27
L. PENGEMASAN 1. Tinjauan Pustaka Kemasan adalah salah satu bidang dalam Desain Komunikasi Visual yang mempunyai banyak tuntutan khusus karena fungsinya yang langsung berhadapan dengan konsumen, antara lain tuntutan teknis, kreatif, komunikatif dan pemasaran yang harus diwujudkan ke dalam bahasa visual. Sebagai seorang desainer komunikasi visual, hal ini merupakan suatu tantangan karena selain dituntut untuk dapat menyajikan sebuah (desain) kemasan yang estetis, kita juga dituntut untuk memaksimalkan daya tarik kemasan untuk dapat menang dalam pertarungan untuk menghadapi produk-produk pesaing. Tantangan yang lain adalah klien tidak hanya mengharapkan peningkatan penjualan tetapi juga agar konsumennya tetap setia menggunakan produknya (Cenadi, 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dendeng fillet ikan Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga, setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air, kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan 90

Alat pengemasan

Embed Size (px)

Citation preview

L. PENGEMASAN

1. Tinjauan Pustaka

Kemasan adalah salah satu bidang dalam Desain

Komunikasi Visual yang mempunyai banyak tuntutan

khusus karena fungsinya yang langsung berhadapan

dengan konsumen, antara lain tuntutan teknis,

kreatif, komunikatif dan pemasaran yang harus

diwujudkan ke dalam bahasa visual. Sebagai seorang

desainer komunikasi visual, hal ini merupakan suatu

tantangan karena selain dituntut untuk dapat

menyajikan sebuah (desain) kemasan yang estetis, kita

juga dituntut untuk memaksimalkan daya tarik kemasan

untuk dapat menang dalam pertarungan untuk menghadapi

produk-produk pesaing. Tantangan yang lain adalah

klien tidak hanya mengharapkan peningkatan penjualan

tetapi juga agar konsumennya tetap setia menggunakan

produknya (Cenadi, 2000).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

pengemasan dendeng fillet ikan Nila Merah hampa udara

dengan vacuum sealer skala rumah tangga, setelah

penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari

menyebabkan kadar air, kadar TVBN dan jumlah koloni

bakteri produk lebih rendah secara nyata (P<0,05)

bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan

90

kantong plastik polyethylene.Kedua cara pengemasan

tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata

terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna,

bau,rasa dan konsistensi. Penyimpanan produk dendeng

selama 30 hari berpengaruh nyata terhadap penurunan

kadar air produk yang dikemas dengan kemasan hampa

udara,tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0.05)

terhadap kadar TVBN, namun masih berpengaruh nyata

terhadap kenaikan jumlah koloni bakteri (Dewi, 2008).

Seiring dengan perkembangan bahanpolimer, para

ilmuwan telah melakuakan banyak usaha untuk

memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil, lebih

kuat secara mekanik dan kimia serta taha lama. Saat

ini bahan polimer (plastik) digunakan di berbagai

sektor kehidupan untuk berbagai hal, diantaranya

sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum,

untuk keperluan sekolah, kantor, automodif, dan

berbagai sektor lainnya. Hal ini dikarenakan plastik

memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat,

transparan, tahan air serta harganya relatif murah

dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat

(Deswita, 2007).

Pengemasan merupakan salah satu cara memberiakn

kondisi yang tepat bagi pangan untuk mempertahankan

mutunya dalam jangka waktu yang diinginkan. Fungsi

utama pengemasan, antara lain menjaga produk pangan

91

akibat kontaminasi, melindungi pangan terhadap

kerusakan fisik, dan menghambat kerusakan mutu.

Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk melindungai

produk terhadap cahaya, udara atau oksigen,

perpindahan panas, kontaminasi, dan kontak dengan

bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi

kecenderungan bahan pangan kehilangan sejumlah air

dan lemak. Plastik polirtrlin dibuat dengan proses

polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh

dari hasil samping industri arang dan minyak.

Polietelin merupakan jenis plastik yang paling banyak

digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya yang

mudah dibentuk, tahan terhadap berbagai bahan kimia,

penampakannya jernih, dan mudah digunakan sebagai

laminasi (Dewandari, 2009).

