12
RANGKUMAN BAB 4-6 Nama : Farra Salsabila Ramadhita Nim : 1824090114 Hari/Jam Kuliah : Selasa, 09.30 11.10 Dosen : Rr. Dini Diah Nurhadianti S.Psi, M.Si BAB 4 Edward Lee Thorndike KONSEP TEORITIS PERTAMA Koneksionisme : Thorndike menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi. Pendekatan ia cukup bebrbeda dan dapat dianggap sebagai teori belajar modern pertama. Teori Thorndike bisa dipahami sebagai kombinasi daari asosiasisme, Darwinisme, dan metode ilmiah. Pemilihan dan Pengaitan : Bentuk paling dasar dari proses belajar adalah trial-and-error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebutnya sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Ia mendapatkan ide dasar ini melalui ekperimen awalnya, dengan memasukan hewan ke dalam perangkat yang telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu melakukan jenis respons terntentu ia bisa keluar dari perangkat itu. Thorndike meneybut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan problem. Semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin cepat ia akan memecahkan problem. Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian Mendalam (Insightful) : Dengan menyebutkan penurunan gradual dalam waktu untuk mendapatkan solusi sebagai fungsi percobaan suksesif, Thorndike menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental (bertahap), buka insightful (langsung ke pengertian). Dengan kata lain belajar dilakukan dalam langkah- langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian mendalam. Belajar Tidak Dimediasi oleh Ide : Berdasarkan risetnya, Thorndike (1898) menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh pemikiran atau penalaran. Pada contoh kucing, kucing tidak melihat-lihat situasi apalagi memikirkan situasi, lalu memutuskan apa yang mesti dilakukan. Kucing melakukan aktivitas langsung berdasarkan pengalaman dan reaksi naluriah terhadap situasi “terpenjara saat lapar dengan makanan berada di luar kerangkeng.” Kucing itu tidak menyadari tindakannya dapat membuatnya mendapatkan makanan akhirnya tindakan tersebut dilakukanya

BAB 4 Edward Lee Thorndike

Embed Size (px)

Citation preview

RANGKUMAN BAB 4-6

Nama : Farra Salsabila Ramadhita

Nim : 1824090114

Hari/Jam Kuliah : Selasa, 09.30 – 11.10

Dosen : Rr. Dini Diah Nurhadianti S.Psi, M.Si

BAB 4

Edward Lee Thorndike

KONSEP TEORITIS PERTAMA

Koneksionisme : Thorndike menyebut asosiasi antara kesan indrawi dan

impuls dengan tindakan sebagai ikatan atau koneksi. Pendekatan ia cukup

bebrbeda dan dapat dianggap sebagai teori belajar modern pertama. Teori

Thorndike bisa dipahami sebagai kombinasi daari asosiasisme, Darwinisme,

dan metode ilmiah.

Pemilihan dan Pengaitan : Bentuk paling dasar dari proses belajar adalah

trial-and-error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebutnya

sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Ia mendapatkan

ide dasar ini melalui ekperimen awalnya, dengan memasukan hewan ke dalam

perangkat yang telah ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu

melakukan jenis respons terntentu ia bisa keluar dari perangkat itu. Thorndike

meneybut waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai

fungsi dari jumlah kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkan

problem. Semakin banyak kesempatan yang dimiliki hewan, semakin cepat ia

akan memecahkan problem.

Belajar adalah Inkremental, Bukan Langsung ke Pengertian Mendalam

(Insightful) : Dengan menyebutkan penurunan gradual dalam waktu untuk

mendapatkan solusi sebagai fungsi percobaan suksesif, Thorndike

menyimpulkan bahwa belajar bersifat incremental (bertahap), buka insightful

(langsung ke pengertian). Dengan kata lain belajar dilakukan dalam langkah-

langkah kecil yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian

mendalam.

Belajar Tidak Dimediasi oleh Ide : Berdasarkan risetnya, Thorndike (1898)

menyimpulkan bahwa belajar bersifat langsung dan tidak dimediasi oleh

pemikiran atau penalaran. Pada contoh kucing, kucing tidak melihat-lihat

situasi apalagi memikirkan situasi, lalu memutuskan apa yang mesti

dilakukan. Kucing melakukan aktivitas langsung berdasarkan pengalaman dan

reaksi naluriah terhadap situasi “terpenjara saat lapar dengan makanan

berada di luar kerangkeng.” Kucing itu tidak menyadari tindakannya dapat

membuatnya mendapatkan makanan akhirnya tindakan tersebut dilakukanya

kembali dengan segera, naum ia bertindak berdasarkan dorongannya. Jadi,

dengan mengikuti prinsip parsimoni, Thorndike menolak campur tangan nalar

dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan seleksi langsung dan

pengaitan dalam belajar.

