18
Sinematografi Created by Ming Muslimin 1 DASAR ESTETIKA FILM (Sinematografi) Cinematography is the discipline of making lighting and camera choices when recording photographic images for the cinema. Etymologocally, it means “writting in the movement”. Sinematography adalah suatu disiplin dalam menata cahaya dan sudut pandang kamera untuk menciptakan kualitas gambar yang indah dalam sebuah produksi film atau sinema. Secara etimologi sinematography berarti menulis dengan gambar bergerak. Film secara fisik merupakan pita seluloid (Selulosa Triacetate), sedangkan secara optik, film merupakan susunan gambar/image yang berurutan (sequential) yang apabila diproyeksikan pada layar secara cepat dan berturut- turut akan menampilkan ilusi gerak. Kemudian secara konsep, film merupakan perpaduan gambar, suara dan gerak. Film pada dasarnya dibangun atas susunan gambar-gambar (image) yang direkam pada medium pita seluloid maupun pita magnetik (video) menggunakan kamera. Jika pada medium pita seluloid gambar dapat dilihat secara langsung, pada pita magnetik (video) gambar diwakili oleh gelombang elektromagnetik. Image tersebut menimbulkan ilusi yang sangat kuat bahwa apa yang diproyeksikan pada layar sungguh-sungguh merupakan suatu kenyataan. Image mempunyai sifat reproduktif (sangat menyerupai kenyataan meskipun kenyataan tersebut hanya dua dimensi). Image tidak mempunyai volume namun dapat dihayati sebagai sebuah kenyataan karena image tersebut mengandung unsur gerak (motion picture). Berdasarkan pengertian di atas, film merupakan rangkaian dari beberapa bingkai gambar (frame) yang diputar dengan cepat. Masing-masing bingkai merupakan rekaman tahap-tahap (sekuen) suatu gerakan. Frame gambar yang berurutan tersebut ketika diputar secara cepat, kemudian dilihat oleh mata kita lalu diteruskan ke dalam otak. Dalam proses pemindahan gambar dari mata ke otak ini membutuhkan waktu seper sekian detik untuk mampu dicerna oleh otak, sehingga perpindahan dari frame ke frame lainnya secara cepat ini tidak terlihat berpindah oleh mata kita. Proses penangkpan objek oleh otak kita disebut sebagai ilusi gerak atau imaji visual.

Camera & Framing (Dasar Estetika)

Embed Size (px)

Citation preview

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 1

DASAR ESTETIKA FILM (Sinematografi)

Cinematography is the discipline of making lighting and camera

choices when recording photographic images for the cinema.

Etymologocally, it means “writting in the movement”.

Sinematography adalah suatu disiplin dalam menata cahaya dan sudut pandang kamera untuk

menciptakan kualitas gambar yang indah dalam sebuah produksi film atau sinema.

Secara etimologi sinematography berarti menulis dengan gambar bergerak.

Film secara fisik merupakan pita seluloid (Selulosa Triacetate), sedangkan secara optik, film

merupakan ���susunan gambar/image yang berurutan ���(sequential) yang apabila diproyeksikan

pada layar secara cepat dan berturut- turut akan menampilkan ilusi gerak. Kemudian secara

konsep���, film merupakan perpaduan gambar, suara dan gerak.

Film pada dasarnya dibangun atas susunan gambar-gambar (image) yang direkam pada

medium pita seluloid maupun pita magnetik (video) menggunakan kamera. Jika pada medium

pita seluloid gambar dapat dilihat secara langsung, pada pita magnetik (video) gambar

diwakili oleh gelombang elektromagnetik. Image tersebut menimbulkan ilusi yang sangat

kuat bahwa apa yang diproyeksikan pada layar sungguh-sungguh merupakan suatu

kenyataan.

Image mempunyai sifat reproduktif (sangat menyerupai kenyataan meskipun kenyataan

tersebut hanya dua dimensi). Image tidak mempunyai volume namun dapat dihayati sebagai

sebuah kenyataan karena image tersebut mengandung unsur gerak (motion picture).

