17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam merupakan keadaan di mana tubuh memberikan respons peningkatan suhu tubuh diatas rata - rata suhu normal (Wardiyah & Romayati, 2016). Peningkatan suhu tubuh terjadi akibat adanya mekanisme vasokonstriksi yang tidak selaras antara suhu internal dan eksternal (Novikasari et al., 2019). Panas tubuh akan muncul jika impuls sampai ke reseptor termostat yang ada di dalam sistem saraf pusat (SSP). Demam muncul sebagai gejala umum dari mekanisme pertama terhadap infeksi pada tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan adanya krisis kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2019). World health Organization (WHO, 2020b) terdapat 17 juta kasus demam diseluruh dunia, dengan insiden sebanyak 16-33 juta dan angka kejadian 500-600 ribu kematian disetiap tahunya. Anak usia 5 tahun sangat rentan terhadap infeksi sehingga sangat mudah terpapar influenza yang bisa berakibat pada kematian, jika tidak ditangani dengan tepat terutama pada penanganan awal saat anak mengalami demam (Nair H, Abdullah Brooks W, 2011). Kejadian demam pada anak di Amerika Selatan dan Eropa sebanyak 3-4%, sedangkan Asia, Jepang terdapat 20% kejadian demam dari 350-810 / 1000 anak dengan rata-rata ± 600.000-1.5 juta kasus setiap tahunya, rata - rata 80-90% diderita oleh anak - anak usia 2-19 tahun, di India terdapat 5-10% kasus, dan di Guam terdapat 14% angka kejadian demam. Angka kejadian demam di Indonesia tidak dipaparkan secara langsung, namun dari data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan RI (2019) menyebutkan jika ada beberapa penyakit yang disertai dengan gejala demam seperti DBD ( Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam merupakan keadaan di mana tubuh memberikan respons peningkatan

suhu tubuh diatas rata - rata suhu normal (Wardiyah & Romayati, 2016).

Peningkatan suhu tubuh terjadi akibat adanya mekanisme vasokonstriksi yang tidak

selaras antara suhu internal dan eksternal (Novikasari et al., 2019). Panas tubuh

akan muncul jika impuls sampai ke reseptor termostat yang ada di dalam sistem saraf

pusat (SSP). Demam muncul sebagai gejala umum dari mekanisme pertama

terhadap infeksi pada tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan adanya krisis

kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

World health Organization (WHO, 2020b) terdapat 17 juta kasus demam

diseluruh dunia, dengan insiden sebanyak 16-33 juta dan angka kejadian 500-600

ribu kematian disetiap tahunya. Anak usia 5 tahun sangat rentan terhadap infeksi

sehingga sangat mudah terpapar influenza yang bisa berakibat pada kematian, jika

tidak ditangani dengan tepat terutama pada penanganan awal saat anak mengalami

demam (Nair H, Abdullah Brooks W, 2011). Kejadian demam pada anak di

Amerika Selatan dan Eropa sebanyak 3-4%, sedangkan Asia, Jepang terdapat 20%

kejadian demam dari 350-810 / 1000 anak dengan rata-rata ± 600.000-1.5 juta

kasus setiap tahunya, rata - rata 80-90% diderita oleh anak - anak usia 2-19 tahun,

di India terdapat 5-10% kasus, dan di Guam terdapat 14% angka kejadian demam.

Angka kejadian demam di Indonesia tidak dipaparkan secara langsung, namun dari

data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan RI (2019) menyebutkan jika ada

beberapa penyakit yang disertai dengan gejala demam seperti DBD (Demam

2

Berdarah Dengue) dengan prevalensi sebanyak 9,358 jiwa, 0,75 % orang terjangkit

malaria, dan penderita demam tifoid mencapai angka rata - rata 800 / 100.000

penduduk dengan prevalensi 358-810/100.000 penduduk (Kementerian

Kesehatan RI, 2018).

Gejala demam terjadi akibat beberapa faktor yaitu imunisasi, infeksi virus

dan bakteri, penyakit akibat gigitan nyamuk, efek samping obat, terlalu lama

berada di bawah sinar matahari, penyakit, dan kanker (Halodoc, 2019). Pada

keadaan tertentu demam bisa menjadi pertanda positif dan bisa juga menjadi

pertanda yang kurang baik. Dengan adanya respons demam kita bisa mengetahui

jika ada proses pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk dan

berkembang di dalam tubuh. Akan tetapi, jika peningkatan suhu tubuh melebihi

batas suhu rata-rata demam akan memberikan dampak yang kurang baik (Riandita,

2012).

