Upload
independent
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEBIDANAN I
DETEKSI DINI PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN
KELOMPOK 14 :
Adjeng Nuzulmi (311114098)
Mutiara Saroh Syifa (311114102)
Herlin Meidy (311114104)
KELAS 2C
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
STIKES JENDRAL ACHAMAD YANI CIMAHI
2015-2016
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah ASKEB I. Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang deteksi dini penyakit
yang menyertai kehamilan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Stikes Jendral Ahmad Yani.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….....3
C. Tujuan………………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Yang Menyertai Kehamilan…………………………….…..4
2.2 Epilepsi………………………………………………………….………5
2.3 Saluran Perkemihan……………………………………………...……9
2.4 Infeksi Saluran Kemih dan Ginjal……………...……………………12
2.5 Rubella……………………………………………………………..…..14
2.6 Toksoplasma………………………………………………….……….16
2.7 Herpes…………………………………………………………...……..19
iii
2.8 Cytomegalovirus (CMV)…………………………………..………….20
2.9 HIV/AIDS…………………………………………………………….22
2.10 Syphilis………………………………………………………………28
2.11 Gonorrhoe……………………………………………..……………..31
2.12 Varicella…………………………………………………………...…33
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….36
B. Saran………………………………………………………………........36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis yang terjadi pada wanita yang
didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi pembentukan zigot dan akhirnya menjadi janin yang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam uterus sampai proses persalinan.
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk mencegah
dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit komplikasi dan
lain-lain.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya
kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan
yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care
diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk itu
ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan
untuk mengurangi penyulit saat inpartu.
1
Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan
neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memberikan pelayanan sesuai dengan
standart yang diterapkan.
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, namun setiap ibu hamil
menghadapi resiko yang bisa mengancam jiwanya, oleh karena itu ibu hamil harus mendapatkan
pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan yang professional, yakni seorang bidan untuk
mengantisipasi resiko dan penyulit persalinan. ANC atau pemeriksaan kehamilan antenatal
adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptialkan kesehatan mental dan fisik ibu hami
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI, dan kembalinya
kesehatan reproduksi secara wajar.
Dalam setiap kehamilan tentu tidak selamanya aman dan sesuai dengan yang diharapkan,
kadang adakalanya ibu hamil tersebut menderita suatu penyakit sehingga berpebgaruh besar
terhadap kehamilan, persalinan, dan bahkan nifasnya. Sebenarnya tidak ada seorang pun wanita
hamil yang menginginkan kehamilannya disertai dengan penyakit, namun dilapangan ini sering
kita temui. Dan penyakit penyerta kehamilan ini sering kali menjadi menyumbangkan angka
kematian ibu dan bahkan bayi. Ada beberapa penyakit yang dapat menyertai kehamilan, da
penyakit tersebut tidak main – main terhadap keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit yang menyertai kehamilan?
2. Penyakit-penyakit apa saja yang berbahaya untuk kehamilan?
3. Bagaimana cara mengatasi penyakit tersebut?
2
C. Tujuan
1. Mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang berbahaya untuk kehamilan.
2. Mengetahui cara mengatasi penyakit yang diderita oleh ibu hamil tersebut
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Yang Menyertai Kehamilan
Pada saat kehamilan kesehatan ibu dan janin sangat penting dan saling
mempengaruhi. Kondisi janin yang baik sangat diperlukan tetapi keselamatan ibu
menjadi prioritas utama. Idealnya pengobatan ibu dengan obat-obatan, pemeriksaan
diagnostik dan pembedahan perlu dihindarkan pada ibu hamil, tetapi bila diperlukan
dapat dilakukan.
Kehamilan yang mana ibunya menderita penyakit pastilah tidak sama penanganan
atau kadang terdapat perbedaan asuhan yang akan diberikan. Dalam pemberian obat kita
harus bisa menghilangkan atau meminimalkan efek samping yang ditimbulkan oleh obat
yang diberikan. Karena seperti yang kita ketahui kebanyakan obat dapat memberikan
efek teratogenik yang dapat menyebabkan kematian janin. Olehnya itu kita harus bisa
mengetahui apa obat yang cocok untuk ibu yang tidak membahayakan anaknya. Sehingga
dengan penanganan yang tepat penyakit yang menyertai kehamilan dapat meminimalkan
efek pada keadaan ibu dan janin.
4
2.2 Epilepsi
a. Definisi Epilepsi
Epilesi merupakan kelainan neurologic, dimana pada ibu hamil
membutuhkan tata laksana yang ade kuat dan tanpa beresiko baik terhadap
ibu/bayi (Laidiaw,1988; Gilroy,1992). Menurut statistic Amerika Serikat, 0,5%
kehamilan dijumpai pada wanita epilepsi. Resiko pada wanita epilepsy yang
hamil lebih besar daripada wanita normal yang hamil. Untuk menanggulangi
banyak resiko, maka dokter ahli kandungan dan dokter ahli neurologi bekerja
sama agar bayi dan ibu mengalami keselamatan jasmani dan rohani. Angka
kematian neonatus pada pasien epilepsi yang hamil adalah 3x dibandingkan
populasi normal (Gilroy,1992).
Pengaruh kehamilan terhadap epilepsi bervariasi. Kira-kira seperempat
kasus frekuensi bangkitan akan meningkat terutama pada trimester terakhir.
