Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 1
DASAR ESTETIKA FILM (Sinematografi)
Cinematography is the discipline of making lighting and camera
choices when recording photographic images for the cinema.
Etymologocally, it means “writting in the movement”.
Sinematography adalah suatu disiplin dalam menata cahaya dan sudut pandang kamera untuk
menciptakan kualitas gambar yang indah dalam sebuah produksi film atau sinema.
Secara etimologi sinematography berarti menulis dengan gambar bergerak.
Film secara fisik merupakan pita seluloid (Selulosa Triacetate), sedangkan secara optik, film
merupakan ���susunan gambar/image yang berurutan ���(sequential) yang apabila diproyeksikan
pada layar secara cepat dan berturut- turut akan menampilkan ilusi gerak. Kemudian secara
konsep���, film merupakan perpaduan gambar, suara dan gerak.
Film pada dasarnya dibangun atas susunan gambar-gambar (image) yang direkam pada
medium pita seluloid maupun pita magnetik (video) menggunakan kamera. Jika pada medium
pita seluloid gambar dapat dilihat secara langsung, pada pita magnetik (video) gambar
diwakili oleh gelombang elektromagnetik. Image tersebut menimbulkan ilusi yang sangat
kuat bahwa apa yang diproyeksikan pada layar sungguh-sungguh merupakan suatu
kenyataan.
Image mempunyai sifat reproduktif (sangat menyerupai kenyataan meskipun kenyataan
tersebut hanya dua dimensi). Image tidak mempunyai volume namun dapat dihayati sebagai
sebuah kenyataan karena image tersebut mengandung unsur gerak (motion picture).
Berdasarkan pengertian di atas, film merupakan rangkaian dari beberapa bingkai gambar
(frame) yang diputar dengan cepat. Masing-masing bingkai merupakan rekaman tahap-tahap
(sekuen) suatu gerakan. Frame gambar yang berurutan tersebut ketika diputar secara cepat,
kemudian dilihat oleh mata kita lalu diteruskan ke dalam otak. Dalam proses pemindahan
gambar dari mata ke otak ini membutuhkan waktu seper sekian detik untuk mampu dicerna
oleh otak, sehingga perpindahan dari frame ke frame lainnya secara cepat ini tidak terlihat
berpindah oleh mata kita. Proses penangkpan objek oleh otak kita disebut sebagai ilusi gerak
atau imaji visual.
Created by Ming Muslimin 2
Gambar 1. Susunan gambar yang dibutuhkan per detik
dalam sebuah gerakan (Frame Rate).
FARAMING DAN JENIS-JENIS SHOT (Type Of Shot)
Jumlah frame yang dibutuhkan dalam satu detik (frame per second/fps) untuk membentuk
sebuah gerakan ini biasa disebut sebagai frame rate. Semakin banyak frame yang dibutuhkan
untuk membentuk gerakan dalam satu detik, maka semakin halus pergerakan itu akan terlihat
oleh mata kita. Namun sebaliknya, jika frame yang digunakan relatif sedikit, maka
pergerakan gambar tersebut akan terlihat patah-patah.
Pembingkaian gambar (framing) dalam film sangat mempertimbangkan beberapa aspek yang
sangat berpengaruh pada emosi dan motivasi yang dituju oleh seorang sutradara atau pembuat
film. Aspek tersebut salah satunya adalah jenis-jenis shot (type of shot). Pada dasarnya type of
shot ini dibagi menjadi 3 bagian besar yakni Close Shot, Medium Shot, dan Long Shot. Akan
tetapi tiga jenis shot ini kemudian dikembangkan menjadi beberapa jenis lagi berdasarkan
perkembangan pemahaman akan dampak psikologis shot dan kebutuhan dalam pengambilan
gambar yang variatif. Adapun pembagian tersebut antara lain menjadi:
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 3
1. ECU (extreme close-up)
Shot yang menampilkan detail obyek, misalnya mata, hidung, atau telinga. Shot ini
biasanya digunakan untuk maksud tertentu atau menunjukan detail objek tertentu yang
sangat perlu diketahui oleh penonton dan objek yang di shot memiliki peran penting
dalam sebuah cerita.
