Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MATA KULIAH
DASAR-DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Dosen Pengasuh : Anita Camelia, SKM, MKKK
Analisis Teori Kecelakaan Terhadap
Jatuhnya Pesawat CASSA212
Oleh:
SarianaNIM. 10101001009
Mahasiswa Semester III
Fakultas Kesehatan Masyarakat
UNIVERSITASSRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
meridhai dan melancarkan usaha saya untuk dapat menyelesaikan
makalah Analisis Teori Kecelakaan Terhadap Jatuhnya Pesawat
CASSA 212 ini tepat pada waktunya. Sesungguhnya tiada sesuatu
pun yang memenuhi predikat sempurna kecuali Dia YME, begitu
pun makalah saya ini dengan ketidaksempurnaanya. Oleh karena
itu, jika ada kritik dan saran yang membangun, saya akan
menerima dengan hati terbuka demi pebaikan ke depannya.
Ucapan terima kasih terhatur kepada dosen pengasuh mata
kuliah Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM Unsri,
Ibu Anita Camelia, SKM, MKKK, yang telah memperkenalkan
teori-teori terjadinya kecelakaan dan telah memberikan tugas
ini sebagai sarana pengembangan diri. Tak lupa jua ucapan
terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mempresentasikan bahasan kelompoknya masing-masing mengenai
teori-teori terjadinya kecelakaan sehingga menambah wawasan
saya.
Semoga makalah ini bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Indralaya, 09 November 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR----------------------------------------i
DAFTAR ISI-------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang-----------------------------1
I.2 Tujuan-------------------------------------1
I.3 Rumusan Masalah----------------------------2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Kronologi Kecelakaan Pesawat CASSA 212----3
II.2 Korban Kecelakaan Pesawat CASSA 212-------5
II. 3 Kondisi Korban Pasca Kecelakaan Pesawat CASSA 212-----------------------------------------------6
II.4 Penyebab Kecelakaan Pesawat CASSA 212-----7
II.5 Analisis Hubungan Terjadinya Kecelakaan Pesawat CASSA 212
dengan Teori Kecelakaan (Theory of Accident)----------9
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan------------------------------14
III.2 Saran-----------------------------------15
DAFTAR REFERENSI-------------------------------------16
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan hal
penting dan harus diutamakan dalam dunia kerja. Dengan
diterapkannya konsep K3 secara tepat dan benar serta
berkesinambungan, diharapkan angka kecelakaan kerja (accident)
akan dapat diminimalisir. Seperti yang telah kita ketahui,
sudah sekian banyak teori terjadinya kecelakaan yang menjadi
bukti perkembangan konsep dunia K3. Kesemuanya itu
bermanfaat demi kebaikan dunia kerja jikalau dipergunakan
secara tepat.
Di sisi lain, kita tidak dapat menutup mata bahwa masih
banyak kejadian kecelakaan yang menjadi fenomena di berbagai
bidang pekerjaan. Hal ini tentunya menjadi bahan renungan
kita bersama, mengapa masih saja terjadi accidents di era
yang dibanjiri oleh konsep K3 modern sekarang ini. Ada
banyak kemungkinan yang akan menjadi jawaban atas semua
pertanyaan ini. Mungkin saja terjadi kesalahan pada sistem
manajemen perusahaan, kondisi lingkungan yang kurang
bersahabat, kondisi peralatan yang sudah tidak layak
(usang), atau mungkin pengaruh dari kesalahan pada faktor
manusia (pekerja) itu sendiri.
Oleh karena itu, melalui analisis salah satu kasus
kecelakaan ini diharapkan agar kita dapat lebih peka
terhadap berbagai kejadian kecelakaan kerja, serta menjadi
lebih kritis dalam pencarian jalan pencegahan dan
pengendaliannya.
