Upload
englishunesa
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pada suatu pertumbuhan tiap makhluk hidup selalu melewati masa dimana
suatu organ kita mengalami pematangan gonad. Masa pertumbuhan tersebut
umumnya disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas dapat diidentifikasikan
sebagai umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
perkembangbiakan dapat terjadi (Toelihere, 1981). Pertumbuhan dan
perkembangbiakan organ-organ kelamin betina suatu pubertas dipengaruhi oleh
hormone-hormon gonadotropin dan kelenjar endokrin melalui hormone-hormon
yang dihasilkannya. Pada hewan biasanya, pubertas ditandai dengan muncul estrus
dan ovulasi.
Estrus ialah salah satu dari siklus birahi dari beberapa fase siklus birahi.
Interval antara timbulnya satu periode birahi kepermulaan periode birahi
berikutnya dikenal sebgai suatu siklus reproduksi. Siklus reproduksi merupakan
serangkaian kegiatan biologik kelamin yang berlangsung secara periodic hingga
terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Siklus reproduksi juga
berhubungan dengan adanya siklus birahi dalam pematangan gonad. Siklus birahi
didefinisikan sebagai waktu antara dua periode birahi. Siklus reproduksi umumnya
diagi menjadi 4 tahapan yaitu, proestrus, diestrus, estrus, dan metestrus (Muljono,
2001).
Untuk dapat mengetahui bagaimana proses dari siklus reproduksi ditandai
dengan apa saja dan hormone apa saja, dilakukanlah sebuat penelitian tentang
siklum reproduksi pada mencit, sebgai pembuktian saat fase apakah mecit tersebut
dapat dilakukan apusan vagina pada mencit.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah fase dari siklus reproduksi yang terlihat pada apusan vagina mencit?
C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
Mengetahui fase dari siklus reproduksi yang terlihat pada apusan vagina mencit.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pubertas
Pubertas pada ternak biasanya didefinisikan sebagai suatu fase atau keadaan
dimana ternak mulai mampu berfungsi untuk menghasilkan keturunan (anak). Pada
ternak peliharaan definisi pubertas (dewasa kelamin) adalah jika ternak jantan telah
menghasilkan spermatozoa yang hidup dan fertile pada semennya dan dapat
mengawini betina, sedangkan pada ternak betina adalah umur pada saat ekspresi
birahi terlihat untuk pertamakali dan disertai ovulasi. Semua ternak mencapai
dewasakelamin sebelum tubuh dewasa tercapai sempurna. jika ternak dikawinkan
pada saat pubertas, maka tingkat kesulitan melahirkan akan tinggi. Sebab kondisi
badannya masih dalam proses pertumbuhan, dengan demikian tubuhnya harus
menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak yang
dikandungnya, keadaan semacam ini tidak menguntungkan bagi kedua-duanya.
Umur tercapainya pubertas dipengaruhi oleh genetic (keturunan) dan factor
lingkungan (iklim,social dan makanan). Sedangkan berat pada saat pubertas lebih
dipengaruhi oleh factor genetik.
B. Siklus Reproduksi
Siklus reproduksi merupakan serangkaian kegiatan biologik kelamin yang
berlangsung secara periodic hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk
hidup. Siklus reproduksi juga berhubungan dengan adanya siklus birahi dalam
pematangan gonad. Siklus birahi didefinisikan sebagai waktu antara dua periode
birahi. Siklus reproduksi umumnya diagi menjadi 4 tahapan yaitu, proestrus,
diestrus, estrus, dan metestrus (Muljono, 2001).
Pada setiap siklus yang terjadi pada tubuh mencit, terjadi perubahan-
perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh hormon yang berpengaruh di dalam
tubuhnya. Berikut adalah penggambaran diri mencit pada setiap tahap yang terjadi:
1. Fase Estrus
Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang berarti
“kegilaan” atau “gairah” (Campbell et al, 2004), hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola
perilaku kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang
dipengaruhi follicle stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert,
2006). Kandungan FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan
luteinizing hormone (LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan
mengalami kehamilan. Pada saat estrus biasanya mencit terlihat tidak tenang dan
lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari perhatian
kepada mencit jantan. Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif
terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit jantan akan mendekati
mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan melakukan semacam
panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz – 110kHz yang
dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina,
sementara itu mencit betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan
oleh kelenjar preputial yang diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi
untuk menarik perhatian mencit jantan. Mencit dapat mendeteksi pheromon ini
karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada bagian dasar hidungnya.