Demam bukan lagi hal yang bisa kita anggap ringan ataupun sepele. Sangat

penting mengetahui apa itu demam, jenis-jenis demam, penyebab demam dan

penanganannya. Komplikasi yang timbul akibat demam adanya kerusakan sel dan

disfungsi berbagai organ, hasil dari paparan panas yang berlebihan dan adanya

kegagalan termoregulasi, kejang (Pineda Solas, 2020). Tidak jarang pada saat anak

mengalami demam tinggi ≥ 38℃ akan memunculkan gejala kejang akibat dari

adanya respon pelepasan listrik serebral yang berlebihan diarea ekstra kranium

(Wong, 2009:184-185). Fransisca (2016) Cukup banyak orang tua melakukan

tindakan yang kurang tepat pada saat anak mengalami demam, bahkan tidak

melakukan pengobatan dengan segera, akibatnya demam semakin tinggi dan

terjadi komplikasi seperti dehidrasi dan kejang . Cahyaningrum (2016) bahwa 50%

3

orang tua akan langsung memberikan penanganan farmakologi pada saat anak

mengalami demam, meskipun masih dalam kategori demam dengan gejala flu.

Salah satu cara penanganan pertama yang bisa dilakukan untuk menurunkan

suhu tubuh yaitu dengan pemenuhan kebutuhan cairan, melakukan kompres, dan

menghindari penggunaan pakaian terlalu tebal (Kristianingsih et al., 2019). Metode

yang banyak digunakan oleh masyarakat awam adalah kompres. Kompres

bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh (Hartini, 2016). Teknik kompres dapat

memberikan efek mekanisme pelebaran pembuluh darah, sehingga panas yang ada

dalam tubuh dengan mudah keluar dari tubuh dengan cara radiasi, konveksi,

evaporasi, maupun ataupun konduksi dan kemudian suhu tubuh menurun secara

signifikan (Kusumoningrum, 2019: 26-56).

Penatalaksanaan demam menggunakan kompres sudah sejak lama digunakan

untuk menurunkan suhu tubuh. Pada zaman dahulu kompres demam dilakukan

menggunakan air dingin ataupun dengan menggunakan alkohol (Setyani &

Khusnal, 2015). Namun seiring dengan perkembangan zaman. Kompres alkohol

tidak di rekomendasikan pada pengobatan untuk menurunkan suhu tubuh, karena

bisa mengakibatkan iritasi mata, kulit, dan bila uapnya terhirup bisa berbahaya

untuk kesehatan anak (Kusumoningrum, 2019: 27). Anak - anak memiliki

mekanisme kontrol suhu tubuh yang masih belum terkontrol dengan stabil, selain

itu suhu tubuh pada anak saat mengalami demam bisa meningkat dengan cepat.

Kompres bisa menjadi alternatif yang paling tepat untuk penanganan pada anak

demam, selain dapat menurunkan suhu tubuh dengan cepat juga dapat mencegah

risiko terjadinya dehidrasi berlebihan dan tidak memberikan efek samping.

Dibandingkan dengan penanganan farmakologi yang terkadang cenderung disertai

dengan gejala alergi seperti ruam ataupun gatal (Potter, 2020).

4

Lusia (2015:17-19) untuk menurunkan suhu tubuh yaitu dengan menggunakan

kompres air hangat dan kompres air suhu ruang/air biasa. Pada saat tubuh

mendapatkan kompres hangat, tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di

luar tubuh cukup panas. Selanjutnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur

suhu. Tidak terlalu berbeda dengan kompres air dingin namun yang harus

diperhatikan air yang digunakan bukanlah air sedingin es namun air dengan suhu

ruang/air biasa. Penggunaan kompres akan menyebabkan reaksi vasokonstriksi

pada pembuluh darah, tubuh akan menggigil jika suhu air terlalu dingin, sebagai

mekanisme pertahanan tubuh. Adapun jenis - jenis kompres yang bisa digunakan

jika suhu mencapai 38℃ yaitu dengan menggunakan kompres air suam - suam

kuku (Lusia, 2015:18). Systematic review Burhan et al (2020) bahwa kompres

hangat pada area aksila selama 30 menit dengan air bersuhu 37℃ cukup efektif

untuk menurunkan suhu tubuh. Kartini (2019) efektivitas dari kompres hangat

dan tepid sponge mampu memberikan efek yang baik dengan hasil p-value 0,01.