Semua Mamalia Belajar Dengan Cara yang Sama : Banyak orang yang

terganggu oleh pandangan Thorndike bahwa semua proses belajar adalah

langsung dan tidak dimediasi oleh ide-ide, dan teruma karena dia juga

menegaskan bahwa proses belajar semua mamalia, termasuk manusia,

mengikuti kaidah yang sama. Menurutnya, tidak ada proses khusus yang perlu

dipostulatkan dalam rangka menjelaskan proses belajar manusia.

PANDANGAN THORNDIKE TENTANG PENDIDIKAN

Thorndike percaya bahwa praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah.

Menurutnya ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan

praktik pengajaran. Pengajaran yang baik menurutnya yaitu pertama-tama

harus melibatkan pengetahuan atas semua hal yang akan diajarkan. Jika tidak

tahu dengan pasti apa yang akan diajarkan, maka tidak akan tahu materi apa

yang harus diberikan, respons apa yang mesti di cari, dan kapan mesti

mengaplikasikan penguatan.

Dalam hal yang lebih kontemporer, Thorndike mungkin akan menyarankan

penataan kelas dengan tujuan yang didefinisikan secara jelas. Tujuan

pendidikan ini harus berada dalam jangkauan kapabilitas pembelajar (siswa),

dan tujuan tersebut harus dibagi-bagi menjadi unit-unit yang bisa dikelola

sehingga guru dapat mengaplikasikan “keadaan yang memuaskan” saat

pembelajar memberi respons yang tepat.

Situasi belajar harus sebisa mungkin dibuat menyerupai dunia yang nyata. Ia

percaya bahwa proses belajar akan ditransfer dari ruang kelas ke lingkungan

luar sepanjang dua sitausi itu mirip.

KONTRIBUSI

Thordinke tidak hanya menjelaskan dan mensintesiskan data yang tersedia, ia

juga menemukan dan mengembangkan fenomena belajar trial-and-erorr dan

transfer training, misalnya yang akan mendefinisikan domain teori belajar

untuk masa-masa berikutnya.

Thordinke adalah orang pertama yang mengamati, dalam kondisi yang

terkontrol, bahwa konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan efek terhadap

kekuatan perilaku.

Thordinke adalah salah satu orang paling awal yang meneliti mengapa orang

bisa lupa melalui hukum latihannya dan meneliti pengekangan perilaku lewat

kajiannya terhadap hukuman.

Thordinke adalah orang pertama yang mempertanyakan asumsi umum tentang

praktik pendidikan pada satu saat itu (disiplin formal).

BAB 5

Burrhus Frederick Skinner KONSEP TEORITIS PERTAMA

Behaviorisme Radikal : Skinner mengadopsi dan mengembangkan filsafat

ilmiah dikenal sebagai radical behaviorism (behavirosime radikal). Orientasi

ilmiah ini menolak bahasa ilmiah dan interpretasi imiah yang mengacu pada

mentalistic event (kejadian mental). Skinner menolak jenis istilah ini karena

istilah itu merujuk pada pengalaman mental yang bersifat pribadi, dan

menurutnya menyebabkan psikologi kembali ke puncak non-ilmiah. Aspek

yang dapat diamati dan dapat diukur dari lingkungan, dari perilaku organisme,

dan dari konsekuensi perilaku itulah yang merupakan materi penting untuk

penelitian ilmiah.

Perilaku Responden dan Operan : Skinner membedekan dua jenis perilaku

yaitu perilaku responden yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali,

dan perilaku operan yang tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi

dilakukan sendiri oleh organisme. Contoh dari perilaku responden adalah

semua gerak refleks, seperti menarik tangan ketika tertusuk jarum,

menutupnya kelopak mata saat terkena cahaya yang menyilaukan, dan

keluarnya air liur saat ada makanan. Sedangkan perilaku operan tindakannya

tampak spontan, contohnya adalah tindakan ketika hendak bersiul, berdiri lalu

berjalan, atau anak yang meninggalkan satu mainan dan beralih ke mainan

lainnya. Kebanyakan aktivitas keseharian kita adalah perilaku operan.

Pengkondisian Tipe S dan Tipe R : Ada dua jenis pengkondisian.

Pengkondisian Tipe S juga dinamakan pengkondisian respon dan identik

dengan penkondisian klasik. Disebut Tipe S karena menekankan arti penting

stimulus dalam menimbulkan respons yang diinginkan. Tipe S kekuatan

pengkondisiannya biasanya ditentukan berdasarkan besaran (magnitude) dari

respons yang terkondisikan. Tipe kondisi yang menyangkut perilaku operan

dinamakan Tipe R karena penekanannya adalah pada respons. Tipe R ini juga

dinamakan pengkondisian operan. Pengkondisian Tipe R kekuatannya

ditunjukkan dengan tingkat respons (respons rate). Hampir semua riset

Skinner berkaitan dengan pengkondisian Tipe R, atau pengkondisian operan.

