Upload
ubaya
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Bank dan Lembaga keuangan
Bank Perkreditan rakyat
Penanganan Kredit Macet BPR Artha Mandiri Kanjuruhan Malang
KP B
Dzakhirotus Tsaminah3103120
Stainlaus Boli 130114907
Danny Agustian3131038
Meliske Sitanaya3131708
Radestian3131057
1 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Gladis Kusuma Jaya3131707
Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Universitas Surabaya
2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga yang berusaha untuk menyalurkan kredit sebanyak-banyaknya,
begitu juga dengan BPR. BPR adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam sistem perbankan di
Indonesia Bank Perkreditan Rakyat diberi peran yang penting, yaitu memberikan pelayanan
perbankan kepada usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan.
Dengan membantu dalam memberikan pelayanan perbankan khususnya dalam pemberian pinjaman
untuk menciptakan pekerjaan mandiri kepada rakyat kecil yang bekerja dalam sektor informal di
kota maupun di daerah pedesaan, Bank Perkreditan Rakyat berperan dalam membantu menciptakan
lapangan kerja baru, pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan.
BPR merupakan Lembaga Keuangan Bank yang berfungsi untuk meningkatkan kebutuhan
pelayanan akan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat menengah. BPR memberikan jasa layanan
simpanan dan kredit seperti layaknya bank umum, tetapi BPR tidak meberikan layanan giro
ataupun kegiatan valuta asing dan asuransi,. Keuntungan yang diperoleh bank dari penyaluran
kredit tersebut berasal dari selisih antara bunga kredit dan bunga simpanan yang merupakan sumber
pendapatan bank yang utama. Akan tetapi BPR memiliki tingkat suku bunga yang tidak terlalu
tinggi. Dalam hal ini kredit BPR wajib melaksanakan langkah-langkah yang tepat saat
melaksanakan mekanisme penyaluran dan pencairan kredit yaitu : tahap-tahap permohonan,
investigasi, analisis, keputusan persetujuan atau penolakan permohonan, pencairan kredit,
administrasi, pengawasan dan pembinaan serta pelunasan kredit. Permasalahan dalam pemberian
2 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
perkreditan ini adalah permasalahan multikriteria dimana bank harus tetap memperhatikan prinsip
kehati-hatiannya dalam melakukan penyaluran kredit dan harus memperhatikan azas-azas
perkreditan yang sehat agar tidak menimbulkan suatu resiko.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian, sejarah dan perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Di Indonesia?
2. Bagaimana penjelasan mengenai sasaran, asas hukum dan landasan hukum Bank
Perkreditan Rakyat?
3. Bagaimana penjelasan mengenai organisasai Bank Perkreditan Rakyat?
4. Bagaimana kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat?
5. Bagaimana fungsi, peranan dan tujuan dari Bank Perkreditan Rakyat?
6. Bagaimana mengukur kesehatan Bank Perkreditan Rakyat?
7. Bagaimana penanganan kredit macet BPR Artha Mandiri Kanjuruhan Malang
C. TUJUAN
Untuk mengetahai lebih dalam mengenai Bank Perkreditan Rakyat dimana seperti yang
tercantum dalam rumusan masalah, selain itu untuk menambah wawasan bagi penulis.
3 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN
RAKYAT DI INDONESIA
2.1.1 Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat atau yang biasa disebut dengan BPR adalah salah satu jenis
bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. Lokasi Bank
Perkreditan Rakyat pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan,
sehingga Bank Perkreditan Rakyat banyak dijumapi di setiap daerah yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Bank Perkreditan Rakyat telah ada sejak sebelum kemerdekaan
yang dikenal dengan sebutan Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani dan Bank Dagang
Desa atau Bank Pasar.
Pengertian Bank Perkreditan Rakyat sendiri adalah bank yang kegiatan usahanya
dilakukan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang No. 7 tahun 1992 pasal (1) tentang Perbankan yaitu Bank Perkreditan Rakyat
adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 seperti tersebut diatas. Dalam undang-undang
tersebut secara jelas disebutkan bahwa ada dua jenis bank, yaitu bank umum dan bank
perkreditan rakyat. Fungsi bank perkreditan rakyat menerima simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Selain
4 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
fungsi tersebut, bank perkreditan rakyat juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan
usahanya seperti dilarang membaerikan jasa dalam bentuk simpanan giro. Pada mulanya
tugas pokok BPR diarahkan untuk menunjang pertumbuhan dan modernisasi ekonomi
pedesaan. Namun, semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat, tugas BPR tidak hanya
ditujukan bagi masyarakat pedesaan, tetapi juga mencakup pemberian jasa perbankan bagi
masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah perkotaan. Dalam penyaluran kredit kepada
masyarakat menggunakan prinsip 3T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Sasaran,
karena proses kreditnya yang relatif cepat, persyaratan lebih sederhana, dan sangat mengerti
akan kebutuhan Nasabah BPR.
Bank perkreditan rakyat yang terdapat di daerah pedesaan berfungsi sebagai
pengganti bank desa, Kedudukannya ditingkatkan ke kecamatan dan diadakan
penggabungan atas bank desa yang ada dan kegiatannya diarahkan kepada layanan
kebutuhan kredit kecil untuk pengusaha, pengrajin, pedagang kecil, atau kepada mereka
yang tinggal dan berusaha di desa tersebut tetapi tidak atau belum menjadi anggota KUD.