Penelitian terdahulu lebih berfokus pada satu intervensi tanpa adanya

perbandingan untuk menurunkan panas. Lim, Kim, Moon, & Kim (2018) fokus

pada studi meta-analysis tentang efek tepid massage dibandingkan dengan

antipiretik, hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

dibandingkan kedua intervensi pada anak yang mengalami demam. Selain itu

ditemukan bahwa kejadian efek samping termasuk menggigil dan

ketidaknyamanan lebih mengarah pada kelompok tepid massage. Burhan et al.,

(2020) dalam literatur review tentang macam intervensi, tempat pemberian

kompres dan durasi dalam pemberian kompres, tetapi hanya berfokus pada media

yang menggunakan air. Hasil intervensi yang paling banyak diberikan adalah

5

kompres hangat pada aksila dan dengan pemberian kompres spons hangat selama

30 menit di mana suhu air yang digunakan 37℃ . (Wardiyah et al., 2016)

Menjelaskan kompres hangat dan tepid sponge bisa memberikan efek signifikan

penurunan suhu tubuh anak usia 1-5 tahun. Intervensi yang diberikan yaitu dengan

menyeka seluruh area tubuh menggunakan air hangat dan waslap bersuhu 37℃,

intervensi ini dilakukan selama 15 menit. Penelitian yang akan dilakukan ini akan

menganalisis berbagai macam jenis kompres dan tepid sponge sebagai

pembanding, tempat dan durasi pemberian intervensi juga gap dari penelitian ini,

sehingga ditemukan manakah yang paling efektif menurunkan panas, dengan

desain penelitian studi literatur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah dalam

pembahasan penelitian “efektivitas tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh

berdasarkan literatur review”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas tepid sponge yang digunakan untuk menurunkan

suhu tubuh dengan metode literatur review.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui area tiped sponge untuk menurunkan suhu tubuh

2. Suhu air untuk tepid sponge dalam menurunkan suhu tubuh

3. Mengetahui durasi dalam pemberian intervensi tepid sponge

6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

mahasiswa mengenai intervensi tepid sponge yang tepat dilakukan untuk menurunkan

suhu tubuh saat mendapati kondisi fisik sedang hypertermia.

1.4.2 Bagi Institusi

Penelitian ini bisa menjadi sarana untuk mengembangkan sebuah penelitian baru

mengenai tepid sponge yang lebih efektif dan efisien untuk menurunkan suhu tubuh

dalam kondisi tertentu.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Dapat menjadi salah satu sumber referensi untuk menentukan pilihan mengenai

tepid sponge mana yang baik atau tepat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada

saat anak-anak mengalami demam.

1.4.4 Bagi Keperawatan

Dapat menjadi salah satu referensi yang bisa digunakan pada saat ingin melakukan

promosi kesehatan dimasyarakat mengenai penatalaksanaan demam. Sehingga orang

tua maupun masyarakat bisa lebih mengerti dan lebih mudah menentukan penanganan

pertama apa yang tepat dilakukan untuk mengatasi demam.

1.5 Keaslian Penelitian

7

Beberapa referensi yang memiliki pembahasan mengenai topik efektivitas tepid

sponge untuk menurunkan suhu tubuh pada saat mengalami demam, yaitu sebagai

berikut :

1. (Burhan et al., 2020; Lim et al., 2018)“Effectiveness of Giving Compress Against

Reduction of Body Temperature In Children: Systematic Review”. Penelitian systematic

review ini menganalisis 9 artikel yang berhubungan dengan pemberian kompres

hangat, 6 artikel pemberian kompres pada area aksila dan tepid sponge, 7 artikel

dengan pemberian kompres selama 30 menit, dan 10 artikel dengan kompres air

bersuhu 37 ℃. Hasil yang didapatkan di dalam jurnal ini menjelaskan bahwa rata

- rata penanganan demam paling banyak menggunakan kompres hangat dengan

lama waktu 30 menit, di mana suhu air yang digunakan pada suhu 27 ℃.

Perbedaan dari penelitian yang ingin saya lakukan yaitu, di mana pada artikel ini

hanya menjelaskan mengenai macam - macam kompres yang paling banyak

digunakan, sedangkan peneliti ingin menganalisis efektivitas dari berbagai macam

jenis kompres untuk menurunkan suhu tubuh pada saat demam dengan metode

study literatur review.

