27
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia 2.1.1 Kode Etik Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral, sedangakan kamus bahasa Indonesia etik adalah (1) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (2) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat Dapat disimpulkan etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar. Kode etik yaitu norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat atau di lingkungan kerja. Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan hal yang benar/baik dan yang tidak benar/tidak baik. Kode etik diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan- ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh anggota kelompok tertentu. Dua sasaran pokok dari kode etik yaitu: (1) kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja ataupun tidak disengaja dari kaum profesional, (2) kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku buruk orang-orang yang mengaku diri profesional. 3

BAB II LANDASAN TEORI baru

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kode Etik Profesi Akuntan di Indonesia

2.1.1 Kode Etik

Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata,

tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya

untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu

organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani, yaitu etos yang artinya

adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter. Sedangkan menurut kamus

Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik

dan buruk secara moral, sedangakan kamus bahasa Indonesia etik adalah (1)

Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (2) Nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

Dapat disimpulkan etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan

bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut

aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang

benar.

Kode etik yaitu norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok

tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat atau di

lingkungan kerja. Kode etik merupakan sistem norma, nilai dan aturan

profesional tertulis yang secara tegas menyatakan hal yang benar/baik dan

yang tidak benar/tidak baik. Kode etik diusahakan untuk mengatur tingkah

laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-

ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh

anggota kelompok tertentu.

Dua sasaran pokok dari kode etik yaitu: (1) kode etik bermaksud

melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik

secara disengaja ataupun tidak disengaja dari kaum profesional, (2) kode

etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku buruk

orang-orang yang mengaku diri profesional.

3

4

2.1.2 Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua

pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam

pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”

untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.

Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan

berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya

pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

Profesi merupakan istilah yang umum digunakan untuk suatu hal yang

berkaitan dengan keahlian dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan definisi

profesi menurut KBBI, yaitu profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu,

sedangkan Comenisch (1983) berpendapat bahwa profesi adalah komunitas

moral yang memiliki cita-cita dan nilai bersama.

Setiap profesi dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya secara

profesional.Didasarkan pada pendapat Putri dan Saputra (Dalam Rahma,

2012) “profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting tanpa

melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak”.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah

suatu bidang pekerjaan yang dilandasi dengan keahlian dan pendidikan,

sedangkan profesionalisme adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan

setiap profesi dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Jika profesi ini dihubungkan dengan etika maka dapat disimpulkan

bahwa etika profesi adalah nilai atau norma yang mengatur bagaimana

seharusnya profesi atau pekerjaan tersebut dilakukan.

Kasanah (2013:80) berpendapat bahwa ciri-ciri yang melekat pada setiap

profesi adalah :

a) Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan

keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan, dan

pengalaman bertahun-tahun.

b) Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Setiap pelaku

profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

5

c) Mengabdi pada kepentingan masyarakat artinya setiap pelaksana

profesi harus meletakkan kepentingan masayarakat di atas

kepentingan pribadi.

d) Ada izin khusus untuk menjalankan profesi.

e) Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Setiap profesi memiliki standar yang mengatur bagaimana

seharusnya profesi tersebut dijalankan. Adapun prinsip-prinsip etika

profesi, yaitu :

a) Tanggung jawab

Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain

atau masyarakat pada umumnya.

b) Keadilan

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa

yang menjadi haknya.

c) Otonomi

Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan

diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya.

2.1.3 Kode Etik Profesi Akuntansi

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah

disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya

termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki

sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda,

pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik

merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan

kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai

atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak

profesional.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang

membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk

6

mengatur tingkah laku para anggotanya. Tanpa etika, profesi akuntan tidak

akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk

proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.

Kode Etik Profesi Akuntansi (sebelumnya disebut Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan

oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya

Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP)

dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota

IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Tujuan profesi

akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar

profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan

orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut

terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan

sistem informasi.

2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat

diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di

bidang akuntansi.

3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang

diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa

terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa

oleh akuntan

Kode Etik Profesi Akuntan Indonesia, yaitu norma perilaku etika

akuntan di Indonesia dalam memenuhi tanggung jawab profesinya yang

mengatur hubungan antara akuntan publik dengan klien, antara akuntan

publik dengan rekan sejawat dan antara profesi dengan masyarakat. Etika

profesi terdiri dari lima dimensi yaitu kepribadian, kecakapan profesional,

tangung jawab, pelaksanaan kode etik, penafsiran dan penyempurnaan kode

etik.