Berdasarkan pengertian di atas, film merupakan rangkaian dari beberapa bingkai gambar

(frame) yang diputar dengan cepat. Masing-masing bingkai merupakan rekaman tahap-tahap

(sekuen) suatu gerakan. Frame gambar yang berurutan tersebut ketika diputar secara cepat,

kemudian dilihat oleh mata kita lalu diteruskan ke dalam otak. Dalam proses pemindahan

gambar dari mata ke otak ini membutuhkan waktu seper sekian detik untuk mampu dicerna

oleh otak, sehingga perpindahan dari frame ke frame lainnya secara cepat ini tidak terlihat

berpindah oleh mata kita. Proses penangkpan objek oleh otak kita disebut sebagai ilusi gerak

atau imaji visual.

Created by Ming Muslimin 2

Gambar 1. Susunan gambar yang dibutuhkan per detik

dalam sebuah gerakan (Frame Rate).

FARAMING DAN JENIS-JENIS SHOT (Type Of Shot)

Jumlah frame yang dibutuhkan dalam satu detik (frame per second/fps) untuk membentuk

sebuah gerakan ini biasa disebut sebagai frame rate. Semakin banyak frame yang dibutuhkan

untuk membentuk gerakan dalam satu detik, maka semakin halus pergerakan itu akan terlihat

oleh mata kita. Namun sebaliknya, jika frame yang digunakan relatif sedikit, maka

pergerakan gambar tersebut akan terlihat patah-patah.

Pembingkaian gambar (framing) dalam film sangat mempertimbangkan beberapa aspek yang

sangat berpengaruh pada emosi dan motivasi yang dituju oleh seorang sutradara atau pembuat

film. Aspek tersebut salah satunya adalah jenis-jenis shot (type of shot). Pada dasarnya type of

shot ini dibagi menjadi 3 bagian besar yakni Close Shot, Medium Shot, dan Long Shot. Akan

tetapi tiga jenis shot ini kemudian dikembangkan menjadi beberapa jenis lagi berdasarkan

perkembangan pemahaman akan dampak psikologis shot dan kebutuhan dalam pengambilan

gambar yang variatif. Adapun pembagian tersebut antara lain menjadi:

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 3

1. ECU (extreme close-up)

Shot yang menampilkan detail obyek, misalnya mata, hidung, atau telinga. Shot ini

biasanya digunakan untuk maksud tertentu atau menunjukan detail objek tertentu yang

sangat perlu diketahui oleh penonton dan objek yang di shot memiliki peran penting

dalam sebuah cerita.

2. BCU (big close-up)

Shot yang menampilkan dari bawah dagu sampai atas dahi. Untuk menunjukkan detail

ekspresi seorang tokoh.

3. CU (close-up)

Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala. Untuk menunjukkan detail

objek/kedekatan suatu objek tertentu.

4. MCU (medium close-up)

Shot yang menampilkan objek dari batas dada sampai atas kepal. Shot ini biasa

digunakan dalam adegan wawancara untuk menunjukan kedekatan dengan objek tanpa

menghilangkan kewibawaan orang yang diwawancara.

5. MS (medium shot)

Shot yang menampilkan objek sebatas perut sampai kepala.

6. MLS (medium long shot)

Shot yang menampilkan objek sebatas pinggang sampai kepala. Terkadang juga bisa

sampai sebatas lutut sampai kepala. Pengambilan gambar ini juga sering disebut dengan

Knee Shot.

7. LS (long shot)

Shot yang menapilkan objek secara keseluruhan mulai dari telapak kaki sampai atas

kepala serta sedikit terlihat latar belakang objek sehingga tampak penuh di frame. Jenis

shot ini juga kadang disebut sebagai FS (full shot).

8. VLS (very long shot)

Shot yang sedikit lebih luas dari long shot. Pada shot ini latar belakang atau setting

tampak lebih dominan dari objek utamanya. Shot ini bertujuan untuk menunjukan

setting yang digunakan dalam sebuah adegan dengan interaksi tokoh utama berada dalam

setting tersebut.

9. ELS (extreme long shot)

Pengambilan gambar dengan menampilkan objek utama pada posisi yang sangat jauh.

Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan lokasi secara keseluruhan. Terkadang objek

utama atau tokoh sengaja dihilangkan karena tujuan utama dari shot ini adalah untuk

Created by Ming Muslimin 4

memberikan orientasi tempat dimana peristiwa atau adegan itu terjadi. Shot ini

terkadang disebut juga sebagai ES (establish shot).