Prinsip Pengkondisian Operan : Ada dua prinsip umum dalam

pengkondisian Tipe R yaitu (1) setiap respons yang diikuti dengan stimulus

yang menguatkan cenderung akan diulang, dan (2) stimulus yang menguatakan

adalah segala sesuatu yang memperbesar rata-rata terjadinya respons operan.

Kotak Skinner : Sebagian besar percobaan binatang Skinner awal dilakukan

dalam ruang tes kecil yang terkenal sebagai Skinner Box (kotak Skinner).

Kotak Skinner biasanya menggunakan lantai, berkisi-kisi, cahaya,

tuas/pengungkit, dan cangkir makanan.

Pencatatan Kumulatif : Skinner menggunakan cumulative recording (pencatatan

kumulatif) untuk mencatat perilaku hewan dalam kotak Skinner. Catatan kumulatif ini

berbeda dengan cara penyusunan grafik data dalam eksperimen belajar. Waktu dicatat

di sumbu x dan total jumlah respons dicatat di sumbu y. Pencatatan kumulatif tak

pernah turun—garisnya naik atau tetap sejajar dengan sumbu x. Misalnya kita ingin

tahu seberapa sering hewan menekan tuas. Ketika catatan kumulatif menunjukkan

garis yang sejajar atau paralel dengan sumbu x, maka itu berarti tidak ada respons

artinya, hewan tidak menekan tuas. Ketika hewan memberikan respons dengan

menekan tuas, maka penulisan garis akan naik dan tetap di level itu sampai hewan

merespons lagi.

Pengkondisian Respons Penekanan-Tuas : Pengkondisian respons

penekanan-tuas menggunakan 3 langkah yaitu

1. Deprivasi, hewan percobaan diletakkan dalam jadwal deprivasi. Jika

makanan akan dipakai sebagai penguat (reinforcer), hewan itu tidak diberi

makan sealma 23 jam selama beberapa hari sebelum percobaan, atau ia diberi

jatah makan 80 persen dari normal.

2. Magazine Training, setelah menjalani jadwal deprivasi selama beberapa

hari, hewan diletakkan di kotak Skinner. Eksperimenter menggunakan tombol

eksternal dan secara periodik menraik mekanisme pemberian makanan.

3. Penekanan Tuas, sekarang hewan dibiarkan sendiri di kotak Skinner. Pada

akhirnya hewan itu akan menekan tuas, yang akan mengaktifkan magazine

makanan, menimbulkan bunyi klik dan memberi sinyal bagi hewan itu untuk

mendekati cangkir makanan.

Pembentukan : Ada pendekatan lain untuk pengkondisian operan yang tidak

membutuhkan waktu lama disebut shaping (pembentukan). Hewan diletakkan

dalam jadwal deprivasi dan menjalani magazine, dan eksperimenter ini

memutuskan untuk memicu mekanisme hanya ketika hewan berada di satu

bagian dalam kotak Skinner yang terdapat tuas. Pembentukan terdiri dari dua

komponen yaitu dufferential reinforcement (penguatan diferensial) dan

successive approximation (kedekatan suksesif).

Pelenyapan : Seperti pengkondisian klasik, ketika kita mencabut penguat dari

situasi pengkondisian operan, kita berarti melakukan extinction (pelenyapan).

Selama akuisisi hewan mendapatkan secuil makanan setiap kali dia menekan

tuas. Dalam situasi ini hewan belajar menekan tuas dan akan terus

melakukannya sampai ia kenyang. Jika mekanisme pemberi makanan

mendandak dihentikan, dan karenanya penekanan tuas tidak akan

menghasilkan makanan, maka kita akan melihat catatan kumulatif pelan-pelan

akan mendatar dan akhirnya akan sejajar dengan sumbu x, yang menunjukkan

bahwa tidak ada lagi respons penekanan-tuas.

Pemulihan Spontan : Setelah pelenyapan, apabila hewan dikembalikan ke

sarangnya selama periode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke

situasi percobaan, ia sekali lagi akan mulai menekan tuas dengan segera tanpa

perlu dilatih lagi, hal ini disebut sebagai spontaneous recovery (pemulihan

spontan).

Perilaku Takhayul : Menurut prinsip pengkondisian operan, kita dapat

memperkirakan bahwa perilaku yang dilakukan hewan ketika mekanisme

pemberi makan diaktifkan akan diperkuat, dan hewan akan cenderung

mengulangi perilaku yang diperkuat itu. Hewan bisa mengembangkan respons

ritualistik yang aneh; ia mungkin menyerudukkan kepalanya, atau berputar-

putar atau melakukan tindakan lain ketika mekanisme pemberi makan

mendadak aktif. Perilaku ritualistik ini disebut sebagai takhayul karena hewan

itu sepertinya percaya bahwa apa yang dilakukannya akan menyebabkan

datangnya makanan.