2. Lim et al (2018) “Tepid Massage For Febrile Children: A Systematic Review And Meta‐

Analysis”. Tepid massage ini diberikan kepada anak - anak yang mengalami

demam, di mana metode penelitian meta-analysis. Peneliti menjelaskan dari

berbagai jurnal yang telah lolos seleksi, intervensi yang diberikan berupa tapping

massage, tapid massage yang digunakan bersuhu 30,0-33,0 ℃, dilakukan selama

10-30 menit. Sedangkan pada kelompok pembanding menggunakan terapi yang

sama hanya saja ditambahkan dengan menggunakan antipiretik. Hasil dari

8

intervensi ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara tepid massage

dengan tepid massage antipiretik. Selain itu pada kelompok tapid massage ini

memberikan efek berupa menggigil, dan tidak nyaman. Pada jurnal ini cenderung

mengarah pada penanganan demam dengan menggunakan tepid massage,

sedangkan peneliti ingin melakukan penelitian mengenai efektivitas berbagai

macam jenis kompres untuk menurunkan suhu tubuh pada saat anak mengalami

demam dengan metode study literatur review.

3. Wardiyah & Romayati (2016) menjelaskan dalam penelitiannya yang berjudul

“Perbandingan Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap

Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015” menjelaskan bahwa melakukan

kompres hangat dan tepid sponge bisa memberikan efek yang cukup signifikan

pada proses penurunan suhu tubuh pada anak usia 1-5 tahun. Pada mulanya

sebelum diberikan kompres dengan menggunakan kompres hangat dan sponge

tepid, rata-rata sebanyak 185 balita yang mengalami demam akibat

bronkopneumonia, demam tifoid, dan DHF di RSUD Dr. Abdul Moeloek

memiliki suhu tubuh 38,5℃ sedangkan setelah dilakukan prosedur kompres

hangat didapatkan terjadinya penurunan suhu tubuh yaitu, 38,0℃. Sedangkan

pada balita yang akan diberikan terapi kompres dengan menggunakan Tepid

Sponge memiliki suhu tubuh 38,8℃ dan setelah dilakukan intervensi memiliki

perubahan suhu hingga 38,0℃. Dalam hal ini perbedaan yaitu pada kompres

hangat memiliki penurunan suhu sebesar 0,5℃ dan pada kompres tepid sponge

0,7℃ . Dari sini dapat disimpulkan bahwa saya terdapat perbedaan antara

efektivitas pada penurunan suhu tubuh dengan hasil p-value 0,003. Di Dalam

9

penelitian ini hanya membahas mengenai teknik kompres hangat dan tepid sponge

saja, sedangkan dalam penelitian yang ingin saya lakukan yaitu dengan

membandingkan jenis - jenis kompres dengan metode literatur review.

77

DAFTAR PUSTAKA

Afrah, R. A. N. (2017). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Demam di RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak. Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

Aguspairi. (2017). Efektifitas Metode Tepid Sponge Dan Kompres Dingin Dalam Menurunkana Suhu Tubuh Anak Demam. In Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi (Vol. 11, Issue 3). http://ji.unbari.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/69

Ali Hamid, M. (2011). Keefektifan Teknik Kompres Tepid Sponge Yang Dilakukan Ibu Dalam Menurunkan Demam Pada Anak: Randomized Control Trial di Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember.

Al-Jauziyah, I. Q. (2020). Ath-Tibbu An-Nabawi. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT). (hlm.46)

Anggraeni Beti, Dwi Lestari, Bambang Sarwono, A. I. (2019). Efektivitas Water Tepid

Sponge Suhu 37℃ dan Kompres Hangat Suhu 37℃ Terhadap Penurunan Suhu Pada Anak Dengan Hipertermi. Jurnal Keperawatan Mersi Vol VIII, VIII, 40–46.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. (hlm. 156)

Astrid, S. (2016). Tanaman Ajaib! Basi Penyakit dengan TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Jawa Barat: Katalog Dalam Terbitan (KDT). (hlm.114)

Avner, J. (2009). Acute Fever. Pediatr Rev, 30, (hlm.5–13). Ayu, E. I., & Irwanti, W. (2015). Kompres Air Hangat pada Daerah Aksila dan Dahi

Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah Kutoarjo. 3(1),(hlm.10–14).

Barbi, E, Marzuillo, P, Neri, E, Naviglio, S., & Krauss, B. (2017). Fever in Children: Pearls And Pitfalls. Children, 4(81), (hlm.1–19).

Berutu, H. (2019). Pengaruh Kompres Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi Di Ruang Melur Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang. Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Dairi Sidikalang, III, (hlm.32–38).

Bor, D. (2020). Etiologies of Fever of Unknown Origin in Adults. Burhan, N. Z., Arbianingsih, Rauf, S., & Huriati. (2020). Effectiveness of Giving Compress

Against Reduction of Body Temperature In Children: Systematic Review. Journal Of Nursing Practice, 3(2), 226–232. https://doi.org/10.30994/jnp.v3i2.91

Cahyaningrum, E. (2016). Penatalaksanaan Anak Demam Oleh Orang Tua di Puskesmas Kembaran I Banyumas. Jurnal Kesehatan, Keperawatan ,Kebidanan Viva Medika 17(9).