2. BCU (big close-up)
Shot yang menampilkan dari bawah dagu sampai atas dahi. Untuk menunjukkan detail
ekspresi seorang tokoh.
3. CU (close-up)
Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala. Untuk menunjukkan detail
objek/kedekatan suatu objek tertentu.
4. MCU (medium close-up)
Shot yang menampilkan objek dari batas dada sampai atas kepal. Shot ini biasa
digunakan dalam adegan wawancara untuk menunjukan kedekatan dengan objek tanpa
menghilangkan kewibawaan orang yang diwawancara.
5. MS (medium shot)
Shot yang menampilkan objek sebatas perut sampai kepala.
6. MLS (medium long shot)
Shot yang menampilkan objek sebatas pinggang sampai kepala. Terkadang juga bisa
sampai sebatas lutut sampai kepala. Pengambilan gambar ini juga sering disebut dengan
Knee Shot.
7. LS (long shot)
Shot yang menapilkan objek secara keseluruhan mulai dari telapak kaki sampai atas
kepala serta sedikit terlihat latar belakang objek sehingga tampak penuh di frame. Jenis
shot ini juga kadang disebut sebagai FS (full shot).
8. VLS (very long shot)
Shot yang sedikit lebih luas dari long shot. Pada shot ini latar belakang atau setting
tampak lebih dominan dari objek utamanya. Shot ini bertujuan untuk menunjukan
setting yang digunakan dalam sebuah adegan dengan interaksi tokoh utama berada dalam
setting tersebut.
9. ELS (extreme long shot)
Pengambilan gambar dengan menampilkan objek utama pada posisi yang sangat jauh.
Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan lokasi secara keseluruhan. Terkadang objek
utama atau tokoh sengaja dihilangkan karena tujuan utama dari shot ini adalah untuk
Created by Ming Muslimin 4
memberikan orientasi tempat dimana peristiwa atau adegan itu terjadi. Shot ini
terkadang disebut juga sebagai ES (establish shot).
Gambar 2: Pengembangan Type of shot
Type of shot di atas biasa digunakan pada objek tunggal, dan apabila objek lebih dari
seorang, maka dikenal pula Type of shot sebagai berikut:
a. Two Shot (TS)
Shot yang menampilkan dua orang dalam satu frame gambar.
b. Group Shot
Pengambilan gambar dengan menampilkan beberapa objek dalam satu frame gambar.
c. Over Shoulder (OS)
Pengambilan gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah satu obyek
pelaku, dan bahu si pelaku tampak dalam frame. Obyek utama tampak menghadap
kamera dengan latar depan bahu lawan main.
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 5
Gambar 3: Pengembangan lanjutan Type of shot
Kemudian dalam pengambilan sebuah shot, tidak menutup kemungkinan digunakannya
penggabung dari dua buah type of shot di atas, tergantung situasi serta adegan pada sebuah
film, sehingga muncul pula istilah penyebutan misalnya; Medium Two Shot, Medium Group
Shot, dan lain-lain. Tergantung pada situasi dan kondisi di lapangan serta latar belakang
keilmuan dan pemahaman seseorang. Namun yang terpenting adalah maksud dan tujuan yang
ingin disampaikan adalah sama.
Created by Ming Muslimin 6
SUDUT PENGAMBILAN KAMERA (Camera Angle)
Camera angle merupakan teknik pengambilan gambar dengan menempatkan kamera pada
sudut serta ketinggian tertentu, sehingga dalam merekam sebuah adegan dapat menimbulkan
nilai dramatik pada sebuah shot. Gambar pun dapat terkesan lebih menarik dan mendukung
suasana cerita dalam film.
