Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
RANGKUMAN BAB 4-6
Nama : Farra Salsabila Ramadhita
Nim : 1824090114
Hari/Jam Kuliah : Selasa, 09.30 – 11.10
Dosen : Rr. Dini Diah Nurhadianti S.Psi, M.Si
BAB 4
Edward Lee Thorndike
KONSEP TEORITIS PERTAMA
Koneksionisme : Thorndike menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan
impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi. Pendekatan ia cukup
bebrbeda dan dapat dianggap sebagai teori belajar modern pertama. Teori
Thorndike bisa dipahami sebagai kombinasi daari asosiasisme, Darwinisme,
dan metode ilmiah.
Pemilihan dan Pengaitan : Bentuk paling dasar dari proses belajar adalah
trial-and-error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebutnya
sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Ia mendapatkan
ide dasar ini melalui ekperimen awalnya, dengan memasukan hewan ke dalam
perangkat yang telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu
melakukan jenis respons terntentu ia bisa keluar dari perangkat itu. Thorndike
meneybut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai
fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan
problem. Semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin cepat ia
akan memecahkan problem.
Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian Mendalam
(Insightful) : Dengan menyebutkan penurunan gradual dalam waktu untuk
mendapatkan solusi sebagai fungsi percobaan suksesif, Thorndike
menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental (bertahap), buka insightful
(langsung ke pengertian). Dengan kata lain belajar dilakukan dalam langkah-
langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian
mendalam.
Belajar Tidak Dimediasi oleh Ide : Berdasarkan risetnya, Thorndike (1898)
menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh
pemikiran atau penalaran. Pada contoh kucing, kucing tidak melihat-lihat
situasi apalagi memikirkan situasi, lalu memutuskan apa yang mesti
dilakukan. Kucing melakukan aktivitas langsung berdasarkan pengalaman dan
reaksi naluriah terhadap situasi “terpenjara saat lapar dengan makanan
berada di luar kerangkeng.” Kucing itu tidak menyadari tindakannya dapat
membuatnya mendapatkan makanan akhirnya tindakan tersebut dilakukanya
kembali dengan segera, naum ia bertindak berdasarkan dorongannya. Jadi,
dengan mengikuti prinsip parsimoni, Thorndike menolak campur tangan nalar
dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan
pengaitan dalam belajar.
Semua Mamalia Belajar Dengan Cara yang Sama : Banyak orang yang
terganggu oleh pandangan Thorndike bahwa semua proses belajar adalah
langsung dan tidak dimediasi oleh ide-ide, dan teruma karena dia juga
menegaskan bahwa proses belajar semua mamalia, termasuk manusia,
mengikuti kaidah yang sama. Menurutnya, tidak ada proses khusus yang perlu
dipostulatkan dalam rangka menjelaskan proses belajar manusia.
PANDANGAN THORNDIKE TENTANG PENDIDIKAN
Thorndike percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah.
Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan
praktik pengajaran. Pengajaran yang baik menurutnya yaitu pertama-tama
harus melibatkan pengetahuan atas semua hal yang akan diajarkan. Jika tidak
tahu dengan pasti apa yang akan diajarkan, maka tidak akan tahu materi apa
yang harus diberikan, respons apa yang mesti di cari, dan kapan mesti
mengaplikasikan penguatan.
Dalam hal yang lebih kontemporer, Thorndike mungkin akan menyarankan
penataan kelas dengan tujuan yang didefinisikan secara jelas. Tujuan
pendidikan ini harus berada dalam jangkauan kapabilitas pembelajar (siswa),
dan tujuan tersebut harus dibagi-bagi menjadi unit-unit yang bisa dikelola
sehingga guru dapat mengaplikasikan “keadaan yang memuaskan” saat
pembelajar memberi respons yang tepat.
Situasi belajar harus sebisa mungkin dibuat menyerupai dunia yang nyata. Ia
percaya bahwa proses belajar akan ditransfer dari ruang kelas ke lingkungan
luar sepanjang dua sitausi itu mirip.
KONTRIBUSI
Thordinke tidak hanya menjelaskan dan mensintesiskan data yang tersedia, ia
juga menemukan dan mengembangkan fenomena belajar trial-and-erorr dan
transfer training, misalnya yang akan mendefinisikan domain teori belajar
untuk masa-masa berikutnya.
Thordinke adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang
terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap
kekuatan perilaku.