Caroline Bunker , Rosdahl, Mary T, K. (2008). Textbook of Basic Nursing. In Wolters Kluwer Health (9th ed., p. 698). Lippincott Williams & Wilkins.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi (3rd ed.). Jakarta: EGC.

Crowin. (2002). Buku Saku Patofisiolog. Jakarta: EGC.

Dede, Mardiah, Rahman Aditya Topan, Lestari, A. D. (2015). Perbedaan Efektivitas

78

Kompres Hangat Basah dan Plaster Kompres Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Typhoid. Dinamika Kesehatan, 6(1), (hlm.37).

Dewi, F. (2020). Diagnosis Demam Rematik pada Anak: Update. In Cermin Dunia Kedokteran (Vol. 46, Issue 11). http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/view/412

Diana, R. (2012). The Literature Review: A Step-by-Step Guide for Students (1st ed.,p.5-6). SAGE Publications Ltd.

Dinarello CA, P. R. (2020). Pathophysiology and treatment of fever in adults. Dwiriyanti, R. (2019). Pengetahuan Ibu Dalam Penatalaksanaan Demam Pada Anak Usia

Toddler di Puskesmas Sukahaji Majalengka. UNDIP Fakultas Keperawatan, (hlm.1).

El-Radhi, A. (2018). Pathogenesis of Fever. Clinical Manual of Fever in Children. Springer International Publishing AG.

El-Radhi AS, B. W. (2006). Thermometry in paediatric practice. Arch Dis Child, 6, 91:351. El-Radhi SA, Carroll J, Klein N, P. (2009). Clinical manual of fever in children. (9th ed.,p.1-

24). Springer-Verlag. Endah Kusumawati, drh. A. T. S. (2017). Pengaruh Pemberian Buli-Buli Hangat Pada

Daerah Aksila dan Lipatan Paha Terhadap Penurunan Demam Pasca Imunisasi DPT Hari Ke-3 Pada Bayi Usia 2-6 Bulan Di Desa Wajak Kabupaten Malang. 5, (hlm.25–32).

Eveline & Nanang Djamaludin. (2010). Panduan Pintar Merawat Bayi Dan Balita. Jakarta: PT Wahyu Media. (hlm.72).

Fatkularini, M. S. (n.d.). 2014. Effectiveness of Ordinary Temperature Compresses and Compress Plaster to Decrease Body Temperature in Children of Preschool Age Fever in Ungaran Hospital Semarang.

Fauci AS et al. (2009). Fever and Hypertermia. In In Harrison’s Manual of Internal Medicine (17 th ed, pp. 199). The McGraw-Hill Companies.

Firda, Nofitasari, W. (2019). Penerapan Kompres Hangat Untuk Menurunkan Hipertermia Pada Anak Dengan Demam Typoid. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawata, 3, No.2, 44–50.

Fisher RG, B. T. (2005). Moffet’s Pediatric Infectious Diseases: A Problem-Oriented Approach. In Lippincott William & Wilkins (4 th ed., p. 73–318).

Fransisca, H. (2016). A-Z Penyakit Langganan Anak. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT). (hlh.39-40).

Gumilang Sudibyo, D., Putri Anindra, R., El Gihart, Y., Alvin Ni, R., Kharisma, N., Cindra Pratiwi, S., Dewanti Chelsea, S., Fernanda Sari, R., Arista, I., Melisa Damayanti, V., Wardah, E., Poerwantoro, E., Fatmaningrum, H., & Hermansyah, A. (2020). Pengetahuan Ibu dan Cara Penanganan Demam Pada Anak. Jurnal Farmasi Komunitas, 7(2), (hlm.69–76).

Gundlapalli, Adi V, Jaulent, Marie-christine, Zao, D. (2017). Medinfo 2017: Precision Healthcare Through Information. USA: IOS Press,Inc. (hlm.422).

Guyton, A. C dan Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: ECG.

Halodoc. (2019). Penyakit Demam - Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati. Halodoc.Com. https://www.halodoc.com/kesehatan/demam

Hamid, M. A. (2011). Keefektifan Kompres Tepid Sponge Yang Ilakukan Ibu Dalam Menurunkan Demam Padaanak: Randomized Control Trial Di Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember. Universitas Sebelas Maret.

79

Hart, C. (2018). Doing a Literature Review (2nd ed.). London: SAGE Publications Ltd. (hlm.31).

Hartini, Sri, Pertiwi, P. P. (2016). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1-3 Tahun di SMC Rs Telogorejo Semarang. STIKES Telogo Rejo Semarang, 5, 2.