Operan Diskriminatif : Dalam kondisi ini, cahaya kita disebut sebagai SD atau

disctiminative stimulus (stimulus diskriminatif). Cahaya yang menyala

mendefinisikan kondisi SD, sedangkan cahaya yang padam mendefinisikan

situasi SA (Delta). Dengan tatanan seperti ini, hewan belajar menekan tuas saat

cahaya menyala dan tidak menekan saat cahaya padam. Cahaya, kerenanya

menjadi sinyal (petunjuk) untuk respons penekanan-tuas. Kit telah

mengembangkan discriminative operant (operan diskriminatif), yang

merupakan respons operan yang diberikan untuk satu situasi tetapi tidak untuk

situasi lainnya.

Penguatan Sekunder : Menurut prinsip sekunder, pemasangan cahaya

dengan makanan akan menyebabkan cahaya memiliki properti penguatan

tersendiri. Salah satu cara menguji ide ini yaitu dengan melenyapkan respons

penekanan tuas sehingga ketika hewan menekan tuas, tidak akan ada makanan

atau minuman yang diberikan. Ketika tingkat respons penekanan-tuas

menurun ke level operan, kita menata agar penekanan itu akan menyalakan

cahaya tetapi tidak menghasilkan makanan. Kita mencatat bahwa respons

meningkat. Cahaya yang tidak diasosiasikan dengan penguat utama tidak akan

menghasilkan efek yang serupa selama pelenyapan.

Penguat yang Digeneralisasikan : Suatu generalized reinforcer (penguat

yang digeneralisasikan) adalah penguat sekunder yang dipasangkan dengan

lebih dari satu penguat utama. Uang adalah penguat yang digeneralisasikan

karean ia pada akhirnya diasosiasikan dengan banyak penguat utama.

Keuntungan utama dari penguat yang digeneralisasikan adalah ia tidak

tergantung pada kondisi deprivasi agar bisa efektik.

Perantaian : Satu respons dapat membawa organisme berhubungan dengan

stimuli yang bertindak sebagai SD untuk respons lainnya, yang pada gilirannya

akan menyebabkannya mengalami stimuli yang menyebabkan respons ketiga,

dan seterusnya. Proses ini disebut chaining (perantaian atau proses berantai).

Sebagian besar perilaku melibatkan beberapa bentuk perantaian. Misalnya,

tindakan menekan tuas dalam kotak Skinner buka merupakan respons yang

tunggal. Respons berantai juga dapat terjadi antara dua orang.

Penguat Positif dan Negatif : Penguatan positif primer (primary positive

reinforcement) ini adalah sesuatu yang secara alamiah memperkuat organisme dan

berkaitan dengan survival, seperti makanan dan minuman. Sebuah penguat positif,

entah itu primer atau sekunder, adalah sesuatu yang apabila ditambahkan ke situasi

oleh suatu respons tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respons

tersebut.

Penguatan negatif primer (primary negative reinforcer) adalah sesuatu yang

membahayakan secara tidak alamiah bagi organisme, seperti suara yang amat

tinggi atau setrum listrik. Sebuah penguat negatif, entah itu primer atau

sekunder, adalah sesuatu yang jika dihilangkan dari situasi oleh respons

tertentu, akan meningkatkan probabilitas terulangnya respons tersebut.

Hukuman : Terjadi ketika suatu respons menghilangkan sesuatu yang positif

dari situasi atau menambahkan sesuatu yang negatif. Skinner dan Thorndike

memiliki pendapat yang sama soal efektivitas hukuman yaitu hukuman tidak

menurunkan probabilitas respons. Walaupun hukuman bisa menekan suatu

respons selama hukuman itu diterapkan, namun hukuman tidak akan

melemahkan kebiasaan. Ia mengatakan hukuman didesain untuk

menghilangkan terulangnya perilaku ganjil, berbahaya, atau perilaku yang

tidak diinginkan lainnya dengan asumsi bahwa seseorang yang dihukum akan

berkurang kemungkinannya mengulangi perilaku yang sama.

Alternatif untuk Hukuman : Situasi yang menyebabkan perilaku yang tidak

diinginkan bisa diubah, dan karenanya akan mengubah perilaku. Misalnya,

memindahkan piring hiasan dari ruang keluarga akan mengeliminasi problem

anak memecahkan barang itu. Respons yang tidak diinginkan itu dapat dibuat

menjadi menjemukan dengan cara membiarkan organisme melakukan respons

yang tidak diinginkan itu sampai ia bosan. Jika perilaku yang tidak

diinginkkan itu adalah fungsi dari tahap perkembangan anak, ia bisa

dieliminasi cukup dengan menunggu anak itu tumbuh lebih besar. Cara

lainnya adalah dengan membiarkan waktu yang menentukan, tetapi cara ini

boleh jadi akan terlalu lama.

