91
1 FRAKSINASI SENYAWA AKTIF BEREFEK MUKOLITIK DARI EKSTRAK HEKSAN DAUN PARE (Momordica charantia L.) ALFRED YUSUF N111 08 010 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

FRAKSINASI SENYAWA AKTIF BEREFEK MUKOLITIK DARI

Embed Size (px)

Citation preview

1

FRAKSINASI SENYAWA AKTIF BEREFEK

MUKOLITIK DARI EKSTRAK HEKSAN DAUN PARE

(Momordica charantia L.)

ALFRED YUSUF

N111 08 010

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

2

FRAKSINASI SENYAWA AKTIF BEREFEK

MUKOLITIK DARI EKSTRAK HEKSAN DAUN PARE

(Momordica charantia L.)

SKRIPSI

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

ALFRED YUSUF

N111 08 010

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

3

FRAKSINASI SENYAWA AKTIF BEREFEK

MUKOLITIK DARI EKSTRAK HEKSAN DAUN PARE

(Momordica charantia L.)

ALFRED YUSUF

N111 08 010

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. NIP. 19641231 199002 1 005

Pembimbing Pertama

Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19730309 199903 2 002

Pembimbing Kedua

Dr. Hj. Sartini, S.Si., M.Si., Apt. NIP.19611111 198703 2 001

Pada tanggal, 31 Juli 2013

4

PENGESAHAN FRAKSINASI SENYAWA AKTIF BEREFEK

MUKOLITIK DARI EKSTRAK HEKSAN DAUN PARE (Momordica charantia L.)

ALFRED YUSUF N111 08 010

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada tanggal 31 Juli 2013

Panitia Penguji Skripsi

1. Ketua

Drs. Abdul Muzakkir Rewa, M.Si., Apt. : ……………....

2. Sekretaris

Usmar, S.Si., M.Si, Apt. : ……………….

3. Ex Officio

Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt. : ……………….

4. Ex Officio

Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….

5. Ex Officio :

Dr. Hj. Sartini, S.Si., M.Si., Apt : ……………….

6. Anggota

Dr. Herlina Rante, S.Si., M.Si., Apt. : ……………….

Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

5

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya

nyata sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, 31 Juli 2013

Penyusun

Alfred Yusuf

6

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala pujian, hormat dan kemuliaan hanya kepada Tuhan Yesus

yang senantiasa nyata dalam kehidupan kita karena hanya atas limpahan

kasih dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai

salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan pada Program

Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.

Penghormatan dan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis

sampaikan kepada Ayahanda Yusuf, S.Pd. dan Ibunda Lebok atas doa

yang tiada putusnya, kasih sayang, dukungan, dan ketulusan hati untuk

tidak pernah menyerah sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah

sampai saat ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudara-

saudaraku yang tercinta Kakak Milda, Adik Anti dan Nobel untuk

dukungan dan sukacita yang boleh penulis alami bersama mereka.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu ada banyak kendala yang penulis

alami. Namun, berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat melewati kendala-kendala tesebut. Oleh karena itu, penulis

dengan tulus menucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si.,Apt. sebagai pembimbing utama,

Ibu Dr. Mufidah, S.Si., M.Si.,Apt. sebagai pembimbing pertama dan Ibu

Dr. Hj. Sartini, S.Si., M.Si.,Apt. sebagai pembimbing kedua.

7

2. Dekan Fakultas Farmasi, Ibu Prof. Dr. Elly Wahyuddin, DEA., Apt.,

Wakil Dekan I Bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt., Wakil Dekan II

Ibu Prof.Dr.rer.nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt., Wakil Dekan III

Bapak Drs. Abd. Muzakkir Rewa, M.Si., Apt., dan Almarhum Bapak Drs.

Kusharyono, MS.,Apt. sebagai penasehat akademik.

3. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai pada Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin.

4. Terima kasih juga buat teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini

Wahyudiana Tahir, Dwi Astuti, Multi Sri Megawati, Dian Ekawati,

Muhammad Raihan terimakasih telah menjadi partner yang setia,

mendengarkan keluh, kesah, kegalauan, dan suka duka penulis mulai

dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih juga buat

Anti, Ais, Angela yang senantiasa memberikan dukungan dan candaan

selama penelitian ini.

5. Kepada saudara-saudaraku angkatan 2008 (STEROID) Fakultas

Farmasi UNHAS terkhusus buat Ferliem, Dwi Wahyudi, Suswanda

Surya, Fajrin Raharjo, Hasanuddin, Made Sandi, Purwalinggar,

Rahmawati Mastura, A. Karyawati, Rahmatun Sahra serta teman-teman

semua terima kasih banyak atas semua persaudaraan dan

persahabatan yang telah kalian tuliskan dalam episode perjalanan

hidup penulis.

8

6. Seluruh komponen persekutuan PMKO Filadelfia Mipa_Farmasi Unhas

yang boleh menjadi rekan-rekan sepelayanan dan juga terus

memberikan doa dan motivasi dalam studi dan pelayanan. Terkhusus

untuk teman-teman PA Firdaus dan Petra Kak Soni, Agus Wahyudi,

Johan, Daud terima kasih untuk kebersamaan dan proses berbagi suka

maupun duka.

7. Terima kasih juga buat saudara-saudaraku Semani Crew Pua’ Aris,

Pua’ Dian, Pua’ Daen, Pua’ Abner, Tanta Handa yang menjadi tempat

untuk saling berbagi.

8. Kepada seluruh pihak yang tidak sempat disebutkan yang telah turut

dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih banyak kekurangan dan jauh dari bentuk kesempurnaan sehingga

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis

kedepannya. Akhir kata penulis berharap karya kecil yang penulis

persembahkan ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan

dimasa yang akan datang. Amin.

Makassar, 31 Juli 2013

Penulis

9

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang fraksinasi senyawa aktif yang

berefek mukolitik dari ekstrak heksan daun pare (Momordica charantia L.).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan fraksinasi senyawa aktif

yang berefek mukolitik dari ekstrak heksan daun pare (Momordica

charantia L.). Daun pare (Momordica charantia L.) diekstraksi dengan

menggunakan pelarut heksan. Ekstrak yang diperoleh kemudian

difraksinasi dengan eluen campuran heksan-etil asetat dengan kepolaran

yang semakin meningkat sehingga diperoleh 4 fraksi yaitu fraksi I, II, III

dan IV. Kemudian diuji aktivitas mukolitiknya pada konsentrasi 0,25% dan

1% b/b. Uji aktivitas mukolitiknya dilakukan secara in vitro yang

berdasarkan waktu alir larutan uji menggunakan viskometer Ostwald.

Diperoleh data bahwa fraksi I paling aktif dari fraksi yang lain. Selanjutnya

fraksi I difraksinasi dengan campuran eluen heksan-etil asetat dengan

kepolaran yang semakin meningkat. Diperoleh 4 subfraksi yaitu subfraksi

F-Ia, F-Ib, F-Ic dan F-Id. Kemudian subfraksi tersebut diuji aktivitas

mukolitiknya dan diperoleh data bahwa subfraksi F-Ia adalah subfraksi

yang paling aktif dari subfraksi yang lain. Subfraksi F-Ia selanjutnya

dikarakterisasi dengan menggunakan alat KCKT. Diperoleh data bahwa

ada satu peak pada panjang gelombang 254 nm dengan luas area

terbesar dengan wakru retensi 13,476 menit dan pada panjang gelombang

366 nm ada satu peak dengan luas area terbesar dengan waktu retensi

3,219 menit yang dapat diusulkan sebagai senyawa utama yang berefek

mukolitik.

Kata kunci: Daun pare, heksan, mukolitik, fraksi, KCKT.

10

ABSTRACT

Study of fractionation of mucolitic active compound from leaves

extract bitter melon (Momordica charantia L.) has been done. The purpose

of this study was to fractionation the active compound which effective as

mucolitic from pare leaves extract (Momordica charantia L.). Pare leaves

(Momordica charantia L.) extracted with hexane. Crude extract were

fractionated with the mixture of hexane-ethyl acetate on increased polarity

and derived 4 fractions (I, II, III, and IV). The fractions then tested for the

mucolitic activity on the concentration 0,25% and 1%w/w. The mucolitic

test were done in vitro based on the viscocity of the test solution on

Ostwald viscometer. The data collected showed that fraction I is the most

active fraction and then fractionated with the mixture of hexane-ethyl

acetate on increased polarity. The result were 4 subfraction (F-Ia, F-Ib, F-

Ic and F-Id. Those subfraction were tested for the mucolitic activity and the

data showed that the F-Ia subfraction was the most active of all.

Subfraction F-Ia then were characterized with the HPLC and showed that

there is one peak on 254 nm with the widest area at retention time of

13.476 minutes and another peak on 366 nm at retention time of 3.219

minutes which could be assumed as the active compound effective as

mucolitic.

Keyword: Pare leaves, hexane, mucolitic, fraction, HPLC.