Pada tahap ini vagina pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah.
Tahap estrus pada mencit terjadi dua tahap yaitu tahap estrus awal dimana
folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan ukuran uterus pada
tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu
tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam.
Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah
pada tahap matesterus ( A.Tamyis, 2008).
2. Fase Metestrus
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase
ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama
fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus
bleeding (Budi, 2004).
Pada tahap metestrus birahi pada mencit mulai berhenti, aktivitasnya mulai
tenang, dan mencit betina sudah tidak reseptif pada jantan. Ukuran uterus pada
tahap ini adalah ukuran yang paling kecil karena uterus menciut. Pada ovarium
korpus luteum dibentuk secara aktif, terdapat sel-sel leukosit yang berfungsi untuk
menghancurkan dan memakan sel telur tersebut. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada
tahap ini hormon yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang
dihasilkan oleh korpus leteum.
3. Fase Diestrus
Tahap selanjutnya adalah tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari.
Pada tahap ini terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa
yang mengalami pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium
adalah estrogen meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase
istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada
apusan vagina akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus
terdapat banyak mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan
terdapat banyak lendir (A.Tamyis, 2008).
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada
mencit hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat
dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase
persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase yang terpanjang di
dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan
sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah
progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari
kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi
hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus
estrus yang baru (Rusmiati, 2007).
4. Fase Proestrus
Pada fase proestrus ovarium terjadi pertumbuhan folikel dengan cepat
menjadi folikel pertumbuhan tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Pada
tahap ini hormon estrogen sudah mulai banyak dan hormon FSH dan LH siap
terbentuk. Pada apusan vaginanya akan terlihat sel-sel epitel yang sudah tidak
berinti (sel cornified) dan tidak ada lagi leukosit. Sel cornified ini terbentuk akibat
adanya pembelahan sel epitel berinti secara mitosis dengan sangat cepat sehingga
inti pada sel yang baru belum terbentuk sempuna bahkan belum terbentuk inti dan
sel-sel baru ini berada di atas sel epitel yang membelah, sel-sel baru ini disebut
juga sel cornified (sel yang menanduk). Sel-sel cornified ini berperan penting pada
saat kopulasi karena sel-sel ini membuat vagina pada mencit betina tahan terhadap
gesekan penis pada saat kopulasi. Perilaku mencit betina pada tahap ini sudah
mulai gelisah namun keinginan untuk kopulasi belum terlalu besar. Fase ini terjadi
selama 12 jam. Setelah fase ini berakhir fase selanjutnya adalah fase estrus dan
begitu selanjutnya fase akan berulang.
Menurut sumber lain fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum
dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini
terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek
estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat
diamati. Fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan
pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen
menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan
pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk
meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal (Adnan,
2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan ialah observasional, observasi
pengamatan penelitian secara langsung tanpa adanya variable-variabel kontrol, bebas dan respon.
B. Waktu Dan TempatSaat pengamatan praktikum ini dilakukan pada hari senin tanggal
13 Oktober 2015, bertempat pada gedung C9 ruang laboratorium fisiologi jurusan Biologi FMIPA UNESA.
C. ALAT DAN BAHANALAT
Mikroskop 1 buah
Objek glass 3 buah Cover glass 3 buah Cotton bud baby
BAHAN
Mencit putih betina Aquades Metilen blue
D. Prosedur Kerja1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum2. Mencuci bersih kaca obyek dan kaca penutup
3. Membasahi cotton bud dengan aquades
4. Mengusapkan cotton bud tersebut pada permukaan vagina mencit putih
5. Mengapuskan cotton bud yang baru diusap pada kaca obyek
6. Meneteskan larutan metilen blue, meratakan larutan tersebut dan
membiarkannya kering selama 10 menit
7. Membilas apusan tersebut dengan air suling
8. Mengamati apusan vagina mencit dengan menggunakan mikroskop
9. Menggambarkan penampang
10. Menentukan siklus yang sedang dialami mencit putih tersebut dengan
mencocokkannya pada gambar sitologis siklus estrus
E. Rancangan Kerja
Mencuci bersih cover glass & objek glass
Membasahi cotton bud dengan aquades
Mengusapkan cotton bud pada vagina mecit betina
Mengapuskan cotton bud pada objek glass
Menetekan metilan blue lalu diratakan pada objek glass, dibiarkan sampai mengering
Menggambar penampang apusan vagina yang telah diamati
Dibilas dengan aquades & diamati menggunakan mikroskop
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan hasil dari pengamatan apusan vagina mencit betina, sebagai berikut :
Mikroskop perbesaran 10 x 10
Zoom
B. Pembahasan
Pada praktikum yang dan hasil yang telah diperoleh, ditemukan banyak sel
leukosit dan banyak lendir, selain itu terdapat pula sel epitel berinti yang terdapat
dalam apusan vagina mencit betina. Disebutkan menurut teori bahwa apabila dalam
fase yang memiliki banyak lendir, sel leukosit dan sel epitel berinti maka dapat
disebutkan masuk dalam fase diestrus.