Pada dasarnya camera angle dibagi menjadi 3 yaitu:
1. High Angle (Bird Eye View)
Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil. Pada posisi kamera ini kesan yang akan
disampaikan kepada penonton adalah suatu kekuatan atau rasa superioritas bahkan efek
tersebut akan semakin meningkat jika ada penambahan jarak yang ditimbulkan. Oleh karena
itu high angle diciptakan dengan maksud untuk mengurangi rasa superioritas dan sekaligus
subyek tadi akan melemah kedudukannya, kesan yang muncul adalah rasa tertekan pada
subyek, kesedihan, hina, kecil dan kejauhan.
2. Normal Angle (Stright Angle/Chest Level/eye level)
adalah sudut dimana posisi kamera pada saat pengambilan gambar yang normal dalam sebuah
adegan. Posisi kamera ini pada umumnya setinggi dada atau sejajar dengan ketinggian kita
atau penglihatan manusia pada umumnya. Sudut pengambilan gambar ini kerap digunakan
pada suatu acara yang gambarnya tetap atau statis, misalkan pada adegan dialog dan
wawancara. Penggunaan sudut pengambilan gambar ini cenderung menghasilkan gambar
yang datar dan monoton jika tanpa variasi angle yang lain.
3. Low Angle (Frog Eye View)
Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil. Pada posisi ini kamera akan
memberikan suatu kesan kepada subyek seperti bahwa subyek tadi mempunyai kekuatan
yang menonjol di sini subyek tersebut akan kelihatan kekuasaannya, objek terkesan lebih
tinggi, besar gagah, angkuh, sombong, perkasa dan berwibawa. Penonton dibuat seakan
menjadi bawahan dari tokoh dalam film, akan tetapi jika digunakan berlebihan, mudah
menimbulkan rasa bosan pada penonton.
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 7
Gambar 4. Sudut Pengambilan Gambar High Angle, Straight Angle, Low Angle
Seiring kemajuan dunia perfilman, angle ini pun berkembang untuk memunculkan
pemaknaan pada sebuah shot, kemudian dikenallah istilah sebagai beriku:
a. Obyektive Kamera
Teknik pengambilan di mana kamera menyajikan sesuai dengan kenyataannya.
b. Subyektive Kamera
Teknik pengambilan di mana kamera berusaha melibatkan penonton dalam peristiwa.
Seolah-olah lensa kamera sebagai mata si penonton atau salah satu pelaku dalam
adegan.
Created by Ming Muslimin 8
PERGERAKAN KAMERA (Camera Movement)
Gerak yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu teknik penempatan kamera, gerakan kamera
serta perubahan-perubahan ukuran gambar. Hal ini disebabkan masalah gerakan kamera ini
erat kaitannya dengan hasil dari teknik visual yang telah direncanakan oleh sutradara.
Disamping itu juga erat dengan kaitannya dengan gerakan subyek. Penggunaan teknik gerak
yang baik akan sangat membantu untuk mempengaruhi emosi penonton. Hal ini dapat
dipahami bahwa setiap gerakan dalam bentuk apapun dalam sebuah film pasti mempunyai
suatu motivasi dan motivasi ini erat kaitannya dengan dengan tujuan. Tanpa adanya gerakan
maka sudah dapat dipastikan akan sulit menampakkan pesona subyeknya, untuk itu gerakan
kamera di sini kerap digunakan untuk melihat sampai sejauh mana subyek itu bergerak.
Pergerakan kamera pada saat dilakukan pengambilan gambar dapat menimbulkan kesan yang
hidup, gembira atau bahkan juga sebaliknya yang pengambilan gambarnya dilakukan secara
perlahan-lahan dapat menimbulkan suasan sedih, tegang, tenang dan bahkan bisa juga
suasana yang datar-datar saja, dalam hal ini tergantung dari bagaimana kondisi jalannya
cerita atau film tadi.
Gerakan kamera paling dasar adalah Zoom, yakni pergerakan lensa kamera sehingga mebuat
gambar terlihat seolah-olah kamera mendekat atau menjauhi subyek yang di shot. Jika
gambar terlehiat seolah-olah kamera mendekati subyek, gerakan itu disebut Zoom In dan
sebaliknya disebut Zoom Out.
