Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PELAKSANAAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE
PADA DESA PUNCAK KECAMATAN SINJAI SELATAN
Skripsi
Oleh
PAJRUL KHAIR AZIS
105731106216
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN JUDUL
ANALISIS PELAKSANAAN GOOD VILLAGE GOVERNANCE
PADA DESA PUNCAK KECAMATAN SINJAI SELATAN
Skripsi
Oleh
PAJRUL KHAIR AZIS
NIM 105731106216
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: “Teruslah berusaha karena usaha tidak akan menghianati hasil”
Persembahan:
Karya ilmiah ini Saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtua tercinta saya yaitu bapak Abd Azis dan ibu Hasni Arif, yang
tak hentinya memberikan dukungan dan doa sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus pembimbing-pembimbing yang dengan
ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini.
3. Saudara serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan semangat dan bantuan
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI Jl. Sultan Alauddin No. 259Gedung Iqra Lt.7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : “Analisis Pelaksanaan Good Village Governance Pada
Desa Puncak Kecematan Sinjai Selatan”
Nama Mahasiswa : Pajrul Khair Azis
No Stambuk/NIM : 105731106216
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jenjang Studi : Strata Satu (S1)
PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Menyatakan bahwa Skripsi ini telah diperiksa dan diujikan di depan
Panitia Penguji Skripsi Strata Satu (S1) pada hari Sabtu, 31 Agustus 2021 di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 31 Agustus 2021
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ismail Badollahi, S.E.,M.Si.Ak.CA.CSP Mira, SE., M.Ak
NBM:1073428 NIDN:0903038803
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Ismail Badollahi, S.E.,M.Si.Ak.CA.CSP
NBM:1073428
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI Jl. Sultan Alauddin No. 259Gedung Iqra Lt.7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi atas Nama PAJRUL KHAIR AZIS , NIM : 105731106216, diterima
dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 0010/ Tahun 1442 H/ 2021 M,
Tanggal 31 Agustus 2021 M sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 27 Muharram 1443 H
5 September 2020 M
PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : Prof.Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (…..………..)
(Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Dr. H. Andi Jam’an, SE. M, SI (…..………..)
(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, S.E.,M.M (…..………..)
(Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)
4. Penguji : 1. Dr. Agus Salim HR, S.E.,M.M (…..………..)
2. Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP (…..………..)
3. WA ode Rayyani, SE.,M.Si.,Ak.,CA (…..………..)
4. Muchriana Muchran, SE., M.Si (…..………..)
vi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI Jl. Sultan Alauddin No. 259Gedung Iqra Lt.7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Pajrul Khair Azis
Stambuk : 105731106216
Program Studi : Akuntansi
Dengan Judul : “Analisis Pelaksanaan Good Village Governance Pada Desa
Puncak Kecematan Sinjai Selatan”
Dengan ini menyatakan bahwa :
Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya
sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapa pun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 5 September 2021
Yang membuat Pernyataan,
PAJRUL KHAIR AZIS
Diketahui Oleh
Dekan Ketua
Fakultas Ekonomi & Bisnis, Jurusan Akuntansi,
Dr. H. Andi Jam’an, SE. M,SI Dr. Ismail Badollahi, S.E.,M.Si.Ak.CA.CSP
NBM: 0902116603 NBM: 1073428
vii
KATA PENGANTAR
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
Alhamdulillah segala rasa syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT.
Atas rahmat, hidayah-Nya dan kekuasaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam tak lupa pula dikirimkan kepada manusia
paling mulia Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya.
Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Good Village Governance Pada Desa
Puncak Kecamatan Sinjai Selatan” disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Ucapan teristimewa dan paling khusus saya persembahkan kepada kedua
orangtua saya, bapak Abd Azis dan ibu Hasni Arif serta keluarga besar yang menjadi
penyemangat saya dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, serta doa-doa
hingga akhir studi ini. Semoga segala pengorbanan dan kasih sayang yang mereka
berikan menjadi ibadah penuh berkah dan cahaya penerang kehidupan di akhirat nanti.
Penyusunan skripsi ini juga tidak dapat terselesaikan tanpa keterlibatan
bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Penghargaan yang setinggi-tingginya serta
terima kasih yang begitu besar penulis sampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP., Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar dan selaku pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Mira, SE., M.Ak., Ak., Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan, saran dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang selama ini telah memberikan bekal dan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Teman-teman Program Studi Akuntansi angkatan 2016, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu memberi motivasi,
bantuan dan bersama-sama dalam proses perkuliahan hingga penyelesaian studi
ini.
8. Sahabatku, Hengki Tornado yang senantiasa selalu memberikan semangat,
motivasi dan bantuan dalam bentuk apapun. Semoga apa yang dicita-citakan
segera tercapai.
Skripsi ini memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan yang penulis sadari
masih jauh dari kesempurnaan. Mohon maaf atas kesalahan yang ada. Saran dan
kritikan sangat dibutuhkan penulis dari seluruh pihak utamanya dari para pembaca yang
budiman.
ix
Semoga skripsi ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan
memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terkhusus bagi almamater Kampus Biru
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sekian dan terimakasih. Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Juli 2021
PAJRUL KHAIR AZIS
x
ABSTRAK
PAJRUL KHAIR AZIS. 2021, Analisis Pelaksanaan Good Village Governance
Pada Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan. Skripsi program studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing
oleh Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP., dan Mira, SE., M.Ak., Ak.
Pelaksanaan good village governance akan terefleksikan ketika
menerapkan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat. Prinsip–
prinsip good village governance menjadi sangat penting dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Good Village Governance pada
Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan. Data dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah penerapan good village
governance dalam pemerintahan Desa Puncak secara keseluruhan belum
terlaksana secara maksimal. Transparansi dan akuntabilitas cukup baik terhadap
masyarakat desa. Hanya saja, pemerintah desa puncak tidak memberikan
informasi yang sebenarnya kepada pemerintah tingkat atas sehingga ada
beberapa hal yang disembunyikan dalam nilai nominal APBDesa yang dilaporkan
ke pemerintah tingkat atas. Partisipasi masyarakat Desa Puncak dikatakan cukup
baik karena antusias masyarakat desa dalam setiap kegiatan-kegiatan desa dan
dalam menjaga dan memelihara desa dan fasilitas-fasilitasnya.
Kata Kunci: good village governance, transparansi, akuntabilitas, partisipasi
masyarakat
xi
ABSTRACT
PAJRUL KHAIR AZIS. 2021, Analysis of the Implementation of Good Village
Governance in Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan. Thesis of Accounting
Study Program, Faculty of Economics and Business, University of
Muhammadiyah Makassar. Supervised by Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak.,
CA. CSP., and Mira, SE., M.Ak., Ak.
The implementation of good village governance will be reflected when
implementing transparency, accountability, and community participation. The
principles of good village governance are very important in realizing good
governance. This study uses a qualitative method. This study aims to determine
the implementation of Good Village Governance in Desa Puncak, Kecamatan
Sinjai Selatan. The data in this study were collected by observation, interviews,
and documentation.
The results obtained in this study are the implementation of good village
governance in the Desa Puncak government as a whole has not been
implemented optimally. Fairly good transparency and accountability to village
communities. However, the top village government does not provide actual
information to the top level government so that there are several things that are
revealed in the nominal value of the APBDesa that are reported to the top level
government. The participation of the Puncak Village community is good because
of the enthusiasm of the village community in every village activity and in
maintaining and maintaining the village and its facilities.
Keywords: good village governance, transparency, accountability, community
participation
xii
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL .................................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
ABSTRACT ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10
A. Good Village Governance .......................................................................... 10
B. Transparance ............................................................................................. 12
C. Accountability ............................................................................................. 13
D. Partisipasi Masyarakat ............................................................................... 15
E. Pemerintahan Desa ................................................................................... 17
F. Pengelolaan Keuangan Desa .................................................................... 20
G. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 28
H. Kerangka Pikir ............................................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 34
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 34
C. Informan ..................................................................................................... 34
D. Sumber Data .............................................................................................. 35
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 36
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 37
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 38
A. Gambaran Umum ....................................................................................... 38
B. Visi Misi ....................................................................................................... 38
C. Struktur Organisasi ..................................................................................... 40
D. Pengelolaan Keuangan Desa .................................................................... 40
E. Pelaksanaan Good Village Governance .................................................... 49
F. Pembahasan ............................................................................................... 71
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 77
LAMPIRAN ........................................................................................................... 83
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Realisasi Kegiatan Pembangunan Desa Puncak Tahun 2020 ... 45
Tabel 4.2. APB-Desa dan Anggaran ............................................................. 46
Tabel 4.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Pemerintah Desa
Puncak Tahun Anggaran 2020 ...................................................................... 47
Tabel 4.4. Implementasi Good Village Governance dalam Pengelolaan
Keuangan Desa Puncak Tahun 2020 ........................................................... 50
Tabel 4.5. Perbandingan laporan APBDesa Puncak Tahun 2020 ............... 51
Tabel 4.6. Implementasi Transparansi dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Puncak Tahun 2020 ....................................................................................... 53
Tabel 4.7. Implementasi Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Puncak Tahun 2020 ....................................................................................... 59
Tabel 4.8. Implementasi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Keuangan Desa Puncak Tahun 2020 ........................................................... 66
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka pikir ...................................................................................... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengesahan atas UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada 15
Januari 2014 membawa berkah bagi desa-desa di seluruh Indonesia karena hal
tersebut menetapkan bahwa setiap desa mendapatkan sebesar Rp
1.000.000.000,- sebagai Alokasi Dana Desa. Alokasi Dana Desa (ADD) yang
cukup besar tentu bisa mendukung kemajuan suatu desa dalam pengembangan
desa atau penyelenggaraan pemerintahan desa. Beberapa desa telah
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik namun disisi lain tidak
dapat menutupi fakta bahwa masih banyak desa yang belum mampu
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan desa yang baik dengan berbagai
latar belakang yang menghambat hal tersebut. Berbagai permasalahan yang ada
di desa dan sangat kompleks, menjadikan batu sandungan bagi desa untuk
berkembang (Kartika, 2012).
Krisis pengelolaan keuangan desa masih menjadi masalah yang belum
teratasi secara maksimal di Indonesia. Seringkali masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan keuangan desa adalah efektivitas dan efisiensi, prioritas, kebocoran
dan penyimpangan serta rendahnya profesionalisme (Gulo, et. al., 2020).
Persoalan sumber daya manusia seperti kemampuan, pengetahuan serta
motivasi dari aparatur pemerintahan desa masih sering menjadi latar belakang
buruknya kualitas pengelolaan keuangan desa (Nugroho et. al., 2015). Indonesia
Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa kasus korupsi yang paling banyak
ditindak oleh aparat penegak hukum selama tahun 2019 adalah kasus korupsi di
sektor anggaran desa yaitu ada 46 kasus. Hadirnya berbagai kasus dalam
pengelolaan keuangan desa membuktikan bahwa tata kelola pemerintahan desa
belum terlaksana dengan baik.
Pengelolaan Alokasi Dana Desa akan berdampak pada peningkatan
kualitas kerja perangkat desa dalam memberikan transparansi dan akuntabilitas
kepada masyarakat (Nur dan Fitri, 2019). Desa sebagai entitas publik sangat
penting untuk mewujudkan tata kelola yang baik untuk menjaga kepercayaan
masyarakat. Kinerja organisasi publik bukan hanya dapat dilihat dari indikator
internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah yaitu
pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dapat dilihat dari indikator eksternal,
seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Tata kelola yang baik sangat dibutuhkan baik dalam entitas publik
maupun entitas swasta atau corporate sehingga Good Governance (GG) telah
menjadi harapan dan cita-cita yang mendukung keberlangsungan entitas
tersebut (Nugroho et. al., 2015). Good Governance adalah penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi serta berorientasi pada
kepentingan publik yang mampu mewujudkan transparansi, kepastian hukum,
dan adanya akuntabilitas publik (Satriajaya, 2018).
Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) kepada desa dapat dijadikan
cerminan terwujudnya good governance, dimana pemerintah dan masyarakat
memiliki hubungan yang erat dan sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat
sehingga mendorong akuntabilitas, transparansi dan responsivitas pemerintah
local (Kartika, 2012). Jika pengelolaan keuangan desa dilakukan dengan baik
dan sesuai yang diharapkan, tentu dana desa tersebut akan sangat bermanfaat
untuk kepentingan masyarakat desa sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat
menjadi tinggi (Wardani dan Utami, 2020). Alokasi Dana Desa yang dikucurkan
Pemerintah Pusat maupun dari APBD harus diumumkan secara transparan
kepada publik, khususnya warga desa setempat untuk menghindari terjadinya
penyelewengan dana, kecurigaan publik, dan agar pembangunan di desa dapat
berlangsung secara kondusif (Nur dan Fitri, 2019). Penyebaran informasi sangat
diperlukan untuk menghadirkan tranparansi terhadap pengelolaan dana desa.
Desa sebagai bagian terkecil dari struktur pemerintahan mempunyai
wewenang dalam merencanakan pembangunan untuk memajukan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, dan pemerintah desa yang paling
dekat dan paling mengetahui segala kebutuhan masyarakatnya (Syamsi, 2014).
Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan berbasis pedesaan dengan
mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaaan yang mencakup struktur
demografi masyarakat, karakteristik sosial budaya, karakteristik fisik atau
geografis, pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota,
sektor kelembagaan desa, dan karakteristik kawasan pemukiman (Siregar,
2020). Desa dberikan kewenangan untuk mengelola keuangannya sendiri
dengan pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang nantinya mendukung dalam
penyelenggaraan pembangunan desa.
Transparansi menjadi sesuatu yang sangat penting dalam pengelolaan
anggaran bagi setiap organisasi pemerintahan. Lemahnya transparansi
melengkapi lemahnya penyelenggaraan pemerintahan desa yang terjadi selama
ini (Aminudin, 2019). Adanya transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan (Salle, 2016). Maraknya terjadi penyalahgunaan anggaran dana
desa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman perangkat desa
dalam pengelolaan anggaran dana desa (Ayumita, et. al., 2019). Transparansi
memungkinkan berfungsinya checks and balances system untuk mencegah
monopoli kekuasaan mengurangi korupsi sehingga dapat meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pelayanan publik (Satriajaya, 2018).
Transparansi pemerintah desa biasanya tercermin melalui pemberian
informasi terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan melalui beberapa cara
seperti menyampaikan informasi terkait laporan keuangan desa kepada
masyarakat melalui BPD, penggunaan papan informasi maupun sosiali langsung
kepada masyarakat (Rakhmawati, et. al., 2020). Transparansi dapat
mengingkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan membangun hubungan
sosial yang lebih erat (Julita dan Abdullah, 2020). Partisipasi masyarakat juga
terkadang hanya sekedar formalitas yaitu hanya permainan yang dimobilisasi
kelompok kepentingan tertentu. Meskipun proses Musrenbang dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun proses tersebut hanya sebuah
penganggaran seremonial (ceremonial budgeting) (Sopanah et. al., 2020).
Pemerintah dikatakan akuntabel bila kewenangan dan sumber daya yang
dimiliki digunakan untuk mewujudkan kebijakan yang mengemban amanat,
mandat, dan kepercayaan dari masyarakat desa (Aminudin, 2019). Makna
akuntabilitas adalah terpenuhinya hak masyarakat untuk memperoleh informasi
APBDesa yang sudah disahkan serta terpenuhinya prosedur dalam tahapan
perencanaan dan terpenuhinya hak masyarakat memperoleh informasi RAB
yang sudah disahkan pada tahap pelaksanaan (Asmawati dan Basuki, 2019).
Akuntabilitas sistem pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan
sebagai upaya untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan Desa yang baik
(Good Village Governance) (Mulyani, et. al., 2018). Laporan keuangan
merupakan dokumen lengkap yang berisikan seluruh informasi keuangan atas
pencatatan transaksi keuangan yang dicatat berdasarkan bukti-bukti yang dapat
dipercaya yang dapat memberikan informasi akurat dan tepat tentang kinerja
pemerintah desa dalam satu periode pelaporan (Widodo dan Suharyono, 2021).
Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi jika
kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang
berkembang dalam masyarakat (Asmawati dan Basuki, 2019). Mahmudi (2007)
memandang akuntabilitas dalam dua perspektif yaitu akuntabilitas kebijakan dan
akuntabilitas keuangan. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan akuntabilitas
lembaga publik untuk berbagai jenis kebijakan dan keputusan yang telah
diterapkan atau diambil sedangkan akuntabilitas keuangan adalah tanggung
jawab lembaga publik untuk uang yang disimpan oleh publik kepada pemerintah
(Arsik dan Lawelai, 2020).