7

1) Etika Profesi Akuntansi di Indonesia

Seperti yang kita tahu etika profesi akuntansi di Indonesia diatur

dalam Kode Etik Akuntansi Indonesia.Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

digunakan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang

berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada

instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam

pemenuhan tanggungjawab profesionalnya.

Kasanah (2013:86) berpendapat bahwa tujuan profesi akuntansi

adalah untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan standar profesionalisme

tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada

kepentingan publik.

Empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi profesi akuntansi adalah :

1. Kredibilitas

Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem

informasi.

2. Profesionalisme

Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh

pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.

3. Kualitas Jasa

Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari

akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.

4. Kepercayaan

5. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat

kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh

akuntan.

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang

tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan yang khusus yang

menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang

bersangkutan. Aturan ini sebagai aturan main dalam menjalankan profesi

tersebut yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan

ditaati oleh setiap profesi.

8

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat

harus memiliki kode etik yang merupakan prinsip-prinsip moral dan

mengatur tentang perilaku profesional. Pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi

dan mahasiswa akuntansi.

2) Jenis-Jenis Profesi Akuntan

a. Akuntan Publik

Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang

menyediakan jasa audit yang bersifat independen, yaitu memberikan jasa

untuk memeriksa, menganalisis, kemudian memberikan pendapat / asersi

atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

b. Akuntan manajemen

Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa

bertugas atau bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen

bertugas untuk membuat laporan keuangan di perusahaan.

c. AkuntanPendidikan

Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa

bertugas atau bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada

sebuh Universitas, atau lembaga pendidikan lainnya. Akuntan

manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang akuntansi pada

pihak – pihak yang membutuhkan.

d. Akuntan Internal

Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan

dan oleh karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut.

Tugas audit yang dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu

manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

e. Konsultan SIA/SIM

Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan

diluar pekerjaan utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai

berbagai hal yang berkaitan dengan sistem informasi dalam sebuah

9

perusahaan. Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus mampu

menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu

akuntansi yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang

disediakan oleh Konsultan SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja

yang menggunakan jasanya ini.

f. Akuntan Pemerintah

Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di

instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan

terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit

organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang

disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau

pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

Meskipun terdapat banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah,

namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah akuntan yang

bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembagian (BPKP) dan

Badan Pemeriksa Keuangan (BAPEKA), dan instansi pajak.

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan

Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan

dapat dipergunakan oleh seluruh akuntan di Indonesia.

Di Indonesia, penegakan Kode Etik dilaksanakan oleh sekurang–kurangnya enam

unit organisasi, yaitu : (Prosiding Kongres VIII, 1998

1. Kantor Akuntan Publik. 

Ketaatan terhadap kode etik adalah tanggung jawab pimpinan KAP

dimana anggota itu bekerja. Managing partner dan partner serta manager KAP

melaksanakan pengawasan terhadap ditaatinya perilaku ini.

2. Unit Peer Review Kompartemen Akuntan Publik – IAI

Di lingkungan Kompartemen Akuntan Publik, usaha pengawasan ini

diwujudkan dalam bentuk "Peer Review" yang penyelenggaraannya dilaksanakan

oleh Seksi Pengendalian Mutu di lingkungan kepengurusan IAI di Kompartemen

10

tersebut. Pengawasan oleh Unit Peer Review yang khusus dibentuk untuk

mengawasi sesama KAP sampai saat ini belum pernah terlaksana. 

3. Badan  Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik – IAI

Badan ini merupakan unit organisasi yang melaksanakan peradilan pada

tingkat pertama  terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh anggota

IAI kompartemen akuntan pendidik.

4. Dewan Pertimbangan Profesi IAI.

Dewan ini berfungsi sebagai peradilan tingkat banding untuk kasus-kasus

yang telah diputuskan hukumnya berdasar keputusan pada tingkat Badan

Pengawas Profesi. Dewan ini melaksanakan peradilan untuk kasus-kasus

pelanggaran lainnya yang tidak berkaitan dengan akuntan publik.

