) ‘tamak’ ‘loba’ (9) ‘loba’ ‘tamak’ ‘rakus’

‘serakah’ 18. 102 sakit (1) seungkoe

(2) beragan

(3) c’eut

(4) ngob-ngob

(1) ‘sakit yang mencucuk-cucuk’

(2) ‘selalu sakit-sakitan’ ‘merana’

(3) ‘sakit yang berdenyut-denyut’

(4) ‘berdenyut-berdenyut karena sakit’

Lanjutan tabel…

45

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(5) pileue

(6) reukam (7) ngilu (8) keuboih (9) reumon

(10) sakét (11) ngab-ngab

(5) ‘sakit kembali setelah sembuh’

(6) ‘sakit’ ‘merasakan sangat sakit’

(7) ‘ngilu’ (8) ‘kebas’ (9) ‘babak-belur’ ‘terasa

sakit’ (10) ‘sakit’ (11) ‘berdenyut-denyut’

(sakit di tulang) 19. 105 sedih (1) beusôt

(2) suroi (3) rugha (4) seudéh

(1) ‘sedih’ (2) ‘masygul’ ‘sedih’ (3) ‘sedih’ ‘duka cita’ (4) ‘sedih’

20. 107 senang (1) gatu (2) geuma (3) seumèng (4) seunang (5) suka (6) cateadeuria (7) gura (8) reuya (9) seu-u (10) deuria

(1) ‘senang hati’ ‘suka cita’ (2) ‘senang hati’ ‘gembira’ (3) ‘senang hati’ (4) ‘senang hati’ (5) ‘senang’ ‘gembira’ ‘riang’ (6) ‘girang’ ‘riang’ (7) ‘riang’ (8) ‘ria’ ‘riang’ ‘gembira’ (9) ‘gembira’ ‘riang sekali’ (10) ‘ria’ (dalam hikayat)

21. 110 setia (1) seutia (2) baét

(1) ‘setia’ ‘jujur’ (2) ‘setia’

22. 111 sombong (1) teukabo (2) ugoh (3) akeumak (4) bhông (5) bob (6) jungkat (7) mbông

(8) bako (9) mutakabirin (10) pungah

(1) ‘takabur’ ‘sombong’ ‘congkak’

(2) ‘sombong’ ‘congkak’ (3) ‘sombong’ (4) ‘sombong’ (5) ‘sombong’ (6) ‘sombong’ ‘angkuh’ (7) ‘sombong’ ‘congkak’

‘angkuh’ ‘sombong’ (8) ‘sombong’ (9) ‘sombong’ (10) ‘sombong’

Lanjutan tabel…

46

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(11) ujob (11) ‘sombong’ 23. 114 takut (1) ngeudéh

(2) kuyu (3) meuh’eueb-

h’eueb

(4) geusuen (5) ngeuri (6) ugah

(1) ‘takut’ (dalam hikayat) (2) ‘takut’ (3) ‘ketakutan’ (tidak dapat

bernapas karena ketakutan)

(4) ‘takut’ (5) ‘takut’ (6) ‘takut’ ‘gentar’ (dalam

hikayat)’ 24. 115 tawa (1) khak-khak

(2) khak-khik (3) khek-khek (4) lingah (5) geuso (6) muhak-hak

(1) ‘tertawa terbahak-bahak’ (2) ‘tertawa terbahak-bahak’ (3) ‘terkekeh-kekeh’ (4) ‘suka tertawa tanpa sebab’ (5) ‘tertawa secara tidak

sopan’ (6) ‘tertawa dengan mulut

ternganga’ 25. 117 tidak

bersemangat

(1) bron (2) cr’on-br’on (3) krôt-kreuet (4) seu-i

(1) ‘tidak bersemangat’ (2) ‘tidak bersemangat’ (3) ‘tidak enak badan’ (4) ‘merasa agak demam’

Tabel 4.3 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Keadaaan Bentuk

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 20 bulat

(1) bulat (2) bunta (3) bunthok (4) kumbob (5) tu’ob

(1) ‘bulat’ (2) ‘bulat’ ‘bundar’ (3) ‘bulat’ (4) ‘bulat’ ‘gembung’ (5) ‘bulat’ ‘gemuk dan pendek’

2. 28 gembung (1) leukeub (2) pusông (3) kumbéb

(1) ‘gembung’ ‘bengkak’ (2) ‘busung’ ‘gembung karena

penyakit’ (3) ‘gembung pipi’

Lanjutan tabel…

47

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(4) seungkak (5) seungkôh

(6) beukob (7) ceudeut

(8) ceudot (9) keumbông (10) keumong (11) keutueb (12) beungkak (13) bluek (14) licôh

(4) ‘gembung’ ‘bengkak’ (5) ‘membengkak’

‘menggembung’ (6) ‘cembung’ ‘gembung pipi’ (7) ‘menggembung’

‘membengkak’ (8) ‘benjol’ ‘membengkak’ (9) ‘gembung’ (10) ‘kembung’ ‘gembung’

‘kembang’ (11) ‘menggembung’ ‘memben

gkak’ (12) ‘bengkak’ (13) ‘bengkak’ ‘sembab’ (14) ‘bengkak karena gigitan

serangga’ 3. 76 miring

(1) cake (2) géng (3) irang (4) juréng (5) layah (6) reubah (7) singèt (8) sanggéng (9) sijot (10) landè (11) sideu (12) sirông (13) sumpieng (14) sundi (15) suréng (16) suyok (17) undi (18) baléng (19) pilok

(20) sirông

(1) ‘miring dan tegang’ (untuk leher)

(2) ‘miring’ (3) ‘miring’ (4) ‘miring’ (5) ‘miring’ (6) ‘miring’ ‘curam’ (7) ‘miring ke suatu arah’ (8) ‘miring’ ‘curam’ (9) ‘miring’ (10) ‘landai’ ‘miring sedikit’ (11) ‘miring’ (12) ‘miring’ (13) ‘agak miring’ (14) ‘miring sekali ke bawah’ (15) ‘miring’ (16) ‘miring’ (17) ‘miring ke atas’ (18) ‘sedikit miring’ (19) ‘miring’ ‘terurai sendi

karena terpeleset’ (20) ‘serong’

4. 101 runcing (1) tirut (1) ‘lancip’ ‘runcing’

Lanjutan tabel…

48

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(2) cincu (3) mancong

(2) ‘runcing’ (3) ‘mancung’ ‘runcing’

5. 10 bengkok

(1) awèk (2) bungkôk (3) ceukok

(4) kiwieng (5) kiwieng-kiwot (6) kudon

(7) rungkob (8) rungkom (9) leunték (10) rungkok

(1) ‘bengkok’ (2) ‘bungkuk’ ‘bengkok’ (3) ‘bungkuk’ ‘bengkok’

‘melengkung’ (4) ‘bungkuk’ ‘bengkok’ (5) ‘bengkok-bengkok’ (6) ‘membengkok’

‘membungkuk’ (7) ‘bengkok ke atas dan

bertemu sesamanya’ (8) ‘melengkung atau bengkok

ke atas dan bertemu sesamanya’

(9) ‘lentik’ (10) ‘bengkok atau bungkuk

disebabkan usia’

Tabel 4.4 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Ukuran

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 4 banyak (1) samuek (2) meuseuè (3) seurenga (4) balak (5) bôh-bah (6) damoh (7) meukajun-kajun (8) meukeuba-

keuba (9) le (10) m’ue

(1) ‘banyak’ (2) ‘banyak sekali’ (3) ‘banyak sekali’ (4) ‘banyak sekali’ (5) ‘banyak sekali’ ‘melimpah

ruah’ (6) ‘banyak’ (dalam hikayat) (7) ‘sangat banyak’ (dalam

hikayat) (8) ‘sangat banyak’ (dalam

hikayat) (9) ‘banyak’ (10) ‘bertambah banyak’

Lanjutan tabel…

49

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(11) reughak (11) ‘banyak sekali’ 2. 7 bawah (1) yub

(2) barôh (1) ‘di bawah’ ‘ruang bawah’ (2) ‘bawah’ ‘di bawah’

3. 15 besar (1) ranggong (2) raya (3) rayek (4) agung (5) akeuba

(1) ‘besar’ (2) ‘raya’ ‘besar’ (3) ‘besar’ ‘dewasa’ (4) ‘agung’ ‘besar’ (5) ‘akbar’ ‘maha besar’

4. 22 dangkal (1) deue (2) dè (3) pusông

(1) ‘dangkal’ (2) ‘tidak dalam’ (3) ‘dangkal’

5. 47 kecil (1) cèk (2) culib (3) saghi (4) ubit (5) cut

(1) ‘kecil’ (2) ‘kecil tapi kuat’ (3) ‘kecil’ ‘di bawah umur’ (4) ‘kecil’ (5) ‘kecil’

6. 67 luas (1) lamang (2) luaih (3) meuhajana (4) lapang

(1) ‘lapang’ ‘sangat luas’ (2) ‘luas’ ‘lapang’ ‘lebar’ (3) ‘sangat luas’ (4) ‘lapang’

7. 84 panjang (1) buju (2) carue (3) jeunjang (4) lampoe (5) panyang (6) canggang (7) capang (8) leusôh

(1) ‘bujur’ ‘panjang’ (2) ‘panjang dan kurus tak

berimbang’ (3) ‘panjang dan ramping’ (4) ‘sangat panjang’ (5) ‘panjang’ (6) ‘jangkung’ ‘panjang kaki’ (7) ‘capang’ (8) ‘panjang dan besar’

8. 87 pendek (1) ’èt (2) guntoe (3) kasèk (4) padèk (5) paneuk (6) pindèk (7) reundah (8) suoe

(1) ‘ukuran yang dianggap sedikit’

(2) ‘pendek gemuk’ (3) ‘pendek dan kokoh’ (4) ‘pendek dan kekar’ (5) ‘pendek’ ‘rendah’ (6) ‘pendek’ ‘kecil’ (7) ‘rendah’ ‘pendek kecil’ (8) ‘pendek dan tumpul’

‘pendek dan gemuk’

Lanjutan tabel…

50

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(9) deunak (10) dugok (11) singkat (12) buké (13) bukriek (14) krèe (15) pingko (16) pr’ien

(9) ‘denak’ (10) ‘pendek dan lebar’ (11) ‘singkat’ ‘pendek sekali’ (12) ‘kecil’ ‘katai’ (13) ‘cebol’ ‘tidak mau tumbuh’ (14) ‘kerdil’ (15) ‘kerdil’ (16) ‘tetap kerdil’

9. 88 penuh (1) mumak-mak

(2) peunoh (3) pipe (4) sarat (5) seudot (6) seulesak (7) seusak (8) meudah-dah

(1) sangat penuh mencapai tepinya’

(2) ‘penuh’ ‘berisi’ (3) ‘sangat penuh’ (4) ‘sarat’ ‘penuh sekali’ (5) ‘penuh sekali’ (6) ‘penuh sekali’ ‘padat’ (7) ‘sesak’ ‘penuh sekali’ (8) ‘melimpah ruah’

10. 106 sedikit (1) liem (2) nit (3) t’ieng (4) bacut (5) cr’èt-br’èt (6) dit

(1) ‘sedikit sekali’ (2) ‘sedikit’ (3) ‘sedikit sekali’ (4) ‘sedikit’ (5) ‘sedikit-sedikit’ (6) ‘sedikit’

11. 119 tinggi (1) leusôh (2) leubu (3) manyang (4) ta’ala (5) tinggi (6) ampu (7) cot (8) lanam (9) aliah

(1) ‘tinggi’ (2) ‘sangat tinggi’ (3) ‘tinggi’ (4) ‘(yang) maha tinggi’ (5) ‘tinggi’ (dalam hikayat) (6) ‘lebih tinggi’ (7) ‘terletak tinggi’ (8) ‘tinggi sekali’ (9) ‘tinggi’ ‘agung’

12. 120 tipis (1) lipéh (2) ranggaih

(1) ‘tipis’ ‘halus’ (2) ‘tipis’ ‘ranggas’

Lanjutan tabel…

51

Tabel 4.5 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Waktu dan Usia

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 21 cepat (1) leugat (2) pantai

(3) peuyeuri (4) reujang (5) sigra (6) draih (7) bagaih (8) deuru

(1) ‘cepat’ ‘segera’ (2) ‘cepat’ ‘lekas’ (dalam

hikayat) (3) ‘cepat’ ‘lekas’ ‘segera’ (4) ‘segera’ ‘cepat’ (5) ‘segera’ ‘cepat’ (6) ‘cepat’ ‘deras’ (7) ‘cepat’ ‘segera’ ‘lekas’ (8) ‘sangat cepat’

2. 59 lama (1) tréb (2) rana (3) ambat

(1) ‘lama’ ‘lambat’ (2) ‘lama’ ‘menahun’ (3) ‘lama-lama’

3. 75 mengkal (1) beungkai (2) binyèt (3) buriek (4) pateuen (5) nyèn (6) jeureukat

(1) ‘mengkal’ ‘setengah masak’ (2) ‘setengah masak’ (3) ‘setengah masak’ (4) ‘setengah masak’ (5) ‘setengah masak’ (6) ‘setengah masak’

4. 78 muda (1) seudang (2) barô (3) cut (4) groh (5) muda (6) raeueng (7) balia (8) miet

(1) ‘sedang’ ‘muda’ ‘belia’ (2) ‘baru’ ‘muda’ ‘belia’ (3) ‘muda’ (4) ‘muda sekali’ (5) ‘muda’ (6) ‘awet muda’ (7) ‘belia’ (8) ‘kecil’ ‘muda’

5. 104 sangat masak

(1) riek (2) reuntah (3) leubaih (4) leuiet

(1) ‘masak dan kering sekali’ (2) ‘masak sekali’ (3) ‘sangat ranum’ (4) ‘sangat masak’

6. 122 tua (1) chik (2) kute (3) tuha (4) meungkôk-

ungkôk (5) useueng (6) utok

(1) ‘tua’ (2) ‘tua dan kering’ (3) ‘tua’ (4) ‘sangat tua’

(5) ‘usang’ (6) ‘sangat tua’

52

Tabel 4.6 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Warna

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 9 belang (1) plang-plang (2) piléh (3) supak (4) burék

(1) ‘belang-belang’ (2) ‘belang-belang’ (3) ‘sopak’ (4) ‘burik’

2. 35 hitam

(1) sukla (2) kléng (3) galéng (4) itam

(1) ‘hitam sekali’ ‘hitam ‘lebam’ (2) ‘hitam keling’ (3) ‘hitam legam’ (4) ‘hitam’ ‘gelap’

3. 90 pucat (1) pucat (2) biliek

(1) pucat’ ‘pudar’ ‘lesu’ (2) pucat

4. 92 putih

(1) jagat (2) jaliek (3) pleuen (4) putéh

(1) ‘berwarna keputih-putihan’ (2) ‘putih pucat’ (3) ‘agak putih’ (4) ‘putih’

Tipe 4.7 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Jarak

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 19 bosan (1) leugeu (2) beugeu (3) glak (4) lan (5) pueh (6) suntôk

(1) ‘jemu’ ‘jenuh’ ‘bosan’ (2) ‘jemu’ ‘muak’ (3) ‘bosan’ ‘muak’ (4) ‘bosan’ ‘jemu’ (5) ‘jemu’ (6) ‘suntuk’

2. 23 dekat

(1) rapat (2) toe (3) akrab (4) meusibimbaran

(5) c’èh (6) karib

(7) rab

(1) ‘rapat’ ‘dekat’ (2) ‘dekat’ (3) ‘dekat’ ‘akrab’ (4) ‘berdekat-dekatan’ (dalam

hikayat) (5) ‘dekat sekali’ (6) ‘dekat’ ‘karib’ (dalam

hikayat) (7) ‘dekat’ ‘hampir’

53

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(8) jap (9) cuali

(8) ‘rapat’ (9) ‘bersahabat dekat’

3. 38 jauh

(1) leusôh (2) lanam (3) meujarak (4) jawôh (5) jeuôh (6) jinab

(1) ‘jauh’ (2) ‘jauh sekali’ (3) ‘jauh’ (4) ‘jauh’ (dalam mantra) (5) ‘jauh’ (6) ‘jauh sekali’

4. 62 lebat

(1) leubat (2) teutai (3) tunjai (4) dreueb (5) jahôi (6) jai

(1) ‘lebat’ ‘penuh’ ‘tebal’ (2) ‘tebal’ ‘lebat’ ‘padat’ (3) ‘lebat’ ‘rapat’ (4) ‘lebat’ (5) ‘lebat’ (6) ‘lebat sekali’

5. 98 renggang/ longgar

(1) reunggang (2) sirang (3) guruek (4) seundèt

(1) ‘renggang’ ‘tidak rapat’ (2) ‘renggang’ (3) ‘longgar’ (4) ‘longgar’ ‘kendur’

Tabel 4.8 Tipe adjektiva yang Menyatakan Kuasa Tenaga

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 56 kuat

(1) kukôh (2) meureugoh (3) pupôh

(4) seubeueh (5) tangkoh (6) teuga (7) teugoh (8) gagah

(9) kong (10) kuat

(1) ‘kokoh’ ‘kuat’ (2) ‘kuat berani’ ‘tegap’ (3) ‘kuat’ ‘kokoh’ (dalam

hikayat) (4) ‘besar dan kuat’ ‘tangguh’ (5) ‘kuat’ (6) ‘kuat’ (7) ‘teguh’ ‘kokoh’ (8) ‘gagah’ ‘kuat’ (dalam

hikayat) (9) ‘kuat’ ‘kokoh’ (10) ‘kuat’

2. 63 lelah (1) leulah (1) ‘lelah’ ‘penat’ (dalam

Lanjutan tabel…

54

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(2) hèk (3) leutéh (4) reuah (5) bhak

hikayat) (2) ‘lelah’ (3) ‘letih’ ‘lelah’ ‘penat’ (4) ‘lelah sekali’ (5) ‘lelah sekali’

3. 64 lemah (1) la’eh (2) lasa (3) lèk-pèk (4) seubon (5) leumon (6) trok (7) yeue-yeue (8) leumoh

(1) ‘daif’ ‘lemah’ (2) ‘lasa’ ‘lumpuh’ ‘lemah’ (3) ‘lemah’ ‘tidak berdaya’ (4) ‘lemah’ (5) ‘lemah’ ‘lembek’ (6) ‘teruk’ ‘lemah sekali’ (7) ‘lemah’ ‘terasa lemah’ (8) ‘lemah’

4. 100 ringan (1) ambông (2) ampông (3) apông (4) phui

(1) ‘ringan’ (2) ‘ringan’ ‘apung’ (3) ‘apung’ enteng’ ‘ringan’ (4) ‘ringan’ ‘enteng’

Tabel 4.9 Tipe Adjektiva yang Menyatakan Kesan atau Penilaian Indera

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 2 asam (1) asam (2) masam

(1) ‘asam’ ‘masam’ (2) ‘asam’ ‘masam’

2. 11 berair/ lembab

(1) meuncong-ncong

(2) meulak-lak (3) binyoe (4) paseueng (5) meukabie (6) juem

(1) ‘berair’

(2) ‘selalu berair’ ‘lembab’ (3) ‘berair’ (4) ‘menjadi lembab’ (5) ‘berair’ (6) ‘basah’

3. 5 bau harum (1) meuhipaih-hipaih

(2) hireut (3) hirôm (4) hiru-biru

(1) ‘semerbak’

(2) ‘semerbak’ (3) ‘harum’ (4) ‘semerbak’ (dalam hikayat)

Lanjutan tabel…

55

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(5) mupaih (6) seubôk (7) seungam (8) bangoe (9) meudrô-drô

(5) ‘semerbak’ (6) ‘semerbak’ (7) ‘wangi’ (8) ‘wangi’ (9) ‘semerbak’

4. 6 bau tak sedap

(1) apak (2) banga (3) basi (4) busôk (5) ceungèh (6) hangèk (7) hanggôi (8) meuh’ong (9) hanyi (10) kh’eb (11) kh’ieng (12) khie (13) kh’ob (14) khoih (15) phong (16) chueng (17) reungie (18) peungèt

(1) ‘bau apak’ (2) ‘bau bangar’ (3) ‘bau basi’ (4) ‘bau busuk’ (5) ‘bau cengis’ ‘bau sangit’ (6) ‘bau sangit’ (7) ‘bau celurut’ (8) ‘bau maung’ (9) ‘bau amis’ (10) ‘bau busuk’ (11) ‘bau busuk’ (12) ‘bau tengik’ (13) ‘bau busuk’ (14) ‘kaeadaan apak’ (15) ‘bau busuk’ (16) ‘bau pesing’ (17) ‘bau busuk’ (18) ‘bau angit’

5. 25 enak (1) mangat (2) ladat (3) simban

(1) ‘enak’ (2) ‘lezat’ ‘nikmat’ (3) ‘enak’ ‘sedap’

6. 26 gatal

(1) gatai (2) leuho (3) mèt-mot

(1) ‘gatal’ (2) ‘sangat gatal’ (3) ‘gatal’

7. 32 halus (1) lumat (2) luti (3) halôh

(1) ‘lumat’ ‘halus’ (2) ‘halus sekali’ (3) ‘halus’

8. 43 kasar (1) gasa (2) reuhiek (3) reukieh (4) reukeut (5) guriek (6) bakai

(1) ‘kasar’ (2) ‘kasar’ (3) ‘tidak rata’ ‘kasar’ (4) ‘kesat’ ‘kasar’ (5) ‘kasar’ ‘belum licin’ (6) ‘tampak kasar’

9. 46 kecantikan (1) maleh (1) ‘cantik’

Lanjutan tabel…

56

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

fisik

(2) peureumoe (3) rupaan (4) sambinoe (5) samlakoe (6) tari (7) canték (8) ceudaih (9) meuch’ak (10) dhiet

(11) gunjak (12) jroh (13) candén (14) lagak (15) bahie

(2) ‘cantik jelita’ (3) ‘cantik’ ‘rupawan’ (4) ‘cantik jelita’ (5) ‘tampan’ (6) ‘cantik’ ‘indah’ (7) ‘cantik’ (8) ‘cantik dan pintar’ (9) ‘cantik’ ‘gagah’ ‘tampan’ (10) ‘cantik dalam

berpakaian’ (11) ‘cantik’ ‘gagah’ (12) ‘indah’ ‘cantik’ ‘bagus’ (13) ‘cantik’ ‘jelita’ (14) ‘cantik’ (15) ‘pesolek’

10. 51 keras

(1) gong (2) jagon (3) krang (4) kreueh (5) seunkom (6) ‘alumat (7) batat (8) kueuet (9) beuku (10) bangkaran (11) ceukang

(1) ‘tegang’ ‘keras’ ‘kaku’ (2) ‘keras’ (3) ‘keras dan rapuh’ (4) ‘keras’ ‘tegang’ (5) ‘keras’ (6) ‘keras’ (7) ‘keras’ ‘tidak mau masak’ (8) ‘kaku’ (9) ‘beku’ (10) ‘kaku’ ‘mengeras’ (11) ‘tegang’ ‘kaku’

11. 60 lapar (1) deuek (2) kla (3) lapa

(1) ‘lapar’ (2) ‘kelaparan’ (3) ‘lapar’

12. 65 lembut

(1) meunyèb-nyèb (2) s’èb

(3) meucr’èt (4) leunyè (5) leupon (6) sapui (7) basa

(1) ‘lembut jika dipegang’ (2) ‘lembut dan mudah

menyayat’ (3) ‘lembut sekali’ (4) ‘sangat lembut’ ‘lunak’ (5) ‘lunak’ ‘lembut’ (6) ‘lembut’ ‘sepoi-sepoi’ (7) ‘lembut’

13. 72 manis

(1) luwih (2) mamèh

(1) ‘sangat manis’ (2) ‘manis’

Lanjutan tabel…

57

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna

Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(3) leukiet (3) ‘likat’ ‘sangat manis’ 14. 80 pahit

(1) reuhang (2) phét

(1) ‘sepat’ ‘kelat’ ‘pahit’ (2) ‘pahit’

15. 85 pedas

(1) seu-uem (2) peudaih (3) tajam (4) keu-eueng

(1) ‘pedas atau panas di lidah’ (2) ‘pedas’ (3) ‘pedas’ (untuk lada) (4) ‘pedas’

16. 103 samar-samar

(1) Sapu (2) bayeuen (3) rameung

(4) bring-bring (5) sayop

(1) ‘samar-samar’ ‘berkabut’ (2) ‘samar-samar’ (3) ‘samar-samar’ ‘remang-

remang’ (4) ‘tampak berkabut’ (5) ‘sayup’

17. 97 rasa tawar/ hambar

(1) tabeue (2) tawa (3) leubie (4) cueueng

(1) ‘tawar’ ‘hambar’ (2) ‘tawar’ ‘hambar’ (3) ‘tawar’ ‘hambar’ (4) ‘tawar’ ‘hambar’

Tabel 4.10 Tipe Adjektiva Pemeri Sifat yang Memerikan Kualitas dan Intensitas yang Bercorak Fisik atau Mental

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 8 bebas (1) Labaih (2) lheueh (3) meureudéka (4) bibeueh

(1) ‘bebas’ (2) ‘bebas’ ‘lepas’ (3) ‘merdeka’ ‘bebas’ (4) ‘merdeka’ ‘bebas’

2. 13 bercucuran (1) meureb-reb

(2) meureue-reue (3) meureuen-reuen (4) reujoh-reujah

(5) meuch’a-ch’a (6) meudrab-drab

(1) ‘bercucuran’ ‘berlinang-linang’

(2) ‘bercucuran’ (3) ‘bercucuran’ (4) ‘bercucuran’ (dalam

hikayat) (5) ‘bercucuran’ (6) ‘bercucuran’ ‘berderai-

derai’

Lanjutan tabel…

58

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(7) meuheue-heue (8) meudrô-drô (9) meulak-lak

(7) ‘bercucuran’ (8) ‘bercucuran’ (9) ‘meleleh’ ‘mengalir’

3. 14 bersih (1) gléh (2) khaih (3) suci (4) kuduih

(1) ‘bersih’ ‘suci’ (2) ‘bersih’ (3) ‘suci’ ‘murni’ ‘bersih’ (4) ‘kudus’ ‘suci’

4. 17 bodoh (1) budô (2) dungèe (3) ngeut (4) ulok (5) budueng (6) moseutahé (7) bang’ai (8) beupak (9) lok-lok

(1) ‘bodoh’ (2) ‘dungu’ ‘bodoh’ (3) ‘sangat bodoh’ (4) ‘bodoh’ ‘kurang pikir’ (5) ‘bodoh’ ‘tolol’ (6) ‘tolol’ (7) ‘bodoh’ (8) ‘tolol’ (9) ‘dungu’ ‘pandir’

5. 24 dingin (1) ceudèng (2) leupie (3) sidab

(1) ‘sejuk’ ‘dingin’ (2) ‘dingin’ (3) ‘dingin’ ‘perasaan

dingin’ 6. 27 gelap (1) padèe

(2) buta (3) seupôt (4) glap (5) klam (6) glap gulita

(1) ‘gelap’ (2) ‘buta’ (3) ‘gelap’ ‘malam’ (4) ‘gelap’ (5) ‘kelam’ ‘gelap’ (6) ‘gelap gulita’ (dalam

hikayat) 7. 29 gemetar (1) brudui

(2) meutat-tat

(3) mukot-kot (4) meuyo-yo (5) yo (6) meukeuta

(1) ‘agak gemetar’ (2) ‘bergetar-getar’

‘menggigil’ (3) ‘bergeletar’ (4) ‘bergetar-getar’ (5) ‘gemetar’ (6) ‘gemetar’ ‘gemeletuk’

8. 30 gemuk (1) gulok (2) lup’om (3) subo (4) teumbon (5) tu’ob

(1) ‘gemuk kuat’ (2) ‘gemuk dan lemah’ (3) ‘gemuk’ ‘montok’ (4) ‘tambun’ ‘gemuk’ (5) ‘gemuk sekali’ ‘pendek

Lanjutan tabel…

59

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(6) beugok

dan gemuk (6) ‘besar dan gemuk’

9. 33 hamil (1) hamè (2) meutieuen (3) brat (4) bunténg (5) mumè (6) ulu

(1) ‘hamil’ (2) ‘hamil’ (3) ‘hamil’ (4) ‘bunting’ ‘hamil’ (5) ‘hamil’ (6) ‘bunting’

10. 40 juling (1) juléng (2) sarok

(1) ‘juling’ (2) ‘agak juling’

11. 44 kaya (1) makmu (2) gani (3) rampak

(1) ‘makmur’ ‘kaya’ (2) ‘kaya’ (3) ‘kaya’

12. 49 kental (1) ghuen (2) likat (3) likèk (4) lindang

(5) kliet

(1) ‘kental’ ‘beku’ (2) ‘kental’ (3) ‘kental’ (4) ‘kental’ ‘sangat

berlemak’ (5) ‘kental’

13. 52 kering (1) thô (2) khueng (3) keumarèe (4) kréng (5) leubot (6) reueng (7) roh (8) ruek

(1) ‘kering’ (2) ‘kering’ (3) ‘kemarau’ (4) ‘sangat kering’ (5) ‘hampir kering’ (6) ‘kering’ (7) ‘kering’ (8) ‘kering sekali’

14. 53 keruh (1) krôh (2) lidok

(3) ceukoe

(1) ‘keruh’ ‘kotor’ (2) ‘keruh’ ‘kotor dan

berlumpur’ (3) ‘keruh’

15. 55 kotor

(1) cèh-mèh

(2) ceuma (3) jeurumeuih (4) kulubana (5) meukuluténg (6) lutôk (7) keuta’in

(1) ‘menjadi kotor tidak karuan’

(2) ‘kotor’ ‘jijik’ ‘cemar’ (3) ‘kotor’ ‘celemot’ (4) ‘kotor’ (5) ‘kotor’ (6) ‘kotor’ ‘cemar’ ‘lusuh’ (7) ‘sangat tua dan kotor’

Lanjutan tabel…

60

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(8) kulutok (9) kuto (10) leuta (11) meukulup’ieh (12) luteng (13) seumak (14) jeunabat (15) hadaih

(8) ‘kotor’ (9) ‘kotor’ (10) ‘kotor’ ‘tidak suci’ (11) ‘kotor’ (12) ‘kotor’ ‘cemar’ (13) ‘kotor’ (14) ‘keadaan tidak suci

untuk beribadah’ (15) ‘hadas’

16. 57 kurus (1) pijuet (2) bangkèh

(1) ‘kurus’ (2) ‘kurus kerempeng’

17. 61 layu (1) layèe (2) lô

(3) mala

(1) ‘layu’ (2) ‘layu’ ‘tidak mau

tumbuh’ (3) ‘layu’

18. 66 liar

(1) jangai (2) kleuet (3) ladang (4) ladong (5) lahèe (6) gasang

(1) ‘liar’ (2) ‘liar’ (3) ‘liar’ (4) ‘liar’ (5) ‘liar’ (6) ‘liar’

19. 71 mandul

(1) ong (2) eue (3) male

(1) ‘mandul’ (2) ‘mandul’ (3) ’mandul’

20. 77 miskin (1) damai

(2) dana (3) kusong (4) labeulala (5) nadra

(6) lutôk (7) mopeuléh (8) papa

(9) dak (10) rungkeng (11) gasien (12) khèk

(1) ‘melarat’ ‘papa’ ‘sangat miskin’

(2) ‘miskin’ ‘papa’ ‘melarat’ (3) ‘sangat miskin’ (4) ‘papa’ ‘melarat’ (5) ‘sangat papa’ (dalam

hikayat) (6) ‘miskin’ ‘papa’ (7) ‘pailit’ (8) ‘miskin’ ‘papa’

‘melarat’ (9) ‘dalam keadaan melarat’ (10) ‘sangat miskin’ (11) ‘miskin’ (12) ‘miskin’ ‘papa’

Lanjutan tabel…

61

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

‘melarat’ 21. 79 mudah (1) mangat

(2) mudah (1) ‘mudah’ (2) ‘mudah’

22. 81 panas (1) panaih (2) paneuih (3) peusam (4) seumeunga (5) sia (6) criet (7) hogôb (8) tutông (9) seu-uem

(1) ‘panas’ (2) ‘panas’ (3) ‘panas suam-suam kuku’ (4) ‘terasa panas’ (5) ‘terbakar’ (6) ‘terik panas’ (7) ‘perasaan panas’ (8) ‘panas’ ‘terbakar’ (9) ‘terik panas’

23. 82 pandai (1) lisék (2) pinta

(3) bijak (4) daki (5) cathé (6) pukta (7) ceuredék (8) pandoe (9) cako (10) utoih (11) mah’è (12) peuseutari (13) além (14) malém

(15) carong (16) ceudaih (17) ahli

(1) ‘cerdik’ (2) ‘pintar’ ‘pandai’ ‘cerdik’

‘ahli’ (3) ‘bijak’ ‘cerdik’ (4) ‘cerdik’ (dalam hikayat) (5) ‘pandai’ ‘ahli’ ‘licik’ (6) ‘sangat pandai’ (7) ‘cerdik’ (8) ‘pandai’ ‘cakap’ ‘pintar’ (9) ‘pandai’ ‘ahli’ (10) ‘ahli’ ‘pandai’ (11) ‘mahir’ ‘ahli’ ‘pandai’ (12) ‘pandai’ (dalam hikayat) (13) ‘alim’ ‘berilmu’ (14) ‘alim’ ‘berilmu’

‘pandai’ (15) ‘pandai’ (16) ‘ahli’ ‘cakap’ (17) ‘ahli’ ‘pandai’