Selain itu bank perkreditan rakyat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
BPR yang terdapat di daerah perkotaan adalah jenis Bank Pasar, Bank Pegawai, atau
bank yang sejenis yang melayani kebutuhan kredit pengusaha dan pedagang kecil di pasar
atau di kampung. Sumber pembiayaan kredit ini adalah berasal dari dana masyarakat yang
dihimpun dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
2.1.2 Sejarah Bank Perkreditan Rakyat
Sejarah bank perkreditan rakyat dimulai pada masa kolonial Belanda pada abad ke-
19 dengan dibentuknya Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa,
dengan tujuan membantu para petani, pegawai, dan buruh untuk melepaskan diri dari jerat
pelepas uang (rentenir) yang memberikan kredit dengan bunga tinggi. Pasca kemerdekaan
Indonesia, didirikan beberapa jenis lembaga keuangan kecil dan lembaga keuangan di
pedesaan seperti Bank Pasar, Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan mulai awal 1970an,
Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) oleh Pemerintah Daerah. Pada tahun 1988,
Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988 (PAKTO 1988) melalui
Keputusan Presiden RI No.38 yang menjadi momentum awal pendirian BPR-BPR baru.
Kebijakan tersebut memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha “Bank
Perkreditan Rakyat” atau BPR. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.7 tentang
5 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Perbankan tahun 1992 (UU No.7/1992 tentang Perbankan), BPR diberikan landasan hukum
yang jelas sebagai salah satu jenis bank selain Bank Umum.
Sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, Lembaga Keuangan Bukan Bank yang
telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dapat menyesuaikan kegiatan usahanya
sebagai bank. Selain itu, dinyatakan juga bahwa lembaga-lembaga keuangan kecil seperti
Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, LPN, LPD, BKD, BKK, KURK,
LPK, BKPD, dan lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu dapat diberikan
status sebagai BPR dengan memenuhi persyaratan dan tata cara yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP).
BPR yang didirikan sesudah PAKTO 1988 maupun Lembaga Keuangan yang
dikukuhkan menjadi BPR sesuai dengan PP No.71/1992, tunduk pada ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Undang-undang Perbankan dan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank. Khusus Badan Kredit Desa (BKD),
meskipun lembaga tersebut sesuai UU No.7/1992 tentang Perbankan, diberikan status
sebagai BPR, namun karena organisasi dan manajemennya relatif sederhana, lingkup
usahanya sangat kecil, serta operasionalnya tidak setiap hari, maka pengaturan dan
pengawasan terhadap BKD pun tidak dapat disamakan dengan BPR.
Dengan mempertimbangkan karakteristik yang spesifik, jumlah dan sebarannya serta
secara historis sebelum PAKTO 1988 pengawasan BKD dibawah kewenangan BRI maka
pengawasan BKD dilakukan oleh BRI untuk dan atas nama Bank Indonesia.
2.1.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Di Indonesia
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu jenis bank yang dikenal
melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah. BPR merupakan lembaga
perbankan resmi yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan yang berfungsi tidak hanya
sekedar menyalurkan kredit dalam bentuk kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi
tetapi juga melakukan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.
Sebagaimana halnya dengan Bank Umum, masyarakat yang menyimpan dana di
BPR juga dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), selama penempatan yang dilakukan
tersebut memenuhi kriteria yang telah ditentukan LPS. Sebagai perbandingan, dari bulan
Oktober 2012 hingga Maret 2013, jika LPS menjamin simpanan dalam rupiah pada Bank
Umum dengan tingkat bunga 5,5% maka untuk BPR, LPS menjamin hingga tingkat bunga
8%. Hal ini membuat deposito berjangka yang ditawarkan BPR memiliki tingkat bunga
yang lebih menarik dibanding Bank Umum. Berikut ini beberapa fakta menarik seputar
6 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
perkembangan BPR konvensional (non-syariah) di Indonesia berdasarkan data yang diolah
dari statistik perbankan yang diterbitkan Bank Indonesia hingga Maret 2013.
Hingga akhir Maret 2013, kredit yang disalurkan oleh BPR konvensional mencapai
52,6 triliun rupiah sementara dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk tabungan
dan deposito (dana pihak ketiga) mencapai sekitar 45,5 triliun rupiah. Rata-rata kredit yang
diberikan selama 6 bulan (Oktober 2012 hingga Maret 2013) sekitar 50,5 triliun rupiah
sedangkan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun rata-rata mencapai 44,6 triliun rupiah.
Hal ini menunjukkan bahwa, dalam kurun waktu 6 bulan terakhir (hingga Maret 2013), BPR
konvensional berhasil dengan baik menjalankan fungsi utama perbankan yaitu fungsi
intermediasi.
Tercatat ada sembilan provinsi di mana BPR konvensional berhasil menyalurkan
kredit rata-rata di atas 1 triliun rupiah selama 6 bulan terakhir (hingga Maret 2013) yakni:
Jawa Tengah (Rp. 11,39 triliun), Jawa Barat (Rp. 7,97 triliun), Jawa Timur (Rp. 5,92
triliun), Bali (Rp. 4,77 triliun), Lampung (Rp. 4,31 triliun), Kep. Riau (Rp. 2,51 triliun), D.I.
Yogyakarta (Rp. 2,41 triliun), DKI Jaya (Rp. 1,06 triliun) dan Sumatera Barat (Rp. 1,05
triliun). Total penyaluran kredit di sembilan provinsi tersebut mencapai 82% dari total 50,5
triliun rupiah. Hal yang sama dalam hal penghimpunan dana di kesembilan provinsi tersebut
melalui BPR konvensional hingga akhir Maret 2013 yang mencapai 38 triliun rupiah dari
total sebesar 45,5 triliun rupiah. Ini membuktikan bahwa perputaran uang dan
perekonomian yang diharapkan merata ke seluruh pelosok Indonesia masih terkonsentrasi di
Jawa, Bali, Sumatera, dan sekitarnya.