Perbandingan Skinner dan Thorndike : Meskipun Skinner dan Thorndike

punya kesamaan pendapat dalam sejumlah isu penting seperti kontrol perilaku

oleh stimuli di lingkungan dan ketidakefektifan hukuman, namun ada

perbedaan penting diantara mereka. Misalnya, variabel terikat dalam

eksperimen belajar Thorndike (ukuran sejauh mana belajar terjadi) adalah

waktu untuk solusi. Thorndike tertarik mengukur seberapa lama waktu yang

dibutuhkan binatang untuk melakukan tugas yang perlukan untuk

membebaskan diri dari kurungan. Skinner sebaliknya, menggunakan tingkat

respons sebagai variabel terikatnya. Perbedaan lain antara pengkondisian

operan Skinner dengan pengkondisian instrumental Thorndike

mengilustrasikan bahwa dua pendekatan itu berbeda dan istilah operan dan

instrumental tidak dapat dipertukarkan. Dalam sejarah teori belajar,

pengkondisian operan Skinner sangat berbeda dengan pengkondisian

instrumental Thorndike sehingga gagasan Skinner itu dianggap revolusioner.

Jadwal Penguatan : Skinner telah mempublikasikan data tentang efek dari

penguatan parsial ketika Humphreys (1939a, 1939b) mengguncang dunia

psikologi dengan menunjukkan bahwa proses pelenyapan adalah lebih cepat

sesudah penguatan parsial. Penguatan parsial akan menyebabkan resistensi

yang lebih besar terhadap pelenyapan ketimbang penguatan yang

berkelanjutan atau penguatan 100 persen, dan fakta ini dinamakan partial

reinforcement effect (PRE). Ada beberapa jadwal penguatan yang lazim

dipakai yaitu

- Continuous Reinforcement Schedule (jadwal penguatan

berkelanjutan)

- Fixed Interval Reinforcement Schedule (jadwal interval tetap)

- Fixed Ration Reinforcement Schedule (jadwal penguatan rasio tetap)

- Variable Interval Reinforcement Schedule (jadwal penguatan interval

variabel)

- Variable Ratio Reinforcement Schedule (jadwal penguatan rasio

variabel)

- Concurrent Schedules and the Matching Law (jadwal penguatan

secara bersamaan)

- Concurrent Chain reinforcement Schedule (jadwal penguatan rantai

secara bersamaan)

- Progressive Ratio Schedule and Behavioral Economics (jadwal

penguatan rasio progresif)

Perilaku Verbal : Skinner percaya bahwa perilaku verbal (bahsa) dapat

dijelaskan dalam konteks teori penguatan. Skinner menggolongkan respons

verbal berdasarkan bagaimana mereka terkait dengan penguatan, yakni dari

segi apa yang mesti dilakukan agar respons itu diperkuat.

1. Mand. Kata mand berasal dari fakta bahwa ada permintaan (demand).

ketika permintaan dipenuhi, ucapan (mand) diperkuat, dan saat kebutuhan

seseorang muncul lagi di waktu yang lain, orang itu kemungkinan akan

mengulangi mand tersebut.

2. Tact. Secara umum adalah penanaman objek kejadian dilingkungan

dengan cepat, dan penguatannya berasal dari penguatan kesesuaian antara

lingkungan dan perilaku verbal seseorang.

3. Echoic Behavior. Yaitu perilaku verbal yang diperkuat saat perilaku

verbal orang lain diulang secara verbatim (persis kata demi kata).

4. Autoclitic Behavior. Menurut Skinner (1957), istilah ‘autoclitic’

dimaksudkan lain. Fungsi utama autoclitic behavior adalah untuk

mengkualifikasikan respons, mengekspresikan relasi.

Kontrak Kontingensi : Hal ini merupakan perluasan pemikiran Skinnerian.

Ringkasnya, kontrak kontingensi adalah menyusun semacam tata-situasi

dimana seseorang mendapat sesuatu yang diinginkannya pabila orang itu

bertindak dalam cara tertentu. Beberapa situasi bisa ditata sederhana dan

mencakup perilaku sederhana, seperti ketika guru berkata kepada murid “Jika

kalian tenang selama lima menit, kalian boleh istirahat dan bermain diluar.”

Sikap Skinner Terhadap Teori Belajar : Skinner percaya bahwa adalah

tidak perlu kita merumuskan teori yang rumit untuk mempelajari perilaku

manusia, dan dia percaya kita tidak perlu tahu korelasi fisiologis dari perilaku.

Dia percaya bahwa kejadian behavioral harus dideskripsikan dalam term hal-

hal yang langsung mempengaruhi perilaku dan tidak logis jika kita berusah

auntuk menjelaskan perilaku dalam term kejadian fisiologis. Karena alasan ini

metode riset Skinner disebut “pendekatan organisme kosong”. Ia juga

berpendapat bahwa dari teori belajar yang kompleks, seperto teori Hull, adalah

membuang-buang waktu dan sia-sia. Pada satu waktu teori-teori seperti itu

mungkin berguna dalam psikologi, namun tidak akan berguna lagi saat kita

berhasil mengumpulkan lebih banyak data lagi. Menurut Skinner perhatian

utama kita adalah menemukan hubungan dasar antara kelas-keals stimuli dan

kelas-kelas respons.

