34
FORMULASI KRIM PELEMBAB I. TUJUAN 1. Mengetahui cara membuat sediaan krim pelembab yang aman dan nyaman digunakan. 2. Mengetahui metode-metode pembuatan krim yang tepat. 3. Dapat membandingkan dua formulasi sediaan vanishing cream dengan menggunakan variasi konsentrasi fase minyak yang berbeda-beda. 4. Mampu mengevaluasi sediaan krim pelembab. II. DASAR TEORI Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering,

FORMULASI KRIM PELEMBAB

  • Upload
    stfi

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

FORMULASI KRIM PELEMBAB

I. TUJUAN

1. Mengetahui cara membuat sediaan krim pelembab yang aman

dan nyaman digunakan.

2. Mengetahui metode-metode pembuatan krim yang tepat.

3. Dapat membandingkan

dua formulasi sediaan vanishing cream dengan menggunakan

variasi konsentrasi fase minyak yang berbeda-beda.

4. Mampu mengevaluasi sediaan krim pelembab.

II. DASAR TEORI

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik

perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan

fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering,

sinar matahari terik, angina keras, umur lanjut, berbagai

penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat

penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering.

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari

kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang

diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat

dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi

sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor

perlindungan alamiah(natural moisturizing factor/ NMF)

tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan

perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan

kosmetik pelembab kulit.

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti

minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan,

asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty alcohols, setil

alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters

lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla,

lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari

udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin,

propilenglikol, sorbitol, gelatin, asam hialuronat, dan

beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan

zat hidrofilik yang menyerap air. Misalnya: hyaluronic acid.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk

sinar matahari yang mengeringkan kulit.

Bahan utama dalam krim

pelembab adalah lemak,(lanolin, lemak wool, fatty alcohol,

gliserol monostearat dan lain-lain). Campuran minyak seperti

minyak tumbuhan lebih baik daripada mineral oil karena lebih

mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-

sel stratum corneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat.

Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage krim, dan

krim dengan kandungan minyak yang tinggi, semuanya bisa

dikategorikan moisturizing dan emmolient dengan komposisi dan

karateristik basis yang digunakan berupa vanishing atau

foundation cream. Vanishing cream merupakan emulsi asam

stearat yang terkesan menghilang setelah dioleskan dipermukaan

kulit.

Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok

untuk krim pelembab. Krim O/W kaya akan minyak dan selalu

berisi humektan(gliserol, sorbitol dan lainnya). Tetapi, krim

dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa

lebih hangat, lebih lengket dan lebih kental. Karena kandungan

minyak tumbuhannya tinggi preparat ini mudah menjadi tengik,

maka perlu penambahan antioksidan. Kosmetik ini juga perlu

dilindungi dari mikroorganisme dengan penambahan bahan

pengawet. Parfum juga tidak lupa ditambahkan untuk memperbaiki

bau sehingga enak dicium.

III. P R A F O R M U L A S I

Coconut Oil (minyak kelapa)

Sinonim : oleum vegetable, oleum neutralea, Medium Chain

Triglycerides.

Fungsi : pengemulsi, solvent, suspending agent,

therapeutic agent.

Pemerian : cairan minyak berwarna kuni, tidak berbau dan

tidak berasa. Minyak membeku pada suhu 0 0C dan

viskositas menjadi rendah bila mendekati suhu 00C.

OTT : polistiren, polietilen, dan polipropilen.

Asam stearat

Sinonim : Crosterene,

hystrene, Pristerene

Rumus empiric : C18H36O2

Berat Molekul : 284,47

Struktur : CH3(CH2)16COOH

Fungsi : pengemulsi, solubilizing agent

Ointments/ krim : 1-20%

Pemerian : kristal atau serbuk putih atau kuning, bau

lemah

Kelarutan : benzen larut,etanol larut, propilen glikol

larut, air praktis tidak larut

OTT : agen pengoksidasi

Gliserin

Sinonim : trihidroxypropane glycerol

Rumus empiric : C3H8O3

Berat molekul : 92,09

Struktur : CH2 OH

CH OH

CH2 OH

Fungsi : - Antimikroba>20%

- Emolient up to 30

- Humektan up to 30

- Plasticizer

- Solvent

- Pemanis

- Agen pengion

Pemerian : larutan bening tidak berwarna, tidak berbau,

kental, larutan higroskopis, rasa manis seperti

sukrosa.

