63
)6#6/("/#&#"/,&3+"%"/8",56,&3+"%&/("/,&-&-")"/,&3+"1"%"5&/"(",&3+"%**/%6453* 1&.#6"5"/#"56#"5",&-63")"/5"/(,*5,"#61"5&/.6"30+".#*5")6/ 55 SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013 STIKes PRIMA JAMBI HUBUNGAN BEBAN KERJ A DAN WAKTU KERJ A DENGAN KELELAHAN KERJ A PADA TENAGA KERJ A DI INDUSTRI PEMBUATAN BATUBATA KELURAHAN TANGKIT KABUPATEN MUARO J AMBI TAHUN 2012 Sakinah¹,*Marta 2 ,Erna 3 ¹ .2.3. STIKES Prima Prodi IKM *Korespondensi penulis: [email protected] ABSTRAK Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan beban kerja dan waktu kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di Industri Batu Bata Kelurahan Tangkit Kabupaten Muaro Jambi. Jenis penelitian ini berbentuk kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan uji korelasi Chi-Square. Teknik pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling (sampel acak sederhana). Jumlah sampel sebanyak 45 orang tenaga kerja. Hasil penelitian diketahui hasil uji beban kerja (value = 0,041), jam kerja (p-value = 0,04) dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di Industri Pembuatan Batu Bata Kelurahan Tangkit. Adapun simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di industri batu bata Kelurahan Tangkit Kecamatan Muaro Jambi Tahun 2012. Kata Kunci : Kelelahan Kerja, Beban Kerja, Waktu Kerja, Industri Batu Bata. PENDAHULUAN Keterlibatan manusia khususnya tenaga kerja dalam proses pembangunan semakin meningkat. Agar tenaga kerja menjadi sehat dan produktif, maka peranan Keselamatan dan Kesehatan Kerja semakin menjadi penting. Hal ini didukung pula oleh perkembangan jangkauan pembangunan di semua sektor ekonomi, termasuk sektor informal, tradisional dan industri kecil (Benny, 1997). Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal maupun yang berada di sektor informal (Depkes RI, 2003). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman dan nyaman serta tujuan akhirnya adalah menciptakan produktifitas setinggi-tingginya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan usaha- usaha preventif , kuratif dan rehabilitatif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan dengan secara optimal dengan tiga komponen kerja berupa kapasitas tenaga kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan serasi (Suma’mur, 2009). Menurut data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, di Indonesia terdapat 11,277 kasus kecelakaan kerja dengan jumlah korban sebanyak 10.965 orang. Pada triwulan pertama tahun 2010, terjadi penurunan yang cukup besar dalam pelanggaran K3, yaitu sebanyak 6,128 kasus dengan 3,215 korban jiwa. Dari data tersebut, pulau Jawa yang menyumbangkan angka paling besar yaitu sebesar 69,34% dari jumlah kasus kecelakaan secara nasional (Hanggraeni, 2012). Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Provinsi Jambi pada tahun 2011 menurun dibandingkan jumlah kasus kecelakaan kerja yang terjadi di berbagai perusahaan dalam tahun

hubungan beban kerja dan waktu kerja dengan kelelahan

Embed Size (px)

Citation preview

)6#6/("/�#&#"/�,&3+"�%"/�8",56�,&3+"�%&/("/�,&-&-")"/�,&3+"�1"%"�5&/"("�,&3+"�%*�*/%6453*

1&.#6"5"/�#"56#"5"�,&-63")"/�5"/(,*5�,"#61"5&/�.6"30�+".#*�5")6/�����

55

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN BEBAN KERJ A DAN WAKTU KERJ A DENGAN KELELAHAN KERJ APADA TENAGA KERJ A DI INDUSTRI PEMBUATAN BATUBATA KELURAHANTANGKIT KABUPATEN MUARO J AMBI TAHUN 2012

Sakinah¹,*Marta2,Erna

3

¹.2.3.

STIKES Prima Prodi IKM*Korespondensi penulis: [email protected]

ABSTRAKKelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh menghindari kerusakanlebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan. Pada teori kimia secara umummenjelaskan bahwa terjadinya kelelahan akibat berkurangnya cadangan energi danmeningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkanperubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Penelitian ini bertujuanuntuk melihat hubungan beban kerja dan waktu kerja dengan kelelahan kerja pada tenaga kerjadi Industri Batu Bata Kelurahan Tangkit Kabupaten Muaro Jambi.Jenis penelitian ini berbentuk kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan uji korelasiChi-Square. Teknik pengambilan sampel yang digunakan simple random sampling (sampelacak sederhana). Jumlah sampel sebanyak 45 orang tenaga kerja.Hasil penelitian diketahui hasil uji beban kerja (value = 0,041), jam kerja (p-value = 0,04)dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di Industri Pembuatan Batu Bata Kelurahan Tangkit.Adapun simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara variabeldengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di industri batu bata Kelurahan Tangkit KecamatanMuaro Jambi Tahun 2012.

Kata Kunci : Kelelahan Kerja, Beban Kerja, Waktu Kerja, Industri Batu Bata.

PENDAHULUAN

Keterlibatan manusia khususnyatenaga kerja dalam prosespembangunan semakin meningkat.Agar tenaga kerja menjadi sehat danproduktif, maka peranan Keselamatandan Kesehatan Kerja semakin menjadipenting. Hal ini didukung pula olehperkembangan jangkauanpembangunan di semua sektorekonomi, termasuk sektor informal,tradisional dan industri kecil (Benny,1997). Kesehatan kerja merupakansalah satu bidang kesehatanmasyarakat yang memfokuskanperhatian pada masyarakat pekerjabaik yang berada di sektor formalmaupun yang berada di sektor informal(Depkes RI, 2003).

Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) merupakan suatu upayauntuk menciptakan suasana bekerjayang aman dan nyaman serta tujuanakhirnya adalah menciptakanproduktifitas setinggi-tingginya. Tujuantersebut dapat dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif dan

rehabilitatifterhadap penyakit-penyakitatau gangguan kesehatan dengansecara optimal dengan tiga komponenkerja berupa kapasitas tenaga kerja,beban kerja dan lingkungan kerja dapatberinteraksi secara baik dan serasi(Suma’mur, 2009).

Menurut data DepartemenTenaga Kerja dan Transmigrasi, diIndonesia terdapat 11,277 kasuskecelakaan kerja dengan jumlah korbansebanyak 10.965 orang. Pada triwulanpertama tahun 2010, terjadi penurunanyang cukup besar dalam pelanggaranK3, yaitu sebanyak 6,128 kasusdengan 3,215 korban jiwa. Dari datatersebut, pulau Jawa yangmenyumbangkan angka paling besaryaitu sebesar 69,34% dari jumlah kasuskecelakaan secara nasional(Hanggraeni, 2012).

Jumlah kecelakaan kerja yangterjadi di Provinsi Jambi pada tahun2011 menurun dibandingkan jumlahkasus kecelakaan kerja yang terjadi diberbagai perusahaan dalam tahun

)6#6/("/�#&#"/�,&3+"�%"/�8",56�,&3+"�%&/("/�,&-&-")"/�,&3+"�1"%"�5&/"("�,&3+"�%*�*/%6453*

1&.#6"5"/�#"56#"5"�,&-63")"/�5"/(,*5�,"#61"5&/�.6"30�+".#*�5")6/�����

56

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

2010. Sesuai data pembayaransantunan di Jamsostek memang terjadipenurunan, kata Kepala Dinas SosialTenaga Kerja dan Transmigrasi(Sosnakertrans) Provinsi Jambi, Drs HAHarris MM.

Total kasus yang terjadi 55 kasus,sedangkan di tahun 2010 sebanyak122 kasus. Kelelahan kerja merupakanbagian dari permasalahan umum yangsering dijumpai pada tenaga kerja.Menurut beberapa peneliti kelelahansecara nyata dapat mempengaruhikesehatan tenaga kerja dan dapatmenurunkan produktivitas. Investigasidibeberapa negara menunjukkanbahwa kelelahan (fatigue) memberikontribusi yang signifikan terhadapkecelakaan kerja.

Beberapa hal yang menyebabkankelelahan kerja diantaranya keadaanyang monoton, beban kerja, waktukerja keadaan lingkungan danpsikologis. Setiap pekerjaan selaluberdampak lelah setelah mengerjakanpekerjaan tersebut. Pengaturan jamkerja, jam istirahat, beban kerja yangseimbang dengan kemampuan pekerjadapat mengurangi kelelahan yangdirasakan oleh tenaga kerja.

Kabupaten Muaro Jambi terdapatbanyak industri kecil, diantaranyaindustri pembuatan batu bata. Dari datayang penulis dapatkan di Kantor CamatSungai Gelam, diperoleh data tentangkelurahan penghasil batu bataterbanyak yaitu Kelurahan Tangkit danKelurahan Kebun Sembilan.

Diantara dua kelurahan yangterbanyak adalah Kelurahan Tangkit.Lokasinya berada di 3 RT yangberbeda yaitu RT 3, RT 11, dan RT 13.Pada RT 3 terdapat 78 industri batubata, di RT 11 sebanyak 55 industri danuntuk RT 13 sebanyak 120 industri.Dari data diatas bahwa jumlah industribatu bata terbanyak di KelurahanTangkit berada di RT 13 dan penulisakan melakukan penelitian di tempattersebut. Total keseluruhannya untukpara pekerja batu bata di RT 13kelurahan tangkit adalah berjumlah 177orang.

Berdasarkan hasil survei awal,pembuatan batu bata terdiri atas prosespencetakan batu bata, penjemuran,pembakaran dan pendinginan kembalibatu bata tersebut. Para tenaga kerjamerasakan beban kerja yang tinggiterhadap proses pembuatan batu bata.Hal ini ditunjukkan dari data bebankerja pada tenaga kerja batu bata dikenali yaitu dari sepuluh pekerja, enamorang memiliki beban kerja berat, tigaorang memiliki beban kerja sangatberat dan satu orang memiliki bebankerja sedang.

Waktu kerja melebihi 8 jamperhari dan ada juga yang kurang.Waktu masuk kerja rata-rata mulaipukul delapan pagi sampai denganpukul empat sore atau enam sore,tergantung pada pemilik industri batubata tersebut. Sedangkan untuk waktuistirahat bervariasi antara 30 menitsampai dengan satu setengah jam.

Penelitian ini bertujuan untukmelihat hubungan beban kerja danwaktu kerja dengan kelelahan padatenaga kerja di Industri PembuatanBatu Bata Kelurahan TangkitKabupaten Muaro Jambi Tahun 2012.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakanpenelitian deskriptif analitik suatumetode penelitian yang menghubunganantara variabel dependen dan variabelindependen (Arikunto 2002). Penelitianini mengunakan rancangan crosssectional yaitu penelitian untukmempelajari dinamika korelasi antarafaktor-faktor risiko dengan efek, dengancara pendekatan, observasi ataupengumpulan data sekaligus padasuatu saat. Teknik pengambilan sampeldalam penelitian ini menggunakanprobability sampling dengan simplerandom sampling (sampel acaksederhana) dengan data tabel angkaacak di karenakan populasi relatifhomogen.

Sampel dalam penelitian inimempunyai kriteria inklusi dan eksklusi.Yang menjadi kriteria inklusi adalah

)6#6/("/�#&#"/�,&3+"�%"/�8",56�,&3+"�%&/("/�,&-&-")"/�,&3+"�1"%"�5&/"("�,&3+"�%*�*/%6453*

1&.#6"5"/�#"56#"5"�,&-63")"/�5"/(,*5�,"#61"5&/�.6"30�+".#*�5")6/�����

57

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

tenaga kerja industri batu bata yangberumur 18–50 tahun, tidak menderitapenyakit kekuatan dan ketahanan ototserta tidak menderita penyakit sistemkardiovaskuler (Hidayat, 2010). Untukkriteria eksklusi adalah tenaga kerjaindustri batu bata yang berumur < 18tahun dan lebih > 50 tahun, menderitapenyakit kekuatan dan ketahanan ototserta menderita penyakit sistemkardiovaskuler (Sastroasmoro, 2002).Untuk analisa dengan analisa Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data primer diperoleh melaluiwawancara langsung dengan kuesioneryang telah disediakan, sedangkan datasekunder diperoleh dari Bapak RT 13Kelurahan Tangkit Kabupaten MuaroJambi dan data dari PuskesmasTangkit Kabupaten Muaro Jambi.Sebelum melakukan penelitian, kepadaresponden dijelaskan tentang tujuanpenelitian, cara menjawab pertanyaandan kerahasiaan responden.

Industri pembuatan batu batayang terletak di Kabupaten MuaroJambi Kelurahan Tangkit di LorongMerpati RT 13 RW 05 seluruhnya ada177 tenaga kerja dari 120 bangsal batubata yang ada. Produk yang dihasilkanberupa batu bata merah dengan bahan

utama adalah lempung (tanah liat).Wilayah Kelurahan Tangkit terdapat 3RT yang berbeda yang memiliki IndustriPembuatan Batu Bata diantaranya RT3, RT 11, RT 13. Yang dijadikan objekoleh peneliti adalah RT 13. Jumlahtenaga kerja di Industri Batu Bata dariseluruh bangsal berjumlah 177 orang,tetapi sampel yang diambil hanya 45orang tenaga kerja. Tenaga kerja padaIndustri batu bata menurut usia 18-34tahun sebanyak 35 (77,8%) tenagakerja dan antara usia 35-50 tahunsebanyak 10 (22,2%) tenaga kerja.Tenaga kerja yang menjadi sampeldalam penelitian ini harus tidakmenderita penyakit kekuatan danketahanan otot serta tidak menderitapenyakit sistem kardiovaskuler.

Proses pembuatan batu bata inimulai bekerja pada pukul 07.30 wibsampai pukul 17.00 wib selama 7 harikerja dalam seminggu, dan prosespembakaran batu bata ini dikerjakandalam waktu 3 hari 3 malam kerja.Karena batu bata ini merupakan salahsatu jenis home industrimaka waktukerja istirahat disesuaikan dengankeadaan fisik tubuh tenaga kerja padasaat itu, sedangkan pada prosespembuatan batu bata biasanya istirahatdilakukan tenaga kerja pada pukul11.30–13.00 wib.

Tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada TenagaKerja di Industri Pembuatan Batu Bata Kelurahan Tangkit Kabupaten Muaro JambiTahun 2012

Beban Kerja

Kelelahan Kerja

Jumlahp-

valueKelelahan

RinganKelelahanMenengah

KelelahanBerat

n % n % n %

Sangat Berat 2 11,1 5 27,8 11 61,1 18 100

0,041Berat 4 26,7 6 33,2 5 33,2 15 100

Sedang 7 58,3 3 16,7 2 16,7 2 100

Total 13 28,9 14 40 18 40 45 100

)6#6/("/�#&#"/�,&3+"�%"/�8",56�,&3+"�%&/("/�,&-&-")"/�,&3+"�1"%"�5&/"("�,&3+"�%*�*/%6453*

1&.#6"5"/�#"56#"5"�,&-63")"/�5"/(,*5�,"#61"5&/�.6"30�+".#*�5")6/�����

58

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Waktu Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada TenagaKerja di Industri Pembuatan Batu Bata Kelurahan Tangkit Kabupaten Muaro JambiTahun 2012.

Jam Kerja

Kelelahan Kerja

Jumlahp-

valueKelelahan

RinganKelelahanMenengah

KelelahanBerat

n % n % n %Tidak Sesuai 4 15,4 11 42,3 11 42,3 26 100

0,04Sesuai 9 47,4 3 15,8 7 36,8 19 100Total 13 28,9 14 40 18 40 45 100

Hasil tabel 1 menunjukkan bahwatenaga kerja di Industri batu bataKelurahan Tangkit yang berjumlah 45tenaga kerja, sebagian besar masihbekerja dengan beban kerja yangsangat berat yaitu ada 18 orang tenagakerja, yang bekerja dengan beban kerjaberat ada 15 orang tenaga kerja,sedangkan yang bekerja dengan bebankerja sedang ada 12 orang tenagakerja. Dan berdasarkan uji statistikdiketahui bahwa tenaga kerja yangmengalami kelelahan kerja beratdengan beban kerja berjumlah 18orang tenaga kerja, yang mengalamikelelahan kerja menengah denganbeban kerja berjumlah 14 orang tenagakerja dan tenaga kerja yang mengalamikelelahan kerja ringan dengan bebankerja sebanyak 13 orang tenaga kerja.

Adapun perolehan dari uji statistikadanya hubungan yang bermaknaantara beban kerja pada tenaga kerja diIndustri Pembuatan Batu BataKelurahan Tangkit dengan KelelahanKerja (Value = 0,041). Bahwa, adahubungan yang bermakna antarabeban kerja dengan kelelahan kerja.

Prinsip dasarnya adalahbagaimana agar Demand<Capacity,sehingga perlu diupayakan agar bebankerja fisik yang diterima oleh tubuh saatbekerja tidak melebihi kapasitas fisikmanusia (pekerja) yang bersangkutan.Komponen kemampuan kerja fisik dankesegaran jasmani seseorangditentukan oleh kekuatan otot,ketahanan otot dan ketahanankardiovaskuler (Tarwaka, 2004).Penelitian ini sejalan dengan penelitianHerry Koesyanto (Semarang, 2008),

yang menyatakan bahwa adanyahubungan antara beban kerja dengantingkat kelelahan. Beban kerja yangberlebihan atau rendah dapatmenimbulkan kelelahan kerja.

Maka dapat dipahami beban kerjabeban kerja yang dialami oleh tenagakerja di industri batu bata berdasarkanpenghitungan denyut nadi, nafas dansuhu menimbulkan kelelahan, bebanberlebihan secara fisik ataupun mental,yaitu harus melakukan terlalu banyakhal. Unsur yang menimbulkan bebanberlebih ini adalah desakan waktu.

Waktu dalam masyarakat industrimerupakan suatu unsur yang sangatpenting. Waktu merupakan salah satuukuran dari efisiensi. Pedoman yangpaling banyak di dengarkan ialah“Cepat dan Selamat”. Atas dasar iniorang sering harus bekerja berkejarandengan waktu. Tugas harusdiselesaikan sebelum waktu akhir(dead line) (Munandar: 1995).

Setiap pekerjaan apapun jenisnyaapakah pekerjaan tersebut memerlukankekuatan otot atau pemikiran, adalahmerupakan beban bagi yangmelakukan. Dengan sendirinya bebanini dapat beban fisik ataupun mentaldengan jenis pekerjaan sipelaku(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil tabel 2.menunjukkan bahwa tenaga kerja diIndustri Batu Bata Kelurahan Tangkityang berjumlah 45 tenaga kerja,sebagian besar masih bekerja denganjam kerja yang tidak sesuai yaitu ada26 orang tenaga kerja, sedangkan yangbekerja dengan jam kerja yang sesuaisebanyak 19 orang tenaga kerja.

)6#6/("/�#&#"/�,&3+"�%"/�8",56�,&3+"�%&/("/�,&-&-")"/�,&3+"�1"%"�5&/"("�,&3+"�%*�*/%6453*

1&.#6"5"/�#"56#"5"�,&-63")"/�5"/(,*5�,"#61"5&/�.6"30�+".#*�5")6/�����

59

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Adapun perolehan uji statistikadanya hubungan yang bermaknaantara jam kerja pada tenaga kerja diIndustri Pembuatan Batu BataKelurahan Tangkit dengan kelelahankerja (p-value= 0,04). Bahwa, adahubungan yang bermakna antara waktukerja dengan kelelahan kerja.

Tenaga kerja yang mengalamikelelahan berat dengan jam kerjasebanyak 18 tenaga kerja, yangmengalami kelelahan menengahdengan jam kerja sebanyak 14 tenagakerja sedangkan yang tidak mengalamikelelahan ringan dengan jam kerjasebanyak 13 orang tenaga kerja. Jamkerja selama 8 jam perhari, diusahakansedapat mungkin tidak dilampaui.Apabila hal ini tidak dapat dihindari,perlu dibuat grup kerja baru ataupengadaan kerja gilir (shift work). Kerjalembur sedapat mungkin ditiadakan,karena beberapa penelitianmenunjukkan bahwa kerja lemburdapat menurunkan efisiensi danproduktivitas kerja serta meningkatkanangka kecelakaan dan sakit(Anis:2002).

Dalam hal lamanya waktu kerjamelebihi ketentuan yang telahditetapkan yaitu 8 jam perhari atau 40jam seminggu, maka perlu diaturwaktu-waktu istirahat khusus agarkemampuan kerja dan kesegaranjasmani tetap dapat dipertahankandalam batas-batas toleransi.

SIMPULAN

Ada hubungan antara bebankerja, waktu kerja dengan kelelahankerja di Industri Batu Bata KelurahanTangkit Kabupaten Muaro Jambi Tahun2012.

Rekomendasi penelitian iniadalah perlu dipertahankan beban kerjayang sedang pada pekerja denganmelakukan upaya mendesainlingkungan kerja, alat kerja dan mesinkerja kontrol waktu kerja tidak melebihiwaktu kerja maksimum sehingga tidakmenimbulkan kejenuhan pada pekerja.

Dimungkinkan penelitian lebih

lanjut tentang faktor-faktor yang terkaitdengan beban, waktu dan kelelahankerja pada tenaga kerja batu bata.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Proses. Jakarta:Rineka Cipta.

Anis, 2002. Penyakit Akibat Kerja.Jakarta: Gramedia.

Benny, L. P. 1997.PembangunanKesehatan Tenaga Kerja DiIndonesia, Kecenderungan DimasaMendatang. Depdikbud RI, Jakarta

DepKes RI. 2003. Modul Pelatihan bagiFasilitator Kesehatan kerja. Jakarta

Hanggaraini, D. 2012. ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta:Fakultas Ekonomi UI

Munandar. 1995. Psikologi Industri.Jakarta: Tommi.

Notoatmojo, Soekidjo. 2010. MetodePenelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaandan Kesehatan Kerja. Jakarta:sagung seto.

Tarwaka, 2004. Ergonomi UntukKesehatan dan Keselamatan Kerjadan Produktivitas. Surakarta:UNIBA Press.

Sastroasmoro 5, 2002, Dasar-dasarMetodologi Penelitian Klinis.Jakarta: Sagung Seto.

Hidayat Aziz Alimul, 2010, MetodePenelitian Kesehatan ParadigmaKuantitatif. Penerbit Health BooksPublishing, Surabaya.

(".#"3"/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�-"/4*"�5&/5"/(�1&/"5"-",4"/""/�%*&5�%.�5*1&�**

%*�164,&4."4�,&#6/�)"/%*-�,05"�+".#*�5")6/�����

60

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI LANSIA TENTANGPENATALAKSANAAN DIET DM TIPE II DI PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTAJ AMBI TAHUN 2012

1*Dewi Riastawati,

2Devi

1STIKes Prima Prodi DIII Kebidanan

2STIKes Prima Jambi

*Korespondensi penulis: [email protected]

ABSTRAKBerdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jambi diketahui bahwa jumlahlansia yang mengidap diabetes melitus terus bertambah setiap tahun, pada tahun 2009 jumlahlansia yang menderita DM sebanyak 3804 orang, pada tahun 2010 sebanyak 4059 dan padatahun 2011 menjadi 5888 lansia. Selanjutnya lansia dengan DM terbanyak ditemukan diPuskesmas Kebun Handil pada tahun 2011, yaitu sebanyak 1231 lansia. Lansia tersebutmerupakan lansia yang rutin melakukan kontrol gula darah. Penelitian ini bertujuan untukmendapatkan gambaran pengetahuan dan motivasi lansia tentang penatalaksanaan dietDiabetes Mellitus tipe II di Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi tahun 2012.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, populasi sebanyak 1231 orang denganjumlah sampel sebanyak 89 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan caramenggunakan accidental sampling.Analisa data menggunakan analisa univariat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 responden (33,7%) berpengetahuan baik, 17responden (19,1%) berpengetahuan cukup dan 42 responden (47,2%) berpengetahuan kurangbaik. Responden memiliki motivasi yang rendah yaitu sebanyak 43 responden (60,6%)sedangkan motivasi responden yang tinggi sebanyak 46 responden (39,4%).Simpulan penelitian adalah, pengetahuan lansia tidak berbanding lurus dengan motivasi lansiatentang penatalksanaan diet DM Tipe II di Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun 2012.Diharapkan Petugas Puskesmas Kebun Handil dapat memberikan penyuluhan tentang dietuntuk penderita Diabetes dengan menggunakan leaflet sebagai media bantu dalam penyuluhandengan tujuan agar responden dapat membaca ulang saat pulang kerumah.

Kata Kunci : Pengetahuan, Motivasi dan penatalaksanaan diet Diabetes Mellitus tipe II

PENDAHULUAN

Pola penyakit saat ini dapatdipahami dalam rangka transmisiepidemiologis, suatu konsep mengenaiperubahan pola kesehatan danpenyakit. konsep tersebut hendakmencoba menghubungkan hal-haltersebut dengan morbiditas danmortalitas pada beberapa golonganpenduduk dan menghubungkan denganfaktor sosial ekonomi serta demografimasyarakat masing-masing polapenyakit di Indonesia mengalamipergeseran yang cukup meyakinkan,dimana penyakit infeksi dankekurangan gizi berangsur-angsurturun, meskipun diakui bahwa angkapenyakit infeksi ini masih dipertanyakandengan timbulnya penyakit baru sepertiHepatitis B dan AIDS, juga angkakesakitan TBC yang tampaknya masih

tinggi dan akhir-akhir ini flu burung,Demam Berdarah Deangue (DBD),Antraks dan Polio melanda negara kita.Di pihak lain penyakit menahun yangdisebabkan oleh penyakit degeneratifdiantaranya Diabetes Mellitusmeningkat dengan tajam (Sudoyo,2006).

Jurnal The Lancet memuat hasilpenelitian yang menyatakan, jumlahorang dewasa di seluruh dunia yangmengidap diabetes telah berlipat gandadalam tiga dasawarsa terakhir,melonjak hingga hampir 350 juta orang.Diabetes adalah masalah global.Penelitian baru, sebagaimana dimuat dilaman VOA Rabu (6/7), menunjukkanbahwa satu dari sepuluh orang dewasadi berbagai negara di seluruh dunia

(".#"3"/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�-"/4*"�5&/5"/(�1&/"5"-",4"/""/�%*&5�%.�5*1&�**

%*�164,&4."4�,&#6/�)"/%*-�,05"�+".#*�5")6/�����

61

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

mengidap diabetes (TribunNews,2011).

Diabetes Mellitus (DM)merupakan suatu penyakit yangkomplek yang melibatkan kelainanmetabolisme karbohidrat, protein danlemak dan berkembangnya komplikasimakrofaskular dan neurologis (Sujono,2008). Menurut Surono (2006),penderita diabetes di Indonesiameningkat 8-10 kali lipat tiap 25tahunnya. Penderita diabetes diIndonesia hingga tahun 2008 adalah8,4 juta. Tapi pada tahun 2030, badankesehatan dunia WHO memperkirakanada 21,3 juta penderita diabetes diIndonesia.