Dari total 1.653 BPR konvensional di Indonesia yang tercatat pada statistik Bank
Indonesia, sebanyak 1.277 BPR berada di kesembilan provinsi tersebut di atas. Untuk soal
kemampuan BPR dalam penghimpunan dana maka Lampung dan Kep. Riau sepertinya
menjadi jagonya. Dengan jumlah hanya 26 BPR pada akhir Maret 2013, Lampung berhasil
menghimpun dana sebesar Rp. 3,29 triliun sementara Kep. Riau yang tercatat memiliki 40
BPR berhasil menghimpun dana sebesar Rp. 2,74 triliun. Bandingkan dengan Jawa Tengah
dengan 259 BPR yang menghimpun dana Rp 10,69 triliun atau Jawa Timur dengan 331
BPR yang menghimpun dana sebesar Rp 4,98 triliun.
Dari segi jumlah debitur pada akhir Maret 2013, maka Jawa tengah (816.778
rekening), Jawa Barat (746.516 rekening) dan Jawa Timur (666.656 rekening)
mengakumulasi 68,85% total debitur BPR konvensional di Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa penyerapan kredit sangat tinggi di ketiga provinsi tersebut.
7 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Kep. Riau menunjukkan kondisi yang berbeda dari delapan provinsi lainnya yang
tersebut di atas karena hingga akhir Maret 2013, penghimpunan dana melebihi penyaluran
kredit. Dengan jumlah deposito sebanyak 13.401 rekening pada akhir Maret 2013, dana
yang berhasil dihimpun dari instrumen ini mencapai Rp 2,35 triliun. Bandingkan dengan
Jawa Tengah yang memiliki 141.598 rekening deposito (33,37% dari total rekening
deposito BPR konvensional secara nasional) yang hanya berhasil menghimpun Rp. 6,02
triliun.
Rata-rata suku bunga kredit dalam mata uang rupiah Bank Umum dalam 6 bulan
yang berakhir pada Maret 2013 untuk kredit modal kerja sebesar 11,54%, kredit investasi
sebesar 11,27% dan kredit konsumsi sebesar 13,43%. Sedangkan pada BPR: kredit modal
kerja sebesar 30,91%, kredit investasi sebesar 26,76% dan kredit konsumsi sebesar 25,97%.
Pada bulan Desember 2012 lalu, Bank Indonesia menerbitkan peraturan yang
mengatur tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh Bank Umum dan bantuan teknis
dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah. Disebutkan secara bertahap
hingga tahun 2018, Bank Umum wajib memberikan kredit atau pembiayaan UMKM paling
rendah 20% dari total kredit atau pembiayaan. Pembiayaan tersebut dapat dilakukan secara
langsung kepada UMKM atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing, channeling
atau secara sindikasi. Pembiayaan tidak langsung dapat dilakukan antara lain melalui BPR.
Menyimak statistik perbankan BPR konvensional hingga Maret 2013 dan
keberhasilan BPR dalam melakukan fungsi intermediasi, masih terbuka luas kesempatan
bagi Bank Umum untuk melakukan channeling melalui BPR. Keuntungan yang diperoleh
oleh Bank Umum melalui cara tersebut antara lain adalah dapat mengandalkan BPR dalam
infrastruktur serta pengalamannya menilai resiko kredit debitur UMKM, yang selama ini
mungkin belum didalami oleh Bank Umum. Dalam jangka panjang dengan kebijakan yang
ditempuh Bank Indonesia tersebut, diharapkan dapat menekan suku bunga kredit BPR
konvensional karena semakin meningkatnya supply dan kemudahan akses dana dari Bank
Umum melalui penyaluran kredit langsung atau tidak langsung kepada UMKM tersebut.
2.2 SASARAN, ASAS HUKUM, DAN LANDASAN HUKUM BANK PERKREDITAN
RAKYAT
2.2.1 Sasaran Bank Perkreditan Rakyat
Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai,
dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih
mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan
8 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan
pengijon), karena BPR umumnya ditujukan untuk masyarakat golongan ekonomi lemah
bukan hanya di pedesaan saja tetapi untuk masyarakat perkotaan golongan ekonomi lemah
juga.
2.2.2 Asas Bank Perkreditan Rakyat
Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia
yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai
pendukung dan 3 ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan
monopoli). Pasal tersebut diantara nya berbunyi: “ Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.
Penjelasan pasal 33 menyebutkan bahwa “dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi
ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang seorang”. Selanjutnya dikatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu
harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sehingga, sebenarnya secara tegas Pasal 33 UUD 1945 beserta penjelasannya,
melarang adanya penguasaan sumber daya alam ditangan orang-seorang. Dengan kata lain
monopoli, oligopoli maupun praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam
adalah bertentangan dengan prinsip pasal 33.
2.2.3 Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat
Landasan Hukum BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan membuat UU No.10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas telah disebutkan
bahwa BPR adalah Bank yang melaksanakan segala kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha-usaha
kecil serta masyarakat di daerah pedesaan pada dasarnya. Bentuk hukum BPR dapat berupa
Perseroan Terbatas maupun Perusahaan Daerah, atau Koperasi.
2.3 ORGANISASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
9 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
2.3.1 Anggota Direksi & Dewan Komisaris Bank Perkreditan Rakyat
Anggota Direksi dan Dewan Komisaris wajib memenuhi persyaratan :
a. Kompetensi;
b. Integritas; dan
c. Reputasi keuangan
Pemenuhan persyaratan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris diatas
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit
and proper test) BPR. Jumlah anggota Direksi minimal berjumlah 2 orang dengan
pendidikan minimal D3.
Anggota Direksi dilarang mempunyai hubungan keluarga dengan :
a. Anggota Direksi lainnya dalam hubungannya sebagai orang tua, mertua, menantu, suami,
isteri, saudara kandung, atau ipar; dan/ atau
b. Anggota Dewan Komisaris dalam hubungannya sebagai orang tua, mertua, menantu, suami,
isteri, atau saudara kandung.
c. Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai Anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif
pada lembaga perbankan, perusahaan, atau lembaga lain.
d. Jumlah anggota Dewan Komisaris minimal 2 orang dan minimal 50% anggota Dewan
Komisaris memiliki pengalaman di bidang perbankan. Anggota Dewan Komisaris hanya
dapat merangkap jabatan sebagai komisaris paling banyak pada 2 BPR atau pada 1 Bank
Umum.