11

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………. iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iv

SURAT PERNYATAAN…………………………………………………... v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vi

ABSTRAK .......................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi

DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3

II.1 Uraian Tanaman Pare ...................................................... 3

II.1.1 Klasifikasi Tanaman ....................................................... 3

II.1.2 Nama Lokal .................................................................... 3

II.1.3 Morfologi Tumbuhan ...................................................... 4

II.1.4 Tempat Tumbuh ............................................................. 5

II.1.5 Kandungan Kimia .......................................................... 6

II.1.6 Kegunaan ....................................................................... 6

II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam ......................................... 7

12

II.2.1 Tujuan Ekstraksi ............................................................. 7

II.2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi ...................................................... 7

II.3 Metode Pemisahan ........................................................... 8

II.3.1 Kromatografi Lapis Tipis ................................................. 8

II.3.2 Kromatografi Cair Vakum ............................................... 9

II.4 Mukolitik ............................................................................ 10

II.5 Uji Efek Mukolitik ............................................................... 12

II.5.1 Prinsip Metode ............................................................... 12

II.5.2 Evaluasi Pengujian......................................................... 13

II.6 Viskositas.......................................................................... 14

II.7 Metode Analisis ................................................................. 17

II.7.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .................................... 17

II.7.2 Penggunaan, Keuntungan dan Keterbatasan KCKT…… 18

II.7.3 Sistem Peralatan KCKT……………………………………. 20

II.7.4 Interpretasi Data…………………………………………….. 24

II.7.5 Profil Puncak dan Pelebaran Puncak…………………….. 26

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 27

III.1 Alat dan Bahan ................................................................. 27

III.2 Penyiapan Bahan Penelitian ............................................ 27

III.3 Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel ..................................... 28

III.3.1 Ekstraksi Sampel........................................................... 28

III.3.2 Fraksinasi Sampel ......................................................... 28

III.4 Uji Mukolitik ...................................................................... 29

III.4.1 Pengumpulan Mukus Usus Sapi ................................... 29

III.4.2 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat.……………………. 29

13

III.4.3 Pembuatan Larutan 20%b/b ......................................... 29

III.4.4 Pembuatan Kontrol Negatif ........................................... 29

III.4.5 Pembuatan Kontrol Positif............................................. 30

III.4.6 Pembuatan Larutan Uji................................................. 30

III.4.7 Uji Aktivitas Mukolitik....................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 39

V.1 Kesimpulan ..................................................................... 39

V.2 Saran ............................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 40

LAMPIRAN ..................................................................................... 43

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Asetilsistein…………………………………………. ………………… 11

2. Viskometer Ostwald ……………………………….………………….. 16

3. Profil KLT ekstrak heksan daun pare (Momordica charantia L.) ..... 32

4. Profil KLT subfraksi I ekstrak heksan daun pare (Momordica charantia L.)………………………………………………………........ 35

15

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel data hasil pengujian aktivitas mukolitik hasil fraksinasi ekstrak heksan Daun Pare (Momordica charantia L.) ................... 33

2. Tabel data hasil pengujian aktivitas mukolitik ekstrak heksan Daun Pare (Momordica charantia L.) ........................................... 35

3. Tabel data hasil profil subfraksi Ia ekstrak heksan Daun Pare (Momordica charantia L.)……………………………………………. 37

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema Kerja………………………….......................................... 42

2. Skema Kerja Uji Aktivitas Mukolitik……………………………… 43

3. Perhitungan Aktivitas Mukolitik..……………………………...… 44

4. Foto Pengujian..………………………………………………...… 62

5. Analisis Data….…………………………………………….…….. 63

6. Profil KLT Ekstrak Heksan Daun Pare (Momordica charantia L.)..…….………………………………………………… 70

7. Profil KLT Fraksi I Ekstrak Heksan Daun Pare (Momordica charantia L.)……..……………………..………….… 71

8. Profil KCKT Subfraksi Ia………..…………..…………………… 72

17

DAFTAR SINGKATAN

BJ : bobot jenis

BNJ : beda nyata jelas

Cps : centipoises

FT-IR : fourier transform infrared

HPLC : high performance liquid chromatography

KCKT : kromatografi cair kinerja tinggi

LC : liquid chromatography

MS : mass spectrometer

pH : power of hydrogen

SH : sulfuhidril

TFA : trifluoro acetic acid

UV : ultraviolet

18

BAB I

PENDAHULUAN

Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun

sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk lazimnya

diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan yang

terletak dibeberapa bagian dari tenggorkan (1). Refleks batuk ini terjadi

akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat disaluran nafas

ataupun diluar saluran nafas oleh rangsangan yang bersifat kimiawi

maupun mekanis. Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain

udara dingin, benda asing seperti debu, radang atau edema mukosa

saluran nafas, tekanan terhadap saluran nafas misalnya oleh tumor, lendir

pada saluran nafas, kontraksi pada saluran nafas (2).

Ada dua jenis batuk yaitu batuk produktif dan batuk non-produktif.

Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi

mengeluarkan zat-zat asing seperti kuman, debu dan dahak dari batang

tenggorokan. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk maka

diberikan terapi simptomatis dengan obat-obat pereda batuk. Salah satu

zat yang dapat digunakan adalah mukolitika. Mukolitika memiliki gugus

sulfuhidril (-SH) bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak. Zat

mukolitika lainnya adalah bromheksin dan ambroksol yang bekerja dengan

jalan memutuskan serat-serat mukopolisakarida (3).

Daun pare merupakan salah satu diantara sekian banyak tumbuhan

obat yang digunakan sebagai obat batuk. Salah satu mekanisme

19

pengobatan batuk dengan menggunakan mukolitika. Khasiat daun pare

antara lain untuk mengatasi disentri, bisul, kencing manis, kencing nanah,

batuk, kanker, radang tenggorokan, menambah nafsu makan, pelancar

ASI, radang kulit bernanah (4).

Momordica charantia L. banyak mengandung senyawa metabolit

sekunder diantaranya adalah senyawa metabolit sekunder turunan

triterpenoid, senyawa metabolit sekunder turunan flavonoid, dan senyawa

metabolit sekunder turunan steroid. Senyawa-senyawa metabolit sekunder

tersebut berupa glikosida ataupun aglikon. Selain senyawa metabolit

sekunder Momordica charantia L. pun mengandung senyawa fenolik

seperti polifenol, senyawa asam lemak yaitu asam butirat, asam palmitat,

asam linoleat, dan asam stearat serta mengandung protein (5).

Daun pare (Momordica charantia L.) memiliki manfaat untuk

mengobati batuk khususnya batuk berdahak maka dilakukanlah kegiatan

penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan

fraksinasi senyawa aktif yang berefek mukolitik dari ekstrak heksan daun

pare (Momordica charantia L.). Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi ilmiah mengenai senyawa mukolitik yang terdapat

dalam daun pare (Momordica charantia L.).

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman Pare

II.1.1 Klasifikasi

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Dialypetalae

Bangsa : Cucurbitales

Keluarga : Cucurbitaceae

Marga : Momordica

Jenis : Momordica charantia L. (6,7).

II.1.2 Nama Lokal Tanaman Pare

Sumatera (prieu, peria, foria, pepare, kambeh, poria), Jawa (paria,

pare pahit, pare, pepareh), Nusa Tenggara (paya, paria, truwuk, paita,

paliale, pania, pepule), Sulawesi (paya, pudu, bentu, paria, belenggede,

palia), Maluku (apariane, papari, kakriane, taparipong, papariano, popare,

peppare) (5).

21

II.1.3 Morfologi (6,8,9).

Batang : batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda

berambut rapat. Bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm,

letak berseling, bentuknya bulat panjang dengan panjang

3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal

berbentuk jantung, warnanya hijau tua, yang muda

berambut cukup rapat.

Daun : daun tunggal dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm,

berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, garis

tengah 4-17 cm berbintik-bintik tembus cahaya, taju

bergigi kasar hingga berlekuk menyirip, warnanya hijau

tua. Daun pare yang tumbuh liar disebut daun tudung

yang lebih berkhasiat sebagai obat.

Bunga : tangkai bunga 5-15 cm dekat pangkalnya dengan daun

pelindung berbentuk jantung hingga ginjal, kelopak bentuk

lonceng dengan banyak rusuk atau tulang membujur yang

berakhir pada 2-3 sisik yang melengkung ke bawah.

Mahkota berbentuk roda, taju berbentuk memanjang

hingga bulat telur terbalik, bertulang 1,5-2 X 1,3 cm,

bunga jantan benang sari 3, kepala sari orange, semula

bergandengan satu dengan lainnya kemudian lepas, bakal

buah berparuh panjang, berduri tempel, halus dan

22

berambut panjang, putik 3, berlekuk 2 dalam atau 1

diantaranya utuh.

Buah : buah bulat memanjang berbentuk seperti silindris,

permukaan buahnya berbintil-bintil tidak beraturan dengan

panjang 8-30 cm, warna buah hijau dan jika sudah masak

jika dipecah akan berwarna orange dengan 3 katup.

Biji : biji banyak, berwarna coklat kekuningan pucat.

II.1.4 Tempat Tumbuh

Tanaman pare (Momordica charantia L.) adalah sejenis tanaman

menjalar dengan buahnya panjang bergerigi dan runcing ujungnya. Pare

banyak terdapat di daerah tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan

dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, serta

dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar,

untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar

matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak

terlindung. Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat

pembelit atau sulur dengan karakteristik umum berbentuk spiral,

banyak bercabang, dan berbau tidak enak. Tanaman pare mempunyai

biji banyak, coklat kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras

(9,10,11).

Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare kodok dan pare

hutan. Pare gajih berdaging tebal, warnanya hijau muda atau keputihan,

23

bentuknya besar dan panjang dan rasanya tidak begitu pahit. Pare

kodok buahnya bulat pendek, rasanya pahit. Pare hutan adalah pare

yang tumbuh liar, buahnya kecil-kecil dan rasanya pahit. Buah pare yang

digunakan pada penelitian ini adalah jenis pare gajih. Untuk memperoleh

buah yang panjang dan lurus, biasanya pada ujung buah yang masih

kecil digantungkan batu. Daun dari pare yang tumbuh liar, dinamakan

daun tundung. Daun ini dikatakan lebih berkhasiat bila digunakan

untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda dapat dimakan

sebagai lalapan mentah atausetelah dikukus terlebih dahulu, lalu dimasak

sebagai sayuran, tumis, sambal goreng, serta gado-gado. Tanaman ini juga

dapat digunakan untuk membunuh serangga. Perbanyakan atau

pembudidayaan tanaman pare dilakukan dengan biji (9,11).

II.1.5 Kandungan Kimia

Daun pare mengandung momordisina, momordina, flavonoid,

polifenol, saponin, terpen, vitamin A, dan C serta minyak lemak yang

terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L. oleostearat

(9,12,13,14).

II.1.6 Kegunaan

Daun pare digunakan pada disentri, kencing manis,

membangkitkan nafsu makan, nifas, pelancar ASI, sakit liver, bisul (obat

luar) digunakan 1 buah segar lalu dilumatkan dan diborehkan, radang kulit

bernanah (obat luar). Sedangkan akar pare digunakan pada disentri

amoeba (9,13,15).

24

II.2 Metode Ekstraksi Bahan Alam (16)

II.2.1 Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen-komponen kimia

yang terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dengan

menggunakan pelarut organik tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan

pada kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam

pelarut organik dan karena adanya perbedaan antara konsentrasi di dalam

dan konsentrasi di luar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut organik

yang mengandung zat aktif ke luar sel. Proses ini berlangsung secara

terus-menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam

dan di luar sel.