Haryani, S., Adimayanti, E. dan Astuti, A. P. (2018). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Pra Sekolah yang Mengalami Demam di RSUD Ungaran. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 7(1), (hlm.44–53).

Haryanti, M.B., Sholikhah, S., Hernike, L. N. (2018). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Demam Dengan Penanganan Demam Pada Anak di Klinik Shanty Medan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(2), (hlm.53–57).

Hastuti, D., Kulsum, D. U., Ismuhu, S. R., & Ropei, O. (2021). Effectiveness Of Tepid Sponge Compresses And Plaster Compresses On Child Typhoid Patients with Fevers. KnE Life Sciences, 2021, 1078–1088. https://doi.org/10.18502/kls.v6i1.8784

Hembing, W. (2008). Atasi Kanker Dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara. (hlm.16). Hendrawati, & Elvira, M. (2019). Effect of Tepid Sponge on changes in body temperature in

children under five who have fever in Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Hospital. Enfermeria Clinica, 29, (hlm.91–93). https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2018.11.029

Hijriani, H. (2019). Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Demam Usia Toddler (1-3 tahun). Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, V(10), (hlm.1–8). https://ejournal.akperypib.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/MEDISINA-Jurnal-Keperawatan-dan-Kesehatan-AKPER-YPIB-MajalengkaVolume-V-Nomor-10-Juli-2019-4.pdf

Imogen Buss MD, M., & , Blaise Genton MD, PhD, Valérie D’Acremont MD, P. (2020). Etiology of Fever in Returning Travelers And Migrants: a Systematic Review And Meta-analysis. International Society of Travel Medicine, 4.

Joanna Briggs Institute. (2020). Randomized Controlled Trial. Kartini, A., Karra, D., Anas, M. A., Hafid, M. A., & Rahim, R. (2019). The Difference

Between the Conventional Warm Compress and Tepid Sponge Technique Warm Compress in the Body Temperature Changes of Pediatric Patients with Typhoid Fever. 14(3), 321–326.

Kebidanan, P. D., & Bataraguru, S. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru ( PMK ) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. 2(2), 66–71.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2018.

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Informasi Kesehatan Indonesia 2019. Kementrian Kesehatan RI, 8(9), (hlm.1–58).

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Profil kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Keseahtan.

Kesehatan RI Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Kementerian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kozier, Berman, & S. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik. Jakarta: EGC (Edisi 7, hlm.83).

Kozier, et al. (2010). Nursing Fundamentals, Concepts, Processes and Practices. Jakarta: EGC.

Kristianingsih, A., Desni Sagita, Y., Suryaningsih, I., & Artikel, R. (2019). Hubungan

80

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Penanganan Demam Pada Bayi 0-12 Bulan Di Desa Datarajan Wilayah Kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten Tanggamus Tahun 2018. In Midwifery Journal Kebidanan 4(1), 26-31.

Kukus, Y., Supit, W., & Lintong, F. (2013). Suhu Tubuh: Homeostasis Dan Efek Terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik (Jbm), 1(2). https://doi.org/10.35790/jbm.1.2.2009.824

Kurniati, H. S. (2016). Gambaran Pengetahuan Ibu Dan Metode Penanganan Demam Pada Balita di Wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, (hlm.47).

Kusumoningrum, D. A. (2019). Apa yang Harus Kamu Lakukan? Pertolongan Pertama pada Kecelakaan. Bandung: Penerbit Duta. (hlm.26-56).

Kusumoningrum, D. A. (2019). Apa yang Harus Kamu Lakukan? Pertolongan Pertama pada Kecelakaan. Bandung: Penerbit Duta. (hlm.27).

Labir, K., Ribek, N., & Desita diah lestari. (2017). Suhu Tubuh Pada Pasien Demam Dengan Menggunakan Metode Tepid Sponge. Gema Keperawatan, 10, (hlm.130–137).

Lim, J., Kim, J., Moon, B., & Kim, G. (2018). Tepid massage for febrile children: A systematic review and meta-analysis. International Journal of Nursing Practice, 24(5), 1–11. https://doi.org/10.1111/ijn.12649

Lina, N. (2010). Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak. http://www.ibudanbalita.com/dis%0Akusi/faktor-yang-mempengaruhi%02tumbuh-kembang-anak

Lusia. (2015). Mengenal Demam dan Perawatannya Pada Anak (Pertama). Surabaya: Air Langga University Press. (hl.17-19).

Malahayati. (2012). Anak Kena Demam, Penyebab dan Cara Mengatasinya. http://bayibintang.blogspot.sg/20%0A13/07/anak-kena-demam%02penyebab-dan-cara.html.