Kebutuhan Akan teknologi Perilaku : Skinner menganggap teknologi

perilaku yang disusun dengan cermat akan bisa membantu manusia

memecahkan banyak masalah, namun banyak orang akan menentang teknologi

ini karena tampaknya ia bertentangan dengan sejumlah kepercayaan tentang

diri kita, terutama dari manusia sebagai mahkluk yang rasional, bebas, dan

bermanfaat. Ia berpendapat bahwa kepercayaan itu menganggu solusi utama

kita dan juga mencegah perkembangan alat yang bisa memecahkan problem

tersebut. Dalam artiket berjudul “Whats Is Wrong with Daily Life in the

Western World?” Skinner (1986) memperbarui sarannya untuk menggunakan

teknoloogi perilaku guna memecahkan problem manusia. Dalam artikel ini ia

berpendapat bahwa lima praktik kultural telah mengikis kekuatan efek dari

kontingensi penguatan yaitu (a) mengalienasikan pekerja dari konsekuensi

kerja mereka, (b) membantu mereka yang sebenarnya bisa membantu dirinya

sendiri, (c) membimbing perilaku dengan aturan, bukan dengan memberi

konsekuensi yang menguatkan, (d) mempertahankan sanksi dari pemerintah

dan agama yang merugikan individu, (e) memperkuat perilaku menonton,

mendengar, membaca, berjudi, dan seterusnya, sembari memperkuat sedikit

perilaku lainnya.

PANDANGAN SKINNER TENTANG PENDIDIKAN Seperti Thorndike, ia sangat tertarik untuk mengaplikasikan teori belajarnya ke

proses pendidikan. Menurut Skinner, belajar akan berlangsung sangat efektif

apabila (1) informasi yang akan dipelajari disajikan secara bertahap, (2)

pembelajar segera diberi umpan balik (feedback) mengenai akurasi

pembelajaran, dan (3) pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri.

Skinner menegaskan bahwa tujuan belajaar seharusnya dispesifikasikan

dahulu sebelum pelajaran dimulai. Dia menegaskan bahwa tujuan belajar itu

mesti didefinisikan secara behavioral. Seperti Thorndike, bagi Skinner

motivasi hanya penting untuk menentukan apa yang akan bertindak sebagai

penguat untuk murid tertentu.

Penguat sekunder sangat penting pula, sebab penguat ini biasanya dipakai di

kelas. Contohnya, pujian verbal, ekspresi wajah yang menyenangkan,

pemberian penghargaan, menghargai kesuksesan, memberi nilai, peringkat,

dan memberi kesempatan murid untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan.

KONTRIBUSI

Program riset Skinner yang panjang dan produktif jelas amat berpengaruh

terhadap psikologi ilmiah murni maupun terapan. Dibandingkan dengan

banyak karya periset lainnya, sistem Skinner cukup langsung dan dapat

dengan mudah diaplikasikan ke berbagai problem mulai dari pelatihan hewan

sampai terapi modifikasi perilau manusia.

Metode Skinner sangat berbeda dari metode behaviorisme pada umunya. Di

sepanjang hidupnya Skinner berpegang teguh pada pendapatnya bahwa para

psikolog seharusnya tidak melakukan teorisasi, khususnya untuk aspek-aspek

kognitif, dan mereka cukup memberikan penjelasan perilaku saja.

BAB 6

Clark Leonard Hull

PENDEKATAN TEORISASI HULL

Sebagai langkah pertama dalam menyusun teorinya, Hull menyelesaikan

ulasan mendalam terhadap riset-riset tentang belajar yang sudah ada.

Kemudian dia berusha meringkaskantemuannya itu. Lalu dia berusaha

mendedukasi konsekuensi yang dapat diuji berdasarkan ringkasan ini.

Pendekatan Hull dalam membangun suatu teori dinamakan hypothetical

deductive (deduksi hipotesis) atau logical deductive.

Dapat dilihat bahwa tipe teorisasi ini menghasilkan sistem yang dinamis dan

terbuka. Hipotesis selalu dibuat; beberapa diantaranya dikuatkan oleh hasil

eksperimen dan beberapa lainnya ditolak. Ketika eksperimen mengarah ke

arah yang di prediksikan, maka seluruh teori, termasuk postulat dan teorema

menjadi kuat.

KONSEP TEORITIS UTAMA

Teori hull mengandung struktur postulat dan teorema yang logis mirip seperti

geometri Euclid. Postulat-postulat itu adalah pernyataan umum tentang

perilaku yang tidak dapat diverifikasi secara langsung, meskipun teorema yang

secara logis berasal dari postulat itu dapat diuji. Pertama-tama kita akan

mendiskusikan enam belas postulat utama Hull yang dikemukakan pada 1943,

dan kemudian kita akan melihat revisi utama yang dilakukan Hull pada 1952.