Gambar 2: Pengembangan Type of shot

Type of shot di atas biasa digunakan pada objek tunggal, dan apabila objek lebih dari

seorang, maka dikenal pula Type of shot sebagai berikut:

a. Two Shot (TS)

Shot yang menampilkan dua orang dalam satu frame gambar.

b. Group Shot

Pengambilan gambar dengan menampilkan beberapa objek dalam satu frame gambar.

c. Over Shoulder (OS)

Pengambilan gambar dimana kamera berada di belakang bahu salah satu obyek

pelaku, dan bahu si pelaku tampak dalam frame. Obyek utama tampak menghadap

kamera dengan latar depan bahu lawan main.

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 5

Gambar 3: Pengembangan lanjutan Type of shot

Kemudian dalam pengambilan sebuah shot, tidak menutup kemungkinan digunakannya

penggabung dari dua buah type of shot di atas, tergantung situasi serta adegan pada sebuah

film, sehingga muncul pula istilah penyebutan misalnya; Medium Two Shot, Medium Group

Shot, dan lain-lain. Tergantung pada situasi dan kondisi di lapangan serta latar belakang

keilmuan dan pemahaman seseorang. Namun yang terpenting adalah maksud dan tujuan yang

ingin disampaikan adalah sama.

Created by Ming Muslimin 6

SUDUT PENGAMBILAN KAMERA (Camera Angle)

Camera angle merupakan teknik pengambilan gambar dengan menempatkan kamera pada

sudut serta ketinggian tertentu, sehingga dalam merekam sebuah adegan dapat menimbulkan

nilai dramatik pada sebuah shot. Gambar pun dapat terkesan lebih menarik dan mendukung

suasana cerita dalam film.

Pada dasarnya camera angle dibagi menjadi 3 yaitu:

1. High Angle (Bird Eye View)

Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil. Pada posisi kamera ini kesan yang akan

disampaikan kepada penonton adalah suatu kekuatan atau rasa superioritas bahkan efek

tersebut akan semakin meningkat jika ada penambahan jarak yang ditimbulkan. Oleh karena

itu high angle diciptakan dengan maksud untuk mengurangi rasa superioritas dan sekaligus

subyek tadi akan melemah kedudukannya, kesan yang muncul adalah rasa tertekan pada

subyek, kesedihan, hina, kecil dan kejauhan.

2. Normal Angle (Stright Angle/Chest Level/eye level)

adalah sudut dimana posisi kamera pada saat pengambilan gambar yang normal dalam sebuah

adegan. Posisi kamera ini pada umumnya setinggi dada atau sejajar dengan ketinggian kita

atau penglihatan manusia pada umumnya. Sudut pengambilan gambar ini kerap digunakan

pada suatu acara yang gambarnya tetap atau statis, misalkan pada adegan dialog dan

wawancara. Penggunaan sudut pengambilan gambar ini cenderung menghasilkan gambar

yang datar dan monoton jika tanpa variasi angle yang lain.

3. Low Angle (Frog Eye View)

Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil. Pada posisi ini kamera akan

memberikan suatu kesan kepada subyek seperti bahwa subyek tadi mempunyai kekuatan

yang menonjol di sini subyek tersebut akan kelihatan kekuasaannya, objek terkesan lebih

tinggi, besar gagah, angkuh, sombong, perkasa dan berwibawa. Penonton dibuat seakan

menjadi bawahan dari tokoh dalam film, akan tetapi jika digunakan berlebihan, mudah

menimbulkan rasa bosan pada penonton.

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 7

Gambar 4. Sudut Pengambilan Gambar High Angle, Straight Angle, Low Angle

Seiring kemajuan dunia perfilman, angle ini pun berkembang untuk memunculkan

pemaknaan pada sebuah shot, kemudian dikenallah istilah sebagai beriku:

a. Obyektive Kamera

Teknik pengambilan di mana kamera menyajikan sesuai dengan kenyataannya.

b. Subyektive Kamera

Teknik pengambilan di mana kamera berusaha melibatkan penonton dalam peristiwa.

Seolah-olah lensa kamera sebagai mata si penonton atau salah satu pelaku dalam

adegan.

Created by Ming Muslimin 8

PERGERAKAN KAMERA (Camera Movement)

Gerak yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu teknik penempatan kamera, gerakan kamera

serta perubahan-perubahan ukuran gambar. Hal ini disebabkan masalah gerakan kamera ini

erat kaitannya dengan hasil dari teknik visual yang telah direncanakan oleh sutradara.