Kelarutan : etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak

larut, air mudah larut.

OTT : agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau

potasium permanganat.

Borax/ Natrium tetraborat

Rumus molekul : Na2B4O7.10H2O

Berat molekul : 381,37

Pemerian : hablur transparan tidak berwarna atau serbuk

hablur putih, tidak bebrbau, rasa asin dan

basah, dalam udara kering merapuh.

Kelarutan : etanol 96% tidak larut, gliserol 1:1 mudah

larut, air mudah larut.

Fungsi : antiseptikum extern.

Triethanolamine (TEA)

Rumus empiris : C6H15NO3

Berat molekul : 149,19

Struktur formula : N(CH2CH2OH)3

Fungsi : agen pengalkali,agen pengemulsi

Pemerian : cairan bening tidak berwarna sampai kuning

pucat, bau amoniak lemah

Kelarutan : etanol 95% larut, metanol larut, water larut

OTT : golongan amin dan hidroksi

Nipagin/ Methylparaben

Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.

Rumus empirik : C8H8O3

Berat molekul : 152,15

Fungsi : antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%

Pemerian : kristal putih, tidak berbau, panas

Kelarutan : etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,

OTT : besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan

asam kuat.

Cethyl alkohol

Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol

Rumus empirik : C16H34O

Berat molekul : 242,44

Struktur : CH3(CH2)14CH2OH

Fungsi : pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-10%,

emolient 2-5%.

Pemerian : bentuknya seperti lilin, lapisan putih, granul,

bau lemah.

OTT : pengoksidasi kuat.

Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Sinonim : Sustane, Tenox BHT, Tropanol, Vianol.

Rumus empiris : C15H24O

Berat molekul : 220,35

Fungsi : antioksidan untuk sediaan topikal 0,0075-0,1%

Pemerian : kristal putih atau kuning pucat, bau lemah.

OTT : pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganat.

Natrium Hidroksida (NaOH)

Berat molekul : 40

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur/keping,

kering, keras, rapuh serta menunjukkan susunan

hablur putih, mudah meleleh, basah, sangat

alkalis dan korosif, segera menyerap

karbondioksida

Kelarutan : etanol 96% dan air sangat mudah larut

Fungsi : zat tambahan yang bersifat basa.

IV. F O R M U L A S I

FORMULA A

Vanishing cream ( 50g )

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Minyak kelapa 15% Minyak kelapa Minyak kelapa

Asam stearat 14%

Gliserin 10%

Borax 0,25%

TEA 1%

Nipagin 0,1-0,2%

Aquades ad 100%

10%

Asam stearat

14%

Gliserin 10%

Borax 0,25%

TEA 1%

Nipagin 0,1-

0,2%

Aquades ad

100%

5%

Asam stearat

14%

Gliserin 10%

Borax 0,25%

TEA 1%

Nipagin 0,1-

0,2%

Aquades ad

100%

FORMULA B

Vanishing cream ( 50g )

Formula 1 Formula 2 Formula 3

Coconut oil 5%

Asam stearat

Coconut oil 10%

Asam stearat

Coconut oil

20%

BHT 0.001%

Cetyl alcohol

0,5%

TEA 1,2%

NaOH 0,01%

Gliserin 8%

Nipagin 0,01%

Parfum 3 tetes

Aquades ad 100%

20%

BHT 0.001%

Cetyl alcohol

0,5%

TEA 1,2%

NaOH 0,01%

Gliserin 8%

Nipagin 0,01%

Parfum 3 tetes

Aquades ad 100%

10% *

Asam stearat

20%

BHT 0.001%

Cetyl alcohol

0,5%

TEA 1,2%

NaOH 0,01%

Gliserin 8%

Nipagin 0,01%

Parfum 3 tetes

Aquades ad

100%

V. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. mortar besar & alu 1 buah

2. mortar kecil & alu 1 buah

3. gelas ukur 100 ml 1 buah

4. gelas ukur 5 ml 1 buah

5. erlenmeyer 10 ml 2 buah

6. beaker glass 10 ml 2 buah

7. cawan penguap 1 buah

8. pipet tetes secukupnya

9. batang pengaduk 1 buah

10. spatula 2 buah

11. cover dan objek glass @ 1 buah

12. sudip 2 buah

13. pot obat 50 ml 1 buah

14. timbangan dan anak timbangan

15. penangas air

Bahan:

1. Minyak kelapa

2. Asam stearat

3. Gliserin

4. Borax

5. TEA

6. Nipagin

7. Cetyl alkohol

8. NaOH

9. Parfum

10. BHT

VI. PROSEDUR KERJA

Cara 1:

1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut

dengan minyak) dipanaskan diatas penangas air hingga suhu

700 C hingga semua bahan lebur.

2. Pada saat yang sama fase air(bahan yang bercampur atau

larut dengan aquades) dilarutkan dalam air panas yang

kira-kira memiliki suhu 700 C hingga semua bahan larut.

3. Fase minyak dan fase air

dicampurkan didalam lumpang dan digerus hingga terbentuk

massa cream. Setelah itu baru tambahkan sedikit demi

sedikit air panas ad 50 ml.

4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream

turun hingga 350C, digerus kembali hingga homogen, dan

dibiarkan hingga dingin.

5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat

(homogenitas, viskositas, stabilitas dan penampilan

cream).

6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat)

dan diberi etiket.

7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas,

viskositas, stabilitas dan penampilan sediaan krim

tersebut.

Cara 2:

1. Fase minyak (minyak dan bahan yang bercampur atau larut

dengan minyak) dan fase air (aquades dan bahan yang

bercampur atau larut dengan aquades) dicampurkan ke dalam

cawan penguap.

2. Campuran dari kedua fase dipanaskan diatas penangas air

hingga suhu 700C ad semua bahan lebur.

3. Campuran bahan yang telah lebur dituang ke dalam lumpang

dan digerus hingga terbentuk massa cream.

4. Pada formulasi B ditambahkan parfum setelah suhu cream

turun hingga 350 C dan diaduk hingga homogen, dibiarkan

hingga dingin.

5. Evaluasi cream dilakukan setelah krim selesai dibuat

(homogenitas, viskositas, stabilitas dan penampilan

cream).

6. Krim yang sudah jadi dimasukkan ke dalam wadah (pot obat)

dan diberi etiket.

7. Selama satu minggu diamati kembali homogenitas,

viskositas, stabilitas dan penampilan sediaan krim

tersebut.

VII. DATA HASIL PENGAMATAN

Pengamatan Setelah Sediaan Selesai Dibuat:

Kri

m

kel

omp

ok

4

(Fo

Kri

m

kel

omp

ok

5

(Fo

Kri

m

kel

omp

ok

6

(Fo

Parameter Krim

kelompok 1

(Formula

A1)

Krim

kelompok 2

(Formula

A2)

Krim

kelompok 3

(Formula

A3)

Viskositas ++ +++ ++

Homogenita

s

++ + +++

Stabilitas +++ +++ +++

Penampilan

:

- Warna

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

Para

mete

r

rmu

la

B1)

rmu

la

B2)

rmu

la

B3)

Visk

osit

as

+++

+

+++ +

Homo

geni

tas

+++ + +++

Stab

ilit

as

+++ +++ +++

Pena

mpil

an:

-

War

na

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

Keterangan :

Viskositas:

+ : encer

++ : sedang

+++ : kental

++++ : kental sekali (keras)

Homogenitas, stabilitas dan penampilan:

+ : kurang

++ : cukup

+++ : baik

Pengamatan satu minggu berikutnya:

Parameter

Krim kelompok 1

Krim

kelompok

2

Krim

kelompok

3

Viskosita

s

++ +++ ++

Homogenit

as

++ + +++

Stabilita

s

+++ +++ ++*

Penampila

n:

+++

+++

+++

+++

+++

+++

- Warna

- Bau

*) Terjadi perubahan berupa penurunan tingkat kestabilan krim.

VIII. PEMBAHASANParameter Krim

kelompok

4

Krim

kelompok

5

Krim

kelompok

6

Viskosita

s

++++ +++ +

Homogenit

as

+++ + +++

Stabilita

s

+++ +++ +++

Penampila

n:

- Warna

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

Pada praktikum

kosmetologi ini kami membuat sediaan krim pelembab dengan

menggunakan bahan utama Coconut oil. Kosmetik pelembab

(moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan

untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai

pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin

keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit

dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit

menjadi lebih kering. Pelembab yang kami buat merupakan

sediaan dengan basis vanishing cream, dimana dalam basis ini

terdapat lebih banyak fase air daripada fase minyak. Krim

didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat

baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air, dan

termasuk dalam sediaan setengah padat berupa emulsi kental

yang mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk

pemakain luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing

cream pada dasarnya berupa emulsi minyak dalam air (M/A),

mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat.

Setelah pemakaian krim air menguap meninggalkan sisa berupa

selaput asam stearat yang tipis. Vanishing cream lebih mudah

dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan jaringan.

Vanishing cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah

dioleskan dipermukaan kulit.

Kami membuat dua formula sediaan krim pelembab dengan

bahan tambahan yang berbeda, masing-masing formula dibuat

variasi konsentrasi bahan utamanya (Coconut oil), yaitu 15%, 10%,

dan 5%. Berat krim pelembab dalam satu formula yang kami buat

adalah 50 gram.

Bahan tambahan yang kami gunakan dalam formula pertama

(formula A) adalah asam stearat yang berfungsi sebagai

pengemulsi, gliserin sebagai emolient, borax dan nipagin yang

berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba, TEA sebagai

pengemulsi, dan terakhir ad air 50 gram. Sedangkan, formula B

menggunakan bahan tambahan sebagai berikut, asam stearat

sebagai pengemulsi, cetyl alkohol dan gliserin sebagai

emolient, BHT sebagai antioksidan, TEA sebagai pengemulsi,

nipagin sebagai pengawet, NaOH sebagai larutan penambah sifat

alkali sediaan, dan ditambah oleum rosae sebanyak 3 tetes

sebagai pengharum untuk memperbaiki bau sediaan.

Bahan utama pembuatan krim pelembab kami adalah coconut

oil yang merupakan minyak nabati. Minyak nabati cenderung

lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus

sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih

kuat daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Coconut

oil termasuk ke dalam fase minyak, selain itu fase minyak juga

berisi bahan tambahan yang larut dalam minyak, seperti asam

stearat dan BHT. Sedangkan bahan yang larut dalam fase air,

yaitu gliserin, boraks, TEA, nipagin, cetyl alkohol, dan NaOH.

Pembuatan krim dapat

dilakukan dengan dua metode berbeda. Metode pertama yaitu

bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur

bersama di atas penangas air pada suhu 700C sampai semua bahan

lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air)

dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 700C

sampai semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus

kuat sampai terbentuk massa krim. Sedangkan dengan metode

kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air

dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai lebur,

baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa krim.

Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama

menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila proses penggerusan

dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai

terbentuk massa krim. Tetapi dengan metode kedua, kita dapat

menggunakan peralatan yang lebih sedikit daripada metode

pertama.

Formula A

Pengamatan setelah sediaan selesai dibuat:

Pengamatan satu minggu berikutnya:

Berdasarkan data hasil pengamatan, formula A1 dan formula

A3 mengandung masing-masing 15% dan 5% coconut oil. Viskositas

kedua formula ini tidak terlalu kental dan tidak terlalu keras

(sedang), dan formula A3 cenderung lebih meresap di tangan,

hal ini dikarenakan pada formula A3 fase minyak yang digunakan

jauh lebih sedikit, sehingga krim tidak terlalu lengket saat

dioleskan di permukaan kulit. Selain itu formula A3 juga lebih

lembut, ini menunjukan bahwa formula A3 lebih homogen daripada

Parameter Krim

kelompok 1

(Formula

A1)

Krim

kelompok 2

(Formula

A2)

Krim

kelompok 3

(Formula

A3)

Viskositas ++ +++ ++

Homogenitas ++ + +++

Stabilitas +++ +++ +++

Penampilan:

- Warna

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

Parameter Krim

kelompok 1

(Formula

A1)

Krim

kelompok 2

(Formula

A2)

Krim

kelompok 3

(Formula

A3)

Viskositas ++ +++ ++

Homogenitas ++ + +++

Stabilitas +++ +++ ++*

Penampilan:

- Warna

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

formula A1, pada formula A3 tidak terdapat adanya butiran-

butiran dari partikel yang tidak larut. Sementara pada formula

A1 dan A2 lebih terasa adanya butiran partikel dari bahan yang

tidak larut, kemungkinan hal itu disebabkan oleh kristal dari

boraks atau nipagin belum larut sempurna dalam air panas.