I.2 Tujuan
I.2.1 Mengetahui kronologi kecelakaan pesawat CASSA 212
I.2.2 Mengetahui siapa korban dari peristiwa kecelakaan
pesawat CASSA 212
I.2.3 Mengetahui kondisi korban pasca kecelakaan pesawat
CASSA 212
I.2.4 Mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan pesawat
CASSA 212
I.2.5 Menghubungkan peristiwa kecelakaan pesawat
CASSA 212 dengan teori terjadinya kecelakaan (theory of
accident)
I.3 Rumusan Masalah
I.3.1 Bagaimana kronologi kecelakaan pesawat CASSA 212?
I.3.2 Siapakah korban dari peristiwa kecelakaan pesawat
CASSA 212?
I.3.3 Bagaimana kondisi korban pasca peristiwa kecelakaan
pesawat CASSA 212?
I.3.4 Apakah penyebab terjadinya kecelakaan pesawat CASSA
212?
I.3.5 Bagaimana hubungan antara peristiwa kecelakaan
pesawat CASSA 212 dengan teori K3 tentang terjadinya
kecelakaan (theory of accident)?
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Kronologi Kecelakaan Pesawat CASSA 212
Pesawat buatan tahun 1989 milik maskapai Nusantara Buana
Air (NBA) tujuan Medan-Kutacane jenis CASSA 212 dengan
nomor PK TLF mengalami kecelakaan pada 29 September 2011
yang lalu. Berikut kronologi peristiwanya.
29 September 2011
Berangkat
Pesawat dijadwalkan berangkat pada pukul 07.00 WIB dariBandara Polonia, Medan. Namun, keberangkatan pesawat
terpaksa tertunda menjadi pukul 07.28 WIB menuju Bandara
Kutacane, Banda Aceh. Perjalanan diperkirakan memakan
waktu sekitar 35 menit. Pesawat dijadwalkan tiba di
Bandara Kutacane sekitar pukul 08.03. Pesawat mengangkut
18 penumpang, 10 dewasa, 4 anak-anak, dan 4 awak
pesawat.
Hilang kontak
Safety Manager NBA, Robur AD Rizalianto, mengungkapkan,
komunikasi antara petugas bandara dan pilot Fahmi Ishak
hanya terjadi sampai pesawat lepas landas. Setelah itu,
komunikasi dengan pilot terputus. Pesawat itu terakhir
melakukan kontak dengan air control saat berada di atas
Bohorok, Kabupaten Langkat. Pesawat buatan IPTN ini
hilang kontak pada menit ke 24 atau 6 menit sebelum
landing di Bandara Kutacane, atau berjarak lebih
kurang 13,7 mil atau 24,4 km dari sebelum bandara.
Pesawat yang dipiloti oleh Kapten Pomal. Sementara Co
Pilot-nya bernama Budiono ini diperkirakan hilang
kontak pada koordinat 03023 N 098002 E. Selain itu,
pesawat yang terpantau sejak berangkat dari Medan ini
juga diketahui terbang dengan ketinggian 8.000 feet
dari normalnya 7.000 feet. Dari sinyal tanda bahaya
(SOS) yang diterima pesawat yang lewat namun tidak
diketahui pasti dari mana dan pesawat apa maka ada
dua kemungkinan, yaitu diaktifkan pilot atau kalau
kapal jatuh. Manajemen maskapai NBA menunggu
kedatangan pesawat sampai pukul 09.10 WIB sambil
berusaha mengontak pilot melalui radio. Namun tidak
ada yang menjawab. Akhirnya, pada pukul 09.30 WIB,
manajemen NBA pun mengumumkan bahwa pesawat itu
hilang dan mulai dilakukan upaya pencarian.
Pencarian
Badan SAR Nasional (Basarnas) langsung menggerakkan
timnya di Medan untuk mencari pesawat Cassa 212 rute
Medan-Kutacane, Aceh Tenggara di koordinat 03 derajat
23 menit knot di wilayah Bahorok, Kabupaten Langkat.
Untuk mencapai lokasi butuh waktu. Jaraknya sekitar
1 sampai 2 jam dari pos Kutacane.