Disamping itu juga erat dengan kaitannya dengan gerakan subyek. Penggunaan teknik gerak

yang baik akan sangat membantu untuk mempengaruhi emosi penonton. Hal ini dapat

dipahami bahwa setiap gerakan dalam bentuk apapun dalam sebuah film pasti mempunyai

suatu motivasi dan motivasi ini erat kaitannya dengan dengan tujuan. Tanpa adanya gerakan

maka sudah dapat dipastikan akan sulit menampakkan pesona subyeknya, untuk itu gerakan

kamera di sini kerap digunakan untuk melihat sampai sejauh mana subyek itu bergerak.

Pergerakan kamera pada saat dilakukan pengambilan gambar dapat menimbulkan kesan yang

hidup, gembira atau bahkan juga sebaliknya yang pengambilan gambarnya dilakukan secara

perlahan-lahan dapat menimbulkan suasan sedih, tegang, tenang dan bahkan bisa juga

suasana yang datar-datar saja, dalam hal ini tergantung dari bagaimana kondisi jalannya

cerita atau film tadi.

Gerakan kamera paling dasar adalah Zoom, yakni pergerakan lensa kamera sehingga mebuat

gambar terlihat seolah-olah kamera mendekat atau menjauhi subyek yang di shot. Jika

gambar terlehiat seolah-olah kamera mendekati subyek, gerakan itu disebut Zoom In dan

sebaliknya disebut Zoom Out.

Gambar 5. Pergerakan kamera dasar, Zoom In dan Zoom Out.

Berbagai gerak kamera membawa kesan yang berbeda. Dalam produksi film atau program

televisi gerak kamera begitu kompleks, dimana dikenal dengan istilah gerak panning, tilting,

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 9

tracking dan crane. Untuk lebih jelasnya akan diulas bagaimana gerak kamera tersebut satu

persatu dengan obyek yang sedang di shot.

1. PANNING

Bila kamera bergerak hanya di sekeliling sumbu vertikal, tetapi tidak akan merubah

posisi kameranya. Gerakan ini kamera dapat melihat dan mengamati suasana atau

keadaan sekitarnya, dari kanan ke kiri atau sebaliknya, sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 6. Gerakan kamera Panning; Panning ke kiri dan Panning ke kanan

Ada beberapa jenis panning yang kerap digunakan dalam operasioanl sehari-hari

meskipun pada dasarnya gerakannya sama, yaitu menggerakkan badan kamera ke arah

horizontal, tetapi maksud dan tujuannya berbeda.

Adapun berbagai jenis panning yaitu :

a. Following Pan

Gerakan yang paling umum sehingga kerap dipergunakan, kamera akan

mengikuti sebuah gerakan dari subyek dengan gerakan panning ke kiri ataupun

ke kanan.

Pada umumnya gerakan panning ini membawa kesan suasana tenang karena

gerakan kamera sering digunakan untuk mengikuti adegan yang bergerak. Gerak

kamera ini disebut travelling.

Efek yang dijumpai akan mengesankan apabila digunakan dalam pengambilan

obyek-obyek yang tidak bergerak, misalnya untuk menunjukkan keadaan ruang,

taman, atau lingkungan beserta segala obyek yang ada di sekitar lingkungan.

Created by Ming Muslimin 10

Panning yang perlahan akan membangkitkan perasaan menanti “apa gerangan

yang bakal terjadi ?”

Melakukan panning dalam keadaan Long Shot akan mengakibatkan penonton

dapat melihat hubungan yang terjadi antara subyek dengan lingkungannya

sehingga dampak yang terjadi dalam proses ini adalah interaksi visual dapat

tercipta antara subyek tadi dengan background yang bergerak dan dapat

menimbulkan dampak yang dinamis (dynamic composition).

b. Survening Pan

Pada gerakan kamera ini, kamera secara perlahan-lahan akan menelusuri

pemandangan. Dalam hal ini pemandangan yang diambil bisa subyek manusia

atau alam. Tujuan dengan survening pan ini adalah untuk melakukan observasi

berdasarkan apa yang ingin dilihat dan selanjutnya hal apa yang akan terjadi.