Diabetes juga diprediksi menjadipenyebab utama kematian di duniapada tahun 2030. Total kematian akibatdiabetes diproyeksikan meningkathingga lebih dari 50 persen dalam 10tahun mendatang. Diabetes Mellitusmerupakan salah satu penyebabmortalitas dan morbiditas di negara-negara yang sedang berkembang.Menurut penelitian epidemiologi yangdilaksanakan di Indonesia, kekerapanDiabetes Mellitus berkisar antara 1,5-2,3 persen. Angka tersebut bisameningkat sesuai dengan bertumbuhkembangnya perekonomian suatunegara. Keadaan ini tentu saja dapatmenjadi faktor pendukungmeningkatnya penyakit degeneratif,seperti penyakit jantung koroner,hipertensi. Sebagian orang tidakmenyadari akan kondisi kesehatannyakarena perubahan gaya hidup merekayang lebih makmur dan lebih santai darisebelumnya terutama di kota-kotabesar (Sidartawan, 2005).

Beberapa prinsip pengelolahankencing manis adalah : (1)Edukasikepada pasien, keluarga danmasyarakat agar menjalankan perilakuhidupsehat, (2) Diet (nutrisi) yangsesuai dengan kebutuhan pasien, danpolamakan yang sehat, (3) Olah ragaseperti aerobik (berenang,bersepeda,jogging, jalan cepat) palingtidak tiga kali seminggu, setiap 15-60menitsampai berkeringat dan terengah-

angah tanpa membuat nafas menjadisesak atau sesuai dengan petunjukdokter, (4) Obat-obat yangberkhasiatmenurunkan kadar guladarah, sesuai dengan petunjuk dokter(Akbar, 2009).Kesehatan dan gizimerupakan faktor yang sangat pentinguntuk menjaga kualitas hidup yangoptimal. Konsumsi makananberpengaruh terhadap status giziseseorang.

Kondisi status gizi baik dapatdicapai bila tubuh memperoleh cukupzat-zat gizi yang akan digunakansecara efisien, sehinggamemungkinkan terjadinya pertumbuhanfisik, perkembangan otak dankemampuan kerja untuk mencapaitingkat kesehatan yang optimal. Kondisiketidakseimbangan status gizi dapatmenyebabkan timbulnya berbagaipenyakit, yaitu penyakit infeksi padagizi kurang dan penyakit degeneratifpada gizi lebih, dimana salah satunyaadalah penyakit diabetesmellitus (Sidartawan, 2005).

Penyakit DM khususnya tipe IIdikenal sebagai ”pembunuh diam-diam”karena perkembangannya bertahapdan komplikasi yang ditimbulkannyasangat berbahaya. Penelitianmenunjukan bahwa orang yangdidiagnosa terkena DM tipe II,sebenarnya telah dijangkiti penyakit inisejak 8-12 tahun yang lalu (Akbar,2009).Komplikasi yang dapat timbulpada penderita Diabetes mellitusadalah, Makroangipati yang mengenaipembuluh darah besar, pembuluhdarah jantung, pembuluh darah tepi,pembuluh darah otak. Perubahan padapembuluh darah besar dapatmengalami atherosclerosis seringterjadi pada Diabetes Mellitus tipe II(DMTII).

Komplikasi makroangiopatiadalah penyakit vaskuler otak, penyakitarteri koronaria dan penyakit vaskulerperifer. Mikroangiopati yang mengenaipembuluh darah kecil, retinopatidiabetika, nefropati diabetic.Perubahan-perubahan mikrovaskuleryang ditandai dengan penebalan dan

(".#"3"/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�-"/4*"�5&/5"/(�1&/"5"-",4"/""/�%*&5�%.�5*1&�**

%*�164,&4."4�,&#6/�)"/%*-�,05"�+".#*�5")6/�����

62

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

kerusakan membran diantara jaringandan pembuluh darah sekitar. Padapenderita Diabetes Mellitus tipe I(DMTI) terjadi neuropati, nefropati, danretinopati., Nefropati terjadi karenaperubahan mikrovaskuler pada strukturdan fingsi ginjal yang menyebabkankomplikasi pada pelvis ginjal. Tubulusdan glomerulus penyakit ginjal dapatberkembang dari proteinuria ringan keginjal.

Pencegahan Komplikasimerupakan peilaku sehat, menurutGreen dalam Notoatmodjo (2007)Perilaku dipengaruhi oleh 3 variabelyaitu faktor pedisposisi (pengetahuan,sikap, motivasi, keyakinan, nilai) faktorpendukung (tersedianya saranakesehatan, Akses sarana kesehatan,prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap kesehatan), faktorpendorong (keluarga, teman sebaya,pengalaman, petugas kesehatan).Pengetahuan akan berpengaruhterhadap kemampuan perawat dalammemberikan informasi mengenaiperawatan pasien dirumah dan hal-halyang harus dilaksanakan dan yangharus dihindari agar penyembuhanberlansung dengan cepat. Perilaku jugadipengaruhi oleh motivasi,

Berdasarkan data yang diperolehdari Dinas Kesehatan Kota Jambidiketahui bahwa jumlah lansia yangmengidap diabetes melitus terusbertambah setiap tahun, pada tahun2009 jumlah lansia yang menderita DMsebanyak 3804 orang, pada tahun 2010sebanyak 4059 dan pada tahun 2011menjadi 5888 lansia. Selanjutnyalansia dengan DM terbanyak ditemukandi Puskesmas Kebun Handil padatahun 2011, yaitu sebanyak 1231lansia. Lansia tersebut merupakanlansia yang rutin melakukan kontrolatau pencegahan gula darah. Penelitianini bertujuan untuk mendapatkangambaran pengetahuan dan motivasilansia tentang penatalaksanaan dietDiabetes Mellitus tipe II di PuskesmasKebun Handil Kota Jambi tahun 2012.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalahpenelitian deskriptif dengan desaincross sectional dilakukan pada bulanSeptember tahun 2012. Populasiadalah wilayah generalisasi yang terdiridari subjek atau objek yang memilikikuantitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untukmempelajari yang kemudian ditarikkesimpulanya. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh pasienDiabetes Melitus pada tahun 2011 yaitusebanyak 1231 pasien.

Sampel adalah sebagian atauwakil dari populasi yang diteliti.Untukmenentukan besarnya sampel dalampenelitian ini, digunakan rumusLemeshow1997 (dalam Hidayat 2007).Berdasarkan rumus lemeshow, jumlahresponden dalam penelitian ini adalah89 orang.Cara pengambilan sampeldilakukan dengan cara menggunakanaccidental sampling.Analisa datamenggunakan analisa Univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Pengetahuanlansia tentang penatalaksanaan dietDiabetes Mellitus tipe II di PuskesmasKebun Handil Kota Jambi tahun 2012

Penge-tahuan

Frekuensi Persentase

Baik 30 33.7Cukup 17 19.1KurangBaik

42 47.2

89 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui89responden didapatkan bahwa sebanyak30 responden (33,7%) berpengetahuanbaik, 17 responden (19,1%)berpengetahuan cukup dan 42responden (47,2%) berpengetahuankurang baik. Pengetahuan adalah hasilpengindraan manusia, atau hasil tahuseseorang terhadap objek melalui indrayang dimilikinya (mata, hidung, telinga,

(".#"3"/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�-"/4*"�5&/5"/(�1&/"5"-",4"/""/�%*&5�%.�5*1&�**

%*�164,&4."4�,&#6/�)"/%*-�,05"�+".#*�5")6/�����

63

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

dan sebagainya). Dengan sendirinyapada waktu pengindraan sehinggamenghasilkan pengetahuan tersebutsangat dipengaruhi oleh intensitasperhatian dan persepsi terhadap objek.Sebagian besar pengetahuanseseorang diperoleh melalui indrapendengaran (telinga), dan indrapenglihatan (mata) (Notoatmodjo,2010).

Diabetes Mellitus (DM)merupakan suatu penyakit yangkomplek yang melibatkan kelainanmetabolisme karbohidrat, protein danlemak dan berkembangnya komplikasimakrofaskular dan neurologis (Sujono,2008). Rata-rata pengetahuanresponden dengan jumlah 50responden (56,2%) tidak tahu makanandengan kandungan gula terndah dansebanyak 36 responden (40,4%) tidaktahu Jenis makanan berprotein yangdiperbolehkan untuk lansia.

Penatalaksanaan nutrisi padapenderita diabetes diarahkan untukmencapai tujuan berikut ini:Memberikan semua unsur makananesensial (misalnya vitamin, mineral)Mencapai dan mempertahankan beratbadan yang sesuai Memenuhikebutuhan energy Mencegah fluktuasikadar glukosa darah setiap harinyadengan mengupayakan kadar glukosadarah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis. PasienDM harus membatasi asupan gulamurni karena akan langsung diserapseluruhnya kedalam darah darah, jikakadar ini meningkat maka akanmemperberat masalah pasien. Bagisemua penderita diabetes,perencanaan makan harusmempertimbangkan pula kegemaranpasien terhadap makanan tertentu,gaya hidup, jam-jam makan yang biasadiikutinya dan latar belakang etnik sertabudayanya.

Bagi pasien yang mendapatkanterapi insulin intensif, penentuan jammakan dan banyaknya makananmungkin lebih fleksibel dengan caramengatur perubahan kebiasaan makanserta latihan. Masih banyaknya

responden yang tidak tahu tentangpenyakitnya hal ini dikarenakan latarbelakang pendidikan yang terbilangrendah. Pengetahuan yang kurangtentang makanan yang sebaiknyadikonsumsi dan sebaiknya dihindarioleh lansia dengan diabetes melitusakan membuat lansia mengkonsumsimakanan yang tidak sesuai diet yangdianjurkan sehingga pada akhirnya jugaakan mengakibatkan peningkatankadar gula darah.

Upaya yang dapat dilakukan agarpengetahuan reponden menjadimeningkat mengenai diet padapenderita Diabetes Mellitus perludilakukan penyuluhan yang dilakukansecara rutin agar pasien dapatmengulang hal yang disampaikandirumah dan dapat mempraktekkandalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 2 Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Motivasilansia tentang penatalaksanaan dietDiabetes Mellitus tipe II di PuskesmasKebun Handil KotaJambi tahun 2012

Motivasi Frekuensi Persentase

Rendah 43 48.3

Tinggi 46 51.7

89 100

Berdasarkan tabel 2 hasil analisisdata dari 89 responden didapatkanbahwa responden memiliki motivasiyang rendah yaitu sebanyak 43responden (48,3%) sedangkan motivasiresponden yang tinggi sebanyak 46responden (51,7%). Motivasi menurutNotoatmodjo (2010), merupakankekuatan dorongan yang menggerakankita untuk berprilaku tertentu. Motivasiakan berhubungan dengan hasrat,keinginan, dorongan dan tujuan.

Menurut J hon Elder 1998 yangdirangkum oleh Notoatmodjo,responden yang memiliki motivasi tinggikarena sebagian sadar bahwa penyakitDM hanya bisa diatasi jika pola makandiatur, disamping itu lansia juga

(".#"3"/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�-"/4*"�5&/5"/(�1&/"5"-",4"/""/�%*&5�%.�5*1&�**

%*�164,&4."4�,&#6/�)"/%*-�,05"�+".#*�5")6/�����

64

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

mendapat dukungan dari keluarganyadan rutin memeriksakan diri kePuskesmas. Berdasarkan hasilpenelitian diketahui bahwa sebanyak46 responden (51,7%) mengatakansaya mengkonsumsi gula murniwalaupun kadar gula darah saya tinggi.

Sebanyak 57 (64,0%)mengatakan tidak mengkonsumsibeberapa jenis serat yang dapatmembantu mengontrol kadar darahagar normal. Kurangnya motivasi lansiadikarenakan ketidakpatuhan lansiaakan diet yang dianjurkan oleh petugaskesehatan. Disamping itu masihadanya lansia yang beranggapanbahwa tidak merasa kenyang jika tidakmakan nasi karena dari muda sudahterbiasa makan nasi dan pernahmencoba diet, tapi tetap makan nasikarena tidak merasa selalu merasalapar.

Motivasi mendorong seseoranguntuk berperilaku, namun jika motivasilansia itu sendiri memang rendah untukmelaksanakan diet maka akanberakibat pada tidak stabilnya kadargula dalam darah lansia, sebab Kadargula darah sangat dipengaruhi olehjenis makanan yang dikonsumsi.

SIMPULAN

Sebanyak 30 responden (33,7%)berpengetahuan baik, 17 responden(19,1%) berpengetahuan cukup dan 42responden (47,2%) berpengetahuankurang baik. Responden yang memilikimotivasi yang rendah yaitu sebanyak43 responden (48,3%) sedangkanmotivasi responden yang tinggisebanyak 46 responden (51,7%).

DAFTAR PUSTAKA

Akbar. 2009. Diabetes MellitusPencegahan danPenanganannya. Jakarta : NuhaMedika

Hidayat.A A,2007. Metode PenelitianKeperawatan dan teknik analisadata. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. S. 2003. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Notoatmodjo. S. 2007. PromosiKesehatan & Ilmu PerilakuKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. S 2010. Ilmu PerilakuKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sidartawan. 2005. Cara Tepat AtasiKencing Manis. Rajawali Press.Jakarta.

Sujono, Sukarmin. 2008. AsuhanKeperawatan Pada PasienDengan Gangguan Eksokrin DanEndokrin Pada Pankreas.Yogyakarta: Graha Ilmu

Sudoyo. 2006. Asuhan KeperawatanPada pasien dengan gangguanPankreas. Jakarta: Rineka Cipta

Surono, D. 2006. Cegah Diabetesdengan Kontrol Gula Darah.Jogjakarta:mitra cendikia

Tribun News. 2011. www.google.co.id,diakses tanggal 04 April 2012Pukul 20.00 WIB.

)6#6/("/ 45"564 (*;*�%&/("/ 1&3,&.#"/("/�.0503*,�"/",�6.63��� 5")6/

%* 8*-":")�,&3+" 164,&4."4 1",6"/�#"36 ,05"�+".#*5")6/�����

65

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUNDI WILAYAH KERJ A PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA J AMBITAHUN 2013

1*Marinawati,

2Rosmeri Bukit

1STIKes Prima Prodi D III Kebidanan

2Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru

*Korespondensi penulis : [email protected]

ABSTRAKBerdasarkan survei di wilayah kerja Puskesmas Pakuan Baru diperoleh data balita tahun 2012berjumlah 1.923 orang. Dengan melakukan wawancara di Puskesmas Pakuan Baru terdapat 3orang balita yang mengalami gizi buruk yang ditandai dengan tinggi dan berat badan kurangdari standar deviasi ukuran normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin, sulit untukberkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat, dan kulit keriput, kering, dan kusam. Akibatkekurangan gizi akan menyebabkan efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidakoptimalnya perkembangan dan kecerdasan. Akibat lain adalah terjadinya penurunanproduktivitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan risikokesakitan dan kematian.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional untukmengetahui diketahuinya hubungan status gizi dengan perkembangan motorik anak umur 1-5tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013. Sumber datadiperoleh dari data primer berupa kuesioner yang diberikan kepada responden yang menjadisampel yang diambil secara proportionale stratified random sampling yang berjumlah 92respondenpada tanggal 1-18 April 2013 yangdianalisis secara univariat dan bivariat denganmenggunakan uji Chi Square.Hasil penelitian secara univariat diperoleh bahwa sebagian besar (68,5%) responden memilikistatus gizi baik dan (64,1%) responden memiliki perkembangan motorik baik. Hasil analisisdengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara statusgizi dengan perkembangan motorik anak umur 1-5 tahun, dengan nilai p-value = 0,001.Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat meningkatkan status gizi balita melalui kegiatanpenyuluhan maupun konseling pada ibu yang memiliki balita agar pertumbuhan danperkembangan balita menjadi lebih baik serta meningkatkan perkembangan motorik anakdengan menyediakan alat permainan, sering mengajak anak untuk berinteriksa dan bicara sertamelakukan tanya jawab dan meningkatkan krekativitas dan interaksi bersosialisasi anak denganmemperkenalkan dunia luar.

Kata Kunci : Status Gizi dan Perkembangan Motorik Anak

PENDAHULUAN

Kualitas sumber daya manusia(SDM) merupakan syarat mutlakmenuju pembangunan di segalabidang. Status gizi merupakan salahsatu faktor yang sangat berpengaruhpada kualitas SDM terutama yangterkait dengan kecerdasan,produktivitas, dan kreativitas (Mansjoer,2001).Akibat kekurangan gizi akanmenyebabkan efek serius sepertikegagalan pertumbuhan fisik serta tidakoptimalnya perkembangan dankecerdasan.

Akibat lain adalah terjadinyapenurunan produktivitas, menurunnyadaya tahan tubuh terhadap penyakit

yang akan meningkatkan risikokesakitan dan kematian (Waryana,2010).Angka kematian balitamencerminkan kondisi kesehatanlingkungan yang langsungmempengaruhi tingkat kesehatan anak.Angka kematian anak akan tinggi bilaterjadi keadaan salah gizi atau giziburuk. Menurut data SUSENAS 2004menyebutkan angka kematian balitaadalah 74 per 1000 balita (Maryunani,2010.

Rohde dalam Notoatmodjo(2005) menyimpulkan bahwa 60%-70%kematian balita disebabkan karenadiare, pneumonia, dan penyakit infeksi

)6#6/("/ 45"564 (*;*�%&/("/ 1&3,&.#"/("/�.0503*,�"/",�6.63��� 5")6/

%* 8*-":")�,&3+" 164,&4."4 1",6"/�#"36 ,05"�+".#*5")6/�����

66

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

menular. Tetapi penyebab dasarnyaadalah kurang gizi. Hanya saja olehpara peneliti di negara-negara sedangberkembang masalah kekurangan gizidianggap terlalu biasa dan kurangmenarik, sehingga sering diabaikan.Gizi merupakan salah satu faktor utamakualitas sumber daya manusia.Gangguan gizi pada awal kehidupanakan mempengaruhi kualitas kehidupanberikutnya. Gizi kurang pada balitatidak hanya menimbulkan gangguanpertumbuhan fisik tapi jugamempengaruhi kecerdasan danproduktivitas di masa dewasa (DinasKesehatan Propinsi/Kota Jambi, 2007).

Status gizi balita merupakansalah satu indikator yangmenggambarkan tingkat kesejahteraanmasyarakat. Salah satu cara penilaianstatus gizi balita adalah denganantropometri yang menggunakanindeks Berat Badan Umur (BB/U).

Salah satu gangguan gizi yangharus diwaspadai dalam masa tumbuhkembang anak , adalah Malnutrisi dangizi buruk yang menurut Riskesdas2010 jumhanya 5,4% dan gizi kurang17,9 % dengan stunting atau pendek36% dari Balita yang dipantau. Apabiladi Indonesia ada 27 juta Balita dari 237juta tahun 2010 dan sekarang 242 jutapenduduk maka dapat diperkirakan adaseperempat yang mengalamimalnutrisi, baikl gizi bruk maupun gizikurang atau sekitar 5-6 juta Balita(Rachmat, 2012).

Tumbuh kembang dankesehatan anak sangat berpengaruhpada makanan yang dikonsumsinyadan kondisi lingkungan dimana anak itutinggal. Karena itu, sejak bayi diberikanASI eksklusif sangat bermanfaatsebagai kekuatan antibodi anak dariserangan berbagai penyakit. Anakdiberi makanan yang memiliki kadardan nilai gizi yang cukup dan seimbangsesuai dengan pertumbuhan usia(Setiani, 2009: 13).

Perlunya perhatian lebih dalamtumbuh kembang di usia balitadidasarkan fakta bahwa kurang giziyang terjadi pada masa emas ini,

bersifat irreversible (tidak dapat pulih).Data tahun 2007 memperlihatkan 4 jutabalita Indonesia kekurangan gizi,700.000 ibu diantaranya mengalamigizi buruk. Sementara yang mendapatprogram makanan tambahan hanya39.000 anak. (Nita, 2008).

Jika menghendaki balita yangsehat dan cerdas, pastikan bahwabalita tersebut mendapatkan zat-zatnutrisi yang tepat, perlindungankekebalan dengan imunisasi dancurahan kasih sayang (Misky, 2009).Sehat atau tidaknya seorang anakdapat dilihat dari pertumbuhan (growth)tubuhnya. Sedangkan baik atautidaknya perkembangan (development)seorang anak serta kaitannya denganpenambahan kemampuan (skill) fungsiorgan atau individu (Setiani, 2009: 15).

Perkembangan menyangkutadanya proses diferensiasi dari sel-seltubuh, jaringan tubuh, organ-organ dansistem organ yang berkembangsedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsi didalamnya termasuk pulaperkembangan emosi, intelektual, dantingkah laku sebagai hasil interaksidengan lingkungannya (Supariasa,2002).Secara nasional, prevalensi beratkurang pada 2010 adalah 17,9% yangterdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0 gizikurang. Bila dibandingkan denganpencapaian MDG tahun 2015 yaitu15,5% maka prevalensi berat kurangsecara nasional harus diturunkanminimal sebesar 2,4% dalam periode2011- 2015 (Faroka,2011).

Status gizi balita merupakansalah satu indikator yang dapatmengambarkan tingkat status gizimasyarakat. Salah satu cara penilaianstatus gizi balita adalah denganpengukuran antopometri yangmenggunakan indeks Berat Badanmenurut Umur (BB/U), Berat Badanmenurut Tinggi Badan (BB/TB) danTinggi Badan menurut Umur (TB/U).Status Gizi pada balita pada tahun2011 terdapat 77,74 balita gizi baik,16,06% balita gizi kurang, 3,63 % balita

)6#6/("/ 45"564 (*;*�%&/("/ 1&3,&.#"/("/�.0503*,�"/",�6.63��� 5")6/

%* 8*-":")�,&3+" 164,&4."4 1",6"/�#"36 ,05"�+".#*5")6/�����

67

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

dengan kategori gizi buruk dan 2,57%balita dengan kategori gizi lebih (Joom,2012).

Berdasarkan laporanpencapaian indikator kinerja pembinaangizi Kota Jambi pada tahun 2012diperoleh dari 28.415 balita terdapat 54balita (0,2%) dengan kategori gizi lebih,27.888% balita (98,1%) dengankategori gizi baik, 434 balita (1,5%)dengan kategori gizi kurang dan 28balita (0,1) dengan kategori gizi buruk.

Berdasarkan data tersebut,diperoleh jumlah balita paling banyakpertama di Puskesmas Simpang IVSipin yaitu 3.011 bayi, dengan jumlahbalita gizi kurang hanya 31 orang(1,0%). Sedangkan jumlah balitaterbanyak kedua di Puskesmas PakuanBaru yaitu 2.928 bayi, dengan jumlahbalita gizi kurang cukup tinggi yaitusebanyak 84 orang (2,9%). Sampelyang diambil mewakili kasus yang akanditeliti yaitu balita yang mengalami gizikurang. Selain itu, dengan tingginyajumlah balita yang mengalami gizikurang maka akan memudahkanpenelitian untuk menemukan sampelyang menjadi kasus.

Berdasarkan survei awal yangdilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Pakuan Baru diperoleh data balitatahun 2012 berjumlah 1.923 orang.Dengan melakukan wawancara diPuskesmas Pakuan Baru terdapat 3orang balita yang mengalami gizi burukyang ditandai dengan tinggi dan beratbadan kurang dari standar deviasiukuran normal sesuai dengan usia danjenis kelamin, sulit untuk berkonsentrasidan mempunyai reaksi yang lambat,dan kulit keriput, kering, dan kusam.Gejala tersebut disebabkan masihbanyak ibu yang tidak mendapatkaninformasi tentang bagaimana gizi yangbaik untuk anak balita yang harus iaberikan sehingga mempengaruhipertumbuhan dan perkembangan padabalita adalah makanan yang diberikanpada balita sehingga asupan gizi darimakanan yang diberikan haruslahsesuai dan seimbang dengan umurbalitanya. Begitu juga dengan keadaananak-anak yang mengalami gizi burukdampak pada kelambatan pertumbuhandan perkembangannya yang sulitdisembuhkan. Oleh karena itu anakyang bergizi buruk tersebutkemampuannya untuk belajar danbekerja serta bersikap akan lebihterbatas dibandingkan dengan anakyang normal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakanpenelitian analitik dengan pendekatancross sectional yaitu suatu penelitianuntuk mempelajari dinamika korelasiantara faktor-faktor penelitian dengancara pendekatan, observasi ataupengumpulan data dilakukan sekaliguspada suatu saat secara bersamaan(Nototatmodjo, 2005).

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan status gizidengan perkembangan motorik anakumur 1-5 tahun di Wilayah KerjaPuskesmas Pakuan Baru Kota JambiTahun 2013. Penelitian dilakukan daritanggal 1-18 April tahun 2013.

Sampel pada penelitian inidiambil menggunakan teknikproportionale stratified randomsampling yaitu pengambilan sampelyang dilakukan apabila unit penelitianberbeda antara strata yang satudengan strata yang lain karena sampelberada di wilayah yang berbeda.Instrumen penelitian yang digunakandalam penelitian ini adalah wawancaramenggunakan lembar kuesioner untukmengambil data tentang berat badansesuai umur dan perkembanganmotorik anak umur 1-5 tahun di WilayahKerja Puskesmas Pakuan Baru KotaJambi Tahun 2013.

)6#6/("/ 45"564 (*;*�%&/("/ 1&3,&.#"/("/�.0503*,�"/",�6.63��� 5")6/

%* 8*-":")�,&3+" 164,&4."4 1",6"/�#"36 ,05"�+".#*5")6/�����

68

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Anak Umur 1-5Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2013

Status Gizi

Perkembangan MotorikTotal

p-valueKurang Baik Baik

n % n % n %

Kurang 18 62,1 11 37,9 29 100,00,001Baik 15 23,8 48 76,2 63 100,0

Total 33 35,9 59 64,1 92 100,0

Berdasarkan tabel 1, diperolehgambaran dari 29 responden yangmemiliki status gizi kurang baiksebanyak 18 responden (62,1%)memiliki perkembangan motorik kurangbaik dan hanya 11 responden (37,9%)lainnya memiliki perkembangan motorikbaik. Sedangkan dari 63 respondenyang memiliki status gizi baik sebanyak48 responden (76,2%) yang memilikiperkembangan motorik baik dan hanya15 responden (23,8%) lainnya memilikiperkembangan motorik kurang baik.

Untuk mengetahui hubunganantara status gizi denganperkembangan motorik anak umur 1-5tahun di Wilayah Kerja PuskesmasPakuan Baru Kota Jambi Tahun2013dipergunakan Uji analisis Chi-Square dengan tingkat kepercayaan95% (α = 0,05), maka diperoleh p-value(0,001) < α (0,05), maka ada hubunganantara status gizi denganperkembangan motorik anak umur 1-5tahun.

Kualitas sumber daya manusia(SDM) merupakan syarat mutlakmenuju pembangunan di segalabidang. Status gizi merupakan salahsatu faktor yang sangat berpengaruhpada kualitas SDM terutama yangterkait dengan kecerdasan,produktivitas, dan kreativitas (Mansjoer,2001).Gizi merupakan salah satu faktorutama kualitas sumber daya manusia.Gangguan gizi pada awal kehidupanakan mempengaruhi kualitas kehidupanberikutnya. Gizi kurang pada balitatidak hanya menimbulkan gangguanpertumbuhan fisik tapi jugamempengaruhi kecerdasan dan

produktivitas di masa dewasa (DinasKesehatan Propinsi/Kota Jambi, 2007).