Thordinke adalah salah satu orang paling awal yang meneliti mengapa orang
bisa lupa melalui hukum latihannya dan meneliti pengekangan perilaku lewat
kajiannya terhadap hukuman.
Thordinke adalah orang pertama yang mempertanyakan asumsi umum tentang
praktik pendidikan pada satu saat itu (disiplin formal).
BAB 5
Burrhus Frederick Skinner KONSEP TEORITIS PERTAMA
Behaviorisme Radikal : Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat
ilmiah dikenal sebagai radical behaviorism (behavirosime radikal). Orientasi
ilmiah ini menolak bahasa ilmiah dan interpretasi imiah yang mengacu pada
mentalistic event (kejadian mental). Skinner menolak jenis istilah ini karena
istilah itu merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi, dan
menurutnya menyebabkan psikologi kembali ke puncak non-ilmiah. Aspek
yang dapat diamati dan dapat diukur dari lingkungan, dari perilaku organisme,
dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk
penelitian ilmiah.
Perilaku Responden dan Operan : Skinner membedekan dua jenis perilaku
yaitu perilaku responden yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali,
dan perilaku operan yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi
dilakukan sendiri oleh organisme. Contoh dari perilaku responden adalah
semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika tertusuk jarum,
menutupnya kelopak mata saat terkena cahaya yang menyilaukan, dan
keluarnya air liur saat ada makanan. Sedangkan perilaku operan tindakannya
tampak spontan, contohnya adalah tindakan ketika hendak bersiul, berdiri lalu
berjalan, atau anak yang meninggalkan satu mainan dan beralih ke mainan
lainnya. Kebanyakan aktivitas keseharian kita adalah perilaku operan.
Pengkondisian Tipe S dan Tipe R : Ada dua jenis pengkondisian.
Pengkondisian Tipe S juga dinamakan pengkondisian respon dan identik
dengan penkondisian klasik. Disebut Tipe S karena menekankan arti penting
stimulus dalam menimbulkan respons yang diinginkan. Tipe S kekuatan
pengkondisiannya biasanya ditentukan berdasarkan besaran (magnitude) dari
respons yang terkondisikan. Tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan
dinamakan Tipe R karena penekanannya adalah pada respons. Tipe R ini juga
dinamakan pengkondisian operan. Pengkondisian Tipe R kekuatannya
ditunjukkan dengan tingkat respons (respons rate). Hampir semua riset
Skinner berkaitan dengan pengkondisian Tipe R, atau pengkondisian operan.
Prinsip Pengkondisian Operan : Ada dua prinsip umum dalam
pengkondisian Tipe R yaitu (1) setiap respons yang diikuti dengan stimulus
yang menguatkan cenderung akan diulang, dan (2) stimulus yang menguatakan
adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan.
Kotak Skinner : Sebagian besar percobaan binatang Skinner awal dilakukan
dalam ruang tes kecil yang terkenal sebagai Skinner Box (kotak Skinner).
Kotak Skinner biasanya menggunakan lantai, berkisi-kisi, cahaya,
tuas/pengungkit, dan cangkir makanan.
Pencatatan Kumulatif : Skinner menggunakan cumulative recording (pencatatan
kumulatif) untuk mencatat perilaku hewan dalam kotak Skinner. Catatan kumulatif ini
berbeda dengan cara penyusunan grafik data dalam eksperimen belajar. Waktu dicatat
di sumbu x dan total jumlah respons dicatat di sumbu y. Pencatatan kumulatif tak
pernah turun—garisnya naik atau tetap sejajar dengan sumbu x. Misalnya kita ingin
tahu seberapa sering hewan menekan tuas. Ketika catatan kumulatif menunjukkan
garis yang sejajar atau paralel dengan sumbu x, maka itu berarti tidak ada respons
artinya, hewan tidak menekan tuas. Ketika hewan memberikan respons dengan
menekan tuas, maka penulisan garis akan naik dan tetap di level itu sampai hewan
merespons lagi.
Pengkondisian Respons Penekanan-Tuas : Pengkondisian respons
penekanan-tuas menggunakan 3 langkah yaitu
1. Deprivasi, hewan percobaan diletakkan dalam jadwal deprivasi. Jika
makanan akan dipakai sebagai penguat (reinforcer), hewan itu tidak diberi
makan sealma 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan, atau ia diberi
jatah makan 80 persen dari normal.
2. Magazine Training, setelah menjalani jadwal deprivasi selama beberapa
hari, hewan diletakkan di kotak Skinner. Eksperimenter menggunakan tombol
eksternal dan secara periodik menraik mekanisme pemberian makanan.
