Upload
malahayati
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
1. Anatomi kelompak mata
Kelopak mata auatu palpebra mempunyai fungsi
melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi
kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.
Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit
yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang
ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva
tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya
permukaan mata sehingga terjadi keratitis et
lagoftalmus. Pada kelopak terdapat bagian-bagian
- Kelenjar : kelenjar sebasea, kelenjar moll atau
kelenjar keringat, kelenjar zeis pada pangkal
rambut dan kelnjar meibom pada tarsus.
Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan
jaringan ikat dengan kelnjar di dalamnya atau kelenjar
meibom yang bermuara pada margo palpebra. Septum orbita
yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima
orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak.
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima
orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.
Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan
jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar meibom (40 di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). Pembuluh darah
yang memperdarahinya adalah arteri palpebra.
Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak
hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunya sel
goblet yang menghasilkan musin.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di
daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada
pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal
yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata
dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung di dalam meatus inferior.
3. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata
A. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan
memberikan bentuk pada mata serta bagian putih pada bola
mata yang bersama kornea sebagai pembungkus dan
pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sklera
mempengaruhi tekanan bola mata.
B. Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput
bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.
Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola
mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:
1. Epitel
• Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel
basal, sel poligonal dan sel gepeng.
• Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel
muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
• Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan
erosi rekuren.
• Epitel berasal dari ektoderm permukaan
2. Membran Bowman
• Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
• Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
• Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat
kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen
stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah
trauma.
4. Membran Descement
• Merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membran basalnya
• Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur
hidup, mempunyai tebal 40 μm.
5. Endotel
• Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk
heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel melekat pada
membran descement melalui hemi desmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris
terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf
nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra
koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran
Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan
tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf
sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.
Trauma atau panyakkit yang merusak endotel akan
mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga
dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel
tidak mempunya daya regenerasi. Kornea merupakan bagian
mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea,
dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk
kornea dilakukan oleh kornea.
C. Aqueous Humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea
dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan darah. Adanya
pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu
lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk
dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di
dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di
sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran
di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous
humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan
pembentukannya (sebagai contoh, karena sumbatan pada
saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di
rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal
sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong
lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian
terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan
ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang
dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.
D. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang
berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening.
Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan
terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat
terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan
terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan
dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk
serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan
serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa
yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat
dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda
dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak
di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior.
Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras
dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian
perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang
menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan
siliar.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
• Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting
dalam akomodasi untuk menjadi cembung
• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media
penglihatan,
• Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior
chamber dan vitreous body dan berada di sumbu mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
• Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan
presbiopia,
• Keruh atau apa yang disebut katarak,
• Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan
menjadi bertambah besar dan berat.
E. Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang
lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang
terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen,
dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi.
Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos
Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan
vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan
sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan
vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada
pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.
F. Uvea
Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata
yang banyak mengandung pembuluh darah yaitu ; iris,
badan siliar, koroid. Iris atau selaput pelangi
mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya
sinar ke dalam bola mata. Badan siliar mengandung otot
untuk melakukan akomodasi sehingga lensa dapat
mencembung dan merupakan susunan otot melingkar dan
mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Koroid itu
sendiri lapis tengah pembungkus bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah dan memberikan makan lapis
luar retina.
G. Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena
belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran
pupil sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa
silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pada
waktu tidur pupil mengalami pengecilan akibat dari
berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan
hambatan miosis. Mengecilnya pupil berfungsi untuk
mencegah aberasi kromatis pada akomodasi.
H. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang
mengandung reseptor dan akan meneruskan rangsangan
cahaya yang diterimanya berupa bayangan. Dalam retina
terdapat macula lutea atau bintik kuning yang merupakan
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam
retina, untuk menuju ke otak
2. Cara Kerja Indra Penglihatan
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang
sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang
berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi penting
dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan salah satu
fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil
dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di bagian depan
mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat iris,
selain member warna pada mata iris juga dapat merubah
ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang
masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya.
Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan
membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak mungkin.
Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil
untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System
pengaturan otomatis yang berkeja pada mata bekerja
sebagaimana berikut.
Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk
dan dikrimkan ke otak, untuk memberikan pesan tentang
keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak
mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot
disekitar iris harus mengerut. Bagian mata lainnya yang
bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa.
Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata
pada lapisan retina di bagian belakang mata. Karena
otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang ke mata
dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu
difokuskan ke retina.Semua system yang telah kami
sebutkan tadi berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih
unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat untuk
meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru,
bahkan system perekaman gambar buatan paling modern di
dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan
mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan
pemikiran yang dicurahkan untuk membuat alat perekaman
gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih
unggulnya teknologi penciptaan mata.
Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel
sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini semakin
terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk Kristal
yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang datang dari
mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan iris
kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang
terjadi pada retina, sehinggasel-sel retina dapat
merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang
disebut foton mengenai sel-sel retina. Ketika itu mereka
menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino
yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama
dalam sel retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis
retinal. Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini
berubah bentuk dan kemudian mendorong perubahan protein
lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin.
Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk yang
memungkinkannya berikatan dengan protein lain yakni
transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam
sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena
ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan ini kemudian diikuti
gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua
protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul
kimia bernama GTP telah menyatu tetapi proses
sesungguhnya baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini
telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat satu protein
lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam
sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan
akan menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai
serangkaian reaksi kimia dalam sel.
Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan
menghasilkan energy listrik energy ini merangsang saraf-
saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan
demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud
seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam
bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi
visual objek di luar mata.Agar mata dapat melihat sinyal
listrik yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan
dalam pusat penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf
tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah
kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu
bagaimana sinyal listrik ini melanjutkan perjalanannya
disini serangkaian mekanisme rumit terjadi energy
listrik diubah menjadi energy kimia tanpa kehilangan
informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini
informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf
berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang terletak
pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa
informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf
yang lain.
Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini
diubah lagi menjadi sinyal listrik dan melanjutkan
perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya dengan
cara ini sinyal berhasil mencapai pusat penglihatan pada
otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang
ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan
akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang penuh buah-
buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena
adanya system sempurna yang terdiri atas ratusan
kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang
menakjubkan ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik.
Secara singkat Mekanisme melihat adalah :
1) Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.
2) Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya
sehingga bayangan benda yang dimaksud jatuh
tepat di retina mata.
3) Kemudian ujung saraf penglihatan di retina
menyampaikan bayangan benda tersebut ke otak.
Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut
sehingga kita dapat melihat benda tersebut.
Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan
untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu
penglihatan sewaktu aksi otot.
Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :
1. M. Oblik inferior, aksi primer : -ekstorsi dalam
abduksi
Sekunder :-elevasi dalam aduksi
-abduksi dalam elevasi
2. M. Oblik superior, aksi primer : -intorsi pada
abduksi
Sekunder :-depresi dalam abduksi
3. M. Rectus inferior, aksi primer : -depresi pada
abduksi
Sekunder :-ekstorsi pada abduksi
-aduksi pada depresi
4. M. Rectus lateral, aksi:-abduksi
5. M. Rectus Medius, aksi :-aduksi
6. M. Rectus Superior, aksi primer : -elevasi dalam
abduksi
Sekunder :- intorsi dalam aduksi
-aduksi dalam elevasi
1. Otot oblik inferior
oblik inferior mempunyai origo pada fosa lakrimal
tulang lakrimal, berinsersi pada sclera posterior 2 mm
dari kedudukan macula, dipersarafi saraf okulomotor,
bekerja untuk menggerakan mata ke atas, abduksi dan
eksiklorotasi
2. Otot oblik superior
Mempunyai origo pada annulus zinn superior
dipersarafi saraf ke IV arau saraf troklearis yang
keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada
bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi
dan sumbu penglihatan searah atau mata melihat ke arah
nasal. Berfungsi menggerakan bola mata untuk depresi
terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan
insiklotorsi.
3. Otot Rektus Inferior
Rektus inferior mempunyai origo pada annulus zinn,
berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau
sclera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada
persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh
ligament lockwood.
Rectus inferior dipersarafi oleh N III
Fungsi menggerakan mata : depresi, eksoklotorsi,
aduksi
Rectus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan
sumbu penglihatan.
4. Otot rectus lateral
Rectus lateral mempunyai origo pada annulus zinn
di atas dan di bawah foramen optic. Rectus lateral
dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakan
mata terutama abduksi.
5. Otot Rektus medius
Rektus medius mempunyai origo pada annulus ziin
dan pembungkus dura saraf optic yang sering memberikan
dan rasa sakit pada pergerakan mata bila terdapat
neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang
limbus. Rectus medius merupakan otot mata paling tebal
dengan tendon terpendek.
Menggerakan mata untuk aduksi
6. Otot rectus superior
Rectus superior mempunyai origo pada annulus zinn
dekat fisura orbita superior beserta lapus dura saraf
optic yang akan memberikan rasa sakit pada pergerakan
bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini