97
ASPEK PROMOTIF DAN PREVENTIF IMS

EPIDEMIOLOGI IMS - PSPK

Embed Size (px)

Citation preview

ASPEK

PROMOTIF DAN

PREVENTIF IMS

Penyakit Menular Seksual (PMS) Penyakit Menular Seksual (PMS) disebut

juga venereal, berasal dari kata venus, yaitu dewi cinta dari romawi kuno.

Penyakit Menular Seksual (PMS) (kadang disebut Infeksi Menular Seksual atau penyakit kelamin) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena seringnya seseorang melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Bisa juga karena melakukan hubungan seksual yang sebelumnya telah terjangkit salah satu penyakit ini.

Dinamika transmisi IMS

Edukasi tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan program penanggulangan HIV/AIDS ialah perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan penyebaran IMS.

Untuk melakukan kegiatan ini perlu disediakan satu ruangan khusus yang dapat merahasiakan pembicaraan antara pasien dan penyuluh atau konselor.

Tujuan konseling adalah untuk membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi pasien sehubungan dengan IMS yang dideritanya,

Tujuan edukasi agar pasien mau mengubah perilaku seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Kedua pengertian ini perlu dipahami dengan benar.

PENCEGAHAN HIV & AIDS

• Abstinensia •Puasa Seks bagi yang

belum menikah A

• Be faithfull •Saling Setia pada

pasangan bagi yang sudah menikah

B

• Condom •Gunakan Kondom bagi

yang berhub. Seks berisiko C

• Don’t Drug •Jangan pakai narkoba

suntik D

• Education •Ajari orang di sekitar kita

ttg HIV yang benar E

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014

TENTANG

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

TERIMA KASIH

INDONESIA

10 PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KUMULATIF

KASUS HIV & AIDS TERBANYAK S/D 31 DES 2014

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

DKI

Jakarta

Jatim Papua Jabar Bali Jateng Sumut Kalbar Sulsel Kepri

AIDS 7963 12347 11841 4191 4811 4079 1573 2131 1998 382

HIV 34641 20761 17365 13938 10188 9830 9595 4834 4603 4875

No. 6

10 PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KASUS HIV &

AIDS TERBANYAK JANUARI S/D DESEMBER 2014

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

DKIJakarta

Jatim Jabar Papua Jateng Bali Sumut Sulsel Kepri Banten

AIDS 130 827 60 493 740 727 231 209 0 92

HIV 5851 4508 3740 3278 2867 2129 1628 839 973 680

No. 5

PROPORSI ESTIMASI POPULASI KUNCI

di PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Sumber : Buku Laporan Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV 2012, Depkes – KPA

PROPORSI ESTIMASI ORANG DENGAN HIV

DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Sumber : Buku Laporan Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV 2012, Depkes – KPA

KASUS HIV & AIDS DI PROVINSI JAWA TENGAH

KUMULATIF TAHUN 1993 s/d 30 JUN 2015

JUMLAH : 12.201

HIV : 6.671

AIDS : 5.530

Meninggal : 1.143

ESTIMASI KPA NASIONAL UNTUK JAWA TENGAH TAHUN 2012 = 17.993 orang (Tercapai 67,8 %)

JUMLAH KASUS HIV & AIDS

DI JAWA TENGAH TAHUN 1993 – 30 JUN 2015

93 94 95 96 97 98 99 '00 '01 '02 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 '10 '11 '12 '13 '14 15

HIV-AIDS 1 3 1 3 7 7 7 14 39 61 101 149 243 422 428 429 573 874 1276 1404 2283 2480 1397

HIV 0 2 1 3 7 6 6 12 37 56 98 130 185 287 286 259 143 373 755 607 1220 1399 800

AIDS 1 1 0 0 0 1 1 2 2 5 3 19 58 135 142 170 430 501 521 797 1063 1081 597

1 3 1 3 7 7 7 14 39 61101

149243

422428 429

573

874

1276

1404

2282

2480

1397

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

KASUS KUMULATIF HIV & AIDS YG DILAPORKAN 20 BESAR

KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 1993 S/D 30 JUN 2015

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

KOTA

SEMA

RANG

KAB.

BANY

UMA

S

KOTA

SURA

KART

A

KAB.

PATI

KAB.

GROB

OGAN

KAB.

JEPAR

A

KAB.

CILAC

AP

KAB.

BATA

NG

KAB.

TEGA

L

KAB.

SRAG

EN

KAB.

SEMA

RANG

KAB.

KEND

AL

KAB.

DEM

AK

KAB.

KEBU

MEN

KAB.

KARA

NGAN

YAR

KAB.

KLATE

N

KAB.

BREB

ES

KAB.

BOYO

LALI

KAB.

REMB

ANG

KOTA

SALA

TIGA

KAB.