3. Penekanan Tuas, sekarang hewan dibiarkan sendiri di kotak Skinner. Pada
akhirnya hewan itu akan menekan tuas, yang akan mengaktifkan magazine
makanan, menimbulkan bunyi klik dan memberi sinyal bagi hewan itu untuk
mendekati cangkir makanan.
Pembentukan : Ada pendekatan lain untuk pengkondisian operan yang tidak
membutuhkan waktu lama disebut shaping (pembentukan). Hewan diletakkan
dalam jadwal deprivasi dan menjalani magazine, dan eksperimenter ini
memutuskan untuk memicu mekanisme hanya ketika hewan berada di satu
bagian dalam kotak Skinner yang terdapat tuas. Pembentukan terdiri dari dua
komponen yaitu dufferential reinforcement (penguatan diferensial) dan
successive approximation (kedekatan suksesif).
Pelenyapan : Seperti pengkondisian klasik, ketika kita mencabut penguat dari
situasi pengkondisian operan, kita berarti melakukan extinction (pelenyapan).
Selama akuisisi hewan mendapatkan secuil makanan setiap kali dia menekan
tuas. Dalam situasi ini hewan belajar menekan tuas dan akan terus
melakukannya sampai ia kenyang. Jika mekanisme pemberi makanan
mendandak dihentikan, dan karenanya penekanan tuas tidak akan
menghasilkan makanan, maka kita akan melihat catatan kumulatif pelan-pelan
akan mendatar dan akhirnya akan sejajar dengan sumbu x, yang menunjukkan
bahwa tidak ada lagi respons penekanan-tuas.
Pemulihan Spontan : Setelah pelenyapan, apabila hewan dikembalikan ke
sarangnya selama periode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke
situasi percobaan, ia sekali lagi akan mulai menekan tuas dengan segera tanpa
perlu dilatih lagi, hal ini disebut sebagai spontaneous recovery (pemulihan
spontan).
Perilaku Takhayul : Menurut prinsip pengkondisian operan, kita dapat
memperkirakan bahwa perilaku yang dilakukan hewan ketika mekanisme
pemberi makan diaktifkan akan diperkuat, dan hewan akan cenderung
mengulangi perilaku yang diperkuat itu. Hewan bisa mengembangkan respons
ritualistik yang aneh; ia mungkin menyerudukkan kepalanya, atau berputar-
putar atau melakukan tindakan lain ketika mekanisme pemberi makan
mendadak aktif. Perilaku ritualistik ini disebut sebagai takhayul karena hewan
itu sepertinya percaya bahwa apa yang dilakukannya akan menyebabkan
datangnya makanan.
Operan Diskriminatif : Dalam kondisi ini, cahaya kita disebut sebagai SD atau
disctiminative stimulus (stimulus diskriminatif). Cahaya yang menyala
mendefinisikan kondisi SD, sedangkan cahaya yang padam mendefinisikan
situasi SA (Delta). Dengan tatanan seperti ini, hewan belajar menekan tuas saat
cahaya menyala dan tidak menekan saat cahaya padam. Cahaya, kerenanya
menjadi sinyal (petunjuk) untuk respons penekanan-tuas. Kit telah
mengembangkan discriminative operant (operan diskriminatif), yang
merupakan respons operan yang diberikan untuk satu situasi tetapi tidak untuk
situasi lainnya.
Penguatan Sekunder : Menurut prinsip sekunder, pemasangan cahaya
dengan makanan akan menyebabkan cahaya memiliki properti penguatan
tersendiri. Salah satu cara menguji ide ini yaitu dengan melenyapkan respons
penekanan tuas sehingga ketika hewan menekan tuas, tidak akan ada makanan
atau minuman yang diberikan. Ketika tingkat respons penekanan-tuas
menurun ke level operan, kita menata agar penekanan itu akan menyalakan
cahaya tetapi tidak menghasilkan makanan. Kita mencatat bahwa respons
meningkat. Cahaya yang tidak diasosiasikan dengan penguat utama tidak akan
menghasilkan efek yang serupa selama pelenyapan.
Penguat yang Digeneralisasikan : Suatu generalized reinforcer (penguat
yang digeneralisasikan) adalah penguat sekunder yang dipasangkan dengan
lebih dari satu penguat utama. Uang adalah penguat yang digeneralisasikan
karean ia pada akhirnya diasosiasikan dengan banyak penguat utama.