Efek dari gerak kamera demikian dapat menimbulkan unsur-unsur dramatik,

sehingga keinginan penonton untuk menyimak lebih mendalam.

c. Interrupted Pan

Gerak panning yang demikian merupakan gerak kamera yang diambil secara

halus tetapi dengan tiba-tiba dihentikan dengan tujuan menghubungkan dua

buah obyek dimana subyek tersebut terpisah antara satu dengan yang lain.

Sebagai contoh yaitu kamera berjalan mengikuti gerakan rombongan orang-

orang yang berjalan di jalanan dalam rombongan tadi mereka melewati seorang

wanita cantik, kemudian tiba-tiba kamera berhenti dan fokus pada wanita

tersebut sedangkan rombongan orang-orang tadi tetap berjalan dan sesaat

kemudian muncul seorang pria dan menyapa wanita tersebut.

d. Kecepatan panning

Gerakan kamera yang perlahan-lahan pada saat pengambilan subyek dan ini

dilakukan secara terus menerus. Hal semacam ini dapat menimbulkan

keuntungan maupun kerugian, hanya saja ini tergantung dari cara bagaimana

mempergunakan dalam rangka merekam gambar-gambar yang diinginkan.

Sebagai contoh yaitu gerakan seorang spionase yang mengendap-ngendap

memasuki sebuah ruangan yang gelap atau remang-remang, kamera panning

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 11

akhirnya menemukan subyek lain yaitu sebuah kotak yang berisi dokumen-

dokumen yang dicarinya dalam situasi yang demikian bisa dipastikan penonton

ingin mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Efek yang terjadi dalam hal ini adalah apabila secar perlahan-lahan melakukan

panning terhadap sebuah subyek secara terus menerus akan menjadikan daya

tariknya meningkatkan terhadap subyek tersebut, sehingga dapat membangun

titik klimaks, tetapi sebaliknya sebuah panning yang dilakukan secara periodik

dan tidak didasari oleh sebuah motivasi tertentu justru akan dapat

menghilangkan titik perhatian tadi.

e. Whipe Pan

Sebuah gerak kamera dalam posisi panning yang dilakukan demikian cepatnya

sehingga tidak dapat memperlihatkan rincian gambarnya.

Whipe pan seperti ini dapat menciptakan hubungan yang dinamis atau

comperatif antara subyek-subyek yaitu antara lain : dapat menghubungkan titik

pandang yang berbeda pada scene yang sama, dapat menciptakan kontinuitas

titik perhatian, dapat merubah titik perhatian, dapat memperlihatkan sebab dan

akibat, dapat memberikan perbandingan, mempersingkat waktu, dan yang paling

akhir yaitu dapat menyebabkan perubahan nilai-nilai dramatik.

2. TILTING

Pada gerak kamera ini adalah dalam posisi kamera bergerak ke atas dan ke bawah atau

sebaliknya, yaitu dengan maksud untuk mengajak penonton menyelidiki obyek yang

bersangkutan hal lain yang diinginkan yaitu untuk menunjukkan ketinggian atau

kedalaman, dan untuk menunjukkan ada atau tidak suatu hubungan. Gerakan tilting

ini dengan kata lain adalah untuk mempertajam suasana.

Created by Ming Muslimin 12

Gambar 7. Gerakan Kamera Tilting

Tampak gerakan kamera Tilting 1. Tilt Down. 2 Tilt Up

Seperti yang telah diulas di atas, gerak tilting yaitu suatu posisi gerak kamera dari atas

atau sebaliknya, untuk gerak kamera dalam posisi menghadap atas disebut tilt up yaitu

dengan maksud untuk merangsang emosi, perasaan, perhatian dan keinginan untuk

mengetahui yang akan datang, demikian pula perasaan untuk mengantisipasi sesuatu

yang akan datang dapat pula ditumbuhkan.

Sedangkan dengan gerak kamera menghadap ke bawah disebut dengan gerakan tilt

down yaitu untuk menimbulkan efek yang berlawanan dengan apa yang dilakukan

pada gerakan tilt up. Seperti kesedihan, dan kekecewaan. Sebagai contoh ilustrasi

dalam scene yaitu ada seorang pegawai atau buruh pabrik yang dipecat oleh atasan

dari pekerjaannya.

Kamera melakukan tilt down pada saat pegawai atau buruh tadi duduk lemas di kursi.