30 September 2011
Pesawat ditemukanSetelah melihat langsung dengan menggunakan
helikopter BEL 206L PK-UAA, pasukan Khas TNI-AU
menemukan lokasi persis jatuhnya pesawat CASSA 212
milik PT NBA. Titik lokasi jatuhnya pesawat ada di
kawasan Gunung Hulu
Sikelan. Dalam foto yang
diambil, Jumat 30 September
2011 yang lalu sekitar
pukul 07.00 WIB,
menunjukkan posisi pesawat
berada di lereng pegunungan
Bukit Barisan. Salah satu sayapnya patah dan bagian
kepalanya koyak. Dari pantauan tim evakuasi dari
udara, juga diketahui bahwa pintu pesawat bagian
depan dan belakang masih dalam keadaan tertutup
rapat.
Kondisi Medan
Posisi pesawat tengkurap di atas tanah di lereng
perbukitan berketinggian 5.000-6.000 kaki dengan
kondisi bukit sangat terjal. Pada saat ditemukan
kondisi cuaca buruk disertai hujan dan angin kencang
dengan hutan yang lebat. Lokasi jatuhnya pesawat
berada di hutan lebat dan perbukitan, sehingga tim
yang diturunkan melalui jalur darat cukup kesulitan
mencapai lokasi. Medannya juga dikelilingi jurang.
II.2 Korban Kecelakaan Pesawat CASSA 212
Badan Search And Rescue (SAR) Nasional (Basarnas) pun sudah
mengumumkan nama-nama penumpang dan awak pesawat yang berjumlah
18 orang tersebut. Mereka semua meninggal dalam kecelakaan
jatuhnya pesawat tersebut di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser,
Bahorok, Langkat, Sumatera Utara.
Berikut ini nama-nama korban:
Keluarga Suriadi sebanyak tiga orang, yakni:
1. Suriadi (ayah),
2. Astuti (ibu),
3. Tia Apriliani (anak)
Ketiganya merupakan satu keluarga.
4. Aisyah (P)
5. dr. Suhelman (suami)
6. dr. Juli Dhaliana (istri)
Keduanya adalah pasangan suami istri.
7. Siwa Sanbungan (L)
8. Jefridin (L)
9. Tirnau Karsau (L)
10. Andi Raylan Bangko (L), dan anak-anaknya, yakni:
11. Ahmad Arief (bayi).
12. Samsidar Yusni (P)
13. Hamimatul Janah (anak)
14. Hanif Abdilah (bayi)
Sementara empat orang lainnya merupakan awak pesawat. Mereka
adalah:
1. Captain: Fahmi Ishak
2. Co Pilot: Budiono
3. Enginer: Nico Matulessy
4. FOO: B Soetopo
II.3 Kondisi Korban Pasca Kecelakaan Pesawat CASSA 212
Pada tanggal 01 Oktober 2011, tim SAR (16 personel)
tiba dan melakukan pengecekan di lokasi jatuhnya pesawat.
Semua penumpang dipastikan tewas (14 penumpang dan 4 crew).
Posisi tewasnya penumpang pesawat dalam posisi duduk di
kursi masing-masing dengan safety belt tetap terpasang.
Penumpang diasumsi meninggal seketika akibat benturan
keras. Berdasarkan hasil investigasi tim SAR di lokasi
jatuhnya pesawat , kondisi hidung pesawat dan sayapnya
hancur diduga akibat terbentur dengan dinding tebing.
Sementara itu posisi badan pesawat masih berada di atas
pohon dan tersangga pohon.
Walaupun telah diketahui semua penumpang tewas, namun
evakuasi jasad korban ditunda. Selama berhari-hari tim SAR
gabungan dari Basarnas (Badan Search And Rescue (SAR) Nasional),
Paskhas TNI AU, dan Brimob tidak mampu mengevakuasi
jenazah dari bangkai pesawat yang menyangkut di batang
pohon dengan bagian depan dan sayap hancur. Sulitnya medan
dan cuaca buruk disertai angin kencang membuat upaya
evakuasi nyaris buntu. Selain itu mesin pemotong pesawat
belum tiba di lokasi. Evakuasi baru dapat dilakukan pada
02 Oktober 2011. 18 orang korban kecelakaan pesawat CASSA
212-200 sudah berhasil dievakuasi. Evakuasi empat jenazah
terakhir baru selesai sekitar pukul 15:45 WIB. Evakuasi
dari lokasi kecelakaan menggunakan helikopter milik NBA
jenis Bell 206 L ke Lapangan Turangie, Bahorok, Langkat.