Seperempatnya lagi menurun dan separuhnya tidak mengalami perubahan selama
kehamilan (Holmes,1985; Shorvon,1988).
Pengobatan wanita epilepsy yang hamil pada umumnya dilakukan menurut
prinsip yang sama seperti pada pasien tidak hamil. Resiko yang dialami janin
karena bangkitan yang dialami ibu mungkin sama besar dengan yang disebabkan
obat anti epilepsi. Malformasi yang disebabkan terapi obat anti epilepsi akan
terjadi 4-8 minggu pertama dalam pertumbuhan janin (Shorvon,1988).
b. Gejala yang timbul
5
Kekejangan bisa mulai dengan sekelompok otot tertentu dan menyebar ke
kelompok otot sekitarnya yang dikenal sebagai serangan epilepsi Jacksonian.
Otomatisme bisa terjadi; ini adalah gerakan yang tidak disadari dan kebanyakan gerakan
berulang sederhana seperti memainkan bibir atau gerakan yang lebih kompleks seperti
mencoba mengambil sesuatu. Ada enam jenis utama serangan epilepsi umum: tonik-
klonik, tonik, klonik,myoklonik, absans, dan serangan atonik. Semuanya melibatkan
hilangnya kesadaran dan biasanya terjadi tanpa peringatan. Serangan tonik-klonik terjadi
dengan kontraksi anggota tubuh diikuti dengan ekstensi disertai dengan punggung
melengkung ke belakang yang berlangsung selama 10–30 detik (fase tonik).
Jeritan mungkin terdengar karena kontraksi otot-otot dada. Ini kemudian diikuti
dengan gerakan anggota tubuh secara serempak (fase klonik). Serangan tonik
menyebabkan kontraksi otot terus-menerus. Penderita sering menjadi biru karena
pernafasan terhenti.Dalam serangan klonik anggota tubuh bergerak serempak. Setelah
gerakan terhenti, penderita mungkin perlu waktu 10–30 menit untuk kembali normal;
periode ini disebut "fase postiktal".
Ujung atau sisi lidah bisa tergigit selama serangan epilespi. Dalam kejang tonik-
klonik, gigitan pada sisi lidah lebih sering terjadi. Gigitan lidah juga cukup biasa terjadi
dalam serangan psikogenik non-epileptik.
Serangan miotonik melibatkan kejang otot di beberapa atau di seluruh
area. Serangan absans [kehilangan kesadaran mendadak] bisa tersamar dengan hanya
kepala menoleh sedikit atau mata berkedip-kedip. Orangnya tidak terjatuh dan kembali
normal setelah serangan terhenti. Serangan atonik melibatkan hilangnya aktivitas otot
selama lebih dari satu detik. Ini biasanya terjadi di kedua sisi tubuh.
6
Gejala umum lainnya termasuk: merasa lelah, sakit kepala, susah bicara, dan
tingkah laku abnormal.
c. Cara mendeteksi
Pemicu umum termasuk kilatan cahaya dan suara-suara tiba-tiba. Pada epilepsi
jenis tertentu, serangan lebih sering terjadi pada saat tidur,dan pada jenis lain serangan-
serangan terjadi hampir hanya waktu tidur.
Setelah serangan aktif biasanya ada periode kebingungan yang disebut
periode postiktal sebelum tingkat kesadaran normal kembali. Ini biasanya berlangsung
selama 3 hingga 15 menit tetapi bisa berlangsung selama berjam-jam. Penderita sering
tidak ingat apa yang terjadi selama waktu ini.
d. Pengobatan
Hindari pemberian obat-obat pada kehamilan muda yang berhubungan dengan
kelainan bawaan ( seperti valproic acid). Fenitoin dapat mengakibatkan defisiensi
neonatal terhadap factor pembekuan yang tergantung pada factor vitamin K.
Suplementasi asam folat diberikan bersama dengan terapi antiepilepsi dalam
kehamilan.
Jika ibu kejang, berikan 10 mg diazepam IV selama 2 menit, dapat diulang sesudah
10 menit. Jika kejang berlanjut beri 1000 mg fenition IV dilarutka dalam NACL
selam 20 menit ( 18 mg/kgBB)
7
Jika diketahui sebelumnya pasien tersebut epilepsy, pengobatan yang selama ini
diberikan diteruskan. Diberi asam folat suplemen dan berikan 1 mg vitamin K
kepada bayi baru lahir.
Jika pengobatan selama ini tidak diketahui, beri fenition 100 mg 2-3x sehari per oral.
Beri suplemen asam folat dan vitamin K seperti diatas.
Lakukan evaluasi terhadap epilepsy, jika epilepsy tersebut muncul dalam kehamilan
ini.
2.3 Saluran Perkemihan
Perubahan Anatomis Perkemihan Pada Ibu Hamil
1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga
sering timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus
gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup
banyak berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada
kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan
pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu
akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan
kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
8
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal wanita
harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang meningkat dan
juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit
bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien
saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada
saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring telentang, berat uterus akan
menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya
tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan volume
darah ginjal.
