16
http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324 @pertanian_aceh @Penyuluhan_aceh pertanian aceh Bidang Penyuluhan Distanbun Aceh Distanbun_aceh Bidluhdistanbunaceh [email protected] HABA TANI Informasi Pertanian Terbaru EDISI II/2021 03 Aceh Terus Siapkan Petani Milenial Menghadapi tantangan pengembangan sektor pertanian masa depan yang berbasis teknologi, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh juga terus melakukan berbagai upaya. Aceh Upgrade SDM Pertanian melalui Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh PETANI dan penyuluh memiliki peran strategis dalam pembangunan pertanian di Indonesia tak terkecuali Aceh, terlebih dalam kondisi sekarang. Budidaya Tanaman Daun Bawang ala Modern BEBERAPA waktu lalu, daun bawang sepertinya bukanlah jenis sayuran yang menarik minat petani untuk menanamnya. 06 Aceh Ekspor Arabika Gayo ke AS Syahrial Efendi Gepeuaman, Inovasi Aceh Jaga Kesuburan Sawah 10 14

Gepeuaman,Inovasi Aceh Jaga Kesuburan Sawah

Embed Size (px)

Citation preview

PB DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

1DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

Email: distanbun[at]acehprov.go.id

HABA

TANIInformasi Pertanian Terbaru EDISI II/2021

03 Aceh Terus Siapkan Petani

MilenialMenghadapi tantangan pengembangan

sek tor pertanian ma sa depan yang ber basis teknologi, Pemerintah Aceh

me lalui Dinas Pertanian dan Perke bunan (Distanbun) Aceh juga terus melakukan

berbagai upaya.

Aceh Upgrade SDM Pertanian melalui Pelatihan Sejuta Petani dan PenyuluhPETANI dan penyuluh memiliki peran strategis dalam pembangunan pertanian di Indonesia tak terkecuali Aceh, terlebih dalam kondisi seka rang.

Budidaya Tanaman Daun Bawang ala

ModernBEBERAPA waktu lalu, daun bawang

sepertinya bukanlah jenis sayuran yang menarik minat petani untuk

menanamnya.

06 Aceh Ekspor

Arabika Gayo ke AS

Syahrial Efendi

Gepeuaman, Inovasi Aceh Jaga Kesuburan Sawah

10 14

2 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

3DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

Gepeuaman: Harapan dan Tantangan Pemerintah Aceh

HABATANI OPINI

HABATANI

PENGARAH: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Ir. Cut Huzaimah, MPPENANGGUNG JAWAB: Kabid Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh, Mukhlis, SP, MAPEMIMPIN REDAKSI: Nurlisma, SP, MP DEWAN REDAKSI: Sabri, S.Hut, M.Si dan Junaidi, SPSEKRETARIAT: Suryadi, S.PtREPORTER/LAYOUTER/ILUSTRATOR: Tim Serambi IndonesiaEMAIL: [email protected], [email protected]

Salam Redaksi

Nurlisma, SP, MPPemimpin Redaksi

Menurut catatan, program

inten­sifikasi­ padi­ nasional­

di mulai tahun 1958 yang di­

awali dengan program Sentra

sampai­ lahirnya­ program­ intensifikasi­ khu­

sus pada tahun 1979. Dalam rentang wak­

tu tersebut telah menghantarkan Indo­

nesia berhasil meraih swasembada be ras

pada tahun 1984. Selanjutnya pada ta hun

1987 diperkenalkan program supra insus

yang tidak lain merupakan hasil pengem­

bangan dari program intensivikasi khusus.

Mulai tahun 1990 produksi padi pada ting­

kat usahatani masyarakat mengalami stag­

nan sehingga berimplikasi pada pening­

katan impor beras. Fenomena tersebut kini

terjadi di tanah Serambi Mekkah, bah wa

produktivitas lahan sawah telah memper­

lihat kan trend penurunan dan hanya mampu

mencapai rata­rata 5,6 ton/ha (Tabloid Sinar

Tani.Com, 19/9/2021). Sedangkan pada

ting kat nasional, produksi padi petani turun

dari rata­rata sekitar 5­6 ton/ha menjadi

3­3,5 ton/ha (Bisnis.Com, 02/04/2020).

Intensifikasi­ pertanian­ tergolong­ dalam­

pertanian modern atau semi modern yang

pada satu sisi dipandang sebagai solusi ter­

hadap masalah ketersediaan pangan, na mun

disisi lain malah menjadi ancaman ter hadap

sumberdaya alam (degradasi kualitas lahan).

Statistik di atas dapat men jadi bukti empiris

bahwa revolusi hijau dengan terobosan

berbagai teknologi produksi dan dukungan

regulasi, Indonesia ber hasil mencapai

swasembada beras yang ter golong fenomenal

namun telah ter bukti tidak berkelanjutan.

Intensifikasi­ per­tanian­ ibarat­ curahan­ kasih­

sayang yang salah dalam pengelolaan lahan

sawah, mem perlakukannya secara paksa

hingga melebihi ambang batas toleransi daya

du kung, akibatnya kini lahan sawah di Aceh se­

dang mengalami sakit berat.

Salah satu ciri pertanian modern adalah

penggunaan varietas unggul, sifat unggul

(genetik) sesungguhnya akan muncul se­

cara maksimal jika didukung oleh kondisi

lingkungan yang optimal. Untuk memenuhi

prinsip ini maka penggunaan varietas

unggul wajib diberikan pupuk dalam jumlah

yang cukup. Dalam prakteknya pemupukan

diberikan setiap musim tanam dengan jenis

pupuk dan dosis sesuai anjuran yang telah

ditentukan. Perilaku dan sifat pupuk dalam

tanah tidak sama, perilaku hara N yang

bersumber dari Urea, atau ZA sudah

dikenal sangat mobil dan kemungkinan

dalam periode satu kali musim tanam

habis dalam tanah sawah. Sedangkan

hara Phosfat dari TSP/SP­36 dan KCl

tergolong kurang mobil sehingga terjadi

deposit dalam tanah. Akibatnya terjadi

ketidak seimbangan hara dalam tanah

untuk mendukung pertumbuhan dan

produksi padi sawah.

Rekomendasi pemupukan biasanya

dalam satuan kg pupuk per hektare (Ha),

sedangkan kebiasaan petani berpatokan

pada ukuran tradisional. Sedangkan lu as

lahan sawah kebanyakan petani ti daklah

pas 1 Ha, sehingga berpotensi terjadinya

over dosis pupuk akibat keter batasan

pengetahuan konversi luas lahan dan

pupuk. Selain itu pupuk yang tersedia

terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk

majmuk, sudah pasti perhitungan kebu­

tuhannya berbeda karena harus dukem­

balikan kepada persentase kon sen trasi

hara yang terkandung dalam pupuk.

Penggunaan insktisida/pestisida ki­

mia secara kontinyu dan tidak prose­

dural dalam pemberantasan organisme

pengganggu berpotensi meningkatkan

degradasi lahan sawah. Pada saat apli­

kasinya bukan hanya organisme target

saja yang mengalami kematian, tetapi

organisme non target juga akan binasa.

Populasi dan aktivitas mikroorganisme

tanah akan terganggu akibat penggunaan

pestisida kimia, pada hal ada beberapa

kelompok mikroorganisme tanah yang

ber peran dalam peningkatan kulitas la­

han­ sawah­ diantaranya­ bakteri­ fiksasi­

N yang hidup bebas atau bersimbiosis

dengan tanaman inang. Selain itu bebe­

rapa kelompok organisme yang berperan

sebagai predator juga akan musnah,

terjadinya resistensi terhadap pestisida

dan insektida tertentu sehingga memicu

meledaknya populasi.

Pengelolaan seperti di atas sudah

ber langsung sekian lama sehingga kon­

disi lahan sawah di Aceh saat ini dalam

situasi sekarat. Terkait paradigma ini,

Pemerintah Aceh melalui Dinas Per­

tanian dan Perkebunan telah melun­

curkan Program Gepeuaman (Gerakan

Produktivitas Lahan Sawah Pra Tanam)

sebagai salah satu upaya peningkatan

produktivitas lahan sawah. Gerakan ini

menjadi harapan dan sekaligus tanta­

ngan dalam mewujudkan ketahanan

dan kedaulatan pangan di Aceh.

Menurut hemat penulis, program

dan kegiatan yang mulai diperkenalkan

pada tahun ini termasuk dalam ba­

gian komitmen global (Sustainable

Development Goals, SDGs) dan nasional

da lam upaya mensejahterakan rak yat.

Sekurang­kurangnya terdapat em pat

dari 17 tujuan Pembangunan Ber ke­

lanjutan (TPB) atau  Sustainable Deve­

lopment Goals (SDGs)­dalam­Gepeua­man­

yaitu; Tanpa Kemiskinan; Tanpa Kela­

paran; Kehidupan Sehat dan Sejah tera,

serta Penanganan Perubahan Iklim.

Program di atas pada hakikatnya

ber prinsip pada budidaya pertanian

berkelanjutan yang merupakan bagian dari

pembangunan berkelanjutan yang telah

disetujui sebagai politik pembangunan

nasional oleh semua negara di dunia.

Gerakan peningkatan produktivitas la­

han sawah pra tanam merupakan tek­

nik atau metode pengelolaan lahan

sawah sebelum penanaman. Teknik dan

metoda dimaksud setidak­tidaknya harus

memenuhi empat kriteria utama yaitu:

teknologi tersebut adalah mudah dan

praktis dalam aplikasinya di lapangan;

dapat menekan biaya produksi pertanian;

dapat meningkatkan produktivitas tana­

man; serta mencegah degradasi lahan dan

lingkungan dalam jangka panjang.

Program Gepeuaman sebaiknya

men jadi tujuan bersama antara elemen

masya rakat di Provinsi Aceh, dengan demi­

kian akan timbul kekuatan yang da pat

mendorong Gepeuaman mencapai harapan

trend produktivitas padi di Aceh kembali

meningkat dan berkelanjutan. Peme rintah

Aceh melalui kekuatan politik nya, petani dan

masyarakat melalui kekuatan sosial serta

pengusaha melalui kekuatan ekonominya,

besar harapan Gepeuaman akan mampu

merubah tan tangan dan menjadikannya

sebagai peluang untuk mencapai empat

dari 17 tujuan TPB atau SDGs di Aceh.

Wallahutala a’lam (*)

Oleh: Dr. Ir. Muyassir, M.P

Staf Pengajar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah KualaP

enurunan produktivitas lahan pertanian

disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya

pengelolaan lahan sawah yang kurang tepat

guna. Kondisi itu antara lain disebabkan oleh

penggunaan pupuk kimia secara terus menerus tanpa

diimbangi pemberian pupuk organik sesuai dengan

kebutuhan. Akibatnya, lahan sawah semakin masam dan

mempengaruhi keseimbangan hara tanah.

Penggunaan pestisida buatan pabrik juga akan

menyebabkan pencemaran tanah dan air sehingga akan

terganggu aktivitas mikroorganisme tanah. Untuk itu, perlu

dilakukan usaha peningkatan kandungan hara tanah sawah

dengan cara mudah dan murah yaitu dengan mengembalikan

sisa panen ke dalam tanah berupa jerami dan pengunaan

pupuk hayati sebagai dekomposer untuk mengdekomposisi

bahan organik, sehingga akan menambah sumber hara bagi

pertumbuhan tanaman padi sebagai pupuk organik.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, Pemerintah

Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun)

Aceh, Selasa (14/9/2021), meluncurkan Gerakan Peningkatan

Produktivitas Lahan Sawah Pra Tanam (Gepeuaman) di

Gampong Jumphoih Adan, Kecamatan Mutiara Timur,

Kabupaten Pidie. Gerakan itu merupakan inovasi yang dilakukan

dinas tersebut untuk mengembalikan kesuburan lahan sawah

menggunakan pupuk organik serta bebas dari pencemaran

atau kerusakan sawah akibat penggunaan pupuk kimia dan

pembasmi hama secara terus menerus.

“Gerakan ini (Gepeuaman) kita lakukan untuk mengem­

balikan kesuburan sawah menggunakan pupuk organik,

serta mencegah kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk

kimia dan pembasmi hama secara terus menerus,” ungkap

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, di sela­sela kegiatan

tersebut. Menurut Cut Huzaimah, program itu dilaksanakan

pihaknya karena selama ini petani masih jarang­­bahkan

nyaris tak ada­­petani yang memberikan pupuk organik ke

lahan sawahnya.

Dampaknya, tingkat kesuburan lahan menjadi rendah dan

hal ini secara otomatis akan mengakibatkan pertumbuhan

tanaman menjadi lamban atau terhambat. Jika itu terjadi,

maka produktivitas tanaman padi akan rendah dan bulir padi

yang dihasilkan juga kurang berkualitas. Karena itu, kita harus

mengajak petani di Aceh untuk mau melaksanakan program

Gepeuaman yang diluncurkan Distanbun Aceh tersebut.

Semua pihak juga harus mendukung pengolahan sawah

menggunakan bahan organik. Sebab, selain menaikkan

tingkat kesuburan lahan, pertanian organik seperti yang

dilaksanakan oleh Distanbun Aceh juga bisa menghemat

biaya produksi sebesar 30­40 persen dan meningkatkan

produksi padi.

Melalui gerakan ini, petani juga diharapkan mau mengubah

perilakunya untuk membiasakan diri memanfaatkan sumber

daya bahan organik lokal seperti jerami diolah menjadi pupuk

organik. Sebab, bila petani sudah berhasil menerapkan konsep

Gepeuaman untuk budidaya padi sawah dan komoditas lain,

berarti petani di Aceh sudah menjalankan konsep pertanian

berkelanjutan dengan memanfaatkan bahan organik lokal. (*)

Semua Pihak Harus Dukung Pertanian Organik

2 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

3DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI KARTUN

Menghadapi tantangan

pengembangan sek­

tor pertanian ma sa

depan yang ber basis

teknologi, Pemerintah Aceh me­

lalui Dinas Pertanian dan Perke­

bunan (Distanbun) Aceh juga terus

melakukan berbagai upaya. Salah

satunya, menyiapkan petani milenial

karena mereka lebih melek teknologi.

Sehingga jika ada kegiatan sektor

pertanian yang menggunakan tek­

nologi, kaum milenial akan le bih cepat

paham dan bisa mengimple men ta­

Aceh Terus Siapkan Petani Milenial

Yang 60 orang itu belum pada tahap pembinaan,

tapi baru direkrut beberapa waktu terakhir. Perekrutan

ini akan terus berlanjut, kita utamakan yang punya UKM

dari hulu hingga ke hilir.”

MUKHLIS, SP, MAKabid Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh

sikan di lapangan.

Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan

dan Pengembangan SDM Pertanian

Perkebunan Distanbun Aceh, Mukhlis

SP MA, menyebutkan, untuk tahap

awal pihaknya menargetkan dapat

men cetak 200 petani milenial. Tapi,

yang sudah ada saat ini sebanyak 60

orang. Karena itu, sambung Mukhlis,

pihaknya akan terus berupaya agar

target tersebut bisa tercapai.

