21
MAKALAH INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER “INPUT DAN OUTPUT MANUSIA” Untuk memenuhi matakuliah Interaksi Manusia dan Komputer oleh Bapak Muhammad Iqbal Akbar Disusun Oleh : Ananda Putri Syaviri : 130533608243 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FEBRUARI 2016

Ananda Putri Syaviri_ 130533608243 (IMK) - IO Manusia.docx

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

“INPUT DAN OUTPUT MANUSIA”

Untuk memenuhi matakuliah Interaksi Manusia dan Komputer oleh Bapak Muhammad Iqbal Akbar

Disusun Oleh :

Ananda Putri Syaviri : 130533608243

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

FEBRUARI 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manusia adalah sistem pemroses informasi. Manusia dipandang sebagai sistem pemroses

informasi karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek dalam interaksi manusia dan

komputer. Sebagai sistem pemroses informasi tentunya, manusia harus dapat menerima dan

menanggapi informasi tersebut melalui saluran input dan output dari manusia tersebut.

Kemudian informasi tersebut harus dapat diingat dalam ingatan atau memori manusia serta

informasi tersebut harus dapat di proses dan diaplikasikan dalam berbagai cara untuk berbagai

keperluan.

Kemampuan manusia dalam mendesain pemrosesan informasi yang didapatkan berbeda-beda

antara satu orang dan lainnya. Kapasitas manusia satu dengan yang lainnya dalam meneria

rangsang dan memberi reaksi berbeda-beda dan hal ini menjadi factor yang harus diperhatikan

dalam merancang interface suatu interaksi antara manusia dan komputer.

Piranti input adalah segala instrument perlatan dan mekanisme yang dapat digunakan untuk

memasukkan informasi ke dalam sistem pemroses informasi (manusia) itu sendiri. Sedangkan

piranti output adalah segala instrument perlatan dan mekanisme yang dapat digunakan untuk

mengaplikasikan informasi tersebut dalam berbagai keperluan oleh sistem pemroses informasi

(manusia) tersebut.

Dari uraian diatas maka untuk dapat merancang suatu interaksi anatara manusia dan

komputer yang baik, maka perlu mengenal apa saja piranti atau saluran input dan output pada

manusia.

1.2. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas matakuliah Interaksi Manusia dan Komputer.

2. Untuk mengetahui dan memahami saluran input maupun output pada manusia.

1.3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjabaran latar belakang dari penulisan makalah ini, hal-hal yang akan dibahas

sebagai suatu rumusan masalah adalah:

1. Apa saja piranti atau saluran input pada manusia?

2. Apa saja piranti atau saluran output pada manusia?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Saluran Input Pada Manusia

Input pada mausia terjadi umumnya melalui panca indera yang terdiri dari penglihatan,

pendengaran, perabaan, rasa dan penciuman. Tiga jenis panca indra pertama memiliki peran

penting dalam interaksi manusia dan komputer, sedangkan dua yang terakhir belum terjadi focus.

Saluran masukan (input) utama pada manusia terletak pada panca indera. Dari saluran ini

manusia bisa menerima informasi dari komputer. Semua informasi yang didapat akan diproses,

diolah di dalam memori hingga menghasilkan suatu keluaran (output) yang sesuai dengan

informasi yang diterima. Saluran input pada manusia, antara lain :

1. Mata : Berfungsi untuk melihat benda, ukuran, warna, bentuk, kepadatan dan tekstur.

2. Telinga : Berfungsi sebagai input pendengaran, untuk mendengarkan nada, warna nada,

pola titik nada, intensitas dan frekuensi.

3. Hidung : Berfungsi untuk membedakan bau yang ada di sekeliling.

4. Lidah :Sebagai indera perasa, untuk membedakan rasa manis, asam, asin dan pahit

5. Kulit : Yang membungkus tubuh manusia, berfungsi untuk merasakan tekanan dan suhu.

Berikut penjelasan dari tiap panca indera yang memiliki fungsi sebagai saluran input manusia

dalam interaksi manusia dan komputer:

A. MATA

Mata manusia digunakan untuk menghasilkan persepsi yang terorganisasi terhadap

gerakan, ukuran, bentuk, jarak, posisi relatif, tekstur dan warna. Pada kehidupan sehari-hari,

mata digunakan untuk melihat semua bentuk tiga dimensi sedangkan pada dunia komputer yang

menggunakan layar dua dimensi, mata dipaksa untuk mengerti bahwa obyek yang ada di layar

komputer harus dipahami sebagai obyek tiga dimensi dengan teknik tertentu. Ada dua langkah

yang dilakukan manusia setelah menerima informasi, yaitu :