2. Trimester II
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang,
karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih
tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kea rah abdomen. Uretra memanjang
samapi 7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada
masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan
vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan
berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama, pembesaran uterus
mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung
kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III
9
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kmbali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air
menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat
terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat
pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan
juga memperlambat laju aliran urine.
a. Definisi Saluran Kemih
Adalah bakteri infeksi yang mempengaruhi bagian manapun dari saluran
kemih. Meskipun urine mengandung berbagai cairan, garam dan produk-produk
limbah tidak biasa memiliki bakteri di dalamnya. Ketika bakteri masuk ke dalam
kandung kemih.
b. Gejala yang timbul
Yang paling umum gejala dari infeksi kandung kemih yang terbakar dan
buang air kecil(disuria), frekuensi buang air kecil, keinginan untuk buang air kecil,
tanpa cairan vagina atau sakit yang signifikan.
c. Cara mendeteksi
- Ibu mengeluh nyeri pinggang dan demam
- Saat di anamnesa ternyata setiap ibu buang air kecil volume air kencing yang
dikeluarkan lebih banyak dari biasanya dan ibu mengalami dehidrasi
10
d. Pengobatan
- Makan makanan yang bergizi dan seimbang
- Minum air putih 8 gelas sehari agar bakteri dalam tubuh keluar bersama air
kencing
- Mengatur posisi tidur
2.4 Infeksi Saluran Kemih dan Ginjal
a. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih.Kejadian infeksi saluran kemih semakin banyak dialami oleh
wanita hamil. Perubahan anatomis dan hormonal yang terjadi pada kehamilan bisa
meningkatkan resiko keadaan yang membuat urine tertahan disaluran kencing.
Juga adanya peningkatan hormon progesteron pada kehamilan akan menambah
besar berat rahim serta mengakibatkan pengenduran pada otot polos
saluran kencing.Pada trimester dua awal yang merupakan faktor yang
memudahkan terjangkitnya infeksi saluran kemih pada ibuhamil.Saat usia
kehamilan tersebut, rahim akan mengalami pembesaran dan akan semakin
menekan kandung kemih.Hal ini akan menyebabkan kandung kemih menjadi
berkurang sehingga menyebabkan ibu hamil menjadi sering buang air kecil.
Apabila terjadi Infeksi Saluran Kencing saat Ibu hamil, bisa menyebabkan
infeksi ginjal. Tidak hanya itu saja, Infeksi Saluran kencing akut dapat
menyebabkan infeksi yang meluas (sitemik), yang tentunya keadaan ini dapat
11
menyebabkan keguguran ataupun kelahiran prematur. Infeksi saluran kemih akut
juga sering mempengaruhi infeksi pada dinding rongga Amnion (ketuban),
sehingga menyebabkan ketuban pecah dini, dan berakibat meningkatkan resiko
infeksi pada janin.
b. Gejala yang timbul
- Sakit pada saat atau setelah kencing.
- Anyang-anyangan (ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang
keluar).
- Warna air seni kental atau berwarna pekat seperti air teh.
- Nyeri pada pinggang.
- Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
- Susah kencing atau kencing tidak lancar
- Timbul perasaan nyeri , panas dan tidak nyaman saat buag air kecil
- Muncul kram pada perut bagian bawah, tubuh mengigil, demam dan berkeringat
- Tidak mampu menahan atau malah sulit buang air kecil
- Frekuensi buang air kecil meningkat dari biasanya.
- Serta mungkin terlihat adanya sedikit darah pada air kencingnya dan baunya
sangat menyengat.
c. Cara mendeteksi
12
Semua wanita hamil terutama pada ibu yang memiliki riwayat penyakit
sebaiknya dilakukan pemeriksaan Laboratorium urin secara mikroskopik, tampak
peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, Bakteri dan spesimen urine.
Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urine diambil dari aliran tengah (mid-
stream) setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu. Kultur bakteri
dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan sebaiknya diperiksa.
d. Pengobatan
1. Echinacea merupakan jamu paling populer nomor satu dunia, echinacea
telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati infeksi virus dan
bakteri. Sementara keamanan echinacea selama kehamilan belum
dievaluasi secara lebih dalam,University of Maryland Medical
Center menyatakan bahwa echinacea aman untuk dikonsumsi. Tidak ada
penelitian yang menghubungkan echinacea dengan kelahiran prematur,
keguguran atau cacat lahir, tetapi Anda harus menggunakannya hanya di
bawah bimbingan dokter. Teh echinacea diminum selama satu sampai dua
minggu sampai infeksi saluran kemih telah mereda.
2. Buah seperti cranberry dan blueberry dapat melemahkan bakteri menular
dan menghambat kemampuan mereka untuk menempel pada kandung
kemih dan uretra. The National Institutes of Healthmelaporkan bahwa jus
cranberry efektif dapat mengobati infeksi saluran kemih yang sudah ada
13
jika dikombinasikan dengan pilihan pengobatan lainnya. Perhatikan bahwa
untuk sementara buah cranberry dan jus cranberry dianggap aman selama
kehamilan, penelitian belum menyimpulkan bahwa dosis tinggi suplemen
cranberry aman digunakan pada wanita hamil.