Selanjutnya, seluruh jenazah yang sudah dibungkus dengan
kantong mayat dimasukkan ke dalam ambulans dan
diberangkatkan menuju RS Adam Malik Medan. Pada hari
keempat ini, evakuasi berjalan sejak pukul 08.00 WIB.
Untuk membantu proses evakuasi jenazah dari Bahorok ke
Medan Pemkab Langkat telah menyiapkan 12 ambulan. Pukul
21.00 (02 Oktober 2011), 12 jenazah asal Aceh Tenggara
dipulangkan ke Aceh Tenggara menggunakan kendaraan Darat
milik Pemkab Aceh Tenggara. Bupati Aceh Tenggara memimpin
langsung perjalanan tersebut.
II.4 Penyebab Kecelakaan Pesawat CASSA 212
Belum diketahui penyebab pasti jatuhnya pesawat CASSA
212. Namun beberapa ahli telah mengemukakan pendapat
mereka mengenai perkiraan penyebab kecelakaan pesawat ini.
Sebagian besar pendapat cenderung menjadikan gejala alam
sebagai faktor penyebab utama. Namun ada juga yang tidak
mau menyalahkan alam.
Menurut Menteri Perhubungan Freddy Numberi , penyebab
jatuhnya pesawat diduga akibat turbulensi udara karena
cuaca ekstrem. Beliau juga mengatakan bahwa BMKG
sebenarnya sudah memberi peringatan tentang cuaca buruk
sejak pekan lalu. Salah satu peringatan itu adalah
kecepatan angin di kawasan Gunung Leuser yang bisa
mencapai 30 kilometer per jam.
Kasi Data dan Informasi BMKG Polonia Medan, Hartanto,
memprediksi, pesawat PK-TLF milik PT Nusantara Buana Air
(NBA) itu dihantam angin kencang dari arah depan. Hantaman
angin itu membuat pesawat tidak stabil, bahkan pilot harus
menambah kecepatan agar kecepatan menjadi normal. Selain
itu, lanjut beliau, rute penerbangan Medan menuju
Kutacane, dari kemarin hingga hari ini, terdapat banyak
gumpalan awan. Awan tersebut akan membuat pesawat
berguncang. Prediksi soal kondisi angin dan cuaca BMKG,
dibenarkan pihak Badan SAR Nasional (Basarnas).
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT),
Tatang Kurniadi, menjelaskan penyebab kecelakaan pesawat
hanya ada dua, yakni tindakan yang mencelakakan dan
kondisi yang mencelakakan. Menurutnya, contoh tindakan
yang mencelakakan seperti pilotnya ketiduran, kurang
tidur, atau lalai. Sedangkan kondisi yang mencelakakan
seperti dipaksa untuk landing padahal bandara tidak
memungkinkan, orang sakit dipaksa menerbangkan pesawat,
sampai kondisi cuaca yang buruk. Seperti diberitakan, KNKT
mengumumkan kondisi black box pesawat CASSA 212-200 yang
jatuh karena kecelakaan ditemukan dalam keadaan baik.
Tidak ada kesulitan saat melepas casing berwarna oranye
kotak tersebut, dan menunjukkan bentuk pita yang berisi
rekaman saat di dalam pesawat. Tatang Kurniadi juga
mengatakan, bahwa hanya pilot yang berkemampuan tinggi
yang disuruh terbang dalam kondisi cuaca buruk.