1. Menerima informasi dari luar.

2. Memproses dan menginterpretasikan informasi yang diterimanya itu. (saluran output)

PENGLIHATAN

Kegunaan mata adalah menerima cahaya dan mentranformasikannya menjadi energi listrik

bagi otak. Cahaya direfleksikan dari obyek dan citra obyek dipusatkan di belakang mata secara

terbalik. Receptor mata kemudian mentransformasikannya menjadi sinyal listrik dan disalurkankan

ke otak. Sistem utama mata terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

Eye : Kornea dan lensa yang terletak di bagian depan mata yang memfokuskan obyek ke

bagian belakang mata yang disebut retina

Retina : Retina terdiri dari photoceptor dan sel syaraf yang disebut ganglion cells.

Photoreceptor pada Retina sensitif terhadap cahaya dan terdiri dari dua jenis

photoreceptor, yaitu rod dan cone.

Rod sangat sensitif terhadap cahaya, sehinggamemungkinkan melihat obyek dengan

tingkat iluminasi yang rendah, namun tidak dapat menganalisis obyek yang sangat

detail.

Cone tidak terlalu sensitif terhadap cahaya. Terdapat tiga jenis cone yang masing-

masing sensitif terhadap panjang gelombang cahaya yang berbeda yang

memungkinkan manusia dapat mengenali warna. Mata manusia memiliki kurang

lebih 6 juta cone yang terkonsentrasi pada sebagian kecil daerah retina yang disebut

fovea.

Ganglion cells/ Neural pathway : 80% merupakan operasi dari saraf-saraf otak. Ganglion

cells terdiri dari dua jenis ganglion cells, yaitu :

Xcells yang terkonsentrasi di fovea dan bertanggung jawab terhadap proses awal pe-

ngenalan pola, dan

Y-cells yang tersebar di retina dan bertanggung jawab pada proses awal pengenalan

gerakan.

Rod dan Cone adalah dua sel utama yang terdapat pada mata, yang peka terhadap cahaya. Sel

syaraf juga ada dua macam, yaitu X-cell yang ada di fovea, berfungsi untuk mendeteksi pola,

sementara Y-cell yang ada di sepanjang retina berfungsi untuk mendeteksi gerakan lewat cahaya

yang masuk. Rod sensitif terhadap cahaya karena hanya bisa mendeteksi cahaya dan tidak bisa

mendeteksi warna. Rod berfungsi baik pada malam hari tetapi cenderung akan menjadi jenuh

ketika menerima cahaya yang begitu terang. Rod bisa menerima cahaya yang masuk sekitar 120

juta cahaya per mata. Cone adalah suatu sel yang berfungsi untuk mendeteksi warna dari cahaya

yang masuk ke mata. Cone bisa mendeteksi warna merah, hijau, biru dan kuning. Setiap warna

yang masuk bisa dipisahkan menjadi berbagai warna secara rinci. Cone bisa mendeteksi warna

yang masuk sekitar 6 juta per mata.

Penglihatan manusia merupakan hal yang kompleks dengan batasan fisik dan persepsi dan

menjadi sumber utama informasi. Kita dapat membagi penglihatan menjadi dua tahap,

penerimaan stimulus dari luar secara fisik, dn pemrosesan serta interpretasi stimulus tersebut.

Kedua tahap tersebut harus dipahami, karena keduanya mempengaruhi bagaimana system

computer akan dirancang. Pada satu sisi, karakteristik fisik mata dan sistem penglihatan memiliki

keterbatasan beberapa hal yang tidak dapat dilihat oleh manusia, dilain pihak, kemampuan

interprestasi oleh pemrosesan visual memungkinkan gambar atau citra dikonstruksikan dari

informasi yang tidak lengkap.

Penglihatan manusia mempunyai keterbatasan, sedangkan sistem interpretasi (otak) bisa

membuat suatu kesimpulan yang tidak lengkap. Oleh karena itu pemrogram harus memahami

kedua sistem itu agar dapat menciptakan suatu interface yang sempurna sehingga terjadi interaksi

yang baik antara user dengan komputer. Cahaya yang masuk ke mata melalui lensa akan

difokuskan ke retina. Retina adalah lapisan sel yang peka cahaya, terdiri dari rod dan cone.