Dari hasil pengolahan data jugaterlihat bahwa dari 29 responden yangmemiliki status gizi kurang baiksebanyak 18 responden (62,1%)memiliki perkembangan motorik kurangbaik dan hanya 11 responden (37,9%)lainnya memiliki perkembangan motorikbaik. Sedangkan dari 63 respondenyang memiliki status gizi baik sebanyak48 responden (76,2%) yang memilikiperkembangan motorik baik dan hanya15 responden (23,8%) lainnya memilikiperkembangan motorik kurangbaik.Semakin baik status gizinya makasemakin baik perkembangan motorikanak. Sebaliknya semakin kurang baikstatus gizinya maka semakin kurangbaik pula perkembangan motorik anak.Hal ini menunjukkan bahwa adahubungan antara status gizi denganperkembangan motorik anak umur 1-5tahun.

Keadaan gizi kurang pada anak-anak mempunyai dampak padakelambatan pertumbuhan danperkembanganya yang sulitdisembuhkan. Oleh karena itu anakyang bergizi kurang tersebutkemampuannya untuk belajar danbekerja serta bersikap akan lebihterbatas dibandingkan dengan anakyang normal.Hal ini sesuai dengan teorimenurut Soegeng Santoso dan AnneLies (2004) bahwa dampak yangmungkin muncul dalam pembangunanbangsa di masa depan karena masalahgizi antara lain kekurangan giziberakibat menurunnya tingkatkecerdasan anak-anak. Akibatnya

)6#6/("/ 45"564 (*;*�%&/("/ 1&3,&.#"/("/�.0503*,�"/",�6.63��� 5")6/

%* 8*-":")�,&3+" 164,&4."4 1",6"/�#"36 ,05"�+".#*5")6/�����

69

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

diduga tidak dapat diperbaiki bila terjadikekurangan gizi semasa anakdikandung sampai umur kira-kira tigatahun. Menurunnya kualitas manusiausia muda ini, berarti hilangnyasebagian besar potensi cerdik pandaiyang sangat dibutuhkan bagipembangunan bangsa.

Oleh sebab itu, adanya hubunganstatus gizi dalam mempengaruhiperkembangan motorik anak balitamaka sebaiknya disampingmenerapkan pola asuh dan stimulasiakan merangsang kecerdasan otakanak, diperlukan upaya peningkatangizi anak.

SIMPULANSebagian besar (68,5%)

responden memiliki status gizi baik dansebagian lainnya (31,5%) respondenmemiliki status gizi kurang; Sebagianbesar (64,1%) responden memilikiperkembangan motorik baik dansebagian lainnya (35,9%) respondenmemiliki perkembangan motorik kurangbaik; Terdapat hubungan yangsignifikan antara status gizi denganperkembangan motorik anak umur 1-5tahun, dengan nilai p-value = 0,001.

DAFTAR PUSTAKADinkes Jambi, 2007. Profil Kesehatan

Provinsi J ambi 2006. Jambi.Faroka,M, 2011. Status Gizi Balita

Masih Memprihatinkan. Terdapatdalamhttp://berbagigizi.blogspot.com

Joom, 2012. Status Gizi. Terdapatdalam http://www.sambas.go.id.

Maryunani, A, 2010. Ilmu KesehatanAnak Dalam Kebidanan. PenerbitTIM. Jakarta: xiv + 437 hlm.

Mansjoer, A, 2001. Kapita SelektaKedokteran – J ilid 1. PenerbitMedia Aesculapius FK-UI. Jakarta:xxi + 701 hlm.

Misky, D, 2009. Memiliki Balita Sehatdan Cerdas. Penerbit BerandaMedia Ilmu. Jakarta: 123 hlm.

Nita, 2008. Mengetahui Status GiziBalita Anda. Terdapat dalamhttp://www. medicastore.com.

Notoatmodjo, S, 2005. MetodologiPenelitian Kesehatan. PT RinekaCipta, Jakarta: viii + 208 hlm.

Rachmat, 2012. Malnutrisi-Gizi Buruk.Terdapat dalamhttp://www.lifebuoy.co.id

Santoso, S & A.L. Rianti, 2004.Kesehatan & Gizi. Penerbit RinekaCipta. Jakarta.

Supariasa, I.D.N. 2002. PenilaianStatus Gizi. penerbit EGC. Jakarta:xii + 333 hlm.

Waryana, 2010. Gizi Reproduksi.Penerbit Pustaka Rihama.Yogyakarta: 174 hlm.

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

70

SCIENTIA JOURNAL No.2 Vol.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGANKEJ ADIAN PENYAKIT SCABIES PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DILEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA J AMBI TAHUN 2013

1,Erna

2,Sakinah

3*Marta

1.2.3.STIKes Prodi IKM Prima Jambi*Korepondensi penulis : [email protected]

ABSTRAKPenyakit Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varianhominis. Prevalensi scabies di Indonesia sebesar 4,60-12,95% dan menduduki urutan ketigadari 12 penyakit kulit tersering. Salah satu faktor terjadinya penyakit scabies adalah sanitasiyang buruk dan personalhygiene yg kurang serta menyerang manusia yang hidup secaraberkelompok seperti rumah tahanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungansanitasi lingkungan dan personal hygiene dengan kejadian penyakit scabies pada warga binaanpemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi.Metode penelitian adalah survey analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasipenelitian ini berjumlah 1300 orang dengan jumlah sampel 89 orang yang diambil secararandom sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-square pada taraf kepercayaan 95%.Hasil penelitian menunjukkan mayoritas warga binaan pemasyarakatan di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi yang menderita penyakit scabies yaitu sebanyak 56 orang(63,0%). Hal ini disebabkan karena sanitasi lingkungan (penyedian air bersih, ventilasi yangbaik, kepadatan penghuni kondisi lantai) di lembaga belum memenuhi standar yang baik. Dari47 responden dengan personal hygiene kurang baik sebagian besar (70,2%) respondenmengalami kejadian scabies, Sedangkan dari 42 responden dengan personal hygiene baiksebagian besar (61,9%) responden tidak mengalami kejadian scabies.Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan yaitupenyediaan air bersih nilai p-value= 0,001(p<0,05), ventilasi nilai p-value = 0,018 (p<0,05),kepadatan penghuni nilai p-value= 0,030 (p<0,05), kondisi lantai nilai p-value= 0,009(p<0,05),personal hygienenilai p-value= 0,002 (p<0,05) dengan kejadian penyakit scabies padawarga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Klas Iia Jambi Tahun 2013.

Kata Kunci : Scabies, Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene

PENDAHULUAN

Penyakit scabies adalah penyakitkulit yang disebabkan oleh infestasi dansensitisasi Sarcoptess cabiei varietashominis. Siklus dari telur sampaimenjadi dewasa berlangsung satubulan. Masa inkubasi berlangsung duaminggu sampai enam minggu padaorang yang sebelumnya belum pernahterpajan. Beberapa faktor yang dapatmembantu penularan penyakit scabiesadalah faktor sosial ekonomi,kebersihan perorangan, sanitasilingkungan yang buruk, seksualpromiskuitas, demografi, diagnosa yangsalah serta perilaku individu (Brown,2005).

Penyakit scabies di seluruh duniadengan insiden yang berfluktuasi akibatpengaruh faktor imun yang belum

diketahui sepenuhnya. Penyakit inibanyak dijumpai pada anak-anak danorang dewasa, tetapi dapat jugamengenai semua umur. Penyakit initelah ditemukan hampir pada semuanegara di seluruh dunia dengan angkaprevalensi yang bervariasi. Di beberapanegara berkembang prevalensinyadilaporkan berkisar antara 6-27% daripopulasi umum dan insiden tertinggiterdapat pada anak usia sekolah danremaja.

Penyakit scabies di beberapanegara termasuk Indonesia cenderungmulai meningkat dan merebak kembali.Selain itu, kasus-kasus baru berupascabies norwegia telah pula dilaporkan,walaupun angka prevalensinya yangtepat belum ada, namun laporan dari

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

71

SCIENTIA JOURNAL No.2 Vol.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

dinas kesehatan dan para dokterpraktek mengindikasikan bahwapenyakit scabies telah meningkat dibeberapa daerah (Buski, 2012).Sebanyak 300 juta orang per tahun didunia dilaporkan terserang scabies.Epidemi berlangsung dalam siklus 30tahunan dengan selang 15 tahunantara suatu akhir epidemi dantimbulnya yang baru yang biasanyaberlangsung selama 15 tahun juga.Penyakit ini tersebar luas di seluruhdunia terutama di daerah-daerah yangerat kaitannya dengan lahan kritis,kemiskinan, rendahnya sanitasi danstatus gizi, baik pada hewan maupunmanusia. Scabies dapat dimasukkandalam PHS (Penyakit Akibat HubunganSeksual), (Buski, 2012).

Kasus scabies di Indonesia yangterhimpun dari tahun 2010-2012,masing-masing 908 orang (2010); 137orang (2011); 110 orang (2012)terjangkit scabies yang diperkirakanpenyebarannya terjadi karena buruknyakualitas air sumur yang digunakanuntuk mandi. Berdasarkan data tahun2011, terdapat 10 penyakit terbesar diKota Jambi menunjukkan bahwapenyakit kulit kontak alergi denganjumlah penderita 20,806 orang atau7,41% menduduki urutan kelimasetelah penyakit infeksi akut lain padasaluran pernafasan bagian atas,hipertensi, penyakit pada sistem ototdan jaringan pengikat serta penyakitlain pada saluran pernafasan atas.

Salah satu faktor pendukungterjadinya penyakit scabies adalahsanitasi yang buruk dan dapatmenyerang manusia yang hidup secaraberkelompok, yang tinggal di asrama,barak-barak tentara, rumah tahanan,dan pesantren maupun panti asuhan.Usaha penyehatan lingkunganmerupakan suatu pencegahanterhadap berbagai kondisi yangmungkin dapat menimbulkan penyakitdan sanitasi merupakan faktor yangutama yang harus diperhatikan(Notoatmodjo, 2011).

Lembaga Pemasyarakatan (LP/Lapas) biasa disebut juga dengan

rumah tahanan adalah tempat untukmelaksanakan pembinaan narapidanaatau warga binaan pemasyarakatan diIndonesia. Selain berfungsi sebagaitempat pembinaan bagi narapidana,juga menyediakan tempat pelayanankesehatan bagi narapidana. Pelayanankesehatan bagi narapidana inimerupakan salah satu faktor penunjangdari Program Pembinaan Jasmani danRohani terhadap narapidana diLembaga Pemasyarakatan/ RumahTahanan.

Laporan Direktorat JenderalPemasyarakatan 2010, kondisi rumahtahanan atau lembaga pemasyarakaanyang melebihi kapasitas hampir terjadidi seluruh Indonesia. Kapasitas idealseluruh rumah tahanan atau lembagapemasyarakatan di Indonesia adalah73,000 orang, namun jumlah wargabinaan pemasyarakatan sebanyak111,357 orang, dengan demikianterdapat kelebihan penghuni sekitar65,6%. Akibat keterbatasan saranasanitasi lingkungan tersebutmenyebabkan penghuni rumah tahananatau lapas mengalami keterbatasanuntuk menjaga kebersihan diri(personal hygiene). Kondisi yangdemikian akan meningkatkan risikoterjadinya penularan penyakit kulitscabies antar warga binaan. MenurutAchmadi (2011), risiko terjadinyapenyakit disebabkan oleh tingkatkeberadaan agent penyebab penyakitserta perilaku pemajanan (behaviouralexposure).

Berdasarkan kondisi LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi, makaperlu dilakukan penelitian untukmengkaji pengaruh sanitasi lingkungandan personal hygiene terhadapkejadian penyakit scabies pada wargabinaan pemasyarakatan yang berobatke Klinik di Lembaga PemasyarakatanKlas IIA Jambi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitiankuantitatif dengan menggunakanmetode cross sectionalyaitu setiap

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

72

SCIENTIA JOURNAL No.2 Vol.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

variabel diamati pada saat yangbersamaan pada waktu penelitianberlangsung. Populasi dalam penelitianini adalah seluruh warga binaanpemasyarakatan yang ada padaLembaga Pemasyarakatan Klas IIAJambi dimana pada LembagaPemasyarakatan tersebut terdapat 8blok (ruang tahanan). Data dariLembaga Pemasyarakatan Klas IIAbahwa terdapat 1300 orang wargabinaan pemasyarakatan. Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 89orang yang diambil secara randomsampling. Cara pengumpulan datayang dilakukan adalah dengan carawawancara langsung pada wargabinaan pemasyarakatan denganmenggunakan kuesioner. Analisisdilakukan dengan analisis statisticmenggunakan uji Chi-square padatingkat kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. menunjukan bahwaberdasarkan umur, proposi umurresponden tertinggi pada kelompokumur 18-24 tahun yaitu sebanyak 26orang (29.2%) dan yang terendah padakelompok umur ≥ 55 tahun yaitusebanyak 7 orang (7,9%). Berdasarkantingkat pendidikan, proporsi tingkatpendidikan responden tertinggi adalahSLTA yaitu sebanyak 51 orang (57,3%)dan terendah adalah Akademik/Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 4orang (4,5%). Berdasarkan lama dalamtahanan, proporsi lama dalam tahanantertinggi adalah ≥ 35 bulan yaitusebanyak 35 orang (39,3%) danterendah adalah responden yangberada dalam tahanan selama 24-35bulan yaitu sebanyak 11 orang (12,3%).Kondisi lapas harus mencukupikebutuhan penyediaan air bersih rata-rata kebutuhan air setiap individu perhari berkisar anatara 100-200 litersetelah melalui penelitian ternyatakebutuhan air per-hari bagi individutidak mencukupi untuk kebutuhanperindividu setiap harinya.

Sanitasi adalah upaya kesehatandengan cara memelihara danmelindungi kebersihan lingkungan darisubyeknya. Misalnya menyediakan airyang bersih untuk keperluan MCK(mandi cuci kakus), ventilasi yangharus memenuhi syarat kesehatansehingga pergantian udara dapatberjalan dengan baik sehingga tidakterjadi gangguan untuk pernafasan,ventilasi yang memenuhi syaratkesehatan adalah ≥10% luas lantairumah dan luas ventilasi yang tidakmemenuhi kesehatan adalah <10%luas lantai rumah apabila ventilasi yangtidak memenuhi persyaratan makadapat dengan mudahnyaperkembangan mikrobakterium(Kepmenkes, 1990).

Kepadatan penghuni harusdisesuaikan dengan persyaratankesehatan untuk kepadatan penghunisyaratnya minimum 10 m2/orang sertalantai lapas haruslah menggunakanbahan yang kedap air sehingga tidakdengan mudah untukperkembangbiakan mikroorganisme(Suyono, 2005).

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihatbahwa mayoritas warga binaanpemasyarakatan di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi yangmenderita penyakit scabies yaitusebanyak 56 orang (63,0%).

Berdasarkan Tabel 3 pada variabelketersediaan air bersih diketahuibahwa dari 76 responden yangmenyatakan ketersediaan air bersihcukup dan tidak sakit atau tidakmenderita scabies yaitu sebanyak 46orang (60,5%), responden yang sakitatau menderita scabies yaitu 30 orang(39,5%). Sedangkan 13 respondenyang menyatakan ketersediaan airbersih tidak cukup dan sakit ataumenderita scabies yaitu sebanyak 10orang (76,9%) dibandingkan denganresponden yang tidak sakit atau tidakmenderita scabies yaitu sebanyak 3orang (23,1%).

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

71

SCIENTIA JOURNAL No.2 Vol.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Tabel 1. Distribusi Karekteristik Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikandan lama dalam Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi.

Karekteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)

Umur Responden

18-24 26 29.2

25-34 25 28

35-44 19 21.4

45-54 12 13.5

≥55 7 7.9

Total 89 100

Tingkat Pendidikan

1. SD 12 13.5

2. SLTP 22 24.7

3. SLTA 51 57.3

4. Akademik /PerguruanTinggi

4 4.5

Total 89 100

Lama dalam Tahanan

1. 6-11 bulan 16 18

2. 12-23 bulan 27 30.4

3. 24-35 bulan 11 12.3

4. ≥35 bulan 35 39.3

Total 89 100

Tabel 2. Distribusi Kejadian Penyakit Scabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan diLembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi.

Kejadian PenyakitScabies

Jumlah (n) Persentase (%)

Sakit 56 63

Tidak Sakit 33 37

Total 89 100

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

73

SCIENTIA JOURNAL No.2 Vol.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Tabel 3. Hubungan Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Ketersediaan Air Bersih,Ventilasi, Kepadatan Penghuni dan Kondisi Lantai terhadap Kejadian Penyakit Scabiesdi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Jambi Tahun 2013

Tabel 4. Hubungan Personal Hygiene dengan kejadian Penyakit scabies di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi Tahun 2013

SanitasiLingkungan Lapas

Kejadian Penyakit ScabiesTotal

p-valueSakit Tidak sakit

N % N % N %

Ketersediaan AirBersih

0,001Cukup 46 60,5 30 39,5 76 100

Tidak cukup 10 76,9 3 23,1 13 100

Ventilasi

0,018Baik 27 62,8 16 37,2 43 100

Tidak baik 29 63 17 37 46 100

KepadatanPenghuni

0,03Baik 17 60,7 11 39,3 28 100

Tidak baik 39 64 22 36 61 100

Kondisi Lantai

0,009Baik 30 60 20 40 50 100

Tidak baik 26 66,7 13 33,3 39 100

PersonalHygiene

Kejadian Penyakit ScabiesTotal

p-valueSakit Tidak sakit

N % N % N %

Kurang Baik 33 70,2 14 29,8 47 100

0,002Baik 16 38,1 26 61,9 42 100

Total 49 55,1 40 44,9 89 100

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

74

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Hasil analisis bivariat dengan ujichi square didapat nilai p-value= 0,001(p<0,05), artinya ada hubungan yangsignifikan antara ketersediaan air bersihdengan kejadian penyakit scabies diLembaga Pemasyaratan Klas IIAJambi.

Berdasarkan hasil penelitiandiketahui bahwa penyediaan air bersihdi lapas belum mencukupi yaitu <100liter/hari. Hal ini tentunyamempengaruhi kebersihan diri paratahanan yang berada di Lapas. Karenadengan ketidakcukupan menyebabkanketidak cukupan untuk mandi, cuci dankakus, untuk kebutuhan air untuk wargabinaan pemasyarakatan masih sangattidak mencukupi untuk kebutuhanperhari setiap individu <100liter/harisehingga kebutuhan air setiap perorangmengalami kekurangan dan bagi wargabinaan pemasyarakatan untukmemenuhi kebutuhan air mereka setiaphari.

Air bersih dalam ruang tahanandigunakan untuk memenuhi kebutuhanmandi, cuci dan kakus dan juga untukwu’du bagi warga binaan yangberagama Islam.Ketersediaan airbersih merupakan hal yang palingutama dalam sanitasi kamar mandi,dimana sangat erat kaitannya dengantimbulnya penyakit. Tidak tercukupinyaketersediaan air bersih baik dari segikuantitas maupun kualitas tentu akanmenyebabkan warga binaanpemasyarakatan tidak dapatmembersihkandirinya secara maksimaldan efektif, sehingga hal tersebut akanmempengaruhi kondisi kesehatanwarga binaan pemasyarakatan dalampemenuhan kebersihan pribadinyayang akan berdampak pada timbulnyapenyakit scabies.

Sesuai dengan hasil penelitianTrisnawati (2009) yang menyatakanada hubungan antara kecukupan airmandi dengan kejadian scabies padasantri di Pondok Pesantren Al ItqonKelurahan Tlogosari Wetan Kata. Hasilpenelitian Siregar (2011), yangmenyatakan terdapat hubunganpemanfaatan air bersih dengan keluhan

gangguan kulit pada penghuni diRumah Tahanan Negara Klas 1 Medandimana terdapat 71,9 % penggunaanair bersih yang tidak baik.

Penelitian Sidit (2004), di PondokPesantren Assalam dan DarulfatahKabupaten Temanggung yangmenyebutkan bahwa kondisi sanitasiseperti fisik air dapat menimbulkanpenyakit scabies. Usaha penyehatanlingkungan merupakan suatupencegahan terhadap berbagai kondisiyang mungkin dapat menimbulkanpenyakit dan sanitasi merupakan faktoryang harus diperhatikan (Notoatmodjo,2011).

Menurut Agoes (2009),mengatakan bahwa penyakit scabiessangat erat kaitannya dengankebersihan dan lingkungan yangkurang baik, oleh sebab itu untukmencegah penyebaran penyakitscabies dapat dilakukan dengan caramandi secara teratur denganmenggunakan sabun, mencuci pakaian,sarung bantal, selimut dan lainnyasecara teratur minimal 2 kali dalamseminggu, menjemur kasur dan bantalminimal 2 minggu sekali.Menjagakebersihan tubuh sangat penting untukmenjaga investasi parasit. Sebaiknyamandi dua kali sehari, sertamenghindari kontak langsung denganpenderita, mengingat parasit mudahmenular pada kulit.

Walaupun penyakit ini hanyamerupakan kulit biasa, dan tidakmembahayakan jiwa, namun penyakitini sangat menganggu kehidupansehari-hari.Penyediaan air bersihsangat penting diperhatikan, karena airyang tidak cukup menyebabkanresponden tidak dapat melakukanpersonalhygiene dengan baik sehinggadapat menyebabkan penyakit yangberhubungan dengan kulit terutamapenyakit scabies. Kecukupan air bersihdapat dipergunakan responden untukmandi, gosok gigi, mencuci pakaian,perlengkapan sehari-hari. Jika airtersebut tidak cukup tentunyamenghambat kegiatan sehari-hari

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

75

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

responden terutama untuk kebersihandiri seperti mandi.

Salah satu pencegahan yangperlu dilakukan untuk mencegahpenyakit yang berhubungan denganpenyakit kulit adalah mandi minimal 2kali sehari.Untuk itu pihak Lapas perlumemperhatikan ketersediaan air bersihbagi warga binaan pemasyarakatan.Selain itu perlu dilakukan pencegahandengan melakukan penyuluhan kepadawarga binaan pemasyarakatan tentangcara penularan scabies, serta untukwarga binaan pemasyarakatan yangtelah menderita scabies agar diberikanpengobatan dan penyuluhan,menyediakan sabun, saranapemandian dan pencucian umum.

Variabel ventilasi dapat diketahuibahwa dari 43 responden yang memilikiventilasi baik yang sakit atau menderitascabies yaitu 27 orang (62,8%)dibandingkan dengan ventilasi yangcukup dan tidak menderita scabies 16orang (37,2%). Sedangkan 46responden yang memiliki ventilasi yangtidak baik dan sakit atau menderitascabies yaitu 29 orang (63,0%)dibandingkan dengan responden yangtidak sakit atau tidak menderita scabiesyaitu 17 orang (37,0%). Hasil analisisbivariat dengan uji chi square didapatnilai p-value = 0,018 (p<0,05), artinyaada hubungan variabel ventilasi dengankejadian penyakit scabies di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi.

Luas ventilasi yang dimaksuddalam penelitian ini adalah luasventilasi yang meliputi luas lubangangin dan luas jendela rumah dibagidengan luas lantai. Berdasarkan hasilobservasi dan pengukuran bahwahanya 3 blok yang memiliki ventilasiyang baik dari 8 blok dikarenakanbentuk bangunan yang berbeda diLembaga Pemasyarakatan Klas IIAJambi.

Variabel kepadatan penghunidapat diketahui bahwa dari 28responden yang tinggal di Blok yangmemiliki kepadatan penghuni baik dantidak sakit atau tidak menderita scabiessebanyak 11 orang (39,3%)

dibandingkan dengan responden yangsakit atau menderita penyakit scabies17 orang (60,7%). Sedangkan 61responden yang tinggal di Blok yangpadat penghuninya dan sakit ataumenderita penyakit scabies yaitusebanyak 39 orang (64,0%)dibandingkan dengan responden yangtidak sakit atau tidak menderitapenyakit scabies sebanyak 22 orang(36,0%). Hasil analisis bivariat denganuji Chi-square didapat nilai p-value=0,030 (p<0,05), artinya ada hubunganyang signifikan variabel kepadatanpenghuni terhadap kejadian penyakitscabies di Lembaga PemasyarakatanKlas IIA Jambi.

Kepadatan hunian dalampenelitian ini adalah perbandinganantara luas lantai ruangan denganjumlah orang yang tinggal dalam saturuangan tersebut, memenuhi syaratkesehatan jika luas lantai rumah ≥ 3

m2

/orang atau dalam kategori baik.Kepadatan penghuni merupakan salahsatu syarat untuk kesehatan rumah,dengan kepadatan hunian yang tinggiterutama pada kamar tidur sepertiruang tahanan maka akanmemudahkan penularan penyakitscabies secara kontak langsung darisatu orang ke orang lain begitu jugasebaliknya.

Hal ini sesuai dengan penelitianMa’rufi (2005), yang menyatakanbahwa santri yang tinggal dipemondokan dengan kepadatan huniantinggi (<8 m2 untuk 2 orang) sebanyak245 orang mempunyai prevalensipenyakit scabies 71,40%, sedangkansantri yang tinggal di pemondokandengan kepadatan hunian rendah (> 8m2 untuk 2 orang) sebanyak 93 orangmempunyai prevalensi penyakit scabies45,20%.

Sesuai dengan pendapat Sukini(1989), bahwa kepadatan huniansangat berhubungan terhadap jumlahbakteri penyebab penyakit menular,selain itu kepadatan hunian dapatmempengaruhi kualitas udara didalamrumah, dimana semakin banyak jumlah

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

76

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

penghuni maka akan semakin cepatudara dalam rumah mengalamipencemaran oleh karena CO2 dalamrumah akan cepat meningkat dan akanmenurunkan kadar O2 yang di ruangan.

Variabel kondisi lantai dapatdiketahui bahwa dari 50 respondenyang memiliki kondisi lantai baik yangsakit atau menderita scabies yaitusebanyak 30 orang (60,0%)dibandingkan dengan kondisi lantaiyang baik dan tidak sakit scabies yaitu20 orang (40,0%), 39 responden yangmemiliki kondisi lantai yang tidak baikdan sakit atau menderita scabies yaitusebanyak 26 orang (66,7%)dibandingkan dengan responden yangtidak sakit atau tidak menderita scabiesyaitu sebanyak 13 orang (33,3%).

Hasil analisis bivariat dengan ujiChi-square didapat nilai p-value=0,009(p<0,05), artinya ada hubunganvariabel ventilasi dengan kejadianpenyakit scabies di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi.

Variabel sanitasi lingkunganberdasarkan kondisi lantai yang baikdan tidak menderita penyakit scabiesyaitu 20 orang (40,0%) dan kondisilantai yang tidak baik dan menderitapenyakit scabies yaitu 26 orang(66,7%) dengan data tersebutmenunjukkan ada hubungan signifikankondisi lantai terhadap kejadianpenyakit scabies pada warga binaanPemasyarakatan di LembagaPemasyarakatan Klas IIA Jambi,dengan nilai p-value =0,009 (p<0,05).Hasil pengamatanbahwa kondisi lantaidi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIAJambi, terdapat lantai yang basah danberdebu yang akan dapat menjadisarang penyakit.