Menurut Riswan Karim, salah satu teknisi GMF, ketika
ditanya oleh salah satu penulis sebuah blog mengenai
penyebab terjadinya kecelakaan pesawat CASSA 212, penyebab
terjatuhnya dicondongkan ke perawatan pesawat. Meskipun
pesawat tersebut sudah mempunyai umur, namun jika dirawat
dengan baik mengikuti prosedur atau regulasi yang mengacu
pada safety dan disertai uji kelayakan dari perhubungan
udara berarti pesawat itu layak untuk terbang. Di
Indonesia, pada umumnya kecelakaan pesawat udara selalu
mengambil jalan pintas dengan menyalahkan alam. Di mana
jika menyalahkan alam tidak akan ada penyelidikan lebih
lanjut, dan tidak ada yang disalahkan.
Lain halnya dengan hasil analisis Pakar meteorologi
tropis Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) Dr
Tri Handoko Seto. Menurut beliau, diduga pesawat yang
membawa 18 orang itu jatuh akibat badai Nesat. Pesawat
Cassa 212 biasanya terbang pada ketinggian 7.000 hingga
8.000 feet untuk rute-rute penerbangan komersial. Pada
ketinggian tersebut, kecepatan angin saat ini di wilayah
Sumatera bagian tengah hingga utara sangat tinggi, sekitar
20-40 knot. Hal ini terjadi akibat adanya siklon tropis
Nesat yang tengah terjadi di sebelah utara wilayah
Indonesia. Jika posisi pesawat berada dekat daratan, dalam
kasus pesawat terbang di area pegunungan, maka pesawat
sangat rawan terbanting ke bawah (downdraft) sehingga
menabrak daratan.
II.5 Analisis Hubungan Terjadinya Kecelakaan Pesawat CASSA 212
dengan Teori Kecelakaan (Theory of Accident)
Dari keterangan-keterangan sebelumnya, termasuk
beberapa prakiraan penyebab jatuhnya pesawat CASSA 212,
saya akan mencoba menghubungkan hal ini dengan teori
terjadinya kecelakaan menurut konsep Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
Dianalisis dari kronologi kecelakaan jatuhnya pesawat
CASSA 212 dan beberapa prakiraan penyebab terjadinya, saya
berasumsi bahwa kasus ini dapat dihubungkan dengan
beberapa teori terjadinya kecelakaan (theory of accident). Di
antaranya yaitu Teori Dua Faktor (Two Factor Theory), Teori
Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory), dan Teori Keju
Swiss (Swiss Cheese Theory. Saya akan sampaikan analisis dari
ketiga teori tersebut satu per satu.
Menurut Teori Dua Faktor (Two Factor Theory), kecelakaan
kerja disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan
perbuatan berbahaya (unsafe act). Dan nampaknya teori inilah
yang melandasi pernyataan Ketua Komite Nasional
Keselamatan Transportasi (KNKT), Tatang Kurniadi, yang
menyatakan bahwa penyebab kecelakaan pesawat hanya ada dua,
yakni tindakan yang mencelakakan dan kondisi yang
mencelakakan. Dari berbagai keterangan di atas sudah dapat
kita ketahui bersama bahwa kondisi berbahaya (unsafe condition)
sangat kentara dalam peristiwa jatuhnya pesawat CASSA 212.
Hal itu ialah kondisi cuaca yang ekstrem, meliputikecepatan angin di kawasan Gunung Leuser yang bisa mencapai 30
kilometer per jam sehingga pilot harus menambah kecepatan agar
kecepatan menjadi normal, serta banyaknya gumpalan awan yang
akan membuat pesawat berguncang serta membuat pilot tidak dapat
melihat dengan jelas, ditambah lagi terputusnya komunikasi
antara petugas bandara dan sang pilot semakin menambah
genting keadaan. Namun faktor perbuatan berbahaya (unsafe action)
juga tidak dapat diabaikan dalam peristiwa jatuhnya pesawatCASSA 212 ini. Beberapa hal yang mungkin termasuk ke dalam
faktor perbuatan berbahaya dalam kasus ini yaitu pilot yang
mengantuk, pilot mengalami kelelahan, dan pilot salah mengambil
keputusan saat kondisi berbahaya (unsafe condition) terjadi.
Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) menyatakan
bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan
kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam kasus jatuhnya
pesawat CASSA 212, mari kita analisis ketiga faktor
tersebut satu per satu. Dari segi peralatan, dalam hal ini
saya menitikberatkan pada pesawat itu sendiri walaupun
tentunya mungkin ada peralatan tambahan lain yang
digunakan oleh para crew pesawat dalam penerbangan. Telah
disebutkan bahwa pesawat CASSA 212 tersebut merupakan
pesawat yang dibuat pada tahun 1989. Menurut saya, usia 22
tahun itu merupakan usia yang terbilang cukup tua untuk
sebuah pesawat terbang. Jadi wajar saja jika kemampuan
pesawat sudah menurun. Ditambah lagi jika perawatan
pesawat tergolong kurang baik, maka tentu makin
memperbesar peluang untuk terjadinya sebuah kecelakaan
pesawat. Dari segi lingkungan kerja, saya kira faktor ini
tidak jauh berbeda dengan faktor kondisi berbahaya (unsafe
condition) pada Teori Dua Faktor (Two Factor Theory, yaitu lebih
kepada kondisi cuaca yang ekstrem, meliputi kencangnya
kecepatan angin yang membuat pesawat menjadi labil atau
kehilangan keseimbangan, serta banyaknya gumpalan awan di
sekitar medan yang sangat memungkinkan daya pandang pilot
menjadi tidak jelas. Dan dari segi pekerja, dalam hal ini
saya titikberatkan pada sang pilot. Hal yang mungkin
terjadi pada sang pilot yaitu mengantuk, kecapaian,
memaksakan diri ketika kondisi kesehatan kurang baik,
serta kekeliruan pilot dalam mengambil keputusan saat
menerbangkan pesawat.
Terakhir, kita akan analisis kasus jatuhnya pesawat
CASSA 212 berdasarkan Teori Keju Swiss (Swiss Cheese Theory),
sebuah teori yang populer dalam bidang penerbangan.
Menurut teori ini, terjadinya kecelakaan disebabkan oleh
beberapa kesalahan sistematis yang tidak segera
ditanggulangi (dibenahi). Swiss Cheese Theory menyebutkan ada
empat layer yang menyusun terjadinya suatu accident
(kecelakaan), yaitu:
Organizational Influences (pengaruh pengorganisasian dan
kebijakan manajemen dalam terjadinya accident.
Unsafe Supervision (pengawasan yang tidak baik),
Precondition for Unsafe Act (kondisi yang mendukung munculnya
unsafe act),
Unsafe Act (perilaku atau tindakan tidak aman yang
dilakukan dan berhubungan langsung dengan terjadinya
accident).
Berikut rincian analisisnya:
Organizational Influences
Layer ini diisi oleh faktor pilot belum memiliki
kemampuan yang tinggi. Hal ini berdasarkan pada
pernyataan Ketua Komite Nasional Keselamatan
Transportasi (KNKT). Tatang Kurniadi, bahwa hanya pilot
yang berkemampuan tinggi yang disuruh terbang dalam
kondisi cuaca yang buruk. Seperti kita ketahui,
pesawat CASSA 212 terbang pada cuaca yang buruk. Dan
pada akhirnya kita ketahui, pesawat tersebut mengalami
kecelakaan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak maskapai
penerbangan Nusantara Buana Air (NBA) telah melakukan
kesalahan pemberian kewenangan dengan menempatkan pilot
yang tidak berkemampuan tinggi dalam penerbangan
pesawat CASSA 212 dalam kondisi cuaca yang pada saat
itu buruk. Sehingga pada akhirnya pesawat jatuh.