Setelah sampai ke retina, sinyal diteruskan ke fovea yang ada di sepanjang retina dan kemudian

dikirimkan ke kepala melalui syaraf otak yang berhuungan dengan mata lewat optic nerve.

KONSEP PENERIMAAN RANGSANGAN FISIK

Konsep utama penerimaan rangsangan fisik adalah seperti berikut :

1. Mengubah cahaya menjadi sinyal ke arah saraf-saraf otak

2. Merefleksikan obyek

3. Fokusing gambar

4. Terang gelap cahaya dan pewarnaan

5. Ganglion cell mendeteksi pola dan gerakan

Interpretasi Sinyal

Interpretasi sinyal meliputi:

1. Ukuran dan kedalaman

– Sudut pandangan manusia mengindikasikan seberapa banyak area dari objek yang

tertangkap (berhubungan dengan ukuran dan jaraknya dari mata).

– Ketajaman pandangan : kemampuan untuk mempersepsikan detail yang sangat baik

dengan keterbatasan pandangan yang dilakukan mata untuk memberi gambaran dari

objek yang dipandang tersebut dengan jelas dan detail, sehingga otak bisa memproses

sinyal yang masuk dan menghasilkan output dari sinyal tersebut.

2. Kecemerlangan cahaya (brightness)

- Ketajaman pandangan juga dipengaruhi oleh kecemerlangan cahaya dan kejelasan

objek (luminance).

- Semakin besarnya kejelasan suatu objek (luminance) sebagaimana halnya kekeruhan

pandangan dengan banyaknya kedipan (flicker) yang terjadi.

3. Warna

Warna terbentuk dari :

a) Hue (corak), bentuk dari bermacam warna dlm corak yg berbeda. Semakin tinggi nilai

suatu corak, semakin cerah dan jelas warna yg ditampilkan, Hue membantu kita

membedakan satu warna dari yang lain.

b) Intensity (intensitas), kecerahan dari suatu warna. Contoh : fitur “color balance” utk

mengatur intensitas warna.

c) Saturation (kejenuhan/jumlah putih pada warna). Semakin sedikit unsur putih dari

warna, semakin gelap arna tersebut. Semakin banyak unsur putih, warna akan

semakin jenuh.

Aspek-aspek Pemakaian Warna

Aspek Psikologis

- Hindari warna tajam secara simultan, membuat mata menjadi lelah.

- Hindari warna biru murni utk penggunaan teks, garis tipis dan bentuk yang sangat

kecil. (ketajaman pandangan untuk warna biru paling rendah)..

- Hindari warna yang berdekatan (yang hanya berbeda dalam warna biru presentase

biru saja yang akan terlihat).

- Perlu pengaturan pencahayaan dalam ruangan karena warna akan berubah ketika

cahaya berubah.

- Hindari penempatan warna merah dan hijau secara berseberangan untuk tampilan

yang berskala besar, lebih baik pakai warna biru dan kuning.

Aspek Perseptual

– Tidak semua warna mudah dibaca, umumnya warna background adalah warna yang

cenderung lebih gelap, pilih warna yang sesuai untuk menampilkan informasi.

Aspek Kognitif

– Jangan gunakan warna yang berlebihan

– Warna yang sama bisa membawa pesan yang berbeda

– Urutan warna sesuai dengan posisi spektralnya

– Kecerahan dan saturasi akan lebih menarik perhatian          

– Waspada terhadap manipulasi warna yang tidak linear pada layar tampilan dan bentuk

cetakan.

4. Sistem visual/Proses

Sudut visual menentukan ketajaman sinyal yang masuk ke dalam mata sehingga akan

mempengaruhi otak dari apa yang dilihat. Sudut visual dibentuk ketika mata bergerak ke kiri

terjauh dan ke kanan terjauh, yaitu dibagi menjadi 4 sudut :

- Sudut pertama : dimana kedua mata mampu melihat sebuah objek dalam kondisi yang

sama (penglihatan Binokuler).

- Sudut kedua : dimana tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kiri saat mata kiri

bergerak ke sudut paling kiri (penglihatan Monokuler kiri).

- Sudut ketiga : dimana tempat terjauh yang dapat dilihat oleh mata kanan saat mata

kanan bergerak ke sudut paling kanan (penglihatan Monokuler kanan).