Gambar 5. Pergerakan kamera dasar, Zoom In dan Zoom Out.
Berbagai gerak kamera membawa kesan yang berbeda. Dalam produksi film atau program
televisi gerak kamera begitu kompleks, dimana dikenal dengan istilah gerak panning, tilting,
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 9
tracking dan crane. Untuk lebih jelasnya akan diulas bagaimana gerak kamera tersebut satu
persatu dengan obyek yang sedang di shot.
1. PANNING
Bila kamera bergerak hanya di sekeliling sumbu vertikal, tetapi tidak akan merubah
posisi kameranya. Gerakan ini kamera dapat melihat dan mengamati suasana atau
keadaan sekitarnya, dari kanan ke kiri atau sebaliknya, sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 6. Gerakan kamera Panning; Panning ke kiri dan Panning ke kanan
Ada beberapa jenis panning yang kerap digunakan dalam operasioanl sehari-hari
meskipun pada dasarnya gerakannya sama, yaitu menggerakkan badan kamera ke arah
horizontal, tetapi maksud dan tujuannya berbeda.
Adapun berbagai jenis panning yaitu :
a. Following Pan
Gerakan yang paling umum sehingga kerap dipergunakan, kamera akan
mengikuti sebuah gerakan dari subyek dengan gerakan panning ke kiri ataupun
ke kanan.
Pada umumnya gerakan panning ini membawa kesan suasana tenang karena
gerakan kamera sering digunakan untuk mengikuti adegan yang bergerak. Gerak
kamera ini disebut travelling.
Efek yang dijumpai akan mengesankan apabila digunakan dalam pengambilan
obyek-obyek yang tidak bergerak, misalnya untuk menunjukkan keadaan ruang,
taman, atau lingkungan beserta segala obyek yang ada di sekitar lingkungan.
Created by Ming Muslimin 10
Panning yang perlahan akan membangkitkan perasaan menanti “apa gerangan
yang bakal terjadi ?”
Melakukan panning dalam keadaan Long Shot akan mengakibatkan penonton
dapat melihat hubungan yang terjadi antara subyek dengan lingkungannya
sehingga dampak yang terjadi dalam proses ini adalah interaksi visual dapat
tercipta antara subyek tadi dengan background yang bergerak dan dapat
menimbulkan dampak yang dinamis (dynamic composition).
b. Survening Pan
Pada gerakan kamera ini, kamera secara perlahan-lahan akan menelusuri
pemandangan. Dalam hal ini pemandangan yang diambil bisa subyek manusia
atau alam. Tujuan dengan survening pan ini adalah untuk melakukan observasi
berdasarkan apa yang ingin dilihat dan selanjutnya hal apa yang akan terjadi.
Efek dari gerak kamera demikian dapat menimbulkan unsur-unsur dramatik,
sehingga keinginan penonton untuk menyimak lebih mendalam.
c. Interrupted Pan
Gerak panning yang demikian merupakan gerak kamera yang diambil secara
halus tetapi dengan tiba-tiba dihentikan dengan tujuan menghubungkan dua
buah obyek dimana subyek tersebut terpisah antara satu dengan yang lain.
Sebagai contoh yaitu kamera berjalan mengikuti gerakan rombongan orang-
orang yang berjalan di jalanan dalam rombongan tadi mereka melewati seorang
wanita cantik, kemudian tiba-tiba kamera berhenti dan fokus pada wanita
tersebut sedangkan rombongan orang-orang tadi tetap berjalan dan sesaat
kemudian muncul seorang pria dan menyapa wanita tersebut.
d. Kecepatan panning
Gerakan kamera yang perlahan-lahan pada saat pengambilan subyek dan ini
dilakukan secara terus menerus. Hal semacam ini dapat menimbulkan
keuntungan maupun kerugian, hanya saja ini tergantung dari cara bagaimana
mempergunakan dalam rangka merekam gambar-gambar yang diinginkan.