Padahal jika dilihat dari monografi (FI ed.3) kedua bahan ini

termasuk bahan yang mudah larut dalam air panas. Kedua bahan

menjadi tidak larut juga bisa disebabkan oleh prosedur

pengerjaannya saat di lab kurang sempurna. Saat proses

pelarutan dan penggerusan bahan tersebut mungkin kuat,

sehingga menjadikan bahan ini tidak larut. Bila bahan yang

belum larut sempurna ini dicampurkan begitu saja ke dalam fase

minyak, maka sediaan krim akan terasa kasar saat dipakai,

terasa seperti ada butiran-butiran partikel.

Namun setelah dilakukan

pengamatan kembali pada minggu berikutnya setelah praktikum,

krim A3 cenderung tidak stabil bila dilihat secara fisik. Pada

bagian atasnya terlihat seperti ada pemisahan berupa 2 lapisan

yang sangat tipis, krim terlihat ’pecah’ meskipun hanya

dibagian atasnya saja. Sementara krim A1

dan A2 terlihat lebih stabil

secara fisik, tidak terlihat adanya pemisahan pada sediaan.

Pemisahan seperti yang ditunjukkan oleh krim A3 merupakan

salah satu dari fenomena ketidakstabilan emulsi (krim = emulsi

kental), yaitu flokulasi dan creaming. Kedua fenomena ini

terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh

adanya energi bebas permukaan semata. Emulsi masih dapat

diperbaiki dengan pengocokkan karena lapisan film antar

permukaannya (lapisan monomolekuler) masih ada. Flokulasi adalah

peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang letaknya

tidak beraturan dalam suatu emulsi. Creaming adalah peristiwa

terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-

beda dalam suatu emulsi.

Formula B

Pengamatan setelah sediaan selesai dibuat:

]

Parameter Krim

kelompok 4

(Formula

B1)

Krim

kelompok 5

(Formula

B2)

Krim

kelompok 6

(Formula

B3)

Viskositas ++++ +++ +

Homogenita

s

+++ + +++

Stabilitas +++ +++ +++

Penampilan

:

- Warna

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

Pengamatan satu minggu berikutnya:

Sementara untuk formula B,

nilai viskositas formula B1 sangat kental dibandingkan 2

formula lainnya, sehingga krim yang dihasilkan menjadi keras.

Hal ini karena, konsentrasi coconut oil yang digunakan hanya

Parameter Krim

kelompok 4

(Formula

B1)

Krim

kelompok 5

(Formula

B2)

Krim

kelompok 6

(Formula

B3)

Viskositas ++++ +++ +

Homogenitas +++ + +++

Stabilitas +++ +++ +++

Penampilan:

- Warna

- Bau

+++

+++

+++

+++

+++

+++

5%, sehingga sediaan lebih bersifat vanishing cream, lebih

mudah menembus lapisan stratum corneum. Untuk dua formula

lainnya menggunakan konsentrasi coconut oil sebanyak 10%, dan

itu berarti akan membuat krim menjadi lebih lengket dan

viskositasnya lebih rendah, sehingga krim yang dihasilkan

lebih encer dari formula B1. Semakin besar konsentrasi coconut

oil yang digunakan, maka krim tersebut sebenarnya sangat baik

sebagai kosmetik pelembab, karena minyak akan menutup

permukaan kulit dan mencegah penguapan air dari sel kulit.

Perbedaan nilai viskositas yang terjadi antara krim B2 dan B3

meski keduanya memiliki formula yang sama disebabkan pada

proses pengerjaannya, yaitu saat penambahan air ad 50 gram

bisa jadi terlalu berlebih pada krim B3, dan ini menyebabkan

krim B3 menjadi ’sangat encer’. Krim B2 juga bukan yang

terbaik dari ketiga formula krim yang kami buat. Karena krim

B2 ini, cenderung lebih tidak homogen. Ketidakhomogenan krim

bisa terlihat pada saat dioleskan pada permukaan kulit. Pada

krim B2 masih terdapat butiran partikel yang tidak larut.