- Sudut keempat : tempat buta (tempat yg sama sekali tidak bisa dilihat oleh mata).

Perbedaan penglihatan manusia antara siang dan malam memiliki sudut yang berbeda. Pada

siang hari mata bisa melihat sejauh jarak pandang sedangkan pada malam hari, penglihatan lebih

terbatas. 

B. TELINGA

MENDENGAR

Kita sering meramehkan besarnya informasi yang dapat dikumpulkan oleh indera

pendengaran. Sistem auditory (pendengaran) memiliki kapasitas yang sangat besar untuk

mengumpulkan informasi mengenai lingkungan sekitar. Jika kita menutup mata sejenak dan

memfokuskan pada kerja indera pendengaran, kita dapat mendengar obyek apa saja yang ada di

sekitar kita dari suaranya. Dan dari suaranya pula kita dapat memperkirakan ke mana obyek

tersebut akan berpindah dan berapa jaraknya dari kita. Pendengaran dapat merespon otak kita.

Coba tutup mata, apa yang bisa didengar?. Otak bisa mengidentifikasi suara tersebut seperti asal

suara, arah datang, nada dan maksud dari suara itu. Oleh karena itu suara dianggap sebagai

pandangan kedua (secondary vision).

Telinga manusia diawali dengan adanya getaran di udara atau dikenal sebagai gelombang

suara. Telinga menerima gelombang suara dan mentransmisikannya ke sistem syaraf auditory

melalui berbagai tahap. Tahap ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Telinga bagian luar (outer ear): telinga bagian luar ini berfungsi untuk melindungi

telinga bagian dalam yang sensitive terhadap kerusakan, kotoran, dan mempertahankan

suhu yang konstan. Selain itu juga befungsi untuk menguatkan suara atau memperkuat

gelombang suara (amplify) dari beberapa jenis suara. Telinga bagian luar terdiri dari dua

bagian, yaitu:

- Pinna yang melekat pada bagian yang melekat pada kepala

- Auditory canal yang melewatkan gelombang suara ke telinga bagian tengah.

2. Telinga bagian tengah (middle ear): telinga bagian tengah merupakan lubang kecil

yang terdiri dari tulang-tulang terkecil dalam tubuh manusia yang disebut ossicles.

Gelombang suara dilewatkan melalui auditory canal dan menggetarkan gendang telinga,

kemudian pada akhirnya ke ossicles yang kemudian melewatkan getaran tersebut ke

cochlea dan telinga bagian dalam. Fungsi telinga bagian tengah adalah mentransmisikan

gelombang suara dengan gendang telinga (ear drum) dalam bentuk getaran, kemudian

melewati telinga bagian dalam melalui malleus, incus dan stapes (stirrup). Telinga

bagian dalam terhubung dengan:

- Telinga bagian luar oleh sebuah gendang telinga yang disebut membrane tympanic

- Telinga bagian dalam oleh cochlea.

3. Telinga bagian dalam (inner ear): merupakan transmitter kimiawi. Bergetarnya stapes

menyebabkan gelombang tekanan dan cochlea yang menyediakan cairan mendeteksi

adanya sinyal dan mengirim nya ke otak melalui syaraf pendengaran (auditory nerve).

Pada telinga bagian dalam ini terdapat liquid—filled cochlea yang memiliki sel-sel

rambut halus yang disebut dengan cilia. Cilia berfungsi untuk merespon getaran dari

telinga bagian tengah dan mentransmisikan reaksi kimia ke syaraf auditory

(pendengaran).

C. PERABA (HAPTIC)

Peraba memungkinkan kita memperoleh informasi mengenai lingkungan sekitar kita. Dari

perabaan, kita dapat mengetahui : apakah sesuatu itu panas atau dingin. Kita juga memperoleh

umpan balik dari perabaan pada saat akan mengangkat / menyentuh suatu benda. Dari umpan

balik tersebut, kita dapat menentukan kecepatan, tekanan dan akurasi gerakan perabaan (saluran

output).