3. Meningkatkan Asupan Cairan
Ini merupakan metode sederhana yang dapat membantu untuk mengobati
infeksi ringan dengan sedikit atau tidak ada efek samping. Anda mungkin
ragu-ragu untuk minum lebih banyak air jika Anda khawatir tentang
kemungkinan terjadinya kehilangan kontrol kandung kemih (Buang air
terus menerus), tetapi cara sederhana ini dapat mencegah berbagai
komplikasi berbahaya. Cobalah untuk meminum 8 gelas air setiap hari
sampai gejala Anda telah berkurang. Mayo Clinic mencatat bahwa cairan
ekstra dapat menyiram/membersihkan bakteri yang menempel dinding sel.
e. Bagaimana infeksi saluran kemih bisa terjadi pada ibu hamil? Ada 3 cara terjadinya
infeksi saluran kemih saat hamil.
- Penyebaran melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain
kebagian saluran kemih.
- Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke
kandung kencing atau batu ginjal.
- Terjadi migrasi kuman secara asenden(dari bawah ke atas) melalui uretra,
kandung kencing dan ureter ke ginjal.
2.5 Rubella
a. Definisi Rubella
14
Rubella(campak jerman) adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik
intrauterine, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, rubella
disebabkan oleh virus plemorfis yang mengandung RNA. Virus ini ditularkan
melalui doplet dari ibu hamil kepada janin.
b. Gejala yang timbul
Demam ringan, pusing dan mata ringan
Sakit tenggorokan
Ruam kulit setelah demam turun(warna merah jambu)
Kelenjar limfe membengkak
Persendian bengkak
Abortus spontan
Radang arthritis atau ensefalitis
Pada ibu hamil kadang tanpa gejala
c. Cara mendeteksi
Kepastian infeksi ini dinyatakan pada konversi dari IgM negative menjadi positif
dan meningkatnya IgM secara bermakna. Kadar IgM ini dapat pula dibuktikan dalam
darah tali pusat.
15
Immunoglobulin M di sisi lain ditemukan paling banyak dalam cairan getah
bening dan darah. Ia merupakan antibodi pertama yang diproduksi oleh janin manusia.
IgM juga merupakan antibodi pertama yang diproduksi dalam kasus eksposur terhadap
penyakit tertentu.
d. Pengobatan
Imunisasi yang dapat diberikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian
vaksin MMR (Mumps Measles Rubella) pada wanita usia reproduksi yang belum
mempunyai antibody terhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya
infeksi rubella congenital pada janin.
2.6 Toksoplasma
a. Definisi Toksoplasma
Toksoplasma adalah suatu infeksi protozoa yang disebabkan oleh toxoplasma
gondii. Infeksi ini ditularkan oleh organism berkista dengan memkan daging
mentah atau kurang matang yang terinfeksi atau kontak dengan kotoran kucing
yang terinfeksi.
16
Selama ini persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa kucing
merupakan satu-satunya hewan yang menyebarkan penyakit toxoplasma itu
tidak benar. Parasit toxoplasma juga dapat menjangkiti dan terbawa oleh
manusia dan hewan lain seperti anjing, kambing, babi, burung dan kelinci.
Untuk mengetahui bahwa Ibu terkena toxoplasma atau tidak, dapat
dilakukan melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Bila seseorang terserang
ini, antibody Immunoglobulin M (IgM) dalam darah akan meningkat empat kali
lebih tinggi dari pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya, yang menunjukkan
bahwa infeksi sudah aktif di dalam tubuh.
Jika orang yang terinfeksi parasit toxoplasma memiliki daya tahan
tubuh yang kuat, maka parasit ini dalam kondisi tidak aktif, namun bila
kondisi daya tahan tubuh melemah, infeksi ini akan menjadi aktif. Inilah
mengapa seseorang yang telah dinyatakan terinfeksi toxoplasma, belum
tentu menunjukkan gejala-gejala infeksi.
b. Gejala yang timbul
Sekitar 80% -90% dari orang yang terinfeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala.
Mereka yang mengalami gejala biasanya mengalami pembengkakan kelenjar getah
bening serviks dan gejala mirip flu yang hilang dalam beberapa minggu atau bulan tanpa
pengobatan.
Infeksi pada ibu hamil :
Sebagian besar asimtomatik
17
Limpadenopati disertai malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, nyeri otot, dan
kelelahan tanpa disertai demam.
Infeksi pada bayi :
Diagnosis infeksi tokso congenital biasanya baru dipikirkan bila pada bayi baru
lahir tampak hedrosefalus. Retardasi mental. Choriorentitis, hepatis, pneumonia,
miositis dan limpadenopati.
c. Cara mendeteksi
- Ibu mengalami demam
- Tanyakan pada ibu jika ibu memelihara hewan peliharaan atau tidak
- Tanyakan pada ibu apakah ibu mengkonsumsi makanan (daging) mentah atau
tidak
- Adanya pembengkakan di kelenjar getah bening
d. Pengobatan
1. Infeksi yang terjadi sebelum konsepsi tidak memerlukan terapi spesifik, jika
diperlukan hanya diberikan terapi simtomatik (pengobatan yang bertujuan
meringankan atau menyembuhkan gejala, bukan mengobati sumber penyakit)
2. Hidup sehat :
- Mencuci sayuran, buah-buahan dengan bersih.
- Mencuci tangan sebelum makan dan sebelum melakukan kegiatan.
- Memeriksakan kesehatan seperti cek darah untuk mengetahui lebih lanjut.