TEMA

NGG

UNG

AIDS 477 254 267 335 347 357 190 116 299 310 135 175 165 197 197 135 137 125 142 108 115

HIV 1083 460 447 298 275 252 375 407 200 137 278 220 195 145 71 131 125 122 99 122 114

HIV AIDS

KASUS KUMULATIF HIV & AIDS YG DILAPORKAN 20 BESAR

KAB/KOTA DI JAWA TENGAH JAN S/D 30 JUN 2015

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90 HIV AIDS

SRK

Magelang

Banyumas

Wonosobo

Temanggung

Kendal

Cilacap

Blora

Kudus

Grobogan Pekalongan

Batang

Demak

Jepara

Purblg

Kebumen Purworejo

Rembang Kota Pekalongan

Batang Pemalang Brebes

Tegal

Laut Jawa

Magelang

Cilacap

Boyolali

Kab Semarang

JAB

AR

Kota Tegal

Jepara

DI. Yogyakarta

Kab. Mgl

SARANA KESEHATAN

JATI

M

Kota Mgl

Banjarnegara

Pekalongan Kota Semarang

Surakarta

Sragen

Wonogiri

Klaten Sukoharjo Kr.Anyar

Pati

Salatiga

241

225

633

622

447

268

189

214

609

714

79

45

128

342

104

565

714

262

142

499

182 158

136

523

395

1560

360

87

111

213

229

KASUS KUMULATIF HIV & AIDS YG DILAPORKAN DI JAWA TENGAH 1993 S/D 30 JUN 2015

266

247 230

413

< 100 kasus HIV & AIDS

100 – 200 kasus HIV & AIDS

200 – 300 kasus HIV & AIDS

> 300 kasus HIV & AIDS

SRK

Magelang

Banyumas

Wonosobo

Temanggung

Kendal

Cilacap

Blora

Kudus

Grobogan Pekalongan

Batang

Demak

Jepara

Purblg

Kebumen Purworejo

Rembang Kota Pekalongan

Batang

Pemalang

Brebes

Tegal

Laut Jawa

Magelang

Cilacap

Boyolali

Kab Semarang

JAB

AR

Kota Tegal

Jepara

DI. Yogyakarta

Kota. Mgl

SARANA KESEHATAN

JATI

M

Kab. Mgl

Banjarnegara

Pekalongan Kota Semarang

Surakarta

Sragen

Wonogiri

Klaten Sukoharjo Kr.Anyar

Pati

Salatiga

40

32

62

73

90

33

33 39

69

35

9

3

8

9

55

76

33 10

53

61 4

18

60

27

106

55

6

40

31

15

KASUS KUMULATIF HIV & AIDS YG DILAPORKAN

DI JAWA TENGAH JANUARI S/D 30 JUN 2015

51

70 20

21

≤ 25 kasus HIV & AIDS

26 – 50 kasus HIV & AIDS

51 – 75 kasus HIV & AIDS

≥ 76 kasus HIV & AIDS

23

DISTRIBUSI KASUS AIDS MENURUT JENIS KELAMIN JAWA TENGAH 1993 S/D 30 JUN 2015

61,50%

38,50%

Laki-laki Perempuan

DISTRIBUSI KASUS AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI JAWA TENGAH 1993 S/D 30 JUN 2015