Pemerintah melalui Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi maupun
kementerian lainnya dalam mendukung peningkatan perekonomian di desa
sudah merealisasikan berbagai kebijakan mulai dari dana desa, bantuan UMKM
dimasa pandemi akibat terdampak Covid-19, kartu prakerja, dan pendirian
BUMDes (Widodo dan Suharyono, 2021). Peran dari pemerintahan desa cukup
vital dalam otonomi daerah dikarenakan desa memiliki hak kebebasan untuk
membuat regulasi dan aturan dalam kehidupan desa sebelum diatur oleh
pemerintah daerah (Dwijosusilo dan Shafiyah, 2020).
Merujuk pada konsep Good Governance, Good Village Governance
memberi isyarat bahwa terwujudnya tata kelola pemerintahan desa bukan hanya
menjadi tugas pemerintah desa saja tetapi juga harus melibatkan masyarakat
dan pihak swasta karena usaha pembangunan yang dilakukan merupakan hasil
koordinasi atau sinergi antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta
(Satriajaya, 2018). Desa seharusnya dapat melibatkan semua pemangku
kepentingan (stakeholder) untuk sama-sama mengelola atau memberikan
kesempatan kepada semua pemangku kepentingan untuk merumuskan kemana
seharusnya dipakai berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarkat yang
ada di desa tersebut (Syamsi, 2014). Partisipasi masyarakat dalam
memantau/mengawasi setiap hal yang dilakukan oleh aparatur desa yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan desa sangat penting agar
kecenderungan aparatur desa untuk berbuat curang menjadi lebih kecil. Prinsip–
prinsip good village governance menjadi sangat penting dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik. Selain adanya pengaruh globalisasi pola lama
penyelenggaraan pemerintah, kini sudah tidak sesuai lagi dengan tatanan
masyarakat yang telah berubah.
Aminudin (2019) menyatakan bahwa kebijakan pembangunan desa
secara nasional sudah berjalan dan terdapat perubahan yang cukup signifkan,
tetapi masih saja ada beberapa tantangan dalam implementasinya, mulai dari
aktor pelaku kebijakan sampai capaian program yang dilaksanakan di desa. Arsik
dan Lawelai (2020) yang meneliti aspek akuntabilitas, efektivitas, dan
transparansi dalam mewujudkan good governance di Desa Banabungi
menemukan bahwa tingkat penerapan prinsip tata kelola yang baik belum
diterapkan secara maksimal karena masih membutuhkan profesionalisme,
modernisasi dan pengalaman lebih. Hal yang berbeda ditemukan oleh Safitri dan
Fathah (2018), dalam penelitiannya menyatakan bahwa sistem pengelolaan
Alokasi Dana Desa di Desa Sardonoharjo telah mengimplementasikan prinsip
good governance dan berhasil mencapai tingkat efektivitas 97%.
Fakta dan fenomena dilapangan masih mengindikasikan bahwa good
village governance masih belum terlaksana secara optimal (Satriajaya, 2018).
Akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat yang mendukung good
governance dalam pemerintahan biasanya hanya sekedar formalitas saja.
Pemerintah desa diwajibkan untuk dapat mengelola dan mengatur urusannya
sendiri.
Partisipasi dari setiap warga desa diperlukan untuk mewujudkan
pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan desa itu sendiri dan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari program
pembangunan maupun pengembangan masyarakat pedesaan (Dwijosusilo dan
Shafiyah, 2020). Penerapan Good Governance pada tingkat desa masih rumit
untuk dilaksanakan karena pandangan bahwa sumber daya manusia yang ada di
sebagian besar Desa di Indonesia masih sangat terbatas. Hal tersebut
menyebabkan peraturan sering berubah sehingga perangkat Desa dituntut harus
aktif mengikuti peraturan yang terbaru (Mulyani, et. al., 2018).
Berita-berita mengenai penyelewengan dana bantuan sosial sangat
ramai diperbincangkan di dunia maya. Kasus-kasus yang melibatkan aparatur
desa bahkan hingga tingkat kementerian banyak diberitakan pada pertengahan
tahun 2020. Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan menjadi salahsatu desa
yang sempat diberitakan dengan adanya protes Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa (BLT DD). Pembagian Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD).
dianggap tidak merata karena ada golongan dari keluarga Pegawai Negeri Sipil
(PNS) mendapatkan BLT DD sedangkan ada masyarakat tergolong tidak mampu
tidak menerima bantuan tersebut. Aliansi Pemuda Desa Puncak Sinjai Selatan
menganggap bahwa pemerintah Desa Puncak lamban, kurang responsif dan
tidak transparan terhadap masyarakat terkait kriteria dan syarat penerima
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa maupun bantuan penanganan Covid-19
(Suarajelata.com, 2020). Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten
Sinjai merupakan salah satu desa yang berada di daerah terpencil, sehingga
peneliti tertarik untuk menganilis pelaksanaan good village governance pada
pemerintahan desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
membahas dan mengambil judul “Analisis Pelaksanaan Good Village
Governance Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah Bagaimana Pelaksanaan Good Village Governance pada Desa Puncak
Kecamatan Sinjai Selatan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelaksanaan Good Village Governance pada Desa Puncak
Kecamatan Sinjai Selatan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan dapat manjadi tambahan referansi dalam
pengembangan ilmu dan tambahan informasi mengenai good villagge
governance sehingga dapat memberikan dukungan pengembangan
pemerintahan desa yang semakin baik dan seragam. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat
selama mengikuti perkuliahan untuk mengetahui dan mengkomparasikan
teori dan kenyataan yang terjadi dilapangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi mengenai pelaksanaan Good Village Governance bagi
masyarakat umum maupun pemerintah desa, khususnya pemerintah
Desa Puncak. Selain itu, pengalaman dan pengetahuan dari penelitian ini
memberikan informasi bagi penulis mengenai pentingnya transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat dalam membangun tata kelola
pemerintahan desa yang baik.
b. Bagi para akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk manambah wawasan
dan pengetahuan bagi kemajuan akademisi, dan dapat dijadikan acuan
atau referensi untuk peneletian selanjutnya.
c. Bagi pemerintah Desa Puncak
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan mengenai
pelaksanaan good village governance untuk mengevaluasi pemerintah
Desa Puncak.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Good Village Governance
Sejak awal tahun 1990-an, paradigma pemerintahan di berbagai Negara
bergeser dari kelola pemerintah formal (ruling government), menuju ke tata
pemerintahan yang baik (good governance), dalam rangka menempatkan
administrasi pemerintahan menjadi lebih berhasil guna, berdayaguna, dan
berkeadilan bagi setiap warga masyarakat. Istilah governance berbeda dengan
istilah government yang hanya meliputi institusi-formal pemerintah dan birokrasi,
maka istilah governance meliputi proses perencanaan yang dinamis untuk dapat
mengelola manajemen pemerintahan, hubungan antar institusi dan organisasi di
dalam pemerintahan, serta hubungan antara pemerintah dengan sektor publik
(Alwindria, et. al., 2019). Adanya tata kelola dengan efisien, dan efektif
diharapkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat
dengan cepat (Febryani, 2016).
Good Governance menurut UNDP (United Nations Development
Program) adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang
efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun secara administrative menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Good
governance merupakan suatu penyelenggraan manajemen pembangun yang
bertanggungjawab sejalan dengan prinsip demokrasi yang bertujuan untuk
menghindari adanya salah alokasi dan investasi dan pencegahan korupsi baik
secara administratif (Hardiwinoto, 2017). UNDP (United Nations Development
Program) mengemukakan bahwa prinsip yang harus dianut dan dikembangkan
dalam praktek penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good
governance), meliputi: partisipasi (participation), penegakan hukum (rule of law),
transparansi (transparency), orientasi consensus (consensus orientation),
keadilan (equity), efektivitas dan efisiensi (effective-ness and efficiency),
akuntabilitas (accountability), visi strategis (strategic vision) (Aminudin, 2019).
Good Village Governance adalah suatu bentuk manajemen
pembangunan desa, yang menempatkan pemerintah desa sebagai sentral dan
agent of change karena adanya perubahan yang dikehendaki melalui
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan desa sehingga aparatur pemerintah desa
juga dapat disebut agent of development yang mendorong terjadinya proses
pembangunan menuju perubahan dalam masyarakat desa (Satriajaya, 2018).
Transparansi dan akuntabilitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
pengelolaan keuangan disetiap organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
non pemerintah (Tambuwun et. al., 2018).
Tata kelola merupakan sebuah proses interaksi yang melibatkan berbagai
bentuk kemitraan, kolaborasi, kompetisi, dan negosiasi ( Pardi dan Istiyanto,
2020). Pengelolaan ADD sebagai bagian dari pelaksanaan pembangunan di
desa, sudah seharusnya memegang teguh prinsip-prinsip yang merupakan
indikator good governance (Malumperas, et. al., 2021). Pelaksanaan good
village governance akan terefleksikan ketika menerapkan beberapa indikator
yang diadopsi dari prinsip good governance secara umum, yaitu transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat.
B. Transparance
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transparansi dapat diartikan
sebagai sesuatu yang jelas dan nyata. Transparansi pengelolaan keuangan dana
desa berarti prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
(Wardani dan Utami, 2020). Transparansi artinya dalam menjalankan
pemerintah, mengungkapkan hal-hal yang sifatnya material secara berkala
kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk itu, dalam hal ini yaitu
masyarakat luas (Pakaya et. al., 2019). Transparansi (Transparancy) adalah
suatu keterbukaan untuk menyediakan informasi yang material dan relevan atau
sebenarnya dengan cara yang mudah diakses dan dipahami bagi orang yang
berkepentingan (Tambuwun et. al., 2018).
Informasi yang berkaitan dengan organisasi harusnya tersedia secara
mudah dan bebas serta bisa diakses oleh mereka yang terkena dampak
kebijakan yang dilakukan oleh organisasi tersebut (Suripatty dan Ferdinandus,
2020). Transparansi merupakan adanya keterbukaan pemerintah Desa dalam
pengelolaan keuangan desa yang merupakan hal mendasar dalam perwujudan
tata pemerintahan yang baik (Siregar, 2020). Melalui keterbukaan informasi
diharapkan dapat memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang
menunjang pembangunan nasional (Hariandja dan Budiman, 2020).
Transparansi menjamin masyarakat memiliki akses untuk memperoleh informasi
terkait dana desa (Julita dan Abdullah, 2020).
Transparansi mutlak dilakukan oleh pemerintah desa agar kepercayaan
publik dan warga akan penggunaan dana desa menguat (Nur dan Fitri, 2019).
Transparansi menekankan tersedianya informasi terkait kebijakan
penyelanggaran pemerintahan desa yang dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat merupakan hal yang ditekankan dalam transparansi agar
masyarakat memiliki informasi yang akurat dan lengkap dalam menilai dan
mengontrol kinerja pemerintah desa dalam menjalankan roda pemerintahannya
(Aminudin, 2019). Akses informasi untuk masyarakat dapat ditingkatkan dengan
adanya transparansi. Arsik dan Lawelai (2020) menyatakan bahwa pada
prinsipnya, transparansi minimal dapat diukur melalui sejumlah indikator yaitu:
a. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari
semua proses-proses pelayanan publik.
b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang
berbagai keijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses
didalam sektor publik.
c. Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran
informasi terhadap penyimpangan tindakan aparat publik didalam
kegiatan melayani.
C. Accountability
Akuntabilitas berasal dari kata Bahasa Inggris “Accountability” yang
berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.
Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban seseorang atau kelompok
dalam suatu unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan setiap kegiatan
dalam hal pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksana kebijakan
yang dimandatkan kepadanya dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Safitri dan Fathah, 2018). Akuntabilitas adalah hal yang penting untuk
menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektivitas, reliabilitas dan prediktibilitas
karena suatu akuntabilitas tidak abstrak tapi konkrit dan harus ditentukan oleh
hukum melalui seperangkat prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah
yang harus dipertanggungjawabkan (Sukmawati dan Nurfitriani, 2019).
Secara umum akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggung jawaban lembaga sehingga pengelolaan lembaga dapat terlaksana
dengan baik (Arsik dan Lawelai, 2020). Akuntabilitas (Accountibility) ialah
kewajiban kepada tanggung jawab seorang pemegang amanah untuk mengelola,
menyajikan, melaporkan serta menyampaikan segala aktivitas yang dilaksanakan
kepada pemberi amanah (Tambuwun et. al., 2018). Prinsip akuntabilitas dalam
pemerintah desa mengharuskan pemerintah desa mempertanggungjawabkan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan kepada
masyarakat desa sebagai pemilik sebenarnya dari kekuasaan dan sumber daya
yang dimiliki pemerintah desa (Aminudin, 2019). Akuntabilitas pada dasarnya
merupakan kewajiban–kewajiban dari individu–individu atau penguasa yang
dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik (Siregar, 2020).
Pemerintahan yang baik menjadi tujuan setiap penyelenggara negara.
Penyelenggaraan pemerintah yang baik tingkat daerah hingga pusat perlu
adanya akuntabilitas, khusunya akuntabilitas finansial. Akuntabilitas finansial
berisi keharusan untuk memaparkan serta menyampaikan semua aktivitas dan
yang paling utama pada sektor administrasi keuangan kepada pihak yang
berkepentingan (pemerintah pusat atau daerah) (Dewi dan Priyo, 2021).
Menurut United Nations Development Programs (UNDP), akuntabilitas
adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk
dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan
organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang
akan datang akuntabilitas dapat diperoleh melalui :
a. Usaha untuk membuat para aparat pemerintahan mampu
bertanggungjawab untuk setiap perilaku pemerintah dan responsif
pada identitas dimana mereka memperoleh kewenangan.
b. Penetapan kriteria untuk mengukur performan aparat pemerintahan
serta penetapan mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah
terpenuhi.
D. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat secara tidak langsung dapat meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan menjadikan masyarakat
memiliki sifat kreatif, aktif dan pintar dalam menghadirkan peluang pekerjaan
ataupun perbaikan perekonomian sehingga akan membuat kesejahteraan
masyarakat menjadi lebih baik. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat melalui berbagai
kegiatan, seperti peningkatan prakrasa dan swadaya masyarakat, perbaikan
lingkungan dan perumahan, pengembangan usaha ekonomi desa,
pengembangan lembaga keuangan desa, serta kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menaikan hasil produksinya
(Wardani dan Utami, 2020). Partisipasi masyarakat adalah hak dan kewajiban
masyarakat untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan
pembangunan desa (Siregar, 2020).
Seluruh masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan pemerintahan baik secara langsung maupun melalui lembaga-
lembaga perwakilan sah untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil
mencerminkan aspirasi masyarakat dan mengantisipasi berbagai isu yang ada
(Safitri dan Fathah, 2018). Partisipasi masyarakat tidak hanya sekadar proses
mendeligitimasi bahwa proses sudah dijalankan secara partisipatif. Patisipasi
masyarakat pada tingkatan tertinggi, tidak hanya memiliki ruang untuk
berpartisipasi namun juga kekuatan untuk mengambil keputusan (Rakhmawati et.
al., 2020). Pada dasarnya ketika masyarakat telah berpartisipasi dalam
pengelolaan dana desa, maka secara otomatis pemerintah desa juga telah
transparan kepada masyarakatnya (Julita dan Abdullah, 2020).
Partisipasi masyarakat memiliki tingkatan yang berbeda-beda menurut
Arnstein (1969) yaitu:
Tabel. 2.1. Tingkat Partisipasi
Tingkat Tingkat Partisipasi Bentuk Partisipasi
8 Kontrol Warga
Partisipasi Penuh 7 Pendelegasian Wewenang
6 Kemitraan
5 Placation (Pelunakan)
Partisipasi Simbolik 4 Konsultasi
3 Pemberian Informasi
2 Terapi Tidak Ada Partisipasi
1 Manipulasi
Sumber: (Rakhmawati et. al., 2020)
Rakhmawati et. al., (2020) menjelaskan bahwa pada dua anak tangga
pertama, masyarakat tidak berpartisipasi aktif dan hanya diminta untuk menerima
informasi yang diberikan. Pada tingkatan yang lebih tinggi adalah tokenism
(praktik-praktik simbolik atau pencitraan). Pada tingkatan kedua ini, masyarakat
diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya, namun tidak memiliki
kekuatan untuk memastikan bahwa apa yang mereka suarakan ditindaklanjuti.
Proses yang terjadi di dalamnya seringkali hanya sebagai mendeligitimasi bahwa
proses sudah dijalankan secara partisipatif. Sedangkan pada tingkatan tertinggi,
masyarakat tidak hanya sekedar memiliki ruang untuk berpartisipasi, namun juga
kekuatan untuk mengambil keputusan.
E. Pemerintahan Desa
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
dimaksud dengan “desa adalah desa dan desa adat” atau yang disebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No.20 Tahun 2018 Pasal 1 ayat 2,
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Tugas pokok pemerintahan desa adalah menjalankan
sebagian kewenangan kecamatan serta melaksanakan tugas-tugas lainnya
berdasar kepada peraturan yang berlaku (Rini, 2019).
Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah
daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Penyelenggaraan pemerintahan desa adalah sub sistem dalam penyelenggaraan
pemerintahan sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya yang dalam pelaksanaan
kewenangannya harus ada keterbukaan informasi kepada masyarakatnya
(Hariandja dan Budiman, 2020). Seluruh pendapatan Desa diterima dan
disalurkan melalui rekening kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam
APBDesa (Mardiasmo, 2002). Alokasi dana desa yang diperoleh digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sejalan dengan
berlangsungnya perkembangan otonomi daerah/desa yang memfokuskan diri
pada mengupayakan pemberdayaan masyarakat desa, jadi peranan pemerintah
daerah/desa tentu sangat penting menjadi suatu lembaga yang terkemuka dalam
proses pemerintah negara Indonesia dan menunjukan secara spontan kepada
warga desa (Tambuwun et. al., 2018).
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mendeskripsikan
bahwa otonomi langsung diberikan kepada desa-desa dalam melaksanakan
urusan rumah tanggannya sendiri melalui kucuran dana desa yang ditransfer dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke daerah/kabupaten untuk
dilanjutkan ke rekening desa. Pemerintah desa diberikan kewenangan mengurus
dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan
pemerintahan yang ditetapkan dalam undang-undang dan sesuai dengan kondisi
daerahnya dengan mengutamakan hal-hal yang bermanfaat untuk kesejahteraan
masyarakat (Wardani dan Utami, 2020). Aparat Pemerintah Desa dituntut untuk
dapat menunjukan kinerjanya melalui tugas dan tanggungjawabnya sebagai
Pemerintah Desa, karena bersentuhan langsung dengan masyarakat sehingga
akan lebih memahami keadaan dan kondisi masyarakat (Setiawati dan Farhani.
2019).
Tujuan pembangunan desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
adalah meningkatkan kesejahteraan hidup manusia serta penyelesaian masalah
kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan
sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal dan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan yang
dilaksanakan dengan semangat kebersamaan, kekeluargaan dan
kegotongroyongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. Tujuan
akhir dari pembangunan pedesaan adalah meningkatkan kesejahteraan
penduduknya secara langsung dan secara tidak langsung dan merupakan
bagian dari dasar-dasar memperkuat pembangunan nasional sebagai upaya
agar desa-desa dapat mempercepat pertumbuhan tingkat keswadayaan (Kartika,
2012). Pembangunan desa dilakukan untuk menekan tingkat kesenjangan
pertumbuhan wilayah perdesaan dengan perkotaan yang akibat dari
pembangunan ekonomi yang lebih cenderung kepada bias perkotaan (Dewi dan
Adi, 2019).
Dalam Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa disebutkan bahwa Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.
Tahapan pengelolaan ADD diatur secara garis besar mulai dari mekanisme
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
a. Tahap Perencanaan
Mekanisme perencanaan ADD dimulai dari Kepala Desa selaku
penanggungjawab ADD mengadakan musyawarah desa untuk
membahas rencana penggunaan ADD yang dihadiri oleh unsur
pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan tokoh masyarakat, hasil musyawarah tersebut
dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang
merupakan salah satu bahan penyusunan APBDes (Safitri dan Fathah,
2018).
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan sebagaimana ditetapkan dalam APBDes yang
pembiayaannya bersumber dari ADD.
c. Tahap Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban ADD terintegrasi pertanggungjawaban APBDesa,
sehingga bentuk pertanggungjawabannya adalah pertanggungjawaban
APBDesa. Namun demikian Tim Pelaksana Tingkat Desa wajib
melaporkan pelaksanaan ADD berupa Laporan Pertanggungjawaban
Keuangan Desa, Laporan Berkala dan Laporan Akhir ADD.
F. Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan dana desa harus sesuai dengan Permendagri Nomor 20
Tahun 2018 tentang keuangan desa yang menyatakan bahwa pengelolaan
keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pengelolaan Alokasi Dana Desa
selayaknya dapat mencerminkan komitmen pemerintah daerah untuk
melaksanakan pemerintahan yang tidak mengorbankan kepentingan publik
(Gulo, et. al., 2020). Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya dilaksanakan
untuk mewujudkan desa sebagai suatu pemerintahan terdepan dan terdekat
dengan rakyat, yang kuat, maju, mandiri, dan demokratis hingga mampu
melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang makmur, adil, dan sejahtera (Febryani, 2016).
Pengelolaan keuangan desa merupakan satu isu penting karena mulai
tahun 2015 sejak semua desa akan menerima Alokasi Dana Desa sebesar 1M
(Susliyanti, 2016). Laporan keuangan yang telah disusun dan berisikan informasi
keuangan sangat berguna untuk memilih alternatif keputusan agar keputusan
yang diambil tepat sasaran, serta sebagai perwujudan akuntabilitas (Widodo dan
Suharyono, 2021). Menurut Nurhakim dan Yudianto (2018):
“Village finance is all basic right and obligations that can be assessed with
money, and everything, wether in the form of money or goods that can be
used as a village property, relates to the implementation of right and
obligations.
Terjemahan:
Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dasar yang dapat dinilai
dengan uang, dan semuanya, baik berupa uang atau barang itu dapat
digunakan sebagai milik Desa, terkait dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017) mengungkapkan
bahwa penggunaan dana desa harus sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan
Dana Desa. Prinsip- prinsip tersebut diantaranya adalah:
a. Swakelola dan berbasis sumber daya Desa, dimana pelaksanaannya
dilakukan secara mandiri dengan mendayagunakan sumberdaya alam
Desa, mengutamakan tenaga kerja, pikiran dan keterampilan warga Desa
serta kearifan lokal.
b. Keadilan, yaitu memprioritaskan hak dan kepentingan seluruh warga
Desa tanpa membeda-bedakan status sosial.
c. Tipologi Desa, yaitu mempertimbangkan situasi dan kondisi dari
kenyataan karakteristik ekonomi, sosiologis, antropologis, geografis, dan
ekologi Desa, serta mempertimbangkan perkembangan atau perubahan
dan kemajuan Desa
d. Kebutuhan prioritas, yaitu memprioritaskan kepentingan Desa yang lebih
mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan
kepentingan sebagian besar masyarakat Desa Penggunaan Dana Desa
diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa,
terutama untuk peningkatan kualitas hidup, penanggulangan tingkat
kemiskinan , dan juga kesejahteraan masyarakat.
e. Partisipatif, yaitu mengutamakan prakarsa dan kreatifitas Masyarakat.
Selalu melibatkan masyarakat lokal, baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai ke tahap evaluasi.
f. Kewenangan Desa, yaitu berupa kewenangan lokal berskala Desa dan
kewenangan hak asal- usul.
Akuntansi pemerintahan memiliki peran dalam pengelolaan keuangan
publik untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, mulai dari tata
kelola keuangan pusat, daerah, maupun desa (Malumperas, et. al., 2021).
Lingkaran management keuangan desa adalah perencanaan, implementasi,
administrasi, pelaporan, akuntabilitas dan kembali lagi ke perencanaan (Tulis et.
al., 2018).
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Tanggung jawab dan tugas dari Kepala
Desa dan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) dalam siklus
pengelolaan keuangan desa dapat digambarkan atau dideskripsikan dalam
bagan tugas dan tanggung jawab pengelola keuangan desa di bawah ini (Halim
dan Kusufi, 2013):
a. Kepala Desa
Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa
dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang
dipisahkan. Dalam hal ini, Kepala Desa memiliki kewenangan:
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;
2. Menetapkan Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD);
3. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;
4. Menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APB Desa;
5. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB
Desa.
Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung
tanggal pelantikan dan dapat menjabat paling lama 3 (tiga) kali masa jabatan
secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. Dalam melaksanakan
kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa menguasakan sebagian
kekuasaannya kepada perangkat desa.
b. Sekretaris Desa
Sekretaris Desa selaku Koordinator PTPKD membantu Kepala Desa
dalam melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dengan tugas:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa
2. Menyusun rancangan peraturan desa mengenai APB Desa,
perubahan APB Desa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB
Desa
3. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
ditetapkan dalam APB Desa
4. Menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB
Desa
5. Melakukan verifikasi terhadap Rencana Anggaran Belanja (RAB),
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa (SPP).
Sekretaris Desa mendapatkan pelimpahan kewenangan dari Kepala Desa
dalam melaksanakan Pengelolaan Keuangan Desa, dan bertanggungjawab
kepada Kepala Desa.
c. Kepala Seksi
Kepala Seksi merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang bertindak
sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. Sesuai pasal 64 PP
Nomor 43 Tahun 2014 dinyatakan bahwa desa paling banyak terdiri dari 3 (tiga)
seksi. Kepala Seksi mempunyai tugas:
1. Menyusun RAB kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya;
2. Melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan
Desa yang telah ditetapkan di dalam APB Desa;
3. Melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban
anggaran belanja kegiatan;
4. Mengendalikan pelaksanaan dengan melakukan pencatatan dalam Buku
Pembantu Kas Kegiatan;
5. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa;
6. Mengajukan SPP dan melengkapinya dengan bukti-bukti pendukung atas
beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
d. Bendahara Desa
Bendahara Desa merupakan salah satu unsur dari PTPKD yang dijabat
oleh kepala/staf urusan keuangan dan memiliki tugas untuk membantu Sekretaris
Desa. Bendahara Desa mengelola keuangan desa yang meliputi penerimaan
pendapatan desa dan pengeluaran/pembiayaan dalam rangka pelaksanaan APB
Desa. Penatausahaan dilakukan dengan menggunakan Buku Kas Umum, Buku
Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank. Penatausahaan yang dilakukan antara
lain meliputi yaitu:
1. Menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar;
2. Memungut dan menyetorkan PPh dan pajak lainnya;
3. Melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib;
4. Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa keuangan
desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel dan partisipatif, serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Asas-asas tersebut dapat
mendukung terwujudnya tata kelola yang baik (good governace) dalam
penyelenggaraan desa (Taufik, 2009). Pengelolaan keuangan desa meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan
miliki desa yang dipisahkan. Kepala Desa dalam mengelola keuangan desa
dibantu oleh PTPKD (Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa) yang
dipilih secara langsung oleh beliau. PTPKD berasal dari Sekretaris Desa, Kepala
Seksi, dan Bendahara.
Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh
APB Desa, juga dapat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara
dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (Nordiawan et. al., 2012).
Anggaran adalah suatu pendekatan formal dan sistematis daripada pelaksanaan
tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan
(Ayumita, et. al., 2019). Penganggaran atau proses penyusunan anggaran
adalah proses yang melibatkan para tingkat atas dan bawah dalam
mempersiapkan dan menentukan tujuan anggaran, yang kemudian dievaluasi
dan mendapat imbalan berdasarkan pencapaian anggaran sehingga pada
akhirnya akan menghasilkan goal congruence yang lebih besar (Kusuma, 2016).
Asas-asas pengelolahan keuangan desa sebagaimana tertuang dalam
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2018 yaitu,:
1) transparan
2) akuntabel
3) partisipatif
4) tertib dan disiplin anggaran
Akuntansi pemerintahan juga harus menghadirkan informasi dalam
proses manajerial seperti perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan, pengambilan
keputusan, dan penilaian kinerja pemerintah atas keuangan publik Akuntansi
Pemerintahan berkontribusi penting pada pengelolaan keuangan publik dalam
mencapai good gocernance. Menurut Halim dan Kusufi (2012), tujuan pokok
akuntansi pemerintahan adalah:
a. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban yaitu memberikan informasi keuangan yang
lengkap pada waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang
bertanggung jawab yang berkaitan dengan operasi unit-unit
pemerintahan. Fungsi pertanggungjawaban mengandung arti yang lebih
luas daripada sekedar ketaatan terhadap peraturan, tetapi juga
keharusan bertindak bijaksana dalam penggunaan sumber-sumber daya.
b. Manajerial
Manajerial yaitu akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan
informasi keuangan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah. Tujuan ini
perlu dikembangkan agar organisasi pemerintah tingkat atas dan
menengah dapat menjadikan informasi keuangan atas pelaksanaan yang
lalu untuk membuat keputusan ataupun penyusunan perencanaan untuk
masa yang akan dating.
c. Pengawasan
Pengawasan yaitu akuntansi pemerintahan juga harus memungkinkan
terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional
secara efektif dan efisien.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai good villlage governance adalah salahsatu hal yang
menarik untuk dibahas sejak adanya bantuan dana desa yang cukup besar.
Fokus pemerintah yang membangun dari desa harus didukung dengan tata
kelola pemerintahan yang baik. Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi
masyarakat merupakan aspek-aspek yang menjadi pendukung utama tata kelola
pemerintahan yang baik. Penelitian-penelitian terdahulu sudah ada beberapa
yang membahas terkait dengan topik ini. penelitian terdahulu yang menjadi
referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1. Arsik, Selfianti
Faisal dan
Herman
Lawelai. 2020.
Penerapan
Akuntabilitas,
Efektivitas, dan
Transparansi
dalam
Mewujudkan
Good
Governance:
Studi
Pemerintah
Desa
Banabungi.
Penelitian ini
menggunakan
metode
kualitatif
dengan analisis
data dengan
menggunakan
analisis
deskriptif
analitis.
Tingkat penerapan
prinsip tata kelola yang
baik belum diterapkan
secara maksimal karena
masih membutuhkan
profesionalisme,
modernisasi dan
pengalaman lebih.
2. Rakhmawati,
Intan, Yunita
Sriningsih, dan
Wirawan
Suhaedi.
2020.
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Pengelolaan
Keuangan Desa
Jenis penelitian
ini adalah
penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologis.
Partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan
keuangan desa hanya
partisipasi simbolik.
3. Siregar, Maju.
2020.
Pengaruh
Akuntabilitas,
Transparansi,
dan Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pengelolaan
Keuangan Desa
terhadap
Pembangunan
Desa (Studi
Kasus Di Desa
Paluh Manis,
Kecamatan
Gebang,
Kabupaten
Langkat).
Jenis Penelitian
Kuantitatif
Akuntabilitas,
transparansi dan
partisipasi masyarakat
memiliki pengaruh
positif dan signifikan
terhadap pembangunan
desa.
4. Aminudin,
Achmad.
2019.
Implementation
of Good Village
Governance in
Village
Development.
Penelitian ini
menggunakan
pendekatan
deskriptif-
kualitatif
Kebijakan
pembangunan desa
secara nasional sudah
berjalan dan terdapat
perubahan yang cukup
signifkan, tetapi masih
saja ada beberapa
tantangan dalam
implementasinya, mulai
dari aktor pelaku
kebijakan sampai
capaian program yang
dilaksanakan di desa.
5. Ayumiati,
Isnaliana, dan
Jalilah. 2019.
Transparansi
Pengelolaan
Dana Desa di
Kabupaten
Bireun.
Metode yang
digunakan
adalah metode
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif.
Pengelolaan dana desa
di kabupaten Bireun
sudah berjalan secara
transparan baik dari
proses keterbukaan,
proses perencanaan,
penyusunan dan
pelaksanaan Anggaran
Dana Desa.
6. Dewi, Dyah Transparansi, Metode Implementasi
Evita dan
Priyo Hari Adi.
2019.
Akuntabilitas,
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pengelolaan
Keuangan
Dana Desa
terhadap
Pembangunan
Desa di Desa
Candirejo
Kecamatan
Pringapus
Kabupaten
Semarang.
Penelitian
Kualitatif
Deskriptif
akuntabilitas Desa
Candirejo berhasil
mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan
melihat pembangunan
jalan dan
pemberdayaan
masyarakat.
Transparansi diterapkan
dengan mengadakan
laporan berkala
mengenai pengelolaan
dana desa dan
publikasi. Partisipasi
masyarakat tercermin
dalam kerjasama dalam
program pembangunan
dan pemberdayaan
maupun keterlibatan
dalam pengambilan
keputusan.
7. Safitri, Teti
Anggita dan
Rigel Nurul
Fathah. 2018.
Pengelolaan
Alokasi Dana
Desa dalam
Mewujudkan
Good
Governance
Penelitian
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
Sistem pengelolaan
Alokasi Dana Desa di
Desa Sardonoharjo
telah
mengimplementasikan
prinsip good
governance dengan
tahapan pengelolaan
ADD meliputi
perencanaan,
pelaksanaan dan
pertanggungjawaban.
Selain itu, tingkat
efektivitas berhasil
mencapai 97%.
8. Satriajaya,
Johan. 2018.
Reinventing
Village
Government
dalam
Penganggaran
Desa Menuju
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
fenomenologi-
hermeneutika
Pengelolaan keuangan
desa belum optimal
dilaksanakan sehingga
belum memenuhi
indikator tercapainya
Good Village
Good Village
Governance.