Sebagai contoh yaitu gerakan seorang spionase yang mengendap-ngendap
memasuki sebuah ruangan yang gelap atau remang-remang, kamera panning
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 11
akhirnya menemukan subyek lain yaitu sebuah kotak yang berisi dokumen-
dokumen yang dicarinya dalam situasi yang demikian bisa dipastikan penonton
ingin mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
Efek yang terjadi dalam hal ini adalah apabila secar perlahan-lahan melakukan
panning terhadap sebuah subyek secara terus menerus akan menjadikan daya
tariknya meningkatkan terhadap subyek tersebut, sehingga dapat membangun
titik klimaks, tetapi sebaliknya sebuah panning yang dilakukan secara periodik
dan tidak didasari oleh sebuah motivasi tertentu justru akan dapat
menghilangkan titik perhatian tadi.
e. Whipe Pan
Sebuah gerak kamera dalam posisi panning yang dilakukan demikian cepatnya
sehingga tidak dapat memperlihatkan rincian gambarnya.
Whipe pan seperti ini dapat menciptakan hubungan yang dinamis atau
comperatif antara subyek-subyek yaitu antara lain : dapat menghubungkan titik
pandang yang berbeda pada scene yang sama, dapat menciptakan kontinuitas
titik perhatian, dapat merubah titik perhatian, dapat memperlihatkan sebab dan
akibat, dapat memberikan perbandingan, mempersingkat waktu, dan yang paling
akhir yaitu dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai dramatik.
2. TILTING
Pada gerak kamera ini adalah dalam posisi kamera bergerak ke atas dan ke bawah atau
sebaliknya, yaitu dengan maksud untuk mengajak penonton menyelidiki obyek yang
bersangkutan hal lain yang diinginkan yaitu untuk menunjukkan ketinggian atau
kedalaman, dan untuk menunjukkan ada atau tidak suatu hubungan. Gerakan tilting
ini dengan kata lain adalah untuk mempertajam suasana.
Created by Ming Muslimin 12
Gambar 7. Gerakan Kamera Tilting
Tampak gerakan kamera Tilting 1. Tilt Down. 2 Tilt Up
Seperti yang telah diulas di atas, gerak tilting yaitu suatu posisi gerak kamera dari atas
atau sebaliknya, untuk gerak kamera dalam posisi menghadap atas disebut tilt up yaitu
dengan maksud untuk merangsang emosi, perasaan, perhatian dan keinginan untuk
mengetahui yang akan datang, demikian pula perasaan untuk mengantisipasi sesuatu
yang akan datang dapat pula ditumbuhkan.
Sedangkan dengan gerak kamera menghadap ke bawah disebut dengan gerakan tilt
down yaitu untuk menimbulkan efek yang berlawanan dengan apa yang dilakukan
pada gerakan tilt up. Seperti kesedihan, dan kekecewaan. Sebagai contoh ilustrasi
dalam scene yaitu ada seorang pegawai atau buruh pabrik yang dipecat oleh atasan
dari pekerjaannya.
Kamera melakukan tilt down pada saat pegawai atau buruh tadi duduk lemas di kursi.
Penyajian gambar yang demikian dapat dipergunakan untuk memperlihatkan suasana
yang menyatu dengan situasi yang terjadi yang pada akhirnya penonton ingin
mengetahuinya.
Tetapi hal lain bisa diilustrasikan jika sebaliknya arah kamera yang digerakkan dari
bawah ke atas seperti seorang atasan yang sedikit demi sedikit ditampakan dari bawah
ke atas dengan tujuan untuk menimbulkan perasaan percaya diri dan tenang dengan
kata lain orang tadi pantas untuk disegani dan dihormati.