Mahdiyah, Rahman, dan L. (2015). Perbedaan Efektivitas Kompres Basah Hangat dan Plester Kompres Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Tifoid. 35–45.

Margarita, R. (2015). Pedoman Keterampilan Medik 3. Surabaya: Air langga Universitas Press (AUP). (hlm.18).

Masashi, S. (2013). Mukjizat Suhu Tubuh. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. (hlm.10).

Murakami, D. K., Blackie, C. A., & Korb, D. R. (2015). All Warm Compresses Are Not Equally Efficacious. Optometry and Vision Science, 92(9), 327–333.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. (hlm.44).

Nair H, Abdullah Brooks W, K. M. et al. (2011). Global Burden of Respiratory Infections Due to Seasonal Influenza in Young Children: a Systematic Review and Meta-analysis. Lancet, 3.

Nelwan. (2009). Demam : Tipe dan Pendekatan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5th ed., p. 2767). Interna Publishing.

Novikasari, L., Siahaan, E. R., & Maryustiana, M. (2019). Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Hangat Dan Water Tepid Sponge Di Rumah Sakit Dkt Tk Iv 02.07.04 Bandar Lampung. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(2), 143–153. https://doi.org/10.33024/hjk.v13i2.1035

Octa Dwienda R, SKM., M.Kes., Liva Maita, SST., M.Kes, Eka Maya Saputri, SST.,

81

M.Kes., Rina Yulviana, S. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Penerbit Depublish. (hlm. 24-25).

Oksfriani Jufri, S. (2019). Perubahan Iklim Dan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Publiser Depublis. (hlm.38)

Pangseti, N. A., Atmojo, B. S. R., & Kiki. (2020). Penerapan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Hipertermia Pada Anak Yang Mengalami Kejang Demam Sederhana. Nursing Science Journal, 1(1), 29–35.

Pavithra, C. (2018). Effect of Tepid Vs Warm sponging on body temperature and comfort among children with Pyrexia at Sri Ramakrishna hospital , Coimbatore. Ijsar, 5(6).

Permatasari, K. I. (2013). Perbedaan Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Demam di RSUD Tugurejo Semarang. Stikes Tegal Rejo Semarang, 034.

Potter, P.A., dan Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktik (Edisi.4.V). Jakarta: EGC.

Potter, P. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice (Edisi 7. V). Jakarta: EGC.

Perry, P. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep dan Praktik (4th ed.). Jakarta: EGC.

Pratiwi, G. D. (2016). Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Pada Axilla dan Servikal ( Leher ) dalam Penurunan Demam Anak di RSU Kota Tangerang Selatan Tindakan. Stikes Widhia Dharma Tanggerang, (hlm.1–13).

Pineda Solas, V. (2020). Fever and Childhood Vaccination. Vacunas (English Edition), 21(2), 105–110. https://doi.org/10.1016/j.vacune.2020.10.001

Putri, R. H., Fara, Y. D., Dewi, R., Komalasari, Sanjaya, R., & Mukhlis, H. (2020). Differences in the effectiveness of warm compresses with water tepid sponge in reducing fever in children: A study using a quasi-experimental approach. International Journal of Pharmaceutical Research, 12(4), (hlm.3492–3500). https://doi.org/10.31838/ijpr/2020.12.04.477

Potter, P. (2020). Fundamentals of Nursing. Singapore: Elsevier. (hlm.458). Ratnasari, I. (2019). Mengenal Hipotermia. Jawa Tengah: Manoreh Pustaka Ilmu. (hlm.6). Ratnawati, D. S., Hidayatin, T., & Hangat, K. (2016). Pemberian Kompres Hangat Di

Lipatan Paha Lebih Efektif Menurunkan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Dibandingkan Pemberian Kompres Hangat Di Dahi. 4(2), (hlm.15–20).

Riandita, A. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah.

Rinik, Eko, Kapti, N. (2017). Perawatan Anak Sakit di Rumah. Kota Malang: UB Press. (hlm.34).

Rinik, Eko Kapti, Nurona, A. (2017). Perawatan Anak Sakit di Rumah. Kota Malang: UB Press. (hal 34-40).

Rofi’atus Sholihah, H., & Prabowo, A. (2019). Efforts To Improve Famly Health Management By Providing Warm Compress N Nursing Families With Fever. Yogyakarta: Institut Teknologi dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta.

Rosdahl, Caroline Bunder, Mary.T, K. (2008). The Book Of Basic Nursing. In Lipipnkott’s Practical Nursing 9th ed.,(hlm.697–699). Piladelphia:Wolter Kluwers Health.