Unsafe Supervision
Dalam hal kesalahan pengawasan, yaitu belum maksimal
dan optimalnya pelatihan yang dilakukan oleh maskapai
NBA terhadap para awak pesawat, terkhusus sang pilot
yang menerbangkan CASSA 212. Kesalahan pengawasan lain
yang mungkin terjadi ialah maskapai NBA tidak melakukan
pendataan yang baik terkait tingkat kemampuan para
pilotnya sehingga terjadi kesalahan dalam penempatan
pilot pada penerbangan-penerbangan dengan tingkat
kesukaran yang berbeda. Pada hari kejadian, pengawasan
terhadap jalannya pesawat juga sangat buruk. Hal itu
ditandai dan dikarenakan terputusnya komunikasi antara
pihak bandara dan sang pilot.
Precondition for Unsafe Act
Kondisi dominan yang memungkinkan terjadinya tindakan
berbahaya pada kasus jatuhnya pesawat CASSA 212 ini
ialah buruknya cuaca ketika penerbangan. Seperti yang
telah saya uraikan sebelumnya, banyaknya gumpalan awan
membuat pilot menjadi kurang jelas melihat, lalu
kencangnya kecepatan angin membuat pesawat menjadi
labil. Selain itu, hal yang mungkin menyokong
terjadinya tindakan yang tidak aman yaitu kondisi pilot
yang kecapaian, kurang sehat atau dalam keadaan tidak
rileks, atau mungkin kondisi psikis pilot yang mudah
merasa panik (cemas).
Unsafe Act
Kondisi cuaca yang ekstrem dan keadaan pesawat yang
kemudian mulai labil karena hantaman angin yang
kencang, hal itu merupakan kondisi mencemaskan bagi
pilot yang memang mudah panik dalam keadaan terdesak.
Ditambah lagi dengan terputusnya komunikasi dengan
pihak bandara, membuat pilot semakin panik dan bingung.
Situasi tersebut mendukung sang pilot untuk mengambil
keputusan spontan tanpa petimbangan yang matang dalam
rangka upaya mengembalikan pesawat pada kondisi aman
dan stabil. Namun ternyata hal itu justru berdampak
fatal, dan pada akhirnya pesawat CASSA 212 tersebut
jatuh di lereng pegunungan Bukit Barisan. Salah satu
sayapnya patah dan bagian kepalanya koyak, akan tetapi
pintu pesawat bagian depan dan belakang masih dalam
keadaan tertutup rapat. Hal itu diperparah dengan
adanya kabar dari tim evakuasi bahwa seluruh awak dan
penumpang pesawat, yang seluruhnya berjumlah 18 orang,
tidak ada satu pun yang selamat.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian sebelumnya, dapat kita simpulkan
bahwa jatuhnya pesawat CASSA 212, tidak disebabkan oleh
satu penyebab saja, melainkan disebabkan oleh banyak
faktor.
Berdasarkan Teori Dua Faktor (Two Factor Theory), jatuhnya
pesawat CASSA 212 disebabkan oleh unsafe condition dan unsafe
act. Unsafe condition, yaitu buruknya cuaca ketika pesawat
diterbangkan. Sementara unsafe act, kemungkinannya yaitu
kesalahan pilot dalam mengambil keputusan dalam keadaan
panik sebagai reaksi terhadap situasi berbahaya yang
terjadi pada saat pesawat hendak jatuh.
Berdasarkan Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor
Theory), jatuhnya pesawat CASSA 212 disebabkan oleh
peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja. Peralatan, yaitu
usia pesawat yang sudah terbilang cukup tua: 22 tahun.
Apalagi jika perawatan terhadap pesawat kurang baik.
Lingkungan kerja, yaitu kondisi cuaca yang ekstrem.
Kencangnya kecepatan angin di atas Gunung Leuser yang
mencapai 30 kilometer per jam, membuat pesawat kehilangan
keseimbangan. Selain itu, banyaknya gumpalan awan pada
saat itu juga menjadi faktor penyebab dari lingkungan
kerja. Gumpalan-gumpalan awan tersebut menghalangi
pandangan pilot pesawat sehingga sang pilot tidak dapat
melihat secara jelas. Dan faktor pekerja, yaitu sang pilot
beserta para awak pesawat. Kondisi cuaca yang ekstrem dan
komunikasi dengan pihak bandara yang terputus, cenderung
membuat para awak dan terutama pilot menjadi panic. Hal
itu tentu sangat menyokong untuk diambilnya keputusan yang
keliru dalam upaya penyelamatan pesawat, misalkan landing
mendadak pada landasan atau medan yang tidak mendukung.