Butiran partikel ini disebabkan dari kristal-kristal nipagin

yang belum larut sempurna dalam fase air. Sementara untuk

nilai stabilitas, bila dilihat secara visual ketiga krim ini

memiliki stabilitas yang baik. Tidak terjadi flokulasi dan

creaming, apalagi sampai koelesen atau demulsifikasi baik

setelah krim selesai dibuat, maupun setelah pengamatan satu

minggu berikutnya.

Kedua formula pelembab yang kami buat dengan basis

vanishing cream ini, masih belum sempurna, sehingga perlu

latihan kembali. Dengan variasi konsentrasi coconut oil yang

digunakan, formula dengan konsentrasi coconut oil yang paling

besarlah yang baik sebagai kosmetik pelembab, karena minyak

dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari sel

kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab.

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat dibuat

kesimpulan:

1. Krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang

didispersikan homogen dengan bantuan emulgator sebagai

bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak

lengket dan mudah meresap ke dalam kulit) adalah krim yang

mengandung fase air lebih besar daripada fase minyak (M/A)

atau dikenal dengan basis vanishing cream.

2. Krim dapat dibuat dengan dua metode berbeda, yaitu metode

pertama fase minyak dan fase air dipisah, dan keduanya

dipanaskan pada suhu 700C. Sedangkan metode kedua fase

minyak dan fase air dicampur, dilebur bersama di atas

penangas pada suhu 700C, baru kemudian digerus sampai

terbentuk massa krim.

3. Dengan variasi konsentrasi coconut oil yang digunakan,

maka formula dengan konsentrasi coconut oil yang paling

besarlah yang paling baik sebagai kosmetik pelembab,

karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga

penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit

menjadi lebih lembab.

4. Evaluasi sediaan yang dilakukan antara lain homogenitas,

viskositas, stabilitas, dan penampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM

press.

Anief, Muhammad. 1993. Farmaseutika Dasar. Yogyakarta : UGM

press.

Ansel, Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV.

Jakarta : UI press.

Harjasaputra, Purwanto, dkk. 2002. Data Obat di Indonesia.

Jakarta : Grafidian Medipress.

Panitia Farmakope Indonesia. 1978. Farmakope Indonesia. Edisi III.

Jakarta : Depatemen Kesehatan RI.

- Panitia Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi

IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty

Eight edition. London : The Pharmaseutical Press.

Waide, Ainley, and Waller, Paul J. 1994. Handbook of

Pharmaseutical Exipients. Second edition. Washington : American

Pharmaseutical Association

Definisi pelembab adalah sediaan yang diperuntukkan untuk mencegah penguapan air pada kulit (stratum corneum). Pertimbangan dalam pembuatan pelembab antara lain estetika, persepsi konsumen akan perfomance produk, jenis kulit, lingkungan, tipe kulit berdasarkan ras, faktor usia, bagian tubuh yang akan menggunakan pelembab, pekerjaan, dan sebagainya.

Ada beberapa formula pelembab, antara lain :

1. Formula I : basis pelembab emulsi O/W yang konsistensi produknya seperti lotion

2. Formula II : cold cream dengan emulsi W/O yang sangat kental

3. Formula III : krim emolien yang tidak menggunakan air dalam formulanya dan konsistensi produknya seperti salep 

4. Formula IV : basis krim untuk kulit kering dan merupakan emulsi O/W dengan konsistensi yang kental 

5. Formula V : basis pelembab kosmetik yang banyak digunakandan merupakan emulsi O/W 

6. Formula VI : pelembab dalam bentuk gel yang mempunyai viskositas yang tinggi

Perfomance criteria dari suatu produk pelembab, meliputi :- Estetika- Pengaruh regulasiEstetika produk pelembab berkaitan dengan pengemasan produk, pemberian label, pemilihan bahan baku dan pengharum.Adapun kriteria estetika ditentukan melalui panca indera, rheology dan jaminan penggunaan produk secara kontinyu. Secararinci diuraikan berikut :

Kriteria Estetika Melalui Panca Indera1. Rub-in (penggosokan)