Postulat 1: Sensing the External and the Stimulus Trace. Stimulasi eksternal

memicu dorongan neuran (sensoris) afferent, yang bertahan lebih lama

ketimbang stimulasi enviromental.

Postulat 2 : The Interaction of Sensory Impulses. Interaksi ini

mengindikasikan komplesitas stimulasi dan karenanya menunjukkan kesulitan

dalam memprediksi perilaku.

Postulat 3 : Unlearned Behavior. Hull percaya bahwa organisme dilahirkan

dengan hierarki respons, perilaku yang dipelajari, yang akan aktif jika

dibutuhkan.

Postulat 4 : Contiguity and Drive Reduction as Necessary Concditions for

Learning. Jika satu stimulus menimbulkan respons dan jika respons itu bisa

memuaskan kebutuhan biologis, maka asosiasi antara stimulus dan responss

akan diperkuat.

Postulat 5 : Stimulus Generalization. Hull mengatakan bahwa kemampuan

suatu stimulus (Selain stimulus yang digunakan selama pengkondisian) untuk

menimbulkan respons yang dikondisikan ditentukan oleh kemiripannya

dengan stimulus yang digunakan selama training.

Poatulat 6 : Stimuli Associated Drives. Definisi biologis dalam organisme

akan menghasilkan drive rasa perut lapar yabg mengiringi dorongan lapar, dan

mulut kering, bibir kering, dan tenggorokan kering yang mengiringi dorongan

haus.

Postulat 7 : Reaction Potential as a Function of Drive and Habit Strengh.

Kemungkinan respons yang dipelajari akan terjadi pada satu waktu tertentu

dinamakan reaction potential.

Postulat 8 : Responding Causes Fatigues, Which operants Against the

Eliction of a Conditional Response. Respon memerlukan kerja, menyebabkan

keletihan.

Postulat 9 : The Learned Response of Not responding. Kelelahan adalah

pendorong negatif, dan karenanya tidak memberikan respons akan

menghasilkan penguatan.

Postulat 10 : Factors Tending to Inhibit a Learned Response Change

fromm Moment to Moment. Menurut Hull “potensi penghambaat” yang

bervariasi dari satu waktu ke waktu lainnya dan menghambat munculnya

respons yang telah dipelajari.

Postulat 11 : Momentary Effective Reaction Potential Must Exceed a

Certain Value Before a Learned Response Can Occur. Nilai SER yang harus

lebih tinggi sebelum respons yang terkondisikan dapat muncul dinamakan

reaction threshold (ambang reaksi [SLR]). Karenanya, respons yang telah

dipelajari akan muncul hanya jika SER lebih besar daripada SLR.

Postulat 12 : The Probability That a Learned response Will Be Made Is a

Combined Function of SER, SOR , and SLR. Dalam tahap awal training, yakni

hanya setelah beberapa percobaan yang diperkuat, SER akan dekat dengan

SLR, sehingga, karena efek dari SOR, respons yang terkondisikan akan muncul

di beberapa percobaan tetapi tidak di percobaan lainnya.

Postulat 13 : The Greater the Value of SER the Shorter Will Be the Latency

between S and R. adalah waktu antara peresentasi stimulus ke organisme dan

respons yang dipelajarinya.

Poatulat 14 : The Value of SER Will Determine Resistance fo Extinction.

Nilai SER di akhir training menentukan resistensi terhadap pelenyapan, yakni

berapa banyak dibutuhkan respons yang tak diperkuat sebelum terjadi

pelenyapan.

Postulat 15 : The Amplitude of a Conditioned Response Varies Directly with

SER. Bebeapa respons yang dipelajari terjadi bertingkat-tingkat, misalnya

keluarnya air liur atau GSR.

Postulat 16 : When Two of More Incompatible Response Tend to Be

Elicited in the Same Situasion, the One with the Greatest SER Will Occur.

Ringkasan Simbol dalam Teori Hull D = drive (dorongan)

SHR = habit strength (kekuatan kebiasaan)

SER = reaction potential (potensi reaksi) = SHR x D

IR = reactive inhibition (hambatan reaktif)

SIR = conditioned inhibition (hambatan yang dikondisikan)

SĒR = effective reaction potential = SHR x D – (IR + SIR)

SOR = oscillation effect (efek guncangan)

SĒR = momentary effective reaction potential = SER – SOR

= [SHR x D – (IR + SIR )] – SSR

SLR = nilai SĒR harus lebih besar sebelum respons yang telah dipelajari dapat muncul

StR = reaction time (waktu reaksi)

p = response probability (probabilitas respons)

n = trials to extinction (percobaan ke pelenyapan)