II.2.2 Jenis-Jenis Ekstraksi

Proses ekstraksi dapat dilakuakn secara panas dan dingin.

Ekstraksi secara panasi yaitu dengan metode refluks dan destilasi uap air

sedangkan ekstraksi dingin yaitu dengan maserasi, perkolasi dan

sokhletasi.

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam 10 bagian serbuk simplisia dengan 75

bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari

cahaya sambil berulag-ulang diaduk. Pengadukan diperlukan untuk

meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplissia sehingga

dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan

25

konsentrasi yang sekecil-keilnya antara larutan di dalam dan di luar sel.

Cairan penyari akan meneembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga

sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar

sel maka larutan yang terpekat didesak keluar sel sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan diluar sel.

II.3 Metode Pemisahan

II.3.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi merupakan teknik pemisahan dengan menggunakan

fase diam dan fase gerak. Kromatografi dapat digunakan untuk tujuan

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif serta dapat digunakan untuk

tujuan preparatif. Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk kromatografi

planar selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Fase diamnya berupa

lapisan yang seragam pada permukaan bidang datar yang didukung oleh

lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Prinsipnya sangat

sederhana yakni campuran solut yang akan dipisahkan ditotolkan pada

permukaan lempeng tipis lalu dikembangkan didalam chamber

menggunakan fase gerak yang sesuai. Kekuatan interaksi yang berbeda

antara molekul solut dengan fase diam atau fase gerak akan

menghasilkan mobilitas dan pemisahan yang berbeda (16).

II.3.2 Kromatografi Cair Vakum

Kromatografi cair vakum dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan pada suatu kolom pendek dengan pengisapan untuk

26

mempercepat aliran pelarut. Fase diam (sorben) dipadatkan di dalam

kolom pendek atau corong Buchner. Sorben dipadatkan dengan mengetuk

pinggir kolom pada saat pengisian kemudian menekan lapisan atas

sorben dengan benda yang memiliki permukaan yang rata sambil terus

diisap dengan pompa vakum. Pemadatan diselesaikan dengan melepas

alat vakum lalu menuangkan pelarut dengan kepolaran rendah melalui

permukaan sorben lalu diisap dengan pompa vakum. Pemadatan kolom

tepat bila aliran pelarut membentuk garis mendatar, jika tidak sorben

harus dikeringkan, dipadatkan ulang, lalu diuji kembali. Ketika semua

pelarut telah melewati kolom, sisa pelarut yang terperangkap di antara

partikel sorben harus dikeluarkan melalui pengisapan.

Sampel yang telah dilarutkan di dalam pelarut yang cocok atau yang

telah dicampur dengan sejumlah kecil sorben atau bahan inert diletakkan

di atas padatan sorben. Jika menggunakan larutan sampel, pelarut harus

diisap ke dalam padatan kolom. Sepotong kertas saring dengan diameter

yang sama dengan diameter kolom ditempatkan di atas sorben untuk

menghindari kekacauan sorben pada saat penambahan pelarut.

Kemudian kolom dielusi dengan campuran pelarut dengan meningkatkan

kepolaran pelarut secara berangsur-angsur. Sebelum pelarut selanjutnya

dimasukkan, sorben harus diisap sampai kering dan eluen berisi fraksi

sampel dikumpulkan dalam tabung reaksi atau labu erlenmeyer (17).

Kromatografi vakum memiliki keuntungan tersendiri yaitu sederhana,

cepat, dan tepat. Jumlah maksimal sampel yang digunakan hampir sama

27

dengan kromatografi kilat. Akan tetapi, tidak jarang digunakan sampel

melebihi muatan untuk memisahkan campuran sederhana atau untuk

menyederhanakan campuran senyawa untuk pemisahan yang lebih lanjut.

Pada kondisi ini, muatan sampel dapat mencapai 10% (b/b) atau lebih dari

massa sorbent. Jika dibandingkan dengan kromatografi kilat, pergantian

pelarut labih mudah karena bagian atas kolom memiliki tekanan atmosfer

(17).

II.4. Mukolitik

Mukolitika adalah obat-obat yang dapat membantu menurunkan

viskositas sputum, khususnya dari saluran nafas bagian bawah. Sehingga

mengubah sifat fisika kimia dari mukus yang menyebabkan viskositas

mukus menurun dan akan lebih mudah untuk dibatukkan. Obat ini dapat

meringankan pernafasan, sesak nafas dan terutama pada serangan asma

hebat yang dapat mematikan jika sumbatan lendir sedemikian kentalnya,

sehingga tidak dapat dikeluarkan (3).

Mukolitika memiliki gugus sulfuhidril (-SH) bebas dan berdaya

mengurangi kekentalan dahak (mukus=lendir, lisis=larut) dan

mengeluarkannya. Senyawa sistein membuka jembatan disulfida diantara

makromolekul yang terdapat dalam dahak. Bromheksin dan ambroksol

bekerja dengan jalan memutuskan serat-serat mukopolisakarida (3).

Asetilsistein dan bromheksin adalah obat yang bekerja sebagai

mukolitik. Asetilsistein menurunkan vikositas lendir bronkhus dengan

memutuskan jembatan disulfida protein dari molekul lendir. Metabolit

28

utama bromheksin yaitu ambroksol diduga mempunyai kerja mukolitik

dengan kemungkinan kerjanya menstimulasi pembentukan zat aktif

permukaan (surfaktan), sehingga adhesi lendir pada epitel bronkhus akan

berkurang (18).

Gambar 1. Asetilsistein (Fluimucil®, Mucolytikum Lappe®)

Mukolitika memiliki gugus sulfuhidril (-SH) bebas dan berdaya

mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya. Senyawa sistein

dan mesna membuka jembatan disulfide diantara makromolekul yang

terdapat dalam dahak. Bromheksin dan ambroksol bekerja dengan jalan

memutuskan serat-serat mukopolisakarida. Mukolitika digunakan dengan

efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali seperti pada

bronchitis, emfisema, dan mucoviscidosis. Zat-zat ini mempermudah

pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses batuk

atau dengan bantuan gerakan silia dari epitel. Tetapi pada umumnya zat-

zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu misalnya pada perokok

atau akibat infeksi (3).

29

II.5 Uji Efek Mukolitik

II.5.1 Prinsip Metode (19)

Larutan mukus dipaparkan pada pH=7, di tambahkan sediaan obat

dengan konsentrasi tertentu, lalu diinkubasi pada 370C selama 1 jam.

Viskositas dan bobot jenis larutan diukur dengan alat viskometer dan

piknometer. Bahan-bahan yang digunakan adalah sediaan obat yang di

uji, mukus lambung atau usus sapi, zat pembanding asetilsistein.

Salah satu viskometer yang digunakan untuk uji viskositas

berdasarkan sifat alirnya adalah viskometer kapiler dimana viskositas

cairan Newton dapat ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan

bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda ketika mengalir karena

gravitasi melalui suatu tabung kapiler vertikal, contohnya viskometer

Oswald.

Waktu yang dibutuhkan oleh zat cair yang diselidiki untuk mengalir

diantara dua tanda tersebut dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan

oleh zat cair yang telah diketahui viskositasnya (biasanya air).

II.5.2 Evaluasi Pengujian

Viskositas dari cairan Newton bisa ditentukan dengan mengukur

waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara dua tanda

ketika ia mengalir karena gravitasi melalui suatu tabung kapiler vertikal

yang dikenal sebagai viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji

dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu cairan yang

30

viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat antara dua tanda

tersebut. Jika ɳ1 dan ɳ2 masing-masing adalah viskositas dari cairan yang

tidak diketahui dan cairan standar,ρ1 dan ρ2 merupakan kerapatan dari

masing-masing cairan serta t1 dan t2 adalah waktu alir dalam detik.

Viskositas absolut dari cairan yang tidak diketahui, ɳ1 ditentukan dengan

mensubstitusi harga percobaan dalam persamaan:

Perhitungan viskositas untuk semua larutan dilakukan dengan

memakai rumus :

Keterangan :

t = waktu yang dibutuhksn oleh cuplikan untuk mengalir dalam detik

BJ = bobot jenis (gram/ml)

Potensi larutan uji dihitung maknanya secara statistik (20,21).

II.6 Viskositas (4)

Viskositas adalah suatu ungkapan yang menyatakan tahanan yang

mencegah zat cair untuk mengalir. Makin tinggi viskositasnya, maka makin

besar tahanannya, maka jika suatu zat/bahan diklasifikasikan menurut tipe

alir dan diformasinya, maka pada umunya zat dapat dibagi menjadi dua

kategori, yaitu: sistem newton dan sistem non newton. Pemilihannya

31

tergantung dari apakah sifat alirnya sesuai dengan hukum alir newton atau

tidak.

a. Zat dengan Sistem Newton

Viskoksitas adalah suatu pernyataan yang menyatakan tahanan

yang mencegah zat cair untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, akan

makin besar tahanannya. Makin tinggi viskositas suatu zat cair, makin

besar gaya per satuan luas (tekanan geser) yang dibutuhkan untuk

menghasilkan kecepatan geser tertentu.

Kurva yang menggambarkan sifat alir dinamakan reogram. Reogram

diperoleh dengan menyatakan F terhadap G yang untuk sistem Newton

memiliki koefisien viskositas konstan yang tidak bergantung dari jumlah

absolute tegangan geser yang terdapat atau dari turunnya geseran yang

berkuasa. Untuk menentukan viskositas cairan Newton dapat digunakan

semua alat pengukur viskositas, misalnya viskometer Ostwald, Hoppler,

Brookfield, dan Stormer. Satuan viskositas adalah poise, yaitu gaya gesek

yang diperlukan untuk menghasilkan kecepatan 1 cm/dt antara 2 bidang

paralel dari zat cair yang luasnya 1 cm2 dan dipisahkan oleh jarak 1 cm.

Pada zat yang beraliran Newton besarnya viskositas suatu cairan

berbanding lurus dengan gaya per satuan luas (shearing stress) yang

diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of share tertentu.