Pada beberapa user, mungkin indera perabaan ini tidak terlalu penting dibandingkan dengan

penglihatan dan pendengaran. Namun bagi user yang memiliki kekurangan dalam kedua indera

tersebut, perabaan adalah sarana berinteraksi dengan benda lain seperti komputer. Manusia

menerima rangsangan (stimuli) melalu kulit. Kulit memiliki tiga jenis sensor penerima (sensory

receptor), yaitu:

• Thermoreceptors : panas dan dingin

• Nociceptors : pada tekanan yang intens, rasa sakit

• Mechanoreceptors : tekanan (beberapa tekanan seketika / segera, beberapa tekanan yang

terus menerus)

2.2. Saluran Output Pada Manusia

Saluran output pada manusia, antara lain :

- Mata- Suara- Jari-jari dan tangan

A. MATA

KONSEP PEMROSESAN DAN PENTERJEMAHAN RANGSANGAN VISUAL:

1. Manusia dapat melihat obyek secara koheren,

2. Mengenali benda yang terletak pada jarak yang berbeda

3. Mengenali perbedaan warna.

Pada bagian ini, pengenalan visual manusia terhadap obyek dapat dikelompokkan menjadi

pengenalan terhadap ukuran dan tinggi, pencahayaan (brightness) dan warna.

PENGENALAN UKURAN (Size) DAN TINGGI (Depth)

Persepsi manusia terhadap obyek (misalnya 1 almari) akan tetap walaupun :

- jarak antara mata dengan obyek berubah.

- sudut pandang obyek tersebut berubah

Hal ini disebut hukum konsistensi ukuran (Law of size constancy) dan menunjukkan bahwa per-

sepsi manusia tidak hanya bergantung pada ukuran tetapi juga pada ketinggian (depth).

Pengenalan terhadap obyek bergantung kepada visual angle: (berkaitan dengan ukuran dan jarak)

dan Visual acuity (berkaitan dengan detail obyek). Kelebihan kemampuan sistem visual manusia

dalam mengenali obyek adalah:

- Mampu mengidentifikasi obyek yang sama (dua almari yang sama) walaupun ukurannya

berbeda

- Mampu memperkirakan jarak obyek (1 almari) berdasarkan informasi ukuran

Visual Angle

Sudut penglihatan (visual angle) didefinisikan sebagai sudut yang terjadi saat mata melihat

obyek dihadapannya secara vertikal.Visual angle umumnya diukur dalam derajat (degree) atau

minutes of arc dengan 1 derajat sama dengan 60 minutes of arc, dan 1 minute of arc sama dengan

60 seconds of arc. Fakta tentang visual angle :

- Jika dua obyek terletak pada jarak yang sama, obyek yang lebih besar akan memiliki sudut

pandang yang lebih besar.

- Jika dua obyek berukuran sama terletak pada jarak yang berbeda, maka obyek terjauh akan

memiliki sudut pandang terkecil.

Kesimpulannya :

Ukuran suatu obyek ditentukan oleh sudut pandang (visual angle), dimana visual angle

dipengaruhi oleh ukuran obyek dan jaraknya terhadap mata. Jika sudut pandang suatu obyek

terlalu kecil, maka obyek tersebut tidak dapat dilihat oleh manusia.

Visual acuity

Ketajaman penglihatan (visual acuity) adalah sudut penglihatan minimum ketika mata masih

dapat melihat obyek secara detil.

PENGENALAN CAHAYA

Obyek dapat menghasilkan cahaya atau memantulkan cahaya. Besarnya intensitas cahaya

yang dipantulkan atau dihasilkan oleh permukaan obyek disebut Luminance. Satuan luminans

adalah satuan lilin/meter persegi.

- Luminance: 10-6~107 mL

- Absolute threshold: 10-6 mL

- Comfortable reading: 1~100 mL

- Colorless vision 10-6 ~ 10-1 mL

- Color vision 1 ~ 107 mL

Mata dapat menerima cahaya dari Obyek. Reaksi subyektif mata terhadap cahaya yang

dipancarkan atau dipantulkan suatu obyek disebut Kecerahan (Brightness). Nilai kecerahan

bersifat kualitatif subyektif. , artinya suatu obyek tidak dapat diukur (tidak mempunyai satuan).

Kedetailan gambar (Visual acuity) meningkat seiring dengan meningkatnya luminance, dan ini

mungkin yang dijadikan alasan untuk menggunakan luminance tinggi. Tetapi ternyata, jika

luminans bertambah tinggi, flicker juga bertambah. Flicker yaitu kilatan cahaya yang cepat dan

singkat. Flicker dapat lebih mudah dikenali pada peralatan vision (peripheral vision), dimana

semakin besar display, maka semakin besar pula peralatan vision, sehingga semakin

jelas tampaknya flicker.