18
2.7 Herpes
a. Definisi Herpes
Beberapa definisi dari herpes adalah sebagai berikut :
1. Herpes genetalis adalah homunis pada traktus genitalia bagian bawah.
2. Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes homuis
tipe I dan II yang menyerang daerah mukokutan, seperti adanya vesikel
berkelompok diatas dasar kulit yang sembab dan eritema pada daerah mukokutan.
b. Gejala yang timbul
- Gejala primer biasanya timbukl 3-7 hari setelah paparan.
- Infeksi asimtomatik : parestesia yang ringan dan rasa panas didaerah perineium
dapat terjadi sebelum lesi terlihat.
- Jika mukosavesika urinaria terinfeksim maka urinisasi sangat nyeri sampai terjadi
retensi urine.
- Terjadi vesikel jernih pada labia mayora/minora, kulit perinieum, vestibula,
bahkan sampai vagina dan mukosa ektoserviks.
- Vesike yang dialami dalam waktu 1-7 hari membentuk ukuran ulkus dangkal dan
nyeri, bila penyembuhan terjadi, tidak menyebakan parut/ulserasi.
19
c. Cara mendeteksi
- Mengalami bisul dengan warna kemerahan dan menyerupai cacar
- Wanita akan mengalami nyeri yang tidak tertahankan
- Ibu hamil mengalami demam dan juga flu
- Mengalami sakit kepala dan gemetaran
d. Pengobatan
Jika baru pertama kali terkena herpes selama hamil, sangat penting untuk segera
melakukan konsultasi. Risiko bayi yang terkena herpes lebih besar jika mengalami
infeksi herpes pertama kali saaat akan melahirkan. Saat hamil, jika pasangan
mempunyai riwayat terkena herpes, pastikan pasangan memkai kondom saat
berhubungan seksual selama hamil karna pasangan daoat menularkan infeksi sampai
lesi sembuh. Pemberian antivirus pada ibu yang terinfeksi dan ingin hamil atau
sesudah hamil
2.8 Cytomegalovirus (CMV)
a. Definisi Cytomegalovirus
Adalah virus DNA yang merupakam anggota keluarga herpes virus sehingga
menimbulakan kemampuan latensi. Virus ini merupaka penyebab infeksi perinatal
20
tersering. Bukti infeksi pada janin ditemukan 0,5 – 2% dari semua neonatus (menurut
buku asuhan kebidanan patologi).
b. Gejala yang timbul
Resiko penularan pada janin tertinggi dalam trisemester pertama dan kedua,
sementara infeksi trisemester ketiga biasanya tanpa gejala sisa. Infeksi 10-20%
asimtomatik sewaktu lahir.
c. Cara mendeteksi
Prenatal
Efek infeksi pada janin dideteksi dengan USG, CT SCAN atat MRL.
Dapat dijumpai mirosefalus, ventri kulomegali, klasifikasi sereblum.
Maternal
Dengan mengisolasi virus dalambiakan urine/seksresi uji serologi.
Pemeriksaan lab
Dilakukan pada saat ibu merencanakan kehamilan,awal
kehamilan,selanjutnya dipantau setiap trisemester sampai akhir kehamilan
jika hasil sebelumnya (-).
d. Pengobatan
Kesehatan perlu dijaga dengan baik pada situasi yang beresiko tinggi.
Misalnya tersedianya unit rawat intensif neonatal, pusat rawat berobabat jalan,
dan unit dialysis. Tranfusi ibu dengan darah positif CMV harus dihindari.
21
2.9 HIV/AIDS
a. Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah jenis Lentivirus dalam
pengembangan penyakit menakutkan yang dikenal sebagai Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV adalah virus yang menular dan muncul
dalam cairan tubuh melalui individu yang terinfeksi. Jadi, virus kemungkinan akan
ditularkan melalui darah, keringat, alat kemaluan, cairan ASI yang terinfeksi dan
darah, air mani pria yang terinfeksi. Penularan virus ini dapat terjadi selama
transfuse darah, hubungan seks tanpa alat pengaman, atau dapat ditularkan melalui
jarum suntik. Selama kehamilan dan menyusui, seorang wanita yang terinfeksi
kemungkinan akan menularkan virus ke anak.
Seperti yang kita tahu, sel darah putih (leukosit) merupakan bagian penting
dari system kekebalan tubuh kita. Leukosit membantu melawan semua jenis infeksi
dan penyakit. HIV mulai menghancurkan leukosit dalam tubuh dan dengan
demikian akan melemahkan system kekebalan tubuh. Hal ini membuat tubuh rentan
akan suatu penyakit.
b. Gejala yang timbul
Gejala HIV dan AIDS bervariasi tergantung dari fase infeksinya.