Hasil pengamatan lainnyabahwa hampir secara keseluruhanwarga binaan pemasyarakatan padasetiap blok tidur di lantai, olehkarenanya kondisi ini akanmemungkinkan mereka untukmenderita penyakit scabies. Lantaisebaiknya terbuat dari bahan yangkedap air, kuat, tidak lembab, danberwarna cerah. Karena, kondisi lantai

yang basah akan berdampak baik padapertumbuhan mikroorganisme.

Sesuai dengan persyaratankesehatan rumah tinggal menurutKeputusan Menteri Kesehatan RINomor: 829/Menkes/SK/VII/1999 yangsalah satunya adalah Lantai yang haruskedap air dan mudah dibersihkan.Lantai yang tidak memenuhi syaratdapat dijadikan tempat hidup danperkembang-biakan bakteri terutamavektor penyakit lainnya. Udara dalamruangan yang kondisi lantainya lembab,pada musim panas lantai tersebutmenjadi kering sehingga dapatmenimbulkan debu yang berbahayabagi kesehatan para penghuninya(Suyono, 2005).

Dari Tabel 4, hasil analisishubungan personal hygiene dengankejadian penyakit scabies diketahui dari47 responden dengan personal hygienekurang baik sebagian besar (70,2%)responden mengalamikejadian scabies,Sedangkan dari 42 responden denganpersonal hygiene baik sebagian besar(61,9%) responden tidak mengalamikejadian scabies.

Hasil uji statistik diperoleh nilaip-value=0,002 (p<0,05). Hasil uji inimenunjukan ada hubungan yangbermakna antara personal hygienedengan kejadian penyakit scabies.Hasil uji ini menunjukkan ada hubunganyang bermakna antara personalhygiene dengan kejadian penyakitscabies.

Sesuai dengan hasil penelitianPutri (2011), bahwa ada hubunganyang signifikan antara hygieneperseorangan dengan kejadian scabiespada anak (Studi kasus di SekolahDasar Negeri 3 Ngablak, Magelang).Hal ini sejalan dengan Mosby (1994)mengatakan bahwa personal hygienemenjadi penting karenapersonalhygiene yang baik akanmeminimalkan pintu masukmikroorganisme yang ada di mana-mana dan pada akhirnya mencegahseseorang terkena penyakit, dalam halini termasuk penyakit scabies.

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

77

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Personal hygiene merupakankebutuhan dasar manusia yang harussenantiasa terpenuhi. Personal hygienetermasuk kedalam tindakanpencegahan primer yang spesifik. Halini juga sesuai dengan teori segitigaepidemiologi yang meyatakan bahwasuatu penyakit terjadi karena adanyaketidakseimbangan antara host (dalamhal ini manusia), agent (dalam halsumber penyakit scabies seperti kutu)dan lingkungan dalam hal ini termasukpersonalhygiene.

Hasil penelitian diketahui bahwapersonal hygiene responden masihtergolong kurang baik, dimana darihasil uraian kuesioner diketahuiresponden pada umumnya belummenjaga kebersihan kulit dengan mandiminimal 2 kali sehari dan belummenggunakan sabun, mencuci rambut,dan menjaga kebersihan tangan dankaki dengan memotong kuku tangandan kuku kaki secara teratur.

Kebersihan diri terutama dalamhal perilaku mandi, mencuci rambutdan memotong kuku, merupakansesuatu yang baik. Dimana penyakitscabies dapat dicegah denganmemperhatikan personal hygiene.Kebiasaan mandi denganmenggunakan sabun tujuannya adalahuntuk membuang kotoran danorganisme yang menempel di kulit danuntuk mengurangi jumlah mikroba totalpada saat itu. Kulit yangterkontaminsasi merupakan penyebabutama perpindahan infeksi. Kulitmerupakan lapisan terluar dari tubuhdan bertugas melindungi jaringan tubuhdi bawahnya dan organ-organ lainnyaterhadap luka, dan masukya berbagaimacam mikroorganisme kedalamtubuh.

Untuk itu diperlukan perawatanterhadap kesehatan dan kebersihankulit. Menjaga kebersihan kulit danperawatan kulit ini bertujuan untukmenjaga kulit tetap terawat dan terjagasehingga dapat meminimalkanancaman dan gangguan yang akanmasuk lewat kulit.Seperti halnya kulit,kuku tangan dan kaki juga harus

dipelihara dengan cara dipotong,karena kuku dan kaki yang kotor dapatmenimbulkan penyakit dengan menjaditempat mikroorganisme yang dapatmenyebabkan penyakit scabies.

Hasil penelitian diketahui bahwapersonal hygiene responden masihtergolong kurang baik, dimana belummenjaga kebersihan diri dengan tidakmandi, cuci rambut dan menjagakebersihan tangan dan kaki. Hal inikemungkinan karena pengetahuanresponden yang masih kurang tentangkebersihan diri serta kurangnya saranayang mendukung untuk kebersihan diritersebut misalnya belum tersedia airyang bersih, belum tersedia sabun,shampoo dan ketidaktahuan respondenuntuk selalu menjaga kebersihan diridengan rutin memotong kuku tangandan kaki.

Peranan dari petugas lapaskhususnya sangat diperlukan dalammembina warga binaanpemasyarakatan yang ada di Lapas.Dalam hal ini perlu pemberian informasiyang menyangkut personal hygienetersebut seperti dengan menyarankanagar responden untuk mandi minimal 2kali sehari dengan menggunakansabun, mencuci rambut sekurang-kurangnya 2 kali seminggu danmemakai shampoo, membersihkantangan sebelum makan denganmencuci tangan menggunakan sabundan memotong kuku secara teratur.

Mencuci tangan paling sedikit 10-5detik akan memusnahkanmikroorganisme transient paling banyakdari kulit. Jika tangan tampak kotor,dibutuhkan waktu yang lebihlama.Selain itu pihak Lapas juga perlumemperhatikan ketersediaan saranayang mendukung personal hygienedengan menyediakan sarana cucitangan, air bersih yang cukup, sabundan shampoo.

SIMPULAN

Terdapat hubungan yangbermakna antara penyediaan air bersihdengan uji chi square didapat nilai p-

)6#6/("/�4"/*5"4*�-*/(,6/("/�%"/ 1&340/"-�):(*&/& %&/("/�,&+"%*"/�1&/:",*5 4$"#*&4 1"%"

8"3("�#*/""/�1&."4:"3","5"/�%*�-&.#"("�1&."4:"3","5"/�,-"4�**"�+".#*�5")6/�����

78

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

value= 0,001(p<0,05), ventilasi denganuji chi square didapat nilai p-value =0,018 (p<0,05), kepadatan penghunidengan uji Chi-square didapat nilai p-value= 0,030 (p<0,05), kondisilantai,personal hygiene dengankejadian penyakit scabies pada wargabinaan pemasyarakatan di LembagaPemasyarakatan Klas IIa Jambi Tahun2013.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, R, 2009, Scabies ; KonsepPencegahan dan Pengobatanpada Komunitas di Indonesia,Majalah Kedokteran Bandung,diakses 31 Maret 2012 ;http://lubma2research.blogspot.com/2011/04

Achmadi, UF, 2008, ManajemenPenyakit Berbasis Wilayah, UI-Press, Jakarta.

BPS Kota Jambi, Kota Jambi DalamAngka 2012, Jambi.

Brown, R.G; Burns, I, 2002, LectureNotes Dermatologi, Edisi ke-8,Erlangga, Jakarta

Jurnal Buski, 2012, Faktor Risiko padasiswa pondok pesantrenKec.Martapura Prop.KalimantanSelatan,Jurnal Epidemiologi danPenyakit bersumber binantang,01 Juni 2012 Hal.14-22.

Kepmenkes RI Nomor :829/MENKES/SK/VII/1999tentang Persyaratan KesehatanPerumahan, DepartemenKesehatan RI, Jakarta.

Kepmenkes RI Nomor :416/Menkes/Per/IX/1990 tentangSyarat-syarat Kualitas Air,Departemen Kesehatan RI,Jakarta.

Kepmenkes RI Nomor :1405/Menkes/SK/XI/2002 tentangPersyaratan Tata CaraPenyelenggaraan KesehatanLingkungan Kerja Perkantoran,Depkes RI, Jakarta.

Ma’Rufi, 2005. Faktor SanitasiLingkungan yang BerperanTerhadap Prevalensi Penyakit

Scabies. Jurnal KesehatanLingkungan. Vol 2 No 1,Surabaya.

Notoatmodjo, 2010, MetodologiPenelitian Kesehatan, RinekaCipta, Jakarta.

Notoatmodjo, 2010, KesehatanMasyarakat, Ilmu dan Seni,Rineka Cipta, Jakarta.

Putri, Btari Sekar Saraswati Ardana2011. HubunganHygienePerseorangan, SanitasiLingkungan Dan Status GiziTerhadap Kejadian Scabies PadaAnak (Studi kasus di SekolahDasar Negeri 3 Ngablak,Magelang).http://www.fkm.undip.ac.idDiakses 08 Juni 2012.

Siregar, UC, 2011. Hubungan TindakanDalam Pemanfaatan SanitasiDasar Dan KebersihanPerorangan Penghuni RumahTahanan Dengan KeluhanGangguan Kulit Di RumahTahanan Kelas 1 Medan

Sukini, E, 1989. PengawasanPenyehatan LingkunganPemukiman. Depkes, Jakarta.

Suyono, B, 2011, Ilmu KesehatanMasyarakat Dalam KonteksKesehatan Lingkungan, PenerbitBuku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Trisnawati, O, 2009. Hubungan AntaraKecukupan Air Mandi, KepadatanHunian Kamar, dan PraktikKebersihan Diri dengan KejadianScabies pada Santri di PondokPesantren Al Itqon KelurahanTlogosari Wetan.

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ 1&340/"-�):(*&/& %"/�46.#&3�"*3�#&34*)�%&/("/�(&+"-"�1&/:",*5�,6-*5�+".63�%*

,&-63")"/�3"/5"6�*/%")�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�%&/%"/(�,"#61"5&/�5"/+6/(�+"#6/(�5*.63�5")6/�����

79

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIHDENGAN GEJ ALA PENYAKIT KULIT J AMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAHWILAYAH KERJ A PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJ UNG J ABUNGTIMUR TAHUN 2013

*V.A Irmayanti1, Dodi Izhar

2

1Akademi Keperawatan Telanai BhaktiJambi

2RS. Abdul Manap Jambi

*Korespondensi penulis: [email protected]

ABSTRAKPengetahuan masyarakat tentang gejala penyakit kulit jamur, personalhygiene masyarakatyang meliputi kebersihan kulit, kebersihan handuk, kebersihan pakaian, dan kebersihan tangandan kuku, serta sumber air bersih yang digunakan oleh warga di Desa Rantau Indah KabupatenTanjung Jabung Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran danhubungan dari pengetahuan, personalhygiene, dan sumber air bersih dengan gejala penyakitkulit jamur di Desa Rantau Indah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Penelitian ini adalah penelitian cross sectional (potong lintang)yang bertujuan untuk mengetahuihubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Populasi dalam penelitiandengan jumlah 14999 jiwa, besar sampel 95 responden. Cara pengambilan sampel dilakukandengan cara Simple Random Sampling. Untuk analisa digunakan analisa bivariat, dengan ujiChi-Square.Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan gejala penyakit kulit jamurdengan p value< 0,05 yaitu 0,023; Terdapat hubungan yang bermakna antara personal hygienedengan gejala penyakit kulit jamur. Untuk kebersihan kulit p value< 0,05 yaitu 0,025, kebersihantangan dan kuku dengan gejala penyakit kulit jamur dengan p value< 0,05 yaitu 0,009,kebersihan handuk dengan gejala penyakit kulit jamur dengan p value< 0,05 yaitu 0,017,kebersihan pakaian dengan gejala penyakit kulit jamur dengan p value< 0,05 yaitu 0,029;Terdapat hubungan yang bermakna antara sumber air bersih dengan gejala penyakit kulit jamurdengan p value< 0,05 yaitu 0,006.

Kata Kunci : penyakit kulit jamur, personalhygiene, sumber air bersih

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan padahakikatnya adalah usaha yangdiarahkan agar setiap penduduk dapatmewujudkan derajat kesehatan yangoptimal. Untuk mewujudkan tujuantersebut, maka pemerintahmenyelenggarakan pemeliharaan danpeningkatan kesehatan, pencegahanpenyakit, penyembuhan penyakit, danpemulihan kesehatan, yangdilaksanakan secara menyeluruhterpadu dan berkesinambungan dalamberbagai tingkat yang di derita.Kesehatan diri sendiri atau seringdisebut sebagai personalhygienemeliputi kebersihan rambut, kuku, kulit,mata termasuk pakaian, badan,makanan dan tempat tinggal. Hal initerkait dengan kebiasaan hidup yangbersih dan sehat termasuk menjaga

kebersihan dan kesehatan kulit.Beberapa penyakit yang dapat munculsehubungan dengan kondisi personalhygiene yang kurang baik adalahpenyakit berhubungan dengan kulitatau kelainan pada kulit dan alergi.Selain personal hygiene, penyediaanair bersih yang tidak memenuhi syaratjuga dapat mempengaruhi terjadinyapenyakit pada kulit ( Atikah dan Eni,2012).

Kulit adalah organ tubuh yangterletak paling luar dan membatasi darilingkungan hidup manusia. Luas kulit

orang dewasa ± 10m2 dengan beratkira-kira 15% berat badan. Rata-ratatebal kulit manusia 1-2 mm. Fungsi kulitadalah mencegah terjadinya kehilangancairan tubuh esensial, melindungi darimasuknya zat-zat kimia beracun darilingkungan dan mikroorganisme,fungsi-fungsi imunologi, melindungi

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ 1&340/"-�):(*&/& %"/�46.#&3�"*3�#&34*)�%&/("/�(&+"-"�1&/:",*5�,6-*5�+".63�%*

,&-63")"/�3"/5"6�*/%")�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�%&/%"/(�,"#61"5&/�5"/+6/(�+"#6/(�5*.63�5")6/�����

80

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

kerusakan dari akibat sinar ultra violet(UV), dan mengatur suhu tubuh(Santosa dan Gunawan, 2005 ).

Pada Kelurahan Rantau IndahWilayah Kerja Puskesmas DendangTahun 2010, penyakit kulit jamurmemiliki 378 kasus. Pada Tahun 2011jumlah penyakit kulit jamur menjadi 392kasus. Dan meningkat lagi pada tahun2012 dengan jumlah sebesar 412kasus.

Salah satu faktor penyebabpenyakit kulit jamur di KelurahanRantau Indah yaitu sulitnyamendapatkan air bersih, sehinggabanyak warga yang menggunakan airdari aliran anak sungai untuk keperluansehari-hari seperti mandi, mencucipakaian dan handuk.

Dari data yang dihimpun dariDinas Kesehatan Kabupaten TanjungJabung Timur, Persentase Keluargamenurut jenis sarana air bersih yangdigunakan oleh Wilayah KerjaPuskesmas Dendang yaitu JumlahKeluarga yang ada 3.897, jumlahkeluarga yang diperiksa sumber airbersihnya 3.812, % keluarga yangdiperiksa 97,81. Jenis sarana air bersihyang digunakan: Kemasan 25 dengan% 0,66, SGL 52 dengan % 1,4, Mata air0 dengan % 0, PAH 1.756 dengan %46,07, lainnya 10 dengan % 0,26.

Berdasarkan latar belakangtersebut, peneliti tertarik untukmelakukan penelitian dengan judulhubungan pengetahuan, personalhygiene, dan sumber air bersih dengangejala penyakit kulit jamur di KelurahanRantau Indah wilayah kerja PuskesmasDendang Kabupaten Tanjung JabungTimur.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitiancross sectional (potong lintang) yangbertujuan untuk mengetahui hubunganantara variableindependen denganvariabledependen. Metode crosssectional adalah suatu metodepenelitian untuk mempelajari dinamikakorelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan,observasi atau pengumpulan datasekaligus pada suatu saat(Notoatmodjo,2010).

Populasi dalam penelitian inimeliputi seluruh masyarakat yangberdomisili di Kelurahan Rantau Indahwilayah kerja Puskesmas DendangKabupaten Tanjung Jabung Timur 2013dengan jumlah 14999 jiwa. Besarsampel 95 responden, cara pengambilnsampel dengan Simple RandomSampling yaitu setiap anggota atau unitdari populasi mempunyai kesempatanyang sama untuk diseleksi sebagaisampel. Apabila besarnya sampel yangdiinginkan itu berbeda-beda(Notoadmodjo, 2010). Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini adalahkuesioner dan check list . Analisa yangdigunakan Analisis Univariat danAnalisis Bivariat (Riyanto, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 diketahuibahwa responden yangberpengetahuan baik tetapi memilikigejala sebanyak 34 (73,9%) orang danyang tidak memiliki gejala sebanyak 12(26,1%) orang, sedangkan yangberpengetahuan kurang baik tetapimemiliki gejala sebanyak 24 (49,0%)orang dan yang tidak memiliki gejalasebanyak 25 (51,0%) orang.

Dari data tersebut diketahuibahwa pengetahuan masyarakatRantau Indah yang dijadikan respondenmasih kurang baik tentang gejalapenyakit kulit jamur. Dari data tersebutjuga terlihat bahwa tidak semua orangyang memiliki pengetahuan yang baikakan terbebas dari penyakit kulit jamur.

Hal ini ditentukan dari kebiasaanatau perilaku individu dalam baiknyamenjaga kebersihan diri. Denganmenggunakan uji Chi-Square dengantaraf kepercayaan 95% di dapat p =0,023 dengan α = 0,05 sehingga p < αberarti Ho ditolak dan Ha diterima.Berarti,ada hubungan antarapengetahuan dengan gejala penyakitkulit jamur. Rendahnya pengetahuan

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ 1&340/"-�):(*&/& %"/�46.#&3�"*3�#&34*)�%&/("/�(&+"-"�1&/:",*5�,6-*5�+".63�%*

,&-63")"/�3"/5"6�*/%")�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�%&/%"/(�,"#61"5&/�5"/+6/(�+"#6/(�5*.63�5")6/�����

81

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

masyarakat dapat menyebabkanjumlah penderita penyakit kulit jamurakan bertambah banyak maka dari itudiperlukan suatu usaha agar dapatmengurangi jumlah penderita. Usaha-usaha tersebut antara lain denganusaha edukatif yaitu usaha yangdilakukan bersifat mendidik untukmemberikan pengetahuan, pengertian,dan meningkatkan kesadaranmasyarakat tentang pentingnya

menjaga kebersihan diri padaumumnya dan gejala penyakit kulitpada khususnya.

Usaha-usaha tersebut dapatdilakukan dengan pendekatan individu,pendekatan kelompok dan massal yangdilakukan oleh kader kesehatan dalamhal ini dinas kesehatan bersamapuskesmasnya dengan dilakukannyausaha edukatif tentang pemeliharaankesehatan.

Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Dengan Gejala Penyakit Kulit Jamur

Pengetahuan

Gejala penyakit kulit jamur

Jumlah p- ValueAda Gejala Tidak Ada gejala

n % n % n %

0,023Baik 34 73,9 12 26,1 46 100,0

Kurang baik 24 49,0 25 51,0 49 100,0

Jumlah 58 61,1 37 38,9 95 100,0

Tabel 2. Hubungan Kebersihan Kulit Dengan Gejala Penyakit Kulit Jamur

Tabel 3. Hubungan Kebersihan Tangan dan Kuku Dengan Gejala Penyakit Kulit Jamur

Kebersihan Kulit

Gejala penyakit kulit jamurJumlah p- Value

Ada Gejala Tidak Ada gejala

n % n % n %

0,025Baik 14 43,8 18 56,2 32 100,0

Kurang baik 44 69,8 19 30,2 63 100,0

Jumlah 58 61,1 37 38,9 95 100,0

Kebersihan Tangandan Kuku

Gejala penyakit kulit jamur

Jumlah p- ValueAda Gejala Tidak Ada gejala

n % n % n %

0,009Baik 19 45,2 23 54,8 42 100,0

Kurang baik 39 73,6 14 26,4 53 100,0

Jumlah 58 61,1 37 38,9 95 100,0

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ 1&340/"-�):(*&/& %"/�46.#&3�"*3�#&34*)�%&/("/�(&+"-"�1&/:",*5�,6-*5�+".63�%*

,&-63")"/�3"/5"6�*/%")�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�%&/%"/(�,"#61"5&/�5"/+6/(�+"#6/(�5*.63�5")6/�����

82

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Tabel 4. Hubungan Kebersihan Handuk Dengan Gejala Penyakit Kulit Jamur

Kebersihan Handuk

Gejala penyakit kulit jamur

Jumlah p-valueAda Gejala

Tidak Ada gejala

n % n % n %

0,017

Baik 16 44,4 20 55,6 36 100,0

Kurang baik 42 71,2 17 28,8 59 100,0

Jumlah 58 61,1 37 38,9 95 100,0

Tabel 5. Hubungan Kebersihan Pakaian Dengan Gejala Penyakit Kulit Jamur

Kebersihan Pakaian

Gejala penyakit kulit jamur

Jumlah p-value

Ada GejalaTidak Ada gejala

n % n % n %

0,029Baik 20 47,6 22 52,4 42 100,0

Kurang baik 38 71,7 15 28,3 53 100,0

Jumlah 58 61,1 37 38,9 95 100,0

Tabel 6. Hubungan Sumber Air Bersih Dengan Gejala Penyakit Kulit Jamur

Sumber Air Bersih

Gejala penyakit kulit jamur

Jumlahp-

ValueAda Gejala

Tidak Ada gejala

n % n % n %

0,006

Memenuhi syarat 21 45,7 25 54,3 46 100,0

Tidak memenuhisyarat

37 75,5 12 24,5 49 100,0

Jumlah 58 61,1 37 38,9 95 100,0

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ 1&340/"-�):(*&/& %"/�46.#&3�"*3�#&34*)�%&/("/�(&+"-"�1&/:",*5�,6-*5�+".63�%*

,&-63")"/�3"/5"6�*/%")�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�%&/%"/(�,"#61"5&/�5"/+6/(�+"#6/(�5*.63�5")6/�����

83

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Berdasarkan tabel 2 diketahuibahwa responden yang kebersihankulitnya baik tetapi memiliki gejalasebanyak 14 (43,8%) orang dan yangtidak memiliki gejala sebanyak 18(56,2%) orang, sedangkan yangkebersihan kulitnya kurang baik tetapimemiliki gejala sebanyak 44 (69,8%)orang dan yang tidak memiliki gejalasebanyak 19 (30,2%) orang. Dari datatersebut diketahui bahwa kebersihankulit masyarakat Rantau Indah yangdijadikan responden masih kurang baik.

Dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 95%di dapat p = 0,025 dengan α = 0,05sehingga p < α berarti Ho ditolak danHa diterima. Berarti,ada hubunganantara kebersihan kulit dengan gejalapenyakit kulit jamur.

Kebersihan kulit responden diDesa Rantau Indah bisa dikatakanmasih kurang baik, karena kebiasaanmasyarakat yang hanya mandi sekalidalam sehari. Hal ini juga dapat terjadikarena tuntutan pekerjaan sehinggamasyarakat tidak dapat mandi tepatwaktu. Kebiasaan mandi hanya sekalidalam sehari sangat menguntungkanbagi tumbuh suburnya mikroorganismeyang berakibat buruk bagi kesehatankulit. Keadaan lembab karena keringatjika tidak segera dibersihkan juga akanmemudahkan tumbuhnya jamur dikulittubuh (Santosa dan Gunawan, 2005).

Karena kebiasaan masyarakatyang kurang baik, sebaiknya dari pihakpuskesmas sebagai salah satu pusatpelayanan kesehatan yang terdekatdengan masyarakat dapat memberikansuatu penyuluhan yang dapat merubahkebiasaan masyarakat agar menjadisesuatu yang lebih baik.

Berdasarkan tabel 3 diketahuibahwa responden yang kebersihantangan dan kukunya baik tetapimemiliki gejala sebanyak 19 (45,2%)orang dan yang tidak memiliki gejalasebanyak 23 (54,8%) orang,sedangkan yang kebersihan tangandan kukunya kurang baik tetapimemiliki gejala sebanyak 39 (73,6%)orang dan yang tidak memiliki gejala

sebanyak 14 (26,4%) orang.Berdasarkan data tersebut diketahuibahwa kebersihan tangan dan kukumasyarakat Rantau Indah yangdijadikan responden masih kurang baik.

Dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 95%di dapat p = 0,009 dengan α = 0,05sehingga p < α berarti Ho ditolak danHa diterima. Berarti ,ada hubunganantara kebersihan tangan dan kukudengan gejala penyakit kulit jamur.

Agar kebersihan tangan dan kukutetap terjaga, seharusnya mencucitangan harus di air yang mengalir danmenggunakan sabun cair. Jika mencucitangan pada air yang tergenang makakuman yang terdapat pada air akanmenempel kembali ke tangan. Dansabun dapat membersihkan kotorandan membunuh kuman, karena tanpasabun, kotoran dan kuman masihtertinggal di tangan. Menggosok tangansetidaknya 15-20 detik yang berfungsiuntuk membersihkan kotoran yangmelekat di tangan.

Bagian sela-sela jari menjaditempat yang sering ditumbuhi jamurkarena keadaan yang terkadanglembab dan sering terlupa dibersihkansetelah melakukan aktifitas. Kebersihantangan juga menjadi sesuatu hal yangsangat diperhatikan, karena tanganyang tidak bersih dapat menyebabkanpenyakit kulit yang telah ada akanbertambah parah. Oleh sebab itu untukindividu yang terkena penyakit kulitmaupun tidak, untuk senantiasamenjaga kebersihan tangan dan kuku.

Berdasarkan tabel 4 diketahuibahwa responden yang kebersihanhanduknya baik tetapi memiliki gejalasebanyak 16 (44,4%) orang dan yangtidak memiliki gejala sebanyak 20(55,6%) orang, sedangkan kebersihanhanduk yang kurang baik tetapimemiliki gejala sebanyak 42 (71,2%)orang dan yang tidak memiliki gejalasebanyak 17 (28,8%) orang.Berdasarkan data tersebut diketahuibahwa kebersihan handuk masyarakatRantau Indah yang dijadikan respondenmasih kurang baik.

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ 1&340/"-�):(*&/& %"/�46.#&3�"*3�#&34*)�%&/("/�(&+"-"�1&/:",*5�,6-*5�+".63�%*

,&-63")"/�3"/5"6�*/%")�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�%&/%"/(�,"#61"5&/�5"/+6/(�+"#6/(�5*.63�5")6/�����

84

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 95%di dapat p = 0,017 dengan α = 0,05sehingga p < α berarti Ho ditolak danHa diterima. Berarti ,ada hubunganantara kebersihan handuk dengangejala penyakit kulit jamur.

Penggunaan handuk yang masihkurang baik di Desa Rantau Indahseperti kebiasaan mengganti handukhanya jika handuk sudah benar-benarterlihat kotor dan handuk yang telahdigunakan hanya diletakkan di dalamkamar maupun dapur. Selain itu,handuk juga digunakan bersama-samaantara suami dan istri maupun kakakdan adik. pencucian handuk dilakukandi sungai dan dijadikan satu denganhanduk anggota keluarga yang laindisaat proses perendamannya.