“Yang 60 orang itu belum pada

tahap pembinaan, ta pi baru direkrut

bebe rapa waktu ter akhir. Perekrutan

ini akan terus ber­

lanjut, kita uta­

makan yang punya

UKM (usaha kecil

menengah­red) dari

hulu hingga ke hilir,”

jelasnya.

Mukhlis me ng­

ung kap kan, pro­

gram pembentu­

kan petani mile nial

dila kukan pihak nya

sejalan de ngan pro­

gram Kemen te­

rian Pertanian (Ke­

mentan) RI yang

me nargetkan 2,5 ju ta

petani milenial pa­

da tahun 2024 men­

datang.

Sebenarnya, kata Mukhlis, Aceh

sudah jauh­jauh hari mencanangkan

program pembentukan petani mile­

nial. Pada akhir 2019, sebutnya, Peme­

rintah Aceh melalui Distanbun Aceh

sudah merekrut 20 petani milenial dari

beberapa kabupaten/kota, yang ke­

mudian dibina dan dikirim ke Thailand

un tuk menjalani magang.

Pada 2020, tambah Mukhlis,

Gubernur Aceh Ir H Nova Iriansyah

MT juga memiliki program membuat

klaster dengan cara membuka la han

seluas 20 hektare (Ha) bagi pe tani

milenial tersebut untuk mengem­

bangkan komoditas kelapa pandan

wangi, yang merupakan fokus saat

mereka belajar di Thailand.

“Saat klaster baru setengah

jalan, muncul pandemi Covid­19.

Se hingga anggaran di bidang kita

dipangkas untuk sektor kema­

nusiaan. Akibatnya, program ter­

sebut dihen tikan sementara waktu

dan akan dilan jutkan kem bali jika

kondisi sudah normal kembali,”

katanya.

Lebih lanjut ia menyampaikan, 20

petani milenial itu sudah terbentuk,

sudah eksis, dan sering diikutsertakan

dalam pelatihan­pelatihan. “Jadi, ki­

ta harapkan mereka bisa menjadi

peng gerak untuk mengajak kalangan

mile nial yang lain agar mau menjadi

petani,” harap Mukhlis.

Ia menilai, petani milenial memang

sudah seharusnya dipersiapkan da­

lam menghadapi tantangan per kem ­

bangan sektor pertanian ke de pan.

Dari 33 juta petani di seluruh Indo­

nesia, hanya 25 persen yang milenial,

selebihnya sudah berusia tua.

“Petani milenial ini berusia 19

hingga­ 39­ tahun­ dan­ bisa  teknologi­

seperti jualan tidak perlu lagi harus ke

pasar, bisa secara online. Kemudian,

full mekanisasi, sehingga jadi pe tani

itu tidak jorok, mudah, dan menye­

nangkan,” pungkasnya.

Seperti diketahui, menyiapkan

petani milenial merupakan salah sa­

tu program unggulan Kementerian

Pertanian (Kementan) RI dalam

mewu judkan sumber daya manusia

(SDM) pertanian yang unggul,

mandiri, dan modern. Kehadiran

petani milenial diharapkan menjadi

energi baru yang sangat positif di

dunia pertanian Indonesia. Karena

itu, generasi muda perlu diedukasi

dan dimotivasi untuk mencintai

pertanian sedini mungkin. (*)

4 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

5DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI KEBIJAKAN

Dalam tiga tahun terakhir

(2018­2020), jumlah dana pe­

remajaan sawit rakyat (PSR) un­

tuk lahan seluas 29.299,9 hektare

(Ha) di Aceh yang sudah ditransfer

Dirjen Perkebunan (Dirjenbun)

Kementerian Pertanian (Kemen­

tan) melalui bank penyalur men­

capai Rp 793 miliar. Program ter­

sebut terus berlanjut dan pada

Dengan pemberian dana PSR, diharapkan

areal tanaman kelapa sawit rakyat

yang produktif terus bertambah.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

Daerah Diminta Data dan Usul Penerima PSRtahun ini Aceh mendapat dana se­

kitar Rp 615 miliar untuk lahan se­

luas 20.500 Ha.

“Kuota tersebut sudah kami bagi

untuk sembilan kabupaten/kota

sen tra pengembangan kelapa sawit

rakyat,” ujar Kepala Dinas Pertanian

dan Perkebunan (Kadistanbun)

Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, beberapa

wak tu lalu. Kesembilan daerah itu,

sebutnya, meliputi Aceh Tamiang

(3.000 Ha), Aceh Timur (1.000 Ha),

Aceh Utara (2.500 Ha), Aceh Jaya

(2.000 Ha), Aceh Barat (2.500 Ha),

Nagan Raya (4.000 Ha), Aceh Singkil

(2.000 Ha), Subulussalam (2.500

Ha), dan Aceh Selatan (1.000 Ha).

Dana PSR yang berasal dari

pe ngenakan pajak ekspor minyak

cru de palm oil (CPO) ini, menurut

Cut Huzaimah, dialokasikan un­

tuk membantu petani guna mere­

ma jakan kembali tanaman kelapa

sawitnya yang sudah tua dan

tidak produktif lagi. “Dengan

pemberian dana PSR, diharapkan

areal tanaman kelapa sawit rakyat

yang produktif terus bertambah.

Sehingga produksi CPO tetap tinggi

dan Indonesia bisa menguasai

pasaran ekspor CPO dunia,” ungkap

Kadistanbun Aceh.

Cut Huzaimah menyampaikan,

da na PSR sebesar Rp 30 juta Ha

disa lurkan gratis. Dana PSR ini,

sambungnya, diusul oleh daerah yang

mendapat kuota pengembangan

peremajaan sawit rakyat. “Daerah­

daerah tersebut mencari koperasi dan

kelompok tani yang memiliki kebun

kelapa sawit namun sudah tua atau

berumur di atas 25 tahun atau tidak

produktif lagi,” jelasnya.

Usulan itu, kata Cut Huzai­

man, dilakukan oleh dinas per­

kebunan setempat, setelah ter­

lebih dulu melakukan pendataan

lahan, petani, serta lembaga yang

akan menerima dana tersebut.

Dinas perkebunan kabupaten/

kota kemudian mengirimkan

doku men usulan dana PSR ke

Distan bun Aceh.

“Distanbun Aceh akan mem­

ve­rifikasi­ administrasi­ kebe­naran­

dokumen, kemudian mem beri surat

pengantar atau reko men dasi untuk

meneruskan usu lan pencairan dana

PSR ke pada Dirjenbun Kementan,”

kata Cut Huzaimah.

Setelah usulan itu dipelajari

Dirjenbun dan dinilai layak

untuk dibantu, maka Dirjenbun

akan meneruskannya ke Badan

Pengelola Dana Perkebunan Ke­

lapa Sawit (BPDPKS), selaku ba­

dan penyalur dana PSR itu ke

bank penyalur di daerah.

Karena itu, Kadistanbun Aceh

mengimbau daerah yang su­

dah mendapat kuota program

peremajaan kelapa sawit rakyat

tahun ini agar segera mendata dan

pengusulan PSR ke provinsi. (*)

Distanbun Aceh Nilai Usaha Perkebunan

Pemerintah Aceh melalui

Dinas Pertanian dan Per­

kebunan (Distanbun) Aceh

rutin melaksanakan Pe ni­

laian Usaha Perkebunan (PUP) tiga

tahun sekali. Tahun ini, Distanbun

Aceh meng gunakan APBA Tahun

Anggaran 2021 melakukan penilaian

177 per usahaan perkebunan yang

ada di seluruh Aceh.

“Penilaian usaha perkebunan

ini kita lakukan melalui evaluasi

kinerja dan pembinaan terhadap

perusahaan perkebunan yang sudah

memiliki izin usaha per kebunan

yang meliputi SPUP, IUP­B, IUP­P,

dan IUP,” ujar Kabid Pe ngolahan dan

Pemasaran Per kebunan (P2Bun)

Distanbun Aceh, Cut Regina SP MM,

kepada Haba Tani, pekan lalu.

Selain untuk mengevaluasi izin

usaha perkebunan, menurut Cut

Regina, penilaian itu juga bertujuan

untuk mengetahui kepatuhan usaha

perkebunan terhadap peraturan

dan ketentuan yang berlaku serta

men dorong usaha perkebunan un­

tuk memenuhi baku teknis usaha

per kebunan dalam memaksimalkan

kinerja usaha perkebunan dan men­

dorong perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya sesuai dengan Per­

aturan Menteri Pertanian Nomor

98 Tahun 2013 tentang Pedoman

Perizinan Usaha Perkebunan.

“Penilaian Usaha Perkebunan

juga penting bagi penyusunan pro­

gram dan kebijakan pembinaan usaha

perkebunan,” ungkap Cut Re gina

didampingi Kasi Bimbingan Usaha

Perkebunan, Aswansyah Putra SHut

MSi.Lebih lanjut, Cut Regina menje­

laskan, penilaian usaha perkebunan

dilakukan melalui pendekatan sis­

tem dan usaha agribisnis dengan

me madukan keterkaitan berbagai

subsistem dimulai dari penyediaan

sarana produksi, produksi pengo­

lahan dan pemasaran hasil, serta

jasa penunjang lainnya.

Penilaian Usaha Perkebunan,

sam bung Cut Regina, dilakukan oleh

tim yang ditunjuk dan ditetap kan

dengan Surat Keputusan Guber nur

Aceh. Di masa pandemi Covid­19 saat

ini, Distanbun Aceh dengan anggaran

yang sangat terbatas terus berupaya

untuk melakukan penilaian usaha

perkebunan dengan sebaik­baiknya.

“Sampai dengan September 2021,

sudah 63 perusahaan perkebunan

yang kita nilai. Sedangkan sisanya

terus kita upayakan agar selesai

pada akhir tahun nanti,” ucap Regina

seraya berharap target tersebut bisa

tercapai.

Bagi perusahaan yang belum

terakomodir untuk dinilai melalui APBA

2021, menurut Cut Regina, perusahaan

tersebut dapat melaksanakan secara

mandiri bila diperlukan sewaktu­

waktu dan tetap berkoordinasi dengan

Distanbun Aceh. Kegiatan ini, tambah

Cut Regina, semakin dirasakan pen­

tingnya terhadap berbagai tun­

tutan pengembangan kelapa sa wit

berkelanjutan sesuai dengan permin­

taan pasar internasional. Sehingga

diharapkan dapat memenuhi target

kebijakan pemerintah yang bertujuan

untuk meningkatkan daya saing

minyak sawit mentah (Crude Palm

Oil/CPO) Indonesia khususnya Aceh

di pasar internasional sesuai dengan

standar permintaan pasar global. (*)

Sampai dengan September 2021, sudah 63

perusahaan perkebunan yang kita nilai. Sedangkan

sisanya terus kita upayakan agar selesai pada

akhir tahun nanti.”

CUT REGINA, SP, MMKabid P2Bun Distanbun Aceh

Tim Penilaian Usaha Perkebunan foto bersama di kompleks PT Delima Makmur, Aceh Singkil.

Dok Koperasi Aceh Berkat

Alat berat membersihkan lahan untuk PSR di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.

4 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

5DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI EDUKASI

Ikatan Guru Indonesia (IGI) Aceh, Drs

Imran Lahore, saat berkunjung ke

sekolah tersebut beberapa waktu

lalu.

Hal itu, sebut Imran, didasarkan

pada sejumlah prestasi yang

sudah diraih oleh SMK­PP yang

dikepalai oleh Muhammad SP MP. Di

antaranya, masuk dalam 30 Inovator

Literasi Nasional Tahun 2020, dua

kali menjadi juara pertama moda

literasi bergerak tahun 2019 dan

2020, serta masuk dalam enam

besar lomba tokoh buku vokasi yang

diselenggarakan Dinas Pendidikan

Aceh pada tahun 2021.

“SMK­PP yang berdiri tahun 1991

ini juga sudah menerbitkan beberapa

buku, di antaranya Kepsek Now di

Era Milineal dan BACA, serta e­book

bahan pembelajaran siswa dan buku

pengangan guru hasil kerja sama

dengan Banpelis, Banpelip, GMB, dan

tiga unit kerja Dinas Pertanian dan

Perkebunan (Distanbun) Aceh lain juga

meraih penghargaan serupa. Ketiga

unit kerja tersebut adalah SMK­PP

Negeri Saree (Aceh Besar), UPTD Balai

Pengawasan­ dan­ Sertifikasi­ Benih­

Tanaman Pangan, Hortikultura dan

Perkebunan (BPSBTPHP) Aceh untuk

kategori UKPP berprestasi utama,

serta SMK­PP Bireuen untuk kategori

UKPP berprestasi madya.

“Alhamdulillah, kami sangat

bersyukur tahun ini bisa meraih

kembali penghargaan Adi Bakti Tani

kategori Berprestasi Utama dari

Kementan RI. Prestasi ini tak lepas

kerja keras manajemen dan semua

warga sekolah, serta bantuan dan

dukungan penuh dari Distanbun

Aceh, Biro Organisasi Setda Aceh,

dan seluruh stakeholder lainnya,”

ungkap Kepala SMK­PP Negeri

Kutacane, Muhammad SP MP, kepada

Haba Tani, pekan lalu.

Muhammad menjelaskan, peni­

laian yang dilakukan oleh Kementan

untuk penerima penghargaan itu an­

tara lain terkait pelayanan publik,

inovasi, kerja sama dengan berbagai

pihak,serta peningkatan pelayanan

terhadap pembangunan pertanian

yang berkelanjutan. “Selain itu juga di­

nilai dokumen kerja, presentasi secara

daring, serta pengiriman dokumen

berkas dan video ke Biro Organisasi

Kementerian Pertanian RI sejak awal

Juli lalu,” rinci pria yang akrab disapa

SMK-PP Kutacane Kembali Raih Penghargaan

Adi Bakti Tani Prestasi ini tak lepas kerja keras manajemen

dan semua warga sekolah, serta bantuan dan dukungan penuh

dari Distanbun Aceh, Biro Organisasi Setda Aceh,

dan seluruh stakeholder lainnya.”

MUHAMMAD, SP, MPKepala SMK­PP

Negeri Kutacane

Jadi Model Sekolah PaperlessNyalanesia,” jelas Imran.

Dalam kunjungan itu, Ketua IGI

Aceh dan rombongan juga melihat

langsung aktivitas siswa SMK­PP

Negeri Kutacane. Dimana, kata

Imran, ujian semester di sekolah itu

sudah menggunakan sistem online,

absensi­ siswa­ dengan­ finger­ print,­

belajar sudah banyak mengunakan

multimedia, classroom, minim

penggunakan kertas, serta buku

bacaan dan majalah dinding tersedia

di sudut baca setiap ruang kelas.

“Ini benar­benar sekolah lite­

rasi,” kata Imran di hadapan guru

dan siswa literasi yang sedang ber­

kumpul­untuk­briefing­lomba­literasi­

tingkat sekolah tersebut.