22
Infeksi awal
Ketika infeksi HIV pertama, anda mungkin tidak akan mengalami tanda atau
gejala apapun. Tetapi dalam beberapa minggu anda dapat mengalami:
Demam
Sakit kepala
Radang tenggorokan
Pembengkakan kelenjar limpa
Ruam
Infeksi selanjutnya
Anda mungkin tidak akan mengalami gejala apapun dalam waktu 8
sampai 9 tahun, atau bahkan lebih. Tapi seiring dengan virus yang
melipatgandakan diri dan merusak sistem imun, anda mungkin akan mengalami
infeksi ringan atau gejala kronis seperti:
Pembengkakan node limpa – sering merupakan tanda awal infeksi HIV
Diare
Hilang berat badan
Demam
Batuk atau napas yang pendek
Infeksi tahap akhir
23
Dalam waktu sekitar 10 tahun atau lebih setelah infeksi pertama, masalah
yang lebih serius dapat terjadi yang diistilahkan dengan AIDS dan dapat terjadi:
Infeksi yang terjadi ketika sistem imun lemah, seperti pneumocystis carinii
pneumonia (PCP)
Kadar CD4 lymphocyte 200 atau lebih rendah – normalnya adalah antara
800 sampai 1.200
Seiring dengan perkembangan AIDS, sistem imun anda telah mengalami
kerusakan parah. Infeksi akan mudah terjadi. Tanda dan gejalanya adalah:
Berkeringat di malam hari
Menggigil atau demam lebih dari 38 Celcius untuk beberapa minggu
Batuk kering dan napas pendek
Diare kronis
Noda putih pada lidah atau mulut
Sakit kepala
Pandangan kabur
Hilang berat badan
Anda juga dapat mengalami tanda dan gejala pada tahap lanjut infeksi virus HIV
itu sendiri, seperti:
- Rasa lelah yang tidak hilang dan tidak terjelaskan
24
- Berkeringat pada malam hari
- Menggigil atau demam tinggi untuk beberapa minggu
- Pembengkakan node limpa lebih dari tiga bulan
- Diare kronis
- Sakit kepala yang tidak hilang
Gejala HIV pada anak-anak
Anak-anak dengan HIV positif dapat mengalami:
- Sulit menambah berat badan
- Sulit berkembang secara normal
- Sulit berjalan
- Penundaan perkembangan mental
- Dapat mengalami infeksi telinga, pneumonia dan tonsilis
c. Cara mendeteksi
Untuk bisa melakukan Tes Deteksi HIV/AIDS, kita perlu ke rumah sakit
atau lembaga memberikan yang memberikan layanan tes HIV.
Paket Tes yang umumnya di berikan adalah :
1. Deteksi infeksi menular seksual (IMS)
2. Konseling sebelum tes HIV
3. Tes, aada beberapa jenis tes diantaranya :
25
a. Tes PCR
Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi berbasis
asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik
HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus
atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan
metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus.
Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan metode real-time PCR
yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi
keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya
digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun jarang
digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan tingkat
kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes
lainnya. Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan tes
antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV akan
menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut.
2. Tes antibodi HIV
Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah,
saliva (liur), dan urin. Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat
(rapid test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur
(saliva) manusia. Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan
tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila
menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.
26
Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus
dikonfirmasi kembali dengan ELISA. Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang
dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut adalah Western blot.
3. Tes antigen HIV.
Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang
memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam
jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes
antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi
yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena
sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap
HIV terbentuk.
4. Konseling setelah selesai melakukan tes
c. Pengobatan
Untuk HIV/AIDS belum ada obat untuk penyembuhan penyakit ini.
Adapula jika anda positif mengidap HIV maka anda harus melindungi orang di
sekeliling anda dengan:
- Lakukan hubungan seksual yang aman dengan memakai kondom
- Beritahukan pasangan anda bahwa anda mengidap HIV
27
- Jika pasangan anda hamil, beritahukan bahwa anda mengidap HIV dan lakukan
perawatan untuk menjaga kesehatannya dan bayinya
- Katakan kepada orang lain yang anda rasa perlu untuk tahu bahwa anda mengidap
HIV
- Jangan berbagi jarum suntik
- Jangan donorkan darah dan organ anda
- Jangan berbagi pisau cukur atau sikat gigi
- Jika anda hamil, ambil perawatan medis secepatnya
2.10 Syphilis
a. Definisi
Sifilis atau raja singa adalah penyakit menular seksual yang sangat
berbahaya apabila tidak diobati. Penyakit ini disebabkan oleh Treponema
Pallidum. Bakteri Triponema Pallidum ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui
selaput lendir, seperti selaput lendir di vagina atau mulut dan melalui kulit.
Penyakit sifilis pada ibu hamil dapat ditularkan dari ibu ke janin yang
dikandungnya melalui plasenta. Transmisi sifilis vertical (dari ibu ke janin)
mungkin terjadi pada setiap fase penyakit sifilis. Sifilis juga dapat mempengaruhi
kehamilan dan meningkatkan resiko abortus spontan, gangguan pertumbuhan
janin, dan kematian bayi baru lahir.
b. Gejala yang timbul
28
Gejala sifilis dapat dilihat berdasarkan tahapan infeksi Triponema
Pallidum menjadi empat fase, yaitu :
- Fase Primer Sifilis
Terbentuk luka atau ulkus yang akan muncul sekitar 3-4 minggu setelah
infeksi. Luka atau ulkus yang tidak terasa sakit pada tempat terinfeksi, seperti
pada penis, vulva, vagina, anus, rectum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim dan
jari-jari. Ulkus mulai timbul sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan
segera akan berubah menjadi suatu luka yang terbuka tanpa disertai rasa sakit.
Ulkus tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan keluar cairan
bening yang menular.
- Fase Sekunder Penyakit Sifilis
Ruam kulit muncul dalam waktu 6-12 minggu setelah infeksi. Ruam bias
hilang meskipun tidak diobati, tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan
muncul ruam baru dan juga muncul ulkus di mulut. Penderita akan mengalami
beberapa peradangan, seperti pelebaran dan pembesaran kelenjar getah bening di
seluruh tubuhnya, peradangan mata, tulang dan sendi, ginjal, hati, juga selaput
otak.