Governance. Adanya
tekanan eksternal yang
diterima aparatur
pemerintah desa dari
masyarakat dan pihak
swasta menjadi
penyebab laten
terjadinya dysfunctional
behavior yang
mempengaruhi upaya
terwujudnya GVG.
Berdasarkan penelitian diatas, maka peneliti tertarik untuk
menggunakan aspek transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat
sebagai indikator yang mendukung good village governance. Ketiga aspek
tersebut menjadi bahan rujukan dari penelitian ini. Johan Satiajaya (2018)
tentang “Reinventing Village Government dalam Penganggaran Desa Menuju
Good Village Governance” dalam penelitiannya fokus dalam tata kelola
penganggaran desa dan menemukan bahwa pengelolaan keuangan yang belum
optimal berdampak pada belum tercapainya indikator-indikator good village
governance.
Teti Anggita Safitri dan Rigel Nurul Fathah (2018) serta Dyah Evita
Dewi dan Priyo Hari Adi (2019) tentang “Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam
Mewujudkan Good Governance” dalam penelitiannya menggunakan tiga aspek
dalam dalam menilai pengelolaan keuangandesa yaitu transparansi, akuntabilitas
dan partisipasi masyarakat dengan menemukan bahwa ketiga aspek tersebut
telah berjalan dengan baik. Maju Siregar (2020) tentang “Pengaruh Akuntabilitas,
Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Desa
terhadap Pembangunan Desa (Studi Kasus Di Desa Paluh Manis, Kecamatan
Gebang, Kabupaten Langkat)” menggunakan aspek penelitian yang sama dan
menemukan bahwa ketiga aspek tersebut memiliki pengaruh terhadap
pembangunan desa. Ayumiati, Isnaliana, dan Jalilah (2019) hanya meneliti
transparansi dalam pengelolaan keuangan desa. Intan Rakhmawati, Yunita
Sriningsih, dan Wirawan Suhaedi (2020) meneliti partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan keuangan desa dan menemukan bahwa partisipasi masyarakat
hanya partisipasi simbolik.
Achmad Aminudin (2019) tentang “Implementation of Good Village
Governance in Village Development” serta Selfianti Faisal Arsik dan Herman
Lawelai (2020) “Penerapan Akuntabilitas, Efektivitas, dan Transparansi dalam
Mewujudkan Good Governance: Studi Pemerintah Desa Banabungi” menemukan
bahwa implementasi prinsip good governance belum maksimal karena adanya
beebrapa tantangan seperti kurangnya profesionalisme, modernisasi dan
pengalaman. Dari seluruh penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian
ini, peneliti melihat hanya ada tiga aspek yang selalu digunakan untuk menilai
good village governance, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi
masyarakat.
H. Kerangka Pikir
Sektor publik dituntut untuk memperhatikan kualitas dan profesionalisme
dalam menjalankan aktivitasnya. Jika diamati secara lebih mendalam, akuntansi
sektor publik memiliki peranan yang vital dan menjadi subjek untuk didiskusikan
baik oleh praktisi sektor publik maupun kalangan akademisi. Undang-undang
nomor 6 tahun 2014 tentang desa menjadi salahsatu komitmen pemerintah
dalam mendukung pembangunan desa dan tentu akan memberikan manfaat
yang lebih besar bagi masyarakat. Good village governance yang merupakan
adopsi dari prinsip-prinsip good governance perlu diimplementasikan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di desa-desa.
Desa Puncak Kabupaten Sinjai adalah salahsatu instansi sektor publik
yang dituntut untuk melaksanakan tata kelola desa yang baik (good village
governance). Good village governance akan terefleksikan dengan implementasi
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat. Aspek aspek tersebut
memiliki relevansi yang tak dapat dapat dipisahkan. Kepercayaan masyarakat
akan meningkat ketika pemerintah desa mampu menjaga good village
governance yang juga akan mendukung kesejahteraan masyarakat desa. Berikut
adalah kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini.
Desa Puncak kab Sinjai
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa
Good Village Governance
Transparance
Accountability
Partisipasi Masyarakat
Hasil
Simpulan
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Jenis penelitian ini digunakan karena dapat mengungkapkan
kejadian atau fakta, keadaan, saat penelitian berlangsung dengan keadaan
sebenarnya. Penelitian ini juga menafsirkan dan menguraikan data yang
berkaitan dengan keadaan yang sedang diteliti. Penelitian kualitatif berusaha
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian (Moleong,
2017:6). Pada penelitian ini, jenis penelitian kualitatif dipilih dan digunakan untuk
mengungkap realitas yang terjadi pada pemerintah Desa Puncak Kecamatan
Sinjai Selatan. Realitas tersebut berusaha dikaji berdasarkan fakta-fakta yang
terjadi pada objek penelitian dan dikomparasikan dengan regulasi-regulasi yang
berkaitan dengan hal yang diteliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Puncak kecamatan Sinjai Selatan
kabupaten Sinjai. Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2021 sampai
dengan juni 2021.
C. Informan
Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki
informasi mengenai objek penelitian. Informan ditentukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Menurut sugiyono (2017) purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel data yang didasarkan pada pertimbangan tertentu.
35
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
memudahkan peneliti menjelajahii objek/situasi sosial yang diteliti. Adapun
informan yang diambil dalam penelitian ini adalah Sekretaris Desa, dan
Masyarakat Desa yang memperoleh bantuan dana desa maupun yang tidak
memperoleh bantuan.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) (Indriantoro,
2013). Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang didapatkan
langsung dari hasil wawancara dengan Sekertaris Desa Puncak dan
masyarakat Desa Puncak untuk mengetahui informasi dan data yang
berkaitan dengan pelaksanaan good village governance di Desa Puncak.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui media perantara.
(tidak melalui media perantara). Data skunder dalam penelitian ini yaitu
data yang didapatkan dari berbagai sumber, document atau buku yang
memiliki relevansi dalam pelaksanaan oleh good village governance Desa
Puncak.
.
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data
yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Umumnya cara
mengumpulkan data dapat menggunakan teknik : Wawancara, angket,
observasi, studi dokumentasi dan focus group discussion (FGD), (Noor,
2011:138). Menurut Sugiyono (2007), teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian kualitatif deskriptif dapat dilakukan dengan:
1. Observasi
Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
2. Wawancara
Dalam proses wawancara peneliti sebagai pewawancara
(interview) memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada informan
mengenai pelaksanaan good village governance di Desa Puncak.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu berbentuk
gambar, foto, sketsa dan lain-lain. Dokumentasi merupakan pelengkap
dari pengguna metode osevasi dan wawancara. Dokumentasi-
dokumentasi menjadi pendukung mengenai hasil penelitian dari observasi
dan wawancara mengenai pelaksanaan good village governance di Desa
Puncak.
37
F. Metode Analisis Data
Adapun langkah analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2007). Proses reduksi data ini dilakukan
oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian dengan
menyederhanakan data yang terkait dengan fokus penelitian untuk menghasilkan
catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan
tujuan dapat menjadi acuan dalam melengkapi hasil penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan karena data-data
yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif,
sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya atau dengan
kata lain penyusunan informasi menjadi bentuk yang sederhana agar dapat
dipahami maknanya.
3. Kesimpulan atau veriflkasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa dari
data-data yang telah diperoleh. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan
cara membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan
makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Puncak adalah desa di kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan,
Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan desa yang terbentuk
sejak tahun 1956. Secara geografis, Desa Puncak berbatasan dengan Kelurahan
Sangiasseri di sebelah utara dan Desa Bonto Katute di sebelah selatan, sebelah
timur berbatasan dengan Desa Palangka dan sebelah barat berbatasan dengan
Desa Songin. Secara astronomis, Desa Puncak terletak di 120.125492 BT / -
5.287667 LS. Puncak berada di atas gunung dan bukit-bukit, dan merupakan
salah satu sentra pertanian di Sinjai, terutama padi, cengkeh,
cokelat, merica, jagung, gula aren, vanili dan hasil-hasil lainnya.
Desa ini berada cukup jauh dari ibu kota Sinjai, kira-kira 30 km, dan ibu
kota kecamatan (Bikeru) kira-kira 5 km, walaupun demikian, Puncak merupakan
desa yang tingkat pendidikan cukup tinggi di seantero kecamatan, banyak
sarjana berasal dari desa ini. Di puncak juga masih banyak kampung-kampung
yang terletak di atas gunung dan tidak dapat dilalui dengan kendaraan, seperti
Boja, Kacoco, dan Kalibong.
B. Visi Misi
• Visi:
Hadir lebih dekat melayani masyarakat demi terwujudnya Desa Puncak
aman, damai, makmur, dan sejahtera,serta menjunjung tinggi nilai budaya,
agama, kesejahteraan masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang
berkualitas dan transparan.
39
• Misi:
Melalui pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan
desa maka misis pemerintah Desa Puncak adalah:
1. Bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten dalam mewujudkan
pembangunan inftastruktur di Desa Puncak
2. Meningkatkan hasil produksi pertanian dan peternakan sebagai sumber
daya alam Desa Puncak
3. Melestarikan nilai budaya khas Desa Puncak dengan mengedepankan
paradigma ‘Sipakatau Sipakainge”
4. Meningkatkan kerukunan antar warga masyarakat serta membentuk
masyarakat yang cerdas, mandiri, berkualitas dan berakhlakul karimah
5. Membangun wadah komunikasi antar pemuda, pelajar atau mahasiswa
serta tokoh masyarakat Desa Puncak wadah kontrol terhadap kinerja
pemerintah desa
6. Mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang berbasis kepemudaan dalam
menciptakan tali silaturahmi antar masyarakat Desa Puncak
7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang pendidikan
kesehatan, keamanan dan kesejahteraan social
8. Menciptakan aparatur dan perangkat desa yang sejahtera, mandiri,
cerdas dan berkualitas
40
C. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
D. Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun
2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa pasal 1 menyatakan bahwa
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Upaya untuk mencapai tata kelola Desa
yang baik (good village governance) harusnya mampu diwujudkan dalam sistem
pengelolaan keuangan desa. Perkembangan anggaran untuk desa beriringan
pula dengan kasus-kasus keuangan yang tentu melibatkan pihak-pihak yang
memiliki keterkaitan langsung dengan pengelolaan keuangan desa. Ada berbagai
prinsip dalam pengelolaan keuangan desa yang tak boleh luput dari perhatian
Kepala Desa
KAUR Keuangan KAUR
KAUR Tata Usaha dan Umum
KAUR Perencanaan
KASI
KASI Pemerintahan
KASI Kesejahteraan
KASI Pelayanan
Sekretaris Desa
41
setiap perangkat desa. Hadirnya dana desa menjadi tiang penopang
perkembangan desa-desa yang ada di Indonesia saat ini.
Sejak adanya dana desa, perubahan yang cukup signifikan terhadap
perkembangan desa dirasakan oleh masyarakat desa. Hal ini sebagaimana
penuturan Bapak Asri, Sekertaris Desa :
“Dengan adanya anggaran dana desa, operasional pemerintahan dan perkembangan fasilitas-fasilitas di desa sangat terbantu. Kita bisa bayangkan sebelum adanya dana desa banyak sekali fasilitas-fasilitas desa seperti jalan di desa-desa yang jauh dari kota biasanya tidak mendapatkan pembangunan yang merata. Sekarang adanya dana desa ini untuk pembangunan desa khususnya sangat memberikan manfaat bagi desa-desa di seluruh Indonesia seperti di Desa Puncak ini. Pembangunan ini masih kita fokuskan pada pembangunan perbaikan jalan. Seperti yang kita ketahui, kalau jalan itu salah satu akses yang mempermudah kita dalam berkegiatan. Kalau jalan bagus, pasti aktivitas-aktivitas pemerintahan desa atau masyarakat desa juga bagus dan lancar.”
Hal ini juga didukung oleh pernyataan salahsatu masyarakat Desa
Puncak, yaitu Iqbal:
“Alhamdulillah perubahan atau perkembangan desa selama adanya dana desa sejak 2015 yang ada desa puncak itu lumayan bagus, karena terciptanya beberapa fasilitas. Entah itu dari fasilitas yang disediakan oleh aparat desa. Jadi ada perubahan dari tahun ke tahun dan ada beberapa yang disediakan oleh aparat desa. Kondisi dan kualitas pembangunan di Desa Puncak ya Alhamdulillah untuk saat ini kondisinya membaik dan ada beberapa fasilitas juga yang tentunya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di desa puncak. Contohnya, kemarin itu lomba desa antar kecamatan. Alhamdulillah desa puncak juga ikut dalam 3 besar dalam lomba tersebut.”
Adanya bantuan dana desa membuat kualitas hidup masyarakat desa ikut
membaik. Pembangunan fasilitas dan akses informasi yang luas dengan adanya
Dana Desa adalah berkah tersendiri bagi pemerintah desa dan masyarakat desa
pada khususnya. Berdasarkan penuturan Sekertaris Desa bahwa operasional
pemerintahan desa merasakan dampak positif atas adanya dana desa.
Begitupun dengan penuturan salah satu masyarakat desa bahwa perkembangan
fasilitas-fasilitas desa semakin membaik dengan adanya dana desa.
42
1. Perencanaan
Sumber dana desa penggunaannya terintegrasi dengan Anggaran
Pendapatan Belanja Desa (APBDes) sehingga perencanaan program dan
kegiatannya disusun melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) (Safitri dan Fathah, 2018). Pasal 8 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi
Dan Tata Kerja Pemerintah Desa menyatakan bahwa Kepala urusan
perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan perencanaan seperti
menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa, menginventarisir
data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi
program, serta penyusunan laporan.
Pengelolaan Dana Desa adalah salah satu dari tahapan dalam rencana
pengelolaan keuangan Desa yang telah disepakati dalam Musrenbang
(Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan) Desa/Kelurahan. Dahulu,
Musrembangdes hanya sekedar wacana dan sekedar usulan, sekarang desa
dapat menetapkan usulan pembangunan menjadi program dan kegiatan desa
yang direncanakan dan dilaksanakan sendiri oleh desa melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) (Safitri dan Fathah, 2018).
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan melalui
Musrenbang sejalan dengan konsep otonomi daerah yang memberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan atau kepentingan
pemerintahan dan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri dan
berdasarkan aspirasi masyarakat (Junaedi, 2020). Hal tersebut menguatkan
bahwa bahwa penyelenggaraan pemerintahan harus melibatkan gagasan dan
aspirasi atau partisipasi masyarakat (Fatimah et. al., 2021).
43
Pemerintah Desa Puncak telah melakukan tahapan perencanaan
pengelolaan dana desa telah dilakukan sebagaimana mestinya. Hal ini
sebagaimana informasi dari Sekretaris Desa, Bapak Asri:
“Kalau perencanaan pengelolaan keuangan desa tentu secara umum kita laksanakan sesuai arahan dan aturan pemerintah pusat. Tahap awalnya itu yah musrenbang. Tidak boleh kita tidak laksanakan itu musrenbang karena itu hak suara masyarakat juga ada disitu. Banyak hal-hal penting juga dibahas kalau musrenbang”. Merujuk dari pernyataan Sekretaris Desa, dapat diketahui bahwa tahapan
perencanaan yang dilaksanakan di Desa Puncak telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan
diadakannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sebanyak
dua kali yang tercatat dalam Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa Puncak
Tahun 2020. Profil Desa digunakan sebagai sumber data dasar yang digunakan
dalam perencanaan pembangunan desa dan forum musrenbang partisipatif.
Keterlibatan masyarakat dalam pemutakhiran data profil desa sebagai bahan
dalam Musrenbang partisipatif juga dilakukan di desa Puncak.
Usulan masyarakat yang disetujui menjadi rencana kerja desa sama
porsinya dengan usulan pemerintah desa yang disetujui menjadi rencana kerja
desa dan dimuat dalam RAPBDesa yaitu masing-masing sebanyak 11,00%.
Usulan rencana kerja program dan kegiatan yang paling banyak disetujui adalah
usulan dari Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi dan Pusat yang dibahas yang
saat Musrenbang dan disetujui untuk dilaksanakan di desa oleh masyarakat dan
lembaga kemasyarakatan desa yaitu sebanyak 28,00%. Sedangkan, usulan
rencana kerja pemerintah tingkat atas yang ditolak dalam Musrenbang ada dua
kegiatan. Ada 11 kegiatan yang diusulkan masyarakat melalui forum
musrembang desa yang tidak direalisasikan dalam APB-Desa, APB-Daerah
44
Kabupaten/Kota dan Provinsi. Ada pula satu kegiatan yang diusulkan masyarakat
melalui forum musrembang yang pelaksanaannya tidak sesuai dengan hasil
Musrenbang.