Imran juga mengapresiasi ino­

vasi yang dilakukan Kepala SMK­PP

Negeri Kutacane, Muhammad SP

MP, serta guru­gurunya yang masih

muda, kreatif, dan inovatif, sehingga

bisa selalu membangkitkan se­

mangat siswa untuk berliterasi.

SMK­PP Negeri Kutacane

juga pernah menjadi juara literasi

SMK tingkat Provinsi Aceh pada

tahun 2018 dan 2019. “Ini perlu

ditingkatkan dan dikembangkan,

teruslah membaca dan menulis,

buat karya tulis, serta mulailah

menulis buku dari sekarang,”

harap Imran yang juga Kepala SMA

Negeri 8 Banda Aceh, ini.

Imran juga menyarakan agar

sekolah tersebut dapat me­

ngembangkan literasi digital

dalam rangka menghadapi era

industri 4.0 yang serba terdi­

gitalisasi. Lagi pula, sambungnya,

pengunaan kertas di sekolah ini

mulai berkurang. Sehingga bisa

menjadi contoh go green school

untuk sekolah­sekolah lain di

Aceh. (*)

PRESTASI mentereng kem­

bali ditoreh Sekolah Me­

ne ngah Kejuruan Pemba­

ngunan Pertanian (SMK­PP)

Negeri Kutacane, Aceh Tenggara, pada

level nasional. Kali ini, sekolah yang

‘dinakhodai’ oleh Muhammad SP MP,

tersebut meraih penghargaan dari

Kementerian Pertanian (Kementan) RI

yaitu Adi Bakti Tani Tahun 2021 untuk

kategori Unit Kerja Pelayanan Publik

(UKPP) Berprestasi Utama.

Bagi SMK­PP Negeri Kutacane,

ini adalah kali kedua memperoleh

penghargaan tersebut setelah sebe­

lum nya pada tahun 2019. Piala,

ser­tifikat,­ dan­ plakat­ Adi­ Bakti­ Tani­

untuk sekolah itu diserahkan oleh

Menteri Pertanian (Mentan) RI, Dr H

Syahrul Yasin Limpo SH MSi MH, pada

peringatan HUT Ke­76 RI di Kantor

Kementan RI, kawasan Ragunan,

Jakarta, Selasa (17/8/2021).

Selain SMK­PP Negeri Kutacane,

Pak MT Is, ini.

Karena masih dalam suasana pan­

demi Covid­19, sambung Muhammad,

hadiah,­ sertifikat,­ dan­ piala­ kepada­

SMK­PP Negeri Kutacane dan untuk

juara pada berbagai kategori lainnya

diterima secara simbolis oleh bebe­

rapa Unit Kerja Pelayanan Publik

(UKPP) Kementan RI.

Kepala Dinas Pertanian dan

Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, Ir

Cut Huzaimah MP, mengapresiasi

keempat unit kerja di bawah dinas

tersebut yang meraih penghargaan

dari Kementerian Pertanian RI pada

tahun ini. “Ini penghargaan kedua

kali sejak tahun 2019 bagi SMK­PP

Negeri Kutacane dan tahun pertama

bagi BPSBTP meraih penghargaan

bergengsi ini,” ungkap Cut Huzaimah

seraya mengucapkan syukur atas

torehan tersebut.

Seperti diketahui, SMK­PP Negeri

Kutacane mewakili Distanbun Aceh ke

ajang Abdi Bakti Tani Kementan Tahun

2021. Kegiatan itu diikuti oleh 40 UKKP

Kementan dari seluruh Indonesia.

Rangkaian seleksi yang dilaksanakan

oleh Biro Organisasi Kementan dimulai

dengan presentasi secara daring

pada 5­6 Juli 2021. Kemudian, bahan

presentasi dan testimoni, serta hasil

penilaian tim Kementan diupload

bersama berkas/dokumen dan video

pelayanan publik. Terakhir, dilakukan

verifikasi­lapangan.

SMK­PP Negeri Kutacane kali ini

menampilkan inovasi pembelajaran

secara learning management sys­

tem, classroom, kewirausahaan,

ke las industri, pengembangan ba­

dan layanan usaha daerah (BLUD),

Agrotechno Park, PWMP mart, pe­

masaran produk online, dan kerja

sama dengan sejumlah pihak. Di

samping itu, soal keterbukaan infor­

masi publik melalui media massa

baik cetak maupun elektronik, serta

media sosial (medsos). (*)

Sekolah Menengah Kejuruan

Pembangunan Pertanian (SMK­

PP) Negeri Kutacane, Aceh

Tenggara, bisa menjadi model

sekolah paperless (tanpa kertas).

Penilaian itu disampaikan Ketua

Penghargaan untuk empat unit kerja Distanbun Aceh.

Kegiatan Siswa SMK-PP Negeri Kutacane, Aceh Tenggara.

6 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

7DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INSPIRASI

Pemerintah Aceh melalui

Dinas Pertanian dan Perkebunan

(Distanbun) Aceh beberapa wak­

tu lalu meluncurkan Gera kan

Masyarakat (Germas) Pe mang ­

kasan Tanaman Kopi di Kam­

pung Tebes Lues, Kecamatan

Bies, Aceh Tengah. Kegiatan itu

dihadiri Kadistanbun Aceh, Ir

Cut Huzaimah MP, Staf Khusus

Gubernur, Bupati Aceh Tengah, Drs

Shabela Abubakar bersama jajaran

dinas pertanian setempat, dan

stakeholder terkait lainnya.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, mengatakan, Kopi

Arabika Gayo merupakan ke­

Gubernur Aceh, Ir H Nova

Iriansyah MT, mengikuti

pelepasan ekspor biji

kopi Arabika Gayo ke

Amerika Serikat (AS), pada Sabtu

(14/8/2021). Pelepasan itu dilakukan

Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara

simbolis dari Istana Kepresidenan

Bogor, Jawa Barat, dalam acara

Merdeka Ekspor 2021.

Acara tersebut adalah sere­

monial pelepasan ekspor komoditas

pertanian dari 17 provinsi ke ber­

bagai negara tujuan. Kegiatan itu

diikuti secara virtual oleh para men­

teri dan gubernur dari sejumlah

daerah di Indonesia.

Gubernur Aceh mengikuti acara

itu dari Redelong, Bener Meriah.

Pada kesempatan itu, Gubernur di­

dam pingi Pelaksana tugas (Plt)

Bupati Bener Meriah, Dailami,

Asisten II Sekda Aceh, Mawardi, Bu­

pati Aceh Tengah, Tgk Sarkawi,

Bupati Gayo Lues Muhammad Amru,

Kadis Pertanian dan Perkebunan

Germas Pemangkasan Kopi untuk Tingkatkan Produktivitas

banggaan bersama masyarakat

Aceh yang sudah mampu menembus

pasar nasional dan bahkan inter­

nasional. “Ini adalah anugerah yang

luar biasa dan kita patut syukuri

dengan mempertahankan cita rasa

dan produktivitas Kopi Gayo agar

tak didahului oleh kopi­kopi arabika

lain,” ujarnya.

Berdasarkan data statistik per­

kebunan, sebut Cut Huzaimah, pro­

duktivitas Kopi Gayo di Aceh Tengah

saat ini sebanya 813 kilogram per

hektare (Ha). Angka tersebut, me­

nurutnya, tergolong kecil dari yang

seharusnya bisa mencapai yakni 2

hingga 3 ton per hektare.

“Untuk itulah, kita perlu melak­

sanakan pemangkasan tana man

kopi. Sebab, berdasarkan ha sil pe­

nelitian, pemangkasan bisa me­

ning katkan produktivitas tana man

kopi dua hingga tiga kali lipat dari

yang tidak dipangkas,” ungkap Cut

Huzaimah. Informasi yang sama,

kata Kadistanbun Aceh, juga diterima

pihaknya dari Masyarakat Pelindung

Kopi Gayo (MPKG).

Lebih lanjut Cut Huzaimah me ­

nyampaikan, pemangkasan men ja­

dikan tanaman kopi tetap ren dah.

Sehingga membentuk cabang­ca­

bang produksi baru secara ber­

kesinambungan dalam jumlah yang

cukup. Selain itu, lanjutnya, kegiatan

tersebut juga mempermudah ma­

suk nya cahaya matahari dan mem­

perlancar sirkulasi udara, serta

mem permudah pengendalian hama

penyakit

Karena itu, Cut Huzaimah me­

ngajak petani untukmelakukan pe­

mangkasan tanaman kopi secara

man diri dan berkesinambungan

minimal dua kali dalam setahun. Ke­

giatan tersebut, tambahnya, harus

diikuti dengan pemupukan agar

tanaman cepat pulih.

Penjelasan hampir sama juga

disampaikan Bupati Aceh Tengah,

Drs Shabela Abubakar. Dalam sam­

butan pembukaannya, Shabela

mengatakan, pemangkasan tana­

man kopi bertujuan untuk mengem­

balikan produktivitas tanaman

tersebut. Menurutnya, bagian yang

dipangkas antara lain cabang dan

ranting tanaman kopi yang sudah

tua, tidak produktif, tidak sehat,

dan tidak normal lagi. “Tanaman

kopi yang dipangkas teratur mampu

meningkatkan produksi dua sampai

tiga kali lipat dari biasanya,” ucap

Shabela.

Saat ini, sambung Bupati, kopi

Arabika Gayo perlu mendapat

perhatian serius dari semua pihak

agar tak diserang hama dan penyakit

jamur akar. Sebab, serangan pe­

nyakit tersebut bisa membuat

hasil tanaman berkurang. Untuk

itu, tambah Shabela, diperlukan

upaya pengendalian, agar kopi

Arabika Gayo tetap eksis.

Ia berharap, pemangkasan

ser ta perawatan tanaman kopi

bisa diterapkan oleh petani di

kebun masing­masing. “Kami

ber harap, saudara sekalian para

pe tani kopi dapat mengikuti aca­

ra ini secara cermat bersama

brigade pemangkasan kopi ara­

bika Gayo, sehingga nantinya kita

dapat mengimplementasikan di

lapangan dengan baik,” harap

Bupati.

“Semoga kegiatan ini dapat

memberi motivasi dan tambahan

pengetahuan bagi kita semua,

untuk meningkatkan hasil dari

perkebunan kopi di Kabupaten

Aceh Tengah,” tutup Shabela.

Pada kesempatan itu, Kadis ­

tanbun Aceh, bersama Bu­

pati Aceh Tengah dan se jum­

lah tamu undangan lain nya ikut

berbaur dengan 200 petani untuk

melakukan pemangkasan tanaman

kopi secara simbolis. Dalam

kegiatan tersebut, Distanbun Aceh

juga menyerahkan bantuan berupa

sarana kerja berupa alat pertanian

kecil (APK) kepada petani kopi di

kawasan tersebut. (*)

Aceh Ekspor Arabika Gayo

ke AS(Kadis tanbun) Aceh, Ir Cut Huzaimah

MP, Direktur Utama PT Bank Aceh

Syariah, Haizir Sulaiman, Anggota

DPRA dan DPRK Bener Meriah, serta

sejumlah pejabat Pemerintah Aceh

dan Pemkab Bener Meriah.

Kepala Biro Humas dan Protokol

Setda Aceh, Muhammad Iswanto

SSTP MM, menjelaskan, dalam ‘Mer­

deka Ekspor 2021,’ Aceh meng­

ikutsertakan dua perusahaan ek­

sportir yaitu Koperasi Kopi Wanita

(Kokowa) Gayo dan Koperasi Per­

mata Gayo. Total biji kopi Arabika

Gayo yang diekspor ke AS oleh ke dua

perusahaan asal Bener Meriah ter­

sebut mencapai 38,4 ton.

“Nilai FOB barang yang diekspor

Kokowa Gayo adalah 108.096 dolar

AS dengan volume 19,2 ton. Semen­

tara Koperasi Permata Gayo, meski

volume barangnya juga 19,2 ton,

namun nilai FOB­nya sebesar 96,960

dolar AS,” jelas Muhammad Iswanto.

Secara keseluruhan, Presiden

Jokowi pada kesempatan itu melepas

ekspor produk pertanian senilai

Rp 7,29 triliun dari 17 pelabuhan/

bandara di 17 provinsi. Pada kesem­

patan itu, Presiden Jokowi menyam­

paikan penghargaan dan apresiasi

kepada petani, peternak, pekebun,

pelaku usaha agribisnis, dan pe­

mangku kepentingan pertanian yang

selama masa pandemi Covid­19

sudah bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhan pangan masyarakat di

Indonesia. Menurut Jokowi, mereka

berhasil meningkatkan ekspor

produk­produk pertanian.

Presiden juga menyebutkan,

per tanian adalah salah satu sektor

yang mampu bertahan dari parahnya

dampak pandemi dibanding berbagai

sektor usaha lain di negeri ini.

“Ekspor pertanian pada tahun 2020

mencapai Rp 451,8 triliun naik 15,79

persen dibanding tahun 2019 yang

angkanya Rp 390,16 triliun. Dan,

pada Semester I tahun ini­­Januari

sampai dengan Juli 2021­­ekspor

mencapai Rp 282,86 triliun atau

naik 14,05 persen dibanding periode

yang sama tahun 2020 yaitu sebesar

Rp 202,05 triliun,” jelas Presiden.

Jokowi menambahkan, pening­

katan ekspor komoditas pertanian

selama ini sudah berdampak pada

peningkatan kesejahteraan petani.

“Saya mendapat angka nilai tukar

petani terus membaik. Pada Juni

2020, nilai tukar petani berada

di angka 99,60, secara konsisten

meningkat hingga Desember 2020

mencapai 103,25. Dan, pada Juni

2021 mencapai 103,59. Ini menurut

saya sebuah kabar yang baik yang

bisa memacu semangat petani­

petani kita untuk tetap produktif

pada masa pandemi,” pungkas

Presiden. (*)

Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT, bersama Plt Bupati Bener Meriah, Bupati Gayo Lues, Bupati Aceh Tengah, dan Kadistanbun Aceh, memperlihatkan kopi hasil produksi Kokowa Gayo di Bener Meriah, Sabtu (14/8/2021).

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, mengikuti Germas Pemangkasan Tanaman Kopi di Kampung Tebes Lues, Kecamatan Bies, Aceh Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian, pemangkasan

bisa meningkatkan produktivitas tanaman

kopi dua hingga tiga kali lipat dari yang tidak

dipangkas.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

6 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

7DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INOVASI

Beras organik ‘Ortam 58’

yang di kembangkan di

Aceh Tamiang di akui

nasional me nyusul terbit­

nya­ser­tifikat­dari­Lembaga­Sertifikasi­

Or ganik (LSO) Indonesian Organic

Far ming Certification (INOFICE).

Beras­organik­‘Ortam­58’­yang­dihasilkan­oleh­petani­Aceh­Tamiang­sudah­mendapat­sertifikat­dari­Lembaga­Sertifikasi­Or­ganik­(LSO)­Indonesian Organic Far ming Certification (INOFICE) .