Keuntungan utama dari penguat yang digeneralisasikan adalah ia tidak
tergantung pada kondisi deprivasi agar bisa efektik.
Perantaian : Satu respons dapat membawa organisme berhubungan dengan
stimuli yang bertindak sebagai SD untuk respons lainnya, yang pada gilirannya
akan menyebabkannya mengalami stimuli yang menyebabkan respons ketiga,
dan seterusnya. Proses ini disebut chaining (perantaian atau proses berantai).
Sebagian besar perilaku melibatkan beberapa bentuk perantaian. Misalnya,
tindakan menekan tuas dalam kotak Skinner buka merupakan respons yang
tunggal. Respons berantai juga dapat terjadi antara dua orang.
Penguat Positif dan Negatif : Penguatan positif primer (primary positive
reinforcement) ini adalah sesuatu yang secara alamiah memperkuat organisme dan
berkaitan dengan survival, seperti makanan dan minuman. Sebuah penguat positif,
entah itu primer atau sekunder, adalah sesuatu yang apabila ditambahkan ke situasi
oleh suatu respons tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respons
tersebut.
Penguatan negatif primer (primary negative reinforcer) adalah sesuatu yang
membahayakan secara tidak alamiah bagi organisme, seperti suara yang amat
tinggi atau setrum listrik. Sebuah penguat negatif, entah itu primer atau
sekunder, adalah sesuatu yang jika dihilangkan dari situasi oleh respons
tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.
Hukuman : Terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif
dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif. Skinner dan Thorndike
memiliki pendapat yang sama soal efektivitas hukuman yaitu hukuman tidak
menurunkan probabilitas respons. Walaupun hukuman bisa menekan suatu
respons selama hukuman itu diterapkan, namun hukuman tidak akan
melemahkan kebiasaan. Ia mengatakan hukuman didesain untuk
menghilangkan terulangnya perilaku ganjil, berbahaya, atau perilaku yang
tidak diinginkan lainnya dengan asumsi bahwa seseorang yang dihukum akan
berkurang kemungkinannya mengulangi perilaku yang sama.
Alternatif untuk Hukuman : Situasi yang menyebabkan perilaku yang tidak
diinginkan bisa diubah, dan karenanya akan mengubah perilaku. Misalnya,
memindahkan piring hiasan dari ruang keluarga akan mengeliminasi problem
anak memecahkan barang itu. Respons yang tidak diinginkan itu dapat dibuat
menjadi menjemukan dengan cara membiarkan organisme melakukan respons
yang tidak diinginkan itu sampai ia bosan. Jika perilaku yang tidak
diinginkkan itu adalah fungsi dari tahap perkembangan anak, ia bisa
dieliminasi cukup dengan menunggu anak itu tumbuh lebih besar. Cara
lainnya adalah dengan membiarkan waktu yang menentukan, tetapi cara ini
boleh jadi akan terlalu lama.
Perbandingan Skinner dan Thorndike : Meskipun Skinner dan Thorndike
punya kesamaan pendapat dalam sejumlah isu penting seperti kontrol perilaku
oleh stimuli di lingkungan dan ketidakefektifan hukuman, namun ada
perbedaan penting diantara mereka. Misalnya, variabel terikat dalam
eksperimen belajar Thorndike (ukuran sejauh mana belajar terjadi) adalah
waktu untuk solusi. Thorndike tertarik mengukur seberapa lama waktu yang
dibutuhkan binatang untuk melakukan tugas yang perlukan untuk
membebaskan diri dari kurungan. Skinner sebaliknya, menggunakan tingkat
respons sebagai variabel terikatnya. Perbedaan lain antara pengkondisian
operan Skinner dengan pengkondisian instrumental Thorndike
mengilustrasikan bahwa dua pendekatan itu berbeda dan istilah operan dan
instrumental tidak dapat dipertukarkan. Dalam sejarah teori belajar,
pengkondisian operan Skinner sangat berbeda dengan pengkondisian
instrumental Thorndike sehingga gagasan Skinner itu dianggap revolusioner.