24. 89 pincang (1) cingkhèk-cingkhé

(2) tunggang-tungget

(3) cakeue (4) capiek (5) ceungkhok-

ceungkhé

(1) ‘pincang’ ‘timpang’

(2) ‘pincang’ (3) ‘agak pincang’ (4) ‘pincang’ ‘timpang’ (5) ‘pincang’

Lanjutan tabel…

62

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(6) punggang-punggét

(7) meupunggét

(6) ‘pincang’ ‘timpang’ (7) ‘timpang’

25. 95 rapi (1) seurunoh (2) cakab (3) gie (4) reumpan (5) saneub

(1) ‘rapi’ ‘apik’ (2) ‘rapi’ (3) ‘rapi’ ‘apik’ (4) ‘rapi’ ‘beraturan’ (5) ‘teratur’ ‘rapi’

26. 96 rapuh (1) krang (2) leumpôk (3) leup’ueb (4) rampang (5) brè (6) rapôih (7) bra (8) brue

(1) ‘keras dan rapuh’ (2) ‘rapuh’ (3) ‘rapuh’ ‘lembut’ (4) ‘rapuh’ (5) ‘tidak mau melekat satu

sama lain’ (6) ‘rapuh’ (7) ‘rapuh’ ‘repis’ (8) ‘rapuh’

27. 99 retak (1) crah (2) reutak (3) seureupéh (4) reungat

(1) ‘retak’ (2) ‘retak’ (3) ‘retak’ ‘bercelah’ (4) ‘retak’

28. 113 susah (1) payah

(2) sanien (3) soh-sah (4) alangan (5) duka

(6) meuseuké (7) sangsara

(1) ‘sukar sekali’ ‘susah payah’

(2) ‘dalam keadaan susah’ (3) ‘dalam keadaan susah’ (4) ‘kesusahan’ (5) ‘duka’ ‘susah’ (dalam

hikayat) (6) ‘sukar’ ‘susah’ (7) ‘kesusahan’

29. 116 terang (1) peungeuih (2) sapha (3) trang (4) bandrang (5) jeureuleng (6) jeuereungèh (7) deuih (8) jeulaih

(1) ‘terang’ ‘jelas’ (2) ‘murni’ ‘terang’ (3) ‘terang’ ‘jelas’ (4) ‘terang benderang’ (5) ‘terang’ ‘jernih’ (6) ‘jernih’ ‘cerah’ (7) ‘jelas’ (8) ‘jelas’ ‘terang’

30. 121 tonggos/ (1) caheueng (1) ‘tonggos’ ‘nyong-nyong’

Lanjutan tabel…

63

No. Urut

No. Korpus Data

Medan Makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

monyong (2) munyông (2) ‘nyonyong’ ‘menonjol ke muka’

31. 124 tumpul (1) suoe (2) loe (3) majai (4) malap (5) ong (6) tumpôi (7) bugam (8) gabai

(1) ‘tumpul’ (2) ‘sangat tumpul’ (3) ‘majal’ ‘tumpul’ (4) ‘malap’ ‘tumpul’ (5) ‘tumpul’ (6) ‘tumpul’ ‘majal’ (7) ‘tumpul’ (8) ‘tumpul’

Tabel 4.11 Tipe Adjektiva Tidak Bertaraf

No. Urut

No. Korpus Data

medan makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

1. 1 akhir (1) tulôt (2) akhe (3) bungsu (4) seuleusoe (5) tamam (6) tamat

(1) ‘bungsu’ (2) ‘akhir’ (3) ‘bungsu’ (4) ‘selesai’ ‘berakhir’ (5) ‘tamat’ ‘selesai (6) ‘tamat’ ‘selesai

2. 3 banci (1) dare (2) kônsa (3) ulaya

(1) ‘banci’ (2) ‘banci’ (3) ‘banci’

3. 34 hilang (1) leunyap (2) leusap (3) meub (4) puli (5) gayéb

(1) ‘lenyap’ ‘hilang’ (2) ‘lesap’ ‘lenyap’

‘hilang’ (3) ‘hilang’ ‘lenyap’ (4) ‘hilang’ (5) ‘gaib’ ‘hilang’

‘tersembunyi’ 4. 39 jera (1) inseueh

(2) jra (1) ‘insaf’ (2) ‘jera’

5. 41 kalah (1) talo (2) tiwaih

(1) ‘kalah’ (2) ‘kalah’

6. 42 kantuk (1) leubui (1) ‘mengantuk’

Lanjutan tabel…

64

No. Urut

No. Korpus Data

medan makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(2) layôh (3) seulio (4) teungeut

(2) ‘mengantuk’ (3) ‘mengantuk’ (4) ‘mengantuk’ ‘tidur’

7. 45 kebal (1) keubai (2) nah’o

(1) ‘kebal’ (2) ‘kebal’

8. 48 kekal (1) baka

(2) keukai (3) daém (4) kadim

(1) ‘kekal’ ‘abadi’ ‘baka’

(2) ‘kekal’ ‘abadi’ (3) ‘abadi’ (dalam

hikayat) (4) ‘abadi’

9. 54 kosong (1) dagéng (2) gabuek (3) soh (4) roh

(1) ‘kosong’ (2) ‘hampa’ (3) ‘kosong’ ‘hampa’ (4) ‘kosong’

10. 58 laku/laris (1) lacab (2) lagôt (3) laréh

(1) ‘capat laku’ ‘laris’ (2) ‘laku’ (3) ‘laris sekali’

‘sangat disukai’ 11. 108 sengau (1) ch’o

(2) rih’ot (3) paro

(1) ‘sengau’ (2) ‘sengau’ (3) ‘parau’ ‘serak’

12. 109 sesak (1) buem (2) ue (3) seunak (4) huek (5) meusak-sak

(1) ‘tersumbat’ ‘sesak’ (2) ‘tersumbat dengan

sesuatu’ (3) ‘senak’ ‘sesak

napas’ (4) ‘ketulangan’ (5) ‘bersesak-sesak’

13. 112 sunyi (1) seungue (2) meukhab (3) leukhab (4) seungap (5) sunyoe (6) iem

(1) ‘sunyi’ ‘terasing’ (2) ‘sunyi senyab’ (3) ‘sunyi sekali’ (4) ‘sunyi’ ‘senyap’

‘tenang’ (5) ‘sunyi’ (6) ‘diam’ ‘sunyi’

14. 118 tidak bernyawa lagi

(1) mate (2) phana

(1) ‘mati’ (2) ‘fana’ ‘mati’

‘musnah’

Lanjutan tabel…

65

No. Urut

No. Korpus Data

medan makna Pasangan Sinonim Makna Leksikal

(3) punah (4) mampuih (5) mangkat (6) cahid (7) bug’èng (8) kom

(3) ‘punah’ ‘mati’ ‘mampus’

(4) ‘mampus’ ‘mati’ (5) ‘mangkat’

‘meninggal’ (6) ‘syahid’ (7) ‘mampus’ ‘mati’ (8) ‘mati’

15. 123 tuli (1) tuloe (2) beungkak (3) klo (4) peukak

(1) ‘tuli’ ‘pekak’ (2) ‘tuli’ ‘pekak’ (3) ‘tuli’ ‘pekak’ ‘bisu’ (4) ‘tuli’ ‘pekak’

4.2 Hubungan Kesinoniman Adjektiva Bersinonim Berdasarkan Analisis

Komponen Makna dan Teknik Substitusi

Analisis hubungan kesinoniman adjektiva bersinonim dalam penelitian ini

dilakukan dengan membandingkan komponen makna dan penggunaan teknik substitusi

(penyulihan) dalam kalimat. Analisis Komponen makna akan dideskripsikan dengan

menggunakan tabel dengan penggunaan lambang (+), (-), dan (±). Komponen makna

dalam tiap pasangan sinonim yang akan dianalisis tidak akan sama antara satu tabel

dengan tabel lainnya. Hal ini disebabkan analisis komponen makna yang digunakan

dapat dikembangkan secara terbuka, baik melalui penambahan, perluasan, ataupun

pengurangan tergantung pada keperluan analisis. Selain analisis komponen makna,

teknik substitusi juga akan digunakan untuk menentukan tepat atau tidaknya

penggunaan leksem dalam kalimat Jika suatu kata dapat diganti dengan kata yang lain

Lanjutan tabel…

66

dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah, kedua kata itu dapat

dikatakan bersinonim.

Dalam penganalisisan tidak semua korpus data akan dianalisis, tetapi hanya akan

diambil beberapa contoh kata sebagai bahan analisis. Selain itu, analis kesinoniman ini

hanya akan melihat makna leksikal, teutama makna denotasi karena setiap leksem pasti

mempunyai denotasi, tetapi belum tentu semuanya memiliki makna konotasi.

4.2.1 Analisis Komponen Makna dan teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bau Tidak Sedap’

4.2.1.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Bau Tidak Sedap’

Ada delapan belas leksem adjektiva yang mengandung medan makna ‘bau tidak

sedap’ yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001).

Leksem-leksem tersebut adalah sebagai berikut.

apak a apak ( berbau tidak segar) (KBAI:31)

banga a bangar, berbau busuk (KBAI:56)

busôk a busuk, berbau busuk (KBAI:109)

ceungèh a cengis, berbau sangit, masam, marah (KBAI:129)

hangèt, hangèk a berbau sangit spt bau kelapa kukur yg hangus atau bau keringat (KBAI:280) hanggôi, anggôi a bau kambing pantan atau daging biri-biri, bau minyak sapi, bau celurut (KBAI:281) h’ong, meuh’ong a bau maung, bau yang tidak menyenangkan, menghina (KBAI:296)

hanyi a bau anyir (KBAI:281)

67

kh’eb a berbau busuk (ump telur yg telah busuk, bau mulut seseorang, kurang kuat dr kh’ob, juga dipergunakan untuk mengejek, tetapi tiak bermaksud buruk, nama anak perempuan kecil yang belum disunat atau dikawinkan) (KBAI:423) kh’ieng, keuh’ieng a berbau busuk (spt jamban) (KBAI:426)

khie a tengik (ump minyak tengik yang sedang dimasak), rasa dan bau tengik makanan yang digoreng dengan minyak tengik (KBAI:425) kh’ob a berbau busuk (ump telur yang busuk isinya, daging yang telah busuk, bangkai, lebih keras dari kh’eb) (KBAI:426) khoih a keadaan apak (KBAI:427)

phong a berbau busuk (KBAI:716)

reungie, reungèe a berbau busuk (KBAI:797)

peungèt a angit, hangus karena terlalu lama dimasak (ump nasi) (KBAI:701)

Ke-18 adjektiva ‘bau tidak sedap’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen

makna: (1) bernyawa/tidak bernyawa (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda); (2)

nilai rasa (netral, halus, dan kasar); (3) ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (4)

gradasi (positif, komparatif, dan superlatif); (5) asosiasi konotasi (positif dan negatif);

dan (6) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

68

Tabel 4.12 Analisis Komponen Makna ‘Bau Tidak Sedap’

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak Bernyawa

Nilai Rasa Ragam Bahasa

Gradasi Asosiasi Konotasi

Posisi/Keadaan Referen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1. apak - - - + + - - - + + ± - - + + ± - - - 2. banga - - - + ± + - - + - + - + ± ± - + - - 3. basi - - - + + ± - - + + - - - + + ± - - - 4. busôk ± ± - + ± - ± + - + - - ± + ± - ± + + 5. ceungèh - ± - + - ± - - + - + - + - - ± ± - - 6. hangèk + + - ± - - ± - + - - ± + - - + ± - + 7. hanggôi - + - - + - - - + - ± - + - - - + - - 8. meuh’ong - - ± - - ± - - + - ± - - ± - - + - - 9. hanyi ± + - ± + ± - - + + ± - - + - ± + - - 10. kh’eb + + - ± - - + - + - + ± + - ± + ± + - 11. kh’ieng + ± ± + + - - + - + - - - + - ± ± + + 12. khie - - ± ± + - - - + - + - - ± + ± ± - - 13. kh’ob ± - - + - - + - + - - + + - + ± ± + -

14. khoih ± ± - + + - - - + - + - - + + ± + - -

15. phong + - - + - - ± - + - + - + - + ± ± - ± 16. chueng + + - + - - ± - + - + ± + - - ± - - +

69

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak Bernyawa

Nilai Rasa Ragam Bahasa

Gradasi Asosiasi Konotasi

Posisi/Keadaan Referen

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

17. reungie - - - + - + - - + - + - ± + - + - - - 18. peungèt - - - + + ± - - + - + - - + - + - - -

keterangan:

1. komponen makna manusia 2. komponen makna hewan 3. komponen makna tumbuhan 4. komponen makna benda 5. komponen makna netral 6. komponen makna halus 7. komponen makna kasar 8. komponen makna kata umum

9. komponen makna 10. komponen makna positif 11. komponen makna komparatif 12. komponen makna superlatif 13. komponen makna konotasi

negatif 14. komponen makna konotasi

positif

15. bau karena disimpan lama 16. bau akibat perlakuan manusia 17. bau asli dari objek 18. bau bangkai 19. bau berasal dari kotoran makhuk

hidup

Lanjutan tabel…

73

70

4.2.1.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bau Tidak Sedap’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-benar

sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti

dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah,

pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

*apak *banga *basi busôk *ceungèh hangèk *hanggôi *meuh’ong hanyi kh’eb kh’ieng *khie kh’ob khoih phong chueng * reungie *peungèt

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) *That apak bèe ureueng nyan. ‘*Apak sekali bau orang itu.’ (2) *That banga bèe ureueng nyan. ‘*Bangar sekali bau orang itu.’ (3) *That basi bèe ureueng nyan. ‘*Basi sekali bau orang itu.’ (4) That busôk bèe ureueng nyan. ‘Busuk sekali bau orang itu.’ (5) *That ceungèh bèe ureueng nyan. ‘* Cengis sekali bau orang itu.’ (6) That hangèk bèe ureueng nyan. ‘Sangit sekali bau orang itu.’ (7) *That hanggôi bèe ureueng nyan. ‘* Celurut sekali bau orang itu.’

1. that bèe ureueng nyan

71

(8) *That meuh’ong bèe ureueng nyan. ‘* Maung sekali bau orang itu.’ (9) That hanyi bèe ureueng nyan. ‘Anyir sekali bau orang itu.’ (10) That kh’eb bèe ureueng nyan. ‘Busuk sekali bau orang itu.’ (11) That kh’ieng bèe ureueng nyan. ‘Busuk sekali bau orang itu.’ (12) *That khie bèe ureueng nyan. ‘*Tengik sekali bau orang itu.’ (13) That kh’ob bèe ureueng nyan. ‘Busuk sekali bau orang itu.’ (14) That khoih bèe ureueng nyan. ‘Apak sekali bau orang itu.’ (15) That phong bèe ureueng nyan. ‘Busuk sekali bau orang itu.’ (16) That chueng bèe ureueng nyan. ‘Pesing sekali bau orang itu.’ (17) *That reungie bèe ureueng nyan. ‘* Busuk sekali bau orang itu.’ (18) *That peungèt bèe ureueng nyan. ‘*Angit sekali bau orang itu.’

Secara gramatikal, penyubstitusian kedelapan belas leksem ke dalam kalimat itu

berterima. Kedelapan belas leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat.

Namun, secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem busôk,

hangèk, hanyi, kh’eb, kh’ieng, kh’ob, khoih, phong, dan chueng secara semantik dapat

saling menggantikan karena leksem tersebut diperuntukkan untuk bau yang disebabkan

dan dimiliki oleh manusia, sedangkan leksem apak, banga, basi, ceungèh, hanggôi,

meuh’ong, khie, reungie, peungèt adalah leksem yang diperuntukan untuk bau yang

dihasilkan oleh binatang, tumbuhan dan benda-benda tertentu.

Leksem busôk dan kh’ieng merupakan leksem yang biasanya digunakan untuk

menunjukkan bau busuk secara umum. Leksem ini tidak hanya dimiliki dan

diperuntukan untuk manusia, tetapi juga untuk bau selain dari manusia. Leksem

hangèk merupakan kata khusus yang mengacu pada bau badan yang dimiliki oleh

manusia dan hewan seperti bau pada kambing. Selain itu, bau khusus yang terdapat

pada kambing ini juga dapat dinyatakan dengan leksem hanggôi. Leksem hanyi hanya

mengacu pada bau amis yang terkadang terdapat pada manusia yang disebabakan oleh

72

perbuatan manusia. Selain itu bau ini juga mengacu pada bau yang berasal dari binatang

seperti bau ikan, telur, dan bau yang darah.

Leksem kh’eb dan kh’ob merupakan bau yang berasal dari manusia, meskipun

terkadang kedua leksem ini juga digunakan untuk mengidentifikasikan bau busuk yang

berasal dari benda-benda yang sudah disimpan lama seperti telur busuk. Kedua bau ini

biasanya dihasilkan oleh manusia karena perilaku yang tidak sehat seperti bau yang bau

mulut. Hanya saja, ada perbedaan gradasi pada kedua kata ini. Leksem kh’ob memiliki

gradasi lebih tinggi dari kh’eb karena leksem kh’eb ini kurang kuat dibandingkan

leksem kh’ob.

Leksem khoih dan apak sama-sama memiliki pengertian sebagai bau apak yang

disebabkan karena terlalu lama disimpan atau juaga karena lama tidak terkena sinar

matahari. Leksem khoih bisa juga diperuntukan untuk mengacu pada bau badan

manusia yang jarang mandi, sedangkan bau apak biasanya digunakan untuk bau pada

benda-benada tertentu karena isiman terlalu lama. Selanjutnya, leksem phong dan

chueng merupakan leksem yang biasanya berhubungan dengan bau yang dihasilkan

oleh kotoran manusia berupa air seni. Leksem phong juga digunakan untuk menyatakan

bau yang terdapat pada benda yang sudah disimpan terlalu lama seperti halnya bau

khoih dan apak, sedangkan leksem chueng biasanya hanya menyatakan bau pesing.

Leksem banga merupakan bau yang biasanya ditujukan pada bau air yang sudah

busuk. Bau ini bisa terjadi karena perbuatan manusia dan bisa juga merupakan bau asli

dari benda tersebut. Bau ceungèh merupakan bau yang berasal dari binatang seperti

walang sangit dan juga bau yang berasal dari benda yang terbakar seperti bau tanduk

73

yang terbakar. Leksem meuh’ong biasanya ditujukan untuk mengidentifikasi bau yang

berasal dari kunyit dan bau yang dihasilkan oleh hasil pengolahan makanan yang

banyak menggunakan kunyit.

Leksem khie biasanya digunakan untuk menyatakan bau yang dihasilkan atau

berasal dari minyak kelapa yang sudah lama disimpan atau minyak kelapa yang sedang

dimasak. Leksem reungie digunakan untuk menyatakan menyatakan bau busuk yang

dihasilkan karena perbuatan manusia seperti bau pada pakaian yang tidak hilang

meskipun sudah dicuci bersih, sedangkan bau peungèt merupakan bau angit yang

biasanya mengacu pada bau hangus yang disebabkan kelalaian manusia seperti bau

hangus pada nasi.

Dari uraian dapat dikatakan bahwa busôk dan kh’ieng merupakan pasangan

sinonim yang dapat saling menggantikan karena keduanya merupakan kata umum yang

mengacu pada semua bau busuk. leksem hangèk dan hanggôi juga dapat dikatakan

bersinonim selama objek yang dimaksudkan itu adalah hewan (bau kambing), tetapi

hanggôi tidak dapat digunakan untuk mengacu pada bau sangit yang dihasilkan oleh

manusia. Leksem hanyi merupakan bau amis yang berasal dari ikan, telur, dan darah.

Leksem kh’eb dan kh’ob merupakan pasangan sinonim yang dapat saling

menggantikan, perbedaannya hanya terletak pada kekuatan nilai rasa yang dihasilkan

oleh kedua leksem pada referen yang dimaksud. Leksem khoih dan apak merupakan

pasangan sinonim yang dapat saling menggantikan untuk menyatakan bau yang

terdapat pada benda, tetapai leksem apak tidak dapat digunakan untuk menyatakan bau

yang terdapat pada manusia seperti halnya bau khoih. Leksem phong dan chueng

74

merupakan pasangan sinonim yang dapat saling menggantikan pada referen yang

berwujud kotoran manusia (air seni), tetapi makna leksem phong ini lebih luas karena

leksem ini juga dapat digunakan untk menyatakan bau busuk yang tedapat pada benda

yang sudah disimpan lama seperi bau khoih dan apak. Leksem banga hanya

diperuntukkan pada bau air yang sudah bususk. Leksem ceungèh merupakan leksem

yang biasanya digunakan untuk menyatakan bau yang terdapat pada hewan dan pada

benda yang baunya dihasilakan oleh perbuatan manusia. Leksem meuh’ong hanya

digunakan untuk menyatakan bau kunyit. Leksem khie hanya terdapat pada bau minyak

kelapa, leksem reungie menyatakan bau bususk yang dihasilkan pada benda karena

perbuatan manusia, dan bau peungèt merupakan bau angit/hangus yang biasanya

terdapat pada nasi.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi dan referen yang berbeda

meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku dalam leksem

yang menyatakan ‘bau tidak sedap’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia,

leksem yang menyatakan bau tidak sedap tidak sebanyak leksem dalam bahasa aceh.

Bau yang digunakan adalah bau busuk, maung, cengis, gosong, angit,dan apak. Bau

busuk digunakan secara umum untuk semua bau busuk yang dimiliki oleh benda, bau

maung untuk bau kunyit, bau angit dan gosong untuk makanan yang terlalu lama

dimasak/hangus, dan bau apak untuk benda yang tidak terkena matahari atau lama

direndam dalam air. Perhatikan contoh berikut!

75

(1a) Mulutmu bau busuk!

Dalam bahasa Aceh, mulut yang bau itu dapat dikatakan dengan leksem yang berbeda

karena hal itu menunjukkan seberapa keras dan tinggi gradasi pada bau mulut tersebut,

meskipun terkadang juga dimaksudkan untuk menghina. Perbedaan tersebut dapat

dilihat pada contoh-contoh berikut.

(1b) Babah kah khieng that! ‘Mulutmu sangat bau!’ (1c) Babah kah kh’eb that! ‘Mulutmu sangat bau!’ (1d) Babah kah kh’ob that! ‘Mulutmu sangat bau!’ Kalimat (1a), (1b), (1c), dan (1d) di atas memiliki makna dan referen yang sama

yaitu bau busuk pada mulut. Kalimat (1a) merupakan leksem umum yang digunakan

dalam bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa Aceh, keadaan bau mulut ini dapat

dikatakan dalam tiga leksem. Kalimat (1b) merupakan leksem umum yang digunakan

dalam bahasa Aceh, (1c) merupakan leksem khusus yang memiliki gradasi lebih tinggi

dari khieng, dan (1d) merupakan leksem khusus yang memiliki gradasi paling tinggi

dari khieng dan kh’eb.

4.2.2 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kuat’ 4.2.2.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kuat’

Ada sepuluh leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘kuat’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem tersebut

adalah sebagai berikut.

76

kukôh a kokoh, kuat (ump keadaan rumah, kubu pertahanan, dinding); berada di suatu tempat dan tidak pergi kemana-mana, mengurung diri (KBAI:464) meureugoh a tegap, kuat berani (biasanya untuk hewan-hwan jantan dan juga org laki-laki) (KBAI:559) pupôh a kuat, kokoh, besar, berat (dalam hik) (KBAI:754)

seubeueh a sabeueh, besar dan kuat, tangguh (tentang orang) (KBAI:853)

tangkôh a subur, makmur, banyak, kuat (KBAI:938)

teuga a kuat (untuk tubuh), tegap, teguh, kokoh, gagah (KBAI:956)

teugoh a teguh, kokoh, tetap hati, hati-hati, waspada (KBAI:957)

gagah a gagah, kuat, perkasa (dalam hik) (KBAI:207)

kong a kuat, kokoh (KBAI:446)

kuat a kuat, gaya, tenaga, kekuatan kuat dalam, menyukai, menggemari, banyak berbuat dalam hal, selalu, menjadikan kuat, membiasakan (KBAI:458)

Ke-10 adjektiva ‘kuat’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1)

bernyawa/tidak bernyawa (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda); (2) Nilai rasa

(netral, halus, dan kasar); dan (3) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

77

Tabel 4.13

Analisis Komponen Makna ‘Kuat’

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak Bernyawa

Ragam bahasa

Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. kukôh - - - + - + - - - + + -

2. meureugoh + + - - - + - + + ± - +

3. pupôh - + - - - + + + + - - -

4. teuga + - - - - + - + + - ± +

5. teugoh + + - - - + - + + ± ± -

6. gagah + ± - - + - - + + + ± -

7. kong + - - - - + - - - - ± -

8. kuat + - - - - + + - + ± ± -

9. kong - - - + + - - + - ± ± -

10. kuat + - - - + - - + - - ± -

Keterangan:

1. manusia 2. hewan 3. tumbuhan 4. benda 5. kata umum 6. kata khusus

7. klasik 8. kuat tenaga 9. kuat badan 10. kuat sebagai sifat dasar 11. kuat karena perlakuan manusia 12. mengandung dua sifat

4.2.2.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kuat’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-benar

sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat diganti

78

dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak berubah,

pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

*kukôh meureugoh

*pupôh seubeueh tangkoh teuga teugoh gagah *kong kuat

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) *Ureueng nyan kukôh that. ‘*Orang itu kokoh sekali.’ (2) Ureueng nyan meureugoh that. ‘Orang itu kuat sekali.’ (3) *Ureueng nyan pupôh that. ‘*Orang itu kuat sekali.’ (4) Ureueng nyan seubeueh that. ‘Orang itu tangguh sekali.’ (5) Ureueng nyan tangkoh that. ‘Oarng itu kuat sekali.’ (6) Ureueng nyan teuga that. ‘Orang itu kuat sekali.’ (7) *Ureueng nyan teugoh that. ‘*Orang itu teguh sekali.’ (8) Ureueng nyan gagah that. ‘Orang itu gagah sekali.’ (9) *Ureueng nyan kong that. ‘*Orang itu kuat sekali.’ (10) Ureueng nyan kuat that. ‘Orang itu kuat sekali.’

Secara gramatikal, penyubstitusian kesepeuluh leksem ke dalam kalimat itu

berterima. Kesepuluh leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun,

secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem meureugoh, seubeueh,

tangkoh, teuga, teugoh, gagah, dan kuat merupakan leksem yang mengacu pada

manusia. Leksem-leksem tersebut biasa digunakan untuk menyatakan kekuatan tubuh

yang dimiliki manusia. Selain itu, khusus untuk leksem teugoh biasanya digunakan

2. ureueng nyan that

79

untuk menyatakan kekuatan yang bersifat abstrak seperti pendirian, prisip, maupun

keinginan yang dimiliki manusia. Selain untuk manusia, leksem meureugoh, tangkoh,

dan teuga juga terkadang digunakan untuk menyatakan kekutatan tubuh yang dimiliki

oleh hewan.

Leksem kukôh dan kong biasanya digunakan untuk menyatakan kekuatan yang

dimiliki oleh benda. Perbedaannya terletak pada referean yang dimaksudkan oleh

leksem. Leksem kukôh digunakan untuk benda yang berdiri tegak akibat perlakuan

manusia meskipun juga terkadang dimiliki oleh benda sebagai sifat asli referen,

sedangkan leksem kong merupakan leksem umum yang digunakan untuk menyatakan

sifat kuat sebuah benda. Leksem ini juga digunakan untuk menyatakan keadaan yang

disebabkan oleh manusia, maupun keadaan yang menyebabkan referen memiliki sifat

kuat. Leksem pupôh hanya digunakan untuk binatang dan merupakan jenis kata klasik

yang terdapat dalam hikayat.

Dari uraian dapat dikatakan bahwa leksem meureugoh, seubeueh, tangkoh,

teuga, teugoh, gagah, dan kuat merupakan pasangan sinonim yang dapat saling

menggantikan karena memiliki referen yang sama yaitu manusia. Selain itu, meureugoh,

tangkoh, pupôh dan teuga juga merupakan pasangan sinonim yang dapat saling

menggantikan untuk referen yang berupa binatang. Leksem teugoh hanya digunakan

untuk menyatakan kekuatan manusia yang bersifat abstrak. Leksem kukôh dan kong

merupakan pasangan sinonim yang dapat saling menggantikan karena memiliki referen

benda. Perbedaan keduanya terletak pada keadaan benda yang dimaksud.

80

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi dan referen yang berbeda

meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem

yang menyatakan ‘kuat’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, leksem yang

menyatakan ‘kuat ini’ tidak sebanyak leksem dalam bahasa aceh. Leksem yang

digunakan adalah kuat, kokoh, perkasa, dan teguh. Leksem kuat digunakan secara umum

untuk menyataan keadaan fisik referen (manusia). Leksem kokoh digunakan untuk

menyatakan kekuatan benda yang berdiri tegak seperti bangunan/gedung tinggi. Perkasa

merupakan leksem khusus yang digunakan dalam bahasa sastra dan jarang digunaakan

dalam ujaran sehari-hari. Teguh lerupakan leksem khusus yang digunakan untuk referen

dan kondisi tertentu (biasanya untuk keteguhan hati). Perhatikan contoh berikut!

(2a) Orang itu sangat kuat. (2b) Orang itu tangguh sekali. (2c) Orang itu perkasa sekali. Dalam bahasa Indonesia, leksem kuat untuk menyatakan kekuatan tubuh manusia

dinyatakan dalam tiga leksem, sedangkan dalam bahasa Aceh, dapat dinyatakan dengan

lima leksem. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

(2d) Ureueng nyan meureugoh that. ‘Orang itu sangat kuat.’ (2e) Ureueng nyan seubeueh that. ‘Orang itu sangat kuat.’ (2f) Ureueng nyan tangkoh that. ‘Orang itu sangat kuat.’ (2g) Ureueng nyan teuga that. ‘Orang itu sangat kuat.’ (2h) Ureueng nyan gagah that. ‘Orang itu sangat kuat.’

81

Kalimat (2a), (2b), (2c), (2d), (2e), (2f), (2g), dan (2h) di atas menyatakan makna

dan referen yang sama yaitu sifat kuat pada tubuh manusia. Kalimat (2a) merupakan

leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia, (2b) merupakan leksem yang

menyatakan keadaan lebih kuat dari keadaan biasa, dan (3c) merupakan leksem khusus

yang digunakan dalam ragam sastra. Kalimat (2d), (2e), (2f), dan (2g) merupakan

leksem dalam bahasa Aceh yang lazim digunakan untuk menunjukkan kekuatan fisik

yangdimiliki seseorang, sedangkan (2h) merupakan leksem khusus yang digunakan

dalam ragam sastra.

4.2.3 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’ 4.2.3.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’

Ada lima belas leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘kecantikan fisik’

yang tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-

leksem tersebut adalah sebagai berikut.

maleh a cantik (KBAI:570)

peureumoe a permai, indah, bagus, cantik, jelita, juwita (dlm hik) (KBAI:708)

rupaan a rupawan, cantik, indah, bagus serasi (dlm hik) (KBAI:827)

sambinoe a jelita, cantik, molek, manis, bagus, indah (KBAI:839)

samlakoe a jelita, cantik, cakap rupanya (untuk laki-laki) (KBAI:840)

tari a lagak, cantik, manis, jelita, memberahikan (KBAI:943)

canték a cantik, rapi, lentik (KBAI:118)

82

ceudaih a ahli, berpengalaman, cakap (tentang rupa dan budi), jelita, cantik, bagus

(tentang benda) (KBAI:125)

ch’ak a meuch’ak cantik, cakap, gagah, tampan, simpatik (KBAI:132)

dhiet a cantik dalam berpakaian, bersolek (KBAI:169)

1gunjak a cantik, gagah (KBAI:264)

jroh a indah, cantik, bagus, baik. cantik rupa dan perangainya (KBAI:350)

candén a cantik, jelita (KBAI:116)

lagak a lagak, berlagak, bergaya (dalam cara berpakaian) (KBAI:484)

bahie n pesolek, dikatakan terhadap seseorang yang sudah tua tapi masih tetap bersolek

(KBAI:49)

Ke-15 adjektiva ‘kecantikan fisik’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen

makna: (1) jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); (2) ragam bahasa (kata umum, kata

khusus, dan klasik); (3) makna konotasi (positif dan negatif); dan (4) posisi atau keadaan

referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.14 Analisis Komponen Makna ‘Kecantikan Fisik’

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Jenis Kelamin

Ragam Bahasa Konotasi Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1. maleh - + - + + + _ + ± + ± - - -

2. peureumoe - + - + + + - + - + - ± - -

3. rupaan ± + - - + ± - ± ± + - - ± -

4. sambinoe - + - + + + - + ± + ± - - ±

5. samlakoe + - - + + + - + ± + ± - - ±

6. tari - + + ± - - + ± + ± - + + -

7. canték - + + - - + - + ± + - - ± ±

8. ceudaih + + ± + - + - + - + ± + - +

9. meuch’ak - + - + - - + ± + ± - - ± -

10. dhiet - + + ± - + - - ± - - - + -

11. gunjak + - - + - - ± - + - - ± + -

12. jroh + + - + - + - - - ± + - - -

13. candén - + - + - + - ± - - - + - -

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Jenis Kelamin

Ragam Bahasa Konotasi Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

14. lagak + + + - - + - ± ± + - ± + -

15. bahie - + - + - - + - + - - - ± -

keterangan: 1. komponen makna laki-laki 2. komponen makna perempuan 3. komponen makna kata umum 4. komponen makna kata khusus 5. komponen makna klasik 6. komponen makna konotasi positif 7. komponen makna konotasi negatif 8. cantik sifat asli/bawaan 9. cantk karena perlakuan manusia 10. cantik wajah 11. cantik wajah dan perilaku 12. cantik badan 13. cantikk karena pakaian 14. cantik dan pintar

Lanjutan tabel…

85

4.2.3.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecantikan Fisik’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

maleh peureumoe rupaan sambinoe *samlakoe tari canték ceudaih meuch’ak dhiet *gunjak

jroh candén lagak bahie

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) That maleh inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (2) That peureumoe inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (3) That rupaan inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (4) That sambinoe inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (5) *That samlakoe inong nyan. ‘*Perempuan itu sangat tampan.’ (6) That tari inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (7) That canték inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (8) That ceudaih inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (9) That meuch’ak inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (10) That dhiet inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (11) *That gunjak inong nyan. ‘*Perempuan itu sangat gagah.’ (12) That jroh inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (13) That candén inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’

3. that inong nyan

86

(14) That lagak inong nyan. ‘Perempuan itu sangat cantik.’ (15) That bahie inong nyan. ‘Perempuan itu sangat pesolek.’