Sementara handuk sebaiknyadiganti seminggu dua kali dan dijemurditempat yang terkena sinar mataharilangsung untuk mengurangipertumbuhan kuman dan bakteri.Handuk juga menjadi salah satupenyebab penularan penyakit kulit.Karena handuk merupakan salah satualat yang sering dipinjamkan ke oranglain selain pakaian. Gesekan yangterjadi antara handuk dengan kulitorang lain sangat potensial menularkanjenis penyakit kulit tertentu, sepertipanu, kadas, dan kurap.Mikroorganisme penyebab penyakitkulit akan tetap hidup dan berada padaalat-alat yang tersentuh atau melekatpada kulit orang lain.

Berdasarkan tabel 5 diketahuibahwa responden yang kebersihanpakaiannya baik tetapi memiliki gejalasebanyak 20 (47,6%) orang dan yangtidak memiliki gejala sebanyak 22(52,4%) orang, sedangkan kebersihanpakaian yang kurang baik tetapimemiliki gejala sebanyak 38 (71,7%)orang dan yang tidak memiliki gejalasebanyak 15 (28,3%) orang.Berdasarkan data tersebut diketahuibahwa kebersihan pakaian masyarakatRantau Indah yang dijadikan respondenmasih kurang baik.

Dengan uji Chi Square dengantaraf kepercayaan 95% di dapat p =0,029 dengan α = 0,05 sehingga p < αberarti Ho ditolak dan Ha diterima.Berarti,ada hubungan antarakebersihan pakaian dengan gejalapenyakit kulit jamur.

Kebiasaan masyarakat akanpenggunaan dan kebersihan pakaianmasih dikatakan kurang baik. Hal iniditunjukkan dari hasil pertanyaan padakuesioner yang diberikan kepadamasyarakat. Dimulai dari pakaian yangtelah digunakan tidak langsung dicucimelainkan digantung agar dapatdigunakan keesokan harinya denganalasan tidak terlalu kotor. Pencucianhanduk dilakukan di air bersih danmenggunakan sabun, namun air bersihyang dimaksud oleh masyarakat adalahair sungai dengan kualitas dari segiwarna dan bau yang tidak layakdigunakan. Pinjam meminjam pakaianantara anggota dirumah maupundengan teman-teman juga sering terjadiserta penjemuran pakaian yangterkadang diletakkan diteras maupundidalam rumah.

Berdasarkan tabel 6 diketahuibahwa responden yang sumber airbersihnya memenuhi syarat tetapimemiliki gejala sebanyak 21 (45,7%)orang dan yang tidak memiliki gejalasebanyak 25 (54,3%) orang,sedangkan sumber air bersih yangtidak memnuhi syarat tetapi memilikigejala sebanyak 37 (75,5%) orang danyang tidak memiliki gejala sebanyak 12(24,5%) orang. Berdasarkan datatersebut diketahui bahwa sumber airbersih masyarakat Rantau Indah yangdijadikan responden masih kurang baik.

Dengan uji Chi-Square dengantaraf kepercayaan 95% di dapat p =0,006 dengan α = 0,05 sehingga p < αberarti Ho ditolak dan Ha diterima.Berarti, ada hubungan antara sumberair bersih dengan gejala penyakit kulitjamur.

Air yang digunakan sebagianmasyarakat adalah air sungai karenaDesa Rantau Indah kawasan yangpadat penduduknya berada di daerah

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kontruksi Sumur Gali Di Desa KasangPudak Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013

85

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

pasar yang dekat dengan sungai. Airdari bantaran anak sungai inilah yangsangat bermanfaat untuk keperluansehari-hari masyarakat yang tinggal didaerah pasar maupun pinggiran sungaikarena air PDAM tidak dapat masuk kewilayah tersebut. Untuk masyarakatyang bertempat tinggal cukup jauh daribantaran sungai, menggunakan air darisumur serta PAH (penampung airhujan).

Sumur yang dimaksud disinibukan seperti sumur pada umumnya,melainkan hanya sebuah galian tanahberbentuk persegi dengan kedalaman1–1,5 meter. Air merupakan saranautama untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat, karena airmerupakan salah satu media dariberbagai macam penularan penyakit.Melalui penyediaan air bersih baik darisegi kualitas maupun kuantitasnya disuatu daerah, maka penyebaranpenyakit menular dalam hal ini penyakitkulit dan penyakit perut diharapkan bisaditekan seminimal mungkin (Sutrisno,2010).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil gambaranpengetahuan dengan gejala penyakitkulit jamur diketahui bahwapengetahuan yang kurang baiksebanyak 51,6% dan pengetahuanyang baik sebanyak 48,4% tentanggejala penyakit kulit jamur;Berdasarkan hasil gambaran sumberair bersih dengan gejala penyakit kulitjamur diketahui bahwa sumber airbersih yang memenuhi syarat sebanyak48,4% dan sumber air bersih yang tidakmemenuhi syarat sebanyak 51,6%;

Berdasarkan hasil gambaranpersonal hygiene dengan gejalapenyakit kulit jamur diketahui bahwapersonal hygiene dalam kebersihankulit yang baik sebanyak 33,7% danyang kurang baik sebanyak 66,3%.Dalam kebersihan tangan dan kukuyang baik sebanyak 44,2% dan yangkurang baik sebanyak 55,8%. Untukkebersihan handuk yang baik sebanyak

37,9% dan yang kurang baik sebanyak62,1%. Kemudian kebersihan pakaianyang baik sebanyak 44,2 % dan yangkurang baik sebanyak 55,8%.

Terdapat hubungan yangbermakna antara pengetahuan dengangejala penyakit kulit jamur dengan pvalue< 0,05 yaitu 0,023; Terdapathubungan yang bermakna antarapersonal hygiene dengan gejalapenyakit kulit jamur. Untuk kebersihankulit p value< 0,05 yaitu 0,025,kebersihan tangan dan kuku dengangejala penyakit kulit jamur dengan pvalue< 0,05 yaitu 0,009, kebersihanhanduk dengan gejala penyakit kulitjamur dengan p value< 0,05 yaitu0,017, kebersihan pakaian dengangejala penyakit kulit jamur dengan pvalue< 0,05 yaitu 0,029; Terdapathubungan yang bermakna antarasumber air bersih dengan gejalapenyakit kulit jamur dengan p value<0,05 yaitu 0,006;

DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati & Eni Rahmawati,2012 Perilaku Hidup Bersih danSehat. Nuha Medika, Yogyakarta:152 hlm.

Djoko Santosa & Didik Gunawan, 2005Ramuan Tradisional UntukPenyakit Kulit. Penebar Swadaya,Jakarta :96 hlm.

Notoadmodjo, S, 2007 KesehatanMasyarakat. Rineka cipta, Jakarta:427 hlm.

Riyanto, A, 2011 Metodologi PenelitianKesehatan. Nuha Medika,Yogyakarta :216 hlm.

Sutrisno, T, 2010 TeknologiPenyediaan Air Bersih. RinekaCipta, Jakarta :97 hlm.

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ �1&/%*%*,"/�%"/�404*"-�&,0/0.*�%&/("/�,0/536,4*�46.63�("-*�%*�%&4"

,"4"/(�16%",�%*�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�.6"3"�,6.1&)��,"#61"5&/�.6"30�+".#*��5")6/�����

86

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN SOSIAL EKONOMI DENGANKONTRUKSI SUMUR GALI DI DESA KASANG PUDAK DI WILAYAH KERJ APUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO J AMBI TAHUN 2013

Herlina1, *Klemens

2

1,2STIKes Prima Jambi

*Korespondensi penulis: [email protected]

ABSTRAKBerdasarkan tingginya pengguna sumur gali di wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh DesaKasang Pudak tentunya sarana air bersih ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari segikualitas, maupun kuantitas. Berdasarkan data dari Puskesmas Kasang Pudak bahwa Desayang paling banyak menggunakan SGL dari 18 jumlah Desa adalah Desa Kasang Pudak yaitusebanyak 2.067 Rumah.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan,pendidikan dan sosial ekonomi dengan kontruksi sumur gali di Desa Kasang Pudak wilayahkerja puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptik analitik dengan metode cross sectional. Analisadata dengan uji Chi-square.Hasil penelitian melalui uji statistik diperoleh p-value = 0,040 yang berarti menyatakan adahubungan pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi dengan kontruksi sumur gali.

Kata kunci: Pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi dan konstruksi sumur gali

PENDAHULUAN

Visi pembangunan kesehatanbertujuan untuk meningkatkankesadaran, kemauan dan kemampuanuntuk hidup sehat bagi setiap orangagar terwujud derajat kesehatan yangoptimal yaitu Indonesia sehat 2015.Berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/2009 kualitas air minumharus memenuhi persyaratan secarafisika, kimia, mikrobiologi danradioaktif.Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatanbaik individu, kelompok, masyarakatdikelompokkan menjadi empat yaitu :Lingkungan, Perilaku, pelayanankesehatan dan, keturunan. Keempatfaktor tersebut dalam mempengaruhikesehatan juga mempengaruhiperilaku, dan perilaku sebaiknya jugamempengaruhi lingkungan(Notoadmodjo, 2005 ).

Profil Dinas kesehatan PropinsiJambi bahwa cakupan persentaserumah yang memiliki persediaan airbersih tahun 2010 yang mencaai63,68%, kemudian tahun 2011 sebesar47,8%. Kemudian tahun 2012 sebesar54,4%. Untuk jenis sarana air bersihyang digunakan di Kabupaten Muaro

Jambi terdiri dari jenis sarana air bersihkemasan, ledeng, Sumur PompaTangan (SPT), mata air, PenampunganAir Hujan (PAH) dan Sumur Gali (SGL),dari jenis sarana air bersih yang adayang paling banyak digunakanmasyarakat Kabupaten Muaro Jambiadalah sarana air bersih Sumur galiyakni dari 11 wilayah kecamatandominan menggunakan SGL.Berdasarkan data dari PuskesmasKasang Pudak bahwa Desa yangpaling banyak menggunakan SGL darike 18 jumlah desa adalah Desa KasangPudak yaitu sebanyak 2.067 Rumah.

Membuat sumur gali harusmemenuhi syarat, dan juga ditopangadanya biaya ataupun kemampuanwarga tersebut untuk pembiayaannyaseperti membuat bibir sumur, lantaiyang kedap air sehingga menghindariterjadinya pencemaran (Entjang,2000). Tujuan penelitian ini untukmengetahui hubungan pengetahuan,pendidikan dan sosial ekonomi dengankontruksi sumur gali di Desa KasangPudak wilayah kerja puskesmas MuaraKumpeh Kabupaten Muaro JambiTahun 2013.

)6#6/("/�1&/(&5")6"/ �1&/%*%*,"/�%"/�404*"-�&,0/0.*�%&/("/�,0/536,4*�46.63�("-*�%*�%&4"

,"4"/(�16%",�%*�8*-":")�,&3+"�164,&4."4�.6"3"�,6.1&)��,"#61"5&/�.6"30�+".#*��5")6/�����

87

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalahdeskriptif analitik dengan pendekatancross sectional atau potong lintang.Pendekatan cross sectional merupakanpenelitian dalam waktu yangbersamaan dan menghubungkanantara variabel sebab atau resikodengan variabel akibat atau kasus yangterjadi pada objek penelitian (Arikunto,2006)

Sampelnya adalah sumur galiyang dimiliki oleh masyarakat di DesaKasang Pudak wilayah kerjapuskesmas Muara Kumpeh KabupatenMuaro Jambi Tahun 2013.Pengambilansampel pada penelitian ini secara acaksederhana dimana setiap anggotapopulasi mempunyai peluang yangsama besar untuk terpilih sebagaisampel (Murti, 2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengetahuan dengan Kontruksi Sumur Gali di Desa Kasang Pudak WilayahKerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square diperoleh p-value = 0,028 (p <0,05) dengan demikian ada hubunganantara pengetahuan dengan konstruksisumur gali yang memenuhi syarat.

Sehingga dapat disimpulkan adahubungan yang signifikan antarapengetahuan dengan konstruksi sumurgali.

Tabel 2. Hubungan Pendidikan Responden Dengan Kontruksi Sumur Gali di DesaKasang Pudak Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro JambiTahun 2013

Pendidikan

Kontruksi Sumur Gali

Total p.ValueMemenuhisyarat

Tidakmemenuhi

syarat

Tinggi33

(66,0%)17

(34,0%)50

(100%)

0,044Rendah18

(42,9%)24

(57,1%)42

(100%)

Total51

(55,4%)41

(44,6%)92

(100%)

Pengetahuan

Kontruksi Sumur Gali

Total p.ValueMemenuhisyarat

Tidakmemenuhi

syarat

Baik 29(69,0%)

13(31,0%)

42(100%)

0,028Kurang baik 22(44,0%)

28(56,0%)

50(100%)

Total 51 41 92

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kontruksi Sumur Gali Di Desa KasangPudak Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013

88

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square diperoleh p-value =0,044 (p <0,05) dengan demikian ada hubunganantara pendidikan dengan konstruksisumur gali yang memenuhi syarat.

Sehingga dapat disimpulkan adahubungan yang signifikan antarapendidikan responden dengan kejadiankonstruksi sumur gali yang memenuhisyarat.

Tabel 3. Hubungan Sosial Ekonomi Responden Dengan Kontruksi Sumur Gali diDesa Kasang Pudak Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten MuaroJambi Tahun 2013

Sosial Ekonomi

Kontruksi Sumur Gali

Total p.ValueMemenuhiSyarat

TidakMemenuhi

Syarat

Tinggi19

(43,2%)25

(56,8%)48

(100%)

0,040Rendah32

(66,7%)16

(33,3%)44

(100%)

Total51

(55,4%)41

(44,6%)92

(100%)

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-square diperoleh p-value =0,040 (p <0,05), dengan demikian ada hubunganantara Sosial Ekonomi dengankonstruksi sumur gali.Sehingga dapatdisimpulkan ada hubungan yangsignifikan antara Sosial Ekonomidengan konstruksisumur gali.

PengetahuanPengetahuan adalah segala

sesuatu yang manusia tahu atauketahui tentang suatu objek tertentu.Objek itu dapat berupa barang, benda,keterampilan, keahlian, sifat orangtertentu, dan sebagainya(Mubarak,2007).

Perilaku yang didasari olehpengetahuan lebih langgeng dari padaperilaku yang tidak didasari olehpengetahun, sebab perilaku ini terjadiakibat adanya paksaan atau aturanyang mengharuskan untuk berbuat(Mubarak, 2007:28).

PendidikanBerdasarkan analisis data

sebagian besar responden masihmemiliki pendidikan yang tinggi yaitutamat SMA sebanyak 50 (54,3) tentangkonstruksi sumur gali.

Tingkat pendidikan yang tinggidapat dihubungkan dengan cara berfikiryang baik dan banyak pengalamandalam menghadapi suatu masalah.Apabila ada permasalah tingkatpendidikan yang tinggi akan mampumenyelesaikan secara baik bila dibandingkan dengan merekamempunyai pendidikan rendah(Notoatmodjo, 2007).

Menurut crow dalam bukuIslamuddin (2012), bahwa pendidikanterbagi atas dua yaitu pendidikanformal dan pendidikan informal. Darihasil penelitian yang diperoleh darianalisis data bahwa sebagian besarmasih memiliki tingkat pendidikan yangtinggi sehingga dapat memudahkantenaga kesehatan dalam memberinformasi tentang konstrusi sumur galiyang baik.

Gambaran Sosial EkonomiBerdasarkan analisis data

sebagian besar responden masihmemiliki sosial ekonomi yang rendahsebanyak 48 (52,2%) tentangkonstruksi sumur gali.

Pendapatan atau Penghasilanialah salah satu dari indikator yangmenggambarkan tingkat ekonomi

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kontruksi Sumur Gali Di Desa KasangPudak Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013

89

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

masyarakat. Untuk dapat memperolahgambaran pendapatan yang dilakukanpendekatan pengeluaran rumah tanggayang dibedakan menurut pengeluaranuntuk makanan dan yang bukanmakanan. Dari dua jenis pengeluaranini dapat diketahui pendapatan dan darirumah tangga yang lebih kuat,dikarenakan masyarakat lebih terbukadan mau mengungkapkan untukpengeluaran dibandingkan denganpendapatan perbulannya.

Upah minimum ditetapkansecara regional, atau sering disebutUMR. Sistem upah ini ditetapkanberdasarkan biaya hidup pekerja disetiap daerah meskipun demikian,sistem upah ini belum mencerminkanbiaya hidup sebenarnya. Pemerintahlalu mengeluarkan PeraturanPemerintah Nomor 25 Tahun 2000tentang Kewenangan Pemerintah danKewenangan Provinsi sebagai DaerahOtonom untuk menggantikan UMRmenjadi Upah minimum Provinsi (UMP)atau upah Minimum Kabupaten(Ritonga, 2007)

Pendapatan rata–rata perbulanadalah salah satu dari indikator yangmengambarkan tingkat ekonomimasyarakat. Untuk dapat memperolehgambaran pendapatan rata–rataperbulan dapat di ketahui berdasarkanpengeluarannya. Pengeluarandikatakan tinggi dan rendah sesuaidengan Surat Keputusan GubenurJambi Nomor 626 tahun 2012 tentangUpah Minimum Provinsi Jambi tahun2013 adalah Rp.1.300.000,penghasilan dikatakan tinggi apabila >Rp.1.300.000 dan penghasilan rendah≤ Rp. 1.300.000 (DisnakertransProvinsi Jambi, 2012).

Hasil penelitian tersebut bahwamasih banyak yang memiliki socialekonomi yang rendah sehingga untukmemenuhi syarat konstruksi sumur galiyang baik susah di penuhi karenaketerbatasan biaya, kemuadian juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yangdapat mempengaruhi konstruksi sumurgali yang tidak memenuhi syarat.

Hubungan Pengetahuan denganKontruksi Sumur Gali

Berdasarkan hasil penelitiandapat dilihat bahwa pengetahuanresponden yang baik dan kontruksisumur gali memenuhi syarat terdapat29 (69,0%) yang baik tidak memenuhisyarat terdapat 13 (31,0%). Sedangkanpengetahuan responden yang tidakbaik tapi memenuhi syarat 22 (44,0%),dan tidak baik dan tidak memenuhisyarat sebanyak 28 (56,0%) .

Berdasarkan hasil uji statistikChi-square diperoleh p-value =0,028 (p< 0,05) dengan demikian ada hubunganantara pengetahuan dengan konstruksisumur gali yang memenuhi syarat.Sehingga dapat disimpulkan adahubungan yang signifikan antarapengetahuan dengan konstruksi sumurgali. Persyaratan kontruksi sumur galimeliputi Bangunan sumur gali terdiridari dinding sumur, lantai sumur danbibir sumur yang harus di buat daribahan kuat dan kedap air sepertipasangan batu bata/ batu kali ataubeton (Sarudji, 2010).

Hubungan Pendidikan denganKontruksi Sumur Gali

Hasil penelitian menunjukkanpendidikan responden adahubungannya dengan kontruksi sumurgali. Hal ini dapat dilihat bahwapendidikan yang tinggi dan kontruksisumur gali memenuhi syarat 33(66,0%) yang tinggi tidak memenuhisyarat terdapat 17(34,0%). Sedangkanpendidikan yang rendah dan kontruksisumur gali memenuhi syarat 18(42,9%)yang rendah tidak memenuhi syarat 24(57,1%).

Berdasarkan hasil uji statistikChi-square diperoleh p-value =0,044 (p< 0,05) dengan demikian ada hubunganantara pendidikan dengan konstruksisumur gali yang memenuhi syarat.Sehingga dapat disimpulkan adahubungan yang signifikan antarapendidikan responden dengan kejadiankonstruksi sumur gali yang memenuhisyarat.

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Sosial Ekonomi Dengan Kontruksi Sumur Gali Di Desa KasangPudak Di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013

90

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Persyaratan kontruksi sumurgali meliputi Bangunan sumur galiterdiri dari dinding sumur, lantai sumurdan bibir sumur yang harus di buat daribahan kuat dan kedap air sepertipasangan batu bata / batu kali ataubeton (Sarudji, 2010).

Hubungan Sosial EkonomiHasil penelitian menunjukkan

sosial ekonomi responden adahubungannya dengan kontruksi sumurgali. Hal ini sesuai dengan penelitianbahwa 52,2% sosial ekonomiresponden rendah . Dengan hasil ujistatistik yang telah di peroleh p-value =0,040 yang berarti menyatakan adahubungan sosial ekonomi dengankontruksi sumur gali. Dari 92 responden(Rumah) yang di teliti ada 48responden yang sosial ekonomirendah, sedangkan 44 respondensosial ekonomi tinggi. Sosial ekonomiialah salah satu dari indikator yangmenggambarkan tingkat ekonomimasyarakat. Untuk dapat memperolahgambaran pendapatan atau sosialekonomi yang dilakukan pendekatanpengeluaran yang dibedakan menurutpengeluaran untuk makanan dan bukanmakanan. Dari dua jenis pengeluaranini dapat diketahui pendapatan dariresponden.

Menurut Sarudji (2010), bahwapersyaratan kontruksi sumur galimeliputi bangunan sumur gali terdiridari dinding sumur, lantai sumur danbibir sumur yang harus di buat daribahan kuat dan kedap air sepertipasangan batu bata atau batu kali ataubeton.

SIMPULAN

Ada hubungan Pengetahuandengan Kontruksi Sumur Gali di DesaKasang Pudak Wilayah KerjaPuskesmas Muara Kumpeh KabupatenMuaro Jambi Tahun 2013 dengan nilaip-value = 0,028;Ada HubunganPendidikan dengan Kontruksi SumurGali di Desa Kasang Pudak WilayahKerja Puskesmas Muara Kumpeh

Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013dengan nilai p-value = 0,044; AdaHubungan Sosial Ekonomi denganKontruksi Sumur Gali di Desa KasangPudak Wilayah Kerja PuskesmasMuara Kumpeh Kabupaten MuaroJambi Tahun 2013 p-value = 0,040.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto 2006. ProsedurPenelitianSuatu PendekatanPraktik. Asdi Mahasatya. J

Entjang,2000. Ilmu KesehatanMasyarakat. Citra AdtyaBakti,Bandung: 184 hlm

Notoadmodjo, Soekidjo, 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta. Jakarta.

SK Gubernur Jambi No.626th.2012,Upah Minimum Propinsi

PP NO.25 tahun 2000, KewenanganPemerintah dan KewenanganPropinsi sebagai daerah otonomuntuk menggantikan UMRmenjadi UMP.

PP NO.25 tahun 2007, KesehatanMasyarakat Ilmu dan Seni,Rineka Cipta. Jakarta

Murti, 2001. Desain dan UkuranSampel untuk Penelitian

Kepmenkes RI No 907 /Menkes/SK/2009. Kualitas air minum

Disnakertrans Propinsi Jambi,2012Sarudji, Didik, 2010. Kesehatan

Lingkungan. Karya Putra Darwati,Bandung : 394 hlm

Islamuddin, 2012;Pendidikan Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009Tentang Kesehatan.

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

91

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJ AR TERHADAP NILAI EVALUASIBELAJ AR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA J AMBITAHUN AJ ARAN 2012/2013

Marinawati¹, Gustien²*¹STIKes Prima Prodi Kebidanan2STIKes Prima Prodi DIV Bidan Pendidik

*Korespondensi penulis: [email protected]

ABSTRAKEvaluasi sebagai suatu alat untuk melaporkan hasil pembelajaran yang dicapai. Masalah belajardipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Berdasarkan data yangdiperoleh dari bidang evaluasi Akademi Keperawatan Prima Tahun Ajaran 2012-2013 mengalamipenurunan IPK rata-rata 2,55 menjadi IPK rata-rata 2,27.Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui hubungan motivasi dan minat belajar terhadap nilai evaluasi belajar mahasiswasemester III Akademi Keperawatan Prima.Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan rancangan cross sectional.Pengumpulan data dengan kuesioner. Populasi dalam penelitian adalah seluruh mahasiswasemester III Akademi Keperawatan Prima yang berjumlah 73 orang dengan teknik total sampling.Pengolahan data dengan analis bivariat dengan uji statistik Chi- square.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 73 orang responden yang memiliki nilai evaluasi hasilbelajar memuaskan sebanyak 28 orang (38,4%), tidak memuaskan sebanyak 45 orang (61,6%),motivasi tinggi sebanyak 32 orang (43,8%), motivasi rendah sebanyak 41 orang (56,2%), minatbelajar tinggi sebanyak 35 orang (47,9%), minat belajar rendah sebanyak 38 orang (52,1%). Hasilperhitungan besarnya hubungan motivasi dengan nilai evaluasi hasil belajar nilai p-value 0,040sedangkan besarnya hubungan minat belajar dengan nilai evaluasi hasil belajar nilai p-value 0,014.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan adanya hubungan antara motivasi dan minatbelajar terhadap nilai evaluasi hasil belajar mahasiswa Akademi Keperawatan Prima.

Kata Kunci : Motivasi, Minat Belajar, Evaluasi Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, bangsaindonesia membulatkan tekadnya untukmengembangkan budaya belajar yangmenjadi persyaratan berkembangnyabudaya ilmu pengetahuan dan teknologi(Slameto, 2010). Menurut Syah (2012),Pendidikan pada dasarnya adalah usahasadar untuk menumbuh kembangkanpotensi sumber daya manusia pesertadidik dengan cara mendorong danmemfasilitasi kegiatan belajar mereka.

Pendidikan merupakan komunikasiyang terorganisasi dan berkelanjutanyang dirancang untuk menumbuhkankegiatan belajar pada diri peserta didik(Education as Organized and SustainedCommunication Designed to Bring AboutLearning). Menurut salah satu organisasi

dalam perserikatan bangsa- bangsa(PBB) yang menangani pendidikan, ilmupengetahuan dan kebudayaan yaituUNESCO (United Nation Education,Scientific, and Cultural Organization)yang merekomendasikan empat pilardalam pendidikan, yaitu Learning to know(belajar untuk mengetahui), Learning todo (belajar melakukan ataumengerjakan), Learning to live together(belajar untuk hidup bersama), Learningto be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri-sendiri), (Munir,2010).

Belajar adalah serangkaiankegiatan jiwa raga untuk memperolehsuatu perubahan tingkah laku sebagaihasil dari pengalaman individu dalam

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

92

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

interaksi dengan lingkungannya yangmenyangkut kognitif, afektif, danpsikomotor (Djamarah, 2011).

Menurut Undang-Undang RI Nomor20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1),pendidikan didefinisikan sebagai usahasadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses belajar agarpeserta didik secara aktifmengembangkan dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara (Syah,2012).

Belajar merupakan kegiatan yangberproses dan merupakan unsur yangsangat fundamental dalam setiappenyelenggaraan jenis dan jenjangpendidikan. Hal tersebut berarti bahwaberhasil tidaknya pencapaian tujuanpendidikan amat bergantung padaproses belajar yang dialami peserta didik,baik ketika ia berada di lingkunganpendidikan seperti sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganyasendiri (Syah, 2012).