Pada tahap diestrus, tahap ini terjadi selama 2-2,5 hari. Tahap ini terbentuk
folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami
pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen
meski kandungannya sangat sedikit. Fase ini disebut pula fase istirahat karena
mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina
akan terlihat banyak sel epitel berinti dan sel leukosit. Pada uterus terdapat banyak
mukus, kelenjar menciut dan tidak aktif, ukuran uterus kecil, dan terdapat banyak
lendir (A.Tamyis, 2008).
Fase diestrus ialah merupakan fase setelah fase proestrus dan setelah fase
disetrus terjadilah fase estrus, dimana fase birahi dipuncak tertinggi dan siap untuk
kawin. Fase diestrus menurut teori fase istirahat dimana pasangan betina tidak
tertarik dengan lawan jenisnya, namun apabila hanya didekatkan saja, tidak apa-
apa, sampai mulainya fase estrus terjadi.
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada
mencit hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat
dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase
persiapan uterus untuk kehamilan. Fase ini merupakan fase yang terpanjang di
dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan
sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah
progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari
kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi
hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus
estrus yang baru (Rusmiati, 2007).
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
gambar apusan vagina mencit diamati dibawah mikroskop, terlihat sel-sel darah
putih, lendir dan juga sel epithelium berinti. Hal ini menunjukkan bahwa mencit
tersebut sedang mengalami fase diestrus dalam siklus reproduksinya. Fase diestrus
menyebabkan mencit betina tidak memiliki ketertarikan pada mencit jantan, saat
hormone estrogen pada uterus mencit betina jumlahnya sangat sedikit sehingga
fase ini juga disebut fase istirahat.
B. Saran
Pada saat praktikum usahakan memilih mencit betina yang masih sehat.
Mencuci bersih objek glass dan cover glass agar tidak terjadi kesalahpahaman
dalam melihat sel leukosit dan kotoran. Preparat yang telah dibuat segera diamati
agar tidak kotor sehingga saat pengamatan, data yang didapatkan tidak valid.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar : Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Budi, Heri. 2004. Efek Doksisiklin Selama Masa Organogenesis Terhadap Struktur Histologi Kartilago Epifisialis Femur Fetus Mencit. Jurnal Bioscientiae. Volume 1, Nomor 1. Halaman 11-22. Kalimantan Selatan.
Campbell, N.A, Reece and Mitchell. 2004. Biology Concept and Connection. Ed.5. San Fransisco: Benjamin Cummings
Cardinal, Rudolf. 1998. Reproduction-coitus, fertilization and implantation.Page:4.http://egret.psychol.cam.ac.uk/physiology/Reproduction_5_coitus_fertilization_and_implantation.pdf. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015.
Gilbert, Scott F. 2006. Developmental Biology 8th ed. USA: Sinauer Associates Inc.
Maryan, Tehranipour. Ali, Haeri Rohani. 2007. Jornal of biological science, Determination of the Cerebrospinal Fluit Electrolytes Alteration in the Developing Rats Born from Diabetic Mothers. Nongae. 2008. Estrus Cycle http://nongae.gsnu.ac.kr/~ cspark/teaching/chap5.html. Diakses pada tanggal 22 Desember 2015.
Muljono, Albertus Teguh. 2001. Presentasi Jenis-jenis Leukosit pada Tiap Fase Siklus Reproduksi Tikus Putih (Rattus sp.). Skripsi dterbitkan. Bogor : Kedokteran Hewan IPB.
Rusmiati. 2007. Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus Musculus L). Jurnal Bioscientiae. Vol 4. No 2. Hal 63-67.
Shearer, J. K. 2008. Reproductive Anatomy and Physiology of Dairy Cattle. University Of Florida. Florida.
Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak, Edisi Keempat. Bandung : Angkasa.