Secara gramatikal, penyubstitusian ke-15 leksem ke dalam kalimat itu

berterima. Ke-15 leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun,

secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem lagak merupakan

leksem umum yang digunakan untuk menyatakan kecantikan fisik secara umum.

Leksem maleh, peureumoe, rupaan, sambinoe, tari, canték, ceudaih, meuch’ak,

dhiet, jroh, candén, bahie, dan peungeuroe merupakan leksem yang mengacu pada

kecantikan fisik yang dimiliki oleh wanita baik itu merupakan kecantikan asli

maupun karena perlakuan manusia. Leksem maleh, peureumoe, rupaan, sambinoe,

canték, dan ceudaih adalah leksem yang sering digunakan untuk menyatakan

kecantikan wajah yang dimiliki seseorang sebagai bawaan dari lahir, leksem candén

mengacu pada kecantikan kulit yang putih, sedangkan tari, meuch’ak, dhiet, jroh,

bahie, dan peungeuroe mengacu pada kecantikan yang disebabkan perlakuan

manusia seperti karena pakaian, dan polesan make-up. Selain itu, ada juga leksem

yang tidak hanya memiliki satu kecantikan saja, tetapi juga didukung oleh hal baik

lainnya seperti leksem jroh yang menyatakan kecantikan wajah dan perilaku, dan

ceudaih yang menyatakan cantik dan pintar.

Leksem meuch’ak dan bahie mengandung nilai konotasi negatif karena

leksem ini mengacu pada perbuatan seseorang yang membuat dirinya cantik untuk

menarik perhatian. Leksem bahie bahkan memiliki nilai rasa yang lebih kasar

daripada meuch’ak. Leksem samlakoe dan gunjak hanya digunakan untuk laki-laki.

Samlakoe mengacu pada kecantikan alami yang dimilki sejak lahir dan gunjak

mengacu pada kecantikan yang disebabkan oleh perlakuan manusia. Selain itu, ada

87

juga leksem yang dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan yaitu rupaan,

ceudaih, jroh, lagak, dan peungeuroe.

Dari uraian data dikatakan bahwa leksem maleh, peureumoe, rupaan,

sambinoe, tari, canték, ceudaih, meuch’ak, dhiet, jroh, candén, lagak, bahie, dan

peungeuroe adalah pasangan sinonim karena dapat saling ditukarkan dan mengacu

pada referen perempuan. Leksem samlakoe dan gunjak merupakan pasangan sinonim

yang ditujukan untuk laki-laki.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem

tersebut, terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi dan referen yang

berbeda meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada

leksem yang menyatakan ‘kecantikan fisik’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa

Indonesia, leksem yang menyatakan ‘kecantikan fisik’ tidak sebanyak leksem dalam

bahasa aceh. Leksem yang digunakan adalah cantik, ayu, dan jelita. Leksem cantik

digunakan secara umum untuk menyatakan kecantikan wajah yang dimiliki seorang

wanita. Leksem ayu memiliki gradasi leih tinggi daripada leksem cantik. Leksem

jelita ini biasanya digunakan serangkai dengan leksem cantik dan gradasinya lebih

tinggi dari cantik dan ayu dan leksem ini juga lazim digunakan dalam ragam sastra.

Perhatikan contoh berikut!

(3a) Wanita itu berparas cantik. (3b) Wanita itu berparas ayu. (3c) Wanita itu berparas jelita .

Dalam bahasa Aceh, sifat cantik ini dapat dinyatakan dalam delapan leksem.

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

88

(3d) Dara nyan maleh that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3e) Dara nyan peureumoe that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3f) Dara nyan sambinoe that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3g) Dara nyan tari that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3h) Dara nyan canték that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3i) Dara nyan ceudaih that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3j) Dara nyan candén that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’ (3k) Dara nyan lagak that rupa. ‘Gadis itu berparas cantik.’

Kalimat (3a) s.d. (3k) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu

sifat cantik pada perempuan. Kalimat (3a) merupakan leksem umum yang digunakan

dalam bahasa Indonesia, (3b) merupakan leksem yang menyatakan keadaan ‘lebih’

dari (3a), dan (3c) merupakan leksem khusus yang gradasinya lebih tinggi dari (3a)

dan (3b) dan digunakan dalam ragam sastra. Kalimat (3d), (3e) dan (3f) merupakan

leksem dalam bahasa Aceh yang digunakan dalam ragam sastra yang ditujukan untuk

putri bangsawan. Kalimat (3g) menyatakan kecantikan yang disebabkan karena

keindahan pakaian yang digunakan. Kalimat (3h), (3i), dan (3k) mepakan leksem

umum yang digunakan untuk menyatakan cantik pada wanita. Leksem (3j) merupaka

leksem khusus yang diperuntukkan bagi perempuan yang memiliki kecantikan

karena memiliki kulit yang putih.

4.2.4 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’

4.2.4.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Tuli’

Ada empat leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘tuli’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem

tersebut adalah sebagai berikut.

tuloe a tuli, pekak, sangat luar biasa (KBAI:1009)

89

beungkak a tuli, pekak, berat kedengaran (KBAI:75)

klo a bisu, kelu, tidak dapat bersuara atau berbunyi, pekak ,tuli (KBAI:441)

peukak a pekak, tuli (KBAI:697)

Ke-4 adjektiva ‘tuli’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1)

gradasi (positif, komparatif, superlatif); (2) nilai rasa (netral, halus, dan kasar); (3)

ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); dan (4) posisi atau keadaan referen.

Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15 Analisis Komponen Makna ‘Tuli’

No.

Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Gradasi Nilai Rasa Ragam Bahasa

Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. tuloe - - + - - + - + ± - + +

2. beungkak - + - - - + - + - + + ±

3. Klo + - - + - - + - - + ± ±

4. peukak + - - - + - + - ± ± - -

keterangan:

1. komponen makna positif 2. komponen makna komparatif 3. komponen makna superlatif 4. komponen makna netral 5. komponen makna halus 6. komponen makna kasar 7. komponen makna kata umum

8. komponen makna kata khusus 9. komponen makna tuli bawaan 10. tuli karena perlakuan 11. sengaja menulikan 12. mengandung dua sifat

90

4.2.4.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Tuli’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

tuloe beungkak klo peukak

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) Geulinyueng lôn that tuloe. ‘Telinga saya sangat pekak’. (2) Geulinyueng lôn that beungkak. ‘Telinga saya sangat pekak’. (3) Geulinyueng lôn that klo. ‘Telinga saya sangat pekak’. (4) Geulinyueng lôn that peukak. ‘Telinga saya sangat pekak’.

Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam kalimat itu

berterima. Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Secara

semantis pun semua leksem itu juga dapat berterima. Leksem klo dan peukak

merupakan leksem umum yang digunakan untuk menyatakan penyakit akibat

gangguan pendengaran (tuli). Leksem klo mengandung nilai rasa netral, terjadi akibat

perlakuan manusia dan biasanya tuli yang dimaksudkan oleh leksem ini juga

mengacu pada bisu tuli, sedangkan leksem peukak mengandung nilai rasa halus dan

kemungkinan menderita tuli sejak bawaan lahir. Leksem beungkak memiliki gradasi

yang lebih tinggi dari klo dan peukak. Beungkak memiliki nilai rasa lebih kasar dan

merupakan kata khusus. Beungkak bisa disebabkan oleh bawaan sejak lahir,

perlakuan manusia maupun kesengajaan orang yang berpura-pura tuli. Leksem tuloe

memiliki nilai rasa paling kasar dan gradasi paling tinggi dari ketiga leksem

4. geulinyueng lôn that

91

sebelumnya. Tuloe ini merupakan kata khusus yang digunakan ketika seseorang

merasa kesal pada sikap seseorang yang sengaja menulikan dirinya (untuk memaki

orang lain), tetapi juga terdapat kemungkinan tuloe ini merupakan penyakit bawaan

sejak lahir. Dari uraian dapat dikatakan bahwa klo, peukak, tuloe, dan beungkak

merupakan pasangan sinonim.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem yang

menyatakan ‘tuli’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, leksem yang

digunakan adalah tuli dan pekak. Perhatikan contoh berikut!

(4a) Pendengaran orang itu sudah tuli .

(4b) Telinga saya mejadi pekak mendengar dengung suara mobil.

Dalam bahasa Aceh, sifat tuli ini dapat dinyatakan dalam empat leksem yang telah

disebutkan tanpa megalami perbedaan makna yang mencolok. Perhatikan

perbandingan contoh berikut!

(4c) Geulinyueng jih that tuloe. ‘Telinganya sangat pekak.’ (4d) Geulinyuen jih that beungkak. ‘Telinganya sangat pekak.’ (4e) Geulinyueng jih that klo. ‘Telinganya sangat pekak.’ (4f) Geulinyueng jih that peukak. ‘Telinganya sangat pekak.’ Kalimat (4a) s.d. (4f) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu

sifat tuli. Kalimat (4a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang mengacu pada gangguan pendengaran secara permanen, sedangkan

kalimat (4b) merupakan leksem yang menyatakan keadaan tuli dengan waktu relatif

singkat yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau perlakuan manusia. Kalimat

92

(4c) s.d. (4f) dalam bahasa Aceh dapat berterima. Perbedaannya hanya terletak pada

gradasi dan tingkatan nilai rasa seperti yang telah dijelaskan dalam teknik substitusi.

4.2.5 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecil’

4.2.5.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Kecil’

Ada lima leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘kecil’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem

tersebut adalah sebagai berikut.

cé, cék a kecil (KBAI:122)

culib, culil a kecil tapi kuat (KBAI:148)

saghi, sari a kecil, dibawah umur (KBAI:832)

ubit , bubit , ubeut a kecil, sekecil (KBAI:1026)

cut a kecil (KBAI:150)

Ke-5 adjektiva ‘kecil’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1)

bernyawa/tidak bernyawa (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda); (2) ragam

bahasa (kata umum dan kata khusus); dan (3) posisi atau keadaan referen. Analisis

komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.16

Analisis Komponen Makna ‘Kecil’

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak Bernyawa

Ragam Bahasa

Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Cèk + + + + + - - + + + ± -

93

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak Bernyawa

Ragam Bahasa

Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2. culib - + - + - + + ± + + - +

3. saghi + - - - - + - ± - - + -

4. Ubit + + + + + - ± ± - + ± -

5. Cut - - + - - + - + - + - -

keterangan:1. komponen makna manusia 2. komponen makna hewan 3. komponen makna tumbuhan 4. komponen makna benda 5. komponen makna kata umum 6. komponen makna kata khusus 7. kecil akibat perlakuan

8. kecil sebagai sifat asli 9. kecl sebagai sebutan 10. kecil ukuran 11. kecil karena umur 12. mengandung dua sifat

4.2.5.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Kecil’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

cèk *culib *saghi ubit *cut

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) Bajèe nyoe cèk that, han ‘Baju ini kecil sekali, tidak muat

5. bajèe nyoe that, han jeuet lôn sôk

94

jeuet lôn sôk. dipakai.’ (2) *Bajèe nyoe culib that,

han jeuet lôn sôk. ‘*Baju ini kecil dan kuat, tidak muat dipakai.’

(3) *Bajèe nyoe saghi that, han jeuet lôn sôk.

‘*Baju ini kecil sekali, tidak muat dipakai.’

(4) Bajèe nyoe ubit that, han jeuet lôn sôk.

‘Baju ini kecil sekali, tidak muat dipakai.’

(5) *Bajèe nyoe cut that, han jeuet lôn sôk.

‘*Baju ini kecil sekali, tidak muat dipakai.’

Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem ke dalam kalimat itu

berterima. Kelima leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun,

secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem ubit dan cèk

merupakan leksem umum yang mengacu pada referen manusia, binatang, tumbuhan,

maupuan benda. kedua leksem ini dapat diidentifikasikan sebagai wujud bawaan dari

benda, kecil akibat perlakuan manusia, maupun kecil yang mengacu pada ukuran

akibat pertumbuhan yang tidak seimbang. Leksem culib merupakan leksem khusus

yang mengandung dua sifat, kecil dan kuat, yang biasanya digunakan untuk referen

binatang dan keadaan benda (lentera). Leksem saghi merupakan leksem khusus

yang mengacu pada sifat kecil yang disebabkan belum cukup umur. Selanjutnya,

leksem cut merupakan leksem yang mengacu pada bentuk dan ukuran kecil yang

diperuntukan untuk cabai. Dari uraian dapat dikatakan bahwa leksem ubit dan cèk

merupakan pasangan sinonim yang dapat saling menggantikan, sedangkan leksem

culib, saghi, cut merupakan leksem yang tidak bisa dipertukarkan secara bebas

walaupun juga memiliki makna yang sama.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem yang

95

menyatakan ‘kecil’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, leksem yang

digunakan adalah kecil, mini, dan mikro. Perhatikan contoh berikut!

(5a) Sejak kecil dia sudah tinggal pergi ibunya.

(5b) Dia sangat suka memakai rok mini .

(5c) Usaha mikro saat ini mulai berkembang.

Dalam bahasa Aceh, sifat kecil ini dinyatakan dalam lima leksem. Kelima leksem

tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut.

Kalimat (5a) s.d. (5h) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu

sifat kecil. Kalimat (5a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang mengacu pada ukuran kesil sebuah referen. Kalimat (5b) dan (5c)

merupakan leksem khusus yang dipakai dalam bidang-bidang tertentu. Kalimat (5d)

dan (5g) merupakan leksem umum dalam bahasa Aceh yang menyatakan ukuran

kecil sebuah benda. kalimat (5e) merupakan leksem khsus yang juga digunakan

untuk referen khusus karena leksem ini mengandung makan kecil tetapi kuat.

Kalimat (5f) merupakan leksem khusus untuk menyatakan sifat kecil dalam bentuk

usia muda, dan kalimat (5h) merupakan leksem khusus untuk menyatakan sifat kecil

referen tertentu seperti cabai rawit.

(5d) Boh kayèe nyoe cèk ngon putik, gohlom jeuet ta pèt.

‘Buah ini masih kecil, belum bisa dipetik.’

(5e) Panyot nyan culib that hue. ‘Lentera ini kecil, tapi kuat nyalanya.’ (5f) Aneuk nyang saghi han jeuet

deungo haba ureung chik. ‘Anak yang masih di kecil tidak boleh mendengar pembicaraan orang dewasa.’

(5g) Lôn galak kungieng aneuk ubit nyang carong-carong.

‘Saya suka sekali melihat anak kecil yang pintar-pintar.’

(5h) Campli cut nyoe keueueng that. ‘Cabai rawit ini sangat pedas.’

96

4.2.6 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Hamil’

4.2.6.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Hamil’

Ada enam leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘hamil’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem

tersebut adalah sebagai berikut.

hamè a hamil (KBAI:278)

tieuen; meutieuen a hamil (KBAI:981)

brat a berat, tertekan, hamil; kehamilan (KBAI:97)

bunténg a bunting, hamil (KBAI:108)

mumè a hamil

ulu a bunting (untuk hewan berkaki empat, juga untuk buaya, biawak, ikan hiu, untuk manusia sangat kasar) (KBAI:1037)

Ke-6 adjektiva ‘hamil’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1)

bernyawa/tidak bernyawa (manusia, binatang, dan tumbuhan); (2) nilai rasa (netral,

halus, dan kasar); (3) perubahan makna (ameliorasi dan peyorasi); dan (4) ragam

bahasa (kata umum dan kata khusus). Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.17 Analisis Komponen Makna ‘Hamil’

No. Pasangan Sinonim

Komonen Makna

Bernyawa Nilai Rasa Perubahan

Makna Ragam bahasa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Hamè + - - + ± - + - + -

2. meutieuen + - - - - ± - + - +

3. Brat + - - ± - + + - - +

97

No. Pasangan Sinonim

Komonen Makna

Bernyawa Nilai Rasa Perubahan

Makna Ragam bahasa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

4. Bunténg + - ± - - + - + ± +

5. mumè + - - + ± - + - + -

6. Ulu ± + - - - + - + ± -

keterangan:

1. komponen makna manusia 2. komponen makna hewan 3. komponen makna tumbuhan 4. komponen makna netral 5. komponen makna halus

6. komponen makna kasar 7. komponen makna ameliorasi 8. komponen makna peyorasi 9. komponen makna kata umum 10. komponen makna kata khusus

4.2.6.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Hamil’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

hamè meutieuen brat bunténg mumè ulu

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) Ka tréb jimeukawén, tapi sampoe jinoe gohlom hamè inong nyan.

‘Walaupun sudah lama menikah, perempuan itu belum juga hamil.’

6. ka tréb jimeukawén, tapi sampoe jinoe gohlom inong nyan

98

(2) Ka tréb jimeukawén, tapi sampoe jinoe gohlom meutieuen inong nyan.

‘Walaupun sudah lama menikah, perempuan itu belum juga hamil.’

(3) Ka tréb jimeukawén, tapi sampoe jinoe gohlom brat inong nyan.

‘Walaupun sudah lama menikah, perempuan itu belum juga hamil.’

(4) Ka tréb jimeukawén, tap sampoe jinoe gohlom bunténg inong nyan.

‘Walaupun sudah lama menikah, perempuan itu belum juga bunting.’

(5) Ka tréb jimeukawén, tapi sampoe jinoe gohlom mumè inong nyan.

‘Walaupun sudah lama menikah, perempuan itu belum juga hamil.’

(6) Ka tréb jimeukawén, tapi sampoe jinoe gohlom ulu inong nyan.

‘Walaupun sudah lama menikah, perempuan itu belum juga hamil.’

Secara gramatikal, penyubstitusian keenam leksem ke dalam kalimat itu

berterima. Keenam leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Secara

semantik pun semua leksem itu juga dapat berterima. Leksem hamè, meutieuen,

brat, bunténg, mumè, dan ulu merupakan leksem-leksem yang memiliki makna

hamil. Semua leksem itu dapat digunakan pada manusia. Akan tetapi, nilai rasa yang

terkandung dalam enam leksem tersebut berbeda tergantung pada situasi dan kondisi

pemakaian. Leksem hamè, brat, dan mumè mengandung nilai rasa netral, sedangkan

meutieuen, bunténg, dan ulu mengandung niali rasa yang agak kasar. Selain untuk

manusia, leksem bunting juga dapat digunakan untuk menyatakan keadaan padi yang

sedang bernas, sedangkan leksem ulu digunakan untuk menyatakan keadaan hamil

pada hewan sehingga leksem ulu terasa sangat kasar jika ditujukan untuk manusia.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa leksem hamè, meutieuen, brat, bunténg,

mumè, dan ulu merupakan pasangan sinonim yang dapat saling menyulih tergntung

pada situasi dan kondisi pemakai bahasa.

99

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi dan referen yang berbeda

meskipun menunjukkan medan makna yang sama. Hal ini juga berlaku pada leksem

yang menyatakan ‘hamil’ dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, leksem

yang digunakan adalah hamil, bunting, dan mengandung. Perhatikan contoh berikut!

(6a) Istrinya sedang hamil.

(6b) Istrinya sedang bunting.

(6c) Istrinya sedang mengandung.

Dalam bahasa Aceh, semau leksem yang menyatakan ‘hamil’ seperti yang telah

disebutkan sebelumya dapat digunakan. Hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut.

(6d) Inong jih teungoh hamè. ‘Istrinya sedang hamil.’ (6e) Inong jih teungoh meutieuen. ‘Istrinya sedang hamil.’ (6f) Inong jih teungoh brat. ‘Istrinya sedang hamil.’ (6g) Inong jih teungoh bunténg . ‘Istrinya sedang bunting.’ (6h) Inong jih teungoh mumè. ‘Istrinya sedang hamil.’ (6i) Inong jih teungoh ulu. ‘Istrinya sedang hamil.’ Kalimat (6a) s.d. (6i) di atas menyatakan makna dan referen yang sama yaitu

keadaan hamil pada manusia. Kalimat (6a) merupakan leksem umum yang

digunakan dalam bahasa Indonesia yang memiliki nilai rasa netral dibandingkan (6b)

dan (6c). Kalimat (6b) merupakan leksem yang memiliki nilai rasa lebih kasar

daripada kalimat (6a) dan (76). Kalimat (6c) merupakan leksem yang memiliki nilai

rasa lebih halus daripada leksem (6a) dan (6b). Kalimat (6d) s.d. (6i) dalam bahasa

Aceh dapat berterima. Perbedaannya hanya terletak pada gradasi dan tingkatan nilai

rasa seperti yang telah dijelaskan dalam teknik substitusi sebelumnya.

100

4.2.7 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’

4.2.7.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’

Ada empat leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘sangat masak’ yang

tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (1985 dan 2001: 805, 797, 515,

520, 685). Leksem-leksem tersebut adalah:

riek a masak dan kering sekali, mengering (tentang buah kelapa) (KBAI:805)

reuntah a masak sekali (tentatg padi) (KBAI:797)

leubaih a sangat ranum, lodoh, terlalu masak untuk buah-buahan), gelap (utk warna) (KBAI:515)

leuiet a sangat masak (utk nasi) (520)

Ke-4 adjektiva ‘sangat masak’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen

makna: (1) gradasi (positif, komparatif, dan superlatif; (2) ragam bahasa (kata umum

dan kata khusus); (3) wujud objek (buah-buahan, buah kelapa, padi, dan makanan);

dan posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.18

Analisis Komponen Makna ‘Sangat Masak’

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Gradasi Ragam Bahasa

Wujud Objek Posisi/Keadaaan

objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. riek - + - - + ± + - - - + -

2. reuntah - - + - + - - + - - + -

3. leubaih - - + - + + - - - ± + ±

4. leuiet - - + - + - - - + + - -

101

keterangan:

1. komponen makna positif 2. komponen makna komparatif 3. komponen makna superlatif 4. komponen makna kata umum 5. komponen makna kata khusus 6. komponen makna buah-buahan

7. komponen makna buah kelapa 8. komponen makna padi 9. komponen makna makanan 10. masak karena perlakuan manusia 11. msaka secara alami 12. masak seteah dipetik

4.2.7.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Sangat Masak’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

*riek * reuntah leubaih * leuiet Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) *Hana mangat lé boh mamplam nyoe, ka riek asoe jih.

“*Mangga ini tidak enak lagi karena sudah terlalu tua dan kering.”

(2) *Hana mangat lé boh mamplam nyoe, ka reuntah asoe jih.

“*Mangga ini tidak enak lagi karena sudah terlalu masak.”

(3) Hana mangat lé boh mamplam nyoe, ka leubaih asoe jih.

“Mangga ini tidak enak lagi karena sudah terlalu lodoh.”

(4) *Hana mangat lé boh mamplam nyoe, ka leuiet asoe jih.

“*Mangga ini tidak enak lagi karena sudah terlalu matang.”

Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam itu berterima.

Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara

semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem riek biasanya digunakan

7. hana mangat lé boh mamplam nyoe, asoe jih

102

untuk menyatakan keadaan buah kelapa yang sangat masak dan kering sekali.

Leksem reuntah digunakan untuk menyatakan keadaan padi yang sangat masak.

Leksem leubaih mengacu pada buah-buahan yang terlalu ranum sehingga tidak enak

lagi untuk dimakan. Leksem leuiet hanya digunakan untuk referen berupa nasi yang

terlalu masak. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa leksem riek, reuntah,

leubaih, dan leuiet tidak dapat dipertukaran secara bebas walaupun memiliki makna

yang sama karena referen yang dimaksud masing-masing leksem berbeda.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi yang berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama, bahkan juga ada yang merupakan leksem

khusus yang hanya digunakan pada referen tetap, misalnya pada buah-buahan,

kelapa, dan padi. Akan tetapi dalam bahasa Indonesia leksem yang menyatakan

‘sangat masak’ untuk buah-buahan adalah ranum dan lodoh, sedangkan untuk

keadaan padi atau buah kelapa biasanya digunakan leksem tua, tidak ada istilah

khusus. Perhatikan contoh berikut!

(7a) Mangga ini sudah ranum. (7b) Mangga ini sudah lodoh. (7c) Buah kelapa ini sudah tua. Dalam bahasa Aceh, sifat sangat masak ini ini dinyatakan dalam leksem berbeda.

Kelima leksem tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut.

(7d) Boh mamplam nyoe ka leubaih. “Mangga ini sudah ranum.” (7e) Boh u nyoe ka riek ka, jeut dipèt. “Kelapa ini sudah tua.” (7f) Padée nyoe reuntah that ka habéh lurôh. “Padi ini sudah tua dan luruh.”

103

Kalimat (7a) dan (7b) dmenyatakan makna dan referen yang sama yaitu

keadaan sangat masak untuk buah-buahan yang berkulit tipis, sedangkan Kalimat

(7c) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa Indonesia untuk buah-

buahan yang memiliki kulit yang lebih tebal dari daging buahnya. Kalimat (7d)

merupakan leksem umum dalam bahasa Aceh untuk menyatakan keadaan sangat

masak untuk buah-buahan yang berkulit tipis, kalimat (7e) hanya digunakan untuk

referen buah kelapa, dan kalimat (7f) digunakan untuk referen padi.

4.2.8 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva

‘Mengkal’ 4.2.8.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Mengkal’

Ada enam leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘mengkal’ yang

tercantum dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-

leksem tersebut adalah:

nyèn a setengah masak (khusus utk buah pinang) (KBAI:645)

jeureukat a setengah masak (KBAI:342)

beungkai a mengkal, setengah masak (KBAI:75)

binyèt a tidak masak betul, setengah masak (utk nasi) (KBAI:87)

buriek a tidak seluruhnya masak, setengah matang, belum seluruhnya ditumbuk (KBAI:108)

pateuen a setengah masak, hampir masak (utk buah kelapa) (KBAI:683)

Ke-6 adjektiva ‘mengkal’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna:

(1) Ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (2) wujud objek (buah-buahan,

104

pinang, kelapa, dan nasi); dan (3) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19 Analisis Komponen Makna ‘Mengkal’

No. Pasangan

Sinonim

Komponen Makna

Ragam

Bahasa Wujud Objek Posisi/Keadaan Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. beungkai + - + ± - - ± ± + -

2. binyèt - + - - - + + - ± ±

3. buriek + - + - + - ± + + ±

4. pateuen - + - - + - - + + -

5. nyèn - + - + - - - + + -

6. jeureukat - + - + - - - + + -

keterangan.

1. komponen makna kata umum 2. komponen makna kata khusus 3. komponen makna buah-buahan 4. komponen makna pinang 5. komponen makna kelapa 6. komponen makna nasi

7. mengkal karena perbuatan manusa

8. mengkal secara alami 9. mengkalbisa dimakan 10. mengkal tidak bisa dimakan

4.2.8.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Mengkal’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

105

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinonim.

beungkai *binyèt buriek *pateuen *nyèn * jeureukat Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) Boh mamplam nyoe ka beungkai jeuet tapét.

“Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.”

(2) *Boh mamplam nyoe ka binyèt jeuet tapét.

“*Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.”

(3) Boh mamplam nyoe ka buriek jeuet tapét.

“Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.”

(4) *Boh mamplam nyoe ka pateuen jeuet tapét.

“*Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.”

(5) *Boh mamplam nyoe ka nyèn jeuet tapét.

“*Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.”

(6) *Boh mamplam nyoe ka jeureukat jeuet tapét.

“*Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.”

Secara gramatikal, penyubstitusian keenam leksem ke dalam itu

berterima. Keenam leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun,

secara semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem beungkai dan buriek

digunakan untuk menyatakan keadaan buah-buahan yang masih mengkal secara

umum. Leksem binyèt hanya digunakan pada referen berupa nasi yang masih setengah

matang. Leksem pateuen biasanya digunakan untuk menyatkan keadaan buah kelapa

yang hampir masak. Leksem nyèn dan jeureukat hanya digunakn untuk buah pinang

yang juga hampir masak.

8. boh mamplam nyoe ka jeuet tapét

106

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada referen berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya

digunakan leksem mengkal untuk menyatakan keadaan setengah masak untuk buah-

buahan secara umum, sedangkan untuk buah kelapa dan buah pinang tidak ada

leksem khusus. Perhatikan contoh berikut!

(8a) Mangga ini masih mengkal, rasanya sangat asam.

Dalam bahasa Aceh, sifat mengkal dinyatakan dengan leksem yang berbeda untuk

referen yang berbeda pula. Perbedaan itu dapat dilihat dalam contoh berikut.

(8b) Boh mamplam nyan le ka beungkai ka jeuet tapèt.

‘Mangga ini sudah mengkal, sudah bisa dipetik.’

(8c) Bèk kapèt boh buriek, rugoe hana soe pajôh!

‘Jangan dipetik buah yang masih mengkal, tidak bisa dimakan!’

(8d) U pateuen nyan dikap lé tupèe. ‘Kelapa mengkal ini digigit oleh tupai.’ (8e) Pineung nyoe nyèn that asoe. ‘Pinang ini isinya masih mengkal.’ (8f) Pineung nyoe jeureukat that asoe. ‘Pinang ini isinya masih mengkal.’ Kalimat (8a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang mengacu pada keadaan buah-buahan yang belum masak, sedangkan

daam bahasa Aceh, keadaan belum masak secara umum ini dinyatakan dalam

kalimat (8b) dan (8c). Kalimat (8d) digunakan hanya untuk referen buah kelapa, dan

kalimat (8e) dan (8f) diguanakn untuk referen buah pinang.

107

4.2.9 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Malu’

4.2.9.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Malu’

Ada tiga leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘malu’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001). Leksem-leksem

tersebut adalah sebagai berikut.

malèe a malu (KBAI:569)

kanjai , ganjai a sangat memalukan (KBAI:374)

sipu a sipu, malu (KBAI:888)

Ketiga adjektiva ‘malu’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna:

(1) ragam bahasa (kata umum dan kata khusus); (2) gradasi (positif, komparatif, dan

superlative); (3) konotasi (positif dan negatif); dan (4) posisi atau keadaan referen.

Analisis komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.20

Analisis Komponen Makna ‘Malu’

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Ragam

Bahasa Gradasi Konotasi

Posisi/keadaa

n Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. malèe; + + - - + - ± ± -

2 kanjai - + - - + - + - - +

3. sipu - + - ± - + - - + -

Keterangan

1. komponen mana kata umum 2. komponen mana kata khusus 3. komponen mana positif 4. komponen mana komparatif 5. komponen mana superlatif

6. komponen mana konotasi positif 7. komponen mana konotasi negatif 8. malu sebagai sifat dasar 9. malu karena keadaan 10. memalukan diri sendiri

108

4.2.9.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Malu’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

malèe *kanjai sipu

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) Lôn meurasa malèe lam hate lôn. ‘Saya merasa malu dalam hati.’ (2) *Lôn meurasa kanjai lam hate lôn. ‘Saya merasa sangat malu dalam hati.’ (3) Lôn meurasa sipu lam hate lôn. ‘Saya merasa tersipu dalam hati.’

Secara gramatikal, penyubstitusian ketiga leksem ke dalam itu berterima.

Ketiga leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara

semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem malèe merupakan leksem

umum yang mengandung nilai rasa netral yang digunakan untuk menyatakan perasan

malu, leksem kanjai mengacu pada keadaan yang mengandung konotasi negatif

karena sifat ini diidentikkan dengan sifat memalukan diri sendiri, dan leksem sipu

merupakan leksem khusus yang nilai rasanya lebih halus daripada kedua leksem yang

telah disebutkan.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada situasi berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya

9. lôn meurasa lam hate lôn

109

dikenal leksem malu dan sipu untuk menyatakan sifat ‘malu’. Perhatikan contoh

berikut!

(9a) Saya merasa malu jika tidak lulus sekolah. (9b) Gadis itu tersipu-sipu karena dipuji. Dalam bahasa Aceh, sifat malu dinyatakan dengan tiga leksem yang telah disebutkan

di atas. Perbedaan perbandingan itu dapat dilihat dalam contoh berikut.

(9c) Ureung nyan hana malèe sagai lam kawan ramèe.

‘Orang itu tidak punya malu saat bergaul dalam masyarakat.’

(9d) Inong nyan kanjai that, han jitu’oh peutimang droe.

‘Perempuan itu tidak punya malu sama sekali.’

(9e) Lôn meurasa sipu watèe han jeut jaweub soal dari gurèe.

‘Saya merasa malu ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.’