Dinamisme Intensitas-Stimulus Menurut Hull, stimulus-intensity dynamism (dinamisme intensitas-

stimulus[V]) adalah variabel pengintervensi yang bervariasi menurut intensitas

stimulus eksternal (S). Secara sederhana dinamisme intensitas-stimulus

menunjukkan bahwa semakin besar intensitas dari suatu stimulus, semakin

besar kemungkinan munculnya respons yang telah dipelajari. Jadi, kita harus

merevisi rumus Hull awal untuk potensi reaksi sementara:

SER = (SHR x D x V x K – [IR + SIR]) – SOR

Perubahan dari Reduksi Dorongan ke Reduksi Stimulus Dorongan

Pada mulanya Hull menganut teori reduksi belajar, namun kemudian dia

merevisinya menjadi teori drive stimulus reduction (reduksi stimulus

dorongan) dalam belajar. Salah satu alasan perubahan ini adalah kesadaran

bahwa jika hewan yang haus diberi air sebagai penguat agar melakukan

beberapa tindakan, akan dibutuhkan banyak waktu untuk memuaskan

dorongan haus ini. Air akan masuk ke mulut, kerongkongan, perut, dan

akhirnya darah. Efek dari penyerapan air pada akhirnya mencapai otak, dan

akhirnya dorongan haus akan berkurang.

Hull menyimpulkan bahwa reduksi dorongan tidak memadai untuk

menjelaskan proses belajar. Yang dibutuhkan untuk menjelaskan belajar

adalah sesuatu yang terjadi setelah penyajian penguat, dan sesuatu itu adalah

reduksi drive stimuli (stimuli dorongan [SD]).

Alasan kedua perubahan dari teori reduksi dorongan ke reduksi stimulus

dorongan diberikan oleh Sheffield dan Roby (1950), yang menemukan bahwa

tikus yang lapar diperkuat oleh sakarin yang tak mengandung nutrisi, yang

tidak mungkin mereduksi dorongan lapar

Ringkasan Sistem Terakhir Hull Ada tiga macam variabel dalam teori Hull:

1. Variabel bebas (independen), yang merupakan kejadian stimulus yang secara

sistematis dimanipulasi oleh eksperimenter.

2. Variabel pengintervensi (intervening), yakni proses yang dianggap terjadi di

dalam organisme tetapi tidak dapat diamati secara langsung. Semua variabel

pengintervensi dalam sistem Hull didefinisikan secara operasional.

3. Variabel terikat (dependen), yakni beberapa aspek dari perilaku yang diukur

oleh eksperimenterdalam rangka menentukan apakah variabel bebas punya

efek atau tidak.

PANDANGAN HULL TENTANG PENDIDIKAN Teori belajar Hull adalah teori reduksi dorongan atau reduksi stimulus dorongan.

Mengenai soal spesifiabilitas tujuan, ketertiban kelas, dan proses belajar

dari yang sederhana ke yang kompleks, Hull sepakat dengan Thorndike. Namun

menurutnya,belajar melibatkan dorongan yang dapat direduksi.

Latihan harus didistribusikan dengan cermat agar hambatan tidak muncul. Guru

Hullian akan membagi topik-topik yang diajarkannya sehingga pembelajar (siswa)

tidak akan kelelahan yang bisa menganggu proses belajar. Topik-topik itu juga diatur

sedemikian rupa sehingga topik yang berbeda-beda akan saling berurutan. Misalnya,

urutan pelajaran yang baik adalah matematika, pendidikan olahraga, bahasa Inggris,

seni, dan sejarah.

Miller dan Dollard (1941) meringkaskan aplikasi teori Hull untuk pendidikan sebagai

berikut:

Drive : Pembelajar harus menginginkan sesuatu

Cue : Pembelajar harus memerhatikan sesuatu

Response : Pembelajar harus melakukan sesuatu

Reinforcement : Respon pembelajar harus membuatnya mendapatkan sesuatu yang

diinginkannya.

Kontribusi Teori Hull membahas sejumlah fenomena behavioral dan kognitif. Cakupan teorinya,

yang dipadukan dengan definisi variabelnya yang detail, mengundang banyak

penelitian empiris.

Teori Hull adalah teori pertama yang memenuhi kriteria Popper. Penegasan Hull pada

definisi konsep yang tepat dan pernyataan matematika yang menghubungkan konsep-

konsepnya dengan perilaku telah memberi arah yang jelas untuk pengujian teorinya.

Menurut Hull, penguatan bergantung pada reduksi dorongan atau stimuli dorongan

yang dihasilkan oleh kondisi kebutuhan fisiologis. Hipotesis reduksi dorongan adalah

usaha pertama untuk membedakan diri dari definisi pemuas/penguat yang kurang

tegas yang menjadi ciri teori Thorndike dan Skinner. Hull juga merupakan orang

pertama yang membuat prediksi yang persis tentang efek gabungan dari belajar dan

dorongan terhadap perilaku dan tentang efek keletihan (via hambatan reaktif dan

terkondisikan).