Hubungan mata (visual acuity) dengan luminans dan flicker

Visual acuity meningkat dengnan meningkatnya luminans dan flicker. Semakin besar

luminans, maka diameter anak-mata (pupil) akan semakin mengecil, sehingga intensitas cahaya

yang diterima retina tidak terlalu besar, dan akan meningkatkan kedalaman fokusnya (deep of

field). Tetapi semakin besar luminans, semakin besar pula flickernya. Untunglah mata dapat

menangkap kesan sinar yang dihidup-matikan silih berganti secara cepat (flicker) pada waktu

yang cukup lama.

Hal yang sama terjadi pada kamera saat kita mengatur diafragma pada lensa, semakin kecil

diafragma, maka besar intensitas cahaya yang masuk akan semakin kecil juga, namun

kedalamannya (deep of field) semakin besar.

Kontras adalah hubungan antara intensitas cahaya yang dikeluarkan atau dipantulkan oleh

suatu obyek dengan intensitas cahaya dari latarbelakang (background) obyek tersebut. Secara

matematis, hubungannya adalah sebagai berikut : Kontras = (selisih luminans obyek dengan

luminans background) dibagi luminans background. Semakin besar luminans background, maka

semakin kecil kontrasnya.

PENGENALAN WARNA

Mata dapat mengenali warna karena cones pada retina bersifat sensitif terhadap cahaya

dengan panjang gelombang yang berbeda. Fovea pada retina memiliki vision yang terbaik

terhadap warna dan buruk pada bagian retina yang didominasi rods.

- Hanya 3 – 4 % fovea terdiri atas cones yang sensitif terhadap warna biru sehingga acuity

terhadap warna tersebut rendah. Atau boleh dikatakan acuity terhadap warna bitu adalah

paling rendah.

- Fakta bahwa 1 % dari wanita dan 8 % dari pria menderita kelainan buta warna (colour

blindness) yang umumnya tidak dapat membedakan warna hijau dengan Merah.

Warna memiliki tiga komponen utama, yaitu hue, intensitas, dan saturation.

1. Hue : ditentukan oleh panjang gelombang spektrum cahaya. Kemampuan manusia rata-rata

dapat mengenali +- 150 hue yang berbeda.

- Biru memiliki panjang gelombang yang kecil,

- Hijau memiliki panjang gelombang sedang

- Merah memiliki panjang gelombang yang besar.

2. Intensitas menunjukkan besar kecilnya brightness dari warna.

3. Saturation adalah jumlah / kadar putih (whiteness) dalam warna.

Seperti sudah kita ketahui pada bahasan sebelumnya, kemampuan interpretasi dan eksploitasi

manusia mempengaruhi cara pengenalan sebuah obyek. Misalnya, jika kita ketahui bahwa

sebuah obyek memiliki ukuran tertentu, maka kita akan mengenalinya dengan ukuran tersebut

terlepas dari berapa jaraknya obyek tersebut dari kita. Pemrosesan visual juga memperhitungkan

pergerakan obyek. Walaupun obyek pada retina bergerak, namun obyek yang kita lihat tetap

stabil, demikian pula dengan warna dan cahaya obyek (brightness) tetap konstan meskipun

terdapat perubahan pada luminance. Kemampuan interpretasi dan eksploitasi ini dapat digunakan

untuk memecahkan masalah ambiguitas. Ambiguitas pengenalan visual dapat dipecahkan

berdasarkan kemampuan interpretasi dan eksploitasi (konteks) karena sistem pengenalan visual

mampu mengkompensasi :

- Gerakan

- Perubahan luminansi

MEMBACA

Membaca merupakan suatu topik yang sangat kompleks. Dengan membaca akan timbul suatu

persepsi untuk mengambil suatu kesimpulan. Membaca melibatkan mata yang berkedip-kedip

(saccades) dan mata yang memandang terus atau terpaku pada suatu hal pada suau saat

(fixation). Normalnya akan terjadi fixation 3 hingga 5 kali pada tiap baris yang dibaca dan pada

umumnya manusia dewasa dapat membaca tulisan yang ditulis dengan bahasa ibunya 250 kata

per menit. Pola atau jenis huruf, lingkungan dan latar belakang dari tulisan sangat menentukan

proses membaca. Selain itu efek kontras negatif dan huruf yang lebih terang akan memperbaiki

proses membaca pada layar monitor.