2.3.2 Pendirian Badan Usaha
Bentuk hukum suatu Bank Umum dapat berupa perseroan terbatas, koperasi, atau
perusahaan daerah, dan hanya dapat didirikan seizin Direksi Bank Indonesia. Untuk
memperoleh izin usaha tersebut, seseorang wajib memenuhi persyaratan minimal tentang
susunan organisasi dan kepengurusan, pemodalan, kepemilikan, keahlian di bidang
perbankan, dan kelayakan rencana kerja.
Pendirian bank perkreditan rakyat dapat dilakukan oleh:
1. Warga Negara Indonesia
2. Badan Hukum Iondonesia yang seluruh kepemilkannya oleh WNI
3. Pemerintah Daerah, atau
4. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka (1), (2), dan (3).
10 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Sehingga berdasarkan dikatakan bahwa kepemilikan bank perkreditan rakyat dapat
berlaku bila :
a) BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat
dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh
pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.
b) BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam
undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.
c) BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam
bentuk saham atas nama. Perseroan terbatas adalah suatu badan hukum untuk menjalankan
usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian
sebanyak saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat
diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan.
d) Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
e) Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Menteri
Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Ketentuan
mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan clengan Peraturan Pemerintah.
2.3.3 Perizinan Bank Perkreditan Rakyat
1. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.
2. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank
Indonesia.
3. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan organisasi,
permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan rencana kerja, hal-hal lain
yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia, dan
memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di kecamatan. BPR dapat
pula didirikan di ibukota kabupaten atau kotamadya sepanjang di ibukota kabupaten Jan
Kotamadya belum terdapat BPR.
4. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan
kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan setelah mendengar
pertimbangan Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
11 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
5. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota Kabupaten,
dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR wajib dilaporkan
kepada Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
6. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang rnelakukan
kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).
2.3.3 Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Bank Perkreditan Rakyat
Dengan dikeluarkannya UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK, fungsi pengaturan dan
pengawasan dilakukan sepenuhnya oleh OJK. Bentuk pengaturan dan pengawasannya
ditujukan kepada:
1. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
3. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
2.3.5 Alokasi Kredit Bank Perkreditan Rakyat
Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu :
1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas
maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat
dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk
kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas
maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas
maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat
dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih
dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga),
pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan
pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor,
anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR
12 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
2.4 KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan atau laba. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect (selisih antara
bunga pinjaman dan bunga simpanan) dan pendapatan bunga. Untuk mewujudkan tugas pokoknya
tersebut, BPR dapat melakukan usaha berikut:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang dapat berupa deposito
berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, kecuali simpanan
giro. Simpanan giro ini merupakan larangan usaha bagi BPR.
2. Memberikan kredit kepada masyarakat.
Bank Perkreditan Rakyat, memiliki tugas pokok diantaranya memberikan kredit kepada
masyarakat. Umumnya kredit ini diberikan kepada petani, pedagang, dan lain sebagai nya
yang memiliki ekonomi yang lemah.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka,
sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.
2.4.1 Larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR.
Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR tersebut antara lain :
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam kegiatan lintas pembayaran (LLP)
2. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing, kecuali melakukan transaksi jual beli
uang kertas asing (money changer)
3. Melakukan penyertaan modal
4. Melakukan kegiatan usaha perasuransian
5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud diatas.
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Bank Perkreditan Rakyat
a. Kelebihan Bank Perkreditan Rakyat
13 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Bank Umum memang punya keunggulan teknologi, sumber dana yang melimpah,
networking secara nasional, lalu lintas pembayaran melalui cek dan bilyet giro, dan
sebagainya. Tetapi BPR juga punya keunggulan hubungan personal yang kuat dengan
nasabahnya. BPR mampu memberi pelayanan yang prima karena pelayanan yang dilakukan
BPR adalah face to face. BPR juga mampu menyesuaikan kondisi, adat istiadat, budaya dan
perikehidupan masyarakat sekitarnya.
b. Kekurangan Bank Perkreditan Rakyat
Tidak bisa melakukan kegiatan usaha dalam lalu lintas pembayaran, tidak bisa memberikan
jasa simpanan dalam bentuk giro, tidak bisa memberikan jasa perasuransian, tidak bisa ikut
serta dalam penyertaan modal, serta tidak melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta
asing. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia melarang BPR melakukan hal-hal tersebut.
2.5 FUNGSI, PERANAN DAN TUJUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
2.5.1 Fungsi dan Peranan Bank Perkreditan Rakyat
Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dari sisi kepentingan pemerintah untuk :
a. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke
bank umum.
b. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar akselerasi
pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat.
c. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.
d. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga
keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan renternir.
2.5.2 Tujuan Bank Perkreditan Rakyat
Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat
banyak.
Bank Kredit Desa (BKD)
14 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Badan Kredit Desa (BKD) terdiri dari Bank Desa dan Lumbung Desa yang didirikan
berdasarkan Staatsblad Tahun 1929 No.357, Risjksblad Tahun 1937 No.9 dan tahun 1938 N.