Dalam sistem pembotolan, proses pengisian bahan

dan proses meletakkan tutup botol merupakan bahagian

utama dari keseluruhan sistem tersebut. Kecepatan

pemprosesan pada sistem pembotolan dikira semasa

bahan dimasukkan ke dalam botol hinggalah kepada

proses meletakkan tutup botol. proses pengisian bahan

dan meletakkan tutup botol berlaku pada filling unit

dan capping unit. Kedua-dua unit berkenaan

menggunakan sistem pneumatik dan pengesan magnet.

Atur cara yang digunakan pada kedua-dua proses ini

menggunakan atur cara gambarajah tangga. Filling unit

92

Filling unit adalah alatan bagi memasukkan bahan ke

dalam botol. Unit ini bekerja menggunakan sistem

pneumatik dan pengesan magnet. Bahan dimasukkan ke

dalam botol dengan menggerakkan solenoid dari arah

tarikan ke arah perpanjangan. Kedudukan solenoid

dapat diketahui dengan menggunakan pengesan magnet

yang diletakkan pada arah tarikan dan arah

perpanjangan. penutupan botol dilakukan menggunakan

silinder ganda dan dihubungkan dengan sistem

pneumatik. Sesaat setelah isyarat diberikan oleh PLC,

tutup botol akan ditahan oleh silinder dan seterusnya

silinder akan menekan tutup botol ke atas bahan

kerja. Setelah proses penutupan botol berlaku,

silinder akan segera kembali kepada kedudukan asal

(Shukor, 2009).

CCP adalah sterilisasi botol dan tutup,

pasteurisasi dan penyimpanan produk sari buah.

Sedangkan yang termasuk kategori CP yaitu sortasi,

pencucian, penyaringan, pencampuran, pembotolan, dan

pendinginan. Dalam pelaksanaannya, proses verifikasi

sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui

efektifitas penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang

sesuai diharapkan akan meningkatkan kualitas dan

keamanan produk Pembotolan termasuk ke dalam CP.

Pembotolan dilakukan dengan head space sebesar 10%

dari volume botol. Head space sangat penting untuk

93

menciptakan kondisi hampa di dalam botol sehingga

dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang memerlukan

udara untuk pertumbuhannya (Dewandari, 2010).

Dengan semakin majunya teknologi perekatan

diharapkan dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaat

bambu. Dengan menggunakan perekat tertentu, bambu

yang bentuk aslinya bulat dan berlubang dapat diolah

menjadi produk perekatan bambu berbentuk panel

seperti bambu lapis. Namun, demikian tidak menutup

kemungkinan bahwa masa datang produk bambu lapis

dapat berkembang dengan pesat sebagaimana produk kayu

lapis. Bambu di Indonesia terdapat 125 species, 39

species diantaranya sudah terindentifikasi dan 11

species tergolong komersial. Penggunaan bambu di

Indonesia dapat digolongkan pada pengguna

tradisional, yaitu petani, masyarakat pedesaan,

pengerajin pada upacara keagamaan/kebudayaan dan

pemakai industri, yaitu pengalengan bambu (Jasni,

2005).

Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang

banyak dimanfaatkan oleh manusia karena beberapa

kelebihannya, antara lain sumber protein hewani yang

sangat potensial. Kandungan zat-zat gizi tersebut

menyebabkan ikan sangat diminati oleh masyarakat

sehingga kebutuhan ikan semakin meningkat dengan

berjalannya waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya

94

ditemukan dalam keadaan segar tetapi juga ditemukan

dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk kaleng maupun

plastik, hal ini memberikan kemudahan bagi para

konsumen. Ikan yang cocok diolah dengan pengalengan

adalah ikan yang memiliki kadar lemak tinggi yaitu 10

- 15%. Produk industri ikan (Sardines) mempunyai

limit waktu tertentu untuk dapat dikonsumsi, jika

melebihi limit waktu yang telah ditentukan bakteri

dapat tumbuh dan berkembang biak sehingga makanan

tersebut tidak layak lagi dikonsumsi karena telah

mengandung banyak bakteri yangdapat membahayakan bagi

konsumen (Wulandari, 2005).

Kemajuan dalam pengolahan makanan dan kemasan

makanan memainkan peran primer dalam menjaga suplay

makanan AS teraman di dunia. Hanya menyatakan,

kemasan mempertahankan manfaat pengolahan makanan

setelah proses selesai, memungkinkan makanan untuk

dibawa bepergian dengan aman untuk jarak jauh dari

titik asal mereka dan masih sehat pada saat konsumsi.