Distanbun Akan Kembangkan di Daerah Lain

Keberhasilan Aceh Tamiang

mengembangkan beras organik

memotivasi Pemerintah Aceh

untuk mengembangkan proyek

serupa di daerah lain. Setidaknya

ada dua kabupaten/kota yang

dibidik Dinas Pertanian dan Per­

kebunan (Distanbun) Aceh untuk

dijadikan sentra pengem bangan

beras organik. Kedua daerah itu

adalah Aceh Tengah dan Pidie.

“Saat ini baru 2,3 hektare

lahan yang digunakan untuk

organik, sedangkan lahan banyak.

Kita akan terus menginisiasi dan

mencari lokasi yang sesuai untuk

pengembangan organik,” kata Kabid

Tanaman Pangan Dinas Pertanian

dan Perkebunan (Distanbun) Aceh,

Safrizal SP MP, beberapa waktu lalu.

Safrizal pun tak ragu menyebut

Aceh Tamiang sebagai pionir beras

organik karena tidak hanya berhasil

memasarkan beras ini, tapi juga telah

mengantungi­ sertifikasi.­ “Kabupaten­

lain­belum­ada­yang­dapat­sertifikasi,­

makanya akan terus kita kejar,”

sambungnya.

Ia menyarankan Pemkab Aceh

Tamiang terus mengawal pengem­

bangan budidaya ini dan mengajukan

usulan anggaran untuk mendukung

dan mempercepat proses pertanian

organik. Namun yang terpenting

menurut Safrizal, pemkab dan

semua elemen masyarakat yang

terlibat budidaya padi ini sepakat

mengubah pola pikir petani tentang

tanaman organik. “Yang terpenting,

mindset petani dulu yang kita

mantapkan. Kalau sudah bersinergi,

anggaran ke pusat bisa kita jemput

dan kita jangan berhenti hanya pada

beras organik saja,” ujarnya.

Peluncuran beras ini dilakukan di

Aula Setdakab Aceh Tamiang dengan

dihadiri unsur Forkopimda dan

seluruh pihak yang terlibat dalam

proses pengembangan, di an taranya

Masyarakat Pertanian Organik Indo­

nesia (Maporina) dan penyuluh per­

tanian. (serambinews.com)

SERAMBINEWS.COM/RAHMAT WIGUNA

Bupati Aceh Tamiang, Mursil, menerima kemasan beras organik Ortam 58.

Untuk Aceh, kita yang pertama mendapatkan

sertifikasi­ini.­Jelas­ini­peluang­bagi petani kita untuk lebih

serius mengembangkan tanaman organik.”

M. YUNUS, SPKadistanbunak Aceh Tamiang

Dapat Sertifikat INOFICE, Beras Organik Aceh Tamiang Diakui Nasional

Sertifikasi­ tersebut­ diberikan­ oleh­

lembaga yang berkedudukan di Bo­

gor, Jawa Barat, kepada lahan yang

dikelola Kelompok Tani ‘Serasi’ Kam­

pung Pahlawan, Kecamatan Karang

Baru, Aceh Tamiang.

Untuk diketahui, INOFICE adalah

Lembaga­ Sertifikasi­ Organik­ yang­

telah­ diverifikasi­ oleh­ Otoritas­

Kom peten Pangan Organik (OKPO)

Kementerian Pertanian Republik

Indo nesia pada tahun 2007 dan

Komite Akreditasi Nasional (KAN)

pada tahun 2008 dengan Nomor

LSPO­003­IDN. INOFICE su dah

menjadi anggota IFOAM (Inter na­

tional Federation Of Organic Agricul­

ture Movements) sejak tahun 2012.

INOFICE didukung oleh tenaga

ahli yang berpengalaman dan

kompeten dalam bidang pertanian

yang sudah mengikuti pertemuan,

pelatihan, dan seminar organik di

dalam dan luar negeri. Dalam melak­

sanakan­ sertifikasi,­ INOFICE­ bekerja­

sama dengan laboratorium penguji

yang telah terakreditasi KAN.

Kepala Dinas Pertanian, Per ke ­

bunan dan Peternakan (Kadis tanbu­

nak) Aceh Tamiang, M Yunus SP, men je­

SERAMBINEWS.COM/RAHMAT WIGUNA

Bupati Aceh Tamiang, Mursil, bersama unsur Forkopimda dan stakeholder terkait meluncurkan beras organik di Aula Setdakab setempat.

laskan,­sertifikasi­tanaman­padi­organik­

ini merupakan yang pertama di Aceh.

Ia mendorong petani lain untuk me­

nerapkan pola tanam serupa karena

memberikan keuntungan yang lebih

besar. “Un tuk Aceh, kita yang pertama

men­­dapatkan­ sertifikasi­ ini.­ Jelas­ ini­

peluang bagi petani kita untuk lebih se­

rius mengembangkan tanaman orga­

nik,” kata Yunus, beberapa waktu lalu.

Yunus menjelaskan, usulan ser­

tifikasi­ ini­ sudah­ diajukan­ sejak­

awal tahun 2021. Setelah melalui

veri­fikasi,­ padi­ yang­ dihasilkan­ oleh­

Kelompok Tani (Poktan) ‘Serasi’

Kampung Pahlawan, Kecamatan

Karang Baru, dinilai sudah memenuhi

SNI 6279/2016 dan Permentan No­

mor 64/2016 yang menjadi rujukan

penilaian.­ “Sertifikasi­ ini­ melalui­

veri­fikasi­ panjang,­ sangat­ banyak­

per­syaratannya,­ termasuk­ verifikasi­

faktual dengan meninjau langsung

lahan dan hasil produksinya,” jelas

Kadistanbunak Aceh Tamiang.

Lebih lanjut ia mengungkapkan,

sejak setahun terakhir pihaknya terus

mengembangkan tanaman padi

organik. Poktan Serasi, sebut nya,

melakukan uji coba padi organik di lahan

seluas 2,3 hektare dari total areal 9

hektare yang dimiliki sejak Maret 2021.

“Tanam Maret, akhir Mei sudah panen.

Artinya, masa tanam padi organik

dengan non organik sama­sama tiga

bulan, hanya saja keuntungan yang

diraih lebih besar,” ucapnya.

Keuntungan itu, kata dia, bukan

hanya hasil produksi yang lebih

banyak, tapi harga jualnya jauh lebih

tinggi.Dibanding padi semi organik

yang menghasilkan gabah 5,5 ton

per hektare, maka padi organik

mam pu menghasilkan gabah 6,8 ton

per hektare. “Harganya juga jelas le­

bih tinggi. Di pasaran, harga gabah

kering (HGK) organik Rp 6.500 per

kilogram, sementara semi organik

paling tinggi Rp 4.500 per kilogram,”

rinci Yunus.

Menurutnya, keberhasilan Pok­

tan Serasi sudah mendorong pe tani

lain untuk mengembangkan ta­

naman serupa pada musim tanam

gadu tahun ini. Untuk memotivasi

petani, Yunus meminta petani tidak

pusing memikirkan pangsa pasar

karena sudah diurus oleh Koperasi

Organik Tamiang Jaya. “Tugas petani

hanya menanam padi organik, uru­

san pemasaran sudah ada yang

men jualnya,” timpalnya.

Mengenai dipilih ‘Ortam 58’ se­

ba gai merek beras organik ter­

sebut, Yunus menjelaskan, nama itu

merupakan perpaduan antara akro nim

dan ayat Alquran. “Ortam itu singkatan

dari Organic Rice Tamiang, sedangkan

58 merujuk Surat Al­A’raf ayat 58

yang menceritakan tentang kebesaran

Allah SWT terhadap tanaman tumbuh

subur,” jelasnya. (serambinews.com)

8 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

9DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI UTAMA

Pengembangan pertanian

di Indonesia tak terkecuali

Aceh  dihadapkan­ pada­

ber bagai masalah, dan

sa lah satu nya adalah kualitas tanah

yang­ umumnya  masih­ rendah.­ Un­

tuk mengatasi hal itu, Pemerintah

Aceh melalui Dinas Pertanian dan

Perkebunan (Distanbun) Aceh, Selasa

(14/9/2021) lalu, meluncurkan Gera­

kan Peningkatan Produktivitas Lahan

Sawah Pra Tanam (Gepeuman) di

Gam pong Jumphoih Adan, Kecamatan

Mutiara Timur, Kabupaten Pidie.

Gerakan itu merupakan inovasi

yang dilakukan Distanbun Aceh yang

kini ‘dinakhodai’ oleh Ir Cut Huzai­

mah MP, untuk mengembalikan kesu­

buran lahan sawah menggunakan

pu puk organik serta bebas dari pen­

cemaran atau kerusakan sawah aki bat

penggunaan pupuk kimia dan pem­

basmi hama secara terus menerus.

Kegiatan itu dibuka Bupati Pidie,

Roni Ahmad SE MM, yang diwakili

Asisten I Setda Pidie, Samsul Azhar.

Turut hadir, Kepala Perwakilan BI Aceh,

Achris Sarwani, Kadistanbun Aceh, Ir

Cut Huzaimah MP, bersama beberapa

Kepala SKPA terkait, Kadistan Pidie,

Ir Sofyan dan jajarannya, pakar kesu­

buran tanah dari Universitas Syiah

Kula (USK), Dr Ir Yadi Jufri MP, penyuluh

pertanian dan pengamat hama, serta

sejumlah tamu undangan lainnya.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, pada kesempatan itu

ju ga menyalurkan bantuan berupa

be nih padi inbrida sebanyak 37,5 ton

un tuk 1.500 hektare lahan sawah,

pupuk cair, hand sprayer, dan cairan

pembasmi hama tanaman. Setelah

pe nyaluran bantuan, acara dilanjutkan

de ngan demonstrasi mengolah tanah

sawah menggunakan traktor milik

UPTD Alsintan Distanbun Aceh serta

menyemprotkan bakteri pengurai

or ganik ke lahan yang sudah diolah

sebelumnya.

“Gerakan ini (Gepeuaman­red) ki­

ta lakukan untuk mengembalikan ke­

Gerakan ini kita lakukan untuk mengembalikan

kesuburan sawah menggunakan pupuk

organik, serta mencegah kerusakan lahan akibat

penggunaan pupuk kimia dan pembasmi hama

secara terus menerus.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

Gepeuaman, Inovasi Aceh Jaga Kesuburan Sawah

suburan sawah menggunakan pupuk

organik, serta mencegah kerusakan

la han akibat penggunaan pupuk ki­

mia dan pembasmi hama secara te rus

menerus,” ungkap Kadistanbun Aceh,

Ir Cut Huzaimah MP, di sela­sela ke­

giatan tersebut.

Ia menjelaskan, ada beberapa tu­

juan dari program Gepeuaman. Per­

tama, sebutnya, untuk mengurangi

ke biasaan petani menggunakan

pupuk ki mia (urea, NPK, Sp36, KCl

dan ZA) ser ta beralih ke pupuk

or ganik. Kedua, me nurut Cut

Huzaimah, mengurangi peng gunaan

ba han kimia untuk mem berantas

ha ma dan penyakit tanaman. Ketiga,

meng efektifkan penggunaan air

agar tidak berlebihan tapi cukup de­

ngan kondisi macak­macak/becek.

Tujuan selanjutnya, sambung

Kadis tanbun Aceh, agar petani tidak

mem bakar jerami sisa panen padi,

di lahan sawah serta memanfaatkan

je rami menjadi pupuk organik. “Ke­

biasan petani membakar jerami di la­

han sawah seusai panen itu kurang

baik, makanya kita ubah menjadi ke­

biasaan baru yakni memanfaatkan

je rami padi menjadi pupuk organik,”

ungkapnya.

Kadistanbun Aceh juga me ngung­

kapkan, bahan atau pupuk orga nik

sangat besar peranannya ter ha­

dap kesuburan tanah. Seperti, me­

nyum bangkan unsur hara makro dan

mikro, meningkatkan jumlah populasi

mikro organisme dalam tanah, mem­

buat struktur tanah menjadi gembur

sehingga memudahkan akar tanaman

berkembang, menonaktifkan atau

me le mahkan peran Al dan Fe dalam

me ng ikat unsur pospos (P) dalam ta­

nah, serta meningkatkan humus ta nah

sehingga meningkatkan kemam pu an

tanah dalam menyedikan hara bagi

pertumbuhan tanaman atau me ning­

katkan kapasitas tukar kation tanah,

serta menjaga kestabilan PH tanah.

Program ini, tambah Cut Huzai­

mah, dilaksanakan pihaknya karena

selama ini petani tidak atau jarang

memberikan pupuk organik ke lahan

sawahnya. Kondisi itu sudah terbukti

berdasarkan penelitian sampel tanah

sawah di Kecamatan Kembang Tanjong

dan Kecamatan Mutiara, Pidie yang

dilakukan di Laboratorium Fakutas Per­

tanian Universitas Syiah Kuala (FP USK),

dimana hasilnya menunjukkan hara

tanah yang dibutuhkan tanaman berada

dalam konsentrasi yang rendah.

Lahan sawah yang kekurangan

bahan organik, tambah Kadistanbun

Aceh, membuat tingkat kesuburannya

men jadi rendah dan hal ini akan meng­

akibatkan pertumbuhan tanaman

menjadi lamban atau terhambat. “Ji­

ka itu terjadi, maka produktivitas ta­

naman padi akan rendah dan bulir

padi yang dihasilkan juga kurang

berkualitas atau tidak bernas. Karena

itu, kami mengajak petani di Aceh

untuk mau melaksanakan program

Gepeuaman yang kita luncurkan ini,”

jelas Cut Huzaimah.

Untuk keberlanjutan program

Gepeuaman dan meningkatkan

keman dirian petani, menurut Cut

Huzaimah, Distanbun Aceh bekerja

sama dengan Bank Indonesia Per­

wakilan Aceh juga akan melatih

petani secara berkala untuk mem­

buat pupuk organik dengan meman­

faatkan sumber bahan baku yang

tersedia di sekitar.

“Pada tahap awal, pelatihan

akan kita berikan kepada delapan

kelompok tani di Kecamatan Mutiara

Timur, Pidie dan empat kelompok tani

di Kecamatan Celala, Aceh Tengah,”

ungkap Kadistanbun Aceh. (*)

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, mengoperasikan traktor pada pencanangan Geupeuaman di Pidie.

Biaya Hemat, Produksi Meningkat

Bila sebelum melaksanakan

Gepeuaman petani hanya mendapat

keuntungan 20 sampai 25 persen, maka setelah melaksanakan program ini bisa naik menjadi 30

hingga 40 persen.”

SAFRIZAL, SP, MPAKabid Tanaman Pangan

Distanbun Aceh

Sementara itu, Kabid Tanaman

Pangan Dinas Pertanian dan Per­

kebunan (Distanbun) Aceh, Safrizal

SP MPA, menjelaskan, Gerakan

Peningkatan Produktivitas Lahan

Sawah Pra Tanam (Gepeuaman) de­

ngan cara mengolah sawah meng­

gunakan bahan organik se perti

jerami, selain menaikkan ting kat

kesuburan lahan, juga bisa meng­

hemat biaya produksi sebesar 30­40

persen dan meningkatkan produksi

padi.