3/H yang berkedudukan di Pulau Jawa dan Madura serta telah mendapat izin dari Menteri
Keuangan. Untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan usaha Badan Kredit Desa,
berdasarkan Peraturan bank Indonesia No.6/27/PBI/2004 tanggal 13 Desember 2004, Bank
Indonesia menyerahkan pembinaan dan pengawasan Badan Kredit Desa kepada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero), yang kemudian berdasarkan UU No.7 tahun 1992 tentang
Perbankan menjadi kewenangan, tugas, dan tanggung jawab Bank Indonesia. Penyerahan
kewenangan pembinaan dan pengawasan kepada BRI tersebut didasarkan pada alasan
keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki. Atas dasar tersebut, BI meminta BRI agar
melakukan pengawasan terhadap Badan Kredit Desa dengan pertimbangan bahwa selama ini
BRI memiliki SDM serta jaringan kantor yang memadai untuk melakukan fungsi pengawasan
terhadap Badan Kredit Desa. Pelimpahan wewenang tersebut dengan sendirinya akan berakhir
pada saat lembaga pengawas jasa keuangan didirikan. Pelaksanaan fungsi pengawasan tersebut
dilakukan sesuai peraturan dan pedoman yang ditetapkan oleh BI. Selanjutnya, BRI diwajibkan
menyampaikan laporan kepada BI secara triwulanan berupa :
a. Rekapitulisasi neraca & laba rugi BKD
b. Analisis perkembangan BKD, permasalahan atau kendala yang dihadapi, tindakan perbaikan
yang telah dilakukan, serta usul/dan/atau pertimbangan mengenai tindak lanjut yang
diperlukan.
c. Analisis kemungkinan beroperasinya BKD sebagai BPR, baik dilihat dari jumlah
permodalan maupun total asset.
2.5.3 Jenis-Jenis Kredit
Kredit menurut cara penarikannya :
a. Pinjaman rekening koran (R/K) adalah pinjaman yang diberikan bank kepada nasabah
sesuai dengan kebutuhannya. Dengan pinjaman kredit ini dihitung dari bagian yang benar-
benar telah ditariknya atau sudah diambil.
b. Pinjaman persekot adalah pinjaman yang penarikannya dilakuakn sekaligus pada saat
realisasi dan pelunasan angsuran dilakukan secara bulanan yang besarnya telah ditetapkan
menurut cara perhitungan tersebut.
15 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Kredit berdasarkan ciri dan tujuannya :
a. Kredit Modal Kerja
Adalah kredit jangka pendek yang diberikan suatu bank kepada perusahaan untuk
membiayai kebutuhan modal kerjanya.
b. Kredit Investasi
Adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk membantu pembiayaan pemohon dalam
memperoleh barang modal selain tanah yang tercermin dalam aktiva perusahaan.
c. Kredit Perdagangan
Adalah kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang
perdagangan.
d. Kredit Konsumtif
Adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan konsumtif yang diperlukan
pemohon dan sumber pembayaran kembali kreditnya berasal dari penghasilan atau gaji
pemohon.
e. Kredit Produktif
Adalah kredit yang diberikan untuk tujuan memperlancar jalannya proses produksi.
f. Kredit Transaksi Khusus
Adalah kredit yang hanya sekali pakai yang disetujui untuk suatu tujuan atau beberapa
tujuan tertentu.
Pengelompokan kredit berdasarkan cara pelunasannya :
16 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
a. Kredit dengan angsuran tetap merupakan kredit-kredit yang tergolong bagi konsumtif, yang
dalam angsuran tetap tersebut telah dimsukkan angsuran untuk pokok dan bunga.
b. Kredit dengan plafon tetap pada umumnya ditujukan untuk kredit modal kerja yang
berjangka waktu pendek, misalnya 1 tahun.
c. Kredit dengan plafon menurun secara periodik pada umumnya ditujukan untuk kredit-kredit
jangka panjang.
Pengelompokan kredit berdasarkan jangka waktu :
a. Kredit jangka panjang adalah kredit yang diberikan kepada calon debitur dengan jangka
waktu lebih dari tiga bulan.
b. Kredit jangka pendek yaitu kredit yang diberikan kepada calon debitur dengan jangka waktu
paling lama satu tahun.
c. Kredit jangka menengah adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk jangka waktu lebih
satu tahun, namun kurang atau sama dengan tiga tahun.
2.5.4 Analisis Penyaluran Kredit
Analisis prinsip 5C dalam pemberian kredit sebagai berikut :
a. Character (watak)
Penilaian character nasabah merupakan masalah yang cukup komplek karena berkaitan
dengan watak dan perilaku seseorang baik secara individu maupun dalam komunitas atau
lingkungan usahanya.
b. Capacity (kemampuan)
Yaitu kemampuan peminjam dalam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian
memperoleh laba sesuai yang diperkirakan
c. Capital (modal)
Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai
untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya.
d. Collateral (jaminan)17 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Yaitu untuk mengetahui sejauh mana nilai barang jaminan dapat menutup resiko kegagalan
pengembalian kewajiban debitur.
e. Condition Of Economic
Faktor kondisi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi usaha calon debitur terutama
dalam kondisi persaingan bisnis yang sangat pesat.
2.5.5 Unsur-Unsur Kredit
Beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian kredit (Usman, 2001:283), yaitu :
a. Prestasi
Berupa nilai ekonomi atau barang ataupun uang yang diserahkan oleh pihak kepada pihak
lain dan harus dikembalikan atau dilunasi sesuai jangka waktu yang telah disepakati.
b. Kepercayaan
Berkaitan dengan kepercayaan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan tersebut benar-
benar akan diterima kembali dimasa yang akan datang sebagaimana yang telah disepakati
atau ditetapkan bersama.
c. Waktu
Antara pemberian kredit dan pengambilan atau pelunasan dibatasi oleh suatu masa atau
jangka waktu tertentu yang disepakati bersama.
d. Resiko
Merupakan akibat-akibat yang mungkin dalam masa kredit digunakan, mulai saat pemberian
kredit sampai saat kredit dilunasi atau dikembalikan.
