12
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pada suatu pertumbuhan tiap makhluk hidup selalu melewati masa dimana suatu organ kita mengalami pematangan gonad. Masa pertumbuhan tersebut umumnya disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas dapat diidentifikasikan sebagai umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi (Toelihere, 1981). Pertumbuhan dan perkembangbiakan organ-organ kelamin betina suatu pubertas dipengaruhi oleh hormone-hormon gonadotropin dan kelenjar endokrin melalui hormone-hormon yang dihasilkannya. Pada hewan biasanya, pubertas ditandai dengan muncul estrus dan ovulasi. Estrus ialah salah satu dari siklus birahi dari beberapa fase siklus birahi. Interval antara timbulnya satu periode birahi kepermulaan periode birahi berikutnya dikenal sebgai suatu siklus reproduksi. Siklus reproduksi merupakan serangkaian kegiatan biologik kelamin yang berlangsung secara periodic hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Siklus reproduksi juga berhubungan dengan adanya siklus birahi dalam pematangan gonad. Siklus birahi didefinisikan sebagai waktu antara dua periode birahi. Siklus reproduksi umumnya diagi menjadi 4 tahapan yaitu, proestrus, diestrus, estrus, dan metestrus (Muljono, 2001). Untuk dapat mengetahui bagaimana proses dari siklus reproduksi ditandai dengan apa saja dan hormone apa saja, dilakukanlah sebuat penelitian tentang siklum reproduksi pada mencit, sebgai pembuktian saat fase apakah mecit tersebut dapat dilakukan apusan vagina pada mencit. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah fase dari siklus reproduksi yang terlihat pada apusan vagina mencit? C. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah: Mengetahui fase dari siklus reproduksi yang terlihat pada apusan vagina mencit.

Apusan vagina mencit betina

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Pada suatu pertumbuhan tiap makhluk hidup selalu melewati masa dimana

suatu organ kita mengalami pematangan gonad. Masa pertumbuhan tersebut

umumnya disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas dapat diidentifikasikan

sebagai umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan

perkembangbiakan dapat terjadi (Toelihere, 1981). Pertumbuhan dan

perkembangbiakan organ-organ kelamin betina suatu pubertas dipengaruhi oleh

hormone-hormon gonadotropin dan kelenjar endokrin melalui hormone-hormon

yang dihasilkannya. Pada hewan biasanya, pubertas ditandai dengan muncul estrus

dan ovulasi.

Estrus ialah salah satu dari siklus birahi dari beberapa fase siklus birahi.

Interval antara timbulnya satu periode birahi kepermulaan periode birahi

berikutnya dikenal sebgai suatu siklus reproduksi. Siklus reproduksi merupakan

serangkaian kegiatan biologik kelamin yang berlangsung secara periodic hingga

terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Siklus reproduksi juga

berhubungan dengan adanya siklus birahi dalam pematangan gonad. Siklus birahi

didefinisikan sebagai waktu antara dua periode birahi. Siklus reproduksi umumnya

diagi menjadi 4 tahapan yaitu, proestrus, diestrus, estrus, dan metestrus (Muljono,

2001).

Untuk dapat mengetahui bagaimana proses dari siklus reproduksi ditandai

dengan apa saja dan hormone apa saja, dilakukanlah sebuat penelitian tentang

siklum reproduksi pada mencit, sebgai pembuktian saat fase apakah mecit tersebut

dapat dilakukan apusan vagina pada mencit.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah fase dari siklus reproduksi yang terlihat pada apusan vagina mencit?

C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

Mengetahui fase dari siklus reproduksi yang terlihat pada apusan vagina mencit.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pubertas

Pubertas pada ternak biasanya didefinisikan sebagai suatu fase atau keadaan

dimana ternak mulai mampu berfungsi untuk menghasilkan keturunan (anak). Pada

ternak peliharaan definisi pubertas (dewasa kelamin) adalah jika ternak jantan telah

menghasilkan spermatozoa yang hidup dan fertile pada semennya dan dapat

mengawini betina, sedangkan pada ternak betina adalah umur pada saat ekspresi

birahi terlihat untuk pertamakali dan disertai ovulasi. Semua ternak mencapai

dewasakelamin sebelum tubuh dewasa tercapai sempurna. jika ternak dikawinkan

pada saat pubertas, maka tingkat kesulitan melahirkan akan tinggi. Sebab kondisi

badannya masih dalam proses pertumbuhan, dengan demikian tubuhnya harus

menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak yang

dikandungnya, keadaan semacam ini tidak menguntungkan bagi kedua-duanya.