Kalimat (9a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang mengacu pada sifat malu yang dimiliki seseorang sebagai sifat yang

wajar, sedangkan dalam bahasa Aceh leksem umum yang digunakan adalah seperti

yang tertera dalam kalimat (9c). Kalimat (9b) mengacu pada keadaan malu secara

sembunyi-sembunyi dan biasanya terefleksi pada rona wajah (wajah memerah) dan

dalam bahasa Aceh dinyatakan dengan kalimat (9e). Leksem (9d) lebih mengacu

pada perbuatan yang memalukan dan menimbulkan aib sehingga gradasi leksem ini

lebih tinggi dan bernilai konotasi negatif dibandingkan kalimat (9c) dan (9e).

110

4.2.10 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bulat’

4.2.10.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Bulat’

Ada lima leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘bulat’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (Bakar, 1985 dan 2001:). Leksem-leksem

tersebut adalah:

bulat a bulat, (ki) telanjang, polos, tanpa sesuatu perhiasan, tanpa pakaian atau senjata, utuh, sendiri, tertuju seluruh perhatian kpd sesuatu, berketetapan hati (KBAI:105)

bunta a bundar, bulat (KBAI:108)

bunthok a bulat (KBAI:108)

kumbob a gembung, bulat, membengkak, menggelembung (ump pipi) (KBAI:468)

tu’ob a bulat (ump muka, juga badan), gemuk sekali, pendek dan gemuk (KBAI:1019)

Ke-5 adjektiva ‘bulat’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna: (1)

bernyawa/tidak bernyawa (manusia dan benda); (2) Ragam bahasa (kata umum dan

kata khusus); dan (3) posisi atau keadaan referen. Analisis komponen tersebut dapat

dilihat pada tabel berikut.

111

Tabel 4.21 Analisis Komponen Makna ‘Bulat’

keterangan

1. komponen makna manusia 2. komponen makna benda 3. komponen makna kata umum 4. komponen makna kata khusus

5. bulat sebagai sifat dasar 6. bulat muka 7. bulat badan

4.2.10.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Bulat’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinonim.

bulat bunta bunthok *kumbob tu’ob

No. Pasangan Sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak

Bernyawa

Ragam

Bahasa

Posisi/Keadaan

Referen

1 2 3 4 5 6 7

1. bulat ± + + - + ± ±

2. bunta + - - + - ± -

3. bunthok + - - + - - -

4. kumbob + - - + - + -

5. tu’ob + - - + ± + +

10. that muka jih

112

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut.

(1) That bulat muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’ (2) That bunta muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’ (3) That bunthok muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’ (4) *That kumbob muka jih. ‘*Mukanya sangat bulat.’ (5) That tu’ob muka jih. ‘Mukanya sangat bulat.’

Secara gramatikal, penyubstitusian kelima leksem ke dalam itu berterima.

Kelima leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Namun, secara

semantis tidak semua leksem itu dapat berterima. Leksem bulat merupakan leksem

umum yang ditujukan untuk menyatakan keadaan bulat pada sebuah benda, terkadang

juga dipergunakan pada manusia jika menyangkut bentuk fisiknya. Leksem bunta,

bunthok, dan tu’ob merupakan eksem khusus yang menyatakan bentuk bulat wajah

manusia, sedangkan leksem kumbob menyatukan bentuk bulat pada bagian pipi

manusia.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada referen dan situasi berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya

digunakan leksem bulat, bundar dan lingkaran. Leksem bulat dan bundar digunakan

untuk menyatakan keadaan bentuk ‘bulat’ baik pada bentuk wajah dan tubuh

manusia maupun pada bentuk dasar benda, sedangkan lignkaran digunakan sebagai

sebutan bagi bangun datar. Perhatikan contoh berikut!

(10a) wajahnya bulat.

(10b) Wajahnya bundar.

(10c) Lingkaran adalah bangun ruang yang memiliki diameter dan jari-jari.

Bandingkan dengan contoh dalam bahasa Aceh.

113

(10d) Bola nyan bentuk jih bulat. ‘Bola itu bentuknya bulat.’

(10e) Muka aneuknya bunta. ‘Wajah anak itu bulat.’

(10f) Mukajih bunthok that. ‘Wajahnya bulat sekali.’

(11g) Muka aneuk nyan tu’ob that. ‘Wajah anak itu bulat sekali.’

Kalimat (10a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang menayatakan bentuk bulat secara umum dan dalam bahasa Aceh

dinyatakan dalam kalimat (10d). Kalimat (10b) merupakan leksem khusus karena

lekem bundar ini lebih mengacu kepada bentuk bulat yang mengandung volume.

Kalimat (10c) merupakan istilah dalam matematika untuk mendefinisikan bentuk

bulat sebuah bangun datar. Kalimat (10e), (10f), dan (10g) merupakan leksem khusus

yang digunakan untuk menyatakan bentuk wajah yang bulat.

4.2.11 Analisis Komponen Makna dan Teknik Substitusi Leksem Adjektiva ‘Hitam’

4.2.11.1 Analisis Komponen Makna Leksem Adjektiva ‘Hitam’

Ada empat leksem adjektiva yang menyatakan makna ‘hitam’ yang tercantum

dalam Kamus Bahasa Aceh-Indonesia (1985 dan 2001: 904, 279, 339, dan 371).

Leksem-leksem tersebut adalah sebagai berikut.

sukla a hitam lebam, hitam pekat, hitam sekali (KBAI:904)

kleng a hitam, sangat hitam

galéng, itam galéng a hitam legam (ump rambut, warna kulit) (KBAI:211)

itam, hitam a hitam, gelap, kotor (KBAI:317)

Keempat adjektiva ‘hitam’ ini dikelompokkan berdasarkan komponen makna:

(1) bernyawa/tidak bernyawa (manusia, binatang, dan benda); (2) Ragam bahasa

(kata umum dan kata khusus); (4) gradasi (positif, komparatif, dan superlatif); (5)

114

asosiasi konotasi (positif dan negatif); (6) dan posisi atau keadaan referen. Analisis

komponen tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.22 Analisis Komponen Makna ‘Hitam’

No. Pasangan

sinonim

Komponen Makna

Bernyawa/Tidak

Bernyawa

Ragam

bahasa Gradasi

Posisi/Keadaan

Objek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1. sukla + + ± - + - - + + + -

2. kléng + - - - + - - + + + -

3. galéng + - + - + - ± + ± + +

4. itam + - + + - + - - + + +

Keterangan

1. komponen makna manusia 2. komponen makna binatang 3. komponen makna benda 4. komponen makna kata umum 5. komponen makna kata khusus 6. komponen makna positif

7. komponen makna komparatif 8. komponen makna superlatif 9. hitam sebagai sifat dasar 10. hitam warna kulit 11. hitam warna rambut

4.2.11.2 Substitusi Leksem Adjektiva ‘Hitam’

Untuk menentukan data pasangan sinonim yang telah terkumpul itu benar-

benar sinonim, data-data tersebut akan saling disubstitusikan. Jika suatu kata dapat

diganti dengan kata yang lain dalam konteks yang sama dan makna konteks itu tidak

berubah, pasangan data tersebut dapat dikatakan bersinoim.

11. that ureueng nyan sukla kléng galéng itam

115

Dari penyubstitusian itu, akan didapat konstruksi kalimat sebagai berikut. (1) That sukla ureueng nyan. ‘Orang itu sangat hitam kulitnya.’ (2) That kléng ureueng nyan. ‘Orang itu sangat hitam kulitnya.’ (3) That galéng ureueng nyan. ‘Orang itu sangat hitam kulitnya.’ (4) That itam ureueng nyan. ‘Orang itu sangat hitam kulitnya.’

Secara gramatikal, penyubstitusian keempat leksem ke dalam itu berterima.

Keempat leksem itu menduduki fungsi predikat di dalam kalimat. Secara

semantispun semua leksem itu dapat berterima dalam konteks. Leksem sukla, kléng,

galéng dan itam menyatakan sifat hitam sebagai warna kulit pada manusia. selain

untuk manusia, leksem sukla juga dapat digunakan untuk referen binatang. Leksem

kléng menyatakan sifat sangat hitam untuk kulit dan terkadang juga digunakan

sebagai ejekan. Leksem galéng digunakan untuk menyatakan sifat sangat hitam pada

warna kulit dan warna rambut,dan leksem itam merupakan leksem umum yang

digunakan untuk menyatakan warna hitam sebagai sifat dasar sebuah benda.

Berdasarkan perbedaan makna yang dimiliki oleh tiap-tiap leksem tersebut,

terlihat leksem-leksem tersebut digunakan pada referen berbeda meskipun

menunjukkan medan makna yang sama. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia, hanya

dinyatakan dengan leksem hitam untuk menyatakan sifat hitam pada semua referen.

Perhatikan contoh berikut!

(11a) Kulitnya sangat hitam.

Bandingkan dengan contoh dalam bahasa Aceh.

(11b) Kulétjih that sukla. ‘Kulitnya sangat hitam.’

(11c) Kulétjih that kléng. ‘Kulitnya sangat hitam.’

(11d) Kulétjih that galéng. ‘Kulitnya sangat hitam.’

116

Kalimat (11a) merupakan leksem umum yang digunakan dalam bahasa

Indonesia yang menyatakan sifat hitam. Dalam konteks kalimat (11a) untuk

menyatakan gradasi paling digunakan kata sangat. Hal ini berbeda dalam bahasa

Aceh yang mempunyai leksem khusus yang menyatakan gradasi paling hitam seperti

yang tercantum dalam kalimat (11b), (11c), dan (11d).

117

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Adjektiva bersinonim dalam BA memiliki 124 medan makna yang terinci ke

dalam beberapa tipe adjektiva. Tipe-tipe tersebut adalah: 1) dua puluh lima tipe

adjektiva yang menyatakan sikap, tabiat, atau perilaku batin manusia; 2) lima

tipe adjektiva yang menyatakan keadaaan bentuk; 3) dua belas tipe adjektiva

yang menyatakan ukuran; 4) enam tipe adjektiva yang menyatakan waktu dan

usia; 5) empat tipe adjektiva yang menyatakan warna; 6) lima tipe adjektiva yang

menyatakan jarak; 7) empat tipe adjektiva yang menyatakan kuasa tenaga; 8)

tujuh belas tipe adjektiva yang menyatakan kesan atau penilaian indera; 9) tiga

puluh satu tipe adjektiva pemeri sifat yang memerikan kualitas dan intensitas

yang bercorak fisik atau mental; dan 10) lima belas tipe adjektiva tidak bertaraf.

(2) Hubungan kesinoniman adjektiva bersinonim dalam BA dapat dibuktikan dengan

analisis komponen makna dan teknik substitusi. Analisis komponen makna

membuktikan adanya komponen makna yang terkandung dalam setiap leksem

yang menyebabkan sebuah leksem bersinonim atau tidak dengan leksem yang

lain dalam sebuah medan makna. Teknik substitusi membuktikan bisa atau

tidaknya sebuah leksem yang dianggap bersinonim saling disulih dalam sebuah

konteks yang sama. Berdasarkan dua teknik tersebut, membuktikan bahwa

117

leksem adjektiva bersinonim dalam BA tidak semuanya merupakan pasangan

sinonim mutlak yang dapat saling menggantikan dalam konteks yang sama.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas, dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa

saran. Adapun saran-saran yang diajukan sebagai berikut.

(1) Diharapkan penelitian yang berhubungan dengan sinonim adjektiva dan kelas

kata lain dalam BA dapat dilanjutkan oleh peneliti lain sehingga dapat

mengungkap hal-hal yang belum terungkap melalui penelitian ini khususnya

dalam kajian BA.

(2) Diharapkan penelitian yang berhubungan dengan kajian kesinoniman BA ini

juga dapat membuka ruang bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan

aspek semantik yang hingga saat ini masih belum banyak diteliti, terutama

dalam BA.

119

DAFTAR PUSTAKA

Alieva. N.F. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku. Jakarta: Balai Pustaka. Aminuddin. 2003. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar Baru

Algesindo. Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2009. Morfologi: Bentuk, Fungsi, dan Makna. Jakarta:

PT Gramedia. Bakar, Aboe. dkk. 1985. Kamus Bahasa Aceh-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa. . 2001. Kamus Bahasa Aceh-Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Blommfield, Leonard. 1995. Language. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. . 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. . 2006. Tata Bahasa praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. . 2007a. Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2007b. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka cipta.

. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 1:Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung:

PT Eresco. Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia: untuk Mahasiswa

Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

120

Kushartanti. dkk. 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Geoffrey, Leech (Ed). 2003. Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moentaha, Salihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan. Jakarta: Kesaint Blanc. Muniah, Dad, dkk. 2000. Kesinoniman dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tata Bahasa

Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara. Parera,J.D. 1994. Morfologi Bahasa . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Poedjosoedarmo, Soepomo. 2003. Filsafat Bahasa. Surakarta: Muhammadiyah

University Press. Ridwan. 2006. Bahasa dan Linguistik. Jakarta: PT Mestika. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:

Sebelas Maret University Press. Wildan, 2002. Tata Bahasa Aceh. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa. Zurriyati, Syarifah. 2009. Verba Bersinonim dalam Bahasa Aceh. Banda Aceh: Balai

Bahasa Aceh.

121

Instrumen Adjektiva Bersinonim dalam Bahasa Aceh

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

1.

akhir Adék tulôt lôn cukôp carong bak jimeulagu. Tanda donya ka akhé le ureung nyang pubuet maksiat. Aneuk bungsu lam keuluarga nyan banlheueh mantong jimeukawén. Buet jih hana seuteungoh-seuteungoh, sampoe seuleusoe jipubuet. Kitab nyan ka tamam dibaca lé Teungku Ma’in. Jih ka tamat sikula.

‘Adik bungsu saya cukup pintar bernyanyi’. ‘Banyak orang berbuat maksiat sebagai salah satu tanda akhir zaman’. ‘Anak bungsu dalam keluarga itu baru saja menikah’. ‘Pekerjaannya tidak setengah-setengah, semuanya dikerjakan sampai selesai’. ‘Kitab itu sudah tamat dibaca oleh Tengku Ma’in’. ‘Dia sudah tamat bersekolah’.

2. asam Ta peu-asam eungkot nyoe mangat gadoh bèe hanyi! Masam that bèe droeneuh, neujak manoe keudéh!

‘Bubuhilah asam pada ikan agar hilang bau amisnya’! ‘Bau badan Anda asam sekali, pegilah mandi’!

3. banci Agam dare nyan. Nyan ureung kônsa, nam buleuen jeuet keu agam, nam buleuen jeuet keu inong. Nyan inong ulaya.

‘Itu laki-laki banci’. ‘Dia banci, enam bulan menjadi laki-laki, enam bulan kemudian menjadi perempuan’. ‘Itu perempuan banci’.

4. banyak Adakpih jimeukat sikan uroe, tapi barangjih lagôt samuek that. Eungkôt nyoe meuseuè. Bulèe dada Rhoma Irama cukôp seurenga.

‘Walaupun dia berdagang cuma setengah hari, tapi barangnya banyak yang laris’. ‘Ikan ini banyak sekali’. ‘Bulu dada Rhoma Irama cukup banyak’.

122

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Pemilukada kali nyoe jiikôt lé rakyat balak. Ujeuen kali nyoe bôh-bah lagèe beukah sang-hie langèt. Thôn nyoe damoh that boh kayèe. Rakyat meukajun-kajun lam istana raja nyan. Bak luka nyan darah meukeuba-keuba jiteubiet. Lam nanggroe nyoe le ureung nyang kaya, tapi le chit ureng nyang gasien. Saboh mok ditaguen breueh, tapi watèe jeuet keu-bu nyan m’ue. Reughak ureung maté lam prang nyan.

‘Pemilukada kali ini diikuti oleh rakyat banyak’. ‘Hujan kali ini melimpah ruah seperti pecah langitnya’. ‘Tahun ini banyak sekali buah yang dipanen’. ‘Rakyat melimpah ruah di dalam istana’ ‘Darah mengalir banyak sekali dari luka itu’. ‘Di negeri ini banyak orang kaya, tapi banyak juga orang yang miskin’. ‘Dia memasak nasi cuma satu mug, tetapi ketika masak nasinya bertambah banyak’. ‘Banyak sekali orang mati dalam perang itu’.

5. bau harum Bèe badanjih meuhipaih-hipaih that. Bèe nyoe hireut lam saboh gampông. Ie bungong mawoe ka gadoh hirômjih. Hiru biru that bèe ureung muda nyan. Bèe jih mupaih lagèe rhô minyeuk wangi. Ban trôk gata di sinoe, seubôk leh bèe kama nyoe. Bèe kanot bu nyoe seungam han tu’oh lôn peugah. Kacang teule nyoe bangoe that bèe jih. Bèe ie mawoe meudrô-drô keunoe keudéh.

‘Bau badannya semerbak sekali’. ‘Baunya semerbak ke seluruh kampung’. ‘Bunga mawar ini sudah hilang wanginya’. ‘Wangi sekali pemuda itu’. ‘Baunya semerbak seperti tumpah minyak wangi’. ‘Ketika kamu sampai di sini, kamar ini menjadi semerbak baunya’. ‘Bau periuk ini seperti wangi yang tidak bisa saya katakan’. ‘Kacang goreng ini wangi sekali baunya’. ‘Bau mawar ini semerbak ke sana kemari’.

6. bau tak sedap Breueh nyan ka tréb ka meubèe apak. ‘Beras ini sudah lama disimpan sehingga berbau apak’.

Lanjutan tabel…

123

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Ie lam mon nyan ka meubèe banga. Alèh pakriban bu nyan jeuet basi dudoe? Eungkôt nyan that busôk bèe jih. Pat lungkèe tutông? Ceungèh that bèe. Geutiek si gam nyan hangèk that bèe. Gulèe sie kamèng nyoe hanggôi that bèe. Gulèe nyoe meuh’ong that karna le that kunyèt. Hanyi that bèe eungkôt seungko nyoe. Babah droeneuh kh’eb that bèe. Kh’ieng that bèe èk nyoe. Mak lôn teungoh geupeumasak minyeuk khie. Boh iték jruek nyoe tréb that disimpan, ka meubèe kh’ob. Kuéh nyoe ka khoih bèe, han jeuet ta pajôh lé. Ija nyoe ka tréb direndam lam ie, seuhingga ka meubèe phong. Chueng that mon nyan hana disiram banlheueh tôh ‘iek. Bah pih kaleueh ka rhah ija, mantong ciet bèe reungie. Bu nyoe ka bèe peungèt hana mangat lé tapajôh.

‘Air sumur ini berbau bangar’. ‘Entah bagaimana nasi ini akhirnya basi?’ ‘Ikan ini berbau sangat busuk’. ‘Dimana ada tanduk terbakar? Baunya sangit sekali’. ‘Bau ketiak laki-laki ini sangit sekali’. ‘Gulai kambing ini sangat berbau celurut’. ‘Gulai ini berbau maung karena banyak mengandung kunyit’. ‘Ikan lele ini anyir sekali baunya’. ‘Bau mulut Anda sangat busuk’. ‘Tahi ini bau sekali’. ‘Ibu saya sedang memasak minyak tengik’. ‘Jika terlalau lama disimpan, telur asin ini akan berbau busuk’. ‘Kue ini tidak dapat dimakan lagi karena sudah berbau apak’. ‘Kain ini sudah lama terendam dalam air sehingga berbau kurang sedap’. ‘Sumur ini berbau pesing karena tidak disiram setelah kencing’. ‘Walaupun kain ini sudah dicuci bersih tetap saja berbau busuk’. ‘Nasi ini berbau angit sehingga tidak bisa dimakan lagi’.

Lanjutan tabel…

124

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

7. bawah Yub bak kayèe kaduek, mangat bèk su-uem teuh! Lôn puduek breuh nyan di barôh rinyeun.

‘Duduklah di bawah pohon agar tidak kepanasan’. ‘Saya menyimpan beras ini di bawah tangga’.

8. bebas Awaknyan udép jih labaih dumhoe jeuet geujak adakpih kana aneuk. Jih lheueh dari peunjara sibuleun teuk. Nanggroe nyoe ka meureudéka 67 thôn likôt. That bibeueh inong nyan jimeungon lam kawan.

‘Mereka bebas pergi kemana saja walaupun sudah memiliki anak’. ‘Orang itu bebas dari penjara sebulan lagi’ ‘Negeri ini sudah merdeka 67 tahun yang lalu’. ‘Perempuan itu sangat bebas berteman dengan siapa saja’.

9. belang Bulèe aneuk mie lôn nyang ban lahé plang-plang mandum. Manok siyam nyan bulèe takuejih piléh lagak hie. Kulét ureung nyan supakjih ban saboh badan. Boh rambôt nyan gohlom gèt tuha, mantong burék.

‘Bulu anak kucing saya yang baru lahir belang-belang semua warnanya’. ‘Ayam siyam itu bulu lehernya belang-belang’. ‘Kulit orang itu belang-belang putih di seluruh badan’. ‘Rambutan itu masih burik belum masak betul’.

10. bengkok Lungkèe keubeu nyan awèk meunan. Pakon rhueng gata bungkôk udeueng lagèe nyan? Pakon bak kayèe ceukok lagèe nyoe? Pakon neuduek meukiwieng lagèe nyan? Kréh nyan matajih kiwieng-kiwot. Bèk ka éh meukudon lagèe nyan, sakét bahô teuh! Lungkèe leumo nyan that rungkob. Lungkèe leumo nyan that rungkom. Bulèe keunèng inong nyan that leunték.

‘Tanduk kerbau ini bengkok’. ‘Mengapa penggung Anda bungkuk udang seperti itu’? ‘Mengapa batang pohon ini bengkok seperti ini’? ‘Mengapa duduk membungkuk seperti itu’? ‘Mata keris itu bengkok’ ‘Jangan tidur membungkuk seperti itu, nanti sakit bahu’! ‘Tanduk sapi itu bengkok sekali’. ‘Tanduk sapi itu bengkok sekali’. ‘Alis perempuan itu lentik sekali’.

Lanjutan tabel…

125

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Padé lam blang kabéh rungkok.

‘Padi di sawah sudah membungkuk semuanya karena sudah masak’.

11. berair/lembab jitaguen gulèe meuncong-ncong that.

Luka nyoe meulak-lak meucampu nanoh. Bu nyoe binyoe that lagèe bubur. Sira ka paseueng dum. Tanoh nyan han jeuet thô, sabé meukabiem. Pakon ta taguen bu binyè lagèe nyoe?

‘Dia memasak sayur sangat berair ’. ‘Luka ini berair bercampur nanah’. ‘Nasi ini sudah terlalu matang sehingga berair seperti bubur’. ‘Garam sudah lembab semua’. ‘Tanah ini tidak bisa kering karena selalu berair ’. ‘Kenapa lembek nasi ini dimasak’?

12. berani Jih cukôp beuhe, meusidroe ureung hana jitakôt. Bah pih jih ubiet, jih brani. That ceubeueh jih, lam uteun keujeuet jak sidroe. Inong nyan geueh that, meubacut hana jitakôt. Deungon gagah peukasa Teuku Uma geulawan kaphé Belanda. Manoek jantan lôn carong that jiku-’uek. Jih hô-hô that di gampông tapi hana arti peu nyang jipubuet.

‘Dia cukup berani, tidak seorang pun yang dia takuti’. ‘Walaupun kecil, dia berani’. ‘Berani sekali dia berjalan dalam hutan sendirian’. ‘Perempuan itu berani sekali, sedikit pun tidak ada yag dia takuti’. ‘Dengan gagah perkasa Teuku Umar berperang melawan Belanda’. ‘Ayam jantan saya pandai sekali berkokok’. ‘Dia luntang-lantung di kampong ini tapi apapun yang dia kerjakan tidak ada arti’.

13. bercucuran Aneuk nyan teuingat keu-ureung chik jih nyang ka meuninggai sampoe meureb-reb ie mata. Aneuk miet nyan jimoe meureue-reue ie mata. Jih jimoe meusôk-meusôk sampoe meureuen-reuen ie

‘Anak itu berlinangan air mata mengingat orang tuanya yang sudah meninggal’. ‘Anak kecil itu menangis bercucuran air mata’. ‘Dia menangis terisak-isak hingga bercucuran air

Lanjutan tabel…

126

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

mata. Putroe nyan reujoh-reujah ie matajih. Cumuet bak badanjih ka beureutôh sampoe meuch’a-ch’a nanoh ngon darah. Kanot bu lôn ka boco, watèe lôn taguen bu meudrab-drab ie jih jiteubiet. Darah jieubiet meuheue-heue bak luka nyan. Aneuk nyan jimoe meudrô-drô ngon ie mata. Ie mata jih meulak-lak jimoe.

matannya’. ‘Putri itu bercucuran air matanya’. ‘Bisul di badannya sudah meletus hingga bercucuran nanah dengan darahnya’. ‘Periuk nasi saya sudah bocor, ketika saya menanak nasi air bercucuran keluar’. ‘Darah keluar bercucuran dari luka itu’. ‘Anak itu menangis bercucuran air mata’ ‘Air matanya bercucuran keluar’

14. bersih That gléh rumoh nyoe. Ji ék haji ngon pèng khaih. Suci that hate ureung nyan. Nyan makam ureung kuduih.

‘Rumah ini sangat bersih’. ‘Ia pergi haji dengan uang bersih’. ‘Hati orang itu suci sekali’ ‘Itu adalah makam orang kudus’

15. besar Badanjih ranggong that. Leumo Benggali raya-raya that badanjih. Ureung rayek pangkat teuga that dipujoe-pujoe. Sidroe ulama agung Aceh ban khong meuninggai kreuna sakét. Seubagoe ureung Islam, geutanyoe tameulakèe bak Allah akeuba.

‘Badannya tinggi besar’. ‘Sapi Benggali badannya besar-besar’. ‘Orang yang memiliki pangkat yang besar selalu dipuja-puja’. ‘Seorang ulama agung Aceh baru saja meninggal dunia karena sakit’. ‘Sebagai umat Islam, kita hanya boleh meminta kepada Allah yang Mahabesar’.

16. bingung Mameung lôn, han jeuet kuseumiké. Uroe nyoe lôn meuragu that até lôn.

‘Saya bingung tidak bisa berpikir’. ‘Hari ini pikiran saya kacau sekali’.

Lanjutan tabel…

127

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Teusangeu-sangeu kungieng ureung nyan, sang hie kuturie. Lôn tutot dipeugèt lé jih. Teubinga-teubinga kungieng buet jih. Lôn gameum that uroe nyoe. Pakon droeneuh gante that uroe nyoe? Kah lagèe ureung itaite. Kamoe pih bingong han tu’oh pike.

‘Saya terheran-heran melihat orang itu, sepertinya saya kenal’. ‘Saya bingung dibuatnya’. ‘Saya bingung melihat perbuatannya’. ‘Saya bingung sekali hari ini’. ‘Mengapa hari ini Anda kelihatan bingung’? ‘Kamu seperti orang bingung’. ‘Kami pun bingung tidak sanggup berpikir’

17. bodoh Budô that gata, nyan mantong hana ka teupeu! Tajak sikula mangat bèk dungèe geutanyoe. Got that ngeut gata, meung gari mantong han jeuet ka-ék. Han jeuet pakèk kah, ulok-ulok that ureungjih. Budueng that gata, sabé tinggai glah! Peue nyang jipeugah moseutahé mandum. Cukôp bang’ai kah, meung kameubileueng han jeuet! Aneuk nyan that beupak, dumnan geuprunoe han ék jeuet. Gata ureungjih lok-lok, hana kadeungo gop.

‘Bodoh sekali kamu, itu saja tidak tahu’! ‘Kita karus sekolah agar kita tidak bodoh’. ‘Benar-benar bodoh kamu, sepeda saja tidak bisa kamu kendarai’. ‘Kamu orang yang tidak bisa dipakai, dungu sekali kamu’. ‘Kamu bodoh sekali, selalu tinggal kelas’! ‘Apa yang dia katakan mustahil semua’. ‘Cukup bodoh kamu, berhitung saja tidak bisa’! ‘Anak itu bodoh sekali walaupun sudah diajarkan’. ‘Kamu orang yang dungu, tidak pernah mendengarkan orang lain’.

18. boros Ureung nyan mubadé that udép jih. Panyot nyoe gét rampuih that dijép minyeuk.

‘Orang itu hidupnya sangat boros’. ‘Lampu teplok ini boros sekali menyerap minyak’.

Lanjutan tabel…

128

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Ureung nyan rukheuek that udép jih. ‘Orang itu hidupnya sangat boros’. 19. bosan Lôn hana that galak kuah leumak kreuna watèe

lônpajôh bagaih that leugeu. Bagaih-bagaih neupajôh kulak nyoe, bah bèk beugeu. Glak that lôn deungoe haba-haba sot di TV. Makanan nyang dipeugét lé nèk nyan ka lan tapajôh kreuna kuto. Lôn ka pueh jak kuliah padahal bacut teuk rhab lheueh. Uroe nyoe lôn suntôk hana tuhoe kujak.

‘Saya kurang suka kuah berlemak karena ketika dimakan cepat sekali muak’. ‘Cepat-cepatlah makan gulai ini agar tidak cepat mual’. ‘Bosan saya mendengar berita yang sama terus-menerus di TV’. ‘Makanan yang dibuat oleh nenek sudah jijik dimakan karena kotor’. ‘Saya sudah bosan kuliah padahal sebentar lagi selesai’. ‘Hari ini saya merasa suntuk tidak tahu pergi kemana’.

20. bulat Bola nyan bentuk jih bulat. Muka aneuknya bunta. Mukajih bunthok that. Miengjh kumbob that. Muka aneuk nyan tu’ob that.

‘Bola itu bentuknya bulat’. ‘Wajah anak itu bundar’. ‘Mukanya bulat sekali’. ‘Pipinya bulat sekali’. ‘Muka anak itu bulat sekali’.

21. cepat Beuleugat-leugat hai Bang bak neumeuibadah! Tapeu pantai bacut tajak! Si Maè nyan peunyeuri that bak meulumba. Beu reujang-reujang tabeudoh hai rakan meuyoe katrôk watèe seumayang! Geutanyoe ta tèebat sigra sigolom ajai trôk. Krèta angèn nyan bagaih that dijak.

‘Cepat-cepatlah hai Bang dalam beriadah’! ‘Berjalanlah cepat sedikit’! ‘Ismail berlari sangat cepat dalam lomba’. ‘Cepat-cepatlah bangkit wahai Saudara jika sudah tiba waktu salat’! ‘Kita harus segera bertaubat sebelum ajal menjemput’. ‘Sepeda itu cepat sekali berjalan’.

Lanjutan tabel…

129

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Peusawat jiipo deuru di langèt. Draih that jijak.

‘Pesawat itu terbang sangat cepat di langit’. ‘Cepat sekali ia berjalan’.

22. dangkal Ie krueng nyoe deue that ie. Kueh nyan dibôh lam cipé dè. Le that pusông paya nyoe.

‘Sungai ini dangkal sekali airnya’. ‘Kue itu ditaruh dalam pinggan ceper’. ‘Di rawa ini banyak tempat yang dangkal’.

23. dekat Neuduek rapat bacut teuk, jeuet duek ureung laén! Rumoh lôn ngon rumoh jih cukôp toe, hana jeuoh. Bèk tapeuakrab droe ngon ureung paléh nyan! Aneuk nyan jiduek meusibimbaran jingadap gurèejih. Phat chit jeu’oh? Na ’èt c’èh mantong. Dari manyak phôn gobnyan chit ngon karib lôn. Neujak bagaih bacut, ka rab trôk nyoe! Hai, bèk jap that kaduek toe bintéh, kuto entreuk bajèe kah! Yah lôn ngon yah jih cuali that geumeungon.

‘Duduklah yang rapat agar orang lain juga bisa duduk’! ‘Rumah saya dengan rumahnya cukup dekat’. ‘Jangan mengakrabkan diri dengan orang licik itu’! ‘Anak itu duduk berdekatan menghadap gurunya. ‘Apanya juga yang jauh? padahal sedekat ini’. ‘Sejak kecil dia memang teman akrab saya’. ‘Berjalanlah cepat sedikit karena ini sudah hampir dekat’! ‘Hai, jangan duduk dekat sekali dengan dinding, nanti bajumu kotor’. ‘Ayah saya berteman akrab dengan ayahnya’.

24. dingin Han mangat lé bu nyoe, ka ceudèng. Leupie that beungoh nyoe. Saknyoe, sang-sang lôn jiteuka sidab siklèp mata.

‘Nasi ini sudah dingin, tidak enak lagi dimakan’. ‘Pagi ini dingin sekali’. ‘Sepertinya, sekejap tadi saya dihinggapi perasaan dingin’.

25. enak Mangat that teumon bu uroe nyoe. Han tom lôn pajôh makanan nyang ladat lagèe nyoe.

‘Lauk hari ini enak sekali’. ‘Saya tidak pernah makan makanan yang enak seperti

Lanjutan tabel…

130

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Gulèe kamèng nyan simban that rasajih.

ini’. ‘Gulai kambing ini enak sekali rasanya’

26. gatal Badan lôn gatai keunong ulat bulèe. Lôn meurasa leuho ban saboh badan hana kumanoe. Badan lôn mèt-mot that lagèe keunong ulat bulèe.

‘Badan saya gatal terkena ulat bulu’. ‘Saya merasa gatal di seluruh badan karena belum mandi’. ‘Badan saya gatal-gatal seperti terkena ulat bulu’.

27. gelap Uroe ka padèe. Ureung nyan ka buta dari manyak phôn. Uroe ka seupôt jeuet tajak woe. Malam nyoe that glap, buleuen mantong hana deuih. Klam that malam nyoe, buleuen mantong hana deuih. Malam nyoe glap gulita.

‘Hari sudah gelap’. ‘Orang itu sudah buta sejak kecil’. ‘Hari sudah gelap dan kita sebaiknya pulang’. ‘Malam ini gelap sekali, bulan saja tidak muncul’. ‘Malam ini gelap sekali, bulan saja tidak muncul’. ‘Malam ini gelap gulita’

28. gembung Jih éh hana jipakèk ija limbôt habéh leukueb-leukueb jikap lé nyamok. Lôn hana ingat peu nyang kupajôh sampoe pruet lôn nyoe pusông lagèe nyoe. Le aneuk dara meunyoe watèe muda miengjih kumbéb-kumbéb that. Pruet lôn teurasa seungkak kreuna han item tubiet angèn. Pruet ureung nyan raya seungkôh lagèe beukuem. Aneuk dara nyan diheui si beukob gara-gara miengjih meuasoe padat.

‘Ia tidur tidak memakai selimut sehingga badannya bentol-bentol digigit nyamuk’. ‘Saya tidak ingat apa yang saya makan hingga perut saya busung begini’. ‘Banyak anak gadis sekarang yang gembung-gembung pipinya’. ‘Perut saya terasa bengkak karena tidak mau kentut’. ‘Perut orang itu gembung seperti ikan kembung’. ‘Gadis itu dipanggil si gembung pipi karena pipinya padat berisi’.

Lanjutan tabel…

131

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Pruetjih ka ceudeut, pakriban jeuet jijak lom? Cumuet lôn ka rhab beureutôih, ka deuh ceudot matajih. Bantai nyoe ka tréb hana diadèe hana keumbông lé. Gara-gara sakét gigoe, mieng lôn ka keumong. Mata aneuk nyan baroe di coh lé geumoto sampoe cukôp that keutueb. Gaki nyang meugkilah nyan ka beungkak. Ka tréb that jimoe mata-matajih ka deueh bluek. Badan aneuk manyak nyan habéh licôh jikap lé nyamok.

‘Perutnya sudah membengkak, bagaimana ia bisa berjalan lagi’? ‘Bisul saya sudah hampir meletus, sudah membengkak matanya’. ‘Bantal ini sudah lama tidak pernah dijemur sehingga tidak kembung lagi’. ‘Gara-gara sakit gigi, pipi saya menjadi bengkak’. ‘Mata anak itu disengat oleh lebah sehingga cukup bengkak kelihatannya’. ‘Kaki yang terkilir itu sudah bengkak’. ‘Dia sudah lama menangis sehingga matanya membengkak’. ‘Badan anak itu bentol digigit oleh nyamuk’.

29. gemetar Pakon droen brudui, keumeung sakét peu banlheueh sakét? Badan lôn meutat-tat keunong ujeuen. Lon mantong sakét, badan mantong mukot-kot. Tanoh nyoe meuyo-yo meuyoe tajak di ateueh jih. Lôn yoe meunyoe kujak keunan. Badanjih meukeuta jingieng rimueng.

‘Mengapa Anda gemetar, mau sakit atau baru sembuh dari sakit’? ‘Badan saya gemetar terkena hujan’. ‘Saya masih sakit, badan masih gemetar’. ‘Tanah ini bergetar jika kita berjalan di atasnya’. ‘Saya takut jika berjalan ke sana’. ‘Badannya gemetar melihat harimau’

30. gemuk That gulok aneuk nyan. Ureung nyan badanjih lup’om that.

‘Gemuk sekali anak itu’. ‘Orang itu badannya gemuk tetapi lemah sekali’.

Lanjutan tabel…

132

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Aneuk nyan subo that badanjih. Ka teumbon jih, han pijuet lé. Badan inong nyan tu’ob that. Kah ka beugok, akai meubacut hana!

‘Anak itu montok sekali badannya’. ‘Dia sudah gemuk, tidak kurus lagi’. ‘Badan perempuan itu gemuk sekali’. ‘Kamu sudah besar dan gemuk, tetapi tidak bisa menggunakan otak’!

31. gila Bèk ka ganggu ureung seudèe nyan! Ureung nyan ka dawai, sang-hie hana puléh lé. Han jeuet ta patéh haba ureung teudèe-dèe nyan. Ureung gila nyan teumpatjih di rumoh sakét jiwa. Inong majeunun nyan siat-at dipasung. Ureung ateuh le that nyang pungo jabatan. Lôn hana teupeu peue nyang dipeugah lé ureung rate nyan.

‘Jangan ganggu orang yang kurang waras itu’! ‘Orang itu sudah gila, sepertinya tidak akan pulih lagi’. ‘Tidak bisa dipercaya omongan orang yang setengah gila itu’. ‘Orang gila itu tempatnya di rumah sakit jiwa’. ‘Perempuan gila itu sebentar-sebentar dipasung’. ‘Orang atas banyak sekali yang gila jabatan’. ‘Saya tidak tahu apa yang dikatakan oleh orang yang kurang waras itu’.

32. halus Lumat that jipéh campli nyan. Teupông nyoe luti that ditumbôk. Jarôm nyoe halôh that.

‘Lumat sekali cabai itu dia hancurkan’. ‘Tepung ini halus sekali ditumbuk’. ‘Jarum ini halus sekali’.

33. hamil Lakoe binoe nyan katréb geumeukawén, tapi gohlom hamè sampoe jinoe. Inong nyan banlheueh bongka meusén ka meutieuen lom. Lakoejih han jeuet geujak ji-ôh lé kreuna inongjih teungoh lam brat.

‘Suami istri itu sudah lama menikah tetapi hingga sekarang istrinya belum hamil’. ‘Perempuan yang baru melahirkan itu sekarang sudah hamil kembali’. ‘Suaminya tidak bisa pergi jauh lagi karena istrinya dalam keadaan hamil’.

Lanjutan tabel…

133

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Padé lam blang teungoh bunténg rayek. Mak ngon lôn teungoh mumè aneuk keulhèe. Kamèng jiran lôn ka ulu lom.

‘Padi di sawah sedang bernas’. ‘Ibu teman saya sedang mengandung anak ketiga’. ‘Kambing tetangga saya sudah hamil lagi’.

34. hilang Bagaih that leunyap ureung nyan. Kapai nyan bagaih that dijak, si-at mantong ka leusap. Gaca bak jaroe nyoe bagaih that puli. Kamèng lôn gadoh dicok lé pancuri. Ditamong pancuri beuklam, habéh gayéb mandum atra beunda nèk nyan.

‘Cepat sekali orang itu menghilang’. ‘Kapal itu cepat sekali berlayar, sebentar saja sudah hilang dari pandangan’. ‘Inai di jari ini cepat sekali pudar’. ‘Kambing saya hilang diambil pencuri’. ‘Harta benda nenek itu hilang setelah kemalingan semalam’.

35. hitam Keubeue nyan sukla lagèe plakén. That brôk agam nyan, kulétjih itam kléng. Ôk aneuk dara nyan cukôp that galéng. Bèk ka teumuléh ngon pulpèn wareuna mirah, ka teumuléh ngon wareuna itam!

‘Kerbau itu hitam seperti aspal’. ‘Laki-laki itu jelek sekali, kulitnya hitam sekali’. ‘Rambut gadis itu sangat hitam’ . ‘Jangan menulis dengan pena berwarna merah, tapi tulislah dengan pena berwarna hitam’!

36. jahat Aneuk nyan bajeueng that akai. Kah bèk biheue that akai! Kah biet-biet nyoe aneuk bisoe. Putroe raja nyan kon aneuk boinana. Jheut that buet awak nyan tiep uroe. Peunjurék that jih. Aneuk nyan risèe that buet.

‘Anak itu jahat sekali perangainya’. ‘Jangan engkau berbuat jahat’! ‘Kamu memang benar-benar anak yang jahat’. ‘Putra raja itu bukan anak yang jahat’. ‘Setiap hari perbuatan mereka sangat jahat’. ‘Ia orang jahat’. ‘Anak itu berkelakuan jahat’.

37. jalang Jih chit aneuk bajeueng. ‘Dia memang anak sundal’.

Lanjutan tabel…

134

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Inong nyan girang that keu agam. Bèk droen neubuet dakhat, malèe teuh! Inong nyan ganaih that hana jithèe droeji inong. Inong nyan gasang that. Caih that inong nyan. Inong nyan nakai that. Chôk-cheuek that buet gata. Jahé that buet agam nyan. Leuho that inong nyan.

‘Dia seorang perempuan yang jalang terhadap laki-laki’. ‘Jangan berbuat hal yang cabul, sangat memalukan’! ‘Perempuan itu jalang sekali tidak tahu malu’. ‘Perempuan itu perempuan jalang’. ‘Perempuan itu sangat memberahikan’. ‘Perempuan itu sangat jalang’. ‘Cabul sekali perbuatan Anda’. ‘Cabul sekali perbuatan laki-laki itu’. ‘Perempuan itu jalang skali’

38. jauh Hana that deuih sue-jih, leusôh teudeungo bak lôn. Prahô nyan lanam meulayeu keudéh u Malaya. Han lôn sangka hubungan geutanyoe dua ka meujarak, hana lôn muphôm peue sababjih. Jawôh kuala Lamak, aneuk cuco ureung jamak. Jeuôh that tajak u blang nyoe ngon gaki. Meunyoe gata jinab keudéh u nanggroe luwa, bèk tuwoe ngon rakan saboh di gampông nyoe.

‘Suaranya tidak jelas terdengar, jauh kedengarannya’. ‘Perahu itu jauh berlayar ke Malaya’. ‘Saya tidak menyangka hubungan kita sudah menjauh begini, saya tidak tahu apa sebabnya’. ‘Menghilanglah ke kuala Lamak, anak cucu kaum durjana’. ‘Jauh sekali kita pergi ke sawah dengan berjalan kaki’. ‘Kalau Anda pergi jauh ke luar negeri, jangan melupakan teman-teman di kampung’.

39. jera Jih ka inseueh hana lé jipubuet dèsya. Lon ka jra kujak teumpat nyoe.

‘Dia sudah insaf tidak lagi berbuat dosa’. ‘Saya sudah jera ke tempat ini’.

40. juling Inong nyan rupajih lagak, tapi sayang matajih juléng.

‘Perempuan itu wajahnya cantik, tapi sayang matanya juling ’.

Lanjutan tabel…

135

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Matajih sarok lagèe mata kamèng. ‘Matanya juling seperti mata kambing’. 41. kalah Ka talô jih lam lumba nyan.

Leumo nyoe tiwaih kreuna badanjih ubeut. ‘Dia sudah kalah dalam pertandingan ini’. ‘Sapi ini kalah karena badannya kecil’.

42. kantuk Mata lôn brat that kreuna leubui. Lôn keumeung éh, ka layôh that mata. Mata lôn seulio that. Teugeut lôn, keumeung kujak éh lè.

‘Mata saya berat karena mengantuk’. ‘Saya mau tidur karena saya sudah mengantuk’. ‘Mata saya mengantuk sekali’. ‘Saya mengantuk, saya ingin tidur dulu’.

43. kasar Gasa that buet ureung nyan. Pakon neubloe ija reuhiek lagèe nyan? That reukieh kulét badan droeneuh. That reukeut aleu rumoh nyoe. Bate asah nyoe guriek that. Bakai that buet jih.

‘Kasar sekali perbuatan orang itu’. ‘Mengapa Anda membeli kain kasar seperti itu’? ‘Kulit Anda sangat kasar’. ‘Lantai rumah ini sangat kasar’. ‘Batu asah ini kasar sekali’. ‘Pekerjannya tampak kasar’

44. kaya Nanggroe nyan makmu that. Lôn harap keu Allah Tuhan nyang gani jeuet keuh lôn jeu-oh dari papa. Ureeung nyan rampak that.

‘Negeri ini kaya sekali’. ‘Saya berharap kepada Allah yang mahakaya agar saya dijauhkan dari kemiskinan’. ‘Orang itu kaya sekali’.

45. kebal Ureung nyan keubai hana luka keunong sikin. Raja nyan nah’o that.

‘Orang itu kebal tidak dapat dilukai oleh pisau’. ‘Raja itu sangat kebal’.

46. kecantikan fisik Putroe nyan maleh that rupajih. Peureumoe leupaih na rupa Putroe Phang nyan. Putroe raja nyan rupaan that ie mukajih. Peureumoh gobnyan sambinoe that rupajih.

‘Putri itu sangat cantik’. ‘Putroe Phang memiliki wajah yang sangat cantik’. ‘Pangeran itu memiliki wajah yang sangat tampan’. ‘Istri beliau cantik sekali wajahnya’.

Lanjutan tabel…

136

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Agam nyan rupajih samlakoe that lagèe hie bintang pilem. Uroe nyoe dara nyan tari that jak undangan. Peungantén nyan cukôp canték rupajih watèe dipeungui. Ceudaih that rupa ngon aduen lôn. Aneuk lakoe binoe nyan ciet dari manyak kon meuch’ak that rupa. Peue-peue mantong jipakèk pakaian, teutap mantong jih dhiet hie. Gobnyan gunjak that geusôk pakaian. Cukôp that jroh rupa aneuk nyan. Dara nyan cukôp candén lagèe buleun punoh. Lagak that penampilan inong nyan. Inong tuha nyan hana geuthèe droe lé, karab lhôb uruek mantong bahie geupeugèt droe.

‘Laki-laki itu tampan sekali seperti bintang film’. ‘Hari ini gadis itu cantik sekali menghadiri undangan’. ‘Pengantin itu tampak cantik ketika memakai riasan’. ‘Cantik sekali wajah teman adik saya’. ‘Anak itu memang sudah sejak kecil terlihat kecantikannya’. ‘Pakaian apapun yang dipakainya tetap kelihatan bagus buatnya’. ‘Ia cantik sekali memakai pakaian itu’. ‘Anak itu memiliki wajah yang cukup cantik’ . ‘Gadis itu cukup cantik wajahnya seperti bulan purnama’. ‘Penampilan gadis itu cantik sekali’. ‘Wanita berumur itu tidak tahu umurnya sudah berapa, masih saja suka bersolek untuk mempercantik dirinya’.

47. kecil Boh kayèe nyoe cèk ngon putik, gohlom jeuet ta pèt. Panyot nyan culib that hue. Aneuk nyang saghi han jeuet deungo haba ureung chik. Lôn galak kungieng aneuk ubit nyang carong-carong. Campli cut nyoe keueueng that.

‘Buah ini kecil dan masih mentah belum bisa dipetik’. ‘Lentera itu kecil sekali nyala apinya’. ‘Anak yang masih kecil tidak boleh mendengar pembicaraan orang tua’. ‘Saya suka melihat anak kecil yang pandai-pandai’. ‘Cabai rawit ini pedas sekali’.

Lanjutan tabel…

137

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

48. kekal Teungku nyan ka geuwoe u nanggroe baka. Allah sajan nyan keukai lam donya nyoe. Hana nyang daém lam udép nyoe, mandum pasti maté. Allah sajan nyang na sifat kadim.

‘Tengku itu sudah berpulang ke alam baka’. ‘Hanya Allah saja yang kekal di dunia ini’. ‘Tidak ada yang abadi di dunia ini, semuanya pasti mati’. ‘Hanya Allah saja yang memiliki sifat abadi’.

49. kental Kuah gulèe nyoe ghuen that kreuna le santan. Kuah gulèe nyoe likat that kreuna le santan. Meunyoe peugèt masak rendang kuahjih harus likèk. Hana mangat lé gulèe keumamah nyan, lindang that ka rasajih. That kliet geutaguen gulèe nyoe, meukuah hana lé.

‘Kuah sayur ini kental karena banyak diberi santan’. ‘Kuah sayur ini kental karena banyak diberi santan’. ‘Kalau ingin memasak rending, kuahnya harus kental’. ‘Gulai ikan kayu ini tidak enak lagi, rasanya terlalu kental’. ‘Kental sekali gulai ini dimasak, kuahnya habis terserap’.

50. kenyang Hana troe-troe jiseupot makanan, sang-hie ka talak jih darimunoe. Ka troe lôn pajôh bu nyoe.

‘Dia tidak puas menikmati makanan, padahal sepertinya dia sudah kenyang dari tadi’. ‘Saya sudah kenyang’.

51. keras Manyèt nyoe badanjih gong that. Tanoh blang nyoe jagon that, han jeuet tacangkôi. Pisang goreng nyoe krang that teupôngjih. Mak lôn geuteut bôi kreueh that, jeuet ta rhom asèe. Sue surak peunonton that ‘alumat. Apam nyang lôn teuet batat kreuna kureung ie.

‘Mayat ini sudah kaku’. ‘Tanah ini keras sekali tidak bisa dicangkul’. ‘Pisang goreng ini keras dan rapuh tepungnya’. ‘Ibu saya membuat kue bolu keras sekali sehingga bisa kita melempar anjing’. ‘Suara sorakan penonton keras sekali’. ‘Apom yang saya bakar keras tak mengembang karena kurang air’.

Lanjutan tabel…

138

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Ie kupi kupuduek lam kulkah ka beuku. Jaroe lôn menuyoe tréb kuteumuléh teurasa kueuet. Boh manggih nyoe kayém diceupét-ceupét jeuet keubangkaran. Ôk nyang han tom keunong ie ngon sampô bagah that ceukang. Peudeueng nyoe seunkom that.

‘Kopi yang saya simpan dalam kulkas sudah beku’ ‘Jari saya terasa kaku kalau lama menulis’. ‘Buah manggis ini sering dipencet-pencet sehingga menjadi bangkar’ . ‘Rambut yang tidak pernah dikeramas dengan air dan sampo akan cepat menjadi kaku’. ‘Pedang ini keras sekali’.

52. kering Ija nyang lôn adèe ka rhab thô. Musém khueng nyoe le that bak kayèe nyang mate. That tréb keumarèe, teunaman abéh mate. Ie lam krueng abéh kréng mandum. Ija nyoe mantong leubot, neuprèh siat teuk! Padé nyoe ka reueng diadèe lam uroe. Ôk jih roh kreuna hana jibôh minyeuk. Boh jagông nyoe ruek kreuna han tom disiram.

‘Kain yang saya jemur sudah hampir kering’ . ‘Musim kemarau ini banyak sekali pohon yang mati’. ‘Kemarau ini lama sekali, tanaman banyak yang mati’. ‘Air sungai sudah kering semua’. ‘Kain ini masih setengah kering, tunggulah sebentar lagi’! ‘Padi itu kering dijemur di terik matahari’. ‘Rambutnya kering karena tidak diminyaki’. ‘Jagung ini kering karena tidak pernah disiram’.

53. keruh Ie nyoe that krôh. Ie adèn nyoe lidok that. Ceukoe that ie krueng nyoe.

‘Air ini keruh sekali’ ‘Air comberan ini keruh dan berlumpur ’. ‘Sungai ini keruh sekali’.

54. kosong Rumoh nyan ka tréb ka dagéng hana nyang tuhoe hoe ka geujak ureung po. Bak padé lon habéh gabuek mandum, rugoe lôn musém meugoe nyoe.

‘Rumah itu sudah lama kosong, tidak ada yang tahu kemana penghuninya’. ‘Padi saya kosong semua isinya, musim panen kali ini saya rugi besar’.

Lanjutan tabel…

139

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Ureung nyan teuga that nariet, haba soh mandum nyang jipeugah. Padé nyan roh hana asoe. Hana sapeu na lé, ka kusong mandum.

‘Orang yang banyak omongnya kosong semua isi pembicaraannya’. ‘Padi itu kosong tidak berisi’. ‘Tidak ada apa-apa lagi, sudah kosong semuanya’.

55. kotor

Habéh cèh-mèh bajèe aneuk manyak nyan keunong bècèk. Ie nyoe han jeuet jép lé, ka ceuma keuh. Pakon muka droeneuh jeurumeuih lagèe nyoe? Pakon muka droeneuh kulubana lagèe nyoe? Aneuk nyan banlheueh manoe, tapi badanjih ka meukuluténg lom. Ureung nyan lutôk that, luwat teuh! Buku nyan keuta’in that deuh kreuna peunoh ngon abèe. Ban lheueh taseumanoe aneuk nyan, ka kulutok lom jih. Kajeuet ka manoe hai Nyak, kuto that hie gata! Leuta that hie jih sidroe, han saban lagèe ureung laén. Mak si nyak nyan beu’o that, han them gobnyan peugléh muka aneukjih nyang meukulup’ieh. Ie nyan han jeuet ta jép sabab luteng that. Rumoh nyoe cukôp that seumak.

‘Baju anak itu kotor karena becek’. ‘Air ini tidak bisa diminum lagi karena sudah tercemar’. ‘Mengapa wajah Anda kotor begini’? ‘Mengapa wajah Anda kotor begini’? ‘Anak itu baru saja mandi, tetapi badannya sudah kotor lagi’. ‘Orang itu kotor sekali, jijik saya’! ‘Buku itu kelihatannya kotor dipenuhi debu’. ‘Anak itu baru saja dimandikan, tetapi ia sudah kotor lagi’. ‘Sudah bisa mandi Nak, kamu kelihatan kotor sekali’! ‘Dia tampak kotor sekali, berbeda dengan orang lain’. ‘Ibu anak itu malas sekali, beliau tidak mau membersihkan muka anaknya yang bercelemot’. ‘Air ini tidak bisa diminum lagi karena sudah kotor ’ ‘Rumah ini cukup kotor ’.

Lanjutan tabel…

140

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Lon teungoh lam keuadaan jeunabat, han jeuet lôn seumayang. Sigolom ta seumayang, tacok ie seumayang lè bah suci badan geutanyoe nibak hadaih.

‘Saya dalam keadaan kotor sehingga tidak bisa salat’. ‘Sebelum salat, kita harus mengambil wudu agar badan kita suci dari hadas’.

56. kuat Rumoh nyan kukôh that peuneugètjih. Agam nyan jiteupeu that meunyoe jih agam nyang meureugoh. Badan leumo nyan pupôh that. Ureung nyan seubeueh that. Awak kaphé Beulanda nyan cukôp that tangkoh. Ureung nyan teuga that jibeuôt barang-barang nyang brat. Dalam udép nyoe, meunyoe hana teugoh pendirian geutanyoe lagèe boh trueng lam jeuèe. Nanggroe nyoe meusyehu that deungon pahlawan-pahlawan nyang gagah. That kong umpang padé nyoe diikat. Kuat that droen neuseumajôh, hana troe-troe.

‘Rumah itu kokoh sekali buatanya’. ‘Lelaki itu tahu jika dirinya adalah laki-laki yang kuat’. ‘Badan sapi itu kuat sekali’. ‘Orang itu tangguh sekali’. ‘Pasukan Belanda itu cukup kuat-kuat’. ‘Orang itu kuat sekali mengangkat barang-barang yang berat’. ‘Dalam hidup ini, jika kita memiliki pendirian yang kuat, kita diibaratkan seperti terong dalam tampi’. ‘Negeri ini terkenal dengan pahlawannya yang kuat berani’. ‘Karung padi ini kuat sekali diikat’. ‘Anda kuat sekali makan, tidak pernah kenyang’.

57. kurus Badan jih pijuet that. Leumoe nyan bangkèh that, sang hie sakét.

‘Badannya kurus sekali’. ‘Lembu ini kurus kerempeng, sepertinya sakit’.

58. laku/laris Carong that jimeungkat, bagaih that lacab. Le lagôt barang nyang geumeukat uroe nyoe.

‘Dia sangat pintar berdagang, barangnya cepat sekali laris’. ‘Barang yang dijual hari ini banyak yang laku’.

Lanjutan tabel…

141

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Hana kutukrie pakon hana laréh sagai uroe nyoe. ‘Saya tidak mengaerti mengapa hari ini barang dagangan saya belum laku’.

59. lama Tréb that droeneuh jak, hèk lôn prèh di gata. Sakét lôn rana that ka, hana puléh-puléh lé. Bèk ambat that tajak, beubagaih bacut!

‘Anda lama sekali perginya, saya capai menunggu’. ‘Sakit saya ini sudah lama, tidak akan sembuh lagi’. ‘Jangan lambat-lambat berjalan, cepatlah sedikit’!

60. lapar Deuek that pruet lôn. Aneuk nyan sanghie ka tréb hana jipajôh bu, ka kla jih. Lapa nanggroe nyoe kreuna azab Tuhan.

‘Saya lapar sekali’. ‘Anak itu sepertinya kelaparan karena lama tidak makan’. ‘Negeri ini menderita kelaparan karena azab Tuhan’.

61. layu Bungong nyan ka tréb hana disiram ka layèe dum. Pisang nyan ka lô kreuna tanoh jih han got. Bak kayèe ka mala kabéh lurôh on keuneuk mate.

‘Bunga itu lama tidak disiram sehingga semuanya layu’. ‘Pisang itu sudah layu karena tanahnya tidak subur’. ‘Pohon itu sudah layu dan luruh daunnya seperti hampir mati’.

62. lebat That leubat bungong boh kayèe nyoe. Boh rambôt teutai that bak tangké. Ujeun uroe nyoe cukôp that tunjai. Bak nyan bohjih cukôp that dreueb. Naleueng cukôp jahôi di lheuen rumoh kreuna han tom dicabôt. Ôk ngon lôn cukôp that jai.

‘Lebat sekali bunga di pohon ini’. ‘Rambutan itu lebat sekali di tiap tangkainya’. ‘Hujan hari ini cukup lebat’. ‘Pohon itu buahnya cukup lebat’. ‘Rumput cukup lebat di halaman rumah karena tidak pernah dicabut’. ‘Rambut teman saya sangat lebat’

63. lelah Aleueh ta keureuja, badan teurasa leulah. Cukôp hèk lon peugèt skripsi nyoe.

‘Badan terasa lelah setelah bekerja’. ‘Saya cukup lelah membuat skripsi ini’.

Lanjutan tabel…

142

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Lôn keumeung éh siat kreuna badan lôn leutéh. Tarék that uroe nyoe, badan nyoe reuah han jeuet kupeugah. Di lôn ka bhak, han ék lôn plueng lé.

‘Saya mau beristirahat sebentar karena badan saya terasa letih’. ‘Hari ini panas sekali, badan ini terasa lelah tak terkira’. ‘Saya sudah sangat lelah tidak sanggup berlari lagi’.

64. lemah Ka la’eh ureung tuha nyan, han jeuet geupeumeubuet lé sapeu-sapeu. Aneuk manyak nyan gaki jih lasa han jeuet jijak. Meung-geujak han jeuet lé abuchik nyan, lèk-pèk that ka badan gobnyan. Badan lôn seubon that. Trok that badan nyoe banlheueh takeureuja. Banlheueh puléh dari sakét, mantong yeue-yeue nyuem badan. Deuek that lôn, leumoh badan nyoe. Kasô nyoe leumon that.

‘Orang tua itu sudah lemah, tidak bisa mengerjakan apa-apa lagi’. ‘Kaki anak itu lumpuh tidak bisa berjalan’. ‘Berjalan saja kakek itu tidak bisa karena badannya sudah lemah’. ‘Badan saya sangat lemah’. ‘Lemah sekali badan saya setelah bekerja’ ‘Saya masih merasa lemah karena baru sembuh dari sakit’. ‘Badan saya lemah sekali karena lapar’. ‘Kasur ini lembut sekali’.

65. lembut Buleukat nyoe leukiet meunyèb-nyèb. Angèn nyoe s’èb that. Si leumo nyoe leumpôk meucr’èt. Boh nyoe leunyè that asoejih. Teumpat éh barô nyoe leupon that kasô jih. Angèn jipôt sapui lagoina. Angèn jipôt dirui basa.

‘Nasi ketan ini lembek dan rasanya lembut’. ‘Angin ini lembut bertiup’. ‘Daging lembu ini lembut sekali’. ‘Daging buah ini lembut sekali’. ‘Tempat tidur ini lembut sekali kasurnya’. ‘Angin berhembus dengan lembut’. ‘Angin berhembus lembut’ .

Lanjutan tabel…

143

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

66. liar Guda nyoe jangai that, disipak ureung keunoe keudéh. Manok uteuen nyoe biet-biet nyoe kleuet. Ureung nyan juah that lagèe guda ladang. Keubeue ladong nyan jipok ureung baroesa. Inong nyan cukôp lahèe, hana jiteupeu malèe. Agam nyan gasang that, han jeuet jikalon inong nyang lagak.

‘Kuda ini liar sekali, menendang orang sembarangan’. ‘Ayam hutan ini benar-benar liar ’ ‘Orang itu buas sekali seperti kuda liar ’. ‘Kerbau liar itu menendang orang kemarin lusa’. ‘Perempuan itu cukup liar dan tidak tahu malu’. ‘Laki-laki itu liar sekali, ia tidak bisa melihat perempuan yang cantik’.

67. luas That lamang lheuen rumoh nyan. Luaih meunghalak blang di gampông nyoe. Bumoe nyoe meuhajana kuasa Potallah. Lon meudo‘a bak Potallah mangat jeuet lapang hate lôn.

‘Halaman rumah itu sangat luas’. ‘Sawah di kampong ini luas terbentang’. ‘Bumi ini begitu luas bukti kuasa Allah sang pencipta’. ‘Saya berdoa kepada Allah agar hati saya diberi kelapangan’.

68. lupa/lalai Tuwo lôn uroe nyoe na janji meurumpok ngon ureung siat. Han keumah tajôk buet keu jih, laloe that jih. Aneuk miet nyoe lalè that jimeu-èn ngon mainan. Ka lagèe manyak lom abuchik nyan, idan-idan hana cukôp akai. Ureung nyan seuhai that.

‘Saya lupa kalau saya punya janji dengan orang hari ini’. ‘Dia orang yang lalai sehingga pekerjaan apapun tidak beres diperbuatnya’. ‘Anak kecil ini lalai sekali bermain dengan mainannya’. ‘Kakek itu sudah pikun seperti anak kecil’. ‘Orang itu lalai sekali’.

69. malas Si nong dara nyan malaih that meubuet, nyang jiteupeu lè jih éh mantong.

‘Gadis itu malas sekali, dia cuma tidur-tiduran saja’.

Lanjutan tabel…

144

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Lôn beuo that uroe nyoe meubuet, nyang mangat nonton tipi. Lam udép nyoe geutanyoe harus ta useuha peue nyang jeuet tapubuet, han jeuet meugeumpheue droe. Gata peue nyang kuyue juon that sabé.

‘Saya malas sekali bekerja hari ini, saya ingin menonton saja’. ‘Dalam hidup ini kita harus berusaha apapun yang bisa kita kerjakan, tidak boleh bermalasan diri’. ‘Apapun yang saya suruh kamu selalu malas melakukannya’.

70. malu Ureung nyan hana malèe sagai lam kawan ramèe. Inong nyan kanjai that, han jitu’oh peutimang droe. Lôn meurasa sipu watèe han jeuet jaweub soal dari gurèe.

‘Orang itu tidak punya malu sama sekali’. ‘Perempuan itu tidak tahu malu, dia tidak bisa mengontrol diri’. ‘Saya merasa malu ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru’.

71. mandul Inong nyan chit ka dari awai meukawén ka ong jih. Leumoe lôn hana tom ulu, sang-hie eue jih. Le ureung nyang meucré seubab inong atawa agam jih male.

‘Perempuan itu memang sudah mandul sejak awal dia menikah’. ‘Lembu saya belum pernah hamil, sepertinya mandul’. ‘Banyak pasangan yang bercerai sebab suami atau istrinya mandul’.

72. manis Kuah boh drien nyoe luwih that meunyoe tapajôh ngon buleukat. Dôdôi nyoe mamèh that, han ék kupajôh. Wajék buleukat nyoe leukiet that cukôp teurasa mamèhjih di lidah.

‘Gulai durian ini manis sekali jika kita makan dengan ketan’. ‘Dodol ini manis sekali, saya tidak mau memakannya’. ‘Wajik ketan ini manis sekali terasa di lidah’.

73. manja Adék tulôt lôn ucè that ngon ma, han jeuet ji-ôh bacutpih.

‘Adik bungsu saya manja sekali dengan ibu , tidak bisa jauh sedikitpun’.

Lanjutan tabel…

145

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Aneuk keumuen lôn manja that ngon mandum ureung. Lu that aneuk nyan, sang-sang jih mantong nyang na ayah poma.

‘Keponakan saya manja sekali dengan semua orang’. ‘Manja sekali anak itu, seolah-olah dia saja yang punya orang tua’.

74. marah Han jeuet tangieng mukajih, keumob that. Bèk ta pumurôk droe, han gèt! Gobnya bagaih that ngeurèn ureungjih. Bacut ta dheut ka meusaluk aneuknyan. Gobnyan reujang that jibeudoih teuka amarah. Baroe sa lôn keunong dheut gurèe di sikula. Bacut ta peukra ka beungèhjih. Jih bingkèng that ureungjih. Raja nyan birang ban guteupeu rakyatnya gobnyan udép lam gasien. Aneuk miet nyan bisèng that, luat tangieng. Pakon bak lon neupeulheueh bron? Muka gobnyan han jeuet ta eu, ceuken that. Ceungom that mukajih, tatanyoeng hana jiseuôt. Jih sabé côn mukajih. Jih sabé cui mukajih. Cur’ien that ureungjih han jeuet tameungon. Pakon droeneuh gigéng that keu lôn? Pakon jih harok lagèe nyan?