Secara umum evaluasi belajarsiswa di indonesia dilaksanakan untukmeneliti hasil dan proses belajar siswa,untuk mengetahui kesulitan-kesulitanyang melekat pada proses belajar itu.Evaluasi tidak mungkin dipisahkan daribelajar karena evaluasi sebagai suatualat untuk mendapatkan cara-caramelaporkan hasil-hasil pelajaran yangdicapai, dan dapat memberi laporankepada siswa tersebut (Slameto, 2010).

Berdasarkan keputusan menteripendidikan nasional tentang pedomanpenyusunan kurikulum pendidikan tinggidan penilaian hasil belajar mahasiswaterhadap kegiatan dan kemajuan hasilbelajar mahasiswa dilakukan penilaiansecara berkala yang dapat berbentukujian, pelaksanaan tugas, danpengamatan oleh dosen. Ujian dapat

diselenggarakan melalui ujian tengahsemester, ujian akhir semester, ujianakhir program studi dan skripsi / tugasakhir. Penilaian hasil belajar dinyatakandengan huruf A, B, C, D, dan E yangmasing-masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0(Wikipedia, 2013).

Menurut Sumadi (2007), persoalan-persoalan mengenai hal belajar akanberkisar pada empat persoalan pokokyaitu apakah belajar itu, faktor-faktor apayang berpengaruh terhadap proses danhasil belajar, bagaimana proses belajaritu terjadi, dan apa buktinya prosesbelajar telah terjadi. Belajar dipengaruhioleh berbagai faktor, yaitu faktor internal,faktor eksternal dan faktor pendekatanbelajar (Syah, 2012).

Masalah belajar adalah masalahyang selalu aktual dan dihadapi olehsetiap orang. Maka dari itu banyak ahli-ahli membahas dan menghasilkanberbagai teori tentang belajar dan tidakbisa disangkal bahwa dalam belajarseseorang dipengaruhi oleh berbagaifaktor yaitu faktor internal yang meliputimotivasi, minat/ bakat, sikap, inteligensisedangkan faktor eksternal meliputifasilitas, jumlah siswa, dan lingkungan.Faktor-faktor tersebut dapatmempengaruhi munculnya peserta didikyang berprestasi tinggi atau rendah ataumungkin gagal sama sekali (Slameto,2010).

Berdasarkan data yang diperolehdari bidang evaluasi pendidikan AkademiKeperawatan Prima Jambi, bahwa hasilevaluasi belajar mahasiswa AkademiKeperawatan Prima Jambi Tahun Ajaran2012-2013 mengalami penurunan. Yangmana nilai rata-rata indeks prestasimahasiswa semester 1 AKPER PrimaJambi Tahun Akademik 2012-2013 yaitu2,55 dari 73 mahasiswa dan nilai rata-rata indeks prestasi mahasiswa semesterII yaitu 2,27 dari 73 mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang yangtelah dijabarkan diatas maka penulistertarik untuk melakukan penelitian

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

93

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

tentang Hubungan Motivasi dan MinatBelajar Terhadap Menurunnya NilaiEvaluasi Hasil Belajar Mahasiswa

Semester III Akademi KeperawatanPrima Jambi Tahun Ajaran 2012-2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitiansurvei analitikdengan pendekatan crosssectional. Menurut Arikunto (2006),populasi adalah sejumlah besar subjekyang mempunyai karakteristik tertentu.

Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh mahasiswa semester IIIAkademi Keperawatan Prima JambiTahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah73 orang. Peneliti mengambil sampel

dengan teknik Total Sampling dengananalisis univariat dan bivariat.

Data yang digunakan adalah dataprimer dan sekunder, penelitimenggunakan alat ukur yaitu kuesionersebagai pengambilan data dariresponden dan data sekunder yaiturekapitulasi nilai rata-rata indeks prestasimahasiswa Akademi Keperawatan PrimaTahun 2012-2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 hasil analisisdata dengan menggunakan uji Chi-square di dapatkan p-value 0,040menunjukkan adanya hubungan yangsignifikan antara motivasi denganevaluasi hasil belajar mahasiswasemester III Akper Prima Jambi TahunAjaran 2012/2013.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa analisis hubungan antara motivasi

terhadap menurunnya nilai evaluasi hasilbelajar mahasiswa semester III AkperPrima Jambi Tahun Ajaran 2012/2013diperoleh data bahwa dari 41 responden(56,2%) yang memiliki motivasi rendahdan 32 responden yang memiliki motivasitinggi. Evaluasi hasil belajar tidakmemuaskan 45 responden (61,6%) danmemuaskan 28 responden (38,4%).

Tabel1. Hubungan Motivasi Terhadap Menurunnya Nilai Evaluasi Hasil Belajar MahasiswaSemester III Akademi Keperawatan Prima Jambi Tahun Ajaran 2012/2013

Motivasi

Evaluasi Hasil BelajarTotal p-value

POR95 % ClMemuaskan Tidak

Memuaskann % n % n %

0,0403,091

(1,161-8,231)

Tinggi 17 23,3 15 20,5 32 43,8

Rendah 11 15,1 30 41,4 41 56,2

Jumlah 28 38,4 45 61,6 73 100

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

94

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Tabel 2 Hubungan Minat Belajar Terhadap Menurunnya Nilai Evaluasi Hasil BelajarMahasiswa Semester III Akademi Keperawatan Prima Jambi Tahun Ajaran 2012/2013

Minat Belajar

Evaluasi Hasil BelajarTotal

p-valuePOR

95 % ClMemuaskan Tidak

Memuaskann % n % n %

Tinggi 19 26,0 16 21,9 35 47,9

0,0143,826

(1,407-10,409)

Rendah 9 12,3 29 39,3 38 52,1

Jumlah 28 38,4 45 61,6 73 100

Motivasi rendah dengan evaluasihasil belajar tidak memuaskan sebanyak30 responden (41,1%), memuaskan 11responden (15,1%) sedangkanresponden memiliki motivasi yang tinggidengan evaluasi hasil belajar tidakmemuaskan sebanyak 15 responden(20,5%), memuaskan sebanyak 17responden (23,3%).

Hasil wawancara yang dilakukanpeneliti bahwa mahasiswa memilikimotivasi rendah karena mereka kurangmendapatkan perhatian, sehinggadengan motivasi rendah yang dimilikimaka dapat mempengaruhi nilai evaluasihasil belajar sedangkan mahasiswa yangmemiliki motivasi rendah mempunyainilai evaluasi hasil belajar memuaskankarena sebagian dari mahasiswamengandalkan teman yang pintar untukmengerjakan tugas-tugas individuataupun kelompok. Sedangkan untukmotivasi tinggi mempunyai nilai evaluasihasil belajarnya tidak memuaskandikarenakan oleh faktor eksternal yaitulingkungan sekitar mahasiswa.

Motivasi adalah dayapenggerak/pendorong yang dapatmenggerakan mahasiswa untuk lebihberminat belajar yang berasal dari dalamdiri dan juga dari luar (Dalyono, 2010).

Meningkatkan motivasi belajarmahasiswa sebaiknya pihak pendidikanmembuat strategi belajar yang dapatmeningkatkan motivasi mahasiswamisalnya dalam proses belajar mengajar

dosen tidak lagi menggunakan metodeceramah tetapi sebaiknya dosenmenggunakan metode SCL (StudentCenter Learning) seperti : diskusi(kelompok), rolle playing, study kasus,demonstrasi ataupun bed side teachingsehingga terjadi feed back antara dosendan mahasiswa.

Dari hasil penelitian secara parsialbesar hubungan motivasi terhadapmenurunnya evaluasi hasil belajar p-value = 0,040 dan didapat Odds Ratio3.091, artinya motivasi mahasiswa yangrendah mempunyai peluang 3.091 kaliterhadap nilai evaluasi hasil belajar yangrendah. Apabila motivasi ditingkatkan lagimaka akan diperoleh motivasi lebihtinggi dari sebelumnya, sebaliknya jikamotivasi mahasiswa tidak ditingkatkanmaka akan diperoleh motivasi lebihrendah dari sebelumnya. Berdasarkanhasil penelitian menunjukkan semakintinggi motivasi maka evaluasi hasilbelajar juga semakin tinggi.

Berdasarkan tabel 2 didapatkanhasil penelitian menunjukkan bahwaanalisis hubungan antara minat belajarterhadap menurunnya nilai evaluasi hasilbelajar mahasiswa semester III AkperPrima Jambi T.A 2012/2013 diperolehdata bahwa dari 38 responden (52,1%)yang memiliki minat belajar rendah dan35 responden (47,9%) yang memilikiminat belajar tinggi, evaluasi hasil belajartidak memuaskan 45 responden (61,6%)dan memuaskan 28 responden (38,4%).

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

95

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Minat belajar rendah denganevaluasi hasil belajar tidak memuaskan29 responden (39,3%), memuaskan 9responden (12,3%), sedangkan minatbelajar tinggi dengan evaluasi hasilbelajar tidak memuaskan sebanyak 16responden (21,9%), memuaskan 19responden (26,0%).

Hasil wawancara yang dilakukanoleh peneliti bahwa yang mempengaruhiminat belajar mereka rendah karenamahasiswa kurang mendapatkanperhatian dari bidang pendidikan dansebagian dari mahasiswa masukkeperawatan karena paksaan dari orangtua bukan atas dasar kesadaran sendiri.Oleh karena hal tersebut maka besarpengaruhnya terhadap minat belajaryang rendah sehingga nilai evaluasihasil belajar mahasiswa pun tidakmemuaskan.

Menurut Belly, Minat adalahkeinginan yang didorong oleh suatukeinginan setelah melihat, mengamatidan membandingkan sertamempertimbangkan dengan kebutuhanyang diinginkannya (Belly, 2006).

Meningkatkan minat belajarmahasiswa sebaiknya pihak pendidikanmembuat strategi belajar yang dapatmeningkatkan minat belajar mahasiswamisalnya dalam proses belajar mengajardosen tidak lagi menggunakan metodeceramah tetapi sebaiknya dosenmenggunakan metode SCL (StudentCenter Learning) seperti : diskusi(kelompok), rolle playing, study kasus,demonstrasi ataupun bed sideteachingsehingga terjadi feed back antara dosendan mahasiswa.

Hasil penelitian secara parsialbesar hubungan minat belajarmahasiswa terhadap menurunnya nilaievaluasi hasil belajar denganmenggunakan uji Chi-square didapatkanp-value 0,014 dan didapat Odds Ratio3,826, artinya minat belajar mahasiswayang rendah mempunyai peluang 3,826kali terhadap nilai evaluasi hasil belajar

yang rendah. Apabila minat belajarditingkatkan lagi maka akan diperolehminat belajar lebih tinggi darisebelumnya, sebaliknya jika minatbelajar mahasiswa tidak ditingkatkanmaka akan diperoleh minat belajar lebihrendah dari sebelumnya. Berdasarkanhasil penelitian menunjukkan semakintinggi minat belajar maka evaluasi hasilbelajar juga lebih tinggi.

SIMPULAN

Nilai evaluasi hasil belajarnya tidakmemuaskan (61,6%) dan yang nilaievaluasi hasil belajarnya memuaskan(38,4%). Responden memiliki motivasirendah terhadap menurunnya evaluasihasil belajar (56,2%) dan memilikimotivasi tinggi terhadap nilai evaluasihasil belajar (43,8%). responden memilikiminat belajar yang rendah terhadapmenurunnya nilai evaluasi hasil belajar(52,1%) dan yang memiliki minat belajartinggi terhadap menurunnya nilaievaluasi hasil belajar (47,9%).

Secara statistik ada hubunganantara motivasi dengan menurunnyanilai evaluasi hasil belajar, hasil ujistatistik chi- square dengan p-value=0,040 (p≤ 0,05) dan Odds Ratio 3,091.hal ini menunjukkan ada hubunganbermakna antara motivasi terhadap nilaievaluasi hasil belajar, semakin tinggimotivasi maka evaluasi hasil belajarnyasemakin meningkat. Kemudian adahubungan antara minat belajar dengannilai evaluasi hasil belajar, hasil statistikuji chi-square dengan p-value= 0,014 (p≤0,05) dan Odds Ratio 3,826. Hal inimenunjukkan adanya hubungan yangbermakna antara minat belajar terhadapnilai evaluasi hasil belajar. Semakintinggi minat belajar mahasiswa tersebutmaka evaluasi hasil belajarnya semakinmeningkat.

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

96

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. (2006). Prosedur penelitiansuatu pendekatan praktik (edisirevisiVI). Jakarta: Rineka cipta.

Belly, Ellya dkk. (2006). PengaruhMotivasi terhadap Minat MahasiswaAkuntasi. Simposium NasionalAkuntasi 9 Padang.

Dalyono,M. (2010). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka cipta.

Djamarah, Bahri Syaiful. (2011).Psikologi Belajar. Jakarta: Rinekacipta.

Munir. (2010). Kurikulum BerbasisTeknologi Informasi dan Komunikasi.Bandung: Alfabeta.

Slameto.(2010). Belajar & Faktor-faktoryang mempengaruhi.Jakarta:Rineka cipta.

Sumadi. (2007). Pengembangan AlatUkur Psikologis. Yogyakarta: ANDI.

Syah, Muhibbin. (2012). PsikologiBelajar. Jakarta: Rajawali pers.

Wikepedia (2013). Standar PenilaianEvaluasi Belajar. Diakses padatanggal 23 Agustus 2013.

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

97

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN LINGKUNGAN KAMPUS DAN MOTIVASI BELAJ AR DENGANPRESTASI BELAJ AR MAHASISWA SEMESTER II DAN IV AKADEMIKEPERAWATAN PRIMA J AMBI TAHUN AJ ARAN 2013/2014

*Wahyudin1, Nourliana

2

1Akademi Keperawatan Prima

2STIKes Prima Prodi D III Kebidanan

*Korespondensi penulis : [email protected]

ABSTRAKDunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan agar dapat menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Tercapai tidaknya tujuan pengajaran dan pendidikan dapat dilihat dariprestasi belajar yang diraih mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh beberapafaktor internal dan eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubunganantara lingkungan kampus dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester IIdan IV Akper Prima Jambi TA 2013/2014.Sampel penelitian adalah seluruh mahasiswa Akper Prima Jambi semester II dan IV TA 2013/2014yang bersedia menjadi responden yaitu 98 mahasiswa. Pengambilan sampel berdasarkanteknik totalsampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis statistik menggunakanchi square.Sebanyak (50%) mahasiswa menyatakan memiliki lingkungan kampus yang sangat mendukungdan (50%) memiliki lingkungan kampus yang cukup mendukung, mayoritas responden memilikimotivasi sedang dan prestasi yang baik.Hasil uji analisis chi square menunjukkan nilai χ

2hitung> χ

2tabel (7,922 > 7,815) dan p < 0,05 untuk

hubungan lingkungan kampus dengan prestasi belajar dan nilai χ2

hitung< χ2tabel (2,871 < 12,592)

dan p > 0,05 untuk hubungan motivasi dengan prestasi belajar.Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan kampus dengan prestasi belajar dan tidak adahubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

Kata Kunci : Lingkungan Kampus, Motivasi Belajar, Prestatsi Belajar

PENDAHULUAN

Tujuan Pendidikan Nasionalsebagaimana tercantum dalamUndang-Undang Sikdiknas No.20Tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalahmengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan bangsa,bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan YME, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiridan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.

Dalam rangka mempersiapkansumber daya manusia (SDM) yangberkualitas dan berdaya saing tinggi,dunia pendidikan dituntut untukmeningkatkan mutu pendidikannya.Pada keseluruhan proses pendidikan disekolah maupun di universitas,kegiatan belajar merupakan kegiatan

paling pokok. Ini berarti bahwa berhasiltidaknya pencapaian tujuan pendidikanbanyak bergantung kepada bagaimanaproses belajar yang dialami olehmahasiswa sebagai peserta didik(Slameto, 2010). Tercapai tidaknyatujuan pengajaran dan pendidikan salahsatunya dilihat dari prestasi belajaryang diraih mahasiswa. Prestasi yangtinggi mengindikasikan bahwamahasiswa mempunyai pengetahuanyang baik (Sardiman, 2012).

Senada dengan pernyataan diatas,Sobur (2006) juga berpendapat bahwakualitas mahasiswa dapat dilihat dariprestasi akademik yang diraihnya.Prestasi akademik merupakanperubahan dalam hal kecakapantingkah laku ataupun kemampuanyang dapat bertambah selamabeberapa waktu yang disebabkanadanya proses belajar sehinggadipandang sebagai bukti usaha yang

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

98

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

diperoleh mahasiswa. Slameto (2010)mengatakan, untuk mengetahui hasilprestasi belajar yang dicapaimahasiswa diadakan penilaian.Penilaian dapat diadakan setiap saatselama kegiatan berlangsung, dapatjuga diadakan setelah mahasiswamenyelesaikan program pembelajarandalam waktu tertentu, misalnya persemester dan dilihat dari IP maupunIPK mahasiswa tersebut.

Prestasi akademik atau prestasibelajar mahasiswa dipengaruhi olehbeberapa faktor internal maupuneksternal. Diantara faktor-faktortersebut antara lain adalah motivasiyang merupakan faktor psikologis danjuga faktor lingkungan belajar (Ahmadi,2004).

Motivasi adalah dorongan individuatau seseorang untuk berbuat ataumengerjakan sesuatu dengan tujuanmemenuhi kebutuhannya. Motivasimerupakan faktor pendorong manusiauntuk bertingkah laku didalammencapai kebutuhan atau sesuatuyang dicita-citakan (Azwar, 2009).Motivasi belajar sangat penting untukmenghindari para mahasiswa darikegagalan, karena dengan tiadanyamotivasi dalam belajar, maka akanmelemahkan kegiatan, sehingga mutuprestasi belajar akan rendah. Olehkarena itu, mutu prestasi belajar padamahasiswa perlu diperkuat terusmenerus dengan tujuan agarmahasiswa memiliki motivasi belajaryang kuat, sehingga prestasi belajaryang diraihnya dapat optimal. Perananmotivasi yang tinggi tercermin dariketekunan yang tidak mudah patahuntuk mencapai sukses meskipundihadang oleh beberapa kesulitan.Motivasi yang tinggi dapatmeningkatkan aktivitas belajarmahasiswa dan membuat mahasiswamerasa optimis dalam mengerjakansetiap apa yang dipelajarinya.

Lingkungan juga merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi prestasibelajar mahasiswa. Manusia selamahidupnya selalu akan mendapatpengaruh dari keluarga, sekolah, dan

masyarakat luas. Ketiganya disebutdengan lingkungan belajar, yang manasering disebut juga sebagai tripusatpendidikan, yang akan mempengaruhimanusia secara bervariasi (Sardiman,2012).

Lingkungan sekolah (kampus)berperan membantu keluarga dalampendidikan peserta didik. Prosespembelajaran di kampus bertujuanuntuk mengantarkan pembelajarmemiliki kompetensi dalam aspekkognitif (pengetahuan), afektif (sikapdan nilai) dan psikomotor (ketrampilan)serta bertujuan untuk menciptakantenaga kerja nantinya. Lingkunganmasyarakat merupakan lingkungan yangdapat memberikan tambahanpengetahuan terhadap pendidikanpembelajaran dengan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas lainyang dapat bersifat pendidikan nonformal dan lain-lain baik secaralangsung maupun tidak langsung. Baikburuknya kondisi lingkungan juga akanberpengaruh terhadap prestasi belajarpeserta didik, dimana kondisilingkungan yang gaduh, kotor, panas,akan menyebabkan kondisi belajarmenjadi kurang efektif. Sebaliknyakondisi lingkungan yang tenang, bersih,sejuk, dan segar akan membantumeningkatkan konsentrasi dalambelajar (Udiyono, 2011).

Penelitian terdahulu yangdilakukan oleh Puji Rahayu (2010),menyebutkan bahwa antaralingkungan belajar dan motivasi belajarmempunyai pengaruh terhadap prestasibelajar siswa, dimana motivasimerupakan dorongan bagi pesertadidik untuk melakukan aktivitasbelajar, sedangkan lingkungan yaitukhususnya lingkungan sekolah menjadiwadah bagi peserta didik untukmelaksanakan kegiatan belajar.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakanpendekatan waktu cross sectional, yaituvariabel penelitian diukur dalam satuwaktu bersamaan. Hal ini sejalan dengan

)6#6/("/�.05*7"4*�%"/�.*/"5�#&-"+"3�5&3)"%"1��/*-"*��&7"-6"4*�#&-"+"3�.")"4*48"�4&.&45&3�***

","%&.*�,&1&3"8"5"/�13*."�+".#*�5")6/�"+"3"/����������

99

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

pendapat Machfoedz (2010), yangmenyatakan bahwa cross sectionalmerupakan pendekatan penelitian yangdalam pengumpulan datanya dilakukandalam satu periode waktu tertentu,setiap subjek, studinya hanya satu kalipengamatan selama penelitian,maksudnya ketika memberikankuesioner hanya satu kali saja dantidak dilakukan pengulangan. Dalampenelitian ini data yang mencakupvariabel tentang lingkungan kampus,motivasi belajar dan prestasi belajarmahasiswa semester II dan IV AkademiKeperawatan Prima Jambi Tahunajaran 2013/2014 akan dikumpulkansatu kali. Setelah pengukuran terhadapketiga variabel tersebut dilakukan,kemudian dilakukan analisis gunamemperoleh gambaran mengenaihubungan antara ketiga variabel.

Sampel yang diambil dalampenelitian ini adalah seluruh mahasiswaprogram studi DIII keperawatan semesterII dan IV tahun ajaran 2013/2014.Penjaringan sampel menggunakan tekniktotal sampling, yaitu dengan caramenjadikan seluruh subyek populasisebagai sampel. Besar sampel yangdiperolehdalam penelitian ini sebanyak98 responden, sedangkan sisanyasebanyak 38 responden tidak memenuhikriteria inklusi. Umumnya ke 38

responden yang tidak dapat diadikansampel adalah mahasiswa yang tidakbersedia menjadi responden, mahasiswadengan status cuti dan mahasiswa yangtidak ada ditempat saat dilakukannyapenelitian (Arikunto, 2010).

Teknik pengambilan data dalampenelitian ini adalah dengan membagikankuesioner. Kuesioner berisi pertanyaanmengenai karakteristik responden,pernyataan mengenai lingkungan kampusdan motivasi belajar. Data yangdigunakan dalam penelitian ini merupakandata primer yaitu data yang langsungdiambil dari responden tentanglingkungan kampus. Sedangkan dataskunder diperoleh dari AkademikKeperawatan Prima Jambi berupa daftarnilai Indeks Prestasi mahasiswaAkademi Keperawatan Prima Jambisemester II dan IV tahun ajaran2013/2014.

Data yang diperoleh berupa skordari hasil penyebaran kuesioner terhadapresponden kemudian diuji denganmenggunakan bantuan program statisticpada komputer. Analisis dilakukan setelahdata terkumpul dan dikelompokkan sesuaidengan karakteristiknya. Analisis padapenelitian ini meliputi analisis univariat(analisis deskriptif) dan analisis bivariat(analisis uji hipotesis).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel Silang Lingkungan Kampus dengan Prestasi Belajar MahasiswaSemester II dan IV Akper Prima Jambi TA 2013/2014

LingkunganKampus

Prestasi Belajar

nCukup MemuaskanSangatMemuaskan

DenganPujian

n % n % n % n %CukupMendukung

3 3,1 14 14,3 31 31,6 1 1 49

SangatMendukung

0 0 6 6,1 41 41,8 2 2 49

Total 3 3,1 20 20,4 72 73,5 3 3,1 98

)6#6/("/�5*/(,"5�1&/%*%*,"/ �45"564�&,0/0.*�%"/�1&3"/�,&-6"3("�*#6�5&3)"%"1�1&.#&3*"/�"4*

&,4-64*'%*�%&4"�16%",�,&$"."5"/�,6.1&)�6-65")6/�����

100

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Berdasarkan tabel 1 diketahuibahwa dari 49 mahasiswa yanglingkungan kampusnya cukupmendukung, 3 responden memilikiprestasi cukup, 14 responden denganprestasi memuaskan, 31 respondenmemiliki prestasi sangat memuaskandan satu responden sisanya memilikiprestasi belajar dengan pujian.Sedangkan dari 49 mahasiswa yanglingkungan kampusnya sangatmendukung, tidak seorangpun yangmemiliki prestasi cukup, dan 6responden memiliki prestasimemuaskan, sebagian besar yaitu 41responden memiliki prestasi sangatmemuaskan dan dua responden lainnyamemiliki prestasi dengan pujian.

Berdasarkan hasil penelitianyang dilakukan terhadap mahasiswasemester II dan IV Akper Prima Jambidan hasil analisis menggunakan chisquare, lingkungan kampusberhubungan dengan prestasi belajarmahasiswa semester II dan IV AkperJambi TA 2013/2014. Hal ini dapatdilihat dari nilai χ2

hitung lebih besar dariχ2

tabel (7,922 > 7,815) dengansignifikansi 0,048.

Hasil penelitian diatas sejalandengan pendapat Dalyono, (2009),yang menyebutkan bahwa keadaankampus tempat belajar turutmempengaruhi tingkat keberhasilanbelajar. Kualitas dosen, metodemengajarnya, kesesuaian kurikulumdengan kemampuan peserta didik,keadaan fasilitas atau perlengkapan dikampus, pelaksanaan tata tertibkampus, keadaan ruangan, dan jumlahpeserta didik per kelas, semua inimempengaruhi keberhasilanmahasiswa.

Pendapat serupa jugadiungkapkan Syah (2011), yangmenyebutkan bahwa lingkungankampus seperti para dosen, stafadministrasi, dan teman-teman sekelasdapat mempengaruhi semangat belajarmahasiswa. Para dosen yangmenunjukkan sikap dan perilaku yangsimpatik, memberikan dukungan danmotivasi kepada mahasiswa, dan

memperlihatkan teladan yang baik,serta rajin khususnya dalam hal belajar,misalnya rajin membaca dan berdiskusidapat menjadi daya dorong yang positifbagi kegiatan belajar mahasiswa.Keadaan gedung kampus dan letaknyaserta alat-alat belajar juga turutmenentukan keberhasilan belajarmahasiswa.

Penelitian sejenis yangsebelumnya dilakukan oleh Rahayu(2010), juga menunjukkan hasil bahwalingkungan belajar berpengaruhterhadap prestasi belajar siswa kelas Xdi SMA Widya Dharma Turen.Meskipun kondisi belajar di SMA WidyaDharma masih kurang memadai,namun dari segi sarana prasarana,kedisiplinan dan ketertiban sudahcukup memadai. Hasil serupa jugadiperoleh dari penelitian Reny DiahLestari (2013), yang menunjukkanbahwa ada hubungan yang kuat antaralingkungan belajar di institusipendidikan dengan prestasi belajarmata kuliah fisiologi. Sedangkan ElaNurlaela (2013), yang meneliti faktorlingkungan keluarga juga menunjukkanhasil bahwa lingkungan keluargamemiliki pengaruh terhadap IndeksPrestasi Kumulatif (IPK) mahasiswaProdi Pendidikan Akuntansi UPI.Sementara itu, hasil berbedaditunjukkan oleh Renny Yusniati (2008),yang meneliti lingkungan sosial denganprestasi akademik mahasiswa yangmenunjukkan hasil bahwa lingkungansosial tidak berhubungan denganprestasi akademik mahasiswa.