5. Departemen Keuangan RI.

yaitu: Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, misalnya Direktorat

Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai. Ia sebagai pemberi ijin praktek Akuntan

Publik. Pengawasan yang dilakukannya pada umumnya untuk menilai apakah

KAP yang diberi ijin telah melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berhubungan

dengan keputusan Menteri Keuangan tentang perijinan pembukaan KAP (SK

Menkeu 43/KMK 017/1997) tanggal 27 Januari 1997 tentang jasa akuntan publik.

6. BPKP.

Berdasarkan  Keppres  31/th  1983,  wewenangnya  adalah  melaksanakan 

pengawasan   terhadap KAP. Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP melakukan

evaluasi tentang kepatuhan KAP terhadap perizinan yang diberikan dan terhadap

pelaksanaan tugas profesional akuntan publik.

Selain keenam unit organisasi tadi, pengawasan terhadap Kode Etik diharapkan

dapat dilakukan sendiri oleh para anggota dan pimpinan KAP. Hal ini tercermin di

dalam rumusan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2, yang berbunyi :

Setiap anggota harus selalu mempertahankan nama baik profesi dan etika

profesi serta   hukum negara di mana ia melaksanakan tugasnya.

Setiap anggota harus selalu mempertahankan integritas dan obyektifitas

dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia

akan bertindak jujur, tegas dan tanpa pretensi. Dengan mempertahankan

11

obyektifitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan / permintaan

pihak tertentu / kepentingan pribadinya.

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas tiga bagian, yaitu :

1. Prinsip Etika, disahkan oleh Kongres

2. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan

3. Interpretasi Aturan Etika, dibentuk oleh Himpunan

Dalam Kongres V Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) di Surabaya 20-30

Agustus 1986, telah berhasil disahkan butir-butir kode etik profesi akuntan. Kode

etik yang dibentuk pada tahun tersebut terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

a. Untuk profesi akuntan secara umum

b. Khusus untuk akuntan publik, dan

c. Penutup

Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai aturan dan pedoman

bagi seluruh anggota akuntansi, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di

lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkunagn dunia

pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan oleh

Ikatan Akuntansi Indonesia.

Menurut Kasanah (dalam Mulyadi, 2001) keanggotaan dalam Ikatan

Akuntan Indonesia bersifat sukarela.

Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus memenuhi PrinsipEtika

Profesi Akuntan, yaitu:

A. Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap

anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional

dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap

anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan

profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

12

3. Anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa

profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk

bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi

akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan

tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif

semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi

profesi.

B. Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan

komitmen atas profesionalisme.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1. Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan

menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

2. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, yang

terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,

investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung

kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya

fungsi bisnis secara tertib.

3. Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin

menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus bertindak

dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota

memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa

terlayani dengan sebaik-baiknya.

4. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan

imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya

13

dilakukan dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip

Etika Profesi ini.

C. Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap

anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas

setinggi mungkin.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan

merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua

keputusan yang integritasadalah suatu elemen karakter yang

mendasari timbulnya pengakuan profesional yang diambilnya.

2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap

jujurdan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima

jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh

keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak

disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat

menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal

tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi

pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau

perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa

yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah

menjaga integritas dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk

menaati baik bentuk maupun jiwa standar teknis dan etika.

4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip

objektivitas dan kehati-hatian profesional.

D. Objektivitas

Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik

kepentingan dalam menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota

dalam praktik publik seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan

penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya. Objektivitas

adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.

14

Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur

secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan

kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik

berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, Terdapat

beberapa faktor yang perlu dipertimbangan antara lain :

1. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau

pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.

2. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang

yang terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip

objektivitas.

3. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau hiburan

yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas

terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang

yang berhubungan dengan mereka.

4. Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi

profesional mereka ternoda.

E. Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-

hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk

mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang

diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh

manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk

memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa

profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.

2. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau

perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan

klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.

3. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada

penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan

15

tanggung jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-

hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.

4. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan

dan mengawasi secara saksama setiap kegiatan profesional yang

menjadi tanggung jawabnya.

F. Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh

selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau

mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau

kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip ini adalah :

1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan

informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa

profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan

setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.

2. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus

telah diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk

mengungkapkan informasi.

3. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah

pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya

menghormati prinsip kerahasiaan.

4. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.

Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi

selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan atau terlihat

menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau

keuntungan pihak ketiga.