Jadwal Penguatan : Skinner telah mempublikasikan data tentang efek dari
penguatan parsial ketika Humphreys (1939a, 1939b) mengguncang dunia
psikologi dengan menunjukkan bahwa proses pelenyapan adalah lebih cepat
sesudah penguatan parsial. Penguatan parsial akan menyebabkan resistensi
yang lebih besar terhadap pelenyapan ketimbang penguatan yang
berkelanjutan atau penguatan 100 persen, dan fakta ini dinamakan partial
reinforcement effect (PRE). Ada beberapa jadwal penguatan yang lazim
dipakai yaitu
- Continuous Reinforcement Schedule (jadwal penguatan
berkelanjutan)
- Fixed Interval Reinforcement Schedule (jadwal interval tetap)
- Fixed Ration Reinforcement Schedule (jadwal penguatan rasio tetap)
- Variable Interval Reinforcement Schedule (jadwal penguatan interval
variabel)
- Variable Ratio Reinforcement Schedule (jadwal penguatan rasio
variabel)
- Concurrent Schedules and the Matching Law (jadwal penguatan
secara bersamaan)
- Concurrent Chain reinforcement Schedule (jadwal penguatan rantai
secara bersamaan)
- Progressive Ratio Schedule and Behavioral Economics (jadwal
penguatan rasio progresif)
Perilaku Verbal : Skinner percaya bahwa perilaku verbal (bahsa) dapat
dijelaskan dalam konteks teori penguatan. Skinner menggolongkan respons
verbal berdasarkan bagaimana mereka terkait dengan penguatan, yakni dari
segi apa yang mesti dilakukan agar respons itu diperkuat.
1. Mand. Kata mand berasal dari fakta bahwa ada permintaan (demand).
ketika permintaan dipenuhi, ucapan (mand) diperkuat, dan saat kebutuhan
seseorang muncul lagi di waktu yang lain, orang itu kemungkinan akan
mengulangi mand tersebut.
2. Tact. Secara umum adalah penanaman objek kejadian dilingkungan
dengan cepat, dan penguatannya berasal dari penguatan kesesuaian antara
lingkungan dan perilaku verbal seseorang.
3. Echoic Behavior. Yaitu perilaku verbal yang diperkuat saat perilaku
verbal orang lain diulang secara verbatim (persis kata demi kata).
4. Autoclitic Behavior. Menurut Skinner (1957), istilah ‘autoclitic’
dimaksudkan lain. Fungsi utama autoclitic behavior adalah untuk
mengkualifikasikan respons, mengekspresikan relasi.
Kontrak Kontingensi : Hal ini merupakan perluasan pemikiran Skinnerian.
Ringkasnya, kontrak kontingensi adalah menyusun semacam tata-situasi
dimana seseorang mendapat sesuatu yang diinginkannya pabila orang itu
bertindak dalam cara tertentu. Beberapa situasi bisa ditata sederhana dan
mencakup perilaku sederhana, seperti ketika guru berkata kepada murid “Jika
kalian tenang selama lima menit, kalian boleh istirahat dan bermain diluar.”
Sikap Skinner Terhadap Teori Belajar : Skinner percaya bahwa adalah
tidak perlu kita merumuskan teori yang rumit untuk mempelajari perilaku
manusia, dan dia percaya kita tidak perlu tahu korelasi fisiologis dari perilaku.
Dia percaya bahwa kejadian behavioral harus dideskripsikan dalam term hal-
hal yang langsung mempengaruhi perilaku dan tidak logis jika kita berusah
auntuk menjelaskan perilaku dalam term kejadian fisiologis. Karena alasan ini
metode riset Skinner disebut “pendekatan organisme kosong”. Ia juga
berpendapat bahwa dari teori belajar yang kompleks, seperto teori Hull, adalah
membuang-buang waktu dan sia-sia. Pada satu waktu teori-teori seperti itu
mungkin berguna dalam psikologi, namun tidak akan berguna lagi saat kita
berhasil mengumpulkan lebih banyak data lagi. Menurut Skinner perhatian
utama kita adalah menemukan hubungan dasar antara kelas-keals stimuli dan
kelas-kelas respons.