Berdasarkan uraian diatas makadapat disimpulkan bahwa lingkungankampus berperan penting terhadapprestasi belajar mahasiswa.Lingkungan kampus yang kondusifakan membuat nyaman mahasiswadalam kegiatan belajar. Berdasarkanjawaban responden, diketahui bahwa50% responden mengatakan bahwalingkungan kampus sangat mendukungdan sisanya mengatakan bahwalingkungan kampus cukup mendukung.Tidak adanya jawaban responden yangmengatakan bahwa lingkungan kampus

)6#6/("/�5*/(,"5�1&/%*%*,"/ �45"564�&,0/0.*�%"/�1&3"/�,&-6"3("�*#6�5&3)"%"1�1&.#&3*"/�"4*

&,4-64*'%*�%&4"�16%",�,&$"."5"/�,6.1&)�6-65")6/�����

101

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

kurang mendukung menunjukkanbahwa responden sudah merasanyaman dengan suasana belajar yangada di Akper Prima Jambi.

Untuk mengetahui apakahhubungan tersebut bermakna secarastatistik atau tidak maka dilakukan analisiskorelasi Chi Square dengan hasil sebagaiberikut:

Hasil uji statistik chisquaredengan menggunakan program

statistik menunjukkan hasil χ2hitungsebesar 7,922 dan p sebesar 0,048.Berdasarkan tabel Chi square, pada df= 3 dan signifikansi 5% diperoleh nilaiχ2sebesar 7,815. Karena χ2

hitung> χ2tabel

(7,922 > 7,815) dan p < 0,05 makakesimpulan hasil penelitian ini signifikansehingga ada hubungan lingkungankampus dengan prestasi belajar padamahasiswa semester II dan IV di AkperPrima Jambi TA 2013/2014.

Tabel 2. Ringkasan Analisis Korelasi Chi Square Hubungan Antara LingkunganKampus dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester II dan IV Akper Prima JambiTA 2013/2014

Variabel χ2 hitung Sig. P

Lingkungan Kampus denganPrestasi Belajar

7,922 0,048

Tabel 3. Tabel Silang Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester IIdan IV Akper Prima Jambi TA 2013/2014

Motivasi Belajar

Prestasi Belajar n

Cukup MemuaskanSangat

MemuaskanDenganPujian

n % n % n % n %Rendah 0 0 1 1 1 1 0 0 2Sedang 2 2 13 13,3 49 50 1 1 65Tinggi 1 1 6 6,1 22 22,4 2 2 31Total 3 3,1 20 20,4 72 73,5 3 3,1 98

Berdasarkan tabel 3 dapatdiketahui bahwa dari 2 responden yangmemiliki motivasi belajar rendah seorangdiantaranya memiliki prestasi belajarmemuaskan dan satu respondenlainnya memiliki prestasi yang sangatmemuaskan. Mahasiswa yang memilikimotivasi belajar sedang sebanyak 65responden, dua responden memilikiprestasi belajar cukup, 13 respondendengan prestasi belajar memuaskan, 49responden memiliki prestasi belajarsangat memuaskan dan satu respondensisanya memiliki prestasi belajardengan pujian. Sedangkan dari 31mahasiswa yang memiliki motivasibelajar tinggi, hanya satu respondendengan prestasi belajar cukup, 6responden memiliki tingkat prestasibelajar memuaskan, 22 respondenmemiliki prestasi belajar yang sangat

memuaskan dan 2 responden lainnyamemiliki prestasi dengan pujian.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa motivasi belajar mahasiswa tidakberhubungan dengan prestasi belajarmahasiswa semester II dan IV AkperPrima Jambi TA 2013/2014. Hasilanalisis chi square menunjukkan bahwanilai χ2

hitung< χ2tabel (2,871 < 12,592)

dengan nilai signifikansi 0,825 sehinggadisimpulkan bahwa motivasi belajartidak berhubungan dengan prestasibelajar.

Hasil penelitian ini berbedadengan hasil-hasil penelitiansebelumnya yang dilakukan olehRahayu (2010), dengan nilaisignifikasnsi sebesar 0,004, ElaNurlaela (2013) dan Reny Diah Lestari(2013) dengan nilai Fhitung sebesar128,350 (> F tabel 3,172), yang

)6#6/("/�5*/(,"5�1&/%*%*,"/ �45"564�&,0/0.*�%"/�1&3"/�,&-6"3("�*#6�5&3)"%"1�1&.#&3*"/�"4*

&,4-64*'%*�%&4"�16%",�,&$"."5"/�,6.1&)�6-65")6/�����

102

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

menunjukkan bahwa motivasi belajarberpengaruh terhadap prestasi belajar.

Hasil penelitian yang tidak samadengan teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkanbahwa motivasi belajar mahasiswabukanlah satu-satunya faktor yang dapatmempengaruhi prestasi belajarmahasiswa semester II dan IV AkperPrima Jambi TA 2013/2014. Hal ini dapatdilihat dari hasil penelitian yangmenunjukkan bahwa meskipun adamahasiswa yang memiliki motivasi belajarrendah namun mereka memiliki prestasibelajar cukup dan baik.

Dengan demikian, bahwa tidakadanya hubungan antara motivasi belajardengan prestasi belajar mahasiswasemester II dan IV Akper Jambi TA

2013/2014 tersebut lebih disebabkan olehfaktor lain diluar motivasi belajar itusendiri. Faktor lain yang memungkinkandapat mempengaruhi prestasi belajartersebut misalnya seperti dukungan kuatkeluarga baik moril maupun materil, minatdan bakat mahasiswa, kemampuanintelegency question (IQ) rata-ratamahasiswa, kondisi mahasiswa baik fisikmaupun mental seperti mudah sakit,cepat lelah dan mudah marah, tingkatkedisiplinan mahasiswa karena tinggaldiasrama dan lingkungan kampus yangmencakup hubungan positif antara dosendengan mahasiswa, mahasiswa dengansesamanya, mahasiswa dengan stafakademis, sarana prasaran yang lengkapdan suasana yang nyaman.

Tabel 4. Ringkasan Analisis Korelasi Chi Square Hubungan Antara Motivasi Belajardengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester II dan IV Akper Prima Jambi TA2013/2014

Variabel χ2 hitung Sig. P

Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar 2,871 0,825

Hasil uji statistik chisquaredengan menggunakan programstatistik menunjukkan hasil χ2hitungsebesar 2,871 dan p sebesar 0,825.Berdasarkan tabel Chi square, pada df= 6 dan signifikansi 5% diperoleh nilaiχ2sebesar 12,592. Karena χ2

hitung< χ2tabel

(2,871 < 12,592) dan p > 0,05 makakesimpulan hasil penelitian ini adalahtidak ada hubungan motivasi belajardengan prestasi belajar mahasiswasemester II dan IV Akper Prima JambiTA 2013/2014.

SIMPULAN

Separuh ( 50%) dari jumlahmahasiswa semester II dan IV AkperPrima Jambi Tahun Ajaran 2013/2014merasa bahwa lingkungan kampussangat mendukung bagiterselenggaranya proses belajarmengajar dan separuh (50%) lainnyamenyatakan lingkungan kampus sudahcukup mendukung. Sebagian besar(66,3%) mahasiswa semester II dan IV

Akper Prima Jambi memiliki motivasisedang dan 73,5% memiliki prestasibelajar yang sangat memuaskan;

Ada hubungan lingkungankampus dengan prestasi belajarmahasiswa semester II dan IV AkperPrima Jambi TA 2013/2014. Hal inidibuktikan dengan nilai signifikansisebesar 0,048 dan nilai chi squaresebesar 7,922;

Tidak ada hubungan motivasibelajar dengan prestasi belajarmahasiswa semester II dan IV AkperPrima Jambi TA 2013/2014. Hal inidibuktikan dengan nilai signifikansisebesar 0,825 dan nilai chi squaresebesar 2,871;

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan Supriyono. (2004).Psikologi Belajar. Jakarta: RinekaCipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik.Jakarta:Rineka Cipta.

)6#6/("/�5*/(,"5�1&/%*%*,"/ �45"564�&,0/0.*�%"/�1&3"/�,&-6"3("�*#6�5&3)"%"1�1&.#&3*"/�"4*

&,4-64*'%*�%&4"�16%",�,&$"."5"/�,6.1&)�6-65")6/�����

103

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Azwar, S. (2009). Prinsip-prinsipKesehatan. Jakarta: BinarupaAksara.

Lestari, R.D. (2013). “HubunganLingkugan Belajar di InstitusiPendidikan dan Motivasi Belajardengan Prestasi BelajarMahasiswa pada Mata KuliahFifiologi Program Studi D IIIKebidanan Universitas SebelasMaret Surakarta. Tesis. Surakarta:Universitas Sebelas Maret.

Machfoedz, I. (2010). Statistika InduktifBidang Kesehatan, Keperawatan,Dan Kebidanan. Yogyakarta:Fitramaya.

Nurlaela, E. (2013). “Pengaruh MotivasiBelajar dan Lingkungan Keluargaterhadap Indeks Prestasi Kumulatif(IPL) Mahasiswa Prodi PendidikanAkuntansi UPI (Studi pada ProdiPendidikan Akuntansi Angkatan2009-2011)”. Skripsi. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.

Rahayu, P. (2010). “PengaruhLingkungan Belajar dan MotivasiBelajar terhadap Prestasi BelajarMata Pelajaran Ekonomi SiswaKelas X di SMA Widya DharmaTure”. Skripsi. Malang: UINMaulana Malik Ibrahim.

Sardiman, A.M. (2012). Interaksi danMotivasi Belajar Mengajar. Jakarta:CV. Rajawali.

Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur. (2006). Psikologi Umum.Bandung: Pustaka Setia.

Sumitro, dkk. (2006). Pengantar IlmuPendidikan. Yogyakarta: UNYPress.

Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikandan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Udiyono. 2011. “Pengaruh MotivasiOrang Tua, Kondisi Lingkungandan Disiplin Belajar terhadapPrestasi Akademik MahasiswaPendidikan Matematika UniversitasWidya Dharma Klaten SemesterGasal Tahun Akademik2010/2011”. Magistra No. 75 Th.XXIII

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003Tentang Sistem PendidikanNasional.

Uno, H.B. (2010). Teori Motivasi danPengukurannya; Analisis DibidangPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yusniati, R. (2008). “Lingkungan Sosialdan Motivasi Belajar dalamPencapaian Prestasi AkademikMahasoswa (Kasus MahasiswaTingkat Persiapan Bersama IPBTahun Ajaran 2007/2008)”. Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(".#"3"/�("/((6"/�4*,-64�.&/4536"4*�%*5*/+"6��%"3*�(*;*���%"/ %*4.&/03& 1"%" .")"4*48* ",#*%

*/5&3/"4*0/"-�1&,"/#"36

104

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

GAMBARAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI DITINJ AU DARI GIZI DANDISMENORE PADA MAHASISWI AKBID INTERNASIONAL PEKANBARU

1Berliana,

2Aslina

Akademi Kebidanan Internasional PekanbaruKorespondensi Penulis : [email protected]

ABSTRAKStatus gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarke. Secara psikologis wanita remajayang pertama sekali mengalami haid akan mengeluh rasa nyeri kurang nyaman, dan mengeluhperutnya terasa begah. Tetapi pada beberapa remaja keluhan-keluhan tersebut tidak dirasakan, halini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui Gambaran gangguan siklus menstruasi yang ditinjau dari gizi dan dismenorepadamahasiswi tingkat II dan III Akbid Internasional Pekanbaru Tahun 2012. Penelitian ini menggunakanjenis penelitian, kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Dan menggunakan pendekatan crosssectional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 66 orang. Alat ukur yang digunakan kuisioner . HasilPenelitian didapatkan mahasiswi dengan gizi underweight sebagai penyebab tidak teraturnya siklusmenstruasi sebanyak 26 orang dan berdasarkan dsymenorhea sebagai penyebab tidak teraturnyasiklus menstruasi sebanyak 43 orang. Diharapkan kepada mahasiswi dapat meningkatkan asupangizi, karena asupan gizi berperan penting dalam proses menstruasi.

Kata kunci : dismenorrhea, gizi, gangguan siklus menstruasi

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masaperubahan dari masa kanak-kanak yangmeliputi semua perkembangan yangdialami sebagai persiapan memasukimasa dewasa. Pada masa ini remajamemerlukan perhatian yang khususkarena pada masa ini pula seseorangremaja akan belajar mengenai berbagaikehidupan, dan penghayatan mengenaidirinya sendiri. Data demografimenunjukan bahwa remaja merupakanpopulasi yang besar dari penduduk dunia(Zulkifli, 2005)

Menurut Word Health Organization(WHO) (2005), sekitar seperlima daripenduduk dunia adalah remaja. WHOmemperkirakan sepertiganya adalahremaja putri dengan usia 10-19 tahunadalah 22 %, yang terdiri dari 50.9%remaja putra remaja putra sebagian besartelah mengalami mimpi basah dan 49,1%remaja putri yang sebagian besar telahmengalami menstruasi (Soetjiningsih,2004)

Masa Pubertas pada remaja putri ditandai dengan terjadinya menstruasi.Proses menstruasi merupakan halalamiah yang terjadi pada setiap wanita.Proses menstruasi adalah peluruhandinding Rahim (endometrium) yangdisertai dengan terjadinya pendarahan.

Proses menstruasi tidak terjadi pada ibuhamil. Proses menstruasi umumnya terjadisemenjak usia 11 tahun sampai denganusia 50 tahun-an. Setiap wanita memilikirentang waktu yang berbeda-beda. Siklusmentruasi terjadi setiap 25 – 35 hari sekali(Yudi, 2008).

Panjang siklus menstruasi yangnormal atau dianggap sebagai siklusmenstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapivariasinya cukup luas bukan saja anatarabeberapa wanita tetapi juga pada wanitayang sama. Juga pada kakak beradikbahkan saudara kembar, siklusnya tidakterlalu sama. Rata-rata panjang siklushaid pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1hari (Wiknjosastro, 2007).

Menghitung Siklus Menstruasi tidakteratur dapat menggunakan data siklusmenstruasi selama 6 bulan (6 siklus).Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklusmenstruasi tersebut dikurangi 18.Hitungan ini menentukan hari pertamamasa subur. Sedangkan jumlah hariterpanjang selama 6 siklus menstruasidikurangi 11. Hitungan ini menentukanhari terakhir masa subur (Wahyu, 2009)

Penelitian megenai faktor resiko darivariablitas siklus menstruasi adalahpengaruh dari berat badan, aktivitas fisik,serta proses ovulasi dan adekuatnyafungsi luteal, perhatian khusus saat ini

(".#"3"/�("/((6"/�4*,-64�.&/4536"4*�%*5*/+"6��%"3*�(*;*���%"/ %*4.&/03& 1"%" .")"4*48* ",#*%

*/5&3/"4*0/"-�1&,"/#"36

105

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

juga ditekankan pada prilaku diet danstres pada atlet wanita (Kusmiran, 2011).

Status gizi remaja wanita sangatmempengaruhi terjadinya menarke baikdari faktor usia terjadinya menarke,adanya keluhan-keluhan selama menarkemaupun lamanya hari menarke. Secarapsikologis wanita remaja yang pertamasekali mengalami haid akan mengeluhrasa nyeri kurang nyaman, dan mengeluhperutnya terasa begah. Tetapi padabeberapa remaja keluhan-keluhantersebut tidak dirasakan, hal inidipengaruhi oleh nutrisi yang adekuatyang biasa dikonsumsi, selain olahragayang teratur (Brunner, 1996).

Pada saat menstruasi wanitakadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkatrasa nyeri bervariasi, mulai dari yangringan hingga yang berat. Kondisi tersebutdinamakan dismenore, yaitu keadaannyeri yang hebat dan dapat menggangguaktivitas sehari-hari. Dismenoremerupakan suatu fenomena simptomatikmeliputi nyeri abdomen, kram, dan sakitpungung. Gejala gastrointestinal sepertimual dan diare dapat terjadi sebagi gejaladari menstruasi (Kusmiran, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas,maka penulis dapat merumuskan masalahdalam penelitian sebagai berikut“Bagaimanakah Gambaran gangguansiklus menstruasi yang ditinjau dari gizidan dismenorepada mahasiswi AkbidInternasional Pekanbaru.

METODE PENELITIANJenis Penelitian ini adalah kuantitatif

dengan desain penelitian Deskriptifmenggunakan pendekatan cross sectionalyaitu seluruh variabel yang diamati diukurpada saat yag bersamaan pada waktupenelitian. Tempat penelitian inidilaksanakan di Akbid InternasioanalPekanbaru.

Populasi pada penelitian ini adalahmahasiswa tingkat II dan III di AkbidInternasional yaitu sebanyak 199 orang.Tekhnik sampling yang digunakan adalahPropotional Stratified Random Samplingyaitu dilakukan berdasarkan tingkatanatau strata. Dengan jumlah sampel yangakan diteliti ada 66 mahasiswi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.Distribusi Frekuensi BerdasarkanGizi Penyebab TidakTeraturnya siklusmenstruasi pada mahasiswi AkbidInternasional Pekanbaru

IMT f %Underweight 26 39,4%

Normal 23 34,8 %Overweight 17 25,8 %

Tabel 1. menunjukkan bahwa dari 66orang mahasiswi tingkat II dan III AkbidInternasional Pekanbaru, responden yangmemiliki kategori indeks massa tubuhunderweight 26 orang (39,4%) overweightsebanyak 17 orang (25,8%).

Tabel 2. Distribusi FrekuensiBerdasarkan Dsymnorhea PadaMahasiswi Akbid Internasional Pekanbaru

Dismenore f %Ya 43 65,2 %

Tidak 23 34.8 %

Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 66orang mahasiswi Akbid InternasionalPekanbaru, terdapat sebagian besarmahasiswi yang merasakan Dismenoresaat menstruasi yaitu dengan jumlah 43orang presentase sebanyak 65.2%.Sedangkan mahasiswi yang tidakmerasakan Dsymenorhea saat menstruasiyaitu dengan jumlah 23 orang presentasesebanyak 34.8%.

Gizi merupakan suatu prosesorganisme menggunakan makanan yangdikonsumsi secara normal melalui prosesabsorbsi, transportasi, penyimpanan,metabolisme dan pengeluaran zat-zatyang tidak digunakan untukmempertahankan kehidupan,pertumbuhan dan fungsi normal dariorgan-organ serta menghasilkan energi.(Proverawati, 2010).

Menurut asumsi peneliti hasilpenelitian yang didapatkan respondendengan gizi underweight ini disebabkankarena kurangnya kesadaran mahasiswiuntuk mengkonsumsi makan - makanananyang bergizi dan seimbang. Hal ini sejalan

(".#"3"/�("/((6"/�4*,-64�.&/4536"4*�%*5*/+"6��%"3*�(*;*���%"/ %*4.&/03& 1"%" .")"4*48* ",#*%

*/5&3/"4*0/"-�1&,"/#"36

106

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

dengan pendapat Paath (2005), bahwapada remaja wanita perlumempertahankan status gizi yang baik,dengan cara mengkonsumsi makananseimbang karena sangat dibutuhkan padasaat haid, terbukti pada saat haid tersebutterutama pada fase luteal yang terjadipeningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila halini diabaikan maka dampaknya akanterjadi keluhan yang menimbulkan rasaketidaknyamanan selama siklus haid.

Dalam hal ini kesadaran mahasiswisangat diperlukan untuk mengkonsumsimakanan yang bergizi seperti memakan-makanan yang bersumber dari zat besidan menghindari makananan yang siapsaji. Karena dengan mengkonsumsimakanan siap saji dapat mengurangiasupan gizi yang masuk kedalam tubuh,hal ini sejalan dengan teori yangdisampaikan oleh sulisdiawati (2007),Terkadang remaja tidak terlalu jeli dalammemilih makanan. Dalam memilih jenismakanan kadang lebih banyakmempertimbangkan nilai gengsi makananbukan pada kandungan gizi makanantersebut. Hal tersebut menyebabkanbanyak remaja mengkonsumsi makanancepat saji yang tinggi lemak namun sedikitserat.

Oleh karena itu dengan terdapatnyaresponden dengan gizi underweight ini,semoga dapat meningkatkan kesadaranresponden, karena gizi sangat diperlukanuntuk menghindari gangguan menstruasi.Seperti yang diungkapkan oleh path(2005), Gizi kurang atau terbatas selainakan mempengaruhi pertumbuhan, fungsiorgan tubuh juga akan menyebabkanterganggunya reproduksi. Hal ini akanberdampak pada gangguan haid, tetapiakan membaik bila asupan nutrisinya baik.Dismenore merupakan keadaan nyeriyang hebat pada saat haid dan dapatmengganggu aktivitas sehari – hari(Kusmiran, 2011).

Menurut asumsi peneliti, dismenoreini bisa terjadi Karena adanya faktorkejiwaan atau emosi yang labil. Hal inisejalan dengan pendapat Hanafiah(1997), yang menyatakan bahwa gadisremaja secara emosional tidak stabilapalagi jika mereka tidak mendapatpenerangan yang baik tentang proses

menstruasi, maka mudah untuk timbulnyadismenore.

Dismenore yang tidak segeraditangani akan berdampak pada kualitashidup dan akan mempengaruhi siklusmenstruasi. Hal ini sejalan dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Metal(2004), yang menyatakan bahwadismenore merupakan gangguanmenstruasi dengan prevalensi terbesar,hal ini bisa menyebabkan ketidakteraturanmenstruasi serta perpanjangan durasimenstruasi.

Dengan adanya hasil penelitianbanyaknya responden yang dismenore diAkbid Internasional Pekanbaru semogamahasiswi lebih memperhatikan siklusmenstruasinya agar dapat mengurangikejadian dismenore yang dialamimahasiswi sehingga tidak menggangguaktivitas sehari-hari.

SIMPULANTerdapat sebagian besar mahasiswi yangmemiliki indeks massa tubuh underweightdan terdapat sebagian besar mahasiswiyang merasakan Dismenore saatmenstruasi.

DAFTAR PUSTAKABrunner, S. 2001. Volume 2 Edisi 8.

Jakarta : EGCFrancin, E. 2004. Gizi dalam Kesehatan

Reproduksi. Jakarta : EGCHidayat, AA. 2007. Metode Penelitian

Kebidanan dan Teknik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika

Ida Ayu. 2009. Memahami KesehatanReproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta :EGC

Kusmiran, E. 2011. Kesehatan ReproduksiRemaja dan Wanita. Jakarta :Salemba Medika

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta

Notoatmodjo, S. 2005. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta

Notoadmodjo, S. 2007. PromosiKesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :Rineka Cipta

(".#"3"/�("/((6"/�4*,-64�.&/4536"4*�%*5*/+"6��%"3*�(*;*���%"/ %*4.&/03& 1"%" .")"4*48* ",#*%

*/5&3/"4*0/"-�1&,"/#"36

107

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Provera, A. Kusumah, E. 2010. Ilmu GiziUntuk keperawatan Gizi danKesehatan. Jogjakarta : Nuha Medika

Soekanto, S. 2010. Metode-metodePenelitian Masyarakat. Semarang :Diva Pres

Sarlito, W. 2010. Psikologi Remaja.Jakarta : Rajawali Pers

Yudhi. 2008. Media Pembelajaran SebuahPendekatan Baru. Jakarta : GaungPersada

Zulkifli. 2005. Manajemen Kearsipan.Jakarta : Gramedia Pustaka Umum

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

108

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU HAMIL TERHADAP PENCEGAHAN BERATBADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJ A PUSKESMAS PENEROKAN KABUPATEN BATANGHARI TAHUN 2013

SusiAkper YPSBR BulianKorespondensi Penulis : [email protected]

ABSTRAKBayi lahir dengan bayi berat lahir rendah adalah salah satu faktor yang mempunyai kontribusikematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, penyebab kematianbayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Berdasarkan Data Dinas KesehatanBatang Hari dari 16 puskesmas jumlah kejadian berat badan lahir rendah tertinggi terdapat padaPuskesmas Penerokan, dimana setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 3,58% dan kematianyang disebabkan oleh BBLR sebanyak 0,49%.Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain Cross sectional. Populasi penelitian ini adalahseluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilannya di wilayah kerja puskesmasPenerokan sebanyak 654 ibu hamil. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Simple RandomSampling. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang di wilayah kerja puskesmas Penerokan,sebanyak 40 responden.Hasil analisis penelitian dari 40 responden memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 28responden (70%), rata-rata motivasi rendah sebanyak 25 responden (62,5%). Sebanyak 23responden (57,5%) ibu hamil melaksanakan pencegahan BBLR kurang baik. Berdasarkan hasil ujistatistik diketahui bahwa ada hubungan antara Pengetahuan (p-value = 0,002) dan Motivasi (p-value= 0,006) Ibu Hamil dengan pencegahan BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan KabupatenBatang Hari Tahun 2013.Disarankan bagi manajemen Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari perlu adanya kebijakandalam meningkatkan pengetahuan serta motivasi melalui pendidikan kesehatan dari pihak kesehatandengan memberikan penyuluhan tentang pencegahan BBLR yang terpadu, guna peningkatanpengetahuan ibu hamil.

Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi, Pencegahan

PENDAHULUAN

Badan Kesehatan Dunia (WHO)

melaporkan bahwa prevalensi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan batasan

3,3% - 38% dan Secara statistik menunjukan

90% kejadian BBLR didapat dinegara

berkembang atau dengan sosio ekonomi

rendah dan angka kematiannya 35 kali lebih

tinggi dari berat badan normal (Pantiawati:

2010).

Bayi lahir dengan bayi berat lahir

rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap

kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah

dapat mengalami gangguan mental dan fisik

pada usia tumbuh kembang selanjutnya,

sehingga membutuhkan biaya perawatan yang

tinggi (Manuaba, 2010).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah

satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi

kronis dan akan mempunyai status gizi buruk.

BBLR berkaitan dengan tingginya angka

kematian bayi dan balita, juga dapat

berdampak serius pada kualitas generasi

mendatang, yaitu akan memperlambat

pertumbuhan dan perkembangan anak, serta

berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

Salah satu indikator untuk mengetahui

derajat kesehatan masyarakat adalah angka

kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di

Indonesia saat ini masih tergolong tinggi,

Penyebab kematian bayi terbanyak karena

kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR),

sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini

diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-

900.000 bayi (Manuaba, 2010).

Berdasarkan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007.

Angka kematian bayi di indonesia adalah 41

per 1000 kelahiran hidup. Bila dirincikan

157.000 bayi meninggal dunia per tahun atau

430 bayi meninggal dunia per hari. Dalam

Millenium Development Goals (MDGs),

Indonesia menargetkan pada tahun 2015

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

109

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

angka kematian bayi (AKB) menurun menjadi

17 bayi per 1000 kelahiran hidup. Beberapa

penyebab kematian bayi baru lahir (Neonatus)

yang terbanyak disebabkan oleh kegawat

daruratan dan penyulit pada masa Neonatus

dan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

(Rathi, 2012).