Viskositas sistem Newton menggambarkan suatu konstanta materi

yang semata-mata tergantung dari suhu dan dalam praktek ukuran yang

dapat diabaikan dari tekanan organik, karbondioksida (misalnya paraffin

32

cairan kental dan paraffin cairan encer), gliserol, malam cairan kental dan

malam cairan encer seperti juga minyak lemak. Tetapi juga sistem yang

pada suhu kamar adalah kekentalan struktur, seperti lemak dan vaselin,

memiliki sikap aliran kekentalan ideal dalam keadaan lebur. Lagi pula

sikap rheologis dari sistem banyak bahan juga tergantung dari konsentrasi

bahan.

Gambar 2. Viskometer Ostwald

b. Zat Dengan Sistem Non Newton

Zat bukan Newton adalah zat yang tidak mengikuti persamaan alur

Newton. Termasuk di dalamnya adalah sistem disperse heterogen cair

dan padat seperti larutan koloidal, emulsi, suspensi cair, salep, dan produk

yang serupa. Bilaman a bahan bukan Newton dianalisa di dalam

viskometer dan hasilnya dibuat grafik, akan dihasilkan berbagai kurva

konsistensi yang mewakili tiga kelas aliran, yaitu plastik, pseudoplastik,

dan dilatan.

33

Waktu yang dibutuhkan oleh zat cair yang diselidiki untuk mengalir

diantara dua tanda tersebut dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan

oleh zat cair yang telah diketahui viskositasnya (biasanya air).

II.7 Metode Analisis

II.7.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut

dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dikembangkan

pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970 oleh Csaba Horvat. KCKT

merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan

pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang

antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, poliner, dan industri

makanan. (22,23).

Di dunia internasional KCKT dikenal dengan HPLC atau lebih

singkat LC (Liquid Chromatography). Pernyataan High Performance

dihubungkan dengan kinerjanya yang tinggi dengan kolom yang

panjangnya hanya 5-25 cm memberikan pemisahan yang baik (24).

Berbeda dengan analisis dengan KLT, sistem KCKT untuk analisis

senyawa alami adalah sistem terbalik yakni fase diam nonpolar

sedangkan fase gerak adalah polar. Umumnya untuk analisis senyawa

metabolit sekunder dari tumbuhan digunakan KCKT tipe fase terbalik

yakni menggunakan fase diam nonpolar seperti C18 (oktadesil silica atau

ODS). Biasanya fase gerak yang digunakan adalah kombinasi antara air,

metanol, asetonitril dengan modifikasi keasaman dengan asam formiat,

34

TFA (tri fluoro acetic acid) atau asam fosfat dengan pH tertentu. Di dalam

KCKT ada dua sistem fase gerak yang digunakan yaitu sistem isokratik

(komposisi fase gerak tetap sama selama elusi) dan gradient (komposisi

fase gerak berubah-ubah selama elusi) (25).

Prinsip kerja KCKT sebenarnya tidak berbeda dengan prinsip-

prinsip kromatografi yang lain yaitu pemisahan komponen-komponen

sampel dengan cara melewatkan sampel pada suatu kolom yang

selanjutnya dilakukan pengukuran kadar masing-masing komponen-

komponen tersebut dengan suatu detektor. Kerja detektor bermacam-

macam tetapi pada dasarnya membandingkan respon dari komponen

sampel dengan respon dari larutan standar (26).

II.7.2 Penggunaan, Keuntungan, dan Keterbatasan Metode KCKT

Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa

organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian

(impurities), analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-

volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion,

isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan dan senyawa-senyawa dalam

jumlah sekelumit (trace elements) dalam jumlah banyak dan dalam skala

proses industri. KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar

senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam

nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar-

kadar senyawa akibat obat, produk hasil samping proses sintesis, atau

produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi, memonitor sampel-

35

sampel yang berasal dari lingkungan, memurnikan senyawa dalam suatu

campuran, memisahkan campuran, kontrol kualitas, dan mengikuti

jalannya reaksi sintesis (24).

KCKT mempunyai beberapa keunggulan seperti (26):

1. Waktu analisisnya relatif singkat berkisar 5-30 menit.

2. KCKT dapat digunakan untuk analisis kuantitatif dengan presisi yang

tinggi dengan koefisien variasi dapat kurang dari 1%.

3. KCKT juga merupakan teknik analisis yang peka.

4. Kolom dapat dipakai kembali. Berbeda dengan kromatografi cair

klasik, kolom KCKT dapat dipakai kembali. Banyak analisis dapat

dilakukan pada kolom yang sama sebelum kolom itu harus diganti.

5. Ideal untuk molekul besar dan ion. Secara khusus senyawa model ini

tidak dapat dipisahkan dengan kromatografi gas karena keatsiriannya

rendah.

6. Detektor KCKT dapat divariasi, disesuaikan dengan senyawa yang

akan dianalisis.

7. Ketepatan dan ketelitiannya yang relatif tinggi di jajaran teknik analisis

fisiko-kimia.

8. Bannyak pilihan fase gerak dari derajat pro KCKT

9. Dapat terpadu dengan instrument multiplek yang melahirkan konsep

instrument terpadu (hyphenated instrument) seperti LC-MS atau

LC/FT-IR/MS

36

Keterbatasan metode KCKT adalah tidak dapat mengudentifikasi

senyawa kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa

(MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks maka

resolusi yang baik sulit diperoleh (27).

II.7.3 Sistem Peralatan KCKT (25)

Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas : wadah fase gerak,

pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor,

wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau

integrator perekam.

1. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut

kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase

gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1-2 liter

pelarut.

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran yang dapat

bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan

resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan

pelarut, polaritas fase diam dan sifat-sifat komponen sampel. Untuk fase

normal (fase diam polar daripada fase gerak), kemampuan elusi

meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut, sementara untuk fase

terblik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi

menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak sebelum

digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-

37

partikel kecil. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus

dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen-

komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan

mengacaukan analisis.

Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan

fase terbalik adalah campuran buffer dengan metanol atau campuran air

dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang

paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon

dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut jenis

alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding

dengan fase terbalik.

2. Pompa

Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang

mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yakni : pompa

harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa

adalah gelas, baja tahan karat, teflon, atau batu nilam. Pompa yang

digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan

mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3ml/menit. Untuk

tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase

gerak dengan kecepatan 20ml/menit.

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak

adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung

secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis

38

pompa dalam KCKT yaitu : pompa dengan tekanan konstan, dan pompa

dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase

gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe

pompa dengan tekanan konstan.

3. Tempat penyuntikan sampel

Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke

dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom

menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan

katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal

atau eksternal.

4. Kolom

Ada dua jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan

kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian KCKT yang mana terdapat fase

diam untuk berlangsungnya proses pemisahan zat terlarut/senyawa.

Kolom mikrobor mempunyai tiga keuntungan yang utama dibanding

dengan kolom konvensional, yaitu :

a. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil

dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor

kecepatan alir fase gerak lambat (10-100µl/menit).

b. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor

lebih ideal jika digabung spektrometer massa.

39

c. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena zat terlarut lebih pekat,

karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel

terbatas misalnya sampel klinis.

5. Detektor

Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan

di dalam eluen kolom dan mengukur jumlahnya. Dua jenis detektor yang

dikenal di dalam KCKT adalah :

a. Detektor universal

Yaitu detektor yang bisa langsung digabungkan kedalam instrument

KCKT tanpa memerlukan tambahan sistem khusus. Contoh :

detektor UV-Vis, detektor indeks refraksi, detektor fluorescence dan

detektor hantaran.

b. Detektor khusus

Yaitu detektor yang memerlukan sistem khusus agar bisa

digunakan sebagai detektor dalam KCKT, contoh : FT-IR (Fourier

Transform Infrared Spectroscopy), MS (Mass Spectrometer).

II.7.4 Interpretasi Data (27)

Adapun analisis KCKT dapat digunakan untuk :

1. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif dengan KCKT harus ada senyawa standar sebagai

pembanding. Senyawa yang belum diketahui dalam cuplikan yang

dimungkinkan senyawa A dan kemudian kita menginjeksikan

40

senyawa murni A sebagai referensi, maka kita dapatkan 2

kemungkinan :

a. Data waktu retensi tidak sama, maka senyawa-senyawa tersebut

tidak sama.

b. Data waktu retensi sama, maka keduanya mungkin mirip atau

sama, tetapi dapat merupakan senyawa yang berbeda karena

senyawa yang berbeda kadang-kadang mempunyai waktu retensi

yang sama.

Pada instrumen KCKT yang dirancang dengan baik, waktu retensi

sangat terulang. Simpangan baku waktu retensi sekitar 0,2-2% tergantung

pada instrumen kolom dan pelarut. Makin besar derajat keterulangan

waktu retensi, maka makin besar kepastian kita dalam membeda-bedakan

berbagai senyawa yang diidentifikasi. Dengan membandingkan waktu

retensi senyawa pembanding dengan waktu retensi senyawa yang

diidentifikasi, kita dapat mengidentifikasi puncak secara kualitatif.

2. Analisis Kuantitatif

Dasar analisis ini adalah pencatat memberikan sinyal atau

kromatogram yang sebanding dengan banyaknya komponen atau

senyawa dalam cuplikan. Batasan-batasan dalam analisis

kuantitatif adalah :

a. Kisaran konsentrasi sangat terbatas, yaitu masih dalam kisaran

linearitas detektor (pembanding konsentrasi yang terbesar

dengan terkecil dimana respon detektor masih linear). Jika

41

jumlah cuplikan besar dipaksakan, maka detektor tidak mampu

mendeteksi.

b. Respon detektor. Jenis detektor yang berbeda memberikan

respon yang berbeda terhadap komponen cuplikan. Perbedaan

ini dalam hal waktu retensi dan ketinggian puncak.

Pengukuran puncak dapat dilakukan dengan cara :

a. Pengukuran ketinggian puncak

Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan cepat, yaitu

dengan cara mengukur ketinggian dari puncak sampai garis

dasar.

b. Luas puncak

Cara ini menggunakan cara yang paling banyak digunakan. Baik

digunakan secara manual dengan tangan ataupun dengan mesin

secara otomatis yang dikenal dengan integrator.