Peradangan mata biasanya tidadk menimbulkan gejala, tetapi terjadi
pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Penderita juga
akan mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai rasa sakit.
Peradangan pada ginjal bisa menyebabkan protein masuk ke dalam urin.
Peradangan hati bisa menyebabkan penyakit kuning. Adapun peradangan pada
29
selaput otak (meningitis sifilitik akut) akan menimbulkan gejala seperti
menyebabkan sakit kepala, kerontokan, tidak enak badan, kehilangan nafsu
makan, mual, lelah, demam, dan anemia.
- Fase Laten Penyakit Sifilis
Pada fase ini tidak ada gejala sama sekali, seperti sembuh. Berlangsung
bertahun-tahun, namun bisa muncul kembali yang didukung oleh beberapa faktor,
seperti menurunnya daya tahan tubuh, perilaku seksual yang tidak sehat, pola
makan yang tidak teratur, merokok, pola hidup yang tidak bersih, pemaparan
ulang bakteri Treponema Pallidum.
- Fase Tersier Penyakit Sifilis
Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya, tetapi
timbul berbagai gejala seperti sifilis tersier jinak, sisilis kardiovaskuler, dan
neurosillis.
- Sifilis Tersier Jinak
Adanya gumma (benjolan) di berbagai organ, tetapi yang paling sering
adalah pada kaki bawah lutut, batang tubuh bagian atas wajah dan kulit kepala.
c. Cara mendeteksi
30
Pada saat konseling ibu mengalami beberapa gejala sifilis maka diberikan
penjelasan mengenai sifilis dan menyarankan ibu untuk melakukan beberapa tes
untuk memastikan.
d. Pengobatan
Pemberian antibiotik pada penderita, perawatan selanjutnya setelah
pemberian antibiotik adalah perawatan khusus yaitu menangani reaksi Jarisch-
Herxheimer yang sering menjangkiti para ibu hamil. Suntikan antibiotik pertama
biasanya memunculkan reaksi ini. Biasanya gejala seperti lemas, demam, detak
jantung kencang terjadi. Gejala yang jelas terjadi adalah kulit yang ruam menjadi
mengeras atau menjadi jelas. Resiko yang diakibatkan oleh gejala ini bisa saja
kontraksi yang bertambah dan memberikan rangsangan persalinan lebih besar.
Pengawasan lebih pada kontraksi dan keadaan janin sangat diperlukan setelah
penyuntikan antibiotik. Tes VDRL (Veneral Disease Research Laboratory) atau
RPR (Rapid Plasma Reagin) dan tes FTA-ABS (Flourescent Treponemal
Antibody Absorption).
2.11 Gonorrhoe
a. Definisi Gonorrhoe
Adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh neissera gonorrhe
yang menginfeksi lapisan dalam uretra,leher rahim,rectum,tenggorokan dan
konjungtiva.
b. Gejala yang timbul
31
Kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul
bawah,demam,keluarnya cairan vagina,nyeri ketika berkemih dan desakan untuk
berkemih.
c. Cara mendeteksi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamesism,pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan pembantu serta biakan/pemeriksaan gen hasilnya (+).
Pemeriksaaan khusus : eskudat untuk diplokok intraseluler gram negative.
Pemeriksaan antibody flu oresensi biakan dan serviks. Pada wanita biakan dan
faring pada kasus-kasus yang dicurigai terjadi orogenotal.
d. Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kunilon dan
tetrasikin. Yang direkomendasika adalah pemberian obat golongan
sefalosporin( seftilakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal, jika wanita hamil alergi
terhadap penisilin/sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan
spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal pada wanita hamil juga dapat diberikan
amoksisilin 2 gr/3 gr oral dengan tambahan probenesia 1 gr oral sebagai dosis
tunggal yang diberikan saat isolasi. Gonorrhoe yang sensitive terhadap penisilin.
Amoksisilin direkomendasikan untuk pengobatab jika disertai infeksi c.trachomatis.
32
2.12 Varisela
a. Definisi varisella
Varicella/ cacar air adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus varicella
zoster. Organ tubuh yag diserang adalah kulit, selaput lendiri, mata dan mulut, serta
keroongkongan dan oragan lain misalnya otak. Penyakit ini dapat menyerang semua
umur, tetspi pada ank-anak lebih sering.
b. Gejala yang timbul
Kejadian penularan kepada orang lain 1-2 hari sebelum munculnya ruam
sampai dengan membentuk kerompeng. beberapa gejalanya sebagai berikut :
2.13 Demam seperti influenza
2.14 Timbul erupsi kemerahan pada kulit yang diikuti dengan terbentuknya
vesikel pada punggung,muka ekstremitas
2.15 Gatal dan nyeri pada daerah lesi
2.16 Virus varicella dapat menginfeksi janin secara transplasenter
c. Cara mendeteksi
33
Ibu hamil yang terkena cacar dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan
ultrasound secara rinci setidaknya pada usia kehamilan 18-20 minggu, guna melihat
ada tidaknya tanda-tanda kelainan bawaan gangguan lain. Ada kalanya diperlukan
konsultasi dengan ahli genetik untuk membicarakan risiko yang akan timbul dan
keputusan apa yang sebaiknya diambil.