Penyajian gambar yang demikian dapat dipergunakan untuk memperlihatkan suasana

yang menyatu dengan situasi yang terjadi yang pada akhirnya penonton ingin

mengetahuinya.

Tetapi hal lain bisa diilustrasikan jika sebaliknya arah kamera yang digerakkan dari

bawah ke atas seperti seorang atasan yang sedikit demi sedikit ditampakan dari bawah

ke atas dengan tujuan untuk menimbulkan perasaan percaya diri dan tenang dengan

kata lain orang tadi pantas untuk disegani dan dihormati.

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 13

Gerak kamera tilting juga dapat untruk mempertajam suasana seperti orang yang

tercekam ketakutan semua obyek di sekelilingnya terasa ikut mengancam juga, seperti

tembok, pepohonan, benda-benda di sekitar lokasi, untuk menaikkan suasana

demikian maka obyek-obyek tersebut diambil dengan kamera tilting. Obyek-obyek

yang tampak tersebut diambil dengan kamera mulai dari atas ke bawah secara

perlahan-lahan atau sebaliknya dari bawah ke atas.

3. TRACKING

Gerak kamera yang bertujuan guna melibatkan penonton ke dalam suatu peristiwa

atau kejadian dalam sebuah cerita atau film. Apabila kamera mendekati sebuah obyek

dengan gerakan tracking ini membuat kesan kepada penonton untuk ikut merasakan

sedikit demi sedikit berani menghadapi dan menemui obyek yang diambil, tetapi hal

sebaliknya juga dapat ditimbulkan melalui gerak tracking ini yaitu apabila kamera

bergerak mundur ke belakang dan makin menjauhi obyek yang bersangkutan akan

menimbulkan kesan kepada penontonnya untuk ikut merasa menjadi kecil hati dan

sedikit demi sedikit lari dari obyek tersebut.

Gambar 8. Gerakan kamera Dollying / Tracking

1. Dollying / Tracking in. 2. Dollying / Tracking out.

Gerakan kamera dengan menggunakan tracking dapat meningkatkan titik atau pusat

perhatian, rasa ketegangan, rasa ingin tahu, sedangkan gerakan yang berlawanan atau

sebaliknya dapat dengan perlahan-lahan mengurangi kekuatan titik perhatian dan

sekaligus akan dapat mengurangi rasa tegang, rasa ingin tahu dan harapan.

Created by Ming Muslimin 14

Selain itu gerakan kamera lainnya ada gerakan dolly yang mengelilingi sebuah subyek

dengan tujuan untuk melihat subyek dari sisi yang lain. Gerakan ini akan membuat

seolah-olah penonton sendiri yang menggerakkan kamera, demikian pula pada

pergantian posisi kamera akan dapat membantu memperlihatkan wajah seseorang

yang sebagian tidak tampak karena tertutup oleh orang lain.kedua gerakan yang

terakhir ini disebut Arching atau Revolve Tracking

Gambar 9. Gerakan kamera Arching / Revolve Tracking.

Posisi kamera yang dapat digerakan ke kiri / ke kanan dengan posisi kamera sejajar

dengan gerakan obyek, pada posisi lain posisi kamera dapat bergerak mengelilingi

obyek

1. Follow track right. 2. Revolve Track

Gerakan kamera dolly / tracking ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan

gerakan kamera yang sejajar yang pada akhirnya disebut dengan gerakan kamera

Follow Tracking.

4. CRANE

Crane kerap dipergunakan dalam pelaksanaan shooting di luar studio, tetapi bukan

berarti crane ini tidak dapat digunakan di dalam studio, dengan adanya penggunaan

penyangga jenis crane sangat memungkinkan posisi kamera yang lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan menggunakan jenis pedestal.

Apabila pedestal dinaikan maka perintah yang disampaikan adalah boom Up atau

Elevate Camera, sedangkan jika diturunkan Boom Down atau Depress Camera

sedangkan jika menggunakan Crane maka perintah yang disampaikan adalah Crane

Up atau Crane Down.

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 15

Dalam penggunaan penyangga jenis crane ini kebanyakan harus ditangani oleh dua

orang atau lebih dan memerlukan ruangan atau arena yang cukup luas dengan

ketinggian bebas dari hambatan.

Gambar 10. Penyangga kamera jenis Crane

ada dua jenis penyangga 1. Crane dengan ukuran besar. 2. Crane kecil ukuran dan

beratnya.