Dapat dilihat dari mudah tidaknya produk menghilang saat pengaplikasianBerhubungan dengan viskositas2. Greasiness (sensasi berminyak)Ditentukan secara visual dan taktil (tekanan pada sentuhan)Peningkatan fase air dapat menurunkan sensasi berminyakPartikel-partikel kecil dari emulsi tipe O/W juga akan mengurangi persepsi sensasi berminyak pada kulit.3. Tackiness (sensasi pekat)Persepsi pekat dapat dirasakan selama aplikasi dan setelah aplikasi pelembab pada kulit dan dapat berasal dari komponen fase air atau minyak. Minyak pekat seperti lanolin, setil dan setearil alkohol serta silikon yang dimodifikasi mempunyai kekentalan yang tinggi.Komponen fase air seperti protein, pantenol dan beberapa fase larutan yang kental akan menyebabkan sensasi pekat bila digunakan dalam konsentrasi tinggi.4. Slip (kemampuan bergulir)Menunjukkan bagaimana produk melewati kulit dan berhubungan dengan kriteria kerusakan pelembab.5. Break (kerusakan pelembab)Dipengaruhi oleh bahan pengemulsi dalam hubungannya dengan stabilitas6. Moisturized after-feel (sensasi lembab setelah pemakaian)Merupakan faktor yang sangat penting untuk suatu pelembab selain sensasi lembut dan halus pada kulit.

RheologiRheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat cair dan deformasi zat padat. Rheologi berhubungan erat dengan viskositas yang merupakan suatu pernyataan tahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Dalam bidang farmasi, prinsip-prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, losion, pasta, penyalut tablet, dan lain-lain. Selain itu, prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaanobat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan

hayati dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.Rheologi berpengaruh dalam proses pembuatan, pengemasan dan distribusi.Rheologi dipengaruhi oleh tekanan dan kecepatan pengadukan.

Jaminan Penggunaan Produk secara Kontinyu Suatu produk pelembab yang digunakan secara kontinyu harus memenuhi jaminan dan syarat yang antara lain nyaman digunakan,mudah terabsorpsi dan dapat diterima oleh kulit. Hali ini berkaitan dengan pengaruh regulasi yang meliputi :

Interaksi produk dengan kulit

Interaksi dengan kulit dan kepastian permintaan

Penyesuaian performance dengan fisiologi kulit

Interaksi produk dengan kulitFormulator harus mendesain jaminan keamanan dari awal sampai akhir pembuatan produk dan kemanjuran menjadi nomor dua. Perludisadari bahwa penggunaan emulsi dalam waktu lama akan menimbulkan efek merugikan pada kulit. Pemilihan emulsifikasi memberi dampak pada intoleransi kulit, sering dihubungkan dengan komponen formulasi lain seperti pengharum atau bahan pengawetPengunaan pelembab harus memperhatikan hipersensitivitas kulitterhadap bahan pengawet.Disisi lain sensitifitas kulit terhadap produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :-Konsumen atau pemakai (misal bayi, orang dengan kulit yang sensitif)-Kondisi penggunaan (kulit bagian mana, seberapa sering pemakaian)-Rata-rata penggunaan (perhari, perminggu)-Geografis pemasaran (eropa, asia atau umum)

Interaksi Dengan Kulit dan Kepastian PermintaanPemahaman konsumen tentang fisiologi kulit dan produk (bahan-bahan yang tertera dalam label) dapat mempengaruhi jumlah permintaan. Sekarang ini terdapat kecenderungan bahwa suatu produk pelembab dituntut tidak hanya sekedar melembabkan

tetapi juga memberikan efek seperti kulit menjadi bersinar, anti penuaan, suns protection dan pembaruan sel.

Penyesuaian Performance Dengan Fisiologi KulitContoh kasus:Pemakaian UV protection dalam pelembab yang digunakan sehari-hari. Diketahui bahwa orang yang beraktifitas diluar ruangan menunjukkan kenaikan penuaan kulit akibat sinar matahari dibanding dengan yang bekerja di dalam ruangan.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sinar UV gelombang panjang (UVA) membakar sebanyak 1000 kali lebih sedikit dibandingkan dengan UVB (sinar UV gelombang pendek), tetapi tetap masih dapat menyebabkan kerusakan karena naiknya paparanUVA.Sun protection factors (SPF) mempunyai kemampuan untuk melindungi kulit dari pengaruh sinar UV. SPF 15 direkomendasi untuk perlindungan kulit harian. Pada penggunaan dipantai biasanya butuh pemakaian ulang tiap 1 sampai 2 jam sekali.