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 13
Gerak kamera tilting juga dapat untruk mempertajam suasana seperti orang yang
tercekam ketakutan semua obyek di sekelilingnya terasa ikut mengancam juga, seperti
tembok, pepohonan, benda-benda di sekitar lokasi, untuk menaikkan suasana
demikian maka obyek-obyek tersebut diambil dengan kamera tilting. Obyek-obyek
yang tampak tersebut diambil dengan kamera mulai dari atas ke bawah secara
perlahan-lahan atau sebaliknya dari bawah ke atas.
3. TRACKING
Gerak kamera yang bertujuan guna melibatkan penonton ke dalam suatu peristiwa
atau kejadian dalam sebuah cerita atau film. Apabila kamera mendekati sebuah obyek
dengan gerakan tracking ini membuat kesan kepada penonton untuk ikut merasakan
sedikit demi sedikit berani menghadapi dan menemui obyek yang diambil, tetapi hal
sebaliknya juga dapat ditimbulkan melalui gerak tracking ini yaitu apabila kamera
bergerak mundur ke belakang dan makin menjauhi obyek yang bersangkutan akan
menimbulkan kesan kepada penontonnya untuk ikut merasa menjadi kecil hati dan
sedikit demi sedikit lari dari obyek tersebut.
Gambar 8. Gerakan kamera Dollying / Tracking
1. Dollying / Tracking in. 2. Dollying / Tracking out.
Gerakan kamera dengan menggunakan tracking dapat meningkatkan titik atau pusat
perhatian, rasa ketegangan, rasa ingin tahu, sedangkan gerakan yang berlawanan atau
sebaliknya dapat dengan perlahan-lahan mengurangi kekuatan titik perhatian dan
sekaligus akan dapat mengurangi rasa tegang, rasa ingin tahu dan harapan.
Created by Ming Muslimin 14
Selain itu gerakan kamera lainnya ada gerakan dolly yang mengelilingi sebuah subyek
dengan tujuan untuk melihat subyek dari sisi yang lain. Gerakan ini akan membuat
seolah-olah penonton sendiri yang menggerakkan kamera, demikian pula pada
pergantian posisi kamera akan dapat membantu memperlihatkan wajah seseorang
yang sebagian tidak tampak karena tertutup oleh orang lain.kedua gerakan yang
terakhir ini disebut Arching atau Revolve Tracking
Gambar 9. Gerakan kamera Arching / Revolve Tracking.
Posisi kamera yang dapat digerakan ke kiri / ke kanan dengan posisi kamera sejajar
dengan gerakan obyek, pada posisi lain posisi kamera dapat bergerak mengelilingi
obyek
1. Follow track right. 2. Revolve Track
Gerakan kamera dolly / tracking ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan
gerakan kamera yang sejajar yang pada akhirnya disebut dengan gerakan kamera
Follow Tracking.
4. CRANE
Crane kerap dipergunakan dalam pelaksanaan shooting di luar studio, tetapi bukan
berarti crane ini tidak dapat digunakan di dalam studio, dengan adanya penggunaan
penyangga jenis crane sangat memungkinkan posisi kamera yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan menggunakan jenis pedestal.
Apabila pedestal dinaikan maka perintah yang disampaikan adalah boom Up atau
Elevate Camera, sedangkan jika diturunkan Boom Down atau Depress Camera
sedangkan jika menggunakan Crane maka perintah yang disampaikan adalah Crane
Up atau Crane Down.
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 15
Dalam penggunaan penyangga jenis crane ini kebanyakan harus ditangani oleh dua
orang atau lebih dan memerlukan ruangan atau arena yang cukup luas dengan
ketinggian bebas dari hambatan.
Gambar 10. Penyangga kamera jenis Crane
ada dua jenis penyangga 1. Crane dengan ukuran besar. 2. Crane kecil ukuran dan
beratnya.
Suatu gerakan kamera yang dapat digerakan dari kiri ke kanan atau sebaliknya dari
atas atau dari bawah, apalagi posisi kamera itu berada lebih tinggi daripada obyek
yang diambil, akan dapat dipakai untuk menggabungkan dari semua gerak kamera
yang ada seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu : Panning, Tilting dengan
menggunakan high kamera, atau kamera pada waktu mengambil gambar-gambar
obyeknya diletakkan pada posisi lebih tinggi daripada ketinggian obyek tadi.