82

Setiawati. (2009). The Influence of Tepid Sponge on Decreasing Body Temperature and Comfort in Preschool and School Age Children Who Have Fever in the Children’s Care Room of the Bandung Muhammadiyah Hospital. University of Indonesia.

Setyani, A., & Khusnal, E. (2015). Gambaran Perilaku Ibu Dalam Penanganan Demam Pada Anak di Desa Seran Kecamatan Gebang Purworejo. Aisyiyah Health Sciences Collage of Yogyakarta, (hlm.1–17).

Sodikin, M. K. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Soegeng, S. (2016). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 3 (3rd ed.). Surabaya: AIR Langga University Press. (hlm.10).

Sukmawati. (2010). Perbandingan Penurunan Suhu pada Pasien yang Dikompres Pada Daerah Ketiak dengan Kompres Pada Dahi di RSI Ibnu Shina Magelang. Surakarta: Fakultas Kesehatan UMM Surakarta.

Sunardi. (2009). Kontrol Persyarafan Terhadap Suhu Tubuh. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Suryaningsih. (2013). Penanganan Demam Pada Balita.

Suryaningsih, I. (2006). Dingin Atau Hangat. (hlm.134). http://www.balita-anda.com/

Susanti, D., Haryanto, R., & Sutini, T. (2021). Pengaruh Aplikasi Manajemen Demam Terhadap Kemandirian Orang Tua Dalam Penanganan Demampada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru. 13(1), (hlm.38–46).

Susanti, N. (2012). Efektifitas Kompres Dingin Dan Hangat Pada Penataleksanaan Demam. Sainstis, (hlm.55–64). https://doi.org/10.18860/sains.v0i0.1866

Sutjahjo, A. (2016). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: AIR Langga University Press. (hlm.55-64).

Syltami, B. (n.d.). 2014. Comparison of the Effectiveness of Tepid Sponging and Compress Plaster in Reducing Body Temperature in Toddlers with Fever in Salaman 1 Health Center, Magelang Regency.

Syukri, Muhammad, Uyun, A. S. (2020). Tinjauan Pustaka Sistematis: Pengantar Metode Penelitian Sekunder Untuk Energi Terbarukan-Bioenergi (R. Makbul (ed.)). Kelaten,Yogyakarta: Penerbit Lakeisha.

Tamsuri. (2006). Tanda-tanda Vital: Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.

Tarwoto, Aryani, Ratna, W. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV. Trans info Media. (hlm.161).

Toschi, N., Passamonti, L., & Bellesi, M. (2020). Sleep quality relates to emotional reactivity via intracortical myelination. SLEEPJ, 2020, 1–12. https://doi.org/10.1093/sleep/zsaa146

Vinay Kumar, Mbbs MD Frcpath, Abul K Abbas, Jon C Aster, M. P. (2020). Buku Ajar Patologi Robbins. In ELSEVIER (10th ed., p. 340).

Wardiyah, A., & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Holistik Jurnal Kesehatan (Vol. 10, Issue 1).

Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang

83

Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr . H . Abdul Moeloek. Jurnal Kesehatan Holistik, 10(1), (hlm.36–44).

Wati, E. et al. (2020). Pendidikan Kesehatan Tentang Kompres Hangat Untuk Demam Di Margorejo Dusun 6 Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 3, 395–400.

WHO. (2020a). Situation Report-51 SITUATION IN NUMBERS total and new cases in last 24 hours. https://www.who.int/docs/default source/coronaviruse/situation-reports/20200311-sitrep-51-covid-19.pdf?sfvrsn=1ba62e57_6

WHO. (2020b). Situation Report-65 HIGHLIGHTS. www.who.int/epi-win Widya, Dwi , Rukmi Putri, Kiki, F. (2018). Rempah untuk Pangan dan Kesehatan. Kota

Malang: UB Press. (hlm.217-226). Wijayanti, R., Kusbiantoro, D., & Harmiardillah, S. (2020). Literature Review Penerapan

Metode Water Tepid Sponge Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Hipertermi Pada Pasien Typoid. JIKKA (Jurnal Ilmiah Keperawtan Dan Kesehatan Alkautsar), 1(1).

Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. (hlm.124).

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. In In volume 1 (6th ed., p. 184–185). Jakarta: EGC.

Yunianti SC, N., Astini, P. S. N., & Sugiani, N. M. D. (2019). Pengaturan Suhu Tubuh dengan Metode Tepid Water Sponge dan Kompres Hangat pada Balita Demam. Jurnal Kesehatan, 10(1), (hlm.10). https://doi.org/10.26630/jk.v10i1.89

0