Namun, teknologi kemasan harus menyeimbangkan

perlindungan makanan dengan isu-isu lain, termasuk

biaya energi dan material, meningkatkan kesadaran

sosial dan lingkungan dan peraturan ketat pada polusi

dan pembuangan limbah padat perkotaan (Marsh, 2007).

Kadang-kadang perbedaan dibuat antara kemasan

dan kemasan bekas yang berkaitan dengan perlindungan

95

dan yang terakhir dengan promosi. Pentingnya kemasan

sebagian diilustrasikan oleh biaya. Di Amerika

Serikat misalnya, USD14 miliar dihabiskan untuk

kemasan bahan saja pada tahun 1981. Jumlah ini

diperkirakan USD31 miliar pada tahun 1997 dan

diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun

mendatang. Untuk perspektif, ini kira-kira sama

dengan jumlah total dihabiskan untuk iklan. Biaya

aktual kemasan mungkin dua kali lebih tinggi, jika

semua biaya penanganan, penyimpanan dan bergerak

wadah yang disertakan. Mereka naik pengeluaran untuk

kemasan yang sebagian karena pergeseran dari

penekanan sebelumnya pada perlindungan kepentingan

saat ini dalam perlindungan dan potensi promosi paket

(Chaneta, tanpa tahun).

Biji-biji kakao yang sudah kering dapat

dimasukkan dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg

biji kakao kering. Kemudian karung-karung yang berisi

biji kakao kering tersebut disimpan dalam gudang yang

bersih, kering, dan berfentilasi baik. Sebaiknya biji

kakao tersebut segera bisa dijual dan diangkut dengan

menggunakan truk dan sebagainya. Penyimpanan di

gudang sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap

tiga bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya

jamur atau hama yang menyerang biji kakao

(Pudjogunarto, 2011).

96

Tahap-tahap proses pengalengan yang umumnya

dilakukan antara lain persiapan bahan mentah,

blanching bahan dan sterilisasi wadah, persiapan

larutan, filling, exhausting, penutupan, sterilisasi,

pendinginan, labelling, dan storage. Kerusakan

makanan-makanan dalam kaleng biasanya disebabkan oleh

proses atau tahap-tahap pengolahan yang tidak baik,

atau disebabkan karena kebocoran kaleng. Kerusakn

yang disebabkan karena kebocoran kaleng biasanya

ditandai dengan adanya jenis mikroorganisme yang

lebih bervariasi. Kebocoran biasanya terjadi pada

sambungan antara tutp dengan badan kaleng (Handajani,

2010).

Pengemasan perlu dilakukan tidak saja unutk

melindungi produk, tetapi juga untuk meningkatkan

nilai estetika sehingga meningkatkan daya tarik

terhadap konsumen. Kemasan yang digunakan harus kedap

udara untuk mengurangi terjadinya oksidasi produk,

kemasan juga harus dapat menahan uap air agar dapat

mencegah penguapan produk selama penyimpanan. Tingkat

kekedapan kemasan terhadap air dan udara tergantung

pada keperluan. Jika sifatnya untuk melindungi dan

meningkatkan daya tarik di dalam satu kemasan, maka

dapat dipakai dua kemasan, selain untuk melindungi

juga untuk meningkatkan daya tarik (Adawyah, 2007).

97

Pengepakan bahan pangan dapat dilakukan dalam

keadaan hermitis atau tidak hermitis. Wadah yang

hermitis berarti bahwa wadah tersebut secara sempurna

tidak dapat dilalui oleh gas, udara maupun uap air.

Selama wadah tersebut masih hermitis berarti wadah

tersebut juga tidak dapat dilalui oleh bakteri, ragi,

kapang, dan debu, karena mikroba dan debu lebih besar

daripada gas atau uap air. Di dalam wadah yang

hermitis juga dapat dilakukan pengepakan secara vakum

(Winarno, 1984).

Pengepakan merupakan suatu cara atau perlakuan

pengamanan terhadap bahan pangan agar supaya bahan

pangan tersebut baik yang belum maupun yang telah

mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dalam

keadaan selamat. Pada umumnya pengepakan berfungsi

untuk menempatkan bahan pangan atau hasil pengolahan

atau hasil industri, ada dalam bentuk-bentuk yang

memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan

distribusi ke masyarakat pembeli (Hudaya, 1983).