Umur tercapainya pubertas dipengaruhi oleh genetic (keturunan) dan factor

lingkungan (iklim,social dan makanan). Sedangkan berat pada saat pubertas lebih

dipengaruhi oleh factor genetik.

B. Siklus Reproduksi

Siklus reproduksi merupakan serangkaian kegiatan biologik kelamin yang

berlangsung secara periodic hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk

hidup. Siklus reproduksi juga berhubungan dengan adanya siklus birahi dalam

pematangan gonad. Siklus birahi didefinisikan sebagai waktu antara dua periode

birahi. Siklus reproduksi umumnya diagi menjadi 4 tahapan yaitu, proestrus,

diestrus, estrus, dan metestrus (Muljono, 2001).

Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan-

perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh hormon yang berpengaruh di dalam

tubuhnya. Berikut adalah penggambaran diri mencit pada setiap tahap yang terjadi:

1. Fase Estrus

Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti

“kegilaan” atau “gairah” (Campbell et al, 2004), hipotalamus terstimulasi untuk

melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola

perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang

dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert,

2006). Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan

luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan

mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan

lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian

kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif

terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati

mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam

panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang

dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina,

sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan

oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi

untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini

karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya.

Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah.

Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana

folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada

tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu

tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.

Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah

pada tahap matesterus ( A.Tamyis, 2008).

2. Fase Metestrus

Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase

ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama

fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus

bleeding (Budi, 2004).

Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai

tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada

tahap ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium

korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk

menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada

tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang

dihasilkan oleh korpus leteum.

3. Fase Diestrus

Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari.

Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa

yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium

adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase

istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada

apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus

terdapat banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan

terdapat banyak lendir (A.Tamyis, 2008).

Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada

mencit hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat

dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase

persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase yang terpanjang di

dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan

sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah

progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari

kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi

hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus

estrus yang baru (Rusmiati, 2007).

4. Fase Proestrus

Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat

menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada

tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap

terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak

berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat

adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga

inti pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan

sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut

juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting pada

saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap

gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah

mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi

selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan

begitu selanjutnya fase akan berulang.

Menurut sumber lain fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum

dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini

terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek

estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat

diamati. Fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan

pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen

menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan

pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk

meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal (Adnan,

2006).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan ialah observasional, observasi

pengamatan penelitian secara langsung tanpa adanya variable-variabel kontrol, bebas dan respon.

B. Waktu Dan TempatSaat pengamatan praktikum ini dilakukan pada hari senin tanggal

13 Oktober 2015, bertempat pada gedung C9 ruang laboratorium fisiologi jurusan Biologi FMIPA UNESA.

C. ALAT DAN BAHANALAT

Mikroskop 1 buah

Objek glass 3 buah Cover glass 3 buah Cotton bud baby

BAHAN

Mencit putih betina Aquades Metilen blue

D. Prosedur Kerja1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum2. Mencuci bersih kaca obyek dan kaca penutup

3. Membasahi cotton bud dengan aquades

4. Mengusapkan cotton bud tersebut pada permukaan vagina mencit putih

5. Mengapuskan cotton bud yang baru diusap pada kaca obyek

6. Meneteskan larutan metilen blue, meratakan larutan tersebut dan

membiarkannya kering selama 10 menit

7. Membilas apusan tersebut dengan air suling

8. Mengamati apusan vagina mencit dengan menggunakan mikroskop

9. Menggambarkan penampang

10. Menentukan siklus yang sedang dialami mencit putih tersebut dengan

mencocokkannya pada gambar sitologis siklus estrus

E. Rancangan Kerja

Mencuci bersih cover glass & objek glass

Membasahi cotton bud dengan aquades

Mengusapkan cotton bud pada vagina mecit betina

Mengapuskan cotton bud pada objek glass

Menetekan metilan blue lalu diratakan pada objek glass, dibiarkan sampai mengering