Melalui gerakan ini, Safrizal

berharap petani mau mengubah

perilakunya untuk membiasakan diri

memanfaatkan sumber daya bahan

organik lokal seperti jerami diolah

menjadi pupuk organik. Tujuannya,

untuk­ memperbaiki­ sifat­sifat­ fisik­

kimia dan biologi tanah, agar lahan

menjadi lebih subur dan gembur.

“Semakin banyak bahan organik di

lahan sawah, maka lahan tersebut

juga semakin subur dan gembur,”

ujar Safrizal.

Kondisi ini, lanjutnya, akan

mendorong anakan tanaman padi

yang baru ditanam cepat tumbuh

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, foto bersama dengan kelompok tani seusai pembukaan program Gepeuaman, di persawahan Kecamatan Mutiara Timur, Pidie.

8 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

9DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI UTAMA

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, menyerahkan bibit padi inbrida 37,5 ton kepada Kadistan Pidie, Sofyan, pada peluncuran program Geupeu-aman di Gampong Jumphoih Adan, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie.“

Sementara itu, Bupati Pidie,

Roni Ahmad SE MM, yang diwakili

Asisten I Setdakab Pidie, Drs Samsul

Azhar, dalam sambutannya saat me­

luncurkan Gerakan Peningkatan

Pro duktivitas Lahan Sawah Pra Ta­

nam (Gepeuaman), mengatakan, Ka­

bu paten Pidie memiliki luas lahan

sawah produktif 24.000 hektare (Ha)

lebih yang tersebar mulai dari pinggir

pantai sampai ke pegunungan dengan

kondisi berbeda­beda.

Di musim rendengan, menurut

Bupati, semua lahan sawah ditanami

padi dengan varietas­varietas unggul.

Sementara pada musim gadu, hanya

sekitar 50 persen lahan sawah dita­

nami padi, sedangkan sisanya dita­

nami palawija dan hortikultura lain.

Menurut Bupati, komoditas ba­

wang merah dan cabai merah masih

mendomiasi disusul komoditas lain

seperti kacang tanah, jagung, dan

sayuran. Sentra bawang merah, sebut­

nya, berada di Kecamatan Simpang

Tiga, Peukan Baro, Pidie, Grong­

grong, dan Batee. Namun, penanaman

bawang merah sekarang sudah ter­

dengan subur dan berkembang.

Selain itu, menurut safrizal, saat

padi bunting jumlah bulirnya

menjadi banyak dan padat. Kondisi

ini akan membuat produktivitas

tanaman padi menjadi tinggi dan

berkualitas. Dampak positif lain

dari Gepeuaman adalah, secara

perlahan­lahan petani padi tidak lagi

tergantung dengan pupuk kimia­­

seperti pupuk urea, NPK, TSP, ZA,

Pakar Kesuburan Tanah dari

Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kula (FP USK), Dr Ir Yadi

Jufri MP, mengatakan, untuk

menjaga kesuburan tanah, harus

diterapkan konsep ekosistem

hutan dimana tidak ada bahan

yang keluar dari hutan dengan

sistem tertutup. Makdsudnya,

semua yang berasal dari tanah

harus dikembalikan ke tanah.

“Makanya, kami selaku pakar

dalam bidang kesuburan tanah

sangat mendukung program

Gepeuaman, inovasi yang digagas

oleh Kadistanbun Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, dalam menjaga dan

upaya mengembalikan produk­

tivitas lahan sawah dengan bahan

organik,” jelas Yadi.

Karena itu, ia berharap Ge­

peu aman mendapat respons dan

dukungan dari kelompok ta ni

dengan cara menjaga dan men­

jalankan program tersebut se­

dan SP 36­­setiap musim tanam.

Tanaman padi yang

menggunakan pupuk berbahan

organik, kata Safrizal, akan

menghasilkan beras yang sangat

lezat, higienis, dan bergizi tinggi.

“Program Gepeuaman ini kita

perkenalkan kepada petani untuk

membiasakan mereka pemanfaatan

bahan organik dalam menjaga

kesuburan lahan sawah, serta

mengurangi pemanfaatan pupuk

nonorganik. Sebab, selain harganya

cukup mahal, pupuk nonorganik juga

tidak baik untuk kesehatan,” jelasnya.

Jika menjelang masa tanam

padi, petani sudah melakukan

Gepeuaman terlebih dulu, tambah

Safrizal, maka biaya produksinya

akan lebih hemat dan keuntungan

yang diperoleh dari penjualan

hasil panen bertambah. “Sebelum

melaksanakan Gepeuaman petani

hanya mendapat keuntungan 20

sampai 25 persen, maka setelah

melaksanakan program ini bisa

naik menjadi 30 hingga 40 persen,”

ungkap Safrizal.

Sebelum peluncuran, tambah nya,

Distanbun Aceh terlebih dulu mem­

perkenalkan atau menyosialisasikan

pro gram Geupeuaman kepada petani

padi di Kecamatan Mutiara Timur,

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, dan pejabat lainnya saat berada di lokasi peluncuran pro-gram Gepeuaman, persawahan Kecamatan Mutiara Timur, Pidie.

Pidie. Kegiatan yang berlangsung pada

Selasa (7/9/2021), itu dihadiri sejumlah

kepala bidang dan kepala UPTD lingkup

Distanbun Aceh, Kadis Pertanian Pidie,

Muspika Mutiara, penyuluh pertanian,

keujruen blang dan kelompok tani di

wilayah kecamatan tersebut. Pada

kesempatan itu dilakukan demonstrasi

teknik mengolah lahan sawah pratanam

dengan berbagai bahan organik seperti

jerami. (*)

Bisa Jadi Konsep Pertanian

Berkelanjutan

Makanya, kami selaku pakar bidang kesuburan

tanah sangat mendukung program Gepeuaman dalam menjaga dan

upaya mengembalikan produktivitas lahan

sawah dengan bahan organik.”

Dr. Ir. YADI JUFRI, MPPakar Kesuburan Tanah

FP USK

cara berkelanjutan pada setiap

musim tanam baik musim gadu

maupun musim rendengan. Sebab,

kata Yadi, gerakan tersebut akan

memberikan manfaat langsung

bagi petani yang melaksanakannya

serta membantu usaha peme rintah

dalam mengurangi keter gan tungan

penggunaan pupuk non organik

dalam berbagai ke giatan usaha tani.

Bila petani sudah berhasil me­

nerapkan konsep Gepeuman un tuk

budidaya padi sawah dan komo­

ditas lain, tambah Yadi, berarti

petani di Aceh sudah menjalankan

konsep pertanian berkelanjutan

dengan memanfaatkan bahan

organik lokal. Dengan demikian,

sebut Yadi, petani sudah terli bat

secara langsung dalam men jaga

kesubururan tanah dan pening­

katan produksi padi miliknya, serta

menjaga kelestarian lingkungan

dari ancaman pencemaran tanah

dan air irigasi dari bahan kimia.

Yadi yakin, program ini akan

mudah dilaksanakan oleh

petani. Sebab, bahan­bahan or­

ganik yang dibutuhkan seper­

ti jerami mudah diperoleh di

gam pong. “Jika selama ini pe­

tani kita memanfaatkan jera mi

untuk pakan ternak atau di bakar

sawah, maka dengan melak­

sanakan Gepeuaman, jerami akan

berfungsi seba gai pupuk organik

yang dapat menggemburkan dan

menyuburkan tanah,” urai Yadi

Jufri. (*)

Berharap Jadi Contoh, Uji Coba, dan Aplikasi Teknologi

sebar hampir di semua kecamatan ter­

masuk ke daerah pegunungan walau­

pun dalam luas lahan yang terbatas.

Pada kesempatan itu, lanjut Bu­

pati, Pemkab dan masyarakat Pi­

die mengucapkan terima kasih dan

apresiasi yang tinggi kepada Peme­

rintah Aceh melalui Dinas Pertanian

dan Perkebunan (Distanbun) Aceh atas

perhatian dan bantuannya kepada

petani di Pidie terlebih pada masa

Pandemi Covid­19 sekarang ini.

“Kita berharap Gepeuaman yang

dilaksanakan di Kecamatan Mutiara

Timur ini dapat menjadi contoh, uji

coba, dan aplikasi teknologi dalam

rangka­memperbaiki­sifat­sifat­fisik­dan­

kandungan hara tanah yang terindikasi

mulai rusak,” jelas Samsul Azhar.

Ia juga mengharapkan agar uji

aplikasi ini dapat membawa dampak

dan pengaruh nyata, sehingga ke

depan ada penambahan volume

kegiatan untuk dicoba ke kecamatan

lain. “Perlu juga kami sampaikan

bahwa alam Kabupaten Pidie selain

cukup adaptif dengan komiditi pangan,

juga respons terhadap hortikultura

lainnya,” ungkapnya.

Karena itu, tambah Samsul, pihak­

nya dan petani di kabupaten selalu

siap mendukung uji teknologi dan uji

inovasi lainnya baik dalam hal budidaya

maupun penanganan pascapanen.

“Semoga ke giatan Gepeuaman ini

mem bawa perubahan besar bagi

pembangunan sektor pertanian di

Kabupaten Pidie,” pungkas Bupati yang

akrab disapa Abusyik dalam sambutan

tertulis yang dibacakan Asisten I Setda

Pidie, Drs Samsul Azhar. (*)

Kita berharap Gepeuaman yang dilaksanakan di

Kecamatan Mutiara Timur ini dapat menjadi contoh, uji coba,

dan aplikasi teknologi dalam rangka memperbaiki tanah

yang terindikasi mulai rusak.”

RONI AHMAD, SE, MMBupati Pidie

10 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

11DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INVESTIGASI

PETANI dan penyuluh memiliki

peran strategis dalam pembangunan

pertanian di Indonesia tak terkecuali

Aceh, terlebih dalam kondisi seka­

rang. Agar pertanian tetap men­

jadi salah satu sektor yang mam pu

bertahan dari hantaman pan demi

Covid­19, maka penyuluh ha rus

mendampingi petani guna me­

mastikan aktivitas pertanian bisa

terus berjalan dengan baik dan pro­

duktivitasnya juga meningkat.

Penyuluh sebagai pihak yang

Upaya penguatan kapasitas

sumber daya manusia (SDM) pe­

nyuluh pertanian terus dilakukan

dengan berbagai cara. Salah

satu nya melalui peningkatan

kom petensi mereka untuk bisa

meng hadapi kemajuan teknologi

informasi saat ini. Karena itu,

Dinas Pertanian dan Perkebunan

(Distanbun) Aceh melalui Bidang

Peningkatan kapasitas penyuluh pertanian juga menjadi sangat penting

seiring dengan kemajuan era teknologi informasi

seperti saat ini.”

Dr. AHMAD DEDY SYATHORI, SST, M.Si

Widyaiswara Ahli Madya BBPP Ketindan

Penguatan SDM pertanian secara menyeluruh akan

mempercepat ter capainya kualitas dan kuantitas

pro duktivitas komoditas pertanian menuju

katahanan pangan.”

Ir. YUSRAL TAHIR, M.AgrKepala PPMKP

Aceh Upgrade SDM Pertanian melalui Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh

Peningkatan Kompetensi Penyuluh untuk Hadapi

Kemajuan Teknologi Informasi

Penyuluhan dan Pengembangan

SDM Pertanian Perkebunan beberapa

waktu lalu mengadakan pertemuan

peningkatan kompetisi penyuluh ASN/

PPPK di dua tempat.

Kepala Dinas Pertanian dan Per­

kebunan (Kadistanbun) Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, menegaskan, perte­

muan itu terlaksana atas kerja sa­

ma pihaknya dengan Balai Besar

Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan,

Malang, Jawa Timur. Ia menyebutkan,

pelatihan peningkatan kapasitas pe­

nyuluh pertanian berlangsung pada

30 Agustus­2 September 2021 yang

dibagi dalam dua angkatan.

“Angkatan pertama kita laksa­

nakan di Hotel Luxury, Bireuen pada

30­31 Agustus 2021, dengan jumlah

peserta 30 orang dari 13 kabupaten/

kota. Sementara angkatan kedua di

Hotel Tiara, Meulaboh, Aceh Barat,

pada 1­2 September 2021 yang

diikuti 32 penyuluh dari 10 daerah,”

rinci Cut Huzaimah didampingi Kabid

Penyuluhan dan Pengembangan SDM

Pertanian Perkebunan, Mukhlis SP MA,

Kepala BBPP Ketindan yang

diwakili Dr Ahmad Dedy Syathori

SST MSi (Widyaiswara Ahli Madya)

diundang sebagai narasumber. Me­

nu rutnya, kinerja penyuluh se ring

menjadi sorotan masyarakat. Se­

bab, keberhasilan peningkatan pro­

duktivitas hasil pertanian tak lepas dari

hasil dari kinerja penyuluh. “Penyuluh

adalah agen yang diharapkan bisa

meningkatkan produktivitas petani,”

tegasnya. Karena itu, sambung

Dedy, penyuluh harus mempunyai

kemampuan yang lebih untuk bisa

mengawal pembangunan pertanian

terutama di daerah sentra produksi.

Bila dilihat dari kondisi penyu­

luhan yang ada dan tuntutan indi kator

kinerja penyuluh, kata Dedy, kegiatan

peningkatan kapasitas penyuluh

pertanian seperti yang dilaksanakan

Distanbun Aceh ini adalah hal yang

sangat mendesak dan harus menjadi

agena rutin. “Peningkatan kapasitas

penyuluh pertanian juga menjadi

sangat penting seiring dengan

kemajuan era teknologi informasi

seperti saat ini,” jelasnya.

Melalui pelatihan, Dedy berha­

rap pengetahuan dan keterampilan

penyuluh menjadi lebih baik. Se­

hingga nanti mereka lebih siap dan

memiliki kemampuan dalam melak­

sanakan tugas di lapangan serta

mampu memecahkan rmasalah yang

diha dapi petani. “Sekali lagi, ka mi

mendorong penyuluh pertanian un­

tuk meningkatkan kapasitas diri dan

kinerjanya agar peran strategis me­

reka dalam pembangunan per tanian

bisa terlaksana secara maksimal,”

demikian Ahmad Dedy Syathori.(*)

ber ada di garda terdepan dan pe­

tani sebagai pelaku utama sektor

pertanian juga harus mampu me­

man faatkan alat­alat dan mesin

berteknologi modern dalam menja­

lankan kegiatannya. Dengan cara

tersebut produktivitas komoditas

pertanian diyakini akan meningkat.

Karena itu, kualitas sumber daya

manusia (SDM) petani dan penyuluh

harus di­upgrade (ditingkatkan)

secara rutin dan berkelanjutan.