Kebutuhan Akan teknologi Perilaku : Skinner menganggap teknologi
perilaku yang disusun dengan cermat akan bisa membantu manusia
memecahkan banyak masalah, namun banyak orang akan menentang teknologi
ini karena tampaknya ia bertentangan dengan sejumlah kepercayaan tentang
diri kita, terutama dari manusia sebagai mahkluk yang rasional, bebas, dan
bermanfaat. Ia berpendapat bahwa kepercayaan itu menganggu solusi utama
kita dan juga mencegah perkembangan alat yang bisa memecahkan problem
tersebut. Dalam artiket berjudul “Whats Is Wrong with Daily Life in the
Western World?” Skinner (1986) memperbarui sarannya untuk menggunakan
teknoloogi perilaku guna memecahkan problem manusia. Dalam artikel ini ia
berpendapat bahwa lima praktik kultural telah mengikis kekuatan efek dari
kontingensi penguatan yaitu (a) mengalienasikan pekerja dari konsekuensi
kerja mereka, (b) membantu mereka yang sebenarnya bisa membantu dirinya
sendiri, (c) membimbing perilaku dengan aturan, bukan dengan memberi
konsekuensi yang menguatkan, (d) mempertahankan sanksi dari pemerintah
dan agama yang merugikan individu, (e) memperkuat perilaku menonton,
mendengar, membaca, berjudi, dan seterusnya, sembari memperkuat sedikit
perilaku lainnya.
PANDANGAN SKINNER TENTANG PENDIDIKAN Seperti Thorndike, ia sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnya ke
proses pendidikan. Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif
apabila (1) informasi yang akan dipelajari disajikan secara bertahap, (2)
pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi
pembelajaran, dan (3) pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.
Skinner menegaskan bahwa tujuan belajaar seharusnya dispesifikasikan
dahulu sebelum pelajaran dimulai. Dia menegaskan bahwa tujuan belajar itu
mesti didefinisikan secara behavioral. Seperti Thorndike, bagi Skinner
motivasi hanya penting untuk menentukan apa yang akan bertindak sebagai
penguat untuk murid tertentu.
Penguat sekunder sangat penting pula, sebab penguat ini biasanya dipakai di
kelas. Contohnya, pujian verbal, ekspresi wajah yang menyenangkan,
pemberian penghargaan, menghargai kesuksesan, memberi nilai, peringkat,
dan memberi kesempatan murid untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan.
KONTRIBUSI
Program riset Skinner yang panjang dan produktif jelas amat berpengaruh
terhadap psikologi ilmiah murni maupun terapan. Dibandingkan dengan
banyak karya periset lainnya, sistem Skinner cukup langsung dan dapat
dengan mudah diaplikasikan ke berbagai problem mulai dari pelatihan hewan
sampai terapi modifikasi perilau manusia.
Metode Skinner sangat berbeda dari metode behaviorisme pada umunya. Di
sepanjang hidupnya Skinner berpegang teguh pada pendapatnya bahwa para
psikolog seharusnya tidak melakukan teorisasi, khususnya untuk aspek-aspek
kognitif, dan mereka cukup memberikan penjelasan perilaku saja.
BAB 6
Clark Leonard Hull
PENDEKATAN TEORISASI HULL
Sebagai langkah pertama dalam menyusun teorinya, Hull menyelesaikan
ulasan mendalam terhadap riset-riset tentang belajar yang sudah ada.
Kemudian dia berusha meringkaskantemuannya itu. Lalu dia berusaha
mendedukasi konsekuensi yang dapat diuji berdasarkan ringkasan ini.
Pendekatan Hull dalam membangun suatu teori dinamakan hypothetical
deductive (deduksi hipotesis) atau logical deductive.
Dapat dilihat bahwa tipe teorisasi ini menghasilkan sistem yang dinamis dan
terbuka. Hipotesis selalu dibuat; beberapa diantaranya dikuatkan oleh hasil
eksperimen dan beberapa lainnya ditolak. Ketika eksperimen mengarah ke
arah yang di prediksikan, maka seluruh teori, termasuk postulat dan teorema
menjadi kuat.
KONSEP TEORITIS UTAMA
Teori hull mengandung struktur postulat dan teorema yang logis mirip seperti
geometri Euclid. Postulat-postulat itu adalah pernyataan umum tentang
perilaku yang tidak dapat diverifikasi secara langsung, meskipun teorema yang
secara logis berasal dari postulat itu dapat diuji. Pertama-tama kita akan
mendiskusikan enam belas postulat utama Hull yang dikemukakan pada 1943,
dan kemudian kita akan melihat revisi utama yang dilakukan Hull pada 1952.
Postulat 1: Sensing the External and the Stimulus Trace. Stimulasi eksternal
memicu dorongan neuran (sensoris) afferent, yang bertahan lebih lama
ketimbang stimulasi enviromental.
Postulat 2 : The Interaction of Sensory Impulses. Interaksi ini
mengindikasikan komplesitas stimulasi dan karenanya menunjukkan kesulitan
dalam memprediksi perilaku.
Postulat 3 : Unlearned Behavior. Hull percaya bahwa organisme dilahirkan
dengan hierarki respons, perilaku yang dipelajari, yang akan aktif jika
dibutuhkan.