5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang

penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu,

anggota tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui

(unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk

pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung jawab

anggota berdasarkan standar profesional.

16

6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang

berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat

panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai

berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan

jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam

menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.

1. Apabila pengungkapan diizinkan.

Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh

penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang

kepentingannya dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.

2. Pengungkapan diharuskan oleh hukum.

Beberapa contoh di mana anggota diharuskan oleh hukum

untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah untuk menghasilkan

dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum dan untuk

mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada publik.

G. Perilaku profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi

yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi

harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada

penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan

masyarakat umum.

H. Standar teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan

standar teknis dan standar proesional yang relevan.

Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar

yang dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia (IAI), International Federation

of Accountants (IFA), badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang

relevan.

17

2.1.4 Kode etik profesi akuntan publik

kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan

perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari

dalam profesi akuntansi. Kode etik akuntansi dapat menjadi penyeimbang

segi-segi negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode etik bagai kompas

yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin

mutu moral profesi akuntansi dimata masyarakat.

Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan

atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan

publik.Bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian

jasa profesional dalam praktik akuntan publik disebut dengan Kantor

Akuntan Publik.

Praktik Akuntan Publik itu sendiri adalah pemberian jasa

professional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang

dapatberupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan review, perpajakan,

perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa lainnya

yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

Dalam menjalankan tanggung jawabnya, akuntan publik harus

mematuhi Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan

Etika Kompartemen Akuntan Publik), yaitu aturan etika yang harus

diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI

(sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik

atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang

bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).

Hal yang perlu diperhatikan anggota KAP dalam menjalankan tugasnya,

yaitu :

a. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu

mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa

18

profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap mental independen

tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam

penampilan (in appearance).

b. Integritas dan Objektivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu

mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan

kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah

saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan

pertimbangannya kepada pihak lain.

Anggota KAP harus mematuhi standar umum beserta interprestasi yang

terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.

Standar umum tersebut adalah :

a. Kompetensi Profesional

Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional

yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan

kompetensi profesional.

b. Kecermatan dan kesaksamaan profesional

Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan

kecermatan dan kesaksamaan profesional.

c. Perencanaan dan supervise

Anggota KAP wajib merencanakan dan mengawasi secara

memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.

d. Data relevan yang memadai

Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk

menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan

dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, terdapat beberapa hal yang tidak

diperkenankan untuk dilakukan anggota KAP, yaitu :

a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan

keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai

denganprinsip akuntansi yang berlaku umum.

19

b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi

material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut

memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau

data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan

oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaaan luar

biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut

di atas. Dalam kondisi tersebut, anggota KAP dapat menunjukkan bahwa

laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan

seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi

dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip

akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang

menyesatkan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, akuntan publik perlu memerhatikan

tanggung jawabnya kepada klien, rekan seprofesi, dan tanggung jawab

terkait praktik lain.

a. Tanggung jawab kepada klien

1. Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien

yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak

dimaksudkan untuk :

a) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya

sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan

prinsip-prinsip akuntansi.

b) Memengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun

untuk mematuhi peraturan perundang-undang berlaku seperti

panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atu melarang

kepatuhan anggota KAP tehadap ketentuan peraturan yang

berlaku.

c) Melarang review praktek professional (review mutu) seorang

anggota sesuai dengan kewenangan IAI; atau

20

d) Menghalangi anggota dari pengajuan-pengajuan keluhan atau

pemberian komentar atas peyidikan yang dilakukan oleh

badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakkan

disiplin anggota.

Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas,

tidak boleh memanfaatkan untuk kepentingan diri pribadi mereka

atau mengungkapkan informasi klien yang harus dirahasiakan yang

diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Fee Profesional

a. Besaran fee

Besaran feeanggota dapat bervariasi bergantung beberapa hal,

antara lain:

a) Risiko penugasan.

b) Komplektifitas jasa yang diberikan.

c) Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa

tersebut.

d) Struktur biaya KAP yang bersangkutan dalam pertimbangan

profesional lainnya.

e) Anggota KAP tidak diperkenalkan mendapatkan klien

dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra

profesi.

b. Fee kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetaptakan untuk pelaksanaan suatu

jasa profesional tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali ada

temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee bergantung pada

temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen

jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal

perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum

atau temuan badan pengatur.

Anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee

kontinjen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi

independensi.

21

b. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi

1. Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan

perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan

seprofesi.

2. Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik

terdahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit

menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang

sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta

tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi

secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara

memadai.

3. Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi

yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang

dilakukan oleh akuntan yang lebih dulu ditunjuk klien, kecuali

apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan

perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang

berwenang.

c. Tanggung jawab dan praktik lain

1. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan danatau

mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.

2. Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya

Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan

mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi

pemasaran dan kegiatan pemasaran sepanjang tidak merendahkan

citra profesi.

3. Komisi dan fee referal

i. Komisi

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau

bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari klien atau

pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain.

Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan atau

22

menerima komisi apabila pemberian atau penerimaan komisi

tersebut dapat mengurangi independensi.

ii. Fee referal (Rujukan)

Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan atau

diterima kepada atau dari sesama penyedia jasa profesional

akuntan publik. Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi

sesama profesi.

4. Bentuk organisasi dan KAP

Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk

organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan citra

profesi.

2.2 Perizinan Kantor Publik

RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen

Keuangan (DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam

melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi

Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi

profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP

berstandar kepada International Auditing Standart.

Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus

disajikan dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan

menyusun rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik dan RUU

Laporan Keuangan. RUU tentang Akuntan Publik didasari pertimbangan

untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan publik. RUU Akuntan

Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok mencakup

lingkungan jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif,

dan ketentuan pidana.

Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International

Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini

23

bukan merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi

mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan

antara kode etik SAP dan IFAC.

Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan

Indonesia untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan

Internasional seperti yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan

perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar harmonis sehingga

memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk

kepentingan publik.

Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang

tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional

harus memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi,

kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.

APLIKASI KODE ETIK

Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa

pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar

kode etik dan standar profesi akuntan, tidak berarti seorang akuntan

dapat bekerja sekehendaknya. Setiap orang yang memegang gelar

akuntan, wajib menaati kode etik dan standar akuntan, utamanya para

akuntan publik yang sering bersentuhan dengan masyarakat dan

kebijakan pemerintah. Etika yang dijalankan dengan benar menjadikan

sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal.

Menurut Kataka Puradireja (2008), kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak

pada para pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika para akuntan itu

mempunyai integritas tinggi, dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip

kode etik dan standar akuntan. Dalam kode etik dan standar akuntan dalam

memenuhi standar profesionalnya yang meliputi prinsip profesi akuntan, aturan

profesi akuntan dan interprestasi aturan etika akuntan. Dan kode etik dirumuskan

oleh badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus

Nasional (DPN).

24

Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggungjawab

dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab

akuntan profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien atau

pemberi kerja, tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan

menerapkan aturan etika dari kode etik.

Akuntan tidak independen apabila selama periode Audit dan periode

Penugasan Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP)

maupun orang dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti

pembukaan atau jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain

sistem informasi keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada

kliennya dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.

2.2.1 Izin akuntan publik

Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan dan

berlaku selama 5 tahun (dapat diperpanjang). Akuntan yang mengajukan

permohonan untuk menjadi akuntan publik harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang sah yang diterbitkan

oleh IAPI atau perguruan tinggi terakreditasi oleh IAPI untuk

menyelenggarakan pendidikan profesi akuntan publik.

Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka

wajib menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional

Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP)

dalam 2 tahun terakhir.

Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan

paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit

500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi

perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin

Rekan KAP.

Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya.

Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

25

Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik.

Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan

pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

Menjadi anggota IAPI.

Tidak berada dalam pengampuan.

Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin

Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap

jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, dan membuat surat

pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data

persyaratan yang disampaikan adalah benar.

Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di

Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang

dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada

lulusannya berhak memperoleh sebutan “CPA Indonesia” (sebelum tahun

2007 disebut “Bersertifikat Akuntan Publik” atau BAP). Sertifikat akan

dikeluarkan oleh IAPI. Sertifikat akuntan publik tersebut merupakan salah

satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai akuntan

publik dari Kementerian Keuangan.

2.2.2 Akuntan Publik Asing

Untuk menjadi Akutan Publik Asing, perizinan diatur sesuai UU

Nomor 5 Tahun 2011 Pasal 7:

1) Akuntan Publik Asing dapat mengajukan permohonan izin Akuntan

Publik kepada mentri apabila telah ada perjanjian saling pengakuan

antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara dari Akuntan

Publik Asing tersebut.