Dalam rangka menuju ke arah

tersebut, Pemerintah Aceh melalui

Dinas Pertanian dan Perkebunan

(Distanbun) Aceh baru­baru ini me­

ngirim puluhan ribu petani dan pe­

nyuluh dari 23 kabupaten/kota

se­ Aceh untuk mengikuti ‘Pelatihan

Sejuta Petani dan Penyuluh.’ Pela tihan

yang dilaksanakan oleh Ke men terian

Pertanian (Kementan) RI melalui Badan

Penyuluhan dan Pe ngembangan SDM

Pertanian (BPPSDMP) itu berlangsung

pada per tengahan Agustus 2021 lalu.

Pelatihan yang dirangkai dengan

pelatihan dan pendampingan kredit

usaha rakyat (KUR) bagi petani

serta pengukuhan petani milenial

tersebut dibuka oleh Presiden RI, Ir

H Joko Widodo (Jokowi). Pembukaan

kegiatan itu turut dihadiri Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian,

Airlangga Hartanto, Menteri Perta­

nian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), dan

sejumlah pejabat lainnya.

Kepala Pusat Pelatihan Mana­

jemen dan Kepemimpinan Pertanian

(PPMKP), Ir Yusral Tahir MAgr, me nilai,

Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh

tersebut merupakan lang kah besar

menuju pertanian yang berdaya saing.

Sebab, menurut Yusral, petani dan

penyuluh meru pa kan pilar utama

dalam kegiatan usaha tani.

“Pelatihan ini akan membantu

mempercepat tercapainya pertanian

maju, mandiri, dan modern. Sebab,

penguatan SDM pertanian secara

menyeluruh akan mempercepat

ter capainya kualitas dan kuantitas

pro duktivitas komoditas pertanian

menuju katahanan pangan,” ungkap

Yusral Dengan meningkatnya hasil

produksi, sambungnya, petani juga

akan sejahtera.

Yusral menjelaskan, kuantitas

SDM berkualitas menjadi target

yang harus dipenuhi agar pertanian

semakin berdaya saing. “Selain

berkualitas, jumlah SDM pertanian

juga harus diperbanyak. Tujuannya

untuk akselerasi pencapaian target

berbasis standardisasi tinggi,” kata

Yusral Tahir. Ia menambahkan, Pela­

tihan Satu Juta Petani dan Penyuluh

juga merupakan simbol, dimana

Kementan melakukan pelatihan se­

cara masif di seluruh Tanah Air.

Meski sudah mengikuti pela­

tihan itu, Yusral mengajak peta ni

dan penyuluh untuk terus mengem­

bangkan kemampuan diri serta me­

ningkatkan pengetahuan teknis dan

manajemen dalam bidang per tanian.

Sebab, tambahnya, hal itu me­

rupakan salah satu faktor yang ikut

mendorong tercapainya kemajuan di

bidang pertanian. (*)

Peserta dari Aceh mengikuti pelatihan sejuta petani dan penyuluh secara daring.

Panitia dan peserta mengikuti pembukaan pertemuan peningkatan kapabilitas penyuluh tahun 2021 di Bireuen.

10 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

11DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

harap Cut Huzaimah.

Capaian luar biasa

Terpisah, Kepala UPTD BPS­

BTPHP Distanbun Aceh, Habibur­

rahman STP MSc, mengung kapkan,

penghargaan kepada UPTD yang

dipimpinnya sebagai unit kerja

pelayanan publik berprestasi kate­

gori utama tersebut merupakan ca­

paian yang luar biasa karena mereka

baru perdana mengikutinya.

Ia menyampaikan terima ka sih

kepada semua pihak atas du kungan

dan kerja keras selama be berapa

bulan terakhir untuk menyiapkan

dokumen hingga pre sentasi virtual

hingga juga MoU. “Unit kerja

pelayanan pu blik ini memang

dilakukan peni lai an setiap tahun.

Padahal, ini baru pertama kita ikut,

dan Alhamdulillah mendapatkan

hasil terbaik,” ujar Habib dengan

rasa penuh syukur.

Habib menjelaskan, peng­

hargaan tersebut berhubungan

pada sektor pertanian, peni­

laiannya seperti pemberian pe­

la yanan dan pengawasan ser ti­

fikasi­benih.­“Pelayanan­per­tama­

sekali adalah label benih yang

berbarcode dan kedua pelayanan

e­sertifikasi.­ Itulah­ na­manya­

inovasi,” ucap Habib.

Lebih lanjut ia mengung­

kapkan, pihaknya juga sudah me­

mudahkan pelayanan penangkaran

benih, di mana masyarakat tidak

lagi harus membawa berkas, me­

lainkan dapat langsung di input

melalui website, dan ini pertama di

Indonesia. (*)

UPTD diganjar sebagai Unit Kerja

Berprestasi Utama dan sa tu lainnya

sebagai Unit Kerja Berprestasi

Madya. “Pertama ada lah UPTD Balai

Pengawasan­ dan­ Sertifikasi­ Benih­

Tanaman Pa ngan, Hortikultura dan

Per kebunan (BPSBTPH). Kemudian

ada Sekolah Menengah Kejuruan

Pem bangunan Pertanian (SMK­

PP) Negeri Saree, SMK­PP Negeri

Kutacane, dan SMK­PP Bireuen,”

rincinya.

Selain SMK­PP Bireuen

yang mendapatkan peng­

hargaan sebagai salah satu

Unit Kerja Pelayanan Pu blik

Berprestasi Madya atas upaya

peningkatan mu tu pelayanan

kepada ma syarakat dengan

baik, me nurut Cut Huzaimah,

tiga lain nya dianggap sebagai

Unit Kerja Pelayanan Publik

Berprestasi Utama.

Penghargaan tersebut di­

se rahkan Wakil Mentan atas

Nama Menteri Pertanian Syahrul

Yasin Limpo, bertepatan de ngan

perayaan HUT Ke­76 Kemerdekaan

Indonesia. “Kita mengikuti ke­

giatan resmi itu secara virtual.

Ka mi berharap penghargaan ini

da pat memacu kinerja Distanbun

untuk terus memberikan yang

terbaik kepada masyarakat Aceh,”

HABATANI PROMOSI

Dinas Pertanian dan Per ke­

bunan (Distanbun) Aceh bersama

Dinas Pangan Aceh, dan intansi

tek nis lainnya, Senin (16/8/2021)

menyalurkan buah­buahan kepada

tenaga medis yang bekerja di

Peringati GBN dengan Menyalurkan Buah-buahan untuk Tenaga Medis

Ruang Pinere RSUZA Banda Aceh,

panti asuhan, dan sejumlah ke lom­

pok masyarakat.

Penyaluran buah­buahan se perti

melon, manggis, jeruk, ram butan,

pepaya, dan nenas, itu dila kukan bertepatan dengan pe ringatan Gelar

Buah Nasional (GBN) Ke­6 dan HUT Ke­

76 Kemerdekaan RI.

Saat menyerahkan buah­buahan

ke rumah sakit dan panti asu han,

Kadistanbun Aceh Ir Cut Huzaimah

MP didampingi oleh Kadis Pangan

Aceh, Cut Yusminar Api MSi, serta

Kabid Hortikultura Distanbun Aceh, Ir

Chairil Anwar MP, bersama sejumlah

kasi dan staf. Buah­buahan untuk

tenaga medis diterima oleh Direktur

RSUZA, dr Isra Firmansyah, didampingi

Wakil Direktur, dr Abdul Fatah.

Cut Huzaimah menjelaskan,

Empat Unit Kerja Distanbun Aceh Terima Penghargaan Mentan

Alhamdulillah. Selamat”

Ir. H. NOVA IRIANSYAH, MTGubernur Aceh

“ Kami berharap penghargaan ini

dapat memacu kinerja Distanbun untuk

terus memberikan yang terbaik kepada masyarakat Aceh.”

Ir. CUT HUZAIMAH, MPKadistanbun Aceh

Menteri Per ta­

nian Republik

I n d o n e s i a

(Mentan RI),

Syahrul Yasin Limpo, me nye­

rahkan penghargaan Abdi­

baktitani kepada em pat unit

kerja di Dinas Per tanian dan

Perkebunan (Dis tanbun)

Aceh. Atas peng hargaan

itu, Gubernur Aceh Ir H

Nova Iriansyah MT me­

nyampaikan selamat.

“Alhamdulillah. Se­

lamat,” kata Nova me lalui

akun Twitter resminya,

Kamis (19/8/2021), seperti

disampaikan Kepala Biro Humas

dan Protokol (Karo Humpro) Setda

Aceh, Muhammad Iswanto SSTP

MM, kepada Haba Tani, beberapa

waktu lalu.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut

Huzaimah MP, mengatakan, ti ga

Gubernur Ucap Selamat

buah­buahan itu disalurkan ke

RSUZA untuk dikonsumsi oleh pe­

tugas medis yang bekerja di Ruang

Pinere bersama pasien Co vid­19.

“Pemberian buah­buahan ini ber­

tujuan untuk membantu me ning­

katkan imunitas petugas medis dan

pasien,” ujarnya.

Kabid Hortikultura Distanbun

Aceh, Ir Chairil Anwar MP, menam­

bahkan, penyaluran buah­buah

lokal kepada sejumlah rumah sakit

dan panti asuhan tersebut dilakukan

dalam rangka Perigatan Hari Gelar

Buah Nasional (GBN) Ke­6 dan HUT

Ke­76 RI tahun ini.

Kegiatan tersebut juga untuk

menindaklanjutan surat Sekjen

Mendagri, Dr Ir Muhammad

Hudori MSi, kepada gubernur

dan bupati/wali kota se­Indo­

nesia yang me minta kepala

daerah untuk melak sanakan

ber bagai kegiatan yang terkait

dengan meningkatkan daya beli

produksi buah lokal yang ada di

masing­masing daerah yang se­

dang panen. Hal itu dilakukan

un tuk memperingati Hari GBN

Ke­6 dan HUT Ke­76 RI. (*)Pejabat Distanbun Aceh menyerahkan buah-buahan kepada tenaga medis di RSUZA Banda Aceh.

12 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

13DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI PROTEKSI

Pertama, Hama Penggerek Buah

Kopi (Hypothenemus hampei)Gejala Serangan:

•­Adanya lubang gerek pada

ujung buah

•­Buah yang terserang menjadi

kuning.

•­Buah muda yang terserang

men jadi gugur dan busuk

•­ Buah muda terserang yang

tidak gugur akan terhambat

per kembangannya dan isi buah

menjadi kosong

•­Biji buah yang sudah keras ber­

lubang dan berwarna hitam

Cara Pengendalian PBKo:

1. Petik bubuk (awal panen)

•­Memetik semua buah yang

terserang hama PBKo (buah

berlubang) minimal satu kali

dalam sebulan.

•­Semua buah tersebut dikum­

pulkan dan kemudian dibe nam­

kan ke dalam tanah.

•­Buah­buah yang masih bisa

dimanfaatkan perlu direndam

dalam air panas + 5 menit un tuk

mematikan hama PBKo.

2. Rampasan

•­Pemetikan seluruh buah pada

akhir panen termasuk buah yang

masih muda.

•­Buah yang masih muda dan ter­

serang dibenamkan ke da lam

tanah.

3. Lelesan

•­Mengumpulkan semua buah

yang gugur, baik karena peme­

tikan maupun karena sudah tua,

kemudian dibenamkan ke dalam

tanah.

•­Kegiatan lelesan dapat dilaku­

kan bersamaan dengan petik

bubuk atau rampasan.

4. Pengaturan naungan

Tanaman naungan yang ca­

bangnya masuk ke tanaman kopi

dan yang cabang­cabangnya ber­

ada di bawah 3 meter harus di­

pangkas agar sinar matahari da pat

masuk ke tanaman kopi dan un tuk

mengurangi kelembaban kebun.

5. Pemasangan Hypotan

Perangkap dengan senyawa pe­

narik Hypotan, dapat menarik se­

rangga secara selektif yaitu ha­

nya menarik serangga penggerek

buah kopi dewasa, sehingga

aman bagi musuh alami serangga

lain maupun serangga PBKo itu

sendiri.

Hama dan Penyakit Tanaman Kopi serta

Cara PencegahannyaOleh:

INTAN SURYANA, SP Kepala Seksi Proteksi Perkebunan

Distanbun Aceh

Kedua, Hama Penggerek Batang/

Cabang (Zeuzera Coffeae) Gejala Serangan

Ulatnya merusak bagian batang

cabang dengan cara menggerek em­

pelur (xylem) batang cabang. Selan­

jutnya gerekan membelok ke arah

atas menyerang tanaman muda. Pada

permukaan lubang yang baru digerek

sering terdapat campuran kotoran

dengan serpihan jaringan. Akibat

gerekan ulat bagian tanaman di atas

lubang gerekan akan merana, layu

kering dan mati.

Pengendalian

•­ Secara Mekanis

Batang tanaman kakao yang ter­

serang dipotong 10 cm dibawah lu­

bang gerak kearah pangkal batang

kemudian batang dibakar diluar

kebun. Pengendalian dapat juga

dilakukan dengan cara menyumbat

liang­liang gerek dengan kapas

yang telah dicelupkan dalam in­

sektisida

•­ Biologis

Dengan musuh alami sejenis para­

sitoid : Bracon zeuzerae, Isos turmia

chatterjeena dan Car ceria kockiana.

Selain dengan musuh alami, hama

ini dapat juga dikendalikan dengan

jamur pha togen serangga Beauveria

bassiana.

• Kultur Teknis

Pembersihan merupakan cara

bercocok tanam yang paling tua

dan cukup efektif untuk me­

nurunkan populasi hama. Ba nyak

hama yang dapat bertahan hidup

atau berdiapause di sisa­sisa

tanaman. Dengan mem bersihkan

sisa­sisa tanaman tersebut berarti

kita mengurangi laju peningkatan

populasi dan ketahanan hidup

hama. Pada prinsipnya teknik

sanitasi adalah membersihka

lahan dari jenis­jenis tanaman

singgang, tunggul tanaman, atau

bagian­bagian tanaman berbeda.

• Kimiawi

Faktor pengendalian ini digu­

nakan apabila kerusakan yang

disebabkan oleh serangga hama

sudah melewati garis Normal.

Menutup lubang gerekan hama

dengan kapas yang telah diberi

aturan Insektisida. Menginfus

tanaman dengan insektisida

sis temik, baik melalui batang

maupun ujung akar.

Ketiga, Kutu Hijau (Coccus viridis)/

Green Coffee Scale

Gejala Serangan

Kutu hijau menyerang seluruh

bagian tanaman yang masih ber­

warna hijau dan muda. Serangan bisa

terjadi pada buah, pucuk tanaman,

batang dan bunga. Serangan pada

daun umumnya terjadi sepanjang

tulang daun. Bila serangan hama ini

terjadi pada bagian batang yang masih

muda (hijau) dapat menyebabkan

pertumbuhan tunas terhambat,

bagian tanaman menguning, kerdil

dan ruas memendek.