Postulat 4 : Contiguity and Drive Reduction as Necessary Concditions for
Learning. Jika satu stimulus menimbulkan respons dan jika respons itu bisa
memuaskan kebutuhan biologis, maka asosiasi antara stimulus dan responss
akan diperkuat.
Postulat 5 : Stimulus Generalization. Hull mengatakan bahwa kemampuan
suatu stimulus (Selain stimulus yang digunakan selama pengkondisian) untuk
menimbulkan respons yang dikondisikan ditentukan oleh kemiripannya
dengan stimulus yang digunakan selama training.
Poatulat 6 : Stimuli Associated Drives. Definisi biologis dalam organisme
akan menghasilkan drive rasa perut lapar yabg mengiringi dorongan lapar, dan
mulut kering, bibir kering, dan tenggorokan kering yang mengiringi dorongan
haus.
Postulat 7 : Reaction Potential as a Function of Drive and Habit Strengh.
Kemungkinan respons yang dipelajari akan terjadi pada satu waktu tertentu
dinamakan reaction potential.
Postulat 8 : Responding Causes Fatigues, Which operants Against the
Eliction of a Conditional Response. Respon memerlukan kerja, menyebabkan
keletihan.
Postulat 9 : The Learned Response of Not responding. Kelelahan adalah
pendorong negatif, dan karenanya tidak memberikan respons akan
menghasilkan penguatan.
Postulat 10 : Factors Tending to Inhibit a Learned Response Change
fromm Moment to Moment. Menurut Hull “potensi penghambaat” yang
bervariasi dari satu waktu ke waktu lainnya dan menghambat munculnya
respons yang telah dipelajari.
Postulat 11 : Momentary Effective Reaction Potential Must Exceed a
Certain Value Before a Learned Response Can Occur. Nilai SER yang harus
lebih tinggi sebelum respons yang terkondisikan dapat muncul dinamakan
reaction threshold (ambang reaksi [SLR]). Karenanya, respons yang telah
dipelajari akan muncul hanya jika SER lebih besar daripada SLR.
Postulat 12 : The Probability That a Learned response Will Be Made Is a
Combined Function of SER, SOR , and SLR. Dalam tahap awal training, yakni
hanya setelah beberapa percobaan yang diperkuat, SER akan dekat dengan
SLR, sehingga, karena efek dari SOR, respons yang terkondisikan akan muncul
di beberapa percobaan tetapi tidak di percobaan lainnya.
Postulat 13 : The Greater the Value of SER the Shorter Will Be the Latency
between S and R. adalah waktu antara peresentasi stimulus ke organisme dan
respons yang dipelajarinya.
Poatulat 14 : The Value of SER Will Determine Resistance fo Extinction.
Nilai SER di akhir training menentukan resistensi terhadap pelenyapan, yakni
berapa banyak dibutuhkan respons yang tak diperkuat sebelum terjadi
pelenyapan.
Postulat 15 : The Amplitude of a Conditioned Response Varies Directly with
SER. Bebeapa respons yang dipelajari terjadi bertingkat-tingkat, misalnya
keluarnya air liur atau GSR.
Postulat 16 : When Two of More Incompatible Response Tend to Be
Elicited in the Same Situasion, the One with the Greatest SER Will Occur.
Ringkasan Simbol dalam Teori Hull D = drive (dorongan)
SHR = habit strength (kekuatan kebiasaan)
SER = reaction potential (potensi reaksi) = SHR x D
IR = reactive inhibition (hambatan reaktif)
SIR = conditioned inhibition (hambatan yang dikondisikan)
SĒR = effective reaction potential = SHR x D – (IR + SIR)
SOR = oscillation effect (efek guncangan)
SĒR = momentary effective reaction potential = SER – SOR
= [SHR x D – (IR + SIR )] – SSR
SLR = nilai SĒR harus lebih besar sebelum respons yang telah dipelajari dapat muncul
StR = reaction time (waktu reaksi)
p = response probability (probabilitas respons)
n = trials to extinction (percobaan ke pelenyapan)
Dinamisme Intensitas-Stimulus Menurut Hull, stimulus-intensity dynamism (dinamisme intensitas-
stimulus[V]) adalah variabel pengintervensi yang bervariasi menurut intensitas
stimulus eksternal (S). Secara sederhana dinamisme intensitas-stimulus
menunjukkan bahwa semakin besar intensitas dari suatu stimulus, semakin
besar kemungkinan munculnya respons yang telah dipelajari. Jadi, kita harus
merevisi rumus Hull awal untuk potensi reaksi sementara:
SER = (SHR x D x V x K – [IR + SIR]) – SOR
Perubahan dari Reduksi Dorongan ke Reduksi Stimulus Dorongan
Pada mulanya Hull menganut teori reduksi belajar, namun kemudian dia
merevisinya menjadi teori drive stimulus reduction (reduksi stimulus
dorongan) dalam belajar. Salah satu alasan perubahan ini adalah kesadaran
bahwa jika hewan yang haus diberi air sebagai penguat agar melakukan
beberapa tindakan, akan dibutuhkan banyak waktu untuk memuaskan
dorongan haus ini. Air akan masuk ke mulut, kerongkongan, perut, dan
akhirnya darah. Efek dari penyerapan air pada akhirnya mencapai otak, dan
akhirnya dorongan haus akan berkurang.