Berdasarkan Teori Keju Swiss (Swiss Cheese Theory),
peristiwa jatuhnya pesawat CASSA 212 diakibatkan oleh
beberapa kesalahan sistematis yang terakumulasi. Dari
organizational influences, terjadi kekeliruan yang dilakukan oleh
maskapai NBA dalam penempatan tenaga pilot yang kurang
kompeten untuk menerbangkan pesawat CASSA 212 dalam
kondisi cuaca yang ekstrem. Dari unsafe supervision, sangat
mungkiin sekali kurang intensifnya pengawasan terhadap
kondisi mesin pesawat atau pendataan kompetensi para awak
dan pilot, serta kurang optimalnya pelatihan terhadap para
pilot dan awak pesawat. Dari precondition for unsafe act, kondisi
cuaca yang ekstrem menjadi pemicu yang sangat mungkin
dalam memunculkan tindakan berbahaya yang dilakukan pilot.
Di samping itu, hal yang mungkin terjadi ialah kondisi
yang pilot sendiri baik secara fisik maupun psikis yang
mungkin pada saat itu kurang bagus. Dan dari unsafe act, yaitu
dari sang pilot sendiri. Tindakan keliru dan berbahaya
yang dilakukan pilot sehingga menyebabkan jatuhnya
pesawat, merupakan suatu faktor unsafe act.
III.2 Saran
Dalam melakukan segala hal, hendaknya kita
mempertimbangkan serta mempersiapkan segala keperluan
keamanan dan keselamatan dengan matang. Selain itu, segala
kemungkinan buruk juga harus diwaspadai, karena
sesungguhnya banyak faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya accident dalam dunia kerja, tidak terkecuali diri
kita sendiri (human error). Dalam melakukan semua jenis
pekerjaan, tentunya kita tidak boleh mengabaikan pedoman-
pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk
meminimalisir tingkat risiko yang ada. Berbagai pelatihan
kerja juga membantu dalam menurunkan tingkat terjadinya
human error. Jadi intinya, persiapkan segala yang dibutuhkan
demi kelancaran pekerjaan dengan sebaik mungkin, patuhi
pedoman kerja yang benar, dan waspadai segala kemungkinan
kecelakaan dengan memperhitungkan risiko yang ada.
DAFTAR REFERENSI
http://atjehpost.com/nanggroe/daerah/6967-inilah-kronologis-lengkap-jatuuuhnya-
pesawat-cassa-212-nba-medan-kutacane-.html
http://danish56.blogspot.com/2011/05/fakta-fakta-dan-kronologi-kecelakaan.html
http://kumpulankaryasiswa.wordpress.com/2011/10/07/apakah-perawatan-adalah-
kunci-keselamatan-jika-dikaitkan-dengan-kecelakaan-pesawat-cassa-212/
http://news.okezone.com/read/2011/09/30/340/509049/ini-dugaan-penyebab-
pesawat-cassa-212-jatuh
http://regional.kompas.com/read/2011/10/02/17285785/
Kronologi.Kecelakaan.Pesawat.CASA
http://ugomagician.blogspot.com/2011/10/peristiwa-jatuhnya-pesawat-cassa-
212.html
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=10783576
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/09/29/57803/
pesawat_cassa_212_diduga_jatuh_akibat_badai_nesat/
http://www.pelitaonline.com/read-nusantara/8222/inilah-nama-nama-korban-
kecelakaan-pesawat-casa-212-200/
http://www.tribunnews.com/2011/10/04/penyebab-kecelakaan-pesawat-hanya-ada-
dua