‘Wajahnya selalu merajuk , tidak bisa kita lihat’. ‘Jangan bersikap lekas marah, tidak baik’! ‘Beliau orang yang cepat sekali marahnya’. ‘Sedikit kita marahi sudah merajuk anak itu’. ‘Ia cepat sekali marah’. ‘Kemarin lusa saya dimarahi oleh guru di sekolah’. ‘Sedikit kita sindir sudah marah dia’. ‘Dia orangnya pemarah’. ‘Raja itu marah begitu mengetahui banyak rakyatnya yang miskin’. ‘Anak itu cepat merajuk , tidak suka saya lihat’ ‘Kenapa dengan saya Anda melampiaskan amarah’? ‘Mukanya tidak bisa kita lihat, masam sekali’ ‘Masam sekali mukanya, kita tanya tidak dijawab’. ‘Ia selalu bermuka masam’. ‘Ia selalu bermuka masam’. ‘Pemarah sekali ia sehingga kita tidak berani berteman’. ‘Mengapa Anda marah sekali dengan saya’? ‘Mengapa ia marah begitu’?

Lanjutan tabel…

146

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Lôn sabé tunu meunyoe kungieng mukajih. Aneuk nyan lu that, makajih bagaih that ceu’o meunyoe han ta turôt. Lôn go that gr’am ngon kah! ‘eun kungieng mukajih. Lôn that bingét até keu si Polan. Han lôn tukon br’eun that até lôn.

‘Saya selalu kesal melihat wajahnya’. ‘Anak itu manja sekali sehingga cepat sekali merajuk kalau tidak dituruti’. ‘Saya marah sekali dengan kamu’! ‘Sakit hati saya melihat mukanya’. ‘Saya mendongkol sekali kepada si Polan’. ‘Saya tidak tahu kenapa hati saya terasa tidak senang’.

75. mengkal Boh mamplam nyan le ka beungkai ka jeuet tapèt. Bu nyoe mantong binyèt, neuprèh siat teuk! Bèk kapèt boh buriek, rugoe hana soe pajôh! U pateuen nyan dikap lé tupèe. Pineung nyoe nyèn that asoe. Pineung nyoe jeureukat that asoe.

‘Buah mangga yang sudah mengkal sudah bisa dipetik’. Nasi ini masih setengah masak, tunggulah sebentar lagi’! ‘Jangan dipetik buah yang masih mengkal, tidak akan ada yang makan’! ‘Kelapa mengkal ini digigt oleh tupai’. ‘Pinang ini mengkal sekali isinya’. ‘Pinang ini mengkal sekali isinya’.

76. miring Geunuku nyoe cake, h’an jeuet lôn keuneuku. Lagèe ureung bang’ai, jisôk kupiah géng meunan. Beugèt ka koh ôn pisang nyoe, bèk irang! Jiteumuléh carong that jih, hana huruf nyang juréng. Blangong nyan layah dipuduek bak lungkèe dapu.

‘Kukuran ini miring , saya tak dapat mengukur’. ‘Seperti orang bodoh saja memakai kopiah yang letaknya miring di kepala’. ‘Potong daun pisang ini dengan benar, jangan miring ’! ‘Dia menulis dengan benar, tidak ada huruf yang miring ’. ‘Wajan itu diletakkan miring di atas tungku dapur’.

Lanjutan tabel…

147

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Singèt that jiduek honda meunyoe siblah punggông. Matauroe ka reubah sidéh blah barat. Bak pisang nyan sijot that. Landè that gunong nyan. Sanggéng that akaijih. Bak u nyan sideu that. Batas tanoh nyan sirông that. Mieng ureung nyan sumpieng that. Aleue rumoh nyoe sundi that. Ija nyan suréng that jikoh. Ureung ba barang suyok ngon-ngon bahô. Céng nyan sabé undi, han tom timang. Sikin nyoe baléng. Aneuk manyak nyan ban jeuet jijak ka pilok gaki-gaki. Ija nyan dikôh sirông.

‘Dia duduk miring di atas sepeda motor karena duduk dengan sebelah pantat’. ‘Matahari sudah tergelincir di sebelah barat’. ‘Pohon pisang itu sangat miring ’. ‘Landai sekali gunung itu’. ‘Akalnya miring sekali’. ‘Pohon kelapa itu miring sekali’. ‘Batas tanah itu miring sekali’. ‘Pipi orang itu agak pipih ’. ‘Lantai rumah ini sangat miring ’. ‘Kain itu miring dipotong’. ‘Orang yang membawa barang itu bahunya ikut-ikutan miring ’. ‘Timbangan itu selalu miring , tidak pernah seimbang’. ‘Pisau ini sedikit miring ’. ‘Anak kecil itu baru belajar berjalan kakinya sudah miring (karena terurai sendi)’. ‘Kain itu dipotong miring’

77. miskin Adakpih naggroe geutanyoe kaya, teutap mantong na ureung nyang damai. Jameun prang dilèe ureung dum nyang dana udépjih. Toké Cina nyan ka tréb kusong. Le ureung nyang labeulala watèe jameun konflik dilèe.

‘Walaupun negri kita kaya, tetap saja banyak yang miskin’. ‘Zaman perang dulu banyak yang miskin hidupnya’. ‘Juragan Cina itu sudah lam jatuh miskin’. ‘Banyak orang miskin ketika masa konflik dulu’.

Lanjutan tabel…

148

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Adak pih gobnyan raja, gobnyan that nadra. Weuh teuh tangieng ureung lutôk nyang meulakè di binèh jalan. Ka le that utang gobnyan, keuneulheueh mopeuléh keudroe. Kawôm papa leubèh toe ngon kekufuran. Dak that lôn, meubacut hana pèng. Geutanyoe bèk beu’o-beu’o, beujeumot ta keureuja mangat bèk rungkeng. Udép lam donya nyoe le that macam, na nyang kaya na nyang gasien. Sayang that-that aneuk nyan hana lé ureung chik, udép khèk hana soe kira.

‘Walaupun dia seorang raja, hidupnya sangat miskin’. ‘Saya merasa sedih melihat pengemis meminta-minta di pinggir jalan’. ‘Hutangnya sudah menumpuk, akhirnya ia menjadi pailit ’. ‘Orang miskin lebih dekat dengan kekufuran’. ‘Saya sangat melarat, sepeser pun tak ada uang’. Kita tidak boleh bermalas-malasan, rajinlah bekerja agar tidak miskin’. ‘Hidup di dunia banyak macamnya, ada yang kaya ada yang miskin’. ‘Sayang sekali hidup anak-anak yang tidak memiliki orang tua lagi karena hidupnya melarat tidak ada yang peduli’.

78. muda Umu lôn mantong seudang gohlom tuha. Wahé aneuk muda beuleugat-leugat neumita keureuja mangat jeuet neumita dara barô! Aneuk miet cut nyang raya pruet mandum meuglang. U muda leubèh mangat nibak u groh. Bèk that neupiké keu inong muda, mantong na inong tuha. Padé nyan raeueng that. Inong nyan balia that mantong umu watèe meukawén.

‘Umur saya masih muda belum tua’. ‘Wahai anak muda cepat-cepatlah mencari kerja agar bisa mencari istri’! ‘Anak kecil yang besar perutnya biasanya cacingan’. ‘Kelapa muda lebih enak daripada putik kelapa’. ‘Jangan terlalu berpikir tentang istri muda karena masih ada istri tua’. ‘Padi itu masih muda sekali’. ‘Perempuan itu masih muda umurnya ketika menikah’.

Lanjutan tabel…

149

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Aneuk miet lawét nyoe akaijih ka lagèe ureung tuha. ‘Anak kecil sekarang pikirannya seperti orang dewasa’. 79. mudah Mangat that tapeurunoe aneuk nyan seumeubeut.

Mudah that tajaweueb soal nyoe. ‘Mengajarkan anak itu mengaji sangat mudah’. ‘Mudah sekali kita menjawab pertanyaan ini’.

80. pahit Le that geubôh halia lam gulèe nyoe, reuhang teurasa bak lidah. Hana makanan nyang teurasa mamèh bak lidah ureung sakét, mandum teurasa phét.

‘Gulai ini mengandung banyak jahe, pahit terasa di lidah’. ‘Tidak ada makanan yang terasa enak di lidah orang sakit, semuanya terasa pahit’.

81. panas That panaih uroe nyoe. Badanjih paneuih beuklam. Ie goh lom ju, mantong peusam. That seumeunga taduek toe apui nyoe. Uroe nyoe sia that. Uroe nyoe criet that. Lôn teurasa hogôb that lam kama nyoe. Kulét lôn teurasa tutông watèe lôn jak lam uroe tarék. Seu-uem that uroe nyoe.

‘Hari ini panas sekali’. ‘Badannya panas sekali tadi malam’. ‘Air belum mendidih, masih suam-suam kuku’. ‘Saya merasa kepanasan duduk di dekat api ini’. ‘Hari ini panas sekali’. ‘Hari ini panas sekali’. ‘Saya merasa kepanasan dalam kamar ini’. ‘Kulit saya terasa terbakar ketika saya berjalan dalam terik matahari’. ‘Hari ini panas sekali’

82. pandai Aneuk nyan lisék lagèe uleu. Aneuk nyan di sikula pinta that. Ureung nyan bijak that bak jipeugah haba. Gobnyan sidroe ureung nyang daki. Kamoe hana cathé peue nyang dipeugah lé gobnyan.

‘Anak itu licik sekali seperti ular’. ‘Anak itu pintar sekali di sekolah’. ‘Orang itu pandai sekali dalam berbicara’. ‘Beliau orang yang cerdas’. ‘Kami tidak pandai memahami apa yang dikatakannya’.

Lanjutan tabel…

150

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Aneuk nyan dari manyak kon chit pukta jih. Akai Abu nawas that ceuredék. Aneuk raja nyan cukôp pandoe jimeu’èn silek. Han rugoe jijak sikula jeuôh kreuna jih chit cako ureungjih. Nan Apa Ma’e ka meusyeuhue sebagoe tukang nyang utoih. Gobnyan mah’è that lam eleumèe agama. Putroe nyan kon cuma lagak rupajih tapi akai jih pih peuseutari. Seubagoe ureung nyang além, teungku nyan han tuwo geupeurunoe aneuk miet lam lingka rumoh gonyan. Gobnyan malém that, jeuet ta teumanyong bak gobnyan. Adoe lôn carong that, sabé jiteumeung rèngking. Ureung nyan ceudaih that. Di lèe jameun ureung Acèh ahli that lam prang.

‘Anak itu memang sejak kecill sudah kelihatan pintar ’. ‘Akal Abu Nawas sangat cerdik’. ‘Anak raja itu sangat pandai bermain silat’. ‘Dia tidak rugi bersekolah karena dia memang orang yang pintar ’. ‘Nama paman Ismail terkenal sebagai tukang yang ahli’ ‘Beliau mahir sekali dalam ilmu agama’. ‘Putri itu bukan hanya cantik wajahnya, melainkan akalnya juga cerdas’. ‘Sebagai orang yang alim, teungku itu tidak pernah lupa mengajarkan anak-anak tetangga beliau’. ‘Beliau kelihatannya pintar sehingga bisa dijadikan tempat bertanya’. ‘Adik saya pandai sekali, selalu mendapat ranking di kelasnya’. ‘Orang itu pintar sekali’. ‘Dahulu orang aceh sangat ahli dalam siasat perang’.

83. pandai berkata Jih pitah that jipeugah haba. Cangklak that aneuk nyan. Paseh that ureung nyan geuseumeubeut.

‘Ia petah sekali berkata-kata’. ‘Pandai benar anak itu berkata-kata’. ‘Fasih sekali orang itu mengaji’.

84. panjang Bak pineung nyan buju that. Muka ngon takue si nong nyan carue that, bacut pih

‘Pohon pinang itu tinggi sekali’. ‘Wajah dengan leher perempuan itu tampak panjang

Lanjutan tabel…

151

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

hana seuimbang. Takuejih jeunjang that. Badan gobnyan lampoe that. Ôk gata panyang meuroh-roh. Meunyoe hana siwaih di blang, daruet canggang jeuet keu raja. Capang geulinyueng droeneuh la-én that dari nyang la-én. Badan ureung nyan leusôh that, lagèe bintang pilem.

tapi sedikitpun tidak seimbang’. ‘Lehernya jenjang dan bagus sekali’. ‘Badannya sangat tinggi ’. ‘Rambut kamu panjang tercecer’. ‘Kalau tidak ada burung elang di sawah, belalang yang panjang kaki jadi raja’. ‘Capang telinga Anda lain dari yang lain’. ‘Badan orang itu tinggi dan bagus sekali seperti bintang film’.

85. pedas Gulèe nyoe le that geubôh campli, terasa seuuem di lidah. Peudaih that lado nyoe hana gadoh-gadoh. Lada nyoe tajam that rasajih. Meunyoe gulèe hana keueueng hana mangat.

‘Gulai ini banyak sekali diberi cabai sehingga terasa pedas’. ‘Pedas sambal ini tidak hilang-hilang’. ‘Lada ini pedas sekali rasanya’. ‘Kalau gulai tidak pedas, rasanya tidak enak’

86. pelit Jih ureung kaya, tapi bakhé that bak geupeuteubiet atra. Jameun jinoe ramèe ureung nyang kike ilmèe lagèe takôt euntreuk ureng laén leubèh carong dari awak nyan. Lam udép nyoe geutanyoe han jeuet kriet keu ureung laén kreuna geutanyoe mandum adalah syèdara. Bak jih meubacut han jeuet leubèh kureng, that liet!

‘Dia orang kaya, tapi pelit sekali’. ‘Zaman sekarang banyak orang yang kikir ilmu seolah takut orang lain akan lebih pintar darinya’. ‘Dalam hidup ini, kita tidak boleh bersikap pelit kepada orang lain karena kita semua adalah saudara’. ‘Dia orang yang sangat pelit, tidak bisa lebih kurang’!

Lanjutan tabel…

152

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Ureung nyan ceulici han jeuet tapeugah, keu-waréh droe pih han jeuet leubèh kureung. Han tom lôn meurumpok ureung nyang keudeuk’èt lagèe jih. Jih chit lagèe nyan dari manyak kon, buet jih chit meuidi-idi.

‘Orang itu pelit sekali, dengan saudaranya saja tidak mau berbagi’. ‘Saya tidak pernah bertemu dengan orang yang pelit seperti dia’. ‘Dia memang seperti itu sejak kecil, sangat perhitungan dalam berbuat’.

87. pendek That ’èt badan ureung nyan. Badanjih guntoe that. Si gam nyan umu mantong ka tuha, tapi badanjih kasèk that. Gobnyan badanjih padèk that. Bèk paneuk that ka koh bak kayèe nyan! Gaki manok nyan pindèk that. Reundah that ubông rumoh nyoe. Aneuk jaroe kah suoe mandum lagèe gaki manok potong. Rumoh nyan deunak that jipeudong. Badan ureung nyan dugok that lagèe gudanil. Hana peu that panyang ka marit, nyang singkat-singkat mantong ka peugah. Aneuk nyan buké that. Bukriek that aneuk kamèng nyan, sang-hie han rayek lé.

‘Pendek sekali badan orang itu’. ‘Badannya pendek gemuk sekali’. ‘Umur laki-laki itu sudah tua tetapi badannya pendek sekali’. ‘Tubuhnya pendek dan kekar’. ‘Kayu itu jangan dipotong terlalu pendek’! ‘Kaki ayam itu pendek sekali’. ‘Atap rumah ini rendah sekali’. ‘Jari tanganmu pendek dan gemuk semua seperti kaki ayam potong’. ‘Rumah itu rendah sekali dibangun tetapi kuat’. ‘Badan orang itu pendek gemuk seperti kudanil’. ‘Tidak perlu berbicara panjang lebar yang singkat-singkat saja’. ‘Anak itu kerdil sekali’ ‘Kambing itu kerdil sekali, sepertinya tidak mau besar lagi’.

Lanjutan tabel…

153

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Krèe that bak kayèe udép kreuna hana baja. Boh drien nyoe pingko hana meuasoe pih. Aneuk nyan pr’ien tubôhjih sama lagèe keuluarga blah ma-jih.

‘Pohon itu tidak mau tumbuh karena tidak diberi pupuk’. ‘Durian ini kecil sekali tidak berisi’. ‘Anak itu kerdil tubuhnya seperti keluarga ibunya’.

88. penuh Ie mumak-mak lam krueng, han keujeuet tajak lé. Malam nyoe buleuen peunoh. Ie lam glah nyoe ‘oh pipe sare. Moto nyoe sarat ngon barang hana peunténg. Ie nyan seudak that. Han jeuet tajak pih, seudot that ureung. Lam peukan seulesak ngon ureung meubloe. Seusak that rumoh nyoe ngon barang-barang meukat. Ie lam blang ka meudah-dah.

‘Air sungai sudah penuh sehingga tidak berani lagi melewatinya’. ‘Malam ini bulan purnama’. ‘Air dalam gelas ini sudah penuh karena mencapai tepinya’. ‘Mobil ini penuh dengan barang yang tidak diperlukan’. ‘Airnya penuh sekali’. ‘Rumah ini penuh dengan barang-baarng dagangan’. ‘Air di sawah sudah penuh’.

89. pincang Gaki gobnyan cingkhèk-cingkhé. Ureung nyan geujak tunggang-tungget. Jih jijak cakeue. Gaki gobnyan capiek banlheueh teupok moto. Pakon droeneuh neujak ceungkhok-ceungkhé lagèe nyan? Pakon droeneuh neujak punggang-punggét lagèe nyan?

‘Kaki beliau pincang’. ‘Orang itu berjalan pincang’. ‘Dia berjalan agak pincang’. ‘Kakinya pincang setelah tertabrak mobil’. ‘Mengapa Anda berjalan pincang seperti itu’? ‘Mengapa Anda berjalan pincang seperti itu’?

Lanjutan tabel…

154

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Pakon meupunggét gata tajak? ‘Mengapa Anda berjalan timpang’? 90. pucat Ie muka jih that pucat.

Aneuk nyan kulétjih biliek that lagèe na peunyakét. ‘Mukanya sangat pucat’. ‘Kulit anak itu sangat pucat seperti berpenyakit’.

91. pusing Bak jijak-jijak meujilhab lé pitam ureung nyan. Ka padid uroe nyoe, ulèe lôn teurasa puséng. Inong nyan sakét ayeue mantong, hana jimarit sagaijih. Ka padit macam kujép ubat, hana gadoh mumang nyoe. Teuga that kujak lam uroe, ulèe lôn teurasa peunèng. Pilu that ulèe lô, tarék that uroe. Hayut jantông lôn watèe ta ék titi ayôn.

‘Ketika sedang berjalan-jalan, tiba-tiba saja ia merasa pitam’. ‘Sudah beberapa hari ini kepala saya terasa pusing’. ‘Gadis itu merasa pusing, ia tidak berkata- apa’. ‘Saya sudah banyak menelan obat tetapi pusing saya tidak hilang juga’. ‘Kepala saya terasa pening karena terlalu lama berjalan di terik matahari’. ‘Kepala saya pusing karena terik matahari’. ‘Saya merasa pitam menaiki jembatan gantung’.

92. putih Keubeue lôn nyang barô lahé kulétjih jagat meu-èk lalat. Jih kon awak bulèk tapi kulétjih jaliek lagèe cicak. Kulét adoejih leubèh pleuen nibak kulét aduenjih. Mak lôn ka tuha ôk pih ka putéh.

‘Kerbau saya yang baru lahir kulitnya berwana putih bertahi lalat’. ‘Dia bukan orang bulai, tetapi kulitnya putih pucat seperti cicak’. ‘Kulit adiknya lebih agak putih dari kakaknya’. ‘Ibu saya sudah tua, rambutnya pun sudah putih ’.

93. rajin Ureung nyan gigéh that bak jiseumeubuet. Adoe lôn jeumot that ureungjih. Gobnyan seubat that bak geukeureuja.

‘Orang itu gigih sekali dalam bekerja’ ‘Adik saya orangnya rajin sekali’. ‘Beliau gigih sekali dalam bekerja’

Lanjutan tabel…

155

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

94. rakus Eungkôt nyan lab-lab dipajôh lé mie. Leuha that ureung nyan, han jeuet jingieng makanan meubacut. Ureung nyan lubha that keu atra. Gobnyan teungab-ngab keu pèng. Bèk geureuda that jeuet keu ureeung! Ureung nyan haleumab that, han jeuet jingieng atra ureung laén. Ureung nyan jumoh that, han jeuet jingieng atra ureung laén. Jih lumbeh ureungjih, han jeuet pakèk keu ngon. Teumeu’an that gobnyan jeuet keu ureung, hireuen teuh!

‘Ikan itu habis dilahap oleh kucing’. ‘Dia rakus sekali, tidak bisa melihat makanan sedikit pun’. ‘Orang itu tamak sekali dengan harta’. ‘Dia tamak sekali dengan uang’. ‘Jangan rakus jadi orang’! ‘Orang itu rakus sekali tidak bisa melihat harta orang lain’ ‘Orang itu rakus sekali tidak bisa melihat harta orang lain’. ‘Dia tamak sekali orangnya, tidak bisa dijadikan teman’ Tamak sekali dia jadi orang, heran kita lihat’!

95. rapi Inong nyan meubacut hana seurunoh ureungjih. Buetjih cakab that, seunang teuh hate. Gie that inong nyan meupeukayan. That reumpan jisôk peukayan. Hana meusaneub bacut pih rumoh nyoe.

‘Perempuan tidak rapi sama sekali’. ‘Pekerjaannya rapi sekali, hati saya terasa senang’. ‘Perempuan itu rapi sekali berpakaian’. ‘Ia berpakaian rapi sekali’. ‘Rumah ini sama sekali tidak teratur ’.

96. rapuh Beusoe nyoe ka krang, tréb that teuadèe lam uroe. Beuneueng nyoe ka leumpôk, han jeuet pakèk lé. Kayèe nyoe ka leup’ueb, ka jeuet geuboh.

‘Besi ini sudah rapuh karena lama terjemur matahari’. ‘Benang ini sudah rapuh sehingga tidak bisa digunakan lagi’. ‘Kayu ini sudah rapuh sehingga sudah bisa dibuang’.

Lanjutan tabel…

156

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Parang lôn rampang, han jeuet keunong beusoe. Breueh nyoe ka brè, ka bèe apak. Jih jigorèng eungkôt sampoe rapôih. Tanoh nyoe tanoh bra, han jeuet tapula teunaman. Buleukat nyoe brue watèe tamat ngon jaroe.

‘Parang saya rapuh sehingga tidak bisa terkena besi’. ‘Beras ini sudah repis, sudah berbau apak’. ‘Dia menggoreng ikan hingga rapuh’ ‘Tanah ini rapuh sehingga tidak bisa ditanami tanaman’. ‘Beras ketan ini repis ketika dipegang dengan tangan’.

97. rasa tawar/hambar

Tabeue that ie kupi nyoe sang-hie hana jibôh saka. Tawa rasa gulèe nyoe, peue hana kabôh sira? Mandum makanan nyoe leubie teuh teurasa. Eungkôt nyoe cueueng hana rasa bacut pih.

‘Air kopi ini hambar rasanya seperti tidak diberi gula’. ‘Rasa gulai ini hambar, apa tidak diberi garam’? ‘Semua makanan ini tawar rasanya’. ‘Ikan ini tawar rasanya’.

98. renggang/longgar Bintéh nyoe reunggang, hana gét peuneugét jih. Mata jaréng nyan sirang. Ka pijuet lôn, euncin nyoe ka guruek bak aneuk jaroe.

‘Dinding ini renggang, tidak bagus buatannya’. ‘Mata jala ini renggang’. ‘Saya sudah kurus sehingga cincinnya longgar dipakai’.

99. retak Glah nyoe ka crah keunong ie seu-uem. Bintéh rumoh nyoe ka reutak kreuna geumpa. Kayèe nyoe han jeuet taplah kreuna urat kayèe seureupéh that. Blangong tanoh nyoe ka reungat bak punggôngjih.

‘Gelas ini sudah retak diseduh air panas’. ‘Dinding rumah ini retak karena gempa’. ‘Kayu ini tidak bisa dibelah karena urat kayunya sudah retak bergeser’. ‘Periuk ini sudah retak alasnya’.

100. ringan Prahô nyan ambông di ateueh ie. Jalô nyan ampông di ateueh ie. Tapakèk ban tameulangue bah apông lam ie.

‘Perahu itu ringan mengapung di atas air’ ‘Perahu itu ringan mengapung di atas air’ ‘Supaya mengapung, kita berenang menggunakan ban’.

Lanjutan tabel…

157

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Phui that badan lôn ban jaga teungeut. ‘Badan saya terasa ringan karena baru bangun tidur’. 101. runcing Mancong that hidông inong nyan.

Ikue tikôih nyan tirut ujông. Hana mangat tateumuléh ngon gènsè nyoe, han cincu matajih.

‘Hidung perempuan itu mancung sekali’. ‘Ekor tikus itu runcing sekali’. ‘Pensil ini tidak nyaman digunakan karena ujungnya tidak runcing’.

102. sakit Seungkoe that gaki nyoe hana rasa sapeu lé. Ureung nyan mate beragan. Sang-hie c’eut lam pruet lôn. Hana kutu’oh nyueb sakét nyoe, lagèe ngab-ngab lam tuleung. Ulè nyoe ngob-ngob that rasajih, han kutu’oh peugah. Bèk ka meu-èn lam ujeun, euntreuk pileue teuma! Gaki lôn reukam that. Gigoe lôn han jeuet keunong ie èh, ngilu teurasa. Gaki lôn meunyoe tréb teulipat watèe lôn duek teurasa keuboih. Badan lôn reumon dipoh léh peurampok. Meunyoe ka musém ujeun nyan pasti ka musém sakét.

‘Sakit sekali kaki hingga tiada terasa apapun’. ‘Orang itu mati merana’. ‘Sepertinya perut saya sakit’. ‘Saya tidak tahu bagaimana rasa sakitnya, seperti ada yang berdenyut-denyut dalam tulang’. ‘Kepala ini berdenyut-denyut rasanya, saya tidak tahu bagaimana mengatakannya’. ‘Jangan bermain hujan, nanti kamu sakit kembali’! ‘Kaki saya sakit sekali’. ‘Gigi saya tidak bisa terkena air es, terasa ngilu’. ‘Kaki saya terasa kebas karena lama duduk bersila’. ‘Badan saya babak belur dipukul perampok’. ‘Kalau sudah musim hujan tentunya sudah musim sakit juga’.

103. samar-samar Buku nyoe han jeuet dibaca lé karena ka sapu tulésanjih. Lôn han jeuet lôn kheuen, sang-hie bayeuen lam ulèe

‘Buku ini tidak bisa dibaca lagi karena tulisannya sudah kabur ’. ‘Saya tidak bisa mengatakannya, sepertinya samar-

Lanjutan tabel…

158

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

lôn. Rameung hana deuih muka gobnyan, jadi hana that kuturie. Bring-bring hana that deuih lagèe tangieng lam asap. Sayop teudeungo sue ujeun nyang rheut di ateuh ubông rumoh.

samar dalam kepala saya’. ‘Wajahnya samar-samar sehingga tidak dapat saya kenali’. ‘Samar-samar tidak jelas kelihatan seperti melihat dalam asap’. ‘Sayup-sayup terdengar suara hujan jatuh di atas atap rumah’.

104. sangat masak Boh u nyoe ka riek ka, jeuet dipèt. Padée nyoe reuntah that kreuna teulewat masak ka habéh lurôh. Hana mangat lé boh mamplam nyoe ka béh leubaih. Goh lom jeuet tarueng bu nyoe, gohlom leuiet.

‘Buah kelapa ini sudah masak dan kering sekali, sudah bisa dipetik’. Padi ini sudah masak sekali sehingga sudah mulai rontok’. ‘Mangga ini tidak enak lagi sudah terlalu masak’. ‘Nasi ini belum bisa diangkat karena belum masak’.

105. sedih Beusôt keuh hate lon ‘oh lôn teuingat ayah poma di gampông. Suroi lôn rasa lam udép nyoe. Keuluarga nyoe hana habéh-habéh ditimpa musibah, rugha teuh hate. Hate lôn seudéh meupisah ngon ureung tuha lôn.

‘Hati saya sedih sekali teringat ayah dan ibu di kampung’. ‘Saya merasa sedih dalam hidup ini’. ‘Keluarga ini tidak habis-habis ditimpa musibah, sedih rasanya hati ini’. ‘Hati saya sedih berpisah dengan orang tua saya’.

106. sedikit Boh drien nyan asoejih teubai tapi aneukjih liem. Tamubloe barang bak keudèe nyan sabé nit dijôk. That alôih ureung nyan, talakèe le t’ieng that geubrie.

‘Durian itu dagingnya tebal tetapi bijinya kecil’. ‘Membeli barang di warung itu selalu sedikit diberi’ ‘Pelit sekali orang itu, kita minta banyak tapi sedikit sekali diberi’.

Lanjutan tabel…

159

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Neubrie bacut kuéh nyoe lôn rasa. Mak lôn geumaguen cr’èt-br’èt nyoe beuna jéh beuna. Gaji lôn buleun nyoe dit that.

‘Berilah sedikit kue itu agar bisa saya cicipi’. ‘Ibu saya memasak sedikit-sedikit, ini harus ada itu juga harus ada’. ‘Gaji saya bulan ini sedikit sekali’

107. senang

Uroe nyoe lôn gatu that banlheueh woe meuèn-meuèn. Tiep uroe gobnyan geuma sabé hate jih lagèe hana masalah. Bandum gurèe seumèng that kreuna sikula kamoe jeuet peringkat phôn lam acara lumba antarsikula. Adak pih hana pèng, lam hate teutap seunang. Han thom kudeungoe jih susah haté, sabé udépjih lam suka. Geutanyoe pasti meurasa cateadeuria meunyoe nanggroe geutanyoe aman. Bèk gura that lam glé Tuhan, hamè teuh! Pakon droeneuh reuya that uroe nyoe? Keubeu nyan seu-u that jicèn keunoe jicèn keudéh. Putroe raja nyang tinggai dalam istana nyoe meubacut hana deuria hatejih.

‘Hari ini saya senang sekali setelah pulang liburan’. ‘Setiap hari dia selalu bergembira seperti tidak pernah ada masalah dalam hidupnya’. ‘Semua guru merasa senang karena sekolah kami mendapat peringkat pertama dalam lomba antarsekolah’. ‘Walaupun tidak memiliki uang, hati tetap senang’. ‘Saya tidak pernah mendengar dia hidup dalam kesusahan, hidupnya selalu dalam kesenangan’. ‘Kita pasti merasa senang jka negeri kita aman’. ‘Jangan terlalu riang dalam hutan, pamali! ‘Mengapa Anda gembira sekali hari ini’? ‘Kerbau ini bersemangat sekali loncat ke sana dan loncat ke sini’. ‘Putra raja yang tinggal di dalam istana hatinya tidak pernah merasa senang’.

108. sengau Hana mangat lôn peugah haba kreuna ch’o sue lôn. Hana mangat lôn peugah haba kreuna rih’ot sue lôn.

‘Saya tidak enak berbicara karena suara saya sengau’. ‘Saya tidak enak berbicara karena suara saya sengau’

Lanjutan tabel…

160

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Sue lôn paro kreuna batôk. ‘Suara saya parau karena batuk’. 109. sesak Sipatu nyoe buem that bak gaki lôn.

Ka ue lôn hana kujép ie. Seunak dada nyoe han jeuet lôn peulheueh napah. Gara-gara kupajôh eungkôt mulôh, huek tuleung-tuleungjih. Di lapangan meusak-sak lheueh ureung keumeung nonton layeue tancap.

‘Sepatu ini terasa sesak di kaki saya’. ‘Tenggorokan saya sudah tersumbat karena tidak minum air’. ‘Dada saya sesak sehingga tidak bisa menghembuskan nafas’. ‘Gara-gara makan ikan bandeng, saya tersangkut tulang’. ‘Di lapangan, orang saling berdesakan menonton layar tancap’.

110. setia Si nyan seutia that. Si nyan baét that.

‘Dia sangat setia’. ‘Dia sangat setia’.

111. sombong Teukabo that ureung nyan, sang-sang han abéh lé atrajih. Ureung tuha nyan ugoh that suejih. Akeumak that gobnyan,hana geuthèe droe soe jih jameun kon. Alahai Gam ban trôk Jakarta pih bhông! Ureung nyan teupèh bahô han dimariet, biet-biet nyoe that bob. Jungkat that narit gobnyan, laju di-ék bahô. Na sigoe jak u Banda pih mbông, narit-narit ka tilô.

‘Orang itu takabur sekali seolah-olah hartanya tidak akan habis’. ‘Orang tua itu sombong sekali cara bicaranya’. ‘Sombong sekali orang itu, dia tidak sadar dia itu siapa dulunya’. ‘Alamak Gam, baru sampai Jakarta sudah sombong’! ‘Orang itu berpapasan dengan kita tidak mau berbicara, benar-benar sombong sekali’. ‘Angkuh sekali bicaranya, langsung naik bahunya’. ‘Baru sekali ke Banda Aceh pun sudah sombong, gaya bicara pun sudah janggal’.

Lanjutan tabel…

161

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Jih bako that jinoe. Mutakabirin that gobnyan. Pungah that jih, atrajih mantong nyang leubèh, atra gob hana gèt. Meunyoe kajak lam uteuen nyoe hanjeuet ujob.

‘Sombong sekali dia’. ‘Sombong sekali dia’ ‘Orang itu sangat pongah, kepunyaannya saja 'yang bagus, sedangkan punya orang lain tidak’. ‘Kalau kita pergi ke hutan, kita tidak boleh sombong di dalamnya’.