Hull menyimpulkan bahwa reduksi dorongan tidak memadai untuk
menjelaskan proses belajar. Yang dibutuhkan untuk menjelaskan belajar
adalah sesuatu yang terjadi setelah penyajian penguat, dan sesuatu itu adalah
reduksi drive stimuli (stimuli dorongan [SD]).
Alasan kedua perubahan dari teori reduksi dorongan ke reduksi stimulus
dorongan diberikan oleh Sheffield dan Roby (1950), yang menemukan bahwa
tikus yang lapar diperkuat oleh sakarin yang tak mengandung nutrisi, yang
tidak mungkin mereduksi dorongan lapar
Ringkasan Sistem Terakhir Hull Ada tiga macam variabel dalam teori Hull:
1. Variabel bebas (independen), yang merupakan kejadian stimulus yang secara
sistematis dimanipulasi oleh eksperimenter.
2. Variabel pengintervensi (intervening), yakni proses yang dianggap terjadi di
dalam organisme tetapi tidak dapat diamati secara langsung. Semua variabel
pengintervensi dalam sistem Hull didefinisikan secara operasional.
3. Variabel terikat (dependen), yakni beberapa aspek dari perilaku yang diukur
oleh eksperimenterdalam rangka menentukan apakah variabel bebas punya
efek atau tidak.
PANDANGAN HULL TENTANG PENDIDIKAN Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau reduksi stimulus dorongan.
Mengenai soal spesifiabilitas tujuan, ketertiban kelas, dan proses belajar
dari yang sederhana ke yang kompleks, Hull sepakat dengan Thorndike. Namun
menurutnya,belajar melibatkan dorongan yang dapat direduksi.
Latihan harus didistribusikan dengan cermat agar hambatan tidak muncul. Guru
Hullian akan membagi topik-topik yang diajarkannya sehingga pembelajar (siswa)
tidak akan kelelahan yang bisa menganggu proses belajar. Topik-topik itu juga diatur
sedemikian rupa sehingga topik yang berbeda-beda akan saling berurutan. Misalnya,
urutan pelajaran yang baik adalah matematika, pendidikan olahraga, bahasa Inggris,
seni, dan sejarah.
Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai
berikut:
Drive : Pembelajar harus menginginkan sesuatu
Cue : Pembelajar harus memerhatikan sesuatu
Response : Pembelajar harus melakukan sesuatu
Reinforcement : Respon pembelajar harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya.
Kontribusi Teori Hull membahas sejumlah fenomena behavioral dan kognitif. Cakupan teorinya,
yang dipadukan dengan definisi variabelnya yang detail, mengundang banyak
penelitian empiris.
Teori Hull adalah teori pertama yang memenuhi kriteria Popper. Penegasan Hull pada
definisi konsep yang tepat dan pernyataan matematika yang menghubungkan konsep-
konsepnya dengan perilaku telah memberi arah yang jelas untuk pengujian teorinya.
Menurut Hull, penguatan bergantung pada reduksi dorongan atau stimuli dorongan
yang dihasilkan oleh kondisi kebutuhan fisiologis. Hipotesis reduksi dorongan adalah
usaha pertama untuk membedakan diri dari definisi pemuas/penguat yang kurang
tegas yang menjadi ciri teori Thorndike dan Skinner. Hull juga merupakan orang
pertama yang membuat prediksi yang persis tentang efek gabungan dari belajar dan
dorongan terhadap perilaku dan tentang efek keletihan (via hambatan reaktif dan
terkondisikan).