Dalam siklus hidupnya, terjadi

simbiosis mutualisme antara kutu

hijau ini dengan semut, terutama

semut merah. Kutu hijau dan jenis

kutu tanaman lainnya mengeluarkan

senyawa berupa madu sebagai

ekskresinya dan sangat disukai

oleh semut. Biasanya penyebaran

kutu hijau dibantu oleh semut

ini. Bila populasi kutu hijau telah

terlalu besar, senyawa ekskresi tadi

biasanya sering menutupi bagian

permukaan tanaman. Senyawa

gula yang terkandung di dalamnya

menjadi media tumbuh yang sangat

baik bagi cendawan embun jelaga.

Sehingga pada intensitas serangan

berat, beberapa bagian tanaman ko pi

seperti daun dan batang muda akan

ditutupi oleh embun jelaga. Ini me­

nyebabkan gangguan fotosintesis dan

terhambatnya pertumbuhan tanaman

Keempat, Penyakir Karat Daun Kopi

(Hemileia vastatrik)

Gejala Serangan

Tanaman sakit ditandai oleh ada­

nya bercak­bercak berwarna kuning

muda pada sisi bawah daunnya, ke­

mudian berubah menjadi kuning tua.

Pada kopi robusta, penyakit ini tidak

menjadi masalah, sedangkan pada

kopi arabika penyakit ini menjadi masa­

lah utama. Berikut adalah gambar­gam­

bar gejala karat daun kopi.

Pengendalian

1. Menanam jenis­jenis kopi arabika

tahan penyakit

2. Menggunakan bubur bordo karena

mengandung senyawa tembaga,

dapat dibuat sendiri oleh petani

dan lebih murah

3. Menyemprot tanaman dengan

fungisida

Kelima, Jamur Upas (Corticium salmonicolor)

Gejala Serangan

Menyerang batang, cabang dan

ranting tanaman kopi. Infeksi jamur

terjadi di bagian bawah maupun ranting.

Jamur berkembang terus, masuk ke

dalam kulit dan menyebabkan kulit

membusuk, sedang pada permukaan

kulit jamur membentuk kerak berwarna

merah jambu seperti warna ikan salmon

( stadium Corticium ). selanjutnya

pada bagian tersebut terjadi nekrosis

kemudian membusuk sehingga

warnanya menjadi coklat tua atau

hitam. Nekrosis pada buah bermula

pada pangkal buah di sekitar tangkai

kemudian meluas ke seluruh permukaan

dan mencapai indosferma.

Pengendalian

•­ Batang dan daun sakit dipotong

sampai 10 cm di bawah pangkal

dari bagian yang sakit. Potongan­

potongan dan buah ­ buah

yang terinfeksi dikumpulkan

kemudian dibakar atau dibenam.

•­ Pemangkasan pohon pelindung

untuk mengurangi kelembaban

kebun

•­ Pengendalian secara bercocok

tanam/kultur teknis, meliputi

penggunaan bibit yang sehat, peng­

aturan jarak tanam yang cukup,

pemupukuan berimbang, dan

pengamatan secara teratur ter­

hadap kulit cabang atau ranting

yang menunjukkan gejala penyakit.

Sehubungan dengan fenomena

di atas, Dinas Pertanian dan Per­

kebunan Aceh berkomitmen untuk

tetap tidak lagi menggunakan ba­

han kimia. Sebab, dalam bahan

kimia ada residu yang berbahaya

dari kesehatan masyaraka. Karena

konsumen sekarang sudah lebih

sa dar untuk menjaga kesehatan,

ma ka semua serba organik. (*)Rampasan buah. Pemasangan perangkap hama. Kerusakan yang diakibatkan oleh larva penggerek batang.

12 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

13DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI MEKANISASI

Mengenal Alsin untuk Pengambilan Minyak

Jarak PagarJarak pagar merupakan ta­

naman semak berkayu

yang banyak ditemukan di

daerah tropis. Tanaman ini

tahan kekeringan dan dapat ditanam

pada lahan bekas tambang untuk

reklamasi lahan. Jarak pagar dikenal

sebagai tanaman obat. Namun, se­

iring dengan kemajuan teknologi,

tanaman ini dapat dimanfaatkan

se bagai sumber bahan bakar nabati

atau biodiesel karena kandungan mi­

nyak pada­bijinya.

Selain sebagai tanaman kon­

servasi yang berfungsi untuk mere­

habilitasi lahan­lahan kritis, jarak

pagar juga dapat menghasilkan

minyak dari bijinya sebagai bahan

baku biodiesel yang potensial. Tana­

man jarak pagar memiliki habitus

dengan tajuk yang rindang, batang

kokoh, dan sistem perakaran yang

dalam.

Daun tanaman yang rimbun ber­

manfaat sebagai penyerap CO2

dari

atmosfir­ (carbon credit) yang akan

menjadikan udara semakin bersih

dan ramah lingkungan (Ditjenbun,

2009). Bijinya sebagai bahan baku

bio diesel yang potensial penghasil

minyak nabati, ramah lingkungan,

dapat diperbaharui (renewable) se­

hingga terjamin keberlanjutannya

(sus tainability).

Kandungan minyak pada biji

jarak pagar berkisar 25­30 % (Kan­

dpal & Madan 1995; Balai Besar Tek­

nologi Energi 2012), minyak terse but

diperoleh setelah dilakukan peng­

epresan dengan menggunakan alat.

Alat dan mesin (alsin) yang

digunakan untuk proses pengam­

bilan minyak biji jarak pagar (Hari­

murti dan Sumangat, 2011) an­

tara lain, Mesin Pemecah buah/

kap sul, Mesin Pengepres Biji, Me­

sin Penyaring Minyak, dan Bio­

reaktor. Sedangkan untuk menguji

biodieselnya menggunakan gene­

rator listrik berdaya 200 Watt de­

ngan mesin disel satu silinder.

Mesin pemecah buah/kapsul

Mesin ini digunakan untuk me­

me cah buah atau kapsul biji jarak

pagar dan kemiri sunan. Dengan

menggunakan mesin ini maka dipe­

roleh kernel yang telah terpisah

dari kulitnya yang selanjutnya siap

untuk dilakukan pengepresan. Mesin

ini menggunakan penggerak disel

berkekuatan 6,5 HP. Kapasitas mesin

ini untuk memecah buah/kapsul ber­

kisar­ 250­ kg/jam,­ spesifikasi­ mesin­

pe mecah buah/kapsul: panjang, le bar

dan tinggi (215, 115 dan 155) cm.

Mesin ini menggunakan pemecah

buah atau kapsul berjenis silinder

dari kayu dan penahan biji (sarangan)

yang terbuat dari besi. Bahan silinder

dari kayu yang dibentuk bulat

dengan diameter 40 cm dan tebal 25

cm. Bahan tersebut sengaja dipilih

agar dalam proses pengupasan yang

sempurna dan tidak sampai merusak

biji yang dikupas. Keunggulan mesin

ini adalah dapat memisahkan biji

dengan kulitnya tanpa merusak biji.

Dengan menggunakan mesin ini

akan diperoleh biji yang utuh, pada

biji utuh tersebut akan diperoleh

kandungan minyak yang lebih baik

apabila dibandingkan dengan biji

yang pecah. Kulit biji yang terkupas

langsung menuju penampungan

karena dapat melewati pemisah atau

sarangan kawat harmonika dengan

jarak antar kawat sebesar 1,5 cm.

Sedangkan biji yang utuh akan

diarahkan oleh kawat harmonika

tersebut ke tempat penampungan.

Mesin pengepres biji

Mesin ini dipergunakan untuk

mengepres biji agar diperoleh

minyaknya. Mesin ini menggunakan

sis tem pres ulir (screw press) de­

ngan penggerak motor listrik, de­

ngan kekuatan sebesar 10 HP.

Kapa sitas mesin ini berkisar 75 kg/

jam.­ Spesifikasi­ mesin:­ panjang,­

lebar dan tinggi (250, 45 dan 125)

cm. Hasil minyak yang diperoleh

menggunakan mesin ini berkisar

25­30 % dari berat bijinya (Kandpal

& Madan 1995; B2TE 2012). Untuk

membuat satu kilogram minyak

jarak pagar diperlukan biji sekitar

3­4 kilogram biji kering.

Dengan menggunakan mesin

pengepres biji ini akan diperoleh mi­

nyak kasar atau minyak mentah. Mi­

nyak tersebut bisa langsung diper­

gunakan untuk bahan bakar kompor.

Untuk menjadi biodiesel harus me lalui

proses pemurnian minyak meng­

gunakan alat bioreaktor.

Mesin penyaring minyak

Mesin ini berfungsi untuk me­

misahkan kotoran yang terdapat

pada minyak kasar/mentah, sehingga

diperoleh minyak yang bersih dan

siap untuk dimurnikan atau diproses

menjadi biodiesel. Mesin penyaring ini

menggunakan penggerak berbahan

bakar solar dengan kekuatan 5,5 HP.

Kapasitas penyaringan berkisar 200­

250 liter/jam.

Alat bioreaktor

Alat ini dipergunakan untuk

memisahkan minyak kasar (crude

oil) menjadi minyak murni sebagai

bahan bakar biodiesel (Wikipedia

2013; Pranowo et al. 2014) dengan

hasil samping adalah gliserol yang

dapat dipergunakan untuk bahan

sabun maupun kosmetik (Suryani

et al. 2005; Harimurti & Sumangat

2011). Dengan menggunakan

sumber tenaga listrik bertegangan

220 volt, bioreaktor ini dilengkapi

dengan dua buah bejana dari bahan

besi stainless steel yang bagian

samping terdapat kaca untuk

melihat proses pemurniannya.

Selain itu alat bioreaktor ini

dilengkapi dengan dua buah motor

listrik untuk membantu penyem­

purnaan proses pengadukan, dan

dua buah pompa listrik untuk

membantu sirkulasi pemurnian

minyak. Kapasitas alat ini berkisar 80

liter/hari atau untuk sekali proses.

Pengujian biodiesel

Biodiesel yang telah dibuat

diuji kinerjanya pada generator

listrik berdaya 2000 Watt. Mesin

dipergunakan sebagai pembangkit

tenaga listrik, berpenggerak mesin

disel dengan kekuatan 10,5 HP.

Mesin penggerak bermerek “K”

berpendingin radiator dan generator

bermerek “X”. Generator listrik

dilengkapi dengan empat roda agar

mudah untuk memindahkannya.

Pada uji biodiesel jarak pagar

maupun biosolar menggunakan

lampu kapasitas 1000 Watt. Uji

dilakukan selama tiga jam tanpa

istirahat dan diulang sebanyak tiga

kali. Dari hasil uji tersebut diperoleh

rata­rata konsumsi bahan bakar

biodiesel jarak pagar dan biosolar

Pertamina masing­masing adalah

sebesar 0,53 L jam­1 dan 0,56 L jam­

1. Dari kedua bahan bakar tersebut,

dapat dilihat bahwa konsumsi untuk

biodiesel jarak pagar lebih irit atau

lebih hemat sebesar 0,03 L jam­1

dibandingkan dengan konsumsi

biosolar Pertamina.

Perbandingan konsumsi ba­

han bakar menunjukkan bahwa

kon sumsi biodiesel jarak pagar

sebesar 0,53 L jam­1, dan biosolar

Pertamina sebesar 0,56 L jam­1. Hal

ini dimungkinkan karena adanya

perbedaan angka cetana (cetane

number), untuk biodiesel jarak pagar

sebesar 53,0 (Sivaramakrishnan dan

Ravikumar, 2012) dan biosolar 51,0

(Pertamina, 2008).

Angka cetana tersebut menye­

babkan pembakaran biodiesel jarak

pagar lebih sempurna dibandingkan

dengan biosolar Pertamina, hal ini

terlihat dari asap yang keluar dari mesin

penggerak diesel merek “K”, dimana

untuk bahan bakar biodiesel jarak pagar,

asapnya lebih bersih dibandingkan

dengan biosolar Pertamina.

Selain itu bahan bakar biodiesel

lebih­ efisien­ dibandingkan­ solar­

karena biodiesel tidak memproduksi

asap, tidak mengandung hidrokarbon

aromatik. Selain itu biodiesel tidak

mengandung sulfur dan senyawa

benzene sehingga lebih ramah

lingkungan dan mudah terurai di alam.

Mesin dengan bahan bakar biodiesel

menghasilkan partikulat, hidrokarbon

dan karbon mono­oksida yang lebih

rendah daripada bahan bakar diesel

biasa. (*)

Oleh:Gatot Suharto Abdul Fatah

(Peneliti pada Balittas)Lia Verona

(Peneliti pada Balittas)

Mesin penghasil minyak jarak pagar.

Generator listrik untuk menghasilkan minyak jarak pagar.

14 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

15DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI MILENIAL

BEBERAPA waktu lalu,

daun bawang sepertinya

bukanlah jenis sayuran

yang menarik minat petani

untuk menanamnya. Tanaman ini

belum populer di kalangan pelaku

usaha tani karena budidayanya

dilakukan secara tradisional. Sehingga,

hasil atau pendapatan yang diperoleh

petani sedikit dan lebih kecil dibanding

dengan orang yang membudidayakan

tanaman lain seperti cabai merah,

tomat, dan bawang merah.

Tapi, imej itu langsung hilang ketika

Ir Syahrial Efendi mulai membudidaya

daun bawang di lahannya seluas 1,5

tahun lalu atau tepatnya

pada awal

2 0 2 0 .

Kebun seluas

empat rante (40x40 meter atau 1.600

meter persegi) milik Syahrial tersebut

berada di samping rumahnya kawasan

Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit,

Bener Meriah.

Jika selama ini masyarakat

menanam daun bawang dengan cara

tradisional, namun Syahrial memulai

usaha tersebut dengan sistem

modern menggunakan sentuhan

teknologi, seperti halnya yang

Syahrial Efendi juga meng­

ungkapkan, peluang pasar daun

bawang cukup menjanjikan. Apa­

lagi, sebutnya, kebutuhan sayuran

jenis ini untuk satu hari di seluruh

Aceh sekitar 10 ton. Hitungan itu,

menurut Syahrial, didasarkan pa­

da banyaknya penjual mi Aceh

yang tersebar dari kota hingga ke

semua pelosok desa di provinsi

ujung barat Pulau Sumatera, ini.

Yang saya kirim ke Medan itu daun bawang

kualitas nomor satu. Bahkan, ada yang satu

lubang berat daun bawangnya hampir dua

kilogram. Saat melihat itu, kompetitor kita di Sumatera Utara terkejut dan akhirnya

mereka antrek.”

Ir. SYAHRIAL EFENDIPetani Daun Bawang

Bisa Jadi Solusi Cepat Mengurangi Warga Miskin

Melihat prospek penjualan yang

ada, Syahrial yakin budidaya daun

bawang bisa menjadi solusi cepat

untuk mengurangi warga miskin.

“Sebab, biaya produksi daun bawang

murah tapi nilai ekonomisnya ting­

gi. Dibanding tanaman lebih yang

terkadang nggak jelas harga dan

pangsa pasarnya, lebih baik masya­

rakat termasuk janda­janda miskin

kita arahkan untuk menanam daun

bawang,” jelasnya.