Hasil-hasil musrenbang kemudian dicatat dalam dokumen Rencana Kerja
Pemerintah Desa, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, yang
kemudian diusulkan ke pemerintah tingkat atas untuk dibiayai dari APBD
Kab/Kota, APBD Provinsi, dan APBN maupun sumber biaya dari perusahaan
swasta yang investasi di Desa. Musrenbang yang dihadiri oleh masyarakat begitu
penting dilakukan karena masyarakat yang mengetahui situasi dan kondisi Desa
Puncak. Pendapat, saran atau ide dan masukan dari masyarakat menjadi
salahsatu dasar dalam pemanfaatan dana desa. Musrenbang diadakan untuk
penentuan skala prioritas dan penetapan prioritas program kerja usulan warga
masyarakat maupun usulan dari pemerintah.
2. Pelaksanaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 menjelaskan
bahwa dalam kegiatan pelaksanaan dimulai dengan pencairan dana APBDesa
oleh pemerintah desa di bank yang telah di tetapkan. Kegiatan-kegiatan
pembangunan desa dilaksanakan sepenuhnya oleh Tim Pelaksana Keuangan
(TPK) desa sesuai dengan program-program pembangunan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Program pembangunan yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam musrenbang adalah program pembangunan prioritas yang
sangat dibutuhkan masyarakat Desa Puncak. Kegiatan pembangunan di Desa
Puncak Tahun 2020 lebih memprioritaskan pada pembangunan perbaikan jalan.
Hal ini dilakukan agar akses masyarakat desa lebih baik lagi.
45
Tabel 4.1.
Realisasi Kegiatan Pembangunan Desa Puncak Tahun 2020
No. Nama Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Jumlah Pelaksana
1 Rabat Beton Jalan Binlanri-Macconggi
Dusun Bilanri
APBDesa 286.563 TPK
2 Talud Jalan
Macconggi-Bilanri Dusun Bilanri
APBDesa 36.365 TPK
3 Perkerasan Jl. Kampung Boja
Dusun Safaere
APBDesa 66.738 TPK
4 Plat Duikker KP
Boja I Dusun
Safaere APBDesa 37.469 TPK
5 Plat Duikker KP
Boja II Dusun
Safaere ADD 35.891 TPK
6 Plat Duikker KP
Boja III Dusun
Safaere APBDesa 69.823 TPK
7 Rabat Beton Jl Kampung Boja
Dusun Safaere
ADD 32.974 TPK
8 Pembangunan Irigasi Bilalan
Dusun Bilalan
ADD 110.175 TPK
Total 675.898
(Sumber: papan pengumuman realisasi kegiatan pembangunan Desa Puncak)
3. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban harus dilakukan oleh kepala desa dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes
kepada Bupati/walikota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Sebelum itu,
setiap pelaksana kegiatan harus mempertanggungjawabkan kegiatannya kepada
sekertaris desa yang nantinya akan membuat laporan pertanggungjawaban
realisasi APBDesa dan diserahkan kepada Kepala Desa untuk disetujui.
46
Tabel 4.2.
APB-Desa dan Anggaran
Jumlah anggaran belanja dan penerimaan Desa Rp 1.791.623.611,-
Sumber Anggaran
APBD Kabupaten Rp 0,-
Bantuan Pemerintah Provinsi Rp 33.851.821,-
Bantuan Pemerintah Pusat Rp 0,-
Pendapatan Asli Desa Rp 821.116.000,-
Swadaya Masyarakat Desa Rp 0,-
Alokasi Dana Desa Rp 0,-
Sumber Pendapatan Dari Perusahaan Yang Ada Di Desa Rp 936.655.790,-
Sumber Pendapatan Lain Yang Sah Dan Tidak Mengikat Rp 0,-
Jumlah Belanja Publik/Belanja Pembangunan Rp 0,-
Jumlah Belanja Aparatur/ Pegawai Rp 0,-
(sumber: prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id)
Ada perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian laporan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) yang dilaporkan pada tingkat atas
melalui website prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id dengan Lampiran
Peraturan Desa Puncak Nomor 03 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APB-Desa).
Pada tabel Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa) yang
ter-input di website prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id, jumlah Anggaran
Belanja dan Penerimaan Desa Puncak Tahun 2020 adalah sebesar Rp 1.791.
623.611 yang bersumber dari Bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota sebesar Rp
47
33.851.821, Bantuan Pemerintah Pusat Rp 821.116.000, Alokasi Dana Desa
sebesar Rp 936.665.790.
Tabel 4.3.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Pemerintah Desa Puncak
Tahun Anggaran 2020
Kode Rek.
Uraian Anggaran
Pendapatan
Pendapatan Asli Desa Rp 1.021.950,00
Pendapatan Transfer Rp 2.001.711.878,62
Pendapatan Lain-lain Rp 1.365.341,00
Jumlah Pendapatan Rp 2.004.099.169,62
Belanja
1 Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp 723.453.674,79
Penyelenggaraan Belanja Siltap, Tunjangan Dan Operasional Pemerintahan Desa
Penyediaan Penghasilan Tetap Dan Tunjangan Kepala Desa
Rp 38.400.000,00
Penyediaan Penghasilan Tetap Dan Tunjangan Perangkat Desa
Rp 327.998.400,00
Penyediaan Jaminan Sosial Bagi Kepala Desa Dan Perangkat Desa
Rp 13.407.936,00
Penyediaan Operasional Pemerintah Desa Rp 128.697.338,79
Penyediaan Tunjangan BPD Rp 112.800.000,79
Penyediaan Operasional BPD Rp 7.935.000,00
Penyediaan Insentif/Operasional RT/RW Rp 43.200.000,00
Penyediaan Sarana Prasarana Pemerintahan Desa
Penyediaan Sarana (Aset Tetap) Perkantoran/Pemerintahan
Rp 34.000.000,00
Pengelolaan Administrasi Kependudukan, Pencatatan Sipil, Statistik Dan Kearsipan
Penyusunan, Pendataan, Dan Pemutakhiran Profil Desa (Dipilih)
Rp 500.000,00
Penyelenggaraan Tata Praja Pemerintahan, Perencanaan Keuangan Dan Pelaporan Penyusunan Dokumen Perencanaan Desa Rp 5.115.000,00
48
Pengelolaan Administrasi Inventarisasi Penilaian Aset Desa
Rp 11.400.000,00
2 Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp 1,118,861,704.00
Sub Bidang Pendidikan Penyelenggaraan PAUD/TK/TPA/TKA/TPQ/Madrasah Nonformal Milik Desa
Rp 10,950,000.00
Sub Bidang Kesehatan
Penyelenggaraan Posyandu Rp 47,110,000.00
Penyelenggaraan Desa Siaga Kesehatan Rp 29,700,000.00 Sub Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Pembangunan/Rehabilitas/Peningkatan/Pengerasan Jalan Desa
Rp 542,457,770.00
Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Prasarana Jalan Desa
Rp 487,443,934.00
Sub Bidang Perhubungan Komunikasi Dan Informatika
Penyelenggaraan Informasi Publik Desa Rp 1,200,000.00
3 Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Rp 94,675,000.00
Sub Bidang Ketentraman Ketertiban Umum Dan Perlindungan Masyarakat
Pelatihan/Penyuluhan/Sosialisasi Kepada Masyarakat Di Bidang Hukum Dan Perlindungan Masyarakat
Rp 8,799,000.00
Sub Bidang Kebudayaan Dan Keagamaan
Penyelenggaraan Festival Kesenian, Adat Kebudayaan Dan Keagamaan
Rp 10,370,000.00
Pembinaan Majelis Taklim Rp 46,350,000.00
Sub Bidang Kepemudaan Dan Olahraga
Pengiriman Kontingen Kepemudaan Dan Olahraga Sebagai Wakil Desa Tingkat Kecamatan Kabupaten Atau Kota
Rp 13,580,000.00
Sub Bidang Kelembagaan Masyarakat
Pembinaan PKK Rp 15,576,000.00
4 Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp 176,926,449.00
Sub Bidang Pertanian Dan Peternakan
Pemeliharaan Saluran Irigasi Rp 117,767,251.00
Pelatihan/Bimtek/Pengenalan Teknologi Tepat Guna Untuk Pertanian/Peternakan
Rp 9,073,770.00
Lain-Lain Kegiatan Sub Bidang Pertanian Dan Peternakan
Rp 38,085,428.00
49
Sub Bidang Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa
Peningkatan Kapasitas Kepala Desa Rp 4,000,000.00 Peningkatan Kapasitas Perangkat Desa Rp 8,000,000.00
Jumlah Biaya Rp 2.113.916.829,00
Surplus / (Defisit) (Rp 109.817.659,38)
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan Rp 109.817.659,38
(sumber:Lampiran II Peraturan Desa Puncak Nomor 03 Tahun 2020 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa)
Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan
dan pemberdayaan masyarakat desa. Berdasar pada ringkasan lampiran
Peraturan Desa Puncak Nomor 03 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APB-Desa) diatas, dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa
puncak belum cukup memadai untuk dikatakan akuntabel karena adanya
perbedaan laporan APBDesa yang dilaporkan ke tingkat atas dengan keadaan
sebenarnya. Berdasar dalam pengelolaan keuangan Desa Puncak, dapat dilihat
bahwa tahapan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan desa telah
sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Hanya saja, dalam prosesnya
tetap ada beberapa hal yang mengganjal.
E. Pelaksanaan Good Village Governance
Pengelolaan keuangan desa dimaksudkan agar pengelolaan keuangan
masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah desa dilakukan dengan baik
dalam proses persiapan hingga pertanggungjawaban. Tiga pilar utama dalam
mencapai good governance untuk menghindari adanya penyelewengan
keuangan desa yaitu transparansi, akuntabilitas dan partisipatif (Ismawan dan
Haryati, 2021). Pemerintahan desa yang baik harus memuat prinsip-prinsip
50
transparan, akuntabel, dan partisipatif sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Desa (Atmadja, et al., 2018).
Tabel 4.4.
Implementasi Good Village Governance dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Puncak Tahun 2020
Indikator Good Village
Governance Implementasi Ket.
Transparansi Memadai Keterbukaan, kemudahan akses dan
kejelasan informasi keuangan desa maupun
pelayanan pengaduan
Akuntabilitas Belum
memadai
Kejujuran, objektifitas, transparansi, dalam
pengelolaan keuangan Desa Puncak
terbantahkan dengan adanya perbedaan
dalam laporan keuangan yang dilaporkan ke
pemerintah tingkat atas dengan laporan
keuangan sebenarnya yang ada di tangan
pemerintah Desa Puncak. Kreatifitas dalam
akuntansi dimanfaatkan untuk mempercantik
atau manipulasi laporan keuangan.
Partisipasi
Masyarakat
Memadai Masyarakat aktif dalam pengambilan
keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan
pengambilan manfaat dari dana desa.
Pada prinsipnya, pelaksanaan good village governance dalam
pengelolaan keuangan di Desa Puncak telah cukup memadai. Namun pada
aspek akuntabilitas, terdapat sesuatu yang mengganjal dan membuat keraguan
pada akuntabilitas pemerintah Desa Puncak, yaitu terdapat dua laporan
keuangan yang berbeda.
51
Tabel 4.5.
Perbandingan laporan APBDesa Puncak Tahun 2020
APBDesa Puncak di
prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id
APBDesa Puncak di lampiran Peraturan
Desa Puncak
APBD Kabupaten Rp 0,- Dana Desa Rp 1.023.661.000,-
Bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota
Rp 33.851.821,-
Bagi hasil Pajak &
Retribusi daerah
kab/kota
Rp 36.569.536,-
Bantuan
Pemerintah
Provinsi
Rp 0,- Alokasi Dana Desa Rp 941.481.342,-
Bantuan
Pemerintah Pusat Rp 821.116.000,-
Pendapatan Asli
Desa Rp 1.021.950,-
Pendapatan Asli
Desa Rp 0,-
Pendapatan lain-
lain yang sah Rp 1.365.341,-
Swadaya
Masyarakat Desa Rp 0,-
Jumlah
Pendapatan Rp 2.004.099.169,-
Alokasi Dana Desa Rp 936.655.790,-
Sumber
Pendapatan Dari
Perusahaan Yang
Ada Di Desa
Rp 0,-
Sumber
Pendapatan Lain
Yang Sah Dan
Tidak Mengikat
Rp 0,-
Jumlah APBDesa Rp 1.791.623.611,-
Tabel 4.5 merupakan tabel perbandingan laporan pertanggungjawaban
yang terdapat di prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id dengan yang ada
ditangani pemerintah Desa Puncak. Ketika ditelusuri, terdapat perbedaan antara
laporan pemerintah Desa Puncak memanipulasi laporan keuangan yang
dipertanggungjawabkan ke pemerintah tingkat atas. Dibalik keterbukaannya
kepada masyarakat desa dan meskipun masyarakat berpartisipasi aktif dalam
52
pengelolaan keuangan desa, pemerintah Desa Puncak diduga melakukan
manipulasi atas laporan keuangan yang dilaporkan pada pemerintah tingkat atas.
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam nilai nominal dalam
beberapa akun. Alokasi Dana Desa, di prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id
tercatat Rp 936.655.790 sedangkan Alokasi Dana Desa di lampiran Peraturan
Desa Puncak tercatat Rp 941.481.342, jadi ada selisih sebesar Rp 4.825.552.
Pendapatan Asli Desa di prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id tercatat Rp 0
sedangkan Pendapatan Asli Desa di lampiran Peraturan Desa Puncak tercatat
Rp 1.021.950. Jumlah APBDesa di website
prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id sebesar Rp 1.791.623.611 sedangkan
Jumlah Pendapatan di lampiran Peraturan Desa Puncak sebesar Rp
2.004.099.169.
Perbedaan laporan pendapatan yang cukup signifikan membantah
adanya akuntabilitas yang baik dalam pengelolaan keuangan Desa Puncak.
Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa puncak belum
memadai kepada pemerintah tingkat atas karena begitu besarnya perbedaan
laporan APBDesa yang dilaporkan melalui website
prokedes.binapemdes.kemendagri.go.id. Asumsi akuntabilitas memiliki makna
bahwa berapa besar tingkat kesesuaian penyelenggara pelayanan dengan
ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang ada di publik atau yang
dimiliki beberapa stakeholder (Asmawati dan Basuki, 2019).
1. Transparance
Transparansi berarti keterbukaan. Dalam instansi pemerintahan,
transparansi menjadi hal yang rawan dan penting. Karena sumber utama dana
pemerintah adalah dari rakyat yang tentunya digunakan untuk kesejahteraan
53
rakyat. Transparansi menunjukkan pengelolaan keuangan desa yang terbuka
atau tidak ada yang tersembunyi. Adanya informasi yang mudah diakses serta
komunikasi yang baik oleh perangkat desa membuat pengelolaan keuangan
desa dianggap transparan. Pemerintah Desa Puncak membuat papan informasi
yang dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat dan sebagai bentuk
transparansi dalam pengelolaan keuangan desa. Selain itu, akses informasi yang
transparan juga didapatkan oleh masyarakat Desa Puncak.
Menurut Krina, 2003 dalam (Hanifah and Praptoyo, 2015) indikator-
indikator dari transparansi adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan informasi yang jelas tentang tanggung jawab
b. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang
dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap
c. Kemudahan akses informasi
d. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media
massa dan lembaga non pemerintah
Tabel 4.6.
Implementasi Transparansi dalam Pengelolaan Keuangan Desa Puncak
Tahun 2020
No. Indikator
transparansi Impementasi Ket.
1. Penyediaan informasi
yang jelas tentang
tanggung jawab
Tugas pokok dan fungsi masing-masing
dari jabatan pemerintah desa puncak
tertera dalam Peraturan Desa Puncak
Nomor 03 Tahun 2020, BAB 1 Pasal 1.
Selain itu, keterangan tugas dalam
pengelolaan keuangan juga tertera di
dalam struktur pengelolaan keuangan
desa puncak
Memadai
54
2. Menyusun suatu
mekanisme
pengaduan jika ada
peraturan yang
dilanggar
Kotak pengaduan/ saran disediakan di
kantor Desa Puncak. Saran-saran juga
dapat dikemukakan dalam Musrenbang
(Musyawarah Perencanaan
Pembangunan) atau musyawarah-
musyawarah lainnya.
Memadai
3. Kemudahan akses
informasi
Akses informasi dalam pengelolaan
keuangan desa puncak cukup baik.
Penyediaan papan informasi di kantor
desa puncak dilakukan agar masyarakat
dapat dengan mudah mengangkses
informasi tersebut. Pemerintah desa
melakukan Penetapan APBDesa dengan
dengan menghadirkan perwakilan dari
setiap bagian masyarakat seperti:Camat
Sinjai Selatan, Pendamping Desa (PLD,
PDTI, PD), Ketua dan Anggota BPD,
Babinsa, Bhabinkamtibmas Desa
Puncak, Ketua LPM Desa Puncak dan
Anggota, Ketua PKK dan Anggota, Imam
Desa, Para Kepala Dusun, Para Imam
Dusun, Direktur BUMDesa, Ketua
RT/RW, Ketua Gapoktan, Tokoh-tokoh
masyarakat se-Desa Puncak,, Tokoh-
tokoh agama se-Desa Puncak, tokoh
pemuda se-Desa Puncak, dan Majelis
Ta’lim se-Desa Puncak.