Pengalengan makanan merupakan suatu cara

pengawetan bahan pangan yang dikemas secara hermetis

yang kemudian disterilkan. Metode pengawetan tersebut

ditemukan oleh Nicolas Appert, seorang ilmuwan

Perancis. Di dalam pengalengan makanan, bahan pangan

dikemas secara hermetis dalam suatu wadah, baik

kaleng, gelas, atau alumunium. Pengemasan secara

98

hermetis dapat diartikan bahwa penutupannya sangat

rapat, sehingga tidak dpat ditembus oleh udara, air,

kerusakan akibat oksidasi, ataupun perubahan cita

rasa (Adawyah, 2007).

Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan

kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan

dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian

yang lebih besar dripada yang biasanya diketahui.

Industri pangan cenderung untuk membedakan antara

proses pengalengan dan pembotolan di satu pihak dan

apa yang disebut pengemasan yang berarti metode

lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini

merupakan perbedaan nyata antara metode pengolahan

pangan yang mengikutsertakan sterilisasi dan/atau

pasteurisasi terhadap metode pengawetan lainnya

termasuk dehidrasi dan pembekuan cepat (Buckle,

1985).

2. Gambar, Bagian Utama Alat dan Fungsi

99

Gambar 10.1. Alat/ mesin pengalengan

Bagian utama pada alat mesin ;

a. Transmisi : menyalurkan energi

b. Roll 1 : untuk melipat & mengkaitkan

tutup kaleng.

c. Roll 2 : untuk merapikan.

d. Tuas/handle : mengendalikan roll 1 dan

roll 2.

e. Pegas : untuk membantu daam

menaikturunkan tuas.

f. Pijakan : untuk menurunkan tempat

kaleng.

g. Tombol on/off : menyalakan dan mematikan

alat.

h. Stop kontak : menghubungkan dengan sumber

listrik.

100

i. Frame : menopang bagian-bagian

utama.

Gambar 10.2 Alat Pengemasan Cup Sealer

Bagian utama pada alat :

1. Tuas : Menekan cup.

2. Switch thermo control : Mengatur suhu

sesuai yang dikehendaki.

3. Switch sealing timer : Mengatur waktu

sesuai yang diinginkan.

4. Indikator power : Mengetahui alat

dalam keadaan hidup.

5. Indikator suhu : Mengetahui suhu dalam

keadaan normal.

6. Indikator waktu : Mengetahui lamanya

waktu menekan tuas.

7. Bagian pemanas : Untuk merekatkan cup.

8. Dudukan silinder : Untuk meletakkan

silinder.

101

9. Silinder : Tempat gelas cup.

10. Colokan : Penghubung sumber

panas.

Gambar 10.3 Alat/Mesin Pembotolan

Bagian utama dan fungsi :

a. Tuas penekan :

untuk menekan antara penutup dengan

botol

b. Tiang penyangga: untuk

menyangga

c. Bottle corp :

tempat untuk merekatkan penutup botol

dengan botol

d. Standard :

tempat meletakkan botol

3. Prinsip Kerja

102

a. Mesin Pengalengan

Prinsip dari mesin pengalengan adalah menutup dan

merapikan penutup kaleng menggunakan rol penutup

dan rol merapikan.

b. Mesin Pembotolan

Prinsip dari mesin atau alat pembotolan adalah

menutup dan melekatkan penutup botol.

c. Mesin Cupsealer

Prinsip dari mesin cupsealer adalah memanaskan dan

melekatkan penutup cup dengan kecepatan air akan

membuat tekanan pada tabung semakin bertambah

rendah atau kecil.

4. Mekanisme Kerja

a. Mesin pengalengan

Kaleng diletakkan pada tempat pegangan kaleng dan

cetakkan atas dengan handle, kemudian saklar

dinyalakan sehingga motor pemutar menyala dan

kaleng berputar. Tekan rol penutup untuk menutup

kaleng dan rol merapikan untuk merapikan kaleng

supaya tidak terjadi kebocoran.

b. Mesin pembotolan

Melekatkan produk atau bahan dalam botol yang akan

dibotolkan lalu diletakkan pada standar (tempat

untuk bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu

penekan.

103

c. Mesin cupsealer

Memanaskan kemasan dan menyedot udara didalam

kemasan sehingga tidak ada udara didalamnya.