Dari beberapa referensi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kredit merupakan kegiatan
pinjam meminjam sesuatu baik berupa uang. Kredit merupakan kemampuan untuk
18 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
menyediakan uang atau barang untuk dipinjamkan kepada pihak lain yang membutuhkan
dana dengan pembayaran pada masa yang akan datang. Berdasarkan kepastian dan
kesepakatan kedua belah pihak dalam pemberian kredit tentunya bank selaku kreditur tidak
luput dari suatu resiko yang tinggi maka dalam pemberian kredit memerlukan analisis
penyaluran kredit sesuai dengan ketentuan yang ada, lebih berhati-hati, teliti dan selektif
serta memerlukan pengawasan yang sedemikian rupa sehingga kredit bisa berjalan dengan
lancar.
2.5.6 Prinsip 7P
a. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku dari calon debitur yang akan digunakan
sebagai dasar pemberian kredit.
b. Party adalah mengklarifikasikan nasabah berdasarkan golongan-golongan tertentu
berdasarkan modal, karakter dan loyalitasnya dimana tiap golongan memperoleh fasilitas
yang berbeda dari bank.
c. Purpose adalah tujuan dari penggunaan kredit oleh calon debitur, apakah untuk kegiatan
produkti dan konsumtif.
d. Prospect adalah prospek usaha tersebut dimasa depan, apakah menguntungkan atau
merugikan.
e. Payment adalah bagaimana pembayaran kembali akan dilakukan asas ini dilakukan untuk
mengetahui kelancaran pengambilan kredit.
f. Profitability adalah untuk menganalisa bagaimana usaha nasabah dalam memperoleh laba.
g. Protection bertujuan agar usaha dan jaminan memperoleh perlindungan.
2.5.7 Prinsip 3R
a. Return adalah sebagai penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur
setelah memperoleh kredit.
b. Repayment adalah perhitungan kemampuan, jadwal dan jangka waktu pembayaran kredit
oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
c. Risk Bearing Ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon
debitur untuk menghadapi resiko, apakah resikonya besar atau kecil.
2.5.8 Pengelompokan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
19 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Pengelompokan kredit berdasarkan sektor ekonomi dilakukan untuk kepentingan
perencanaan ekspansi secara sektoral. Bank Indonesia dalam laporan bulanan
mengelompokkan kredit berdasarkan sektor ekonomi antara lain:
a. Kredit sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian
b. Kredit sektor pembangunan
c. Kredit perindustrian
d. Kredit sektor ekonomi listrik, gas dan air
e. Kredit sektor ekonomi kontruksi
f. Kredit sektor ekonomi perdagangan, restoran dan hotel
g. Kredit sektor ekonomi pengangkutan, pergudangan dan komunikasi
2.6 MENILAI KESEHATAN BANK BPR
Bank Pekreditan Rakyat (BPR) yang merupakan bagian dari sistem Perbankan juga harus
sehat supaya bisa berkontribusi maksimal dalam menggerakan perekonomian secara
keseluruhan. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana suatu kesehatan bank di
ukur. Kesehatan suatu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diukur dari lima faktor yaitu Capital,
Asset, Management, Earning dan Liquidity yang sering di singkat menjadi CAMEL yang
meliputi :
1. Capital (Permodalan)
Penilaian Pemodalan dimaksudkan untuk mengevaluasi kecukupan modal bank dalam mengcover
eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko di masa datang. Penilaian terhadap
faktor pemodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) atau yang dikenal dengan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
atau Capital Adequacy Ratio (CAR).
2. Asset (Asset)
Penilaian asset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi aset Bank dan kecukupan manajemen
risiko kredit. Penilaian terhadap faktor kualitas asset didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu: rasio
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif dan rasio Penyisihan Aktiva
20 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Produktif yang dibentuk oleh Bank terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib
dibentuk oleh Bank.
3. Management (Manajemen)
Penilaian Manajemen dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan menajerial pengurus Bank
dalam menjalankan usahanya, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan
yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia.
4. Earning (Rentabilitas)
Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan rentabilitas Bank
dalam mendukung kegiatan operasioanal dan permodalan. Penilaian terhadap faktor rentabilitas
didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu rasio Laba sebelum Pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap
Rata-Rata Volume Usaha dalam periode yang sama atau yang dikenal dengan istilah Return On
Asset (ROA) dan rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan
Operasional dalam periode yang sama atau yang dikenal dengan istilah BOPO.
5. Liquidity (Likuiditas)
Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan Bank memelihara tingkat
likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Penilaian terhadap faktor
likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu rasio alat Likuid terhadap Hutang Lancar atau yang
dikenal dengan Cash Ratio (CR) dan rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank atau
yang lebih dikenal dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Kelima aspek diatas harus dikelola secara seimbang dan maksimal untuk menciptakan suatu BPR
yang sehat. Bila suatu aspek mengalami gangguan maka hal ini akan merembet ke aspek lainya
yang menyebabkan BPR tidak sehat dan berpengaruh buruk terhadap perekonomian suatu wilayah.
Kesehatan Bank BPR
Hal-hal yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank perkreditan rakyat adalah sebagai berikut:
1. Pelanggaran batas maksimum pemberian kredit
2. Pelanggaran ketentuan know your customer
3. Pelanggaran transparansi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
21 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat sebagai berikut:
Nilai Kredit Predikat
81 – 100 Sehat
66 – < 81 Cukup Sehat
51 – < 66 Kurang Sehat
0 – < 51 Tidak Sehat
BAB III
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah PT. BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang.