Menggambar penampang apusan vagina yang telah diamati

Dibilas dengan aquades & diamati menggunakan mikroskop

BAB IV

Menentukan siklus birahi yang sedang dialami oleh mencit tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan hasil dari pengamatan apusan vagina mencit betina, sebagai berikut :

Mikroskop perbesaran 10 x 10

Zoom

B. Pembahasan

Pada praktikum yang dan hasil yang telah diperoleh, ditemukan banyak sel

leukosit dan banyak lendir, selain itu terdapat pula sel epitel berinti yang terdapat

dalam apusan vagina mencit betina. Disebutkan menurut teori bahwa apabila dalam

fase yang memiliki banyak lendir, sel leukosit dan sel epitel berinti maka dapat

disebutkan masuk dalam fase diestrus.

Pada tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Tahap ini terbentuk

folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami

pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen

meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena

mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina

akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak

mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat banyak

lendir (A.Tamyis, 2008).

Fase diestrus ialah merupakan fase setelah fase proestrus dan setelah fase

disetrus terjadilah fase estrus, dimana fase birahi dipuncak tertinggi dan siap untuk

kawin. Fase diestrus menurut teori fase istirahat dimana pasangan betina tidak

tertarik dengan lawan jenisnya, namun apabila hanya didekatkan saja, tidak apa-

apa, sampai mulainya fase estrus terjadi.

Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada

mencit hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat

dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase

persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase yang terpanjang di

dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan

sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah

progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari

kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi

hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus

estrus yang baru (Rusmiati, 2007).

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

gambar apusan vagina mencit diamati dibawah mikroskop, terlihat sel-sel darah

putih, lendir dan juga sel epithelium berinti. Hal ini menunjukkan bahwa mencit

tersebut sedang mengalami fase diestrus dalam siklus reproduksinya. Fase diestrus

menyebabkan mencit betina tidak memiliki ketertarikan pada mencit jantan, saat

hormone estrogen pada uterus mencit betina jumlahnya sangat sedikit sehingga

fase ini juga disebut fase istirahat.

B. Saran

Pada saat praktikum usahakan memilih mencit betina yang masih sehat.

Mencuci bersih objek glass dan cover glass agar tidak terjadi kesalahpahaman

dalam melihat sel leukosit dan kotoran. Preparat yang telah dibuat segera diamati

agar tidak kotor sehingga saat pengamatan, data yang didapatkan tidak valid.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Budi, Heri. 2004. Efek Doksisiklin Selama Masa Organogenesis Terhadap Struktur Histologi Kartilago Epifisialis Femur Fetus Mencit. Jurnal Bioscientiae. Volume 1, Nomor 1. Halaman 11-22. Kalimantan Selatan.

Campbell, N.A, Reece and Mitchell. 2004. Biology Concept and Connection. Ed.5. San Fransisco: Benjamin Cummings

Cardinal, Rudolf. 1998. Reproduction-coitus, fertilization and implantation.Page:4.http://egret.psychol.cam.ac.uk/physiology/Reproduction_5_coitus_fertilization_and_implantation.pdf. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015.

Gilbert, Scott F. 2006. Developmental Biology 8th ed. USA: Sinauer Associates Inc.

Maryan, Tehranipour. Ali, Haeri Rohani. 2007.  Jornal of biological science, Determination of the Cerebrospinal Fluit Electrolytes Alteration in the Developing Rats Born from Diabetic Mothers. Nongae. 2008. Estrus Cycle http://nongae.gsnu.ac.kr/~ cspark/teaching/chap5.html. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015.

Muljono, Albertus Teguh. 2001. Presentasi Jenis-jenis Leukosit pada Tiap Fase Siklus Reproduksi Tikus Putih (Rattus sp.). Skripsi dterbitkan. Bogor : Kedokteran Hewan IPB.

Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus Musculus L). Jurnal Bioscientiae. Vol 4. No 2. Hal 63-67.

Shearer, J. K. 2008. Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. University Of Florida. Florida.

Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak, Edisi Keempat. Bandung : Angkasa.