5. Cara Kerja

a. Pembotolan

b. Pengalengan

104

Botol disiapkan

Diisi bahan

Masukkan bahan kedalam botol

Meletakkan botol pada tempat yang disediakan

Penutup botol diatur

Botol ditekan dengan sumbu penekan

Dicatat dan diamati kerapatan botol

c. Cup Sealer

105

Diisi air

Mesin dinyalakan

Penutup kaleng dirapatkan dengan rol penutup 2

Penutup kaleng dirapikan dengan rol penutup 1

Mesin dimatikan

Diamati kerapatan kaleng

Kaleng disiapkan

Mesin cup sealer disiapkan

Produk yang akan dikemas disiapkan

Gelas penampung produk disiapkan

Produk dimasukkan ke dalam gelas

Gelas ditutup dengan penutup plastik.

Tuas penekan ditekan sehingga mesin dapat melengketkan plastik pada gelas.

Jika tutup (plastik) belum sepenuhnya lengkat maka diulangi

6. Hasil dan Pembahasan

Pembotolan adalah proses menutup botol dengan

tutup botol dengan cara menekan tuas penekan pada

mesin sehingga tutup tertutup rapat pada botol.

Prinsip kerja dari alat ini yaitu menutup dan

merapikan serta merapatkan bahan yang di masukkan

dalam botol. Mekanisme kerja alat ini yaitu

meletakkan bahan/produk dalam botol yang akan

dibotolkan lalu diletakkan pada standar (tempat untuk

bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu penekan.

Pada proses pembotolan ini digunakan botol

minuman berkarbonasi. Sebagai alat untuk menutup ,

merapikan, dan merapatkan botol. Pada saat penekanan

handle pada tuas penekan dilakukan dengan cermat

karena akan berakibat penutupan pada botol tidak rapi

jika dilakukan dengan cara terburu-buru. Proses

penutupan dapat berlangsung lancar dan hasilnyapun

terlihat rapi. Pengemasan didesain atau dirancang

sedemikian rupa untuk melindungi produk dari

kerusakan dan untuk menjual produk lengkap dengan

106

wadah atau kemasan yang digunakan. Salah satu bentuk

bahan yang digunakan adalah botol, di dalam industri

pengolahan pangan skala besar biasanya diperlukan

proses pengemasan secara mekanis untuk mendapatkan

teknik pengemasan yang efisien.

Beberapa cara dan tahap pembotolan yang baik di

antaranya adalah:

1. Memasukkan

Botol kosong

dalam alat

(bottle

feeding)

Sebelum botol-botol kosong masuk dalam

pengisian,maka botol kosong dimasukkan dalam botol

feeder secara tidak beraturan atau diletakkan

begitu saja tanpa ditata dan diatur

posisinya.Keluar dari bottle feeder maka posisi

botol akan berdiri satu-persatu dan tidak saling

menumpuk.

2. Pembersihan

Botol (Bottle

Cleaning)

Pembersihan botol dapat dilakukan secara manual

satu persatu, tapi untuk industri makanan skala

besar hal itu tidak mungkin dilakukan. Pencucian

107

botol dilakukan dengan bottle washer yang

dilengkapi dengan sikat elektrik.

3. Pengisian

(Filling)

Pengisian produk menggunakan teknik Vacuum Filling

(pengisian produk hampa udara). Teknik pengisian

ini adalah teknik pengisian paling bersih dan yang

paling murah untuk berbagai jenis produk. Teknik

ini mampu mendeteksi botol yang retak, botol yang

sumbing, atau botol bocor. Disamping itu pengisian

dengan teknik filling vacuum dapat menekan

kehilangan produk dan mencegah adanya tetesan

produk yang dapat memberikan kesan kotor.

4. Penutupan botol

Penutupan botol hendaknya dilakukan secara hermetis

(rapat), seperti penutupan botol untuk mengemas

produk jam, jelly, sari buah dan hasil olahan

lainnya yang diolah dengan suhu tinggi. Tujuan

penutupan secara hermetis yaitu untuk mencegah

produk dari kerusakan, terutama kerusakan yang

disebabkan oleh mikroba. Keadaan hermetis akan

tercapai jika tutup botol dengan bagian luar mulut

botol dalam kondisi baik.

Bahaya dari pembotolan adalah kontaminasi silang

dari botol pengemas. Sumber bahayanya berasal dari

penggunaan botol yang kurang steril/bersih dan waktu

108

tunggu yang terlalu lama. Beresiko tinggi. Cara

pencegahan dari bahaya pembotolan adalah sterilisasi

botol dan pengemasan produk secepat mungkin setelah

proses pemurnian.

Dalam proses pembotolan sering sekali terjadi

kesalahan yang akan berakibat kurang rapatnya

pembotolan. Hal ini akan menyebabkan isi dalam botol

mudah terkontaminsai. Kesalahan dalam pembotolan

terjadi karena pada saat menekan tuas terlalu cepat

atau telalu lambat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

pembotolan yaitu tutup botol, jarak antara tuas

penekan dengan botol energi yang dihasilkan, kekuatan

menekan tuas, dan kecepatan menekan tuas penekan.

Faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah

kecermatan dalam penekanan pada saat tuas penekan

ditekan kebawah. Pada pembotolan yang perlu

diperhatikan adalah ketepatan penempatan tutup botol

sebelum dipacking dan waktu untuk menutup dan

merapikan botol.

Pengalengan ini adalah salah satu pengemasan

yang bertujuan mengawetkan bahan makanan yang

dimasukkan dalam kaleng sehingga dapat dikonsumsi

kemudian hari. Pada pengalengan ini dilakukan proses

sterilisai menggunakan panas, sterilisasi ini

109

bertujuan untuk membunuh mikroorganisme sehingga

produk dapat disimpan lama.

Pada alat pengalengan ini memiliki bagian-bagian

utama yaitu motor berfungsi sebagai tenaga penggerak,

transmisi untuk menyalurkan energi (penggerak), rol

penutup 2 untuk merapikan , rol penutup 1 untuk

merapatkan/menutup kaleng/mengaitkan kaleng, handle

untuk mengendalikan rol penutup 1 dan 2, pemegang

karet untuk meletakkan kaleng, pijakan untuk

menurunkan pemegang kaleng, saklar untuk mematikan

dan menghidupkan mesin, sumber listrik sebagai sumber

energi/ tenaga, frame untuk menopang bagian-bagian

utama.

Pengemasan dengan kaleng diperlukan mesin yang

digunakan untuk melekatkan antara kaleng dengan

penutup kaleng. Untuk melakukan penutupan proses awal

yang harus dilakukan adalah mengatur posisi tutup dan

kaleng sesuai yang diisyaratkan dengan mengatur

landasan. Pada prinsipnya pengalengan mengandalkan

putaran dari penjepit kaleng sehingga kaleng yang

sudah dilekatkan dengan penutupnya tinggal ditekan

dengan rol penutup dan hasil penutupan tersebut

dirapikan dengan rol ke 2. Pada saat menekan

diusahakan jangan terlalu keras karena peutup kaleng

akan mengalami perataan sehingga tidak rapi.

110

Di dalam pengalengan terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas pengalengan antara lain yaitu

jenis bahan, jenis kaleng, handle/tekanan, suhu,

alatnya, dan roll yang digunakan apakah sudah aus apa

belum. Salah satu ciri pengalengan yang salah yaitu

apabila dalam pengalengan tersebut didapat nilai hard

space yang banyak/tinggi dan hasil dari pengalengan

tidak rapi.

Pengemasan adalah cara menyimpan produk supaya

dapat dikonsumsi kemudian hari. Salah satu cara

pengemasan yaitu menggunakan cup sealer. Cup sealer

adalah alat untuk mengemas produk dalam cup plastik

dengan tutup plastik yang berasal dari jenis plastik

pp. mekanisme kerja dari cup sealer adalah memanaskan

cup dan plastik penutup sehingga antara cup dan

plastik penutup merekat. Suhu yang digunakan dalam

pemanasan cup sealer adalah 175 °C . Untuk sekali

pengemasan diperlukan waktu rata – rata 2 detik.

Apabila cup sealer digunakan pada suhu dibawah 175 °C

maka hasil pengemasan kurang maksimal.

Selain suhu yang harus optimum dalam

pengoperasian cup sealer juga diperhatikan lama

pengemasan, pengemasan dengan cup sealer jangan

terlalu lama karena hasilnya malah membuat plastik

penutup meleleh. Hasil pengemasan cup sealer ini

dipengaruhi beberapa faktor diantaranya lama

111

pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, dan

keahlian dalam melakukan pengemasan. Cup sealer

bisanya digunakan untuk menutup kemasan, khususnya

yang berbentuk gelas plastik. Mesin ini sangat cocok

untuk usaha di bidang minuman ringanm yang kemasannya

berbentuk gelas plastik.