II.7.5 Profil Puncak dan Pelebaran Puncak (24)

Profil konsentrasi solut yang bermigrasi akan simetris jika rasio

distribusi solut konstan selama di kisaran konsentrasi keseluruhan puncak,

sebagaimana ditunjukkan oleh isoterm sorpsi yang linear yang merupakan

plot konsentrasi solut dalam fase gerak. Meskipun demikian, kurva

isotherm akan berubah menjadi jenis pincak asimetris yakni membentuk

puncak yang berekor (tailing) dan adanya puncak pendahulu (fronting) jika

ada perubahan rasio distribusi solut kea rah yang lebih baik. Baik tailing

maupun fronting tidak dikehendaki karena dapat menyebabkan pemisahan

42

kurang baik dan data retensi kurang reprodusibel. Jika terjadi, maka

pengurangan jumlah solut yang akan dilakukan kromatografi akan

memperbaiki bentuk puncak akan tetapi adanya desorpsi yang lambat

masih dapat menyebabkan tailing.

43

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain bejana

maserasi, seperangkat alat kromatografi cair vakum, seperangkat alat

kromatografi lapis tipis, timbangan analitik (Sartorius®), timbangan kasar,

gelas piala 1000 ml dan 500 ml (Pyrex®), satu set alat rotary evaporator

(Buchi®), spektrofotometer UV-VIS (Hewlett-Packard®), FT-IR (Bruker®),

seperangkat alat KCKT(UFLC Shimadzu®).

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel daun pare

(Momordica charantia L), etanol, n-heksan, metanol, kloroform, etil asetat,

H2SO4 10%, lempeng KLT, silica gel 60 PF 254, air suling.

III.2 Penyiapan Bahan Penelitian

Sampel daun pare (Momordica charantia L) diambil dari daerah

perkebunan pare di Kabupaten Gowa. Daun yang diambil adalah daun

yang masih hijau. Sampel daun yang dikumpulkan dibersihkan lalu

dikeringkan dengan oven pada suhu 400c selama tiga hari. Sampel yang

telah kering kemudian ditimbang dan diekstraksi dengan metode

maserasi.

44

III.3 Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel

III.3.1 Ekstraksi Sampel

Sebanyak 700 gram sampel daun pare (Momordica charantia L)

yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam bejana maserasi kemudian

ditambahkan pelarut heksan sampai seluruh sampel terendam seluruhnya.

Bejana maserasi ditutup rapat dan disimpan di dalam tempat yang

terlindung dari sinar matahari langsung. Proses maserasi dilakukan

selama tiga hari yang dibantu dengan pengadukan. Kemudian dilakukan

proses remaserasi. Filtrat disaring dan ekstrak cair yang diperoleh

dikumpulkan lalu diuapkan pelarutnya dengan menggunakan alat rotary

evaporator sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh

lalu dikumpulkan dan ditimbang. Diperoleh ekstrak kental sebanyak 2,5

gram.

III.3.2 Fraksinasi Sampel

Ekstrak heksan kemudian difraksinasi dengan menggunakan

kromatografi cair vakum dengan fase diam silika gel dan fase gerak

heksan, heksan-etil asetat dan metanol dengan perbandingan heksan-etil

asetat (50:1), (40:1), (30:1), (20:1), (10:1), (5:1), (1:1), (1:5), (1:25), etil

asetat, etil asetat-metanol (1:1) dan metanol. Fraksi yang diperoleh

diuapkan lalu profil komponennya diidentifikasi secara KLT dengan

penampak noda UV 254 nm, UV 366 nm dan pereaksi semprot H2SO4

10%. Fraksi yang memiliki kesamaan profil KLT digabung.

45

III.4 Uji Mukolitik

III.4.1 Pengumpulan Mukus Usus Sapi

Usus sapi yang diperoleh dibersihkan dari kotoran dan sisa-sisa

makanan yang masih ada dalam usus dengan cara diurut secara

perlahan-lahan. Usus sapi kemudian dipotong membujur dan lapisan

mukus dikerok. Mukus yang terkumpul digunakan dalam keadaan masih

segar.

III.4.2 Pembuatan Larutan Dapar Fosfat pH 7

Larutan dapar pH 7 dibuat dengan mencampurkan 125 ml kalium

dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 72,75 ml natrium hidroksida 0,2 N dan

diencerkan dengan air suling bebas karbon dioksida hingga 500 ml.

Dapar yang telah dibuat kemudian dicek pH menggunakan pH meter.

III.4.3 Pembuatan Larutan 20% b/b mukus-dapar Fosfat pH 7

Larutan mukus 20% b/b dalam dapar fosfat dibuat dengan cara 20

gram mukus ditambah 80 gram larutan dapar fosfat pH 7, kemudian

diaduk selama 40 detik agar campuran dapat homogen.

III.4.4 Pembuatan Larutan Blanko/Kontrol Negatif (Larutan mukus

20% b/b dalam tween 80-dapar fosfat pH 7)

Larutan blanko atau kontrol negatif yang digunakan dibuat dengan

cara 0,5% b/b tween 80 (0,075 gram) dicampur dengan larutan 20% b/b

mukus dalam 80% b/b dapar fosfat pH 7 hingga berat total 15 gram.

Kemudian diaduk selama 40 detik agar campuran dapat homogen.

46

III.4.5 Pembuatan Larutan Asetilsistein 1%

Larutan asetilsistein 1% dibuat dengan cara melarutkan dry syrup

Fluimucyl dengan menambahkan sejumlah air sampai tanda (75 ml).

Selanjutnya dipipet sebanyak 0,75 ml yang mengandung 15 mg

asetilsistein dan ditambahkan tween 80 sebanyak 0,5% kedalam

campuran mukus-dapar fosfat pH 7 sampai bobot 15 gram. Kemudian

dihomogenkan.

III.4.6 Pembuatan Larutan Uji

Pembuatan larutan uji dengan cara berikut. Larutan uji 0,25%

dibuat dengan cara 0,25% fraksi ekstrak heksan daun pare (Momordica

charantia L.) dari bobot total ditambah 0,5% tween 80 dari bobot total

atau sebesar 0,075 gram, kemudian ditambah dengan larutan mukus

20% dalam dapar fosfat pH 7 hingga diperoleh bobot total sebesar 15

gram. Larutan kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk selama 40

detik. Larutan uji dengan konsentrasi yang lain dibuat dengan cara yang

sama.

III.4.7 Uji Aktivitas Mukolitik

Fraksi heksan yang digunakan adalah konsentrasi 0,25% dan 1%.

Masing-masing konsentrasi ditambahkan dalam larutan mukus-dapar

fosfat pH 7 20% b/b. Larutan uji diinkubasi 37oC selama 1 jam di dalam

inkubator. Larutan uji yang telah diinkubasi diukur viskositasnya.

Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viskometer ostwald.

Waktu yang tercatat merupakan waktu alir larutan uji. Kemudian larutan

47

dimasukkan ke dalam piknometer untuk diukur bobot jenisnya. Dilakukan

pengukuran yang sama untuk kontrol negatif dan kontrol positif.

Viskositas dihitung dengan rumus:

η mukus =

Keterangan :

Bj = bobot jenis η = viskositas

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daun pare (Momordica charantia L.) sebanyak 700 gram

diekstraksi secara remaserasi menggunakan pelarut n-heksan sebanyak 8

L. Dari proses ekstraksi tersebut diperoleh ekstrak kering sebanyak 11,2

gram (%rendemen 1,6%). Selanjutnya ekstrak yang diperoleh difraksinasi

dengan eluen campuran heksan, heksan-etil asetat dan metanol dengan

perbandingan heksan-etil asetat (50:1), (40:1), (30:1), (20:1), (10:1), (5:1),

(1:1), (1:5), (1:25), etil asetat, etil asetat-metanol (1:1) dan metanol. Hasil

fraksinasi kemudian digabung berdasarkan kemiripan profil KLT dan

diperoleh empat fraksi gabungan yaitu fraksi I, II, III, dan IV.

FI FII FIII FIV

Gambar 3. Profil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Heksan Daun Pare (Momordica charantia L.). Keterangan: FI, FII, FIII, dan FIV adalah fraksi gabungan. (Fase diam silika gel, fase gerak heksan-etilasetat 5:1, visualisasi dengan H2SO4).

49

Selanjutnya fraksi-fraksi tersebut diuji aktivitas mukolitiknya pada

konsentrasi 0,25% b/b dan 1% b/b. Uji aktivitas mukolitik dilakukan secara

in vitro didasarkan pada pengukuran waktu alir larutan uji menggunakan

viskometer kapiler Ostwald. Waktu yang dibutuhkan oleh setiap mukus

untuk mengalir diantara dua tanda pada viskometer tersebut dicatat

sebagai waktu alir mukus. Data waktu alir mukus yang diperoleh

digunakan untuk menghitung viskositas dari masing-masing mukus

(mukus dengan berbagai konsentrasi fraksi heksan dalam mukus-dapar

fosfat pH 7 20%). Viskositas yang diperoleh dibandingkan dengan kontrol

negatif sehingga dapat diketahui penurunan viskositas sebagai aktivitas

pengenceran mukus secara in vitro.

Tabel 1. Data Hasil Pengujian Aktivitas Mukolitik Hasil Fraksinasi Ekstrak Heksan Daun Pare (Momordica charantia L.)

No Larutan Uji Viskositas (cps)

1. Kontrol Positif 0,800

2. Kontrol Negatif 1,459

3. Fraksi I 0,25% 0,872

4. Fraksi I 1% 0,877

5. Fraksi II 0,25% 1,180

6. Fraksi II 1% 1,415

7. Fraksi III 0,25% 1,255

8. Fraksi III 1% 1,248

9. Fraksi IV 0,25% 1,214

10. Fraksi IV 1% 1,149

Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa fraksi

yang paling aktif adalah fraksi I. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa fraksi yang aktif

adalah fraksi I. Fraksi I dengan konsentrasi 0,25% b/b dapat menurunkan

50

viskositas mukus-dapar fosfat pH 7 menjadi 0,872 cps dan pada

konsentrasi 1% sebesar 0,877 cps jika dibandingkan dengan viskositas

kontrol negatif yaitu sebesar 1,459 cps.

Analisis statistik dengan uji non parametrik Wilkoxon menunjukkan

signifikansi <0,01. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan terhadap

sampel mukus dengan penambahan fraksi I ekstrak heksan pada

konsentrasi 0,25% dan 1% tidak berbeda dengan kontrol positif

sedangkan dengan penambahan fraksi II, III, dan IV hasilnya tidak

berbeda dengan kontrol negatif.

Kontrol positif yang digunakan adalah asetilsistein yang memiliki

mekanisme kerja sebagai mukolitik yaitu memecah struktur mukoprotein

yang terikat satu sama lain oleh rantai disulfide. Ikatannya berupa ikatan

kovalen –S-S- apabila ikatan ini diputuskan oleh aktivitas gugus sulfuhidril

bebas maka mukoprotein akan terurai, mukus akan mengalami lisis

sehingga menurunkan viskositas mukus.

Fraksi I tersebut selanjutnya difraksinasi dengan eluen campuran

heksan, heksan-etil asetat dan metanol dengan perbandingan heksan-etil

asetat (50:1), (40:1), (30:1), (20:1), (10:1), (5:1), (1:1), (1:5) dan etil asetat.

Hasil fraksinasi kemudian digabung berdasarkan kemiripan profil KLT dan

diperoleh empat subfraksi gabungan yaitu subfraksi F-Ia, F-Ib, F-Ic, dan F-

Id. Subfraksi gabungan yang telah diperoleh selanjutnya diuji aktivitas

mukolitiknya.

51

FIa FIb FIc FId

Gambar 4. Profil Kromatografi Lapis Tipis subfraksi I Ekstrak Heksan Daun Pare (Momordica charantia L.). Keterangan: FIa, FIb, FIc dan FId adalah

subfraksi gabungan. Fase diam silika gel, fase gerak heksan-etilasetat 5:1).

Tabel 2. Data Hasil Pengujian Aktivitas Mukolitik Hasil Fraksinasi Fraksi I Ekstrak Heksan Daun Pare (Momordica charantia L.)

No Larutan Uji Viskositas (cps)

1. Kontrol Positif 0,876

2. Kontrol Negatif 1,252

3. Subfraksi Ia 0,25% 0,865

4. Subfraksi Ia 1% 0,864

5. Subfraksi Ib 0,25% 1,099

6. Subfraksi Ib 1% 1,129

7. Subfraksi Ic 0,25% 1,232

8. Subfraksi Ic 1% 1,179

9. Subfraksi Id 0,25% 1,043

10. Subfraksi Id 1% 1,176

Data viskositas bahan uji menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

nilai viskositas antara subfraksi F-Ia pada konsentrasi 0,25% dan 1%

52

dengan kontrol positif. Subfraksi F-Ia dengan konsentrasi 0,25% b/b dapat

menurunkan viskositas mukus-dapar fosfat pH 7 menjadi 0,865 cps dan

pada konsentrasi 1% sebesar 0,864 cps jika dibandingkan dengan

viskositas kontrol negatif yaitu sebesar 1,252 cps. Viskositas subfraksi F-

Ib, F-Ic dan F-Id menghasilkan viskositas yang tidak terlalu berbeda

dengan kontrol negatif.

Analisis statistik dengan uji one way anova menunjukkan bahwa

perlakuan dengan subfraksi yang diperoleh dari fraksinasi FI menunjukkan

signifikansi <0,01. Hal ini berarti perlakuan yang diberikan menghasilkan

viskositas mukus yang berbeda sangat nyata. Hasil analisis statistik

dengan uji beda nyata jelas (BNJ) menunjukkan bahwa subfraksi F-Ib, F-Ic

dan F-Id menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan kontrol

negatif sedangkan subfraksi F-Ia menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Subfraksi F-Ia 1% menunjukkan efek mukolitik yang terbaik dengan

viskositas mukus 0,864 cps dibandingkan dengan subfraksi F-Ia 0,25%

dengan viskositas mukus 0,865 cps dan kontrol positif asetilsistein 0,1%

dengan viskositas mukus 0,876 cps. Uji BNJ menunjukkan tidak ada

perbedaan viskositas yang signifikan dari subfraksi FIa 0,25%, FIa 1% dan

asetilsistein 0,1%. Hal ini berarti yang potensial untuk dikembangkan lebih

lanjut sebagai bahan mukolitik adalah subfraksi F-Ia.

Selanjutnya subfraksi F-Ia diidentifikasi senyawanya dengan

menggunakan alat UFLC. Dari pengukuran tersebut diperoleh data

sebagai berikut.

53

Table 3. Data hasil profil kromatogram subfraksi Ia ekstrak heksan Daun Pare (Momordica charantia L.)

Panjang Gelombang

Peak Waktu Retensi (menit)

Area (mAU’s)

Tinggi Peak (mAU)

254 nm

1 2,514 1849 219

2 3,035 11549 1388

3 3,216 28676 4010

4 3,494 5772 557

5 3,788 7235 405

6 4,966 9273 344

7 5,857 19620 892

8 6,384 15735 914

9 7,691 5385 279

10 7,907 5900 427

11 10,896 29654 839

12 13,476 85995 1851

366 nm

1 3,037 7174 1053

2 3,219 17933 2690

3 3,504 3107 411

Keterangan : fase diam oktadesil silica (ODS), fase gerak asetonitril-Air 80:20, kolom

shim-Pack Vp-Ods, suhu kolom 400C, volume injeksi 10 µl, laju 0,5 µl/ menit.

Berdasarkan hasil analisis profil kromatogram UFLC terlihat bahwa

kromatogram pada panjang gelombang 254 nm terdapat 12 puncak

dengan waktu retensi masing-masing 2,514, 3,035, 3,216, 3,494, 3,788,

4,966, 5,857, 6,384, 7,691, 7,907, 10,896, 13,476 menit dengan luas area

1.849, 11.549, 28.676, 5.772, 7.235, 9.273, 19.620, 15.735, 5.385, 5.900,

29.654, 85.995. Puncak pada panjang gelombang 366 nm sejumlah 3

puncak dengan waktu retensi masing-masing 3,037, 3,219, 3,504 menit

dengan luas area 7.174, 17.933, 3.107.

Data profil kromatogram UFLC tersebut menunjukkan adanya satu

peak dengan luas area terbesar yaitu 85.995 pada waktu retensi 13,476

54

menit pada panjang gelombang 254 nm dan menunjukkan adanya satu

peak dengan luas area terbesar yaitu 17.933 pada waktu retensi 3,219

menit pada panjang gelombang 366 nm. Kedua peak tersebut dapat

diusulkan sebagai senyawa utama yang terkandung dalam ekstrak heksan

daun pare (Momordica charantia L.) yang memberikan efek mukolitik.

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Fraksi I ekstrak heksan daun pare memiliki aktivitas mukolitik yang

paling baik dibandingkan dengan fraksi yang lain.

2. Pemurnian lebih lanjut terhadap Fraksi I menghasilkan empat subfraksi

dan yang paling aktif adalah subfraksi F-Ia dimana pada panjang

gelombang 254 nm terdapat satu peak dengan luas area terbesar yaitu

85.995 pada waktu retensi 13,476 menit dan pada panjang gelombang

366 nm dengan luas area terbesar yaitu 17.933 pada waktu retensi

3,219 menit yang dapat diusulkan sebagai senyawa utama berefek

mukolitik.

V. 2 Saran

Sebaiknya dilakukan pemurnian lebih lanjut pada subfraksi F-Ia dari

ekstrak heksan daun pare (Momordica charantia L.).

56

DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ahli bahasa oleh Brahm U. Pendit dkk. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 2006. hal.736.

2. Lubis, HM. Batuk Kronik dan Berulang (BKB) pada Anak:Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005. hal.1.

3. Tan Hoan Tjay. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Kelima. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. 2002. hal.620-2.

4. Wijayanti AW. Uji Aktifitas Mukolitik Infusa Daun Pare (Momordica charantia L.) pada Mukus Usus Sapi secara In vitro. 2008:2(1). hal.2-3.

5. Grover, J.K. dan Yadan S.P. Medicinal Plants of India With Antidiabetic Potensial. Journal of Ethnopharmacology. 2002. pp.81-100.

6. Bitter Melon [Online]. 2013 April 23 [cited 2009 Jan 16]. Available from: URL:http://www.wikipedia.com/bitter_melon.html.

7. Syamsuhidayat. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1991.

8. Departemen Teknologi Pertanian DKI Jakarta. Tanaman Pare [online]. [cited 2009 Jan 12]; Available from: URL:http://www.pustakadeptan.go.id/agritek/dkij0118.pdf.

9. Tanaman Obat Indonesia [Online]. 2007 Aug 1 [cited 2008 Dec 20]; Available from: URL:http://www.iptek.net.id.

10. Hyeronimus SB. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. 1st ed. Jakarta: Agro Media. 2006.

11. Subahar TS. Khasiat dan Manfaat Pare. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta. 2004.

12. Bitter Melon [Online]. 2008 July 24 [cited 2009 Jan 16]. Available from: URL:http://www.wikipedia.com/bitter_melon.html.

57

13. Bitter Melon: Ampalaya (bitter melon, kugazi, Balsam pear) (fruit) (Momordica Charantia, Karela) [Online]. 2005 [cited 2008 Dec 19]. Available from: URL:http://lecnaturalhealingsolutions.com/plants/bittermelon.html.

14. Rachmawati S, Adiwinata G, Murdiati T B, Sulistianingsih T. Kandungan Kimia Daun Pare (Momordica charantia L.) dan Efek Antelmintik Terhadap Cacing Lambung (Haemonchus contortus Rudolphi). Fakultas Mipa Institut Sains dan Teknologi Nasional. Jakarta. 2001. hal.5,7.

15. Virdi J, Sivakami S, Shahani S, et al. Antihyperglycemic effects of three extracts from Momordica charantia. J Ethnopharmacol 2003;88(1). pp.07-111.

16. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1986. hal.4-6, 10-12.

17. Cooke M dan Poole CF. Encyclopedia of Separation Science. USA: Academic Press. 2000. p.2809.

18. Mutschler E.Dinamika Obat: Farmakologi dan Toksikologi Ed. 5. Penerbit ITB. Bandung.1999. hal.519-520.

19. Santoso B, Siswosudarmo R, Suryawati S, Dwiprahasto I, Asdie. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik . Jakarta. 1993. hal.63.

20. Noerdin, D. Elusidasi Struktur Senyawa Organik Dengan Cara Spektroskopi Ultralembayung dan Inframerah. Penerbit Angkasa. Bandung. 1986. hal.71-77, 81.

21. Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. Farmasi Fisik. Jakarta. 2008. hal.1098.

22. Williams, H. D, Fleming. Spectroscopic Methods In Organic Chemistry. Fourth Edition. Published by McGraw- Hill, Book Company (UK) Limited. England. 1987. pp.29-30.

23. Gandjar I.G., Rohman A. Kimia Analisis Farmasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007. hal.353,366,378-406.

24. Rohman A. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Graham Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal.53,112-121.

58

25. Mulja H.M. Teknik Kromatografi (KLT, GC, KCKT, GC-MS, LC-MS, ICP-MS, GC/FT-IR/MS). Pada Ceramah Ilmiah Pelatihan Bidang Narkoba. Pusat Lab. Forensik Mabes Polri. 2006. hal.4,11.

26. Saifuddin A, Rahayu V, dan Teruna H.Y. Standarisasi bahan obat alam. Edisi I. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2010. hal.4,22,26-28,45.

27. Adnan M. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. Penerbit ANDI. Yogyakarta. 1997. hal.36,38.

59

LAMPIRAN I

Skema Kerja

- Dimaserasi n-heksan 3 x 24 jam

- Diperoleh ekstrak heksan

- Difraksinasi dengan kromatografi vakum

kolom

- Diuji aktivitas mukolitik

- Fraksinasi fraksi I dengan kromatografi

vakum kolom

Analisis hasil

Pembahasan

Kesimpulan

Daun Pare

Fraksi I Fraksi II Fraksi III Fraksi IV

Fraksi aktif (Fraksi I)

Fraksi Ia Fraksi Id Fraksi Ic Fraksi Ib

- Diuji aktivitas mukolitik

Fraksi aktif (Fraksi Ia)

- Kromatografi cair kinerja tinggi

Peak senyawa

60

LAMPIRAN II

Skema Kerja Uji Aktivitas Mukolitik

diukur viskositas

Kontrol negatif

Mukus dalam larutan dapar fosfat 20 : 80 (15 gram)

Ekstrak Heksan Konsentrasi 0,25% dan 1%

(Fraksi I, Fraksi II, Fraksi III, Fraksi IV)

Kontrol positif Asetilsistein 1%

Pembahasan

Analisis data

Kesimpulan

61

LAMPIRAN III

Perhitungan aktivitas mukolitik secara in vitro (viskositas) ekstrak heksan

daun pare (Momordica charantia L.)

Tabel 5. Data waktu alir uji aktivitas mukolitik fraksi Ekstrak heksan

No

Sampel Uji Data Waktu Alir (detik)

1 2 3 Rata-rata

1 Fraksi I 0,25 % 10,17 10,84 10,44 10,48

2 Fraksi I 1 % 10,74 10,92 10,92 10,86

3 Fraksi II 0,25 % 14,23 14,62 13,81 14,22

4 Fraksi II 1 % 15,54 18,34 17,83 17,24

5 Fraksi III 0,25 % 15,72 13,80 16,36 15,29

6 Fraksi III 1 % 14,87 15,48 15,58 15,31

7 Fraksi IV 0,25 % 15,09 15,41 15,81 15,44

8 Fraksi IV 1 % 13,98 14,15 13,89 14,01

9 Kontrol + 10,01 9,70 9,70 9,80

10 Kontrol - 15,35 18,02 20,90 18,09

11 Air Suling 8,35 8,50 8,58 8,48

Tabel 6. Data bobot jenis larutan uji fraksi ekstrak heksan

No

Sampel Uji Bobot Jenis Larutan (gram/ml)

1 2 3 Rata-rata

1 Fraksi I 0,25 % 1,093 1,004 1,095 1,064

2 Fraksi I 1 % 1,000 1,090 1,004 1,031

3 Fraksi II 0,25 % 1,041 1,094 1,043 1,059

4 Fraksi II 1 % 1,050 1,044 1,054 1,049

5 Fraksi III 0,25 % 1,051 1,038 1,054 1,048

6 Fraksi III 1 % 1,052 1,035 1,038 1,042

7 Fraksi IV 0,25 % 1,005 1,005 1,005 1,005

8 Fraksi IV 1 % 1,051 1,038 1,054 1,048

9 Kontrol + 1,040 1,044 1,045 1,043

10 Kontrol - 1,098 1,004 1,007 1,036

11 Air Suling 1,042 1,040 1,045 1,042

62

Perhitungan bobot jenis (BJ) air pada suhu 370C

BJ ( ) ( )

( )

Bobot jenis air pada suhu 370C adalah 1,042.

Diketahui bobot piknometer kosong : I = 9,667 g

II = 10,379 g

Volume piknometer kosong : 10 ml

Perhitungan bobot jenis larutanr uji yang mengandung fraksi heksan

Bobot jenis mukus (370C) ( ) ( )

( )

Fraksi I 1%

BJ = ( ) ( )

( )

BJ –

BJ –

BJ –

63

Fraksi I 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

Fraksi II 1%

BJ –

BJ –

BJ –

Fraksi II 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

64

Fraksi III 1%

BJ –

BJ –

BJ –

Fraksi III 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

Fraksi IV 1%

BJ –

BJ –

BJ –

65

Fraksi IV 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

Kontrol Positif

BJ –

BJ –

BJ –

Kontrol Negatif

BJ –

BJ –

BJ –

66

Perhitungan viskositas larutan uji pada suhu 37oC

η mukus =

Diketahui :

η air pada suhu 37oC = 0,692 cps

t air = 8,48 dtk

η Fraksi I 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 0,877 cps

η Fraksi I 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 0,872 cps

67

η Fraksi II 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,415 cps

η Fraksi II 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,180 cps

η Fraksi III 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,248 cps

68

η Fraksi III 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,254 cps

η Fraksi IV 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,149 cps

η Fraksi IV 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,214 cps

69

η Kontrol Positif

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 0,800 cps

η Kontrol Negatif

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,459 cps

Tabel 7. Data waktu alir uji aktivitas mukolitik fraksi I Ekstrak heksan

No

Sampel Uji Data Waktu Alir (detik)

1 2 3 Rata-rata

1 Subfraksi Ia 0,25 % 10,45 10,47 10,41 10,44

2 Subfraksi Ia 1 % 10,77 10,67 10,30 10,58

3 Subfraksi Ib 0,25 % 13,71 13,64 13,62 13,66

4 Subfraksi Ib 1 % 13,66 13,67 13,63 13,65

5 Subfraksi Ic 0,25 % 15,06 15,51 14,65 15,07

6 Subfraksi Ic 1 % 12,74 15,15 15,62 14,50

7 Subfraksi Id 0,25 % 12,68 13,38 13,51 13,19

8 Subfraksi Id 1 % 14,90 14,00 14,61 14,50

9 Kontrol + 10,77 10,52 10,89 10,73

10 Kontrol - 15,47 15,43 15,25 15,38

11 Air Suling 8,34 8,65 8,66 8,55

70

Tabel 8. Data bobot jenis larutan uji fraksi I ekstrak heksan

No

Sampel Uji Bobot Jenis Larutan (gram/ml)

1 2 3 Rata-rata

1 Subfraksi Ia 0,25 % 1,091 1,001 1,092 1,061

2 Subfraksi Ia 1 % 1,003 1,090 1,049 1,047

3 Subfraksi Ib 0,25 % 1,000 1,092 1,004 1,032

4 Subfraksi Ib 1 % 1,091 0,999 1,090 1,060

5 Subfraksi Ic 0,25 % 1,046 1,047 1,051 1,048

6 Subfraksi Ic 1 % 1,041 1,049 1,042 1,044

7 Subfraksi Id 0,25 % 1,044 1,040 0,959 1,014

8 Subfraksi Id 1 % 1,039 1,039 1,039 1,039

9 Kontrol + 1,046 1,051 1,043 1,047

10 Kontrol - 1,001 1,091 1,040 1,044

11 Air Suling 1,041 1,031 1,042 1,038

Perhitungan bobot jenis (BJ) air pada suhu 370C

BJ ( ) ( )

( )

Bobot jenis air pada suhu 370C adalah 1,042.

Diketahui bobot piknometer kosong : I = 9,683 g

II = 10,394 g

Volume piknometer kosong : 10 ml

Perhitungan bobot jenis larutanr uji yang mengandung fraksi heksan

Bobot jenis mukus (370C) ( ) ( )

( )

71

Subfraksi Ia 1%

BJ = ( ) ( )

( )

BJ –

BJ –

BJ –

Subfraksi Ia 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

Subfraksi Ib 1%

BJ –

BJ –

BJ –

Subfraksi Ib 0,25%

72

BJ –

BJ –

BJ –

Subfraksi Ic 1%

BJ –

BJ –

BJ –

Subfraksi Ic 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

Subfraksi Id 1%

BJ –

BJ –

73

BJ –

Subfraksi Id 0,25%

BJ –

BJ –

BJ –

Kontrol Positif

BJ –

BJ –

BJ –

Kontrol Negatif

BJ –

BJ –

BJ –

74

Air

BJ –

BJ –

BJ –

Perhitungan viskositas larutan uji pada suhu 37oC

η mukus =

Diketahui :

η air pada suhu 37oC = 0,692 cps

t air = 8,55 dtk

η Subfraksi Ia 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 0,864 cps

η Subfraksi Ia 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

75

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 0,865 cps

η Subfraksi Ib 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,129 cps

η Subfraksi Ib 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,099 cps

η Subfraksi Ic 1%

η larutan uji

η larutan uji

76

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,179 cps

η Subfraksi Ic 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,232 cps

η Subfraksi Id 1%

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,176 cps

η Subfraksi Id 0,25%

η larutan uji

η larutan uji

77

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,043 cps

η Kontrol Positif

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 0,876 cps

η Kontrol Negatif

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji

η larutan uji rata-rata = 1,252 cps

78

LAMPIRAN IV

FOTO PENGUJIAN

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan: (a) Usus sapi , (b) Pengukuran waktu alir dengan viskometer Ostwald, (c) Sampel uji, (d) Pengukuran bobot jenis.

79

LAMPIRAN V

ANALISIS DATA

Analisis Data Ekstrak Heksan

Tests of Normality

Sampel Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Visko

sitas

Kontrol Positif .304 3 . .907 3 .407

Kontrol Negatif .285 3 . .931 3 .494

F I 1% .355 3 . .820 3 .163

F I 0.25% .375 3 . .773 3 .052

F II 1% .295 3 . .920 3 .451

F II 0.25% .182 3 . .999 3 .937

F III 1% .219 3 . .987 3 .780

F III 0.25% .359 3 . .811 3 .140

F IV 1% .177 3 . 1.000 3 .972

F IV 0.25% .269 3 . .949 3 .567

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Viskositas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.812 9 20 .002

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Viskositas - Sampel

Negative Ranks 30a 15.50 465.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 30

a. Viskositas < Sampel

b. Viskositas > Sampel

c. Viskositas = Sampel

Analisis Data Fraksi I

80

Tests of Normality

Sampel Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Visko

sitas

Kontrol Positif .257 3 . .961 3 .619

Kontrol Negatif .314 3 . .893 3 .363

F I 1 1% .199 3 . .995 3 .864

F I 1 0.25% .227 3 . .983 3 .749

F I 2 1% .228 3 . .982 3 .743

F I 2 0.25% .214 3 . .990 3 .805

F I 3 1% .360 3 . .809 3 .135

F I 3 0.25% .369 3 . .788 3 .086

F I 4 1% .253 3 . .964 3 .637

F I 4 0.25% .274 3 . .945 3 .547

a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances

Viskositas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.625 9 20 .175

Viskositas

Tukey HSD

Sampel N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

F I 1 1% 3 .86400

F I 1 0.25% 3 .86467

Kontrol Positif 3 .87567

F I 4 0.25% 3 1.04300

F I 2 0.25% 3 1.09933 1.09933

F I 2 1% 3 1.12900 1.12900

F I 4 1% 3 1.17567 1.17567

F I 3 1% 3 1.17933 1.17933

F I 3 0.25% 3 1.23233

Kontrol Negatif 3 1.25200

Sig. 1.000 .149 .076

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

64

(I) Sampel Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Positif Kontrol Negatif -.376333* .045831 .000 -.53863 -.21404

F_Ia 1% .011667 .045831 1.000 -.15063 .17396

F_Ia 0.25% .011000 .045831 1.000 -.15129 .17329

F_Ib 1% -.253333* .045831 .001 -.41563 -.09104

F_Ib 0.25% -.223667* .045831 .003 -.38596 -.06137

F_Ic 1% -.303667* .045831 .000 -.46596 -.14137

F_Ic 0.25% -.356667* .045831 .000 -.51896 -.19437

F_Id 1% -.300000* .045831 .000 -.46229 -.13771

F_Id 0.25% -.167333* .045831 .040 -.32963 -.00504

Kontrol Negatif Kontrol Positif .376333* .045831 .000 .21404 .53863

F_Ia 1% .388000* .045831 .000 .22571 .55029

F_Ia 0.25% .387333* .045831 .000 .22504 .54963

F_Ib 1% .123000 .045831 .244 -.03929 .28529

F_Ib 0.25% .152667 .045831 .076 -.00963 .31496

F_Ic 1% .072667 .045831 .840 -.08963 .23496

F_Ic 0.25% .019667 .045831 1.000 -.14263 .18196

F_Id 1% .076333 .045831 .801 -.08596 .23863

F_Id 0.25% .209000* .045831 .006 .04671 .37129

65

F_Ia 1% Kontrol Positif -.011667 .045831 1.000 -.17396 .15063

Kontrol Negatif -.388000* .045831 .000 -.55029 -.22571

F_Ia 0.25% -.000667 .045831 1.000 -.16296 .16163

F_Ib 1% -.265000* .045831 .000 -.42729 -.10271

F_Ib 0.25% -.235333* .045831 .002 -.39763 -.07304

F_Ic 1% -.315333* .045831 .000 -.47763 -.15304

F_Ic 0.25% -.368333* .045831 .000 -.53063 -.20604

F_Id 1% -.311667* .045831 .000 -.47396 -.14937

F_Id 0.25% -.179000* .045831 .023 -.34129 -.01671

F_Ia 0.25% Kontrol Positif -.011000 .045831 1.000 -.17329 .15129

Kontrol Negatif -.387333* .045831 .000 -.54963 -.22504

F_Ia 1% .000667 .045831 1.000 -.16163 .16296

F_Ib 1% -.264333* .045831 .000 -.42663 -.10204

F_Ib 0.25% -.234667* .045831 .002 -.39696 -.07237

F_Ic 1% -.314667* .045831 .000 -.47696 -.15237

F_Ic 0.25% -.367667* .045831 .000 -.52996 -.20537

F_Id 1% -.311000* .045831 .000 -.47329 -.14871

F_Id 0.25% -.178333* .045831 .024 -.34063 -.01604

66

F_Ib 1% Kontrol Positif .253333* .045831 .001 .09104 .41563

Kontrol Negatif -.123000 .045831 .244 -.28529 .03929

F_Ia 1% .265000* .045831 .000 .10271 .42729

F_Ia 0.25% .264333* .045831 .000 .10204 .42663

F_Ib 0.25% .029667 .045831 1.000 -.13263 .19196

F_Ic 1% -.050333 .045831 .979 -.21263 .11196

F_Ic 0.25% -.103333 .045831 .455 -.26563 .05896

F_Id 1% -.046667 .045831 .987 -.20896 .11563

F_Id 0.25% .086000 .045831 .683 -.07629 .24829

F_Ib 0.25% Kontrol Positif .223667* .045831 .003 .06137 .38596

Kontrol Negatif -.152667 .045831 .076 -.31496 .00963

F_Ia 1% .235333* .045831 .002 .07304 .39763

F_Ia 0.25% .234667* .045831 .002 .07237 .39696

F_Ib 1% -.029667 .045831 1.000 -.19196 .13263

F_Ic 1% -.080000 .045831 .759 -.24229 .08229

F_Ic 0.25% -.133000 .045831 .169 -.29529 .02929

F_Id 1% -.076333 .045831 .801 -.23863 .08596

F_Id 0.25% .056333 .045831 .958 -.10596 .21863

67

F_Ic 1% Kontrol Positif .303667* .045831 .000 .14137 .46596

Kontrol Negatif -.072667 .045831 .840 -.23496 .08963

F_Ia 1% .315333* .045831 .000 .15304 .47763

F_Ia 0.25% .314667* .045831 .000 .15237 .47696

F_Ib 1% .050333 .045831 .979 -.11196 .21263

F_Ib 0.25% .080000 .045831 .759 -.08229 .24229

F_Ic 0.25% -.053000 .045831 .971 -.21529 .10929

F_Id 1% .003667 .045831 1.000 -.15863 .16596

F_Id 0.25% .136333 .045831 .149 -.02596 .29863

F_Ic 0.25% Kontrol Positif .356667* .045831 .000 .19437 .51896

Kontrol Negatif -.019667 .045831 1.000 -.18196 .14263

F_Ia 1% .368333* .045831 .000 .20604 .53063

F_Ia 0.25% .367667* .045831 .000 .20537 .52996

F_Ib 1% .103333 .045831 .455 -.05896 .26563

F_Ib 0.25% .133000 .045831 .169 -.02929 .29529

F_Ic 1% .053000 .045831 .971 -.10929 .21529

F_Id 1% .056667 .045831 .957 -.10563 .21896

F_Id 0.25% .189333* .045831 .015 .02704 .35163

68

F_Id 0.25% Kontrol Positif .167333* .045831 .040 .00504 .32963

Kontrol Negatif -.209000* .045831 .006 -.37129 -.04671

F_Ia 1% .179000* .045831 .023 .01671 .34129

F_Ia 0.25% .178333* .045831 .024 .01604 .34063

F_Ib 1% -.086000 .045831 .683 -.24829 .07629

F_Ib 0.25% -.056333 .045831 .958 -.21863 .10596

F_Ic 1% -.136333 .045831 .149 -.29863 .02596

F_Ic 0.25% -.189333* .045831 .015 -.35163 -.02704

F_Id 1% -.132667 .045831 .171 -.29496 .02963

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

F_Id 1% Kontrol Positif .300000* .045831 .000 .13771 .46229

Kontrol Negatif -.076333 .045831 .801 -.23863 .08596

F_Ia 1% .311667* .045831 .000 .14937 .47396

F_Ia 0.25% .311000* .045831 .000 .14871 .47329

F_Ib 1% .046667 .045831 .987 -.11563 .20896

F_Ib 0.25% .076333 .045831 .801 -.08596 .23863

F_Ic 1% -.003667 .045831 1.000 -.16596 .15863

F_Ic 0.25% -.056667 .045831 .957 -.21896 .10563

F_Id 0.25% .132667 .045831 .171 -.02963 .29496

69

LAMPIRAN VI

FI FII FIII FIV

(a)

FI FII FIII FIV

(b)

70

FI FII FIII FIV

(c)

Gambar 5. Profil kromatografi lapis tipis ekstrak heksan daun pare (Momordica charantia

L.) Keterangan: (a) Visualisasi dengan UV 254 nm, (b) visualisasi dengan UV

366 nm, (c) visualisasi setelah penyemprotan H2SO4 10%. Fase diam silika

gel, fase gerak heksan-etilasetat 5 : 1.

71

LAMPIRAN VII

FI-a FI-b FI-c FI-d

(a)

FI-a FI-b FI-c FI-d

(b)

72

FI-a FI-b FI-c FI-d

(c)

Gambar 6. Profil kromatografi lapis tipis fraksi I ekstrak heksan daun pare (Momordica charantia L.). Keterangan: (a) Visualisasi dengan UV 254 nm, (b) visualisasi dengan UV 366 nm, (c) visualisasi setelah penyemprotan H2SO4 10%. Fase diam silika gel, fase gerak heksan-etilasetat 7 : 1.

73

LAMPIRAN VIII

PROFIL KCKT

74