TOTAL AIDS (1993-Jun 2015) = 5.530; Usia 15 s/d 24 thn = ± 9,73%

0

200

400

600

800

1000

1200

3,5%

1,3%

0,4%

1,0%

8,8%

19,6% 19,6%

16,5%

12%

8%

5,5%

2,4%1,5%

FAKTOR RISIKO PENULARAN KASUS AIDS

DI JAWA TENGAH 1993 S/D 30 JUN 2015

84,7%

4,7%

5,7%

0,1%

4,6%

Heteroseksual

Homoseksual

IDU

Transfusi

Perinatal

DISTRIBUSI KASUS AIDS MENURUT JENIS PEKERJAAN DI

JATENG TAHUN 1993 S/D 30 Jun 2015

0

200

400

600

800

1000

1200

1400W

rsw

t

IRT

Kry

w

Bu

ruh PS

t'd

ke

tah

ui

Su

pir

An

ak

Pe

tan

i

PN

S

Mh

s

t'b

ek

erj

a

Na

pi

TK

I

p'U

sah

a

TN

I/P

OLR

I

Pra

mu

ga

ri

Lain

2

23.7%

18,5%

12,7%

10,6%

6,2%6,2%

4,1%3,3%2,9%

1,4%1,8% 1,2% 1,0%0,7% 0,6% 0,5% 0%

4,7%

TREND KASUS AIDS MENURUT JENIS KELAMIN

DI JATENG TAHUN 1993 S/D 30 JUN 2015

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Laki-Laki Perempuan

KASUS BARU HIV & AIDS

DI JATENG TAHUN 2005 S/D 30 JUN 2015

0

500

1000

1500

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

185287 286 259

143

373

755

607

1219

1399

800

58135 142 170

430 501 521

797

1063 1081

597

30 65 33 56104 160

89149 182

16381

HIV AIDS Meninggal

Upaya pencegahan dan perawatan IMS yang efektif dapat dicapai dengan melaksanakan “paket kesehatan masyarakat”. Komponen pokok paket ini berupa: ♦ Promosi perilaku seksual yang aman. ♦ Memprogamkan peningkatan penggunaan kondom, yang meliputi berbagai aktifitas mulai dari promosi penggunaan kondom sampai melakukan perencanaan dan manajemen pendistribusian kondom. ♦ Peningkatan perilaku upaya mencari pengobatan. ♦ Pengintegasian upaya pencegahan dan perawatan IMS ke dalam upaya pelayanan kesehatan dasar, upaya kesehatan reproduksi, klinik pribadi/ swasta serta upaya kesehatan terkait lainnya. ♦ Pelayanan khusus terhadap kelompok populasi berisiko tinggi, seperti misalnya para wanita dan pria penjaja seks, remaja, pengemudi truk jarak jauh, anggota militer termasuk anggota kepolisian, serta para narapidana. ♦ Penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna. ♦ Pencegahan dan perawatan sifilis kongenital dan konjungtivitis neonatorum. ♦ Deteksi dini terhadap infeksi yang bersifat simtomatik maupun yang asimtomatik.

Salah satu komponen penting dari paket kesehatan masyarakat ini adalah

penatalaksanaan kasus IMS secara paripurna, meliputi:

1. Identifikasi sindrom: Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis secara

sindrom atau dengan bantuan laboratorium.

2. Edukasi pasien: kepada pasien dijelaskan tentang riwayat alamiah dari infeksi yang

dialaminya, serta pentingnya melaksanakan pengobatan secara tuntas, serta hal-hal

penting lainnya.

3. Pengobatan antibiotik terhadap sindrom: Cara apapun yang digunakan untuk

menegakkan diagnosis, baik dengan menggunakan bagan alur maupun dengan

bantuan laboratorium, secara mutlak diperlukan ketersediaan antibiotik yang

efektif. Obat yang diperlukan perlu disediakan pada saat petugas kesehatan

pertama kalinya kontak dengan pasien IMS. Cara pengobatan yang efektif ini juga

perlu disiapkan dan dilaksanakan pada semua klinik swasta/ pribadi.

4. Penyediaan kondom: Dengan mendorong seseorang untuk menggunakan kondom, maka Kepala Dinas Kesehatan perlu memberikan jaminan bahwa kondom

tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan dengan harga yang terjangkau pada semua fasilitas kesehatan serta berbagai titik pendistribusian lainnya. Pemasaran Sosial (Social marketing) kondom adalah cara lain untuk meningkatkan jangkauan terhadap penjualan kondom.

5. Konseling: Fasilitas konseling disiapkan agar dapat dimanfaatkan oleh siapa saja yang membutuhkannya; misalnya pada kasus herpes genitalis kronis atau kutil pada alat genital, baik untuk perorangan maupun untuk mitra seksualnya. 6. Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual: Penting bagi setiap program penanggulangan IMS adalah melakukan penatalaksanaan terhadap setiap mitra

seksual pasien IMS, dan menghimbau agar mereka sendiri lah yang menghubungi tempat pelayanan IMS untuk mendapat pengobatan. Upaya ini harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor sosial dan budaya setempat, untuk menghindari masalah etis maupun masalah praktis yang mungkin timbul, misalnya penolakan,

dan kekerasan khususnya terhadap wanita.

Intervensi nasyarakat Pendekatan di tingkat masyarakat tuntuk

pencegahan dan pengendalian IMS/ISR

termasuk:

• Mengkampanyekan seks aman— termasuk

penggunaan kondom secara konsisten,

pengurangan pasangan seks dan

penundaan permulaan aktifitas seksual;

• Program kondom;

• Kesadaran masyarakat tentang IMS dan

promosi penggunaan layanan klinis lebih

awal.

Karena itu, manajemen

kasus yang komprehensif harus dilakukan pada

kontak pertama dan termasuk:

• diagnosa

• pengobatan yang cepat dan efektif sesuai

Protokol

• pendidikan dan konseling pasien, termasuk

penyediaan kondom

• pemberitahuan dan pengobatan pasangan

• tindak lanjut yang semestinya

• kualitas layanan.

Approximately 1% of gonococcal

occurrences begin as anorectal and

pharyngeal infections in women who

have sex with men as well as men who

have sex with men (MSM).