Memadai
4. Meningkatkan arus
informasi melalui
kerjasama dengan
media massa dan
lembaga non
pemerintah
Peningkatan informasi melalui media
massa belum cukup maksimal. Hal ini
terbukti dengan masih kurangnya akses
informasi mengenai Desa Puncak ketika
ditelusuri dengan jaringan internet.
Lembaga non pemerintahan seperti
Memadai
55
lembaga kemasuarakatan telah banyak
dibentuk di Desa Puncak, yaitu ada 12
Unit Organisasi yang tercatat.
Organisasi-organisasi tersebut
diantaranya adalah Posyandu,
Kelompok Tani, Organisasi Pemuda,
Organisasi Keagamaan, Rukun
Tetangga (RT), Rukun warga (RW),
LKMD/LPM, Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang
Taruna, dan Forum Komunikasi Kader
Pemberdayaan Masyarakat.
Mengingat pentingnya transparansi, maka untuk mendukung sekaligus
mengkonfirmasi mengenai tabel diatas dilakukan wawancara dengan salahsatu
Pemerintah Desa Puncak, yaitu Bapak Asri sebagai Sekretaris Desa yang
menyatakan bahwa:
“Transparansi itu artinya tidak ada yang ditutup-tutupi, biasa juga dibilang keterbukaan. Bentuk transparansi di Pemerintah Desa Puncak ini, kami buatkan papan informasi. Informasi-informasi yang dibutuhkan masyarakat juga biasanya masyarakat langsung datang ke kantor desa untuk bertanya. Biasa juga ada penyuluhan-penyuluhan tentang informasi penting, seperti masalah covid ini, ada beberapa penyuluhan informasi tentang covid yang perlu masyarakat ketahui”.
Hal diatas juga dikonfirmasi dengan salahsatu masyarakat Desa Puncak
yaitu Iqbal yang mengemukakan:
“Alhamdulillah keterbukaan pemerintah mengenai keuangan Desa itu cukup baik, bagaimana pada saat penyampaian RABDesa itu atau anggaran desa itu, aparat desa itu mempublikasikannya kepada seluruh masyarakat yang ada di Desa Puncak. Ia tak segan-segan untuk menyampaikan sumber dana desa kepada masyarakatnya dan merincikan pembagian-pembagiannya ke program-program yang dibuat untuk perubahan terhadap situasi kondisi desa.”
56
Berdasar pada penuturan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa
keterbukaan pemerintah desa mengenai keuangan desa cukup baik. Hal ini
dilihat dari penyampaian pengelolan keuangan desa kepada masyarakat Desa
Puncak. Sumber dana desa dan realisasinya pada program-program yang
mendukung perkembangan desa disampaikan dengan jelas. Selain itu, Akses
informasi dipermudah melalui pertemuan-pertemuan khusus yang mengundang
masyarakat desa, diantaranya pengadaan Musrenbang. Hal ini sebagaimana
penuturan Iqbal:
“Kalau mengenai akses dan informasi tentang pengelolaan keuangan desa, yaa masyarakat terjun langsung dalam kegiatan kepala desa dalam mentransparansikan anggaran yang diberikan oleh pusat. Dan kalau di Desa Puncak sendiri kepala desanya itu mengundang seluruh masyarakat Desa Puncak untuk hadir dalam penyampaian anggaran tersebut sehingga masyarakat juga tahu sekian jumlah anggaran yang ada di Desa Puncak dan begitupun aparat desa juga memberikan tanggapan-tanggapan atau arahan/pengumuman kepada masyarakat tentang anggaran tersebut.”
Secara keseluruhan, penerapan transparansi dalam pengelolaan
keuangan di Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan dapat dikatakan telah
dilaksanakan dengan baik. Pemerintah Desa Puncak terbuka kepada masyarakat
mengenai rincian dana yang dikelola. Selain itu, penjelasan dan tanggapan
mengenai keuangan desa disampaikan dengan jelas kepada masyarakat
sehingga implementasi prinsip transparansi cukup memadai dan membuat
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah Desa Puncak juga terjaga.
Implementasi prinsip transparansi di Desa Puncak ini sejalan dengan
penelitian Sahrullah, et. al., (2020) yang menemukan bahwa transparansi
terhadap laporan keuangan cukup baik hal ini berdasarkan adanya papan
informasi yang dipasang oleh pemerintah Desa Maradekaya Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa yang berisi tentang besaran anggaran yang dikelola
padaperiode tertentu. Hendrawati dan Pramudianti (2020) yang menemukan
57
bahwa prinsip transparansi telah dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah
desa di Desa Setro Kabupaten Gresik dengan mengungapkan hal-hal yang
sifatnya material secara berkala kepada masyarakat luas sebagai bentuk
transparansi dalam pemerintahan agar memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan desa.
Transparansi dalam pemerintahan juga berupa mekanisme informasi dan
akses masyarakat dalam penyampaian pendapat, terbukanya kesempatan bagi
rakyat untuk mengajukan tanggapan dan kritik terhadap pemerintahan desa
(Kumalasari and Riharjo, 2016). Prinsip transparansi dapat dilihat dari arus
informasi yang mudah diakses dari lokasi desa dan komunikasi yang baik oleh
perangkat desa kepada masyarakat sekitar sehingga pengengelolaan dana desa
dianggap transparan (Nahruddin, 2014).
2. Accountability
Kebijakan pembangunan desa secara nasional sudah terjadi perubahan
yang cukup signifkan, tetapi masih saja terdapat beberapa tantangan dalam
implementasinya, mulai dari aktor pelaku kebijakan sampai capaian program
yang dilaksanakan di desa (Aminudin, 2019). Akuntabilitas menjadi suatu ukuran
yang menunjukkan berapa besar tingkat kesesuaian penyelenggara pelayanan
dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang ada di publik atau
yang dimiliki beberapa stakeholder (Asmawati dan Basuki, 2019). Aspek
akuntabilitas merupakan sesuatu yang begitu penting untuk dimiliki oleh setiap
organisasi pemerintahan maupun instansi lainnya karena bagian dari refleksi
tanggungjawab.
58
Setiap pemerintah desa diharuskan menegakkan prinsip akuntabilitas
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Akuntabilitas
merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pemerintah
guna melaporkan serta menyajikan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada
masyarakat dan dapat dijadikan lahan untuk pelaksanaan transparansi dalam
setiap pelaksanaan kegiatan (Wardani, 2021). Akuntabilitas menjadi salahsatu
prinsip yang harus terpenuhi untuk mencapai good village governance.
Pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, dapat diperhatikan
prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai berikut:
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk
melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel,
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan
sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku,
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan,
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan
manfaat yang diperoleh,
e. Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator
perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk
pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan penyusunan
laporan akuntabilitas.
59
Tabel 4.7.
Implementasi Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Desa Puncak
Tahun 2020
No. Indikator
Akuntabilitas Impementasi Ket.
1. Harus ada komitmen
dari pimpinan dan
seluruh staf instansi
untuk melakukan
pengelolaan
pelaksanaan misi agar
akuntabel
Komitmen-komitmen Pemerintah Desa
Puncak dalam melaksanakan
pengelolaan keuangan yang akuntabel
dapat mereka buktikan dengan adanya
buku-buku Administrasi Pemerintahan
Desa Puncak seperti: Buku Data
Peraturan Desa, Buku Keputusan
Kepala Desa, Buku Administrasi
Kependudukan, Buku Data Inventaris,
Buku Data Aparat, Buku Data Tanah
Kas Desa Buku Administrasi Pajak dan
Retribusi, Buku Data Tanah, Buku
Laporan Pengaduan Masyarakat, Buku
Agenda Ekspedisi, Buku Profil Desa,
Buku Data Induk Penduduk, Buku
Data Mutasi Penduduk, Buku
Rekapitulasi Penduduk Akhir Bulan,
Buku Registrasi Pelayanan Penduduk,
Buku Data Penduduk Sementara,
Buku Anggaran Penerimaan, Buku
Anggaran Pengeluaran Pegawai atau
Pembangunan, Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu Penerimaan,
Buku Kas Pembantu Pengeluaran
Rutin atau Pembangunan, dan Buku
Data Lembaga Kemasyarakatan.
Memadai
2. Harus merupakan Tahapan pelaksanaan pengelolaan Memadai
60
suatu sistem yang
dapat menjamin
penggunaan sumber-
sumber daya secara
konsisten dengan
peraturan perundang-
undangan yang
berlaku
keuangan Desa Puncak telah
dilakukan sesuai peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
Tentang Penyusunan Program
Pemerintah Desa.
3. Harus dapat
menunjukkan tingkat
pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah
ditetapkan
Tingkat pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan telah
dilampirkan dengan jelas dalam
laporan pertanggungjawaban
pemerintah Desa Puncak.
Memadai
4. Harus berorientasi
pada pencapaian visi
dan misi serta hasil
dan manfaat yang
diperoleh
Pemerintah Desa Puncak mengikuti
segala hasil keputusan dalam
Musrenbang. Pemerintah desa
melibatkan masyarakat dalam diskusi
pengelolaan keuangan desa karena
masyarakat yang akan mendapatkan
manfaat dan lebih mengetahui
kebutuhannya.
Memadai
5. Harus jujur, objektif,
transparan, dan
inovatif sebagai
katalisator perubahan
manajemen instansi
pemerintah dalam
bentuk pemutakhiran
metode dan teknik
pengukuran kinerja
dan penyusunan
laporan akuntabilitas.
Kejujuran, objektif, transparan, belum
maksimal diimplementasikan oleh
pemerintah desa karena adanya
perbedaan laporan kepada pemerintah
tingkat atas dengan laporan
sebenarnya. Pendapatan Asli Desa
tidak dilaporkan sehingga ada
perbedaan dalam jumlah pendapatan
desa yang dilaporkan ke pemerintah
tingkat atas dengan laporan asli yang
ada di pemerintah desa puncak.
Belum
memadai
61
Akuntabilitas pemerintah desa yang dideskripsikan pada tabel diatas
sejalan dengan pernyataan salahsatu Pemerintah Desa Puncak, Bapak Asri
(Sekretaris Desa):
“Kami disini melayani sesuai dengan tupoksi masing-masing. Semuanya kan harus sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku. Sesuai dengan permendagri. Kerjasama dengan sesama aparat desa juga kami jaga dengan baik karena kalau ada yang tidak memiliki hubungan baik, pasti lain-lain juga dirasa kerjasamanya. Terlebih lagi kita ini pemerintah desa yang bertugas memberikan pelayanan yang baik untuk desa dan masyarakat desa, jadi tupoksi masing-masing sudah ada dan harus tetap berpedoman pada aturan yang berlaku. Pemilihan aparat desa juga tidak seenaknya siapa disuka itu di pilih, tapi ada aturannya dan ahrus disesuaikan degan yang dibutuhkan supaya itu kinerja pemerintah desa tetap baik dan ada namanya pengawas yang tentu akan mengawasi dan mengayomi segala aktivitas di Pemerintah Desa”.
Pernyataan informan diatas menunjukkan bahwa secara umum,
pelayanan atau kinerja pemerintah Desa Puncak Kecamatan Sinjai Selatan telah
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing sesuai dengan
Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri). Pembagian tupoksi Pemerintah
Desa Puncak mengikuti Peraturan Menteri dalam Negeri (Permendagri) Nomor
84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa.
Adanya buku-buku administrasi pemerintahan Desa Puncak yang lengkap
serta kemampuan pemerintah setempat untuk melakukan sosialisasi yang
berkaitan dengan administrasi. Komitmen memberikan pelayanan terbaik untuk
mencapai visi misi pemerintahan Desa Puncak, sumber daya manusia yang
memadai, dan informasi keuangan yang jelas sebagai bentuk
pertanggungjawaan kepada masyarkat juga menjadi beberapa faktor yang
mampu mendukung bahwa akuntabilitas dalam pemerintahan Desa Puncak
cukup memadai. Hal ini sebagaimana dengan penuturan Iqbal (Masyarakat Desa
Puncak):
62
“Alhamdulillah untuk saat ini para aparatur desa atau staf desa dalam memberikan semua pelayanan itu sangat memuaskan karena cara dia menyampaikan sesuatu terperinci. Persyaratan pengurusan jelas. Saya rasa ini sudah jelas tentang persyaratan pengurusan administrasi karena dalam desa itu setiap tahunnya ada semacam survei tentang PBB atau syarat-syarat administrasi dari pembangunan atau perkebunan. ya saya kira sudah jelas dalam pengurusan administrasi. Kinerja staf desa juga cukup lumayan baik dan jarang sekali lambat dalam memberikan sebuah pelayanan kepada masyarakat. Selanjutnya pemerintah desa telah memiliki kemampuan memadai dalam memberi pelayanan administrasi untuk masyarakat desa puncak tersebut. Dari aparatur desa sendiri yaitu kepala desa merekrut staf-staf yang memang mempunyai kemampuan atau kelebihan khusus untuk kepengurusan pelayanan administrasi yang ada di Desa Puncak. Jadi mereka mampu dengan cepat menanggapi apa kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dalam pertanggungjawaban pengelolaan dana desa oleh masyarakat itu ya aparat desa itu juga menginformasikan bahwa sekian anggaran yang masuk dalam Desa Puncak. Jadi sekian rupa bentuk fasilitas atau perubahan yang bisa diwujudkan oleh kepala desa tersebut”.
Dari pernyataan masyarakat desa diatas dapat disimpulkan bahwa segala
pertanyaan dan pelayanan pemerintahan dirasakan baik oleh masyarakat.
Masyarakat merasakan tanggungjawab pemerintah desa puncak benar-benar
dilaksanakan dengan baik dan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa
dirasa sudah cukup jelas.
Kinerja pemerintah Desa Puncak sempat terhambat karena adanya
pandemi Covid-19. Wabah Covid-19 yang menjadi ujian bagi seluruh sektor, baik
itu sektor industri maupun pemerintahan yang berdampak secara langsung pada
kehidupan masyarakat. Pengelolaan keuangan Desa atau pelayanan dalam
pemerintahan Desa Puncak juga mendapatkan dampak tersebut seperti halnya
desa-desa lainnya yang juga menjadi terhambat. Bantuan tersebut sangat
bermanfaat namun juga rentan dengan konflik diskriminasi maupun korupsi.
Adanya bantuan khusus Covid-19 sempat menjadi permasalahan karena
adanya isu dikriminasi dalam pembagian bantuan di Desa Puncak. Meskipun
pernyataan-pernyataan masyarakat desa sebelumnya mendukung bahwa
akuntabilitas pemerintah Desa Puncak cukup memadai, namun masyarakat Desa
63
Puncak juga sempat meragukan mengenai keadilan pemerintah Desa Puncak
dalam pembagian BLT ADD (Bantuan Langsung Tunai Alokasi Dana Desa) yang
merupakan bantuan karena adanya pandemi Covid-19.
“Adapun kasus diskriminatif dalam pembagian BLT dana desa yang sempat diberitakan, memang pada saat buming booming-nya masa pandemi itu ada namanya bantuan sosial atau bantuan BLT dana desa. Dalam pembagian tersebut itu kemarin tidak merata sebab ada beberapa unsur yang seharusnya tidak menerima bantuan tapi malah dia mendapatkan dana bantuan tersebut tanpa melalui melihat dari sistem kelas atau kehidupan mereka. Jadi ada bentuk pertanggungjawaban tersendiri dari aparatur desa tentang diskriminasi pembagian BLT tersebut. Ya kita selaku masyarakat itu cukup mendengar dan melihat kejadian atau fenomena yang ada dan kita tidak boleh langsung menjustice bahwasanya aparat desa itu tidak adil dalam melakukan pembagian BLT. Jadi sebenarnya masyarakat hanya cuma melihat dan mendengar itu pun kita menyampaikan aspirasi ketika dalam pribadi sendiri itu mengejutkan atau tidak masuk akal dalam pikiran kita.”
Pernyataan diatas dapat dilihat bahwa tingkat kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah Desa Puncak sangat tinggi. Namun, pernyataan informan
yang mengatakan bahwa dari kasus tersebut masyarakat cukup melihat dan
mendengar menggambarkan bahwa masih ada sedikit keraguan yang
mengganjal. Adanya perasaan diskriminasi dalam pembagian Bantuan Langsung
Tunai (BLT) tersebut tidak membuat mereka kehilangan kepercayaan kepada
pemerintah setempat. Oleh karena itu, untuk mengkonfirmasi mengenai isu
diskriminasi tersebut maka dilakukan wawancara dengan Pemerintah Desa
Puncak, yaitu Bapak Asri selaku Sekretaris Desa:
“Oh itu kemarin ada salah paham. Memang beritanya sampai naik di media massa. Keluarga yang dikatakan seharusnya tidak dapat bantuan itu sebenarnya memang orangtuanya PNS. Cuma ini yang di kasi bantuan itu anaknya, sudah menikah. Jadi mereka beda KK dan berhak dapat bantuan karena kondisi ekonomi anaknya memang perlu bantuan.”