PT BPR ARTHA KANJURUHAN PEMKAB MALANG, beroperasi sejak tanggal 9 Mei
2005 setelah memperoleh Ijin Prinsip Pendirian BPR dari Direktorat pengawasan Bank
Perkreditan Rakyat Bank Indonesia No: 6/300/DPBPR/P3BPR, tanggal 29 Oktober 2004, dan
telah memperoleh Ijin Usaha dari Gubernur Bank Indonesia No: 7/16/KEP.GBI/2005, tanggal 23
Maret 2005. PT BPR ARTHA KANJURUHAN PEMKAB MALANG merupakan Bank
Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Kabupaten Malang. Tujuan utama didirikannya BPR ini
22 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
adalah untuk memberdayakan perekonomian masyarakat antara lain usaha kecil dan mikro
khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Malang.
2. Visi Misi Perusahaan
VISI
Mewujudkan Bank Perkreditan Rakyat yang kompetitif dengan rating sehat serta efisien,
mendukung sektor usaha skala kecil dan mikro guna mencapai perekonomian yang berbasis
kerakyatan.
MISI
Menuju terwujudnya Bank Perkreditan Rakyat yang tumbuh dan berkembang, berorientasi
profit, memberikan kontribusi yang optimal kepada pemegang saham (Share Holder) dan
segenap Stake Holder (karyawan, rekanan kerja, dan nasabah) melalui kegiatan
operasionalnya.
3. Tujuan dan Sasaran
Ekspansi pertumbuhan PT BPR ARTHA KANJURUHAN PEMKAB MALANG akan
dilakukan sejalan dengan prinsip kehati-hatian ( prudential banking concept) dengan
memperhatikan kebutuhan likuiditas serta faktor resiko usaha di bidang perbankan. Pertumbuhan
aktiva diarahkan pada ekspansi pembiayaan kepada usaha kecil dan mikro dengan target market
adalah sektor perdagangan (khususnya pedagang pasar) yang menyebar di seluruh kecamatan di
wilayah Kabupaten Malang.
Penyaluran fasilitas kredit kepada usaha kecil dan mikro merupakan tahap awal untuk
memperkuat basis pengalaman dan keahlian teknis BPR dalam melakukan ekspansi pembiayaan
dan juga merupakan langkah untuk memposisikan diri dalam segment pasar BPR. Penyaluran
fasilitas kredit kepada pengusaha kecil dan mikro dilakukan dalam suatu paket produk yang
mudah diadaptasi dan diimplementasikan sesuai dengan kondisi keuangan pengusaha kecil dan
mikro. Di samping itu produk perkreditan tersebut akan diarahkan sebagai suatu solusi keuangan
bagi dunia usaha kecil dan mikro dan untuk memfasilitasi perdagangan antar wilayah atas
komoditi yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten Malang.
Strategi pengumpulan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito, diarahkan
kepada sumber dana yang memiliki daya tawar rendah atau tidak menimbulkan resiko likuiditas.
Oleh karenanya arah pemasaran dari segi pendanaan (Tabungan dan Deposito) ditujukan kepada
23 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
masyarakat lapisan menengah dan kecil dimana segment tersebut mempunyai karakteristik
tertentu.
Dalam kondisi kompetisi antar perbankan (baik Bank Umum maupun BPR) dalam meraih
sumber dana yang saat ini sangatlah ketat, PT BPR ARTHA KANJURUHAN PEMKAB
MALANG akan melakukan penetrasi pasar dengan mempergunakan imbalan dan keunggulan
serta kualitas layanan yang memudahkan dan memuaskan nasabahnya. Persaingan ini sangatlah
dirasakan ditengah gencarnya promosi yang dilakukan oleh dunia perbankan. Untuk menembus
persaingan tersebut PT BPR ARTHA KANJURUHAN PEMKAB MALANG perlu memiliki
kemampuan inti yang dapat menumbuhkan persepsi masyarakat sebagai sebuah keunggulan nilai
dengan karakteristik produk BPR yang berbasis pada kualitas layanan nasabah dengan paripurna
dan prima..
4. Fungsi dan Peranan BPR
Fungsi BPR
Penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Peranan BPR
Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesehjateraan rakyat banyak.
5. Sistem Perkreditan Pada BPR
1. Tahap Persiapan.
Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara antara calon debitur dengan pihak
bank, yang disertai dengan pengisian formulir permohonan kredit dengan melampirkan
beberapa dokumen yang dperlukan.
2. Tahap Survey
24 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Tahap ini dilakukan dengan petugas mendatangi tempat nasabah dengan tujuan untuk
melihat kondisi atau keadaan perusahaan.
3. Tahap Pemutusan dan Pelaksanaan Pemberian Kredit.
Setelah mendapatkan informasi dari tim suvey kemudian marketing kredit memproses
pengajuan kredit tersebut bersama petugas AD-K (pra). Setelah proses tersebut selesai dan
kredit tersebut cair maka pihak bank akan memberitahu secara langsung pihak debitur
dengan menyertakan berkas-berkas. Setelah semuanya disetujui maka pelaksanaan kredit
bisa dilaksanakan dengan syarat pihak debitur datang langsung ke bank
4. Tahap Pengawasan Kredit
Tahap ini dilakukan untuk menghindari adanya kredit macet dari pihak debitur.
1. Usaha yang dilakukan BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang:
Menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, deposito
Menyediakan kredit
Menyediakan pembiayaan bagi nasabah
2. Produk layanan Kredit BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang:
Kredit Modal kerja dengan bunga 1,6% perbulan dengan jangka waktu maksimal 6
bulan.
Kredit Program dengan bunga 1,4% dengan jangka waktu maksimal 5 tahun.
3. Kebijakan kredit yang diterapkan BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang
Memperhatikan dengan cermat dan seksama tentang penggunan prinsip kredit 5C,
untuk memperkecil resiko adanya kredit macet.
Jaminan kredit, jaminan kredit bisa berupa mobil, sepeda motor, sertifikat tanah atau
rumah.
25 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Jangka waktu pinjaman. Jangka waktu pinjaman tergantung dari permintaan nasabah.