7. Kesimpulan

Dari pelaksanaan praktikum Pengalengan diatas,

dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pengemasan bertujuan untuk mempermudah

pengaturan, pengangkutan, penempatan, dan

penyimpanan.

2. Produk pengalengan diharapkan tetap awet

meski disimpan dalam waktu yang lama.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

pengalengan antara lain yaitu jenis bahan, jenis

kaleng, handle/tekanan, suhu, alatnya, dan roll

yang digunakan apakah sudah aus apa belum.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

pembotolan yaitu tutup botol, jarak antara tuas

penekan dengan botol energi yang dihasilkan,

kekuatan menekan tuas, dan kecepatan menekan tuas

penekan.

5. Prinsip kerja dari pembotolan adalah mutup

dan merapikan bahan yang akan dibotolkan

112

6. Proses pembotolan digunakan botol

berkabonasi.

7. Proses pembotolan adalah :

a. Memasukkan Botol kosong dalam alat (bottle

feeding).

b. Pembersihan Botol (Bottle Cleaning).

c. Pengisian (Filling).

d. Penutupan botol.

8. Pada pembotolan yang perlu diperhatikan

adalah ketepatan penempatan tutup botol sebelum

dipacking dan waktu untuk menutup dan merapikan

botol.

9. Pengemasan menggunakan Cup sealer bertujuan

untuk mengemas produk dalam bentuk plastik agar

dapat mempertahankan kualitas produk dan dapat

dikonsumsi kemudian hari.

10. Faktor yang mempengaruhi kualitas pengemasan

dengan cup sealer adalah lama pengemasan, suhu yang

digunakan dalam pengemasan, dan keahlian dalam

melakukan pengemasan.

11. Mekanisme kerja alat adalah cup dan tutup

dipanaskan oleh mesin sehingga lengket.

8. Saran

1. Lebih dirawat lagi alatnya.

2. Dilakukan uji berkala untuk tingkat kelayakannya.

113

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan.Bumi Aksara. Jakarta.

114

Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasandalam Dunia Pemasaran. Jurnal Nirmana Vol. 2, No.1, Januari 2000: 92 – 103.

Chaneta, I. Tanpa Tahun. Marketing : Packaging and Branding.Journal of Comprehensive Research, Volume 8, Page19.

Dewandari, Kun Tanti. 2010. Studi Penerapan Haccp padaPengolahan Sari Buah Jeruk Siam. Jurnal StandardisasiVol. 12, No. 1 Tahun 2010: 43 – 49.

Dewandari, K T. 2009. Pembekuan Cepat Puree mangga Arumanisdan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. JurnalPascapanen 6(1) 2009: 27-33.

Deswita. 2007. Modifikasi Polietilen Sebagai Polimer KompositBiodegradable untuk Bahan Kemasan. Jurnal Sains MateriIndonesia, Hal. 37-42.

Dewi, Eko Nurcahya. 2008. Mutu dan Daya Simpan Fillet DendengIkan Nila Merah yang Dikemas Hampa Udara dengan VacuumSealer Skala Rumah Tangga. Jurnal Saintek PerikananVo. 4 No. 1 2008 : 7 – 15.

Handajani, Sri. 2010. Pengolahan Hasil Pertanian; TeknologiTradisional dan Terkini. UNS Press. Surakarta.

Hudaya, Saripah. 1982. Dasar-dasar Pengawetan 2. Gramedia.Jakarta.

Jasni. 2005. Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus minutus Farb.pada Bambu Lapis dan Kayu Lapis. Jurnal Ilmu &Teknologi Kayu Tropis Vol.3, No. 2.

Marsh, Kenneth. 2007. Food Packaging Roles, Materials, andEnvironmental Issues. Journal of Food Science Vol.72, No. 03.

Pudjogunarto, Wartoyo Suwadi. 2011. Agronomi TanamanKakao. UNS Press. Surakarta.

Shukor, Syaimak Abdul. 2009. Rekabentuk dan ImplementasiSistem Automasi Pembotolan MAPS Menggunakan ProgrammableLogic Controller, PLC. Jurnal Sains Malaysiana 38(2)(2009): 281–286.

Winarno, F G. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia.Jakarta.

115

Wulandari, Sri. 2005. Analisis Mikrobiologi Produk Ikan Kaleng(Sardines) Kemasan dalam Limit Waktu Tertentu (Expire). JurnalBiogenesis Vol. 2(1):30-35.

116