Jika sakit cacar terjadi pada kehamilan tua dan lebih dari lima hari sebelum
melahirkan, kemungkinan kondisi bayi akan baik-baik saja. Ini karena lima hari
setelah terinfeksi virus cacar, tubuh si ibu membangun antibodi terhadap virus dan
bayi mendapatkan antibody tersebut lewat plasenta. Apabila ibu terkena cacar 5-21
hari sebelum bayi lahir, ada kemungkinan si bayi terkena cacar beberapa hari setelah
lahir. Namun, karena sudah ada antibody, kondisinya tidak parah.
Akan lebih membahayakan jika penyakit cacar itu dialami ibu hamil antara 5
hari sebelum melahirkan dan 2 hari setelah melahirkan. Si kecil beresiko terpapar
virus dan bisa menjadi serius karena tidak sempat mendapat kiriman antibody dari
sang ibu. Pada kasus ini, 30-40 % beresiko mengalami varicella neonatal yang
mungkin memerlukan penanganan jangka panjang, bahkan sepanjang hidup.
Keparahan ini bisa dikurangi dengan suntikan varicella zoster immune globulin
(VZIG) segera setelah lahir.
Adapun yang harus dilakukan oleh ibu hamil :
2.17 Ibu hamil harus diperiksa status imunitasnya sebelum hamil atau paling
tidak pada masa trimester pertama.
34
2.18 Pencegahan dengan mendapat suntikan VZIG (Varicella Zooster
ImunoGlobulin) atau obat anti virus lain jika diketahui ibu hamil kontak dengan
penderita cacar air.
2.19 Jika sudah terlanjur terjangkit, ibu perlu dirawat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
2.20 Kalau terjangkit cacar menjelang masa persalinan sampai setelah
melahirkan, bayinya harus segera mendapat suntikan VZIG atau penanganan
maksimal dari dokter yang menangani ibu dan bayinya.
2.21 Pembeian vaksinasi kepada ivu hamil harus dilakukan dengan ekstra hati-
hati agar tidak menimbulkan dampak lain yang merugikan ibu maupun janin yang
dikandung.
d. Pengobatan
Vaksinasi merupakan langkah bijaksana dalam perlindungan terhadap virus
dan komplikasinya. Vaksin dapat diberikan sedini mungkin. Namun, apabila
dikehendaki oranag tua, vaksin dapat diberikan setelah umur >1 tahun. Apabila
vaksin diberikan pada umur >13 tahun, maka imunisasi diberikan 2 kali dengan jarak
4-8 minggu.
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua penyakit ini memberikan dampak pada kehamilan sehingga semua penyakit
harus bisa ditangani dengan baik sehingga dampak yang ada tidak besar atau minimal
atau bahkan tidak ada dampak yang ditimbulkan pada kehamilan baik itu pada ibu
maupun pada janin.
Selain itu, dalam penangan penyakit-penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian
obat-obatan. Karena dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan efek
terutama kepada sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan yang boleh
diberikan kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil. Jangan
sampai kita bermaksud memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi malah
menyebabkan efek teratogenik pada janin.
B. Saran
Sebagai saran kami, sebagai penolong persalinan kita harus bisa mendeteksi secara
dini penyakit-penyakit yang menyertai kehamilan sehingga dapat meminimalkan atau
menghilangkan resiko cacat atau kematian janin. Kita harus bisa megetahui penanganan
yang tepat atau pengobatan yang aman buat kehamilan ibu sehingga persalinan dapat
berjalan secara fisiologi. Selain itu, kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama
hamil sehingga tidak dapat terdeteksi secara dini.
36
DAFTAR PUSTAKA
Adams RD, Victor M, 1989. Principles of Neurology , 5th ed. Singapore : Mc Graw Hill Book.
Ambarwati, 2008. Asuhan KebidananNifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81)
Gilroy J.1992. Basic neurology, 2nd ed. Singapore : Mc Graw Hill Book.
Gilman AG., Rall TW., Nies AS., Taylor P. 1991. The Pharmacological basis of therapeutics, 8th ed. Vol. 1. Singapore : Pergomen Press.
Holmes GL., Weber DA, 1985. Effect of pregnancy on development of Seizure. Epilesia (26)4: 299-302.
Johnston MV., MacDonal RL., Young AB. 1992. Principles of drug therapy in neurology. Philadelphia : FA Davis, p. 102-104.
Laidiaw J., Riches A., Oxley J. 1998. A textbook of epilepsy. 3rd ed. New York : Churchill Livingstone, p. 203-211; 544-557.
Lander CM. 1992. Managing the pregnant epileptic patient. Journal of Pediatrics Obstetrics and Gynecology. 18(4), p. 26-30.
Plum F., Fosner JB. 1982. The Diagnosis of stupor and coma. 3rd ed. Philadelphia : FA Davis Company, p. 251-253.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta
Penyakitsifilis.com diunduh pada tanggal 10 September 2015. Pkl 18.32 pm
Shorvan SD, 1988. Epilepsy untuk praktek umum, Jakarta : Ciba Geigy Pharma Indonesia, p. 84-87.
Warta epilepsy, 1992. Epilepsy dan hormon, (37), p. 1-8
Yerby MS, 1991. Pregnancy and teratogenesis in woman and epilepsy. John Wiley & Sons, p. 163-181.
37