112. sunyi Gampông nyoe seungue lagèe tajak lam glé. Aneuk miet nyan hana kirôh lé, seungap meukhab lagèe teupeuleuen panyot. Malam nyoe leukhab hana meusue angèn pih. Hana le peugah haba ureung nyan, seungap that. Sunyoe that malam jumu’at nyoe lagèe di kuburan. Ka iem hai Neuk, bèk kamoe lé!

‘Kampung ini sunyi seperti hutan’. ‘Anak kecil itu terdiam tidak berisik lagi seperti dimatikan pelita’. ‘Malam ini sunyi sekali, suara angin pun tidak terdengar’. ‘Orang itu diam sekali tidak banyak berbicara’. ‘Sunyi sekali malam jumat ini seperti di kuburan’. ‘Diamlah Nak, jangan menagis lagi’!

113. susah Buet nyan payah that. Tiep uroe sang-hie lôn sabé lam sanien. Jih lam hate soh-sah that teuingat keu adoe jih. Gobnyan teungoh dialangan, bèk tamariet sapeue. Nanggroe nyoe sabé lam duka. Buet nyoe meuseuké that bak tapiké. Hudép gobnyan sabé lam sangsara.

‘Pekerjaan itu susah sekali’. ‘Setiap hari ia dalam keadaan susah’. ‘Ia merasa susah dalam hati karena teringat adiknya’. ‘Beliau dalam kesusahan, janan berbicara apapun dengannya’. ‘Negeri ini selalu dalam keadaan susah’. ‘Pekerjaan ini susah diselesaikan’. ‘Hidup beliau selalu dalam kesusahan’.

114. takut Raja nyan hana ngeudéh meubacut pih. ‘Raja itu tidak takut kepada apapun’.

Lanjutan tabel…

162

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Lôn kuyu that malam nyoe. Nibak malam nyan ulôn meuh’eueb-h’eueb jitiyeub lé asèe. Han kujeuet nonton pilem nyan, ngeuri that. Si Amat ugah that keu si Yakôb. Geusuen that agam nyan keu awak inong.

‘Saya takut sekali malam ini’. ‘Malam ini saya ketakutan dikejar oleh anjing’. ‘Saya tidak mau nonton film itu karena saya takut ’. ‘Si Amat takut sekali kepada si Yakub’. ‘Laki-laki itu sangat takut kepada perempuan’.

115. tawa Jih jikhém khak-khak that. Jih jikhém khak-khik that. Jih jikhém khek-khek that. Inong nyan galak that khém lingah. Hana gèt khém geuso lagèe nyan, hana mangat tadeungo! Babah jih muhak-hak watèe jikhém.

‘Dia tertawa terbahak-bahak’. ‘Dia tertawa terbahak-bahak’. ‘Dia tertawa terkekeh-kekeh’. ‘Perempuan itu suka sekali tertawa tanpa sebab’. ‘Tidak sopan tertawa dengan cara seperti itu, tidak enak didengar’. ‘Mulutnya terbuka lebar ketika tertawa’.

116. terang Soe peudép lampu rumoh nyoe, peungeuih that? Ie lam krueng nyan sapha that. Malam nyoe buleuen trang. Bandrang lampu-lampu bak jalan. Ie nyan jeureuleng that. Ie mon nyan jeuereungèh that. Deuih that leumah dari sinoe. Jeulaih that peu nyang droeneuh peugah.

‘Siapa yan menyalakan lampu rumah ini, kelihatan terang jadinya’? ‘Air sungai ini jernih sekali’. ‘Malam ini bulan terang’. ‘Lampu-lampu di jalan sangat terang benderang’. ‘Air itu jernih sekali’. ‘Air sumur ini jernih sekali’. ‘Jelas sekali apapun yang tampak dari sini’. ‘Apapun yang Anda katakan jelas sekali kedengarannya’.

Lanjutan tabel…

163

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

117. tidak bersemangat

Bron that badan lôn, beu’o lôn seumeubuet. Cr’on-br’on badan lôn, beu’o lôn seumeubuet. Asoe badan lôn nyoe krôt-kreuet teurasa, hana mangat nyueb. Lôn meurasa seui, sang-hie keumeung sakét.

‘Saya merasa tidak bersemangat sehingga malas bekerja’. ‘Saya merasa tidak bersemangat sehingga malas bekerja’. ‘Otot badan saya terasa mengkerut, tidak enak rasanya’. ‘Saya merasa tidak enak badan, sepertinya saya hendak sakit’.

118. tidak bernyawa lagi

Ureung mate bak jalan tiep thôn meutamah le. Nanggroe nyang phana nyoe hanya hiasan seumata mantong lam udép nyoe. Bah punah keudéh aneuk bajeueng nyan! Bah mampuih jih sinan! Aleueh raja nyang adé nyan mangkat, nanggroe nyan tiep uroe karue. Hana maté nyang leubèh mulia seula-én maté cahid. Hana ka deungo haba ureung kah, bah bug’èng keudéh! Manok abéh kom keunong peunyakét.

‘Orang yang mati di jalan setiap tahun terus bertambah’. ‘Negeri yang fana ini hanya hiasan sementara dalam hidup’. ‘Biar mampus anak sialan itu’! ‘Biar mampus dia di situ’! ‘Setelah raja yang adil mangkat, negeri itu selalu kacau’. ‘Tidak ada mati yang lebih mulia selain mati syahid’. ‘Kamu tidak mau mendengar perkataan orang lain, biar mampus sana’! ‘Ayam sudah banyak yang mati karena penyakit’.

119. tinggi Gunong nyan leusôh that deuh. Bak u nyan leubu that. Gunong Seulawah nyang manyang meuasap.

‘Gunung itu tinggi sekali’. ‘Pohon kelapa itu sangat tinggi’. ‘Gunung Seulawah itu tinggi berasap’.

Lanjutan tabel…

164

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

Hana Tuhan nyang patôt taseumah kecuali Allah ta’ala. Bak mata raja nyan, mandum rakyat sama tinggi hana nyang kaya hana nyang gasien. Rumoh nyan manyang that geupeugèt, ampu bak glumpang. Buleuen malam nyoe cot di langèt. Layang-layang nyan teubapo lanam hana deuh lé. Aneuk Teungku nyan jijak sikula ka tingkat aliah.

‘Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah Yang Mahatinggi’ . ‘Di mata raja itu, semua rakyatnya sama tinggi kedudukannya tidak ada yang kaya, tiada yang miskin’. ‘Rumah itu tinggi sekali dibangun, setinggi pohon glumpang’. ‘Malam ini bulan tinggi di langit’. ‘Layang-layang itu terbang tinggi sekali hingga tidak terlihat lagi’. ‘Anak Teungku itu sekarang duduk di bangku sekolah tinggi’.

120. tipis Keureutaih koran nyoe cukôp lipéh. Ôk bak ulè ka mulai ranggaih.

‘Kertas koran ini tipis sekali’ ‘Rambut di kepala sudah mulai menipis’.

121. tonggos/monyong Lucu tangieng gigoe caheueng agam nyan. Babah ureung nyan munyông.

‘Lucu sekali melihat gigi tonggos laki-laki itu’. ‘Bibir orang itu nyonyong ke depan’.

122. tua Seubagoe aneuk, geutanyoe mandum wajéb tapeuseunang haté ureung chik. Boh pineung nyoe hana guna lé kalewat kute. Jameun jinoe le that ka aneuk muda nyang hana jitu-’oh lé cara hormat keu-ureung nyang leubèh tuha nibak awak nyan. Nèk nyan panyang that umu sampé ka tuha meungkôk-

‘Sebagai seorang anak, kita wajib menyenangkan hati orang tua’. ‘Buah pinang ini tidak bisa digunakan, sudah terlalu tua’. ‘Zaman sekarang banyak anak muda yang tidak tahu lagi cara menghormati orang yang lebih tua dari mereka’. ‘Nenek itu panjang sekali umurnya sampai tua

Lanjutan tabel…

165

No. Medan Makna Kalimat dalam Bahasa Aceh Terjemahan Bebas Bahasa Indonesia

ungkôk. Padé di brandang ka useueng kreuna ka tréb that disimpan.

berbungkuk-bungkuk ’. Padi di lumbung sudah tua karena lama disimpan’.

123. tuli Hèk tapeugah, tuloe that gata. Lagèe hie beungkak glunyueng kah dumnan kumeuhôi hana kaseu-ôt! Lôn sakét ulè sampoe klo glunyueng. Gara-gara sue beudé nyan, glunyueng lôn sang-hie peukak.

‘Kamu tuli sekali, lelah saya mengatakannya’. ‘Mungkin telingamu tuli sehingga ketika kupanggil kamu tidak menyahut’! ‘Saya sakit kepala hingga terasa tuli telinga saya’. ‘Sepertinya telinga saya tuli karena bunyi senapan itu’.

124. tumpul Jarôm nyoe suoe, han jeuet jiipakèk lé. Sikin nyoe loe that. Parang nyoe han tom diasah, keuneulheueh majai keudroe. Catok nyoe han jeuet ta umpoe naleueng kreuna matajih ka malap. That ong sikin nyoe. Gunténg nyoe ka tumpôi, han jeuet lé ta koh ija. Mata catok nyoe bugam that deuh. Mata sikin nyan gabai han jeuet takoh sapeue pih.

‘Jarum ini tumpul sehingga tidak bisa digunakan lagi’ ‘Pisau ini tumpul sekali’ ‘Parang ini tidak pernah diasah sehingga akhirnya tumpul ’. ‘Cangkul ini tidak bisa mencangkul karena matanya sudah tumpul ’. ‘Tumpul sekali pisau ini’. ‘Gunting ini sudah tumpul tidak bisa lagi memotong kain’. ‘Mata cangkul ini kelihatannya tumpul sekali’. ‘Pisau itu tumpul sekali tidak bisa untuk memotong apapun’.

Lanjutan tabel…

166

Adjektiva agung a agung, besar (hanya dipergunakan untuk kasau) ahli, ahali, ali a ahli, pandai, keluarga akeuba a akbar, maha besar akeumak (hakeumak) a kelupaan, sombong, menyesal, buruk, tanggung 2akeurab a akrab, dekat, bersahabat akhe a akhir ‘ala, ‘akla’ a’ala a lebih tinggi, bangga, congkak 2a‘alam a besar, sangat besar (dlm hik) 2alangan a kesusahan, bahaya, sekarat, ombak yang memukul di pantai atau kuala além a alim, berilmu, berpengetahuan tentang agama islam aliah a agung, tinggi ‘alumat a keras, hebat amarah, marah a marah, geram, berang, jengkel ambat a lama-lama 1ambông a ringan ( yang dapat terapung di air ampôn a ringan, apung, (ki) lemah 2ampu a sejauh, lebih tinggi apak a apak ( berbau tidak segar) apông a apung, enteng, ringan asam a asam, masam ayeue, hayeue a pusing, tidak sadarkan diri, pening awèk a bengkok (utk tangan, tanduk) bacut a sedikit 1baét a setia bagaih a cepat bahie a pesolek, dikatakan terhadap sesorang yang sudah tua, tapi masih tetap

bersolek bajeueng a sandal, jahat bakhé a bakhil, kikir, kedekut, pelit baka a baka, kekal, abadi, berketurunan mulia bakai a tampak kasar tidak sopan, belum berpengalaman, belum pandai bako a keturunan baik-baik, cakap, sombong, celaka balak, mubalak a banyak sekali, bertumpu-tumpu baléng, balieng a sedikit miring (utk mata gergaji, pedang, ujung pisau) balia a belia bandrang a benderang, terang benderang

167

banga a bangar, berbau busuk bangkaran a bongkar, mengeras, kaku 1bangkèh a kurus kerempeng bangoe a wangi, berbau harum 1barô a baru, muda, belia barôh a bawah, di bawah, di bagian bawah, daerah pantai 2basa a lembut, sedikit(dlm hik) basah a basah, lembab, berair batat a keras, tegar, mengeras, tidak mau masak (ttg buah-buahhan), keras kepala,

tidak patuh 3bayeuen a bayeuen-bayeuen, terbayang-bayang, samar-samar beube a berani, perkasa, gagah berani beugok a besar dan gemuk (dikatakan kepada seorang anak yang mendapat

hukuman) beuhe a berani beukob a cembung, montok, gembung pipi beuku a beku, kental beungeh a marah, murka, geram, panas hati 2beungkak a bengkak, membengkak beupak a tolol (tidak dapat belajar atau membaca alquran) beungkai a mengkal, setengah masak 1beungkak a tuli, pekak, berat kedengaran beuo a malas, segan, enggan, tidak berbuat atau mengerjakan sesuatu, lamban beureuhi a berahi, gemar (terutama akan wanita) dalam masa meningkat dewasa,

masa kawin beusôt a tembus, berlubang, bocor, seluruhnya, sedih 1bhak a lelah sekali, dalam keadaan terengah-engah, berhenti (ttg angin) 1bhôm, bhông a tidak mempedulikan orang lain, sombong bibeueh a merdeka, bebas 2biheue a nakal, jahat, tak dapat ditegur, bandel bijak a bijak, cerdik, pandai berkata-kata 2biliek a pucat bimbaran, sibimbaran, a semimbar, berdekat-dekatan, semuanya (dlm hik) binga, teubinga-binga a memang, bingung, bingèt, binyèt a mendongkol, maakan hati, sakit hati, kecil hati thd seseorang krn

hasil pekerjaannya tidak menyenangkan bingkèng a pemarah, pemanas hati, mudah menjadi marah, mudah tersinggung bingong a bodoh, tolol, tidak berakal, termangu-mangu (spt orang baru bangun

tidur binyè a benyai, terlalu lunak, terlalu encer, berair, hambar, tawar

168

2binyèt a tidak masak betul, setengah masak (utk nasi) binyoe a berair seperti bubur dan rasanya tawar (utk nasi) 2birang a berang, marah, menjadi marah (dlm hik) biséng a menjadi lekas marah, perengus, rangseng, merajuk, mudah menangis

(anak-anak) bisoe a buruk (ttg watak atau kelakuan seseorang), jahat, licik, bangsat bluek a bengkak, membengkak, sembab bob a sombong, membusungkan dada, tak mau memperdulikan orang lain boibana, goibana a bangsat, bajingan, penjahat, bedebah (dlm hik) bra a repih, repis, rapuh, kering dan tidak mau melekat sama sekali, berbiji-biji,

berpasir-pasir bôh-bah a berlimpah-limpah, melimpah, melimpah ruah, banyak sekali bragan a merana, selalu sakit-sakitan bring -bring , mubring -bring a tampak berkabut, seperti kabut 1brani a berani, perkasa, perwira, gagah berani brat a berat, tertekan, hamil, kehamilan bré a berbutir-butir, tidak mau melekat satu sama lain 1br’eun a perasaan tidak senang, mendongkolkan bron, br’on a merasa tidak bersemangat, tidak enak badan, amarah brudui a agak gemetar (spt orng hendak sakit atau atau sembuh dari suatu penyakit brue a rapuh, tidak mau melekat bubai a bebal, tak dapat dilarang, keras kepala, tidak sopan, biadab, bodoh, tolol bubô a cair, encer (dikaatakan utk daging buah nangka) bucho, buchuek a basah, basah budô a bodoh, lamban, tidak cekatan, dungu 3budueng a bodoh, tolol buem a melekat, tersumpah, tersumbat, terjepit, sesak bugam a tumpul, lawan runcing bug’èng a mati, mampus buju a bujur, panjang, rantai pd alat tenun bukè a kecil, katai, cebol bukriek a tidak mau tumbuh, tetap kerdil, cebol bulat a bulat, (ki) telanjang, polos, tanpa sesuatu perhiasan, tanpa pakaian atau

senjata, utuh, sendiri, tertuju seluruh perhatian kpd sesuatu, berketetapan hati bulut a basah kuyup, seluruhnya basah buncit a buncit, gembung, sangat besar bungkôk a bungkuk, bengkok bungsu a bungsu, yang lahir terakhir sekali, yang termuda sekali bunta a bundar, bulat bunténg a bunting, hamil

169

bunthok a bulat buriek a tidak seluruhnya masak, setengah matang, belum seluruhnya ditumbuk burék a burik, kurik 2busôk a busuk, berbau busuk 1buta a buta caheueng a nyong-nyong, tonggos (ttg gigi) cahid a syahid caih, cah a memberahikan, ingin diperhatikan cakab a sesuai, wajar, pantas, rapi, siap cakceureulak a cantik, cakap, jelita, menarik, juwita, manis (sikap, perbuatan, dan

perkataan) cake a miring dan tegang (ttg leher) cakeue a gak pincang 2cako a pandai, ahli candén a cantik, jelita canggang a jangkung, panjang kaki, panjang leher cangklak a petah, pandai berkata-kata, lincah canték a cantik, rapi, lentik capang, capeueng a capang, panjang dan leher serta agak melengkung (ttg tanduk,

telinga, kumis capiek a pincang, timpang carong a pandai, ahli, cakap, jelita, cantik carue a panjang dan kurus tak berimbang (ttg muka dan leher) catadeuria, catadria, catatria, cataria, citadeuria, citadria , citatria , citaria a

girang, riang, suka hati, suka cita, besar hati cathé (ar) a pandai, ahli, cerdik, licik 1c’èh, c’oh a dekat sekali, jarak yang pendek sekali cé, cék a kecil 1cèh a halus, lumat, keluar (ttg anak ayam yang menetas), cerna, penyek cèh-mèh a bersebeleh, berlumuran kotoran, menjadi kotor tak karuan ceubeueh a berani ceudaih a ahli, berpengalaman, cakap (ttg rupa dan budi), jelita, cantik, bagus (ttg

benda) ceudèng, dèng a sejuk, dingin ceudeut a menjulur, mencuat, menggembung, membengkak, menegang ceukang a tegang, kaku, mati, mampus ceuken a pemarah, bengis, bermuka masam, tidak ramah, marah ceukoe a keruh, tidak jernih, mual ceulici, ceuleuci a bathil, loba, tamak, serakah, kikir ceuma a cemar, kotor, jijik, tidak suci, najis

170

ceudot, cindot, meucindot a benjol, membengkak 1ceukok a bengkok, bungkuk, melengkung ceungèh a cengis, berbau sangit, masam, marah ceungkhok-ceungkhé, cingkhok-chingkhé a incang-incut, pincang, tertimpang-

timpang ceungom a tidak mau berkata-kata dng orang lain krn tidak menyukainya, tidak

memperdulikan, menganggap enteng seseorang, tidak mau menjawab pertanyaan seseorang, marah secara diam-diam, merajuk

c’eut a sakit yang berdenyut-denyut, menyakitkan ceu’o a merajuk, mencebil, marah krn tidak terkabul maksudnya ceuredék a cerdik, berbudi, arif, bijaksana ch’a, meuch’a-ch’a a memancar, bersemburan, bercucuran (ttg darah dan air) ch’ak, meuch’ak a cantik, cakap, gagah, tampan, simpatik chik a tua, gelar (ump teuku) ch’o a sengau, berkata-kata melalui hidung chôk-cheuek, côk-ceuek a tidak karuan, tidak tersusun, tidak beraturan, cabul,

bertentangan dengan hukum dan adat, serangan chuek, cruek, chok, meunchuek-chuek a basah kuyub chueng a bau pesing cie a kerdil, katai 1cincu, tinu a runcing, menjurus ke satu arah (sesuatu yang tajam) cingkhèk-cingkhé a pincang, timpang cot, cèt a lurus, lurus tegak, vertikal, curam, terletak tinggi (utk bulan), ketinggian

(utk matahari), bukit crah a retak, merekah, pecah, koyak, membelah, belah, celah cr’èt -br’èt , crôt-brôt a sedikit-sedikit, di sana sedikit, disini sedikit, campur baur côn a muram, suram, murung, masam, tidak ramah, marah 4cr’èt a meu - -, lembut sekali (ttg daging, rambut) criet a tegang, regang, kencang, terbakar, terik panas cr’on-br’on a merasa tidak bersemangat, tidak enak badan cuali, meucuali a bersahabat baik, bergaul rapat cueueng a tawar, hambar, tidak ada rasanya 3cui a muram, marah, tidak peramah, murung culib, culil a kecil tapi kuat cur’ien a pemarah, bengis, tidak ramah cut a kecil, muda, sedikit, saudara muda, nama diri, gelar, sayang, dikasihi,

dihormati daém a abadi, selama-lamanya (dlm hik). dagéng, meudagéng a kosong, tak berpenghuni dah-dah, meu- - a melimpah ruah

171

2dak a bantat, mengeras, tidak baik pembakarannya (ump roti) 3dak a dalam keadaan melarat (krn ketiadaan makanan dan uang) dakhat, dukhat a cabul, jalang, nakal, jahat 2daki a cerdik, cendekia, bijaksana (dlm hik) damai a melarat, papa, sangat miskin (thd org-org tunawisma) damoh a (dlm hik) banyak dana a miskin, papa, melarat, hina dina dare a banci dawai a gila, kekanak-kanakan, bingung, hilang akal dè a tidak dalam, ceper dèe, dèe-dèe a setengah gila, kurang waras deue a dangkal, tidak dalam deuih, deuh a jelas, tampak jelas, jelas terdengar, dapat dipahami dengan baik deunak a denak, berkaki pendek dan bertubuh kuat, kerdil rendah tetapi kuat deuria, deureuya a (dlm hik) ria deuru, dru , meudeuru a menderu, sangat cepat, menembus, menusuk bertubuh kuat, kerdil rendah tetapi kuat dhiet a cantik dalam berpakaian, bersolek 3dian a dina, miskin dit a sebutan utk suatu jumlah yang dianggap paling/penting drab-drab, meudrab-drab a berderai-derai, bercucuran 1draih a deras, cepat (utk gerakan), jelas deunak a denak, berkaki pendek dan dreueh a sempurna, lengkap, bergantungan, lebat (pakaian, buah-buahan) drô-drô, meudrô-drô a bercucuran, (utk bau) semerbak deuek a lapar deuru, dru , meudeuru a menderu, sangat cepat, menembus, menusuk dreueb a sempurna, lengkap, bergantungan, lebat (pakaian, buah-buahan) dugok a berbentuk pendek dan lebar dengan belakangnya yang lungkum dan

bermata lengkung (utk senjata tajam) duka a duka, susah (dlm hik) dungèe, dungok a dungu, bodoh 1’èt a ukuran yang dianggap sedikit, hanya sampai dengan 2eue a mandul ‘eun, meu’eun a tidak suka, jengkel gabai a kasar, tebal jika diraba, tumpul 2gabuek a tidak meletus, macet (ump senapan), hampa (utk padi) gagah a gagah, kuat, paksa (dlm hik) galéng, itam galéng a hitam legam (ump rambut, warna kulit) gameum a bingung ganaih a ga(ng)sang, gatal, jalang, bandel, nakal (utk anak-anak), boros

172

gante a termangu-mangu, bingung, keliru gasang a liar, suka berkelahi (utk anak-anak), ga(n)sang (utk org dewasa) gasa a kasar, (ki) tidak sopan gasien a miskin gatai a gatal, ga(n)sang gatu a senang hati, sukacita gayéb, rayéb a gaib, tersembunyi, hilang geuma a senang hati, gembira, menyukai, gemar geumpheue, meugeumpheue a berlengah-lengah, bermalas-malasan geureuda a garuda, rakus, loba geuso, geureuso, meugeuso, teugeuso, teugeureuso a tertawa secara tidak sopan geusuen a penakut géng a miring 1geueh a kurang sopan, lebih berani (terutama wanita dan anak-anak) ghuen a beku, kental, keras, berdadin 1gie a rapi, apik (berpakaian atau berhias gigéh a rajin gigéng a marah gila a keadaan setengah gila girang a gila kepada laki-laki (utk wanita) atau kepada wanita (utk laki-laki),

wanita yang suka memperlihatkan dirinya dimana-dimana, girang glak, jlak a bosan, muak glap a gelap, tidak terang, penjara gléh, jléh a bersih, suci gong a tegang, keras, kaku karena tidak biasa memakai (ump pakaian) 1gr’am a murka, sakit hati groh a muda sekali (utk buah-buahan biasanya utk kelapa) gulita, glap-gulita a gelap gulita, gelap sekali(dm hik) gulok a gemuk kuat, tegap (utk anak-anak dan hewan) 1gunjak a cantik, gagah guntoe a pendek gemuk gura a riang, bersemangat, meriah, riuh guriek a kasar, belum licin (utk batu asahan), seseorang yang belum mahir

membaca quran guruek a longgar hadaih a hadas, keadaan tidak suci yang melarang seseorang melakukan

sembahyang 3hak, meuhak-hak a ternganga, terbuka (utk mulut orang yang tertawa terbahak-

bahak) haleumab a rakus

173

halôih, halôh, aloih a halus, lembut, sopan-santun, pandai sekali, licik hamè a hamil 2hamèh a amis hangèt, hangèk a berbau sangit spt bau kelapa kukur yang hangus atau bau

keringat hanggôi, anggôi a bau kambing pantan atau daging biri-biri, bau minyak sapi, bau

celurut hanyi, anyi a anyir, kurang sopan dlm berkata-kata harok, arok a tertarik kepada, menyukai hayut a pening, perasaan pitam dan takut jika berada pada suatu ketinggian di atas

tanah, gamang hek a lelah, penat heue-heue, meuheue-heue a bercucuran, memancar h’eueb-h’eueb, meuh’eueb-h’eueb a ketakutan, tidak dapat bernapas krn

ketakutan hipaih, meuhipaih-hipaih a semerbak hireut , meuhireut a semerbak hirôm , irôm , (h)arôm a harum hiru -biru a huru-hara (dlm hik), semerbak hogôb, ugôb a perasaan panas hô-hô a luntang-lantung, tidak takut kepada apapun 2h’ong, meuh’ong a bau maung, bau yang tidak menyenangkan, menghina idan-idan a pikun inseueh a insaf, saying itaite a onyak-onyak, tidak tahu apa yang dilakukan atau akan dilakukuan, tidak

menentu 1irang a miring, tidak menurut arah yang sebenarnya itam, hitam a hitam, gelap, kotor jagat a berwarna keputih-putihan, perang, biru (utk rambut dan mata), bulai (utk

hewan) jagon a setengah masak, keras, (ki) kaku, kasar jahé a jahil, tidak mengetahui ilmu agama islam, nakal, jahat, cabul jahôo, meujahôi a lebat (utk sesuatu yang tumbuh atau menyebar, spt debu, asap,

tumbuh-tumbuhn rerumputan) jai a lebat, tebal banyak sekali jaliek , putéh jaliek a putih pucat (utk warna kulit), putih tidak sehat jangai a tidak dapat dikendalikan, liar jantan a jantan, berani jarak a jauh jawôh a jauh (dipergunakan hanya dalam mantra)

174

1jeunjang, jinjang a lurus (dlm hik) panjang dan ramping (ttg leher) jeuôh, jiôh a jauh, berada pada suatu jarak tertentu jeureukat a setengah masak jeuereungèh, jeureunèh a jernih, cerah, cemerlang, (ki) lurus, ikhlas, jujur jeulaih, jlaih , glaih a tidak kusut (utk tali), lunas (utk utang/perselisihan), terlepas

(utk sesutau yang tersangkut), jelas, terang (utk ucapan) jeumot a rajin jeunabat a janabat, keadaan tidak suci utk bersalat jeureuleng a terang, jernih jeureungong a berair, cair sekali, gulai daging atau ikan yang encer sekali kuahnya jeurumeuih→ jeureumeui, meu- a kotor, celemot jheut, jeut, jeuheut a jahat, buruk jinab a jauh sekali, nun jauh di sana 1jra a jera, tidak mau berbuat lagi karena pengalaman yang tidak menyenangkan jroh a indah, cantik, bagus, baik juem a lembab, agak basah, kendi yang mengeluarkan air, kain yang tidak kering

dijemur atau sangat lama disimpan, (ki) lemah, tidak bersemangat, tidak gemuruh

juléng a juling 2jumoh a rakus kepada milik orang lain, loba, tamak 1jungkat , jeungkat a sombong, angkuh juon a malas juréng, meujuréng a serong kabi a besar (dlm kitab-kitab agama) kabiem, meukabiem a berisi air, berair, ditahan air kadim a kadim, abadi, tidak berkesudahan (sifat tuhan) kajun , meukajun-kajun a berbondong-bondong, melimpah ruah, membanjir,

sangat banyak (dlm hik) kanjai , ganjai a sangat memalukan, (lebih keras dari malèe) karib a karib, dekat, hampir (dlm hik) kasèk a berbadan pendek dan kokoh keuba, meukeuba-keuba, (dlm hik) meukeubakeuba a bertumpuk-tumpuk,

berkelompok-kelompok, sangat banyak keubai a kebal, tak dimakan oleh senjata besi atau peluru keuboih a kebas (akibat saraf gerak pada salah satu bagian tubuh, ump di kaki

ketika tidur) keudeuk’èt a kedekut, kikir, tidak suka memberi apa-apa kepada orang lain keueueng (di aceh besar biasanya peudaih) a pedas (ump rempah-rempah,

makanan yang terlalu banyak dibubuhi cabai), terasa pedas di lidah keukai a kekal, abadi, selalma-lamanya, tidak berubah

175

keumaree n kemarau, musim kering (dlm hik) keumbong a gembung, menggembung, berkembang, membengkak, membesar keumob, meukeumob, teukeumob a mulut menganga seperti orang merajuk (ump

krn keheranan, sakit hati atau marah) keumong a kembung, gembung, bengkak (akibat kena pukul atau penyakit, ump

sakit gigi dsb.) kembang (ump tinta), juga dikatakan utk kertas yang menggembung jika ditulis dng tinta

2keuta meu-, teu- - a gemetar, bergetar-getar; gemeletuk keuta’in , meukeuta’in a sangat tua dan kotor keadaannya (ump buku, tulisan) 2keutueb, keututueb, meukeututueb a membengkak, menggembung, membesar khab, meukhab a sunyi senyab, (sebenarnya menutup mulut rapat-rapat) khak (biasanya digandakan) a terbahak-bahak, tertawa keras-keras khak-khik (berkali khik -khik ) a berbagai-bagai suara orang tertawa keras-keras,

terbahak-bahak, terkekeh, memperdengarkan suara khak-khik khek-khek a berkekeh-kekeh, suara orang tertawa, (kurang kuat dari khak-khak) kh’eb a berbau busuk (ump telur yang telah busuk, bau mulut seseorang, kurang

kuat dr kh’ob , juga dipergunakan utk mengejek, tetapi tidak bermaksud buruk, nama anak perempuan kecil yang belum disunat atau dikawinkan)

khek a miskin, papa, sangat melarat (dng tambahan pengertian seperti pakaian kotor, compang-camping)

kheueh, khaih a bersih, tidak bercacat sedikit pun (dlm arti kata ki), dibenarkan menurut ajaran agama islam

khie a tengik (ump minyeuk brok yang sedang dimasak), rasa dan bau tengik makanan yang digoreng dengan minyak tengik

kh’ieng, keuh’ieng a berbau busuk (spt jamban) kh’ob a berbau busuk (ump telur yang busuk isinya, daging yang telah busuk,

bangkai, lebih keras dari kh’eb khoih a keadaan apak khueng a kering (utk cuaca, musim) kike a kikir, pelit (dlm hik)

kiwieng a bengkok, bungkuk, (ki) culas, tidak jujur, tidak dapat dipercaya kiwieng- kiwot , kiwang-kiwot a bengkok-bengkok, bengkang-bengkok, berbelok-

belok 1kla (dasar utk) a menderita kelaparan, kelaparan klam a kelam, gelap, kegelapan, malam kleuet a liar, sukar dijinakkan kliet a liat (utk tanah, manisan), kental klo a bisu, kelu, tidak dapat bersuara atau berbunyi, pekak ,tuli kom a tidak mau terbuka, tidak mau menetas (ump telur yang dieram, bibit, bisul,

peluru granat), mongering, (juga kasar utk) meninggal, mampus

176

1kong a kuat, kokoh kônsa, khônsa a banci, laki-laki wanita, seseorang yang dianggap nam buleuen

agam, nam buleuen inong (enam bulan menjadi laki-laki, enam bulan menjadi wanita)

kot-kot , mukot-kot a bergeletar, gemeletuk (karena kedinginan atau demam) krang a keras dan rapuh (ump besi dan logam-logam lain), kering dan keras atau

rapuh ump buah-buahan, spt jeruk, mentimun, pinang, buah kelapa yang bermimyak, dlm arti kata yang luas juga utk kayu atau sesuatu yang telah dijemur, (ki) keras, kasar, suka mengusik, suka menyakiti hati orang (dng perkataan), kaku, keras kepala

krèe a kerdil (ump orang atau hewan), kecil, tidak mau besar kreng a sangat kering, menjadi kering (jarang dipergunakan), kekeringan kreueh a keras, kuat, tegang, tidak dapat dibengkokkan, (ki) bengis, angkara, dng

kekerasan, berlaku keras, kejam, aniaya kroh a keruh, kotor (ump air), dendam, dengki, sakit hati, benci krôt -kreuet a merasa tidak enak badan seolah-olah otot-ototnya menjadi tegang

atau mengerut 1kuat a kuat, gaya, tenaga, kekuatan kuat dlm, menyukai, menggemari, banyak

berbut dlm hal, selalu, menjadikan kuat, membiasakan kudon, meukudon a membengkok, membungkuk (ump kepala krn tertidur) kuduih a kudus, suci, keramat kueuet a kaku, pegal (ump anggota-anggota badan yang terlalu lama dipergunakan,

spt kaki yang menjadi kaku karena lama duduk bersela, atau berjalan, jari-jari yg kaku karena terlalu lama menulis), perasaan sakit atau kaku pada salah satu anggota tubuh

kukôh a kokoh, kuat (ump keadaan rumah, kubu pertahanan, dinding) kulubana, meukulubana a kotor (biasanya utk muka) kulup’ieh , meukulup’ieh a kotor (ump muka seorang anak yang bercelemot

ingus) kuluténg, meukuluténg a kotor (biasanya disebut utk badan) kulutok , meukulutok a kotor (biasanya dikatakan utk muka atau badan) kumbèb a sikumbèb, si gembung pipi (nama julukan seseorang), nama wanita