Dari gerak kamera tadi kesan yang ditimbulkan dalam hati penonton pun akan sesuai
denan gerak-gerak dan letak-letak kamera yang diambil. Pada umumnya gerak crane
digunakan untuk melukiskan suatu adegan dari atas sehingga bidang-bidang yang
tampak di layar menjadi luas, contoh pengambilan gambar dengan menggunakan
crane ini seperti adegan pertempuran.
Created by Ming Muslimin 16
Pada umumnya waktu mengambil gambar dalam suatu adegan, kamera diletakkan
sejajar tingginya dengan obyek yang hendak diambil gambarnya. Dalam pengambilan
gambar tersebut kamera diletakkan lebih tinggi atau lebih rendah daripada obyek yang
akan diambil, hal ini dilakukan karena juru kamera biasanya ingin memperoleh kesan
tertentu mengenai obyek yang hendak diambil.
Dalam proses pengambilan gambar kamera tadi dapat diletakkan dari depan atau
belakang, dari samping kiri maupun kanan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah
kesan tersendiri pula dalam gambar itu nantinya, sebagai contoh : untuk menunjukkan
cepatnya sebuah mobil dalam suatu adegan balapan, serta menunjukkan betapa
panjang jalan yang masih harus ditempuh. Posisi kamera dalam adegan ini adalah
berada di belakang. Begitu mobil tadi melaju dengan kencangnya maka yang akan
terlihat adalah laju yang semakin kencang dan jalan di depannya akan tampak
terbentang jauh di depan.
Dalam gerakan kamera seperti yang telah diuraikan di atas dalam proses pengambilan
gambar masih ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu letak ketinggian kamera pada
saat proses pengambilan gambar. Dalam ketinggian kamera yang perlu diketahui
yakni tentang angle kamera, yang dimaksud dengan angle kamera ialah posisi kamera
terhadap dan yang akan membentuk sudut tertentu dan dalam menentukan besar
kecilnya sudut kamera ini tergantung dari keinginan gambar yang dikehendaki.
Gambar 11. Camera Movement di atas Pedestal untuk produksi dalam studio.
Sinematografi
Created by Ming Muslimin 17
Selain pergerakan kamera di atas, terdapat juga pergerakan kamera yang lebih dinamis
dan kompleks pada adegan-adegan film action. Pada kasus seperti ini dibutuhkan
seorang kameraman yang handal serta cekatan dalam mengambil gambar, sudah pasti
pengambilan gambar tersebut membutuhkan alat yang khusus pula. Gerakan-gerakan
kamera ini lebih sering disebut Handheld. Alat yang digunakan juga berpariasi
tergantung kasus yang sedang terjadi. Alat tersebut antara lain ada yang disebut;
camera rig, stadycam, gladecam, dll.
Gambar 12. Gerakan kamera Handheld menggunakan Steadycam.
Gmbar 13. DSLR Camera Rig & Focus Fuller.
Created by Ming Muslimin 18
BIODATA PENULIS
Ming Muslimin, lahir di Rensing Bat, Sakra
Barat, Lombok Timur, NTB pada 02 Mei 1986,
menyelesaikan studi S1 di Program Studi
Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut
Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2012.
Sejak 2005 sudah mulai aktif di dunia
broadcasting dengan menggarap iklan-iklan
nasional seperti iklan sepatu loggo, iklan
pertamina, iklan bank indonesia, serta video clip nasional seperti video clip jikustik, the
potter dan lain-lain.
Pada tahun 2012 film yang disutradarainya meraih juara umum 1 pada Festival Video
edukasi. Saat ini tergabung dalam Asosiasi Guru Broadcasting Indonesia sebagai Humas
Wilayah Indonesia Timur.