Pada bayi berat badan lahir rendah

banyak sekali resiko terjadi permasalahan

pada sistem tubuh, beberapa resiko

permasalahan yang sering terjadi pada bayi

dengan berat badan lahir rendah adalah

gangguan metabolic, gangguan imunitas,

gangguan pernapasan, gangguan sistem

peredaran darah dan gangguan cairan dan

elektrolit (Atika Proverawati, 2010).

Di Indonesia angka kejadian BBLR

sangat bervariasi antar satu daerah dengan

daerah lainnya yaitu berkisar antara 9%-30%.

Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah

(RIKESDA). Tahun 2007 Prevalensi Berat

Badan Lahir Rendah di Indonesia sebesar

11,5%, lima propinsi mempunyai presentasi

BBLR tertinggi adalah Propinsi Papua 27%,

Papua Barat 23,8 %, Nusa Tenggara Timur

20,3%, Sumatera Selatan 19,5% dan

Kalimantan Barat 16,6%. Sementara propinsi

lainnya masih dibawah angka nasional yaitu

11,5% (Donna. L, 2013).

Sekitar dua pertiga bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi

premature, sepertiga lainnya adalah bayi kecil

untuk masa kehamilan (KMK) dan 70% dari

bayi ini beratnya antara 2000 dan 2500 gram

(Fraser 2009). Faktor penyebab terjadinya

BBLR adalah Faktor ibu, faktor janin dan

Faktor lingkungan (Pantiawati,2010).

Prognosis BBLR tergantung berat ringannya

masalah perinatal, misalnya masa gestasi

(makin tua masa gestasi / makin rendah berat

bayi makin tinggi angka kematiannya),

asfiksia, iskemiaotak, sindroma gangguan

pernapasan, perdarahan intra ventri kranial,

hypoglikemia (Proverawati: 2010).

Pronogsis ini juga tergantung dari

keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang

tua, dan perawatan semasa hamil, persalinan

dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,

resusitasi, makanan, mengatasi gangguan

pernapasan, asfiksia, hyperbilirubinemia dan

lain - lain). Bila bayi ini selamat kadang –

kadang dijumpai kerusakan pada saraf dan

akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah

dan gangguan lainnya (Wiknjosastro, 2005:

783).

Bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) akan meningkatkan angka kesakitan

dan angka kematian bayi. Berat badan lahir

sangat menentukan prognosa dan komplikasi

yang terjadi, oleh karena itu beberapa aspek

yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi

berat badan lahir rendah perlu mendapat

perhatian dari tim pelayanan kesehatan

(dokter, bidan perawat) agar dapat membantu

proses tumbuh kembang bayi BBLR seoptimal

mungkin (Anik Maryunani: 2013).

Bayi berat lahir rendah berpotensi

besar mengalami berbagai masalah

kesehatan sebagai akibat belum lengkap dan

matangnya organ dan fungsi tubuh.Masalah

kesehatan yang perlu mendapat perhatian dari

tim pelayanan kesehatan pada saat merawat

bayi BBLR adalah masalah yang terjadi

sebagai akibat belum sempurnanya

pengaturan suhu tubuh, fungsi pernapasan,

fungsi persyarafan, fungsi kardiovaskuler,

sitem perdarahan, sitem pencernaan, dan

sistem kekebalan tubuh (Anik Maryunani:

2013).

Oleh karena itu, tim pelayanan

kesehatan harus mengenal masalah apa saja

yang kiranya dapat terjadi pada bayi dengan

berat badan lahir rendah. Usaha terpenting

dalam penatalaksanaan bayi dengan BBLR

adalah dengan cara mencegah terjadinya

kelahiran bayi BBLR, dengan perawatan

antenatal yang maksimal, serta mencegah

atau meminimalkan gangguan/komplikasi

yang dapat timbul sebagai akibat dari

keterbatasan berbagai fungsi tubuh bayi yang

dilahirkan dengan berat badan lahir rendah

(Anik Maryunani: 2013).

Pengetahuan yang baik akan memberikan

dampak perilaku yang baik pula terhadap

keberadaan masyarakat yang mengalami

masalah kesehatan, hal ini menyangkut

bagaimana masyarakat memperlakukan diri

mereka yang mengalami masalah kesehatan

(Notoatmodjo, 2007).

Menurut Maryunani, Anik (2013),

kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)

menunjukkan bahwa kualitas kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat itu masih rendah.

Sementara itu, pencegahan dan perawatan

berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan

hal yang kompleks dan membutuhkan

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

110

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

pengetahuan dan infrastruktur yang tinggi,

rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil

disebabkan karena responden kurang

mendapatkan informasi terutama pada ibu

hamil yang kurang dekat dengan petugas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

informasi tentang kesehatan terutama pada

ibu hamil.

Motivasi merupakan satu penggerak

dari dalam hati seseorang untuk melakukan

atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga

bisa dikatakan sebagai rencana atau

keinginan untuk menuju kesuksesan dan

menghindari kegagalan hidup. Dengan kata

lain motivasi adalah sebuah proses untuk

tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang

mempunyai motivasi berarti ia telah

mempunyai kekuatan untuk memperoleh

kesuksesan dalam kehidupan (Nasir, 2011).

Adapun motivasi yang tinggi terhadap

pencegahan BBLR adalah dengan

memberikan rangsangan atau respon yang

baik dalam menanggapi berbagai macam

masalah berat badan lahir rendah (BBLR).

Sedangkan motivasi yang rendah adalah tidak

merespon atau tidak adanya rangsangan

dengan baik dalam hal menanggapi

bermacam masalah stimulasi pencegahan.

Di propinsi Jambi tahun 2010 dari

66.111 bayi lahir hidup, angka kejadian bayi

yang lahir dengan berat badan lahir rendah

sebanyak 515 bayi (0,77%), dengan angka

kematian bayi sebanyak 339 (0,51%), dan

kematian yang disebabkan oleh BBLR ada

122 bayi (35,9%). Pada tahun 2011 dari

68.935 bayi lahir hidup, angka kejadian bayi

yang lahir dengan berat badan lahir rendah

sebanyak 676 bayi (0,98%), dengan angka

kematian bayi sebanyak 353 bayi (0,5%), dan

kematian yang disebabkan oleh BBLR ada

143 bayi (0,2%) (Data Profil Dinkes Provinsi

Jambi Tahun 2010 dan data tahun 2011).

Di kabupaten Batang Hari Pada tahun

2011 dari 4972 bayi lahir hidup, Angka

kejadian bayi yang lahir dengan berat badan

lahir rendah sebanyak 78 bayi (1,55%),

dengan angka kematian bayi sebanyak 30

bayi (0,60%), dan kematian yang disebabkan

oleh BBLR ada 16 bayi (0,32%). Pada tahun

2012 dari 5097 bayi lahir hidup, angka

kejadian bayi yang lahir dengan berat badan

lahir rendah sebanyak 118 bayi (2,31%),

dengan angka kematian bayi sebanyak 32

bayi (0,62%) dan kematian yang disebabkan

oleh BBLR ada 17 bayi (0,33%) (Profil Dinas

Kesehatan Batanghari 2011 dan tahun 2012 ).

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan

Batang Hari dari 16 puskesmas jumlah

kejadian berat badan lahir rendah tertinggi

terdapat pada Puskesmas Penerokan, dimana

pada tahun 2011 dari 567 bayi lahir hidup,

Angka kejadian bayi yang lahir dengan berat

badan lahir rendah sebanyak 10 bayi (1,37%),

dengan angka kematian bayi sebanyak 4 bayi

(1,1%), dan kematian yang disebabkan oleh

BBLR ada 2 orang (0,35%). Pada tahun 2012

dari 654 bayi lahir hidup, Angka kejadian bayi

yang lahir dengan berat badan lahir rendah

sebanyak 22 bayi (3,58%), Dengan angka

kematian bayi 6 orang (0,97%), dan kematian

yang disebabkan oleh BBLR sebanyak 3

orang (0,49%).

Menurut data profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Batang Hari, kelahiran bayi yang

lahir dengan berat badan rendah terbanyak di

Puskesmas Penerokan. Pengamatan peneliti

pada ibu hamil yang datang memeriksakan

kehamilannya di puskesmas Penerokan, 6

orang dari 9 orang ibu hamil tidak mengetahui

tentang penyebab dari BBLR yang terjadi

pada ibu dengan penyakit kronis, ibu hamil

dengan anemia, ibu yang hamil usia kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, ibu

dengan hamil ganda, yang dapat melahirkan

bayi dengan berat badan lahir rendah

dikarenakan faktor pengetahuan dan motivasi

ibu hamil yang keliru terhadap pencegahan

berat badan lahir rendah.

Dengan semakin meningkatnya bayi

yang lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah

Sehingga penulis tertarik untuk meneliti

Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Ibu

Hamil Terhadap Pencegahan BBLR Di

Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan

Kabupaten Batang Hari Tahun 2013.

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian bersifat deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional faktor

resiko dan efek atau mencari hubungan antara

variabel dependen dan independent dengan

cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point the approach). Yaitu setiap subjek

penelitian hanya dilakukan di observasi sekali

saja dan pengukuran hanya dilakukan

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

111

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

terhadap variabel subjek pada saat

pemeriksaan. Penelitian ini dilakukan di

wilayah kerja puskesmas Penerokan. Waktu

pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada

tanggal 30 September s/d 3 Oktober 2013.

Cara pengambilan sampel pada penelitian

adalah dengan menggunakan simple random

sampling atau pengambilan sampel secara

acak sederhana yaitu bahwa setiap anggota

dari populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk diseleksi sebagai sampel di

wilayah kerja puskesmas Penerokan.

(Notoatmodjo, 2005)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja

Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang

Hari Tahun 2013

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari Tahun

2013

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 28 70

Baik 12 30

J umlah 40 100

Berdasarkan hasil analisis data dari40 responden sebagian besar memilikipengetahuan kurang baik sebanyak 28responden (70%) dan pengetahuan baiksebanyak 12 responden (30%).

Berdasarkan kuisioner yang dijawaboleh responden tentang pencegahan BBLR,menunjukkan bahwa mayoritas respondensebanyak 21 responden (52,5%) tidakmengetahui penyebab dari bayi yang lahirdengan berat badan lahir rendah, 22responden (55%) tidak mengetahui Ibu yanghamil umur lebih dari 35 tahun akanmelahirkan bayi dengan BBLR, tidakmengetahui Ibu yang pada saat hamil seringmengeluarkan darah tanpa rasa sakit dapatberakibat BBLR dan tidak mengetahui obatapa dapat mencegah terjadinya bayi lahirdengan BBLR.

Rendahnya pengetahuan respondendi pengaruhi pada tingkat pendidikan danumur responden yang sebagian besar masihrendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2menunjukkan bahwa berpendidikan SD (50%)dan pendidikan SMP (27,5%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teoriNotoatmodjo (2005), menyatakan bahwapasien yang memiliki tingkat pendidikan danpengetahuannya rendah lebih sulit mengertidan memahami tentang penyakit yangdiderita, kemungkinan juga memiliki tingkatkesadaran yang kurang baik.

Menurut teori Notoatmodjo (2005),menyatakan bahwa pasien yang memilikitingkat pendidikan dan pengetahuannya tinggilebih berkemungkinan mengerti dan

memahami tentang penyakit yang diderita,kemungkinan juga memiliki kesadaran yanglebih baik.

Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan Gralfitrisia (2011)mengenai pengetahuan Ibu tentangpencegahan BBLR di Rumah Sakit SitiKhodidjah Palembang, menunjukkan bahwasebesar 72,7% responden memilikipengetahuan yang rendah tentangpencegahan BBLR.

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriWawan & Dewi (2010), faktor-faktor yangmempengaruhi pengetahuan salah satunyaadalah pendidikan. Pengetahuan sangat erathubungannya dengan pendidikan, dimanadiharapkan bahwa dengan pendidikan yangtinggi maka orang tersebut akan semakin luaspula pengetahuannya dan makin mudahmenerima informasi. Akan tetapi perluditekankan, bukan berarti seseorang yangberpendidikan rendah mutlak berpengetahuanrendah pula.

Tingkat pengetahuan yang baik akanmemberikan dampak perilaku yang baik pulaterhadap keberadaan masyarakat yangmengalami masalah kesehatan, hal inimenyangkut bagaimana masyarakatmemperlakukan diri mereka yang mengalamimasalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut asumsi peneliti pengetahuanatau kognitif merupakan domain yang sangatpenting untuk membentuk tindakanseseorang. Terbentuknya perilakupencegahan BBLR dimulai dari pengetahuanterhadap stimulus berupa materi atau objek

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

112

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

tentang BBLR sehingga menimbulkan responbatin. Semakin baik pengetahuan respondenmaka akan semakin baik pula terhadappencegahan BBLR yang dilakukan ibu hamil,tetapi semakin rendah pengetahuanresponden semakin rendah pula upayapencegahan BBLR yang dilakukan ibu hamil.

Untuk upaya yang dapat dilakukanuntuk meningkatkan pengetahuan respondenatau ibu dapat dilakukan dengan berbagai hal,seperti diadakannya penyuluhan, pemberianinformasi tentang pencegahan BBLR secaraefektif seperti apakah yang dimaksud dengan

BBLR, akibat dari BBLR bagi ibu dan bayi danpencegahan apa yang dapat dilakukan agarterhindar dari kejadian BBLR. Dan diharapkansetelah mendapatkan informasi tentangpencegahan BBLR dapat membentuk ataumembangun sikap yang positif gunamencegah terjadinya kompleksitaspermasalahan penyakit pada ibu dan bayikhususnya. Kemudian agar informasi yangdiberikan lebih mudah dipahami dapat lakukandengan menggunakan leaflet, baleho ataupungambar-gambar tentang kesehatan tentangpencegahan BBLR.

Gambaran Motivasi Ibu Hamil Tentang Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan

Kabupaten Batang Hari Tahun 2013

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Ibu Hamil Tentang Pencegahan

BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari Tahun 2013

Motivasi Frekuensi Persentase (%)

Rendah 25 62,5

Tinggi 15 37,5

J umlah 40 100

Berdasarkan hasil analisis data dari40 responden sebagian besar memilikimotivasi rendah sebanyak 25 responden(62,5%) dan motivasi tinggi sebanyak 15responden (37,5%).

Berdasarkan kuisioner yang dijawaboleh responden tentang motivasi pencegahanBBLR, menunjukkan bahwa mayoritasresponden sebanyak 24 responden (60%)menyatakan tidak akan mengatur jarakkelahiran dan usia ibu lebih dari 35 tahun, ibuboleh hamil lagi, 22 respoden (55%) tidakperlu menjaga kehamilan agar jangan sampaijatuh atau trauma untuk mencegah agar bayitidak lahir dengan berat badan lahir rendah.

Pada penelitian ini terlihat bahwasebagian besar responden mempunyaimotivasi yang kurang baik, membuat ibu hamilsulit mengaplikasikan serta meningkatkanmotivasi secara baik. Hal ini disebabkankarena kurangnya penyampaian informasiserta pengetahuan responden yang kurangbaik tentang pentingnya pencegahan beratbadan lahir rendah (BBLR) pada bayi.

Hal ini sesuai penjelasan motivasimerupakan dorongan dari dalam diri manusiauntuk bertindak atau berperilaku. Pengertianmotivasi tidak terlepas dari kata kebutuhanatau needs atau want, kebutuhan adalahsuatu potensi dalam diri manusia yang perlu

ditanggapi atau di respon (Notoatmodjo,2007).

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriNasir (2011), menyatakan bahwa motivasimerupakan satu penggerak dari dalam hatiseseorang untuk melakukan atau mencapaisesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakansebagai rencana atau keinginan untuk menujukesuksesan dan menghindari kegagalanhidup. Dengan kata lain motivasi adalahsebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan.Seseorang yang mempunyai motivasi berartiia telah mempunyai kekuatan untukmemperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan Gralfitrisia (2011)mengenai motivasi Ibu tentang pencegahanBBLR di Rumah Sakit Siti KhodidjahPalembang, didapatkan hasil sebanyak 55%ibu memiliki motivasi yang kurang baik tentangpencegahan BBLR. Hal ini terjadi karenafaktor karakteristik yaitu pendidikan ibu palingbanyak memiliki pendidikan rendah sebanyak80% dan ibu lebih banyak fokus bekerja daripada mengurangi aktivitas yangmembahayakan kandungan sebanyak 90%dan pengawasan ante natal yang kurangsebanyak 62,5%.

Menurut asumsi peneliti bahwarendahnya motivasi ibu dalam pencegahanBBLR disebabkan kurangnya pemahaman dari

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

113

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

ibu tentang pentingnya menjaga kehamilandan mencegah BBLR, jika semakin ibumemahami dan tahu pencegahan-pencegahandan bahaya BBLR, tentu saja motivasi ibuakan lebih meningkat, artinya ibu akanmemiliki motivasi tinggi untuk melakukanpencegahan BBLR dengan baik.

Upaya yang perlu dilakukan untukmembentuk motivasi yang baik bagiresponden tentang pencegahan BBLR adalah

upaya selanjutnya dengan diberikanpenyuluhan kesehatan berkaitan denganmemotivasi ibu hamil Hal ini dapat dilakukandengan memberikan leaflet dan informasiseperti spanduk dalam memberikanpengetahuan secara luas agar membangunmotivasi yang baik. Selain itu diharapkanpetugas kesehatan juga ikut perperan aktifdalam penanganan motivasi responden yangkurang baik.

Gambaran Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari

Tahun 2013

Tabel 3.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja

Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari Tahun 2013

Pencegahan Frekuensi Persentase (%)

Kurang Baik 23 57,5

Baik 17 42,5

J umlah 40 100

Berdasarkan hasil analisis data dari40 responden sebagian besar memilikipencegahan BBLR kurang baik sebanyak 23responden (57,5%) dan pencegahan BBLRbaik sebanyak 17 responden (42,5%).

Berdasarkan kuisioner yang dijawaboleh responden tentang pencegahan BBLR,menunjukkan bahwa mayoritas respondensebanyak 21 responden (52%) menyatakantidak mengikuti anjuran bidan selama hamil,26 responden (65%) tidak Istirahat yang cukuppada masa kehamilan, dan 22 responden(55%) tidak mengatur jarak kehamilan minimal2 tahun.

Pada penelitian ini terlihat bahwasebagian besar responden mempunyaipencegahan BBLR kurang baik, hal ini terjadikarena masih kurangnya kesadaranresponden dalam meningkatkan kesehatankhususnya pada ibu hamil, hal ini juga. Hal inidisebabkan karena kurangnya penyampaianinformasi serta pengetahuan dan motivasiresponden yang kurang baik tentangpentingnya pencegahan berat badan lahirrendah (BBLR) pada bayi.

Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan Gralfitrisia (2011)mengenai pencegahan BBLR di Rumah SakitSiti Khodidjah Palembang, menunjukkanbahwa sebesar 66,5% responden memilikipencegahan BBLR yang kurang baik.

Pencegahan adalah merupakanmengambil tindakan terlebih dahulu sebelumkejadian (Suckidjiwa: 2011). Prilaku

pencegahan adalah tindakan atau aktivitasdari manusia itu sendiri yang mempunyaibentangan yang sangat luas antara lain :berjalan, berbicara, menangis, tertawa,bekerja, kuliah, menulis, membaca dansebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkanbahwa yang dimaksud prilaku manusia adalahsemua kegiatan atau aktivitas manusia, baikyang diamati langsung maupun yang tidakdapat diamati oleh pihak luar.

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriKwick dalam Notoatmodjo, (2005)menjelaskan bahwa proses pembentukan atauperubahan perilaku dipengaruhi oleh duafaktor yaitu faktor internal dan faktoreksternal. Faktor internal mencakuppengetahuan, persepsi, motivasi, emosi.Faktor eksternal mencakup lingkungan sekitar(fisik dan non fisik) iklim, kebudayaan, sosial-ekonomi dan sebagainya.

Pencegahan BBLR sulit diukur karenatergantung banyak faktor,diantaranya adalahpasien sering kali tidak melakukan apa yangdianjurkan tenaga kesehatan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasienagar pasien dapat mengetahui pencegahanterhadap BBLR dan mereka maumelaksanakan anjuran tenaga kesehatan(Notoatmodjo, 2005).Pencegahan BBLR dapat dibedakan menjadidua Faktor yaitu Faktor internal yangmencakup pengetahuan, kecerdasan,persepsi, emosi dan motivasi, dan Faktoreksternal yang meliputi lingkungan sekitar

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

114

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

(fisik dan non fisik), iklim, kebudayaan, sosialekonomi dan dukungan keluarga.Pengetahuan dan motivasi merupakankomponen yang penting bagi ibu hamil dalammelaksanakan tindakan pencegahan terhadapkelahiran dengan berat badan lahir rendah(Notoatmodjo, 2005).

Menurut asumsi peneliti bahwarendahnya pencegahan BBLR disebabkankarena responden kurang mendapatkanpendidikan kesehatan sehingga pemahamandari ibu tentang pentingnya menjagakehamilan semakin rendah dalam mencegahBBLR, sehingga menurunkan persepsi-persepsi positif responden untu tidakmelakukan pencegahan BBLR.

Upaya yang perlu dilakukan untukmembentuk pencegahan yang baik bagiresponden adalah dengan diberikanpenyuluhan kesehatan berkaitan denganmeningkatakn kesadaran ibu hamil. Dimanaupaya yang dilakukan dalam pencegahanBBLR dengan cara semua ibu hamilmendapatkan perawatan antenatal yangkomprehensif, meningkatkan pemeriksaankehamilan secara berkala dan penyuluhankesehatan tentang pertumbuhan danperkembangan janin dalam rahim, tanda-tandabahaya selama kehamilan dan perawatan diriselama kehamilan agar mereka dapatmenjaga kesehatannya dan janin yangdikandung dengan baik

Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan

Kabupaten Batang Hari Tahun 2013

Tabel 4.Distribusi Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan BBLR di Wilayah Kerja

Puskesmas Penerokan Kabupaten Batang Hari Tahun 2013 (n=40)

Pengetahuan

Pencegahan Total OR

95% CI

P-

valueKurang Baik Baik

F % F % F % 2,626-

85,681

15,000

0,002

Kurang Baik 21 52,5 7 17,5 28 70

Baik 2 5 10 25 12 30

Total 23 57,5 17 42,5 40 100

Berdasarkan 40 responden,didapatkan sebanyak 28 responden denganpengetahuan dan pencegahan kurang baiksebanyak 21 responden (52,5%) danpencegahan baik sebanyak 7 responden(17,5%), sedangkan dari 12 respondendengan pengetahuan baik yang memilikipencegahan kurang baik sebanyak 2responden (5%) dan 10 responden (25%)memiliki pencegahan BBLR baik.

Dari hasil uji statistik pearson chi-Square diperoleh nilai p-value 0,002 (p<0,05)

dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada Hubungan antara Pengetahuan DenganPencegahan BBLR di Wilayah KerjaPuskesmas Penerokan Kabupaten BatangHari Tahun 2013.Hubungan Motivasi Dengan Pencegahan

BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Penerokan

Kabupaten Batang Hari Tahun 2013

Hasil analisis hubungan motivasi dengan

pencegahan BBLR dapat dilihat pada tabel

berikut:

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

115

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Tabel 5.Distribusi Hubungan Motivasi Dengan Pencegahan BBLR di Wilayah KerjaPuskesmas

Penerokan Kabupaten Batang Hari Tahun 2013 (n=40)

Motivasi

Pencegahan Total OR

95%

CI

P-

valueKurang

Baik

Baik

F % F % F % 2,008-

37,760

8,708

0,006

Rendah 19 47,5 6 15 25 62,5

Tinggi 4 10 11 27,5 15 37,5

Total 23 57,5 17 42,5 40 100

Dari hasil 40 responden tentanghubungan motivasi dengan pencegahanBBLR, didapat dari 25 responden denganmotivasi rendah yang memiliki pencegahankurang baik sebanyak 19 responden (47,5%)dan pencegahan baik sebanyak 6 responden(15%). Sedangkan dari 15 responden denganmotivasi tinggi yang memilki pencegahankurang baik sebanyak 4 responden (10%) dan

sebanyak 11 responden (27,5%) memilikipencegahan BBLR baik.Dari hasil uji statistic chi-Square diperoleh nilaip-value 0,006 (p<0,05) dengan demikiandapat disimpulkan bahwa ada Hubunganantara Motivasi Dengan Pencegahan BBLR diWilayah Kerja Puskesmas PenerokanKabupaten Batang Hari Tahun 2013.

SIMPULANDari 40 responden sebagian besar

memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak28 responden (70%) dan pengetahuan baiksebanyak 12 responden (30%); Dari 40responden sebagian besar memiliki motivasirendah sebanyak 25 responden (62,5%) danmotivasi tinggi sebanyak 15 responden(37,5%); Dari 40 responden sebagian besarmemiliki pencegahan BBLR kurang baiksebanyak 23 responden (57,5%) danpencegahan BBLR baik sebanyak 17responden (42,5%); Ada Hubungan antaraPengetahuan Ibu Hamil Dengan PencegahanBBLR di Wilayah Kerja Puskesmas PenerokanKabupaten Batang Hari Tahun 2013; AdaHubungan antara Motivasi Ibu Hamil DenganPencegahan BBLR di Wilayah KerjaPuskesmas Penerokan Kabupaten BatangHari Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani. 2013. Buku saku AsuhanBayi dengan Berat Badan lahirRendah,CV Trans Info Mediacetakan pertama xxvi+321 hlm.

Fraser, M, Diane & Cooper, A, 2009. BukuAjar Bidan Myles Edisi 14. EGC.Jakarta: xv + 1055 hlm.

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan,PenyakitKandungan dan KB UntukPendidikan Bidan. EGC. Jakarta:viii + 693 hlm.

Nasir, Abdul. 2011. Dasar Keperawatan J iwa:Pengantar dan Teori. Jakarta:Salemba Medika. 382 hlm.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta: PTRineka Cipta. xvii+208 hlm.

2007. Promosi Kesehatandan Ilmu perilaku. Jakarta RinekaCipta:x+249 hlm.

Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR(Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika. Yogyakarta: iv + 84 hlm.

Proverawati, Atikah & Cahyo Ismawati. 2010.Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Nuha Medika. Yogyakarta: xii +116 hlm.

Wawan dan Dewi, 2010. Teori danPengukuran Pengetahuan SikapDan Perilaku Manusia. Nuhamedika.Yokyakarta : viii+94 hlm.

)6#6/("/�1&/(&5")6"/�%"/�.05*7"4*�*#6�)".*-�5&3)"%"1���1&/$&(")"/��#&3"5�#"%"/�-")*3�3&/%")�%* 8*-":")

,&3+"�164,&4."4�1&/&30,"/�,"#61"5&/ #"5"/(�)"3*�5")6/�����

116

SCIENTIA JOURNAL Vol.2No.2Desember 2013

STIKes PRIMA JAMBI

Suckidjiwa. 2011. Pencegahan BBLR.Wordpress.Com/2011/02/25.diakses 13 Agustus 2013.

Donna.L. BBLR./http://www.flixya.com/blog/2851723/bblr/pdf. diakses 17 Agustus2013.