2) Untuk mendapatkan izin Akuntan Publik, Akuntan Publik Asing

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

26

b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan

izin sebagai akuntan publik di negara salnya;

d. tidak pernah dipidana;

e. tidak berada dalam pengampuan;

f. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia;

g. mempunyai pengetahuan di bidang perpajakan dan hukum

dagang Indonesia;

h. berpengalaman praktik dalam bidang penugasan asurans yang

dinyatakan dalam suatu hasil penilaian oleh asosiasi profesi

akuntan publik;

i. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan oleh dokter di

Indonesia; dan

j. ketentuan lain sesuai dengan perjanjian saling pengakuan

antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara dari

Akuntan Publik Asing.

3) Akuntan Publik Asing yang telah memiliki izin Akuntan Publik

tunduk pada Undang-Undang ini.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

permohonan izin Akuntan Publik Asing menjadi Akuntan Publik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan

Menteri.

2.2.3 Izin Usaha KAP (Kantor Akuntan Publik)

Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP

berbentuk badan usaha perseorangan yang mengajukan permohonan untuk

mendapatkan izin usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

Memiliki izin akuntan publik.

Menjadi anggota IAPI.

Mempunyai paling sedikit 2 orang auditor tetap dengan tingkat

pendidikan formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah

27

setara Diploma III dan paling sedikit 1 orang diantaranya berijazah

sarjana.

Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang

memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling

kurang mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian

mutu.

Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.

Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah ruang

kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan

lain.Membuat surat pernyataan bermeterai cukup yang

mencantumkan alamat Akuntan Publik, nama dan domisili kantor,

serta maksud dan tujuan pendirian kantor (hanya untuk KAP

berbentuk badan usaha perseorangan).

Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan

Izin Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan

bermeterai cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang

disampaikan adalah benar.

Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain

persyaratan-persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

Memiliki NPWP KAP.

Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.

Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan

Rekan yang akuntan publik.

Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi

Pemimpin Rekan dan Rekan yang akuntan publik.

Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai

penunjukan salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.

Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.

KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang KAP

di seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.

28

KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama akuntan publik

yang bersangkutan. Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan,

menggunakan nama seorang atau lebih Rekan akuntan publik dan ada

penambahan kata “& Rekan” di belakangnya apabila jumlah akuntan publik

pada KAP tersebut lebih banyak dari jumlah akuntan publik yang namanya

tercantum sebagai nama KAP. Nama KAP dilarang menggunakan singkatan

atau penggalan nama.

KAP dapat melakukan kerjasama dengan KAP atau organisasi audit

asing. KAP dapat mencantumkan nama KAP atau organisasi audit asing

tersebut pada nama kantor, kepala surat, dokumen dan media lainnya setelah

mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Penulisan huruf nama KAP atau

organisasi audit tidak boleh melebihi besarnya huruf nama KAP.

Kerjasama KAP dengan KAPA (Kantor Akuntan Publik Asing) dan

OAA (Organisasi Audit Asing) diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 2011 Pasal

35:

1) KAP dapat melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA.

2) KAP yang melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat mencantumkan nama KAPA atau OAA

bersama-sama dengan nama KAP setelah mendapat persetujuan

Menteri.

3) Kerja sama antara KAP dengan KAPA atau OAA sebagaimana

dimaksud

pada ayat (2) dituangkan dalam perjanjian kerja sama yang dibuat oleh

dan di hadapan notaris dalam bahasa Indonesia yang paling sedikit

memuat:

a. bidang jasa audit atas informasi keuangan historis;

b. penggunaan metodologi yang disepakati bersama antara KAPA

atau

OAA dengan KAP;

c. bagian tanggung jawab perdata KAPA atau OAA; dan

d. kerja sama bersifat berkelanjutan.

29

4) Persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan

setelah KAP mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri dengan

syarat:

a. KAPA atau OAA telah terdaftar pada Menteri; dan

b. KAPA atau OAA tidak sedang melakukan kerja sama dengan

KAP lain.

5) Pencantuman nama oleh KAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

hanya dapat dilakukan dengan 1 (satu) nama KAPA atau OAA.

6) KAPA atau OAA yang namanya sudah dicantumkan oleh KAP

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dapat digunakan lagi oleh

KAP lain.