Sebab, sebut Syahrial, sayuran

jenis ini setiap hari dibutuhkan oleh

masyarakat terutama para penjual

mi Aceh. “Kepada siapa saja yang

berkunjung ke kebun saya atau saat

memberikan penyuluhan kepada

petani lain, saya selalu sampaikan

bahwa budidaya tanaman daun

ba wang sangat bagus untuk me­

ngen taskan kemiskinan,” ungkap

ayah dari Dara Prisilia Utari Efen di,

Ronaldo Putra Efendi, dan Muham­

mad Doni Efendi, ini.

Tinggal lagi, tambah Syahrial,

be nihnya harus menggunakan va­

rietas unggul. Sehingga, daun ba­

wang yang dihasilkan berkualitas

tinggi. Selain itu, untuk memastikan

keamanan masyarakat yang meng­

on sumsinya tetap terjaga, kata

Syahrial, pemupukan tanaman juga

ha rus lebih banyak menggunakan

pupuk organik.

“Agar menambah daya tarik pem­

beli, daun bawang yang dijual oleh

petani juga harus dikemas dengan

baik. Untuk itu, butuh bimbingan dan

dukungan dari kalangan anggota

dewan dan dinas terkait baik di pro­

vinsi maupun kabupaten/kota,” pung­

kas Ir Syahrial Efendi. (*)

Budidaya Tanaman Daun Bawang ala Modern

Syahrial Efendi“

dilakukan oleh petani di Semenanjung

Korea. Kerja keras pria kelahiran

Aceh Tengah, 26 Februari 1967, ini

langsung membuahkan hasil yang

membanggakan.

Betapa tidak, setelah tiga bulan­

­sejak menanam hingga panen­­

Syahrial mampu menghasilkan daun

bawang sekitar lima ton per satu rante

(20x20 meter) lahan. “Pada awal­awal

saya mulai menanam daun bawang,

harga jualnya mencapai 8 sampai 12

ribu rupiah per kilogram (Kg). Dengan

harga tersebut, penghasilan kotor

saya dalam satu rante bisa mencapai

35 juta rupiah,” jelas alumni S1

Agronomi Universitas Gajah Puteh

(UGP) Takengon, Aceh Tengah, ini.

Setelah dikurangi biaya produksi

sekitar Rp 7 juta per rante, sebut

Syahrial, pendapatan bersih yang ia

terima adalah Rp 28 juta per rante untuk

sekali panen. “Karena mendapat

pendapatan sebanyak itu,

budidaya daun bawang saya

pun langsung viral. Sehingga,

masyarakat­­terutama yang

tinggal di dataran tinggi

Gayo­­langsung mencari

benih dan menanam daun

bawang,” ungkap suami dari

Salisna Evrita, ini.

Seiring bertambahnya

jumlah petani yang menanam

bawang, maka terjadi over produksi.

Akibatnya, harga jual sayuran yang

menjadi bumbu khas mi Aceh itu

langsung anjlok hingga Rp 5­6 ribu

per kilogram (Kg). Tapi, kondisi itu tak

berimbas pada penjualan yang dilakukan

Syahrial. Sebab, jauh­jauh hari sebelum

petani lain membudidaya tanaman

itu, Syahrial sudah memiliki langganan

sendiri di sejumlah kabupaten/kota

di Aceh seperti Banda Aceh, Bireuen,

Langsa, Calang, Meulaboh, Singkil, dan

Subulussalam.

Selain itu, sebut Syahrial,

daun bawang yang dihasilkan

dari kebunnya juga dijual

ke beberapa mall di Medan,

Sumatera Utara, seperti Suzuya

Mall, Carrefour, dan Brastagi

Supermarket. “Yang saya kirim

ke Medan itu daun bawang kua­

litas nomor satu. Bahkan, ada

yang satu lubang berat daun

bawang nya hampir dua kilo­

gram. Saat melihat itu, kom peti­

tor kita di Sumatera Utara ter kejut

dan akhirnya mereka an trek,”

kata Syahrial sambil tertawa.

Dengan menanam daun

bawang pada lahan seluas 4

rante, menurut Syahrial, setelah

tiga bulan jika dikalkulasikan

pendapatannya bisa mencapai

Rp 1 juta per hari. “Kalau yang

punya lahan dua rante, berarti

pendapatan per hari setelah

tiga bulan Rp 500 ribu. Jumlah

itu sudah melebihi UMR (upah

minimum regional),” kata Syahrial

yang menamatkan pendidikan di

UGP pada tahun 1992.

Karena prospeknya bagus,

sambung Syahrial, tanaman

lain di kebunnya ditebang dan

diganti dengan menanam daun

bawang. “Meski peluang pasarnya

bagus, tapi dalam membudidaya

daun bawang tetap ada kendala.

Seperti, saat musim kemarau, pucuk

daun bawang cepat kuning akibat

kekurangani air. Sementara jika

musim hujan, tanaman itu rawan

diserang jamur. Tapi, hal itu bisa kita

atasi dengan menyemprotnya secara

intensif,” urainya.

Meski daun bawang harus

disemprot, menurut Syahrial, namun

dirinya tidak berlebihan dalam

menggunakan pestisida. Ia lebih

banyak mengandalkan pupuk organik.

Hal itu, sebut Syahrial, dilakukannya

agar tidak terlalu berefek bagi

kesehatan orang yang mengonsumsi

daun bawang yang dibudidayanya.

“Ketahanan pangan perlu, keragaman

pangan juga perlu, tapi kita juga harus

menjaga keamanan pangan dengan

tidak terlalu banyak menggunakan

pestisida pada tanaman. Sebab, itu

berbahaya bagi kesehatan konsumen,”

ucap Syahrial.

Ditanya soal tingkat kesulitan

merawat daun bawang dibanding

dengan tanaman lain, Syahrial

mengatakan, perawatannya hampir

sama dengan sayur­sayuran lain.

Untuk tenaga kerja yang dipakai di

lahan tanaman daun bawangnya,

Syahrial mengatakan, itu tergantung

kebutuhan. “Kadang ada dua atau

tiga orang sehari. Tapi, ada yang juga

sampai enam orang per hari. Jumlah

tenaga kerja saya sesuaikan dengan

kebutuhan dalam rangka menjaga

kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas.

Sebab, barang yang kita pasok ke

pelanggan itu setiap hari dan tidak

boleh putus,” tandasnya. (*)

14 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

15DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI LUAR NEGERI

Namun, seorang pe­

ngusaha mengatakan

bahwa dia mampu

memproduksi lima kali

lebih banyak sayuran pertanian

di pusat kota. Berkat teknik

pertaniannya yang bisa dikatakan

radikal, lahan pertanian kota milik

Jack Ng mampu menghasilkan 1

ton sayuran segar setiap harinya,

menyediakan makanan bagi warga

kota Singapura yang diproduksi

secara lokal.

Teknologi yang digunakan Jack

Ng dalam sistem pertaniannya di­

sebut dengan “A­Go­Gro”, dan

tampak­ seperti  Roda Ferris,

dengan ketinggian 30 kaki. Rak­

rak sayuran disusun dalam sebuah

rangka alumunium, dan dapat

berputar untuk menjaga sirkulasi

cahaya matahari, aliran udara

dan pengairan. Semua sampah

organik menjadi kompos dan

dapat digunakan kembali. Sistem

perputaran  (Air powering frame)  air­

dibantu oleh gaya gravitasi dan

membutuhkan sedikit konsumsi

listrik. Menurut Jack Ng, energi

yang­diperlukan­untuk­daya­satu air

powering frame  adalah­ setara­

dengan energi yang dibutuhkan 60

Melihat Sistem Pertanian Vertikal di Singapura

Di Singapura, tanah merupakan aset yang sangat berharga. Sebuah negara kecil dengan luas hanya 710 km persegi menjadi rumah bagi 5 juta orang. Tidak mengherankan apabila Singapura terkenal dengan bangunan yang menjulang tinggi. Di sebuah pulau dengan kepadatan yang tinggi, dimana 93% makanan adalah impor, ide untuk membuat lahan pertanian di negara ini dapat dikatakan hampir tidak mungkin untuk dilakukan.

Kabupaten Pingtung adalah

daerah penghasil pisang terbesar

Foto CNA Bupati Pingtung, Pan Men-an (kanan), melakukan inspeksi ke perkebunan pisang.

Pisang Taiwan Kembali Berjaya Berkat Sistem Pertanian Pintar

di Taiwan, dengan luas perkebunan

mencapai lebih dari 4.000 hektare.

Selain itu, kualitas daging buah,

tekstur, cita rasa, dan keharuman

yang dimiliki pisang dari Kabupaten

Pingtung sangat cocok dengan se­

lera konsumen internasional, khu­

susnya konsumen Jepang.

Namun, selama 20 tahun

terakhir, nilai ekspor pisang Pingtung

ke Jepang mengalami penurunan

karena persaingan harga dari

Filipina, Ekuador, dan negara­negara

Asia Tenggara lainnya yang mulai

memasuki pasar Jepang.

Untuk meningkatkan daya saing

pisang Kabupaten Pingtung, Ke­

menterian Perekonomian (MOEA)

memberikan subsidi kepa da

Perusahaan Nong Chin dan Yi Lung

Agricultural Co Ltd untuk mem­

bentuk sebuah tim profesional,

yang akan mendayagunakan tekno­

logi AioT dan blockchain untuk

menelusuri tingkat kepercayaan

kon sumen, serta teknik digital twin

untuk meningkatkan pemasaran

pisang Pingtung di Jepang.

Tim tersebut juga akan meng­

gunakan teknologi kecerdasan bu­

atan (AI) untuk membantu para

petani menghasilkan buah pisang

yang memenuhi standar, agar dapat

memperoleh­ sertifikat­ GAP­ (Food­

Agricultural Pracices).

Pada tahun 2017, Pemerintah

Kabupaten Pingtung telah mendi­

rikan Taiwan Pingtung Agriculture

International Marketing Co Ltd un­

tuk membantu para petani me­

masarkan produk mereka ke pasar

internasional.

Perusahaan tersebut juga te­

lah menjalin hubungan kerja

sama dengan Global GAP untuk

meningkatkan kualitas produk

para petani, agar sesuai dengan

stadar­ sertifikasi­ internasional­

yang diminta oleh pasar Jepang.

Alhasil, nilai ekspor pisang

Pingtung kini naik berlipat ganda,

dari 524 ton (2018) menjadi

1.166 ton (2019). Nilai ekspor

naik dari NT$ 22,39 juta menjadi

NT$ 51, 31 juta. Para analis

mem perkirakan, nilai ekspor pi­

sang Pingtung ke Jepang tahun

ini akan mencapai 2.000 ton.

Pemerintah Kabupaten Ping­

tung terus menghimbau pa ra

petani setempat untuk mela kukan

transformasi dan menggunakan

sistem pertanian pintar, agar

pisang Taiwan dapat kembali ber­

jaya di pasar Jepang dan negara

lainnya. (id.taiwantoday.tw)

watt bola lampu.

Seluruh sistem, masing­masing

hanya membutuhkan lahan seluas

60 meter persegi. Sebanyak 120

menara telah didirikan di Kranji,

14 km dari pusat bisnis Singapura.

Dalam beberapa tahun kedepan

Jack Ng, ingin membangun 2.000

menara untuk sistem pertaniannya.

Jack Ng menjual sayurannya dengan

merk Sky Greens, yang dijual di

supermarket, memberikan alterntif

produk impor kepada konsumen.

Meskipun harga sayuran Sky Greens

10% lebih mahal dari sayuran yang

dijual di pasaran, namun sayuran

ini banyak digemari karena sayuran

vertikal lebih segar daripada sayuran

lainnya yang dijual di Singapura.

Sky Greens didukung oleh pe­

me rintah Singapura karena me­

mungkinkan negara dengan luas

wilayah yang kecil menjadi mandiri

akan sumber pangan. Jack Ng

percaya bahwa sistem pertaniannya

dapat diadopsi di seluruh dunia,

terutama di Asia Tenggara.

Buah dan sayur di balkon

Singapura mengimpor hampir

semua bahan pangan.Tapi hingga

2030 negara kota itu ingin memenuhi

sendiri 30 persen kebutuhan pa­

ngan nya. Pemerintah mendorong

penduduk untuk menanam sendiri

buah dan sayuran di atap dan balkon.

Maya Hari sedang menanam

buah melon dan kembang kol. Ia juga

menanam cabe, terong dan pisang

di teras apartemennya. Di sini, di

lantai 31 rumah Maya Hari, orang

bisa melihat bagaimana Singapura di

masa depan.

Maya Hari yang profesi aslinya

adalah manajer, sudah beberapa

langkah lebih maju dibanding

penduduk Singapura lainnya.

Pemerintah Singapura bercita­

cita untuk membuat negara

kota dengan teknologi canggih

itu menjadi negara penuh petak

perkebunan.

Maya Hari yang punya hobi

bercocoktanam melontarkan

pen da patnya tentang apa yang

diperlukan agar program am­

bisius itu berhasil. “Semua orang

harus berusaha merangkul lebih

banyak teknologi dan me tode

modern pengembangan ta­

naman,” katanya.

Ditambah dengan upaya

menggerakkan seluruh negara

dan semua orang untuk me­

nanam lebih banyak lagi. “Me­

nanam di balkon saja, tidak akan

mendatangkan hasil maksimal.

Tapi itu jadi awalnya,” demikian

Maya Hari.

Singapura menjadi negara

pertanian? Itu susah untuk diba­

yangkan. Selama beberapa de­

kade, negara itu jadi pusat ke­

uangan dan ekonomi, dan me miliki

semakin banyak pencakar langit.

Walaupun banyak penghijau­

an, pertanian tampak seperti se­

suatu dari masa lalu.

Sekarang Singapura ingin me­

ngurangi ketergantungan pa sokan

pangannya pada negara asing.

Lahan di Singapura tidak luas.

Jadi atap akan diubah menjadi lahan

penanaman sayuran dan hasil kebun

yang bisa dijual! Strategi baru itu

sudah mulai membuahkan hasil.

(mobgenic.com/republika.co.id)

16 DISTANBUN ACEHEdisi II/2021

PBDISTANBUN ACEHEdisi II/2021

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI GALERI FOTO

Gubernur Aceh, Ir H Nova Iriansyah MT, didampingi Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, Plt Bupati Bener Meriah, Bupati Gayo Lues, dan Bupati Aceh Tengah, melepas kopi arabika produksi Kokowa Gayo, Bener Meriah, untuk diekspor ke Amerika Serikat.

Peserta mengikuti pelatihan sejuta petani dan penyuluh secara daring di Banda Aceh.

Sekretaris Distanbun Aceh, Azanuddin Kurnia SP MM dan staf meninjau lahan PSR di Aceh Barat.

Kadistanbun Aceh, Ir Cut Huzaimah MP, dan pejabat lainnya foto bersama pada launching Geupeuaman di Pidie.

Panitia dan peserta mengikuti pembukaan pertemuan peningkatan kapabilitas penyuluh tahun 2021 di Meulaboh, Aceh Barat.