Persepsi dan pemrosesan teks merupakan hal khusus yang penting dalam merancang

interface yang melibatkan display tekstual. Tahapan dalam proses membaca adalah:

1. Pola visual dari kata direkam

2. Kata-kata tersebut di-dekoding menurut representasi bahasa yang bersangkutan.

3. Pemrosesan bahasa yang meliputi analisis sintkas dan semantic terhadap kalimat.

Pada saat membaca, mata bergerak terhadap teks yang dikenal sebagai regression. Orang

dewasa dapat membaca kurang lebih 250 kata permenit, dengan asumsi bahwa kata dibaca

secara serial, karakter demi karaktre. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kata dapat

dikenali secara cepat seperti halnya karakter tunggal dan kata yang sering ditemui (familiar)

dapat dikenali dari bentuk katanya. Hal ini berarti bahwa dengan mengubah bentuk kata

misalnya dengan mengganti huruf pertama kata dengan huruf besar akan mengurangi

ketepatan atau akuransi dan kecepatan membaca.

KONSEP PEMROSESAN DAN PENTERJEMAHAN RANSANGAN

Tujuan dari pemrosesan rangsangan visual adalah agar:

1. Manusia dapat melihat obyek secara koheren.

2. Mengenali benda yang terletak pada jarak yang berbeda.

3. Mengenali perbedaan warna.

B. SUARA

KONSEP PEMROSESAN SUARA

Kualitas suara tergantung dari :

- Attack (pembangkit suara.

- Sustain (penopang suara.

- Decay (pengurangan suara)

Suara adalah perubahan atau getaran pada tekanan udara. Suara memiliki beberapa karakteristik,

yaitu:

1. Pitch yang merupakan frekuensi suara. Frekuensi suara yang tinggi menghasilkan high

pitch dan sebaliknya. Manusia kurang sensitif dalam membedakan frekuensi tinggi

dibandingkan dengan membandingkan frekuensin rendah.

2. Loudness merupakan amplitude suara. Amplitude suara berubah secara proporsional

namun frekuensi tetap konstan.

3. Timbre yang berkaitan dengan tipe atau jenis suara. Suara mungkin saja memiliki pitch

dan loudness yang sama, namun jika oleh instrument yang berbeda maka akan

memberikan timbre yang berbeda.

Telinga manusia dapat mendengar frekuensi 20 Hz hingga 20KHz. Sistem auditory

melakukan filtering suara yang diterima, yang memungkinkan kita mengabaikan suara

background dan berkonsentrasi pada informasi yang penting. Namun jika suara terlalu keras atau

frekuensinya hamper sama, kita juga akan mengalami kesulitan mengidentifikasi sumber suara.

Telinga manusia dapat mendengar suara dengan amplitude 30-100 dB dan timbre dari berbagai

macam instrument. Telinga juga mampu membedakan sumber suata yang terpisah sebesar 5

derajat.

C. JARI-JARI DAN TANGAN

Kinaesthesia juga merupakan persepsi haptik yang bisa merasakan apa-apa yang disentuh.

Sentuhan memberikan umpan balik atas lingkungan dan juga indra kunci bagi mereka yang

mempunyai kekurangan pada penglihatan. Sentuhan merupakan suatu stimulus yang diterima

melalui kulit, seperti :

1. Thermoreceptors, berupa panas dan dingin (suhu)

2. Nociceptors, berupa tekanan terus-menerus, panas dan rasa sakit

3. Mechanoreceptors berupa rasa tekanan.

Gerakan (movement) mengandung dua hal penting yaitu kecepatan dan keakuratan.

Waktu gerak tergantung dari faktor usia dan kebugaran sedangkan waktu reaksi sangat

dipengaruhi oleh faktor audio dan visual. Sistem pendengaran bagi manusia mempunyai

kecepatan 150 ms sedangkan untuk visual berkisar 200 ms. Hukum Fitt’s merumuskan waktu

yang dibutuhkan untuk menekan atau menyentuh target dilayar sebagai berikut :

                      MT = a + b log2(D/S +1)

Dimana :

MT = waktu gerak

A dan b = konstanta empiris yang telah ditentukan

D = Jarak

S= Ukuran

A. Waktu reaksi bergantung pada penerimaan stimulus (rangsangan)

Seseorang dapat berekasi terhadap:

- Sinyal auditory dalam 150ms

- 200ms terhadap sinyal visual

- 700ms terhadapp rasa sakit.