Untuk kredit tetap jangka waktunya minimal 3 bulan sampai 2 tahun, sedangkan untuk
kredit cicilan jangka waktu minimal 1 sampai 4 tahun.
4. Syarat-Syarat Kredit
Fotokopi KTP suami-istri.
Usia maksimum 21 tahun, atau sudah menikahdan maksimum 60 tahun pada saat kredit
lunas.
Kartu keluarga dan surat nikah.
Fotokopi rekening listrik / telepon.
Fotokopi jaminan.
5. Pengawasan Kredit pada BPR Artha kanjuruhan Pemkab Malang
BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang melakukan pengawasan kredit terhadap
nasabahnya memiliki tujuan diantaranya:
1. Agar pihak BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang terhindar dari penyelewengan-
penyewelengan baik dari oknum ektern bank atau intern bank.
2. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di bidang perkreditan.
3. Untuk memajukan efisiensi di dalam pengelolaan dan tata laksana usaha di bidang
perkreditan dan mendorong tercapainya rencana yang ada.
4. Agar kebijaksanaan yang telah ada dan diterapkan dapat dipatuhi dan dilaksanakan
dengan baik.
6. Kendala-kendala yang dihadapi BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang
Kendala yang sering dihadapi oleh BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang adalah kredit
macet atau nasabah melanggar perjanjian kredit yang sudah disepakati ketika akad kredit.
1. Kriteria kredit macet
Pengikaran terhadap isi perjanjian kredit.
Non perfoming loan, kredit tersebut dapat dikategorikan kurang lancar, diraukan,atau macet.
2. Penyebab terjadinya kredit macet
26 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Penyebab terjadinya kredit bermasalah dapat muncul dari beberapa factor:
1. Kesalahan Bank.
2. Kesalahan Debitur
3. Faktor Eksternal seperti kondisi perekonomian, dan persaingan perbankan yang cukup ketat.
4. Kerugian yang diakibatkan kredit bermasalah.
3. Solusi penangan kredit macet yang dilakukan oleh BPR Artha Mandiri Kanjuruhan
Malang
Setelah dilakukan analisis dan hasil analisis menunjukkan adanya gejala kredit bermasalah,
maka BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang akan mengambil solusi atau penyelesaian
agar kredit tersebut tidak menjadi kredit yang bermasalah. Solusi yang diambil oleh BPR
Atha Kanjuruhan Malang adalah:
1. Memeriksa seluruh file kredit dan memperhatikan yang berkaitan dengan aspek yuridis,
nilai agunan serta kelemahan-kelemahan yang tampak.
2. Membuat rencana penanganan dan membicarakannya dengan debitur serta menjalin kerja
sama yang baik dengan debitur.
3. Menyusun pola penanganan dan membicarakannya dengan debitur serta meminta
persetujuan debitur.
4. Jenis penanganan yang dilaksanakan berdasarkan pertimbangan dari berbagai hal.
4. Jenis-jenis solusi yang diberikan oleh BPR Artha Kanjuruhan Pemkab Malang
1. Penyelematan
Mengatur kembali jadwal angsuran, merubah jumlah angsuran serta memperpanjang jangka
waktu kredit.
2. Penyelesaian
Mengakhiri hubungan debitur dengan bank dengan cara menjual asset perusahaan atau
menjual perusahaan. Kegiatan penyelesaian ini dapat dilakukan dengan dua cara, dengan
sukarela atau paksaan secara hukum.
27 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
3. Menghapus Kredit
Apabila kredit menjadi macet dan menurut pertimbangan bank sudah sulit untuk melakukan
proses penagihan maka kredit akan dihapuskan atau dihapus bukukan. Penghapusan kredit
harus disertai keputusan dewan komisaris.
4. Pengambilalihan Agunan
Ini merupakan upaya bank untuk menyelesaikan kredit, ini bersifat sementara dan bank
wajib segera menjual agunan tersebut untuk membayar kembali kewajiban kreditur.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
28 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998
Sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil,
pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk
lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan. Dalam melaksanakan usahanya BPR
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Landasan Hukum
BPR ialah UU No.7/1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan membuat UU
No.10/1998.
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan atau laba. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect (selisih
antara bunga pinjaman dan bunga simpanan) dan pendapatan bunga.
4.2 SARAN
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) semakin banyak berdiri dimasyarakat kita, idealnya semakin
bergairah pula dunia usaha kecil dan menengah sehingga BPR benar-benar berperan penting dalam
meningkatkan roda perekonomian masyarakat kecil. Dewasa ini telah muncul juga BPRS yang
melaksanakan operasionalnya berdasarkan pada prinsip syariah sehingga semakin beragam pilihan
masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kredit yang dapat diambil untuk mengembangkan
usahanya. Masyarakat kita terutama ekonomi lemah masih mengalami kekurangan secara structural
tentang permodalan, modal adalah masalah klasik yang terus menghantui dan menjadi barang
mewah bagi mereka, maka solusi terbaik adalah bagaimana BPR dapat melaksanakan program yang
dapat membantu secara riil usaha masyarakat ekonomi lemah dengan pengelolaan yang
professional.
DAFTAR PUSTAKA
29 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t
Drs Suharto Pandu. 1988. Sejarah Pendirian Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia, Jakarta.
Drs Suharto Pandu. 1991. Peran Masalah Dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat. Lembaga
Pengembangan Perbankan Indonesia, Jakarta.
Kasmir. 2008. Bank dan lembaga keuangan lainnya. Edisi Revisi, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta.
Mulyono Teguh Pudjo. 1987. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Edisi kedua,
BPFE, Yogyakarta.
Perbanas STIE. 1991. Dasar-dasar Perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suhardjono. 2003. Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan menengah. UPP, Yogyakarta.
30 | B a n k P e r k r e d i t a n R a k y a t