Pernyataan pemerintah Desa Puncak diatas jelas membantah adanya
diskriminatif dalam pembagian bantuan Covid-19. Setelah dikonfirmasi, ternyata
ada kesalahpahaman. Selain isu diskriminatif dalam pembagian bantuan, Desa
64
Puncak dalam memberikan pelayanan dan pengelolaan keuangan juga menjadi
terhambat karena adanya pandemi ini. Pengaturan jadwal pelayanan yang
terbatas membuat beberapa kegiatan juga ikut terhambat. Pelaksanaan jaga
jarak dan menggunakan masker hingga saat ini masih diberlakukan sesuai
dengan arahan dari pemerintah pusat.
Pengelolaan keuangan desa yang baik tercermin dalam pengelolaan
keuangan desa yang dipertanggungjawabkan dengan baik, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Interpretasi akuntabilitas ini dapat
dlihat dalam pertanggungjawaban Pemerintah Desa dengan prinsip bahwa setiap
kegiatan pengelolaan keuangan desa harus dapat dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk menjamin value for money dan reliabilitas dalam pelaporan
keuangan desa (Ismawan dan Haryati, 2021).
Jika merujuk dari prinsip-prinsip akuntabilitas diatas, dapat disimpulkan
bahwa Pemerintah Desa Puncak secara umum dapat dikatakan akuntabel
kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kampen (2009) bahwa
pemerintah desa harus mampu menerapkan prinsip akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan desa, yaitu segala kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
desa sesuai dengan ketentuan-ketentuan sehingga terwujud good village
governance. Secara keseluruhan, prinsip akuntabilitas belum memadai karena
beberapa prinsip-prinsip tersebut dilanggar dan kemungkinan adanya
kecurangan dalam pengelolaan keuangan Desa Puncak.
Implementasi prinsip akuntabilitas yang belum memadai juga senada
dengan penelitian Rokhati et. al., (2020) yang menemukan bahwa akuntabilitas di
65
Desa Ginggangtani, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan belum terlaksana
dengan baik pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan
pengawasannya karena kurangnya antusiasme masyarakat desa untuk
berpartisipasi dalam mengawasi pengelolaan alokasi dana desa, serta kurangnya
pengetahuan tentang akuntansi pemerintah oleh sumber daya manusia yang
berperan sebagai pengelola. Hanafie et. al., (2019) juga menemukan
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Masalembu juga belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya dilihat dari aspek keuangan, manfaat dan
prosedur.
3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah media untuk perolehan informasi tentang
kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang penting terlibat dalam
mencapai tujuan program desa yang telah ditetapan. Selain itu, masyarakat akan
lebih memberikan kepercayaan yang tinggi ketika terlibat dalam pembangunan
desa yang mulai dari perencanaan hingga evaluasinya. Keterlibatan atau
partisipasi masyarakat juga merupakan hak masyarakat karena mereka yang
akan merasakan manfaat dari pengelolaan keuangan desa.
Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Astuti (2011: 61-63) membedakan
partisipasi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
b. Partisipasi dalam Pelaksanaan
c. Partisipasi dalam Pengambilan Manfaat
d. Partisipasi dalam Evaluasi.
66
Tabel 4.8.
Implementasi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Desa
Puncak Tahun 2020
No. Indikator Partisipasi
Masyarakat Impementasi Ket.
1. Partisipasi dalam
Pengambilan
Keputusan
Masyarakat Desa Puncak diundang
dalam Penetapan APBBDesa Tahun
Anggaran 2020. Perwakilan dari
masing-masing elemen masyarakat
dihadirkan dan pemerintah tingkat atas
seperti camat dan pengawas juga hadir
dalam Musrenbang. Musyawarah-
musyawarah juga dilakukan ketika ada
hal yang penting. Seperti ketika ada
kasus mengenai kesalahpahaman
dalam pembagian BLT DD Covid-19.
Memadai
2. Partisipasi dalam
Pelaksanaan
Partisipasi masyarakat Desa Puncak
dalam pelaksanaan pembangunan desa
juga terlihat dalam memberikan
pemikiran tetang kebutuhan desa dan
konsumsi selama pembangunan desa.
Memadai
3. Partisipasi dalam
Pengambilan Manfaat
Masyarakat sangat senang dengan
peningkatan kualitas pembangunan
desa dari tahun ke tahun. Masyarakat
memanfaatkan hasil dari setiap kegiatan
dan pembangunan sesuai dengan
fungsinya. Selain itu, masyarkat juga
ikut menjaga dan memelihara fasilitas-
fasilitas desa.
Memadai
4. Partisipasi dalam
Evaluasi
Masyarakat teribat dalam evaluasi hasil
pembangunan desa dengan melakukan
pemantauan dan evaluasi langsung.
Memadai
67
Masyarakat yang berpartisipasi lebih aktif dalam menyampaikan
pendapat cenderung tidak apatis pada kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
desa dalam mengelola keuangan desa. Partisipasi masyarakat adalah
sumbangsih sukarela dari masyarakat, baik dalam proses perencanaan,
pengambilan keputusan, hingga dalam pelaksanaan program kerja yang akan
memberikan manfaat kepada masyarakat desa itu sendiri.
Partisipasi masyarakat yang merupakan bagian dari terwujudnya good
village governance pada Desa Puncak adalah hal yang penting. Ketika hubungan
masyarakat dengan pemerintah setempat baik maka partisipasi masyarakat juga
akan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Asri (Sekretaris Desa)
ketika menguatkan tabel diatas, informan menyatakan:
“Kami sebagai pemerintah desa berusaha membangun hubungan yang baik dengan masyarakat desa. Karena hubungan yang baik itu dasar dari segala aktivitas menjadi baik. Ada berbagai cara yang kami lakukan untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat, diantaranya melibatkan masyarakat dalam program-program desa seperti program pembangunan, kegiatan tingkat desa hingga kecamatan, dibentuk juga organisasi pemuda atau organisasi masyarakat yang dapat mewadahi kegiatan masyarakat yang lebih bermanfaat tentunya.”
Pernyataan diatas juga dikuatkan oleh penuturan Iqbal (masyarakat Desa
Puncak):
“Pemberdayaan masyarakat pada Desa Puncak cukup baik ketimbang di tahun-tahun sebelumnya. Sebab ada banyak kelompok-kelompok sosial yang dibuat oleh mitra desa agar masyarakat itu hidup bisa lebih sejahtera lagi. Koordinasi atau hubungan antara masyarakat dengan pemerintah desa itu sangat baik karena masing-masing masyarakat itu menciptakan sebuah ego yang baik, dan mampu tertib dalam melakukan sebuah pengurusan administrasi terhadap layanan yang diberikan. Adapun hubungan emosional antara masyarakat dan staf desa atau aparatur desa itu sangat baik dilihat dari kehidupan aktivitas masyarakat yang selalu melakukan perjumpaan dengan aparat di desa.”
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan evaluasi di
Desa Puncak cukup aktif. Berbagai kalangan masyarakat dihadirkan dalam
68
rapat-rapat penting atau musyawarah yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan desa. Hal ini sebagaimana penuturan Bapak Asri (Sekretaris Desa)
yang mengemukakan bahwa:
“Partisipasi masyarakat desa puncak bisa dikatakan sangat aktif. Kalau ada musyawarah, tokoh-tokoh masyarakat diundang dan mereka aktif hadir dan memberikan usulan-usulan apa yang harus dilakukan untuk perkembangan Desa Puncak. Musrenbang salahsatu wadah kita bermusyawarah tentang pengelolaan keungan desa dan apa saja program kerja yang sebaiknya diadakan dan tidak diadakan. Kita juga sesuaikan dengan program kerja pemerintah tingkat atas.”
Keaktifan yang diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan sekretaris
desa diatas senada dengan ungkapan Iqbal (Masyarakat Desa Puncak)
sebelumnya yang menyatakan:
“Masyarakat terjun langsung dalam kegiatan kepala desa dalam mentransparansikan anggaran yang diberikan oleh pusat. Dan kalau di Desa Puncak sendiri kepala desanya itu mengundang seluruh masyarakat Desa Puncak untuk hadir dalam penyampaian anggaran tersebut sehingga masyarakat juga tahu sekian jumlah anggaran yang ada di Desa Puncak dan begitupun aparat desa juga memberikan tanggapan-tanggapan atau arahan/pengumuman kepada masyarakat tentang anggaran tersebut.”
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa terlihat dalam
Musrenbang. Bias gender dalam kebijakan pemerintah di tingkat pusat dan
daerah terkadang masih terjadi karena rendahnya pemahaman pengambil
keputusan di eksekutif, yudikatif, legislatif tentang makna, tujuan dan arah
pembangunan yang responsif gender (Fatimah et. al., 2021). Namun, hal
tersebut tidak terjadi di Desa Puncak. Hal ini sebagaimana data Tingkat
Perkembangan Desa Puncak yang menunjukkan bahwa jumlah peserta
perempuan dalam Musrembang desa/kelurahan sama dengan jumlah peserta
laki-laki, yakni 25,00%. Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Desa
Puncak yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun hanya dihadiri oleh 50,00%
masyarakat.
69
Keterlibatan masyarakat tidak hanya dalam pengambilan keputusan dan
evaluasi, tetapi masayarakat juga tertarik dan aktif dalam pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa, utamanya dalam hal pembangunan Desa Puncak.
Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Bapak Asri (Sekretaris Desa):
“Begitu juga kalau ada seperti pembangunan jalan itu, biasanya yang di berdayakan untuk membantu perbaikan jalan yah masyarakat sekitar, ada juga yang siapkan makanan. Saya kira keaktifan masyarakat desa dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan desa itu atas kesadaran masyarakat juga kalau itu fasilitas-fasilitas desa akan dimanfaatkan sendiri oleh masyarakat desa itu”
Hal ini juga sebagaimana yang diungkapkan oleh Iqbal (Masyarakat
Desa):
“Keterlibatan masyarakat dalam program kerja di desa cukup menarik juga untuk masyarakat desa. Sebagaimana kita ketahui, desa memfasilitasi apa yang dibutuhkan masyarakat sehingga bentuk gotong-royong dari masyarakat untuk program kerja di Desa Puncak terbangun dan hubungan emosional mereka pun sangat erat, menggenggam erat yang namanya tali silaturahmi atau tali persaudaraan di desa puncak.”
Musrenbang atau musyawarah lainnya yang diadakan berkaitan dengan
pengelolaan keuangan desa, masyarakat dapat secara kritis menilai lingkungan
sosial, ekonomi dan menilai penghimpunan sumberdaya yang mampu
mendukung pemanfaatan pengelolaan keuangan desa. Tali persaudaraan
menjadi semakin erat dengan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan
masyarakat desa.
Pemberdayaan masyarakat cukup baik jika dibandingkan tahun
sebelumnya. Masyarakat desa merasa senang dan mendapatkan manfaat yang
begitu besar dari adanya dana desa. Masyarakat berpartisipasi dalam
pengambilan manfaat dari adanya dana desa dengan menggunakan fasilitas-
fasilitas desa dan membentuk berbagai kelompok sosial (organisasi) yang
dibangun oleh mitra pemerintah desa untuk mendukung peningkatan
70
kesejahteraan masyarakat Desa Puncak. Berikut adalah organisasi anggota
lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa Puncak:
a. Posyandu
b. Kelompok Tani
c. Organisasi Pemuda
d. Organisasi Keagamaan
e. Rukun Tetangga
f. Rukun Warga
g. LKMD/LPM
h. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
i. Karang Taruna
j. Forum Komunikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat
Partisipasi masyarakat Desa Puncak dapat dikatakan telah terlaksana
secara maksimal. Kepercayaan masayarakat kepada aparat desa menunjukkan
adanya hubungan baik antara aparat desa dengan masyarakat. Keterlibatan
dalam pengembilan keputusan, pelaksanaan pengelolaan keuangan seperti
perencanaan penggunaan anggaran dan evaluasi menjadi bukti bahwa
masyarakat Desa puncak telah berpartisipasi secara maksimal.Keterlibatan aktif
masyarakat desa pada pengelolaan keuangan desa merupakan hal yang harus
menjadi perhatian penting.
Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Mais dan Palindri (2020),
pemerintah Desa Suka Damai Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Musi
Banyuasin melibatkan masyarakat dalam pengelolaan keungan desa dengan
melaksanakan musyawarah untuk merencanakan dan membahas masalah-
masalah mengenai keuangan desa, serta pelaksanaan pembangunan desa,
71
membuat laporan keuangan desa dan mempublikasikan dengan cara membuat
papan informasi yang berisi informasi mengenai keuangan desa, dan melakukan
pengawasan terhadap proses pengelolaan keuangan desa. Pora et. al. (2021)
juga menemukan partisipasi aktif masyarakat Desa Amasing Kota yang dilibatkan
oleh pemerintah desa dalam membahas program-program apa saja yang hendak
akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
F. Pembahasan
Tata kelola pemerintah yang baik atau good governance merupakan
sebuah proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan yang pada akhirnya
dapat dipertanggungjawabkan (Wardani, 2021). Penerapan prinsip-prinsip
pemerintahan desa yang baik tidak terlepas dari permasalahan akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan sebagai acuan untuk menghasilkan laporan
keuangan pemerintah yang berkualitas (Sujana, et.al., 2020). Sangat penting
untuk menerapkan good governance di tingkat organisasi terkecil seperti desa
untuk mewujudkan keseimbangan dan keadilan dalam distribusi dana yang
dikumpulkan dari masyarakat atau subsidi dari pemerintah pusat. Good village
governance dapat menciptakan laporan keuangan pemerintah yang berkualitas
dan menekankan pada proses pengelolaan keuangan pemerintah desa dan
keterlibatan pemangku kepentingan dalam bidang sosial, ekonomi dan politik
(Riskawati, et al., 2016).
Mekanisme pengelolaan keuangan desa di Pemerintahan Desa Puncak
yang ditinjau dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban
secara garis besar telah cukup baik. Meskipun pelaksanaan pengelolaan
keuangan Desa Puncak masih belum sepenuhnya mengimplementasikan
72
prinsip-prinsip good village governance. Hanya transparansi kepada masyarakat
dan partisipasi masyarakat yang dapat dikatakan menghampiri pengelolaan
keuangan desa yang baik. Sedangkan akuntabilitas belum dilaksanakan secara
maksimal karena adanya beberapa hal yang tersembunyi atau mungkin
dimanipulasi. Individu atau organisasi yang akuntabel tidak dapat
menyembunyikan kesalahan atau menghindarkan dirinya dari sebuah
penyelidikan (Nahruddin, 2014).
Pada tahapan perencanaan, Pemerintah Desa Puncak telah menerapkan
prinsip transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat yang merupakan
kunci terwujudnya tata kelola pemerintahan desa yang baik atau good village
governance. Pemerintah Desa Puncak melaksanakan tahapan perencanaan
pengelolaan keuangan desa sebagaimana peraturan yang berlaku yaitu dengan
mengadakan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) yang
membutuhkan partisipasi masyarakat desa. Dalam tahapan perencanaan ini,
Pemerintah Desa Puncak secara terbuka menyampaikan kepada masyarakat
mengenai sumber dana desa dan mendiskusikan pemanfaatan dana desa.
Musrenbang yang diadakan tersebut membuktikan partisipasi aktif masyarakat
Desa Puncak dan keterbukaan serta tanggungjawab Pemerintah Desa Puncak
dalam melaksanakan tugasnya.
Implementasi transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat juga
terlihat dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa Puncak. Transparansi
Pemerintah Desa Puncak dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan diwujudkan
dengan memberikan informasi mengenai hal-hal realisasi kegiatan pembangunan
Desa Puncak melalui papan pengumuman yang berada di Kantor Desa Puncak.
Pemerintah Desa Puncak telah merealisasikan program-program yang telah
73
disepakati dalam Musrenbang dan hal ini mendukung bahwa Pemerintah Desa
Puncak dapat dikatakan akuntabel. Masyarakat juga diberi ruang untuk ikut
meninjau langsung pelaksanaan pembangunan. Pengelolaan keuangan desa
yang baik akan terinterpretasikan dalam tahapan pelaksanaan pengelolaan
keuangan yaitu ditinjau dari kesesuaian perencanaan pengelolaan keuangan
dengan realisasinya.