Kombinasi sinyal yang diterima dapat mempercepat rekasi. Factor seperti latihan akan

mengurangi waktu reaksi, dan sebaliknya kelelahan dapat memperlambatnya.

B. Waktu pergerakan dipengaruhi oleh karakteristik fisik dari subyek.

Selain indera manusia, aksi yang sederhana menekan tombol melibatkan sejumlah tahapan

pemrosesan, yang dimulai dari stimulus yang diterima melalui sensor receptor, ditransmisikan ke

otak untuk diproses sehingga meghasilkan respon yang sesuai berupa sinyal yang kemudian

diteruskan ke otot alat gerak.

Setiap tahapan tersebut memakan waktu yang berbeda-beda, yang dibedakan menjadi dua

bagian yaitu waktu reaks (reaction time) dan waktu pergerakkan (movement time). Waktu reaksi

bergantung pada penerimaan stimulus (rangsangan). Selain kecepatan yang tergambar dalam

waktu reaksi dan pergerakkan, alat-alat lain yang digunakan untuk pengukur gerakkan adalah

akurasi. Untuk kepala dan mata, terdapat 2 cara perekaman pada mata dan kepala untuk

dikonversikan ke dalam input data, yaitu :

- Metode pertama :

Electrophysiological : perekaman dilakukan dengan pergerakan yang dilakukan oleh otot-

otot yang mengontrol mata.

- Metode kedua :

Menggunakan metode photoelectric reflection untuk merekam gerakan dalam refleksi

cahaya dari mata. Seseorang akan berinteraksi dengan dunia luar/lingkungan dapat terjadi

melalui informasi yang diterima dan dikirim.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Saluran input output manusia dalam hubungan interaksi manusia dan computer meliput:

a) Saluran Visual (Mata)

b) Saluran Auditory (Telinga)

c) Saluran Haptic (Peraba)

d) Gerakan (Movement)

2. Saluran visual atau mata berfungsi sebagai input dan ouput. Fungsi input ketika mata

digunakan untuk menerima ransangan berupa cahaya yang diterima oleh organ atau

bagian-bagian dari mata seperti retina , kornea, pupil, lensa dan lain sebagainya.

3. Saluran visual atau mata berfungsi sebagai output ketika digunakan untuk memproses

visual atau penglihatan seperti ketika membaca.

4. Saluran auditory berfungsi sebagai input ketika terdapat rangsangan yang diterima oleh

bagian-bagian dari telinga seperti telinga bagian luar, tengah dan dalam.

5. Saluran auditory berfungsi sebaga output ketika digunakan untuk memproses ransangan

suara yang telah diterima sehingga mengetahui apa yang berhasil didengar atau

ditangkap oleh telinga.

6. Saluran haptic berfungsi sebagai input ketika bagian-bagian kulit menerima ransangan

(sensor reseptor menerima ransangan berupa panas, dingin, sakit, dan lain sebagainya).

7. Gerakan atau meovement berfungsi sebagai output ketika bagian-bagian sensior

reseptor menerima ransangan aka nada gerak reaksi dan akurasi sehingga terjadi umpan

balik dari ransangan yang berhasil dirasakan.

8. Gerakan atau movement bergantung pada waktu reaksi reseptor menerima ransangan

dan waktu berdasarkan karakteristik fisik.

DAFTAR RUJUKAN :

Saluran Input dan Output Manusia. 2011. (online).

http://blognyasaya-oq.blogspot.co.id/2011/03/saluran-input-dan-output-manusia.html/. Diakses

pada tanggal 4 Februari 12.52 WIB.

Nurul, Ijtihad. Interaksi Manusia dan Komputer. 2014. (online).

https://nurulijtihad.wordpress.com/2014/08/03/interaksi-manusia-dan-komputer/. Diakses pada

tanggal 4 Februari 2016 12.52 WIB.

Jalur Input Output. 2014. (online). http://gambaranisihatiku.blogspot.co.id/2014/12/jalur-input-

output.html. Diakses pada tanggal 4 Februari 12.52 WIB.

Riyadi, Kris. Manusia dan Saluran In/Out. 2012. (online). hhtp://kuliah.wikidot.com/huma-and-

io. Diakses pada tanggal 11 Februari 23.00 WIB.