(yang gembung pipinya) kumbob a gembung, bulat, membengkak, menggelembung (ump pipi) kusong a kosong, lengang, sunyi (utk menggambarkan keadaaan pasar yang ramai

dikunjungi orang), sangat miskin, jatuh mskin (utk orang cina) kute a tua dan kering (ump tembakau dan buah pinang) kuto a kotor kuyut , kuyu a takut lab-lab a gelojoh dan makan cepat-cepat, rakus, lahap

177

labaih a bebas, tidak terganggu dlm gerak-geriknya, (ki) bebas dari suatu urusan (ump krn mempunyai anak

labeulala a papa, melarat, susah, terlantar, tidak berumah dan tidak bernafkah lacab a cepat laku, laris, cepat mengena (ump pancing), suka menceritakan hal org

lain, panjang mulut 2ladang a liar 1ladong a terburu-buru, tergesa-gesa, liar, pengecut ladat a lezat, nikmat, menyenangkan (utk panca indra), sedap enak la’eh a latif, daif, lemah (krn usia atau penyakit), tidak dapat dipercaya lagak a lagal, berlagak, bergaya (dlm cara berpakaian) lagôt a laku, disukai oleh, dicintai lahèe a liar, tidak tahu malu, lepas mulut la’in a terkutuk (dlm hik) 1lak-lak , meulak-lak a selalu berair, lembab (ump luka yang selalu mengeluarkan

air), meleleh, mengalir lale a lalai, lengah, alpa, kurang hati-hati laloe a asyik dng sesuatu hal, terbenam dlm suatu hal tanpa memikirkan kepada

hal-hal lain, asyik, lalai lamang a lapang, terbuka, sangat luas (ump medan, padang, halaman) lampoe, lampoi a sangat panjang, mencapai sesuatu 1lan a tidak menyukai, bosan, jemu, jijik, muak, mual, luat 2landè a landai, miring sedikit lanam a jauh sekali, tinggi sekali, dlm sekali lapa a lapar (dlm hik) lapang a lapang, kosong, terbuka, kepala botak, tidak berisi, tidak dikerjakan atau

ditanam, (ki) alpa, lalai, membuat kesalahan, memalukan laréh a laris sekali, disukai, sangat laku (utk barang dagangan) lasa a lasa, lumpuh, lemah layah a miring layôh a mengantuk, mau tidur layèe a layu, lisut, lesu dan pucat (utk bunga, tanam-tanaman, orang akibat

kekeringan, penyakit, bukan karena usia), menjadi buruk le a banyak leubaih a sangat ranum, lodoh, terlalu masak (utk buah-buahan), gelap (utk warna) leubat a lebat, rapat, tebal, keras, penuh (ump hujan, rambut, buah-buahan di

pohon leubie a hambar, tawar, tidak apa-apa (tidak asin, tidak asam, tidak sempurna

dibubuhi rempah-rempah) leubot a setengah kering, hampir kering 1leubu a sangat tinggi, sangat dalam, sangat jauh, sangat luas

178

leubui a mengantuk, mata terasa berat karena kantuk leugat a segera, cepat (tanpa ragu-ragu, bimbang) leugeu a jemu, jenuh, lebih dari cukup, bosan, muak (kata serupa dari beungeu,

glak) leuha a rakus, gelojoh 1leuho a sangat gatal, menimbulkan gatal, gansang, gatal leuiet a sangat masak (utk nasi) leukhab, meuleukhab a sunyi sekali leukiet a lekit, likat, bergetah-getah, keras, tembus (baik bau harum maupun busuk)

berbau, sangat manis leukeub a gembung, bengkak, bincul, bincut lèk-pèk, meulèk-pèk a lemah, tidak berdaya (karena telah lanjut usia) leulah a lelah,penat, capek (dlm hik) leumoh a lemah, lunak, lemas, lentur (ump kulit, rotan) leumon a lembek, lembut, lemah (utk badan karena kurang sehat, juga utk kasur) leumpôk a lemah, lembut, empuk (utk daging), rapuh (ump benang yang mudah

putus atau pecah seperti pecah belah, kain yang sudah tua) leunyap a lenyap, hilang dari pandangan, diam, tak bersuara, tak bergerak-gerak

(ump orang sakit, meninggal) leunték a lentik, bengkok (ke arah yang berlawanan), melengkung (ump alis/jari-

jari) melengkung ke belakang (ump tubuh seseorang), masuk ke dalam (ump sisir yang dikikir bagian depan)

leunyè a sangat lembut, lunak, lecak, (utk buah-buahan) leunyue a basah kuyup leupon a lunak, lembut (terutama untuk keadaan tanah,

kasur) leupie a dingin (jika dirasakan, ump orang yang meninggal) leup’ueb a lembut, lunak, lecak (ump juadah), empuk, rapuh (utk kayu) leusap a lesap, lenyap, hilang dari pemandangan, habis semua leusôh a segar, sbur (utk tanaman dan pertumbuhan anak-anak), panjang dan

besar, ramping dan berbentuk (utk orang dewasa), tinggi (utk pohon, gunung), jauh, sangat, menembus (utk bnyi)

leuta a kotor, tidak suci, bernajis leutéh a letih, penat,lelah, tidak berdaya lheueh a siap, lepas, bebas, ditembakkan (ump senapan, panah), menyampaikan

suatu hajat, dimenangkan (perkara, tarungan), sudah, setelah licôh, leucôh a bengkak karena gigitan nyamuk, serangga kecil, lepuh akibat

terbakar, krn membelah kayuleusôh a segar, subur (utk tanaman dan pertumbuhan anak-anak), panjang dan besar, ramping dan berbentuk (utk orang dewasa), tinggi utk pohon, gunung), jauh, sangat, menembus (utk bnyi)

lidok a keruh, kotor dan berlumpur (ump air yang tergenang)

179

liem a tidak, sedikit sekali daging buahnya (pada buah kelapa), tidak kecil sekali bijinya tetapi banyak daging buahnya (pda buah-buahan lain seperti mangga, durian, rambuatan)

liet a liat, kikir likat a kental (utk cairan, keruh dan berlumpur (utk air sungai) likat a kental (utk cairan), keruh dan berlumpur (utk air sungai) 2likèk , meulikèk a kental 1lindang, meulindang a kental, sangat berlemak, (ump sayur yang banyak sekali

dibubuhi santan) 1lingah a suka tertawa tanpa sebab (terutama wanita utk menarik perhatian laki-

laki) lipéh, nipéh a tipis, halus lisek a cerdik, bijaksana, pandai 1lô a tidak mau tumbuh, layu (utk tanaman baik karena tanahnya tidak subur

maupun sebab lain), tidak subur (utk keadaan tanah) 1loe a majal, sangat tumpul lu a manja luaih a luas, lapang, lebar lubha a loba, tamak, serakah, rakus lumat a lumat, halus (ki) halus seperti tepung (ump keadaaan kulit) lumbeh a loba, tamak, selalu menginginkan yang banyak, ingin segera dikabulkan,

meminta bertubi-tubi ketika memmberikan sesuatu, mendesak lup’om , leub’om, lap’om a gemuk dan lemah (keadaan tubuh yang tidak berotot),

berat dan goyah luteng, meuluteng a bercelemoh, kotor, cemar luti a halus sekali (karena digiling, ditumbuk) lutôk a kotor, cemar, miskin, papa, buruk, lusuh luwih a sangat manis, manis serta lemak sekali (utk makanan) mah’è a mahir, ahli, pandai majai a majal, tumpul majeunun, meujeunun, meujeunung a majenun, gila 2mak a mumak-mak, mumama a sangat penuh mencapai tepinya (ump air di

sungai, sawah) berseri-seri, bercahaya-cahaya makmu a makmur, beruntung, sejahtera, kaya mala a mala, layu, suram, hampir padam malaih a malas, lamban malap a malap, suram, majal, tumpul male a mandul, tdk dapat melahirkan anak malèe a malu maleh a cantik

180

malém a alim, agak berilmu pengetahuan di bidang agama, ahli di bidang kesaktian, mualim, pengemudi kapal

mamèh a manis, (ki) ramah, menyenagkan 1mameung a lekas, cepat 2mameung a mamang, termangu-mangu, bingung mampuih a mampus, mati mancong a mancung, semakin ke ujung semakin kecil, runcing mangat a enak, menyenangkan( terutama utk rasa, bau), mudah, supaya, agar mangkat a mangkat, meninggal (raja) manja a manja, dimanjakan oleh (dlm hik) manu a keadaan setengah masak manyang a tinggi, ketinggian, di atas masam a masam, asam, (ki utk muka) masam, tidak menyenangkan, marau maté a mati karena hal yang wajar ataupun kekerasan (ki) utk hal-hal yang tidak

bernyawa (ump angin, huruf mati yang diikuti huruf hidup) pernyataan bahwa pihak lawan mendapat giliran utk bermain (dlm berbagai permainan), telah meninggal, tewas, mati

mbông, eumbông a sombong, congkak, angkuh meub a hilang, lenyap meuhajana a sangat luas, tak berukur meureudéka, meureudéhka, madéka, madika a merdeka, bebas, tidak dijajah

oleh siapapun meureugoh a tegap, kuat berani (biasanya utk hewan-hwan jantan dan juga orang

laki-laki) meuseuké a musykil, kesukaran, keberatan, sukar, berat, susah, sukar mèt-mot a berkerumun, menyemut, menggerumut, bergerak ke sana kemari, gatal mit , nit a sedikit, jarang diperoleh miet a kecil, muda (dlm aneuk miet dan aneuk muda) mopeuléh a muflis, tidak mampu (membayar), pailit, palit moseutahé a mustahil, tidak mungkin, tidak boleh jadi, tidak kena, tolol mubadé, mubazé a mubazir, terlampau banyak, berlebih-lebihan, boros muda a muda, belum masak, pucat, patah, putus mudah a mudah dilakukan atau diperoleh, tidak sukar mumang a pening, pusing, (ki) tidak tahu apa yang harus dilakukan, putus asa munyông, munjông a nyonyong, menonjol ke muka (utk mulut, moncong) murôk a putus asa, lekas marah m’ue a bertambah banyak, berkembang biak,

berkerumun, menyemut mutakabirin a mutakabirin, meninggikan diri, sombong nadra, nada, papanadra (dlm hik) a sangat papa

181

nah’o a kebal, tidak dapat dilukai (dlm hik): raja pindoe- raya, raja bangsat itu sangat kebal. 625

nakai a nakal, jalang (utk wanita) ncong, uncong, meuncong-ncong, meuncong-meuncong a berair, dng sedikit

daging atau sedikit sayur, telanjang atau setengah telanjang 1ngab-ngab a meungab-ngab, teungab-ngab, rakus, tamak 2ngab-ngab a berdenyut-denyut (sakit di tulang) ngeudéh a takut (dlm hik) ngeurén a marah, murka, cemburu ngeuri a ngeri, gentar krn ketakutan, takut (dlm hik) ngeut a sangat bodoh, dungu, pandir ngilu a ngilu ngob-ngob, ngot-ngot a mendenyut-denyut ump luka atau kepala yang sakit,

mencucuk-cucuk karena sakit. 1nyèb-nyèb, meunyèb-nyèb a lembut jika dipegang 1nyèn a setengah masak (khusus utk buah pinang) 1ong (utk wanita) tidak disukai atau tidak dipedulikan oleh suami, ditinggalkan oleh

suami, mandul, tidak dapat melahirkan anak lagi, mahal, tumpul padèe a terganggu, terhalang, kekurangan (ump uang, modal); menjadi gelap,

terbenam (ump matahari), berbahaya, celaka padek a padat, pendek dan kekar (ump perawakan seseorang), mempersiapkan

sesuatu (ump meriam yang hendak ditembakkan) 2paih, phaih; mupaih (paih) a semerbak menembus, menusuk (utk bau) 2panaih a panas pandoe a pandai, cakap, pintar, ahli, bijak, (lebih banyak dlm hik paneuih a panas, terasa panas (ump keadaan badan), demam paneuk a pendek, rendah pantai a cepat, lekas, segera, (dlm hik) pantas, pandai, cakap panyang a panjang papa a papa, miskin, melarat – nad(r)a, sangat melarat (dlm hik) paro a parau, serak paseh a pasih, fasih, petah, pandai berkata-kata, memiliki ucapan yang jelas dan

benar paseueng a pasang, bertambah naik (ump air, barang yang mengandung air spt

garam), menjadi lembab pateuen a setengah masak, hampir masak (utk buah kelapa) payah a sukar sekali, menyusahkan, susah payah, beban peudaih a pedas, perasaan, pedas di mulut, lidah peukak a pekak, tuli peuneng a pening, pusing kepala.

182

peungeuih a terang, jelas, bersih, (tidak ditanami atau tidak ditumbuhi rerumputan atau tanam-tanaman)

peungèt a angit, hangus karena terlalu lama dimasak (ump nasi) peunjurék, peunyurék a keji, jahat, bangsat peunoh a penuh, berisi, (ki) dipenuhi dilunasi, ditepati peureumoe a permai, indah, bagus, cantik, jelita, juwita (dlm hik) peunyeuri, peunyari a cepat, lekas, segera, tangkas, laju (dlm hik) peusam a kurang dari panas (spt air yg belum mendidih), panas sedikit, suam-

suam kuku, basah, mengeluarkan keringat (ttp tidak sampai mengalir peuseutari, beuseutari a bestari, pandai, ahli (dlm hik)paneuk a pendek, rendah phana, pana, pahna a fana, mati, hancur, musnah, punah, (sbg istilah tasawuf)

menjelma (ke dlm allah), karam, tenggelam dlm sesuatu phét a pahit, empedu, kandung empedu, bagian tangan yang berdaging antara ibu

jari dan telunjuk, (ki) perasaan hormat atau malu, (ki) kebal terhadap sesuatu penyakit, tetap sehat

phong a berbau busuk 1phui a ringan, enteng, tidak menekan, (juga sbg ki), (halus utk) telah bermain atau

melahirkan; merasa enak, segar, sehat (utk badan) pijuet a kurus piléh a belang-belang (ump bulu leher, dan sayap terutama pada ayam sabungan) pileue a merana kembali (ump orang yang baru sebuh dari sakit), sakit kembali,

menjadi sakit lagi pilok a terurai sendi, miring, terpeleset (ump kaki), cacat karena sesuatu penyakit,

luka sehingga harus berjalan dng ujung kaki pilu a silau, pusing, (hik) pilu, sedih , iba, rawan pindèk a pendek, pandak, kecil pingko a kerdil, tidak subur, tetap kecil 2pinta a pintar, pandai, ahli, cerdik pipè a sangat penuh, mencapai tepinya (ump air) pitam a pitam, pusing kepala, pingsan plang a belang-belang, bergaris-garis 2pleuen a warna kulitnya agak putih pr’ien a tetap kerdil, tidak mau bertumbuh pucat a pucat, pudar, lesu pueh a puas, kenyang, jemu, merasa cukup, jenuh, sukar, susah, berat pukta, pôkta, pokta a pokta, ternama, sempurna, tiada ada bandingannya, sangat

pandai puli a hilang, menghilang, berkurang, berubah, pudar punah a mati (sangat kasar), punah, mampus, habis, amblas pungah a pongah, sombong (terutama di makanan)

183

punggang-punggét a oleng, bergoyang-goyang, ongah-angih (ump perahu, seseorang yang berjalan timpang

punggét lebih lazim mupunggét a timpang dgn bagian belakang miring ke atas pungo a gila, edan, tergila-gila (juga krn cinta, kesenangan, kesedihan, atau

kemarahan) puséng a berpusing, berkeliling, berputar pusông, busông a busung, gembung perut krn sesuatu penyakit, berpenyakit

busung, gosong, bukit pasir di muara sungai atau di laut yang biasanya berada di bawah permukaan air dan sangat berbahaya bagi kenderaan air, ketinggian di rawa-rawa atau sawah, kedangkala.

putéh a putih (ump rambut, fajar), (ki) murni, jujur pupôh a kuat, kokoh, besar, berat (hik) rab a dekat, hampir ragu, rigu a ragu, kacau, kusut, bingung, sedih, jatuh cinta, gemar raeueng a berukuran sedang tetap atau awet rameung, ameung a remang-remang, samar-samar, tidak jelas rampak a rampak, rindang (ttg daun, kayu, rambut), (juga) banyak, berlebih-

lebihan (ttg pakaian , harta), kaya rampang a rapuh, mudah pecah, (ump logam yang mudah pecah, patah atau hancur

jika dipukul dng palu), (ki) lekas marah, kata-kata tajam yang menyakitkan hati orang

rampuih a boros (ttg orang, barang, spt lampu yang banyak menghabiskan banyak minyak

rana; meurana a merana, lama, menahun (ttg penyakit) rani , gani a kaya, berkuasa (gelar bagi allah), yang tidak berkurangan, yang cukup

sendiri dan tidak memerlukan bantuan orang lain sementara orang-orang lain memerlukannya

ranggaih (dlm hik ranggeueh) a ranggas, kurang lebat, jarang, berkurang, tipis, (ttg rambut, daun-daunan, tenunan, orang ramai, (dlm hik) luruh, tidak berdaun

2ranggong a besar (keadaannya) rapat a rapat, tidak bersela, hampir tidak berantara, merapatkan, mendekatkan,

mendamaikan rapôh a rapuh, mudah pecah, garing, (ki lekas marah lalu menggunakan kata-kata

tajam) rate a tidak waras, setengah gila raya a raya, besar, dewasa, penting, ternama, sanagt hebat rayek a besar, dewasa, (ki) penting, ternama=raya; dlm istilah tertentu

dipergunakan semata-mata raya, dan di istilah lain rayek reb-reb; meureb-reb a berlinang-linang, bercucuran (ttg air mata) reuah a lelah sekali, menarik napas panjang (juga krn kepanasan)

184

reubah a jatuh, rebah, miring, curam, tergelincir dari batas tertingggi (ttg matahari) reueng a kering (karena panas api atau matahari reujang, rijang a segera, cepat, lekas reundah a rendah, pendek kecil, rendah hati reue-reue; meureue-reue a bercucuran (ttg air mata); kusut, tidak karuan (ttg

rambut); berhamburan. letak barang-barang di rumahnya tidak karuan reuen; mareuen-reuen a bercucuran (ttg air mata, juga supaya bersajak, meuron-

ron, berduyun-duyun); org dating berduyun2 791 reuen-mereuen a berbagai-bagai, bermacam-macam (biasanya dalam arti tidak

baik, dlm hik, dlm cak reueh-mareueh reuhang a sepat, kelat, pahit getir reuhiek, rihiek a tidak dapat ditenun atau dianyam (ttg kain, saringan yang jarang-

jarang anyamannya atau besar-besar lubangnya), kasar (sehingga tampak tenunan atau anyamannya), jarang-jarang

reukieh, rikieh a tidak rata, kasar, (biasanya digandakan), berkerumun, mencari dengan meraba, bergerak secara tidak menentu

reukeut a kesat, kurang licin, kasar reujang, rijang a segera, cepat, lekas reujoh-reujah a bercucuran (ttg air mata) (dl hik reukam a sakit, menimbulkan perasaan yang sangat sakit, merasakan sangat sakit,

(ki) pedih, tidak menyenangkan reumon a babak-belur, terasa sakit reumpan, meureumpan a tersusun baik, rapi, tampan, beraturan, berbaris reungat, a retak, (ki) sedih reunggang a renggang, tidak rapat, (ki) berjauhan reungie, reungèe a berbau busuk reuntah a masak sekali (ttg padi) reutak a retak (ttg pecah belah), kurai (ttg senjata tajam), garis (ttg tangan), (ki)

sakit hati reuya, ria a menampakkan kesalahan, kepandaian atau kemegahan, (dlm arti ini

lebih banyak dipergunakan ria), ria, riang, gembira riek a masak dan kering sekali, mengering (ttg buah kelapa rih’ot , ringot a sengau,berbicara melalui hidung risèe a berkelakuan buruk/jahat, hidup tidak beraturan, bertualang kemana-mana,

kesal (dlm hik) 1reughak a banyak sekali, bertimbun-timbun 2roh a tidak digunakan, kosong tanaman, kering 1ruek a kering sekali, menjadi kering (ttg buah-buahan spt pinang, jagung) rugha a duka cita, kedukaan, sedih hati, menangis, meratap, mengaduh

185

rukheuek, rukeuek a boros, royal, tidak pandai berhemat, serampangan, tidak menentu

1rungkeng, rungkheng a sangat miskin atau papa rungkob, rungkueb a bengkok ke atas dan bertemu sesamanya (ttg tanduk) 2rungkom a melengkung atau bengkok ke atas dan bertemu sesamanya (ttg tanduk

sapi) rupaan a rupawan, cantik, indah, bagus serasi (dlm hik) rusak a rusak, luka, kacau gagal ruya-ruyoe a compang-camping, romping-ramping, koyak-koyak saghi, sari a kecil, dibawah umur sak-dak, sakdak, sadak a tercepi, dlm kesulitan, putus asa, kehilangan akal sakét a sakit; penyakit,penderitaan, kesakitan, sengsara, kesusahan saluk a meusaluk, merajuk, menjadi marah, mencebil sambinoe a jelita, cantik, molek, manis, bagus, indah samlakoe a jelita, cantik, cakap rupanya (utk laki) samuek a banyak, luar biasa (ttg keuntungan, penghasilan) saneub a saneut, saneuk, sahneuk teratur, rapi, sesuai, cocok sangeu; teusangeu-sangeu a, terbingung-bingung, terheran-heran melihat sesuatu sanggéng a curam, miring sangsara a sengsara; penderitaan, kesusahan sanien a dlm keadaan susah 2sapha a sapa murni, bersih, jernih, terang, berkilat 1sapu a berkabut, kabur, samar-samar, tidak nyata kelihatan atau terdengar sapui a seupui, sepoi-sepoi, lembut, sedap, menyenangkan

1sarat a sarat, penuh dng muatan, penuh sekali 2sarok a agak juling sayop a sayup, hampir-hampir tak terdengar atau terlihat karena jauh letaknya s’èb; a meus’èb, lembut dan mudah menyayat (ttg pisau) seubat a berketetapan, pasti, tenang, keras hati, giat, gemar seubeueh, sabeueh a besar dan kuat, tangguh (ttg orang) 2seubon a tak bersemangat, tak bernafsu melakukan sesuatu, lemah seubôk a semerbak, menembus ke berbagai arah, sibuk, hiruk pikuk, huru-hara seudang a sedang, ftak lebih atau kurang, pertengahan, diantaranya, muda, belia seudèe a kurang waras, gila, pandir, dungu, bodoh seudéh a sedih seudot a penuh sekali, seluruhnya berisi, padat sekali seuè a meuseuè banyak sekali seuhai a tak karuan, tidak terurus, lalai, sia-sia seui a merasa tidak enak badan, merasa agak demam seuleusak a penuh sekali, padat, sempit, terdesak, hampir-hampir, tak cukup waktu

186

seuleusoe a selesai, berakhir, siap, beres seuliô, sliô, haliô, liô, siô, a keadaan seperti tertidur, setengah tertidur, mengantuk seumak a lebat, penuh belukar, kotor; belukar 1seumèng a senang hati, puas seumeunga a terasa panas, bercahaya, bersinar (karena panas), menekan (ttg cuaca,

panas), bernafas berat sehingga terdengar tarikannya seunak a senak, terasa sesak (di dada), sesak napas, asma seunang a senang, tenang, merasa enak, tenteram, seimbang, berdiam (ump air),

tidak berpihak, jujur, adil, tepat, lurus seungam a bau wangi yang aneh pada tempayan yang dipanggang di asap seungap a sunyi, senyap, tenang seungkak a bengkak, gembung, tertahan, terhalang, terhindar seungkoe a sakit yang mencucuk-cucuk (di dada, di perut, di kepala) seungkôh a membengkak, menggembung seunkom a keras, kuat seungue a sunyi, terasing, terpencil dari keramaian, tidak riuh seupot a gelap, malam seureunga a meuseureunga banyak sekali (terutama utk bulu atau rambut) seureupéh a bercelah, merekah, memecah, retak (ttg tanduk atau kayu yang tidak

dapat dipotong karena tidak beraturan urat-uratnya) seurunoh a srunoh; meuseurunoh rapi, cermat, telaten, teratur, apik seusak a sesak, penuh sekali, sempit seusai a sesal, menyesal seutia a setia, jujur, sejenis nyaman seuu a gembira, bersemangat atau riang sekali seuuem a panas, terbakar, pedas atau panas di lidah, (ki) marah, mendatangkan

kecelakaan 1sia a hangus, terbakar sidab a dingin; perasaan dingin sideu a miring sigra a segera, cepat, lekas sijot, seujot a miring simban a tepat sasarannya, sesuai dengan tujuannya, siap, lengkap, (utk makanan)

enak, sedap, (utk tangan) tepat, tetap, lurus, memudahkan, kuat, sigap, bagus, tampan

singèt, sih’èt a miring ke suatu arah singkat a singkat, pendek sekali, tidak cukup panjang, tidak mencukupi, halangan sipu a sipu, malu sirang a serang, renggang (ump mata jala)

187

sirông a serong, miring, tidak dalam garis lurus, tidak langsung, tidak jujur; mengerling (ttg pandangan, perkataan), menyindir, secara menyamping

soh a kosong, hampa, tidak didiami soh-sah a sah soh dlm keadaan susah subo a seubo gemuk, montok (terutama utk anak-anak) suci a suci, murni, bersih, tidak bercacat, tidak bernoda 1suka a suka, senang, gembira, girang sukla a hitam lebam, hitam pekat, hitam sekali sumpieng, meusumpieng a pipih, peang, agak miring (ttg kepala, batok kepala, muka yang lonjong) sundi a miring sekali ke bawah, di bawah, jungkir balik; membuat curam sekali,

membalikkan atas bawah, menjungkirkan suntôk a suntuk, terus-menerus, selalu, senantiasa sunyoe a sunyi suoe a pendek dan gemuk, keretot, pendek dan tumpul supak a sopak, belang putih di tangan dan di kaki suréng, meusuréng a tidak lurus, miring, menyimpang dari sasaran yang

sesungguhnya, menyamping suroi a sughoi masygul, susah hati, sedih suyok a jatuh ke bawah, labuh, bergantung (ump bahu), miring ta’ala, ta’la a (yang) maha tinggi (dipergunakan utk sifat allah) tabeue a tawar, hambar, tidak indah (utk warna), tidak bersemangat tajam a tajam (utk pisau), runcing (utk tombak), halus (utk tulisan), pedas,

merangsang (utk lada), cepat, lekas (utk gerakan), (ki) tajam (utk pikiran, muka), cerdik, pandai, sangat berpengaruh, manjur

2talak a lebih dari kenyang; memberi secara berlebih-lebihan, menjamu dng sepuas-puasnya, menyerahkan sepenuhnya,melampiaskan (ttg nafsu, kemarahan), melakukan sesuatu secara sewenang-wenang

talo a kalah (dlm uatu permainan, pertarungan, dsb), (ki) merana (ump tanaman); dikalahkan

tamam (ar tama) a tamat, selesai: berakhir, lengkap (dlm hik) tamat a tamat, selesai, berakhir tangkoh a subur, makmur, banyak, kuat 1tari a cantik, manis, jelita, memberahikan tat-tat; meutat-tat a bergetar-getar, mengeletar-geletar, mengigil-gigil tawa a tawar, tidak mempan, tidak manjur, (ump racun, mantera, dsb);

menghilangkan keracunan, menawarkan, mengobati; mantera penawar (dlm hik), tawar, tidak tearasa apa-apa, hambar

188

teubai a tebal (ttg benda-benda tipis spt papan, kain), rapat, dekat sekali jaraknya, (ki) tidak merasakan, tidak mempan, tidak peka (ump sesuatu hukuman, sindiran, nasihat

teugoh a teguh, kokoh, tetap hati, hati-hati, waspada teuga a kuat (utk tubuh), tegap, teguh, kokoh, gagah teukabo (ar takabur) a takabur, congkak, sombong teumbon a tambun, gemuk teumeu’an, teumeu’ah (ar tama) a tamak, loba teungeut a tidur, mengantuk, ingin tidur teutai a tebal, padat, lebat (ump buah-buahan di pohon, orang banyak, kain tenun),

rapat ditenun tho a kering, dangkal sekali (ump air dalam sumur atau sungai), (ki) kantong

kosong, tidak beruang t’ieng a sedikit sekali, agak, sangat (sbg penguat utk sesuatu yang dianggap kecil,

sedikit atau tidak berarti tieuen; meutieuen a hamil; kehamilan tinggi a tinggi, mulia, agung, ternama (dlm hik) 1tiwaih a kalah toe a dekat, hampir, rapat, sekeluarga, ahli waris, berdamai trang a terang, jelas treb (dlm cakapan) a lama( utk waktu), berlaku lama, lambat, tua (utk hal dan

waktu) troe a kenyang, sudah merasa cukup, (juga sbg kiasan) trok a teruk, lemah sekali (akibat kerja keras) tuha a tua (utk orang, hewan, dan benda); tua, hampir masak (utk buah-buahhan);

tua, geap (utk warna); sangat, penengah, pengantara (utk menyelesaikan sengketa); ketua, kepala (dlm suatu gampong, kepala adat (di bawah ulebalang di masa dulu)

tuloe a tuli, pekak, sangat luar biasa tulot , tulet a bungsu, yang lahir terakhir, yang termuda dari beberapa orang, yang

kawin terakhir sekali tumpoi a majal, tumpul, (ki) benak, dungu, tidak dapat bekerja lagi, tidak

berpengaruh lagi, tidak mempan lagi (ump mantera) tunggang-tungget a tunggang-tunggit atau tunggit, bergerak dng punggung ke atas

dan ke bawah (ump orang salat, perahu yang terombang-ambing, seseorang yng berjalan pincang krn sebelah akikinya lebih pendek daripada anyg lain

tunjai a lebat, rapat (tanpa memperlihatkan ruang), sangat banyak tunu a tunu, jengkel, tidak senang hati (karena marah, kesedihan atau kesusahan) tu’ob a bulat (ump muka, juga badan), gemuk sekali, pendek dan gemuk. badannya

bulat sekali

189

tutong a terbakar (ump oleh matahari, keadaan hari, makanan yang baru dimasak), panas, hangus, merasa panas

tutot , tutet a keliru, bingung (ump krn keguguran) tuwo, tuo a lupa, menjadi lupa (dlm hik dipergunakan sbg kata kerja) ubit , bubit , ubeut a kecil, sekecil uce a manja ue a tersumbat dng sesuatu dlm kerongkongan, tercekik ugah a takut, gentar (dlm hik) ugoh a congkak, sombong, gagah, hebat ujob, ‘ujob a ujub, bersifat segala genab, sombong ulaya a banci ulok-ulok a kurang pikir, kurang ingatan, bodoh, dungu 1ulu a bunting (utk hewan berkaki empat, juga untuk buaya, biawak, ikan hiu, utk

manusia sangat kasar) undi, uni a miring ke atas(utk timbangan); (ki) tidak setimbang, kalah atau

mengundurkan diri (dlm pertempuran atau perkara); undian ungkôk; meukôk-ungkôk a sangat tua, biasanya tuha meungkok-ungkok, sangat

tua useueng a usang, tua sudah lama dipetik atau dituai, lama disimpan (biasanya utk

padi, beras, dan buah pisang) utoih a ahli, pandai (terutama dlm bertukang), secara umum ahli, berpengalaamn;

kepandaian, keahlian utok a sangat tua yeue-yeue; meuyeue-yeue a lemah, terasa lemah (setelah sembuh dari sakit) yo a gemetar, bergoyang-goyang yo-yo; meuyo-yo a gembur, tidak padat (ump tanah, lumpur, rumput apung di

rawa-rawa jika oang-orang berada di atasnya), bergetar-getar krena tidak keras atau padat dasarnya (ump daging)

1yub a ruang bawah, di bawah

191

BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : Anggi ariska

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh Jaya 21 Desember 1987

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswa

6. Alamat : Jl. Tgk Munira Lr. Jeumpa No.99 Lam Ara

Banda Aceh

7. Nama orang tua

a. Ayah : Zulkifli

b. Ibu : Nilawati

8. Pekerjaan Orang Tua

a. Ayah : Swasta

b. Ibu : Ibu Rumah Tangga

9. Alamat Orang Tua : Jl. Tgk Munira Lr. Jeumpa No.99 Lam Ara

Banda Aceh

10. Riwayat Pendidikan:

a. SD : MIN Seutui Banda Aceh (1994-2000)

b. SMP : SMP N 7 Banda Aceh (2000-2003)

c. SMA : SMA N 10 Fajar Harapan (2003-2006)

d. Perguruan Tinggi : Fakultas KIP, Universitas Syiah Kuala Tamat tahun 2013

Banda Aceh, April 2013

Anggi Ariska