Pada tahapan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, Pemerintah
Desa Puncak memberikan informasi keuangan kepada otoritas pemerintah yang
lebih tinggi. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan
desa, Pemerintah Desa Puncak menyampaikan laporan APBDesa (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa) dan pelaksanaannya. Tahapan
pertanggungjawaban Pemerintah Desa Puncak ini secara administrasi dilakukan
sebagaimana mestinya namun, ketika ditelusuri ternyata dalam
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Desa Puncak terdapat dua laporan
keuangan yang berbeda. Pemerintah Desa Puncak memberikan laporan yang
berbeda kepada otoritas pemerintah tingkat atas yang mungkin saja laporan
tersebut telah “dipercantik”.
Penemuan dua laporan keuangan yang berbeda ini tentu patut menjadi
pertanyaan meskipun masyarakat Desa Puncak telah memberikan kepercayaan
yang cukup tinggi kepada Pemerintah Desa Puncak. Pengawasan dari otoritas
yang lebih tinggi dan dari masyarakat secara langsung masih perlu ditingkatkan.
Implementasi transparansi dan akuntabilitas ternyata tidak mampu ditegakkan
dalam tahapan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan oleh Pemerintah
Desa Puncak. Meskipun yang terlihat bahwa masyarakat ikut berpartisipasi aktif
dalam pengelolaan keuangan Desa Puncak, namun realitasnya hal tersebut tidak
74
mampu membendung adanya manipulasi laporan keuangan desa. Berdasarkan
hal tersebut, pengelolaan keuangan di Desa Puncak dapat dikatakan belum
memadai dalam memenuhi prinsip akuntabilitas meskipun transparansi dan
partisipasi masyarakat telah dilaksanakan dengan cukup memadai.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejak adanya dana desa, perubahan yang cukup signifikan dirasakan
oleh masyarakat desa. Perkembangan dalam bidang sosial, ekonomi, dan
pembangunan semakin meningkat dan berdampak positif terhadap masyarakat
Desa Puncak. Secara keseluruhan penerapan good village governance dalam
pemerintahan Desa Puncak, belum terlaksana secara masimal.
1. Transparansi, keterbukaan informasi pada pemerintahan Desa Puncak cukup
baik terhadap masyarakat desa. Hanya saja, pemerintah desa puncak tidak
memberikan informasi yang sebenarnya kepada pemerintah tingkat atas
sehingga ada beberapa hal yang disembunyikan dalam nilai nominal
APBDesa yang dilaporkan ke pemerintah tingkat atas.
2. Akuntabilitas, tanggungjawab atau akuntabilitas pemerintah Desa Puncak
dapat dikatakan belum akuntabel karena adanya perbedaan laporan yang
terjadi. Selain itu, pemerintah desa puncak melakukan manipulasi laporan
keuangan kepada pemerintah tingkat atas.
3. Partisipasi masyarakat Desa Puncak dikatakan cukup baik karena antusias
masyarakat desa dalam setiap kegiatan-kegiatan desa dan dalam menjaga
dan memelihara desa dan fasilitas-fasilitasnya.
B. Saran
Sebaiknya pengelolaan keuangan desa harus memperhatikan prinsip-
prinsip good village governance. Pengadaan media informasi yang dapat diakses
melalui internet termasuk inovasi yang harus dikembangkan agar prinsip
transparansi terlaksana secara maksimal dan seluruh elemen masyarakat
76
dengan mudah mengakses informasi-informasi yang dibutuhkan. Sendangkan,
Akuntabilitas setiap aparatur pemerintahan juga harus ditingkatkan dengan
memilih aparat pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan dan tugas masing-
masing serta pengawasan pengelolaan keuangan yang harus diperketat.
Masyarakat desa juga harus berpartisipasi aktif dalam evaluasi pengelolaan
keuangan desa untuk kesejahteraan dan tegaknya prinsip good village
governance di Desa Puncak.
77
DAFTAR PUSTAKA
Alwindria, Yoga, Taufeni Taufik, dan Nur Azlina. 2019. Analisis Transparansi
Partisipasi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus
pada Desa Sako Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau Tahun Anggaran 2018). Indonesian Journal of Accounting
and Governance, vol. 3 no. 2 : 259-282.
Aminudin, Achmad. 2019. Implementation of Good Village Governance in Village
Development. Journal of Public Administration and Local Governance,
Volume 3 Nomor 1: 1-17.
Arsik, Selfianti Faisal dan Herman Lawelai. 2020. Penerapan Akuntabilitas,
Efektivitas, dan Transparansi dalam Mewujudkan Good Governance:
Studi Pemerintah Desa Banabungi. JSIP: Jurnal Studi Ilmu
Pemerintahan, Volume 1 Nomor 1: 1-7.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
revisi. Rineka Cipta: Bandung
Asmawati, Ika dan Prayino Basuki. 2019. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa.
Jurnal Studi Akuntansi dan Keuangan. Vol. 2(1): 63 – 76.
Atmadja, A. T., and K. A. K. Saputra. 2018. Determinant Factors Influencing the
Accountability of Village Financial Management. Academy of Strategic
Management Journal.
Ayumiati, Isnaliana, dan Jalilah. 2019. Transparansi Pengelolaan Dana Desa di
Kabupaten Bireun. Jurnal Ekonomi dan Manajemen Teknologi, 3(2): 61-
69.
Dewi, Dyah Evita dan Priyo Hari Adi. 2019. Transparansi, Akuntabilitas,
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Dana Desa
terhadap Pembangunan Desa di Desa Candirejo Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang. Edunomika, Vol. 03, No. 02: 287-299.
Dwijosusilo, Kristyan dan Siti Shafiyah. 2020. Partisipasi Masyarakat Dalam
Pemanfaatan Dana Desa untuk Pembangunan Infrastruktur di Desa
Klobur Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang. Jurnal Ilmiah
Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial 2 (2): 143 – 156.
Fatimah, St., Hamsinah, Muhammad Yunus, dan Hasniati. 2021. Determinant
Factors of Low Women's Participation in Development Planning in
Jayapura Regency. International Journal of Multicultural and
Multireligious Understanding (IJMMU). 8(1): 290-299.
78
Febryani, Hilalliatu. 2016. Analisis Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa Pada Prinsip Habluminallah, Habluminannas Dan
Hablumminal’alam Dalam Pencapaian Good Governance (Studi Kasus
Di Desa Mamben Daya Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok
Timur). 6 (1): 12-20.
Gulo, Elkarya, Dina Arfianti, dan Yonson Pane. 2020. Analisis Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi Kasus di Desa Hiliwalo’o-I Kecamatan
Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Jurnal Akuntansi Bisnis Eka Prasetya
(JABEP), Vol. 6, No. 1: 1-14.
Halim, B. dan M. S. Kusufi. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Daerah Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
H., Nugraha , A., & Huda, M. 2019. Akuntabilitas Dana Desa (Kajian Tentang
Akuntabilitas Dana Desa Di Kecamatan Masalembu, Kabupaten
Sumenep). JIP (Jurnal Ilmu Pemerintahan) : Kajian Ilmu Pemerintahan
Dan Politik Daerah, 4(1): 39-46.
Hardiwinoto.2017.Good Governance Government. Clean Good Government.
Hariandja, Tioma Roniuli dan Nanang Tri Budiman. 2020. Transparansi dalam
Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa. IJLIL:
Indonesian Journal of Law And Islamic Law. 2 (2): 263-277.
Hendrawati, Erna dan Mira Pramudianti. 2020. Partisipasi, Transparansi, dan
Akuntabilitas Perencanaan dan Penganggaran Dana Desa. Jurnal Riset
Akuntansi Kontemporer, 12(2):100-108.
Ismawan, Fiki Hendy dan Tantina Haryati. 2021. Transparansi, Akuntabilitas,
Partisipasi Masyarakat pada Pengelolaan Alokasi Dana Desa Terhadap
Pembangunan Desa. Prosiding Seminar Nasional Akuntansi. 1(1): 506-
512.
Julita, Eva dan Syukriy Abdullah. 2020. Transparansi dalam Pengelolaan Dana
Desa (Studi di Kecamatan Sukakarya Kota Sabang). Jurnal Ilmiah
Maasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA). Vol.5, No.2: 213-221.
Kampen, J.K. .2009. Good governance at the local level: toward a global village
or a city republic ?. Economic and Environmental Studies, Vol. 9(1): 11-
29.
Kartika, Ray Septianis. 2012. Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi
Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo. Jurnal Bina Praja, Volume 4
No. 3 : 179 – 188.
79
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2017. Buku Pintar Dana Desa, Dana
Desa Untuk Kesejahteraan Masyarakat. KemenkeuRI: Jakarta.
Kumalasari, D. dan Riharjo, I.B., 2016. Transparansi dan akuntabilitas
pemerintah desa dalam pengelolaan alokasi dana desa. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi (JIRA), 5(11).
Kusuma, B. H. 2016. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap
Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Mediasi.
Jurnal Akuntansi Maranatha, 8(2), 203-213.
Mais, Rimi Gusliana dan Lini Palindri. 2020. Penerapan Prinsip Akuntabilitas Dan
Transparansi Dalam Mengelola Keuangan Desa. Jurnal Akuntansi dan
Governance, Vol. 1 (1): 57-66.
Malumperas, Michael Hardi Jani, Hendrik Manossoh, dan Sonny Pangerapan.
2021. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Di
Desa Bowongkali, Kecamatan Tabukan Tengah Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara). Jurnal EMBA. 9 (1): 266-272.
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Cetakan ke-
36. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyani, Sri, Harry Suharman, Srihadi Winarningsih, dan Citra Sukmadilaga.
2018. Peran Anggaran Partisipatif, Good Village Governance dalam
Meningkatkan Pembangunan Desa. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi
Ipteks untuk Masyarakat. Vol. 7, No. 3: 203 – 208.
Nahruddin, Zulfan. 2014. Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Dana
Alokasi Desa Di Desa Pao-Pao Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten
Barru. Otoritas Jurnal Ilmu Pemerintahan. 4(2).
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana: Jakarta
Nordiawan, Deddi, Iswahyudi Sondi Putra dan Maulidah Rahmawati. 2012.
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : Salemba Empat.
Nugroho, S., A.F. Wijaya dan M. Said. 2015. Pengembangan Kapasitas Aparatur
Pemerintah Desa dalam Upaya Mewujudkan Good Governance. Jurnal
Administrasi Publik (JAP), 1 (5), 1010-1015.
Nur, Sri Wahyuni dan Fitri. Peningkatan Transparansi, Akuntabilitas, dan
Partisipatif Melalui Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa
Tellumpanuae Kabupaten Maros. Jurnal Dedikasi Masyarakat, 3(1):1–9.
80
Pakaya, N., Rorong, A., & Tulusan, F. (2019). Transparansi Pengolaan Badan
Usaha Milik Desa (bumdes) di Desa Kamanga Kecamatan Tompaso.
Jurnal Administrasi PUBLIK, 5(74).
Rakhmawati, Intan, Yunita Sriningsih, dan Wirawan Suhaedi. 2020. Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan Desa. Jurnal Binawakya,
Volume 14, Nomor 9: 3243-3248.
Rini, Romana. 2019. Pengaruh Responsibilitas Pemerintah Desa terhadap
Peningkatan Sumber Daya Manusia. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Vol. 8 No. 4 : 329-332.
Riskawati, T.H. Amaliah., A. Lukum. 2016. Analysis Of Local Government
Performance In Managing Distribution Of Village Funds (Case Study In
Kalia Village, Talatako SubDistrict, Tojo Una-Una District). Journal of
Accounting and Business Education, Vol 1 (1).
Rokhati, Ana, Saifudin, dan Dian Triyani. 2020. Pengelolaan Alokasi Dana Desa:
Akuntabilitas Dan Transparansi (Studi Kasus Pada Desa Ginggangtani,
Kecamatan Gubug, Kabupaten Groboga). Majalah Ilmiah Solusi, 18(1).
Safitri, Teti Anggita dan Rigel Nurul Fathah. 2018. Pengelolaan Alokasi Dana
Desa dalam Mewujudkan Good Governance. Jurnal Litbang Sukowati,
Volume 2 Nomor 1 : 89 ‐ 105.
Sahrullah,Qalbi Istiqamah, Ayu Retno Wahyuni Transparansi dan Akuntabilitas
Laporan Keuangan Desa (Studi Kasus Pada Desa Maradekaya
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa). Uniqbu Journal of Social
Sciences (UJSS), 1(3): 94-104.
Salle, A. 2016. Makna transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah. Keuda:
Jurnal Kajian Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 1(1).
Satriajaya, Johan. 2018. Reinventing Village Government Dalam Penganggaran
Desa Menuju Good Village Governance. Jurnal Studi Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 1 (1) : 1 – 16.
Setiawati, Budi dan Ahmad Farhani. 2019. Analisis Kinerja Pemerintah Desa
untuk Pembangunan Infrastruktur Jalan Usaha Tani di Desa Matarah
Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito Timur. PubBis : Jurnal Ilmu
Administrasi Publik & Bisnis, Vol. 3, No. 2: 162-178.
Siregar, Maju. 2020. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Desa terhadap
Pembangunan Desa (Studi Kasus Di Desa Paluh Manis, Kecamatan
Gebang, Kabupaten Langkat). Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol. 4 No. 2.
81
Sopanah, 2015, Dibalik Ceremonial Budgeting “Rembug Desa Tengger”
Partisipasi Nyata Dalam Pembangunan, Proceeding Simposium
Nasional Akuntansi XVIII, Medan.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sujana, Edy, Komang Adi Kurniawan Saputra, dan Daniel T. H Manurung. 2020.
Internal Control Systems and Good Village Governance to Achieve
Quality Village Financial Reports. International Journal of Innovation,
Creativity and Change, Volume 12, Issue 9.
Sukmawati, Fitri dan Alfi Nurfitriani. 2019. Pengaruh Transparansi dan
Akuntabilitas terhadap Pengelolaan Keuangan Desa (Studi pada
Pemerintah Desa di Kabupaten Garut). Jurnal Ilmiah Bisnis, Pasar
Modal, dan UMKM, Volume 2, Nomor 1: 52-66.
Suripatty, Roberthair dan Arce Yulita Ferdinandus. 2020. Transparansi
Penyaluran Dan Pengelolaan Dana Desa terhadap Pemanfaatan
Pemberdayaan Masyarakat Papua di Kabupaten Sorong Propinsi
Papua Barat. Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, Vol.13, No.2: 1-7.
Susliyanti, Eni Dwi. 2016. Transparansi Dan Akuntabilitas Alokasi Dana Desa
(Studi pada Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul Tahun
2015). Prosiding Forum Keuangan dan Bisnis V.
Syamsi, Syahrul. 2014. Partisipasi Masyarakat dalam Mengontrol Penggunaan
Anggaran Dana Desa. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 3,
No. 1: 21-28.
Tambuwun, Fernando Victory, Harijanto Sabijono, dan Stanly W. Alexander.
2018. Analisis Transaparansi dan Akuntabilitas Otonomi Desa dalam
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Alokasi Dana Desa di Desa
Kauneran Satu Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concern. 13 (4): 76-84.
Taufik, Taufeni. 2009. Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Sistem Keuangan
Negara Republik Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Riau. 17(10)
Tulis, Yulius Galendra, Intiyas Utami, dan Aprina Nugrahesthy Sukistya H.
2018.Village Fund Management Transparency : A Lesson Learned.
Journal Of Accounting And Strategic Finance. 1 (2).
Wardani, Dewi Kusuma dan Ratih Ranika Putri Utami. 2020. Pengaruh
Transparansi Pengelolaan Keuangan Dana Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Sidoharjo. Jurnal
Kajian Bisnis, vol. 28 No.1 : 35-50.
82
Wardani, Putri Pramudya. 2021. Akuntabilitas dan Transparansi dalam
Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus Desa Kademangan Kabupaten
Jombang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya. 9(2)
Widodo, Teguh dan Suharyono. 2021. Pengaruh Perencanaan serta
Pelaksanaan dan Penatausahaan terhadap Pertanggungjawaban
Keuangan BUMDES di Kabupaten Bengkalis. At-Tadbir: Jurnal Ilmiah
Manajemen. 5 (1): 35-46.
BIOGRAFI PENULIS
Pajrul Khair Asiz pangggilan Pajrul lahir di Sinjai pada
tanggal 23 Januari 1999 dari pasangan suami istri Bapak
Abd Asiz, S.Pd dan Ibu Hasni Arif, S.Pd. Peneliti anak
Pertama dari Dua Bersaudara. Peneliti bertempat tinggal di
Sinjai Selatan, Bikeru.
Menyelesaikan pendidikan di SD Negri 43 Bontopedda pada tahun 2010,
Melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sinjai Selatan dan
lulus pada tahun 2013, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 1 Sinjai Selatan, lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 penulis
melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar dan diterima
sebagai salah satu mahasiswa pada Fakults Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akutantansi Strata satu(S1).