Suatu gerakan kamera yang dapat digerakan dari kiri ke kanan atau sebaliknya dari

atas atau dari bawah, apalagi posisi kamera itu berada lebih tinggi daripada obyek

yang diambil, akan dapat dipakai untuk menggabungkan dari semua gerak kamera

yang ada seperti yang sudah disebutkan di atas yaitu : Panning, Tilting dengan

menggunakan high kamera, atau kamera pada waktu mengambil gambar-gambar

obyeknya diletakkan pada posisi lebih tinggi daripada ketinggian obyek tadi.

Dari gerak kamera tadi kesan yang ditimbulkan dalam hati penonton pun akan sesuai

denan gerak-gerak dan letak-letak kamera yang diambil. Pada umumnya gerak crane

digunakan untuk melukiskan suatu adegan dari atas sehingga bidang-bidang yang

tampak di layar menjadi luas, contoh pengambilan gambar dengan menggunakan

crane ini seperti adegan pertempuran.

Created by Ming Muslimin 16

Pada umumnya waktu mengambil gambar dalam suatu adegan, kamera diletakkan

sejajar tingginya dengan obyek yang hendak diambil gambarnya. Dalam pengambilan

gambar tersebut kamera diletakkan lebih tinggi atau lebih rendah daripada obyek yang

akan diambil, hal ini dilakukan karena juru kamera biasanya ingin memperoleh kesan

tertentu mengenai obyek yang hendak diambil.

Dalam proses pengambilan gambar kamera tadi dapat diletakkan dari depan atau

belakang, dari samping kiri maupun kanan. Hal ini dimaksudkan untuk menambah

kesan tersendiri pula dalam gambar itu nantinya, sebagai contoh : untuk menunjukkan

cepatnya sebuah mobil dalam suatu adegan balapan, serta menunjukkan betapa

panjang jalan yang masih harus ditempuh. Posisi kamera dalam adegan ini adalah

berada di belakang. Begitu mobil tadi melaju dengan kencangnya maka yang akan

terlihat adalah laju yang semakin kencang dan jalan di depannya akan tampak

terbentang jauh di depan.

Dalam gerakan kamera seperti yang telah diuraikan di atas dalam proses pengambilan

gambar masih ada hal lain yang perlu diperhatikan yaitu letak ketinggian kamera pada

saat proses pengambilan gambar. Dalam ketinggian kamera yang perlu diketahui

yakni tentang angle kamera, yang dimaksud dengan angle kamera ialah posisi kamera

terhadap dan yang akan membentuk sudut tertentu dan dalam menentukan besar

kecilnya sudut kamera ini tergantung dari keinginan gambar yang dikehendaki.

Gambar 11. Camera Movement di atas Pedestal untuk produksi dalam studio.

Sinematografi

Created by Ming Muslimin 17

Selain pergerakan kamera di atas, terdapat juga pergerakan kamera yang lebih dinamis

dan kompleks pada adegan-adegan film action. Pada kasus seperti ini dibutuhkan

seorang kameraman yang handal serta cekatan dalam mengambil gambar, sudah pasti

pengambilan gambar tersebut membutuhkan alat yang khusus pula. Gerakan-gerakan

kamera ini lebih sering disebut Handheld. Alat yang digunakan juga berpariasi

tergantung kasus yang sedang terjadi. Alat tersebut antara lain ada yang disebut;

camera rig, stadycam, gladecam, dll.

Gambar 12. Gerakan kamera Handheld menggunakan Steadycam.

Gmbar 13. DSLR Camera Rig & Focus Fuller.

Created by Ming Muslimin 18

BIODATA PENULIS

Ming Muslimin, lahir di Rensing Bat, Sakra

Barat, Lombok Timur, NTB pada 02 Mei 1986,

menyelesaikan studi S1 di Program Studi

Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut

Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2012.

Sejak 2005 sudah mulai aktif di dunia

broadcasting dengan menggarap iklan-iklan

nasional seperti iklan sepatu loggo, iklan

pertamina, iklan bank indonesia, serta video clip nasional seperti video clip jikustik, the

potter dan lain-lain.

Pada tahun 2012 film yang disutradarainya meraih juara umum 1 pada Festival Video

edukasi. Saat ini tergabung dalam Asosiasi Guru Broadcasting Indonesia sebagai Humas

Wilayah Indonesia Timur.